Anda di halaman 1dari 10

1

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER SEJARAH PEMIKIRAN ISLAM


1. Sebuah pemikiran, apapun bentuknya, baik itu Islam maupun

yang lainnya, untuk melihat latar belakangnya, maksud dan tujuannya, serta kerangka pemikirannya tentu saja harus dianalisis dengan suatu metodologi yang sudah ajeg. Dengan penggunaan metodologi tersebut secara benar, maka dari pemikiran tersebut akan terlihat mengenai apa sebenarnya kegelisahan akademik yang dialami oleh seorang pemikir dan apa manfaatnya bagi manusia yang lainnya. Metodologi yang biasa dipakai dalam mengkaji pemikiran Islam adalah Bayani, Irfani, dan Burhani. Pertama, Bayani merupakan sebuah model metodologi berfikir tekstual, dalam artian selalu berlandaskan pada teks Al-Quran sebagai sumber ajaran Islam. Sebagai sumber ajaran Islam, Al-Quran merupakan satu-satunya teks berotoritas penuh dalam memberikan arah, tujuan, dan arti kebenaran. Dalam pemikiran tekstual ini, rasio manusia hanya sedikit sekali dipergunakan dan tidak bersifat dominan. Kedua, Irfani merupakan suatu model metodologi yang selalu berdasarkan pada pendekatan dan pengalaman langsung terhadap kenyataan spiritual dalam keagamaan. Yang menjadi target capaian Irfani adalah kandungan/spirit/batin dari teks AlQuran. Dalam hal ini, rasio manusia berperan cukup besar dalam rangka menjelaskan segala bentuk pengalaman spiritual. Ketiga, Burhani merupakan metodologi yang berdasarkan rangkaian pemikiran logika, dan tidak berdasarkan pada teks maupun pengalaman. Teks al-Quran dan pengalaman manusia dapat diterima apabila tidak bertentangan dengan aturan logika. Ketiga model metodologi berfikir tersebut secara historis telah melahirkan berbagai bidang keilmuan. Metodologi Bayani menghasilkan teori keilmuan dalam bidang teologi dan fiqih, Irfani melahirkan teori kelimuan dalam bidang sufisme, dan Burhani melahirkan teori keilmuan dala bidang filsafat. Selain kelebihan dari modelmodel metodologi di atas, terdapat pula kelemahannya. Pertama, kelemahan Bayani adalah cenderung dogmatis (bersifat dogma, kebenaran hakiki, dan bukan atas pertimbangan akal), definitif, apologetis, dan tertutup sehingga agak sulit untuk didiskusikan. Dengan ciri seperti di atas, akan menimbulkan benturan apabila ada perbedaan antara teks dengan sesuatu yang telah dimiliki suatu komunitas masyarakat tertentu yang sifatnya turun temurun sehingga teks tersebut tidak bisa diterima oleh komunitas tersebut. Kedua, metodologi Irfani selalu membakukan istilah-istilah

tertentu sebagai wirid dalam tarekatnya, seperti: Ilham, Kasyaf, dan Dlomir. Ketiga, metodologi Burhani cenderung berdasarkan pada pemikiran induktif-deduktif. Karena masing-masing metodologi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, maka dalam rangka mengembangkan ilmu-ilmu ke-Islaman kontemporer seperti pemikiran Islam tidak dapat menggunakan sebuah metodologi secara mandiri, tetapi harus mengkompilasikan ketiga metodologi di atas agar dapat saling mendukung dan mengisi kekurangan masing-masing. Dengan demikian secara historis, pemikiran Islam selalu aktual dan kontekstual. 2. Pemikiran Islam Tradisional adalah pemikiran Islam yang menerima al-Quran sebagai kalam Allah baik tersirat/tekstual maupun tersurat/kontekstual. Pemikiran Islam tradisional yang benar adalah mengembalikan segala tradisinya kepada dua sumber utama yaitu al-Quran dan Sunnah Rasulullah Saw. Dengan dua sumber inilah Rasulullah Saw menyebarkan misi dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. Menurut pemikiran tradisional, (a) Islam bersumber dari Allah Swt dengan tujuan awal dan akhir adalah agar manusia menyembah Allah Swt, (b) Islam menganut kemanusiaan dan universalitas karena Islam diturunkan sebagai petunjuk untuk seluruh manusia, tidak dikhususkan bagi suatu kaum atau golongan saja. (c) Ajaran Islam lengkap dan mencakup seluruh aspek kehidupan, bahkan hal sekecil apapun telah diatur oleh Islam. (d) Islam mudah untuk dilaksanakan karena Islam membebankan manusia atas suatu kewajiban sesuai dengan batas kemampuannya. (e) Islam menganut keadilan yang mutlak untuk mewujudkan persaudaraan di tengah kehidupan manusia serta memelihara darah, kehormatan, harta, akal dan diennya. (f) Islam menganut keseimbangan antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum, antara jasad dan ruh, dan antara dunia dan akhirat. Pemikiran Islam tradisional memiliki karakter: (1) akrab dengan tradisi dan kebudayaan lokal, sinkretis, toleran, moderat, pluralis, dan kontekstual. (2) cenderung diam dan teguh dengan ritualisme, tidak agresif, ofensif, dan ekspansif. Pemikiran Islam rasional adalah suatu pemikiran yang bersifat universal karena secara fitrahnya, manusia memiliki akal untuk berfikir. Menurut pemikiran rsional, Islam memiliki pembenaran rasional atas aturan-aturannya bahkan aqidahnya dan dasar-dasarnya pun dibangun atas hujjah yang dapat dibuktikan secara rasional. Pemikiran Islam rasional memiliki karakter: (1) kedudukan akal sangat tinggi sehingga tidak mau tunduk kepada arti harfiah dari teks wahyu yang tidak sejalan dengan pemikiran filosofis dan ilmiah. (2) pemikiran ini

cenderung meninggalkan arti tersurat dari nash wahyu dan mengambil arti tersiratnya. (3) pemikiran rasional memakai ta'wil dalam memahami wahyu. Karena itu aliran ini menganut faham qadariah, yang membawa kepada konsep manusia yang penuh dinamika, baik dalam perbuatan maupun pemikiran. (4) Pemikiran filosofis rasional membawa kepada penekanan konsep Tuhan Yang Maha Adil. Maka keadilan Tuhanlah yang menjadi titik tolak pemikiran rasional mereka. Keadilan Tuhan membawa mereka selanjutnya kepada keyakinan adanya hukum alam ciptaan Tuhan, dalam al-Qur'an disebut Sunnatullah, yang mengatur perjalanan apa yang ada di alam ini. Alam ini berjalan menurut peraturan tertentu, dan peraturan itu perlu dicari untuk kepentingan hidup manusia di dunia ini. 3. Aliran Revivalisme Klasik adalah kelompok pembaharu pramodernis dan yang seide dengannya yang lebih menekankan pada aspek pemurnian ajaran Islam dalam bidang akidah, syariah, dan akhlaq dari subversi ajaran yang bukan Islam dan tidak dapat di-Islamkan. Meskipun demikian mereka tidak melupakan aspek politik dan sosial ekonomi. Aliran Modernisme Klasik. Kelompok modernis klasik sudah lebih jauh me-langkah dari apa yang diperjuangkan oleh kelompok pramodernis. Mereka bukan hanya sekedar merekonstruksi bidang teologi, akidah, dan ibadah, akan tetapi sudah sampai pada tahap membicarakan mana yang disebut ajaran dasar dan pokok dan mana pula yang tidak dasar atau hanya furu. Mereka melakukan reaktualisasi penafsiran dan pemahaman kitab suci dan juga melakukan kritik tentang keotentikan suatu hadits secara tajam. Di antara mereka ada yang bersikap hati-hati terhadap penerimaan hadis sebagai hujjah, seperti Muhammad Abduh misalnya, dan ada yang menolak sama sekali hadis untuk dijadikan hujjah. Dari kalangan mereka muncullah yang disebut golongan Quraniyah, seperti Sayyid Ahmad Khan. Kelompok modernis ini berbicara banyak tentang masalah ekonomi, kenegaraan, penafsiran kontekstual dan mengambil metode modern dalam kajiankajiannya. Aliran Neo Fundamentalisme. Dalam keadaan di mana modernisme tidak dapat menyajikan konsep keumatan yang ideal inilah neofundamentalisme muncul dengan keyakinan, yang juga diwarisi dari modernisme, bahwa Islam adalah cara hidup yang total. Hanya, kaum neo-fundamentalisme lebih terorganisir dan berusaha keras mencari aspek-aspek yang dipandang berlawanan dengan kaum modernis dan Barat. Fenomena fundamentalisme Islam tidak lain merupakan kritik

terhadap modernitas. Realitas sejarah sosial umat Islam ini tidak lain adalah model respon terhadap perkembangan modernitas. Sebagai sebuah respon maka wajar jika fundamentalisme memiliki perbedaan karakter dari apa yang dipersepsi. Fazlur Rahman mengklaim dirinya sebagai penganut aliran Neo Modernisme. sebab menurut beliau, neo-modernisme mempunyai perpaduan yang maju dari rasionalitas modern di satu sisi dengan ijtihad dan tradisi klasik di sisi yang lain, dan ini merupakan pra syarat utama bagi Renaissance Islam. Model pemikiran sintesisprogresif yang dilakukan Fazlur Rahman difokuskan kepada dua hal pokok yaitu (a) berkaitan dengan soal metodologi, di mana beliau memberi perspektif historis dalam menghampiri Islam dan membubuhkan analisis hermeneutika-objektif dalam menggali al-Quran, (b) berkaitan dengan buah fikirannya, hasilnya adalah buah fikiran yang mempunyai pijakan kukuh di atas pondasi tradisi (ortodoksi) Islam, sekaligus mampu keluar dari jebakan stagnasinya untuk menggapai ruh tradisi yang kontekstual dan kompatibel bagi zamannya, yakni ruh Islam yang substantif dan liberatif. 4. Thariqah. Menurut istilah ulama tasawuf, thariqah adalah (a) suatu jalan untuk menuju kepada Allah dengan mengamalkan ilmu tauhid, fiqih, dan tasawuf, (b) cara atau kaifiyat mengerjakan sesuatu amalan untuk mencapai suatu tujuan. Berdasarkan definisi tersebut, thariqah adalah suatu jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan mengamalkan ilmu tauhid, fiqih, dan tasawuf, atau dengan kata lain thariqat ialah suatu sistem (metode) untuk menempuh jalan yang pada akhirnya mengenal dan merasakan adanya Allah, dalam keadaan di mana seseorang dapat melihat Allah denga mata batinnya. Oleh karena itu, thariqah merupakan jalan atau cara untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka di dalam thariqah sebenarnya berisikan tentang amalan-amalan yang harus dikerjakan dan bukan berisikan ajaran yang mengkaji secara filosofis tentang tasawuf. Maqamat. Maqamat dalam tasawuf adalah musyahadah berarti menyaksikan afal Allah, maqamah di mana kita tidak banyak berkomentar lagi tentang apa yang diperbuat oleh Allah, pelakunya adalah diam, terkadang para sufi untuk mencapai maqamah ini dengan melakukan uzlah atau menyendiri untuk diam sambil menyadari akan perbuatan Allah di alam, kemudian menemukan diri sebagai yang menyaksikan, kesadaran inilah kesadaran tertinggi yang banyak dinantikan oleh kaum sufi, suatu kesadaran dengan keyakinan total.

Maqamah bukanlah pangkat akan tetapi suatu keadaan jiwa individu dalam mengarahkan dirinya kepada Allah. Hal. Hal dalam istilah tasawuf atau mistisisme islam adalah suatu keadaan mental, seperti perasaan senang, sedih, takut dan lain sebagainya. Hal merupakan situasi kejiwaan yang diperoleh seseorang atas karunia Allah Swt dan bukan atas hasil usaha manusia. Kondisi mental yang berlangsung secara terus menerus dan menjadi kepribadian, pada hakikatnya itulah yang dinamakan Hal yang selalu bergerak naik setingkat demi setingkat sampai ke titik puncak kesempurnaan ruhani. Isi dan kandungan Hal merupakan manifestasi dari maqam yang mereka lalui, dengan kata lain kondisi mental yang dilalui sufi merupakan hasil dari amalan yang ia lakukan. Hal ini berarti bahwa orang yang pantas menerima hal adalah orang yang mengkondisikan dirinya ke arah hal itu. Cara bertasawuf yang benar, setidaknya ada dua syarat: a. Tauhid, dalam arti faham ketuhanan yang semurnimurninya, yang tidak mengizinkan sedikitpun adanya mitologi terhadap alam dan sesama manusia, termasuk faham kultus yang sering dipraktekkan oleh banyak kalangan sebagai ajaran tasawuf. b. Tanggung jawab pribadi dalam memahami agama, tidak boleh pasrah kepada otoritas orang lain, betapapun tinggi ilmu dan kedekatannya dengan Allah Swt dalam bentuk taqlid buta. Apabila kedua syarat tersebut dapat dipenuhi maka tasawuf tidak akan terkotori oleh konsep-konsep yang menyimpang yang mengakibatkan pengikutnya bukan semakin bertambah bersih tauhidnya, bahkan akan semakin gelap yang pada akhirnya terjerumus ke dalam kesesatan dan menyesatkan. Model seperti di atas merupakan tasawuf tradisional yang sangat kental terlihat dalam kelompok tareqat yang memahami praktek tasawuf dengan berziarah ke makam wali/orang suci, kultus terhadap mursyid, juga meyakini tawasul kepada mursyid sebagai jalan keselamatan, menyerahkan diri sepenuhnya kepada mursyid sebagai perantara pertemuan antara dirinya dengan Tuhan dan praktek-praktek lainnya. Secara sederhana, orang tasawuf itu adalah bagian dari akhlaq, sedangkan akhlak dibangun oleh dua kekuatan yaitu aqidah dan syariah. 5. Proses/gerakan metode hermeneutika (tafsir) ala Fazlur Rahman dalam memahami ayat al-Quran yang dikenal dengan Double Movement adalah: a. Dari situasi sekarang menuju ke masa turunnya al-Quran. Gerakan ini terbagi ke dalam dua langkah, yaitu:

pemahaman arti atau suatu pernyataan al-Quran melalui cara pengkajian situasi atau problem historis di mana pernyataan kitab suci tersebut turun sebagai jawabannya - membuat generalisasi dari jawaban-jawaban spesifik dan atau mengungkapkannya dalam bentuk pernyataanpernyataan yang memiliki tujuan-tujuan moral yang bersifat umum. b. Dari masa turunnya al-Quran kembali ke masa kini. Gerakan ini tugasnya untuk merumuskan ajaran-ajaran yang bersifat umum tersebut, kemudian meletakkannya ke dalam konteks sosio-historis yang konkrit saat ini. Dalam memahami al-Quran, Fazlur Rahman menggunakan metode ini karena bertujuan berupaya menggali prinsip-prinsip hukum atau nilai-nilai substansi dari wahyu yang kontekstual untuk diejawantahkan di masa kini. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa keduanya meyakini adanya masa dari suatu teks atau adanya preseden dari masa lalu, situasi sekarang dan tradisi yang mengantarinya yang dapat diketahui secara objektif. Fazlur Rahman meyakini adanya pengetahuan objektif dalam suatu teks dengan mengaplikasikan metodologinya itu untuk mengkaji kitab suci al-Quran. Untuk itu, dia sebenarnya memerlukan bentangan latar belakang dan situasi historis yang melingkupi turunnya wahyu, yang pada gilirannya ada banyak ilmu bantu yang diperlukan untk melakukan kerja-kerja tersebut, misalnya sejarah, bahasa, sastra, psikologi, filologi, dan bahkan morfologi teknis. Dengan begitu, subjektivitas dapat ditekan semaksimal mungkin untuk mendapatkan objektivitas yang diharapkan. Dalam rangka kontekstualisasi pesan-pesan objektif al-Quran tersebut, Fazlur Rahman memilih penyajian logis, ketimbang kronologis, dalam rangka memaparkan nilai-nilai objektif yang dapat digali dari teks. AlQuran dibiarkan berbicara sendiri tentang dirinya. Adapun penafsiran hanya digunakan untuk menghubungkan ide-idenya secara bersama-sama sehingga menjadi satu kesatuan yang saling berhubungan. 6. Maksud pernyataan Fazlur Rahman bahwa al-Quran yang dapat difahami pada masa Rasulullah Saw bagai gunung es yang terapung, hanya 10 % yang sudah terangkat di permukaan, sedangkan 90 % masih terendam dalam air sejarah adalah pada masa Rasulullah Saw, pemahaman masyarakat muslim terhadap isi kandungan al-Quran sebagai kalam Allah baru sedikit yaitu hanya sepuluh persen dari keseluruhan isi al-Quran. Hal ini sejalan dengan situasi dan kondisi pemahaman masyarakat Arab saat itu terhadap al-

Quran dan pada saat itu dakwah nabi masih terkonsentrasikan kepada masalah pelurusan aqidah, ibadah, dan akhlaq. Peran kita dalam mengangkat yang 90% dari keseluruhan isi alQuran adalah dengan (1) menanamkan terlebih dahulu dalam diri kita bahwa al-Quran merupakan kalam Allah yang sempurna yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad Saw. Kemudian, yakini pula bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna dan benar sehingga agama di luar Islam tidak mendapatkan tempat di sisi Allah. (2) menggali terus al-Quran sehingga mampu memahami isi kandungan al-Quran tersebut dan berusaha mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. (3) sebagai pendidik, kita harus konsisten, kontinyu, dan koprehensif dalam mengajarkan isi kandungan al-Quran itu kepada anak didik kita (4) sebagai khalifah fil-ardh yang mempunyai kewajiban berdakwah, kita harus mendakwahkan isi kandungan al-Quran ini di mana pun, kapanpun, dan kepada siapa pun sehingga lambat laun tetapi pasti penyebarluasan tentang pemahaman al-Quran kepada seluruh umat Islam akan mencapai 100%. 7. Walaupun kondisi negaranya dalam keadaan sulit, M.Iqbal menggeluti semua bidang karena ingin menjadi orang yang berarti dan berguna bagi negara dan agamanya. Dimulai dengan didikan seorang ayah yang merupakan penganut islam yang taat dan cenderung kepada ilmu tasawuf. Dengan lingkungan dan asuhan yang ada dalam rumahnya, sedikit banyak telah menanamkan roh islam dalam jiwa M.Iqbal. Ia masuk sekolah dasar dan menengah. Pada saat yang sama, ia mendapatkan pendidikan agama secara langsung dari seorang guru yang bernama Mir Hassan. Dari guru beliau inilah, ia memahami Islam secara mendalam, mengajarinya sikap kritis, dan mengasah bakatnya dalam dunia kesusastraan. Pengaruh didikan gurunya inilah yang direkam mendalam dan sangat mempengaruhi jiwa M.Iqbal yang ia ukir lewat untaian bait-bait syair. Kemudian, M.Iqbal melanjutkan sekolahnya di Government College Lahore. Di sini ia dapat menguasai bahasa Arab dan Inggris dengan baik di samping penguasaannya terhadap bahasa urdu dan bahasa persi. Ia lulus sarjana muda Bachelor of Arts untuk jurusan Filsafat, Bahasa Arab, dan Sastra Inggris, dan gelar Master of Arts. Setelah itu, ia mendalami bahasa arab di Oriental College, Lahore. Saat beliau mendapatkan gelar Master of Arts, ia bertemu dengan Sir Thomas Arnold, seorang cendekiawan pakar filsafat modern, yang kemudian menjadi jembatan Iqbal ke peradaban Barat dan mendukungnya untuk melanjutkan pendidikan di Eropa. Selama berada di Lahore, Iqbal banyak menulis puisi dan

banyak berkenalan dengan sastrawan-sastrawan terkenal serta aktif pada persatuan-persatuan sastrawan di sana. M.Iqbal yang kuat keislamannya sangat tertarik kepada Profesor Thomas Arnold, sahabat rapat kenalannya sekaligus gurunya, karena Thomas Arnold seorang orientalis yang berpegang teguh kepada fakta-fakta ilmiah, cenderung kepada kebenaran, tidak merendahkan Islam dan tidak mencaci penganutpenganut Islam, padahal banyak orientalis yang anti Islam. Dengan gagasan ilmu dan kebudayaan Islam murni yang dipelajarinya dari Mir Hassan dan cara Thomas Arnold menyampaikan pengetahuan Islam, menimbulkan dua pengaruh dalam diri M.Iqbal yaitu menghayati nilai suci Islam dan menghargai serta mengambil nilai-nilai yang baik dari peradaban Barat. Selama belajar di Eropa, pemikiran M.Iqbal tidak jumud. Sebaliknya, ia memperhatikan dengan hikmah perkembangan peradaban barat. Ia beropini bahwa orangorang Barat lebih mementingkan kebendaan dari pada kehormatan, mereka mengagungkan paham materialisme, imperialisme, dan nasionalisme. M.Iqbal mengingatkan bahwa kehidupan masyarakat yang sedemikian itu lambat-laun akan musnah dan binasa. Muhammad Iqbal adalah seorang yang kreatif berpuisi. Segala pemikiran dan perjuangannya terpancar dalam puisinya yang bernafaskan Islam dengan pengolahan bahasa dan bait syair yang indah. Oleh karena itu beliau lebih dikenal sebagai sastrawan besar islam. Mengenai Al-Qur'an, M.Iqbal berpendapat bahwa kitab suci ini telah menuntunnya kepada kesadaran yang mendalam dalam jiwanya. Hal ini disebabkan oleh penyataan ayahnya untuk membaca Al-Qur'an seolah-olah al-Quran itu diturunkan kepadanya. Sejak itulah ia mulai mencoba memahami kandungan Al-Quraan dan dari Al-Quranlah ia mendapat cahaya inspirasi untuk sajak-sajaknya. Dari sini jelaslah bahwa Al-Qur'an adalah sumber utama inspirasi syair-syairnya yang ditunjang dengan bakatnya yang besar dalam kesusastraan. M.Iqbal berkiprah di arena politik secara aktif dan ia dipilih sebagai perwakilan Dewan Punjab selama tiga tahun. Selanjutnya diangkat menjadi presiden Sidang Tahunan Liga Muslim. Dalam kesempatan ini Iqbal mengutarakan ide pembentukan sebuah negara Islam Pakistan. Ide ini dibentangkan berdasarkan geografi, keagamaan, dan kesejahteraan masyarakat Islam yang jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan masyarakat Hindu. Tujuan membentuk negara islam itu ditegaskan oleh Iqbal dalam rapat Liga Muslim yang mendapat dukungan dari para anggotanya. Sejak saat itu

ide dan tujuan pembetukan negara Islam tersebut diumumkan secara resmi dan kemudian menjadi tujuan perjuangan nasional umat Islam India. Selain itu, Iqbal juga menyeru kepada kebangkitan dan mempererat persaudaraan Islam sedunia. Bagaimanapun sebagai seorang yang dilahirkan di Timur, Iqbal tetap mempertahankan dan menyanjung kebudayaan dan keperibadian Timur yang halus, tinggi, dan indah. 8. Menurut saya, gerakan kelompok feminis dalam membela kaumnya merupakan suatu perjuangan. Di satu sisi, mereka berjuang membela hak-hak kaum perempuan di dunia laki-laki, di sisi lain kaum laki-laki tidak menyukai adanya pembebasan perempuan yang dinilai akan merugikan kaum laki-laki. Islam sendiri telah mengatur hak dan kewajiban laki-laki maupun perempuan begitu seimbang, begitu sempurna. Perbedaan lakilaki dan perempuan secara biologis bersifat kodrati, dibawa dari lahir dan tidak bisa diubah, hanyalah jenis kelamin dan fungsi-fungsi biologis dari perbedaan jenis kelamin itu saja. Sedangkan konsep gender yang dipermasalahkan kaum feminis merupakan hasil konstruksi sosial dan kultural sepanjang sejarah kehidupan manusia, dengan demikian tidak bersifat kodrati atau alami. Namun, pada kenyataannya, keseimbangan hak dan kewajiban laki-laki maupun perempuan sulit untuk dicapai. Kaum feminis Islam menganggap bahwa justru ayat-ayat dalam al-Quran cenderung menjadikan perempuan didiskriminasikan dan diperlakukan tidak adil. Oleh karena itulah, mereka merasa perlu melakukan reinterpretasi terhadap ayat-ayat al-Quran dengan menggali bagaimana seharusnya perempuan itu menurut al-Quran, tingkah lakunya, hubungan dengan tuhannya, dengan orang-orang lain, dan dengan dirinya sendiri. Di sisi lain, mereka melihat bagaimana kenyataan yang terjadi terhadap perempuan, bagaimana perempuan memandang perempuan dalam masyarakat Islam. Dalam banyak kasus perempuan ternyata terdapat kesenjangan. Ini merupakan keadaan yang dialami perempuan di bagian manapun di dunia. Kaum feminis Islam melakukan upaya untuk memberikan senjata bagi kaum perempuan agar mereka bisa memberikan argumentasi keagamaan dalam berjuang mengubah realitas dirinya. Selama ini argumentasi mereka selalu dipatahkan oleh interpretasi dan aturan-aturan keagamaan yang merupakan hasil interpretasi kaum lelaki, padahal jelas al-Quran tidak membuat pembedaan diskriminatif antara perempuan dan lelaki. Karena sudah membudaya, perempuan selalu menganggap dirinya tak sejajar dengan lelaki, karena selama

10

ini perempuan Islam selalu disosialisasikan demikian, sepanjang masa, di seluruh generasi, selama beratus tahun. Dianggap pula bahwa perempuan itu serba kurang dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini membuat wanita sulit untuk tidak menjadi inferior, untuk merasa sejajar, untuk tidak hanya menjadi pelengkap. Yang diperjuangkan oleh kaum feminis antara lain adalah: (1) fokusnya adalah penyadaran kaum perempuan akan posisi mereka yang tertindas dengan sistem patriakhi (2) memunculkan isu-isu bahwa perempuan selalu diperlakukan tidak manusiawi, dikurung dalam sangkar emas, melayani suami, harus membuat kopi untuk suaminya, dan lain-lain (3) isu-isu tersebut akan menumbuhkan kesadaran sehingga membangkitkan emosi perempuan, dan berani mengadakan konflik dengan laki-laki. (4) Apabila suhu konflik semakin tinggi lama-kelamaan akan meruntuhkan sistem patriaki.

Anda mungkin juga menyukai