Anda di halaman 1dari 8

Korelasi Film Pendek “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Itu”

Terhadap Kesehatan Mental Siswa SMA Saat Akan


Mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi

Hani Nurhalimah
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang
Jihan Karimah
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang
Liza Rahma Lestari
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang
Luthpin Ubaidiah
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang
Pebri Faturahman
Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Sumedang

Abstrak
Kesehatan mental merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan karena akan
berdampak pada kondisi emosional, bahkan gangguan mental berkepanjangan dapat
menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. Salah satu contoh gangguan mental yang
dialami anak SMA yaitu stress ketika akan menghadapi ujian masuk perguruan tinggi,
dimana stress tersebut dapat menyebabkan individu berbuat hal yang negatif. Oleh
karena itu diperlukan upaya untuk mencegah hal tersebut yakni dengan membuat film
pendek "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Itu" untuk menyampaikan pesan tersirat
mengenai cara menjaga kesehatan mental dengan bergaul di lingkungan yang baik.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara fiilm pendek "Nanti Kita
Cerita Tentang Hari Itu" dengan kesehatan mental siswa SNA saat akan menghadapi
ujian masuk perguruan tinggi. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam film pendek "Nanti Kita Cerita
Tentang Hari Itu" tokoh MR tidak jadi melakukan hal yang mencelakai diri karena
banyaknya dukungan positif dari teman-teman serta lingkungannya.

Kata Kunci: film pendek, kesehatan mental, stres

Abstract
Mental health is a very important thing to pay attention to because it will have an
impact on emotional conditions, even prolonged mental disorders can cause a decrease
in endurance. One example of mental disorders experienced by high school students is
stress when facing college entrance exams, where this stress can cause individuals to
do negative things. Therefore, efforts are needed to prevent this by making a short film
"Later We Tell About That Day" to convey the implicit message about how to maintain
mental health by associating in a good environment. The purpose of this study was to
determine the correlation between the short film "Later We Tell About That Day" and
the mental health of SNA students when they are about to face the college entrance
examination. The research method used is descriptive qualitative. The results of the
study show that in the short film "Later We Tell About That Day" the character MR
does not do things that injure himself because of the lots of positive support from his
friends and environment.

Keywords: short film, mental health, stress

PENDAHULUAN
Selain memperhatikan kesehatan fisik, kesehatan mental pun perlu
diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap emosional dan cara bersikap
seseorang. Bahkan gangguan mental yang berkepanjangan dapat berpengaruh terhadap
kesehatan fisik seperti penurunan daya tahan tubuh sehingga siswa mudah mengalami
sakit. Kesehatan mental merupakan sebuah kondisi dimana individu terbebas dari
segala bentuk gejala-gejala gangguan mental. Individu yang sehat secara mental dapat
berfungsi secara normal dalam menjalankan hidupnya khususnya saat menyesuaikan
diri untuk menghadapi masalah-masalah yang akan ditemui sepanjang hidup seseorang
dengan menggunakan kemampuan pengolahan stres. (Putri et al., 2015).
Contoh gangguan kesehatan mental adalah stress. Stress merupakan suatu
keadaan dimana individu merasa terancam ataupun tertekan terhadap keadaaan yang
dihadapinya. Bukan hanya orang dewasa saja yang dapat mengalami stress, remaja pun
bahkan bisa mengalami stress seperti halnya siswa SMA terlebih saat akan menghadapi
ujian masuk kuliah. Stres yang terjadi di lingkungan sekolah atau pendidikan biasanya
disebut dengan stress akademik. Stress akademik bisa disebabkan oleh beberapa hal
seperti gagal ujian, kurangnya prestasi, lingkungan sekolah yang kurang mendukung
hingaa tekanan atau ekspektasi orang tua yang tinggi terhadap anaknya. Dalam jangka
panjang, stres yang tidak diatasi dapat mempengaruhi mental siswa berupa kelelahan
mental dan patah semangat dan menyebabkan siswa mengalami masalah perilaku,
seperti berbuat onar di dalam kelas, berperilaku aneh, merusak diri sendiri, pasif, emosi
meledak-ledak, berperilaku anti sosial, menyendiri, mengkonsumsi rokok, obat-obatan,
dan alkohol. (Barseli et al., 2018). Bahkan dalam kasus tertentu stress yang
berkepanjangan menyebabkan keputusasaan hingga siswa nekat untk bunuh diri. Stress
akademik yang dialami siswa khususnya siswa SMA perlu diperhatikan karena
memiliki pengaruh pada Kesehatan mentalnya. Ketika menghadapi berbagai stress
yang dapat menimbulkan stres diperlukan pencegahan agar tidak mengarah pada
kegiatan yang tidak baik, salah satunya adalah dengan bergaul dengan teman yang
dapat mengajak dan mendukung kita ke arah yang lebih baik. Karena lingkungan
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan perilaku seseorang.
Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti membuat sebuah film pendek yang
berjudul “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Itu”, karena permasalahan diatas mempunyai
korelasi dengan film pendek yang peneliti buat yakni berisi mengenai keputusasaan
seorang siswa SMA yang gagal diterima di perguruan tinggi hingga berniat melakukan
bunuh diri. Film pendek ini dibuat agar menjadi pelajaran, umumnya bagi masyarakat
dan khususnya pada siswa agar tidak berbuat nekat dan memikirkan konsekuensi yang
terjadi jika melakukan hal tersebut. Hal tersebut sejalan dengan pendapat (Fauziah N,
2017) bahwa media film mampu mendorong dan meningkatkan motivasi karena ada
nilai-nilai positif yang bisa dijadikan sebagai bahan pemikiran dan pembahasan para
siswa. Diharapkan dengan adanya film pendek ini mampu mencegah perilaku siswa
dari perbuatan mencelakai diri yang disebabkan oleh stress akademi yang dialaminya.

METODE PENELITIAN
Pada penelitian kali ini peneliti melakukan teknik penyebaran angket guna
memperoleh data yang diinginkan. Subjek pada penelitian kali ini merupakan siswa
dan siswi kelas 12 yang berasal dari berbagai Sekolah Menengah Atas. Metode
kuantitatif dilakukan oleh peneliti untuk mengolah data yang sudah di dapat. Dalam
proses pengambilan dan pengolahan data, memang seyogianya ada saja hambatan yang
ditemui, namun hal tersebut tidak menjadi hambatan yang berarti, dikarenakan tim
peneliti senantiasa semangat dan bekerjasama dalam menghadapi hambatan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Situasi menghadapi SBMPTN dinilai sebagai situasi yang stressful oleh
partisipan MR. Hal tersebut terlihat dari MR yang merasa takut dan cemas selama
persiapan menghadapi SBMPTN karena tidak bisa melihat bagaimana orang lain
belajar dalam mempersiapkan SBMPTN. Semua kegiatan belajar dan persiapan
menghadapi SBMPTN yang dilaksanakan MR dari rumah membuat MR merasa bosan
dan kesepian. Selain itu, materi UTBK yang banyak dan diajarkan secara daring
membuat MR merasa kesulitan untuk memahami materi yang dijelaskan oleh guru. MR
kemudian berusaha mengontrol perasaannya dan melakukan koping self-control
dengan melihat kondisi teman-temannya yang sudah diterima di Perguruan Tinggi
Negeri. MR kemudian yakin bahwa seharusnya ia bisa karena ia yakin dengan
kemampuannya. Sehingga akhirnya MR memutuskan untuk berusaha belajar dengan
lebih giat. MR merasa tertantang karena bagi MR SBMPTN adalah sebuah ujian yang
harus bisa ia lewati untuk mencapai cita-citanya. MR berusaha berubah menjadi lebih
rajin, fokus dan giat dalam belajar karena MR tahu tidak akan ada yang bisa
membantunya selain dirinya sendiri. MR memiliki harapan dengan usahanya untuk
berikhtiar dan belajar dapat membuat ia diterima SBMPTN. Sampai akhirnya MR
diterima di Perguruan Tinggi Negeri Jurusan Kedokteran.
1. Karakteristik Kesehatan Mental
Karakteristik kesehatan mental meliputi
a. Spiritual, Spritualitas merupakan tugas hidup pertama, paling utama, dan
menjadi titik sentral dari kesempurnaan,
b. Pengarahan diri, ialah tugas untuk mengatur diri sendiri agar mampu hidup
secara baik dan sehat
c. Persahabatan. yaitu hubungan sosial antara individu dalam masyarakat yang
berdasarkan komitmen yang satu dengan yang lain atas dasar keakraban dan
saling pengertian hasil dari persahabatan adalah didapatnya dukungan sosial
baik berupa material maupun nonmaterial.
2. Faktor - Faktor yang Menyebabkan
Ketidaksehatan Mental Peserta Didik Faktor yang menyebabkan ketidaksehatan
mental peserta didik meliputi Pengaruh kesehatan terhadap perasaan, pikiran atau
kecerdasan, kelakuan, Frustasi, Konflik, dan Kecemasan. Faktor-faktor yang
menyebabkan ketidaksehatan mental peserta didik tergolong baik, Hal ini sesuai
dengan menurut Daradjat (1983:17) Mengatakan bahwa Faktor-faktor yang
mempengaruhi kesehatan mental ialah faktor terhadap perasaan di antara
gangguan perasaan yang disebabkan oleh karena terganggunya kesehatan mental
ialah: rasa cemas (gelisah), iri hati, sedih, merasa rendah diri, pemarah, ragu
(bimbang) dan sebagainya. Faktor Pengaruh kesehatan mental terhadap kelakuan
Ketidaktentraman hati, atau kurang sehatnya mental, sangat mempengaruhi
kelakuan dan tindakan seseorang.
3. Upaya yang Dilakukan Guru BK Dalam
Meningkatkan Kesehatan Mental Peserta Didik Upaya Guru BK dalam
Meningkatkan Kesehatan Mental peseta didik meliputi a) layanan informasi b)
layanan konseling individual c) layanan bimbingan kelompok d) layanan
konseling kelompok, guru bimbingan dan konseling sudah dilakukan dengan
sangat baik dan berhasil sesuai tujuan yang ingin dicapai maka dalam memberikan
layanan haruslah dengan melalui berbagai jenis layanan.guru bimbingan dan
konseling tersebut sesuai dengan Neviyarni (2009:75) “Bimbingan dan Konseling
adalah layanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun
kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang
bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir
melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung yang merupakan
kegiatan”.
Remaja mengalami permasalahan psikologi yang berhubungan dengan distress
psikologis dan disfungsi sosial seperti merasakan kurang dapat berkonsentrasi, merasa
dibawah tekanan dan kurang dapat menikmati aktivitas seharihari. pandemi covid-19
telah memengaruhi hampir setiap aspek dalam kehidupan, termasuk aktivitas harian
remaja. Bagaimana tidak, penerapan physical distancing dan penutupan sekolah
membuat remaja tidak dapat beraktivitas normal, Dilansir dari NYU Langone Health,
kebanyakan remaja terlihat murung, sedih, atau kecewa ketika menjalani karantina di
rumah selama pandemi covid-19. Sebagian besar remaja merasakan perubahan yang
terjadi selama pandemi covid-19 dan sebagian kecil merasa tidak yakin atau meragukan
adanya virus covid-19. Pada umumnya, remaja merasa stres atau cemas (ansietas) atas
perubahan yang terjadi, karena kurangnya pemahaman dan informasi yang mereka
peroleh terkait covid-19. Kecemasan terhadap kondisi pandemi menyebabkan remaja
merasakan adanya perubahan pola konsumsi sehari-hari.

KESIMPULAN
Kesehatan mental merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan
karena akan berdampak pada kondisi emosional seseorang terkait dengan situasi
menghadapi ujian SBMPTN dapat menjadi faktor penyebab stres bagi peserta ujian,
seperti yang dialami oleh MR. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental
peserta didik meliputi pengaruh kesehatan terhadap perasaan, pikiran atau kecerdasan,
kelakuan, frustasi, konflik, dan kecemasan. Guru BK dapat membantu meningkatkan
kesehatan mental peserta didik melalui layanan informasi, konseling individua l,
bimbingan kelompok, dan konseling kelompok. Adapun pandemi COVID-19 dapat
memengaruhi kesehatan mental remaja, sehingga perlu adanya perhatian dan upaya
untuk menjaga kesehatan mental mereka.

SARAN
Bagi peserta ujian SBMPTN, penting untuk mengatasi perasaan takut dan
cemas selama persiapan menghadapi ujian dengan cara yang tepat. Sedangkan Bagi
guru BK, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan mental peserta didik
perlu meliputi layanan informasi, layanan konseling individual, layanan bimbingan
kelompok, dan layanan konseling kelompok. Di masa pandemi COVID-19, remaja
mengalami permasalahan psikologi yang berhubungan dengan distress psikologis dan
disfungsi sosial. Oleh karena itu, perlu memberikan dukungan sosial yang baik dan
berupa material maupun nonmaterial.

DAFTAR PUSTAKA
Barseli, M., Ahmad, R., & Ifdil, I. (2018). Hubungan stres akademik siswa dengan
hasil belajar. Jurnal EDUCATIO: Jurnal Pendidikan Indonesia, 4(1), 40.
https://doi.org/10.29210/120182136
Fauziah N. (2017). Pengaruh Penerapan Media Film Pendek terhadap Kemampuan
Menulis Naslah Drama pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Klirong. Jurnal
Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 5(47), 1–116.
I Gusti Ayu Dewi Oktariani, N. K. (2022). Stigma gangguan kesehatan mental bagi
remaja semenjak pandemi covid-19. pekan ilmiah pelajara (PILAR), 1-7.

Mosa, E. (2018). Studi tentang kesehatan mental peserta didik kelas VII Sekolah
Menengah Pertama Negeri 3 Sungai Raya. CV. Alfabeta, 1-8.

Putri, A. W., Wibhawa, B., & Gutama, A. S. (2015). Kesehatan Mental Masyarakat
Indonesia (Pengetahuan, Dan Keterbukaan Masyarakat Terhadap Gangguan
Kesehatan Mental). Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, 2(2), 252–258. https://doi.org/10.24198/jppm.v2i2.13535
Zulfia, I., Meilinda, M., Ilma, N., & Muskhafiyah, S. (2021). Kesehatan Mental Remaja
pada Masa Pandemi. Counseling As Syamil, 1(1), 11–19.

Anda mungkin juga menyukai