Linggar Queentari

01211840000073
Litkim kelas B
Sifat Anti Kanker dari Pericarp Manggis
Kanker adalah penyakit yang melibatkan pertumbuhan sel abnormal dengan
potensi menyerang atau menyebar ke bagian tubuh yang lain. Saat ini, pengobatan
penyakit kanker yang telah ada seperti kemoterapi, operasi, dan radiasi dinilai belum
sepenuhnya efektif untuk membunuh sel kanker. Oleh karena itu diperlukan
penelitian lebih lanjut, khususnya dengan menggunakan bahan-bahan alami. Salah
satu yang bisa dikembangkan adalah buah manggis atau Garcinia Mangostana Linn,
mengingat buah ini telah dimanfaatkan sejak berabad-abad yang lalu untuk
mengobati berbagai penyakit (Zhang et al., 2018; Moonkarndi, et al., 2004; Wang et
al., 2012).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wang dkk pada tahun 2012
diketahui bahwa pericarp (kulit) buah manggis yang diekstraksi dengan larutan etanol
(MPEE) menyebabkan efek anti kanker pada dua jenis sel kanker kulit, yaitu sel A-
431 dan sel SK-MEL-28. Sifat anti kanker ini ditunjukkan dari adanya aktivitas anti
proliferasi dan aktivitas apoptosis pada kedua sel kanker setelah diberi treatment
inkubasi MPEE. Anti proliferasi sendiri adalah mencegah sel untuk mengulangi
siklus sel tanpa hambatan, sedangkan apoptosis adalah kematian sel secara
terprogram. Untuk mengetahui aktivitas anti proliferasi pada sel kanker kulit setelah
treatment, maka dilakukan pengujian crystal violet yang bertujuan mengukur
kemampuan sel untuk mempertahankan hidup (viabilitas). Hasil yang diperoleh
adalah tingkat viabilitas dari kedua sel kanker kulit lebih rendah jika dibandingakan
dengan sel normal yang sebelumnnya telah sama-sama di-treatment. Hal ini juga
berarti bahwa MPEE menunjukan sifat sitotoksinitas yang lebih rendah pada sel
normal dibanding dengan sel kanker kulit. Selain itu, aktivitas antiproliferasi juga
diketahui melalui perubahan morfologis pada kedua sel kanker kulit sebelum dan
sesudah di-treatment. Perubahan yang terjadi adalah sel kanker menjadi bulat dengan
bagian permukaan yang terkelupas. Sementara itu, untuk mengetahui aktivitas
apoptosis dari kedua sel kanker yang telah di-treatment, maka dilakukan pengujian
Annexin V-conjugated propidium iodide dan juga pengujian kadar enzim kaspase
pada kedua sel kanker kulit tersebut. Hasil yang diperoleh adalah terjadinya
peningkatan jumlah sel kanker kulit yang mengalami apoptosis awal juga
peningkatan enzim kaspase (enzim yang berperanan dalam apoptosis) jika
dibandingkan dengan sel kanker kulit sebelum di-treatment.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Moongkarndi dkk pada tahun 2004, pada
penelitian ini digunakan pericarp buah manggis yang diekstraksi menggunkan larutan
methanol (CME) untuk menginkubasi sel kanker payudara SKBR3. Setelah dilakukan
treatment inkubasi tersebut, maka dilakukan pengujian dan pengamatan terhadap sel
kanker payudara untuk mengetahui sifat anti kanker dari buah manggis. Pertama
dilakukan pengujian menggunakan metode MTT untuk mengetahui aktivitas
antiproliferasi dari sel kanker payudara setelah di-treatment, diketahui bahwa
viabilitasnya semakin menurun apabila konsentrasi CME dinaikkan. Kemudian,
perubahan morfologis pada sel kanker payudara setelah di-treatment dianalisis
menggunakan pewarnaan H033342 dan PI, hasil yang diperoleh diantaranya terjadi
penyusutan membran sitoplasmik, hilangnya kontak dengan sel tetangga, rusaknya
sitoskeleton, dan terbentuknya badan apoptosis. Perubahan-perubahan ini
menyebabkan sel kanker panyudara secara tidak langsung mengalami apoptosis.
Selain itu, pada penelitian ini aktivitas apoptosis juga diketahui melalui keberadaan
fragmentasi DNA pada sel kanker payudara yang dianalisis menggunakan agarose
gel electrophoresis. Hasil yang diperoleh pada sel kanker payudara setelah di-
treatment, DNA terfragmentasi dapat dilihat dengan jelas, dan sebaliknya pada sel
kanker payudara sebelum di-treatment tidak terdapat DNA terfragmentasi.
Berbeda dengan kedua penelitian yang menggunakan ekstrak dari pericarp
buah manggis, penelitian yang dilakukan oleh Zhang dkk pada tahun 2018
menggunkanan A-mangostin yang merupakan senyawa alami dari pericarp buah
manggis untuk menginkubasi sel kanker paru-paru kecil A549. Kemudian dilakukan
pengujian yang sama dengan penelitian Moongkarndi pada tahun 2004 yaitu dengan
metode MTT, hasilnya diketahui bahwa viabilitas dari sel kanker paru-paru setelah
treatment semakin menurun apabila konsentrasi A-mangostin juga semakin
ditingkatkan. Sedangkan untuk mengetahui aktivitas apoptosis dari sel kanker paru-
paru setelah treatment, dilakukan pengujian yang sama dengan penelitian Wang dkk
pada tahun 2012 yaitu pewarnaan annexin V/PI. Hasilnya, ketika sel kanker paru-paru
di-treatment dengan 5µM A-mangostin, terdapat 18% yang mengalami apoptosis dan
ketika ditingkatkan menjadi 10µM A-mangostin, terdapat 38% yang mengalami
apoptosis. Selain itu pada penelitian ini aktivitas apoptosis juga diamati melalui rasio
Bax/Bcl-2.
Kesimpulannya, pericarp buah manggis memiliki sifat antikanker khususnya
pada sel kenker kulit (sel A-431dan sel SK-MEL-28), sel kanker payudara (sel
SKBR3), dan sel kanker paru-paru kecil (sel A549). Selain itu ekstrak dari pericarp
buah manggis dapat dimanfaatkan sebagai obat kanker yang lebih aman untuk tubuh,
karena sifat sitotoksiknya terhadap sel normal yang relatif rendah.

Daftar Pustaka:
Moongkarndi, P., Kosem, N., Kaslungka, S., Luanratana, O., Pongpan, N., Neungton,
N., 2004. Antiproliferation, antioxidation and induction of apoptosis by
Garcinia mangostana (mangosteen) on SKBR3 human breast cancer cell line.
J. Ethnopharmacol. 90, 161–166. https://doi.org/10.1016/j.jep.2003.09.048
Wang, J.J., Shi, Q.H., Zhang, W., Sanderson, B.J.S., 2012. Anti-skin cancer
properties of phenolic-rich extract from the pericarp of mangosteen (Garcinia
mangostana Linn.). Food Chem. Toxicol. 50, 3004–3013.
https://doi.org/10.1016/j.fct.2012.06.003
Zhang, C., Yu, G., Shen, Y., 2018. The naturally occurring xanthone α-mangostin
induces ROS-mediated cytotoxicity in non-small scale lung cancer cells.
Saudi J. Biol. Sci. 25, 1090–1095. https://doi.org/10.1016/j.sjbs.2017.03.005