Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TAFSIR TARBAWI

TUJUAN PENDIDIKAN

DOSEN PEMBIMBING
Dr. Saiful Bahri, Lc, MA
Disusun Oleh:

Deni Oktakiawan
(2018510030)
Bayu Putra Nugroho
(2019517001)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2019/2020
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………….

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN

A. Tujuan Pendidikan Secara Umum dan Pendapat Beberapa Ulama


Tentang Tujuan Pendidikan
B. Tafsir Surah Al-Imran Ayat 190-191
C. Munasabah Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 190-191
D. Asbabun-Nuzul Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 190-191

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Agama islam sangat menjunjung tinggi pendidikan, serta tidak
membeda-bedakan pendidikan kepada laki-laki maupun pendidikan
kepada wanita. Sebagaimana hadits nabi yang berbunyi.
َ ‫َطلَبُ ْالع ِْل ِم َف ِري‬
‫ْض ُة َعلَي ُك ِّل مُسْ ل ِِم َو مُسْ لِ َم ِة‬
Artinya: “menuntut ilmu di wajibkan bagi tiap-tiap orang islam lelaki dan
orang islam perempuan”.
Didalam Al-Qur’an juga banyak ayat-ayat yang berhubungan dengan
pendidikan, diantaranya surah Al-Alaq ayat !-5 menjelaskan kewajiban
belajar mengajar, begitu juga pada surah Luqman ayat 12-19 yang
menjelaskan materi pendidikan. Dari keterangan hadits dan ayat Al-
Quran tersbut dapat kita katakan bahwa didalam islam pendidikan itu
sangat penting.
Dari begitu besarnya perhatian islam terhadap pendidikan, tentu
agama islam memiliki tujuan dan alasan tersendiri terhadap
permasalahan tersebut. Oleh karena itu, dalam makalah ini kami akan
memaparkan tujuan agama islam menyuruh umatnya memperhatikan
pendidikan. Dimana di dalam memaparkannya kami mengambil dari
tafsir ayat-ayat tentang tujuan pendidikan. Dan kami tidak mengambil
dari satu kitab tafsir saja, tapi kami menghubungkan dari beberapa kitab
tafsir tersebut.
BAB II

PEMBAHASAN

A. TujuanPendidikan Secara Umum dan Pendapat Beberapa Ulama


Tentang Tujuan Pendidikan

Sebelum kita paparkan tujuan pendidikan yang terdapat dalam


surah Al-Imran ayat 190-191, kita perlu ketahui tujuan umum pendidikan
di dalam ajaran islam dan pendapat para ulama tentang tujuan
pendidikan.

Adapun tujuan umumnya yaitu membentuk kepribadian sebagai


khalifah Allah atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan yang
mengacu kepada tujuan akhir manusia. Tujuan utama khalifah Allah
adalah beriman kepada Allah dan tunduk patuh secara total kepadaNya.
Dalam surat Adz-Dzariyat (51): 56 Allah berfirman:

ِ ‫س االّ لِ َيعْ ُب ُد‬


‫ون‬ َ ‫لقت ال ِجنَّ واال ْن‬
ُ ‫َوما َ َخ‬

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya


mereka mengabdi kepada-Ku”.

Konsep ibadah dalam ayat diatas ditafsirkan kepada artian


menyembah Allah SWT dan melakukan perbuatan-perbuatan yang
sesuai dengan syari’at yang telah ditentukan.

Menurut Ibnu Taimiyah, sebagaimana yang dikutip oleh Majid


‘Irsan al-Kaylani, tutjuan pendidikan Islam tertumpu pada empat aspek,
yaitu: (1) tercapainya pendidikan tauhid dengan cara mempelajari ayat
Allah SWT, dalam wahyu-Nya dan ayat-ayat fisik (afaq) dan psikis
(anfus); (2) mengetahui ilmu Allah SWT. Melalui pemahaman terhadap
kebenaran mahluk-Nya; (3) mengetahui kekuatan (qudrah) Allah melalui
pemahaman jenis-jenis, kauntitas, dan kreatifitas mahluk-Nya; dan (4)
mengetahui apa yang diperbuat Allah SWT. (Sunnah Allah) tentang
realitas (alam) dan jenis-jenis perilakunya.
Abd al-Rahman Shaleh Abd Allah dalam bukunya, Educational
Theory, a Qur’anic Outlook, menyatakan tujuan pendidkan Islam dapat
diklsifikasikan menjadi empat dimensi, yaitu:

1) Tujuan pendidikan jasmani (al-ahdaf al-jismiyah)

Mempersiapkan diri manusia sebagai tugas khalifah di bumi, melalui


keterampilan-ketermpilan fisik. Ia berpijak pada pendapat dari Imam
Nawawi yang menafsirkan “al-qawy” sebagai kekuatan iman yang
ditopang oleh kekuatan fisik (QS. Al-Baqarah: 247, al-Anfal: 60).

2) Tujuan pendidkan rohani (al- ahdaf al-ruhaniyah)

Meningkatkan jiwa dari kesetiaan yang hanya kepada Allah SWT.


semata dan melaksanakan moralitas islami yang diteladani oleh Nabi
SAW. dengan berdasarkan pada cita-citta ideal dalam al-Qur’an (QS. Ali
Imran: 19). Indikasi pendidkan rohani adalah tidak bermuka dua (QS. al-
Baqarah: 10), berupaya memurnikan dan menyucikan diri manusia
secara individual dari sikap negatif (QS.al-Baqarah: 126) inilah yang
disebut dengan tazkiyah (purification) dan (hikmah) wisdom.

3) Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-aqliyah)

Pengarahan intelegensi untuk menemukan kebenaran dan sebab-


sebabnya dengan telaah tanda-tanda kekuasaan Allah dan menemukan
pesan-pesan ayat-ayat-Nya yang berimplikasi kepada peningkatan iman
kepada Sang Pencipta. Tahapan pendidikan akal ini adalah:

a. Pencapaian kebenaran ilmiah (ilm al-yaqin) (QS.al-Takatsur: 5).


b. Pencapaian kebenaran impiris (ain al-yaqin) (QS.al-Takatsur: 7).
c. Pencapaian kebenaran metaempiris atau mungkin lebih
tepatnya sebagai kebenaran filosofis (haqq al-yaqin) (QS.al-
Waqiah: 95).
4) Tujuan pendidikan sosial (al-ahdaf al-ijtimaiyah)

Tujuan pendidikan sosial adalah pembentukan kepribadian yang


utuh yang menjadi bagian dari komunitas social. Identitas individu disini
tercermin sebagai “al-nas” yang hidup pada masyarakat yang plural
(majemuk)
B. Tafsir Surah Al-Imran Ayat 190-191
َ ُ ٍ َٰ ‫ف ٱلَّيْل وٱلنَّهار أَل ءَاي‬ َ ‫ن فِى خَلْق ٱلسمو ِ أْل‬
190‫ب‬ ِ َٰ ‫ت أِّل ۟لوِى ٱأْل لْب‬ ِ َ َ ِ ِ َٰ ‫ض وَٱخْتِل‬ ِ ‫ت َوٱ ْر‬ َٰ َٰ َّ ِ َّ ِ ‫إ‬
ْ َ ‫م وَيَتَفَك َّ ُرو‬ َ َ َّ ‫ن ٱلل‬ َ ِ ‫ٱلَّذ‬
َ ‫ين يَذ ْك ُ ُرو‬
‫ت‬
ِ َٰ‫مو‬
َٰ ‫س‬َّ ‫ق ٱ ل‬ ِ ‫ن فِى خَل‬ ْ ِ‫جنُوبِه‬ُ ‫ى‬ ٰ ‫ما وَقُعُودًا وَع َل‬ ً َٰ ‫ه قِي‬
َ ‫أْل‬
191ِ‫َاب ٱلنَّار‬ َ ‫ك فَقِنَاعَذ‬ َ َ ‫حن‬َٰ ْ ‫سب‬ُ ‫ْت هَٰذ َا بَٰطِاًل‬
َ ‫ما خَلَق‬ َ ‫ض َربَّنَا‬ِ ‫وَٱ ْر‬

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam


dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang
berakal,(yaitu) orangorang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan semua ini sia-sia, Maha suci Engkau, lindungilah Kami dari
azab neraka.1
Imam ar-Razi mengatakan, “ketahuilah yang dimaksud dengan
diturunkannya kitabullah ialah untuk memikat hati dan jiwa untuk bisa
tenggelam dalam urusan mengetahui kebenaran, dan tidak sibuk dengan
masalah makhluk.”
Dalam rangka menetapkan topik dan menjawab tuduhan-tuduhan
orang yang mengingkarinya, maka pembicaraan topik diulangi lagi untuk
menunjukkan ketauhidan, ketuhanan, dan keagungan Allah, untuk itu di
datangkanlah ayat ini.2
Kosa kata Surah Al-Imran 190-191

‫ن فِى‬
َّ ِ ‫إ‬ Sesungguhnya dalam

‫ق‬ ْ
ِ ‫ خَل‬Penciptaan (menunjukkan tatanan
yang mantap)

1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid II, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010) hlm. 95.
2
Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, terj. Tafsir Al-Maraghi, Bahrun Abubakar, dkk, (Semarang:
Karya Toha Putra Semarang, 1993) hlm. 287-288
‫ت‬
ِ َٰ‫مو‬
َٰ ‫س‬
َّ ‫ٱ ل‬ Langit (alam yang ada di atasmu)

‫ض‬ َ ‫أْل‬
ِ ‫وَٱ ْر‬ Bumi (Tempat kamu hidup)

ِ ْ ‫ف ٱلَّي‬
ِ‫ل وَٱلنَّهَار‬ ِ َٰ ‫وَٱخْتِل‬ Dan silih bergantinya siang dan
malam

ٍ َٰ ‫ألَءَاي‬
‫ت‬ Sungguh merupakan tanda-tanda

َ ُ
ِ َٰ ‫أِّل ۟لوِى ٱ أْل لْب‬
‫ب‬ Bagi orang-orang yang berakal

َ َّ ‫ن ٱلل‬
‫ه‬ َ ِ ‫ ٱلَّذ‬Orang-orang yang mengingat Allah
َ ‫ين يَذ ْك ُ ُرو‬

‫ما وَقُعُودًا‬
ً َٰ ‫قِي‬ Berdiri dan duduk

‫م‬
ْ ِ‫جنُوبِه‬
ُ ‫ى‬ َ
ٰ ‫وَع َل‬ Dan berbaring

َ ‫وَيَتَفَك َّ ُرو‬
‫ن‬ Dan mereka memikirkan

‫ض‬ َ ‫فِى خَلْق ٱلسمو ِ أْل‬


ِ ‫ت وَٱ ْر‬ َٰ َٰ َّ ِ Tentang penciptaan langit dan
bumi

‫َربَّنَا‬ Wahai Tuhan kami

َ ‫ما خَلَق‬
‫ْت هَٰذ َا‬ َ Tidaklah Engkau ciptakan ini

‫بَٰطِاًل‬ Sia-sia yang tidak ada faedahnya

َ َ ‫حن‬
‫ك‬ َٰ ْ ‫سب‬
ُ Maha Suci Engkau dari hal-hal
yangtidak layak bagi-Mu

َ ‫فَقِنَاعَذ‬
‫َاب ٱلنَّار‬ Jadikanlah amal saleh itu sebagai
tameng kami dari azab neraka
Istilah ulūl-albāb terdiri dari dua kata, yaitu ulūdan al-albāb.Yang
pertama merupakan bentuk jamak yang bermakna żawu (mereka yang
mempunyai).Sedang kata kedua “al-albāb” adalah bentuk jamak dari
lubb yaitu saripati sesuatu.Kacang, misalnya memiliki kulit yang
menutupi isinya.Isi kacang dinamai lubb.Ulūl-albāb adalah orang-orang
yang memiliki akal murni, yang tidak diselubungi oleh kulit, yakni kabut
ide, yang dapat melahirkan kerancuan dalam berpikir.3 Orang yang mau
menggunakan akal pikirannya untuk merenungkan atau menganalisa
fenomena alam akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata
tentang keEsaan dan kekuasaan Tuhan.4

C. Munasabah Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 190-191


Kata munasabah secara etimologis berasal dari kata nasaba yang
bersinonim dengan al-Qarabah yang berarti dekat.Kata munasabah
secara harfiah mempunyai arti al-Muqarabah (kedekatan) dan al-
Musyakalah (kemiripan). Sedangkan, ilmu munasabah merupakan suatu
ilmu yang mempelajari hubungan antara satu ayat dengan ayat lain atau
antara satu surat dengan surat lain sebagaimana urutannya telah
tersusun dalam Al-Qur‟an.5
Kelompok ayat ini merupakan penutup surat Ali Imran. Ayat ini
memiliki keterkaitan dengan ayat sebelumnya, yakni ayat 189:
ِ ْ‫ت َوٱأْل َر‬
‫ض ۗ َوٱهَّلل ُ َعلَ ٰى ُك ِّل َشىْ ٍء َقدِي ٌر‬ ُ ‫َوهَّلِل ِ م ُْل‬
ِ ‫ك ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬

"Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa
atas segala sesuatu."

3
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid 2, (Jakarta: Lentera Hati,
2002) hlm. 370.

4
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid II hlm. 96.
5
Mawardi Abdullah, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) hlm. 70-72.
Ayat yang sebelumnya menyebutkan keburukan-keburukan orang
Yahudi, dan menegaskan bahwa langit dan bumi milik Allah, maka dalam
ayat-ayat ini Allah menganjurkan untuk mengenal sifat-sifat keagungan,
kemuliaan dan kebesaran Allah.6 Ayat ini menegaskan kepemilikan Allah
SWT atas alam raya,apa yang ada di langit dan di bumi adalah
kepunyaan Allah. Allah Maha Kaya, Maha Perkasa atas segala sesuatu.
Pada ayat 190-191 Allah menguraikan sekelumit dari penciptaan-
Nya serta memerintahkan agar memikirkannya. Apalagi seperti
dikemukakan pada awal uraian surat ini bahwa tujuan surat Ali Imran
adalah membuktikan tentang tauhid, keesaan, dan kekuasaan Allah
SWT. Hukum-hukum alam yang melahirkan kebiasaan-kebiasaan, pada
hakikatnya ditetapkan dan diatur oleh Allah Yang Mahahidup lagi
Qayyum (Maha Menguasai dan Maha Mengelola segala sesuatu)7

D. Asbabun-Nuzul Al-Qur’an Surat Ali Imran Ayat 190-191


Ath-Thabrani dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia
berkata, “orang-orang Quraisy mendatangi orang-orang Yahudi dan
bertanya kepada mereka, apa tanda-tanda yang dibawa Musa kepada
kalian?” orang-orang Yahudi itu menjawab “Tongkat dan tangan yang
putih bagi orang-orang yang melihatnya.” Lalu orang-orang Quraisy itu
mendatangi orang-orang Nasrani, lalu bertanya kepada mereka, “apa
tanda-tanda yang diperlihatkan Isa?.” Mereka menjawab, “Dia dulu
menyembuhkan orang yang buta, orang yang sakit kusta dan
menghidupkan orang mati.” Lalu mereka mendatangi Nabi SAW. lalu
berkata kepada beliau, “Berdoalah kepada Tuhanmu untuk mengubah

6
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid II hlm. 96.
7
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid 2 hlm. 370.
bukit shafa menjadi emas untuk kami.” Lalu beliau berdoa, maka
turunlah firman Allah (Q.S Ali Imran 190) ini.8
Setelah Allah menunjukkan orang-orang munafik dan Yahudi yang
suka sekali dipuji dalam hal yang tidak pernah mereka kerjakan, dan
diambil pula hal yang demikian jadi I'tibar bagi umat Muhammad SAW.
Pada penutupnya Allah memberi peringatan kepada manusia agar tidak
terperdaya dengan tipuan dunia yang sementara. Sebagai seorang
mukmin selain mengejar perkara dunia (kebendaan) hendaklah
disediakan waktu untuk hidup kerohanian.
Kejadian yang terjadi di masa lampau sesuai dengan zamannya. Nabi
Musa dengan mukjizat tongkatnya atas kehendak Allah mampu
membelah lautan. Nabi Isa mampu menyembuhkan orang sakit kusta
hingga menghidupkan orang yang sudah meninggal.Sekarang tiba
masanya untuk berpikir melihat alam, supaya dapat melihat bahwa
semuanya itu penuh dengan mukjizat Ilahi.9 Ayat ini mengajak mereka
agar memikirkan langit dan bumi tentang kejadiannya. Hal-hal yang
menakjubkan di dalamnya, seperti bintang-bintang, bulan dan matahari
serta peredarannya, laut, gunung-gunung, pohon-pohon, buahbuahan,
binatang-binatang, barang tambang dan sebagainya yang terdapat di
10
alam semesta ini.

8
Jalaluddin as-Suyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur’an, terj. Lubaabun Nuquul fii
Asbaabin Nuzuul, Tim Abdul Hayyie, (Jakarta: Gema Insani, 2008) hlm. 148-149.
9
Haji Abdul Malik Abdul Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir Al-Azhar, Juz 4, (Jakarta: Pustaka Panjimas) hlm. 195-
196.
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid II hlm. 97.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan pendidikan yang terdapat dalam surah Al-Imran ayat 190-191. Tujuan
umumnya yaitu membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah atau sekurang-
kurangnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir
manusia. Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk
patuh secara total kepadaNya. Dalam surat Adz-Dzariyat (51): 56.

Menurut Ibnu Taimiyah, sebagaimana yang dikutip oleh Majid ‘Irsan al-
Kaylani, tutjuan pendidikan Islam tertumpu pada empat aspek, yaitu: (1)
tercapainya pendidikan tauhid dengan cara mempelajari ayat Allah SWT, dalam
wahyu-Nya dan ayat-ayat fisik (afaq) dan psikis (anfus); (2) mengetahui ilmu
Allah SWT. Melalui pemahaman terhadap kebenaran mahluk-Nya; (3)
mengetahui kekuatan (qudrah) Allah melalui pemahaman jenis-jenis, kauntitas,
dan kreatifitas mahluk-Nya; dan (4) mengetahui apa yang diperbuat Allah SWT.
(Sunnah Allah) tentang realitas (alam) dan jenis-jenis perilakunya.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jilid II, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010) hlm. 95.

Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, terj. Tafsir Al-Maraghi, Bahrun Abubakar, dkk,
(Semarang: Karya Toha Putra Semarang, 1993) hlm. 287-288.

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jilid 2, (Jakarta:
Lentera Hati, 2002) hlm. 370.

Mawardi Abdullah, Ulumul Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) hlm. 70-72.

Jalaluddin as-Suyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur’an, terj. Lubaabun Nuquul fii
Asbaabin Nuzuul, Tim Abdul Hayyie, (Jakarta: Gema Insani, 2008) hlm. 148-149.

Haji Abdul Malik Abdul Karim Amrullah (HAMKA), Tafsir Al-Azhar, Juz 4, (Jakarta: Pustaka Panjimas)
hlm. 195-196.S

Anda mungkin juga menyukai