Pembimbing :
Disusun Oleh :
SUMATERA UTARA
2021
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan nikmat dan
karunia-Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas paper ini. Shalawat
dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad shalallahu
‘alaihiwasallam, yang telah membawa manusia dari zaman jahiliah ke alam yang penuh
ilmu pengetahuan ini.
Adapun penulisan tugas paper ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik senior bagian Ilmu Penyakit Kandungan di
Rumah Sakit Umum Haji, Medan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan ...............................................................................................................4
1.4 Manfaat .............................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................5
2.1 Anatomi Ketuban...............................................................................................5
2.2 Definisi Ketuban Pecah Dini.............................................................................7
2.3 Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini..............................................................8
2.4 Etiologi Ketuban Pecah Dini.............................................................................8
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Ketuban Pecah Dini.............................................9
2.6 Patofisiologi Ketuban Pecah Dini......................................................................11
2.7 Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini................................................................13
2.8 Komplikasi Ketuban Pecah Dini ......................................................................15
BAB III KESIMPULAN...................................................................................................16
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................16
3.2 Saran ................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya tanda
atau 5 cm pada multipara (Maryunani, 2013). Hal ini dapat terjadi pada kehamilan
aterm yaitu, pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu maupun pada kehamilan
pecah dini merupakan salah satu kelainan dalam kehamilan. Ketuban pecah dini
merupakan masalah penting dalam ilmu obstetri, karena berkaitan dengan penyulit
terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin, sehingga hal ini dapat
(Sualman, 2009). Kejadian ketuban pecah dini di Amerika Serikat terjadi pada
120.000 kehamilan per tahun dan berkaitan dengan resiko tinggi terhadap
kesehatan dan keselamatan ibu, janin dan neonatal (Mercer, 2003). Sebagian besar
ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau
persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar
1
beberapa kondisi internal ataupun eksternal yang diduga terkait dengan ketuban
pecah dini. Yang termasuk dalam faktor internal diantaranya usia ibu, paritas,
termasuk dalam faktor eksternal adalah infeksi dan status gizi. Beberapa penelitian
yang menunjukkan adanya keterkaitan dengan infeksi pada ibu. Infeksi dapat
mengakibatkan ketuban pecah dini karena agen penyebab infeksi tersebut akan
melepaskan mediator inflamasi yang menyebabkan kontraksi uterus. Hal ini dapat
(Sualman, 2009).
Selain infeksi yang terjadi terutama pada genitalia wanita, status gizi juga
diduga mempengaruhi selaput ketuban, karena penurunan asupan zat gizi terutama
salah satunya pembentukan selaput amnion yang tersusun dari kolagen tipe IV. Hal
Selanjutnya, faktor internal yang mungkin berpern pada kejadian ketuban pecah
dini, diantaranya usia ibu, paritas, dan polihidramnion, inkompetensi serviks dan
terdapat peningkatan resiko terjadinya ketuban pecah dini pada ibu dengan usia
lebih dari 30 tahun (Newburn-cook, 2005). Pada sumber lain dijelaskan bahwa,
usia ibu saat hamil yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan
Paritas diartikan sebagai jumlah kehamilan yang melahirkan bayi hidup dan
tidak terkait dengan jumlah bayi yang dilahirkan dalam sekali persalinan (Taber,
2012). Semakin tinggi paritas ibu, kualitas endometrium akan semakin menurun.
2
Hal ini akan meningkatkan resiko komplikasi pada kehamilan (Prawirohardjo,
2010).
berlebihan, yaitu lebih dari 2000 ml (Gant, 2011). Komplikasi yang dapat timbul
oleh polihidramnion salah satunya adalah ketuban pecah dini. Hal ini terjadi karena
Ketuban pecah dini juga mungkin terjadi akibat kondisi serviks yang
ketuban menonjol keluar dari serviks dan dapat ruptur. Selanjutnya, faktor
presentasi dan letak janin juga diduga berperan dalam terjadinya ketuban pecah
dini, hal ini terjadi karena tekanan terhadap selaput ketuban menjadi tidak merata
Ketuban pecah dini pada Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) berada
pada level kompetensi 3A, yaitu lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik,
Pada ibu dapat terjadi komplikasi berupa infeksi masa nifas, partus lama,
perdarahan post partum, bahkan kematian. Sedangkan pada janin, dapat timbul
komplikasi berupa kelahiran prematur, infeksi perinatal, kompresi tali pusat, solusio
plasenta, sindrom distres pada bayi baru lahir, perdarahan intraventrikular, serta
bahwa resiko infeksi pada ketuban pecah dini sangat tinggi, disebabkan oleh
3
organisme yang ada di vagina, seperti E. Colli, Streptococcus B hemolitikus, Proteus
1.3 Tujuan
KPD
1.4 Manfaat
Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi perkembangan
4
1.4.3 Manfat Bagi Penulis
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Membran selaput ketuban terdiri dari amnion dan korion yang dihubungkan oleh
matriks ektraseluler. Lapisan membran ini akan mengelilingi kavum uteri. Selaput
mengakomodasi peningkatan volume cairan ketuban dan berat janin. Epitel amnion
adalah lapisan terdalam yang berhubungan langsung dengan cairan amnion. Amnion
terdiri dari komponen epitelial dan mesenkimal. Lapisan sel epitel kuboid atau
kolumner akan melapisi kavum amnion.5,6 Korion leave disusun dari blastokista
yang berimplantasi pada kavum endometrium yang dilapisi oleh korion frondosum
dan desidua kapsularis. Suplai darah pada area ini akan mengalami restriksi dan villi
mengalami fusi dengan mesoderm dari korion dan akan membentuk amniokorion.
Desidua kapsularis akan berhubungan dengan korion, dan akan melapisi seluruh
kavum uteri pada kehamilan trimester kedua. Matriks ekstraseluler tersusun dari
protein fibrosa yang melekat pada gel polisakarida yang akan menyusun struktur
dari selaput amniokorion. Kekuatan dari membran amniokorion ini tergantung dari
amniokorion adalah dari kolagen interstisial tipe I dan III diikuti dengan sejumlah
kecil kolagen tipe V, VI, dan VII. Kolagen tipe IV yang terdapat pada membrana
basalis akan membantu pembentukan dari struktur protein non kolagen yang lain
6
fibrilar minor, bersama kolagen tipe IV akan menjaga fungsi dari membrana
basalis.7,8
dari Gravet8
Komponen non kolagen penyusun matriks ekstraseluler lain adalah laminin,
proses remodeling ini akan berdampak pada penurunan jumlah kolagen dalam
selaput amnion.9,10,11
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu (Gravett, 2009). Ketuban
pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan mulai pada tahapan
kehamilan manapun (Arma, dkk 2015). Sedangkan menurut (Sagita, 2017) ketuban
7
pecah dini ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah
kehamilan berusia 22 minggu dan dapat dinyatakan pecah dini terjadi sebelum
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban (amnion dan korion) tanpa
diikuti persalinan pada kehamilan aterm atau pecahnya ketuban pada kehamilan
preterm. Berdasarkan usia kehamilan apabila keadaan tersebut terjadi pada usia
sedangkan jika usia kehamilan < 37 minggu disebut dengan preterm premature
1,5
rupture of membrane (PPROM). Ketuban pecah dini terjadi pada 6-20% dari
seluruh kehamilan, dimana kurang lebih dua pertiga dari pasien dengan ketuban
pecah sebelum kehamilan 37 minggu akan bersalin dalam waktu 4 hari dan kurang
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina,
aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna pucat,
cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai
kelahiran mendatang. Tetapi, bila duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah
sementara. Sementara itu, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut
jantung janin bertambah capat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Sunarti,
2017).
Adapun penyebab terjadinya ketuban pecah dini merurut (Gravett, 2007) yaitu
sebagai berikut:
8
a. Multipara dan Grandemultipara
b. Hidramnion
e. Kehamilan ganda
Adapun hasil penelitian yang dilakukan (Rahayu and Sari 2017) mengenai
penyebab kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin bahwa kejadian KPD
mayoritas pada ibu multipara, usia ibu 20-35 tahun, umur kehamilan ≥37 minggu,
Menurut (Morgan, 2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan oleh
a. Usia
reprosuksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di bawah
atau di atas usia tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan dan persalinan.
b. Sosial ekonomi
9
meningkat merupakan kondisi yang menunjang bagi terlaksananya status
c. Paritas
Paritas merupakan banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak pertama
multipara, dan grande multipara. Primipara adalah seorang wanita yang baru
pertama kali melahirkan dimana janin mencapai usia kehamilan 28 minggu atau
lebih. Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalalmi kehamilan dengan
usia kehamilan 28 minggu dan telah melahirkan buah kehamilan 2 kali atau lebih.
d. Anemia
besi. Jika persendian zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi
persendian zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan
relatif terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi atau
pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu hamil yang mengalami anemia
Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi kematian intrauterin,
prematuritas, berat badan lahir rendah, cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada
10
e. Merokok
dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil. Rokok menggandung lebih dari
dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi (Sinclair, 2003).
f. Riwayat KPD
Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian ketuban
pecah dini dapat berpengaruh besar terhadap ibu jika menghadapi kondisi
pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat
ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm. Wanita yang pernah mengalami
akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD
berikutnya.
g. Tekanan intrauterin
Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada daerah tepi
robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat
kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh
11
infeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput terdapat pada amnion
di daerah lapisan kompakta, fibroblas serta pada korion di daerah lapisan retikuler
Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertantu terjadi perubahan biokimia
jumlah sel dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan
Penelitian oleh Malak dan Bell pada tahun 1994 menemukan adanya sebuah
area yang disebut dengan “high morphological change” pada selaput ketuban di
daerah sekitar serviks. Daerah ini merupakan 2 – 10% dari keseluruhan permukaan
selaput ketuban. Bell dan kawan-kawan kemudian lebih lanjut menemukan bahwa
dengan hanya diperlukan 20 -50% dari kekuatan yang dibutuhkan untuk robekan di
perbedaan zona selaput ketuban, khususnya zona di sekitar serviks yang secara
signifikan lebih lemah dibandingkan dengan zona lainnya seiring dengan terjadinya
perubahan pada susunan biokimia dan histologi. Paracervical weak zone ini telah
muncul sebelum terjadinya pecah selaput ketuban dan berperan sebagai initial
12
Penelitian lain oleh (Lee, 2007), menunjukan bahwa selaput ketuban di daerah
apoptosis ditemukan lebih tinggi pada amnion dari pasien dengan ketuban pecah
dini dibandingkan pasien tanpa ketuban pecah dini, dan laju apopsis ditemukan
paling tinggi pada daerah sekitar serviks dibandingkan daerah fundus (Lee, 2007).
Apoptosis yang terjadi pada mekanisme terjadinya KPD dapat melalui jalur
intrinsik maupun ektrinsik, dan keduanya dapat menginduksi aktivasi dari caspase.
Jalur intrinsik dari apoptosis merupakan jalur yang dominan berperan pada
apoptosis selaput ketuban pada kehamilan aterm. Pada penelitian ini dibuktikan
bahwa terdapat perbedaan kadar yang signifikan pada Bcl-2, cleaved caspase-3,
merupakan protein yang berperan pada jalur intrinsik. Fas dan ligannya, Fas-L yang
menginisiasi apopsis jalur ekstrinsik juga ditemukan pada seluruh sampel selaput
dengan distal. Diduga jalur ekstrinsik tidak berperan banyak pada remodeling
matriks metalloproteinase (MMP). Degradasi kolagen oleh MMP ini dihambat oleh
(Weiss, 2007).
Masalah berat pada ketuban pecah dini adalah kehamilan dibawah 26 minggu
13
karena mempertahankannya memerlukan waktu lama. Apabila sudah mencapai
berat 2000 gram dapat dipertimbangkan untuk diinduksi. Apabila terjadi kegagalan
dalam induksi makan akan disetai infeksi yang diikuti histerektomi. Pemberian
24 jam, 12 mg tambahan, maksimum dosis 24 mg, dan masa kerjanya 2-3 hari,
pemberian betakortison dapat diulang apabila setelah satu minggu janin belum
Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada ibu hamil aterm atau preterm dengan
atau tanpa komplikasi harus dirujuk ke rumah sakit. Apabila janin hidup serta
terdapat prolaps tali pusat, pasien dirujuk dengan posisi panggul lebih tinggi dari
badannya, bila mungkin dengan posisi sujud. Dorong kepala janin keatas degan 2
jari agar tali pusat tidak tertekan kepala janin. Tali pusat di vulva dibungkus kain
hangat yang dilapisi plastik. Apabila terdapat demam atau dikhawatirkan terjadinya
infeksi saat rujukan atau ketuban pecah lebih dari 6 jam, makan berikan antibiotik
Berikan pula tokolisis, apanila terjadi infeksi maka akhiri kehamilan. Pada
induksi persalinan. Pada kehamilan lebih dari 36 minggu dan ada his maka pimpin
meneran dan apabila tidak ada his maka lakukan induksi persalinan. Apabila
14
ketuban pecah kurang dari 6 jam dan pembukaan kurang dari 5 cm atau ketuban
pecah lebih dari 5 jam pembukaan kurang dari 5 cm (Sukarni, 2013). Sedangkan
untuk penanganan aktif yaitu untuk kehamilan > 37 minggu induksi dengan
oksitosin, apabila gagal lakukan seksio sesarea. Dapat diberikan misoprostol 25µg
a. Pada ibu
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada ibu yaitu infeksi intrapartal/
dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas, dry labour/ partus lama,
b. Pada Janin
Komplikasi yang dapat disebabkan KPD pada janin itu yaitu prematuritas
prolaps funiculli/ penurunan tali pusat, hipoksia dan asfiksia sekunder pusat, prolaps
uteri, persalinan lama, skor APGAR rendah, ensefalopati, cerebral palsy, perdarahan
15
BAB III
3.1 Kesimpulan
Ketuban pecah dini merupakan pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu. Ketuban pecah dini
manapun. Sedangkan menurut menurut pendapat lain ketuban pecah dini ditandai
dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kehamilan berusia 22
minggu dan dapat dinyatakan pecah dini terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung.
Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina,
aroma air ketuban berbau manis dan tidak seperti bau amoniak, berwarna pucat,
cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena uterus diproduksi sampai kelahiran
letak sungsang atau lintang, Cephalo Pelvic Disproportion (CPD), Kehamilan ganda,
usia, social ekonomi, riwayat kpd sebelumnya, merokok, dan ibu yang mengalami
anemia.
Pecahnya selaput ketuban disebabkan oleh hilangnya elastisitas pada daerah tepi
robekan selaput ketuban. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat
kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh infeksi
atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput terdapat pada amnion di daerah
lapisan kompakta, fibroblas serta pada korion di daerah lapisan retikuler atau
trofoblas
16
Masalah berat pada ketuban pecah dini adalah kehamilan dibawah 26 minggu
kerjanya 2-3 hari, pemberian betakortison dapat diulang apabila setelah satu minggu
janin belum lahir. Pemberian tokolitik untuk mengurangi kontraksi uterus dapat
atau dikhawatirkan terjadinya infeksi saat rujukan atau ketuban pecah lebih dari 6
jam, makan berikan antibiotik penisilin prokain 1,2 juta UI intramuskular dan
ampisislin 1 g peroral.
pula tokolisis, apanila terjadi infeksi maka akhiri kehamilan. komplikasi yang dapat
terjadi pada kpd adalah pada ibu dan janin. komplikasi pada ibu yaitu infeksi infeksi
intrapartal/ dalam persalinan, infeksi puerperalis/ masa nifas, dry labour/ partus
SC), morbiditas dan mortalitas maternal. Komplikasi yang dapat disebabkan KPD
pada janin itu yaitu prematuritas (sindrom distes pernapasan, hipotermia, masalah
3.2 Saran
Disarankan kepada ibu dan keluarga bila pada masa kehamilan untuk melakukan
17
vitamin bila ada indikasi kekurangan darah. untuk keluarga diharapkan juga untuk
menjaga kehamlan pada ibu terutama bila salah satu keluarga ada yang merokok
diharapkan asap rokoknya tidak mengarah kepada ibu yang sedang hamil
18
Daftar Pustaka
.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.
Williams Obstetrics 24th. New York: McGraw-Hill Companies Inc. 2015: 193-
4.
Parry S, Strauss JF. Premature rupture of the fetal membrane. New Engl J Med
2008;338 (10):663-70.
Goldenberg RL, Hauth JC, Andrews WA. Intrauterine infection and preterm
delivery. New Eng J Med. 2000;18:1500-08.
Kunze M, Klar M, Morfeld CA, Thorns B, Schild RL, Markfeld-Erol F, et al.
2016. Cytokines in noninvasive prediction of histologic chorioamnitis in
women with membranes. American Journal of Obstetrics & Gynecology. Vol
215(1):96.
Lee SE, Romero R, Kim CJ, Shim SS, Yoon BH. 2009. Funisitis in term
pregnancy is associated with microbial invasion of the amniotic cavity and
intra-amniotic inflammation. The Journal of Maternal-Fetal & Neonatal
Medicine. 19(11):693-697.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2016. Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Ketuban Pecah Dini. Jakarta: POGI.
Alexander JM, Mclntire DM, Leveno KJ. Chorioamnionitis and the prognosis of
term infant. Obstet Gynecol 2009;94:274-8.
Gravett NG, Sampson JE. Other infectious conditions. In: James DK, Steer PJ,
Weiner CP. High risk pregnancy management options. London: WB Saunders
Co Ltd ; 2006: 513-5.
Tzur T, Adi, Weintraub, Sergienko R, Sheiner E. 2013. Can leukocyte count
during the first trimester of pregnancy predict later gestational complications.
Arch Gynecol Obstet; 287:421-27.
Wang Y, Wang LH, Chen J, Sun JX. 2016. Clinical and prognostic value of
combined measurement of cytokines and vascular cell adhesion molecule-1 in
premature rupture of membranes. International Journal of Gynecology and
Obstetrics. 132(1) : 85-88.
Tita ATN, Andrew WW. Diagnosis and management of clinical chorioamnionitis.
Clin Perinat. 2010;37(2):339-54.
Gomez LN, Guillbert LJ, Olson DM. 2010. Invasion of the leukocytes inti the
fetal- maternal Interface during pregnancy. Journal of Leukocyte Biology vol
88(4): 625- 630.
Hackenhaar AA, Albernaz EP, Fonseca TMV Da. 2014. Preterm Premature
Rupture of The Fetal Membranes: Association With Sociodemographic Factors
and Maternal Genitourinary Infections. J Pediatr (Rio J);90:197–202.
Menon R, Taylor RN, Fortunato SJ. Chorioamnionitis- a complex
pathophysiologic syndrome. J Placenta. 2010;31:113-20.
Gibbs RS. Premature rupture of membrane. In: Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF,
Nygaar I. Danforth’s obstetrics and gynecology 10 th ed. Lippincott
Williams&Wilkins. 2011.p: 186-96.
19