Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TAPAK DARA (Catharantus roseus L) TERHADAP

PROLIFERASI SEL MCF-7 KANKER PAYUDARA


Studi Eksperimen In Vitro Terhadap Sel Kanker Payudara
Eka Rujianto*, Agung Putra ^,Imam D#

*Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung


^ Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
#Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung
Corresponding Authors : Eka Rujianto, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sultan Agung, Jln. Kaligawe KM 4 Semarang 50012 ph. (024) 6583584 fax. (024) 6594366,
rujitama@gmail.com

ABSTRACT

Pendahuluan : Ekstrak tapak dara (Catharantus roseus L) dengan pelarut DCM mengandung
senyawa alkaloid dan terbukti dapat menghambat proliferasi sel kanker. Studi sebelumnya
menyatakan bahwa kandungan tapak dara telah terbukti poten untuk menurunkan proliferasi
Cell-line T47D dan memperbaiki gambaran Histopatologik pada kanker adenocarsinoma kanker
payudara. Penelitian bertujuan untuk membuktitan pengaruh pemberian ekstrak tapak dara
(Catharantus roseus L) fraksi heksan terhadap sel kanker payudara.
Metode Penelitian : Jenis penelitian dengan Post Test Only Control Group Design.
Menggunakan subyek penelitian cell-line T47D kanker payudara yang dibagi menjadi 9
kelompok perlakuan dengan dosis yang berbeda sebagai kontrol positif dan 1 klompok dengan
larutan DSMO sebagai kontrol negative kemudian diinkubasi selama 72 jam.
Hasil Penelitian : Hasil yang diperoleh yaitu ekstrak tapak dara (Catharantus roseus L) fraksi
heksan berpengaruh terhadap proliferasi cell-line MCF-7 dilakukan uji analitik One Way Anova
dengan p,0,005 dibuktikan dengan terjadinya penurunan rerata prosentase sel hidup seiring
dengan peningkatan dosis. Hasil IC50 yang diproleh yaitu pada dosis 60,05 g/ml
Kesimpulan : Pemberian ekstrak tapak dara (Catharantus roseus L) fraksi heksan
berpengaruh terhadap proliferasi sel kanker payudara.

Kata Kunci = cell-line MCF-7 kanker payudara, tapak dara (Catharantus roseus L), Alkaloid

ABSTRACT

Background : Catharantus roseus Extract with DCM solution containing alkaloid that proven
can inhibit cancer proliferation. Earlier study shoe that Catharantus roseus extract realy poten to
deacreas the proliferation of T47D cell lines repair Histopatologic view to adenocarsinoma
breast cancer. Research aim to prove the influence of extract Catharantus roseus of heksan
faction against MCF-7 cell line .
Design and Method Penelitian : The kind of research with post test only control group design
.Use the subject of cell-line MCF-7 research of breast cancer that is divided into 9 the treatment
group as positive control and 1 group with DSMO solution as negative control then incubated for
72 hours.
Result : From the test results obtained that Catharantus roseus extract of heksan faction impact
on proliferation of cell-line MCF-7 proven by One Way Anova with p<0,005 evidenced by a
decline in average percentage living cells line with the improvement doses.The results of IC50
can be obtained for 60,05 g/ml doses.
Conclusion : It is concluded that the provision of Catharantus roseus extract of heksan faction
impact on cell proliferation of MCF-7 Cell lines on breast cancer
.

Kata Kunci = cell-line MCF-7 kanker payudara, tapak dara (Catharantus roseus L), Alkaloid

PENDAHULUAN

Kanker payudara masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia karena belum jelas
etiologinya dan kurangnya pengetahuan masyarakat akan penyakit kanker payudara.
Permasalahan tersebut disebabkan karena proliferasi sel kanker yang tidak terkontrol. Proliferasi

sel yang berlebihan dapat menyebabkan pertumbuhan sel yang tidak normal seperti Kanker.
Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan payudara yang dapat
menimbulkkan manifestasi sebagai berikut: perubahan bentuk payudara, rasa asakit pada bagian
dada, keluarnya cairan yang abnormal, kekuningan pada kulit dan pembesaran kelenjar
lympe.(saunders 2009) Sel kanker Payudara yang berploferasi dan menyebar dengan cepatdan
akan

sukar dihambat oleh berbagai macam terapi yang sudah ada seperti kemoterapi,

radioterapi, hingga terapi target molekuler (Coley, 2008). Penelitian sebelumnya menyebutkan
bahwa tanaman tapak dara memberi efek anti ploriferasi yang poten pada terhadap sel kanker
terutama pada sel leukemia dan sel limfoblastik hal ini disebabkan karena kandungan zat
alkaloid yang tinggi pada tanaman tersebut namun sejauh ini belum diketahui efeknya pada
kanker payudaara(Saputra 2000).

Kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak mmenyerang wanita pada usia
pertengahan, kasusnya meningkat pada negara-negara yang masih berkembang (World
CancerReport.2003). Kanker payudara merupakan pembunuh wanita utama kedua setelah kanker
leher rahim. Insiden dan angka kematiannya cukup tinggi bahkan setiap tahun bertambah
jumlahnya. Menurut WHO 1,2 juta orang terdiagnosis kanker payudara. Di Amerika sampai
dengan tahun 2004 tercatat 215.900 wanita mengidap kanker payudara invasive, 59.390 wanita
di diagnosis dengan kanker payudara insitu dan 1.450 wanita di diagnosis dengan kanker
payudara. Dilaporkan pula bahwa 40.110 wanita meninggal karena kanker payudara. Hal ini
menunjukan tingginya angka kematian terhadap kanker payudara yang dapat mengakibatkan
kerugian dibidang ekonomi, dikarenakan menghabiskan biaya yang sangat mahal dengan hasil
yang kurang maksimal (Daniel et al 2010) oleh karena iytu terapi lain yang dapat dilakukan
adalah terapi Herbal. Dari hasil penelitian terapi herbal terbilang aman dan tidak menimbulkan
ketergantunbgan dan efek samping yang minim (Coley 2008).
Tanaman tapak dara mengandung zat alkaloid yaitu vinblastin dan vinkistin kedua zat
tersebut mempunyai efek anti neoplastik yang sangat poten melawan sel kanker(Nazya 2006)
vinkistin dan vinblastin dibuat dengan cara semi sintetik dengan bentuk 5-nor-vinka-alkaloid
dengan memodifikasi ikatan alkalanin sehingga dapat digunakan secara oral dan dikenal sebagai
vinorelbin(navelbine) zat tersebut sangat poten terhadap

polimeraswi mikro tubulimitotik

sehingga dapat menghambat proliferasi dan metastase sel kanker dengan cara menghambat

proses siklus sel pada fase G1(saputra k 2000). Berbagai penelitian menyebutkan bahwa terdapat
korelasi yang kuat antara kandungan alkaloid dengan efek proliferasi sel kanker,(Nazyam 2006).
. Berdasarkan kajian di atas, peneliti ingin megetahui pengaruh pemberian ek ekstrak daun
tapak dara(Catharanthus Roseus L) terhadap proliferasi sel MCF-7 kanker payudara.
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tapak dara
(Catharantus roseus L) terhadap proliferasi sel kanker payudara, dan ntuk mencari dosis efektif
(IC-50) ekstrak tapak dara (Catharantus roseus L) pada pertumbuhan cell-line MCF-7.
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan
tentang pengaruh ekstrak tapak dara (Catharantus roseus L) terhadap pertumbuhan cell-line
MCF-7.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental dengan metode post test only
control group design. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah ekstrak tapak dara
(Catharantus roseus L). Variable tergantung pada penelitian ini adalah proliferasi sell line MCF7 kanker payudara. Ekstrak yang diperoleh dari hasil maserasi secara bertingkat dari tapak
dara(Catharantus roseus L) segar seberat 360,490 gram ditambahkan pelarut nonpolar
heksana sebanyak

600 ml kemudian menjadi ekstrak kering berupa serbuk seberat 46,05

gram, diaduk selama 30 menit dengan mesin stiller (Ishtar Hitz Stir), didiamkan selama 7 hari,
lalu disaring dan diulangi sebanyak 3 kali. Kemudian ekstrak diuapkan dengan mesin rotary
vacum evaporator pada suhu 70C0 sampai diperoleh ekstrak pekat heksan. hasil akhir yang
didapatkan adalah 0,060 gram dan diberikan dalam dosis 1000 g/ml, 500 g/ml, 250 g/ml,
125 g/ml, 62,5 g/ml, 31.25 g/ml, 15,62 g/mlProliferasi sel line MCF-7 kanker payudara
adalah pertumbuhan atau jumlah banyaknya sel line MCF-7 kanker payudara yang hidup pada
medium DMEM setelah diberi perlakuan Catharantus roseus L, diuji dengan metode MTT
(Microculture Tetrazolium Teqnique) dalam bentuk angka dan dianalisis dengan alat elisa
reader dengan panjang gelombang 595 nmyang akan membaca jumlah sel yang hidup.
Selanjutnya dihitung dengan rumus kemudian ditentukan nilai IC50 nya.

% sel hidup = Absorbansi perlakuan Absorbansi kontrol media x 100%


Absorbansi kontrol sel Absorbansi kontrol media.

Subyek pada penelitian ini adalah sel line MCF-7 kanker payudara yang berasal dari
Laboratorium Farmasi FK UNISSULA yang kemudian dikultur, diberi perlakuan, dan dianalisis di

Laboratorium SCCR (Stem Cell Cancer Research) FK UNISSULA Semarang. Penelitian dimulai
dengan preparasi kultur sel MCF-7 kanker payudara dan pembuatan ekstrak tapak dara
(Chatarantus roseus L) dengan menggunakan pelarut heksan, dari

tanaman tapak dara

(Chatarantus roseus L)basah 1 kg menjadi serbuk kering5 gram, dengan menggunakan pelarut
heksan didapatkan ekstrak tapak dara (Chatarantus roseus L) sebanyak 0,5 gram. Ekstrak
tapak dara (Chatarantus roseus L) sebanyak 5 mg kemudian ditambahkan dengan DMSO
sebanyak 50l dan dilakukan vortexsehingga larut dan homogen menjadi larutan stock. Larutan
stock tersebut kemudian dibuat larutan induk dan larutan uji. Setelah itu dibuat menjadi 9
konsentrasi yaitu 1000 g/ml, 500 g/ml, 250 g/ml, 125 g/ml, 62,5 g/ml, 31.25 g/ml, 15,62
g/ml,. Masing-masing konsentrasi tersebut kemudian diinkubasi bersama dengan sel kanker
payudara MCF-7 selama 72 jam. Penelitian ini menggunakan satu kontrol positif dan satu
kontrol negatif dengan pengulangan sebanyak tiga kali. Setelah 68 jam diinkubasi masingmasing sampel diberi MTT (Microculture Tetrazolium Teqnique) kemudian diinkubasi kembali
selama 4 jam kemudian diberi stoper, dan diamati menggunakan mikroskop inverted dengan
pembesaran 400x akan tampak gambaran kristal formazan dan dibaca dengan alat elisa reader
dengan panjang gelombang 595 nm dan akan diperoleh nilai pada masing-masing well.
Tempat perlakuan dilakukan di laboratorium Stem Cell Cancer And Research (SCCR)
Rumah Saki Islam Sultan Agung Semarang.
Analisis hasil penelitian dilakukan uji deskriptif terlebih dahulu kemudian dilanjutkan uji
normalitas menggunakan Shapiro-wilk dan uji homogenitas menggunakan Levene test.
Didapatkan data normal dan homogen maka dilakukan uji One-Way anova,dan analisis post
hoc dengan LSD setelah itu dilakukan uji probit untuk menentukan IC50.

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil perhitungan persentase sel hidup dapat diketahui persentase


penghambatan pertumbuhan sel seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.1. Pada dosis
tertinggi (1000 l) persentase penghambatan pertumbuhan sel juga yang tertinggi yaitu
97,73%(jumlah sel yang hidup 2,05%); sedangkan pada dosis terendah (15,63l) persentase
penghambatan pertumbuhannya juga yang terendah yaitu 28,00%. Tampak dari tabel 4.1
bahwa persentase penghambatan pertumbuhan hingga 50% berada di rentang dosis 31,25
sampai dengan 62,5l. Hasil uji probit diperoleh nilai IC50pada dosis 60,05l. Persentase
penghambatan pertumbuhan berlawanan dengan persentase pertumbuhan sel hidup, dimana

semakin tinggi persentase sel hidup maka semakin rendah persentase penghambatan
pertumbuhan sel.

Tabel 1. Hasil Penghitungan Persen Sel Hidup dan Penghambatan Pertumbuhan

Rata-rata persentase

Penghambatan Pertumbuhan

pertumbuhan sel (%)

(%)

15,63

65,18

28,00

31,25

55,16

39,07

62,5

29,09

67,87

125

24,26

73,20

250

12,79

85,87

500

5,55

93,87

1000

2,05

97,73

Dosis (l)

Tabel 1 menunjukkan penurunan prosentase sel hidup dimulai dari dosis 1000 g/ml
hingga dosis 3,9 g/ml dimana penurunan prosentase sel hidup ini terjadi seiring dengan
peningkatan dosis. Hasil uji normalitas data dengan menggunakan metode Shapiro-Wilk,
didapatkan nilai p > 0,05 sehingga sebaran data berdistribusi normal. Hasil uji homogenitas
data dengan menggunakan metode levene test dan didapatkan nilai p > 0,05 sehingga varian
data homogen. Karena data yang diperoleh berdistribusi normal dan sebarannya homogen
maka dilakukan uji One Way Anova. Hasil uji One Way Anova didapatkan nilai signifikasi yaitu
0,000 (p < 0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna prosentase sel MCF-7 kanker
payudara yang hidup pada tiap kelompok. Hasil uji Post Hoc test (Least Significant
Difference/LSD) sebagian besar antar masing-masing kelompok dosis memiliki perbedaan yang
bermakna kecuali pada dosis-dosis tertentu. Selanjutnya dilakukan uji probit, dengan hasil nilai
IC50 sebesar 60,05 g/ml.

PEMBAHASAN

Penghitungan rata-rata presentase sel hidup MCF-7cell line setelah diberikan ekstrak
tapak dara (Catharanthus roseus) dengan dosis berbeda-beda, didapatkan hasil rata-rata sel
MCF-7 hidup pada tiap-tiap kelompok dosis. Pada kelompok 15,63 l menghasilkan ratarata sel MCF-7 hidupsebesar 65,18%, kelompok dosis 31,25l menghasilkan rata-rata sel
MCF-7hidup sebesar55,16%, kelompok dosis 62,5l menghasilkan rata-rata sel MCF-7
hidup sebesar 29,09%, kelompok dosis 125 l menghasilkan rata-rata sel MCF-7 hidup
sebesar 24,26%, kelompok dosis 250 l menghasilkan rata-rata sel MCF-7 hidup sebesar
12,79%, kelompok dosis 500 l menghasilkan rata-rata sel MCF-7 hidupsebesar 5,55%, dan
kelompok dosis 1000 l menghasilkan rata-rata sel MCF-7 hidupsebesar 2,05%.
Rata-rata sel MCF-7 yang hidupmengalami penurunan seiring dengan pemberian
ekstrak daun tapak dara dalam berbagai serial dosis. Hal ini terjadi karena ekstrak daun
tapak dara menghambat progresi siklus sel sehingga menghentikan proses proliferasi sel
MCF-7kanker payudara. Hasil uji probit menghasilkan nilai IC50 sebesar 60,05l, artinya
pada dosis tersebut ekstrak daun tapak dara dapat menghambat proliferasi atau pertumbuhan
sel MCF-7kanker payudara hingga sebesar 50%.
Kemampuan penghambatan ekstrak tapak dara terhadap proliferasi sel MCF-7kanker
payudara karena kandungan alkaloid di dalamnya. Tapak dara (Catharantus roseus L.)
mengandung 70 jenis alkaloid seperti vinblastine, vincristine, vincadioline, leurosine,
leurosidine, catharanthine,vindoline, vindolinine, locherinine, tetrahidroaestonine, dan
lainnya (Yuliarti, 2010). Alkaloid jenisvinblastine dan vincristinedalam penelitian
sebelumnya mempunyai zat aktif yang dapat menghambat selkanker leukimia maupun sel
kanker yang lain (Sain dan Sharma, 2013). Kedua zat aktif ini dapatmenghentikan
pembelahan sel kanker pada tingkat metafase (mitosis),menghambat sintesis basa purin
DNA maupun RNA sel kanker sehinggaperkembangan sel kanker dapat dihambat. Alkaloid
jenis vinblastine efektif menghambat sel kanker linisel L 1210 , P1534, HKR, EAC, S180 dan sel
kankerpayudara (Ahmad dkk., 2010).
Vinblastine bekerja dengan cara menghancurkan benang spindle sehingga pembelahan
sel kanker terhenti pada metafase (benang spindel terbentuk dari mikrotubul pada
metaphase). Perhentian pada metafase menyebabkan kematian sel. Selain itu juga spesifik

untuk fase M dan S. Vinblastin juga mempengaruhi asam nukleat dan sintesis protein
dengan

memblok

asam

glutamat

dan

penggunaannya

(Linskens

dan

Jackson,

2006).Vincristineberikatan dengan tubulin dan inhibisi formasi mikrotubula, menahan sel


pada fase metafase dengan mengganggu spindel mitotik; spesifik untuk fase M dan S.
Vinblastin juga mempengaruhi asam nukleat dan sintesis protein dengan memblok asam
glutamat dan penggunaannya (Linskens dan Jackson, 2006).
Sifat antikanker ekstrak daun tapak dara terhadap proliferasi sel MCF-7 dalam
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Widowati dkk (2013) yang meneliti efek
ekstrak daun tapak dara pada sel T47D. Akan tetapi nilai IC50 yang dihasilkan berbeda,
IC50 penelitian ini pada dosis 60,05 l, sedangkan pada penelitian Widowati dkk (2013)
sebesar 2,8l dan ekstrak daun tapak dara tersebut dapat menginduksi apoptosis sebesar
37,67% yang diukur dengan metode flow citometry.
Penelitian ini memiliki keterbatasan penelitian yaitu belum diketahuinya kematian
MCF-7cell line karena apoptosis ataukah nekrosis, sehingga perlu meneliti untuk kejelasan
kematian MCF-7cell line tersebut menggunakan metode flow cytometri. Selain itu pada
penelitian ini belum menganalisis secara khusus interaksi dari molekul-molekul protein yang
terkait dalam kematian sel pada jalur onkogenesis. Penelitian ini masih mengembangkan sel
kanker secara in vitro sehingga pemberian dosis belum bisa mewakili untuk kanker yang ada
di dalam tubuh, penelitian ini belum dapat meneliti pengaruh ekstrak tapak dara
(Catharanthus roseus) terhadap daya sitotoksisitas pada sel normal.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diambil simpulan bahwa terdapat
pengaruh pemberian ekstrak tapak dara (Catharantus roseus L) fraksi heksan terhadap
proliferasi cell-line MCF-7 kanker payudara serta didapatkan nilai dosis efektif (IC50) sebesar
169,158 g/ml.
SARAN

Perlu diketahui efek hambat proliferasi pada masa inkubasi 48 jam, perlu diketahui
pengaruh ekstrak tapak dara (Catharantus roseus L) terhadap reseptor estrogen dan juga
terhadap jalur-jalur apoptosis baik jalur intrinsik maupun jalur ekstrinsik.
DAFTAR PUSTAKA

Coley, H.M. 2008. Mechanisms and strategies to overcome chemotherapy resistance in


metastatic breast cancer. Cancer Treat. Rev. (34) 378-390
Harper LJ, Costea DE, Gammon L, Fazil B, Biddle A and Mackenzie IC. 2010. Normal and
malignant epithelial cells with stem-like properties have an extended G2 cell cycle phase
associated with apoptotic resitance. BMC Cancer. (10):1471-07.
Kemenkes,2013, Seminar Sehari Dalam Rangka Memperingati Hari Kanker Sedunia, dalam
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/2233-seminar-sehari-dalamrangka-memperingati-hari-kanker-sedunia-2013.html, dikutip tanggal 13 Maret 2014
King,

Roger. 2006.

Cancer

Biology.

Essex,

England:

Pearson

Education.

pp.:146.http://books.google.co.uk/books?hl=en&lr=&id=saDOg1B_BVMC&oi=fnd&pg
=PT4&dq=cancer+biology+king+and+robins&ots=AODTo_pgrX&sig=agaFlv9eaxDFX
mze4WKTOLKC8KE#v=onepage&q=cancer%20biology%20king%20and%20robins&f
=false .
Kumar V, Abbas AK, Fausto N. 2005. Neoplasia. In: Robbins and Cotran Pathology Basis of
Disease. 7th Ed, Philadelphia. Elsevier Saunders.:1041- 1042.
Kumar V., Cotran RS., Robbins SL. 2003. Robbins Basic Pathology: Neoplasia. Philadelphia:
Elsevier Science.: 145-125
Kumar V., Cotran RS., Robbins SL., Abbas., Fausto. 2004. Pathological Basis of
Disease. Elsevier Science.
Lilly M, Duronio R. 2005. New insights into cell cycle control from the Drosophila
endocycle. Oncogene. 24.(17): 2765-75.

Mahmoudi

and

Morteza. 2011.

Effect

of

Nanoparticles

on

the

Cell

Life

Cycle.

ChemicalReviews 111. (5):340732.


Olaku O, White JD. 2011. Herbal therapy use by cancer patients: a literature review on case
reports. Eur J Cancer.;47:508514. [PMC free article][PubMed]
Putra, A., Tjahjono, T., & Winarto, W. 2012. The Effectiveness of Typhonium flagelliforme
Tuber Extract of Diclorometanolic fraction on The Inhibition of Proliferation of MCF-7
Human Breast Cancer Cell-Line. Journal of the Indonesian Medical Association, 62(01).
Putra, A., 2012,Molekuler Onkogenesis :Konsep genetik, Virus, Radiasi-Kimia, Mutasi Gen,
Epigenetik dan Signalling, Terbitan Pertama, Unissula Press, Semarang, 89-103.
Rubenstein, Irwin, Susan M., Wick. 2008. "Cell." World Book Online ReferenceCenter.:102240.
Sijabat, L. (2009). Pengaruh Pemberian Ekstrak Sponge Haliclona sp terhadap Aktivitas
Proliferasi Sel dengan Metode Hitung AgNOR pada Sel Adenocarcinoma Mammae
Mencit C3H (Doctoral dissertation, Medical Faculty).
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS). 2010.http://www.depkes.go.id/index.php?.
Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. 2009. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2 ed. Jakarta: EGC;. p. 387-402
Sudiana, I. K. (2008). Patobiologi Molekuler Kanker. Penerbit Salemba.
WHO.2008.Global Cancer Control:Worldwide Cancer Burden,WHO Press.
Sudewo B. Tanaman obat popular pengepur aneka penyakit. Jakarta: Agromedika Pustaka, 2004.
Sukardiman, Abdul Rahman, Wiwied Ekasari, dan Sismindari. 2005. Induksi Apoptosis
Senyawa Andrografolida dari Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) terhadap Kultur
Sel Kanker. Volume 21. Media Kedokteran Hewan. Surabaya : Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga.
Sukardiman. 2007. Mekanisme Induksi Apoptosis Pinostrobin dari Kaempferid pandurata Roxb.
Dan Andrografolida dari e. Terhadap Sel Kanker Manusia secara In Vitro dan
Implikasinya pada Penggunaan secara In Vivo. Disertasi. Fakultas Farmasi Universitas

Airlangga.
Winarto W.P. 2003. Sambiloto: Budi Daya dan Pemanfaatan untuk Obat. 1st ed. Jakarta: Penebar
Swadaya. P. 1-12
World

Cancer

Report.

June

2003.

International

agency

for

research

on

cancer.

Http://www.iarc.fr/en/publications/PDFs-online/word-cancer-report.retrived 2009-03-26.

Lacroix et al, 2006 Endocrine Related Cancer p 53 breast cancer and update
Linskens H.F., Jackson J.F., 2006, Immunology in Planc Sciences, Modern Methods of Plant
Analysis, New Series Volume 4, Springer Verlag, New York, 110-113.
Sain M., Sharma V., 2013, Catharanthus roseus (An anti-cancerous drug yielding plant) - A
Review ofPotential Therapeutic Properties, Int. J. Pure App. Biosci. 1 (6): 139-142.
Widowati W., Mozef T., Risdian C., Yellianty Y., 2013, Anticancer and free radical
scavenging potency of Catharanthus roseus, Dendrophthoe petandra, Piper betle and
Curcuma mangga extracts in breast cancer cell lines, Oxid Antioxid Med Sci. 2013; 2(2):
137-142.
Yuliarti N., 2010, Sehat, Cantik, Bugar dengan Herbal dan Obat Tradisional, Andi, Yogyakarta,
64.

Anda mungkin juga menyukai