Anda di halaman 1dari 32

KONDISI KESEHATAN MENTAL SISWA KELAS XI MIPA

SMA PGII 2 BANDUNG

Karya Ilmiah (Laporan Penelitian)


Diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia

Disusun oleh :
 Aulia Adzmi Ramadhani
 Azka Anugerah Tamma
 Azzkia Zahwa Diandra T
 Reisya Nur Fauziyah
 Taqii Athallah Diaz

SMA PGII 2 BANDUNG


TAHUN AJARAN 2022/2023

Pembimbing
Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

A. Nurjamilah, S. Pd

Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, kami bisa menyelesaikan Karya Ilmiah yang berjudul “Kondisi
Kesehatan Mental Siswa Kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung.”
Karya Ilmiah ini meneliti kondisi kesehatan mental siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2
Bandung. Terutama dalam interaksi sosial dan lingkungan keluarga. Kondisi kesehatan mental
siswa berpengaruh dalam berbagai hal terutama dalam interaksi sosial. Maka dari itu, kesehatan
mental sangat dibutuhkan agar para siswa dapat beraktivitas dan berinteraksi di dalam sekolah
dengan baik.
Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu A. Nurjamilah, S.Pd. selaku guru
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia yang telah membantu kami dalam mengerjakan Karya Ilmiah.
Kami juga mengucapkan terimakasih pada teman – teman yang telah berkontribusi dalam
pembuatan Karya Ilmiah ini.
Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam Karya Ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar dapat memperbaiki Karya
Ilmiah ini.
Kami berharap semoga Karya Ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca. Besar harapan penyusun apabila hal-hal berikut: berpikir positif,
menyadari siapa diri kita dan setiap perilaku adalah pilihan sadar kita berdasar informasi yang
didapat, menyadari tujuan hidup kita akan selalu terarah pada kenyamanan, dan mencoba untuk
bertumbuh seiring dengan kedewasaan, menyadari bahwa seringkali ada hal-hal yang tidak
menyenangkan yang harus kita lalui terlebih dahulu sebelum mendapatkan.

ABSTRAK
Kesehatan mental merupakan suatu keadaan emosional dan psikologis yang baik, dimana
individu dapat memanfaatkan kemampuan kognisi dan emosi, berfungsi dalam komunitasnya,
dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Inti dari kesehatan mental sendiri adalah lebih
pada keberadaan dan pemeliharaan mental yang sehat. Akan tetapi, dalam praktiknya sering kali
kita temui bahwa tidak sedikit praktisi di bidang kesehatan mental lebih banyak menekankan
perhatiannya pada gangguan mental daripada mengupayakan usaha-usaha mempertahankan
kesehatan mental itu sendiri. Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif.
Berdasarkan metode penelitian deskriptif, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada siswa kelas XI SMA PGII 2. Peneliti
memberikan angket kepada 55 siswa yang berisi 26 butir pertanyaan. Ada beberapa hal yang
mempengaruhi kesehatan mental siswa, misalnya dipengaruhi oleh proses belajar dan interaksi
sosial dengan sesama. Kesehatan mental di sekolah perlu lebih diperhatikan secara mendalam
oleh semua pihak, karena kesehatan fisik dan mental sangat penting. Jika ada gangguan fisik dan
mental akan menghambat kehidupan. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui Kondisi
kesehatan mental siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung, 2) Mengetahui Faktor kesehatan
mental siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung, 3) Mengetahui Pengaruh kesehatan mental
siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung pada interaksi sosial siswa di sekolah. 4)
Mengetahui Cara menjaga kesehatan mental siswa kelas XI SMA PGII 2 Bandung. Dari angket
tersebut terlihat, bahwa kondisi kesehatan mental siswa kelas XI SMA PGII 2 kurang baik,
pengaruh kondisi kesehatan mental tersebut dikarenakan kurangnya kasih sayang dari pihak
keluarga dan interaksi sosial di sekolah.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bicara mengenai remaja suatu yang sangat menarik perhatian, baik itu dengan orang tua,
guru, dan para ahli yang mempunyai keilmuan nya dibidang ini. Karena anak remaja itu
adalah penerus yang akan mengambil alih suatu kepemimpinan dan tanggung jawab kendali
bangsa dimasa depan. Remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah
tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat diterima secara penuh untuk
masuk ke golongan orang dewasa. Remaja ada diantara anak dan orang dewasa, oleh karena
itu remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri”. Lingkungan yang buruk akan
membentuk manusia yang buruk, sedangkan lingkungan yang baik akan membentuk
manusia yang baik. Pengaruh perilaku individu yang dikendalikan oleh faktor- faktor
lingkungan, oleh karena nya individu merupakan makhluk relative yang memberi respons
terhadap lingkungan.

Usia remaja yang merupakan masa transisi atau goncangan jiwa seorang peserta didik
akan mengalami banyak problema yang harus diselesaikan namun kemampuan berfikirnya
masih belum matang sehingga kurang bisa untuk mengontrol dirinya dan mengasah
kemampuan, bakat dan potensi dirinya sehingga ia akan merasa minder, cemas, gelisah,
berbuat sesuatu tidak pada tempatnya. Ditambah lagi problema yang berhubungan dengan
orangtua, problema dengan sekolah dan pelajaran, problema pribadi.

Hal-hal seperti itulah yang nantinya berpengaruh pada kesehatan mental peserta didik
yang berpengaruh pada hasil belajarnya disekolah. Salah satu macam kesehatan anak yang
mempengaruhi hasil belajarnya yaitu kesehatan mental. Kesehatan mental adalah hal yang
bersifat pribadi dan individu. Hal ini menentukan bagaimana seseorang dapat berhubungan
dengan orang lain, menangani stres dan membuat pilihan. Kesehatan mental adalah cara kita
berpikir, merasakan dan bertindak.

Beberapa penelitian menemukan bahwa kesehatan mental positif tidak tergantung pada
kondisi mental atau penyakit. Orang yang memiliki penyakit mental masih mungkin
memiliki tingkat kesehatan mental positif yang berbeda dan orang yang tidak sakit mental
mungkin kekurangan kesehatan mental positif.

Kesehatan mental yang baik yaitu dimana kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan
tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari
dan menghargai orang lain di sekitar.

Adanya masa pubertas merupakan salah satu tantangan bagi remaja. Kadar hormon
selama masa pubertas dapat mempengaruhi respons stress dalam tubuh dan otak. Faktor lain
yang juga penting adalah pengaruh interaksi sosial di lingkungan sekolah ataupun di rumah
yang dapat membuat anak perlu mengembangkan kemampuan terkait penyesuaian diri dan
regulasi diri. Ketika remaja merasa diterima di lingkungan pertemanannya dan tidak
membandingkan diri secara berlebihan, hal ini mampu membuat mereka merasa aman di
lingkungan.
Dengan demikian kesehatan mental sangat dibutuhkan oleh remaja , untuk dapat
menyesuaikan diri lebih baik, mampu menjaga kesehatan jasmani dan rohani,
mengembangkan kemampuan- kemampuan yang dimiliki remaja, menjadikan pribadi yang
memiliki potensi dan perilaku yang baik serta mampu bertahan dan tidak menyerah pada
keadaan sulit sekalipun.
Remaja meliputi usia 15-18 tahun. Salah satu jenjang pendidikan yang termasuk ke
dalam usia tersebut adalah siswa kelas XI. Berdasarkan latar belakang itulah, maka peneliti
merasa perlu mengadakan penelitian terhadap permasalahan ini yang dituangkan dalam
bentuk karya ilmiah dengan judul “ Kondisi Kesehatan Mental Siswa SMA PGII 2
Bandung”.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana kondisi kesehatan mental siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung ?
2) Faktor apa saja yang mempengaruhi kesehatan mental siswa kelas XI SMA PGII 2
Bandung ?
3) Bagaimana pengaruh kesehatan mental siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung pada
interaksi sosial siswa di sekolah ?
4) Bagaimana cara menjaga kesehatan mental pada siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2
Bandung ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini untuk mengetahui :

1) Kondisi kesehatan mental siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung;


2) Faktor kesehatan mental siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung;
3) Pengaruh kesehatan mental siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung pada interaksi
sosial siswa di sekolah; dan
4) Cara menjaga kesehatan mental siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung.

1.4 Manfaat

Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Mental yang sehat akan
membuat pikiran menjadi positif sehingga tubuh akan berfungsi dengan baik secara
emosional, psikologis, sosial dan akan mempengaruhi cara berfikir, merasakan, dan
berprilaku. Apalagi mempelajari kesehatan bagi remaja itu sangat penting , masa remaja
dapat menjadi fase yang paling berisiko untuk mengalami masalah mental. Sebab, remaja
harus mengalami berbagai macam perubahan dan tantangan dalam waktu yang relatif
singkat. Hal ini juga terjadi saat otak remaja masih terus berkembang. Sebab bila seorang
remaja yang mengalami gangguan mental bukan tidak mungkin bisa menyebabkan depresi
dan yang lebih parah bisa sampai mencoba bunuh diri. Oleh karena itu dari hasil penelitian
ini di harapkan kita bisa mengetahui bagaimana kondisi kesehatan mental siswa kelas XI
MIPA SMA PGII 2 Bandung, dan semoga dengan kegiatan penelitian ini bisa dijadikan
sebuah acuan bagaimana kondisi kesehatan pada masa remaja khususnya Siswa XI MIPA
SMA PGII 2 Bandung. Lalu dengan penelitian ini pula diharapkan para siswa dapat
mengetahui cara dan seberapa pentingnya untuk menjaga kesehatan mental.

1.5 Hipotesis
Dari berbagai landasan teori dan rumusah masalah yang telah kita buat. Kami membuat
Hipotesis bahwa :
- Kondisi mental Siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung buruk.
BAB II
KERANGKA TEORITIS

2.1 Pengertian Kesehatan Mental


Daradjat 1988 mengungkapkan bahwa kesehatan mental merupakan keharmonisan dalam
kehidupan yang terwujud antara fungsi- fungsi jiwa, kemampuan menghadapi problematika
yang dihadapi, serta mampu merasakan kebahagiaan dan kemampuan dirinya secara positif.
(Fakhriyani, 2019: 10)

Menurut Jalahuddin (2015) Kesehatan mental adalah ilmu yang meliputi sistem tentang
prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan
ruhani. Orang yang sehat mentalnya ialah orang yang dalam ruhani atau dalam hatinya
selalu merasa tenang, aman, tenteram. (Fakhriyani, 2019: 10)

Menurut Hasneli (2014) kesehatan mental, yakni terwujudnya keserasian yang sesungguh-
sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuain diri antara manusia
dengan dirinya sendiri dan lingkungannya berlandaskan keimanan dan ketaqwaan serta
bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia dunia dan akhirat. (Fakhriyani,
2019: 10)

Kartini Kartono, 2000 : 3 menyatakan bahwa kesehatan mental adalah ilmu yang
mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa, yang bertujuan mencegah timbulnya
gangguan/penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau
menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan kesehatan jiwa.

Menurut Jalaludin (2010) Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari keluhan dan
gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri terhadap
lingkungan sosial). Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan
penyakit jiwa. (Fakhriyani, 2019: 11)

Abdul Hamid (2017) menyatakan bahwa Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang
dari keluhan dan gangguan mental baik berupa neurosis maupun psikosis (penyesuaian diri
terhadap lingkungan sosial) Orang yang sehat mental akan senantiasa merasa aman dan
bahagia dalam kondisi apapun, ia juga akan melakukan intropeksi atas segala hal yang
dilakukannya sehingga ia akan mampu mengontrol dan mengendalikan dirinya sendiri.
(Fakhriyani, 2019: 11)

Menurut Agung Rai (2016) bahwa orang yang sehat mentalnya adalah orang yang terhindar
dari gangguan dan penyakit jiwa, mampu menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-
masalah dan kegoncangan-kegoncangan, adanya keserasian fungsi jiwa, dan merasa bahwa
dirinya berharga, berguna, dan berbahagia serta dapat menggunakan potensi-potensi yang
ada semaksimal mungkin. (Fakhriyani, 2019: 11)

Menurut Pieper dan Uden (2006), Kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang
tidak mengalami perasaan bersalah terhadap dirinya, memiliki estimasi yang relistis terhadap
dirinya sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan
menghadapi masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan
sosialnya, serta memiliki kebahagiaan dalam hidupnya. (Fakhriyani, 2019: 12)

Vaillaint (dalam Notosoedirjo & Latipun, 2005), mengatakan bahwa kesehatan mental atau
psikologis itu “as the presence of succesfull adjustment or the a bsence of psychopatology”.
(Fakhriyani, 2019: 12)

2.2 Kondisi Kesehatan Mental yang Baik


Kesehatan mental adalah kondisi dimana seseorang memiliki kesejahteraan yang terlihat
dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki kemampuan untuk
mengatasi tekanan hidup dan normal di setiap situasi dalam kehidupan, mampu bekerja
secara produktif dan menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi kepada
komunitasnya.
Dikutip dari (https://psikologi.esaunggul.ac.id)

Kondisi kesehatan mental yang baik adalah sebagai berikut:


1) Bisa menyadari kemampuan diri sendiri Orang yang sehat secara mental akan mampu
menyadari batas kemampuannya. Tidak hanya itu, orang yang sehat mental juga mampu
menyadari keterbatasan yang dimilikinya.
2) Bisa mengatasi tekanan setiap harinya Di zaman seperti ini, stres seakan menjadi
makanan sehari-hari bagi kita semua. Menurut Nido, kondisi stres yang kita alami sehari-
hari merupakan hal yang sangat wajar.
3) Bisa bekerja secara baik Bekerja di sini tidak hanya terbatas pada pekerjaan yang
memiliki jenjang karier secara formal.Namun juga mencakup kegiatan dalam menyelesaikan
tugas dan kewajiban serta kemampuan merawat diri secara produktif.
4) Berkontribusi bagi banyak komunitas Kontribusi bagi komunitas di sini diartikan sebagai
bagaimana kita dapat bermanfaat atau dapat menjalin hubungan dengan keluarga dan orang-
orang di sekitar kita. Ketika itu terjadi, maka kamu memiliki kesehatan mental yang baik.
Dikutip dari (https://www.kompas.com/edu/read/2022/10/04/100813071/dosen-unair-ini-4-
ciri-orang-punya-kesehatan-mental-yang-baik?page=all)

Kesehatan mental yang baik adalah kondisi ketika batin kita berada dalam keadaan
tentram dan tenang, sehingga memungkinkan kita untuk menikmati kehidupan sehari-hari
dan menghargai orang lain di sekitar. Seseorang yang bermental sehat dapat menggunakan
kemampuan atau potensi dirinya secara maksimal dalam menghadapi tantangan hidup, serta
menjalin hubungan positif dengan orang lain.
Dikutip dari (https://promkes.kemkes.go.id/pengertian-kesehatan-mental#:~:text=Kesehatan
%20mental%20yang%20baik%20adalah,menghargai%20orang%20lain%20di%20sekitar)

2.3 Kondisi Kesehatan Mental yang Buruk


Orang yang kesehatan mentalnya terganggu akan mengalami gangguan suasana hati,
kemampuan berpikir, serta kendali emosi yang pada akhirnya bisa mengarah pada perilaku
buruk.
Dikutip dari ((https://promkes.kemkes.go.id/pengertian-kesehatan-mental#:~:text=Kesehatan
%20mental%20yang%20baik%20adalah,menghargai%20orang%20lain%20di%20sekitar)

Gejala Gangguan Kesehatan Mental antara lain; kehilangan kemampuan untuk


berkonsentrasi, Ketakutan, kekhawatiran, atau perasaan bersalah yang selalu menghantui.
Ketidakmampuan untuk mengatasi stres atau masalah sehari-hari. Marah berlebihan dan
rentan melakukan kekerasan.
Dikutip dari (www.halodoc.com)

Mental illness (mental disorder), disebut juga dengan gangguan mental atau jiwa, adalah
kondisi kesehatan yang memengaruhi pemikiran, perasaan, perilaku, suasana hati, atau
kombinasi diantaranya. Kondisi ini dapat terjadi sesekali atau berlangsung dalam waktu
yang lama (kronis).
Dikutip dari (https://yankes.menkes.co.id/)

Definisi Gangguan jiwa atau mental illnes menurut ahli adalah keadaan dimana seseorang
mengalami kesultan mengenai persepsinya tentang kehidupan, hubungan dengan orang lain,
dan sikapnya terhadap dirinya sendiri. Sedangkan Menurut UU RI NO.18 Tahun 2014
menjelaskan bahwa Gangguan jiwa adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami
gangguan dalam pikiran,perilaku, dan perasaan yang termanifestasi dalam bentuk
sekumpulan gejala atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan
penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
Dikutip dari (https://news.unair.ac.id/)

2.4 Faktor Kesehatan Mental


Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan mental dan menyebabkan gangguan
mental dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Faktor biologi:
(1) Genetik,
(2) kimia pada otak, dan
(3) gangguan pada otak.
2) Faktor kehidupan:
(1) Trauma pelecehan,
(2) Racun,
(3) Alcohol, dan
(4) obat-obatan.
3) Faktor keluarga:
(1) Riwayat keluarga, dan
(2) masalah keluarga.
Dikutip dari (https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-mental/kesehatan-mental)

Beberapa faktor umum dari gangguan mental, antara lain:


1) Cedera kepala,
2) Faktor genetik atau terdapat riwayat pengidap gangguan mental dalam keluarga,
3) Kekerasan dalam rumah tangga atau pelecehan lainnya,
4) Kekerasan pada anak atau riwayat kekerasan pada masa kanak-kanak,
5) Memiliki kelainan senyawa kimia otak atau gangguan pada otak,
6) Mengalami diskriminasi dan stigma,
7) Mengalami kehilangan atau kematian seseorang yang sangat dekat,
8) Mengalami kerugian sosial, seperti masalah kemiskinan atau utang,
9) Merawat anggota keluarga atau teman yang sakit kronis,
10) Pengangguran, kehilangan pekerjaan, atau tunawisma,
11) Pengaruh zat racun, alkohol, atau obat-obatan yang dapat merusak otak,
12) Stres berat yang dialami dalam waktu yang lama,
13) Terisolasi secara sosial atau merasa kesepian, dan
14) Tinggal di lingkungan perumahan yang buruk.
Dikutip dari (https://www.halodoc.com/kesehatan/kesehatan-mental)

Trauma signifikan, seperti pertempuran militer, kecelakaan serius, atau kejahatan dan yang
pernah dialami.

2.5 Pengaruh baik Kesehatan Mental pada Interaksi Sosial Siswa di


Sekolah
Interaksi sosial merupakan suatu hubungan timbal balik yang menyangkut relasi antar
manusia baik individu maupun kelompok. Hubungan tersebut menjadi salah satu poin
penting dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Selain itu berlangsungnya interaksi sosial
yang baik, juga merupakan tanda bahwa seseorang memiliki mental sehat. Hal tersebut
terungkaap dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ono, Nozawa, Ogata, dkk (2011)
berjudul Relationship Between Social Interaction and Mental Health, yang meneliti
hubungan antara interaksi sosial seseorang dengan kesehatan mental yang baik, dalam
kaitaannya dengan stress.

2.6 Pengaruh Buruk Kesehatan Mental pada Interaksi Sosial Siswa


di Sekolah
Stres merupakan reaksi tubuh yang dapat terjadi ketika seseorang menghadapi ancaman,
perubahan, atau tekanan. Selain itu, stres dapat terjadi karena situasi atau pikiran yang
membuat seseorang menjadi marah, gugup, atau putus asa. Ketika mengalami hal tersebut,
tak hanya fisik yang akan mengalami masalah, tetapi juga mental. Meskipun memiliki
banyak manfaat, gadget juga memiliki sejumlah dampak negatif. Apalagi ditambah dengan
hadirnya media sosial yang membuat segelintir orang lebih nyaman berinteraksi dengan
gadget ketimbang langsung bertatap muka. Dengan tidak berinteraksi sosial dan bertemu
orang lain, seseorang tidak akan bisa bertatap muka langsung dan menceritakan keluh kesah
yang dirasakan.
Dikutip dari (https://www.halodoc.com/artikel/stres-dapat-dipicu-kurangnya-interaksi-
sosial)

2.7Cara menjaga Kesehatan Mental yang Benar


Berikut adalah beberapa cara untuk membantu menjaga, menguatkan, serta memperbaiki
kesehatan mental anda:
1) Belajar meditasi
2) Menulis jurnal
3) Luangkan waktu menikmati alam
4) Lebih sering tertawa
5) ucapkan kalimat positif
6) Batasi penggunaan gadget
7) mengobrol dengan orang terdekat
8) Mengonsumsi makanan bernutrisi
9) Tetap aktif
10) Tidur yang cukup.
Dikutip dari (https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/cara-menjaga-dan-
memperbaiki-kesehatan-mental)
2.8 Cara Menjaga Kesehatan Mental yang Salah
Dibawah ini merupakan aktivitas yang salah dalam menjaga kesehatan mental:
1) Sering menyalahkan diri sendiri atau oranglain
2) Pola makan yang tidak sehat
3) Begadang
4) Memendam emosi dan masalah
5) Penggunaan gadget berlebihan
6) Bergaul dengan orang yang salah
7) Terlalu larut dalam kesedihan/menyendiri
8) Kurang nya berolah raga
9) Terlalu memikirkan sesuatu secara berlebihan/overthinking, dan
10) Berpikiran negatif.
Dikutip dari (https://www.halodoc.com/artikel/ini-6-jenis-gaya-hidup-tidak-sehat-yang-
harus-dihentikan)
BAB III
Metodelogi Penelitian
3.1 Jenis Metode
Dalam metode ini menggunakan metode Deskriptif yaitu, metode yang bertujuan hanya
menggambarkan fakta-fakta secara apa adanya, tanpa adanya pemberlakuan apapun. Data dapat
berupa fakta yang bersifat kuantitatif (statistika) ataupun kualitatif.

3.2 Langkah-langkah Penelitian


3.2.1 Tahap Perencanaan
1) Membuat pertanyaan kuesioner
2) Membuat kuesioner
3) Menyebarkan kuesioner kepada siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung
4) Mengolah data yang telah didapatkan dari kuesioner
5) Menyimpulkan hasil dari berbagai jawaban siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung

3.2.2 Tahap Pelaksanaan


Pelaksanaan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, guru pada proses pembelajaran
hanya sebagai motivator dan pembimbing siswa untuk melakukan tugasnya.

3.2.3 Tahap Pengamatan


Peniliti akan mengamati jawaban yang diisi oleh para siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 dalam
kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti.

3.2.4 Tahap Refleksi


Refleksi yang dimaksud disini adalah berpikir ulang terhadap apa yang sudah dilakukan, apa
yang belum dilakukan, apa yang sudah dicapai, apa yang belum dicapai, masalah apa saja yang
belum tercapai, dan menentukan tindakan selanjutnya untuk meningkatkan kualitas dan hasil
penelitian yang akan dilanjutkan atau diimplementasikan pada siklus selanjutnya.

3.3 Menentukan Populasi


Populasi dalam penelitian ini, siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung berjumlah 55.

3.4 Menentukan sample minimal


Penelitian ini menggunakan sample 54 siswa.
BAB IV
Pembahasan

Berikut ini merupakan hasil dari angket yang dibagikan oleh peneliti yang diisi
oleh siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung.
4.1 Kondisi Kesehatan Mental Siswa Kelas XI SMA PGII 2 Bandung
1) Saya mudah marah
45

40

35

30

25

20

15

10

0
Tidak pernah Kadang-kadang Sering

Dari data yang diperoleh 6 siswa menjawab tidak pernah, 42 siswa menjawab
kadang-kadang dan 10 siswa menjawab sering. Berdasarkan hal berikut sebagian
besar siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung memiliki tingkat emosional yang
masih berubah rubah dan belum bisa mengontrol emosinya.

2) Saya menyalahkan orang lain untuk kesalahan yang saya lakukan


35

30

25

20

15

10

0
Tidak pernah Kadang-kadang Sering

Dari data yang diperoleh 31 siswa menjawab tidak pernah dan 25 siswa menjawab
kadang-kadang. Berdasarkan hal berikut sebagian besar siswa kelas XI MIPA SMA
PGII 2 Bandung sebagian besar siswa memiliki sikap yang jujur dan tidak
manipulative.
3) Saya memaksa orang lain melakukan sesuatu yang saya kehendaki
40

35

30

25

20

15

10

0
Tidak pernah Kadang-kadang Sering

Dari data yang diperoleh 35 siswa menjawab tidak pernah, 19 siswa menjawab
kadang-kadang dan 2 siswa menjawab sering. Berdasarkan hal berikut sebagian besar
siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung tidak memaksakan kehendaknya kepada
orang lain.

4) Saya gelisah, sulit duduk diam.


30

25

20

15

10

0
Tidak pernah Kadang-kadang Sering

Dari data yang diperoleh 19 siswa menjawab tidak pernah, 25 siswa menjawab
kadang-kadang dan 13 siswa menjawab sering. Berdasarkan hal berikut sebagian
besar siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung memliki tingkat kegelisahan yang
tinggi.
5) Perhatian saya mudah teralih, sulit konsentrasi
40

35

30

25

20

15

10

0
Tidak pernah Kadang-kadang Sering

Dari data yang diperoleh 7 siswa menjawab tidak pernah, 35 siswa menjawab
kadang-kadang dan 14 siswa menjawab sering. Berdasarkan hal berikut sebagian
besar siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung sulit untuk berkonsentrasi dan sulit
untuk fokus.

6) Saya tidak mampu menyelesaikan tugas sampai selesai


40

35

30

25

20

15

10

0
Tidak pernah Kadang-kadang Sering

Dari data yang diperoleh 17 siswa menjawab tidak pernah, 35 siswa menjawab
kadang-kadang dan 3 siswa menjawab sering. Berdasarkan hal berikut sebagian besar
siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung masih banyak siswa yang tidak mampu
menyelesaikan tugasnya sampai selesai.
7) Saya khawatir terhadap banyak hal
30

25

20

15

10

0
Tidak pernah Kadang-kadang Sering

Dari data yang diperoleh 2 siswa menjawab tidak pernah, 27 siswa menjawab
kadang-kadang dan 25 siswa menjawab sering. Berdasarkan hal berikut sebagian
besar siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung memiliki tingkat kecemasan dan
kekhawatiran yang tinggi.

8) Saya merasa gugup dalam situasi baru, mudah kehilangan rasa percaya
diri
30

25

20

15

10

0
Tidak pernah Kadang-kadang Sering

Dari data yang diperoleh 8 siswa menjawab tidak pernah, 26 siswa menjawab
kadang-kadang dan 23 siswa menjawab sering. Berdasarkan hal berikut sebagian
besar siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung masih sulit untuk adaptasi dan
menumbuhkan rasa kepercayaan diri.
9) Saya sedih, merasa tidak bahagia atau mudah menangis
35

30

25

20

15

10

0
Tidak pernah Kadang-kadang Sering

Dari data yang diperoleh 9 siswa menjawab tidak pernah, 29 siswa menjawab
kadang-kadang dan 16 siswa menjawab sering. Berdasarkan hal berikut sebagian
besar siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung memiliki tingkat emosional yang
berubah rubah.

10) Saya mudah menyerah atau pantang semangat


35

30

25

20

15

10

0
Tidak pernah Kadang-kadang Sering

Dari data yang diperoleh 14 siswa menjawab tidak pernah, 33 siswa menjawab
kadang-kadang dan 8 siswa menjawab sering. Berdasarkan hal berikut sebagian besar
siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung kurang meiliki semangat dalam
berjuang.
11) Saya cenderung menyalahkan diri saya sendiri
35

30

25

20

15

10

0
Tidak pernah Kadang-kadang Sering

Dari data yang diperoleh 6 siswa menjawab tidak pernah, 30 siswa menjawab
kadang-kadang dan 21 siswa menjawab sering. Berdasarkan hal berikut sebagian
besar siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung masih mudah menyalahkan dirinya
sendiri.

12) Saya mudah tersinggung


40

35

30

25

20

15

10

0
Tidak pernah Kadang-kadang Sering

Dari data yang diperoleh 9 siswa menjawab tidak pernah, 34 siswa menjawab
kadang-kadang dan 12 siswa menjawab sering. Berdasarkan hal berikut sebagian
besar siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung memiliki perasaan yang sensitive
terhadap sesuatu.
13) Saya pernah putus asa dan berfikir untuk mengakhiri hidup
35

30

25

20

15

10

0
Tidak pernah Kadang-kadang Sering

Dari data yang diperoleh 30 siswa menjawab tidak pernah, 19 siswa menjawab
kadang-kadang dan 6 siswa menjawab sering. Berdasarkan hal berikut terlihat bahwa
siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung tidak mudah menyerah dalam melalukan
sesuatu dan selalu berfikir dalam melakukan suatu tindakan.

14) Orang lain harus menolong saya dalam mengambil keputusan

45

40

35

30

25

20

15

10

0
Tidak pernah Kadang-kadang Sering

Dari data yang diperoleh 10 siswa menjawab tidak pernah, 39 siswa menjawab
kadang-kadang dan 7 siswa menjawab sering. Berdasarkan hal berikut sebagian besar
siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung dalam mengambil keputusan perlu
bantuan orang lain untuk mengambil keputusan, dapat dilihat bahwa sebagian besar
siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 kurang percaya diri akan keputusan sendiri.
4.2 Faktor yang mempengaruhi kesehatan mental siswa kelas XI SMA PGII 2
Bandung

40
35
30
25
20
15
in

10
la

k
d

ru
s
g
ri

a
n

u
u

n
n

rg
ya

b
m

tu
0

a
a

n
a
m

ku
sa

ki
lu
n

e
te

in
ka

a
le

ke
h

rt

l
h
o
si

ri
in
i

rt
h

e
ka

p
i
u

la
n

ve

p
rm
a

h
a

sa

ya
g
ij

O
la
b
n
D

e
e

n
sa
ra

rb
ip

g
u

n
/d

M
K

ri
T
ya

e
S
a
rd
e
ip
D

Dari data yang diperoleh 22 siswa menjawab dijauhi teman, 26 siswa menjawab
diperdaya/dipermainkan murid lain, 32 siswa menjawab kurang kasih sayang, 23
siswa menjawab terbebani oleh tugas, 35 siswa menjawab masalah keluarga, 1 siswa
menjawab masalah pertemanan, 2 siswa menjawab overthinking dan 1 siswa
menjawab seringnya perilaku buruk. Berdasarkan hal berikut faktor yang
mempengaruhi kesehatan mental sebagian besar siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2
Bandung adalah masalah keluarga dan kurangnya kasih sayang.

4.3 Pengaruh kesehatan mental siswa kelas XI SMA PGII 2 Bandung pada
interaksi sosial siswa di sekolah

1) Ketika didalam kelomopok, saya merasa tidak aman


Series 1

Tidak

Iya

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Series 1

Dari data yang diperoleh 9 siswa menjawab iya dan 45 siswa menjawab tidak, jadi dapat
di simpulkan dari 54 siswa sebagian besar dari mereka merasa nyaman dan tidak
terganggu ketika belajar berkelompok dan bersosial.
2) Saya sulit untuk ber interaksi dengan teman

Series 1

Tidak

Iya

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Series 1

Dari data yang diperoleh 10 siswa menjawab iya dan 44 siswa menjawab tidak, dari data
tersebut hasilnya sebagian besar siswa dapat mealakukan aktivitas sosial dengan baik,
seperti berinteraksi dengan teman.

3) Ketika saya memiliki masalah, saya lebih suka untuk memendam nya
dibandingkan bercerita kepada teman

Series 1

Tidak

Iya

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Series 1
Dari data yang diperoleh 39 siswa menjawab iya dan 15 siswa menjawab tidak, sebagian
besar siswa lebih memilih untuk memendam masalah dibandingkan bercerita kepada
temannya, dapat disimpulkan bahwa mereka lebih memilih menyelesaikan masalah
sendiri dan enggan untuk bercerita kepada temannya.

4) Saya takut untuk bertanya kepada teman/guru ketika saya kesulitan dalam
mengerjakan tugas

Series 1

Tidak

Iya

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Series 1

Dari data yang diperoleh 17 siswa menjawab iya dan 37 siswa menjawab tidak, sebagian
besar berani untuk menanyakan kepada guru/teman ketika kesulitan dalam mengerjakan
tugas, berarti dapat disimpulkan bahwa mereka memiliki tingkat sosial yang baik.

5) Saya merasa gugup ketika sedang presentasi di depan teman


Series 1

Tidak

Iya

0 5 10 15 20 25 30

Series 1

Dari data yang diperoleh 30 siswa menjawab iya dan 24 siswa menjawab tidak, dari data
tersebut tercatat bahwa masih banyak siswa yang kurang memiliki kepercayaan diri yang
kuat.

6) Saya lebih suka menyendiri ketika berada di dalam kelas

Series 1

Tidak

Iya

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Series 1

Dari data yang diperoleh 15 siswa menjawab iya dan 39 siswa menjawab tidak, dapat
disimpulkan sebagian siswa tidak bermasalah dengan aktivitas sosialnya.

4.4 Cara menjaga kesehatan mental pada siswa kelas XI SMA PGII 2 Bandung
1) Saya merasa lebih baik ketika melakukan konseling kepada guru
bimbingan konseling
Series 1

Tidak

Iya

0 5 10 15 20 25 30 35

Series 1

Dari data yang diperoleh 22 siswa menjawab iya dan 32 siswa menjawab tidak.
Berdasarkan hal berikut, sebagian besar siswa SMA PGII 2 tidak merasa lebih baik ketika
melakukan konseling ke guru bimbingan konseling.

2) Saya terbiasa melupakan emosional yang saya rasakan

Series 1

Tidak

Iya

0 5 10 15 20 25 30 35

Series 1

Dari data yang diperoleh 35 siswa menjawab iya dan 19 siswa menjawab tidak.
Berdasarkan hal berikut sebagian besar siswa SMA PGII 2 Bandung sudah terbiasa
melupakan emosional yang mereka rasakan

3) Ketika saya merasa sedih, saya terbiasa melakukan aktivitas lain untuk
melupakan hal tersebut
Series 1

Tidak

Iya

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

Series 1

Dari data yang diperoleh 41 siswa menjawab iya dan 13 siswa menjawab tidak.
Berdasarkan hal berikut sebagian besar siswa SMA PGII 2 Bandung sudah terbiasa
melakukan aktivitas untuk melupakan rasa sedih yang dirasakan.

4) Saya merasa senang dan lebih baik ketika guru bimbingan konseling
sedang membahas tentang cara menjaga kesehatan mental

Series 1

Tidak

Iya

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Series 1

Dari data yang diperoleh 39 siswa menjawab iya dan 15 siswa menjawab tidak.
Berdasarkan hal berikut sebagian besar siswa SMA PGII 2 Bandung senang ketika guru
bimbingan konseling membahas cara menjaga kesehatan mental.

5) Saya merasa senang ketika ada teman yang selalu ada disaat saya merasa
kesulitan
Series 1

Tidak

Iya

0 10 20 30 40 50 60

Series 1

Dari data yang diperoleh 52 siswa menjawab iya dan 2 siswa menjawab tidak.
Berdasarkan hal berikut sebagian besar siswa SMA PGII 2 Bandung akan merasa senang
ketika ada teman yang membantu saat sedang kesulitan.

BAB V
Simpulan dan Saran
5.1 Simpulan
Dengan menggunakan kuisioner sebagai alat bantu pengumpulan data primer, sebelumnya
dilakukan terlebih dahulu uji validitas dan reabilitas untuk mengetahui bahwa butir butir
pertanyaan tersebut valid dan reliabel. Berdasarkan hasil kuisioner yang disebarkan oleh peneliti,
bahwa responden yang menjawab pertanyaan kuisioner adalah sebanyak 54 orang dari 98%
siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung yang jumlahnya adalah 55 Orang. Sebanyak
responden lainnya diketahui memiliki kesehatan mental yang normal.
Berdasarkan hasil pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan data yang diperoleh kondisi kesehatan mental siswa kelas XI SMA PGII 2
Bandung tidak bisa dikatakan buruk karena masih memiliki pemikiran yang labil. Dari
hasil angket dapat terlihat bahwa mayoritas siswa menjawab bahwa dirinya kadang-
kadang marah, tidak pernah menyalahkan orang lain atas kesalahan yang diperbuatnya,
kadang-kadang gelisah dan sulit untuk konsentrasi, terkadang mereka tidak mampu
menyelsaikan tugas sampai selesai, mudah khawatir terhadap banyak hal, gugup dalam
situasi baru, kadang-kadang merasa sedih dan mudah menyerah, menyalahkan diri
sendiri, tetapi mereka tidak pernah berfikir untuk mengakhiri hidup dan bias melupakan
rasa sedih atau emosional yang mereka rasakan.
2. Berdasarkan data yang diperoleh, mayoritas siswa kelas XI MIPA SMA PGII 2 Bandung
terganggu kondisi kesehatan mentalnya karena masalah keluarga dan mereka merasa
bahwa dirinya dipermainkan serta dijauhi oleh teman temannya sehingga mereka merasa
kesepian dan kurang kasih sayang.
3. Berdasarkan hasil data yang kami peroleh, interaksi sosial sebagian besar siswa kelas XI
MIPA SMA PGII 2 Bandung cenderung baik baik saja, tetapi ada sebagian siswa yang
merasa gugup dan takut untuk berinteraksi dengan orang di sekitarnya.
4. Berdasarkan data yang diperoleh cara menjaga kesehatan mental siswa kelas XI MIPA
SMA PGII 2 Bandung dapat dilakukan dengan memberikan materi tentang cara menjaga
kesehatan mental siswa lewat guru bimbingan konseling. selain itu, peran seorang teman
juga sangat penting ketika ada seorang siswa yang kondisi kesehatan mental nya
terganggu, tetapi ada juga sebagian besar siswa yang sudah terbiasa melupakan
emosional atau rasa sedih yang mereka rasakan.

5.2 Saran
Setelah menyelesaikan penelitian ini penulis memiliki beberapa saran untuk para pembaca,
diantaranya:

5.2.1 Bagi Siswa


1. Agar kesehatan mental dapat diperhatikan dengan lebih serius, terutama bagi para siswa,
karena mental yang baik akan menghasilkan kualitas kehidupan yang baik dan akan
melahirkan generasi penerus yang baik pula.
2. Bagi Siswa diharapkan dapat menjalin hubungan yang baik antar sesama teman
sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan menimbulkan perasaan nyaman untuk
menceritakan permasalahan kepada teman. Selain itu, diharapkan juga bagi para siswa
agar meningkatkan kerjasama individu dengan kelompoknya dengan menerima
perbedaan pendapat dengan lapang dada ketika sedang diskusi kelompok.

5.2.2 Bagi keluarga


1. Bagi pihak sekolah dan pihak orang tua dapat melakukan pertemuan untuk berdiskusi
terkait dukungan keluarga yang sebaiknya diberikan oleh orang tua kepada siswa
agar siswa merasa diperhatikan, dipedulikan, dan disayang serta dicintai oleh
keluarganya. Kemudian, bagi pihak sekolah dapat memaksimalkan program layanan
Bimbingan dan Konseling (BK) dimana siswa dapat bercerita tentang
permasalahannya kepada guru BK dengan nyaman yang kemudian diberikan solusi
atas permasalahan siswa tersebut sehingga program layanan BK disekolah bukan
hanya untuk siswa yang bermasalah karena nakal dan bolos sekolah saja kemudian
dipanggil orang tua, tetapi siswa yang memiliki masalah lain juga dapat bercerita
dengan nyaman.
2. Bagi Keluarga Dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan bagi keluarga
dalam memberikan peran terhadap masalah kesehatan mental emosional pada remaja.

5.2.3 Bagi Sekolah


1. Dengan adanya karya ilmiah terkait kesehatan mental ini dapat menjadikan acuan dan
motivasi untuk mewujudkan generasi penerus yang sehat tidak hanya dari segi fisik
melainkan dari segi mentalnya pula. Karena didalam jiwa yang sehat terdapat hati yang
kuat, sehingga kehidupan akan menjadi lebih tentram dan damai.
2. Bagi pihak sekolah dan pihak orang tua dapat melakukan pertemuan untuk berdiskusi
terkait dukungan keluarga yang sebaiknya diberikan oleh orang tua kepada siswa agar
siswa merasa diperhatikan, dipedulikan, dan disayang serta dicintai oleh keluarganya.
Kemudian, bagi pihak sekolah dapat memaksimalkan program layanan Bimbingan dan
Konseling (BK) dimana siswa dapat bercerita tentang permasalahannya kepada guru BK
dengan nyaman yang kemudian diberikan solusi atas permasalahan siswa tersebut
sehingga program layanan BK disekolah bukan hanya untuk siswa yang bermasalah
karena nakal dan bolos sekolah saja kemudian dipanggil orang tua, tetapi siswa yang
memiliki masalah lain juga dapat bercerita dengan nyaman.
3. Dengan adanya karya ilmiah terkait kesehatan mental ini dapat menjadikan acuan dan
motivasi untuk mewujudkan generasi penerus yang sehat tidak hanya dari segi fisik
melainkan dari segi mentalnya pula.

Daftar Pustaka

Fakhriyani, Diana Vidya. 2019. Kesehatan Mental. Pamekasan: Duta Media Publishing.
https://www.orami.co.id/magazine/cara-menjaga-kesehatan-mental
https://www.alomedika.com/cme/kontroversi-pengaruh-media-sosial-pada-kesehatan-mental-
remaja
https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/362/mengenal-pentingnya-kesehatan-mental-pada-
remaja
https://www.topkarir.com/2/article/detail/10-cara-sederhana-untuk-menjaga-kesehatan-mental
https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/cara-menjaga-dan-memperbaiki-
kesehatan-mental
https://www.researchgate.net/publication/348819060_Kesehatan_Mental
https://promkes.kemkes.go.id/pengertian-kesehatan-mental#:~:text=Kesehatan%20mental
%20yang%20baik%20adalah,menghargai%20orang%20lain%20di%20sekitar
https://www.refoindonesia.com/en/mendeteksi-gangguan-kesehatan-mental-pada-siswa-2/
https://health.kompas.com/read/2022/06/18/190000468/kenali-faktor-faktor-yang-memengaruhi-
kesehatan-mental?
page=all&jxconn=1*182cr8r*other_jxampid*dXNQeG1Pa1pZNTVzdEM2RE9sN2E1R
29JUXJBZG9SNU9iR1NVWGlGMFdxT1VGZ0JzQXhUbDhsdWloRThKdVpWTQ..#p
age2
https://www.kompas.com/edu/read/2022/10/04/100813071/dosen-unair-ini-4-ciri-orang-punya-
kesehatan-mental-yang-baik?page=all
www.halodoc.com
https://yankes.menkes.co.id/
https://news.unair.ac.id/
https://www.halodoc.com/kesehatan/kesehatan-mental
https://www.klikdokter.com/penyakit/masalah-mental/kesehatan-mental
https://www.intipesan.com/interaksi-sosial-berkaitan-dengan-kesehatan-mental-seseorang/
https://www.halodoc.com/artikel/stres-dapat-dipicu-kurangnya-interaksi-sosial
https://www.halodoc.com/artikel/ini-6-jenis-gaya-hidup-tidak-sehat-yang-harus-dihentikan

Anda mungkin juga menyukai