TUJUAN
Suatu senyawaa obat atau senyawa kimia dapat tereksitasi bila dikenai
oleh radiasi elektromagnetik dan kemudian memancarkan kembali sinar
dengan λ yang sama atau berbeda dengan sinar semula (λ eksitasi)
Peristiwa deaktivasi
• Fluoresensi resonansi: energi diemisikan kembali
• Konversi internal: energi vibrasional hilang sehingga S1 S2 So
mengemisikan λ yang lebih panjang
• Fluoresensi yang jauh lebih lambat melalui proses relaksasi vibrasional dan
perlintasan antar sistem ke keadaan tereksitasi triplet (T1), spin-spin elektron
tidak berpasangan
Fluoresen terjadi ketika suatu orbital elektron dalam suatu melekul atau atom berelaksasi ke
keadaan dasarnya melalui emisi foton atau cahaya sesudah eksitasi ke keadaan kuantum
energi yang lebih tinggi
Eksitasi:
Fluoresen (emisi):
Suatu molekul pada kondisi S1, dapat berelaksasi dengan beberapa jalan.
• Relaksasi non radiatif, energinya didisipasi sebagai panas (vibrasi) terhadap pelarut.
• Relaksasi melalui konversi ke keadaan triplet yang dapat berelaksasi melalui fosforesensi
atau melalui non-radiatif relaksasi sekunder.
• Relaksasi S1 dapat juga terjadi melalui quenching fluoresen. Molekul oksigen merupakan
quenching yang sungguh efisien.
HUBUNGAN INTENSITAS FLUORESENSI DAN KONSENTRASI
Intensitas fluoresensi (F) sebanding dengan banyaknya sinar yang diserab
oleh molekul analit. Sesuai hukum Lambert-Beer, maka:
F’ = Fk’
F’ = k’Ioc
NILAI Φ BEBERAPA SENYAWA BERFLUORESENSI
Senyawa Pelarut Φ
Struktur molekul
Struktur molekul menentukan rigiditas (kekauan), misalnya bifenil dan fluoren
Bifenil Fluoren
Suhu
Jika temperatur semakin tinggi, maka Φ semakin rendah; tumbukan antar
molekul dengan pelarut semakin tingggi
Pelarut
Polaritas semakin maka F semakin ; energi proses transisi menurun
Jika pelarut mengandung atom-atom yang berat (Br, F, dll), misalnya CBr4,
C2H5I, maka kebolehjadian fluorosensi , sementara fosforesensi
pH
Berpengaruh pada letak kesetimbangan antara bentuk terionisasi dan
bentuk tidak terionisasi yang akan berpengaruh pada λ.
Oksigen terlarut
Adanya oksigen akan F, karena terjadinya oksidasi senyawa
Dikumarol
Hidralazin
Piridoksin Sulfanilamid
Mengubah Senyawa Menjadi Fluoresen
Senyawa yang yang tidak berfluorosensi secara intrinsik agar dapat dianalisis
secara fluorometri maka harus terlebih dahulu diubah menjadi senyawa
berfluorosen
Induksi Kimia
• UV
• Hidrolisis
• Dehidrasi
• Reagen fluorometrik (fluorofor)
Contoh Obat tidak berfluorosensi
n On
OH-
Benzofenon
Difenilhidantoin
O
Oksidasi
CH3
O N
H
Metildopa Penataan ulang
OH
CH3
HO N
H
Dihidroksi indol
Contoh Obat yang diukur dengan fluorosensi setelah induksi kimia
Senyawa Metode
Klorokuin Induksi fotokimia
Imipramin Direaksikan dengan formaldehid dan asetilaseton
Klordiazepoksid Pembentukan laktam
Oksitetrasiklin Kompleksasi dengan Mg2+ dan EDTA
Klorokuin
Imipramin
Klordiazepoksid Oksitetrasiklin
Catatan
Laktam adalah suatu senyawa amida siklis (lakton + amida)
Amantadin
Meskalin
Atrofin
Kanamisin
Metotreksat
Prokain
INSTRUMEN
INSTRUMEN
Sumbe sinar
Monokromator eksitasi
Kontainer Sampel
Monokromator emisi
Detektor
Display
ANALISIS OBAT DENGAN METODE FLUOROSEN
1. Analisis Etinilestradiol
Contoh
Suatu ekstrak metanolik tablet etinilestradiol diukur dengan spektrofotometri
fluoresen. Standar yang mengandung obat murni juga diukur dengan kondisi
yang sama.
Hitung kandungan tiap tablet dari data berikut ini:
Berat 20 tablet = 2, 5673 g
Berat serbuk yang dianalisis = 0,5257 g
Volume ekstrak metanol tablet = 50 mL
Pembacaan fluoresensi ekstrak metanol tablet = 64,1
Banyaknya tablet dalam serbuk tablet yang dianalisis: 2,5673/0,5257 = 4,884 tablet
Asam nalidiksat
Analisis Sefuroksim
Prosedur Umum
Alikuot larutan sefuroksin diencerkan secara sesuai Murillo, dkk (1994), ditambah
dengan NaOH 1 M, dan panaskan pada suhu 90°C selama 1 jam untuk menghasilkan
senyawa berfluoresensi.
Dinginkan larutan pada suhu kamar dalam penangas es dan atur pH larutan menjadi 7
dengan menambahkan HCl.
Alikuot yang dihasilkan dipindahkan ke labu takar 25 mL sedemikian hingga larutan
yang dihasilkan mengndung 0,05 – 1,70 µg/mL sefalosforin terhidrolisis
Tambahkan 5,0 mL buffer pH 10,5 dan encerkan larutan dengan air hingga batas tanda
Intensitas fluoresensi diukur pada λeks (380 nm) dan λems (436 nm), hal yang sama
terhadp blanko.
Sefuroksim
Sefalosforin
Injeksi
Suspensi
Sejumlah serbuk yang sesuai membuat suspensi yang setara dengan 0,025 mg
sefuroksim (sebagai natrium sefuroksim) dipindahkan ke dalam labu takar 25 mL
Sefuroksim asetil larut dalam NaOH, sehingga dapat dihidrolisis agar dihasilkan
senyawa sefuroksim asetil yang berfluoresen.
Setelah pendinginan, saring dan dilanjutkan dengan proses umum yang sudah
dijelaskan.
TUGAS