Anda di halaman 1dari 118

HUBUNGAN KONTROL DIRI DAN POLA ASUH ORANGTUA

TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNNES

SKRIPSI
Disajikan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling

oleh
Tya Elok Wulandari
1301418042

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2022
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang telah tertulis dalam skripsi dengan judul
“Hubungan Kontrol Diri Dan Pola Asuh Orangtua Terhadap Perilaku Seksual
Pranikah Pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Unnes” ini adalah benar-benar
hasil penelitian dan tulisan saya sendiri, bukan orang lain, baik secara keseluruhan
maupun sebagian. Adapun terdapat pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi
ini digunakan, dikutip, ataupun dirujuk sesuai dengan kaidah dan ketentuan kode
etik ilmiah.

i
PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Hubungan Kontrol Diri dan Pola Asuh Orangtua
Terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan
UNNES” yang ditulis oleh Tya Elok Wulandari NIM 1301418042 telah
dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang pada hari Rabu tanggal 7 Desember 2022.

PANITIA:

Ketua, Sekretaris,

Dr. Dra. Sinta Saraswati, M. Pd., Kons. Mulawarman, S. Pd., M. Pd., Ph. D.
NIP. 196006051999032001 NIP. 197712232005011001

Penguji 1, Penguji 2,

Mulawarman, S. Pd., M.Pd., Ph. D. Eem Munawaroh, S. Pd., M. Pd.


NIP. 197712232005011001 NIP. 198807162015042002

Penguji 3,

Dr. Awalya, M.Pd.,Kons.


NIP. 196011011987102001

ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Manusia tidak mungkin ada yang sempurna, yang perlu dilakukan


hanyalah berusaha dan menjalani apapun sebaik mungkin, yang terpenting adalah
untuk selalu berbahagia dan menjadi manusia yang baik kepada ciptaan-Nya yang
lain”
(Tya Elok)

PERSEMBAHAN
Almamater Jurusan Bimbingan dan Konseling
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang

iii
PRAKATA

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas
segala rahmat dan kenikmatan yang telah diberikan sehingga peneliti dimampukan
untuk dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Hubungan Kontrol
Diri dan Pola Asuh Orangtua terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa
Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES” guna dijadikan sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar S1 (Sarjana Pendidikan) jurusan Bimbingan dan Konseling di
Universitas Negeri Semarang.
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Dr. Awalya, M. Pd., Kons.
selaku dosen pembimbing tugas akhir skripsi ini yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan dorongan dengan sabar dalam setiap progress penulisan
skripsi ini hingga akhirnya dapat terselesaikan.
Skripsi ini mampu ditulis oleh peneliti juga tidak terlepas dari adannya
dorongan, motivasi, semangat, masukan, dan saran dari berbagai pihak. Ucapan
terimakasih saya sampaikan kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang, Prof. Dr. S Martono, M.Si. yang telah
memberikan kesempatan dan fasilitas kepada peneliti untuk menimba ilmu di
Universitas Negeri Semarang.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, Dr. Edy
Purwanto, M.Si. yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk
melaksanakan penelitian di Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES.
3. Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling, Kusnarto Kurniawan, S. Pd., M.Pd.
yang telah menjembatani dan menyediakan fasilitas di Jurusan guna
melakukan proses penelitian.
4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling yang telah banyak
memberikan bimbingan dan ilmu yang bermanfaat.
5. Ibu dan Bapak kandung saya, Ibu Supi, Bapak Dwi Utomo, berserta seluruh
keluarga yang telah memberikan dukungan baik secara moril dan materiil.
6. Teman, sahabat, dan tutor saya, Hafidh Mazidunniam dan Lintang Titah Nastiti
yang selalu memberikan dukungan dan semangat.

iv
7. Sahabat-sahabat saya Kamilia Zahra, Dita Kamila, Farihatunnisa, dan Yohana
Yubilia yang telah membersamai dan memberi semangat selama proses
perkuliahan berlangsung.
8. Teman-teman BK UNNES Angkatan 2018, kakak tingkat, dan sahabat-sahabat
saya atas kebersamaan, saran, dan bantuan selama proses penulisan skripsi.
9. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga segala kebaikan dan pertolongan yang telah diberikan semuanya


mendapat berkah dan pahala dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis berharap karya
tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya pada dunia pendidikan.

Penulis

Tya Elok Wulandari

v
ABSTRAK

Wulandari, Tya Elok. 2022. Hubungan Kontrol Diri dan Pola Asuh
Orangtua terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa Fakultas Ilmu
Pendidikan UNNES. Skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling. Fakultas Ilmu
pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Dr. Awalya, M.Pd.,Kons.

Remaja merupakan periode terjadinya peralihan menuju dewasa dan


memiliki tugas perkembangan diantaranya yakni perkembangan heteroseksual
yang apabila mengalami kegagalan maka akan cenderung melakukan perilaku
menyimpang seperti perilaku seksual pranikah yang tidak sesuai dengan norma dan
nilai yang ada dimasyarakat. Kontrol diri yang tinggi dan pola asuh yang diberikan
orangtua mampu mencegah individu melakukan kegiatan seksual pranikah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kontrol diri dan
pola asuh orangtua terhadap perilaku seksual pranikah pada Mahasiswa Fakultas
Ilmu Pendidikan UNNES, baik secara parsial maupun secara bersama-sama. Jenis
penelitian yang dilakukan yaitu kuantitatif deskriptif studi korelasional. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa aktif FIP UNNES dengan total
sampel 350 mahasiswa yang diambil dengan menggunakan teknik proportionate
random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
kontrol diri, skala pola asuh orangtua, dan skala perilaku seksual pranikah yang
disusun berdasarkan teori dari masing-masing variabel. Metode analisis data
menggunakan analisis deskriptif dan uji hipotesis menggunakan regresi linier
berganda.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat perilaku seksual pranikah pada
mahasiswa FIP UNNES berada pada kategori sangat rendah (M = 50.36,
SD=17.20), tingkat kontrol diri pada kategori sangat tinggi (M = 106.40, SD =
7.90), dan tingkat pola asuh mahasiswa FIP UNNES berada pada kategori tinggi
(M = 89.28, SD = 7.90). Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara kontrol
diri dan perilaku seksual pranikah (t=-19.789, β =-0.749, p=0.000), sedangkan pola
asuh orangtua dengan perilaku seksual pranikah tidak terdapat hubungan yang
bermakna (t=-1.162, B=-0.044, p=0.246). Kontrol diri dan pola asuh orangtua
memiliki hubungan yang kuat terhadap perilaku seksual pranikah (R = 0.768),
kontrol diri dan pola asuh orangtua secara bersama-sama memiliki sumbangan
efektif 59% (R2 = 0.59) terhadap perilaku seksual pranikah pada Mahasiswa
Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES.

Kata Kunci: perilaku seksual pranikah, kontrol diri, pola asuh orangtua

vi
DAFTAR ISI

PERNYATAAN ................................................................................................... i

PENGESAHAN .................................................................................................. ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................................................... iii

PRAKATA ......................................................................................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................................... vi

DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 5

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ................................................................................ 8

2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 8

2.2 Perilaku Seksual Pranikah .......................................................................... 10

2.2.1 Pengertian Perilaku Seksual Pranikah ....................................................... 10

2.2.2 Bentuk Perilaku Seksual Pranikah............................................................. 11

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah .................. 12

2.2.4 Aspek dalam Perilaku Seksual Pranikah ................................................... 14

2.3 Kontrol Diri ................................................................................................ 15

2.3.1 Pengertian Kontrol Diri ............................................................................ 15

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri .................................................. 16

vii
2.3.3 Aspek Dalam Kontrol Diri ........................................................................ 17

2.3.4 Manfaat Kontrol Diri ................................................................................ 18

2.4 Pola Asuh Orangtua .................................................................................... 19

2.4.1 Pengertian Pola Asuh Orangtua ............................................................... 19

2.4.2 Jenis-jenis pola asuh Orangtua ................................................................ 20

2.4.3 Aspek-aspek Pola Asuh Orangtua ........................................................... 22

2.4.4 Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh .................................................... 23

2.5 Kerangka Berfikir ....................................................................................... 24

2.5.1 Hubungan antara Kontrol Diri dan Perilaku Seksual Pranikah ................. 24

2.5.2 Hubungan antara Pola Asuh Orangtua dan Perilaku Seksual Pranikah ..... 24

2.5.3 Hubungan antara Kontrol Diri dan Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku
Seksual Pranikah ............................................................................................... 25

2.6 Hipotesis .................................................................................................... 26

BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 32

3.1 Jenis dan Desain Penelitian ......................................................................... 32

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .............................................. 32

3.2.1 Identifikasi Variabel ................................................................................. 32

3.2.2 Hubungan Antar Variabel ......................................................................... 33

3.2.3 Definisi Operasional ................................................................................. 33

3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................... 34

3.3.1 Populasi .................................................................................................... 34

3.3.2 Sampel ..................................................................................................... 35

3.4 Metode dan Alat Pengumpulan Data ........................................................... 36

3.4.1 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 36

3.4.2 Alat Pengumpulan Data ............................................................................ 36

3.5 Validitas dan Reabilitas Instrumen.............................................................. 39

viii
3.5.1 Validitas Instrumen................................................................................... 39

3.5.2 Reliabilitas Instrumen ............................................................................... 41

3.6 Teknik Analisis Data .................................................................................. 42

3.6.2 Uji Hipotesis ............................................................................................. 44

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. ............................................................. 45

4.1 Hasil Penelitian .......................................................................................... 45

4.1.1 Hasil Deskripsi Tingkat Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa FIP
UNNES ............................................................................................................. 45

4.1.2 Hasil Deskripsi Tingkat Kontrol Diri pada Mahasiswa FIP UNNES ........ 46

4.1.3 Hasil Deskripsi Tingkat Pola Asuh Orangtua pada Mahasiswa FIP
UNNESS .......................................................................................................... 47

4.1.4 Hasil Asumsi Klasik ................................................................................. 48

4.1.5 Hasil Uji Regresi ...................................................................................... 51

4.2 Pembahasan................................................................................................ 52

4.3 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 56

BAB 5 PENUTUP. ............................................................................................ 57

5.1 Simpulan .................................................................................................... 57

5.2 Saran .......................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 59

LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 62

ix
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 3. 1 Rincian Jumlah Populasi ................................................................... 34
Tabel 3. 2 Rincian Jumlah Sampel .................................................................... 35
Tabel 3. 3 Penilaian (Scoring) Jawaban Responden ............................................ 37
Tabel 3. 4 Kisi-kisi Skala Perilaku Seksual Pranikah.......................................... 37
Tabel 3. 5 Kisi-kisi Kontrol Diri ........................................................................ 38
Tabel 3. 6 Kisi-kisi Skala Pola Asuh Orangtua ................................................... 39
Tabel 3. 7 Pengkategorian Tingkat Statistik Deskriptif Variabel Perilaku Seksual
Pranikah ............................................................................................................ 43
Tabel 3. 8 Pengkategorian Tingkat Statistik Deskriptif Variabel Kontrol Diri .... 43
Tabel 3. 9 Pengkategorian Tingkat Statistik Deskiptif Variabel Pola Asuh
Orangtua ............................................................................................................ 44
Tabel 4. 1 Tingkat Perilaku Seksual Pranikah Mahasiswa FIP UNNES
.......................................................................................................................... 45
Tabel 4. 2 Tingkat Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa FIP UNNES per
Jurusan ………………………………………………………………………...…46
Tabel 4. 3 Tingkat Kontrol Diri Mahasiswa FIP UNNES ………………….…..47
Tabel 4. 4 Tingkat Kontrol Diri Mahasiswa FIP UNNES per Jurusan ………..…47
Tabel 4. 5 Tingkat Pola Asuh Orangtua Mahasiswa FIP UNNES ……………….48
Tabel 4. 6 Tingkat Pola asuh Orangtua Mahasiswa FIP UNNES per Jurusan …...48
Tabel 4. 7 Hasil Uji Normalitas .......................................................................... 49
Tabel 4. 8 Hasil Uji Linearitas ........................................................................... 49
Tabel 4. 9 Hasil Uji Regresi Terhadap Perilaku Seksual Pranikah ...................... 51

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
Gambar 2. 1 Kerangka Berfikir Hubungan antara Kontrol Diri dan Pola Asuh
Orangtua dengan Perilaku Seksual Pranikah ...................................................... 25
Gambar 3. 1 Hubungan Antara Kontrol Diri dan Pola Asuh Orangtua dengan
Perilaku Seksual Pranikah .................................................................................. 33
Gambar 4. 1 Scatterplot hasil uji heterokedastisitas ............................................ 50

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran 1 Pedoman Wawancara Studi Pendahuluan ....................................... 63
Lampiran 2 Panduan Wawancara Mahasiswa FIP UNNES ............................... 64
Lampiran 3 Lembar Validasi Expert Judgment (Dosen Ahli) ............................ 70
Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ........................................................ 71
Lampiran 5 Instrumen Skala Penelitian ............................................................. 74
Lampiran 6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ................ 81
Lampiran 7 Tabulasi Data Penelitian................................................................. 85
Lampiran 8 Hasil Analisis Deskriptif Kuantitatif ............................................ 100
Lampiran 9 Hasil Asumsi Klasik .................................................................... 101
Lampiran 10 Hasil Uji Regresi Berganda ........................................................ 103
Lampiran 11 Surat Izin Penelitian ................................................................... 104
Lampiran 12 Link Google Form Penelitian ..................................................... 105

xii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Masa remaja adalah sebuah masa dimana terjadi perubahan terhadap emosi
dan sosial remaja. Terjadinya masa remaja pada umumnya ditandai saat individu
melalui dua tahun setelah masa pubertas mereka dan digambarkan dengan adanya
perubahan-perubahan baik secara fisik maupun pengalaman emosionalnya
(Santrock, 2007). Sarwono (2019) mendefinisikan remaja sebagai periode
terjadinya peralihan menuju masa dewasa, dimana individu perlu untuk
mempersiapkan diri untuk masa selanjutnya yang mencakup aspek kematangan
seksualnya, yang mana remaja itu sendiri memiliki dua bagian yaitu bagian remaja
awal yang memasuki usia diantara 10-14 tahun, dan bagian remaja akhir yang
berada pada usia sekitar 15 hingga 20 tahun.
Menurut Yusuf (2009) terdapat tugas-tugas perkembangan individu yang
amat sangat penting, salah satunya adalah tugas perkembangan heteroseksual
dimana individu perlu memahami peran seks dan jenis kelamin. Apabila seorang
remaja mengalami kegagalan dalam proses perkembangan dirinya maka mereka
akan cenderung melakukan perilaku yang menyimpang (delinquent) yang salah
satunya adalah kegiatan seksual pranikah. Menurut Lickona (dalam Putri, 2019)
dikatakan bahwa remaja sering kali terlibat masalah pada perilaku seks bebas yang
dapat diartikan sebagai hubungan atau tingkah laku seksual yang dilakukan oleh
lawan jenis (pria dan wanita) tanpa adanya ikatan resmi pernikahan. Hal tersebut
dapat mengakibatkan timbulnya dampak negatif bagi remaja baik secara fisik,
mental, akademik, dan sosial.
Prayitno (1995) mengatakan bahwa Bimbingan dan Konseling memiliki
tujuan umum dan khusus. Tujuan umum Bimbingan dan Konseling adalah untuk
membantu individu agar mereka mampu untuk mencapai tugas-tugas
perkembangan dengan optimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Konselor
diharapkan mampu membantu remaja dalam mengoptimalkan perkembangan yang
dalam hal ini adalah tugas perkembangan heteroseksual (memahami peran seks dan
jenis kelamin) agar mereka tidak mengalami kegagalan dalam proses berkembang

1
2

yang menyebabkan perilaku menyimpang (delinquent) yang salah satunya adalah


perilaku seksual pranikah.
Hasil penelitian Wulandari dan Muis (2014) mengenai perilaku seksual
pranikah mahasiswa teknik di Universitas Negeri Surabaya menujukkan bahwa 260
(84%) responden yang merupakan mahasiswa pernah berpegangan tangan,
sebanyak 220 (21%) mahasiswa pernah melakukan ciuman, 212 (68%) responden
pernah berpelukan, 108 (35%) mahasiswa pernah meraba bagian sensitif ditubuh,
91 (29%) melakukan kegiatan oral seks, 84 mahasiswa (27%) pernah melakukan
petting, 75 mahasiswa (24%) pernah melakukan hubungan seksual, dan 64
mahasiswa (21%) didapati melakukan kekerasan seksual.
Seorang remaja yang berhasil atau dapat memperoleh identitas diri yang
stabil akan mendapatkan suatu pandangan diri yang jelas, mengetahui kekurangan
dan kelebihan pada dirinya, penuh percaya diri, dapat mengambil keputusan yang
penting, tanggap, dan dapat mengenal perannya dalam masyarakat (Novianti,
2015). Tetapi jika remaja mengalami kegagalan pada proses pembentukan identitas
diri maka sebaliknya, mereka akan mempreoleh pandangan diri yang kurang jelas
yang menyebabkan perilaku-perilaku yang tidak sesuai, salah satunya kenakalan
remaja yang didalamnya terdapat perilaku seksual pranikah.
Perilaku seksual pranikah yang dilakukan oleh ramaja tidak sesuai dengan
norma dan nilai yang ada dimasyarakat, baik dalam norma sosial maupun agama
(Frimiana dkk, 2012). Norma dan nilai diterapkan dalam bentuk larangan atau
petunjuk dalam budaya masyarakat yang masih menganggap tabu, aib dan dosa jika
melakukan kegiatan seksual pranikah. Sehingga remaja terutama mahasiswa yang
memahami nilai-nilai dan karakter dimsayarakat diharapkan mampu menghindar
dari perilaku seksual pranikah.
Menurut penilitian Dewi (2014) yang membahas mengenai hubungan
kontrol diri dan perilaku seksual pranikah dengan responden mahasiswa
Universitas Negeri Semarang menunjukkan bahwa memiliki kontrol diri yang baik
dapat membantu individu untuk menghindari perilaku negatif seperti perilaku
seksual pranikah. Individu yang tidak terdapat kontrol diri yang baik dalam dirinya
maka akan cenderung melakukan perilaku yang tidak sesuai seperti perilaku seksual
pranikah.
3

Chaplin (2014) berpendapat bahwa kontrol diri merupakan suatu


kemampuan pada diri individu untuk mengelola tingkah laku agar tingkah laku
yang merugikan diri sendiri dapat dikurangi. Jika kontrol diri tidak dimiliki individu
dengan baik mereka akan bersikap pasif, tidak disiplin, emosional, menarik diri dan
kasar. Jika seorang individu mempunyai kontrol diri yang baik maka ia dapat
mengalihkan dorongan seksual yang ada pada dirinya kepada kegiatan-kegiatan
maupun aktivitas yang positif, sebaliknya jika ia memiliki kontrol diri yang rendah
maka mereka akan cenderung melakukan kegiatan atas dorongan seksualnya
sebelum adanya ikatan pernikahan atau kegiatan seksual pranikah.
Lingkungan keluarga juga diduga merupakan salah satu dari banyak faktor
yang dapat menyebabkan timbulnya masalah perilaku seksual pada remaja.
Menurut Kartika dan Budisetyani (2018) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
terdapat beberapa jumlah faktor yang mempengaruhi perilaku seks pranikah pada
remaja diantaranya yakni pengetahuan, teman sebaya, dan pola asuh keluarga.
Dimana pola asuh keluarga termasuk kedalam faktor yang paling berpengaruh.
Barus (dalam, Kartika dan Budisetyani 2018) berpendapat bahwa
lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang utama dan pertama bagi seorang
anak untuk berinteraksi, dan keluarga merupakan bagian terkecil dalam masyarakat
yang mempunyai fungsi utama yakni mendidik, merawat, dan melindungi anaknya
agar anak dapat berkembang hingga dewasa dengan baik. Jika orangtua mampu
mendidik dan memberikan pengetahuan terkait tingkah laku seksual kepada
anaknya, maka sang anak akan mampu mengontrol diri untuk tidak melakukan
perilaku seksual pranikah.
Djiwandono (2008) mengatakan bahwa perilaku seksual pranikah erat
kaitannya dengan pola asuh orangtua, hal tersebut dikarenakan orangtua merupakan
sumber pertama pendidikan seksual bagi anak-anaknya. Sejalan dengan Santrock
(2007) yang mendefinisikan pola asuh sebagai pola interaksi atau bagaimana sikap
dan perilaku orangtua terhadap anaknya, yang didalamnya terdapat cara orangtua
untuk mendidik anaknya sebagai indivdiu yang dewasa secara sosial.
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adawiyyah (2016)
mengenai hubungan pola asuh orangtua terhadap perilaku seksual pranikah remaja
di SMA Islam di kota Samarinda yang menunjukkan bahwa pola asuh orangtua dan
4

perilaku seksual pranikah pada remaja tidak memiliki hubungan yang signifikan
yang mempengaruhi remaja.
Studi pendahuluan yang dilakukan dengan menyebar kuesioner kepada 20
mahasiswa FIP UNNES menunjukkan bahwa 60% responden melakukan kegiatan
seksual berupa berpegangan tangan hingga 30% nya berciuman, meskipun
keseluruhan responden menyadari bahwa kegiatan seksual pranikah tidak sesuai
dengan norma agama dan sosial yang mereka yakini. Memperkuat hasil angket,
peneliti melakukan wawancara kepada 5 mahasiswa FIP UNNES dan mendapati
hasil bahwa beberapa responden mengaku pernah melakukan kegiatan seksual
pranikah seperti berpegangan tangan, berpelukan, melakukan ciuman basah dan
ciuman kering, tetapi jika sudah sampai ditahap meraba pada bagian sensitif dan
melakukan senggama itu sudah tidak dapat ditoleransi menurut norma agama dan
sosial yang diyakini oleh beberapa responden.
Sehingga berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang
hubungan kontrol diri dan pola asuh keluarga dengan perilaku seksual pra nikah
pada mahasiswa Universitas Negeri Semarang, agar dapat dijadikan sebagai dasar
dari pemberian layanan Bimbingan dan Konseling kaitannya dengan tahap
perkembangan pada mahasiswa. Sehingga hal tersebut sesuai dengan prinsip
Bimbingan dan konseling untuk membantu mahasiswa berkembang secara positif
dan optimal, serta membantu menyelesaikan permasalahan dalam bidang belajar,
karier, pribadi, dan sosial.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka dapat disusun
rumusan permasalahan pada penelitian ini yaitu:
1.2.1 Seberapa tinggi tingkat perilaku seksual pranikah pada mahasiswa FIP
UNNES?
1.2.2 Seberapa tinggi tingkat kontrol diri yang dimiliki mahasiswa FIP UNNES?
1.2.3 Seberapa tinggi tingkat pola asuh orangtua pada mahasiswa FIP UNNES?
1.2.4 Apakah terdapat hubungan antara kontrol diri dengan perilaku seksual
pranikah pada mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang?
5

1.2.5 Adakah hubungan antara pola asuh orangtua dengan perilaku seksual
pranikah pada mahasiswa FIP Universitas Negeri Semarang?
1.2.6 Adakah hubungan antara kontrol diri dan pola asuh orangtua dengan perilaku
seksual pranikah pada mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah disusun maka dapat
diketahui bahwa tujuan dari penelitian ini ialah:
1.3.1 Untuk menganalisis tingkat perilaku seksual pranikah pada mahasiswa FIP
UNNES
1.3.2 Untuk menganalisis tingkat kontrol diri pada mahasiswa FIP UNNES
1.3.3 Untuk menganalisis tingkat pola asuh orangtua pada mahasiswa FIP UNNES
1.3.4 Untuk menganalisis adakah hubungan kontrol diri dengan perilaku seksual
pra nikah pada mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES.
1.3.5 Untuk menganalisis adanya hubungan antara pola asuh orangtua dengan
perilaku seksual pra nikah pada mahasiswa FIP Universitas Negeri
Semarang.
1.3.6 Untuk menganalisis hubungan kontrol diri dan pola asuh orangtua dengan
perilaku seksual pra nikah pada mahasiswa FIP UNNES.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan mampu memiliki manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis yang diantaranya adalah:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil dari penelitian ini diharapkan untuk memiliki manfaat
untuk dapat memberikan wawasan tambahan terkait perilaku seksual pranikah,
kontrol diri, dan pola asuh orangtua bagi masyarakat pada umumnya, terkhusus
pada ilmu Bimbingan dan Konseling.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Pusat Pengembangan Karier dan Bimbingan Konseling UNNES
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan dan
pemahaman yang dapat dijadikan bahan kajian dalam penyusunan layanan
preventif dan kuratif oleh pusat pengembangan karir dan bimbingan konseling
6

Universitas Negeri Semarang yang berkenaan dengan perilaku seksual pranikah


pada mahasiswa.
1.4.2.2 Bagi peneliti selanjutnya
Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan untuk dapat dijadikan referensi
dan bahan perbandingan dalam pengembangan penelitian mengenai kontrol diri,
pola asuh orangtua, dan perilaku seksual pranikah bagi peneliti selanjutnya.
1.4.2.3 Bagi Konselor di Perguruan Tinggi
Konselor di perguruan tinggi diharapkan untuk senantiasa meningkatkan
kualitas dan profesionalisme dalam memberikan layanan Bimbingan dan Konseling
terkait kontrol diri dan perilaku seksual pranikah. Konselor juga diharapkan mampu
merancang program Bimbingan dan Konseling yang lebih menarik guna
mengoptimalkan perkembangan individu agar tidak berperilaku menyimpang
seperti perilaku seksual pranikah.
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu


Dalam penelitian kali ini diperlukan kajian dari beberapa literatur guna
memperkuat teori yang akan digunakan. Adapun kajian literatur yang digunakan
diantaranya yaitu buku, artikel jurnal, dan skripsi yang memiliki keterkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan. Sehingga kajian literatur ini dapat dipakai sebagai
bahan acuan dan pegangan dalam penulisan teori.
Menurut penilitian oleh Dewi (2014) terkait dengan kontrol diri dan
perilaku seksual pranikah dengan responden mahasiswa Universitas Negeri
Semarang mendapatkan pemahaman bahwa kontrol diri yang tinggi mampu
membantu individu untuk menghindari perilaku negatif seperti perilaku seksual
pranikah. Individu yang memiliki kontrol diri yang tinggi mampu untuk
mengarahkan perilakunya menuju kearah yang positif sehingga dapat menghindari
perilaku seksual pranikah.
Menurut penelitian Love (2006) yang berkaitan dengan kontrol diri dan
perilaku seksual terlarang menunjukkan bahwa kontrol diri memberikan kontribusi
yang signifikan negatif secara statistik terhadap perilaku seksual terlarang. Kontrol
diri yang rendah merupakan prediktor terhadap perilaku seksual terlarang. Hal
tersebut dapat didefinisikan bahwa semakin tinggi kontrol diri yang dimiliki
individu maka perilaku seksual terlarangnya akan semakin rendah, sebaliknya jika
individu memiliki kontrol diri yang rendah maka perilaku seksualnya akan
cenderung tinggi.
Berdasarkan penelitian Hope dan Chapple (2004) terkait dengan kontrol
diri, pola asuh orang tua, dan perilaku seksual remaja menunjukkan bahwa
responden dengan tingkat kontrol diri yang lebih tinggi cenderung tidak memulai
aktivitas seksual. Kontrol diri juga dapat memediasi efek dari pola asuh orangtua
yang didalamnya terdapat (pengawasan, keterikatan, dan usia ibu saat pertama kalu
berhubungan seks) terhadap perilaku seksual remaja.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Hutahaean, dkk (2020) terkait
analisis pola asuh, kontrol diri sebagai faktor kenakalan remaja menunjukkan

8
9

bahwa pola asuh merupakan faktor yang dapat mempengaruhi tingkah laku remja.
Pola asuh yang buruk dapat membentuk kenakalan remaja, dimana pemberian
pengasuhan yang semakin buruk maka dapat menyebabkan kenakalan remaja yang
semakin meningkat pula. Kontrol diri memiliki peran sebagai faktor menurunnya
dampak kenakalan remaja akibat pemberian pola asuh yang tidak baik.
Menurut penelitian oleh Sya’diyah dan Duryati (2019) yang terkait
hubungan kontrol diri dan perilaku seksual remaja menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang negatif antara kontrol diri dan perilaku seksual pada remaja di kota
Pariaman. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin baik tingkat kontrol diri
yang dimiliki oleh remaja maka akan semakin rendah perilaku seksual remaja.
Menurut penelitian oleh Kartika dan Budisetyani (2018) yang membahas
mengenai hubungan pola asuh dengan perilaku seksual pranikah pada remaja di
Denpasar dan Badung menunjukkan bahwa pola asuh orang tua merupakan salah
satu faktor yang dapat menyebabkan perilaku seksual pranikah pada remaja.
Perilaku dan apa yang orang tua ajarkan kepada anak mengenai pendidikan
seksualitas dapat secara langsung menjadi pengaruh terhadap perilaku seksual
pranikah pada anak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2019) mengenai
hubungan pola asuh otoratif dan kontrol diri dan sikap remaja terhadap perilaku
seks bebas dikemukakan bahwa pola asuh yang diberikan oleh orangtua kepada
anak sangat menentukan pembentukan karakter anak. Remaja yang memiliki
karakter yang baik dapat mengontrol dirinya untuk dapat menilai perbuatan yang
baik atau tidak dalam perbuatannya dan dapat menghindarkan diri pada perbuatan
seksual pranikah.
Berdasarkan penelitian Aspy, dkk (2007) mengenai komunikasi orang tua
dan perilaku seksual remaja di kota Midwestern dan Oklahoma AS menunjukkan
bahwa remaja yang memiliki komunikasi yang baik dengan orang tua mereka
terkait apa yang benar dan salah dalam perilaku seksual akan cenderung menunda
kegiatan seksual pranikah. Orang tua yang memberikan pengasuhan dengan
pemberian aturan yang jelas dan signifikan kepada anak maka sang anak akan
cenderung tidak melakukan kegiatan seksual pranikah.
10

Berdasarkan penelitian oleh Rahman, dkk (2012) mengenai faktor yang


berkaitan dengan perilaku seksual pranikah remaja sekolah di Kelantan Malaysia,
menunjukkan bahwa pengasuhan dan hubungan antara orangtua dan anak adalah
salah satu hal yang memiliki pengaruh besar dalam membentuk perilaku remaja.
Dalam penelitian ini disebutkan bahwa remaja yang memiliki hubungan yang baik
dengan orangtua cenderung tidak bersifat permisif yang diantaranya yakni
melakukan hubungan seksual pranikah.
Sejalan dengan penelitian Cox, dkk (2015) mengenai faktor lingkungan
yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja awal yang dilakukan di Amerika
Serikat menunjukkan bahwa sikap dan perilaku orangtua terhadap anak merupakan
faktor terjadinya perilaku seksual pranikah pada remaja. Semakin baik hubugan
yang dibangun antara orangtua dan remaja yang ditandai dengan adanya perhatian
orangtua, komunikasi terbuka, dan pemberian perhatian dengan baik, maka
semakin kecil kemungkinan seorang remaja untuk melakukan hubungan seksual
pranikah.
Berdasarkan pada beberapa penelitain terdahulu mengenai kontrol diri, pola
asuh orangtua dan perilaku seksual pranikah remaja diatas dapat dijadikan sebagai
pendukung dan memperkuat penelitian yang akan dilaksanakan. Secara umum
beberapa penelitian terdahulu masih membahas dua variabel antara kontrol diri dan
perilaku seksual pranikah atau pola asuh orangtua dan seksual pranikah remaja.
Sehingga peneliti ingin meneliti mengeni hubungan antara ketiga variabel tersebut
yakni kontorl diri, pola asuh orangtua dan perilaku seksual pranikah remaja pada
mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES.

2.2 Perilaku Seksual Pranikah


2.2.1 Pengertian Perilaku Seksual Pranikah
Sarwono (2019) mendefinisikan perilaku seksual pranikah sebagai sebuah
tindakan yang didorong karena terdapat hasrat seksual dalam diri individu. Hasrat
seksual tersebut kemudian dilakukan melalui tindakan dalam bermacam bentuk
seperti perasaan tertarik, berpacaran, berciuman, hingga bersenggama yang
dilakukan dengan lawan jenis maupun sesama jenis saat mereka masih belum
memiliki ikatan yang sah dalam bentuk pernikahan.
11

Menurut Chaplin (dalam, Khairunnisa 2013) perilaku seksual pranikah


adalah suatu hasil dari tindakan, perasaan, dan emosi yang berkaitan dengan
seksualitas atau terangsangnya alat kelamin individu. Kegiatan seksual tersebut
dilakulan oleh individu dengan lawan jenis maupun sejenis tanpa adanya sebuat
ikatan pernikahan yang sah menurut agama maupun hukum yang berlaku di
masyarakat.
Menurut Kartika dan Budisetyani (2018) perilaku seksual pranikah
merupakan segala bentuk tindakan atau perilaku yang bersumber dari adanya hasrat
seksual yang disalurkan ataupun dilakukan bersama dengan lawan jenis maupun
sejenis tanpa adanya ikatan resmi baik secara agama, hukum, maupun kepercayaan
masing-masing seperti pernikahan. Sejalan dengan Darmasih (dalam, Arviyah
2012) perilaku seksual pranikah didefinisikan sebagai tindakan seksual yang
dilakukan tanpa adanya suatu proses pernikahan yang dikatakan sah ataupun resmi
baik menurut agama, hukum, dan kepercayaan masing-masing.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikatakan bahwa perilaku seksual
pranikah adalah suatu tindakan individu yang mengarah pada perbuatan seksual
yang dilakukan kepada lawan jenis maupun sejenis, mulai dari bersentuhan,
ciuman, berpelukan, hingga bersenggama. Hubungan tersebut dilakukan sebelum
adanya ikatan hubungan sacara resmi dan sah menurut hukum, agama, dan
ketentuan yang berlaku.

2.2.2 Kategori Perilaku Seksual Pranikah


Perilaku seksual pranikah pada remaja didalamnya memiliki kategori.
Sarwono (2019) menyebutkan bahwa terdapat beberapa kategori perilaku seksual
pranikah yang dilakukan oleh remaja, yang diantaranya adalah:
1. Berpelukan dan berpegangan tangan, atau bisa dikatakan sebagai
bersentuhan, merupakan kegiatan saling membelai tangan dan
menggandeng tangan seseorang ataupun kegiatan memeluk dan
mendekap dengan meraihnya menggunakan dua tangan yang
dilingkarkan ketubuh seseorang.
2. Berciuman, merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan saling
menempelkan bagian tertentu seperti bibir, kening, dan pipi kepada
pasangan hinggga menumbuhkan rangsangan seksual.
12

3. Meraba bagian payudara pasangan, merupakan kegiatan meletakkan


telapak tangan pada payudara pasangan hingga merasakan suatu
rangsangan.
4. Meraba alat kelamin, merupakan kegiatan menyentuh alat kelamin
pasangan menggunakan tangan hingga merasakan suatu rangsangan.
5. Berhubungan badan atau bersenggama, merupakan kegiatan yang
dilakukan dengan menyatukan alat kelamin laki-laki dan perempuan.
Kategori perilaku seksual pranikah yang dijabarkan menurut Boyke (dalam
Arviyah, 2012) diantaranya adalah:
1. Kissing, merupakan kegiatan mencium bagian tubuh pasangan seperti
pipi, bibir, leher, dan kening.
2. Necking, adalah tindakan memberikan rangsangan seksual di bagian
leher dan dan sekitarnya kepada pasangan.
3. Petting, yaitu kontak fisik diantara pasangan untuk meningkatkan gairah
dengan meraba bagian tubuh sensitif pasangan seperti payudara dan alat
kelamin.
4. Intercourse, merupakan tindakan seksual yang dari seorang laki-laki
dan perempuan dengan menyatukan alat reproduksi mereka untuk
memperoleh kepuasan seksual.
Muslikah, dkk (2013) mengatakan bahwa sikap remaja yang melakukan
perilaku seksual pranikah ditunjukkan dengan remaja yang cenderung melakukan
aktivitas seksual pada diri sendiri yang meliputi: a) masturbasi; b) fantasi seksual;
dan c) melihat gambar porno atau melakukan perilaku seksual dengan orang lain
yang meliputi a) kissing; b) necking; c) petting; dan d) intercourse.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa kategori dalam perilaku seksual
pranikah antara lain adalah berpelukan, berpegagan tangan, berciuman, meraba
bagian sensitif, dan bersenggama yang dilaksanakan oleh individu dengan lawan
jenis tanpa adanya ikatan pernikahan.

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Pranikah


Pada fase Perilaku seksual pranikah dapat terjadi pada beberapa remaja
karena adanya beberapa faktor yang dapat mempengaruhi, menurut Sarwono
(2019:187), faktor-faktor tersebut diantaranya adalah:
13

1. Meningkatnya libido seksualitas. Terjadinya perubahan hormonal pada


diri individu yang dapat membuat perilaku mengarah pada penyaluran
hasrat seksual
2. Penundaan usia perkawinan. Di Indonesia sendiri secara hukum telah
telah ditentukan terkait batasan usia pernikahan. Secara sosialpun
terkadang banyak sekali tuntutan-tuntutan yang tinggi mengenai
persyaratan untuk menikah yang diantaranya merupakan tuntutan
pendidikan, tuntutan pekerjaan, perlunya persiapan mental dan yang
lainnya.
3. Larangan yang tabu untuk melakukan perilaku seksual pranikah.
Adanya larangan-larangan yang tabu dimasyarakat membuat remaja
yang tidak mampu untuk menahan dirinya akan cenderung melakukan
pelanggaran aturan larangan-larangan tersebut.
4. Kurangnya informasi mengenai seks dan canggihnya teknologi akan
menyebarkan informasi yang dapat menciptakan rangsangan seksual
melalui media masa
5. Orangtua yang tidak terbuka dengan anaknya terkait hal-hal yang
berbau seks dan maraknya pergaulan yang semakin bebas.
Menurut Farisa, dkk (2013) terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja yakni a) adanya kesempatan
untuk melakukan hal tersebut; b) adanya keinginan atau dorongan untuk
menyalurkan hasrat seksual akibat dari meningkatnya hormon seksual; c) pola asuh
orangtua yang cenderung permisif; dan d) pengaruh lingkungan teman sekitar.
Qomarasari (2015) juga berpendapat bahwa terdapat faktor utama yang dapat
mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja yakni pengetahun,
sedangkan faktor-faktor yang lain diantaranya yaitu hubungan individu dengan
orangtua, pengaruh dari media yang mengandung pornografi seperti internet,
komik, buku, televisi, dan pengaruh teman sebaya.
Berdasarkan uraian pedapat para ahli maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja
diantaranya adalah meningkatnya libido seksualitas, pengaruh lingkungan, pola
asuh orangtua, kurangnya pengetahuan mengenai tindakan seksual pranikah, media
14

masa yang mengandung pornografi baik media cetak maupun media digital, dan
pengaruh teman sebaya.

2.2.4 Aspek dalam Perilaku Seksual Pranikah


Terdapat tujuh Aspek-aspek perilaku seksual pranikah menurut
Loekmono (dalam Arviyah, 2012) dibagi menjadi lima, yang diantaranya yakni: a)
aspek biologis, dimana individu berhubungan dengan menggunakan alat
reproduksinya untuk aktivitas seksual; b) aspek psikologis, yakni berkaitan dengan
tugas perkembangan dan pemenuhan kebutuhan pokok, seperti dicintai,
menyayangi, dan kebahagiaan; c) aspek etika dan moral yang berhubungan dengan
norma dan adat istiadat yang berlaku di daerah tempat tinggal; d) aspek religius,
dimana seksualitas harus berpatok pada sisi agama; e) aspek sosial, yang berkaitan
berkaitan dengan pembentukan hubungan sosial dimasyarakat.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khotimah, dkk (2019) terkait
studi fenomenologis seksual pranikah pada mahasiswa menunjukkan hasil bahwa
aspek pengalaman seks pranikah terdiri dari:
1. Aspek psikologis, dimana individu mulai dapat mengendalikan seks,
pencapaian prestasi, petualangan, dan luapan emosional akan keinginan
yang terpendam.
2. Aspek fisik. Individu yang sudah melakukan hubungan seksual pranikah
merasakan perubahan pada aspek fisik berupa orgasme, badan menjadi
lebih segar, otot-otot menjadi rileks, hingga pecahnya selaput dara pada
perempuan.
3. Aspek moral, yang berkaitan dengan norma dan moral yang berlaku di
masyarakat. Biasanya individu yang melakukan seksual pranikah akan
merasa bersalah kepada diri sendiri, orangtua, maupun lingkungan, serta
merasa berdosa akibat melakukan larangan tuhan.
Berdasarkan paparan tersebut maka dapat dijelaskan bahwa aspek-aspek
perilaku seksual pranikah terdiri dari aspek psikologis yang berkaitan dengan
pengembangan diri, aspek fisik, aspek etika dan moral yang berlaku di daerah atau
tempat tinggal, aspek religiusitas, dan aspek sosial yang berkaitan dengan hubungan
di masyarakat.
15

2.2.5 Dampak Perilaku Seksual Pranikah


Terdapat berbagai macam dampak yang negatif jika individu melakukan
perilaku seksual pranikah, Santrock (2007) mengutarakan bahwa dampak tersebut
diantaranya terdapat dampak fisiologis dan sosio-psikologis. Dampak fisiologis
yang didapatkan dari tindakan seksual pranikah diantaranya kehamilan yang tidak
dikehendaki, adanya aborsi, serta resiko terkena penyakit menular seksual seperti
HIV/AIDS apabila individu melakukan hubungan seksual sebelum menikah dengan
bergonta-ganti pasangan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dan Muis (2014)
terdapat dampak fisik, psikologis, dan sosial pada remaja yang melakukan kegiatan
seksual pranikah. Dampak fisik tersebut diantaranya terjadinya cedera fisik setelah
melakukan hubungan seksual, dampak psikologis yakni munculnya perasaan takut
dan cemas karena melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan aturan yang
berlaku di masyarakat, sedangkan dampak sosialnya adalah merasa dikucilkan.
Lestari (dalam Qomariyah, 2020) mengatakan bahwa terdapat dampak
buruk yang diakibatkan olah perilaku seksual pranikah remaja, diantaranya adalah
terjadinya kehamilan diluar nikah yang nantinya dapat mengakibatkan tindakan
aborsi, dan penyakit menular seksual. Dampak negatif tersebut tidak hanya akan
dirasakan oleh remaja tersebut, tetapi hal tersebut juga akan dirasakan oleh keluarga
dan masyarakat sekitar.
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dijelaskan bahwa perilaku seksual
pranikah memiliki dampak yang negatif berupa dampak fisik seperti cedera setelah
melakukan hubungan seks maupun tertular penyakit seksual, dampak psikologis,
seperti rasa bersalah, takut, ataupun cemas, dan dampak sosialogis dimana pelaku
tindakan seksual pranikah akan dipandang berbeda oleh masyarakat.

2.3 Kontrol Diri


2.3.1 Pengertian Kontrol Diri
Chaplin (2014) berpendapat bahwa kontrol diri merupakan suatu
kemampuan pada diri individu untuk mengelola tingkah laku agar tingkah laku
yang merugikan diri sendiri dapat dikurangi. Averill (1973) mendefinisikan kontrol
diri (self control) adalah pola dalam diri dalam proses yang saling terikat satu sama
lain yang terdiri dari behavior control, cognitive control, dan dessicion control yang
16

dimiliki seseorang untuk dapat mengarahkan perilaku kearah hasil yang diinginkan,
atau bisa disebut dengan personal kontrol. Sehingga kotrol diri didefinisikan
sebagai kemampuan untuk mengontrol tingkah lakunya sendiri, atau kekuatan
untuk dapat mengurangi atau menghilangkan tingkah laku yang intuitif sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi individu.
Goldfried dan Merbaum (dalam Ghufron dan Risnawita, 2012) mengatakan
bahwa self control adalah sebuah konsep dimana terdapat atau tidaknya
kemampuan seseorang untuk dapat mengatur perbuatannya dengan cara dan teknik
yang digunakan yang dilandaskan pada konsekuensi perbuatannya nanti. Ghufron
dan Risnawita (2012) menyimpulkan bahwa kontrol diri adalah kolaborasi diantara
kontrol perilaku, kontrol kognitif, dan kontrol keputusan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa kontrol diri adalah respon individu secara terhadap suatu stimulus dengan
mengolah infomasi yang tidak diinginkan yang mana akan membuahkan hasil
berupa suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini.
Karniyanti dan Lestari (2018) mendefinisikan kontrol diri sebagai suatu
kemampuan individu dalam merangkai, mengolah, mengatur, dan mengontrol
tingkah laku individu menuju tindakan yang positif yang didalamnya terdapat
kontrol diri, kontrol kognitif, dan kontrol keputusan. Baumesiter & Tice (dalam
Zulfikar, 2018) berpendapat bahwa kontrol diri merupakan suatu kapasitas individu
untuk dapat mengelola respon yang diperoleh dan mengarahkan perilaku mereka
kepada tindakan yang diyakini (nilai, ideologi, moral).
Berdasarkan uraian diatas dapat diartikan bahwa kontrol diri merupakan
kemampuan seseorang untuk dapat mengatur dan mengolah tingkah lakunya sendiri
menuju kearah yang positif dan menghilangkan perilaku negatif berdasarkan norma
dan nilai yang dianut atau diyakini seperti nilai, ideologi, dan moral.

2.3.2 Faktor yang Mempengaruhi Kontrol Diri


Terdapat beberapa faktor-faktor yang dapay mempengaruhi kontrol diri
dalam diri individu menurut Ghufron & Risnawita (2012), diantaranya yaitu:
1. Faktor internal
Faktor internal adalah suatu faktor yang bersumber dari dalam individu
itu sendiri, seperti kematangan kognitif, kepribadian, wawasa,
17

ketertarikan, minat, dan usia, dimana semakin bertambah usia sesorang


maka semakin mampu pula individu untuk mengontrol dirinya tersebut.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah suatu faktor dari luar yang dapat mempengaruhi
kontrol diri, yang salah satunya adalah lingkungan keluarga. Karena
kondisi lingkungan keluarga dapat mempengaruhi anak dalam
melakukan self control.
Hurlock (dalam Karniyanti & Lestari, 2018) mengklasifikasikan faktor yang
mempengaruhi kontrol diri menjadi dua, yang diantaranya yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal tersebut adalah faktor yang berasal dari dalam diri
individu tersebut yang salah satunya adalah usia, dimana semakin bermatangnya
usia maka semakin matang juga kemampuan seseorang untuk dapat mengontrol
dirinya. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi kontrol
diri individu yang berasal dari luar seperti pengaruh lingkungan keluarga maupun
lingkungan pertemanan.
Sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi
kontrol diri suatu individu yaitu faktor internal yaitu usia seseorang dan
kematangan secara psikologis, dan faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga.

2.3.3 Aspek Dalam Kontrol Diri


Averill (1973) mengklasifikasikan aspek-aspek kontrol diri menjadi tiga,
yang diantaranya dijabarkan sebagai berikut:
1. Behavioral Control, adalah kesiagaan suatu respon yang secara
langsung dapat diberikan untun memberikan dampak atau modifikasi
pada suatu keadaan yang tidak memuaskan. Kontrol perilaku dibedakan
menjadi dua yaitu kemampuan dalam mengatur pelaksanaan dimana
individu dapat memutuskan siapa yang mengendalikan situasi (dirinya
atau orang lain) dan kemampuan membuat stimulus, dimana individu
dapat mengetahui cara dan waktu menghadapi stimulus yang tidak
diinginkan.
2. Cognitive Control, adalah kemampuan memilah informasi yang tidak
dikehendaki dengan mengartikan, membandingkan, atau
menghubungkan suatu kejadian menjadi kerangka kognitif sebagai
18

adaptasi psikologis. Terdapat dua komponen dalam kontrol kognitif,


yaitu kemampuan memperoleh informasi dimana individu dapat
mengantisipasi baik atau tidaknya keadaan dengan mempertimbangkan
secara objektif pada suatu informasi yang didapat, dan kemampuan
melakukan penilaian, dimana individu membandingkan dan
mengartikan suatu peristiwa tertentu dengan melihat nilai-nilai positif
secara objektif.
3. Decision Control, adalah kemampuan mendapatkan hasil atau tujuan
yang diinginkan. Hal ini dapat berperan dengan baik apabila individu
memiliki hak dan kebebasan untuk memilih suatu tindakan.
Ghufron dan Risnawita (2012) mengkategorikan aspek-aspek kontrol diri
yang terdiri dari (a) kontrol perilaku, (b) kontrol kognitif, dan (c) kontrol
pengambilan keputusan. Ketiga aspek tersebut dapat memunculkan kemampuan-
kemampuan diri yang diantaranya adalah untuk mengontrol dan situasi maupun
keadaan, kemampuan mengolah stimulus untuk memahami kapan dan bagaimana
stimulus yang tidak diinginkan untuk dihadapi, keahlian mengantisipasi suatu
peristiwa atau kejadian, kemampuan menafsirkan peristiwa dengan melihat segi-
segi sisi positif secara subjektif dan keahlian mengambil keputuasan yang
didasarkan pada sesuatu yang diyakini.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kontrol diri
memiliki aspek-aspek yang diantaranya adalah: a) kontrol kognitif (cognitive
control) merupakan kemampuan individu untuk dapat mengolah dan memilah
informasi dengan mempertimbangkan informasi dari segi positif; b) kontrol
perilaku (behavioral control) yakni kemampuan untuk dapat menghadapi stimulus
yang ada kearah yang positif; dan c) kontrol pengambilan keputusan (decision
control) kemampuan untuk mengambil keputusan didadarkan pada suatu yang
diyakini.
2.3.4 Manfaat Kontrol Diri
Manfaat kontrol diri menurut Heni (2013) adalah jika individu dapat
mengontrol perilaku dapat mengendalikan perilakunya dalam segala hal dengan
kegiata atau aktivitas yang positif dan tidak sia-sia. Aini dan Mahardiyani (2011)
juga mengatakan bahwa individu yang mempunyai kontrol diri kuat dapat
19

mengelola waktu dan mengatur tingkah laku utama yang mengarah pada
konsekuensi positif.
Menurut Messina (dalam Purnami, 2014) mengatakan bahwa terdapat
beberapa manfaat kontrol diri, diantaranya yaitu:
1. Memberi batasan perhatian pada orang lain.
2. Mampu memberikan batas ambisi individu untuk mengontrol orang lain
dan lingkungan.
3. Mencegah individu berperilaku negatif.
4. Dapat membantu individu memenuhi kebutuhannya secara harmonis.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kontrol diri
memiliki manfaat positif bagi individu untuk mengendalikan tingkah lakunya
dalam segala hal, dapat mengalihkan dan mengelola perilaku utama yang mengarah
pada konsekuensi positif, dapat membatasi perilaku negatif. Dalam penelitian ini
diharapkan kontrol diri remaja dapat bermanfaat bagi individu dalam menghindari
perilaku menyimpang seperti perilaku seksual pranikah.

2.4 Pola Asuh Orangtua


2.4.1 Pengertian Pola Asuh Orangtua
Santrock (2007) mendefinisikan pola asuh sebagai pola interaksi atau
bagaimana sikap dan perilaku orangtua terhadap anaknya, yang didalamnya
terdapat cara orangtua untuk mendidik anaknya sebagai indivdu yang dewasa
secara sosial. Apabila anak mendapatkan pengasuhan yang tidak baik dari orangtua
nya maka hal tersebut akan berdampak pada akhlak anak itu sendiri. Baumrind
(dalam Miller & Neumeister, 2017) mengatakan bahwa pola asuh orangtua
merupakan cara orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak yang sangat memiliki
peran yang penting terhadap perkembangan sang anak baik secara sikap,
kepribadian, dan perilaku anak dalam kehidupannya di keluarga dan masyarakat.
Menurut Casmini (dalam Utami, 2017) mendefinisikan bahwa pola asuh
adalah cara orangtua memperlakukan, mendisiplinkan anak, mengajarkan mereka
tentang norma, dan mendidik anak, serta membimbing mereka dalam proses untuk
menuju dewasa nanti. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bahwa pola
adalah model, sistem, atau cara kerja. Sedangkan Asuh adalah menjaga, merawat,
mendidik, membimbing, membantu, melatih, dan sebagainya.
20

Menurut Subqi (2019) pola asuh orangtua adalah suatu bentuk dari
pengasuhan orangtua yang berikatan dengan pembentukan kepribadian,
ketrampilan, dan kecerdasan yang diberikan oleh orangtua kepada anak baik berupa
suatu hadiah (reward) atau hukuman (punishment). Orangtua sendiri memiliki
peran yang sangat penting bagi anak dalam keluarga untuk dapat mendidik,
menjaga, dan mengsasuh anak menuju perkembangan yang optimal saat dewasa
nanti.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa pola asuh orang tua adalah sebuah pola pengasuhan yang diberikan kepada
anak oleh orangtua dimana orangtua memiliki kewajiban untuk melindungi,
mendidik anak, menyayangi anak dengan sepenuh hati, mendukung anak dalam
proses menuju dewasa, dan menanamkan kepada anak mengenai norma dan nilai
yang berlaku di masyarakat. Apabila pengasuhan yang diberikan oleh orangtua
kepada anak baik, maka hal tersebut akan menjadikan anak sebagai indivu yang
baik pula.
2.4.2 Jenis-jenis pola asuh Orangtua
Baumrind (dalam Miller & Neumeister, 2017) mengklasifikasikan pola asuh
orangtua kedalam tiga jenis, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pola asuh otoriter, merupakan pola asuh yang diberikan orangtua dengan
adanya tuntutan yang tinggi kepada anak dengan mengharuskan anak untuk
memiliki kepatuhan dan rasa hormat yang tinggi, apabila anak tidak sesuai
maka orangtu akan cenderung menghukum.
2. Pola asuh otoratif, ialah pola asuh orangtua yang diberikan kepada anak
dengan memantau perilaku dan menerapkan bentuk disipin dengan tidak
memberikan punishment atau hukuman disaat anak tidak memenuhi standar
perilaku yang ditetapkan dan tetap menghargai sudut pandang anak.
3. Pola asuh permisif, merupakan orangtua yang memiliki kontrol lemah pada
aturan-aturan yang mereka berikan untuk anak. Orangtua tidak memberikan
tuntutan-tuntutan yang tinggi terhadap anak mereka dan cenderung
menuruti apa saja keinginan anak.
21

Tedapat beberapa jenis-jenis pola asuh, beberapa diantaranya terdapat jenis


pola asuh yang sering diterapkan oleh kebanyakan masyarakat di Indonesia
menurut Dariyo dan Rahaditya (2017), yang diantaranya adalah:
1. Pola asuh otoriter, dimana orangtua melakukan tindakan sesukanya, anak
dituntut untuk menurut dan dilarang untuk membantah apa saja yang
dikatakan oleh orangtua. Sehingga anak akan cenderung memiliki sikap
yang sehingga dia memiliki inisiatif yang kurang, perasaan takut tinggi,
tidak confiedent, rasa cemas tinggi, rendah diri dan minder dalam pergaulan.
2. Pola asuh permisif atau children centered, dimana orangtua menuruti segala
kemauan anak dan orangtua memperbolehkan apa saja yang dilakukan oleh
anak. Pola asuh ini menjadikan anak cenderung bersikap semena-mena,
bebas, mandiri, kreatif, dan kurang disiplin dengan aturan yang ada.
3. Pola asuh demokratis, yang mana orangtua dan anak bersama-sama dalam
membuat keputusan dan mempertimbangkan segala hal dalam keluarga.
Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab dengan pengawasan
orangtua yang dapat dipertanggung jawabkan. Keungulan dari pola asuh ini
adalah anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai orang lain,
bertanggung jawab atas segala tindakan-tindakanya, tidak munafik, dan
jujur.
Subqi (2019) juga berpendapat bahwa pola asuh orangtua memiliki
beberapa jenis yang dikategorikan menjadi tiga, diantaranya yaitu: a) pola asuh
otoriter, dimana orang tua sangat otoriter dalam menentukan segala bentuk aturan
dan kewajiban kepada anak dan sang anak diwajibkan untuk mematuhi dan
melaksanakan aturan tersebut; b) pola asuh permisif, dimana orangtua
membebaskan anak melakukan apapun yang mereka kehendaki tanpa memberikan
bimbingan kepada anak; dan c) pola asuh demokratis, adalah dimana orangtua
bersama dengan anak mendiskusikan setiap keputusan atas apa yang akan
dilakukan oleh anak.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pola asuh
orangtua memiliki beberapa jenis yang diantaranya adalah pola asuh otoriter, pola
asuh otoratif, pola asuh permisif, dan pola asuh demokratis. Pada setiap jenis pola
22

asuh memiliki karakteristik masing-masing yang diterapkan orangtua kepada


anaknya.
2.4.3 Aspek-aspek Pola Asuh Orangtua
Berdasarkan pada jenis-jenis pola asuh orang tua yang diantaranya adalah
pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif yang dapat
menunjukkan perilaku dan sikap orangtua pada anak mereka. Baumrind (dalam
Zulfikar, 2018) mengatakan terdapat beberapa aspek-aspek pola asuh orangtua
menurut yang diantaranya yaitu:
1. Kontrol orangtua
Kontrol orangtua merupakan suatu usaha orangtua yang membatasi pola
asuh anak untuk mencapai perilaku sesuai tujuan dan sasaran yang
diinginkan. Hal ini juga dapat disebut sebagai cara orangtua untuk dapat
mengatur aktivitas anak dengan memberikan peraturan-peraturan yang
perlu ditaati anak dengan sadar dan tanggung jawab, sehigga anak memiliki
perilaku yang sesuai dengan tujuan.
2. Tuntutan kedewasaan
Tuntutan kedewasaan merupakan sebuah usaha orangtua untuk dapat
mendidik anaknya mandiri saat dewasa nanti, hal tersebut dapat dilakukan
dengan memberikan pengertian kepada anak untuk dapat berkembang
secara optimal baik secara emosional, sosial, dan intelektual sesuai dengan
tugas perkembangannya.
3. Komunikasi orangtua dan anak
Komunikasi orangtua dan anak adalah dimana terdapat interaksi yang
positif diantara orangtua dan anak untuk mendidik, melakukan pemecahan
masalah, ataupun menghibur. Hal tersebut dapat dilakukan dengan diskusi
dan menanyakan pendapat anak terkait segala keputusan dan persoalan
antara orang tua dan anak.
4. Kehangatan
Kehangatan merupakan sebuah sikap dan pemberian orangtua untuk sang
anak agar merasa aman, nyaman, dan tumbuh secara maksimal yang
meliputi cinta, kehangatan, serta pemberian pujian dan penghargaan kepada
anak.
23

Arrindel (dalam Zhang, 2019) mengutarakan pendapat lain terkait aspek-


aspek pada pola asuh orang tua yang diantaranya adalah: a) penolakan atau
rejection, yang dilakukan orangtua untuk menghukum atau memberikan kritik
penolakan kepada anak dan cenderung mengabaikan emosi serta perkembangan
anak; b) kehangatan emosi atau emotional warmth, merupakan kebalikan dari
penolakan yang mana orangtua memberikan perilaku hangat kepada anak seperti
memuji dan memberikan cinta; c) perlindungan yang berlebihan, merupakan
perilaku orangtua yang berlebihan dalam memberikan perlindungan kepada; dan d)
subjek favorit, dimana orangtua memberikan pengarahan pada anak untuk menuju
kemandirian dan berkembang secara optimal.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pola
asuh orangtua memiliki aspek-aspek yang terdiri dari: a) kontrol orang tua, yang
merupakan suatu usaha orangtua yang membatasi pola asuh anak untuk mencapai
perilaku sesuai tujuan yang diinginkan; b) tuntutan kedewasaan, dimana orangtua
memberikan pendidikan kepada anaknya untuk dapat berkembang secara optimal;
c) komunikasi yang intens dan positif diantara orangtua dan anak; dan d)
kehangatan tulus yang orangtua berikan kepada anak.
2.4.4 Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh
Hurlock (dalam, Utami 2017) mengemukakan beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi pola asuh orangtua terhadap anak, diantaranya yakni:
1. Faktor sosial ekonomi, dimana orangtua yang memiliki ekonomi yang baik
maka cenderung memiliki sikap yang bersahabat dan hangat kepada
anaknya jika dibandingkan dengan orangtua yang memiliki ekonomi
rendah yang cenderung memiliki sikap abai terhadap anak.
2. Pendidikan, tingkat pendidikan yang tinggi memberikan orangtua suatu
pandangan dan wawasan yang luas, sehingga mereka cenderung berfikir
terbuka terhadap anak-anaknya dan akan cenderung lebih mudah
berdiskusi kepada anak untuk menentukan segala keputusan yang akan
dilakukan anak.
3. Kepribadian, pola asuh orangtua dapat dipengaruhi oleh kepribadian
orangtua, orangtua yang progresif cenderung akan memperlakukan anak
24

secara longgar dan tidak otoriter, sebaliknya apabila orangtua memiliki


kepribadian konservatis akan cenderung ketat kepada anak.
4. Jumlah pemilikan anak, semakin sedikit anak maka orangtua akan
memberikan pengasuhan yang lebih intensif kepada anaknya, sebaliknya
apabila orangtua memiliki lebih banyak anak maka fokus mereka dalam
mengasuh anak akan cenderung berkurang.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi pola pengasuhan yang diberikan oleh orangtua kepada
anak diantaranya adalah faktor sosial ekonomi, faktor pendidikan yang telah
diampuh oleh orangtua, kepribadian orangtua, dan jumlah anak yang dimiliki oleh
orangtua.

2.5 Kerangka Berfikir


2.5.1 Hubungan antara Kontrol Diri dan Perilaku Seksual Pranikah
Dengan adanya kontrol diri yang merupakan suatu kemampuan untuk
mengelola tingkah laku agar dapat memangkas tingkah laku yang tidak
menguntungkan diri sendiri. Maka individu yang tidak mempunyai kontrol diri
yang baik mereka akan bersikap pasif, tidak disiplin, emosional, menarik diri dan
kasar. Sehingga kontrol diri diharapkan ada pada diri remaja agar mereka dapat
mengarahkan perilakunya secara positif. Artinya remaja atau mahasiswa yang
memiliki kontrol diri yang tinggi diharapkan agar mereka dapat mengarahkan
perilakunya secara positif dan mencegah tingkah laku negatif seperti seksual
pranikah.

2.5.2 Hubungan antara Pola Asuh Orangtua dan Perilaku Seksual Pranikah
Remaja atau mahasiswa yang mendapatkan pola asuh dari orangtua yang
baik dalam mendidik, menyayangi, dan mendisiplinkan anak, maka mereka akan
cenderung memiliki kepribadian dan perilaku yang baik. Sebaliknya, jika remaja
yang mendapatkan pola asuh yang kurang baik maka mereka akan menyalurkan
energi psikologisnya guna memperoleh perhatian dan pengakuan dari orang lain
dan cenderung berbuat menyimpang. Sehingga apabila pola asuh orangtua
diberikan dengan baik maka remaja akan terhindar dari perbuatan negatif seperti
perilaku seksual pranikah, begitu pula sebaliknya.
25

2.5.3 Hubungan antara Kontrol Diri dan Pola Asuh Orangtua dengan
Perilaku Seksual Pranikah
Karniyanti dan Lestari (2018) berpendapat bahwa semakin tinggi kontrol
diri suatu individu maka semakin tinggi pula kemampuan individu dalam
merangkai, mengolah, mengatur, dan mengontrol tingkah laku individu menuju
tindakan yang positif yang didalamnya terdapat kontrol diri, kontrol kognitif, dan
kontrol keputusan. Sedangkan pola asuh orangtua yang baik juga dapat
menciptakan individu yang memiliki sikap yang positif. Sehingga mahasiswa dapat
menghindari perilaku seksual pranikah apabila mereka memiliki kontrol diri yang
tinggi dan mendapatkan pola asuh yang baik dan sesuai dari orangtua. Dengan
demikian dapar diartikan pula bahwa terdapat hubungan antara kontrol diri dan pola
asuh orangtua dengan perilaku seksual pranikah pada mahasiswa atau remaja.
Dari uraian diatas maka dapat digambarkan menjadi sebuah model dalam
penelitian yang digunakan sebagai dasar pemikiran untuk mengemukakan
hipotesis, adapun model yang dimaksud sebagai berikut:

Kontrol Diri (X1) Pola Asuh Orangtua (X2)

a. Behavioral Control a. Otoriter


b. Cognitive Control b. Otoratif
c. Decision Control c. Permisif

Perilaku Seks Pranikah (Y)


a. Bersentuhan
b. Berciuman
c. Meraba bagian sentitif
d. Bersenggama

Gambar 2. 1
Kerangka Berfikir Hubungan antara Kontrol Diri dan Pola Asuh Orangtua dengan
Perilaku Seksual Pranikah
26

2.6 Hipotesis

Berdasarkan pada teori yang telah dijabarkan dengan kerangka berpikir


yang telah dibuat, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:
H1:Terdapat hubungan negatif dan signifikan antara kontrol diri dengan
perilaku seksual pranikah remaja mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan
UNNES.
H2:Terdapat hubungan negatif antara pola asuh orangtua dengan perilaku
seksual pranikah remaja mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES.
H3:Terdapat hubungan antara kontrol diri dan pola asuh orangtua dengan
perilaku seksual pranikah remaja mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan
UNNES.
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Jenis metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
metode penelitian kuantitatif dengan cara mencari informasi dengan pengumpulan
data pada suatu populasi atau sampel tertentu. Peneliti mengumpulkan data-data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik,
dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Jenis penelitian
adalah survei dengan menggunakan angket atau kuisioner.
Sedangkan desain yang digunakan dalam penelitian ini yakni desain
penelitian korelasional. Desain penelitian dapat digunakan sebagai pedoman bagi
peneliti untuk melaksanakan proses penelitian itu sendiri agar tercapainya tujuan
penelitian yang telah ditetapkan. Duli (2019) mengartikan bahwa penelitian
korelasional bertujuan untuk menguji adanya perbedaan karakteristik antara dua
atau lebih variabel. Data-data yang diperoleh dari dua variabel atau lebih dapat
disajikan dalam bentuk angka yang selanjutnya akan diolah dan dianalisis untuk
mengetahui hubungan variabel dengan berlandaskan koefisien korelasi. Desain
penelitian ini digunakan untuk dapat melihat hubungan antara variabel X1 (kontrol
diri), X2 (pola asuh orangtua) dan Y (seksual pranikah).

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


3.2.1 Identifikasi Variabel
Sugiyono (2017) mengatakan variabel dalam penelitian kuantitatif ada dua,
yaitu variabel bebas (independen variable) dan variabel terikat (dependent
variable). Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
alasan berubah atau munculnya variabel dependen atau terikat. Variabel dalam
penelitian ini diantaranya:
(1) Variabel bebas (Independent) merupakan variabel yang dapat
mempengaruhi variabel terikat (dependent). Terdapat dua variabel bebas
dalam penelitian ini, yaitu Kontrol Diri sebagai “X 1” dan Pola Asuh
Orangtua “X2”.

32
33

(2) Variabel terikat (Dependent) dalam penelitian ini ialah Perilaku Seksual
Pranikah “Y”
Sehingga penelitian ini akan mencoba untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan antara variabel X1 dengan Y, variabel X2 dengan Y dan hubungan antara
variabel X1 dan X2 secara bersama-sama.

3.2.2 Hubungan Antar Variabel


Terdapat tiga variabal pada penelitian ini diantaranya dua variabel bebas yaitu
kontrol diri dan pola asuh orang tua beserta satu variabel terikat yaitu perilaku
seksual pranikah. Perihal hubungan antar kedua variabel ini dapat diilustrasikan
menjadi suatu model hubungan antar variabel yang hendak diteliti sebagai berikut:

Kontrol Diri
a
(X1)
c
Seksual Pranikah
(Y)
Pola Asuh Orangtua
b
(X2)

Gambar 3. 1
Hubungan Antara Kontrol Diri dan Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku Seksual
Pranikah

Hubungan antar variabel pada penelitian ini sesuai dengan gambar 3.1 dimana
adanya hubungan pada garis a, b, dan c. Pada garis a menunjukkan adanya
hubungan antara Kontrol Diri (X1) dengan Seksual Pranikah (Y), garis b
menunjukkan adanya hubungan antara Pola Asuh Orangtua (X 2) dengan Seksual
Pranikah (Y), dan pada garis c menunjukkan adanya hubungan antara Kontrol Diri
(X1) dan Pola Asuh Orangtua (X2) dengan Seksual Pranikah (Y).

3.2.3 Definisi Operasional


3.2.3.1 Kontrol Diri (X1)
Kontrol diri adalah kemampuan diri dalam merangkai, mengolah, mengatur,
dan mengontrol tingkah laku individu menuju tindakan yang positif. Instrumen
berupa skala kontrol diri yang akan digunakan untuk mengukur kontrol diri pada
34

penelitian ini dikembangkan dari aspek kontrol diri yang diantaranya adalah
behavior control, cognitive control, dan decision control.
3.2.3.2 Pola Asuh Orangtua (X2)
Pola asuh orangtua adalah interaksi atau bagaimana sikap dan perilaku
orangtua terhadap anaknya, yang didalamnya terdapat cara orangtua untuk
mendidik anaknya sebagai indivdu yang dewasa secara sosial. Instrumen yang akan
dipergunakan untuk mengukur pola asuh otangtua didasarkan pada tiga bentuk pola
asuh orangtua yakni otoriter, otoratif, dan permisif.
3.2.3.3 Perilaku Seksual Pranikah
Perilaku seksual pranikah adalah tindakan yang dilakukan karena adanya
hasrat seksual dalam diri mulai dari perasaan tertarik, berpacaran, berciuman,
hingga bersenggama yang dilakukan dengan lawan jenis maupun sesama jenis saat
mereka masih belum memiliki ikatan pernikahan. Instrumen yang akan
dipergunakan untuk mengukur perilaku seksual pranikah didasarkan pada kategori
perilaku seksual pranikah yang diantaranya yaitu bersentuhan, berciuman, meraba
bagian sensitif, dan bersenggama.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Sugiyono (2017) mengartikan bahwa populasi adalah suatu daerah
penyamarataan yang terdapat objek atau subjek didalamnya dan memiliki kualitas
dan karakteristik spesifik yang diputuskan oleh peneliti untuk dapat ditelaah dan
diambil kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa
aktif S1 Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES angkatan 2018-2021 yang sedang dalam
proses perkuliahan dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3. 1
Rician Jumlah Populasi
Jurusan Angkatan Jumlah
2018 2019 2020 2021
TP 82 84 88 95 349
BK 96 90 90 106 382
PLS 76 86 69 78 309
Psikologi 128 133 160 205 626
PGSD 443 401 472 567 1.883
PG Paud 95 110 99 119 423
Total 3.927
Sumber: data.unnes.ac.id
35

3.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah serta karakteristik yang ada pada
populasi (Sugiyono, 2017). Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah proportionate stratified random sampling dimana teknik ini dipilih
karena Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES terdiri dari enam jurusan yang mana
jumlah pada setiap jurusannya berbeda, sehingga sampel penelitian dapat diambil
secara acak dengan distribusi sampel menggunakan rumus rumus Isaac dan
Michael dengan tingkat kekeliruan sebesar 5% dari jumlah populasi sebanyak 3.927
mahasiswa.

2 . N. P. Q
s=
d2 (N − 1) + 2 . P. Q

Keterangan:
2 dengan dk = 1, taraf kesalahan 5% d = 0,5
P = Q = 0,5 s = jumlah sampel

Berdasarkan rumus diatas sampel yang menjadi responden dalam penelitian ini
adalah sebanyak 349,9 yang kemudian dibulatkan menjadi 350 responden dari
seluruh mahasiswa aktif Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES. Dalam penentuan
jumlah sampel setiap jurusan menggunakan rumus proportionate dengan rincian
sebagai berikut:

𝑁𝑖
𝑛𝑖 = ×𝑛
𝑁

Keterangan:
ni = Jumlah strata
n = Jumlah sampel (350 mahasiswa)
Ni = Jumlah anggota strata
N = Jumlah keseluruhan populasi (3.927 mahasiswa)
Maka didapatkan jumlah sampel pada setiap jurusan sebagai berikut:
36

Tabel 3. 2
Rician Jumlah Sampel
Jurusan Anggota Populasi Anggota Sampel
TP 349 31
BK 382 34
PLS 309 27
Psikologi 626 55
PGSD 1.883 166
PGPAUD 423 37
Total 3927 350
Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui bahwa jumlah sampel pada
tiap jurusan diantaramya jurusan Teknologi Pendidikan 31 mahasiswa, Bimbingan
dan Konseling 34 mahasiswa, Pendidikan Luar Sekolah 27, Psikologi 55, PGSD
166, dan PGPaud 37. Total sampel dalam penelitian ini sebanyak 350 mahasiswa
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

3.4 Metode dan Alat Pengumpulan Data


3.4.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data digunakan untuk pengambilan data setiap
variabel agar nantinya data tersebut dapat menggambarkan setiap variabel yang
akan diteliti dan dipergunakan sebagai alat uji hipotesa. Metode pengumpulan data
yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologis.
Menurut Sutoyo (2012) skala psikologis memiliki ciri dimana dalam skala
tidak mengungkap aspek kognitif seperti pengetahuan atau kemampuan intelektual
melainkan aspek afektif dan perilaku individu, item pertanyaan disusun
berdasarkan suatu konsep atau teori dari suatu variabel yang akan diukur, hasil akhir
berupa skor yang dapat menunjukkan tinggi rendahnya suatu variabel, dan dibuat
berdasarkan indikator perilaku yang berasal dari konstrak yang hendak diungkap
dalam penelitian.
3.4.2 Alat Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan tiga alat pengumpul data yaitu skala kontrol
diri, skala pola asuh orangtua dan skala perilaku seksual pranikah. Sedangkan
pengukuran variabel penelitian ini menggunakan skala likert yang digunakan untuk
mengukur persepsi, sikap maupun pendapat individu mengenai fenomena sosial
(Sugiyono, 2014). Peneliti menggunakan angket dengan pemberian skor seperti
berikut:
37

Tabel 3. 3
Penilaian (Scoring) Jawaban Responden
Pernyataan/Pertanyaan Positif Pernyataan/Pertanyaan Negatif
Kategori Skor Kategori Skor
Sangat Sesuai (SS) 5 Sangat Sesuai (SS) 1
Sesuai (S) 4 Sesuai (S) 2
Kurang Sesuai (KS) 3 Kurang Sesuai (KS) 3
Tidak Sesuai (TS) 2 Tidak Sesuai (TS) 4
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 Sangat Tidak Sesuai (STS) 5

1. Skala Perilaku Seksual Pranikah


Skala seksual pranikah pada penelitian ini disusun oleh peneliti dengan
menggunakan teori dari Sarwono (2019) mengenai kategori perilaku seksual
pranikah yang terdiri dari (a) besentuhan, (b) berciuman, (c) meraba bagian sensitif,
dan (d) bersenggama. Skala ini ditujukan untuk dapat mengungkap perilaku seksual
pranikah pada mahasiswa.
Tabel 3. 4
Kisi-kisi Skala Perilaku Seksual Pranikah
Variabel Dimensi Indikator Nomor Item Jumla
(+) (-) h
Seksual Bersentuhan 1. Berpegangan 2,4 1,3 8
Pranikah tangan dengan
pasangan atau
lawan jenis
2. Berpelukan 5,7 6,8
dengan pasangan
atau lawan jenis
Berciuman 1. Melakukan ciuman 9, 10,13 10
kering (di pipi 11,12
dan/atau kening)
2. Melakukan ciuman
basah (sentuhan 15,18
antar bibir) 14,
16,17
Meraba 1. Meraba bagian 20,21 19,22 8
bagian dada dan payudara
sensitif pasangan
2. Meraba atau
memegang alat 23,25 24,26
kelamin pasangan
Senggama Penetrasi penis ke 27,29, 28,31 5
dalam vagina 30
Jumlah 17 14 31
38

2. Skala Kontrol Diri


Skala kontrol diri dalam penelitian ini disusun sendiri oleh peneliti dan
dosen ahli dengan menggunakan aspek-aspek kontrol diri yang dijabarkan oleh
Averill (1973) yaitu (a) cognitive control, (b) behavior control, dan (c) decision
control. Skala ini bertujuan untuk mengungkap tingkat kontrol diri mahasiswa dan
untuk dapat melihat bagaimana hubungan antara kontrol diri dengan perilaku
seksual pranikah pada mahasiswa.
Tabel 3. 5
Kisi-kisi Kontrol DIri
Variabel Aspek- Indikator Nomor Item Jumlah
aspek + -
Kontrol Behavior 1. Kemampuan 1, 4 2,3 12
Diri control mengarahkan
perilaku ke arah yang
positif 5,6,7 8
2. Mampu menghindari
perilaku yang tidak 9,12 10,11
diinginkan
3. Kemampuan
mengarahkan diri
dari pengaruh orang
yang ada disekitar
Cognitive 1. Mampu memilih 13,14 15,16 11
control tindakan sesuai
dengan peristiwa ke
arah positif 17,19 18,20
2. Berfikir dan
menelaah situasi dari 22,23 21
segi positif
3. Mampu
mempertimbangkan
suatu hal untuk
mengantisipasi suatu
peristiwa
Decision 1. Kemampuan memilih 24 25,26 7
control tindakan yang sesuai
dengan keyakinan 27,28 29,30
2. Pengambilan
keputusan yang dapat
dipertanggung
jawabkan
Jumlah 16 14 30
39

3. Skala Pola Asuh Orangtua


Penelitian ini menggunakan skala pola asuh orangtua yang dikembangkan
oleh peneliti yang divalidasi dosen ahli menggunakan jenis-jenis pola asuh
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Baumrind (dalam Miller & Neumeister,
2017) dimana terdapat tiga jenis pola asuh yakni (a) otoriter, (b) otoratif, dan (c)
permisif. Skala ini bertujuan untuk menerangkan jenis pola asuh dari mahasiswa
yang melakukan perilaku seksual pranikah.
Tabel 3. 6
Kisi-kisi Skala Pola Asuh Orangtua
Variabel Sub Indikator Nomor Item Jumla
Variabel + - h
Pola Asuh Otoriter 1. Orangtua menetapkan 1, 4 2,3 12
Orangtua standar tinggi
terhadap nilai dan
perilaku anak
2. Orangtua memberikan 5, 7 6, 8
aturan yang tegas
3. Pemberian hukuman
fisik atau verbal 9, 11 10,12
terhadap kesalahan
anak

Otoratif 1. Orangtua mendukung 13,15, 14, 12


anak dalam proses 17 16,18
berkembang dan tetap
mendampingi
2. Orangtua bersikap
responsif dan 19,20, 21, 22,
menghargai pendapat 23 24
anak
Permisif 1. Orangtua memberikan 25,27. 26,28, 12
kebebasan luas 29 20
kepada anak
2. Orangtua menuruti 31,33, 32,24,
segala keinginan anak 35 36
Jumlah 18 18 36

3.5 Validitas dan Reabilitas Instrumen


3.5.1 Validitas Instrumen
Dalam penelitian ini peneliti memakai validitas konstruk. Berdasarkan
perndapat Azwar (dalam Ihsan, 2015) validitas konstruk ialah suatu gambaran yang
40

menjabarkan sejauh mana alat ukur memperlihatkan hasil yang sama dengan teori
yang ada. Uji validitas konstrak pada penelitian ini adalah dengan meminta
pendapat teori kepada dosen ahli kemudian peneliti dapat melaksanakan uji coba
instrumen di lapangan.
Setelah data dari uji coba instrumen didapatkan oleh peneliti, maka uji
validitas pada tiap butir instrumen dilakukan menggunakan rumus product moment
menggunakan bantuan Statistical Product and Services Solution (SPSS) versi 25.
Dalam penelitian ini akan digunakan taraf signifikan 5%. Ghozali (dalam
Karniyanti & Lestari, 2018) menjelasakan bila rhitung > rtabel dan nilai yang dihasilkan
positif maka item pertanyaan dapat dikatakan valid. Sebaliknya, jika rhitung < rtabel
maka item pertanyaan dinyatakan tidak valid.

3.5.1.1 Hasil Uji Validitas Skala Perilaku Seksual Pranikah


Skala perilaku seksual pranikah yang dijadikan instrumen pada penelitian
ini terdiri atas jumlah item sebanyak 31 pertanyaan yang diujikan kepada 65
mahasiswa UNNES diluar Fakultas Ilmu Pendidikan. Peneliti melakukan pengujian
validitas skala perilaku seksual pranikah dengan analisis menggunakan aplikasi
IBM SPSS.25 v.25 dengan taraf signifikasi 5%, sehingga diperoleh r tabel sebesar
0.244. Analisis tersebut menunjukkan bahwa 26 item dinyatakan valid dengan
validitas 0.253 hingga 0.781 yang menunjukkan bahwa r hitung > rtabel, kemudian 5
item dikatakan tidak valid karena memiliki nilai rhitung < rtabel. Berdasarkan pada
hasil uji validitas tersebut maka dapat diambil 26 item skala pertanyaan skala
perilaku seksual pranikah yang dapat digunakan pada penelitian ini.

3.5.1.2 Hasil Uji Validitas Skala Kontrol Diri


Skala perilaku kontrol diri yang dijadikan instrumen pada penelitian ini
terdiri atas jumlah item sebanyak 30 pertanyaan yang telah diujikan kepada 65
mahasiswa UNNES diluar Fakultas Ilmu Pendidikan. Peneliti melakukan pengujian
validitas skala perilaku seksual pranikah dengan analisis menggunakan aplikasi
IBM SPSS v.25 dengan taraf signifikasi 5%, sehingga diperoleh r tabel sebesar
0.244. Analisis tersebut menunjukkan bahwa 25 item dinyatakan valid dengan
validitas 0.254 hingga 0.579 yang menunjukkan bahwa rhitung > rtabel, kemudian 5
item dikatakan tidak valid karena memiliki nilai rhitung < rtabel. Berdasarkan pada
41

hasil uji validitas tersebut maka dapat diambil 25 item skala pertanyaan skala
perilaku seksual pranikah yang dapat digunakan pada penelitian ini.

3.5.1.3 Hasil Uji Validitas Pola Asuh Orangtua


Skala perilaku pola asuh orangtua yang dijadikan instrumen pada penelitian
ini terdiri atas jumlah item sebanyak 36 pertanyaan yang telah diujikan kepada 65
mahasiswa UNNES diluar Fakultas Ilmu Pendidikan. Peneliti melakukan pengujian
validitas skala perilaku seksual pranikah dengan analisis menggunakan aplikasi
IBM SPSS v.25 dengan taraf signifikasi 5%, sehingga diperoleh r tabel sebesar
0.244. Analisis tersebut menunjukkan bahwa 25 item dinyatakan valid dengan
validitas 0.279 hingga 0.656 yang menunjukkan bahwa rhitung > rtabel, kemudian 11
item dikatakan tidak valid karena memiliki nilai rhitung < rtabel. Berdasarkan pada
hasil uji validitas tersebut maka dapat diambil 25 item skala pertanyaan skala
perilaku seksual pranikah yang dapat digunakan pada penelitian ini.

3.5.2 Reliabilitas Instrumen


Uji Reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach,
dimana dalam penghitungannya akan menggunakan IBM SPSS V.25. Metode ini
dianggap cocok digunakan dalam penelitian ini dikarenakan instrumen penelitian
berbentuk angkat dengan perskoran berskala, yaitu 1-5. Reliabilitas dinyatakan oleh
koefisien dengan rentang angka mulai dari 0,00 sampai 1,0 dengan keterangan
semakin tinggi nilai koefisien yang mendekati angka 1,0 pada Alpha Cronbach,
maka menujukan instrument penelitian yang dipakai memiliki nilai reliabilitas yang
tinggi (Karniyanti & Lestari, 2018).
3.5.2.1 Hasil Uji Reliabilitas Skala Perilaku Seksual Pranikah
Uji Reliabilitas untuk instrument ini menggunakan rumus Alpha Cronbach,
dimana dalam penghitungannya akan menggunakan IBM SPSS v.25 yang
dilakukan pada skala perilaku seksual pranikah dengan jumlah 26 item pertanyaan
valid berdasarkan uji validitas sebelumnya. Pengujian reabilitas skala perilaku
seksual pranikah menunjukkan tingkat koefisiensi alpha sebesar 0.852 yang dapat
dimaknai memiliki reabilitas yang sangat tinggi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa skala perilaku seksual pranikah dalam penilitian ini sudah reliabel.
42

3.5.2.2 Hasil Uji Reliabilitas Kontrol Diri


Uji Reliabilitas instrument ini menggunakan rumus Alpha Cronbach,
dimana dalam penghitungannya akan menggunakan IBM SPSS v.25 yang
dilakukan pada skala perilaku seksual pranikah dengan jumlah 25 item pertanyaan
valid berdasarkan uji validitas sebelumnya. Pengujian reabilitas skala kontrol diri
menunjukkan tingkat koefisiensi alpha sebesar 0.763 yang dapat dimaknai
memiliki reabilitas yang sangat tinggi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
skala perilaku seksual pranikah dalam penilitian ini sudah reliabel.

3.5.2.3 Hasil Uji Reabilitas Pola Asuh Orangtua


Uji Reliabilitas instrument ini menggunakan rumus Alpha Cronbach,
dimana dalam penghitungannya akan menggunakan IBM SPSS v.25 yang
dilakukan pada skala perilaku seksual pranikah dengan jumlah 25 item pertanyaan
valid berdasarkan uji validitas sebelumnya. Pengujian reabilitas skala pola asuh
orangtua menunjukkan tingkat koefisiensi alpha sebesar 0.758 yang dapat dimaknai
memiliki reabilitas yang sangat tinggi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
skala perilaku seksual pranikah dalam penilitian ini sudah reliabel.

3.6 Teknik Analisis Data


Untuk mendapatkan hasil dari suatu penelitian maka diperlukan analisis
data untuk mengolah data yang telah diperoleh agar nampak hasilnya. Data yang
telah didapat perlu diolah dan diberikan deskripsi oleh peneliti agar hasil yang
diperoleh agar lebih mudah dipahami. Sugiyono (2014) menjelaskan kegiatan dari
analisis data ini secara berturut-turut ialah melakukan pengelompokan data,
mentabulasi data, penyajian data dan melakukan perhitungan data guna mengejahui
jawaban dari rumusan masalah yang telah ditentukan dan melakukan perhitungan
untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif deskriptif
dan analisis regresi ganda dengan bantuan SPSS v.16, dikarenakan jenis penelitian
ini merupakan penelitian kuantitatif, sehingga teknik analisis tersebut dianggap
sesuai. Kedua teknik ini dipilih agar peneliti dapat menguji hipotesis penelitian.
43

3.6.1 Analisis Kuantitatif Deskriptif


Deskripsi data pada penelitian ini dilakukan dengan melihat mean dan
standar deviasi. Mean atau rata-rata didapatkan dengan menjumlah semua data
yang diperoleh pada kelompok tersebut kemudian membaginya dengan jumlah
individu (Sugiyono, 2017). Sedangkan standar deviasi adalah tingkat penyebaran
nilai individu dari mean, jika standar deviasi menunjukan tanda positif maka artinya
standar deviasi berada diatas mean, sebaliknya bila bertanda negatif maka standar
deviasi menunjukkan penyimpangan dibawah mean.
Mean pada penelitian ini dihitung dengan skor total yang didapatkan dibagi
dengan jumlah sampel kemudian dibagi dengan jumlah item. Hasil dari perhitungan
tersebut kemudian akan dikategorikan pada beberapa klasifikasi dengan melihat
penyebaran distribusi frekuensi. Kemudian pengkategorian mean disetiap variabel
dan indicator variabel dapat diperoleh dari penentuan range dan panjang interval.
Terdapat empat kategori mean yang diantaranya yakni rendah, sangat rendah,
tinggi, dan tinggi.
Pada penelitian ini penentuan kategori dilakukan berdasarkan penentuan
nilai maksimum dan minimum dalam setiap skala variabel, kemudian peneliti
menghitung rentang dengan cara mengurangi nilai maksimum dan minimum yang
kemudian hasilnya akan dibagi dengan jumlah kriteria agar didapati interval
kelasnya. Berdasarkan perhitungan tersebut maka didapati kategori tingkat statistik
deskriptif pada masing-masing variabel sebagai berikut:
Tabel 3. 7
Pengkategorian Tingkat Statistik Deskriptif Variabel Perilaku Seksual Pranikah
Nilai Interval Kategori
105 - 130 Sangat Tinggi
79 - 104 Tinggi
53 - 78 Rendah
26 - 52 Sangat Rendah

Tabel 3. 8
Pengkategorian Tingkat Statistik Deskriptif Variabel Kontrol Diri
Nilai Interval Kategori
101 – 125 Sangat Tinggi
76 - 100 Tinggi
51 – 75 Rendah
25 - 50 Sangat Rendah
44

Tabel 3. 9
Pengkategorian Tingkat Statistik Deskriptif Variabel Pola Asuh Orangtua
Nilai Interval Kategori
101 – 125 Sangat Tinggi
76 - 100 Tinggi
51 – 75 Rendah
25 - 50 Sangat Rendah

3.6.2 Uji Hipotesis


Pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis
regresi ganda. Wibisono (2015) mengemukakan bahwa analisis regresi ganda
merupakan analisis regresi yang variabel terikatnya memiliki lebih dari satu
variabel yang menjadi faktor predictor dinaik turunkannya nilai. Uji hipotesis ini
dilakukan menggunakan program SPSS v.16.

3.6.2.1 Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik pada penelitian ini dilakukan guna melihat ada atau
tidaknya penyimpangan-penyimpangan pada asumsi klasik karena hal tersebut
diperlukan pada model regresi. Untuk menggunakan teknik regresi dibutuhkan
syarat agar data tersebut dapat dianalisis, syarat-syarat tersebut diantaranya adalah:
3.6.2.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk dapat melihat apakah dalam data
penelitian pada setiap variabel dikatakan normal. Variabel dalam penelitian ini
yang antara lain adalah kontrol diri, pola asuh orangtua, dan perilaku seksual
pranikah diuji menggunakan uji normalitas agar nantinya dapat diuji dengan
menggunakan model regresi yang memiliki nilai residual berdistribusi. Uji
normalitas dalam penelitian ini dilakukan menggunakna bantuan SPSS v.16.
Pengujian data menggunakan Kolmogorov Smirnov, apabila nilai Sig p>.05 maka
dapat dikatakan bahwa data tersebut memiliki distribusi normal, sebaliknya apabila
nilai p<.05 maka data tersebut tidak berdistribusi normal (Herlina, 2019).
3.6.2.1.2 Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan dengan melihat grafik P-P Plot, apabila butiran item
atau titik-titik berada sejajar dan disepanjang garis diagonal maka grafik P-Plot
tersebut normal dan memenuhi syarat, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut dapat
juga dilihat dari nilai signifikasi of Deviation from Linearity, jika nilai signifikasi
45

of Deviation from Linearity > 0.05 maka dapat diartikan data tersebut memiliki
hubungan linear, jika sebaliknya maka data tidak memiliki hubungan linear
(Herlina, 2019). Hal tersebut memiliki tujuan guna melihat ada tidaknya hubungan
yang linear antar variabel.
3.6.2.1.3 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas ini dilakukan guna melihat apakah terjadi
ketidaksamaan varian dari residual untuk mengamati model regresi. Uji
heterokedastisitas dilakukan dengan membaca grafik scatterplot dan dikatakan
terpenuhi apabila data terbebas dari heterojedastisitas. Uji ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan SPSS v.16.
3.6.2.1.4 Uji Multikolinearitas
Uji multikolineariitas dilakukan untuk melihat apakah kondisi antara dua
variabel independen atau lebih pada model regresi ini memiliki hubungan yang
linear mendekati sempurna atau sempurna. Model regresi yang menunjukkan
bahwa tidak ada multikolinearitas maka dapat dikatakan baik. Hal tersebut dapat
dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor/ VIF, apabila VIF <5 dan
tolerance>0.10 maka dapat diartikan bahwa tidak terjadi multikolinearitas yang
serius dalam penelitian (Ghozali, 2005).

3.6.2.2 Uji Regresi Berganda


Setelah uji asumsi klasik selesai dan diperoleh, maka sekanjutnya adalah
melakukan uji regresi ganda. Analisis uji regresi ganda dilakukan guna melihat ada
atau tidaknya hubungan antar variabel dan dilakukan dengan bantuan SPSS v.16.
Adapun beberapa uji untuk menganalisis hasil regresi diantaranya ialah.
3.6.2.2.1 Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur arah dan seberapa kuat
hubungan antar variabel. Dapat dikatakan uji koefisien determinasi digunakan
untuk mengetahui seberapa jauh variabel independen dapat menerangkan variabel
dependen. Adapun panduan interpretasi nilai koefisien korelasi determinasi
disajikan dalam tabel berikut:
46

Tabel 3.10
Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval koefisien Tingkat Hubungan
0.00 – 0.199 Sangat Rendah
0.20 – 0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Kuat
0.80 – 1.000 Sangat Kuat

3.6.2.2.2 Uji Parsial (Uji t)


Uji parsial (t-test) ditujukan untuk mengetahui pengaruh secara serentak
dari dua variabel independen yang dimasukkan dalam model terhadap variabel
dependen. Apabila nilai t hitung lebih tinggi daripada t table maka uji menandakan
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima (Ghozali, 2005).
3.6.2.2.3 Uji Stimultan (Uji F)
Uji F dilakukan untuk menunjukkan dua variabel independen (kontrol diri
dan pola asuh orangtua) yang dimasukkan dalam model memiliki pengaruh
bersamaan pada variabel dependen. Keputusan dibuat dengan meilhat nilai
signifikasi, apabila nilai signifikasi<0.05 maka itu dapat diartikan bahwa secara
stimultan variabel indepanden memiliki pengaruh terhadap variabel depandennya,
begitupula sebaliknya (Ghozali, 2005).
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN.

4.1 Hasil Penelitian


Analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan dengan menggunakan bantuan aplikasi SPSS v.16 menunjukkan
hasil yang sesuai dengan tujuan tersebut. Tujuan penelitian ini diantaranya adalah:
a) menganalisis tingkat perilaku seksual pranikah pada mahasiswa FIP UNNES, b)
menganalisis tingkat kontrol diri pada mahasiswa FIP UNNES; c) menganalisis
tingkat pola asu orangtua mahasiswa FIP UNNES; d) untuk menganalisis adakah
hubungan kontrol diri dengan perilaku seksual pra nikah pada mahasiswa Fakultas
Ilmu Pendidikan UNNES; e) untuk mengkaji adanya hubungan antara pola asuh
orangtua dengan perilaku seksual pra nikah pada mahasiswa FIP UNNES; dan f)
untuk menelaah hubungan kontrol diri dan pola asuh orangtua dengan perilaku
seksual pra nikah pada mahasiswa FIP UNNES. Berikut adalah hasil dari analisis
deskriptif kuantitatif dan uji regresi linear berganda:

4.1.1 Hasil Deskripsi Tingkat Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa


FIP UNNES
Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan peneliti untuk mengetahui tingkat
perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES. Data
dianalisis menggunakan perhitungan dengan bantuan SPSS v.16 dan menghasilkan
M (mean) dan SD (standar deviasi) tingkat perilaku seksual pranikah dari 350
mahasiswa berada pada kategori sangat rendah (M = 50.36)..
Tabel 4. 1
Tingkat Perilaku Seksual Pranikah Mahasiswa FIP UNNES
Indikator M SD Kategori
Bersentuhan 20.18 7.42 Rendah
Berciuman 17.46 7.15 Sangat Rendah
Meraba Bagian Sensitif 5.21 2.63 Sangat Rendah
Senggama 7.51 3.59 Sangat Rendah
Perilaku Seksual Pranikah 50.36 17.20 Sangat Rendah
Keterangan: N=350
Berdasarkan pada tabel 4.1 dapat diartikan bahwa rata-rata variabel perilaku
seksual pranikah berada pada kategori sangat rendah dengan nilai mean 50.36.
Indikator bersentuhan (M = 20.18), berciuman (M = 17.46), meraba bagian sensitif

45
46

(M = 5.21), dan senggama (M = 7.51). Data tersebut menunjukkan bahwa


mahasiswa FIP UNNES memiliki tingkat perilaku seksual pranikah yang sangat
rendah baik dalam bentuk bersentuhan, berciuman, meraba bagian sensitif, maupun
bersenggama.
Tingkat perilaku seksual pranikah pada masingg-masing jurusan di fakultas
ilmu pendidikan UNNES dapat dilihat dengan melaksanakan analisis deskriptif
pada setiap fakultas. Tingkat perilaku seksual prankah pada mahasiswa UNNES
akan ditampilkan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Tingkat Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa FIP UNNES per Jurusan
Jurusan N M SD Kategori
KTP 31 57.74 19.37 Rendah
Bimbingan dan Konseling 54 59.79 18.83 Rendah
Pendidikan Luar Sekolah 37 41.96 13.25 Sangat Rendah
Psikologi 48 55.16 19.24 Rendah
PGSD 46 47.45 15.28 Sangat Rendah
PGPaud 38 47.57 15.72 Sangat Rendah

Dari tabel 4.2 dapat dipahami bahwa hasil analisis deskriptif kuantitatif
pada setiap jurusan yang ada di FIP UNNES menunjukkan bahwa tingkat perilaku
seksual pranikah mahasiswa berada pada kategori rendah dan sangat rendah dari
350 mahasiswa. Jurusan yang menunjukkan tingkat perilaku seksual pranikah
dengan kategori rendah diantaranya adalah jurusan KTP (M = 57.74), Bimbingan
dan Konseling (M = 59.79), dan Psikologi (M = 55.16). Sedangkan jurusan yang
menunjukkan menunjukkan tingkat perilaku seksual pranikah dengan kategori
sangat rendah diantaranya adalah jurusan Pendidikan Luar Sekolah (M = 41.96),
PGSD (M = 47.45), dan PGPaud (M = 47.57).

4.1.2 Hasil Deskripsi Tingkat Kontrol Diri pada Mahasiswa FIP UNNES
Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan untuk mengetahui tingkat kontrol
diri pada mahasiswa FIP UNNES. Perhitungan dengan menggunakan bantuan
SPSS v.16 menghasilkan M (mean) dan SD (standar deviasi) tingkat kontrol diri
dari 350 mahasiswa berada pada kategori sangat tinggi (M = 106.40), untuk hasil
lebih lanjut dapat dilihat pada tabel 4.3.
47

Tabel 4.3
Tingkat Kontrol Diri Mahasiswa FIP UNNES
Indikator M SD Kategori
Behaviour Control 41.09 4.97 Sangat Tinggi
Cognitive Control 38.96 5.02 Sangat Tinggi
Decision Control 26.35 3.06 Sangat Tinggi
Kontrol Diri 106.40 7.90 Sangat Tinggi

Variabel kontrol diri didapati rata-rata pada kategori sangat tinggi dengan
nilai mean 106.40, dengan aspek yang mempunyai rata-rata tertinggi terdapat pada
aspek behavior control (M= 41.09) yang berada pada kategori sangat rendah.
Sementara aspek yang berada pada rata-rata terendah adalah aspek decision control
(M= 26.35) yang juga berada dalam kategori sangat rendah. Aspek behavior
control meliputi kemampuan mengarahkan perilaku ke arah yang positif, mampu
menghindari perilaku yang tidak diinginkan, dan kemampuan mengarahkan diri
dari pengaruh orang yang ada disekitar.
Tingkat kontrol diri pada masing-masing jurusan yang ada di FIP UNNES
dapat dilihat dengan melaksanakan analisis deskriptif pada setiap jurusan. Tingkat
kontrol diri pada mahasiswa FIP UNNES akan ditampilkan pada tabel 4.4.
Jurusan N M SD Kategori
KTP 31 102.47 8.92 Sangat Tinggi
Bimbingan dan Konseling 54 101.87 15.88 Sangat Tinggi
Pendidikan Luar Sekolah 37 111.81 6.20 Sangat Tinggi
Psikologi 48 109.43 8.27 Sangat Tinggi
PGSD 46 107.51 11.04 Sangat Tinggi
PGPaud 38 103.33 12.67 Sangat Tinggi

Dari tabel 4.4 dapat dipahami bahwa hasil analisis deskriptif kuantitatif
pada setiap jurusan yang ada di FIP UNNES menunjukkan bahwa tingkat kontrol
diri berada pada kategori sangat tinggi dari 350 mahasiswa. Seluruh jurusan yang
menunjukkan tingkat kontrol diri pada kategori sangat tinggi diantaranya KTP (M
= 102.47), Bimbingan dan Konseling (M = 101.87), Pendidikan Luar Sekolah (M
= 111.81), Psikologi (M = 109.43), PGSD (M = 107.51), dan PGPaud (M 103.33).

4.1.3 Hasil Deskripsi Tingkat Pola Asuh Orangtua pada Mahasiswa FIP
UNNES
Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan untuk mengetahui tingkat pola asuh
orangtua pada mahasiswa FIP UNNES. Perhitungan dengan menggunakan bantuan
48

SPSS v.16 menghasilkan M (mean) dan SD (standar deviasi) tingkat kontrol diri
dari 350 mahasiswa berada pada kategori tinggi (M = 89.28)
Tabel 4.5
Tingkat Pola Asuh Orangtua Mahasiswa FIP UNNES
Indikator M SD Kategori
Otoriter 33.76 4.89 Sangat Tinggi
Otoratif 38.85 5.95 Tinggi
Permisif 16.68 2.89 Rendah
Kontrol Diri 89.28 7.90 Tinggi

Pola asuh orangtua pada tabel diartian berada pada kategori sangat rendah
dengan mean 89.28 . Apabila diinterpretasi lebih lanjut, indikator yang masuk pada
kategori sangat tinngi adalah otoriter (M=33.76). Sedangkan indikator lain yang
berada pada kategori terendah yaitu permisif (M=16.68). Indikator otoriter dalam
variabel pola asuh orangtua mencakup orangtua menetapkan standar tinggi
terhadap nilai anak, memberikan aturan yang tegas, dan memberikan hukuman fisik
atau verbal terhadap kesalahan anak.
Hasil analisis deskriptif tingkat pola asuh orangtua pada masing-masing
jurusan di Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6
Tingkat Pola asuh Orangtua Mahasiswa FIP UNNES per Jurusan
Jurusan N M SD Kategori
KTP 31 85.97 9.08 Tinggi
Bimbingan dan Konseling 54 88.35 8.75 Tinggi
Pendidikan Luar Sekolah 37 90.59 8.35 Tinggi
Psikologi 48 88.47 8.64 Tinggi
PGSD 46 90.04 7.19 Tinggi
PGPaud 38 89.76 7.15 Tinggi

Berdasarkan tabel 4.6 dapat dipahami bahwa hasil analisis deskriptif


kuantitatif pada setiap jurusan yang ada di FIP UNNES menunjukkan bahwa
tingkat pola asuh orangtua berada pada kategori tinggi dari 350 mahasiswa. Seluruh
jurusan yang menunjukkan tingkat pola asuh orangtua pada kategori tinggi
diantaranya KTP (M = 85.97), Bimbingan dan Konseling (M = 88.35), Pendidikan
Luar Sekolah (M = 90.59), Psikologi (M = 88.47), PGSD (M = 90.04), dan PGPaud
(M = 89.76).

4.1.4 Hasil Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini terdapat beberapa uji
didalamnya yang diantaraya yaitu: a) uji normalitas; b) uji linearitas; c) uji
49

heterokedastisitas; dan d) uji multikolinearitas. Data yang diperoleh dan telah diuji
menggunakan beberapa uji tersebut didapatkan hasil yang telah dianalisis sebagai
berikut:
4.1.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk dapat melihat apakah data penelitian pada
setiap variabel dikatakan normal. Pengujian data menggunakan Kolmogorov
Smirnov dengan sampel (N=350). Hasil normalitas data ditampilkan pada tabel 4.2.
Tabel 4. 7
Hasil Uji Normalitas
Variabel Sig Keterangan
Perilaku Seksual Pranikah
Kontrol Diri 0.060 Normal
Pola Asuh Orangtua

Berdasarkan pada tabel 4.7 maka didapati bahwa data yang telah diperoleh
berdistribusi normal dengan nilai signifikansi 0.060 dimana nilai tersebut lebih
besar daripada 0.05 (0.06 > 0.05).

4.1.2.2 Uji Linieritas


Uji Linearitas dapat dilihat dari nilai signifikasi of Deviation from Linearity,
jika nilai signifikasi of Deviation from Linearity > 0.05 maka dapat dikatakan
bahwa data tersebut memiliki hubungan linear. Hasil test of linearity pada
penelitian ini dijabarkan pada tabel 4.8.
Tabel 4. 8
Hasil Uji Linearitas
Variabel Sig Keterangan
Kontrol Diri
0.580 Linier
Perilaku Seksual Pranikah
Pola Asuh Orangtua
0.078 Linier
Perilaku Seksual Pranikah

Berdasarkan pada hasil uji linieritas tabel 4.8 dapat diartikan bahwa variabel
kontrol diri dapat dikatakan linier dengan variabel perilaku seksual pranikah dengan
nilai deviation from linearity sebesar 0.580 atau lebih besar daripada 0.05. Begitu
pula dengan variabel pola asuh orangtua dengan perilaku seksual pranikah yang
memiliki nilai deviation from linearity sebesar 0.078 yang lebih besar dari 0.05.
50

4.1.2.3 Uji Heterokedastisitas


Uji Heterokedastisitas adalah uji untuk melihat keadaan apakah terjadi
ketidaksamaan varian dari residual model regresi. Hasil uji heterokesdastisitas
dengan grafik scatterplot dapat dilihat dari gambar dibawah ini:

Gambar 4. 1
Scatterplot hasil uji heterokedastisitas

Berdasarkan pada gambar 4.1 scatterplot yang menunjukkan bahwa titik-


titik tidak memiliki pola yang jelas dan menyebar dibawah maupun diatas angka 0
pada sumbu Y, maka dapat diartikan bahwa tidak ditemukan gelaja
heterokedastisitas pada data tersebut.

4.1.2.4 Uji Multikolinearitas


Uji multikolinearitas digunakan untuk melihat keadaan apakah terjadi
hubungan linier yang sempurna atau mendekati sempurna pada variabel kontrol diri
dan pola asuh orangtua. Uji multikolinearitas dalam penelitian ini mendapatkan
hasil bahwa variabel kontrol diri memiliki nilai VIF 1.213<5 dan nilai tolerance
0.824>0.10. Sedangkan pada variabel pola asuh orangtua didapatkan bahwa nilai
VIP sebesar 1.213 atau lebih kecil dari 5, dan nilai tolerance sebesar 0.824 atau
lebih besar dari 0.10. Sehingga dapat diartikan bahwa tidak terdapat
multikolinearitas pada data yang diperoleh.
51

4.1.5 Hasil Uji Regresi


Hasil dari uji regresi berganda pada penelitian ini dijabarkan dari uji
hipotesis sebelumnya yang membahas mengenai hubungan antar variabel, hal
tersebut meliputi hubungan antara kontrol diri dengan perilaku seksual pranikah,
hubungan pola asuh orangtua dengan perilaku seksual pranikah, maupun hubungan
kontrol diri dan pola asuh otangtua terhadap perilaku seksual pranikah. Hasil
analisis regresi berganda ditampilkan pada tabel 4.9.
Tabel 4. 9
Hasil Uji Regresi Terhadap Perilaku Seksual Pranikah
No. Variabel R R2 β T Sig
1. Kontrol Diri - - -0.749 -19.789 0.000
2. Pola Asuh - - -0.044 -1.162 0.246
Orangtua
3. Kontrol Diri dan 0.768 0.590 - -
Pola Asuh
Orangtua

Berdasarkan pada tabel 4.9 diatas maka dapat dijabarkan analisis regresi
berganda pada variabel kontrol diri, pola asuh orangtua, dan perilaku seksual
pranikah sebagai berikut:
4.1.3.1 Hasil Analisis Regresi Kontrol Diri dengan Perilaku Seksual Pranikah
Pada Mahasiswa FIP UNNES
Analisis regresi yang dilakukan pada variabel kontrol diri dengan perilaku
seksual pranikah memiliki tujuan untuk membuktikan hipotesis 1 yaitu “Terdapat
hubungan negatif dan signifikan antara kontrol diri dengan perilaku seksual
pranikah pada mahasiswa FIP UNNES”. Pada hasil pengujian yang telah dilakukan
menunjukkan hasil (t=-19.789, β =-0.749, p=0.000) yang dapat diatrikan bahwa
antara variabel kontrol diri berpengaruh terhadap perilaku seksual pranikah dan
memiliki hubungan yang negated karane koefisien regresi (β) bernilai negatif (β =-
0.749). Hal tersebut memberikan pembuktian bahwa hipotesis 1 diterima

4.1.3.2 Hasil Analisis Regresi Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku Seksual
Pranikah Pada Mahasiswa FIP UNNES
Berdasarkan pada hasil uji regresi berganda pada tabel 4.9, untuk
membuktikan hipotesis 2 dengan bunyi “Terdapat hubungan negatif pola asuh
52

orangtua dengan perilaku seksual pranikah remaja mahasiswa Fakultas Ilmu


Pendidikan UNNES” dapat dilihat dari hasilnya dimana (t=-1.162, β=-0.044,
p=0.246). Hal tersebut dapat diartikan bahwa hipotesis tersebut ditolak atau pola
asuh orangtua tidak berpengaruh terhadap perilaku seksual pranikah pada
mahasiswa FIP UNNES.

4.1.3.3 Hasil Analisis Regresi Kontrol Diri dan Pola Asuh Orangtua dengan
Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa FIP UNNES
Hasil dari uji regresi kontrol diri dan pola asuh orangtua terhadap perilaku
seksual pranikah dapat dilihat dari tabel 4.9. Ababila dijabarkan lebih rinci pada
tabel menunjukkan nilai (R) sebesar 0.768 yang dapat dikatakan bahwa variabel
kontrol diri dan pola asuh orangtua memilihi hubungan yang kuat terhadap perilaku
seksual pranikah. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.59 dan dapat dipahami
bahwa kontrol diri dan pola asuh orangtua berkontribusi sebesar 59% terhadap
perilaku seksual pranikah, sedangkan 41% sisanya diprediksi oleh variabel lain
yang tidak diteliti.

4.2 Pembahasan
Berdasarkan pada hasil analisis data yang telah dipaparkan diatas, maka
peneliti bermaksud untuk dapat mengetahui hubungan antara kontrol diri dan pola
asuhorangtua terhadap perilaku seksual pranikah pada mahasiswa Fakultas Ilmu
Pendidikan UNNES. Hasil yang telah didapatkan pada proses analisis data akan
dibahas lebih rinci mengenai hasil penelitian pada pembahasan dibawah ini.
4.2.1 Gambaran Kontrol Diri, Pola Asuh Orangtua dan Perilaku Seksual
Pranikah
Pada analisis statistik deskriptif dadapati bahwa tingkat kontrol diri
mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES berada pada kategori sangat tinggi.
Aspek kontrol diri yang berada dalam skor tertinggi adalah aspek behavior control.
Averill (dalam, Ghufron dan Risnawita 2012) mengatakan bahwa behavior control
adalah kesiapan respon yang muncul atau diberikan atas suatu stimulus atau
keadaan yang tidak memuaskan dengan cara mampu memutuskan siapa yang
mengendalikan stimulus dan mampu membuat keputusan untuk menghadapi
stimulus. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dikatakan bahwa mahasiswa FIP
53

UNNES memiliki tingkat kontrol diri yang sangat rendah yaitu tidak mampu untuk
mengarahkan diri pada perilaku positif dan tidak mampu menghindari perilaku
yang tidak diinginkan.
Kemudian, sesuai dengan hasil analisis diskriptif yang telah dipaparkan,
dapat dilihat bahwa tingkat pola asuh orangtua pada mahasiswa Fakultas Ilmu
Pendidikan UNNES berada pada kategori yang tinggi, dimana pola asuh orangtua
yang berada pada kategori sangat tinggi dalah pola asuh otoriter. Baumrind (dalam
Miller & Neumeister, 2017) menjelaskan bahwa pola asuh otoratif adalah pola asuh
orangtua yang diberikan kepada anak dengan adanya tuntutan yang tinggi kepada
anak, mengharuskan anak untuk memiliki kepatuhan dan rasa hormat yang tinggi,
dan apabila anak tidak sesuai maka orangtu akan cenderung menghukum.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa mahasiswa FIP UNNES
memiliki pola asuh orangtua yang menetapkan standar yang tinggi terhadap nilai
anak, dan memberikan aturan yang tegas.
Adapun perilaku seksual pranikah jika dijelaskan berdasarkan pada hasil uji
statistik deskriptif menunjukkan bahwa tingkat perilaku seksual pranikah pada
mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES berada pada kategori sangat rendah.
Bentuk perilaku seksual yang berada pada skor tertinggi adalah bersentuhan.
Sarwono (2019) menjelaskan bahwa perilaku seksual pranikah dalam bentuk
bersentuhan merupakan kegiatan saling membelai tangan dan menggandeng tangan
seseorang ataupun kegiatan memeluk seseorang. Sehingga dapat diartikan bahwa
mahasiswa FIP UNNES melakukan kegiatan seksual pranikah hanya sampai pada
bentuk bersentuhan seperti berpegangan tangan dan berpelukan.
4.2.2 Hubungan Kontrol Diri dengan Perilaku Seksual Pranikah pada
Mahasiswa FIP UNNES
Berdasarkan pada analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti, maka
didapatkan kesimpulan bahwa kontrol diri memiliki pengaruh terdapat perilaku
seksual pranikah pada mahasiswa FIP UNNES. Terdapat suatu hubungan yang
negative dan signifikan antara kontrol diri dan perilaku seksual pranikah, hal
tersebut dapat dikatakan bahwa semain baik atau semakin tinggi kontrol diri yang
dimiliki individu, maka semakin rendah individu untuk melakukan perilaku seksual
54

pranikah. Tetapi apabila kontrol diri yang dimiliki rendah, maka perilaku seksual
pranikah pada individu akan semakin tinggi.
Chaplin (2014) berpendapat bahwa kontrol diri adalah suatu kemampuan
pada diri individu untuk mengelola tingkah laku agar tingkah laku yang merugikan
diri sendiri dapat dikurangi. Jika seorang kontrol diri tidak dimiliki individu dengan
baik mereka akan bersikap pasif, tidak disiplin, emosional, menarik diri dan kasar.
Namun apabila seorang individu mempunyai kontrol diri yang baik maka ia dapat
mengarahkan dirinya pada kegiatan positif seperti mengalihkan dorongan seksual
yang ada pada dirinya kepada kegiatan-kegiatan maupun aktivitas yang positif pula,
begitu juga sebaliknya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sya’diyah dan Duryati (2019) yang mengatakan bahwa terdapat hubungan yang
negatif antara kontrol diri dengan perilaku seksual pada remaja.
Love (2006) dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa kontrol diri
memberikan kontribusi yang signifikan negatif secara statistik terhadap perilaku
seksual terlarang. Kontrol diri yang rendah merupakan prediktor terhadap perilaku
seksual terlarang, sehingga individu yang didalam dirinya terdapat kontrol diri yang
baik maka remaja tersebut akan mampu untuk mengontrol perilaku seksual
pranikahnya, sebaliknya jika individu tersebut memiliki kontrol diri yang rendah
maka perilaku seksual pranikahnya akan tinggi. Dari penjabaran diatas maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa kontrol diri memiliki hubungan yang negatif dan
signifikan terhadap perilaku seksual pranikah.
4.2.3 Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku Seksual Pranikah
pada Mahasiswa FIP UNNES
Hasil analisis data yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa
pola asuh orangtua tidak berpengaruh terhadap variabel perilaku seksual pranikah
pada mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES. Hal tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Adawiyyah (2016) yang menyimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orangtua dan perilaku seksual
pranikah dan dapat dikatakan bahwa pola asuh orangtua tidak mempengaruhi
perilaku seksual pranikah. Perilaku seksual pranikah dapat dikatakan sebagai
variabel yang kompleks, sehingga masih terdapat banyak variabel yang
memungkinkan untuk memiliki hubungan dengan variabel perilaku seksual
55

pranikah seperti teman sebaya, media pornografi (video, internet, dll), konsep diri,
dan yang lainnya (Sarwono, 2019). Nurjanah dan kawan-kawan (2021) juga
mengatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara variabel pola asuh otangtua dan
perilaku seksual pranikah, sehingga perlu dilakukan kajian dan penelitian yang
lebih lanjut guna melihat faktor lain yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah
pada remaja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pola asuh orangtua tidak memiliki
pengaruh terhadap perilaku seksual pranikah.
Lestari, dkk (2014) menyebutkan bahwa perilaku seksual pranikah tidak
memiliki hubungan dengan peran orangtua, tetapi perilaku seksual pranikah pada
mahasiswa memiliki hubungan dengan status tempat tinggal, peran teman sebaya,
dan paparan pornografi. Mahasiswa yang sudah tidak tinggal dengan orangtuanya
dengan status tempat tinggalnya adalah kost lebih besar indikasi untuk melakukan
perilaku seksual pranikah, sebesar 52.5% tempat yang paling sering digunakan
untuk melakukan perilaku seksual pranikah adalah rumah kost.

4.2.4 Hubungan Kontrol Diri dan Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku
Seksual Pranikah pada Mahasiswa FIP UNNES
Pada penelitian Wulandari dan Muis (2014) menunjukkan sejumlah 260
yang merupakan 84% dari jumlah keseluruhan responden yang merupakan
mahasiswa mengaku pernah melakukan perilaku seksual pranikah dalam bentuk
berpegangan tangan, bahkan 75 (24%) mahasiswa pernah melakukan hubungan
seksual pranikah. Perilaku seksual pranikah tersebut memiliki dampak negatif bagi
remaja atau individu, terdapat dampak fisik, psikologis, dan sosial pada remaja
yang melakukan kegiatan seksual pranikah. Dampak fisik tersebut diantaranya
terjadinya cedera fisik setelah melakukan hubungan seksual, dampak psikologis
yakni munculnya perasaan takut dan cemas karena melakukan perbuatan yang tidak
sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakat, sedangkan dampak sosialnya
adalah merasa dikucilkan (Wulandari dan Muis, 2014).
Perilaku seksual pranikah pada remaja dipengaruhi oleh perubahan libido
seksualitas, penundaan usia kawin, norma dimasyarakat, media canggih, orang tua,
konsep diri dan pihak lain (Sarwono, 2019). Putri (2019) mengatakan bahwa bahwa
pola asuh yang diberikan oleh orangtua kepada anak sangat menentukan
pembentukan karakter anak. Remaja yang memiliki karakter yang baik dapat
56

mengontrol dirinya untuk dapat menilai perbuatan yang baik atau tidak dalam
perbuatannya dan dapat menghindarkan diri pada perbuatan seksual pranikah. Hal
tersebut sejalan dengan Chaplin (2014) yang mengatakan bahwa kontrol diri adalah
kemampuan dari dalam diri individu untuk mampu mengontrol, mengelola, dan
mengendalikan tingkah lakunya sendiri yang mengarah pada perilaku positif dan
mengurangi perilaku yang merugikan. Hutahaean, dkk (2020) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa kontrol diri menjadi variabel mediator untuk dapat mengurangi
kenalakan remaja yang diantaranya adalah perilaku seksual pranikah, pola asuh
yang diberikan oleh orangtua juga menjadi salah satu faktor yang mampu
mempengaruhi perilaku seksual pranikah.
Hasil analisis dari perhitungan uji hipotesis menunjujan bahwa kontrol diri
dan pola asuh orangtua memiliki hubungan yang kuat terhadap perilaku seksual
pranikah pada mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

4.3 Keterbatasan Penelitian


Setiap penelitian memiliki keterbatasannya masing-masing dan tidak ada
yang sempurna, begitu juga penelitian ini yang memiliki keterbatasan. Keterbatasan
yang ada dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Kontrol Diri dan Pola Asuh
Orangtua terhadap Perilaku Seksual Pranikah pada Mahasiswa Fakultas Ilmu
Pendidikan UNNES” diantaranya: a) instrumen penelitian hanya menggunakan
skala psikologis yang memungkinkan adanya jawaban yang tidak sesuai dengan
keaadaan responden sebenarnya (faking), sehingga untuk penelitian selanjutnya
dapat menambahkan wawancara atau observasi; b) pengambilan data pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan google form (online), sehingga
peneliti tidak dapat mengetahui dengan jelas bagaimana pemahaman responden
terhadap instrumen yang disebarkan; c) hasil dari analisis data juga menunjukkan
bahwa terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku seksual
pranikah seperti teman sebaya, media pornografi (video, internet, dll), konsep diri,
dan yang lainnya yang perlu diteliti lebih lanjut.
BAB 5
PENUTUP.

5.1 Simpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan dan dipaparkan
sebelumnya dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
5.1.1 Tingkat perilaku seksual pranikah pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan
UNNES berada pada kategori sangat rendah. Artinya, mahasiswa FIP
UNNES tidak menunjukkan perilaku seksual pranikah seperti bersentuhan,
berciuman, meraba bagian sensitif pasangan, hingga bersenggama.
5.1.2 Tingkat kontrol diri pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES
berada dalam kategori sangat tinggi yang ditandai dengan kemampuan
mengarahkan perilaku kearah yang positif sangat tinggi, tingginya
kemampuan menghindari perilaku yang tidak diinginkan, dan kemampuan
mengarahkan diri dari pengaruh orang disekitar juga sangat tinggi.
5.1.3 Tingkat Pola Asuh Orangtua pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan
UNNES berada pada kategori tinggi dengan skor tertinggi berada pada pola
asuh otoriter. Sehingga dapat diartikan bahwa pola asuh orangtua yang
diberikan kepada Mahasiswa FIP UNNES adalah orangtua yang menetapkan
standar tinggi terhadap nilai anak, memberikan aturan tegas, dan memberikan
hukuman fisik atau verbal terhadap kesalahan anak.
5.1.4 Terdapat hubungan yang negatif dan signifikan antara kontrol diri dengan
perilaku seksual pranikah pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan
UNNES, sehingga semakin baik kontrol diri mahasiswa maka semakin
rendah perilaku seksual pranikahnya.
5.1.5 Tidak terdapat hubungan yang signifikan dan bermakna antara pola asuh
orangtua terhadap perilaku seksual pranikah pada Mahasiswa Fakultas Ilmu
Pendidikan UNNES.
5.1.6 Terdapat hubungan yang signifikan antara kontrol diri dan pola asuh orangtua
terhadap perilaku seksual pranikah pada Mahasiswa Fakultas Ilmu
Pendidikan UNNES.

57
58

5.2 Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian maupun pembahasan yang telah dilakukan
dan dipaparkan pada penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti
adalah sebagai berikut:
5.2.1 Bagi Pusat Pengembangan Karier dan Bimbingan Konseling UNNES
UNNES membangun pusat pengembangan karir dan bimbingan konseling
sebagai wadah bagi para konselor di Universitas Negeri Semarang untuk dapat
menyusun layanan preventif berkenaan dengan peningkatan kontrol diri untuk
menghindari perilaku seksual pranikah bagi mahasiswa.
5.2.2 Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu dijadiakan sebagai referensi
guna dapat memperbaiki dan mengembangkan keterbatasan yang ada pada
penelitian ini, terutama pada penerapan maupun pengaplikasian layanan bimbingan
dan konseling seperti meneliti lebih lanjut dengan penelitian eksperimental terkait
efektifitas layanan terkait peningkatan kontrol diri untuk menghindari perilaku
seksual pranikah.
5.2.3 Bagi Konselor di Perguruan Tinggi
Konselor di perguruan tinggi diharapkan untuk senantiasa meningkatkan
kualitas dan profesionalisme dalam memberikan layanan Bimbingan dan Konseling
terkait kontrol diri dan perilaku seksual pranikah. Konselor juga diharapkan mampu
merancang program Bimbingan dan Konseling yang lebih menarik guna
mengoptimalkan perkembangan individu agar tidak berperilaku menyimpang
seperti perilaku seksual pranikah.
59

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyyah, Robiiiatul. (2016). Hubungan tipe pola asuh orangtua dengan perilaku
seksual pranikah pada remaja. Psikoborneo:Jurnal Ilmiah Psikologi, 4(4).
DOI: http://dx.doi.org/10.30872/psikoborneo.v4i4.4248
Aini, A. N., & Mahardiyani, I. H. (2011). Hubungan antara kontrol diri dengan
prokrastinasi dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa universitas muria
kudus. Jurnal Psikologi Pitutur, 1(2). http://eprints.umk.ac.id/271/
Arviyah, Sova. (2012). Tahap perilaku seks pranikah pada mahasiswa kost. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/20333/11/08_naskah_publikasi.pdf
Aspy, C. B., Vesely, S. K., Oman, R. F., Rodine, S., Marshall, L., & Mcleroy, K.
(2007). Parental communication and youth sexual behaviour. Journal of
Adolescence 30, 449–466. https://doi.org/10.1016/j.adolescence.2006.04.007
Averill, J. R. (1973). Personal control over aversive stimuli and its relationship to
stress. Psychological Bulletin, 80(4), 286–303. doi:10.1037/h0034845
Chaplin, J.P. (2014). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: Rajawali Pers.
Cox, R. B., Shreffler, K. M., Merten, M. J., Schwerdtfeger Gallus, K. L., & Dowdy,
J. L. (2014). Parenting, Peers, and Perceived Norms. The Journal of Early
Adolescence, 35(1), 30–53. doi:10.1177/0272431614523131
Dariyo, Agoes., & Rahaditya, R. (2017). Peran pola pengasuhan orangtua terhadap
sikap nasionalisme remaja. Provitae Jurnal Psikologi Pendidikan. 9(1).
https://journal.untar.ac.id/index.php/provitae/article/viewFile/529/460
Dewi, A.K. (2014). Hubungan kontrol diri dengan perilaku seksual pranikah pada
mahasiswa universitas negeri semarang. Journal Developmental and Clinical
Psychology 3 (1).
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/dcp/article/view/4443/4098
Djiwandono, S. (2008). Pendidikan Seks Keluarga. Jakarta. PT. Indeks.
Duli, Nikolaus. (2019). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Beberapa konsep dasar
untuk penulisan skripsi & analisis data dengan IBM SPSS V.25. Deepublish.
Farisa, T. D., Delina, S. M., & Hendriyani, Rulita. (2013). Faktor-faktor penyebab
perilaku seksual menyimpang pada remaja tunagrahita slb n semarang. Skripsi.
Universitas Negeri Semarang. http://lib.unnes.ac.id/18437/1/1550408001.pdf
Gozhali, I. (2005). Aplikasi analisis multivariate dengan program spss. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghufron, M. N., & Risnawita, Rini. (2012). Teori-Teori Psikologi. Jogjakarta: Ar-
Ruzzmedia.
Heni, S. A. (2013). Hubungan sma it antara kontrol diri dan syukur dengan perilaku
konsumtif pada remaja abu bakar yogyakarta. Jurnal Psikologi.
http://portalgaruda.fti.unissula.ac.id/index.php?ref=browse&mod=viewarticl
e&article=123274
Herlina, Vivi. 2019. Panduan Praktis Mengolah Data Kuesioner Menggunakan
SPSS. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.
Hope, T. L., & Chapple, C. L. (2004). Maternal characteristics, parenting, and
adolescent sexual behavior: the role of self-control. Deviant Behavior, 26(1),
25–45. doi:10.1080/016396290500405
Hutahaean, E. S. H., Nugraha, A. C. W., Perdini, T. A., Bastoro, R., & Marbun, R.
(2020). Analisis pola asuh, kontrol diri, dan moralitas kepribadian sebagai
60

faktor kenakalan remaja di kota bekasi. Jurnal Psikologi, 16(1), 11.


https://doi.org/10.24014/jp.v16i1.7812
Ihsan, H. (2015). Validitas Isi Alat Uukur Penelitian: Konsep Dan Panduan
Penilaiannya. Pedagogia Journal, 13(3). https://bit.ly/3KgxNzG
Karniyanti, N.K., & Lestari, M.D. (2018). Peran kontrol diri dan asertivitas pada
sikap terhadap perilaku seksual pranikah pada remaja akhir perempuan di
bangli. Jurnal Psikologi Udayana. 5(1).
https://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/download/39279/23767
Kartika, A.A., & Budisetyani, I.G. (2018). Hubungan pola asuh demokratis dengan
perilaku seksual pranikah pada remaja di denpasar dan badung. Jurnal
Psikologi Udayana. 5(1).
https://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/download/39277/23766
Khairunnisa, Ayu. (2013). Hubungan religiusitas dan kontrol diri dengan perilaku
seksual pranikah remaja di man 1 samarinda. Jurnal Psikoborneo. 1(3).
http://e-journals.unmul.ac.id/index.php/psikoneo/article/view/3322
Khotimah, F.K., Rakhmawati, Dini., & Widiharto, C.A. (2019). Pengalaman Seks
pranikah: studi fenomenologis pada mahasiswa. Journal of Guidance and
Counseling: Theory and Application. 8(2).
https://doi.org/10.15294/ijgc.v8i2.35729
Lestari, I.A., Fibri, A.i., & Prameswari, G.N. (2014). Faktor-faktor yang
berhubungan dengan perilaku seks pranikah pada mahasiswa unnes. Unnes
Journal of Public Health, 3(4). https://doi.org/10.15294/ujph.v3i4.3903
Love, S. R. (2006). Illicit sexual behavior: a test of self-control theory. Deviant
Behavior, 27(5), 505–536. doi:10.1080/01639620600781464
Miller, A. L., & Speirs Neumeister, K. L. (2017). The influence of personality,
parenting styles, and perfectionism on performance goal orientation in high
ability students. Journal of Advanced Academics,
28(4). https://doi.org/10.1177/1932202X17730567
Muslikah., Suwarjo., & Wijayanti, Galuh. (2013). Bimbingan teman sebaya untuk
mengembangkan sikap negatif terhadap perilaku seks tidak sehat. Jurnal
Bimbingan dan Konseling, 2(1). doi: 10.15294/JUBK.V2I1.1231
Nurjanah, S., Mandiri, A., Martini, N., & et al. (2021). Hubungan pola asuh orang
tua dengan perilaku seksual pranikah remaja. Journal of Nursing Care, 4(2).
https://jurnal.unpad.ac.id/jnc/article/download/29748/15511
Novianti, W. (2015). Kontribusi modeling terhadap identitas diri. Jurnal
Bimbingan dan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia.
http://repository.upi.edu/id/eprint/18025
Prayitno. (1995). Layanan bimbingan dan konseling kelompok (dasar dan profil).
Ghalia Indonesia.
Purnami, Triana. (2014). Hubungan antara kontrol diri dengan perilaku perilaku
melanggar syariat islam pada siswa di sma n 1 bandar. Skripsi Universitas
Negeri Yogyakarta. https://eprints.uny.ac.id/14945/
Putri, D.A.J. (2019). Studi deskriptif tentang pola asuh ototarif, kontrol diri, dan
sikap remaja terhadap perilaku seks bebas. Jurnal Kajian Konseling dan
Pendidikan. 2(2). http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/biblio/article/view/3230
Qomariyah, Siti. (2020). Pacar berhubungan dengan perilaku seks pranikah pada
remaja. Jurnal Kesmas Asclepius. 2(1). https://doi.org/10.31539/jka.v2i1.585
61

Qomarasari, Desy (2015). Hubungan antara peran keluarga, sekolah, teman


sebaya, pendapatan keluarga, media informasi dan norma agama dengan
perilaku seksual remaja sma di surakarta. Tesis Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sebelas Maret Surakarta. https://bit.ly/3MoJbeH
Rahman, A. A., Rahman, R. A., Ismail, S. B., Ibrahim, M. I., Ali, S. H., Salleh, H.,
& Wan Muda, W. A. M. (2012). Factors Associated With Attitude Toward
Premarital Sexual Activities Among School-Going Adolescents in Kelantan,
Malaysia. Asia Pacific Journal of Public Health, 27(2), NP1549–
NP1556. doi:10.1177/1010539512449856
Santrock. (2007). Remaja. Edisi 11 Jilid 1&2. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, W.S. (2019). Psikologi Remaja Edisi Revisi. Depok: Rajagrafindo
Persada.
Subqi, Imam. (2019). Perilaku agresif remaja dalam tinjauan pola asuh keagamaan
orangtua di desa baleadi pati. IJIP : Indonesian Journal of Islamic
Psychology, 1(2), 186–214. https://doi.org/10.18326/ijip.v1i2.186-214
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Statitiska Untuk Penelitian . Bandung: Alfabeta.
Sutoyo, Anwar. (2012). Pemahaman Individu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sya'diyah, H., & Duryanti .(2019). Hubungan antara kontrol diri dengan perilaku
seksual remaja di kota pariaman. Skripsi thesis Universitas Negeri Padang.
http://dx.doi.org/10.24036/jrp.v2019i4.7682
Utami, S.W. (2017). Pengaruh pola asuh orangtua terhadap agresivitas pada
persepsi siswa kelas ix. Journal of Guidance and Counseling: Theory and
Application. 6(3). https://doi.org/10.15294/ijgc.v6i3.17111
Wibisono, Yusuf. (2015). Metode Statistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Wulandari, Septiani., & Muis, Tamsil. (2014). Perilaku seksual remaja mahasiswa
fakultas teknik universitas negeri surabaya. Jurnal BK Unesa. 4(03).
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-bk-
unesa/article/view/9049/8987
Yusuf, Syamsu. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Dewasa. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Zhang, R. ping, Bai, B. yu, Jiang, S., Yang, S., & Zhou, Q. (2019). Parenting styles
and internet addiction in Chinese adolescents: Conscientiousness as a
mediator and teacher support as a moderator. Computers in Human Behavior,
101(April), 144–150. https://doi.org/10.1016/j.chb.2019.07.019
Zulfikar, M.R. (2018). Pola asuh sebagai prediktor kontrol diri. Skripsi. Fakultas
Psikologi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
http://eprints.ums.ac.id/69344/12/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
62

LAMPIRAN-LAMPIRAN
63

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Studi Pendahuluan


KISI-KISI PANDUAN WAWANCARA

NO PROSEDUR KONSEP/VARIABEL/SUBVARIABEL ITEM


NO

1 Tujuan Mengetahui perilaku seksual pranikah pada


mahasiswa FIP UNNES

2 Fokus Perilaku seksual pranikah pada mahasiswa

3 Penjelasan a. Pengertian seksual pranikah


dari studi Sarwono (2019) mengartikan bahwa
pustaka perilaku seksual pranikah merupakan
sebuah tindakan yang didorong karena
adanya hasrat seksual dalam diri yang
dilakukan tindakan dalam bermacam
seperti perasaan tertarik, berciuman,
hingga bersenggama yang dilakukan
dengan orang lain saat mereka masih
belum memiliki ikatan pernikahan.
b. Loekmono (dalam Arviyah, 2012)
memaparkan aspek-aspek perilaku
seksual pranikah yang diantaranya
adalah:
1) Aspek biologis, dimana individu
berhubungan dengan menggunakan
alat reproduksinya untuk aktivitas
seksual
2) Aspek psikologis, yakni berkaitan
dengan tugas perkembangan dan
pemenuhan kebutuhan pokok,
seperti dicintai, menyayangi, dan
kebahagiaan
3) Aspek etika dan moral yang
berhubungan dengan norma dan
adat istiadat yang berlaku di daerah
tempat tinggal
4) Aspek religious, dimana seksualitas
harus berpatok pada sisi agama
5) Aspek sosial, yang berkaitan
berkaitan dengan pembentukan
hubungan sosial dimasyarakat.
64

Lampiran 2 Panduan Wawancara Mahasiswa FIP UNNES

PANDUAN WAWANCARA

1. Tujuan Wawancara : Mengetahui perilaku seksual pranikah pada mahasiswa


FIP UNNES
2. Kode Subjek : LTN (nama samaran)
3. Interviewer : Tya Elok Wulandari
4. Pelaksanaan
Hari, Tanggal : Rabu, 2 Maret 2022
Waktu : 15.00
Tempat : Kos Griya Wongso, Sekaran, Gunungpati
5. Aspek-aspek :
a. Apakah anda pernah melakukan hubungan seksual pranikah? Jika iya,
sebutkan! (bisa dalam bentuk berpegangan tangan, berpelukan, berciuman,
meraba bagian sensitif pasangan atau bersenggama)
b. Melakukan hubungan seksual pranikah merupakan bentuk dari
menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang. Bagaimana menurut anda?
c. Bagaimana pendapat anda tentang pasangan yang melakukan hubungan
seksual pranikah (berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, meraba
bagian sensitif pasangan atau bersenggama) di lingkungan kampus?
d. Bagaimana tanggapan anda mengenai perbuatan seksual pranikah yang
belum terdapat ikatan sah menurut agama?
e. Apakah dilingkungan anda melakukan seksual pranikah adalah hal yang
tabu?

HASIL WAWANCARA

Dari wawancara yang dilakukan kepada mahasiswi FIP UNNES memperoleh


beberapa informasi, diantaranta adalah sebagai berikut:
Responden mengaku bahwa saat pasangan dengan status berpacaran sangat
wajar jika melakukan aktivitas seperti bergandengan tangan dan perpelukan,
responden juga berpendapat jika berciuman dengan pasangan atau lawan jenis
65

merupakan hal wajar, karena ia juga sering menjumpai dan melihat mahasiswa
lainnya yang melakukan hal tersebut di lingkungan kampus.
Jika melakukan kegiatan seksual pranikah hanya sebatas berpegangan tangan,
perpelukan dan berciuman itu masih dapat dimaklumi untuk menunjukkan rasa
sayang kepada pasangan yang belum terikat pernikahan, tetapi jika sudah sampai
ditahap meraba pada bagian sensitif dan melakukan senggama atau hubungan seks
itu sudah tidak dapat ditoleransi menurut norma yang diyakini oleh responden.
Tetapi responden juga memiliki teman mahasiswa yang melakukan hubungan
seksual hingga meraba bagian sensitif dan bersenggama padahal mereka belum
terikat pada pernikahan.

PANDUAN WAWANCARA

1. Tujuan Wawancara : Mengetahui perilaku seksual pranikah pada mahasiswa


FIP UNNES
2. Kode Subjek : KZ (nama samaran)
3. Interviewer : Tya Elok Wulandari
4. Pelaksanaan
Hari, Tanggal : Rabu, 2 Maret 2022
Waktu : 15.30
Tempat : WhatsApp Vidiocall (Online)
5. Aspek-aspek :
a. Apakah anda pernah melakukan hubungan seksual pranikah? Jika iya,
sebutkan! (bisa dalam bentuk berpegangan tangan, berpelukan, berciuman,
meraba bagian sensitif pasangan atau bersenggama)
b. Melakukan hubungan seksual pranikah merupakan bentuk dari
menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang. Bagaimana menurut anda?
c. Bagaimana pendapat anda tentang pasangan yang melakukan hubungan
seksual pranikah (berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, meraba
bagian sensitif pasangan atau bersenggama) di lingkungan kampus?
d. Bagaimana tanggapan anda mengenai perbuatan seksual pranikah yang
belum terdapat ikatan sah menurut agama?
66

e. Apakah dilingkungan anda melakukan seksual pranikah adalah hal yang


tabu?

HASIL WAWANCARA
Responden mengatakan bahwa ia belum pernah bergandengan tangan dan
berpelukan dengan pacar atau pasangan, tetapi ia sering melakukan hal tersebut
dengan lawan jenis meskipun tidak berpacaran. Responden berpendapat bahwa
berciuman dengan lawan jenis sangat tidak wajar, tidak diperbolehkan oleh agama,
dan sangat melanggar sopan santun, apalagi jika hal tersebut dilakukan di
lingkungan kampus yang seharusnya menjadi tempat belajar oleh para mahasiswa
dan tentunya memiliki aturan yang tegas terkait hal tersebut.
Tetapi di zaman seperti saat ini, di lingkungan responden tidak sedikit anak
muda yang melakukan hubungan seksual pranikah seperti bergandengan tangan,
berpelukan, dan berciuman. Meskipun hal tersebut sangat tabu dilingkungan
responden tetapi hal tersebut dilakukan di tempat yang tidak ramai warga.

PANDUAN WAWANCARA

1. Tujuan Wawancara : Mengetahui perilaku seksual pranikah pada mahasiswa


FIP UNNES
2. Kode Subjek : DK (nama samaran)
3. Interviewer : Tya Elok Wulandari
4. Pelaksanaan
Hari, Tanggal : Rabu, 2 Maret 2022
Waktu : 16.00
Tempat : WhatsApp Vidiocall (Online)
5. Aspek-aspek :
a. Apakah anda pernah melakukan hubungan seksual pranikah? Jika iya,
sebutkan! (bisa dalam bentuk berpegangan tangan, berpelukan,
berciuman, meraba bagian sensitif pasangan atau bersenggama)
b. Melakukan hubungan seksual pranikah merupakan bentuk dari
menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang. Bagaimana menurut anda?
67

c. Bagaimana pendapat anda tentang pasangan yang melakukan hubungan


seksual pranikah (berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, meraba
bagian sensitif pasangan atau bersenggama) di lingkungan kampus?
d. Bagaimana tanggapan anda mengenai perbuatan seksual pranikah yang
belum terdapat ikatan sah menurut agama?
e. Apakah dilingkungan anda melakukan seksual pranikah adalah hal
yang tabu?

HASIL WAWANCARA
Responden mengatakan bahwa ia pernah melakukan kegiatan seksual
pranikah berupa bergandengan tangan dan berpelukan dengan paangan ataupun
lawan jenis, tetapi tidak pernah sampai berciuman hingga bersenggama. Responden
mengatakan bahwa hal tersebut tidak sangat tidak etis jika dilakukan di lingkungan
kampus, melainkan di tempat-tempat nongkrong anak muda karena memang pada
umumnya setiap pasangan meskipun belum menikah melakukan gandengan tangan
dan berpelukan.
Selebihnya, kegiatan seksual berupa berciuman hingga bersenggama
dianggap sangat tidak wajar dan tidak diperbolehkan. Responden berpendepat
bahwa menunjukkan kasih sayang tidak selalu harus dilakukan dengan melakukan
tindakan seksual pranikah karena hal tersebut tidak sesuai dengan aturan agama
yang diyakininya. Hal tersebut juga sangat tabu di lingkungan sekitarnya, sehingga
kegiatan seksual pranikah yang dilakukan dalam bentuk berciuman sampai
bersenggama sangat tidak diperbolehkan.

PANDUAN WAWANCARA

1. Tujuan Wawancara : Mengetahui perilaku seksual pranikah pada mahasiswa


FIP UNNES
2. Kode Subjek : MKA (nama samaran)
3. Interviewer : Tya Elok Wulandari
4. Pelaksanaan
Hari, Tanggal : Rabu, 2 Maret 2022
Waktu : 17.05
68

Tempat : Akhtara Café Cempaka Sari, Sekaran, Gunungpati


5. Aspek-aspek :
a. Apakah anda pernah melakukan hubungan seksual pranikah? Jika iya,
sebutkan! (bisa dalam bentuk berpegangan tangan, berpelukan,
berciuman, meraba bagian sensitif pasangan atau bersenggama)
b. Melakukan hubungan seksual pranikah merupakan bentuk dari
menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang. Bagaimana menurut anda?
c. Bagaimana pendapat anda tentang pasangan yang melakukan hubungan
seksual pranikah (berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, meraba
bagian sensitif pasangan atau bersenggama) di lingkungan kampus?
d. Bagaimana tanggapan anda mengenai perbuatan seksual pranikah yang
belum terdapat ikatan sah menurut agama?
e. Apakah dilingkungan anda melakukan seksual pranikah adalah hal
yang tabu?

HASIL WAWANCARA
Responden mengatakan bahwa kegiatan seksual pranikah yang
dilakukannya hanya dalam bentuk bergadengan tangan dan berpelukan dengan
pasangan atau pacar, ia tidak berani untuk melakukan bentuk kegiatan seksual yang
lebih dari bergandengan tangan dan berciuman karena takut akan norma sosial, dan
agama yang dia yakini. Responden memikirkan konsekuensi yang akan dia terima
jika ia melakukan hubungan seksual pranikah, sehingga ia tidak berani
melakukannya.
Menurut responden menunjukkan cinta dan kasih sayang dapat dilakukan dengan
hal selain perilaku seksual pranikah seperti bercengkrama, quality time, maupun
melakukan hobi bersama. Selain itu melakukan hubungan seksual pranikah di
lingkungan kampus merupakan hal yang tidak dibenarkan bagi mereka yang belum
terikat pernikahan karena hal tersebut tidak sesuai dengan norma soial maupun
norma agama yang berlaku baik dimasyarakat maupun di lingkungan kampus.
Responden berpendapat bahwa perilaku seksual pranikah di lingkungannya adalah
hal yang sangat tabu, karena dilingkungannya masih memegang erat sosial dan
budaya yang dianut masyarakat sedari dulu.
69

PANDUAN WAWANCARA

1. Tujuan Wawancara : Mengetahui perilaku seksual pranikah pada mahasiswa


FIP UNNES
2. Kode Subjek : FN (nama samaran)
3. Interviewer : Tya Elok Wulandari
4. Pelaksanaan
Hari, Tanggal : Kamis, 3 Maret 2022
Waktu : 19.00
Tempat : Kos Griya Wongso, Sekaran, Gunungpati
6. Aspek-aspek :
a. Apakah anda pernah melakukan hubungan seksual pranikah? Jika iya,
sebutkan! (bisa dalam bentuk berpegangan tangan, berpelukan,
berciuman, meraba bagian sensitif pasangan atau bersenggama)
b. Melakukan hubungan seksual pranikah merupakan bentuk dari
menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang. Bagaimana menurut anda?
c. Bagaimana pendapat anda tentang pasangan yang melakukan hubungan
seksual pranikah (berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, meraba
bagian sensitif pasangan atau bersenggama) di lingkungan kampus?
d. Bagaimana tanggapan anda mengenai perbuatan seksual pranikah yang
belum terdapat ikatan sah menurut agama?
e. Apakah dilingkungan anda melakukan seksual pranikah adalah hal
yang tabu?

HASIL WAWANCARA
Responden menyatakan bahwa ia pernah bergadengan tangan dengan pacar,
ia memahami bahwasanya melakukan bentuk kegiatan seksual yang lebih dari
bergandengan tangan bertentangan dengan norma sosial, dan agama.
Menurut responden segala bentuk perilaku seksual pranikah selain
berpegangan tangan merupakan hal yang tidak wajar dilakukan apalagi hal tersebut
dilakukan di lingkungan kampus yang jelas tidak dibenarkan bagi mereka yang
belum terikat pernikahan karena hal tersebut tidak sesuai dengan norma soial
maupun norma agama yang berlaku baik dimasyarakat maupun di lingkungan
kampus.
70

Lampiran 3 Lembar Validasi Expert Judgment (Dosen Ahli)


69
70
71

Lampiran 4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

KISI-KISI INSTRUMEN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

Sarwono (2013) menjelaskan bahwa perilaku seksual pranikah adalah tindakan


yang dilakukan karena adanya hasrat seksual dalam diri yang diilakukan dalam
bentuk mulai dari perasaan tertarik, berpacaran, berciuman, hingga bersenggama
yang dilakukan dengan lawan jenis maupun sesama jenis saat mereka masih belum
memiliki ikatan pernikahan. Adapun bentuk perilaku seksual pranikah adalah: a)
bersenrtuhan (touching); b) berciuman (kissing); c) meraba bagian sensitif
(petting); dan d) bersenggama (intercourse).

Variabel Sub Indikator Nomor Item Jumlah


Variabel + -
Seksual Bersentuhan 1. Berpegangan 2,4 1,3 8
Pranikah tangan dengan
pasangan atau
lawan jenis
2. Berpelukan 5,7 6,8
dengan pasangan
atau lawan jenis
Berciuman 1. Melakukan 9, 10,13 10
ciuman kering (di 11,12
pipi dan/atau
kening)
2. Melakukan 14, 15,18
ciuman basah 16,17
(sentuhan antar
bibir)
Meraba 1. Meraba bagian 20,21 19,22 8
bagian dada dan payudara
sensitif pasangan
2. Meraba atau 23,25 24,26
memegang alat
kelamin pasangan
Senggama Penetrasi penis ke 27,29, 28,31 5
dalam vagina 30
Jumlah 17 14 31
72

KISI-KISI INSTRUMEN SKALA KONTROL DIRI


Averill (1973) mendefinisikan kontrol diri (self control) adalah suatu sistem diri
dalam proses yang saling terikat satu sama lain yang terdiri dari behavior control,
cognitive control, dan dessicion control yang dimiliki seseorang untuk dapat
mengarahkan perilaku kearah hasil yang diinginkan, atau bisa disebut dengan
personal kontrol. Sehingga dapat diketahui aspek-aspek kontrol diri adalah: a)
behavior control; b) cognitive control; c) decision control.

Variabel Sub Indikator Nomor Item Jumlah


Variabel + -
Kontrol Behavior 1. Kemampuan 1, 4 2,3 12
Diri control mengarahkan
perilaku ke arah
yang positif
2. Mampu menghindari 5,6,7 8
perilaku yang tidak
diinginkan
3. Kemampuan 9,12 10,11
mengarahkan diri
dari pengaruh orang
yang ada disekitar
Cognitive 1. Mampu memilih 13,14 15,16 11
control tindakan sesuai
dengan peristiwa ke
arah positif
2. Berfikir dan 17,19 18,20
menelaah situasi dari
segi positif
3. Mampu 22,23 21
mempertimbangkan
suatu hal untuk
mengantisipasi suatu
peristiwa
Decision 1. Kemampuan 24 25,26 7
control memilih tindakan
yang sesuai dengan
keyakinan 27,28 29,30
2. Pengambilan
keputusan yang dapat
dipertanggung
jawabkan
Jumlah 16 14 30
73

KISI-KISI INSTRUMEN SKALA POLA ASUH ORANGTUA


Baumrind (dalam Miller & Neumeister, 2017) mengatakan bahwa pola asuh
orangtua merupakan cara orangtua dalam mengasuh dan memenuhi kebutuhan anak
yang sangat berperan penting bagi perkembangan sang anak baik secara sikap,
kepribadian, dan perilaku anak dalam kehidupannya di keluarga dan masyarakat.
Adapun tiga macam pola asuh orangtua diantaranya yakni: (1) otoriter, (2) otoratif,
dan (3) permisif.

Variabel Sub Indikator Nomor Item Jumla


Variabel + - h
Pola Asuh Otoriter 4. Orangtua menetapkan 1, 4 2,3 12
Orangtua standar tinggi
terhadap nilai dan
perilaku anak
5. Orangtua memberikan 5, 7 6, 8
aturan yang tegas
6. Pemberian hukuman
fisik atau verbal 9, 11 10,12
terhadap kesalahan
anak

Otoratif 3. Orangtua mendukung 13,15, 14, 12


anak dalam proses 17 16,18
berkembang dan tetap
mendampingi
4. Orangtua bersikap
responsif dan 19,20, 21, 22,
menghargai pendapat 23 24
anak
Permisif 3. Orangtua memberikan 25,27. 26,28, 12
kebebasan luas 29 30
kepada anak
4. Orangtua menuruti
segala keinginan anak 31,33, 32,34,
35 36
Jumlah 18 18 36
74

Lampiran 5 Instrumen Skala Penelitian

INSTRUMEN PENELITIAN HUBUNGAN KONTROL DIRI DAN POLA


ASUH ORANGTUA TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH
PADA MAHASISWA FIP UNNES

I. Pengantar
Assalamualaikum perkenalkan saya Tya Elok Wulandari mahasiswa
jurusan Bimbingan dan Konseling UNNES yang sedang melakukan uji instrumen
penelitian, sehubungan dengan hal tersebut saya meminta bantuan teman-teman
untuk mengisi skala dibawah ini. Seluruh informasi yang ada hanya untuk
kepentingan penelitian dan data yang didapat oleh peneliti akan dijamin
kerahasiaannya sesuai dengan kode etik penelitian. Kesediaan saudara dalam
mengisi skala dibawah ini sangat berarti bagi peneliti. Terimakasih
Apabila memiliki pertanyaan mengenai kuesioner penelitian ini, saudara
dapat menghubungi saya melalui Email (tyaelok@students.unnes.ac.id). Atas
kesediaanya saya ucapkan terimakasih.

II. Petunjuk Pengisian


Skala instrumen penelitian ini terdiri 5 alternatif jawaban yaitu Sangat
Sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang Sesuai (KS), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak
Sesuai (STS). Saudara diminta untuk memilih satu pilihan jawaban yang sudah
tersedia sesuai dengan keadaan yang sedang saudara alami untuk menunjukkan
kesesuaian diri saudara dari masing-masing pernyataan tersebut.
75

Nama :
Jurusan :
Angkatan :
No HP :

LEMBAR SKALA Perilaku Seksual Pranikah


Jawaban
No Pernyataan
SS S KS TS STS
1 Saat bertemu lawan jenis atau pasangan,
saya hanya berbincang tanpa melakukan
sentuhan fisik
2 Saya berpegangan tangan dengan pasangan
saat bertemu
3 Saya menolak berpegangan tangan dengan
pasangan atau lawan jenis
4 Berpengangan tangan dengan lawan jenis
merupakan hal yang sangat wajar
5 Berpelukan dengan pasangan membuat
saya senang
6 Saya menolak saat pasangan atau lawan
jenis ingin memeluk
7 Saya memeluk pasangan untuk
menunjukkan rasa sayang
8 Saya enggan berpelukan dengan
pasangan/lawan jenis karena belum
menikah
9 Mencium pipi pasangan adalah hal yang
wajar dilakukan
10 Mencium kening merupakan hal yang tabu
bagi saya
11 Saya memperbolehkan pasangan/lawan
jenis mencium kening
12 Saya mencium pipi pasangan untuk
menunjukkan rasa sayang
13 Saya menolak jika pasangan/lawan jenis
hendak mencium kening
14 Berciuman bibir dengan pasangan
merupakan hal yang wajar
15 Berciuman bibir saat belum menikah
bertentangan dengan norma yang saya anut
16 Baru bisa dikatakan berpacaran jika sudah
berciuman bibir
17 Berciuman merupakan hal yang romantis
76

18 Berciuman diperbolehkan untuk yang


sudah menikah saja
19 Bukan hak pasangan untuk meraba
dada/payudara saya
20 Kegiatan mencium atau dicium pada
bagian dada/payudara itu menyenangkan
21 Saya menjaga kesucian pasangan dengan
tidak meraba dada/payudaranya
22 Pacaran perlu bervariasi, antara lain
bercumbu dengan meraba bagian
dada/payudara pasangan
23 Saya dan pasangan memperbolehkan
memegang alat kelamin satu sama lain
24 Jika belum menikah, hanya saya yang
boleh memegang area sensitif pribadi
25 Meraba alat kelamin pasangan sebelum
menikah sah-sah saja
26 Saya tidak berani meraba alat kelamin
pasangan karena takut dosa
27 Saya menyetujui untuk berhubungan badan
dengan pasangan baik tanpa/menggunakan
alat kontrasepsi
28 Saya menolak saat lawan jenis/pasangan
mengajak untuk penetrasi dalam
berhubungan seksual
29 Saya merasa ingin mengulangi untuk
berhubungan seksual dengan pasangan
30 Saya melakukan penetrasi dengan
pasangan untuk mendapatkan kepuasan
31 Saya berhubungan seksual jika sudah
menikah
77

LEMBAR SKALA KONTROL DIRI


Jawaban
No Pernyataan
SS S KS TS STS
1 Saat sendiri saya memilih untuk melakukan
kegiatan positif seperti membaca buku,
olahraga, atau yang lainnya
2 Saat sendirian, saya tertarik untuk
menonton film dewasa (blue film)
3 Saya meluangkan waktu untuk berpacaran
4 Saya mengikuti kegiatan organisasi untuk
mengisi waktu luang
5 Saya memilih untuk fokus pada kuliah dan
mengerjakan tugas
6 Saat membuka laman website dan muncul
iklan yang tidak senonoh seperti video
bokep, saya langsung menutupnya
7 Saya membolos kuliah untuk dapat kencan
dengan pasangan
8 Saya menghindari berteman dengan lawan
jenis untuk menjaga diri
9 Saya tetap fokus pada kuliah meskipun
banyak teman yang sudah memiliki pacar
10 Saya takut ketinggalan trend jika tidak
berciuman dengan pasangan seperti teman-
teman lainnya
11 Saya menggandeng pasangan saat bertemu
seperti pasangan lain pada umumnya
12 Saya memilih berdiam diri dikos untuk
menghindari pergaulan bebas
13 Saya menolak apabila pasangan mengajak
untuk berciuman
14 Saya mengikuti gaya berpacaran dan
pergaulan teman yang bebas
15 Saya berusaha untuk meninggalkan tingkah
laku yang buruk
16 Saya tetap memeluk/ mencium pasangan di
tempat umum meskipun sudah ditegur
teman
17 Saya mempertimbangkan terlebih dahulu
ketika diajak keluar oleh lawan jenis
18 Ketika pasangan mengajak untuk
bersenggama, saya menyetujuinya
19 Saya enggan berpacaran karena takut akan
pandangan buruk orang lain
20 Saya mengabaikan pendapat orang lain
tentang gaya berpacaran saya
78

21 Saya mengabaikan sanksi apabila ketahuan


berciuman di kampus
22 Saya menghindari melakukan senggama
sebelum menikah karena takut akan
akibatnya
23 Berpacaran dan melakukan kegiatan
seksual pranikah dapat menghambat kuliah
saya
24 Saya bertekad untuk bertindak sesuai
dengan norma yang ada di masyarakat
25 Saya bertindak sesuka hati tanpa mengikuti
norma di masyarakat
26 Saya merasa ragu setiap hendak
mengambil keputusan
27 Saya mengetahui dan menerima resiko atas
apa yang telah diperbuat
28 Saya mengakui bahwa berhubungan
seksual sebelum menikah merupakan suatu
kesalahan
29 Saya tergesa-gesa dalam bertindak dan
mengambil keputusan
30 Saya melakukan apapun yang saya mau,
termasuk having sex sebelum menikah
79

LEMBAR SKALA KONTROL DIRI


Jawaban
No Pernyataan
SS S KS TS STS
1 Orangtua melarang saya berhubungan
seksual pranikah karena tidak sesuai
dengan norma dimasyarakat
2 Orangtua santai saat mengetahui saya
berpacaran
3 Orangtua acuh terhadap jam bermain saya
4 Orangtua melarang saya keluar hingga
larut malam untuk menghindari pergaulan
bebas
5 Orangtua membatasi jam keluar malam
saat saya pergi dengan teman/pacar
6 Orangtua santai jika saya melakukan
kesalahan yang tidak sesuai dengan aturan
mereka
7 Orangtua mengharuskan saya meminta izin
sebelum pergi dengan teman/pasangan
8 Orangtua acuh terhadap apa yang saya
lakukan dengan pacar
9 Orangtua membentak saat saya ketahuan
berciuman dengan pacar
10 Orangtua membebaskan saja jika saya
berbuat salah
11 Orangtua memaki jika tahu saya
melakukan hubungan seksual pranikah
12 Orangtua memeluk jika saya melakukan
kesalahan
13 Orangtua memperbolehkan saya
berpacaran, asalkan tidak membawa
dampak negative
14 Orangtua menuntut saya agar tidak bergaul
dengan bebas
15 Orangtua memberikan pengertian tentang
batasan-batasan dalam bergaul dengan
lawan jenis
16 Orangtua marah jika saya berpacaran tanpa
menjelaskan alasannya
17 Orangtua mendiskusikan setiap keputusan
dengan saya
18 Orangtua acuh tak acuh terhadap apa yang
saya lakukan
19 Orangtua meluangkan waktu untuk
berbincang bersama
80

20 Orangtua menjawab dan menjelaskan


dengan baik saat saya bertanya mengenai
hal yang berbau seksual
21 Orangtua sibuk dan tidak pernah
berbincang dengan saya
22 Orangtua marah jika saya ingin berdiskusi
terkait hal seksual kepada mereka
23 Orangtua menanggapi dengan baik saat
saya menceritakan masalah yang saya
hadapi
24 Orantua bersikap cuek dengan
mengabaikan pendapat saya
25 Orangtua membebaskan saya untuk
melakukan apapun, termasuk berhubungan
badan dengan lawan jenis sebelum
menikah
26 Orangtua menasehati dengan baik terkait
pergaulan saya dengan lawan jenis
27 Orangtua tidak peduli terkait apa yang saya
lakukan dengan pacar
28 Orangtua tidak memperbolehkan saya
untuk berpacaran
29 Orangtua acuh jika saya berbuat salah
30 Orangtua melarang saya untuk bermain
dimalam hari
31 Saya memiliki fasilitas hidup yang lengkap
dari orangtua
32 Saya harus menyisihkan uang saku untuk
membeli barang yang diinginkan
33 Jika saya meminta uang saku tambahan,
orangtua selalu memberi tanpa syarat
34 Orangtua memberikan fasilitas sesuai
dengan kebutuhan saya
35 Orangtua selalu membelikan saya
handphone keluaran terbaru yang saya
inginkan
36 Orangtua tidak peduli dengan keinginan
saya
81

Lampiran 6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian


Hasil Uji Validitas Skala Penelitian
Ukuran item pernyataan valid atau tidak diidentifikasi dari uji signifikansi
korelasi pada taraf 5% yang dapat diartikan suatu item valid apabila rhitung > rtabel.
Instrumen telah diujikan kepada jumlah sampel sebanyak 65 mahasiswa yang dapat
diketahui r tabel dengan taraf kesalahan 5% sebesar 0.244. Maka apabila hasil rhitung
> .245 dapat dinyatakan valid. Berikut ialah hasil uji validitas instrumen:

Hasil Uji Validitas Skala Kontrol Diri


No
Variabel rhitung rtabel Ket.
Item
Kontrol Diri 1 .404 .244 Valid
2 .280 .244 Valid
3 .447 .244 Valid
4 .255 .244 Valid
5 .569 .244 Valid
6 .254 .244 Valid
7 -.411 .244 Valid
8 .060 .244 Tidak Valid
9 .530 .244 Valid
10 .545 .244 Valid
11 .238 .244 Tidak Valid
12 .323 .244 Valid
13 .491 .244 Valid
14 .456 .244 Valid
15 .481 .244 Valid
16 .479 .244 Valid
17 .303 .244 Valid
18 .379 .244 Valid
19 .280 .244 Valid
20 .217 .244 Tidak Valid
21 .511 .244 Valid
22 .225 .244 Tidak Valid
23 .579 .244 Valid
24 .568 .244 Valid
25 .549 .244 Valid
26 .152 .244 Tidak Valid
27 .259 .244 Valid
28 .426 .244 Valid
29 .368 .244 Valid
30 .512 .244 Valid
82

Hasil Uji Validitas Skala Pola Asuh Orangtua


No
Variabel rhitung rtabel Ket.
Item
Pola Asuh 1 .068 .244 Tidak Valid
Orangtua 2 -.039 .244 Tidak Valid
3 .525 .244 Valid
4 .278 .244 Valid
5 .448 .244 Valid
6 .512 .244 Valid
7 .593 .244 Valid
8 .372 .244 Valid
9 -.152 .244 Tidak Valid
10 .468 .244 Valid
11 .341 .244 Valid
12 -.125 .244 Tidak Valid
13 .215 .244 Tidak Valid
14 .022 .244 Tidak Valid
15 .652 .244 Valid
16 .348 .244 Valid
17 .513 .244 Valid
18 .642 .244 Valid
19 .612 .244 Valid
20 .382 .244 Valid
21 .633 .244 Valid
22 .491 .244 Valid
23 .525 .244 Valid
24 .656 .244 Valid
25 -.335 .244 Valid
26 -.300 .244 Valid
27 -.388 .244 Valid
28 .379 .244 Valid
29 -.364 .244 Valid
30 .062 .244 Tidak Valid
31 .106 .244 Tidak Valid
32 .049 .244 Tidak Valid
33 .373 .244 Valid
34 -.194 .244 Tidak Valid
35 .135 .244 Tidak Valid
36 .607 .244 Valid
83

Hasil Uji Validitas Skala Perilaku Seksual Pranikah


No
Variabel rhitung rtabel Ket.
Item
Perilaku 1 .420 .244 Valid
Seksual 2 .493 .244 Valid
Pranikah 3 .497 .244 Valid
4 .353 .244 Valid
5 .598 .244 Valid
6 .364 .244 Valid
7 .585 .244 Valid
8 .572 .244 Valid
9 .752 .244 Valid
10 .571 .244 Valid
11 .731 .244 Valid
12 .781 .244 Valid
13 .535 .244 Valid
14 .569 .244 Valid
15 .162 .244 Tidak Valid
16 .279 .244 Valid
17 .476 .244 Valid
18 .594 .244 Valid
19 .169 .244 Tidak Valid
20 .303 .244 Valid
21 -.168 .244 Tidak Valid
22 -.375 .244 Valid
23 .373 .244 Valid
24 .212 .244 Tidak Valid
25 .364 .244 Valid
26 .389 .244 Valid
27 .253 .244 Valid
28 .280 .244 Valid
29 .439 .244 Valid
30 .407 .244 Valid
31 .185 .244 Tidak Valid
84

Hasil Uji Reliabilitas Skala Penelitian


Kriteria instrumen penelitian dinyatakan reliabel apabila hasil perhitungan
reliabilitas menunjukkan rhitung > rtabel. Adapun hasil uji reliabailitas instrumen
penelitian ini sebagai berikut:

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Perilaku Seksual Pranikah

Case Processing Summary Reliability Statistics


N % Cronbach's
Cases Valid 65 100.0 Alpha N of Items
Excluded a
0 .0 .852 26
Total 65 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Kontrol Diri

Case Processing Summary Reliability Statistics


N % Cronbach's
Cases Valid 65 100.0 Alpha N of Items
a
Excluded 0 .0 .763 25
Total 65 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pola Asuh Orangtua

Case Processing Summary Reliability Statistics


N % Cronbach's
Cases Valid 65 100.0 Alpha N of Items
a
Excluded 0 .0 .758 25
Total 65 100.0
a. Listwise deletion based on all
variables in the procedure.
85

Lampiran 7 Tabulasi Data Penelitian

Tabulasi Data Penelitian Pola Asuh Orangtua Mahasiswa FIP UNNES


86
87
88

Tabulasi Data Penelitian Life Crisis Mahasiswa UNNES


89
90

Tabulasi Data Penelitian Kontrol Diri Mahasiswa FIP UNNES


91
92
93
94
95

Tabulasi Data Penelitian Perilaku Seksual Pranikah Mahasiswa FIP UNNES


96
97
98
99
100

Lampiran 8 Hasil Analisis Deskriptif Kuantitatif

Descriptive Statistics
Std.
N Minimum Maximum Mean Deviation
Behaviour 350 21.00 50.00 41.0914 4.97474
Cognitive 350 11.00 45.00 38.9571 5.01641
Decision 350 8.00 30.00 26.3514 3.05807
Otoriter 350 13.00 40.00 33.7600 4.89308
Otoratif 350 12.00 50.00 38.8457 5.95486
Permisif 350 10.00 27.00 16.6771 2.88684
Bersentuhan 350 8.00 40.00 20.1829 7.41838
Beerciuman 350 9.00 41.00 17.4571 7.14621
Meraba 350 4.00 20.00 5.2114 2.62692
Senggama 350 5.00 25.00 7.5086 3.58502
Valid N
350
(listwise)
101

Lampiran 9 Hasil Asumsi Klasik

Hasil Uji Normalitas


One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 350
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 11.01159069
Most Extreme Differences Absolute .071
Positive .071
Negative -.039
Kolmogorov-Smirnov Z 1.323
Asymp. Sig. (2-tailed) .060
a. Test distribution is Normal.

Hasil Uji Linieritas


ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Y * Between (Combined) 66760.487 52 1283.856 10.435 .000
X1 Groups
Linearity 60817.88 494.33
60817.881 1 .000
1 0
Deviation from
5942.607 51 116.522 .947 .580
Linearity
Within Groups 36540.153 297 123.031
Total 103300.64
349
0
102

ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Y * Between (Combined) 26486.114 40 662.153 2.664 .000
X2 Groups
Linearity 13224.90
13224.902 1 53.200 .000
2
Deviation from
13261.211 39 340.031 1.368 .078
Linearity
Within Groups 76814.526 309 248.591
Total 103300.64
349
0

Hasil Uji Heterokedastisitas


103

Lampiran 10 Hasil Uji Regresi Berganda

Variables Entered/Removed b
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 X2, X1a . Enter
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: Y

Model Summary
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate
1 .768a .590 .588 11.04328
a. Predictors: (Constant), X2, X1

ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 60982.600 2 30491.300 250.023 .000a
Residual 42318.040 347 121.954
Total 103300.640 349
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 179.035 7.341 24.387 .000
X1 -1.129 .057 -.749 -19.789 .000
X2 -.096 .082 -.044 -1.162 .246
a. Dependent Variable: Y
104

Lampiran 11 Surat Izin Penelitian


105

Lampiran 12 Link Google Form Penelitian

https://bit.ly/PenelitianElok

(Sunawan, 2018)

Anda mungkin juga menyukai