TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Epidemiologi
kematian sebesar 90% pada stadium lanjut atau metastasis. Pada tahun 2012,
kanker payudara merupakan 28% kanker pada wanita kulit putih, dan 25% pada
wanita kulit hitam. Kurva insiden usia bergerak naik terus sejak usia 30 tahun.
Kanker ini jarang sekali ditemukan pada wanita usia di bawah 20 tahun. Angka
tertinggi terdapat pada usia 45-66 tahun. Insidens karsinoma mammae pada lelaki
yang cukup tinggi yaitu 27/100.000 atau 18 % dari kematian yang dijumpai pada
wanita. Penyakit ini juga dapat diderita pada laki - laki dengan frekuensi sekitar 1
dalam karsinogenesis kanker payudara adalah aktivasi onkogen dan inaktivasi gen
suppressor tumor. Onkogen yang berperan paling besar pada kanker payudara
1
adalah reseptor hormone gonad seperti estrogen dan progesterone (Osborne,dkk
proliferasi sel induk epithelium pada duktus dan alveolar payudara sehingga
meningkatkan risiko mutasi akibat replikasi DNA. Selain itu, HER-2 yang
peranan penting terutama pada subtipe Her2+ (Krishnamurti dkk, 2014). Reseptor
sel. Untuk gen suppressor tumor, BRCA-1 dan -2 adalah yang paling banyak
ditinjau pada kanker payudara (Narod dkk, 2011). Fungsi normal kedua gen ini
berujung pada transformasi seluler menjadi kanker. Adapun gen supresor tumor
lainnya yang juga memegang peranan penting diantaranya p53, p16INK4A, p21,
dan PTEN. Mutasi gen-gen supresor tumor ini terutama berkontribusi pada
timbulnya kanker payudara subtipe non-luminal seperti HER-2 dan TNBC (De
2
keterkaitannya dengan proses karsinogenesis dan progresi kanker masih harus
penjabaran ini, terlihat bahwa patogenesis umum kanker payudara berawal dari
salah satu karakteristik pemicu (instabilitas genomik akibat mutasi BRCA) yang
Imortalitas
Resistensi
replikatif
terhadap
Apoptosis
Instabilitas Inflamasi
Genomik dan protumorigenik
Mutasi
3
Berdasarkan reseptor yang terlibat, kanker payudara diklasifikasikan
menjadi tipe luminal A, luminal B, HER2+ dan TNBC (Gambar 2). (Malhotra
karakteristik dengan luminal A namun dengan ekspresi HER2 positif atau ki67
yang tinggi yang menandakan tingkat proliferasi yang lebih tinggi jika
ekspresi reseptor HER2 yang tinggi namun memiliki ekspresi ER dan PR yang
rendah. Jenis ini memiliki tingkat proliferasi yang tinggi dan merupakan jenis
yang dapat diterapi dengan terapi target. Di lain pihak, sibtipe TNBC merupakan
subtipe dengan tingkat malignansi tertinggi yang ditandai dengan absennya ketiga
Subtipe ini juga dikenal dengan metastasis yang lebih awal dan tingkat rekurensi
yang lebih tinggi yang dalam beberapa kasus berupa metastasis (Viale, 2012).
situ. Dalam tahapan ini, sel kanker masih belum menyebar melewati jaringan
epithelium dan proses deposit jaringan stromal kanker masih baru dimulai.
stromal payudara. IDC muncul sebagai akibat meningkatnya kapasitas invasi sel
4
Selama progresinya, pertumbuhan massa kanker yang kontinyu
menyebabkan terganggunya distribusi nutrisi dan oksigen dari vaskuler. Hal ini
terutama dialami oleh massa kanker dengan diameter yang melebihi 1 mm.
Hipoksia yang dialami oleh kanker menginduksi aktivasi dari HIF-1α yang
meningkatkan laju glikolisis pada sel kanker hipoksik yang menjadi dasar
terjadinya efek Warburg. Laktat yang diproduksi oleh sel-sel kanker hipoksik
akan digunakan oleh sel-sel kanker pada area non-hipoksis sebagai substrat
fosforilasi oksidatif. Glikolisis oksodatif tidak hanya terjadi pada sel tumor namun
juga terjadi pada CAF. Pada kasus ini, CAF mensuplai sel-sel parenkimal tumor
dengan laktat yang dapat digunakan sebagai prekursor makromolekul lain atau
sebagai substrat fosforilasi oksidatif. Fenomena ini dikenal sebagai efek reverse
pada kanker payudara karena telah terbukti merupakan penanda prognosis yang
buruk. Kedua efek ini ditandai dengan penurunan ekspresi CAV-1 baik pada CAF
maupun sel parenkimal tumor sebagai dampak dari proses autofagi. CAV-1 akan
5
Gambar 2. Patogenesis kanker payudara, subtipe histologi, molekulernya
(Malhotra dkk, 2010)
metastasis kanker didasari oleh fenomena seluler yang dikenal sebagai epithelial
kemampuan EMT pada sel kanker payudara sangat bervariasi bergantung pada
6
subtipenya. Pada jenis TNBC, EMT muncul bahkan sejak stadium dini (stadium
klinis I dan II) namun pada jenis luminal, EMT muncul pada stadium lanjut
(stadium III dan IV). Prinsip umum EMT adalah berkurangnya karakteristik
mesenchymal. Yang paling jelas terlihat adalah perubahan bentuk sel dari bentuk
antar sel (adheren junction dan desmosomal junction). Molekul adhesi sel yang
berubah dan memegang peranan sentral dalam proses EMT adalah perubahan E-
kadherin menjadi N-kadherin yang bersifat bebas bergerak. Selain itu, terjadi juga
(MMP) terutama MMP-9 yang berperan dalam degradasi membran basal dan
menunjukkan bahwa proses metastasis diawali sejak stadium klinis awal kanker.
bersifat protumorigenik. Selain itu, relung premetastatik juga terdiri dari sel-sel
bone marrow suppressor cell (BMSC) yang berperan dalam menekan sistem imun
dan sel punca mesenkimal (MSC) yang juga bersifat protumorigenik. Selanjutnya,
sel kanker metastasis bermigrasi melintasi jaringan ikat stromal dan memasuki
7
vaskuler. Dalam fase intravaskuler ini, sebagian besar sel kanker mengalami
apoptosis atau nekrosis akibat trauma fisika dan serangan imunitas oleh sel NK
hal-hal tersebut dengan membentuk kompleks emboli bersama platelet. Emboli ini
akan tersangkut secara random pada vaskuler yang lebih kecil dan pada tahapan
ini terjadi proses ekstravasasi dan MET pada relung premetastatik yang sesuai
Gambar 3. Proses EMT dan MET pada sel kanker yang mendasari proses
metastasis (Sleeman, 2012).
8
2.2 Biologi Caveolin-1 dan Peranannya sebagai Biomarker Prognostik Kanker
Pada tahun 1992, sebuah protein dengan berat 22-24 kDa yang disebut
V1P21 diidentifikasi (Parton, 1996). Molekul ini tidak hanya protein yang penting
untuk pembentukan caveolae tetapi juga protein kunci dalam struktur caveolae
yang membentuk struktur caveolae dengan lipid khusus. Oleh karena itu, V1P21
juga disebut dengan Caveolin. Caveolin terdiri dari tiga protein: Caveolin-1,
transkrip 2704 bp yang berisi tiga ekson dan mengkode 178 residu asam amino.
manusia), dan dua gen ini terkait erat, sedangkan Caveolin-3 terletak di manusia
pada kromosom 3p25 (Root dkk,2015). Ketiga protein Caveolin ini diekspresikan
jaringan yang berbeda. Caveolin-1 dan Caveolin-2 secara luas diekspresikan pada
permukaan berbagai sel jaringan dan umumnya ditemukan dalam sel yang sama.
Dua molekul ini banyak ditemukan pada sel alveolar tipe-I, vascular endothelial
pada sel otot rangka dan sel miokardium. Fungsi dari Caveolin-2 hampir sama
9
Caveolin-3 menunjukkan fungsi fisiologis yang berbeda karena perbedaan
(Yin, 2016).
Caveolin-1 merupakan protein membran integral yang dihasilkan oleh gen CAV-1
(invaginasi seperti cawan) and vesikel apikal permukaan sel epitel yang
caveolin pada setiap caveola. Caveolae berperan dalam lalu lintas signal
membran, endositosis, dan lipid homeostasis, serta berperan dalam satuan proses
signaling pada tempat berkumpulnya reseptor dan protein (Austin dkk, 2012).
10
pada sel normal, Caveolin-1 memiliki peran dalam proses patofisiologis seperti
stimulasi metastasis, serta memiliki nilai prognostik pada pasien kanker yang
selular. Hal ini dibuktikan dengan tingginya konsentrasi Caveolin-1 pada sel
adiposit, serta didapatkan kelainan metabolisme lemak pada tikus tanpa Caveolin-
namun berperan dalam partikel intraselular yang mengangkut lemak yang mirip
dengan plasma lipoprotein yang mengangkut lemak antar sel. Komposisi protein
dan lemak dalam partikel ini masih belum diketahui. Caveolin-1 berperan dalam
lalu lintas sel membran yang dapat menarik protein kedalam caveola, namun
11
masih sedikit yang diketahui. Caveolin-1 telah dilaporkan memiliki interaksi
seperti contoh pada fibrolast yang memiliki sedikit Raf-1 tapi banyak EFGR pada
caveola. Setelah EGF mengikat reseptor EGF (EGFR), Raf-1 yang diluar
kemudian masuk seiring perpindahan EGFR keluar caveola. Pada caveola juga
meskipun caveola telah diisolasi dari sel tersebut. (Chidlow dkk, 2010)
itu di sel-sel kanker atau sel stroma. Rendah atau tidak adanya ekspresi dari
umum di berbagai jenis kanker yang agresif. Tidak adanya ekspresi Caveolin-1 di
CAF secara konsisten telah dilaporkan berhubungan dengan prognosis yang buruk
12
fenotipe myofibroblast dengan mensekresi transforming growth factor-β (TGFβ),
ekspresi TGFβ1, dan juga telah dikaitkan dengan prognosis yang buruk pada jenis
tumor lainnya. Peningkatan ekspresi dan aktivasi AKT dan TGFβ1 dikaitkan
ekspresi α-aktin otot halus yang merupakan marker fibroblast. Fenotipe fibroblast
Gambar 5. Efek dari kehilangan ekspresi dari Caveoline-1 pada CAFs dan sel
kanker (Lamouille, 2014).
Penelitian ekspresi Caveolin-1 pada berbagai macam tumor yakni kanker
regulasi ekspresi Caveolin-1 dan fungsi supressor tumor dari Caveolin-1. Pada
13
penelitian terkini, stroma yang kehilangan ekspresi Caveolin-1 memiliki
hubungan pemburukan klinis dan angka survival pada kanker payudara yang
Basal-Like dan reseptor estrogen (ER) / reseptor progesterone (PR) / HER2 yang
negatif. Perbedaan fungsi Caveolin-1 sebagai tumor promoter atau tumor supresor
juga dipengaruhi oleh stadium tumor tersebut. Hal ini dibuktikan dengan
protein anti-apoptotik yang hanya ada bila terdapat E-cadherin pada kanker kolon
migrasi dan invasi dari sel kanker. Caveolin-1 yang berperan dalam fisiologi dan
patofisiologi proses selular dan perkembangan kanker masih perlu dipahami dan
Kanker Payudara
caveolin-1 pada kanker payudara, maka dapat dapat diduga bahwa caveolin-1
14
berperan besar dalam progresivitas kanker payudara serta mempengaruhi
2004).
Secara umum, grade histologis dapat menjadi cerminan dari tingkat proliferasi dan
survivabilias yang buruk. Witkiewicz dkk juga menemukan hal yang serupa
namun pada subtype TNBC dan basal-like. Adanya hubungan yang erat antara
yang didasarkan oleh ukuran, status nodular, dan status metastasis. Secara umum,
15
korelasi yang signifikan antara ekspresi Caveolin-1 dengan stadium klinis kanker
lebih buruk. Evaluasi ekspresi Caveolin-1 pada kanker payudara jenis IDC juga
dengan stadium tumor. Penjelasan teoretis dari hal ini adalah adanya peningkatan
laju efek Warburg pada massa tumor yang lebih besar yang sebagian merupakan
Caveolin-1 berasosiasi dengan ekspresi reseptor estrogen yang negative (Koo dkk,
16
2.2.3.4 Limphovascular Invasion (LVI) dan Tumor Infiltrating Lymphocyte
(TIL)
potensi metastatik dari sel-sel kanker. Walaupun tidak ada penelitian yang
merupakan awal dari metastasis seperti yang telah dijabarkan pada sub bagian
Caveolin-1 berasosiasi negatif dengan LVI. Hal yang sama juga berlaku pada TIL.
antara Caveolin-1 dengan TIL, namun efek Warburg telah terbukti menurunkan
efisiensi dari system imun seluler antikanker yang dimediasi oleh Th1, sel T
sitotoksik dan sel natural killer. Deplesi glukosa pada lingkungan mikro dan
respon imun menjadi Th2 dan menumpulkan respon imunitas seluler. Sehingga
dengan penurunan TIL. Namun hubungan Caveolin-1 dengan TIL dan LVI perlu
ditelusuri lebih lanjut untuk mengetahui hubungan dari ketiga variabel ini.
17