Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bawang merah (Allium cepa) merupakan jenis umbi-umbian yang banyak
dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, terutama di bidang kuliner baik oleh rumah tangga
maupun pelaku usaha. Faktanya, penggunaan bawang merah yang banyak tersebut
mengakibatkan limbah kulit bawang merah juga semakin meningkat. Berdasarkan data yang
dihimpun oleh Salak et al. (2013), menyebutkan bahwa limbah bawang merah mencapai
450.000 ton di Eropa dan 144.000 ton di Jepang. Selain itu, di Indonesia sendiri konsumsi
bawang merah mengalami peningkatan menjadi 1.444.229 ton pada tahun 2016 (Kustiari
2017). Mengingat bawang merah banyak digunakan sebagai bumbu masak oleh hampir semua
rumah tangga, maka limbah kulitnya juga berkontribusi sebagai penyumbang sampah sisa
makanan tersebut.
Berdasarkan data tersebut, maka diperlukannya pengelolaan terhadap limbah kulit
bawang merah. Hal itu dikarenakan, timbulnya bau busuk yang berlebihan mengingat bahwa
kulit bawang merah termasuk limbah organik. Faktanya, limbah kulit bawang merah ternyata
memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Berdasarkan penelitian, kulit bawang
merah mengandung flavonoid, polifenol, saponin, alkaloid, terpenoid, tanin, kuersetin,
acetogenin, dan kaempferol sebagai antioksidan alami (Arung et al. 2011). Senyawa
acetogenin tersebut sangat diperlukan untuk mencegah penyakit yang diakibatkan oleh radikal
bebas, salah satunya ialah kanker.
Seperti yang diketahui, kasus penyakit kanker pada saat ini terus meningkat, khususnya
kanker payudara seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dunia serta ditambah dengan
gaya hidup yang semakin tidak sehat (Torre et al. 2015). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
melaporkan jumlah penderita kanker di dunia mencapai 18,1 juta kasus baru dan 9,6 juta kasus
meninggal dunia pada rentang tahun 2018. Hampir separuh dari kasus serta angka kematian
akibat kanker tersebut dilaporkan terjadi di Asia, khususnya Asia Tenggara (WHO 2018).
Global Burden of Cancer Study (Globocan) dari World Health Organization (WHO) mencatat,
total kasus kanker di Indonesia pada 2020 mencapai 396.914 kasus dan total kematian sebesar
234.511 kasus. Kanker payudara memiliki jumlah kasus baru tertinggi di Indonesia sebesar
65.858 kasus atau 16,6% dari total 396.914 kasus kanker.
Fakta mengenai angka peningkatan kasus kanker di dunia serta khususnya di Indonesia
tersebut, menuntut hasil penelitian lebih lanjut mengenai bahan alam yang efektif dan aman
untuk mencegah proliferasi sel-sel yang mengakibatkan kanker (Ioannis et al. 2015). Salah satu
bahan alam yang dikenal memiliki efek antikanker adalah bawang merah (Allium ascalonicum
l.) yang termasuk ke dalam famili Liliaceae, khususnya pada bagian kulitnya. Walaupun begitu,
masyarakat awam belum mengetahui bahwa kulit bawang merah yang biasa dibuang, dapat
mencegah proliferasi sel-sel kanker.
Cara kerja senyawa acetogenin sendiri di dalam tubuh menyerupai senyawa adriamycin
yang pada umumnya digunakan dalam prosedur kemoterapi kanker payudara. Letak
perbedaannya hanya pada target kerja dari kedua senyawa tersebut. Jika senyawa acetogenin
berperan untuk menghambat pembentukan ATP saat respirasi seluler, sedangkan senyawa
adriamycin mengambil peran pada penghambatan replikasi DNA pada sel kanker (Utari et al.
2013). Kedua senyawa tersebut diketahui memiliki kemampuan untuk menghambat proliferasi
sel kanker, walaupun dengan mekanisme target yang berbeda. Walaupun begitu, senyawa
acetogenin diketahui memiliki kemampuan lebih baik dalam mematikan sel-sel kanker
dibandingkan adriamycin. Senyawa tersebut juga sangat spesifik untuk mematikan sel kanker
tanpa mempengaruhi sel lain yang sehat (Wulandari 2016).
Senyawa lain yang dapat dimanfaatkan sebagai antikanker dalam kulit bawang merah
ialah quercetin. Senyawa tersebut terbukti dapat menurunkan kadar radikal bebas dalam darah,
membantu melindungi DNA, dan membantu memperbaiki fungsi imunitas. Senyawa quercetin
yang diberikan akan menstimulasi fungsi daya tahan tubuh membentuk kembali sel T dan sel
B. Kedua komponen sel darah putih tersebut, akan bekerja bersama menyerang sel kanker
dengan melemahkan pertahanan sel secara kimia, serta menyerang inti sel hingga sel kanker
mati. Terbukti menurut Journal of Cellular Biochemistry tahun 2008, manfaat antioksidan
quercetin untuk mengatasi kanker dan meningkatkan manfaat kemoterapi. Quercetin juga dapat
membantu menghambat proses proliferasi (pembelahan diri yang masif), dan angiogenesis
(pembentukan jaringan pembuluh darah mandiri).
Berdasarkan kandungan senyawa yang terkandung dalam kulit bawang merah
memiliki potensi untuk menjadi alternatif dalam terapi kanker selain kemoterapi. Potensi
tersebut paling besar didapat dengan adanya senyawa acetogenin dan quercetin yang terdapat
pada tanaman tersebut. Oleh karena itu, dilihat dari sifatnya yang dapat melawan kanker, maka
dikembangkanlah suplemen makanan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker. Tujuan
utamanya adalah untuk membuat zat aditif makanan atau suplemen dari senyawa acetogenin
dan quercetin pada kulit bawang merah sebagai penghambat pertumbuhan sel kanker payudara.

1.2 Sasaran
Sasaran utama dari penelitian adalah para penderita kanker payudara pada stadium awal
hingga menengah. Produk antikanker dari kulit bawang merah dalam bentuk suplemen dibuat
sebagai salah satu asupan nutrisi bagi penderita kanker payudara. Kandungan senyawa
antikanker tersebut diproduksi dalam bentuk suplemen agar mudah dikonsumsi bagi penderita
kanker payudara. Selain itu, produk anti-kanker ini dapat dijadikan suplemen tambahan untuk
meningkatkan imunitas tubuh bagi yang membutuhkan.

1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan menguji aktivitas antikanker dari senyawa metabolit sekunder
kulit bawang merah, yaitu acetogenin dan quercetin pada sel kanker payudara dan dalam
peningkatan imun tubuh yang terserang kanker serta dosis optimumnya.

1.4 Manfaat
Manfaat penelitian memberikan informasi ilmiah terkait manfaat suplemen ekstrak
senyawa metabolit sekunder, yaitu acetogenin dan quercetin sebagai terapi anti kanker dan
memberikan harapan baru bagi penderita kanker payudara.

1.5 Luaran
Luaran yang diharapkan dari penelitian adalah suplemen dari ekstrak senyawa
acetogenin dan quercetin pada kulit bawang merah sebagai kandidat produk antikanker
payudara yang merupakan inovasi di bidang biomedis pada terapi kanker payudara. Luaran lain
yang diharapkan, yaitu artikel ilmiah terpublikasi mengenai suplemen alami untuk antikanker
pada jurnal ilmiah bereputasi.
ISI
2.1 Metode
● Persiapan sampel
Kulit bawang merah dibersihkan dan dipotong kecil-kecil. Selanjutnya, dikeringkan
dengan ambient air drying. Setelah kulit bawang merah dikeringkan dilakukan sortasi
kering terhadap kulit bawang yang mengalami kerusakan pada saat proses pengeringan,
kemudian digiling hingga menjadi serbuk halus.
● Ekstraksi dengan gelombang ultrasonik
Ekstraksi dilakukan dengan melarutkan 150 gram serbuk kulit bawang merah pada
ethanol 96% di dalam gelas beker. Waktu eksitasi dan amplitudo diatur melalui panel
generator sedangkan converter, probe, dan sensor suhu dicelupkan pada larutan. Waktu
eksitasi gelombang ultrasonik juga diartikan sebagai waktu ekstraksi. Suhu larutan akan
dijaga konstan pada 35°C oleh thermostat. Hasil ekstraksi disaring dan dipekatkan
menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu 50°C hingga didapatkan ekstrak
kental (Sholihah et al. 2017).
● Analisis kandungan bahan aktif dengan GC-MS (Gas Chromatography Mass Spectra)
Ekstrak kental yang diperoleh, kemudian dianalisis menggunakan alat GC-MS untuk
mengetahui komponen kandungan bahan aktif bawang merah dan spektrum massa yang
diperoleh dari bawang merah dibandingkan dengan spektrum massa dari senyawa
pembanding yang diketahui dalam data base yang telah terprogram pada alat GC-MS
(Pratama et al. 2016). Ekstrak tersebut dimasukkan dalam kolom silika dan dialirkan
gas pembawa. Masing-masing zat dalam ekstrak akan ikut dengan gas pembawa.
Adanya perbedaan polaritas pada masing-masing zat dalam ekstrak menyebabkan
kecepatan yang berbeda pula. Pada tahap ini, setiap senyawa akan terpisah dan
diidentifikasi strukturnya dengan spektroskopi massa melalui perbandingan profil
spektranya terhadap data base.
● Analisis kuantitatif kadar polifenol dengan spektrofotometri UV-Vis
Sebanyak 1 mL ekstrak sampel ditambahkan dengan 0.2 mL reagen Folin-Ciocalteu
(50%) dalam tabung reaksi dan kemudian campuran ini divortex selama 3 menit.
Setelah 3 menit, ditambahkan 0.2 ml larutan Na2CO3 7.5%. Selanjutnya, campuran
disimpan dalam ruang gelap selama 30 menit. Absorbansi ekstrak dibaca dengan
spektrofotometer 656 nm. Hasilnya dinyatakan sebagai ekuivalen asam galat dalam
mg/kg ekstrak. Kurva kalibrasi dipersiapkan pada cara yang sama menggunakan asam
galat sebagai standar.
● Analisis kuantitatif kadar quersetin dengan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT)
Sebanyak 1 g ekstrak sampel dimasukkan ke dalam labu takar ukuran 25 mL kemudian
ditambah metanol hingga tanda batas. Larutan diultrasonikasi selama 15 menit.
Larutan disaring lalu ditambah aquades hingga 50 mL kemudian digojok. Larutan
diambil 1,0 mL lalu dimasukkan ke dalam labu takar ukuran 10 mL kemudian ditambah
metanol hingga mencapai tanda batas. Larutan disentrifugasi dengan vortex selama
waktu 10 menit kemudian disaring dengan membran penyaring 0.45 μm. Larutan
sampel dengan volume 20 μl diinjeksikan ke sistem KCKT.
● Uji in silico prediksi ADMET (absorbsi, distribusi, metabolisme, ekskresi, dan
toksisitas) dengan pKCSM web tool
Struktur tiga dimensi ligan uji diterjemahkan menjadi bentuk format SMILES
menggunakan situs SMILES Translator and Structure File Generator
(https://cactus.nci.nih.gov/translate/). Lalu, dalam format SMILES, senyawa diproses
menggunakan pkCSM web tools untuk memprediksi sifat fisikokimia. Pada situs
pKCSM, absorpsi dari suatu senyawa dinilai berdasarkan permeabilitas sel CaCO2 dan
absorbsi pada usus manusia. Distribusi dilihat berdasarkan parameter sawar darah otak
atau Blood Brain Barrier (log BBB), permeabilitas Sistem Saraf Pusat (SSP), dan
volume distribusi keadaan tunak (VDss). Metabolisme diprediksi dengan melihat dari
aktivitas senyawa terhadap sitokrom (CYP) di mana beberapa sitokrom yang dilihat
yaitu CYP2D6, CYP1A2, CYP3A4, CYP2C9, dan CYP2C19 yang dilihat sebagai
substrat atau inhibitor. Kemudian, prediksi ekskresi pada situs ini dilihat berdasarkan
total clearance dan renal OCT 2. Prediksi terakhir, yaitu toksisitas dilihat dari toksisitas
AMES, Inhibitor hERG, hepatotoksisitas, toksisitas pada Tetrahymena pyriformis dan
toksisitas minnow.
● Docking study dengan Molegro Virtual Docker
Validasi software Molegro Virtual Docker dilakukan dengan memasukkan kode PDB
reseptor dan dilakukan docking dengan memasukkan kode ligannya. Setelah selesai
running dilihat nilai RMSD. Langkah tersebut dilakukan hingga diperoleh nilai RMSD
kurang dari 2.0. Setelah selesai validasi MVD maka dilanjutkan docking kelompok-
kelompok senyawa lain yang meliputi kelompok senyawa kontrol negatif, senyawa
kontrol positif, dan senyawa uji terhadap reseptornya. Pada proses docking senyawa-
senyawa tersebut, dicatat nilai rerank score yang paling kecil. Validasi internal MVD
dikatakan valid apabila Nilai RMSD yaitu Jarak rata-rata antara reference dengan ligan
hasil docking atau poses yang kurang dari 2.0. Analisis hasil uji docking meliputi nilai
rerank score yang menunjukkan afinitas antara obat dan reseptor, gugus farmakofor
menunjukkan gugus mana saja yang terdapat pada struktur obat yang berikatan dengan
reseptor, dan jenis ikatan obat dengan reseptornya.

2.2 Informasi Spesifik Terkait Bahan Material


1. Kulit bawang merah
Kulit bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan bagian terluar yang
melapisi umbi bawang merah. Kulit bawang merah termasuk limbah yang dihasilkan
dari bawang merah. Kulit bawang merah mengandung flavonoid, polifenol, saponin,
alkaloid, terpenoid, tanin, kuersetin, dan kaempferol sebagai antioksidan alami (Arung
et al. 2011). Flavonoid merupakan senyawa bioaktif yang menunjukkan berbagai
aktivitas yang berguna salah satunya aktivitas antioksidan. Ekstrak kulit bawang
merah terbukti memiliki kandungan antioksidan IC50 sebesar 15,44 ppm (Mardiah
2017).

2. GC-MS (Gas Chromatography Mass Spectra)


Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC-MS) merupakan teknik
kromatografi gas yang digunakan bersama dengan spektrometri massa. Penggunaan
Kromatografi gas dilakukan untuk mencari senyawa yang mudah menguap pada
kondisi vakum tinggi dan tekanan rendah jika dipanaskan. Sedangkan spektrometri
massa untuk menentukan bobot molekul, rumus molekul, dan menghasilkan molekul
bermuatan (Darmapatni et al. 2016). Kromatografi gas mampu membaca
senyawa dengan konsentrasi terendah sehingga metabolit sekunder dalam
tanaman dapat teridentifikasi dengan hasil berupa kromatogram dan spektrum
massa. (Al-Rubaye et al. 2017).

3. Kromatografi cair kinerja tinggi


KCKT merupakan metode yang mampu memisahkan sekaligus menetapkan
kadar lebih dari satu zat aktif di dalam sediaan farmasi dengan hasil yang optimal
(Alatas 2018). Kelebihan dari KCKT di antaranya mampu memisahkan molekul-
molekul dari suatu campuran, mudah penggunaanya, kecepatan analisis dan kepekaan
yang tinggi, dapat dihindari terjadinya dekomposisi / kerusakan bahan yang dianalisis,
memiliki resolusi yang baik, dapat digunakan bermacam-macam detektor, kolom dapat
digunakan kembali, mudah melakukan "sample recovery".

4. pKCSM web tool


pKCSM web tool digunakan untuk memprediksi sifat fisikokimia,
farmakokinetik, dan toksisitas suatu senyawa. Prediksi sifat fisikokimia seperti : Berat
Molekul (BM), logaritma koefisien partisi oktanol/air (Log P), jumlah ikatan antar atom
yang dapat berotasi (Torsion); Hydrogen Bond Acceptors (HBA), Hydrogen Bond
Donors (HBD), dan Polar Surface Activity (PSA). Prediksi sifat farmakokinetika
(ADME: absorpsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi) serta toksisitas dari senyawa
brazilin, vitamin E, dan phenol. Toksisitas dari senyawa seperti brazilein, vitamin E,
dan phenol (Krihariyani et al. 2019).

5. Molegro Virtual Docker


Program docking Molegro Virtual Docker dalam rancangan obat adalah untuk
memprediksi aktivitas hambatan kompetitif suatu agen pada enzim tertentu dalam
menentukan konformasi pengikatan inhibitor dengan memanfaatkan skor ikatan
(Puspaningtyas 2013). Tujuan penggunaan program ini salah satunya agar dapat
menyeleksi komponen senyawa yang akan diuji secara in vitro sehingga pekerjaan
ekstraksi, isolasi dan elusidasi serta uji aktivitas senyawa menjadi lebih efektif dan
efisien. Uji in silico menghasilkan nilai energi ikatan, dimana energi ikatan
menunjukkan jumlah energi yang dibutuhkan untuk membentuk ikatan antara ligan
dengan reseptor. Jika energi ikatan lebih rendah (semakin negatif) maka ikatan antara
ligan dengan reseptor lebih stabil. Jika ikatan antara ligan dengan reseptor lebih stabil,
maka aktivitas semakin besar (Prasetiyo 2019).

2.3 Sistematika
Gagasan penelitian ini diawali dari permasalahan penumpukan sampah rumah tangga
berupa kulit bawang merah. Faktanya, terdapat beberapa kandungan senyawa dalam kulit
bawang merah yang dapat dimanfaatkan sebagai antikanker yaitu acetogenin dan quercetin.
Kedua senyawa tersebut terbukti dapat menstimulasi fungsi daya tahan tubuh, membentuk
kembali sel T dan sel B. Kedua komponen sel darah putih tersebut, akan bekerja bersama
menyerang sel kanker dengan melemahkan pertahanan sel secara kimia, serta menyerang inti
sel hingga sel kanker mati. Jenis kanker yang akan diujikan dalam penelitian pembuatan
antikanker ini yaitu kanker payudara. Hasil akhir pada penelitian ini akan berbentuk suplemen
antikanker pada pasien yang melakukan terapi kanker payudara pada stadium awal hingga
menengah. Suplemen dibuat dengan berbagai metode di antaranya ekstraksi, analisis
kandungan, analisis kuantitatif dari senyawa yang akan digunakan. Selain itu, menggunakan
teknik kromatografi gas dan kromatografi cair kinerja tinggi. Setelah itu, dilakukan dengan
menggunakan uji in silico, serta docking. Pengonsumsian suplemen antikaker ini diprediksi
dapat menjadi alternatif pengobatan yang efek sampingnya lebih baik daripada pengobatan
kemoterapi. Hal tersebut dikarenakan efek samping yang timbul lebih sedikit dibandingkan
dengan kemoterapi.

PENUTUP
3.1 Proyeksi Dampak Produk
Senyawa acetogenin yang terdapat dalam bawang merah memiliki fungsi yang hampir
sama dengan adriamycin yang berfungsi sebagai obat kemoterapi kanker. Meskipun efektif,
kemoterapi memiliki berbagai efek merugikan bagi pasien diantaranya dapat menyebabkan
kerontokan rambut, kelelahan terus menerus, anemia, mual, sariawan, hingga lebih rentan
mengalami infeksi. Dampak yang ditimbulkan oleh kemoterapi ini disebabkan karena
kemoterapi tidak secara spesifik hanya membunuh sel kanker saja, melainkan juga membunuh
sel-sel sehat yang berada di sekitar sel kanker tersebut.
Selain senyawa acetogenin, kulit bawang merah juga mengandung senyawa quercetin
yang dapat menurunkan kadar radikal bebas dalam darah, membantu melindungi DNA, dan
membantu memperbaiki fungsi imunitas quercetin yang diberikan akan menstimulasi fungsi
daya tahan tubuh membentuk kembali sel T dan sel B. Pembuatan suplemen anti-kanker dari
limbah kulit bawang merah dengan menyasar pada pemanfaatan senyawa acetogenin dan
quercetin yang terkandung didalamnya dapat memberikan terobosan baru dalam pengobatan
kanker payudara, sehingga dampak negatif dari kemoterapi dalam pengobatan kanker dapat
dihilangkan. Dampak dari produk suplemen ini adalah secara efektif dan spesifik dapat
membunuh sel kanker tanpa memberikan dampak negatif bagi tubuh penderita kanker seperti
halnya kemoterapi. Produksi dari suplemen ini tidaklah berbahaya bagi lingkungan sekitar
karena tidak menggunakan bahan-bahan yang dapat mencemari lingkungan

3.2 Potensi Keberlanjutan


Berdasarkan data Globocan 2020, pada tahun 2020, di Indonesia terdapat 396.914 kasus
baru kanker, dengan 234.511 kematian akibat kanker. Sebagian besar kematian ini disebabkan
oleh efek samping kemoterapi yang menyebabkan penurunan kemampuan imunitas tubuh
sehingga tubuh lebih mudah terinfeksi oleh berbagai penyakit. Berlandaskan fakta yang ada,
maka potensi keberlanjutan produk suplemen anti-kanker sangatlah besar. Suplemen anti-
kanker yang terbuat dari limbah kulit bawang merah ini selain dapat membunuh sel kanker
seperti halnya kemoterapi juga dapat meningkatkan imunitas tubuh akibat kandungan senyawa
quercetin didalamnya. Selain itu, alasan yang menjadikan produk ini istimewa adalah tidak
memberikan efek samping yang merugikan seperti halnya kemoterapi bagi tubuh pasien.
3.3 Potensi Aplikasi Produk
Produk suplemen anti-kanker ini memiliki kemampuan untuk membunuh sel kanker
seperti halnya sel kanker payudara. Produk suplemen ini aman dikonsumsi oleh semua
kalangan karena kandungannya yang aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi
pengkonsumsinya. Produk suplemen ini juga dapat dikonsumsi bagi mereka yang sedang tidak
menderita kanker karena produk suplemen ini memiliki kandungan quercetin yang berfungsi
meningkatkan imunitas tubuh.

3.4 Kesimpulan
Kulit bawang merah mengandung senyawa acetogenin yang berfungsi sebagai
pembunuh sel kanker seperti halnya adriamycin yang pada umumnya digunakan dalam
prosedur kemoterapi kanker payudara. Senyawa acetogenin bekerja dengan cara menghambat
pembentukan ATP saat respirasi seluler serta menghambat proliferasi sel kanker. Kulit bawang
merah juga mengandung senyawa quercetin yang berfungsi menurunkan kadar radikal bebas
dalam darah, membantu melindungi DNA, dan meningkatkan imunitas tubuh. Kulit bawang
merah dapat diolah menjadi suplemen anti-kanker yang memiliki fungsi membunuh sel kanker
serta meningkatkan imunitas tubuh. Suplemen ini tidak menimbulkan efek samping yang
merugikan tubuh seperti halnya kemoterapi. Selain itu, suplemen anti-kanker ini dapat
dikonsumsi oleh semua kalangan baik yang sedang mengidap kanker maupun tidak.

Anda mungkin juga menyukai