Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

OBAT ORAL DIAZEPAM


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakologi
Dosen pengampu : Herry Prasetyo, MN

Disusun oleh :
Aulia Nurhaniva S
NIM.P1337420219120

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah yang berjudul “Obat Oral Diazepam”. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas farmakologi.Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan, dan arahan dari semua pihak.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Akhir kata
kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
setiap pembaca

Purwokerto, 17 Maret 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 2

B. Rumusan Masalah .4

C. Tujuan 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Diazepam 6
B. Dosis Dan Aturan Pakai Diazepam 8
C. Aktivitas Dan Mekanisme Kerja 8
D. Indikasi 17
E. Kontra Indikasi Obat 17
F. Bentuk Sediaan Obat 17
G. Nama Dagang 18
H. Dosis Dan Cara Pemberian 18
I. Efek Samping 21
J. Peringatan 23
K. Interaksi Obat 25
L. Stabilitas Penyimpanan 28

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan 30
B. Saran 30

DAFTAR PUSTAKA 31

3
4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diazepam merupakan obat yang sering digunakan sebagai terapi lini
pertama untuk penatalaksanaan kejang, terutama kejang demam dan status
epileptikus. Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine yang merupakan
sedatif yang berhubungan erat dengan depresi sistem saraf pusat. Obat ini
merupakan obat standar terhadap benzodiazepin lainnya. Diazepam dan
benzodiazepin lainnya bekerja dengan meningkatkan efek GABA (gamma
aminobutyric acid) di otak. GABA adalah neurotransmitter (suatu senyawa
yang digunakan oleh sel saraf untuk saling berkomunikasi) yang menghambat
aktifitas di otak.
Diazepam termasuk obat psikotropika yang penggunaannya tidak bisa
sembarangan dan harus dengan resep dokter. Diazepam merupakan obat
dengan kelas terapi antiansietas, antikonvulsan, dan sedatif. Digunakan pada
pengobatan agitasi, tremor, delirium, kejang, dan halusinasi akibat alkohol.
Dalam mengatasi kejang, diazepam dapat dikombinasikan dengan obat-
obatan lain. Diazepam dimetabolisme di hati dan di eksresikan di ginjal.
Sifat diazepam tidak larut dalam air dan harus berdisosiasi pada pelarut
organik (propylene, glycol, sodium benzoat), rasa sakit mungkin muncul pada
pemberian intramuskuler ataupun pada pemberian intravena. Penggunannya
harus mendapat perhatian terutama pada pasien yang memiliki masalah pada
penyakit pernapasan, kelemahan otot/ mystenia gravis, riwayat
ketergantungan obat, kelainan kepribadian yang jelas, hamil dan menyusui.
Diazepam juga memiliki berbagai efek samping dari yang ringan
sampai berat, interaksi obat perlu perhatian bagi kalangan medis dan
penggunanya.
Diazepam, pertama dipasarkan sebagai Valium, adalah pengobatan dari
keluarga benzodiazepin yang dapat memunculkan efek tenang. Obat ini
biasanya digunakan untuk pengobatan kecemasan, sindrom putus alkohol,
sindrom putus benzodiazepin, spasmofili, epilepsi, sulit tidur, dan sindrom
kaki resah. Obat ini juga dapat digunakan untuk menghilangkan memori
selagi prosedur pengobatan tertentu. Dapat dikonsumsi dengan diminum,
dimasukkan ke rektum, disuntikkan ke otot atau ke vena. Ketika diberikan ke
vena, efek akan mulai terasa dalam lima menit sampai satu jam. Melalui
mulut, efeknya terasa mulai 40 menit.
Beberapa efek samping yang umum diantaranya mengantuk dan
kesulitan koordinasi. Efek samping serius jarang terjadi. Beberapa
diantaranya bunuh diri, penurunan pernapasan, dan kemungkinan
meningkatnya risiko sindrom jika digunakan berlebihan. Penggunaan jangka
panjang dapat menyebabkan toleransi, ketergantungan, dan munculnya gejala
kembali jika dosis dikurangi. Penghentian tiba-tiba setelah pemakaian lama
juga berpotensial bahaya. Setelah berhenti, masalah kognitif dapat muncul
selama 6 bulan atau lebih. Tidak direkomendasikan untuk ibu hamil atau
menyusui.
Diazepam pertama kali disintesis oleh Leo Sternbach, dan diproduksi
pertama kali oleh Hoffmann-La Roche. Obat ini menjadi salah satu obat
paling banyak diresepkan di dunia semenjak kemunculannya tahun 1963.
Tahun 1985 patennya berakhir, dan saat ini tersedia lebih dari 500 merek di
pasar. Diazepam masuk dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan
Dunia, daftar obat paling penting yang dibutuhkan dalam sistem kesehatan
dasar. The wholesale cost in the developing world is about 0.01 USD per dose
as of 2014.
Diazepam merupakan obat yang termasuk dalam golongan psikotropika
sehingga pembelian obat ini harus berdasarkan resep dokter. Diazepam
termasuk Psikotropika golongan IV (empat) yaitu psikotropika yang
berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau tujuan ilmu
pengetahuan, serta mempunyai potensi ringan yang mengakibatkan sindrom
ketergantungan (Universitas Islam Indonesia, 2012).
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai obat antikonvulsan
diazepam meliputi deskripsi, sifat kimia, farmakodinamik, aktivitas dan
mekanisme kerja, dosis dan cara pemberian, bentuk sediaan dan nama
dagang, indikasi klinis, efek samping, kontraindikasi, interaksi obat dan
stabilisas penyimpanannya dengan tujuan memberikan informasi kepada
pembaca.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Obat Oral Diazepam?

2. Bagaimana aktifitas dan mekanisme kerja obat Diazepam?

3. Bagaimana indikasi obat Diazepam?

4. Bagaimana kontraindikasi dari obat Diazepam?

5. Apa bentuk sediaan obat Diazepam?

6. Apa nama dagang obat Diazepam?

7. Bagaimana dosis dan cara pemberian obat Diazepam?

8. Bagaimana efek samping yang ditimbulkan dari obat Diazepam?

9. Apa saja peringatan penggunaan obat Diazepam?

10. Bagaimana interaksi dari obat Diazepam?

11. Bagaimana stabilitas penyimpanan obat Diazepam?

C. Tujuan Penulisan
1. Agar pembaca mengetahui tentang obat Diazepam
2. Agar pembaca mengetahui aktifitas dan mekanisme kerja obat Diazepam
3. Agar pembaca mengetahui indikasi obat Diazepam
4. Agar pembaca mengetahui kontraindikasi dari obat Diazepam
5. Agar pembaca mengetahui bentuk sediaan obat Diazepam
6. Agar pembaca mengetahui nama dagang obat Diazepam
7. Agar pembaca mengetahui dosis dan cara pemberian obat Diazepam
8. Agar pembaca mengetahui efek samping yang ditimbulkan dari obat
Diazepam
9. Agar pembaca mengetahui peringatan penggunaan obat Diazepam
10. Agar pembaca mengetahui interaksi dari obat Diazepam
11. Agar pembaca mengetahui stabilitas penyimpanan obat Diazepam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diazepam
Diazepam adalah salah satu contoh obat penenang yang digunakan untuk
mengatasi kejang dan gangguan kecemasan. Obat ini tidak disarankan
untuk digunakan dalam jangka panjang.
Diazepam bekerja dengan cara memengaruhi zat kimia di otak sehingga
memberikan efek menenangkan selama beberapa jam atau bahkan beberapa
hari setelah dikonsumsi.
Diazepam adalah senyawa kristal yang tidak berwarna atau agak
kekuningan yang sukar larut dalam air, tidak larut dalam air, mudah larut
dalam kloroform P (Depkes RI, 1979). Merupakan obat penenang sistem
saraf pusat, mempengaruhi fungsi tubuh maupun perilaku seseorang,
mengubah suasana hati dan perasaan. Diazepam termasuk obat kimia yang
digolongkan sebagai antidepresan yang dapat menurunkan ansietas, bersifat
sedatif dan hipnotik, antikonvulsan (Mycek et al, 2001). Diazepam termasuk
dalam golongan psikotropika. Rumus struktur kimiawi diazepam adalah 7-
kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-venil-2H-1,4-benzoldiazepin-2on (Depkes RI,
1979).
Adapun nama dagang dan sediaan dari diazepam adalah :
1. Diazepam (generik) tablet 2 mg, 5 mg (P).
2. Lovium (Phalos) tablet 2 mg, 5 mg (P).
3. Mentalium (Soho) tablet 2 mg, 5 mg, 10 mg (P).
4. Paralium (Prafa) cairan injeksi 5 mg/ml (P).
5. Stesolid (Dumex, Alpharma Indonesia) cairan injeksi 10 mg/2 ml, sirup 2
mg/5 ml, enema 5 mg/2,5 ml, 10 mg/2,5 ml, tablet 2 mg, 5 mg (P).
6. Trankinon (Combiphar) tablet 2 mg, 5 mg (P).
7. Valium (Roche Indonesia) cairan injeksi 5 mg/ml, tablet 2 mg, 5 mg (P).
8. Validex (Dexa Medica) tablet 2 mg, 5 mg (P).
9. Valisanbe (Sanbe) tablet 2 mg, 5 mg (P) (Sukandar. 2008).
Diazepam yang digunakan sebagai sedatif dan hipnotik untuk mengontrol
kecemasan dan ketegangan, anti kejang untuk mengontrol epilepsi dan
antispatik untuk spasma otot. Absorpsi obat dalam saluran cerna cepat dan
sempurna (Suswandono et al, 1995).

Selain untuk mengatasi kejang dan gangguan kecemasan, diazepam juga


digunakan untuk mengatasi gejala putus zat akibat alkohol, otot yang tegang,
serta obat penenang sebelum tindakan medis khusus, misalnya sebelum
operasi.

Obat ini tidak digunakan untuk jangka panjang, umumnya hanya


digunakan maksimal selama 1 bulan. Penggunaan obat yang terlalu lama
dapat menyebabkan tubuh malah kebal terhadap obat dan kecanduan.

Merek dagang diazepam: Analsik, Diazepam, Potensik, Prozepam,


Trazep, Stesolid, Valdimex, Valisanbe

Apa Itu Diazepam?

Golongan Antiansietas/antikonvulsan golongan benzodiazepine

Kategori Obat resep

Manfaat Mengatasi kejang dan memberikan efek penenang

Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak

Kategori D: Ada bukti positif mengenai risiko


terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang
diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya, misalnya
Kategori kehamilan
untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa.
dan menyusui
Diazepam dapat terserap ke dalam ASI. Bila Anda
sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa
memberi tahu dokter.
Tablet, sirup, suntik, suppositoria (kapsul yang
Bentuk obat
dimasukkan ke dalam dubur).

B. Dosis dan Aturan Pakai Diazepam

Dosis diazepam untuk setiap pasien berbeda-beda. Dokter akan


menentukan dosis berdasarkan kondisi yang ditangani, usia pasien,
respons terhadap obat, serta bentuk sediaan obat. Berikut adalah dosis
diazepam yang umum diberikan:

1. Dosis dewasa

a. Gangguan kecemasan
2-10 mg, dikonsumsi 2-4 kali.

b. Kejang
2-10 mg, dikonsumsi 2-4 kali.

c. Gejala putus zat akibat alkohol


5-10 mg setiap 6-8 jam.

2. Dosis lansia atau pasien dengan kondisi khusus

Dimulai dari 2-2,5 mg, dikonsumsi 1-2 kali. Dosis dapat


dinaikan secara perlahan jika dibutuhkan.

3. Dosis anak-anak

1-2,5 mg, dikonsumsi 3-4 kali/hari. Dosis dapat dinaikan secara


perlahan jika dibutuhkan.

Untuk diazepam dalam bentuk suntik atau supositoria, dokter akan


menyesuaikannya dengan kondisi pasien di rumah sakit.Diazepam adalah
obat turunan dari benzodiazepine dengan rumus molekul 7-kloro-1,3-
dihidro- 1- metil- 5- fenil- 2H- 1,4- benzodiazepin- 2- one (C 6H13N2CLO)
dengan berat molekul 284,7 g/mol yang bersifat basa. Merupakan
senyawa kristal tidak berwarna atau agak kekuningan yang tidak larut
dalam air. Benzodiazepin adalah sedative yang berhubungan erat dengan
depresi sistem saraf pusat. Benzodiazepin berguna untuk terapi
kecemasan, insomnia, kejang, dan spasme otot.

Secara umum senyawa aktif benzodiazepine dibagi kedalam empat


kategori berdasarkan waktu paruh eliminasinya, yaitu :
1. Benzodiazepin ultra short-acting
2. Benzodiazepin short-acting, dengan waktu paruh kurang dari 6 jam.
Termasuk di dalamnya triazolam, zolpidem dan zopiclone.
3. Benzodiazepin intermediate-acting, dengan waktu paruh 6 hingga 24 jam.
Termasuk di dalamnya estazolam dan temazepam.
4. Benzodiazepin long-acting, dengan waktu paruh lebih dari 24 jam.
Termasuk di dalamnya flurazepam, diazepam dan quazepam.

Berbentuk serbuk kristal padat berwarna hampir putih hingga kuning;


berbau samar, berasa agak pahit; Rumus molekul C16H13N2OCl; Berat
molekul 284,76; Titik lebur 268-275 F (131-135oC); Titik lebur 131,5-134,5
oC; Titik didih 497,4oC pada 760 mmHg; Titik nyala 254,6oC; . Praktis tidak
larut dalam air. Kelarutan dalam air 0,29%. Tidak larut dalam dietil eter.
Sedikit larut dalam propilen glikol. Larut dalam kloroform, dimetilformamid,
benzen, aseton, alkohol, eter. Kelarutan dalam kloroform 1 gram/2 mL
kloroform. Kelarutan dalam eter 1 mg/39 mL eter. Kelarutan dalam alkohol
62,5 mg/mL alkohol pada suhu 25oC. 7.3.Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan
Frasa Keamanan 7.3.1. Peringkat National Fire Protection Association/ NFPA
(Skala 0-4) (1,8) Kesehatan 2 : Tingkat keparahan sedang Kebakaran 1 :
Tingkat kebakaran rendah Reaktivitas 0 : Tidak reaktif 7.3.2. Klasifikasi
European Commission/ EC (Frasa Risiko dan Frasa Keamanan) (1,4,7) Xn =
Berbahaya T = Beracun F = Mudah terbakar Xi = Iritan R11 = Sangat mudah
menyala R22 = Berbahaya bila tertelan R21/22 = Berbahaya bila kontak
dengan kulit dan tertelan R23/24/25 = Beracun bila terhirup, kontak dengan
kulit dan jika tertelan R36/37/38 = Mengiritasi mata, ystem pernapasan dan
kulit R39/23/24/25 = Beracun: berbahaya karena efek permanen yang sangat
serius bila kontak dengan kulit dan bila tertelan R63 = Mungkin berisiko
membahayakan janin S2 = Hindarkan dari jangkauan anak-anak S26 = Jika
kontak dengan mata, bilas segera dengan banyak yang air dan hubungi dokter
S36 = Kenakan pakaian pelindung yang cocok S36/37 = Kenakan pakaian
dan sarung tangan pelindung yang cocok S45 = Jika terjadi kecelakaan atau
jika anda merasa tidak sehat, jika memungkinkan segera menghubungi dokter
(perlihatkan label kemasan) S46 = Jika tertelan, segera hubungi dokter dan
perlihatkan wadah ini atau label 7.3.3. Klasifikasi Globally Harmonized
System (GHS) (9,10) Tanda = Berbahaya Pernyataan bahaya H301 = Beracun
bila tertelan H301 + H311 = Beracun bila tertelan dan kontak dengan kulit
H311 = Beracun bila kontak dengan kulit H336 = Dapat menyebabkan kantuk
atau pusing H351 = Diduga menyebabkan kanker H360 = Dapat merusak
fertilitas atau janin H361 = Diduga merusak fertilitas atau janin H402 =
Berbahaya bagi kehidupan perairan H412 = Berbahaya bagi kehidupan
perairan dengan efek jangka panjang Pernyataan kehati-hatian P201 =
Dapatkan petunjuk khusus sebelum digunakan P202 = Jangan menangani
bahan hingga petunjuk keamanan telah dibaca dan dipahami P264 = Cuci
bersih setelah menangani P271 = Hanya digunakan di luar ruangan atau pada
tempat yang berventilasi baik P280 = Kenakan sarung tangan/ pakaian
pelindung/ pelindung mata/ pelindung wajah P301 + P310 = Bila tertelan:
Segera hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter P321 = Penanganan
khusus (lihat pada label) P361 = Tanggalkan segera pakaian yang
terkontaminasi P405 = Simpan dalam kondisi tertutup rapat P501 = Buanglah
bahan/ wadah sesuai peraturan setempat/ wilayah/ nasional/ internasional

C. Aktivitas Dan Mekanisme Kerja


1. Farmakokinetik
Pengertian lain dari farmakokinetik menurut ilmu farmakologi
sebenarnya dapatdiartikan sebagai proses yang dilalui obat di dalam
tubuh atau tahapan perjalananobat tersebut di dalam tubuh. Proses
farmakokinetik ini dalam ilmu farmakologimeliputi beberapa tahapan
mulai dari proses absorpsi atau penyerapan obat,distribusi atau
penyaluran obat ke seluruh tubuh, metabolisme obat hingga
sampaikepada tahap ekskresi obat itu sendiri atau proses pengeluaran zat
obat tersebutdari dalam tubuh. Fase-fase tersebut diantaranya adalah:

a. Absorbsi

Benzodiazepin dapat diadministrasi lewat injeksi intravena,


intramuskular, oral, dan rektal.  Penyerapan diazepam lewat rute
oral >90% dan mencapai peak plasma concentration dalam waktu
30-90 menit. Absorbsi menurun dan diperlambat dengan konsumsi
makanan berlemak, penyerapan umumnya terjadi pada 15 menit
pada keadaan puasa sedangkan pada keadaan dikombinasi dengan
makanan berlemak penyerapan tertunda 45 menit. Sehingga peak
plasma yang harusnya dicapai 1.25 jam pada keadaan puasa, pada
keadaan dikombinasi dengan makanan berlemak menjadi 2.5 jam. 

Bioavailabilitas dari Diazepam gel rektal mencapai hingga 90%.


Peak plasma level dicapai dalam waktu 10-45 menit. Absorbsi
melalui intramuskular hanya mencapai 60% jika dibandingkan
dengan dosis yang sama jika diberikan lewat rute oral. Peak plasma
level dicapai dalam waktu 30-60 menit setelah injeksi. Maka
administrasi dari rute intramuskular hanya terbatas jika obat tidak
dapat diberikan lewat rute lain. 

Absorbsi melalui intravena setelah pemberian bolus 15 menit


dosis 10 dan 20 mg konsentrasi dalam darah berturut-turut adalah
400 ng/ml dan 1200 ng/ml. Pemberian dalam jangka waktu yang
lama akan menurunkan konsentrasi diazepam, pemberian 20 mg
menjadi 1,010 ng/ml. 

b. Distribusi

Volume distribusi diazepam pada laki-laki sehat berkisar antara


0.8-1.0 L/kg. Diazepam berikatan dengan plasma protein hingga
98%. Konsentrasi diazepam dalam plasma memiliki waktu paruh 1
jam hingga 3 jam. Penurunan konsentrasi dalam plasma membentuk
kurva bifasik, di mana penurunan secara cepat pertama kali
menggambarkan distribusi ke jaringan, dan penurunan kurva kedua
kali menggambarkan eliminasi waktu paruh terminal.

Diazepam memiliki solubilitas lipid yang tinggi sehingga


diazepam dapat dengan cepat masuk ke otak, dan organ lain yang
kemudian diredistribusikan ke otot dan jaringan adiposa. Sirkulasi
enterohepatik minimal. Diazepam bersifat transplasental pada fetus
dan disekresikan dalam ASI (sebesar sepersepuluh yang ada di
maternal plasma pada hari ke-3 – 9 post partum). 

c. Metabolisme

Diazepam dimetabolisme oleh enzim hepatik (hepatic


cytochrome enzyme isozyme/CYP450) menjadi bentuk metabolit
aktif yaitu oxazepam, temazepam, dan desmethyldiazepam.
Temazepam dan oxazepam dieliminasi dengan cepat oleh proses
glukuronidasi. Eliminasi waktu paruh pada dewasa 20-50 jam,
meningkat pada pasien geriatri (di atas 40 tahun bertambah 1 jam
untuk setiap usianya; misal eliminasi waktu paruh pada pasien usia
75 tahun adalah 75 jam), neonatal, dan penyakit hepar (sirosis,
hepatitis) dan gangguan renal. Waktu paruh menurun (lebih cepat
dimetabolisme) pada pasien dengan konsumsi medikasi yang
mengandung enzim hepatik. 

d. Ekskresi

Waktu paruh diazepam inisial (1-3 jam) diikuti oleh waktu paruh
terminal (20-50 jam atau ~48 jam). Untuk eliminasi waktu paruh
terminal metabolit aktif dari desmethyldiazepam membutuhkan
waktu hingga 100 jam. Diazepam dan metabolit aktifnya
diekskresikan lewat urin dalam bentuk sulfat dan konjugat
glukuronida. Rata-rata kecepatan waktu pembersihan diazepam
dalam tubuh manusia dewasa adalah 20-30 mL/menit. Dengan dosis
multipel diazepam akan menumpuk sehingga mengakibatkan
semakin panjangnya waktu eliminasi.

Kerja utama diazepam yaitu potensiasi inhibisi neuron dengan


asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator pada sistem
syaraf pusat Diazepam berikatan dengan reseptor-reseptor
stereospesifik benzodiazepin di neuron postsinaptik GABA pada
beberapa sisi di dalam sistem syaraf pusat (SSP).
Diazepam meningkatkan penghambatan efektifitas GABA
dalam menghasilkan rangsangan dengan meningkatkan permeabilitas
membran terhadap ion klorida. Perubahan ini mengakibatkan ion
klorida berada dalam bentuk terhiperpolarisasi (bentuk kurang  aktif /
kurang memberikan rangsangan) dan stabil.
Diazepam diabsorpsi dengan cepat secara lengkap setelah
pemberian peroral dan puncak konsentrasi dalam plasmanya dicapai
pada menit ke 15-90 pada dewasa dan menit ke-30 pada anak-anak.
Bioavailabilitas obat dalam bentuk sediaan tablet adalah 100%.
Range waktu paruh  diazepam antara 20-100 jam dengan rata-rata
waktu paruh nya adalah 30 jam.
Diazepam secara cepat terdistribusi dalam tubuh karena bersifat
lipid-soluble, volume distribusinya 1,1L/kg, dengan tingkat
pengikatan pada albumin dalam plasma sebesar (98-99%)
menyebabkan efeknya sangat singkat. Oleh karena itu, antikonvulsan
dengan lama kerja lebih panjang seperti fenitoin atau fenobarbital
harus segera diberikan setelah diazepam. Onset diazepam jika
diberikan secara iv adalah 1-5 menit dan jika secara im 15-30 menit,
sedangkan durasinya mulai 15 menit sampai 1 hari.
Metabolisme utama diazepam berada di hepar, menghasilkan
tiga metabolit aktif. Enzim utama yang digunakan dalam
metabolisme diazepam adalah CYP2C19 dan CYP3A4. N-
Desmetildiazepam (nordiazepam) merupakan salah satu metabolit
yang memiliki efek farmakologis yang sama dengan diazepam,
dimana t1/2-nya lebih panjang yaitu antara 30-200 jam. Ketika
diazepam dimetabolisme oleh enzim CYP2C19 menjadi
nordiazepam, terjadilah proses N-dealkilasi.
Pada fase eliminasi baik pada terapi dosis tunggal maupun multi
dosis, konsentrasi N-Desmetildiazepam dalam plasma lebih tinggi

dari diazepam sendiri. N-Desmetildiazepam  dengan bantuan enzim


CYP3A4 diubah menjadi oxazepam, suatu metabolit aktif yang
dieliminasi dari tubuh melalui proses glukuronidasi. Oxazepam
memiliki estimasi t1/2 antara 5-15 jam. Metabolit yang ketiga adalah
Temazepam dengan estimasi t1/2 antara 10-20 jam. Temazepam
dimetabolisme dengan bantuan enzim CYP3A4 dan CYP 3A5 serta
mengalami konjugasi d

Diazepam memiliki konsentrasi plasma yang berkorelasi buruk


dengan respon terapi, hal ini berhubungan dengan metabolit aktif
yang dimiliki. Konsentrasi obat dalam plasma dalam kadar tertentu
dapat menyebabkan efek yang buruk pada respon terapinya. Sebab
kadar yang terlalu tinggi yang melewati kadar terapeutik, maka yang
didapat bukanlah efek terapi yang diinginkan melainkan efek toksik
yang didapat. Hal tersebut disebabkan oleh :

1) adanya metabolit aktif yang sifatnya lebih toksik dibandingkan


obat asalnya;
2) Kualitas yang menyangkut dengan struktur kimianya\
3) Toleransi dan resistensi yang didapat oleh masing-masing
individu
4) Terapi dengan single dose
5) Durasi terhadap intensitas exposure
6) Waktu tertundanya onset obat tersebut

2. Farmakodinamik
Memodulasi efek postsynaptic dari transmisi GABA-A, sehingga
mengakibatkan peningkatan hambatan presynaptic. Bekerja pada bagian
sistem limbik, talamus,dan hipotalamus, untuk menimbulkan efek yang
menenangkan.
Dalam sistem saraf pusatDapat menimbulkan amnesia, anti kejang,
hipnotik, relaksasi otot danmepunyai efek sedasi, efek analgesik tidak
ada, menurunkan alirandarah otak dan laju metabolisme.
Efek KardiovaskulerMenyebabkan vasodilatasi sistemik yang ringan
dan menurunkancardiac out put. Tidak mempengaruhi frekuensi denyut
jantung, perubahan hemodinamik mungkin terjadi pada dosis yang besar
atauapabila dikombinasi dengan opioid.
Sistem Respiratori Mempengaruhi penurunan frekuensi nafas dan
volume tidal , depresi pusat nafas mungkin dapat terjadi pada pasien
dengan penyakit paruatau pasien dengan retardasi mental.
Diazepam yang masuk ke dalam tubuh akan dimetabolisme dengan
bantuan sitokrom P 450. Kerja enzim sitokrom P 450 di jaringan lain
selain eritrosit akan membentuk superoksida. Dalam eritrosit sendiri
superoksida terbentuk melalui auto oksidasi hemoglobin menjadi
methemoglobin. Superoksida ini dapat menyebabkan cedera sel yang
berakibat pada kematian sel dan menyebabkan pelepasan ion besi dari
feritin sehingga dapat mempengaruhi hemoglobin (Harper, 1979). Oleh
karena itu, secara tidak langsung diazepam dapat mempengaruhi
hematopoiesis melalui efek-efek metabolik dan menghambat proliferasi
semua elemen seluler di dalam sumsum tulang (Rahmawati, 2012).
Efek terhadap saraf ototMenimbulkan penurunan tonus otot rangka
yang bekerja di tingkatsupraspinal dan spinal, sehingga sering digunakan
pada pasien yangmenderita kekakuan otot rangka.

D. Indikasi
Diazepam diindikasikan untuk mengatasi status epileptikus, kejang
demam, kejang akibat keracunan, premedikasi, sedasi pada amnesia, serta
digunakan bersama-sama dengan anestesi lokal.
Diazepam digunakan untuk memperpendek mengatasi gejala yang
timbul seperti gelisah yang berlebihan, diazepam juga dapat diinginkan
untuk gemeteran, kegilaan dan dapat menyerang secara tiba-tiba.
Halusinasi sebagai akibat mengkonsumsi alkohol. diazepam juga dapat
digunakan untuk kejang otot, kejang otot merupakan penyakit neurologi.
dizepam digunakan sebagai obat penenang dan dapat juga
dikombinasikan dengan obat lain.

E. Kontraindikasi

Pemberian diazepam harus dihindarkan untuk pasien dengan depresi


napas, kelemahan neuromuskular pada saluran napas termasuk unstable
myastenia gravis, insufiensi paru akut, sindroma sleep apnea,gangguan
hepar berat, tidak boleh digunakan secara tunggal pada depresi atau pada
kecemasan yang disertai depresi.

F. Bentuk Sediaan

Formulasi diazepam yang tersedia dipasaran adalah tablet (2 mg, 5


mg, 10 mg), kapsul (15 mg), liquid solusi (1 mg / ml dalam 500 ml
kontainer dan unit-dosis (5 mg & 10 mg); 5 mg / ml dalam30 ml botol
penetes), solusio untuk IV/IM injeksi (5 mg / ml ), solusi rectal,
supositoria (5 mg dan 10 mg), rektal tube.
G. Nama Dagang

Dindonesia terdapat beragam sediaan nama dagang untuk diazepam,


diantaranya adalah :
1. Diazepam (generic) tablet 2 mg, 5 mg
2. Lovium (Phapros) tablet 2 mg, 5 mg
3. Menthalium (Soho) tablet 2 mg, 5 mg, 10 mg
4. Paralium (Prafa) cairan injeksi 5 mg/5ml
5. Stesolid (Dumex Alpharma Indonesia)
6. Cairan injeksi 10 mg/2ml,
7. Enema: 5 mg/ 2,5ml, 10mg/2,5 mL
8. Sirup: 2mg/ 5ml
9. Tablet: 2 mg, 5 mg
10. Trankison (Combiphar), tablet 2 mg, 5 mg
11. Valium (Roche Indonesia) cairan injeksi 5 mg/5ml, tablet 2 mg, 5 mg
12. Validex (Dexa Medica), tablet 2 mg, 5 mg
13. Valisanbe (Sanbe), tablet 2 mg, 5 mg
14. Valdimex (Mesifarma TM), cairan injeksi 10 mg/2ml, tablet 5 mg

H. Dosis Dan Cara Pemberian


Untuk pemberian dosis pada oral ansietas 2 mg 3 kali/hari, dinaikkan
bila perlu sampai 15-30 mg/hari dalam dosis terbagi. Untuk lansia atau
debil dosis setengahnya. Insomnia yang disertai ansietas 5-15 mg sebelum
tidur.
Injeksi intramuscular atau injeksi intravena lambat (ke dalam vena
yang besar dengan kecepatan tidak lebih dari 5 mg/menit) untuk ansietas
akut berat, pengendalian serangan panik akut dan putus alkohol akut : 10
mg diulangi bila perlu setelah tidak kurang dari 4 jam.
Injeksi intravena : 10-20 mg, kecepatan 0,5 ml (2,5 mg) per 30 detik.
Ulang bila perlu setelah 30-60 menit. Mungkin dilanjutkan dengan infus
intravena sampai maksimal 3 mg/kg bb dalam 24 jam ANAK: 200-300
mcg/kg bb atau 1 mg/tahun umur. REKTAL : dewasa atau anak lebih dari
3 tahun 10 mg; anak 13 tahun dan lansia : 5 mg ulang setelah 5 menit bila
perlu.
Untuk ansietas apabila pemberian oral tidak dapat dilakukan obat
diberikan melalui rectum sebagai supositoria : 10-30 mg (dosis lebih tinggi
terbagi).
(BPOM RI, 2008).
Dosis dan cara pemberian ditujukan sesuai dengan terapi apa yang
hendak diberikan, seperti:3,7,8
1. Premedikasi,Per oral 2 jam sebelum pembedahan, dewasa dan anak
diatas 12 tahun, 5-10mg
2. Sedasi, dengan infuse intravena lambat segera sebelum prosedur,
dewasa dan anak > 12 tahun, 200 mikrogram/kg
3. Status epileptikus atau kejang epilepsi berulang , dengan injeksi
Intravena lambat (dengan kecepatan rata-rata 5mg/menit), dewasa 10-20
mg, diulang jika perlu setelah 30-60 menit; dapat diikuti dengan infuse
intravena samapai maksimal 3mg/kg dalam 24 jam; dengan injeksi
intravena lambat, anak 200-300 mikrogram/kg (atau 1 mg / tahun usia);
melalui larutan per rectal, dewasa dan anak lebih dari 10 kg, 500
mikrogram/kg, lansia 250 mikrogram/kg; diulang jika perlu setiap 12
jam; jika kejang tidak terkontrol maka tindakan lain harus dilakukan
4. Kejang demam (tindakan yang dianjurkan), per rectal,  larutan (larutan
injeksi dapat digunakan), anak >10 kg, 500 mikrogram/kg (maksimal 10
mg), dengan dosis dapat diulang jika perlu
5. Kejang demam ( alternatif), dengan injeksi intravena lambat, anak
200-300 mikrogram/kg (atau 1 mg/ tahun usia)
6. Reaksi putus obat atau putus alkohol, injeksi inravena lambat (rata-
rata 5mg/menit), dewasa 10 mg; dosis lebih tinggi dapat dibutuhkan
tergantung derajat beratnya gejala
7. Kejang akibat keracunan, injeksi intravena lambat ( rata-rata
5mg/menit), dewasa 10-20 mg
8. Ansietas, per oral, dewasa 2 mg 3 x sehari dapat ditingkatkan jika
perlu menjadi 15-30 mg sehari dengan dosis terbagi; lansia (atau kondisi
berat) setengah dosis dewasa
9. Insomnia, per oral, dewasa 5-15 mg saat tidur

Untuk premedikasi, absorpsi setelah pemberian suntik intramuscular


lambat dan tidak konstan; intramuscular diberikan hanya jika pemberian
per oral dan intravena tidak mungkin dilakukan. Injeksi intravena lambat
di dalam vena besar mengurangi risiko tromboflebitis. Pemberian per
rectal dengan dosis 0,5-1 mg/kgBB diazepam untuk bayi dan anak di
bawah 11 tahun dapat menghasilkan kadar 500 g/ml dalam waktu 2-6
menit. Bagi anak yang lebih besar dan orang dewasa pemberian rectal
tidak bermanfaat untuk mengatasi kejang akut ataupun status epileptikus,
karena kadar puncak lambat tercapai dan kadar plasmanya rendah
(absorbsinya terlalu lambat).
Berdasarkan penelitian Sreenath et al, penggunan monoterapi
lorazepam lebih baik dan dianjurkan sebagai terapi status epilepticus
daripada terapi kombinasi diazepam-fenitoin, karena dilaporkan
keefektivitasannya yang hampir sama. Penggunaan monoterapi juga
menurunkan efek samping yang kurang baik bagi pasien.
Pengobatan ansietas (anxiety) atau agitasi (keresahan atau
kegelisahan) (3) Mula-mula berikan diazepam 0,1-0,2 mg/kg (dosis lazim
anak > 5 tahun dan dewasa adalah 2-10 mg; untuk anak > 30 hari hingga
5 tahun adalah 1-2 mg) secara intravena (kecepatan pemberian tidak
melebihi 5 mg/menit pada orang dewasa; pemberian untuk anak lebih
dari 3 menit), tergantung pada tingkat keparahan (pada kasus tetanus
diperlukan dosis yang lebih besar); dapat diulang setiap 1-4 jam jika
diperlukan. Dosis oral adalah 0,1-0,3 mg/kg (dewasa 2-10 mg; pasien
lanjut usia (geriatrik) diperlukan dosis yang tidak melebihi 2,5 mg
dengan interval yang lebih kecil; anak > 6 bulan 1-2,5 mg). Dosis harus
disesuaikan dengan tingkat respons dan toleransi pasien. Peringatan:
Jangan diberikan secara intramuskular karena akan menimbulkan
absorpsi eratik dan nyeri pada tempat injeksi. 2.1.2 Pengobatan pada
konvulsi (3) Berikan diazepam 0,1-0,2 mg/kg IV, tidak melebihi 5
mg/menit, setiap 5-10 menit (dosis lazim yang mula-mula diberikan
untuk dewasa adalah 5-10 mg; anak > 5 tahun 1-2 mg; anak < 0,2-0,5
mg); dosis maksimum total untuk dewasa adalah 30 mg atau 5 mg (anak
kecil) atau 10 mg (anak yang lebih dewasa). 2.1.3 Pengobatan pada
intoksikasi klorokuin dan hidroksiklorokuin (3) Pemberian diazepam
dosis tinggi 1-2 mg/kg IV (infus melebihi 30 menit) dilanjutkan dengan
infus 2 mg/kg/24 jam dapat mengobati kardiotoksisitas. Peringatan:
Pengobatan ini kemungkinan dapat menyebabkan pasien mengalami
apnea sehingga pasien harus diintubasi (tindakan medis berupa
penempatan tabung plastik fleksibel dalam trakea untuk melindungi dan
mendukung jalan napas dan memungkinkan respirasi mekanis atau
buatan) dan ventilasinya harus selalu terjaga. 2.1.4 Meredakan gejala
ketagihan alkohol (3) Mula-mula berikan diazepam dengan dosis 5-10
mg IV, lalu 5 mg setiap 10 menit hingga pasien tenang. Kemungkinan
diperlukan dosis yang lebih besar untuk menenangkan pasien yang
mengalami ketagihan parah. Dosis oral mula-mula adalah 10-20 mg,
diulang setiap 1-2 jam hingga pasien tenang.

I. Efek Samping
Efek pada sistem saraf pusat sering terjadi termasuk mengantuk,
kepala terasa ringan pada hari berikutnya, kebingungan dan ataksia
(terutama pada lanjut usia); amnesia; ketergantungan; peningkatan pada
agresi; kelemahan otot; terkadang : sakit kepala, vertigo, gangguan
saluran cerna, gangguan penglihatan, disartria, tremor, perubahan libido,
inkotinensia, retensi urin; gangguan darah dan kuning/jaundice; reaksi
kulit; peningkatan enzim hati, terasa nyeri dan tromboemboli pada injeksi
intravena.
Mengantuk,ataksia. kelelahan Erupsi pada kulit. edema, mual dan
konstipasi, gejala-gejala ekstra pirimidal. jaundice dan neutropenia.
perubahan libido, sakit kepala, amnesia, hipotensi. gangguan visual dan
retensi urin, incontinence
Efek samping yang sering terjadi adalah pusing, mengantuk,
kelemahan otot, ataksia, reaksi paradoksikal dalam agresi, gangguan
mental, amnesia, ketergantungan, depresi pernapasan, kepala terasa
ringan hari berikutnya dan bingung. Efek samping yang kadang-kadang
terjadi adalah nyeri kepala, fertigo, hipotensi, perubahan salifasi,
gangguan saluran cerna, ruam, gangguan penglihatan, perubahan libido,
retensi urin, dilaporkan juga kelainan darah dan sakit kuning, pada injeksi
intravena terjadi : nyeri, tromboflebitis dan jarang apneu atau hipotensi
(BPOM RI, 2008).
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat
diazepam ialah dapat mengganggu kemampuan mengemudi atau
mengoperasikan mesin, hamil, menyusui, bayi, usia lanjut, penyakit
hepar dan ginjal, penyakit pernafasan, kelemahan otot, riwayat
penyalahgunaan obat atau alkohol, kelainan kepribadian yang nyata,
kurangi dosis pada usia lanjut, dan debil, hindari pemakaian jangka
panjang, peringatan khusus untuk injeksi IV porfiria (Sukandar et al,
2008).
Sebagaimana obat, selain memiliki efek yang menguntungkan
diazepam juga memiliki efek samping yang perlu diperhatikan dengan
seksama. Efek samping diazepam memiliki tiga kategori efek samping,
yaitu :

1. Efek samping yang sering terjadi, seperti : pusing, mengantuk

2. Efek samping yang jarang terjadi, seperti : Depresi, Impaired


Cognition
3. Efek samping yang jarang sekali terjadi,seperti : reaksi alergi,
amnesia, anemia, angioedema, behavioral disorders, blood dyscrasias,
blurred vision, kehilangan keseimbangan, constipation, coordination
changes, diarrhea, disease of liver, drug dependence, dysuria,
extrapyramidal disease, false Sense of well-being, fatigue, general
weakness, headache disorder, hypotension, Increased bronchial
secretions, leukopenia, libido changes, muscle spasm, muscle weakness,
nausea, neutropenia disorder, polydipsia, pruritus of skin, seizure
disorder, sialorrhea, skin rash, sleep automatism, tachyarrhythmia,
trombositopenia, tremors, visual changes, vomiting, xerostomia.

J. Peringatan

Hal-hal yang harus diperhatikan dan menjadi peringatan diantaranya:


1. Menghindari penggunaan pada pasien dengan gangguan napas,
myastnia gravis, penyalahgunaan obat atau alkohol, gangguan
kepribadian berat, hamil, menyusui.
2. Menurunkan dosis pada lansia, ganguan hepar (hindari jika berat) dan
gangguan ginjal.
3. Menghindari pemakaian jangka pajang dan putus obat mendadak
setelahnya.
4. Jika diberikan parenteral harus dipantau ketat
5. Apabila diberikan secara intravena, maka alat pencegah depresi napas
dengan ventilasi mekanis harus disiapkan

Diazepam diekskresikan melalui air susu dan dapat menembus


barier plasenta, karena itu penggunaan untuk ibu hamil dan menyusui
sebisa mungkin dihindari.  Di dalam tubuh embrio bahan metabolit
tersebut berpotensi menginhibisi neuron, meningkatkan pH di dalam sel,
dapat bersifat toksik. Dengan terinhibisinya neuron maka akan terganggu
pula transfer neurotransmiter untuk hormon-hormon pertumbuhan,
sehingga mengakibatkan pertumbuhan embrio yang lambat. Dengan pH
yang tinggi mengakibatkan sel tidak dapat tereksitasi, sehingga kerja
hormon pertumbuhan juga terganggu yang akhirnya pertumbuhan janin
juga terganggu. Pada trimester pertama masa kehamilan merupakan
periode kritis maka bahan teratogen yang bersifat toksik akan
mempengaruhi pertumbuhan embrio, bahkan dapat mengakibatkan
kematian janin.
Diazepam ini tidak boleh digunakan dalam jangka waktu yang
panjang (tidak boleh lebih dari 3 bulan), karena berakibat buruk bagi
tubuh penderita. Hal ini mungkin dapat disebabkan karena waktu paruh
diazepam yang cukup panjang, ditambah lagi waktu paruh N-
Desmetildiazepam yang lebih panjang yaitu,  2 kali waktu paruh
Diazepam. Hal ini berarti setelah konsentrasi diazepam dalam tubuh
habis untuk menghasilkan efek, masih dapat dihasilkan efek bahkan
sebesar 2 kalinya yang diperoleh dari N-Desmetildiazepam sebagai
metabolit aktif diazepam.  Ditambah lagi persentase metabolit yang
terikat protein dalam plasma (97%), lebih sedikit daripada prosentase
diazepam yang terikat protein plasma (98%-99%). Oleh karena itu
penggunaan diazepam dalam terapi pengobatan harus ekstra berhati-hati,
yaitu perlu dipertimbangkan adanya efek yang ditimbulkan oleh
metabolit aktif.
Peringatan – peringatan yang perlu diperhatikan bagi pengguna
diazepam sebagai berikut :

1. Pada ibu hamil diazepam sangat tidak dianjurkan karena dapat sangat
berpengaruh pada janin. Kemampuan diazepam untuk melalui plasenta
tergantung pada derajat relativitas dari ikatan protein pada ibu dan janin.
Hal ini juga berpengaruh pada tiap tingkatan kehamilan dan konsentrasi
asam lemak bebas plasenta pada ibu dan janin. Efek samping yang dapat
timbul pada bayi neonatus selama beberapa hari setelah kelahiran
disebabkan oleh enzim metabolism obat yang belum lengakp. Kompetisi
antara diazepam dan bilirubin pada sisi ikatan protein dapat
menyebabkan hiperbilirubinemia pada bayi neonatus.
2. Sebelum menggunakan diazepam harap kontrol pada dokter terlebih
dahulu.
3. Jika berusia diatas 65 tahun dosis yang diberikan tidak boleh terlalu
tinggi karena dapat membahayakan jiwa pasien tersebut. Usia lanjut
dapat mempengaruhi distribusi, eliminasi dan klirens dari
benzodiazepine.
4. Obat ini tidak diperbolehkan diminum pada saat membawa kendaraan
karena obat ini menyebabkan mengantuk.
5. Pada pasien yang merokok harus konsultasi pada dokter lebih dahulu
sebelum menggunakan diazepam, karena apabila digunakan secara
bersamaan dapat menurunkan efektifitas diazepam.
6. Jangan menggunakan diazepam apabila menderita glukoma
narrowangle karena dapat memperburuk penyakit
7. Katakan pada dokter jika memiliki alergi.
8. Hindarkan penggunaan pada pasien dengan depresi CNS atau koma,
depresi pernafasan, insufisiensi pulmonari akut,, miastenia gravis, dan
sleep apnoea
9. Hati-hati penggunaan pada pasien dengan kelemahan otot serta
penderita gangguan hati atau ginjal, pasien lanjut usia dan lemah.
10. Diazepam tidak sesuai untuk pengobatan psikosis kronik atau
obsesional states.

K. Interaksi Obat

Kombinasi dari opioid dan diazepam menyebabkan penurunan


tekanan darah arteri dan tahanan vaskuler perifer. Interaksi sinergis ini
selalu di waspadai pada pasien dengan ischemik atau penyakit katup
jantung. Benzodiazepine menurunkan konsentrasi minimum alveolar
dari anestesi yang diuapkan sampai tingkat 30%.Etanol, barbiturate dan
depressan susunan saraf pusat yang lain berpotensi menimbulkan efek
sedative dari benzodiazepine.

Ada banyak sekali adendum yang terjadi antara diazepam dengan


obat, makanan atau zat lainnya yang efeknya harus menjadi perhatian
bagi kalangan medis dan penggunanya. Interaksi yang diuraikan
dibawah adalah interaksi yang terjadi secara farmakokinetik dan
farmakodinamik. Adapun interaksi-interaksi diazepam dengan berbagi
obat/zat/makanan antara lain yaitu:

1. Kombinasi diazepam dengan alcohol, anestesi, obat antidepresan, obat


antipsikosis, obat tidur dan barbiturate dapat meningkatkan efek
samping seperti mengantuk, kebingungan, atau kesulitan bernapas. 

2. Kombinasi diazepam dengan jus anggur dapat meningkatkan kadar


diazepam dalam darah sehingga meningkatkan efek samping dari
diazepam.

3. Clearence benzodiazepine dikurangi jika digunakan bersama dengan


Cimetidin atau Omeprazol, dan akan meningkat jika digunakan dengan
Rifamfisin.

4. Metabolisme diazepam dihambat oleh isoniazid, dan dipecepat oleh


rifamfisin.

5. Kadar plasma diazepam mungkin ditingkatkan oleh ritonavir.

6. ACE inhibitor dapat meningkatkan efek hipotensif saat ansiolitik dan


hipnotik diberikan degnan ACE inhibitor

7. Penyekat neuron adrenergic dapat eningkatkan efek hipotensif saat


ansiolitik dan hipnotik diberikan dengan penyekat neuron adrenergic
8. Alkohol dapat meningkatkan efek sedasi saat ansiolitik dan hipnotik
diberikan dengan alcohol

9. Penyekat alfa dapat meningkatkan efek hipotensi dan sedasi saat


ansiolitik dan hipnotik diberikan dengan penyekat alfa

10. Anastesi umum dapat meningkatkan efek hipotensi dan sedasi saat
ansiolitik dan hipnotik diberikan dengan anastesi umum

11. Analgesik dapat meningkatkan efek sedasi saat ansiolitik dan


hipnotik diberikan dengan analgesik opioid

12. Angiotensin II reseptor antagonis dapat meningkatkan efek hipotensi 


saat ansiolitik dan hipnotik diberikan dengan angiotensin II reseptor
antagonis

13. Antibakterial rifampisin dapat meningkatkan metabolisme diazepam,


mengurangi konsentrasi dalam darah, sedangkan metabolisme diazepam
dihambat oleh isoniazid

14. Antikoagulan Chloral dan triclofos dapat meningkatkan sementara


efek antikoagulan dari koumarin.

15. Diazepam dapat meningkatkan atau menurunkan kadar fenitoin


dalam darah dengan saling mempengaruhi farmakokinetiknya, dimana
fenitoin dalam mekanisme kerjanya mengeliminasi CYP2C19
sedangkan diazepam menghasilkan metabolit aktif CYP2C19.

16. Diazepam dalam darah mungkin ditingkatkan oleh valproat sehingga


meningkatkan risiko efek samping.

17. Antihistamin dapat meningkatkan efek sedasi saat ansiolitik dan


hipnotik diberikan dengan antihistamin
18. Antipsikotik dapat meningkatkan efek sedasi saat ansiolitik dan
hipnotik

19. Antiviral dapat meningkatkan risiko sedasi lebih lama dan depresi
napas (saat alprazolam, clonazepam, diazepam, flurazepam, atau
midazolam diberikan bersama fosamprenavir; ritonavir, nelfinavir dan
indinavir)

20. Barbiturate/ fenobarbital dapat mengurangi kadar diazepam dalam


darah

21. Penyekat beta dapat meningkatkan efek hipotensif saat ansiolitik dan
hipnotik

22. Penyekat kanal kalsium dapat meningkatkan efek hipotensif saat


ansiolitik dan hipnotik

23. Diazoxide dapat meningkatkan efek hipotensif saat ansiolitik dan


hipnotik

24. Disulfiram menghambat metabolism benzodiazepine, meningkatkan


efek sedasi dan meningkatkan risiko toksisitas tenazepam;

25. Diuretik dapat meningkatkan efek hipotensif saat ansiolitik dan


hipnotik

26. Benzodiazepine mungkin melawan efek levodopa

27. Lofexidine, Metildopa, Moxonidine, Pelemas otot (baclofen atau


tizanidine), Nitrat dapat meningkatkan efek  sedasi saat ansiolitik dan
hipnotik

28. Estrogen bersama diazepam meningkatka kadar melatonin dalam


darah
29. Esomeprazole dan omeprazole mungkin menghambat metabolisme
diazepam, meningkatkan kadar dalam darah.

30. Antihipertensi vasodilator (hidralazin, minoxidil, atau sodium


nitropruside) dapat meningkatkan efek hipotensif saat ansiolitik dan
hipnotik.

L. Stabilitas Penyimpanan
Untuk menjaga kestabilisan sediaan diazepam maka penyimpanan
dilakukan dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya. Untuk
sediaan parenteral lindungi dari cahaya. Khasiat obat bertahan sampai 3
bulan bila disimpan dalam suhu kamar (20-250), stabil pada pH 4-8,
terjadi hidrolisis jika pH kurang dari 3 dan jangan campur sediaan i.v
dengan obat lain. Untuk sediaan rectal gel penyimpanan yang baik pada
suhu 25°C (15°C - 30°C) dan sediaan tablet pada suhu 15°C - 30°C.
Reaktivitas dan Stabilitas (7,8,9) Sensitif terhadap cahaya. Stabil
pada suhu dan tekanan normal. 8.2. Kondisi yang Harus Dihindari (10)
Panas. 8.3. Bahan Tak Tercampurkan (7,8,9,10) Tidak tercampurkan
dengan bahan pengoksidasi kuat, asam mineral, basa kuat, plastik. 8.4.
Dekomposisi (9.10) Menghasilkan NOx, Cl-, gas atau uap yang
mengiritasi. Dalam kondisi dipanaskan atau terbakar dapat melepaskan
uap toksik. 8.5. Polimerisasi (8) Tidak akan terpolimerisasi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine yang merupakan sedatif
yang berhubungan erat dengan depresi sistem saraf pusat, bekerja dengan
meningkatkan efek GABA (gamma aminobutyric acid) di otak. . Diazepam
merupakan obat dengan kelas terapi antiansietas, antikonvulsan, dan sedatif.
Diazepam bersifat lipid-soluble, dengan onset cepat, jika diberikan
secara IV adalah 1-5 menit dan IM 15-30 menit, sedangkan durasinya mulai
15 menit sampai 1 hari. Diazepam dimetabolisme di hati dan di eksresikan di
ginjal.
Pemberian diazepam harus dihindarkan untuk pasien dengan depresi
napas, Kelemahan neuromuskular pada saluran napas, sindroma sleep
apnea,gangguan hepar berat, tidak boleh digunakan secara tunggal pada
depresi.
Efek samping penggunaan diazepam terdapat pada sistem saraf pusat,
saluran cerna, saluran pernafasan dan sebagainya. Penggunaannya harus hati-
hati dan hanya boleh diresepkan oleh dokter karena efek samping yang
banyak, kadar terapeutik yang harus dengan monitoring serta interaksinya
yang juga harus sangat di perhatikan.

B. Saran
Bagi para pembaca dan rekan-rekan yang lainnya, jika ingin menambah
wawasan dan ingin mengetahui lebih jauh, maka penulis mengharapkan agar
lebih membaca buku-buku ilmiah dan buku-buku lainnya yang berkaitan
dengan judul “Diazepam sebagai obat penenang”. Kritik dan saran yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah kami. Jadikanlah makalah ini sebagai sarana yang dapat mendorong
mahasiswa berpikir aktif dan kreatif
DAFTAR PUSTAKA

Couper FJ, Logan BK. Diazepam in Drugs and Human Performance Fact Sheets
(electronic version). Washington DC, National Highway Traffic Safety
Administration (NHTSA), 2004.
Katzung, Betram G. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika,
2002.
Tim Penyusun. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta : Badan
Pengawas Obat dan Makanan (POM) Republik Indonesia, 2008.
Gunawan SG. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
Anonymous. Diazepam. Diunduh dari URL http://wikipedia.org.id pada tanggal
16 Juli 2010.
Tim Editor. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 9. Jakarta : Bhuana Ilmu
Populer (Kelompok Gramedia), 2009.
Alfred Goodman Gilman. Goodman & Gilman’s the Pharmacological Basis of
Therapeutics 11th Edition (electronic version). New York, Mc-Graw Hill
Medical Publishing Division, 2006.
Sreenath TG, Gupta P, Sharma KK, Krishnamurthy S. Lorazepam versus
diazepam-phenytoin combination in the treatment of convulsive status
epilepticus in children: a randomized controlled trial. Eur J Paediatr Neurol.
2010 Mar;14(2):162-8.
Prasad K, Al-Roomi K, Krishnan PR. Anticonvulsant therapy for status
epilepticus. Br J Clin Pharmacol, 2005;63(6):640.
Murphy A. Phenytoin – diazepam interaction. The Annals of Pharmacotherapy:
2003: 37(5); h. 659-63.
Platt SR, Mc Donnell JJ. Status epilepticus: Patien Management and
Pharmacologic Therapy. Compendium, 2000; 22(8):1-7.
Lawn ND, Wijdicks EFM. Status epilepticus: A critical review of management
options. Neurol J Southeast Asia 2002; 7 : 47 – 59.

Anda mungkin juga menyukai