Disusun oleh :
Aulia Nurhaniva S
NIM.P1337420219120
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah yang berjudul “Obat Oral Diazepam”. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas farmakologi.Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan, dan arahan dari semua pihak.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Akhir kata
kami mengucapkan terima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
setiap pembaca
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 2
B. Rumusan Masalah .4
C. Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Diazepam 6
B. Dosis Dan Aturan Pakai Diazepam 8
C. Aktivitas Dan Mekanisme Kerja 8
D. Indikasi 17
E. Kontra Indikasi Obat 17
F. Bentuk Sediaan Obat 17
G. Nama Dagang 18
H. Dosis Dan Cara Pemberian 18
I. Efek Samping 21
J. Peringatan 23
K. Interaksi Obat 25
L. Stabilitas Penyimpanan 28
DAFTAR PUSTAKA 31
3
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diazepam merupakan obat yang sering digunakan sebagai terapi lini
pertama untuk penatalaksanaan kejang, terutama kejang demam dan status
epileptikus. Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine yang merupakan
sedatif yang berhubungan erat dengan depresi sistem saraf pusat. Obat ini
merupakan obat standar terhadap benzodiazepin lainnya. Diazepam dan
benzodiazepin lainnya bekerja dengan meningkatkan efek GABA (gamma
aminobutyric acid) di otak. GABA adalah neurotransmitter (suatu senyawa
yang digunakan oleh sel saraf untuk saling berkomunikasi) yang menghambat
aktifitas di otak.
Diazepam termasuk obat psikotropika yang penggunaannya tidak bisa
sembarangan dan harus dengan resep dokter. Diazepam merupakan obat
dengan kelas terapi antiansietas, antikonvulsan, dan sedatif. Digunakan pada
pengobatan agitasi, tremor, delirium, kejang, dan halusinasi akibat alkohol.
Dalam mengatasi kejang, diazepam dapat dikombinasikan dengan obat-
obatan lain. Diazepam dimetabolisme di hati dan di eksresikan di ginjal.
Sifat diazepam tidak larut dalam air dan harus berdisosiasi pada pelarut
organik (propylene, glycol, sodium benzoat), rasa sakit mungkin muncul pada
pemberian intramuskuler ataupun pada pemberian intravena. Penggunannya
harus mendapat perhatian terutama pada pasien yang memiliki masalah pada
penyakit pernapasan, kelemahan otot/ mystenia gravis, riwayat
ketergantungan obat, kelainan kepribadian yang jelas, hamil dan menyusui.
Diazepam juga memiliki berbagai efek samping dari yang ringan
sampai berat, interaksi obat perlu perhatian bagi kalangan medis dan
penggunanya.
Diazepam, pertama dipasarkan sebagai Valium, adalah pengobatan dari
keluarga benzodiazepin yang dapat memunculkan efek tenang. Obat ini
biasanya digunakan untuk pengobatan kecemasan, sindrom putus alkohol,
sindrom putus benzodiazepin, spasmofili, epilepsi, sulit tidur, dan sindrom
kaki resah. Obat ini juga dapat digunakan untuk menghilangkan memori
selagi prosedur pengobatan tertentu. Dapat dikonsumsi dengan diminum,
dimasukkan ke rektum, disuntikkan ke otot atau ke vena. Ketika diberikan ke
vena, efek akan mulai terasa dalam lima menit sampai satu jam. Melalui
mulut, efeknya terasa mulai 40 menit.
Beberapa efek samping yang umum diantaranya mengantuk dan
kesulitan koordinasi. Efek samping serius jarang terjadi. Beberapa
diantaranya bunuh diri, penurunan pernapasan, dan kemungkinan
meningkatnya risiko sindrom jika digunakan berlebihan. Penggunaan jangka
panjang dapat menyebabkan toleransi, ketergantungan, dan munculnya gejala
kembali jika dosis dikurangi. Penghentian tiba-tiba setelah pemakaian lama
juga berpotensial bahaya. Setelah berhenti, masalah kognitif dapat muncul
selama 6 bulan atau lebih. Tidak direkomendasikan untuk ibu hamil atau
menyusui.
Diazepam pertama kali disintesis oleh Leo Sternbach, dan diproduksi
pertama kali oleh Hoffmann-La Roche. Obat ini menjadi salah satu obat
paling banyak diresepkan di dunia semenjak kemunculannya tahun 1963.
Tahun 1985 patennya berakhir, dan saat ini tersedia lebih dari 500 merek di
pasar. Diazepam masuk dalam Daftar Obat Esensial Organisasi Kesehatan
Dunia, daftar obat paling penting yang dibutuhkan dalam sistem kesehatan
dasar. The wholesale cost in the developing world is about 0.01 USD per dose
as of 2014.
Diazepam merupakan obat yang termasuk dalam golongan psikotropika
sehingga pembelian obat ini harus berdasarkan resep dokter. Diazepam
termasuk Psikotropika golongan IV (empat) yaitu psikotropika yang
berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau tujuan ilmu
pengetahuan, serta mempunyai potensi ringan yang mengakibatkan sindrom
ketergantungan (Universitas Islam Indonesia, 2012).
Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai obat antikonvulsan
diazepam meliputi deskripsi, sifat kimia, farmakodinamik, aktivitas dan
mekanisme kerja, dosis dan cara pemberian, bentuk sediaan dan nama
dagang, indikasi klinis, efek samping, kontraindikasi, interaksi obat dan
stabilisas penyimpanannya dengan tujuan memberikan informasi kepada
pembaca.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Obat Oral Diazepam?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar pembaca mengetahui tentang obat Diazepam
2. Agar pembaca mengetahui aktifitas dan mekanisme kerja obat Diazepam
3. Agar pembaca mengetahui indikasi obat Diazepam
4. Agar pembaca mengetahui kontraindikasi dari obat Diazepam
5. Agar pembaca mengetahui bentuk sediaan obat Diazepam
6. Agar pembaca mengetahui nama dagang obat Diazepam
7. Agar pembaca mengetahui dosis dan cara pemberian obat Diazepam
8. Agar pembaca mengetahui efek samping yang ditimbulkan dari obat
Diazepam
9. Agar pembaca mengetahui peringatan penggunaan obat Diazepam
10. Agar pembaca mengetahui interaksi dari obat Diazepam
11. Agar pembaca mengetahui stabilitas penyimpanan obat Diazepam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Diazepam
Diazepam adalah salah satu contoh obat penenang yang digunakan untuk
mengatasi kejang dan gangguan kecemasan. Obat ini tidak disarankan
untuk digunakan dalam jangka panjang.
Diazepam bekerja dengan cara memengaruhi zat kimia di otak sehingga
memberikan efek menenangkan selama beberapa jam atau bahkan beberapa
hari setelah dikonsumsi.
Diazepam adalah senyawa kristal yang tidak berwarna atau agak
kekuningan yang sukar larut dalam air, tidak larut dalam air, mudah larut
dalam kloroform P (Depkes RI, 1979). Merupakan obat penenang sistem
saraf pusat, mempengaruhi fungsi tubuh maupun perilaku seseorang,
mengubah suasana hati dan perasaan. Diazepam termasuk obat kimia yang
digolongkan sebagai antidepresan yang dapat menurunkan ansietas, bersifat
sedatif dan hipnotik, antikonvulsan (Mycek et al, 2001). Diazepam termasuk
dalam golongan psikotropika. Rumus struktur kimiawi diazepam adalah 7-
kloro-1,3-dihidro-1-metil-5-venil-2H-1,4-benzoldiazepin-2on (Depkes RI,
1979).
Adapun nama dagang dan sediaan dari diazepam adalah :
1. Diazepam (generik) tablet 2 mg, 5 mg (P).
2. Lovium (Phalos) tablet 2 mg, 5 mg (P).
3. Mentalium (Soho) tablet 2 mg, 5 mg, 10 mg (P).
4. Paralium (Prafa) cairan injeksi 5 mg/ml (P).
5. Stesolid (Dumex, Alpharma Indonesia) cairan injeksi 10 mg/2 ml, sirup 2
mg/5 ml, enema 5 mg/2,5 ml, 10 mg/2,5 ml, tablet 2 mg, 5 mg (P).
6. Trankinon (Combiphar) tablet 2 mg, 5 mg (P).
7. Valium (Roche Indonesia) cairan injeksi 5 mg/ml, tablet 2 mg, 5 mg (P).
8. Validex (Dexa Medica) tablet 2 mg, 5 mg (P).
9. Valisanbe (Sanbe) tablet 2 mg, 5 mg (P) (Sukandar. 2008).
Diazepam yang digunakan sebagai sedatif dan hipnotik untuk mengontrol
kecemasan dan ketegangan, anti kejang untuk mengontrol epilepsi dan
antispatik untuk spasma otot. Absorpsi obat dalam saluran cerna cepat dan
sempurna (Suswandono et al, 1995).
1. Dosis dewasa
a. Gangguan kecemasan
2-10 mg, dikonsumsi 2-4 kali.
b. Kejang
2-10 mg, dikonsumsi 2-4 kali.
3. Dosis anak-anak
a. Absorbsi
b. Distribusi
c. Metabolisme
d. Ekskresi
Waktu paruh diazepam inisial (1-3 jam) diikuti oleh waktu paruh
terminal (20-50 jam atau ~48 jam). Untuk eliminasi waktu paruh
terminal metabolit aktif dari desmethyldiazepam membutuhkan
waktu hingga 100 jam. Diazepam dan metabolit aktifnya
diekskresikan lewat urin dalam bentuk sulfat dan konjugat
glukuronida. Rata-rata kecepatan waktu pembersihan diazepam
dalam tubuh manusia dewasa adalah 20-30 mL/menit. Dengan dosis
multipel diazepam akan menumpuk sehingga mengakibatkan
semakin panjangnya waktu eliminasi.
2. Farmakodinamik
Memodulasi efek postsynaptic dari transmisi GABA-A, sehingga
mengakibatkan peningkatan hambatan presynaptic. Bekerja pada bagian
sistem limbik, talamus,dan hipotalamus, untuk menimbulkan efek yang
menenangkan.
Dalam sistem saraf pusatDapat menimbulkan amnesia, anti kejang,
hipnotik, relaksasi otot danmepunyai efek sedasi, efek analgesik tidak
ada, menurunkan alirandarah otak dan laju metabolisme.
Efek KardiovaskulerMenyebabkan vasodilatasi sistemik yang ringan
dan menurunkancardiac out put. Tidak mempengaruhi frekuensi denyut
jantung, perubahan hemodinamik mungkin terjadi pada dosis yang besar
atauapabila dikombinasi dengan opioid.
Sistem Respiratori Mempengaruhi penurunan frekuensi nafas dan
volume tidal , depresi pusat nafas mungkin dapat terjadi pada pasien
dengan penyakit paruatau pasien dengan retardasi mental.
Diazepam yang masuk ke dalam tubuh akan dimetabolisme dengan
bantuan sitokrom P 450. Kerja enzim sitokrom P 450 di jaringan lain
selain eritrosit akan membentuk superoksida. Dalam eritrosit sendiri
superoksida terbentuk melalui auto oksidasi hemoglobin menjadi
methemoglobin. Superoksida ini dapat menyebabkan cedera sel yang
berakibat pada kematian sel dan menyebabkan pelepasan ion besi dari
feritin sehingga dapat mempengaruhi hemoglobin (Harper, 1979). Oleh
karena itu, secara tidak langsung diazepam dapat mempengaruhi
hematopoiesis melalui efek-efek metabolik dan menghambat proliferasi
semua elemen seluler di dalam sumsum tulang (Rahmawati, 2012).
Efek terhadap saraf ototMenimbulkan penurunan tonus otot rangka
yang bekerja di tingkatsupraspinal dan spinal, sehingga sering digunakan
pada pasien yangmenderita kekakuan otot rangka.
D. Indikasi
Diazepam diindikasikan untuk mengatasi status epileptikus, kejang
demam, kejang akibat keracunan, premedikasi, sedasi pada amnesia, serta
digunakan bersama-sama dengan anestesi lokal.
Diazepam digunakan untuk memperpendek mengatasi gejala yang
timbul seperti gelisah yang berlebihan, diazepam juga dapat diinginkan
untuk gemeteran, kegilaan dan dapat menyerang secara tiba-tiba.
Halusinasi sebagai akibat mengkonsumsi alkohol. diazepam juga dapat
digunakan untuk kejang otot, kejang otot merupakan penyakit neurologi.
dizepam digunakan sebagai obat penenang dan dapat juga
dikombinasikan dengan obat lain.
E. Kontraindikasi
F. Bentuk Sediaan
I. Efek Samping
Efek pada sistem saraf pusat sering terjadi termasuk mengantuk,
kepala terasa ringan pada hari berikutnya, kebingungan dan ataksia
(terutama pada lanjut usia); amnesia; ketergantungan; peningkatan pada
agresi; kelemahan otot; terkadang : sakit kepala, vertigo, gangguan
saluran cerna, gangguan penglihatan, disartria, tremor, perubahan libido,
inkotinensia, retensi urin; gangguan darah dan kuning/jaundice; reaksi
kulit; peningkatan enzim hati, terasa nyeri dan tromboemboli pada injeksi
intravena.
Mengantuk,ataksia. kelelahan Erupsi pada kulit. edema, mual dan
konstipasi, gejala-gejala ekstra pirimidal. jaundice dan neutropenia.
perubahan libido, sakit kepala, amnesia, hipotensi. gangguan visual dan
retensi urin, incontinence
Efek samping yang sering terjadi adalah pusing, mengantuk,
kelemahan otot, ataksia, reaksi paradoksikal dalam agresi, gangguan
mental, amnesia, ketergantungan, depresi pernapasan, kepala terasa
ringan hari berikutnya dan bingung. Efek samping yang kadang-kadang
terjadi adalah nyeri kepala, fertigo, hipotensi, perubahan salifasi,
gangguan saluran cerna, ruam, gangguan penglihatan, perubahan libido,
retensi urin, dilaporkan juga kelainan darah dan sakit kuning, pada injeksi
intravena terjadi : nyeri, tromboflebitis dan jarang apneu atau hipotensi
(BPOM RI, 2008).
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat
diazepam ialah dapat mengganggu kemampuan mengemudi atau
mengoperasikan mesin, hamil, menyusui, bayi, usia lanjut, penyakit
hepar dan ginjal, penyakit pernafasan, kelemahan otot, riwayat
penyalahgunaan obat atau alkohol, kelainan kepribadian yang nyata,
kurangi dosis pada usia lanjut, dan debil, hindari pemakaian jangka
panjang, peringatan khusus untuk injeksi IV porfiria (Sukandar et al,
2008).
Sebagaimana obat, selain memiliki efek yang menguntungkan
diazepam juga memiliki efek samping yang perlu diperhatikan dengan
seksama. Efek samping diazepam memiliki tiga kategori efek samping,
yaitu :
J. Peringatan
1. Pada ibu hamil diazepam sangat tidak dianjurkan karena dapat sangat
berpengaruh pada janin. Kemampuan diazepam untuk melalui plasenta
tergantung pada derajat relativitas dari ikatan protein pada ibu dan janin.
Hal ini juga berpengaruh pada tiap tingkatan kehamilan dan konsentrasi
asam lemak bebas plasenta pada ibu dan janin. Efek samping yang dapat
timbul pada bayi neonatus selama beberapa hari setelah kelahiran
disebabkan oleh enzim metabolism obat yang belum lengakp. Kompetisi
antara diazepam dan bilirubin pada sisi ikatan protein dapat
menyebabkan hiperbilirubinemia pada bayi neonatus.
2. Sebelum menggunakan diazepam harap kontrol pada dokter terlebih
dahulu.
3. Jika berusia diatas 65 tahun dosis yang diberikan tidak boleh terlalu
tinggi karena dapat membahayakan jiwa pasien tersebut. Usia lanjut
dapat mempengaruhi distribusi, eliminasi dan klirens dari
benzodiazepine.
4. Obat ini tidak diperbolehkan diminum pada saat membawa kendaraan
karena obat ini menyebabkan mengantuk.
5. Pada pasien yang merokok harus konsultasi pada dokter lebih dahulu
sebelum menggunakan diazepam, karena apabila digunakan secara
bersamaan dapat menurunkan efektifitas diazepam.
6. Jangan menggunakan diazepam apabila menderita glukoma
narrowangle karena dapat memperburuk penyakit
7. Katakan pada dokter jika memiliki alergi.
8. Hindarkan penggunaan pada pasien dengan depresi CNS atau koma,
depresi pernafasan, insufisiensi pulmonari akut,, miastenia gravis, dan
sleep apnoea
9. Hati-hati penggunaan pada pasien dengan kelemahan otot serta
penderita gangguan hati atau ginjal, pasien lanjut usia dan lemah.
10. Diazepam tidak sesuai untuk pengobatan psikosis kronik atau
obsesional states.
K. Interaksi Obat
10. Anastesi umum dapat meningkatkan efek hipotensi dan sedasi saat
ansiolitik dan hipnotik diberikan dengan anastesi umum
19. Antiviral dapat meningkatkan risiko sedasi lebih lama dan depresi
napas (saat alprazolam, clonazepam, diazepam, flurazepam, atau
midazolam diberikan bersama fosamprenavir; ritonavir, nelfinavir dan
indinavir)
21. Penyekat beta dapat meningkatkan efek hipotensif saat ansiolitik dan
hipnotik
L. Stabilitas Penyimpanan
Untuk menjaga kestabilisan sediaan diazepam maka penyimpanan
dilakukan dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya. Untuk
sediaan parenteral lindungi dari cahaya. Khasiat obat bertahan sampai 3
bulan bila disimpan dalam suhu kamar (20-250), stabil pada pH 4-8,
terjadi hidrolisis jika pH kurang dari 3 dan jangan campur sediaan i.v
dengan obat lain. Untuk sediaan rectal gel penyimpanan yang baik pada
suhu 25°C (15°C - 30°C) dan sediaan tablet pada suhu 15°C - 30°C.
Reaktivitas dan Stabilitas (7,8,9) Sensitif terhadap cahaya. Stabil
pada suhu dan tekanan normal. 8.2. Kondisi yang Harus Dihindari (10)
Panas. 8.3. Bahan Tak Tercampurkan (7,8,9,10) Tidak tercampurkan
dengan bahan pengoksidasi kuat, asam mineral, basa kuat, plastik. 8.4.
Dekomposisi (9.10) Menghasilkan NOx, Cl-, gas atau uap yang
mengiritasi. Dalam kondisi dipanaskan atau terbakar dapat melepaskan
uap toksik. 8.5. Polimerisasi (8) Tidak akan terpolimerisasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diazepam adalah turunan dari benzodiazepine yang merupakan sedatif
yang berhubungan erat dengan depresi sistem saraf pusat, bekerja dengan
meningkatkan efek GABA (gamma aminobutyric acid) di otak. . Diazepam
merupakan obat dengan kelas terapi antiansietas, antikonvulsan, dan sedatif.
Diazepam bersifat lipid-soluble, dengan onset cepat, jika diberikan
secara IV adalah 1-5 menit dan IM 15-30 menit, sedangkan durasinya mulai
15 menit sampai 1 hari. Diazepam dimetabolisme di hati dan di eksresikan di
ginjal.
Pemberian diazepam harus dihindarkan untuk pasien dengan depresi
napas, Kelemahan neuromuskular pada saluran napas, sindroma sleep
apnea,gangguan hepar berat, tidak boleh digunakan secara tunggal pada
depresi.
Efek samping penggunaan diazepam terdapat pada sistem saraf pusat,
saluran cerna, saluran pernafasan dan sebagainya. Penggunaannya harus hati-
hati dan hanya boleh diresepkan oleh dokter karena efek samping yang
banyak, kadar terapeutik yang harus dengan monitoring serta interaksinya
yang juga harus sangat di perhatikan.
B. Saran
Bagi para pembaca dan rekan-rekan yang lainnya, jika ingin menambah
wawasan dan ingin mengetahui lebih jauh, maka penulis mengharapkan agar
lebih membaca buku-buku ilmiah dan buku-buku lainnya yang berkaitan
dengan judul “Diazepam sebagai obat penenang”. Kritik dan saran yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan dan kesempurnaan
makalah kami. Jadikanlah makalah ini sebagai sarana yang dapat mendorong
mahasiswa berpikir aktif dan kreatif
DAFTAR PUSTAKA
Couper FJ, Logan BK. Diazepam in Drugs and Human Performance Fact Sheets
(electronic version). Washington DC, National Highway Traffic Safety
Administration (NHTSA), 2004.
Katzung, Betram G. Farmakologi Dasar Dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika,
2002.
Tim Penyusun. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta : Badan
Pengawas Obat dan Makanan (POM) Republik Indonesia, 2008.
Gunawan SG. Farmakologi Dan Terapi Edisi 5. Jakarta : Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
Anonymous. Diazepam. Diunduh dari URL http://wikipedia.org.id pada tanggal
16 Juli 2010.
Tim Editor. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 9. Jakarta : Bhuana Ilmu
Populer (Kelompok Gramedia), 2009.
Alfred Goodman Gilman. Goodman & Gilman’s the Pharmacological Basis of
Therapeutics 11th Edition (electronic version). New York, Mc-Graw Hill
Medical Publishing Division, 2006.
Sreenath TG, Gupta P, Sharma KK, Krishnamurthy S. Lorazepam versus
diazepam-phenytoin combination in the treatment of convulsive status
epilepticus in children: a randomized controlled trial. Eur J Paediatr Neurol.
2010 Mar;14(2):162-8.
Prasad K, Al-Roomi K, Krishnan PR. Anticonvulsant therapy for status
epilepticus. Br J Clin Pharmacol, 2005;63(6):640.
Murphy A. Phenytoin – diazepam interaction. The Annals of Pharmacotherapy:
2003: 37(5); h. 659-63.
Platt SR, Mc Donnell JJ. Status epilepticus: Patien Management and
Pharmacologic Therapy. Compendium, 2000; 22(8):1-7.
Lawn ND, Wijdicks EFM. Status epilepticus: A critical review of management
options. Neurol J Southeast Asia 2002; 7 : 47 – 59.