Anda di halaman 1dari 14

EVALUASI PEMBELAJARAN PAI

Judul Makalah

TES DIAGNOSTIK

Dosen Pengampu :

DR. M. NUR, S.Pd.I, MA

DiSusun Oleh :

MUHAMMAD RIZAL

(5032022081)

Sem/Unit : 3/V

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCA SARJANA IAIN COT KALA LANGSA
2023/2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepada
kita nikmat iman, nikmat islam, dan nikmat kekuatan yang dimana denganya
pemakalah bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Tes Diagnostik” ini dengan
tepat waktu. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad –Shollallahu ‘alahi wasallam.

Selanjutnya pemakalah berterima kasih banyak kepada Bapak Dr. M.Nur


S.Pd.I, M.A Selaku dosen kami dalam mata kuliah Evaluasi Pembelajaran PAI yang
telah memberikan ilmu dan arahannya, semoga ini menjadi amalan kebaikan bagi
beliau yang menghasilkan pahala yang berlimpah dari sisi Allah ta’ala.

Pemakalah juga berterima kasih kepada teman-teman yang telah berjuang


bersama dalam menuntut ilmu, mudah-mudahan masa muda kita ini senatiasa untuk
ketaaan kepada Allah SWT.

Akhirnya, kami berharap kepada para pembaca sekalian untuk memberikan


koreksi dan masukan yang membangun ketika mendapatkan suatu kesalahan dalam
penulisan makalah ini, semoga hal ini berguna untuk memperbaiki penulisan
makalah kami selanjutnya.

Langsa, 10 Desember 2023


Penulis

Muhammad Rizal, S.Sy

2
BAB I
PENDAHULUAN

Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan

perilaku baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Sedangkan kegiatan

pembelajaran merupakan kegiatan interaksi antara siswa dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Untuk mengetahui hasil belajar siswa

dilakukan pengukuran dan penilaian. Alat ukur yang digunakan dapat berupa tes

dan non tes. Dalam hal ini akan diuraikan salah satu jenis tes yakni tes diagnostik.

Tes sebagai alat ukur dan pengumpul informasi memiliki fungsi

ganda yaitu mengukur siswa dan mengukur keberhasilan dari program pengajaran.

Menurut Arikunto (2009:33), “ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa

tes dibedakan atas 3 macam yaitu tes diagnostik, tes formatif dan tes sumatif”.

Tes dapat berupa pertanyaan, pernyataan atau permintaan untuk melakukan

sesuatu untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, inteligensi atau kemampuan

lain yang dimiliki oleh siswa. Diagnostik berasal dari kata diagnosis yang berarti

mengidentifikasi penyakit dari gejala-gejala yang ditimbulkannya. Seperti seorang

dokter, sebelum menentukan obat apa yang akan diberikan kepada pasien, dokter

tersebut mengadakan pemeriksaan terlebih dahulu seperti memeriksa tekanan

darah, suara nafas, tes urine dan lainya. Demikian juga halnya seorang guru

sebelum memberikan bantuan kepada siswa, guru tersebut mengadakan tes untuk

memeriksa kesulitan belajar siswa. Tes seperti ini yang disebut dengan tes

diagnostik.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tes Diagnostik

Beberapa ahli mengemukakan pengertian tes diagnostik, menurut Arikunto,

(2009:34). Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-

kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat

dilakukan pemberian pemberlakukan yang tepat. Senada dengan Arikunto Rasyid

dan Mansur (2007:164) menjelaskan bahwa tes diagnostik berguna untuk

mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, termasuk kesalahan

pemahaman konsep. Sudijono (2008:70) mendefenisikan tes diagnotik adalah tes

yang dilakukan untuk menentukan secara tepat jenis kesukaran yang dihadapi oleh

para peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu. Selanjutnya dalam buku Tes

Diagnostik yang dikeluarkan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun

2007 menyebutkan bahwa tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk

mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan

sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut

Dengan demikian tes diagnostik merupakan upaya guru untuk mendapat

informasi tentang kesulitan siswa dalam belajar. Dengan diketahuinya kesulitan

belajar siswa, guru akan dapat mencarikan bantuan yang tepat kepada siswa. Dalam

bukuTes diagnostik yang diterbitkan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah

Tahun 2007 dikemukan sejumlah karakteristik dari tes diagnostik yaitu:

a. dirancang untuk mendeteksi kesulitan belajar siswa, karena itu format dan

respons yang dijaring harus didesain memiliki fungsi diagnostik,

4
b. dikembangkan berdasar analisis terhadap sumber-sumber kesalahan atau

kesulitan yang mungkin menjadi penyebab munculnya masalah (penyakit)

siswa,

c. menggunakan soal-soal bentuk supply response (bentuk uraian atau

jawaban singkat), sehingga mampu menangkap informasi secara lengkap.

Bila ada alasan tertentu sehingga mengunakan bentuk selected response

(misalnya bentuk pilihan ganda), harus disertakan penjelasan mengapa

memilih jawaban tertentu sehingga dapat meminimalisir jawaban tebakan,

dan dapat ditentukan tipe kesalahan atau masalahnya, dan

d. disertai rancangan tindak lanjut (pengobatan) sesuai dengan kesulitan

(penyakit) yang teridentifikasi.

Tes diagnostik memiliki dua fungsi utama, yaitu:

a. Mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa,

b. Merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai

masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi

A. Perencanaan dan Pelaksanaan Tes Diagnostik

Kurikulum yang ada sekarang di dasarkan pada penguasaan komptenesi,

oleh karena itu dalam merencakan tes diagnostik sebaiknya dilakukan untuk

memeriksa kompetensi yang bermasalah dimana siswa mengalami kesulitan dalam

belajar sehingga belum mencapai ketuntasan (KKM), kemudian menentukan

kemungkinan sumber masalahnya. Secara garis besar langkah-langkah dalam

mengembangkan tes diagnostik (diknas, 2007:5) adalah:

5
1. Mengidentifikasi kompetensi dasar yang belum tercapai ketuntasannya.

2. Menentukan kemungkinan sumber masalah

3. Menentukan bentuk dan jumlah soal yang sesuai

4. Menyusun kisi-kisi soal

5. Menulis soal

6. Mereviu soal

7. Menyusun kriteria penilaian

Memperhatikan fungsi dari tes diagnostik adalah untuk mengidentifikasi

permasalahan- permasalahan/ kesulitan yang dialami siswa, maka guru dapat

melakukan tes diagnostik ini pada beberapa waktu sebelum proses pembelajaran,

pada saat proses pembelajaran dan pada saat akan mengakhiri pembelajaran

Tes diagnostik ke-1 dilakukan sebagai calon siswa sebagai input, untuk

mengetahui apakah calon siswa tersebut sudah menguasai pengetahuan yang

merupakan dasar untuk menerima pengetahuan di sekolah, sehingga tes ini disebut

juga tes penjajakan masuk (entering behaviour test). Tes diagnostik ke-1 dilakukan

untuk mengukur tingkat penguasaan pengetahuan dasar, biasa disebut dengan

pengetahuan bahan prasarat (pre-requisite). Oleh karena itu tes ini disebut juga tes

prasarat atau pre-requeisite test.

Tes diagnostik ke-2 dilakukan terhadap calon siswa yang sudah akan mulai

mengikuti program. Apabila cukup banyak calon siswa yang diterima sehingga

diperlukan lebih dari satu kelas, maka untuk pembagian kelas diperlukan suatu

pertimbangan khusus. Apakah anak yang baik akan disatukan dalam satu kelas, atau

6
semua kelas akan diisi dengan campuran anak yang baik, sedang atau kurang, ini

semua memerlukan informasi. Informasi seperti ini dapat diperoleh dengan cara

melakukan tes diagnostik. Dengan demikian maka tes diagnostik telah berfungsi

sebagai tes penempatan (placement test)

Tes diagnostik ke-3 dilakukan terhadap siswa yang sedang belajar. Tidak

semua siswa dapat menerima pelajaran yang diberikan guru dengan lancar. Sebagai

guru perlu memberikan tes diagnostik untuk mengetahui bagian/kompetensi dasar

mana dari bahan yang diberikan itu belum dikuasai siswa. Selain itu guru harus

dapat mengadakan deteksi apa sebab siswa tersebut belum menguasai bahan.

Bedasarkan hasil mengadakan deteksi tersebut guru dapat memberikan bantuan

yang diperlukan.

Tes diagnostik ke-4 diadakan pada waktu siswa akan mengakhiri pelajaran.

Dengan tes ini guru akan dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap

bahan yang ia berikan. Tes ini dilakukan sebelum diadakan tes ulangan akhir

semester atau ulangan kenaikan kelas atau remedial seandainya ditemukan

permasalahan atau kesulitan-kesulitan belajar

Berdasarkan pada gambar diatas maka tes diagnostik ke-1 dan ke-2 diikuti

oleh seluruh siswa. Tes diagmostik ke-3 dan ke-4 hanya diikuti oleh siswa yang

diduga bermasalah. Dugaan tersebut bisa di dasarkan pada hasil ulangan harian atau

pengalaman guru pada proses pembelajaran. Tes diagnostik dapat dilakukan di

kelas, laboratorium, di luar ruangan atau bahkan dapat dilakukan dirumah dalam

bentuk penugasan oleh guru. Dapat dilakukan oleh guru, wali kelas dan bahkan oleh

7
orang tua siswa di rumah. Perihal berapa lama tes diagnostik dilakukan dapat

dianalogikan dengan pekerjaan dokter dalam mendiagnosis pasien. Dokter akan

berusaha melakukan diagnostik secara cepat dan tepat untuk mendapatkan

gambaran tentang penyakit yang diderita pasien. Demikian juga halnya dengan guru

dalam melaksanakan tes diagnostik, waktu yang diperlukan sangat tergantung

kepada jenis masalah/kesulitan belajar siswa yang ingin di diagnostik.

A. Analisis Tes Diagnostik dan Tindak Lanjut

Telah dijelakan bagaimana merencanakan dan melaksanakan tes diagnostik.

Kegiatan berikutnya adalah bagaimana menganalisis hasil tes diagnostik. Kegiatan

analisis ini meliputi pengolahan berupa pemeriksaan, penskoran dan penafsiran

hasil tes secara cermat dan akurat sehingga dapat digunakan untuk memberikan

tindak lanjut.

Penskoran tes diagnostik pada prinsip tidak berbeda dengan penskoran pada

tes-tes yang lain, tetapi membutuhkan penelusuran dan interpretasi respons yang

lebih cermat untuk menemukan fungsi diagnostiknya. Beberapa hal yang harus

diperhatikan ketika melakukan penskoran dan penafsiran hasil tes diagnostik.

a. Memberikan skor tertinggi jika jawaban siswa lengkap dan skor terendah

jika jawaban siswa paling minim, kegiatan penskoran juga harus mampu

merekam jenis kesalahan (type error) yang ada dalam respons siswa. Siswa

dengan skor sama, misalnya sama-sama 0 (berarti responsnya salah) belum

tentu memiliki type error yang sama juga, karena itu mengidentifikasi

penyebab terjadinya kesalahan jauh lebih bermakna dibandingkan dengan

8
menentukan berapa jumlah kesalahannya atau berapa skor total yang

dicapainya. Hasil identifikasi type error menjadi dasar interpretasi yang

akurat.

b. Untuk memudahkan identifikasi dan analisis terhadap berbagai type error

yang terjadi, setiap type error dapat diberi kode yang ditentukan guru,

misalnya:

A=terjadi miskonsepsi

B= kesalahan mengubah satuan

C=kesalahan menggunakan formula

D=kesalahan perhitungan, dan seterusnya.

c. Bila tes diagnostik terhadap suatu indikator dibangun oleh sejumlah butir

soal perlu ditentukan batas pencapaian untuk menentukan bahwa seorang

siswa itu dinyatakan “sakit” (bermasalah). Juga perlu ditentukan batas

toleransi untuk jumlah dan jenis type error yang boleh terjadi. Batas

pencapaian ini dapat ditentukan sendiri oleh guru berdasar pengalamannya

atau berdiskusi dengan teman sejawat. Batas pencapaian dapat dilakukan

berdasarkan pencapaian KKM misalnya 75, namun karena tes diagnostik

dimaksudkan sebagai dasar untuk memberikan bantuan, maka lebih aman

jika menggunakan batas pencapaian tinggi, misalnya 80%.

d. Penskoran terhadap butir soal pemecahan masalah (problem solving)

hendaknya mampu merekam setiap kemampuan yang dibutuhkan untuk

memecahkan masalah tersebut, meliputi:

9
1) kemampuan menerjemahkan masalah ke dalam bahasa sains (linguistic

knowledge);

2) kemampuan mengidentifikasi skema penyelesaian masalah (schematic

knowledge);

3) kemampuan mengidentifikasi tahapan-tahapan penyelesaian masalah

(strategy knowledge); dan

4) kemampuan melakukan tahapan-tahapan penyelesaian masalah

(algorithmic knowledge).

Masing-masing komponen kemampuan di atas mendapat skor sesuai

kompleksitas cakupannya dan dapat berbeda antara soal satu dengan lainnya.

e. Tes diagnostik menggunakan acuan kriteria (criterion- referenced), karena

hasil tes diagnostik yang dicapai oleh seorang siswa tidak digunakan untuk

membandingkan siswa tersebut dengan kelompoknya melainkan terhadap

kriteria tertentu sehingga ia dapat diklasifikasikan “sakit dan membutuhkan

terapi” ataukah “sehat” sehingga dapat mengikuti kegiatan pembelajaran

berikutnya.

Kegiatan guru menindaklanjuti hasil tes diagnostik siswa jika dianalogikan

dengan kegiatan pengobatan oleh dokter kepada pasiennya setelah dilakukan

serangkaian diagnosis. Tindak lanjut tersebut berupa perlakuan-perlakuan yang

sesuai dengan permasalahan atau kesulitan yang dihadapi siswa. Ibarat pemberian

obat, dosisnya tidak boleh terlalu rendah atau terlalu tinggi, apalagi sampai salah

10
memberikan obat. Karena hal yang demikian justru akan memperberat atau

menimbulkan masalah baru bagi siswa.

Kesembuhan pasien di rumah sakit tidak hanya ditentukan oleh jenis dan

dosis obat yang diberikan oleh dokter, tetapi dipengaruhi juga oleh pribadi pasien,

sikap dokter, lingkungan rumah sakit, perhatian keluarga dan lain-lain. Demikian

juga kegiatan tindak lanjut untuk menyelesaikan permasalahan siswa, tidak hanya

tertuju kepada siswa itu sendiri, melainkan juga kepada semua pihak yang terkait

dengan kegiatan pembelajaran dan berkontribusi yang menimbulkan permasalahan

siswa, misalnya profesionalitas guru, lingkungan sekolah, masyarakat, dan

keluarga. Bahkan menyelesaikan permasalahan belajar siswa terkadang bisa

menjadi lebih rumit dibandingkan mengobati suatu penyakit, karena keunikan dan

kompleksitas faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Di bawah ini diuraikan beberapa hal yang perlu diperhatikan agar dapat

menindaklanjuti hasil tes diagnostik dengan baik (diknas, 2007).

a. Kegiatan tindak lanjut dilakukan betul-betul berdasarkan hasil analisis tes

diagnostik secara cermat. Tindak lanjut tidak selalu berupa kegiatan

remidial di kelas, tetapi dapat juga berupa tugas rumah, observasi

lingkungan, kegiatan tutor sebaya, dan lain-lain sesuai masalah atau

kesulitan yang dihadapi siswa. Kegiatan tidak lanjut juga tidak selalu

dilakukan secara individu, tetapi dapat juga dilakukan secara kelompok

bergantung pada karakteristik masalah yang dihadapi siswa.

11
b. Mengatasi permasalahan yang disebabkan oleh miskonsepsi membutuhkan

kesabaran, keuletan, dan kecerdasan guru. Penelitian Berg (1991)

menunjukkan bahwa miskonsepsi sulit bila hanya diatasi melalui informasi

atau penjelasan, oleh karena itu perlu dirancang aktivitas atau pengamatan

secara langsung untuk memperbaikinya.

c. Kegiatan tindak lanjut diberikan secara bertahap dan berkelanjutan. Tes

diagnostik pada hakikatnya merupakan bagian dari ulangan harian, maka

pelaksanaannya juga perlu diatur sehingga tidak tumpangtindih

(overlapping) dan tidak memberatkan siswa maupun guru.

d. Perlu dirancang program sekolah yang mendukung dan memberikan

kemudahan bagi guru untuk mengadministrasi, melaporkan, dan menindak-

lanjuti hasil tes diagnostik, misalnya penyediaan sarana dan tenaga teknis,

pemberian insentif atau penghargaan, dan program-program lain yang

mendukung profesionalitas guru, misalnya lokakarya, workshop, dan

penelitian yang mengangkat hasil-hasil tes diagnostik. Selain untuk

evaluasi di sekolah, bila memungkinkan hasil analisis tes diagnostik juga

dikirimkan atau dilaporkan kepada orang tua siswa, sehingga secara

bersama-sama dapat membantu siswa dalam memecahkan masalahnya.

12
BAB III
PENUTUP

B. Simpulan

Tes diagnostik merupakan tes dalam upaya mengidentifikasi kesulitan

belajar yang dialami siswa. Untuk dapat mengetahui kesulitan belajar yang dialami

siswa dengan cepat dan tepat, tes diagnostik harus direncanakan, dilaksanakan,

dianalisis secara cermat sehingga berfungsi diagnostik. Hasil analisis digunakan

untuk memberikan tindak lanjut berupa pemberian bantuan dalam mengatasi

kesulitan yang dialami siswa.

13
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi, Jakarta,


Bumi Akasara

Depdiknas, 2007. Tes Diagnostik, Direktorat Pembinaan sekolah Menengah


Pertama

Rasyid Harun dan Mansyur, 2007. Penilaian hasil Belajar, Bandung, Wacana
Prima

Sudijono Anas, 2008. Pengatar Evaluasi Pendidikan, Jakarta, Raja Grafinddo


Persada

14

Anda mungkin juga menyukai