Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN AKHIR PENELITIAN REGULER

ANALISIS KONSUMSI PANGAN SUMBER GLUTEN DAN KASEIN DENGAN


PERILAKU ANAK AUTISM

DIUSULKAN OLEH:

YULINDA TIRTA DINI CAHYA; J310170124; 2017


NADIFAK SABILAH; J310170120; 2017
AKHMAD AUFAN AMRULLAH; J210180164; 2018

UKM UNIT PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019
PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN REGULER

Judul Kegiatan : Analisis Konsumsi Pangan Sumber Gluten dan


Kasein dengan Perilaku Anak Autism
Bidang Kegiatan : PKM-PE
Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap :
Yulinda Tirta Dini Cahya
b. NIM :
J310170124
c. Jurusan :
Gizi
d. Universitas/Institut/Politeknik :
Universitas Muhammadiyah Surakarta
e. Alamat Rumah dan No.Telp/HP :
Rt 02/01 Bangsri, Jepara,
Jawa Tengah. 081331375740
f. Alamat Email : yulindatirta99@gmail.com
4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 3 orang
5. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap dan Gelar : Ir. Listyani Hidayati, M.kes
b. NIDN : 0620126703
c. Alamat Rumah dan No. Telp/HP : Temungiring 1 no 5 Laweyan Solo,
Surakarta. 085848145333
6. Biaya Kegiatan Total :
a. Subsidi Universitas : Rp 1.039.000
b. Sumber lain : Rp. -
7. Jangka Waktu Pelaksanaan : 2 bulan

Surakarta, 20 November 2019

Menyetujui, Ketua Pelaksana Kegiatan,


Ketua Ormawa

Isroj Nur Falah Yulinda Tirta Dini Cahya


NIM. J410170129 NIM. J310170124

Wakil Dekan Bidang Dosen Pendamping,


Kemahasiswaan,

Dwi Linna Suswardany SKM., M.PH Ir. Listyani Hidayati, M.Kes


NIK. 862 NIDN. 0620126703

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.........................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ..........................................................................2
1.3 Tujuan ...............................................................................................2
1.4 Kegunaan ..........................................................................................2
1.5 Luaran ..............................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................3
BAB 3. METODE PENELITIAN ........................................................................8
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN ......................................................10
4.1 Anggaran Biaya ................................................................................10
4.2 Jadwal Kegiatan ...............................................................................10
BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................11
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................11
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................13
Lampiran 1. Biodata Ketua dan dosen Pendamping ............................................13
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan .........................................................22
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas .................24
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Peneliti ......................................................25

DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Anggaran Biaya……………………………………………………….10

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan……………………………………………………….10


BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Autisme merupakan gangguan perkembangan fungsi otak yang sangat kompleks
sehingga sekaligus bervariasi (spectrum) yang mengakibatkan otak tidak mampu
berfungsi sebagaimana mestinya. Perilaku autism berbeda dengan perilaku normal,
autism menunjukkan perilaku yang berlebihan dan perilaku yang berkekurangan
(Hasdianah, 2013).
Berdasarkan data dari Badan Penelitian Statistik (BPS) sejak 2010 dengan
perkiraan hingga 2016, terdapat sekitar 140 ribuan anak di bawah usia 17 tahun
menyandang autism. Perkembangan autism di Indonesia setiap tahun semakin
meningkat, di awal 2000-an prevalensinyasekitar 1:1000 kelahiran, penelitianpada
2008 menunjukkan peningkatan hingga 1,68:1000 kelahiran. Dari data pemetaan anak
berkebutuhan khusus di Indonesia, diperkirakan terdapat 139.000 anak autism dari
400.000 anak berkebutuhan khusus (HIMPSI, 2016).
Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku pada anak autism yaitu jenis
makanan yang diduga dapat memperberat gejala autism adalah makanan yang berasal
dari pangan sumber gluten dan kasein. Gluten merupakan jenis protein yang banyak
terkandung pada gandum dan terigu, sedangkan kasein merupakan jenis protein yang
terdapat pada susu dan produk olahannya. Kedua jenis protein ini sulit dicerna
didalam tubuh khususnya pada anak autis karena terjadi kebocoran dinding usus
sehingga protein diserap kembali oleh tubuh anak autis, memasuki aliran darah dan
diteruskan ke otak dan diubah menjadi morfinya itu gliadimorphin dan caseomorphin
yang dapat merusak sel-sel otak dan menyebabkan fungsi tak terganggu. Fungsi otak
yang terganggu adalah fungsi kognitif, fungsi reseptif, konsentrasi dan tingkah laku
(Pratiwi, 2014).
Anak autism mengalami beberapa kelainan yang meliputi gangguan fungsi
enzim sulfotransferase, dimana enzim ini tidak berfungsi baik pada anak autism untuk
mendetoksifikasi zat toksik (Shattock dan Whiteley, 2001). Terganggunya fungsi
enzim tersebut juga bisa menyebabkan kebocoran dinding usus, sehingga protein
seperti gluten dan kasein tidak sempurna terabsorbsi (Gunawan, 2001). Gluten dan
kasein merupakan peptida yang mampu mempengaruhi neurotransmitter di susunan
saraf pusat. Gluten dan kasein mampu menembus sawar darah akibat terabsorbsi dari
usus yang mengalami defisiensi enzim sulfotransferase. Gluten dan kasein yang
beredar di sirkulasi menduduki reseptor opioid, yang menyebabkan serabut saraf
pusat terganggu. Serabut saraf pusat ini berfungsi dalam mengatur fungsi persepsi,
kognitif, emosi, dan tingkah laku. Hal ini yang menyebabkan penderita autis akan
mengalami hiperaktif akibat diet gluten dan kasein yang tidak terkontrol (Ginting dkk,
2004).
Berdasarkan masalah diatas, pentingnya peneliti untuk melakukan penelitian
tentang hubungan konsumsi pangan sumber gluten dan kasein dengan perilaku pada
anak autism yaitu untuk mengetahui pola asupan pangan sumber gluten dan kasein
yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku anak autism.

1.2 Perumusan Masalah


1. Apakah terdapat perbedaan jenis, frekuensi, dan jumlah pangan sumber gluten dan
kasein antara anak yang autism dan non autism.
2. Apakah terdapat perbedaan prilaku antara anak autism dan non autism.

1.3 Tujuan
Tujuan teoritis :
a. Untuk mengetahui perbedaan konsumsi sumber gluten dan kasein serta prilaku
anak autism dan anak non autism.

Tujuan praktis:
a. Untuk mengetahui jenis pangan sumber gluten dan kasein.
b. Untuk mengetahui frekuensi konsumsi pangan sumber gluten dan kasein.
c. Untuk mengetahui jumah konsumsi pangan sumber gluten dan kasein.
d. Untuk mengetahui perbedaan perilaku antara anak autism dan anak non autism.

1.4 Kegunaan
Manfaat yang dapat diperoleh dari program ini yaitu sebagai berikut:
1. Membangun kreativitas mahasiswa dalam menghasilkan gagasan ilmiah.
2. Meningkatkan jiwa kepenelitian bagi mahasiswa dengan memanfaatkan data-data
hasil penelitian yang belum ditindaklanjuti dan memahami kondisi masyarakat.
3. Mengubah pola pikir masyarakat mengenai pengaruh konsumsi pangan sumber
gluten dan kasein dengan perilaku anak autism.

1.5 Luaran yang Diharapkan


1. Menjadikan hasil dari penelitian ini mampu mengubah pola pikir pada ibu dalam
memberikan pola asupan kepada anak autism.
2. Diharapkan memperoleh hak intelektual berupa pengakuan terhadap hasil
penelitian.
3. Memberikan edukasi kepada masyarakat umum.
4. Artikel ilmiah dengan judul “Analisis Konsumsi Pangan Sumber Gluten dan
Kasein dengan Perilaku Anak Autism” sebagai informasi mengenai analisis
terhadap perilaku anak autism di SLB Anugerah Colomadu Surakarta.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Karakteristik Anak Autisme


Autisme merupakan gangguan pada anak yang menyerang perkembangannya
sehingga menjadi suatu gangguan yang berat dan kompleks. Gejala autism ini
terlihat sebelum anak menginjak usia tiga tahun. Perkembangan pada anak autism ini
menjadi terganggu terutama menyangkut dalam hal komunikasi, interaksi social dan
aktivitas imajinasinya (Maulana,2007 dalam Muniroh, 2010). Perilaku pada anak
autis biasanya ditandai dengan rendahnya dalam berkomunikasi verbal maupun non
verbal, interaksi social yang terkesan aneh, emosi yang tidak stabil, berubah-ubah
dan persepsi sensorik yang tidak optimal.
Penyebab autism sendiri menurut para ahli dalam penelitiannya menyatakan
bahwa bibit autism telah ada jauh hari sebelum bayi yang dilahirkan bahkan sebelum
vaksinasi dilakukan. Patricia Rodier, seorang pakar embrio dari Amerika menyatakan
bahwa gejala autism dan cacat lahir tersebut disebabkan karena terjadinya kerusakan
jaringan otak yang terjadi sebelum 20 hari pada saat pembentukan janin. Peniliti
lainnya, Minshew menemukan bahwa anak yang terkena autisme bagian otak yang
mengendalikan pusat memori dan emosi menjadi lebih kecil dari pada anak normal.
Penelitian ini membuktikan bahwa gangguan perkembangan otak telah terjadi pada
semester ketiga saat kehamilan atau pada saat kelahiran bayi (Suteja, 2014). Menurut
Handojo (2004), bahwa anak autis memiliki beberapa karakteristik dari perilaku
autisme pada anak-anak antara lain :
1. Bahasa/komunikasi
Ekspresi wajah yang datar, tidak menggunakan bahasa/bahasa isyarat, jarang
memulai komunikasi, bicara sedikit, tampak tidak mengerti kata kata, mengerti
dan menggunakan kata secra batas.
2. Hubungan dengan orang
Tidak responsive, tidak ada senyum social, tidak berkomunikasi dengan mata,
kontak mata terbatas.
3. Hubungan dengan lingkungan
Bermain refetitif (diulang-ulang), marah atau tidak menghendaki perubahan,
berkembangnya rutinitas yang kaku, memperlihatkan ketertarikan yang sagat
fleksibel.
4. Respon terhadap indera/sensoris meliputi
Terkadang panik terhadap suara tertentu, bermain main dengan cahaya dan
pantulan, memainkan jari di depan mata, sangat hiperaktif.
5. Kesenjangan perkembnagan perilaku
Berjalan pada usia normal namun tidak berkomunikasi, kemampuan mungkin
sangat baik atau sangat terlambat, menggambar secara rinci namun tidak bisa
mengancing baju, pintar mengerjakan puzzle, peg tapi amat sukar megikuti
perintah.

2.2 Konsumsi Makanan yang Mempengaruhi Perilaku Anak Autis


Menurut Adams, et al. (2011), anak-anak dengan autisme lebih sering
dilaporkan memiliki masalah pada pencernaanya dan lebih parah dari pada anak pada
umumnya yang ada pada masyarakat. Menurut Fadhli (2010), secara umum anak
yang mengalami gangguan autis akan mengalami efek gangguan pada pencernaan,
syaraf, dan kekebalan tubuh. Anak autis tidak bisa mecerna kasein yang banyak
terkandung dalam susu sapi dan gluten yang banyak terkandung dalam terigu. Jika
tetap mengonsumsi makanan tersebut, maka dapat dipastikan kadar morfin yang
berasal dari zat-zat tersebut meningkat, yang kemudian akan mempengaruhi pada
perilaku yang terkesan seperti morfinis.
Salah satu penyebab penderita autis menjadi acuh dan hiperaktif yaitu karena
didalam otak terdapat racun yang ada didalam enzim, dimana enzim tersebut
berfungsi dalam memecahkan gluten dan kasein. Gluten dan kasein yang tidak
dipecah, akan menjadi racun di otak. Apabila jumlah sumber gluten dan kasein
semakin bertambah dan terakumulasi , maka akan terbentuk zat semacam morfin di
otak. Anak autis perlu dilakukan terapi diit yang dikenal sebagai diit Bebas Gluten
Bebas Casein (BGBC) (Nugrahani, 2008). Diit tersebut diterapkan karena makanan
yang mengandung gluten dan kesein dapat meningkatkan hiperpermeabilitas usus
yang mengakibatkan gluten dan kasein tidak tercerna dengan baik dan ada juga yang
mengalir ke aliran darah dan otak sehingga dapat mempengaruhi perilaku dari anak
autis tersebut (Ramadayanti, 2013).
Pola makan pada anak terutama anak autis harus mengandung jumlah zat gizi,
terutama karbohidrat, protein, dan kalsium yang tingggi guna memenuhi kebutuhan
selama masa pertumbuhan dan perkembangan. Ada beberapa jenis makanan yang
menyebabkan reaksi alergi pada anak autis seperti gula, susu sapi, gandum, coklat,
telur, dan kacang. Makanan yang mengandung gluten dan kaasein diharapkan
dihindari bagi anal autis karena pada gluten terdiri dari dua komponen protein yaitu
gliadin dan glutenin. Sedangkan kasein adalah protein kompleks pada susu yang
mempunyai sifat khas yaitu dapat menggumpal dan membentuk massa yang kompak
(Nurhidayati, 2015)

2.3 Gangguan Pencernaan Protein Gluten dan Kasein


Anak dengan gangguan autisme sering mengalami gangguan dalam mencerna
makanan yang mengandung gluten dan kasein. Anak dengan gangguan autisme ini
banyak mengalami leaky guts (kebocoran usus). Pada usus yang normal sejumlah
kecil peptida dapat juga merembes ke aliran darah, namun sistem imun tubuh dapat
segera mengatasinya. Peptida berasal dari gluten (gluteomorphin) dan peptide kasein
(caseomorphin) yang tidak tercerna sempurna, bersama aliran darah masuk ke otak
kemudian menuju ke reseptor “opioid”. Peningkatan aktivitas opioid ini akan
menyebabkan gangguan susunan saraf pusat dan dapat berpengaruh terhadap
persepsi, emosi, perilaku, dan sensitivitas. Opioid merupakan suatu zat yang
prosedurnya sama dengan morphine dan alaminya dikenal sebagai “beta endorphin”.
Endorphin adalah bentuk penekanan/pengurangan rasa sakit yang secara alami
diproduksi oleh tubuh. Pada anak dengan gangguan anak autisme, terkadang
endorphin ini bekerja terlalu jauh dalam menekan rasa sakit yang berlebihan. Pada
anak autis kadar zat semacam endorphin pada otak meningkat sehingga menjadi
suatu penyebab pada fungsi otak (Qomariah, 2018).

2.4 Pengetahuan Orang Tua Tentang Pola Makan


Seorang ibu rumah tangga yang bukan seorang ahli gizi, juga harus bisa
menyusun dan menilai hidangan yang disajikan kepada keluarga, dimana
pengetahuan orang tua terhadap gizi keluarga sangatlah penting untuk dipahami guna
untuk mempertahankan kesehatannya. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan, dan
keterampilan,maka makin baik pula tingkat ketahanan pangan keluarga dan
pelayanan dalam pengasuhan anak terhadap kesehatan (Depkes, 2004). Berdasarkan
hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan ibu dapat
mempengaruhi pola makan pada anak autis yang didukung pada penelitian oleh
Mashabi dan Tajudin (2009) tentang pola makan anak autis yang menyatakan bahwa
tinggi rendahnya tingkat dalam pengetahuan gizi ibu akan mempengaruhi pola
makan pada anak autis.

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Anak Autism


Penyebab dari autism itu sendiri masih idiopatik atau belum diketahui
penyebabnya. Namun ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap insidensi dari
autism diantaranya faktor genetik atau keturunan dan faktor lingkungan. Terjadi
peningkatan resiko dari autism apabila pada keluarga memiliki riwayat autism itu
sendiri. Akan tetapi faktor genetik secara spesifik belum diketahui dengan baik.
Beberapa gen tampaknya berpengaruh langsung terhadap penyebab autism, sebagian
mempengaruhi gejala dan sebagian lagi mempengaruhi tingkat keparahan gejala.
Faktor lingkungan yang diduga berpengaruh terhadap risiko terjadinya autism yaitu
kondisi dan sejarah kesehatan keluarga, usia ayah karena mempengaruhi kualitas
sperma, paparan racun dan polusi dari lingkungan, infeksi virus seperti measles dan
rubella, serta kompikasi yang terjadi saat kehamilan maupun kelahiran. Tetapi
pengaruh faktor genetik dan lingkungan tersebut masih dipelajari lebih lanjut oleh
peneliti The National Institute of Mental Health (2011).

2.6 Hubungan Antara Asupan Pangan Sumber Gluten dan Kasein dengan
Perilaku Anak Autism
Pangan sumber gluten biasanya terdapat dalam gandum tepung terigu atau
maizena, oat, barley, dan lain-lain. Produk olahannya dapat berupa kecap, roti,
biskuit atau cookies, kue, pastry, pasta, mie, kudapan atau makanan ringan, sereal,
donat dan pie. Sedangkan kasein biasanya ditemukan pada susu hewan. Produk
olahan kasein dapat berupa susu, keju, es krim, yoghurt, biskuit dan margarin
(Wijayakusuma, 2008 dalam Puspita dan Berawi, 2016). Bila konsumsi susu yang
mengandung kasein dihentikan, kadar betacosmorphin dalam urin menghilang,
namun kadar dari gluten tetap ada. Kadar gluten dapat menurun sebesar 26% setelah
diet bebas gluten selama 5 bulan. Penurunan sebesar 26% tersebut terjadi karena
gluten dapat menembus jaringan tubuh (Kessick, 2011 dalam Puspita dan Berawi,
2016).
Gluten dan kasein dapat bertindak sebagai alergen dan menimbullkan reaksi
alergi bagi anak yang menderita autism. Para peneliti melaporkan pada penderita
alergi terdapat penurunan hormon seperti kortisol, metabolik. Hormon progesteron
dan adrenalin tampak cenderung meningkat bila proses alergi itu timbul. Perubahan
hormonal tersebut ternyata dapat mempengaruhi fungsi susunan saraf pusat atau otak
(Judarwanto, 2005 dalam Puspita dan Berawi, 2016). Gluten dan kasein merupakan
peptida yang mampu mempengaruhi neurotransmitter di susunan saraf pusat. Gluten
dan kasein mampu menembus sawar darah akibat terabsorbsi dari usus yang
mengalami defisiensi enzim sulfotransfase. Gluten dan kasein yang beredar di
sirkulasi menduduki reseptor opioid, menyebabkan serabut saraf pusat terganggu.
Serabut saraf pusat ini mengatur fungsi persepsi, kognitif, emosi dan tingkah laku,
sehingga mengakibatkan penderita autism akan mengalami hiperaktif atau terlalu
senang akibat diet gluten dan kasein yang tidak terkontrol (Ginting, 2004 dalam
Puspita dan Berawi, 2016).

2.7 Kerangka Teori

Lingkungan

Genetik
Perilaku anak autism
Komunikasi anak dan
orang tua

Pola konsumsi pangan


sumber gluten dan kasein

2.8 Kerangka Konsep

Pola pangan sumber kasein dan


Perilaku anak autism
gluten

BAB 3. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian abservasionar dengan desain crossectional
dengan desain ini dipilih karena variable bebas dan veriabel terikat diambil dalam waktu
bersamaan.

B. Hipotesis
1. Terdapat perbedaan jenis, frekuensi, dan jumlah pangan sumber gluten dan kasein
antara anak yang autism dan non autism.
2. Terdapat perbedaan perilaku antara anak autism dan non autism.

C. Pemilihan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah anak autism dan normal di SLB Anugerah
Colomadu Surakarta. Sampel diambil dengan teknik simple random sampling dengan
jumlah sampel 7 anak autism dan 7 anak non autism.

D. Pengumpulan dan Analisa Data


Data tentang jenis, frekuensi, dan jumlah sumber pangan gluten dan kasein
diperoleh dengan metode wawancara pada ibu responden menggunakan FFQ (food
frekuensi questionare) semi kuantitaf. data tentang prilaku anak menggunakan kuesioner
ATEC (autism treatment evaluaton checklist) .
Untuk menguji perbedaan jenis, frekuensi, dan jumlah pangan sumber gluten dan
kasein antara anak yang autism dan normal digunakan t-test bila data distribusi normal,
apabila data tidak berdistribusi normal maka menggunakan Mann whitney.
Untuk menguji perbedaan perilaku anak autism dan non autism menggunakan uji
yang sama.

E. Cara Penafsiran dan Penyimpulan


Kesimpulan diambil berdasarkan interpretasi nilai p
1. Jika p value < 0,05, H ditolak berarti terdapat hu bungan antara konsumsi sumber
pangan gluten dan kasein dengan perilaku anak autism.
2. Jika p value ≥ 0,05, H diterima berarti tidak terdapat hubungan antara konsumsi
sumber pangan gluten dan kasein dengan perilaku anak autism.

TAHAPAN PELAKSANAAN

1. Pemilihan responden yang


sesuai kriteria dan eksklusi.
F. Bagan Alur 2. Meminta ketersediaan
kepada siswa untuk menjadi
subjek penelitian melalui
TAHAP PERSIPAN informed concent.
3. Melakukan pengambilan
1. Pembuatan kuesioner FFQ
data kepada siswa dengan
semi kuantitaif
menjelaskan terlebih dahulu
2. Persiapan data kuesioner
maksud dan tujuan
data ATEC
penelitian.
3. Menentukan lokasi yang
4. Peneliti melakukan
dijadikan penelitian
klarifikasi terkait data dari
4. Menentukan populasi yang
FFQ semi kuantitaf dan data
akan dijadikan penelitian
ATEC yang didapat untuk
5. Menentukan sampel yang
mencegah adanya data yang
akan dipakai untuk
belum lengkap setiap kali
penelitian
selesai wawancara
TAHAPAN PENYELEAIAN

1. Melakukan editing data


penelitian
2. Melakukan pengolahan data
yang telat terkumpul
menggunakan program
nutrisurvey dan program
SPSS untuk memudahkan
perhitungan
3. Menganalisis data penelitian
4. Menyusun laporan
penelitian dan pembahasan
sesuai tujuan yang
ditetapkan
5. Melaporkan hasil penelitian

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Anggaran Biaya

Tabel 4.1 Ringkasan Anggaran Biaya Penelitian

No. Jenis Pengeluaran Biaya (Rp.)


Penunjang
1 450.000
(Honor terster untuk AETC 20 sampel x 22.500)
Bahan habis pakai
2 54.000
(kertas A4,Pena)
Perjalanan
3 50.000
(transportasi solo-solo)
4 Lain-lain 485.000
(konsumsi tim PKM, konsumsi subjek, kenang-
kenangan, cetak proposal, cetak laporan akhir)
Jumlah 1.039.000

4.2 Jadwal Kegiatan

Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Penelitian

No. Kegiatan Bulan ke-1 Bulan ke-2


Persiapan dan survey
1 lokasi

2 Izin pelaksanaan dan


pelaksanaan
Pemberian kuisioner
3 sebelum edukasi dan
pengisian formulir FFQ Q
4 Pemberian edukasi
5 Evaluasi

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Gambaran Lokasi Penelitian


SLB Anugerah merupakan SLB swasta dengan status kepemilikannya yaitu
yayasan. SLB Anugerah berada di Desa Kepoh, Tohudan, Kec. Colomadu, Kab.
Karanganyar, Prov. Jawa Tengah. Jumlah guru di SLB Anugerah yaitu sebanyak 8 guru
dengan jumlah siswa sebanyak 48 anak dan siswa perempuan sebanyak 23 anak.
Kurikulum yang digunakan dalam proses pembelajaran yaitu kurikulum 13 dengan
penyelenggara sistem sekolah yang digunakan ialah sehari penuh/ 5hari.
SLB Anugerah melayani berbagai jenis/tipe berkebutuhan khusus yaitu A, B, C,
C1, D, D1, F, H, K, P, Q serta melayani kelas SD, SMP, dan SMA dengan ruang kelas
yang dimilki yaitu berjumlah 8 kelas dan fasilitas yang tersedia yaitu sanitasi siswa
sebanyak 2 dan perpustakaan sebanyak 1. SLB Anugerah didirikan awal pada tahun 2005
oleh ibu Eko Setiyosih yang bergerak dibidang sosial. Ibu Eko Setiyosih mendirikan
sekolah atas dasar UU 1945 pasal 31 yang intinya berisi tidak membedakan anak bangsa
yang normal dan yang belum mengalami keberuntungan. Mengingat di lingkungan luar
sana ada banyak anak yang mengalami kelainan yang butuh pelayanan pendidikan,
sehingga hal tersebut yang mendorong sosok ibu Eko Setiyosih untuk merintis dunia
pendidikan luar biasa di Colomadu.
5.2 Karakteristik Subjek Penelitian
Jumlah subjek penelituan yang diperoleh adalah 7 orang. Hasil yang didapat
menunjukkan bahwa usia sujek penelitian yang diperoleh adalah antara 7 tahun sampai
dengan 20 tahun dan rata rata (mean) usia subjek adalah 12 tahun.
Tabel 5.2 Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dan usia saat penelitian
Karakteristik subjek Banyaknya
penelitian Jumlah Persentase
(N=7) (%)
Jenis kelamin
Laki-laki 7 100

Usia saat penelitian


≤ 7 tahun 1 14,28
˃ 7 tahun 6 85,71
Berdasarkan Tabel 5.2, dapat diketahui bahwa sebagaian besar subjek penelitian
(85,71 %) berusia lebih dari 7 tahun, selain itu jenis kelamin subjek sebagian besar
(100 %) adalah laki-laki.

5.3 Karakteristik Orang Tua


Tabel 5.3 menunjukkan bahwa pendidikan ibu sebagian besar (42,85%) mencapai
perguruan tinggi. Pendidikan ayah menunjukkan haisl yang sama yaitu sebagian besar
(42,8%) mencapai prguruan tinggi. Untuk data pekerjaan ibu, diperoleh hasil yang
paling dominan adalah ibu rumah tangga sebesar 57,14%, sedangakan pekerjaan ayah
yang paling dominan ada 2 yaitu sebesar (42,85%) karyawan swasta dan sebesar
(42,85%) berwirusaha.

Tabel 5.3. Karakteristik orang tua berdasarkan pendidikan ibu,


pekerjaan ibu, pendidikan ayah, dan pekerjaan ayah
Karakteristik orang Banyaknya
tua Jumlah Persentase
(N=7) (%)
Pendidikan terakhir
ibu
SD 1 14,28
SMP 1 14,28
SMA 3 42,85
Perguruan Tinggi 2 28,57
Pekerjaan Ibu
Ibu Rumah Tangga 4 57,14
PNS 0 0
Swasta 1 14,28
Lain-lain 2 28,57
Pendidikan terakhir
ayah
SD 1 14,28
SMP 1 14,28
SMA 3 42,85
Perguruan Tinggi 2 28,57
Pekerjaan Ayah
PNS 1 14,28
Swasta 3 42,85
Lain-lain 3 42,85

5.3 Skor frekuensi konsumsi sumber pangan gluten dan kasein


Seluruh subjek (100%) pada penelitian ini masih mengonsumsi sumber p
angan gluten dan kasein . implementasi orang tua subjek saat ini, hanya baru bisa
pada tahap mengurangi atau mengatur frekuensi pemberian makanannya saja. Variasi
frekuensi konsumsi tersebut, terdapat subjek yang selalu mengonsumsi dalam
makanan kesehariannya. Beberapa hal yang melatar belakangi sulitnya orang tua
dalam membatasi konsumsi sumber pangan gluten tersebut diantaranya adanya
keterbatasan bahan makanan sebagai alternative pengganti, makanan yang
mengandung gluten dan kasein merupakan kesukaan anak, sehingga orang tua merasa
sulit atau tidak tega jika tidak memberikannya.
SLB Anugerah juga menyediakan asrama untuk anak- anak yang bersedia di
tempatkan di asrama. Makanan yang diberikan juga seperti makanan pada layaknya
orang biasa yang tidak menghindari konsumsi gluten dan kasein. Ada beberapa faktor
yang sulit untuk menerapkan pembatasan konsumsi gluten dan kasein yaitu
diantaranya gluten dan kasein sudah menjadi makanan terenak untuk kalangan anak-
anak, butuh tenaga ahli gizi untuk mengatur diet yang dibutuhkan, varian makanan
tanpa gluten dan kasein harus diperhatikan.

Tabel 5.3 Skor frekuensi sumber pangan gluten dan kasein pada subjek autis

Skor frekuensi Jumlah (n) Persentase (%)


konsumsi
50-100 4 57,14
101-150 0 0
˃150 3 42,85

Tabel 5.4 Skor frekuensi sumber pangan gluten dan kasein pada subjek non autis

Skor frekuensi Jumlah (n) Persentase (%)


konsumsi
50-100 1 14,28
101-150 2 28,57
˃150 4 57,14

Berdasarkan table 5.3 nilai skor frekuensi konsumsi sumber pangan gluten dan
kasein berada pada rentang 50 hingga lebih dari 150. Subjek yang memilki skor nilai
berkisar antara 50-100 mempunyai kebiasaan konsumsi makanan yang mengandung
gluten maupun kasein tidak lebih dari 1-2 kali/minggu, sedangkan sisanya subjek
dengan skor nilai berkisar antara 101-150 dan >150 mempunyai kebiasaan
mengonsumsi makanan yang mengandung gluten maupun kasein yang sangat
bervariasi. Variasi tersebut bukan hanya berupa kuantitas makanan yang dikonsumsi,
namun juga dipengaruhi banyaknya jenis makanan yang dikonsumsi. Makanan-
makanan yang masih sulit untuk dihindari bagi subjek seperti susu, coklat, mie instan,
serta aneka jenis makanan yang berbahan dasar terigu.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada ibu subjek ada beberapa
alasan yang melatarbelakangi sulitnya menerapkan diet tersebut diantaranya,
faktor psikologis anak, lingkungan keluarga, keterbatasan bahan makanan sebagai
alternatif pengganti dan umumnya makanan yang mengandung gluten maupun
casein tersebut merupakan makanan kesukaan si anak, sehingga orangtua merasa
tidak tega (kasihan) jika tidak memberikannya. Implementasi orangtua dalam
menerapkan diet bebas gluten bebas casein, saat ini hanya baru bisa pada tahap
mengurangi atau mengatur frekuensi pemberiannya. Pengaturan frekuensi
makanan tersebut pun bervariasi disesuaikan dengan kemampuan orangtua dan
kondisi anak. Beberapa contoh bahan makanan yang bisa menjadi alternatif
pilihan bagi penderita autis diantaranya tepung beras,tepung beras merah, tepung
maizena,tepung kedelai, tepung tapioka, tepung kentang, tepung kanji, tepung
singkong,tepung umbi-umbian, bihun, soun, sebagai pengganti terigu (gluten),
sedangkan susu kedelai, sari almond, sari kacang hijau sebagai pengganti susu
(casein) (Nugraheni, 2009).
Frekuensi konsumsi gluten casein berada pada skor terendah yaitu 51,
pengaplikasian dietnya pun berbeda dengan subjek yang memiliki skor tertinggi
yaitu 320. Subjek dengan skor konsumsi terendah memiliki kebiasaan
mengonsumsi makanan yang mengandung gluten maupun casein yang dibatasi
maksimal dalam 1-2kali/minggu subjek hanya boleh mengonsumsi makanan
tersebut,sedangkan subjek dengan skor konsumsi yang tertinggi memiliki
kebiasaan mengonsumsi makanan yang mengandung gluten maupun casein
hampir setiap hari dalam menu makanannya. Makanan yang menjadi favorit
subjek pada penelitian ini antaralain aneka gorengan yang digoreng menggunakan
tepung terigu (tahu,tempe, bakwan), mie instant, cokelat dan susu.
5.4 Skor perilaku autis
Perilaku autis merupakan gangguan perilaku yang khas pada anak autis. Skor perilaku
autis dikategorikan menjadi 2 jenis, yaitu berkurangnya perilaku autis dan tetap atau
bertambahnya perilaku autis. Sebagian besar subjek pada penelitian ini masih mengalami
gangguan perilaku, hanya 28,57% saja subjek yang perilaku autisnya berkurang.
Berkurangnya perilaku autis tersebut umumnya berupa berkurangnya intensitas hiperaktif
pada subjek dan kemmapuan subjek dalam melakukan instruksi atau perintah yang diberikan
oleh terapis.

Tabel 5.4 Skor perilaku autis


Perilaku autis Jumlah Persentase
(n) (%)

Berkurangnya perilaku autis 2 28,57

Tetap atau bertambahnya 5 71,43


perilaku autis

Tabel 5.5 Rerata skor perilaku autis

Kategori Minimum Maximum Rerata+SD


Skor Perilaku 1 bulan yang 8 20 16,50+2,92
lalu
Skor Perilaku sekarang 7 20 15,17+3,54
Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh hasil bahwa terdapat penurunan rerata skor perilaku
autis dari 1 bulan yang lalu dibandingkan dengan skor perilaku yang sekarang.

Perilaku autis merupakan gangguan perilaku yang khas pada anak autis. Perilaku
tersebut meliputi hiperaktivitas anak (gerak gerik yang kurang tertuju), ketidakmampuan
anak dalam menatap lawan bicara (eye contact), tidak merespon jika dipanggil, menangis
atau tertawa tanpa sebab dan beberapa indikator perilaku khas lainnya. Sebagian besar
subjek pada penelitian ini masih mengalami gangguan perilaku, hanya 26,7% saja subjek
yang perilaku autisnya berkurang. Berkurangnya perilaku autis tersebut umumnya berupa
berkurangnya intensitas hiperaktif pada subjek dan kemampuan subjek dalam melakukan
instruksi atau perintah yang diberikan oleh terapis.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perilaku autis diantaranya intensitas
terapi, metode terapi, keterlibatan orangtua dan keluarga serta terapi diet. 19,20 Berdasarkan
hasil wawancara pada ibu subjek mayoritas orangtua mengakui bahwa ada pengaruh
perilaku autis dengan kebiasaan makan anak. Gangguan perilaku tersebut seperti
berkurangnya hiperaktif anak apabila dikuranginya pemberian frekuensi konsumsi susu
dan cokelat.

Hubungan frekuensi konsumsi diet bebas gluten bebas casein dengan skor perilaku
autis

Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara frekuensi konsumsi


sumber gluten dan casein dengan perubahan perilaku autis. Tingginya konsumsi bahan
makanan yang mengandung gluten dan casein maka akan semakin seringnya terjadi
perilaku autis. Hal ini disebabkan oleh tidak sempurnanya proses pemecahan protein
yang terkandung dalam gluten dan casein. Gluten dan casein merupakan bagian dari
asam amino rantai pendek yang biasa juga disebut peptide. Keadaan normal peptide
hanya diabsorbsi sedikit oleh tubuh dan sebagian besar dibuang melalui feses namun
tidak demikian pada penderita autis.
Hipermeabilitas pada mukosa usus penderita autis menyebabkan peptide ini
meningkat, sebagian peptide diabsorbsi masuk ke sirkulasi aliran darah dan sebagian lagi
peptide tersebut menuju otak. Peptide yang menuju ke otak menempel pada reseptor
opioid diotak dan berubah fungsi seperti morfin. Peptide gluten akan membentuk
gluteomorphin atau gliadimorphin dan peptide casein akan membentuk caseomorphin,
kedua zat tersebut dapat mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga menimbulkan
gangguan perilaku (Nugraheni, 2008 ; Rahmawati, 2003). Pernyataan tersebut sesuai
dengan observasi yang telah dilakukan pada penelitian ini, bahwa penderita autis yang
memiliki kebiasaan frekuensi rendah dalam mengonsumsi makanan gluten maupun
casein terjadi perubahan perilaku yang lebih terarah dibandingkan mereka yang memiliki
kebiasaan frekuensi yang tinggi dalam konsumsi makanannya. Beberapa perilaku
tersebut diantaranya anak menjadi lebih tenang, mudah diberikan instruksi saat terapi,
tidak mudah menangis ataupun marah.
Berdasarkan hasil uji statistic diperoleh p=0.000 disimpulkan terdapat hubungan
antara freskuensi konsumsi sumber pangan gluten dan kasein dengan perubahan perilaku
anak autism di SLB Anugerah Colomadu karena, p value< 0,05 yang berarti H0 ditolak.
SIMPULAN
Kelompok usia terdiagnosis autis paling dominan diatas 7 tahun dan sebagian
besar anak autis merupakan anak bungsu dalam keluarganya. Persentase skor perilaku
autis pada penelitian ini hanya 26,7% saja subjek yang perilaku autisnya berkurang.
Status gizi penderita autis berada dalam kategori

normal namun ditemukan pula penderita autis dengan status gizi lebih. Seluruh (100%)
subjek pada penelitian ini masih mengonsumsi makanan yang mengandung gluten bebas
casein namun penerapannya hanya sebatas mengurangi atau mengatur frekuensi
pemberiannya saja. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa ada hubungan
bermakna antara frekuensi konsumsi diet bebas gluten bebas casein dengan skor perilaku
autis (r=0,369;p=0,045)

SARAN
Diet bebas gluten bebas casein pada penderita autis sangat penting untuk
mengurangi gangguan perilaku tersebut. Keterbatasan bahan makananan sebagai
alternatif pengganti menjadi kendala dalam mengimplementasikannya sehingga
diperlukan variasi bahan makanan pengganti yang bebas gluten maupun bebas casein.
LAMPIRAN
PENGGUNAAN DAN

1. Bahan Habis Pakai


Justifikasi Harga
Material Kuantitas Keterangan
Pemakaian Satuan (Rp)
Bolpoin peserta Alat 16 buah Rp. 2000,./ buah Rp . 32.000,-
penunjang
dalam
menjawab
kuisioner
Materai Alat resmi 3 buah Rp. 5000,-/buah Rp. 15.000
selama
kegiatan
Proposal Cetak 2 eksemplar Rp. 10000,- Rp . 20.000,-
Kertas Kuisioner Cetak 393 kuisioner Rp.150,- / kuisioner Rp. 59.000,-
Map 2 buah Rp.5000,-/buah Rp . 10.000,-
Kenang-kenangan Alat 1 buah Rp. 150.000,-/buah Rp . 150.000,-
sekolah penunjang
Publikasi
Kenang-kenangan Alat 7 buah Rp. 27.500,-/buah Rp. 193.000,-
anak autism penunjang
pembelajar
an
Konsumsi peserta Untuk 1 kali 10 buah Rp. 19.500,-/ snack Rp. 195.000,-
dan hadiah peserta pertemuan
dalam
penyulahan
dihadiri 8
peserta
SUB TOTAL (Rp) Rp. 674.000,-
2. Perjalanan
Justifikasi Harga
Material Kuantitas Keterangan
Pemakaian Satuan (Rp)
Perjalanan dari Perjalanan 8 liter untuk 2 Rp. 9500,-/liter Rp. 152.000,-
solo ke SLB untuk survei orang
Anugerah tempat
Colomadu
Konsumsi TIM Konsumsi 3 orang Rp. Rp. 60.000
PKM selama 20.000,-/orang
penelitian
SUB TOTAL (Rp) Rp. 886.000,-

1. Lain-lain
Justifikasi Harga
Material Kuantitas Keterangan
Pemakaian Satuan (Rp)
EC Memperoleh 1 laporan Rp. 100.000,-/ Rp. 100.000,-
ijin penelitian laporan
dari FK UMS
Scan Sebagai 14 lembar Rp. Rp. 14.000,-
lampiran foto 1000,-/lembar

CD Alat 1 buah Rp. 6.500,-/ Rp. 6.500,-


pembuatan EC buah

Cetak laporan Sebagai 2 laporan Rp. 15.750,-/ Rp. 31.500,-


akhir laporan akhir laporan
kegiatan
TOTAL (KESELURUHAN) (Rp.) Rp. 1.038.000,-
BUKTI PENDUKUNG KEGIATAN
(DOKUMENTASI)

(NOTA)
LAMPIRAN

Lampiran 1. Materi Informed Consent Penelitian


JUDUL PENELITIAN : “Analisis Konsumsi Pangan Sumber
Gluten dan Kasein dengan Perilaku
Anak Autism”

INSTANSI PELAKSANA : PKM-P Unit Penelitian dan


Pengabdian Masyarakat Universitas
Muhammadiyah Surakarta

Persetujuan Setelah Penjelasan

(INFORMED CONSENT)

Yth: Ibu …..


Perkenalkan nama saya Yulinda Tirta Dini Cahya, saya selaku
ketua penelitian PKM-P regular UKM Unit Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat (UPPM) UMS. Guna melaksanakan tindak lanjut dari
proposal untuk memperoleh data, maka salah satu syarat yang
ditetapkan kepada saya adalah menyusun penelitian. Penelitian yang
akan saya lakukan berjudul “Analisis Konsumsi Pangan Sumber
Gluten dan Kasein dengan Perilaku Anak Autism”.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan


antara frekuensi pangan sumber gluten dan kasein dengan perilaku
anak autism dan anak normal. Dalam penelitian ini saya akan
memberikan kuesioner tentang karakteristik subjek, konsumsi
makanan sumber gluten dan/atau kasein menggunakan Food
Frequency Questionnaire (FFQ) kuantitatif. Saya memohon dengan
kerendahan hati kepada ibu meluangkan waktu ± 1 jam mengisi dan
diwawancara melalui kuesioner yang telah saya sediakan.
Keuntungan yang bisa ibu peroleh jika menyetujui menjadi
responden dalam penelitian ini adalah edukasi yang akan saya berikan
mengenai pengontrolan konsumsi pangan sumber gluten dan kasein
pada anak autisme. Penelitian ini tidak membahayakan keselamatan
anak ibu yang menjadi responden dan bersifat sukarela tanpa ada
unsur paksaan. Partisipasi ibu dalam penelitian ini juga tidak akan
dipergunakan untuk hal-hal yang dapat merugikan ibu. Apapun data
atau hasil yang berhubungan dan diperoleh dari penelitian ini akan
dijaga kerahasiaannya dengan tidak mencantumkan identitas subjek
dan tidak akan disebarluaskan kepada pihak lain selain pihak yang
berkepentingan dalam penelitian ini. Data-data tersebut hanya akan
saya gunakan untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan ilmu
pengetahuan. Maka dari itu, ibu tidak perlu takut atau ragu-ragu dalam
memberikan jawaban yang sejujurnya. Artinya, semua jawaban yang
diberikan adalah benar dan sesuai dengan kondisi yang dirasakan oleh
ibu selama ini.
Apabila ada informasi yang belum jelas, ibu bisa menghubungi
saya Yulinda Tirta Dini Cahya, No. HP 081331375740. Demikian
penjelasan dari saya selaku ketua penelitian PKM-P. Terimakasih atas
perhatian dan kerjasama ibu dalam penelitian ini.

Setelah mendengar dan memahami penjelasan penelitian,


dengan ini saya menyatakan

SETUJU / TIDAK SETUJU


Untuk ikut sebagai responden atau subjek penelitian.

Surakarta,
…………………… 2019
Saksi : ……………………
Nama Terang : ………………….. Nama Terang : ………………
Alamat : …………………… Alamat :……………….
KUESIONER PENELITIAN IDENTITAS RESPONDEN “Analisis
Konsumsi Pangan Sumber Gluten dan Kasein dengan Perilaku Anak
Autism ”

Tanggal :
No. Responden :
Enumerator :
I. Karakteristik Anak

a) Nama Anak
b) Tempat tanggal lahir
c) Jenis Kelamin
d) Tanggal saat didiagnosis

II. Karakteristik Orang Tua

a. Nama Ibu :
b. Tempat tanggal lahir :
c. PekerjaanIbu :
1. IRT 4.Wiraswasta
2. Karyawan swasta 5. Lain-lain (sebutkan)
3. PNS
d. Pendidikan Ibu :
1. Sekolah Menengah Pertama/Sederajat (SMP)
2. Sekolah Menengah Atas/Sederajat (SMA)
3. Sarjana (S1)
4. Master (S2)
5. Lainnya (sebutkan)
a. Nama Ayah :
f. Tempat tanggal lahir :

g. Pekerjaan Ayah :
1. Karyawan swasta 3.Wiraswasta
2. PNS 4. Lain-lain (sebutkan!)

h. Pendidikan Ayah:
1. Sekolah Menengah Pertama/Sederajat (SMP)

2. Sekolah Menengah Atas/Sederajat (SMA)

3. Sarjana (S1)

4. Lainnya (sebutkan!)

i. Nama Wali :
j. Tempat tanggal lahir :
k. Pekerjaan Wali :
1. IRT 4.Wiraswasta
2. Karyawan swasta 5. Lain-lain (sebutkan)
3. PNS
l. Pendidikan Wali :
1. Sekolah Menengah Pertama/Sederajat (SMP)
2. Sekolah Menengah Atas/Sederajat (SMA)
3. Sarjana (S1)
4. Master (S2)
5. Lainnya (sebutkan)
FORMULIR FOOD FREQUENCY (FFQ)

Frekuensi Konsumsi
Bahan Makanan/
NO Tidak <1 kali/ 1-2 kali/ 3 kali/ 1 kali/ >1 kali/
Makanan
pernah minggu minggu minggu hari hari

00 1 10 15 25 50

Gluten :

1 Terigu

2 Panir

3 Havermuth/Oat

4 Roti

5 Mie

6 Biskuit

7 Macaroni

8 Lain-lain

(sebutkan……)

Gluten terselubung :

9 Bakwan dari

10 Tepung terigu

11 Cake (kue basah)

12 Bakso

13 Sosis

14 Risoles

15 Ayam bumbu

16 Tepung

17 Kue Basah
18 Tempe mendoan

19 Wafer

20 Kue lapis

21 lumpia

Pisang goreng lapis


22 tepung

Kue kering dr tepung


23 terigu

24 Pastel

25 Tahu lapis tepung

Donat dari tepung


26 terigu

27 Bolu kukus

Ikan lapis tepung


28 terigu

29 Berbagai jenis nugget

30 Pizza

31 Pasta

32 Spaghetti

33 Dan lain lain

Casein :

34 Susu sapi

35 Susu kambing

36 Susu skim

37 Susu kental manis

38 Keju

Susu sapi cair


39 kemasan
Dan lain lain
(sebutkan..)

Hasil Casein

40 SKM/full cream

41 Mentega

42 Keju

43 Yoghurt

44 Susu fermentasi

45 Susu bubuk skim

Sumber casein terselubung

46 Es krim

47 Permen susu

48 Coklat

49 Soda gembira

50 Jus dengan susu

JUMLAH
TABEL PENGAMATAN PERILAKU

Perilaku
No Gejala
±1 bulan Sekarang

1 A. Interaksi Sosial Kurang Memadai

1. Kontak mata sangat kurang

2. Ekspresi mata kurang hidup

3. Gerak gerik yang kurang tertuju

4. Menolak untuk dipeluk

5. Tidak menengok bila dipanggil

6. Menangis atau tertawa tanpa sebab

7. Tidak tertarik pada permainan

8. Bermain dengan benda yang bukan


mainan
B. Tidak bisa bermain dengan teman sebaya

C. Tidak dapat merasakan apa yang


dirasakan orang lain

D. Kurang hubungan sosial dan emosional


yang timbal

2 A. Bicara terlambat atau bahkan sama


sekali tak berkembang (tidak ada usaha
untuk mengimbangi komunikasi dengan
cara lain tanpa bicara)
B. Bahasa isyarat tidak berkembang,
contohnya menarik tangan bila ingin
sesuatu
C. Bila bisa bicara, bicaranya tidak dipakai
untuk berkomunikasi
D. Sering menggunakan bahasa yang aneh
dan diulang-ulang
E. Cara bermain kurang variatif, kurang
imaginative, dan kurang bisa meniru

3 A. Mempertahankan satu inat atau lebih


dengan cara khas dan berlebih-lebihan
B. Terpaku pada satu kegiatan yang
ritualistic atau rutinitas yang tidak ada
gunanya, misalnya makanan dicium
dahulu
C. Ada gerakan-gerakan yang aneh, khas di
ulang-ulang
D. Seringkali sangat terpukau pada bagian-
bagian benda
JUMLAH SKOR

*Beri tanda (√) pada daftar perilaku sesuai dengan keadaan perilaku anak
Frequency Table

Skor ffq autis


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
0 7 50,0 50,0 50,0
50-100 4 28,6 28,6 78,6
Valid
>150 3 21,4 21,4 100,0
Total 14 100,0 100,0

Skor ffq non autis


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
0 7 50,0 50,0 50,0
50-100 1 7,1 7,1 57,1
Valid 101-150 2 14,3 14,3 71,4
>150 4 28,6 28,6 100,0
Total 14 100,0 100,0

Frequencies
Statistics
Skortingkahl Skoperilakua
akuautis1bula utissekarang
nyanglalu
Valid 14 14
N
Missing 0 0

Skor tingkah laku autis 1 bulan yang lalu


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
1-10 2 14,3 14,3 14,3
Valid 11-20 12 85,7 85,7 100,0
Total 14 100,0 100,0
Skor perilaku autis sekarang
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
1-10 4 28,6 28,6 28,6
Valid 11-20 10 71,4 71,4 100,0
Total 14 100,0 100,0

Uji normalitas (kolmogrov-smirnov)

Statistics
skortingkahla skorperilakua
kuautis1bula utissekarang
nyanglalu
Valid 14 14
N
Missing 0 0

Frequency Table
Skor tingkah laku autis 1 bulan yang lalu
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
1-10 2 14,3 14,3 14,3
Valid 11-20 12 85,7 85,7 100,0
Total 14 100,0 100,0

Skor perilaku autis sekarang


Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
1-10 4 28,6 28,6 28,6
Valid 11-20 10 71,4 71,4 100,0
Total 14 100,0 100,0
NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=skor perilaku autis sekarang
/MISSING ANALYSIS.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
skorperilakua
utissekarang
N 14
Mean 1,71
a,b
Normal Parameters Std.
,469
Deviation
Absolute ,443
Most Extreme
Positive ,271
Differences
Negative -,443
Kolmogorov-Smirnov Z 1,658
Asymp. Sig. (2-tailed) ,008
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

T-Test
One-Sample Statistics
N Mean Std. Std. Error
Deviation Mean
Skor perilaku autis
14 1,71 ,469 ,125
sekarang

One-Sample Test
Test Value = 0
t df Sig. (2- Mean 95% Confidence Interval of
tailed) Difference the Difference
Lower Upper
Skor
perilaku
13,682 13 ,000 1,714 1,44 1,98
autis
sekarang

Anda mungkin juga menyukai