Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH

OBAT SALURAN CERNA OMEPRAZOLE

MATA KULIAH FARMASI KLINIK

Oleh:

HORLINA BONTEA 2018321003


JOICE M. SUALANG 2018321007

Yayasan GMIM Ds. A. Z. R. Wenas

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON

FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA

JURUSAN FARMASI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan penyertaan-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Obat Saluran Cerna

Omeprazole” dengan baik.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Farmasi Klinik.

Melalui penulisan makalah ini, penyusun berterima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu selama proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,

karena itu kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini sangat

diperlukan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Manado, Juni 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................ii

Daftar Isi.....................................................................................................................iii

Bab I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang..............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................2

1.3 Tujuan ..........................................................................................................2

Bab II. Pembahasan

2.1 Obat Saluran Cerna.......................................................................................3

2.2 Penghambat Pompa Proton...........................................................................4

2.3 Omeprazole ..................................................................................................5

Bab III. Penutup

3.1 Kesimpulan................................................................................................17

3.2 Saran..........................................................................................................17

Daftar Pustaka............................................................................................................18

iii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saluran pencernaan merupakan gerbang utama masuknya zat gizi sebagai


sumber pemenuhan kebutuhan tubuh baik untuk melakukan metabolisme hingga
aktivitas sehari-hari. Lambung merupakan tempat yang paling utama makanan
dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan lambung menjadi
hal yang sangat penting dalam optimalisasi pencernaan dan penyerapan gizi.
Gangguan lambung seperti gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling
banyak dijumpai di klinik penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Anonim,
2011).
Pada satu kelompok orang, sekitar 30-40% mengalami gangguan sakit maag.
Angka ini menunjukkan bahwa jumlah penderita maag tidak sedikit dan sudah umum
dialami banyak orang. Umumnya 80% penyakit maag termasuk jenis fungsional.
Maksudnya, tidak ada kelainan pada saluran cerna, namun disebabkan oleh stres,
kurang tidur, beban pekerjaan, juga makan tidak teratur. Sisanya 20% termasuk
organik, yaitu ada kelainan pada organ pencernaan, seperti luka pada lambung atau
kerongkongan. Suatu kali akan bermasalah jika yang kelainan ini tidak diobati dengan
baik. Karena keluhan maag bisa jadi keluhan penyakit lainnya (Wardani, 2011).
Gejala yang umum muncul pada penderita gastritis yaitu nyeri ulu hati,
rasa tidak nyaman sampai nyeri pada saluran pencernaan terutama bagian atas,
rasa mual, muntah, kembung, lambung terasa penuh, disertai sakit kepala. Gejala
ini bisa menjadi akut, berulang dan kronis. Kekambuhan penyakit gastritis atau
gejala muncul berulang karena salah satunya dipengaruhi faktor kejiwaaan atau
stres (Anonim, 2011).
Banyak cara yang digunakan untuk mengatasi hipersekresi asam lambung.
Menurut Neal (2006) terapi tukak lambung terutama ditujukan untuk menurunkan
sekresi asam lambung untuk memperbaiki keseimbangan antara faktor
agresif/ofensif (asam lambung dan pepsin) dan faktor defensif dengan
meningkatkan resistensi mukosa lambung (pembentukan dan sekresi mukus,
sekresi bikarbonat, aliran darah mukosa dan regenerasi sel epitel). Pengobatan
gastritis selama ini menggunakan obat kimia yang bersifat menetralkan atau

1
mengurangi asam lambung, seperti golongan antasida, menghambat sekresi asam
lambung (ranitidin dan simetidin) dan menghambat pompa proton yang
menstransfor H+ keluar dari sel parietal lambung (proton pump inhibitor) seperti
omeprazol, lansoprazol dan lain-lain. Keseluruhan obat-obatan sintetis tersebut
tidak lepas dari efek samping. Diantara obat yang paling konvensional digunakan
untuk pengobatan gastritis adalah obat pompa proton inhibitor (PPI) seperti
omeprazol namun sebagian besar obat ini menghasilkan efek samping yang tidak
diinginkan (Anonim, 2011).
Berdasarkan uraian diatas, maka tim penulis ingin menguraikan lebih
lanjut tentang obat saluran cerna penghambat pompa proton yang sering
digunakan yaitu omeprazole.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa saja obat saluran cerna?

b. Apa yang dimaksud dengan golongan pompa proton?

c. Apa itu obat omeprazole?

1.3 Tujuan

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang obat saluran cerna khususnya

omeprazole yang tergolong dalam obat saluran cerna penghambat pompa

proton.

2
BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Obat Saluran Cerna

Sistem pencernaan makanan dimulai didalam mulut dimana makanan


dihaluskan sambil diaduk dengan ludah yang mengandung suatu enzim amilase
yaitu ptialin, yang berfungsi menguraikan karbohidrat. Setelah itu ditelan dan
adukan dilanjutkan dengan gerakan peristaltik ke lambung dengan bantuan getah
lambung yang terdiri dari asam lambung dan pepsin, yaitu suatu enzim proteolitik
yang disekresi oleh selaput lendir lambung (Mild, 2015). 
Pencernaan dilanjutkan didalam usus yang dibantu oleh enzim-enzim
pencernaan yang dihasilkan oleh pancreas dan mukosa usus. Setelah terbentuk
zat-zat gizi yang sangat halus dan mudah diserap oleh tubuh maka sisa makanan
masuk ke usus besar dan diolah oleh flora normal usus hingga siap untuk dibuang
(Mild, 2015).
Di seluruh lambung usus inilah dapat timbul pelbagai gangguan penyakit
baik yang disebabkan oleh terganggunya produksi enzim pencernaan maupun
yang disebabkan oleh infeksi-infeksi usus oleh kuman dan cacing (Mild, 2015).
Obat sistem pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem
gastrointestinal dan hepatobiliar .Sistem pencernaan memiliki fungsi sebagai
berikut :
1. menerima makanan
2. memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut
pencernaan)
3. menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
4. membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh
  Sedangkan untuk klasifikasi obat sistem pencernaan itu sendiri antara lain
ada Antasida, H2 reseptor antagonis, Antiemetik, Antikolinergik, Hepatoprotektor,
Antibiotik, Proton pompa inhibitor, Prokinetik, Antidiare, dan Laksatif.

3
2.2 Pompa Proton Inhibitor

Proton Pump Inhibitor (PPI) merupakan golongan obat yang bekerja dengan

menurunkan jumlah atau menekan sekresi asam lambung dengan menghambat

aktifitas enzim H/K ATPase (proton pump) pada permukaan kelenjar sel parietal

gastrik pada pH < 4. Obat yang berikatan dengan proton (H) secara cepat akan

diubah menjadi sulfonamide, suatu proton pump inhibitor yang aktif.

Golongan obat ini menghambat sekresi asam lambung pada stadium akhir

dari proses sekresi asam lambung. Obat termasuk dalam golongan penghambat

asam adalah; omeperazole, lansoprazole dan pantoprazol.

Mekanisme kerja penghambat pompa proton adalah basa lemah netral

mencapai sel parital dari darah dan berdifusi ke dalam sekretori kanalikuli, tempat

obat terprotonasi dan terperangkap. Sulfanilamide berinteraksi secara kovalen

dengan gugus sulfahidril pada sisi luminal tempat H+,K+ ATPase, kemudian

terjadi inhibisi penuh dengan dua molekul dari inhibitor mengikat tiap molekul

enzim (Anonim, 2011).

Penghambat pompa proton adalah prodrug yang setelah diabsorpsi akan

berubah menjadi bentuk aktif sulfonamid dalam suasana asam dikanalikus

sekretori. Bentuk aktif ini secara permanen mengikat residu sistein pada alfa

transmembran enzim pompa proton, menyebabkan pompa proton tidak aktif dan

menghambat sekresi asam. Secara mudah dan sederhana mekanisme penghambat

pompa proton adalah memblok pompa proton sehingga melalui jalur rangsangan

itu berasal tidak dapat menghasilkan asam lambung (Maduseno, 2002).

4
2.3 Omeprazole
Omeprazole merupakan sebuah inhibitor yang sangat efektif terhadap
sekresi asam lambung yang digunakan dalam terapi sakit maag dan sindrom
Zollinger-Ellison. Omeprazol termasuk dalam kelas senyawa antisecretory, yang
subtitusi Benzimidazole, yang menekan sekresi asam lambung dengan
menghambat secara spesifik dari sistem enzim H + / K + ATPase pada permukaan
sekresi dari sel parietal lambung (Blogger, 2014).
Terdapat beberapa Merek Dagang / Nama Dagang dari Omeprazole
(Omeprazol) : Contral, Dudencer, Lokev, Loklor, Losec, Meisec, Norsec,
Omevell, OMZ, Onic, Opm, Oprezol, Ozid, Prohibit, Promezol, Protop,
Pumpitor, Redusec, Regasec, Rocer, Socid, Stomacer, Ulzol, Zepral, dan
Zollocid.
Omeprazol merupakan penghambat pompa proton yang selektif dan
irreversible. Omeprazol menekan sekresi asam lambung dengan menghambat
sistem enzim Hidrogen-Kalium ATPase pada permukaan sel parietal. Efek
penghambatan ini terkait dengan dosis. Penghambat pompa proton dapat
meningkatkan risiko infeksi gastrointestinal karena efek penekanan sekresi asam.
Aksi Proton pump inhibitor (PPI); menekan basal lambung dan
merangsang sekresi asam dengan menghambat sel parietal pompa H + / K + ATP.
Omeprazol adalah proton pump inhibitor yang menekan sekresi asam lambung
dengan menghambat spesifik dari H + / K + ATPase dalam sel parietal lambung.
Dengan bertindak secara khusus pada pompa proton, blok omeprazole langkah
terakhir dalam produksi asam, sehingga mengurangi keasaman lambung.
Berikut penjelasan lebih rinci mengenai omeprazole:
a. Kelas/Golongan
Inhibitor Proton-pump (Inhibitor Pompa Proton), Obat saluran cerna
b. Farmakologi/Mekanisme Aksi Omeprazole
Omeprazol merupakan penghambat pompa proton yang selektif dan
irreversible. Omeprazol menekan sekresi asam lambungdengan menghambat

5
sistem enzim Hidrogen-Kalium ATPase pada permukaan sel parietal.
Menghambat basal dan angsangan sekresi asam lambung.
Konsentrat dalam kondisi asam canaliculi sekresi sel parietal; bentuk
sulfenamide metabolit aktif yang mengikat secara ireversibel dan
menginaktivasi hidrogen-kalium ATPase (pompa asam atau proton).
Menghalangi langkah terakhir dalam sekresi asam klorida (HCl)
karena mencegah pengeluaran proton H+ sehingga tidak terjadi penggabungan

dengan Cl yang semestinya menghasilkan HCl.
Sekresi asam lambung dihambat sampai tambahan ATPase hidrogen-
kalium disintesis kembali karena berikatan secara ireversibel, sehingga durasi
aksi PPI lama.
Menekan H. pylori pada pasien dengan infeksi ulkus duodenum dan /
atau refluks esofagitis. Kombinasikan omeprazole dengan 1 atau anti-infeksi
yang tepat (misalnya, amoksisilin, klaritromisin) secara efektif dapat
membasmi infeksi H. pylori di lambung.
c. Farmakokinetik
1) Absorpsi
 Bioavailabilitas mutlak dengan dosis 20-40 mg adalah sekitar 30-40%.
Bioavailabilitas meningkat sedikit pada dosis berulang. Pada anak-
anak 2-5 tahun, AUCs lebih rendah dari pada anak-anak 6-16 tahun
atau pada dewasa.
 Onset dalam 1 jam; efek maksimum dalam 2 jam.
 Durasi inhibisi sekresi asam lambung hingga 72 jam; inhibisi 50% dari
maksimum pada 24 jam. Penghambatan meningkat dengan
penggunaan berulan dosis harian, mencapai steady-state (tunak) pada 4
hari. Setelah penghentian, sekresi lambung secara bertahap meningkat
lebih dari 3-5 hari.
 Pengaruh makanan: Tingkat penyerapan menurun dengan makanan.
Paling efektif diberikan sekitar 30 menit sebelum makan.
Bioavailabilitas mungkin tidak terpengaruh jika diberikan sampai pada
2 menit sebelum makan. Penggunaan suspensi oral 1 jam setelah

6
makan menurun konsentrasi plasma puncak (sebesar 62%) dan AUCs
(sebesar 26%).
 Populasi Khusus: Pada pasien dengan penyakit hati kronis,
bioavailabilitas meningkat menjadi 100% karena penurunan first-pass
effect (efek lintas pertama). Pada Ras Asia, AUCs meningkat 4 kali
lipat setelah dosis 20-mg.
2) Distribusi
Omeprazol melewati plasenta dan didistribusikan ke susu (ASI).
Memperpanjang pengikatan terhadap enzim pump proton (pompa proton)
di sel parietal lambung.
 Protein Plasma Binding / Ikatan protein Plasma 95% .
3) Metabolisme
Mengalami first-pass metabolism (metabolisme lintas pertama).
Dimetabolisme menjadi  metabolit tidakaktif di hati oleh isoenzim CYP,
terutama CYP2C19, dan pada tingkat lebih rendah oleh CYP3A4.
4) Eliminasi
 Rute Eliminasi
Diekskresikan terutama dalam urin (77%) sebagai metabolit dan pada
tingkat lebih rendah di feses.
 Waktu Paruh : 0,5 – 1 jam
 Populasi Khusus : Pada pasien dengan penyakit hati kronis, klirens
menurun, dan waktu paruh plasma meningkat menjadi hampir 3 jam.
d. Sifat Fisika Kimia Omeprazole
Serbuk warna putih sampai hampir putih, polimorfisa. Sangat sedikit larut
dalam air, larut sebagian dalam alkohol dan metanol, larut dalam
diklorometan.
e. Nama Kimia dan Rumus Kimia
 Nama Kimia : 5-metoksi-2 - [[(4-metoksi-3,5-dimetil-2-piridinil) methyl]
sulfinil] -1H-benzimidazole
 Rumus Kimia : C H N O S
17 19 3 3

f. Bentuk Sediaan

7
Omeprazole Kapsul 20 mg,
Omeprazole Vial 40 mg + Ampul 10 ml pelarut.

g. Indikasi
1) Gastroesophageal Reflux (GERD)
 Pengobatan jangka pendek gejala GERD (misalnya, mulas). Pengobatan
jangka pendek dari esophagitis (didiagnosis dengan endoskopi) pada
pasien dengan GERD.
 Menjaga penyembuhan dan mengurangi kambuhnya esophagitis erosif.
 Pengobatan sendiri Jangka pendek dengan omeprazole magnesium untuk
mengurangi gejala-gejala yang sering terjadi (misalnya, 2 hari atau lebih
dalam seminggu) mulas / rasa panas dalam perut pada orang dewasa
berusia 18 tahun atau lebih.

2) Ulkus Duodenum
 Pengobatan jangka pendek ulkus duodenum aktif (dikonfirmasi dengan
endoskopi atau radiografi).
 Pengobatan infeksi Helicobacter pylori dan penyakit ulkus duodenum.
Obat Omeprazole digunakan bersama dengan amoksisilin dan
klaritromisin (terapi tiga obat) atau klaritromisin (terapi dua obat);
3) Ulkus Lambung
Pengobatan Jangka pendek dan mengurangi gejala-gejala ulkus lambung
aktif yang jinak.
4) Ulkus terkait Penyakit Crohn’s  
 Beberapa bukti untuk penggunaan inhibitor pompa proton (misalnya,
omeprazole) untuk terapi penekan asam lambung sebagai tambahan dalam
pengelolaan penyakit Crohn GI (Gastrointestinal) bagian atas, termasuk
penyakit kerongkongan, lambung, dan jejunoileal.
 Patologis GI (Gastrointestinal) Kondisi hipersekresi
 Pengobatan jangka panjang dari sindrom Zollinger-Ellison, multipel
adenoma endokrin, atau sistemik mastositosis pada dewasa.

8
5) Perdarahan GI (Gastrointestinal / saluran cerna) bagian Atas
Digunakan untuk mengurangi risiko perdarahan saluran cerna atas pada
pasien sakit kritis.

h. Dosis
Tersedia sebagai omeprazole dan omeprazole magnesium; dosis
dinyatakan dalam omeprazole.
Dosis UMUM :

1 kali sehari 20 mg diminum dengan air.

Pasien Pediatrik
gastroesophageal reflux

> GERD.

Oral (Kapsul lepas lambat): Anak-anak> 2 tahun: Anak-anak dengan berat


<20 kg: 10 mg sekali sehari. Dengan berat ≥20 kg: 20 mg sekali sehari.

> Pengobatan erosif Esofagitis.

Oral (Kapsul Extended-release / lepas lambat): Anak-anak> 2 tahun: Anak-


anak dengan berat <20 kg: 10 mg sehari. Berat ≥20 kg: 20 mg sehari.

> Pemeliharaan Penyembuhan Esofagitis erosif.

Oral (Kapsul Extended-release / Kapsul lepas lambat): Anak-anak> 2 tahun:


Anak-anak dengan berat <20 kg: 10 mg sehari. Berat ≥20 kg: 20 mg sehari.

Dewasa
GERD
> GERD tanpa erosif Esofagitis

Oral (Kapsul, Kapsul Lepas Lambat, Bubuk untuk Suspensi Oral): 20 mg


sekali sehari untuk sampai 4 minggu.

> Pengobatan erosif Esofagitis

9
Oral (Kapsul, Kapsul Extended-release/ lepas lambat, Bubuk untuk Suspensi
Oral): 20 mg sekali sehari sampai penyembuhan terjadi (biasanya dalam 4-8
minggu), 40 mg sekali sehari mungkin dibutuhkan. Dapat memberikan
tambahan terapi 4 minggu (sampai 12 minggu untuk pengobatan tunggal). Jika
terjadi lagi, pertimbangkan tambahan terapi 4-8 minggu.

> Pemeliharaan Penyembuhan erosif Esofagitis

Oral (Kapsul, Kapsul Extended-release /Kapsul lepas lambat, serbuk untuk


Suspensi Oral): 20 mg sekali sehari. Kondisi kronis, Terapi seumur hidup
mungkin tepat.

> Pengobatan sendiri untuk Mulas (Rasa panas diperut) yang sering
terjadi

Oral (Tablet Extended-release Tablet): 20 mg setiap hari di pagi hari untuk 14


hari. Jangan melebihi dosis atau durasi yang dianjurkan; tidak mengelola lebih
dari satu saja setiap 4 months.187, 188 Mungkin meredakan gejala dalam
waktu 24 jam, namun terapi 1-4 hari mungkin diperlukan untuk melengkapi
terapi.

Duodenum Ulkus
> Pengobatan Active duodenum ulkus

Oral (Kapsul, Kapsul Extended-release /Kapsul lepas lambat, serbuk untuk


Suspensi Oral) :    20 mg sekali sehari sampai penyembuhan terjadi (biasanya
dalam 2-4 minggu); tambahan 4 minggu terapi dapat bermanfaat. Pasien yang
menanggapi buruk untuk histamin antagonis reseptor H2 mungkin
memerlukan hingga 40 mg sehari.

> Pengobatan Helicobacter pylori Infeksi dan duodenum ulkus

Oral (Kapsul Extended-release /Kapsul lepas lambat): Terapi Tripel (tiga


obat): 20 mg dua kali sehari (pagi dan sore) selama 10 hari dalam kombinasi
dengan amoksisilin dan klaritromisin; Terapi omeprazole tambahan 20 mg
sekali sehari selama 18 hari dianjurkan jika ulkus aktif initially.1 ini  

10
Ganda Terapi: 40 mg sekali sehari (di pagi hari) selama 14 hari dalam
hubungannya dengan klaritromisin; omeprazole 20 mg sekali sehari selama 14
hari dianjurkan jika ulkus aktif mulai terjadi.

Ulkus Lambung

> Pengobatan

Oral (Kapsul, Kapsul Extended-release /Kapsul lepas lambat, Bubuk untuk


Suspensi Oral): 40 mg sekali sehari selama 4-8 minggu.

Patologis GI hipersekresi

> Zollinger-Ellison Syndrome

Oral (Kapsul Extended-release /Kapsul lepas lambat): 60 mg sekali sehari,


sebagai terapi inisiasi. Sesuaikan dosis sesuai dengan respon dan toleransi
pasien; melanjutkan terapi selama dibutuhkan. Penggunaan dosis harian> 80
mg dalam dosis terbagi. Mungkin memerlukan dosis sampai 360 mg per hari
(diberikan dalam 3 dosis terbagi).

> Multiple Endokrin Adenoma

Oral (Kapsul Extended-release /Kapsul lepas lambat): 60 mg sekali sehari,


sebagai dosis awal. Sesuaikan dosis sesuai dengan respon dan toleransi pasien;
melanjutkan terapi jika dibutuhkan. Penggunaan dosis harian> 80 mg dalam
dosis terbagi. Mungkin memerlukan dosis sampai 360 mg per hari (diberikan
dalam 3 dosis terbagi).

> Mastositosis sistemik

Oral (Kapsul Extended-release /Kapsul lepas lambat): 60 mg sekali sehari,


sebagai dosis awal. Sesuaikan dosis sesuai dengan respon dan toleransi pasien;
melanjutkan terapi jika dibutuhkan. Penggunaan dosis harian> 80 mg dalam

11
dosis terbagi. Mungkin memerlukan dosis sampai 360 mg per hari (diberikan
dalam 3 dosis terbagi).

Perdarahan GI Bagian Atas


> Pengurangan Risiko dari Perdarahan Upper GI Kritis III pada Dewasa

Oral: Awalnya, 40 mg diikuti oleh 40 mg setelah 6-8 jam pada hari pertama,
kemudian 40 mg sekali sehari sampai 14 hari. Keselamatan dan khasiat
untuk> 14 hari tidak dipastikan.

i. Cara Pemberian
1) Administrasi Oral

 Kapsul
Menelan utuh kapsul dengan segelas air putih minimal 1 jam
sebelum makan. Jangan gunakan dengan cairan lainnya. Jangan buka
kapsul atau mencampurkan isinya dengan makanan.
Jangan mengganti satu kapsul 40 mg dengan dua kapsul 20 mg.
Karena Kapsul 20-mg dan kapsul 40 mg mengandung natrium
bicarbonate dengan jumlah yang sama.
 Kapsul Extended release (Kapsul Lepas Lambat)
Berikan secara oral sebelum makan (sebaiknya 30 menit
sebelum makan). Menelan kapsul utuh; tidak mengunyah atau
menghancurkan. Antasida dapat digunakan secara bersamaan seperti
yang diperlukan untuk pertolongan nyeri.Alternatif, Buka kapsul dan
campurkan isinya dengan 1 sendok makan saus apel; menelan segera
tanpa mengunyah dengan segelas air dingin untuk menjamin tertelan
utuh. Apel tidak harus panas dan harus cukup lembut untuk menelan
tanpa mengunyah.

 Tablet Extended-release (Tablet Lepas Lambat)

Tablet untuk pengobatan sendiri: menelan utuh dengan segelas


air sebelum sarapan; tidak mengunyah, menghancurkan, atau
menghancurkan dalam makanan.

12
2) Bubuk untuk Suspensi Oral
 Berikan setidaknya 1 jam sebelum makanan.
 Tuang paket dosis tunggal 20- atau 40-mg untuk suspensi oral ke
dalam cangkir kecil berisi 15-30 mL (1-2 sendok makan) air, aduk
rata, dan menelan seketika. Bilas wadah dengan lebih banyak air dan
menelan untuk memastikan konsumsi dosis telah lengkap. Jangan
dicampur dengan cairan lain atau makanan.
 Jangan mengganti dua paket 20-mg untuk satu paket 40-mg karena
bubuk 20- dan 40 mg untuk paket suspensi oral mengandung natrium
bicarbonate dengan jumlah yang sama.
 Dapat menggunakan antasida, kombinasi antasid / asam alginat,
antagonis reseptor histamin H2-, atau kombinasi antagonis reseptor
histamin H2 dan antasida untuk pemecahan gejala, tetapi kemanjuran
sediaan ini belum dipastikan.

3) NG tube (Nasogastrik)
Rekonstitusi paket dosis tunggal 20- atau 40-mg untuk suspensi oral
dengan 20 ml air, aduk rata, penggunaan langsung melalui NG atau
orogastric tube menggunakan ukuran syringe.yang tepat.  Siram tabung
dengan 20 ml air setelah penggunaan. Menghentikan sementara makanan
enteral melalui NG atau orogastric tube selama 3 jam sebelum dan 1 jam
setelah penggunaan.

j. Perhatian
1) KONTRAINDIKASI  OMEPRAZOLE
Dikenal hipersensitivitas terhadap omeprazole, setiap bahan dalam
formulasi, atau esomeprazole atau Benzimidazole tersubstitusi lain
(misalnya, lansoprazole, pantoprazole, rabeprazole).
2) PERINGATAN / KEWASPADAAN
a) Kewaspadaan Umum

13
 Effects GI
Respon untuk omeprazole tidak menghalangi kehadiran neoplasma
lambung okultisme (gaib). Atrophic gastritis kadang dilaporkan
pada penggunaan jangka panjang.
 Sodium Bikarbonat
Setiap 20- dan 40- mg kapsul konvensional mengandung 1.100 mg
natrium bikarbonat (300 mg [13 mEq] natrium), Pertimbangkan
kandungan sodium bila digunakan pada pasien yang membutuhkan
pembatasan konsumsi garam.
b) Hati-hati pada pasien dengan sindrom Bartter, hipokalemia, alkalosis
pernapasan, dan abnormalitas asam-basa. Penggunaan jangka panjang
natrium bikarbonat dengan kalsium atau susu dapat menyebabkan
sindrom susu-alkali. Natrium bikarbonat kontraindikasi pada pasien
dengan metabolik alkalosis atau hipokalsemia.
c) Efek pernapasan
Penggunaan inhibitor pompa proton telah dikaitkan dengan
peningkatan risiko untuk perkembangan infeksi tertentu (misalnya,
pneumonia-komunitas).
k. Efek Samping
 Pada orang dewasa, diare, mual, sembelit, sakit perut, muntah, sakit
kepala, pusing, ruam.
 Pada pasien anak, efek pernapasan, otitis media (pada anak 0-2 tahun),
cedera yang tidak disengaja (pada anak-anak 2-16 tahun); jika tidak, efek
samping umumnya sama dengan dewasa.
l. Interaksi
INTERAKSI OBAT OMEPRAZOLE
OBAT INTERAKSI SARAN

14
Atazanavir Perubahan absorpsi oral Rekomendasi
atanazavir mengakibatkan penggunaan tidak
penurunan konsentrasi bersamaan.
plasma atazanavir; dapat
Jika penggunaan
kehilangan efek virulogi.
bersamaan dengan
ritonavir-boosted
atazanavir, pemberian
inhibitor pompa proton
(contoh omeprazole) kira
kira 12 jam sebelumnya.

Dosis omeprazole tidak


melebihi 20 mg sehari.

Benzodiazepin Berpotensi mengubah Monitor dan sesuaikan


metabolisme benzodiazepin dosis benzodiazepine jika
diperlukan.

Klaritromisin Peningkatan konsentrasi


(Clarithromycin) plasma omeprazol,
klaritromisin, dan 14-
hydroxyclarithromycin

Clopidogrel Kemungkinan penurunan Memperkirakan resiko


efek klinis dari clopidogrel; dan manfaat penggunaan
Data tambahan yang bersamaan dengan
diperlukan untuk proton pump inhibitor
menjelaskan secara utuh (PPI) pada pasien.
dampak klinis yang potensial
Menurut ACCF/ACG/AHA
(misalnya, peningkatan
penggunaan bersamaan
kejadian kardiovaskular).
dengan PPI(protn pump
Sejauh mana inhibitor inhibitor) menurunkan
pompa proton lainnya (yang resiko pendarahan GI
potensi inhibisi CYP2C19 (gastrointestinal) pada
berbeda) dapat mengganggu pasien dengan factor
efek clopidogrel tidak resiko pendarahan GI
diketahui. mungkin penurunan
kekuatan yang lebih besar
pada efikasi
kardiovaskular dalam
pengobatan antiplatelet
berhubungan dengan
interaksi obat-obat. Pada
pasien tanpa factor resiko
gunakan antiplatelet

15
tanpa PPI.

Jika penggunaan
bersamaan dibutuhkan,
berikan pantoprazole
(yang pengaruh inhibisi
CYP2C19 lemah.

Alternatif, pertimbangkan
penggunaan antagonis
reseptor histamine H2
(ranitidine, famotidine,
nizatidine) tetapi bukan
cimetidine (karena juga
berpotensi menginhibisi
CYP2C19

Cyanocobalamin Potensi penurunan absorpsi Monitor konsentrasi


cyanocobalamin serum cyanocobalamin
selama terapi omeprazole
jangka panjang.

Cyclosporine Potensi perubahan Monitor dan peyesuaian


(Siklosporin) metabolisme cyclosporine dosis cyclosporine jika
dibutuhkan.

Diazepam Potensi memperpanjang


waktu eleminasi diazepam

Disulfiram Potensi mengubah Monitor dan sesuaikan


metabolisme disulfiram dosis  disulfiram jika
dibutuhkan.

Obat yang terpengaruh Omeprazole mungkin


pH lambung (misalnya menurunkan absorpsi obat
ampicillin ester, garam
besi, ketoconazole)

Phenytoin (Fenitoin) Potensi memperpanjang


waktu eliminasi phenytoin

Sucralfate (Sukralfat) Dapat menunda absorpsi Penggunaan PPI paling


Proton pump inhibitor (PPI) sedikit 30 menit sebelum
dan menurunkan sucralfate
bioavailabilitasnya.

Tacrolimus Potensi meningkatkan


konsentrasi tacrolimus.

Warfarin Potensi penurunan Monitor protrombin time


16
metabolisme warfarin dan (PT) dan INR
perubahan ukuran
protrombin.

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Omeprazol merupakan penghambat pompa proton yang selektif dan


irreversible. Omeprazol menekan sekresi asam lambung dengan menghambat
sistem enzim Hidrogen-Kalium ATPase pada permukaan sel parietal. Efek
penghambatan ini terkait dengan dosis. Penghambat pompa proton dapat
meningkatkan risiko infeksi gastrointestinal karena efek penekanan sekresi
asam.
Obat ini sering diindikasikan pada pasien dengan ulkus di duodenum,
ulkus di lambung, gastroesophageal reflux disease (GERD), esofagitis erosif,
dan pada pasien dengan kondisi hipersekresi asam lambung yang abnormal
seperti sindrom Zollinger-Ellison.

3.2 Saran

 Hindari penggunaan omeprazole pada ibu hamil trimester I dan ibu

menyusui.

 Keamanan dan kemanjuran kapsul lepas lambat tidak dijamin pada anak

<2 tahun.

 Keamanan dan khasiat untuk pengobatan sendiri rasa panas pada perut

yang sering tejadi, tidak dijamin pada anak-anak <18 tahun.

17
 Keamanan dan kemanjuran kapsul konvensional atau bubuk untuk

suspensi oral tidak dijamin pada pasien anak.

 Sebaiknya konsultasi kedokter sebelum mengkonsumsi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. BAB 1. Pendahuluan. digilib.unila.ac.id/16384/11/BAB%20I.pdf.

Anonim. 2011. Chapter II Tinjauan Pustaka.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/55413/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=32F2D5DB5D2370B8FFE30614498C369C?
sequence=4
Blogger. 2004. Omeprazole Bagian 1 dan 2. bat-
drug.blogspot.com/2015/04/mekanisme-aksi-aksi-farmakologi-cara-kerja-
omeprazole-omeprazol.html
Maduseno, Sutanto. 2002. Penggunaan Penghambat Pompa Proton pada
Gangguan Sekresi Lambung. Universitas Gajah Mada : Fakultas
Kedokteran Sub Bagian Gastroenterologi. libmed.ugm.ac.id/download.php?
file=psd^pdf^104^09050520161109

Mild. 2015. Bahan Makalah Obat-Obatan Gangguan Pencernaan Antasida Part


1. http://mail-chaozkhakycostikcomunity.blogspot.com/2015/08/bahan-
makalah-obat-obatan-gangguan-pencernaan-antasida.html
Wardani, S. 2011. eprints.ums.ac.id/12697/2/BAB_I.pdf
[

18

Anda mungkin juga menyukai