Anda di halaman 1dari 7

Potensi Ekstrak Metanol Biji Sirsak (Annona muricata) sebagai

Antikanker terhadap Sel Kanker Payudara MCF-7

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker merupakan kelainan yang diakibatkan oleh perubahan genetik atau epigenetik
pada sel somatik dan memiliki pertumbuhan yang abnormal. Pertumbuhan sel tersebut dapat
menyebar ke bagian tubuh lain. Kanker membentuk subset dari neoplasma atau tumor dan
membentuk benjolan atau massa. Kanker diprediksi dengan karakteristik demografis secara
global akan mencapai sekitar 420 juta kasus baru pada tahun 2025 per tahunnya. Hal ini
menunjukkan peningkatan kejadian kanker dalam beberapa tahun terakhir. Terdapat kasus
kanker sekitar 18 juta kasus pada 2018 yang tercatat di seluruh dunia, dengan 9,5 juta diderita
oleh pria dan 8,5 juta oleh wanita.
Pada tahun 2020, Global Cancer Observatory (GCO) yang berada di bawah naungan
World Health Organization (WHO) mencatat bahwa di Indonesia terdapat 396.914 kasus kanker
dan sebanyak 234.511 orang meninggal dunia. Kanker payudara menduduki posisi pertama
dengan kasus terbanyak sebanyak 65.858 kasus yang mencakup sebesar 16,6% dari seluruh
kasus kanker di Indonesia. Kanker payudara diprediksi akan meningkat hingga mencapai 3,2 juta
kasus di setiap tahunnya. Angka ini telah menunjukkan urgensi untuk dikembangakan
pengobatan baru. Mengingat pengobatan kemoterapi banyak memiliki efek samping yang
negatif. Efek samping jangka pendek berupa kelelahan, nyeri muskuloskeletal, alopecia,
cytopenia, disfungsi neurokognitif, dan neuropati saraf tepi yang diinduksi bahan kemoterapi.
Efek samping jangka panjang dapat berupa kardiomiopati, disfungsi neurokognitif, kanker
sekunder, efek psikososial, menopause dini, dan kardiovaskular. Hal ini mengacu pada
pentingnya metode lain dalam pengobatan kanker payudara dengan risiko yang lebih rendah
daripada kemoterapi. Pada metode ini terdapat agen delivery dan targeted therapy pada pasien
kanker payudara. Metode targeted therapy akan menargetkan kelainan di genetik maupun
molekular tanpa membahayakan sel-sel normal.
Sirsak (Annona muricata) merupakan salah satu sumber tanaman alami yang memiliki
kandungan fitokimia antikanker. Dalam pengobatan tradisional, air rebusan dari daun, akar, kulit
batang, dan biji sirsak telah dimanfaatkan dalam mengobati beberapa penyakit seperti batuk,
penyakit kulit, diabetes, kanker, dan berbagai jenis penyakit lainnya dengan lebih dari 212
fitokimia yang ditemukan (Chamcheu et al., 2018). Dalam proses ekstraksi bagian tumbuhan
sirsak, dibandingkan dengan berbagai macam pelarut organik dan media berair yang digunakan
untuk memperoleh bahan kimia yang berasal dari tumbuhan, metanol cenderung menghasilkan
ekstraksi senyawa yang lebih baik (Naik & Sellappan, 2020).
Aktivitas antiinflamasi, antivirus, antiparasit, dan antihiperglikemik telah ditemukan
dalam beberapa penelitian ekstrak tumbuhan sirsak. Ekstrak tumbuhan sirsak juga terbukti

1
efektif melawan sel kanker yang resistan terhadap obat dalam penelitian sebelumnya
(Hadisaputri et al., 2021). Komponen bioaktif utama yang diekstraksi dari berbagai bagian
tumbuhan sirsak dinamakan annonaceous acetogenin (Rady et al., 2018). Dalam penelitian
mengenai annonaceus acetogenin, telah dibuktikan bahwa tipe fitokimia ini memiliki
kemampuan sitotoksik, serta menunjukkan keberhasilan dalam berbagai aktivitas, seperti
antivirus, antihelmintik, antimikroba, antitumor, dan antimalaria. Efek terapeutik yang lebih
efisien dapat diperoleh dengan adanya kandungan flavonoid bersamaan dengan annonaceus
acetogenin sebagai zat aktif pada tumbuhan sirsak (Hadisaputri et al., 2021).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Najmuddin et al (2016) di mana mereka meneliti
efek antikanker kandungan ekstrak daun sirsak pada beberapa jenis sel kanker payudara (MCF-7,
MDA-MB-231, dan 4 T1), ditemukan bahwa ekstrak daun sirsak merupakan pilihan yang tepat
dalam pengobatan kanker payudara dan layak untuk dilakukan penelitian yang lebih lanjut
sebagai alternatif pengobatan konvensional. Dikemukakan juga bahwa pemilihan sampel sirsak
dapat berperan penting guna mengetahui potensi efek terapeutiknya terhadap kanker. Pengobatan
menggunakan sirsak (Annona muricata) dapat menjadi pilihan alternatif selain kemoterapi dan
radioterapi, terlebih lagi bagi penderita yang mengalami sakit parah. Pengobatan komplementer
dan alternatif yang menggunakan ekstrak sirsak dapat menjadi pilihan pengobatan yang
berpotensi dalam melawan kanker. Namun, penting untuk diketahui bahwa faktor-faktor seperti
gaya hidup dan ketidaktahuan terhadap gejala kanker masih menjadi kontributor utama dalam
peningkatan kejadian kanker (Yajid et al., 2017).

Berdasarkan uraian mengenai kandungan fitokimia yang terdapat pada buah sirsak dalam
pengobatan penyakit kanker, maka dalam penelitian ini akan dilakukan analisis mengenai potensi
ekstrak metanol biji sirsak (Annona muricata) sebagai antikanker terhadap sel kanker payudara
MCF-7.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikaji, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana efek sitotoksisitas ekstrak metanol biji sirsak (Annona muricata) sebagai targeted
therapy pada sel kanker payudara MCF-7?
2. Bagaimana efek inhibisi metastasis ekstrak metanol biji sirsak (Annona muricata) terhadap sel
kanker payudara MCF-7?
3. Bagaimana potensi ekstrak metanol biji sirsak (Annona muricata) sebagai targeted therapy
pada kanker payudara MCF-7?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan, penelitian ini bertujuan sebagai
berikut:
1. Mengetahui efek sitotoksisitas ekstrak metanol biji sirsak (Annona muricata) sebagai targeted
therapy pada sel kanker payudara MCF-7.

2
2. Mengetahui efek inhibisi metastasis ekstrak metanol biji sirsak (Annona muricata) terhadap
sel kanker payudara MCF-7.
3. Mengetahui potensi ekstrak metanol biji sirsak (Annona muricata) sebagai targeted therapy
pada kanker payudara MCF-7.
1.4 Manfaat dan Kontribusi Penelitian terhadap Ilmu Pengetahuan
1. Bagi peneliti diharapkan sebagai upaya pengembangan kreativitas, inovasi, dan berpikir cerdas
dalam menerapkan disiplin ilmu untuk turut serta berperan dalam masyarakat.
2. Bagi ilmu pengetahuan diharapkan menjadi terobosan baru dan sumber terpercaya untuk
menanggulangi pengobatan kanker payudara yang menimbulkan efek dari kemoterapi dan
radioterapi.
3. Bagi masyarakat diharapkan dapat menjadi sebuah alternatif pengobatan bagi kanker
payudara.
1.5 Luaran PKM Riset Eksakta
Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi bagi penelitian selanjutnya dan data
acuan terbaru terkait pengobatan kanker payudara. Adanya kandungan pada biji sirsak menjadi
terobosan baru bahan anti kanker terutama kanker payudara. Hasil penelitian diharapkan dapat
dipublikasi dalam jurnal nasional maupun internasional. Serta, menghasilkan laporan kemajuan,
laporan akhir, dan artikel ilmiah. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi terobosan baru sebagai
pengobatan kanker payudara.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Payudara
Kanker terdiri dari sekelompok besar penyakit di mana pertumbuhan sel-sel abnormal
yang cepat dapat membanjiri pertahanan kekebalan tubuh dan pada akhirnya menyebabkan
metastasis, penyebab utama kematian akibat kanker. Kanker payudara adalah kanker paling
umum kedua di dunia, dengan 2,09 juta kasus dan sejauh ini kanker paling umum di antara
wanita yang meninggal sebanyak 626.700 orang pada tahun 2018. Di kawasan Asia-Pasifik,
kanker payudara membunuh 116.000 orang, dengan Indonesia menyumbang sebanyak 17%, atau
sekitar 19.720 kasus.
Beberapa metode digunakan untuk mengobati kanker payudara, termasuk pembedahan,
kemoterapi, dan terapi radiasi. Namun, setiap metode memiliki kekurangan, dan tingkat
keberhasilan pengobatan tetap rendah bahkan dengan penggunaan obat antikanker untuk
kemoterapi. Kegagalan kemoterapi dapat seringkali terjadi karena selektivitas obat antikanker
yang rendah dan resistensi sel kanker yang tinggi terhadap agen kemoterapi. Kasus resistensi
obat sering terjadi pada pengobatan obat antikanker seperti kanker payudara, usus besar, prostat,
dan leukemia. Antineoplastik umumnya menargetkan sel yang berproliferasi secara aktif dan
dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya, terutama pada jaringan yang sangat
proliferatif dan sistem gastrointestinal.
Sel kanker payudara MCF-7 mengekspresikan protein p53 mutan. Mutasi missense
terjadi pada siklus 194 (zinc binding domain 1.2), sehingga p53 tidak dapat berikatan dengan
3
elemen respon DNA. Hal ini mengurangi atau bahkan kehilangan kemampuan p53 untuk
mengatur siklus sel. Sel kanker payudara MCF-7 adalah sel kanker payudara positif ER/PR.
Induksi estrogen ekstrinsik menyebabkan peningkatan proliferasi. Sel kanker payudara MCF-7
sensitif terhadap doksorubisin (Schafer et al., 2000).
Perkembangan sel kanker payudara MCF-7 melibatkan berbagai proses reaksi seperti
proliferasi, adhesi, angiogenesis, dan degradasi (Hu, 2018). Pertumbuhan sel-sel ini diprakarsai
oleh adanya peradangan kronis pada epitel. Salah satu faktor risiko kanker payudara adalah
ekspresi gen COX2. Pada sistem saraf pusat dan perifer, COX2 terlibat dalam sintesis
prostaglandin, menyebabkan nyeri pada respon inflamasi. Produksi VEGF yang berkelanjutan
mendukung proliferasi sel kanker payudara karena perkembangan peradangan kronis
menginduksi produksi interleukin 6 (IL6) dan vascular endothelial growth factor (VEGF) yang
dimediasi COX2 (Hugo et al., 2015).
Sel MCF-7 menunjukkan ciri-ciri epitel mammae yang berdiferensiasi yang mana sel
tersebut positif bagi marker epitel, seperti E-cadherin, β-catenin dan cytokeratin 18 (CK18), dan
negatif bagi marker mesenkim, seperti vimentin dan aktin otot polos. Sel induk MCF-7 juga
mampu mempertahankan ekspresi marker molekuler spesifik lainnya dari lapisan epitel alami,
seperti claudin dan protein zona occuldens 1 (ZO-1), di antara protein lain yang membentuk
sambungan antar sel (Comşa et al., 2015).
Targeted therapy merupakan jenis pengobatan yang dapat menghalangi jalur spesifik
yang terkait dengan karsinogenesis dan pertumbuhan tumor dengan menginduksi apoptosis sel
kanker, memblokir enzim spesifik dan reseptor faktor pertumbuhan yang terlibat dalam
proliferasi sel kanker, atau memodifikasi fungsi protein yang mengatur ekspresi gen dan fungsi
seluler lainnya (Joo et al., 2013).

2.2 Sirsak (Annona muricata)


Sirsak (Annona muricata) merupakan tumbuhan dari lingkungan tropis maupun subtropis
yang berasal dari famili Annonaceae yang juga biasa disebut sebagai graviola, soursop, atau
guanabana (Chamcheu et al., 2018). Pohon sirsak berukuran kecil, ramping, dan dapat mencapai
ketinggian 4-8 m. Buahnya berbentuk oval, kerucut, atau berbentuk hati yang berwarna hijau tua
saat mentah dan hijau terang saat matang, dengan berat 0,9-1,0 kg. Buahnya berwarna putih,
berserat kapas, dagingnya berair, dan memiliki biji berwarna hitam yang tersebar di seluruh
daging buah. Bijinya kaya akan protein, minyak, dan mineral. Bersamaan dengan daun dan akar,
sirsak juga kaya akan fitonutrien, yang memungkinkannya digunakan dalam pengobatan
tradisional (Ledezma, 2020).

4
Gambar 1. Buah Sirsak (Annona muricata) (Ledezma, 2020).

Buah sirsak pada umumnya banyak dikonsumsi dalam berbagai bentuk, seperti permen,
minuman, es krim, sirup, dan lebih banyak lagi. Kandungan yang terdapat pada daging buah
sirsak meliputi air sebanyak 80%, karbohidrat sebanyak 18%, protein sebanyak 1%, kalium,
vitamin C, B, dan B2 dalam jumlah kecil, serta serat makanan (Ioannis et al., 2015).

Pada berbagai penelitian di laboratorium mengenai sirsak, sirsak terbukti bermanfaat


sebagai antiparasit, antimalaria, antirematik, antidiabetik hepatoprotektif, antikonvulsan, dan
antikanker. Berdasarkan studi karakterisasi biologis dan kimia yang telah dilakukan, sirsak
terbukti memiliki kandungan annonaceous acetogenin sebagai bahan utama (Ioannis et al., 2015)

Penelitian studi termutakhir mengenai fitoestrogenik, hipokolesterolemik, dan aktivitas


antioksidan dari ekstrak biji sirsak menunjukkan kemungkinan kegunaan biji sirsak untuk
melawan dan membunuh tumor kanker mengingat adanya hubungan yang erat antara level
kolesterol, progesteron, serta radikal bebas dengan kejadian kanker (Solis-Fuentes et al., 2020).

2.3 Senyawa/Fitokimia
Fitokimia merupakan bahan kimia yang terdapat pada tanaman yang mengandung nutrisi
bioaktif dalam bagian buah-buahan, biji, sayuran, hingga makanan nabati yang lainnya.
Fitokimia yang terkandung pada tanaman dapat memberikan manfaat bagi kesehatan yang
dibutuhkan di luar nutrisi pokok guna meminimalisir risiko suatu penyakit tertentu (Jimenez-
Garcia et al., 2018).

Pada bagian tumbuhan sirsak, unsur bioaktif pokok yang dapat diekstraksi disebut
sebagai annonaceous acetogenin. Annonaceous acetogenin merupakan turunan dari asam lemak
rantai panjang (C32 atau C34) yang berasal dari jalur poliketida. Kebanyakan dari turunan ini
diketahui memiliki sifat toksik selektif terhadap sel kanker, begitu juga pada garis sel kanker
yang resistan terhadap berbagai jenis obat-obatan. Annonaceous acetogenin memiliki
kemampuan untuk menginduksi sebagian sitotoksisitas, dengan cara menghambat mitokondrial
kompleks I yang terlibat pada sintesis ATP dan fosfolirasi oksidatif. Dikarenakan sel kanker
yang memiliki permintaan ATP lebih tinggi daripada sel normal, inhibitor mitokondrial
kompleks I berpotensi dalam terapi kanker (Rady et al., 2018).

5
Gambar 2. Struktur Annonaceous Acetogenin (Suryawinata, 2016).

Terdapat beberapa senyawa annonaceous acetogenin yang ditemukan pada tumbuhan


sirsak. Senyawa-senyawa tersebut meliputi epomurinin-A dan epomurinin-B, epomusenin-A dan
epomusenin-B, muricin J, K, dan L, serta cis-annoreticuin. Selain itu, terdapat pula kandungan
alkaloid meliputi asimilobine, nornuciferine, dan annonaine (Ledezma, 2020).

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Penelitian


3.1.1 Alat Penelitian
Pada penelitian ini dugunakan beberapa macam alat, yaitu oven untuk pengeringan,
blender (Miyako) untuk menjadikan ekstrak, wadah untuk merendam ekstrak, kertas saring untuk
penyaringan, inkubator CO2, ELISA reader, Erlenmeyer, pipet tetes, mikropipet, cawan petri,
dan mikroskop.
3.1.2 Bahan Penelitian atau Subjek Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji sirsak (Annona muricata), sel
kanker payudar MCF-7, media RPMI, 10% Fetal Bovine Serum (FBS), 1%
Penisilin/Streptomisin, metanol, 96 well plate, dan stopper SDS 10% 100 μl.

3.2 Jenis, Variabel, Tempat dan Desain Penelitian


3.2.1 Jenis
Jenis penelitian ini adalah eksperimental yang dilakukan secara blended online dan
offline. Online dilakukan dengan platform Google Meet dan Zoom untuk berdiskusi terkait
kemajuan data di setiap minggunya. Kemudian offline dilakukan pada pengambilan data di
laboratorium dengan mematuhi prokes Covid-19 yang dilakukan tes GeNose setiap 2 minggu
sekali dan menjaga jarak.
3.2.2 Variabel
Variabel Terikat pada penelitian ini adalah sitotoksisitas ekstrak metanol biji sirsak terhadap sel
kanker payudara MCF-7
Variabel Bebas pada penelitian ini adalah konsentrasi ekstrak metanol biji sirsak yang diberikan
pada sel kanker payudara MCF-7 dengan dosis 200 μl, 125 μl, 62.5 μl, 31.25 μl, 15.625 μl
(mengacu pada penelitian ekstrak etanol daun sirsak).
Variabel Terkontrol pada penelitian ini adalah ekstrak metanol biji sirsak.
3.2.3 Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Agustus yang bertempat di Laboratorium
Farmasi (Kanker) dan Laboratorium Biokimia Universitas Gadjah Mada. Serta sampling atau
pengambilan sirsak dilakukan di perkebunan ....... (Akan diisi setelahnya).
3.2.4 Desain Penelitian

6
3.3 Jalannya Penelitian
3.3.1 Ekstrak Biji Annona muricata L.
Biji segar dari buah Annona muricata L. diperoleh dari perkebunan ...... (Akan diisi
setelahnya). Tanaman diidentifikasi di Laboratorium Sistematika Tumbuhan untuk membuktikan
spesies tersebut. Biji dibersihkan, dikeringkan di udara selama satu minggu, kemudian digiling
menjadi bubuk kasar dan dikemas ke dalam ekstraktor soxhlet dengan metanol 95% pada 45⁰C
selama 12 jam. Ekstrak disaring menjadi massa cair, kemudian ekstrak pekat dikeringkan
menghasilkan residu padat yang bebas metanol. Ekstrak metanol biji Annona muricata dilarutkan
dalam 10% b/v DMSO dan disimpan pada suhu 0-4⁰C.
3.3.2 Kultur Sel Kanker Payudara
Sel kanker payudara MCF-7 diperoleh dari Cancer Chemoprevention Research Center
Universitas Gadjah Mada (CCRC UGM, Yogyakarta) dikulturkan dalam media RPMI dan
diberikan 10% Fetal Bovine Serum (FBS) dan 1% Penisilin/Streptomisin. Sel selanjutnya
diinkubasi dalam inkubator CO2. Kemudian sel dipasase setelah mencapai tingkat konfluensi
80%. Setelah itu sel MCF-7 dimasukkan ke dalam 96 well plate dan dibagi menjadi 7 kelompok
kontrol yaitu kontrol media, kontrol sel, dan kelompok dosis ekstrak metanol biji sirsak.
Sebanyak 100 μl ekstrak methanol biji Annona muricata ditambahkan ke dalam sumuran
dan diinkubasi selama 24 jam. Selanjutnya dilakukan uji sitotoksisitasnya menggunakan metode
MTT. Metode MTT memiliki prinsip yaitu terjadinya reduksi garam kuning tetrazolium MTT (3-
{4,5-dimethiltiazol-2-yl}-2,5 difeniltetrazolim bromid) oleh sistem reduktase. Penambahan
reagen stopper akan melarutkan kristal berwarna kemudian dapat diukur absorbansinya dengan
ELIS reader untuk melihat viabilitas sel atau poliferasi sel.
Potensi sitotoksisitas ekstrak biji sirsak dapat dinilai berdasarkan IC50 yang diperoleh.
Sebanyak 100 μl larutan MTT kemudian ditambahkan ke dalam setiap sumuran dan diinkubasi
dalam inkubator CO2 selama 3-6 jam. Setelah itu larutan MTT dikeluarkan dari sumuran dan
ditambahkan stopper SDS 10% 100 μl, kemudian diinkubasi biasa tanpa CO2 selama 24 jam.
Akhirnya, sumuran dibaca dengan ELISA reader panjang gelombang 550-600 (lamda simbol).
3.4 Cara Analisis Data
Pengujian dilakukan masing-masing menggunakan tiga ulangan kontrol sel & kontrol
media. Dengan memakai data absorbansi yang diperoleh menurut pengukuran, dapat dipengaruhi
persentase sel yang terhambat. Konsentrasi larutan uji dengan daya hambat sel memiliki
hubungan yang diuji dalam bentuk grafik dengan menentukan nilai IC50 menggunakan
Microsoft Excel atau SPSS untuk melihat parameter r pada persamaan regresi linier, dengan
syarat r lebih besar daripada r tabel.
Nilai IC50 diperoleh dengan terlebih dahulu membuat persamaan garis yang
mengubungkan antara % inhibisi terhadap konsentrasi larutan uji masing-masing sampel.
Persamaan regeresi linear yang diperoleh dalam bentuk persamaan y=a+bx digunakan untuk
mencari IC50 dari masing-masing sampel dengan menyatakan nilai y sebesar 50 dan nilai x yang
akan diperoleh dari IC50.

Anda mungkin juga menyukai