Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AIK

“ ETIKA PENGEMBANGAN DAN PENERAPAN IPTEKS DALAM PANDANGAN ISLAM”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 5

NAMA :

1. DESYI ANGGRIANI MASSA

2. ERNI U. ADAM

3. FEBRIANI HINUR

4. TIKA AGUSTUTI SAPENI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1

Latar Belakang ...1

Tujuan .1

BAB II PEMBAHASAN

A.Sinergi ilmu dan pengintegrasiannya dengan Nilai dan ajaran islam 2

B. Paradigma ilmu tidak bebas nilai ..3

C. Paradigma ilmu bebas nilai .4

D. Perlunya akhlak islami dalam IPTEKS ..5

E. Ayat Al- Qur’an dan hadis yang relevan .7

BAB III PENUTUP

A. Simpulan 13

B. Saran ...13

Daftar Pustaka .14


BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Peran Islam dalam perkembangan ipteks pada dasarnya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan
Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki
umat Islam. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan
pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah
Islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala
ilmu pengetahuan. Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan
diamalkan, sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan.
Kedua, menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi
pemanfaatan iptek dalam kehidupan sehari-hari.

Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang digunakan umat Islam, Standar syariah
ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan ipteks, didasarkan pada ketentuan halal-haram
(hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan iptek jika telah dihalalkan oleh
Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek ipteks dan telah diharamkan oleh Syariah, maka tidak
boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia menghasilkan manfaat sesaat untuk
memenuhi kebutuhan manusia.

Kemajuan ilmu pengetahuan teknologi dan seni dunia , yang kini dipimpin oleh perdaban
barat , mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia. Kesejahteraan dan kemakmuran
material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan iptek modern membuat orang lalu
mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban barat tanpa dibarengi sikap kritis trhadap
segala dampak negatif yang diakibatkanya. Padahal pada dasarnya kita hidup di dunia ini tidak
lain untuk beribadah kepada Allah SWT.

TUJUAN

Mendeskripsikan sinergi ilmu dan peng integrasiannya dengan nilai dan ajaran agama

Mendeskripsikan paradigma ilmu tidak bebas nilai

Mendeskripsikan paradigma ilmu bebas nilai

Mendeskripsikan akhlak islami dalam penerapan ipteks


BAB II

PEMBAHASAN

A. SINERGI ILMU DAN PENGINTEGRASIANNYA DENGAN NILAI DAN AJARAN


ISLAM

Agama dan ilmu sangatlah saling terkait karena orang yang banyak ilmunya apabila tanpa
di topang oleh agama semua ilmu tidak akan membawa kemaslahatan umat, sebagai contoh
negara- negara maju yang sangat gigih mendalami ilmu dan teknologi, tetapi sering menjadi
sumber pemicu terjadinya peperangan, begitupun juga orang yang sangat sibuk dengan belajar
agama ,tetapi tidak mau menggali ilmu dan pengetahuan alam disekitar kita , maka akan
mengalami kemunduran , sedangkan untuk mencapai kebahgiaaan akhirat haruslah banyak
berbut/beribadah dalam hal untuk kemajuaan umat, apa jadinya apabila semua umat berkutik di
ritualitas saja, ini adalah suatu pertanyaan gambaran yang menyedihkan.

Seperti halnya dengan ilmu dan filsafat, agama tidak hanya untuk agama, melainkan
untuk diterapkan dalam kehidupan dengan segala aspeknya. Pengetahuan dan kebenaran agama
yang berisikan kepercayaan dan nilai- nilai dalam kehidupan, dapat dijadikan sumber dalam
menentukan tujuan dan pandangan hidup manusia, dan sampai kepada prilaku manuisitu sendiri.
Dalam agama sekurang – kurangnya ada empat ciri yang dapat kita kemukakan, yaitu : Adanya
kepercayaan terhadap yang gaib, kudus, dan maha agung, dan pencipta alam semesta (Tuhan) .
Melakukam hubungan dengan hal- hal diatas,dengan berbagai cara. Seperti dengan mengadakan
acara – acara ritual, pemujaan, pengabdian, dan, doa. Adanya Suatu ajaran (doktrin) yang harus
dijalankan oleh setiap penganutnya.

Menganut ajaran Islam, ajaran tersebut diturunkan oleh Tuhan rtidak langsung kepada
seluruh umat manusia, melainkan kepada Nabi – nabi dan rasulnya. Maka menurut ajaran islam
adanya rosul dan kitab suci merupakan ciri khas dari pada agama.Agama berbeda dengan sains
dan filsafat karena agama menekankan keterlibatan pribadi, walaupun kita dapat sepakat tidak
ada definisi agama yang dapat diterima secara universal. Kemajuan spritual manusia dapat
diukur dengan tinggi nilai yang tak terbatas yang ia berikan kepada objek yang ia sembah.
Seorang yang religius merasakan adanya kewajiban yang tak bersyarat terhadap zat yang ia
anggap sebagai sumber yang tertinggi bagi kepribadian dan kebaikan.

Wilayah ilmu berbeda dengan wilayah agama. Jangankan ilmu, akal saja tidak sanggup
mengadili agama. Para ulama sekalipun, meski mereka meyakini kebenaran yang dianut tetapi
tetap tidak berani mengklaim kebenaran yang dianutnya, oleh karena i-tu mereka selalu menutup
pendapatnya dengan kalimat wallohu a`lamu bissawab, bahwa hanya Allahlah yang lebih tahu
mana yang benar. Agama berhubungan dengan Tuhan, ilmu berhubungan dengan alam, agama
membersihkan hati, ilmu mencerdaskan otak, agama diterima dengan iman, ilmu diterima
dengan logika.Meski demikian, dalam sejarah manusia, ilmu dan agama selalu tarik menarik dan
berinteraksi satu sama lain.

Sangat menarik bahwa Nabi Muhammad sendiri mengatakan bahwa, kemulian seorang
mukmin itu diukur dari agamanya, kehormatannya diukur dari akalnya dan martabatnya diukur
dari akhlaknya. Ketika nabi ditanya tentang amal yang paling utama, hingga lima kali nabi tetap
menjawab husn al khuluq, yakni akhlak yang baik.

Agama maupun filsafat berhubungan dengan realitas yang sama. Kedua-duanya terdiri
dari subjek-subjek yang serupa dan sama-sama melaporkan prinsip-prinsip tertinggi wujud.
Keduanya juga melaporkan tujuan puncak yang diciptakan demi manusia yaitu kebahagiaan
tertinggi. Filsafat memberikan laporan berdasarkan persepsi intelektual. Sedangkan agama
memaparkan laporannya berdasarkan imajinasi. Dalam setiap hal yang didemonstrasikan oleh
filsafat, agama memakai metode-metode persuasivfe untuk menjelaskannya.

Agama berusaha membawa tiruan-tiruan kebenaran filosofis sedekat mungkin dengan


esensi mereka. Filsafat dan agama merupakan pendekatan mendasar menuju pada kebenaran.
Filsafat dapat digambarkan sebagai ilmu tentang realitas yang didasarkan atas metode
demonstrasi yang meyakinkan, suatu metode yang merupakan gabungan dari intuisi intelektual
dan putusan logis yang pasti. Berdasarkan alasan ini, filsafat lantas disebut sebagai ilmu dari
segala ilmu, induk dari segala ilmu, kebijaksanaan dari segala kebijaksanaan, dan seni dari segala
seni.

B. PARADIGMA ILMU TIDAK BEBAS NILAI

Ilmu yang tidak bebas nilai (value bond) memandang bahwa ilmu itu selalu terikat
dengan nilai dan harus dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai. Perkembangan
nilai tidak lepas dari dari nilai-nilai ekonomis, sosial, religius, dan nilai-nilai yang lainnya.

Menurut salah satu filsof yang mengerti teori value bond, yaitu Jurgen Habermas
berpendapat bahwa ilmu, sekalipun ilmu alam tidak mungkin bebas nilai, karena setiap ilmu
selau ada kepentingan-kepentingan. Dia juga membedakan ilmu menjadi 3 macam, sesuai
kepentingan-kepentingan masing-masing;

 Pengetahuan yang pertama, berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja secara empiris-analitis.
Ilmu ini menyelidiki gejala-gejala alam secara empiris dan menyajikan hasil penyelidikan
untuk kepentingan-kepentingan manusia. Dari ilmu ini pula disusun teori-teori yang
ilmiah agar dapat diturunkan pengetahuan-pengetahuan terapan yang besifat teknis.
Pengetahuan teknis ini menghasilkan teknologi sebagai upaya manusia untuk mengelola
dunia atau alamnya.

 Pengetahuan yang kedua, berlawanan dengan pengetahuana yang pertama, karena tidak
menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu, melainkan memahami manusia
sebagai sesamanya, memperlancar hubungan sosial. Aspek kemasyarakatan yang
dibicarakan adalah hubungan sosial atau interaksi, sedangkan kepentingan yang dikejar
oleh pengetahuana ini adalah pemahaman makna.

 Pengetahuan yang ketiga, teori kritis. Yaitu membongkar penindasan dan mendewasakan
manusia pada otonomi dirinya sendiri. Sadar diri amat dipentingkan disini. Aspek sosial
yang mendasarinya adalah dominasi kekuasaan dan kepentingan yang dikejar adalah
pembebasan atau emansipasi manusia.

Ilmu yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa ilmu itu selalu terkait dengan nilai dan
harus di kembangkan dengan mempertimbangkan nilai. Ilmu jelas tidak mungkin bisa terlepas
dari nilai-nilai kepentingan-kepentingan baik politik, ekonomi, sosial, keagamaan, lingkungan
dan sebagainya.

C. PARADIGMA ILMU BEBAS NILAI

`Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value free, yang
menyatakan bahwa ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu secara otonom tidak
memiliki keterkaitan sama seklai dengan nilai. Bebas nilai berarti semua kegiatan terkait dengan
penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu menolak campur
tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu itu sendiri.

Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada 3 faktor sebagai indikator


bahwa ilmu itu bebas nilai, yaitu:

 Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai. Maksudnya adalah bahwa ilmu
harus bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor ideologis, religious, cultural, dan
social.

 Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu terjamin. Kebebasan di
sisni menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.

 Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat
kemajuan ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat universal.

Dalam pandangan ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas dapat dibenarkan,
karena hal tersebut untuk kepentingan ilmu itu sendiri, yang terkdang hal tersebut dapat
merugikan lingkungan. Contoh untuk hal ini adalah teknologi air condition, yang ternyata
berpengaruh pada pemansan global dan lubang ozon semakin melebar, tetapi ilmu pembuatan
alat pendingin ruangan ini semata untuk pengembangan teknologi itu dengan tanpa
memperdulikan dampak yang ditimbulakan pada lingkungan sekitar. Setidaknya, ada problem
nilai ekologis dalam ilmu tersebut, tetapi ilmu bebas nilai menganggap nilai ekologis tersebut
menghambat perkembangan ilmu.

Ilmu pengetahuan tidak boleh terpengaruh oleh nilai – nilai yang letaknya di luar ilmu
pengetahuan, hal ini dapat juga di ungkapkan dengan rumusan singkat bahwa ilmu pengetahuan
itu seharusnya bebas. Maksud dari kata kebebasan adalah kemungkinan untuk memilih dan
kemampuan atau hak subyek bersangkutan untuk memilih sendiri. Supaya terdapat kebebasan,
harus ada penentuan diri dan bukan penentuan dari luar. Jika dalam suatu ilmu tertentu terdapat
situasi bahwa ada berbagai hipotesa atau teori yang semuanya tidak seluruhnya memadai, maka
sudah jelas akan di anggap suatu pelanggaran kebebasan ilmu pengetahuan, bila suatu instansi
dari luar memberi petunjuk teori mana harus di terima. Menerima teori berarti menentukan diri
berdasarkan satu – satunya alasan yang penting dalam bidang ilmiah, yaitu wawasan akan
benarnya teori. Apa yang menjadi tujuan seluruh kegiatan ilmiah disini mecapai pemenuhannya.
Dengan demikian penentuan diri terwujud sunguh – sungguh.Walaupun terlihat dipaksakan,
namun penentuan diri ini sungguh bebas, karena dilakukan bukan berdasarkan alasan – alasan
yang kurang dimengerti subyek sendiri melainkan berdasarkan wawasan sepenuhnya tentang
kebenaran.

Tokoh sosiologi, Weber menyatakan bahwa ilmu sosial harus bebas nilai, tetapi ilmu-ilmu
sosial harus menjadi nilai yang relevan. Weber tidak yakin ketika para ilmuwan sosial
melakukan aktivitasnya seperti mengajar dan menulis mengenai bidang ilmu sosial mereka tidak
terpengaruh oleh kepentingan tertentu. Nilai-nilai itu harus diimplikasikan oleh bagian-bagian
praktis ilmu sosial jika praktik itu mengandung tujuan atau rasional. Tanpa keinginan melayani
kepentingan segelintir orang, budaya, maka ilmuawan sosial tidak beralasan mengajarkan atau
menuliskan itu semua. Suatu sikap moral yang sedemikian itu tidak mempunyai hubungan
objektivitas ilmiah.

Dengan bebas nilai kita maksudkan suatu tuntutan dengan mengajukan kepada setiap
kegiatan ilmiah atas dasar hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Orang yang mendukung bebas
nilai ilmu pengetahuan akan melakukan kegiatan ilmiah berdasarkan nilai yang khusus yang
diwujudkan ilmu pengetahuan. Karena kebenaran dijunjung tinggi sebagai nilai, maka kebenaran
itu dikejar secara murni dan semua nilai lain dikesampingkan.

D. PERLUNYA AKHLAQ ISLAM DALAM PENERAPAN IPTEKS

Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dunia, yang kini dipimpin oleh
perdaban barat satu abad terakhir ini, mencengangkan banyak orang di berbagai penjuru dunia.
Kesejahteraan dan kemakmuran material (fisikal) yang dihasilkan oleh perkembangan ipteks
modern membuat orang lalu mengagumi dan meniru- niru gaya hidup peradaban barat tanpa
dibarengi sikap kritis trhadap segala dampak negatif yang diakibatkanya.

Padahal Islam sangat memperhatikan pentingnya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
dalam kehidupan umat manusia. Martabat manusia disamping ditentukan oleh peribadahannya
kepada Allah, juga ditentukan oleh kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni. Islam sangat mendukung umatnya untuk melakukan research dan
bereksperimen dalam hal apapun, termasuk dalam IPTEKS. Bagi Islam, IPTEKS adalah
termasuk ayat-ayat Allah yang perlu digali dan dicari keberadaannya.

Artinya: “Katakanlah (Muhammad): lakukanlah nadzar (penelitian dengan


menggunakan metode ilmiah) mengenai apa yang ada di langit dan di bumi ... ”( QS. Yunus ayat
101)

Peran pertama yang dimainkan Islam dalam ipteks, yaitu aqidah Islam harus dijadikan
basis segala konsep dan aplikasi ipteks. Inilah paradigma Islam sebagaimana yang telah dibawa
oleh Rasulullah Saw.

Paradigma Islam inilah yang seharusnya diadopsi oleh kaum muslimin saat ini. Bukan
paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Diakui atau tidak, kini umat Islam telah telah
terjerumus dalam sikap membebek dan mengekor Barat dalam segala-galanya; dalam pandangan
hidup, gaya hidup, termasuk dalam konsep ilmu pengetahuan. Bercokolnya paradigma sekuler
inilah yang bisa menjelaskan, mengapa di dalam sistem pendidikan yang diikuti orang Islam,
diajarkan sistem ekonomi kapitalis yang pragmatis serta tidak kenal halal haram. Eksistensi
paradigma sekuler itu menjelaskan pula mengapa tetap diajarkan konsep pengetahuan yang
bertentangan dengan keyakinan dan keimanan muslim. Misalnya Teori Darwin yang dusta dan
sekaligus bertolak belakang dengan Aqidah Islam.

Kekeliruan paradigmatis ini harus dikoreksi. Ini tentu perlu perubahan fundamental dan
perombakan total. Dengan cara mengganti paradigma sekuler yang ada saat ini, dengan
paradigma Islam yang memandang bahwa Aqidah Islam (bukan paham sekularisme) yang
seharusnya dijadikan basis bagi bangunan ilmu pengetahuan manusia.

Namun di sini perlu dipahami dengan seksama, bahwa ketika Aqidah Islam dijadikan
landasan iptek, bukan berarti konsep-konsep iptek harus bersumber dari al-Qur`an dan al-Hadits,
tapi maksudnya adalah konsep iptek harus distandardisasi benar salahnya dengan tolok ukur al-
Qur`an dan al-Hadits

Peran kedua Islam dalam perkembangan iptek, adalah bahwa Syariah Islam harus
dijadikan standar pemanfaatan iptek. Ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam) wajib
dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan iptek, bagaimana pun juga bentuknya. Iptek yang boleh
dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam. Sedangkan iptek yang tidak boleh
dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah Islam.

Keharusan tolok ukur syariah ini didasarkan pada banyak ayat dan juga hadits yang
mewajibkan umat Islam menyesuaikan perbuatannya (termasuk menggunakan iptek) dengan
ketentuan hukum Allah dan Rasul-Nya. Antara lain firman Allah:

`Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak
merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka
menerima dengan sepenuhnya. (Qs. an-Nisaa` [4]: 65).

ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti
pemimpin-pemimpin selain-Nya[528].

Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). (Qs. al-Araaf [7]: 3).

[528] Maksudnya: pemimpin-pemimpin yang membawamu kepada kesesatan.

Sabda Rasulullah Saw:

Barangsiapa yang melakukan perbuatan yang tidak ada perintah kami atasnya, maka perbuatan
itu tertolak. [HR. Muslim].

E. AYAT AL-QUR’AN DAN HADIS NABI YANG RELEVAN

Al-Qur`an memuat segala informasi yang dibutuhkan manusia, baik yang sudah diketahui
maupun belum diketahui. Informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi pun disebutkan
berulang-ulang dengan tujuan agar manusia bertindak untuk melakukan nazhar. Nazhar adalah
mempraktekkan metode, mengadakan observasi dan penelitian ilmiah terhadap segala macam
peristiwa alam di seluruh jagad ini, juga terhadap lingkungan keadaan masyarakat dan
historisitas bangsa-bangsa zaman dahulu. Sebagaimana firman Allah berikut ini:

‫ُقل‬

Artinya: “Katakanlah (Muhammad): lakukanlah nadzar (penelitian dengan


menggunakan metode ilmiah) mengenai apa yang ada di langit dan di bumi ...”( QS. Yunus ayat
101)

‫َقْد َخ َلْت ِم ْن َقْبِلُك ْم ُس َنٌن َفِس ْيُروا ِفي ْاَألْر ِض َفاْنُظُروا َك ْيَف َك اَن َع اِقَبُة اْلُم َك ِّذ ِبْيَن‬
Artinya: “Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu
berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang
mendustakan (rasul-rasul)”. (QS. Ali Imran: 137)

‫َو ِفي َأْنُفِس ُك ْم َأَفَال ُتْبِص ُرْو َن‬


Artinya:”Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”.
(QS. Az-Zariyat: 21).

Dalam al-Qur`an terdapat ayat-ayat yang memberikan motivasi agar manusia


menggunakan akal fikiran untuk membaca dan mengamati fenomena-fenomena alam semesta.
Teks-teks al-Qur’an yang terkait dengan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sebagai berikut:

a. Al-Qur`an Sebagai Produk Wujud Iptek Allah

Al-Qur`an menuntun manusia pada jalur-jalur riset yang akan ditempuh sehingga
manusia memperoleh hasil yang benar. Al-Qur`an juga sebagai hudan memberi kecerahan pada
akal manusia, kebenaran hasil riset dapat diukur dari kesesuaian rumus baku, dan antara akal
dengan naql.

Al-Qur`an merupakan rumus baku, alam semesta dengan segala perubahannya sebagai
persoalan yang layak dan perlu dijawab, maka al-Qur`an sebagai kamus alam semesta. Solusi
tentang teka-teki alam semesta akan terselesaikan dengan benar jika digunakan formula yang
tepat yaitu al-Qur`an. Dengan demikian ayat-ayat kauniyah dan ayat-ayat Qur ’aniyah akan
berjalan secara pararel dan seimbang. Ilmu pengetahuan seperti ini jika menjelma menjadi
teknologi maka akan menjadikan teknologi berbasiskan Qur’an atau teknologi yang Qur’anik.

Banyak ayat Al-Qur’an yang menyinggung tentang pengembangan iptek, seperti wahyu
pertama QS. Al-`Alaq 1-5 menyuruh manusia untuk membaca, menulis, melakukan penelitian
dengan dilandasi iman dan akhlak yang mulia. Sedangkan perintah untuk melakukan penelitian
secara jelas terdapat dalam QS. Al-Ghasiyah, ayat 17-20:

‫) َو ِإَلى اْلِج َباِل‬18( ‫) َو ِإَلى الَّس َم اِء َك ْيَف ُر ِفَع ْت‬17( ‫َأَفَال َيْنُظُرْو َن ِإَلى ْاِإل ِبِل َك ْيَف ُخ ِلَقْت‬
)20( ‫) َو ِإَلى ْاَألْر ِض َك ْيَف ُس ِطَح ْت‬19( ‫َك ْيَف ُنِص َبْت‬
Artinya: ”Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan?
Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi
bagaimana ia dihamparkan?” (QS. Al-Ghasiyah: 17-20)

Dari ayat-ayat tersebut, maka munculah di lingkungan umat Islam suatu kegiatan
observasional yang disertai dengan pengukuran, sehingga ilmu tidak lagi bersifat kontemplatif
seperti yang berkembang di Yunani, melainkan memiliki ciri empiris sehingga tersusunlah dasar-
dasar sains.

‫َوِم ْن ُكِّّل َش ْي ٍء َخ َلْقَنا َز ْو َج ْيِن َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َن‬

Artinya: ”Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat
kebesaran Allah”. (QS. Az Zariyat: 49)

‫ُسْبَح اَن اَّلِذ ي َخ َلَق ْاَألْز َو اَج ُك َّلَها ِمَّم ا ُتْنِبُت ْاَألْر ُض َوِم ْن َأْنُفِس ِه ْم َوِمَّم ا َال َيْع َلُم ْو َن‬

Artinya: “Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik
dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri maupun dari apa yang tidak
mereka ketahui”. (QS. Yasin: 36)

Dari ayat di atas dinyatakan bahwa Allah SWT menciptakan makhluk secara berpasang-
pasangan, seperti ada siang dan malam, positif dan negatif, wanita dan pria, elektron dan
positron. Terjadinya pasangan elektron dan positron di dalam fisika inti dikenal pembentukan ion
(ion air production) di mana radiasi gelombang elektron magnetik memiliki tenaga di atas 1.02
Mev. Ayat ini dapat diartikan sebagai perintah untuk melakukan penelitian. Karena dengan
melakukan penelitian hal-hal yang tadinya belum terungkap menjadi terungkap.

b. Al-Quran Sebagai Prediktor

Beberapa ayat Al Quran menyatakan ramalannya kejadian pada masa yang akan datang
baik masa yang jauh maupun masa yang dekat, yang sebagian merupakan mata rantai sebab
akibat (kausalitas). Oleh sebab itu jika sebab ini merupakan data-data yang dapat dirunut oleh
manusia secara komprehensip, maka akibat yang ditimbulkan kelak akan dapat diketahui
sebelum terjadi dengan intensitas keyakinan yang cukup tinggi.

Berikut ini contoh ayat-ayat tersebut:


‫َظَهَر اْلَفَس اَد ِفي ْالَبِّّر َو اْلَبْح ِر ِبَم ا َك َسَبْت َأْيِد ي الَّناِس‬

Artinya: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan
tangan manusia...” (QS. Ar Rum: 41)

‫) ُثَّم َي ْأِتي ِم ْن َبْع ِد ذِل َك َس ْبٌع ِش َداٌد َي ْأُك ْلَن َم ا‬47( ‫َقاَل َتْز َر ُع ْو َن َس ْبَع ِسِنْيَن َد َأَبا َفَم ا َحَص ْدُتْم َفَذ ُرْو ُه ِفي ُس ْنُبِلِه ِإَّال َقِلْيًال ِمَّم ا َت ْأُك ُلْو َن‬
)48( ‫َقَّد ْم ُتْم َلُهَّن ِإَّال َقِلْيًال ِمَّم ا ُتْح ِص ُنْو َن‬

Artinya: "Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana
biasa; Maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu
makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa
yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang
kamu simpan. (QS. Yusuf: 47-48)

‫) ِإَّن اَّلِذ ْيَن َآَم ُنوا َو َع ِم ُلوا الَّصاِلَح اِت‬6 ( ‫ِإَّن اَّلِذ ْيَن َكَفُروا ِم ْن َأْهِل اْلِكَتاِب َو اْلُم ْش ِرِكْيَن ِفي َناِر َجَهَّنَم َخ اِلِد ْيَن ِفْيَها ُأوَلِئَك ُهْم َش ُّر اْلَبِرَّيِة‬
‫) َج َز اُؤُهْم ِع ْنَد َر ِّبِهْم َج َّناُت َع ْد ٍن َتْج ِر ي ِم ْن َتْح ِتَهاْ اَألْنَهاُر َخ اِلِد ْيَن ِفْيَها َأَبًدا َر ِض َي ُهللا َع ْنُهْم َو َر ُضوا َع ْن ُه‬7( ‫ُأوَلِئَك ُهْم َخْيُر اْلَبِر َّيِة‬
)8( ‫َذ ِلَك ِلَم ْن َخ ِش َي َر َّبُه‬

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang
musyrik (akan masuk) ke neraka jahannam; mereka kekal di dalamnya. mereka itu adalah
seburuk-buruk makhluk. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh,
mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah
ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadanya. yang demikian itu adalah (balasan) bagi
orang yang takut kepada Tuhannya. (Qs. Bayinah: 6-8)

c. Al-Qur`an Sebagai Sumber Motivasi

Al Quran mendorong atau memberi motivasi kepada manusia untuk melakukan


penjelajahan angkasa luar dan di bumi, perhatikan firman Allah berikut ini:

‫َم ْعَش َر اْلِج ِّن َو ْاِإل ْنِس ِإِن اْس َتَطْع ُتْم َأْن َتْنُف ُذ وا ِم ْن َأْقَط اِر الَّس َم اَو اِت َو ْاَألْر ِض َفاْنُف ُذ وا َال‬
‫َتْنُفُذ ون ِإَّال ِبُس ْلَطاٍن‬
Artinya: Hai sekumpulan jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)
penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan (sulthon). (QS. Ar Rahman: 33)
Kemudian tentang penjelajahan di bumi, perhatikan firman berikut ini:

‫َأَو َلْم َيَر ْو ا ِإَلى ْاَألْر ِض َك ْم َأْنَبْتَنا ِفْيَها ِم ْن ُك ِّل َز ْو ٍج َك ِر ْيٍم‬


Artinya: Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya kami
tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? (QS. As Syu’ara: 7)

Islam tidak melarang untuk memikirkan masalah teknologi modern atau ilmu
pengetahuan yang sifatnya menuju modernisasi pemikiran manusia genius, profesional, dan
konstruktif serta aspiratif terhadap permaslahan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

d. Al-Quran dan Simplikasi (Penyederhanaan)

Alam semesta ini membentuk struktur yang sangat teratur, dan bergerak dengan teratur.
Keteraturan gerak alam semesta ini lebih memudahkan manusia untuk menyederhanakan
fenomena-fenomena yang terkait ke dalam bahasa ilmu pengetahuan (matematika, fisika, kimia
biologi dan lain-lain). Sehingga manusia dapat menjadi operator yang mampu mewakili
peristiwa yang terjadi di alam semesta. Untuk meraih teknologi tinggi tidak perlu merasa tidak
mampu, dengan semangat tinggi dan tidak menganggap bahwa high tech merupakan sesuatu
yang mustahil untuk dicapai, maka high tech akan dapat diraih.

Perhatikan firman Allah berikut ini:

‫ِإَّنَم ا َم َثُل اْلَحَياِة الُّد ْنَيا َك َم اٍء َأْنَز ْلَناُه ِم َن الَّس َم اِء َفاْخ َتَلَط ِبِه َنَباُت ْاَألْر ِض ِمَّم ا َيْأُك ُل الَّن اُس َو ْاَألْنَع اُم‬
‫َح تَّى ِإَذ ا َأَخ َذ ِت ْاَألْر ُض ُزْخ ُر َفَها َو اَزَّيَنْت َو َظَّن َأْهُلَها َأْنُهْم َقاِد ُرْو َن َع َلْيَها َأَتاَها َأْم ُرَنا َلْيًال َأْو َنَه اًرا‬
‫َفَجَع ْلَناَها َحِص ْيًدا َك َأْن َّلْم َتْغ َن ِبْاَألْم ِس َك َذ ِلَك ُنَفِّص ُل ْاَآلَياِت ِلَقْو ٍم َّيَتَفَّك ُرْو َن‬
Artinya: Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan)
yang kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya) karena air itu tanam-tanaman
bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. hingga apabila bumi itu telah
sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya dan pemilik-permliknya mengira
bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami di waktu malam
atau siang, lalu kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit,
seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda
kekuasaan (kami) kepada orang-orang berfikir. (QS. Yunus: 24)
e. Al-Quran Sumber Etika Pengembangan Iptek

Pada teknologi harus terkandung muatan etika yang selalu menyertai hasil teknologi pada
saat akan diterapkan. Sungguh pun hebat hasil teknologi namun jika diniatkan untuk membuat
kerusakan sesama manusia, menghancurkan lingkungan sangat dilarang di dalam Islam. Jadi
teknologi bukan sesuatu yang bebas nilai, demikian pula penyalahgunaan teknologi merupakan
perbuatan zalim yang tidak disukai Allah SWT. Perhatikan FirmanNya:

‫َو اْبَتِغ ِفْيَم ا َآَتاَك ُهللا الَّد اَر ْاَآلِخَر َة َو َال َتْنَس َنِص ْيَبَك ِم َن الُّد ْنَيا َو َأْح ِس ْن َك َم ا َأْح َس َن ُهللا ِإَلْي َك َو َال َتْب ِغ‬
‫ْالَفَس اَد ِفي ْاَألْر ِض ِإَّن َهللا َال ُيِح ُّب اْلُم ْفِس ِد ْيَن‬

Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan
berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berbuat kerusakan. (QS. Al Qashash: 77)

Demikian pula sains dan teknologi modern (Barat) tidak ada yang netral atau bebas nilai.
Tetapi prioritas, penekanan, metode dan prosesnya, serta pandangan terhadap dunia
merefleksikan kepentingan masyarakat dan kebudayaan Barat. Dalam kerangka ini sains Barat
semata-mata digunakan untuk mengejar keuntungan dan sejumlah produksi, untuk
pengembangan militer dan perlengkapan-perlengkapan perang, serta untuk mendominasi ras
manusia terhadap ras manusia lainnya, sebagaimana untuk mendominasi alam. Dalam sistem
Barat sains itu sendiri merupakan nilai tertinggi, sehingga segala-galanya harus dikorbankan
demi sains dan teknologi.

Dalam kaitan ini munculnya disiplin baru seperti sosiobiologi, eugenics (ilmu untuk
meningkatkan kualitas-kualitas spesies manusia) dan rekayasa genetika, tidak mendorong
timbulnya persaudaraan dan tanggungjawab tapi memberi kesan bagi kaum ilmuwan bahwa
merekalah penguasa jagad raya ini.

Kemudian dalam bidang biologi, perkembangan teknologi yang pesat diawali dengan
penemuan DNA oleh Watson dan Crick pada Tahun 1953. Sejak saat itu berbagai macam
teknologi yang melibatkan perekayasaan sifat genetic makhluk hidup mulai bermunculan.
Beberapa diantaranya sangat menakjubkan dan memungkinkan manusia berperan sebagai tuhan.
Sementara sanat Islam berbeda, ilmu yang dicari semata-mata hanya untuk mencari karunia
Allah, bukan untuk merusak sehingga menimbulkan bencana.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

IPTEKS yaitu Ilmu Teknologi dan Seni adalah suatu hal yang sangat diperhatikan dalam Islam,
martabat manusia disamping ditentukan oleh peribadahannya kepada Allah, juga ditentukan oleh
kemampuannya mengembangkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu Islam mewajibkan setiap
umat muslim untuk menuntut ilmu, karena manusia adalah makhluk yang telah dikaruniai
potensi akal yang sepatutnya diperintahkan untuk berfikir dan berilmu. Tetapi IPTEK dan Seni
pada zaman sekarang ini telah dikuasai oleh peradaban Barat yang mana banyak yang melenceng
dari syara’. Sejatinya, ilmu adalah amal jariyah maka IPTEK dan Seni haruslah dijalankan sesuai
dengan hukum dan syara dan yang patut dipertimbangkah adalah mengenai halal-haramnya,
bukan manfaatnya saja.

SARAN

Sebagai makhluk yang diciptakannya, sudah sepatutnya kita berjalan di dunia ini sesuai dengan
aturan pencipta kita, Allah Azza wa Jalla, karena akan telah dikaruniai kepada kita, maka
kewajiban menuntut ilmu harus segera kita jalankan. Tentunya, sesuai dengan aturan Allah
SWT.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad abdorin.2012.ilmu bebas nilai


http://muhammad-abdorin.blogspot.in/2012/05/ilmu-bebas-nilai.html diakses 9 maret 2015 pukul
21:13 WITA
Marlina lina lukman.2014.iptek dan seni dalam islam
http://learnanything-r.blogspot.in/2014/06/contoh-makalah-pendidikan-agama-islam.html
diakses 9 maret 21:30 WITA
Mitaunair.2012.iptek dan seni menurut pandangan islam
http://mitaunair-fk12.web.unair.ac.id/artikel_detail-69627.html diakses 9 maret pukul 21:42
WITA
Sri oktaviani.2013.Peran akhlakul karima dalam perkembangan ipteks
http://man1stabatcr34t4.blogspotin/2013/05/peran-akhlakul-karimah-dalam_728.html diakses
pukul 21:17 WITA

Anda mungkin juga menyukai