Anda di halaman 1dari 16

TUMBUHAN

HERBAL
SEBAGAI
ANTIKANKER

A S M I AT I M U L K I N
I V O N N E WA T A N I A
MEKOYELANO MALISHVERE
APA ITU KANKER?
• Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan tidak
normal sel pada jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Saat
ini, penanganan untuk penyakit kanker dapat dilakukan dengan
kemoterapi, radioterapi, dan operasi. Beberapa obat kemoterapi yang
paling sering digunakan adalah antimetabolit, senyawa interaktif DNA,
senyawa antitubulin, hormon, dan senyawa penarget molekular. Saat ini
banyak tanaman herbal yang dipercaya masyarakat sebagai antikanker,
ditunjukan dengan beberapa penelitian dan ketersediaan tanaman herbal
relatif lebih mudah ditemukan oleh masyarakat.
TANAMAN HERBAL YANG MEMILIKI
AKTIVITAS ANTIKANKER
BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM L.)
• Allium sativum atau bawang putih diketahui mempunyai efek antikanker. Studi epidemiologi
menunjukkan bahwa konsumsi bawang putih dapat memberikan efek proteksi pada kanker
gastrointestinal.
• Pada penelitian, konsumsi bawang putih dapat menekan progresi dari adenoma kolorektal dan
meningkatkan aktivitas serta jumlah dari sel natural-killer oleh senyawa aktifnya yaitu S-
allylcysteine. Karena hal tersebut bawang putih dapat mencegah penurunan kualitas hidup
akibat kanker.
• Senyawa lain yang terkandung dalam bawang putih yaitu organosulfur yang dapat mencegah
terjadinya kanker, termasuk kanker kolon. Penelitian dilakukan dengan membandingkan
Sallylcysteine dan S-allylmercaptocysteine yang terkandung dalam bawang putih pada sel
kanker kolon HT-29 dan SW-480. Hasil penelitian menunjukan bahwa SAMC dapat
menghambat pertumbuhan serta menonaktifkan sel pada fase G-2-M dan menginduksi
terjadinya apoptosis. Terdapat efek samping yang ditimbulkan apabila konsumsinya berlebihan
yaitu gatal, eksim pada ekstremitas atas, nyeri epigastrium, dan glositis (Ishikawa et al., 2006).
GINSENG (PANAX GINSENG C.A.MEY.)
• Berdasarkan pada hasil uji klinis, P. ginseng yang mengandung
9,10-dimethyl1,2-benzanthmacene, urethane, aflatoxin B1, dan N-2-
fluomenylacetamide dapat menurunkan insidensi kanker dan efek
perbaikan pada penderita kanker. Studi menunjukkan bahwa
ginseng segar, jus, dan teh menurunkan risiko kanker faring, laring,
esofagus, perut, kolorektal, pankreas, liver, paru-paru, dan ovari.
Namun terdapat efek samping yang ditimbulkan apabila dikonsumsi
berlebihan yaitu gangguan tidur, tekanan darah naik, sakit kepala
dan diare (Yun and Choi, 1995).
KUNYIT (CURCUMA LONGA L.)
• Kunyit mengandung senyawa aktif kurkumin. Kurkumin oral ditoleransi
dengan baik, meskipun penyerapannya terbatas dengan kadar nanogram,
tapi memiliki aktivitas biologis pada beberapa pasien dengan kanker
pankreas. Data praklinis menunjukkan bahwa curcumin memiliki
aktivitas ampuh melawan kanker pankreas, tetapi tingkat paparan yang
lebih tinggi perlu dicapai. Kurkumin bersifat hidrofobik oleh karena itu
tidak dapat diberikan intra vena (i.v). Namun lipofilik yang dienkapsulasi
dalam liposom dapat diberikan dengan rute i.v. Kurkumin liposomal yang
diberikan secara sistemik memiliki aktivitas antitumor in vitro dan in
vivo, dan tidak memiliki toksisitas pada hewan uji.
TEH HIJAU (CAMELLIA SINENSIS L. (KUNTZE))
• Penelitian terbaru menunjukkan bahwa cathecin, senyawa
polifenol yang terdapat pada teh hijau merupakan konstituen
aktif yang memberikan efek antikanker. Dalam teh hijau
terkandung Epigallocatechin-3-gallate (EGCG) yang
merupakan jenis katekin yang paling berlimpah dan
mencakup sekitar 50-75% dari total kandungan katekinnya.
ECGC juga merupakan antioksidan yang paling efektif dalam
hal manfaat kesehatannya. EGCG bersifat toksik atau racun
bagi selsel kanker pada uji laboratorium.
SPIRULINA
• Spirulina adalah sianobakteri atau mikroalga hijau biru. Biomassa Spirulina mengandung
komponen kimia di antaranya protein 55-70%, lipid 4-6%, karbohidrat 17-25%, asam lemak
tidak jenuh majemuk seperti asam linoleat (LA) dan γ-linoenat (GLA). Spirulina juga
mengandung vitamin di antaranya asam nikotinat, riboflavin, thiamin, sianokobalamin,
mineral, asam amino dan bahan aktif lainnya seperti karotenoid, pigmen klorofil, dan
fikosianin.
• Ekstrak kasar etanol Spirulina platensis dapat menghambat sel kanker payudara (MCF7)
pada konsentarsi 85 μg/mL. Skrining antikanker oleh Canan (2012) menunjukkan bahwa
ekstrak kasar dan fikosianin dari Spirulina hasil kultivasi dengan media Zarrouk mampu
menghambat berbagai jenis sel kanker, salah satunya sel MCF-7.
• Aktivitas antikanker dan selektivitas ekstrak kasar Spirulina dikultur menggunakan media
Walne dan organik, kemudian dideteksi apoptosisnya. Tahapan penelitian meliputi kultivasi
dan pemanenan Spirulina, ekstraksi komponen aktif, uji antikanker dan deteksi apoptosis.
METODE PENELITIAN SPIRULINA
• Kultivasi Spirulina
Spirulina dikultivasi di dalam toples menggunakan media Walne dan media organik (RI1 dan
Urea), dengan suhu ruang (20-25o C), intensitas cahaya 3000 lux, salinitas air laut 15 ppt dan
bibit yang digunakan 20% dari volume kultur. Spirulina dipanen pada hari ke-12 dengan nilai
Optical Density ≥0,5 (Pelczar dan Chan 2006) menggunakan nylon mesh berukuran 20 mikron.
Biomassa kemudian dikeringkan dengan metode oven (40o C) selama 24 jam.

• Ekstraksi Spirulina
Spirulina dikultivasi di dalam toples menggunakan media Walne dan media organik (RI1 dan
Urea), dengan suhu ruang (20-25o C), intensitas cahaya 3000 lux, salinitas air laut 15 ppt dan
bibit yang digunakan 20% dari volume kultur. Spirulina dipanen pada hari ke-12 dengan nilai
Optical Density ≥0,5 (Pelczar dan Chan 2006) menggunakan nylon mesh berukuran 20 mikron.
Biomassa kemudian dikeringkan dengan metode oven (40o C) selama 24 jam.
• Prosedur Analisis Analisis komponen bioaktif
Analisis komponen aktif sampel Spirulina mengacu pada Harborne (1996) yang meliputi
pengujian senyawa alkaloid, steroid, saponin, flavonoid dan fenol hidrokuinon.

• Analisis aktivitas dan selektivitas antikanker secara in vitro


Pengujian antikanker dilakukan terhadap sampel Spirulina dengan mengacu pada Zachary (2003).
Sel lestari kanker didapatkan dari hasil kultur di Pusat Studi Satwa Primata (PSSP-IPB). Uji
toksisitas dilakukan dengan metode 3-(4,5-Dimethylthiazol-2-yl)-2,5- diphenyltetrazolium
bromide (MTT) terhadap sel normal payudara (MCF-12a) dan sel kanker payudara (MCF-7). Sel
yang tidak mendapat perlakuan digunakan sebagai kontrol negatif, sedangkan kontrol positif
yaitu doksorubisin. Sel hidup akan bereaksi dengan reagen MTT membentuk formazan dan
absorbansi diukur pada panjang gelombang 595 nm menggunakan spectrophotometric plate
reader. Persentase penghambatan sel kemudian dihitung menggunakan rumus:
• Nilai IC50 diperoleh dari plot hubungan antara konsentrasi sampel sebagai
sumbu-x (absis) dan % aktivitas penangkapan DPPH radikal sebagai sumbu-y
(ordinat), setelah didapatkan nilai IC50 pada sel normal (MCF-12a) maupun sel
kanker payudara (MCF-7) maka dapat dihitung nilai SI (selectivity index) yang
menunjukkan selektivitas sampel terhadap sel yang diuji menggunakan rumus:

• Deteksi apoptosis sel menggunakan pewarna Hoescht 33342


Sel kanker (MCF-7) yang dikultur dalam 8-well slide chamber dengan
konsentrasi 10.000 sel/slide diberi perlakuan konsentrasi sesuai dengan nilai
IC50 yang didapatkan. Pewarnaan sel menggunakan Hoechst 33342 mengacu
pada Kim et al. (2007). Pengamatan apoptosis sel dilakukan menggunakan
mikroskop fluoresens UV-2A dengan panjang gelombang eksitasi 330-380 nm.
• Analisis Data
Penghitungan nilai IC50 menggunakan analisis regresi linier untuk
mengetahui besarnya konsentrasi suatu bahan yang dapat menghambat
aktivitas sel kanker sebanyak 50%. Penghitungan nilai selectivity index
(SI) dengan menghitung IC50 sel normal dibagi dengan IC50 sel kanker.
Ekstrak dikatakan mempunyai selektivitas yang tinggi apabila nilai SI ≥3
dan dikatakan kurang selektif apabila nilai SI <3.

Anda mungkin juga menyukai