Anda di halaman 1dari 16

PROSES PERTILISASI

Makalah ini dibuat sebagai salah satu persyaratan kelulusan Kepaniteraan

Klinik Senior Bagian Penyakit Kandungan

RSU Haji Medan

Pembimbing :

dr. H. M. Haidir, Sp.Og

Disusun Oleh :

Ega Meganitari S (20360181)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF ILMU PENYAKIT KANDUNGAN

RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN

SUMATERA UTARA

2021
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah mencurahkan nikmat dan
karunia-Nya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas paper ini. Shalawat
dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad shalallahu
‘alaihiwasallam, yang telah membawa manusia dari zaman jahiliah ke alam yang penuh
ilmu pengetahuan ini.
Alhamdulillah berkat kemudahan yang diberikan Allah subhanahuwata’ala,
penulis dapat menyelesaikan tugas paper yang berjudul “ Proses Pertilisasi” Dalam
penyusunan paper ini, penulis mendapatkan beberapa hambatan serta kesulitan. Akan
tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak hal tersebut dapat teratasi. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan paper ini, terutama kepada yang terhormat dr. H.
M. Haidir, Sp.Og selaku pembimbing. Semoga segala bantuan yang penulis terima
akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah subhanahuwata’ala.
Adapun penulisan tugas paper ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam
mengikuti kegiatan kepaniteraan klinik senior bagian Ilmu Penyakit Kandungan di
Rumah Sakit Umum Haji, Medan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang ditujukan untuk membangun.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Medan,Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................1
1.3 Tujuan ...............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................3
2.1 Syarat-syarat pertilisasi .....................................................................................3
2.2 Mekanisme terjadinya pertilisasi ......................................................................3
2.3 Pengertian Partenogenesis.................................................................................6
2.4 Tahapan pertilisasi.............................................................................................7
2.5 Proses terjadinya bayi kembar..........................................................................8
BAB III KESIMPULAN...................................................................................................12
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................12
3.2 Saran ................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap makhluk hidup tentunya menginginkan untuk meneruskan

keturunannya, tidak terkecuali dengan manusia. Reproduksi merupakan suatu

proses perkembang biakan pada hewan yang diawali dengan bersatunya sel telur

(ovum) dengan sel mani (sperma) sehingga terbentuk zigot kemudian embrio

hingga fetus dan diakhiri dengan kelahiran.

Secara umum, proses reproduksi ini melibatkan dua hal yakni, sel telur atau

yang biasanya disebut ovum dan sel mani atau yang disebut sperma. Ovum sendiri

dihasilkan oleh perempuan melalui proses ovulasi setelah melalui beberapa tahap

perkembangan folikel ( secara umum disebut dengan proses oogenesis yakni proses

pementukan sel telur atau ovum), sedangkan sperma diproduksi oleh laki-laki

melalui proses gametogenesis (proses pembentukan sel gamet jantan atau sperma

yang terjadi di dalam testis di tubulus seminiferus). Prosesestrus (masa keinginan

kawin), ovulasi, dan fertilisasi (proses bertemunya sel gamet jantan dan sel gamet

betina) juga sangat berperan dalam proses reproduksi.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan beberapa

rumusan masalah sebagai berikut

1. Apa saja syarat terjadinya pertilisasi

2. Bagaimana mekanisme terjadinya fertilisasi?

3. Apa pengertian partenogenesis?

4. bagaimana tahapan2 pertilisasi?

5. Bagaimana proses terjadinya bayi kembar?

1
1.3. Tujuan

Tujuan penulis membuat makalah ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui apa saja syarat terjadinya pertilisasi

2. Mengetahui mekanisme terjadinya fertilisasi

3. Mengetahui pengertian partenogenesis

4. Mengetahui tahapan pertilisasi

5. Mengetahui proses terjadinya bayi kembar

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Syarat-syarat Fertilisasi

Fertilisasi merupakan proses peleburan dua macam gamet sehingga terbentuk

suatu individu baru dengan sifat genetik yang berasal dari kedua orang tuanya

(Sudarwati, 1990:23). Syarat fertilisasi yaitu adanya ovum yang matang dan siap

dibuahi oleh sperma. Proses fertilisasi dapat dibagi menjadi empat

aktivitas utama :

1. Hubungan (kontak) serta pengenalan sperma dan sel telur

2. Pengaturan pemasukan sperma ke dalam sel telur

3. Peleburan bahan genetik dari sperma dan sel telur

4. Aktivasi metabolik telur untuk memulai perkembangan

2.2. Mekanisme Terjadinya Fertilisasi

Fertilisasi dibedakan menjadi dua, yaitu.

a. Fertilisasi Eksterna

Fertilisasi eksterna kebanyakan dialami oleh hewan-hewan marin yang

hidupnya di dalam air, seperti Pisces dan Amphibia. Mekanisme pada

fertilisasi eksterna dapat dilakukan dengan dua cara utama, yaitu daya tarik

dan aktivasi yang spesies spesifik dari sperma. Daya tarik spesies spesifik

sperma adalah semacam kemotaksis di mana sel telur dapat mengeluarkan

suatu zat yang mempunyai daya tarik. Dewasa ini telah ditemukan dua

macam atraktan utama yang spesies spesifik yaitu speract dari

Strongylocentrotus purpuratus dan resact dari Arbacia punctulata. Zat ini

merupakan polipeptida pendek dan terdapat di dalam selaput lendir telur.

Interaksi yang kedua antara sperma dan telur menyangkut aktivasi sperma

3
oleh selaput lendir telur yang disebut reaksi akrosoma. Pada umumnya reaksi

akrosoma terdiri atas dua bagian: pecahnya gelembung akrosoma dan

pembentukan prosesus akrosoma.

Bila gelembung akrosoma pecah, suatu enzim pencerna akan dilepaskan

sehingga kepala sperma dapat menembus selaput lendir dan prosesus

akrosoma akan mencapai membran telur. Pada tahap inilah terjadi pengenalan

yang bersifat spesies spesifik. Protein akrosoma yang berperan dalam hal ini

adalah bindin yang terdapat khusus pada prosesus akrosoma. Dari pengujian

biokimiawi didapat bahwa bindin dari spesies-spesies yang berkerabat

sangatlah berbeda. Hal ini menyatakan bahwa pada membran vitelin terdapat

reseptor yang spesies spesifik bagi bindin (Sudarwati, 1990:24).

b. Fertilisasi Internal

Gambar 1. Fertilisasi

(Sumber: Sudarwati, 1990:25)

Saluran genital hewan mamalia betina memgang peranan yang penting

dalam proses fertilisasi. Sperma yang baru diejakulasikan belum mampu

melakukan reaksi akrosoma tanpa berada di dalam saluran reproduksi selama

beberapa lama. Periode ini disebut kapasitasi dan waktu yang dibutuhkan

4
berbeda- beda bagi berbagai spesies. Pada perioda ini terjadi perubahan

selaput yang membungkus kepala sperma. Pada zona pelusida terdapat suatu

protein khusus dimana sperma dapat terikat. Lagi pula protein ini setelah

berikatan dengan sperma menyebabkan terjadinya reaksi akrosoma pada

sperma, sehingga sperma dapat mengkonsentrasikan enzim proteolitiknya

(akrosin) secara langsung pada tempat dimana sperma terikat. Pada tempat

dimana sperma melekat pada telur, sitoplasma telur akan membentuk tonjolan

fertilisasi (fertilization cone) (Sudarwati, 1990:25). Membran plasma telur

kemudian fusi dengan membran sperma, sambil tonjolan menyusut, kepala

sperma masuk ke dalam telur.

Setelah kepala sperma masuk ke dalam telur, membran intinya

berdisintigrasi. Bahan inti berinteraksi dengan sitoplasma telur, dan kromatin

mulai merenggang. Menjelang berakhirnya perenggangan kromatin membran

inti mulai dibentuk. Bentuk ini sekarang disebut pronukleus jantan. Dari

bagian sperma lainnya hanya sentriol yang dipertahankan dan akan menjadi

aster yang berperan penting dalam mendekatkan pronukleus jantan dan

betina.

Setelah inti telur menjadi haploid dan disebut pronukleus betina, dengan

bantuan aster sperma akan bergerak ke bagian tengah telur dan mendekati

pronukleus jantan. Setelah kedua pronukleus bertemu, kedua membran

pronukleus melebur dan menyatukan kedua kromosom paternal dan matenal

di dalam satu membran. Proses ini disebut peleburan pronukleus. Segera

setelah peleburan, DNA kromosom bereplikasi sebagai persiapan untuk

pembelahan pertama (dari zigot). Dengan tersusunnya kromosom pada keping

metafase sebagai persiapan pembelahan pertama maka proses fertilisasi telah

5
berakhir dan zigot siap untuk memasuki tahap perkembangannya.

c. Monospermi dan Polispermi

Monospermi, hanya satu sperma yang masuk ke dalam telur. Pada proses

ini satu sperma haploid bersatu dengan nukleus haploid telur, agar jumlah

kromosomnya yang normal bagi suatu spesies dicapai kembali.

Polispermi, masuknya sperma dalam jumlah lebih dari satu. Pada banyak

organisme dapat menimbulkan akibat yang merugikan. Spesies-spesies hewan

telah membentuk berbagai cara untuk mencegah peleburan lebih dari dua inti

haploid. Pencegahan terjadinya polispermi terjadi melalui dua cara, yaitu cara

pencegahan cepat melalui depolarisasi membran plasma secara sementara,

kemudian diikuti cara lambat yang sifatnya lebih permanen (Sudarwati,

1990:26).

2.3. Pengertian Partenogenesis

Partenogenesis berasal dari kata parthenos yang berarti dara, dan genesis

yang berarti kejadian, kelahiran (Yatim, 1982: 132). Jadi, partenogenesis adalah

pertumbuhan embrio tanpa dibuahi sperma. Ada dua macam partenogenesis, yaitu.

a. Natural partenogenesis

Natural partenogenesis adalah partenogenesis yang berlangsung secara alam

atau normal. Terdapat pada berbagai jenis Arthropoda, seperti lebah, semut,

tawon, kutu daun, dan kutu air. Pada lebah dan tawon, telur yang dibuahi jantan

akan tumbuh jadi betina, sedang yang tak dibuahi akan tumbuh jadi jantan.

Jantan ini fertil, betinanya steril. Betina jadi pekerja, jantan untuk mengawini

ratu yang terus-menerus bertelur.

b. Artificial partenogenesis

Artificial partenogenesis adalah partenogenesis yang dilakukan secara tiruan.

6
Ini biasa dilakukan manusia dalam experiment. Partenogenesis dapat dilakukan

secara buatan di laboratorium melalui beberapa cara. Memasukkan jarum yang

telah dicelup di dalam darah merupakan salah satu cara klasik untuk

mendapatkan partenogenesis pada telur katak. Telur ini tumbuh terus sampai

menetas jadi larva, dan larva ini pun mampu bermetamorphosis sampai bentuk

dewasa. Cuma lebih lemah dan mudah mati, dibandingkan dengan katak normal.

2.4. Tahapan Pertilisasi

TAHAPAN-TAHAPAN FERTILISASI

Kapasitasi Spermatozoa dan Pematangan Spermatozoa

Perlekatan spermatozoa dengan Zona Pelucida

Penetrasi Zona Pelucida

Bertemunya Sperma dan Oosit

Aktivasi Ovum Sebelum Sperma Bertemu Oosit

Reaksi Zona untuk Menghadapi Sperma yang Masuk Setelah Penetrasi

A. Proses di sel telur

Sel-sel granulosit di bagian korteks oosit sekunder mengeluarkan senyawa

tertentu agar zona pelusida tidak dapat di tembus oleh sperma yang lainnya.

Penetrasi sperma akan merangsang sel telur untuk menyelesaikan proses meiosis

II yang menghasilkan 3 badan polar dan satu ovum (inti oosit sekunder).

B. setelah peneterasi

Setelah sperma memasuki oosit sekunder, inti atau nukleus pada kepala

sperma akan membesar dan ekor sperma akan berdegenerasi.

7
C. Pengembangan inti

Terjadi penggabungan inti sperma yang mengandung 23 kromosom (haploid)

dengan inti ovum yang mengandung 23 kromosom (haploid) sehingga

menghasilkan zigot.

2.5. Proses Terjadinya Bayi Kembar

Kembar atau anak kembar adalah dua atau lebih individu yang membagi uterus

yang sama dani tidak selalu dilahirkan dalam hari yang sama. Pada manusia, ibu

yang mengandung bayi kembar akan mengalami persalinan berganda dan masa

mengandungnya lebih singkat (34 sampai 36 minggu) daripada kehamilan bayi

tunggal. Dilihat dari asal usul zigot, terdapat dua jenis persalinan kembar, yaitu

fraternal (dizigotik) dan identik (monozigotik). Kembar dizigotik adalah hal yang

umum terjadi pada vertebrata, sementara kembar monozigotik merupakan hal yang

jarang dijumpai.

a. Kembar dizigotik atau fraternal

Kembar dizigotik (dikenal sebagai "kembar non-identik") terjadi karena

zigot-zigot yang terbentuk berasal dari sel telur yang berbeda. Terdapat lebih

dari satu sel telur yang melekat pada dinding rahim yang terbuahi oleh sel-sel

sperma pada saat yang bersamaan. Pada manusia, proses ovulasi kadang-

kadang melepaskan lebih dari satu sel telur matang ke tuba fallopi yang

apabila mereka terbuahi akan memunculkan lebih dari satu zigot. Kembar

dizigotik secara genetik tidak berbeda dari saudara biasa dan berkembang

dalam amnion dan plasenta yang terpisah. Mereka dapat memiliki jenis

kelamin yang berbeda atau sama. Kajian juga menunjukkan bahwa bakat

melahirkan kembar dizigotik diwariskan kepada keturunannya (bersifat

genetik), akan tetapi hanya keturunan perempuan/betina yang mampu

8
menunjukkannya (karena hanya perempuan/betina yang dapat mengatur

pengeluaran sel telur) (Wikipedia,2016).

b. Kembar monozigotik atau identik

Kembar monozigotik terjadi ketika sel telur tunggal terbuahi dan

membentuk satu zigot (monozigotik). Dalam perkembangannya, zigot

tersebut membelah menjadi embrio yang berbeda. Kedua embrio berkembang

menjadi janin yang berbagi rahim yang sama. Tergantung dari tahapan

pemisahan zigot, kembar identik dapat berbagi amnion yang sama (dikenal

sebagai monoamniotik) atau berbeda amnion. Lebih jauh lagi, kembar identik

bukan monoamniotik dapat berbagi plasenta yang sama (dikenal dengan

monokorionik, monochorionic) atau tidak. Semua kembar monoamniotik

pasti monokorionik. Berbagi amnion yang sama (atau amnion dan plasenta

yang sama) dapat menyebabkan komplikasi dalam kehamilan. Contohnya, tali

pusar dari kembar monoamniotik dapat terbelit sehingga mengurangi atau

mengganggu penyaluran darah ke janin yang berkembang. Kembar

monozigotik selalu berkelamin sama dan secara genetik adalah sama (klon)

kecuali bila terjadi mutasi pada perkembangan salah satu individu. Tingkat

kemiripan kembar ini sangat tinggi, dengan perbedaan kadang-kadang terjadi

berupa keserupaan cerminan. Perbedaan terjadi pada hal detail, seperti sidik

jari. Bila individu beranjak dewasa, tingkat kemiripan biasanya berkurang

karena pengalaman pribadi atau gaya hidup yang berbeda. Penelitian dari

Fraga et al. mengungkap adanya pengaruh epigenetik dalam proses yang

membedakan individu-individu yang kembar monozigotik, akibat berbedanya

gen-gen yang diaktifkan. Meskipun ada pengaruh kebiasaan atau pengalaman

yang memengaruhi perbedaan-perbedaan itu, ilmuwan beranggapan proses

9
acak lebih banyak berperan dalam perbedaan-perbedaan yang terjadi.

Perbedaan kembar fraternal dan kembar identik

Fraternal Identik
DNA beda DNA sama
Jenis kelamin bisa beda ataupun sama Jenis kelamin sama
Wajah berbeda Wajah sama
Golongan darah berbeda Golongan darah sama

Gambar 2 kembar identik dan kembar fraternal (Sumber: wikipedia,2016)

Gambar 3 bagan kembar identik dan kembar fraternal (Sumber:

10
wikipedia,2016)

Banyak faktor diduga sebagai penyebab kehamilan kembar. Selain faktor

genetik, obat penyubur yang dikonsumsi dengan tujuan agar sel telur matang

secara sempurna, juga diduga ikut memicu terjadinya bayi kembar.

Alasannya, jika indung telur bisa memproduksi sel telur dan diberi obat

penyubur, maka sel telur yang matang pada saat bersamaan bisa banyak,

bahkan sampai lima dan enam.

BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

11
1. Fertilisasi merupakan proses peleburan dua macam gamet sehingga terbentuk

suatu individu baru dengan sifat genetik yang berasal dari kedua orang tuanya.

Syarat-syarat fertilisasi adalah adanya sel telur yang matang dan siap dibuahi

oleh sperma.

2. Mekanisme fertilisasi dibedakan menjadi dua yaitu fertilisasi secara internal dan

fertilisasi secara eksternal. Fertilisasi internal terjadi di dalam tubuh hewan

betina, sedangkan fertilisasi eksternal terjadi di luar tubuh hewan betina.

3. Partenogenesis berasal dari kata parthenos yang berarti dara, dan genesis yang

berarti kejadian, kelahiran. Partenogenesis adalah pertumbuhan embrio tanpa

dibuahi sperma. Partenogenesis dibedakan menjadi dua, yaitu natural

partenogenesis dan artificial partenogenesis.

4. Kembar atau anak kembar adalah dua atau lebih individu yang membagi uterus

yang sama dani tidak selalu dilahirkan dalam hari yang sama. Dilihat dari asal

usul zigot, terdapat dua jenis persalinan kembar, yaitu fraternal (dizigotik) dan

identik (monozigotik).

3.2. Saran

1. Lebih memahami materi tentang fertilisasi

2. Lebih teliti dalam menyusun makalah

DAFTAR RUJUKAN

Sudarwati, Sri dan Lien A. Sutasurya. 1990. Dasar-Dasar Perkembangan Hewan.

Bandung: FMIPA ITB

12
Tenzer, Amy, Nursasi Handayani, Umie Lestari, Dwi Listyorini, Titi Judani, Abdul Gofur.

2001. Petunjuk Praktikum Perkembngan Hewan. Malang: FMIPA UM

Yatim, Wildan. 1982. Reproduksi dan Embryologi. Bandung: Penerbit Tarsito

Yatim, Wildan. 1990. Biologi Modern Histologi. Bandung: Penerbit Tarsito

Wikipedia.2016. Kembar. (Online), http://www.wikipedia.htm,)

13

Anda mungkin juga menyukai