KELOMPOK 3 :
Pangastutik Santikrama (201410330311054)
Erika Yuli Susanti (201410330311140)
Muhammad Afan Amirul Arif (201410330311161)
Moh. Fathur Rozi (201410330311121)
Farah Meidita Firdaus (201410330311104)
Fitriani Umi Hasanah (201310330311047)
Eksan Hidayat (202010471011011)
Nisa'urrosidah (202010471011013)
Siska Purwatiningsih (202010471011014)
Chusnul Chatimah (201920461011070)
PEMBIMBING :
dr. Nimim Putri Zahara, Sp.THT-KL
M. Rosyidul Ibad, S.Kep.Ns.M.Kep
Dr. Lilik Yustyani, SpFRS.,Apt
FIRST UP 2
CONSULTANTS
DOABELAJAR
“Ya Allah, tambahkanlah kepadaku ilmu dan berikanlah aku pengertian yang
baik”. (QS. Thaha : 114)
“Ya Allah, tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mudah.
Dan apabila Engkau berkehendak, Engkau akan menjadikan kesusahan
menjadi kemudahan.” (HR Anas bin Malik ra) FIRST UP 3
CONSULTANTS
DOA BELAJAR
FIRST UP 4
CONSULTANTS
TOPIK
1. Peran masing-masing tenaga kesehatan
2. Kolaborasi dan kerjasama tenaga kesehatan
3. Komunikasi
4. Kompetensi
FIRST UP 5
CONSULTANTS
PERAN DAN KEWENANGAN MASING-MASING
TENAGA KESEHATAN
PADA PASIEN DEWASA DENGAN ABSES CEREBRI
Tn. Y, 30 tahun dibawa keluarganya ke UGD rumah sakit dengan keluhan utama kelemahan anggota
gerak badan sebelah kanan yang semakin memberat 1 minggu ini. Pasien juga mengeluhkan nyeri
kepala yang semakin memberat dan demam naik turun. Tn. Y memiliki riwayat penyakit Diabetes
Mellitus tetapi tidak rutin kontrol. Saat pemeriksaan fisik didapatkan GCS 456, tekanan darah 110/70
mmHg, frekuensi napas 32x/ menit, nadi 90x/menit, dan suhu 38,7 derajat Celcius dan saturasi oksigen
98%. Didapatkan juga kelemahan anggota gerak dextra dengan nilai kekuatan 3, parese nervus fascialis
dan hipoglossus dextra tipe UMN. Tn Y. dirawat oleh dr. A. Dr. A merencanakan pemeriksaan
penunjang berupa laboratorium, EKG dan CT scan Kepala dengan kontras. Dr. A juga memberikan
planning terapi berupa Infus Normal Saline 20 tpm dan Injeksi Metamizole 1 ampul. Saat akan
dilakukan pemeriksaan CTscan Kepala, pasien gelisah dan menarik-narik infus serta minta turun dari
bed pasien. Dr. A memberikan advis untuk memberikan Injeksi Diazepam 1 ampul yang diencerkan
dalam 10 ml Normal Saline secara intravena. Perawat langsung mengambil Diazepam dari troli obat
kegawatdaruratan di UGD dan melakukan injeksi Diazepam secara bolus intravena pada pasien. Sesaat
pemberian injeksi Diazepam pasien mendadak tidak bernafas dan dilakukan resusitasi. Setelah 1 siklus
resusutasi, pasien mengalami ROSC (Return Of Spontaneous Circulation) dan oleh Dr. A direncanakan
dikonsultasikan ke dokter Spesialis Saraf. FIRST UP 6
CONSULTANTS
KEYWORD
1. Laki laki 30 thn
2. Kelemahan tubuh sebelah kanan
3. Nyeri kepala
4. Demam
5. Riwayat diabetus millitus
6. Parase nervus fascialis
7. Hipoglossus
8. Troli emergency gawat darurat
9. ROSC
FIRST UP 7
CONSULTANTS
KLARIFIKASI ISTILAH
• Parase nervus fascialis : Kelumpuhan otot wajah Baik ibu sentral dan perifer. Sentral yaitu
terjadi kelumpuhan bagian bawah diwajah sedangkan perifer yaitu semua otot sesisi wajah dan
termasuk staraf oengecapan dan salivasi (Moore et al. 2015)
• Advise dokter : Nasehat oleh dokter kepada tenaga kesehatan lain atau kepada atau dari dokter
spesialis kepada dokter jaga untuk kesembuhan pasien. (Moordiningsih, 2017)
• Diazepam : Benzodiazepine yang bekerja cepat dan tahan lama yang biasa digunakan dalam
pengobatan gangguan kecemasan, serta detoksifikasi alkohol, kejang berulang akut, kejang otot
parah, dan spasme yang terkait dengan gangguan neurologis (Dhaliwal et al,2020)
• Abses serebri : Kumpulan bahan supuratif pada parenkim otak yang disebabkan oleh bakteri
piogenik (Rahayu, 2010)
• ROSC : Kembalinya kesadaran secara spontan. Kembalinya perfusi yang menyebabkan
kembalinya aktivitas jantung dan fungsi sistem pernafasan setelah keadaan henti jantung. Tanda-
tanda ROSC antara lain bernapas, batuk, atau terabanya pulsasi atau terukurnya tekanan darah
(Zettira et al, 2019).
• Resusitasi jantung paru : Kumpulan intervensi yang dilakukan untuk memberikan oksigenasi
dan sirkulasi ke tubuh pada kasus henti jantung. (Goyal, et al.,2020)
FIRST UP 8
CONSULTANTS
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kolaborasi dan kerjasama masing masing tenaga kesehatan
dalam penanganan pada pasien yang gelisah di IGD ?
2. Bagaimana penanganan primary survey pada pasien dengan kelemahan
setengah badan ?
3. Bagaimana hubungannya keluhan pasien saat ini apabila ditinjau
menurut riwayat DM tidak terkontrol ?
4. Bagaimana cara menciptakan komunikasi efektif dan pemberian
tindakan terhadap pasien antar tenaga kesehatan pada kasus ini?
5. Bagaimana kompetensi dokter umum , perawat ,apoteker dan peran
masing-masing tenaga kesehatan dalam kasus tersebut ?
6. Bagaimana pengelolaan obat gawat darurat di IGD ?
FIRST UP 9
CONSULTANTS
1. Bagaimana kolaborasi dan kerjasama masing masing
tenaga kesehatan dalam penanganan pada pasien yang
gelisah di IGD ?
Dokter : Melakukan primary survey kepada pasien, kemudian dilakukan anamnesis
serta pemeriksaan head to toe untuk bisa menentukan kemungkinan diagnosisnya.
Selanjutnya dilakukan usulan pemeriksaan penunjang form pengantar lab untuk
komunikasi antara dokter dengan petugas laboratorium. Kemudian dokter menuliskan
resep obat untuk pasien resep merupakan media komunikasi dokter dengan
apoteker. Setiap hasil assessment pasien dituliskan di rekam medis media
komunikasi antara dokter dengan perawat, ahli gizi, fisioterapis, dsb.
Perawat : melakukan assesment pada pasien dan keluarga px baik dari gejala yang
dialami, penyebab, KDM, riwayat pengobatan dan penyakit sebelumnya, melakukan
pemeriksaan TTV, pemeriksaan fisik, dan berikan posisi yang aman dan nyaman pada
pasien berdasarkan SDKI , SIKI, SLKI ( TIM POKJA PPNI 2018)
Apoteker : Berdasarkan PMK 72 2016 yang berkaitan dengan assesmen adalah
Rekonsiliasi obat, Mencatat riwayat penggunaan obat dan mendata alergi Obat pada
pasien/keluarga pasien
FIRST UP 10
CONSULTANTS
2. Bagaimana penanganan primary survey pada pasien
dengan kelemahan setengah badan ?
• Melakukan RJP prinsip RJP nya sama sesuai ACLS
FIRST UP 11
CONSULTANTS
3. Bagaimana hubungannya keluhan pasien saat ini apabila
ditinjau menurut riwayat DM tidak terkontrol ?
DM merupakan suatu kondisi yang menyebabkan immunosupresan sehingga ketika
terdapat infeksi, hal tersebut akan memperberat infeksi dan meningkatkan risiko
terjadinya abses cerebri. Abses yang terjadi terus-menerus dan tidak ditangani ini akan
menyebabkan kelemahan tubuh secara perlahan
DM tidak terkontrol meningkatkan resiko infeksi (Perkeni, 2015). Gejala kelemahan
separuh badan dan demam --> susp. abses otak. abses otaknya letaknya kemungkinan
di hemisfer kiri, yang bla ada penambahan massa akan menekan struktur sekitarnya
salah satunya inti nervus fasialis dan hipoglossus, sehingga gejalanya juga akan
muncul.
FIRST UP 12
CONSULTANTS
4. Bagaimana cara menciptakan komunikasi efektif dan
pemberian tindakan terhadap pasien antar tenaga
kesehatan pada kasus ini?
Komunikasi efektif dengan metode SBAR: Situation, Background, Assessment,
Recommendation atau SOAP : Subjective, Objective, Assessment, Planning
Komunikasi efektif : pesan diterima dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh
pengirim pesan, pesan ditindaklanjuti dengan perbuatan oleh penerima pesan dengan
tepat . (Rokhman, 2017)
Sensitifitas kepada penerima komunikasi -Penentuan waktu yang tepat dan umpan
balik -Komunikasi tatap muka SKDI 2019, Komunikasi Kompetensi 4
FIRST UP 13
CONSULTANTS
5. Bagaimana kompetensi dokter umum , perawat ,apoteker
dan peran masing-masing tenaga kesehatan dalam
kasus tersebut ?
Peran dokter yaitu five star doctors dan untuk kompetensi dokter dalam SKDI 2019
disebutkan bahwa pada kasus ini yaitu kompetensi 2, dokter umum cukup merujuk dan
mendiagnosis. Namun karena dalam kasus settingnya adalah IGD maka dokter umum
melakukan diagnosis lebih lanjt sambil konsul keada spesialis terkait
Peran perawat : Melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan kondisi pasien serta
memonitoring kondisi pasien secara berkala.
• Sebagai pemberi asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian – diagnosis- rencana
intervensi- implementasi – evaluasi
• Perawat sebagai pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang dari dokter yaitu
terapi berupa infus NS 20 tpm dan injeksi metamizole 1 ampul dan memberikan injeksi
diazepam 1 ampul yang diencerkan dalam 10 ml NS secara intravena
FIRST UP 14
CONSULTANTS
N SDKI SLKI SIKI
o
1. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Setelah dilakukan tindakan Pemantauan Neurologis (I.06197)
Obsevasi
gangguan neuromuskular d.d keperawatan selama 3x7jam - Monitor ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan
kelemahan anggota gerak badan diharapkan Mobilitas Fisik reaktifitas pupil
sebelah kanan yang semakin meningkat dengan kriteria hasil : - Monitor tingkat kesadaran misal GCS
memberat 1 minggu ini, kekuatan 1. Pergerakan ekstremitas (4) - Monitor tingkat orientasi
- Monitor tanda – tanda vital
otot 3 pada anggota gerak dextra, 2. Kekuatan otot (4) - Monitor status pernapasan
parese nervus fascialis dan 3. Rentang gerak (ROM) (4) - Monitor ICP
hipoglossus dextra tipe UMN. 4.Nyeri (4) - Monitor tekanan perfusi serebral
- Monitorkekuatan pegangan
5. Kelemahan fisik (4) - Monitor kesimetrisan wajah
- Monitor keluhan sakit kepala
Terapeutik
- Tingkatkan frekuensi pemantauan
neurologis, jika perlu
- Hindari aktivitas yang dapat meningkatkan
tekanan intrakranial
- Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
FIRST UP 15
CONSULTANTS
N SDKI SLKI SIKI
o
2. Hipertermia b.d proses penyakit d.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia (I.15506)
suhu tubuh 38,7 derajat Celcius keperawatan selama 3x7jam Obsevasi
diharapkan Termoregulasi - Identifikasi penyebab hipertermia
- Monitor suhu tubuh
membaik dengan kriteria hasil :
- Monitor kadar elektrolit
1. Menggigil (4) - Monitor haluaran urine
2. Kejang (4) - Monitor komplikasi akiat hipertermia
3. Takipnea (4) Terapeutik
4.Suhu tubuh membaik (4) - Berikan cairan oral
- Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
FIRST UP 16
CONSULTANTS
N SDKI SLKI SIKI
o
3. Resiko Perfusi Serebral Tidak Perfusi Serebral (L.02014) Setelah Pemantauan Tekanan Intrakranial (I.06198)
Efektif (D.0017) dilakukan tindakan keperawatan Obsevasi
selama 3x7jam diharapkan perfusi - Identifikasi penyebab peningkatan TIK
- Monitor peningkatan TD
serebral meningkat dengan criteria
- Monitor pelebaran tekanan nadi
hasil : - Monitor penurunan frekuensi jantung
1. Tingkat kesadaran (4) - Monitor ireguleritas irama napas
2. Sakit kepala (4) - Monitor penurunan tingkat kesadaran
3. Tekaan intra cranial (4) - Monitor tekanan perfusi serebral
4.Gelisah (4) - Monitor efek stimulus lingkungan
5.Nilai rata-rata tekanan darah (4) terhadap TIK
6.Refleks saraf (4) Terapeutik
- Ambil sampel drainase ciran
serebrospinal
- Kalibrasi transduser
- Pertahankan sterilitas system
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
FIRST UP 17
CONSULTANTS
5. Bagaimana kompetensi dokter umum , perawat
,apoteker dan peran masing-masing tenaga
kesehatan dalam kasus tersebut ?
• Peran Apoteker : Melaporkan kepada kepala IFRS terkait dengan jika terjadi DRP; Memberikan
saran terkait pemberian obat yan sesuai dengan FORNAS, Daftar Obat Asurasi, dan FORKIT
dengan memberikan informasi kepada dokter penulis resep; Mampu menjaga suasana yang
nyaman dalam hal menyelesaikan masalah atau mencari solusi
FIRST UP 18
CONSULTANTS
6. Bagaimana pengelolaan obat gawat darurat di IGD ?
FIRST UP 19
CONSULTANTS
FIRST UP 20
CONSULTANTS
PETA KONSEP
• Tn. Y, 30 tahun
• Kelemahan anggota gerak badan sebelah kanan
• Nyeri kepala yang semakin memberat dan demam naik turun
• Memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus tetapi tidak rutin
kontrol.
Pmx. Penunjang :
• Laboratorium,
• EKG
• CT scan Kepala dengan kontras
FIRST UP 21
CONSULTANTS
Pasien tiba-tiba gelisah
Dokter
• Memberikan advis untuk memberikan Injeksi
Diazepam 1 ampul yang diencerkan dalam 10
ml Normal Saline secara intravena
• Resusitasi
Perawat Apoteker
• Mengambil Diazepam dari troli obat • Menyediakan dan memastikan
kegawatdaruratan di UGD dan ketersediaan obat
melakukan injeksi Diazepam secara • Melakukan pengelolaan obat di IGD
bolus intravena pada pasien
• Membantu dokter melakukan
resusitasi
FIRST UP 23
CONSULTANTS
1 Standar Kompetensi Masing Masing Profesi
Dokter
FIRST UP 24
CONSULTANTS
1 Standar Kompetensi Masing Masing Profesi
FIRST UP 25
CONSULTANTS
1 Standar Kompetensi Masing Masing Profesi
FIRST UP 29
CONSULTANTS
1 Standar Kompetensi Masing Masing Profesi
Perawat Penjabaran Area Kompetensi Keperawatan
A. Area Praktik Profesional, etis, legal dan peka budaya Kompetensi Inti:
1. Bertanggung gugat terhadap praktik profesional
2. Melaksanakan praktik keperawatan dengan prinsip etis dan peka budaya
3. Melaksanakan praktik secara legal
B. Area Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan. Kompetensi Inti:
1. Menerapkan prinsip dasar dalam pemberian asuhan keperawatan dan pengelolaannya
2. Melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam pelayanan maupun asuhan keperawatan
3. Melakukan pengkajian keperawatan
4. Menyusun rencana keperawatan
5. Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana
6. Mengevaluasi asuhan tindakan keperawatan.
7. Menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal dalam pemberian pelayanan
dan asuhan keperawatan
FIRST UP 30
CONSULTANTS
1 Standar Kompetensi Masing Masing Profesi
Perawat
C. Menerapkan kepemimpinan dan manajemen dalam pengelolaan pelayanan keperawatan
1. Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman
2. Membina hubungan interprofesional dalam pelayanan maupun asuhan keperawatan
3. Menjalankan fungsi delegasi dan supervisi baik dalam pelayanan maupun asuhan keperawatan
FIRST UP 31
CONSULTANTS
1 Standar Kompetensi Masing Masing Profesi
Perawat Menurut UU RI Nomor 38 tahun 2014 Pasal 29
Ayat (1) dalam menyelenggarakan praktik keperawatan, perawat bertugas
sebagai: Pemberi Asuuhan Keperawatan, penyuluh dan konselor bagi klien,
pengelola pelayanan keperawatan, peneliti keperawatan, pelaksana tugas
berdasarkan pelimpahan wewenang, dan/atau pelaksana tugas dalam keadaan
keterbatasan tertentu
Ayat (2) tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan secara
bersama ataupun sendiri-sendiri.
Ayat (3) pelakasanaan tugas Perawat sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1)
harus dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel.
FIRST UP 32
CONSULTANTS
1 Standar Kompetensi Masing Masing Profesi
Perawat
FIRST UP 33
CONSULTANTS
1 Standar Kompetensi Masing Masing Profesi
Farmasi
Point Standart kompetensi apoteker yg berhubungan dengan kasus
2 :
Point 2. Praktik kefarmasian secara professional dan etik
Point 3. Optimalisasi penggunaan sediaan farmasi
Point 8. Komunikasi efektif
Point 9. Ketrampilan organisasi dan hubungan interpersonal
FIRST UP 34
CONSULTANTS
1 Standar Kompetensi Masing Masing Profesi
Farmasi
Penerapan standart kompetensi apoteker sesuai skenario:1.
Melaporkan kepada kepala IFRS terkait dengan jika terjadi
DRP2. Memberikan saran terkait pemberian obat yan sesuai
dengan FORNAS, Daftar Obat Asurasi, dan FORKIT dengan
memberikan informasi kepada dokter penulis resep3. mampu
menjaga suasana yang nyaman dalam hal menyelesaikan
masalah atau mencari solusi
FIRST UP 35
CONSULTANTS
22 Peran
PeranMasing
DokterMasing ProfesiSkenario
sesuai dengan sesuai dengan Skenario
Penjelasan kondisi
pasien kepada
pasien/ keluarga
Tata laksana Konsultasi pada
Dx kasus tidak
definitif dokter spesialis
sesuai dengan
kompetensi dokter
IGD
Peran Dokter
Decision
Care Provider Communicator
Maker
Community
Manager Peneliti
Leader
Iman dan
Taqwa
FIRST UP 37
CONSULTANTS
2 Peran Dokter sesuai dengan Skenario
Community
Manager Peneliti
leader
FIRST UP 40
CONSULTANTS
2 Peran Dokter sesuai dengan Skenario
Anamnesis & Pemeriksaan Fisik
FIRST UP
(Konsil Kedokteran Indonesia, 2019)
Resusitasi CONSULTANTS 41
2 Peran Dokter sesuai dengan Skenario
Pemeriksaan Penunjang
FIRST UP 42
CONSULTANTS
2 Peran Dokter sesuai dengan Skenario
Aspek Area Kompetensi
1. Personal dan Profesional (the right person doing it)
Profesionalitas yang luhur
Mawas diri dan pengembangan diri
Kolaborasi dan kerjasama
Keselamatan pasien dan mutu pelayanan kesehatan
• Tindakan medis yang dapat dilimpahkan secara delegatif, antara lain adalah menyuntik,
FIRST UP
memasang infus, dan memberikan imunisasi dasar sesuai dengan program pemerintah .
47
CONSULTANTS
2 Peran Perawat Sesuai dengan Skenario
• Tindakan medis yang dapat dilimpahkan secara mandat, antara lain adalah
pemberian terapi parenteral dan penjahitan luka.
FIRST UP 49
CONSULTANTS
2 Peran Apoteker sesuai dengan skenario
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2014
TENTANG KLASIFIKASI DAN PERIZINAN RUMAH SAKIT
FIRST UP 50
CONSULTANTS
2 Peran Apoteker sesuai dengan skenario
PMK 72 2016 (Standart pelayanan kefarmasian di RS)
FIRST UP 51
CONSULTANTS
2 Peran Apoteker sesuai dengan skenario
1. Pendistribusian obat melalui emergency troley, dengan memastikan
stabilitas obat untuk menjamin keaamanan, mutu dan khasiat obat.
FIRST UP 52
CONSULTANTS
2 Peran Apoteker sesuai dengan skenario
2. Melakukan komunikasi dengan
pasien terkait Assesment, meliputi
Rekonsiliasi Obat dan Riwayat
penggunaan Obat pasien, agar tidak
terjadi double terapi
FIRST UP 53
CONSULTANTS
2 Peran Apoteker sesuai dengan skenario
Melakukan atau menyampaikan informasi terkait rekonstitusi obat
Diazepam kepada tenaga kesehatan
FIRST UP 54
CONSULTANTS
23 Kolaborasi
Kolaborasi Dan
Dankomunikasi
komunikasiEfektif
Efektifmasing
masingmasing
masingProfesi
Profesi
Dokter Pendahuluan
Tim pelayanan interdisiplin diperlukan untuk menyelesaikan masalah pasien
yang kompleks, meningkatkan efisiensi dan kontinuitas asuhan pasien.
Proses kerja sama interdisiplin dapat mengurangi duplikasi dan meningkatkan
kualitas asuhan pasien, melalui tugas dan tanggung jawab serta ketrampilan
secara komplementer.
Literature mengidentifikasi 70 –80% kesalahan (error) dalam pelayanan
kesehatan disebabkan oleh buruknya komunikasi dan pemahaman didalam tim,
kerjasama tim yang baik dapat membantu mengurangi masalah patient safety
(WHO, 2009).
FIRST UP 55
CONSULTANTS
23 Kolaborasi
Kolaborasi Dan
Dankomunikasi
komunikasiEfektif
Efektifmasing
masingmasing
masingProfesi
Profesi
Kompetensi kolaborasi
1. Memahami peran, tanggung jawab dan kompetensi profesi lain dengan jelas
2. Bekerja dengan profesi lain untuk memecahkan konflik dalam memutuskan perawatan
dan pengobatan pasien
3. Bekerja dengan profesi lain untuk mengkaji, merencanakan, dan memantau perawatan
pasien
4. Menoleransi perbedaan, kesalahpahaman dan kekurangan profesi lain
5. Memfasilitasi pertemuan interprofessional
6. Memasuki hubungan saling tergantung dengan profesi kesehatan lain.
FIRST UP 56
CONSULTANTS
23 Kolaborasi
Kolaborasi Dan
Dankomunikasi
komunikasiEfektif
Efektifmasing
masingmasing
masingProfesi
Profesi
Model Praktik Kolaborasi Interprofesional Pelayanan kesehatan (MPKIPK)
Tatanan pelayanan yang dirancang untuk menyelaraskan berbagai profesi yang terlibat (antara
lain dokter, perawat, farmasi, dan gizi) dalam memberikan pelayanan kepada pasien yang
menjalani hospitalisasi (Susilaningsih, 2011).
Esensi dasar praktik interdisiplin : Model ini terdiri dari 4 komponen yaitu :
1) Information sharing 1) Alur klinis pengelolaan pasien (integrated care
2) Attention to overlapped responsibility pathway)
3) Sense of control 2) Pengelolaan pasien secara tim
4) Structuring intervention 3) Dokumentasi asuhan terpadu
4) Penyelesaian masalah bersama melalui diskusi
kasus secara interprofesional.
(Susilaningsih et al, 2017)
FIRST UP 57
CONSULTANTS
23 Kolaborasi
Kolaborasi Dan
Dankomunikasi
komunikasiEfektif
Efektifmasing
masingmasing
masingProfesi
Profesi
Contoh kolaborasi dokter – perawat
• Dalam Permenkes tahun 2011 tentang Izin Praktik dan Pelaksanaan Praktik
Kedokteran Pasal 23 ayat 1
“ Dokter atau dokter gigi dapat memberikan pelimpahan suatu tindakan kedokteran
atau kedokteran gigi kepada perawat, bidan atau tenaga kesehatan tertentu lainnya
secara tertulis dalam melaksanakan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi.”
FIRST UP 58
CONSULTANTS
23 Kolaborasi
Kolaborasi Dan
Dankomunikasi
komunikasiEfektif
Efektifmasing
masingmasing
masingProfesi
Profesi
KOMUNIKASI EFEKTIF
INTERPROFESI
Definisi
FIRST UP 59
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan komunikasi Efektif masing masing Profesi
FIRST UP 60
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan komunikasi Efektif masing masing Profesi
Manfaat Komunikasi Interprofesi
• Komunikasi interprofesi yang sehat pemecahan masalah, berbagai ide, dan
pengambilan keputusan bersama
• Bila komunikasi tidak efektif terjadi di antara profesi kesehatan keselamatan
pasien menjadi taruhannya.
• kurangnya informasi yang kritis,
• salah mempersepsikan informasi,
• perintah yang tidak jelas melalui telepon, dan
• melewatkan perubahan status atau informasi
FIRST UP 61
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan komunikasi Efektif masing masing Profesi
JENIS KOMUNIKASI
FIRST UP 62
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan komunikasi Efektif masing masing Profesi
Non-Verbal
53%
FIRST UP 63
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan komunikasi Efektif masing masing Profesi
MASALAH KOMUNIKASI
• Tulisan yang sulit dibaca
• Kesalahan pemberian obat bukan hanya milik penulis resep, tetapi bisa juga
disebabkan oleh si pemberi obat.
• Instruksi yang diberikan kurang jelas dan petugas yang diberikan instruksi tidak
minta klarifikasi;
• Tidak terjadi interaksi verbal sama sekali, biasanya antar dokter ahli kecuali bila
ada konferensi kasus;
• Pemberi instruksi tidak meyakinkan bahwa instruksinya dimengerti oleh petugas;
• Dokter ahli tidak menganggap dokter ruangan, perawat/bidan sebagai mitra
kerja;
• Masih lemahnya aturan mengenai hak dan tanggung jawab masing-masing FIRST UP 64
CONSULTANTS
petugas kesehatan.
3 Kolaborasi Dan komunikasi Efektif masing masing Profesi
Contoh komunikasi efektif antar profesi
SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi
memerlukan perhatian atau tindakan segera.
SITUATION
Kondisi terkini yg terjadi pd pasien?
BACKGROUND
Informasi penting apa yg berhubungan dgn kondisi pasien terkini
ASSESSMENT
Hasil pengkajian kondisi pasien yg terkini
RECOMMENDATION
Apa yg perlu dilakukan utk mengatasi masalah pasien saat ini
FIRST UP 65
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan komunikasi Efektif masing masing Profesi
FIRST UP 66
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan komunikasi Efektif masing masing Profesi
Komunikasi Efektif
SDKI 2019
FIRST UP 67
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan komunikasi Efektif masing masing Profesi
FIRST UP 68
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan komunikasi Efektif masing masing Profesi
FIRST UP 69
CONSULTANTS
2 Kolaborasi Dan komunikasi Efektif masing masing Profesi
Komunikasi Efektif
SDKI 2012
Berkomunikasi dengan pasien & keluarga
◦ Membangun hubungan melalui komunikasi verbal dan non verbal
◦ Berempati secara verbal dan nonverbal
◦ Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang santun dan dapat
dimengerti
◦ Mendengarkan dengan aktif untuk menggali permasalahan kesehatan
secara holistik dan komprehensif
◦ Menyampaikan informasi yang terkait kesehatan (termasuk berita buruk,
informed consent) dan melakukan konseling dengan cara yang santun,
baik dan benar
◦ Menunjukkan kepekaan terhadap aspek biopsikososiokultural dan
spiritual pasien dan keluarga. FIRST UP 70
CONSULTANTS
2 Kolaborasi Dan komunikasi Efektif masing masing Profesi
FIRST UP 71
CONSULTANTS
2 Kolaborasi Dan komunikasi Efektif masing masing Profesi
FIRST UP 72
CONSULTANTS
2 Kolaborasi Dan Kerjasama Antar Tenaga Kesehatan
(Lumenta, 2017)
FIRST UP 74
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan Komunikasi Efektif Masing Masing Profesi
(Novita, 2015)
FIRST UP 75
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan Komunikasi Efektif Masing Masing Profesi
(Novita, 2015)
FIRST UP 76
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan Komunikasi Efektif Masing Masing Profesi
Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahamu dalam membangun dan
mempertahankan hubungan yang terapeutik:
1. Hubungan perawat dengan klien
2. Perawat harus menghargai keunikan klien
3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan
4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust)
(Novita, 2015)
FIRST UP 77
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan Komunikasi Efektif Masing Masing Profesi
(Novita, 2015)
FIRST UP 78
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan Komunikasi Efektif Masing Masing Profesi
(Novita, 2015)
FIRST UP 79
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan Komunikasi Efektif Masing Masing Profesi
No SDKI SLKI SIKI
1. Resiko Perfusi Serebral Tidak Efektif Perfusi Serebral (L.02014) Setelah Pemantauan Tekanan Intrakranial (I.06198)
(D.0017) dilakukan tindakan keperawatan Obsevasi
selama 3x7jam diharapkan perfusi - Identifikasi penyebab peningkatan TIK
- Monitor peningkatan TD
serebral meningkat dengan criteria
- Monitor pelebaran tekanan nadi
hasil : - Monitor penurunan frekuensi jantung
1. Tingkat kesadaran (4) - Monitor ireguleritas irama napas
2. Sakit kepala (4) 3. Tekaan intra - Monitor penurunan tingkat kesadaran
cranial (4) - Monitor tekanan perfusi serebral
4.Gelisah (4) - Monitor efek stimulus lingkungan
5.Nilai rata-rata tekanan darah (4) terhadap TIK
6.Refleks saraf (4) Terapeutik
- Ambil sampel drainase ciran
serebrospinal
- Kalibrasi transduser
- Pertahankan sterilitas system
Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
(Novita, 2015)
FIRST UP 80
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan Komunikasi Efektif Masing Masing Profesi
Farmasi
Communication
Communication is best described as a process in which messages are
generated and transmitted by one person and subsquentyly received
and translated by another (Bradsley, 2012).
Komunikasi interprofesi bentuk interaksi untuk bertukar pikiran,
opini dan informasi yang melibatkan dua profesi atau lebih dalam
upaya untuk menjalin kolaborasi interprofesi (Hornby et all 2012).
5 Important Element
Sender Receiver
FIRST UP 82
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan Komunikasi Efektif Masing Masing Profesi
Farmasi
Karakteristik Komunikasi Interprofesi
Respect
Equality
Patient Safety
Negosiasi
Kolaborasi FIRST UP
CONSULTANTS 83
3 Kolaborasi Dan Komunikasi Efektif Masing Masing Profesi
Farmasi
Faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikasi
Persepsi
Pengetahuan Lingkungan
FIRST UP 84
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan Komunikasi Efektif Masing Masing Profesi
Farmasi
Cara komunikasi
Tulisan
Verbal
Non -Verbal
FIRST UP 85
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan Komunikasi Efektif Masing Masing Profesi
Farmasi
Jenis komunikasi Interprofessional
1) Komunikasi antara dokter dengan direktur Rumah Sakit
2) Komunikasi antara dokter dengan perawat/farmasi
3) Komunikasi antara dokter dengan dokter, misalnya komunikasi antara dokter
spesialis dengan dokter ruangan atau antar dokter spesialis yang merawat
pasien,
4) Komunikasi antara dokter/perawat dengan farmasi
5) Komunikasi antara dokter/perawat dengan petugas administrasi/keuangan,
6) Komunikasi antara dokter/perawat dengan petugas pemeriksaan penunjang
(radiology, laboratorium, dsb).
FIRST UP 86
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan Komunikasi Efektif Masing Masing Profesi
Farmasi
Masalah komunikasi
Tulisan yang sulit dibaca
Pasal 14
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang dapat
mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat kepada sejawat
petugas kesehatan lain.
FIRST UP 88
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan Komunikasi Efektif Masing Masing Profesi
Farmasi
PERAN FARMASI DALAM KOMUNIKASI INTERPROFESI
Mampu menjalin kerjasama dengan profesi lain, pasien atau keluarga pasien
Melakukan telaah resep mulai dari data pasien, obat yang diberikan, dosis, rute pemberian dan
identifikasi adanya DRP (Drug Related Problem)
Mampu memberikan rekomendasi obat kepada dokter dan berdiskusi dengan dokter terkait
pengobatan pasien
Pemberian informasi kepada perawat terkait penggunaan obat BHP ataupun alat kesehatan, terutama
obat-obat perhatian khusus baik itu cara penggunaan, bentuk sediaan, golongan obat tertentu, dll
Memberikan KIE kepada pasien dan atau keluarga pasien terkait penggunaan obat, efek samping dan
cara penyimpanan.
FIRST UP 89
CONSULTANTS
3 Kolaborasi Dan Komunikasi Efektif Masing Masing Profesi
PERAN FARMASIS DALAM KOLABORATIF INTERPROFESI
Farmasi
Dokter mulai merujuk pasien ke apoteker terkait obat dimana dokter akan mengevaluasi kompetensi apoteker
4
Dokter mengandalakan ppengetahuan apoteker tentang obat dan apoteker percaya pada informasi klinis dari 3
dokter
Dokter dan apoteker memlihara komunikasi dan apoteker harus memberikan kepercayaan kepada dokter ttg 2
keilmuannya
Meningkatkan kualitas hubungan dumana apoteker yang memulai hubungan komunikasi dengan dokter 1
Profesi dokter Apoteker sekedar hanya saling mengenal dan diskusi yang terjadi hanya sebatas apoteker 0
bertanya tentang sesuatu yang tidak jelas dalam resep
Model Hubungan Kolaboratif Dokter dan Apoteker oleh McDonough and DoucetteFIRST UP 90
Sumber: (Randall and William, 2001 (Journal of the American Pharmaceutical Association) CONSULTANTS
TERIMA KASIH
FIRST UP 91
CONSULTANTS
Daftar Pustaka
American Medical Assosiation (AMA). 1994
Basuki, Endang. 2013
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006. Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta
KODEKI 2012:
Lumenta, Nico A. 2017. Pola Patient Centered Care dalam Asuhan Pasien. Ketua Bidang Lit Bang – Mutu
– Man Risiko KARS
Novita, Endah Aulia. 2015. Gambaran Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik oleh Perawat Pelaksana pada
Pasien Di RSUD DR.Rasidin Padang. Politeknik Kesehatan, Kementrian Kesehatan Padang
Peraturan Mentri Kesehatan (PERMENKES) RI Nomor 2052/MENKES/PER/X/2011
Peraturan Mentri Kesehatan (PERMENKES no 72 tahun 2016 tentang standart pelayanan kefarmasian di
rumah sakit
Peraturan Perundangan (PP) No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), 2013
Potter and Perry. 2005
Standart Kompetensi Dokter Indonesia, 2012
Standart Kompetensi Perawat Indonesia_Edisi IV_2013
Undang-undang (UU) RI No. 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan
Wendi, Muh., Fadhli., Siti Anisah. 2016. Tanggungjawab Hukum Dokter dan Apoteker dalam Pelayanan
Resep, Media Farmasi Vol. 13 No. 1
FIRST UP 92
CONSULTANTS