Anda di halaman 1dari 138

METODOLOGI STUDI ISLAM

A. Pengertian
Secara harfiah “metodik” itu berasal dari kata “metode” ( method ).
Metode berarti suatu cara kerja sistematik dan umum, seperti cara
kerja ilmu pengetahuan . Dari segi bahasa metode berasal dari
dua kata yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos
berarti “jalan” atau “cara”. Dengan demikian metode dapat
diartikan cara atau jalan khusus yang harus dilalui untuk mencapai
suatu tujuan . Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan yang mencapai tujuan
yang di tentukan .
PENGERTIAN PENGAJARAN
Menurut Sikun Pribadi Guru Besar IKIP
Bandung berpendapat bahwa
pengajaran itu adalah suatu kegiatan
yang menyangkut pembinaan anak
mengenai segi kognitif dan
psikomotorik semata - mata, yaitu
supaya anak lebih banyak
pengetahuannya, lebih cakap berpikir
kritis, sistematis dan objektif serta
terampil dalam mengerjakan sesuatu
PENDIDIKAN AGAMA
 1. Menurut Dra.Hj Zuhairini,dkk
Pendidikan Agama adalah usaha- usaha secara
sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik
supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran islam .
 2. Menurut Drs. H. Abd. Rachman Saleh
Pendidikan agama adalah usaha berupa bimbingan
dan asuhan terhadap anak didik supaya kelak setelah
selesai pemdidikannya dapat memahami dan
mengamalkan ajaran – ajaran agama islam serta
menjadikanya sebagai way of life ( jalan kehidupan )
Secara terminologi (istilah)

 Menurut Surakhmad definisi metode adalah cara yang di


dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai
tujuan.[3
 Menurut Yusuf definisi metodologi adalah ilmu yang
mengkaji atau membahas tentang bermacam-macam
metode mengajar, keunggulannya, kelemahannya,
kesesuaian dengan bahan pelajaran dan bagaimana
penggunaannya.
 Poerwakatja, mengemukakan metode berarti jalan ke
arah suatu tujuan yang mengatur secara praktis bahan
pelajaran, cara mengajarkannya dan cara mengelolanya.
 Secara singkat Metodelogi pendidikan agama
adalah : ” segala usaha yang sistematis dan
pragmatis untuk mencapai tujuan pendidikan
agama, dengan melalui berbagai aktifitas, baik
didalam maupun diluar kelas dalam lingkungan
sekolah. [
 Metode Mengajar itu adalah suatu teknik bahan
penyampaian bahan pelajaran kepada murid. Ia
dimaksudkan agar murid dapat menangkap
menangkap pelajaran dengan mudah, efektif dan
dapat dicerna dengan baik. Atau dengan kata lain
metode pngajaran adalah penyusunan pengajaran
yang sesuai dengan daya serap murid.
Metode mengajar adalah
 Merupakan salah satu komponen daripada proses
pendidikan.
 Merupakan alat mencapai tujuan yang didukung oleh
alat-alat bantu mengajar.
 Merupakan suatu kebulatan dalam suatu sistem
pendidikan.
ILMU PENGETAHUAN
Ilmu Pengetahuan (Science) secara umum to
know (mengetahui)
Ernest Van Den Haaq : Empiris, Rasional,
umum, komulatif
Mohammad Hatta : Hukum kausal dalam satu
golongan masalah yang sama tabiatnya,
maupun menurut kedudukannya tampak dari
luar, maupun menurut bangunannya dari
dalam.
OBYEK ILMU PENGETAHUAN

1. OBYEK MATERIAL : OBYEK MATERIAL


YANG DIKAJI. (HUKUM)/PERDATA,
PIDANA
2. OBYEK FORMAL: LAPANGAN/BAHAN
YANG MENJADI OBYEK (LANDASAN
DLAM
MEMBENTUK/MEMILAHKAN/MERUMUSK
AN.
Metodologi Ilmu Pengetahuan
R.B.S, FUDYARTANTA Memiliki 4 macam
1, Fungsi Deskriptif : menjelaskan, melukiskan dan
memaparkan suatu obyek sehingga mudah
dipelajari.
2. Fungsi Pengembangan : Melakukan penelitian
labih lanjut dari hasil penelitian yang lalu untuk
mendapakan pengetahuan yang baru.
3. Fungsi Prediksi : Meramalkan peristiwa untuk
antisipasi
4. Fungsi Kontrol : mengendalikan peristiwa yang
tidak dikehendaki
Metodologi Ilmu Pengetahuan
1. Metode Deduksi
Dari yang umum/Universal menuju
partikular/singular (individual)
2. Metode Induksi (Francis Bacon)
proses nalar individual menuju universal.
POSTULAT (kebenaran mutlak dari sblmnya)
ASUMSI (anggapan dianggap bendar)
HIPOTESIS (Kesimpulan sementara)
TEORI (dalim konsep yang terbukti
kebenarannya)
MSI
TUJUAN ILMIAH
 mempelajari secara mendalam hakikat
agama Islam
 Mengetahui pokok-pokok isi ajaran agama
Islam
 Mengetahui sumber dasar ajaran agam Islam
 Mengetahui prinsip-prinsip dan nilai –nilai
dasar ajaran
 Memberikan / aturan nilai studi islam yang
berkembang di masyarakat.
MSI
PENDEKATAN RELIGIUS
1. Untuk mempelajari Islam.
2. Islam Sebagai pedoman hidup
3. Mengetahui sumber hukum Islam
4. Menuntun manusia ke jalan yang lurus/
5. Membimbing manusia menuju kebahagiaan
dunia akhirat dengan ridloi dari Allah Swt.
STRUKTUR KE ILMUAN ISLAM
 Obyek Material (Obyek material yang dikaji)
alam,sosial,sastra, agama
 Obyek Formal (bahan yang menjadi Obyek)
Ilmu Pengetahuan dengan pendekatan
(Kuantitatif,kualitatif,campuran,
dedukfif/induktif)
 Sistem
 Metodologi
Konsep Dasar Ilmu
1) sikap kritis dan evaluatif terhadap kriteria-
kriteria ilmiah
2) sikap sistematis berpangkal pada metode
ilmiah
3) sikap analisis obyektif, etis dan falsafi atas
landasan ilmiah
4) sikap konsisten dalam bangunan teori
serta tindakan ilmiah
Konsep Dasar Obyek Ilmu
1. Objek material adalah objek yang di jadikan
sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau
objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek
material filsafat illmu adalah pengetahuan itu
sendiri, yakni pengetahuan ilmiah (scientific
knowledge) pengetahuan yang telah di susun
secara sistematis dengan metode ilmiah
tertentu, sehingga dapat di pertanggung
jawabkan kebenarannya secara umum.
2. Obyek Formal
Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat (esensi)
ilmu pengetahuan artinya filsafat ilmu lebih
menaruh perhatian terhadap problem mendasar
ilmu pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu
pengetahuan, bagaimana cara memperoleh
kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi
manusia.
2. Obyek Formal
Objek formal ilmu adalah hakikat (esensi) ilmu
pengetahuan artinya ilmu lebih menaruh
perhatian terhadap problem mendasar ilmu
pengetahuan, seperti apa hakikat ilmu
pengetahuan, bagaimana cara memperoleh
kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi
manusia.
CIRI PEMIKIRAN KEILMUAN
Kattsoff menyatakan karakteristik Keilmuan
dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1) Berpikir secara kritis.
2) Bberpikir dalam bentuknya yang
sistematis.
3) Menghasilkan sesuatu yang runtut.
4) Berpikir secara rasional.
5) Bersifat komprehensif
Metode Ilmiah
 Perumusan masalah
 Klasifikasi dan diskripsi
 Tinjaun pustaka
 Persepsi
 Teknologi dan pengukuran
 Penjelasan
 Ramalan
Mukti Ali Dalam mempelajari
Islam
1. Nagli (Bayani)
Teks pada Al Qur’an dan Hadits / Qiyas
(Analogi) / Kesamaan.
2. Aqli (Rasional/Burhani)
3. Kasfy (irfani) denga riyadhah.
METODOLOGI TAFSIR

AL QUR’AN
- Petunjuk
- Sumber ajaran Islam
- Pengembangan ilmu-ilmu keislaman
- Merupakan inspirator
- Pemadu gerakan-gerakan umat Islam
Penafsiran Al Qur’an berbeda dari sebelum atau
Sesudahnya Dipengaruhi oleh :
- Budaya
- situasi dan kondisi,
- perkembangan ilmu pengetahuan
METODOLOGI PENAFSIRAN
1. Ijmali (Global) / Zaman Nabi & Shahabat
- faham tata bahasa
- mengetahui asbab an-nuzul ayat dengan pasti, - - -
- mengetahui secara jelas kondisi ketika ayat
diturunkan.
(tafsir al-jalalain)
Contoh
Surat Al Anfal Ayat 53 Surat Luqman ayat 13
Surat Al An’am Ayat 82
- Berdasarkan sejarah :
- tidak butuh uraian rinci
- Dengan Isyarat dan penjelasan global
2. Metode Tahlili (Analisis)
Baqir al-Shadr menyebutnya metode
tajzi’iy
Malik bin Nabi adalah tidak lain kecuali
dalam rangka upaya mereka meletakkan
dasar-dasar rasional bagi memahaman
akan kemukjizatan al-Qur’an
.

Segi bentuk Metode Tafsir Tahlili :


- Bi al-ma’tsur
Menafsirkan al-Qur’an ayat dengan ayat lainnya atau dengan
riwayat dari Rosulullah saw, para sahabat dan para tabiin. Kitab
tafsir pertama bi al-ma’tsur adalah jami’ al-Bayan karya Ath-
Thabari.
Metode tahlili bi al-ma’tsur sebagai sebuah metode penafsiran
ternyata tidak lagi dapat memberikan solusi permasalahan dengan
tuntas. Hal itu disebabkan oleh perbedaan tempat dan kondisi,
kwalitas daya nalar mufassir, perkembangan zaman yang selalu
berubah secara drastis.
Contoh Surat Al Baqoroh ayat 115
- Metode Tahlili bi al-ra’yu (Ditambah dengan akal)
( keyakinan, analogi, dan ijtihad )
Contoh Tahlili bi al-ra’yu
Penjelasan QS. Al Baqoroh Ayat 115
Jika Terhalang melakukan sholat di Masjidil
Harom dan Baitul Maqdis, maka janganlah
kawatir sebab pemukiman bumi telah Ku-
jadikan masjid tempat sholat.
Allah maha lapang dan Maha Luas, Dia
memberi kelonggaran dan kemudahan
kepada hambanya tentang kemaslahatan
dan kebutuhan hambanya
3. Metode Muqarrin (Membandingkan)
- Metode ini dalam rangka mempermudah dalam memahami
kandungan isi al-Qur’an.
- metode penafsiran al-Qur’an dengan mengkompromika hal-hal
yang secara lahiriah.
- Penafsiran yang komprehensif dan objektif.
(al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an karya al-Qurthubi)
Contoh :
Membandingkan Surat Al Qasas ayat 20 dengan Surat Yasin ayat
20 :
- Ayat tersebut tampak mirip redaksinya
- maksudnya berlainan
- Surat Al Qasas ayat 20 Mengisahkan Nabi Musa di As
kejadiannya di mesir
- Surat Yasin 20 kisah dialami penduduk Ashab Al qoryah di
Inthaqiyah sebelah utara Siria, peristiwa bukan pada nabi Musa AS
4. Metode Maudhu’i (tematik),
Al-Syathibi yang mengatakan bahwa setiap surat,
walaupun masalah-masalah yang dikemukakan
berbeda-beda, namun ada satu sentral yang mengikat
dan menghubungkan masalah-masalah yang berbeda
tersebut.
Th1960 an, Syaikh Muhammad Syaltut menyusun
sebuah tafsir yang diberinama Tafsir Al-Qur’an Al-
Karim.
Syaltut membahas surat demi surat atau bagian
tertentu dalam satu surat. Dan pada akhirnya metode
ini di kenal dengan metode maudhu’iy
Contoh Metode Maudhu’i
(tematik),
Surat An Nisa’ ayat 1
- Menunjukkan kepada kenikmatan

- Nikmat penciptaan dan silaturrahim

Surat Al Hajj ayat 11


- Supaya manusia bertaqwa

- Menyinggung hari kiamat

- Hari pembalasan
CIRI – CIRI TAFSIR METODE TAHLILI

1. Seorang penafsir dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an secara


komprehensip dan menyeluruh, baik itu dari segi i‘rab-nya, munasabah
ayatnya, asbab an-nuzul-nya dan yang lainnya.
2. Dalam menafsirkan ayat, mufassir akan menfsirkan ayat demi ayat dan
surah demi surah sesuai dengan apa yang terdapat dalam mushaf.
3. Mufassir biasanya mengungkapkan berbagai macam pendapat atau
penafsiran yang pernah diungkapkan baik itu oleh Rosulullah, Shahabat,
tabi’in dan para ulama-ulama sebelumnya.
Ciri-2Tafsir Tahlili Bi al Ma’tsur
1. Menekankan pentingnya Bahasa
2. Memaparkan ketelitian redaksi ayat ketika
ketika menyampaikan pesan-pesan al-Qur’an.
3. Mengikat mufassir dalam bingkai teks ayat-
ayat, sehingga membatasasinya terjerumus
pada subjektivitas yang berlebihan.
Disisi lain kelemahan metode ini adalah:
1. Terjerumusnya sang mufassir dalam uraian
kebahasaan yang bertele-tele, sehingga pasan-
pesan al-Qur’an menjadi samar dan kabur.
2.. Seringkali konteks turunnya ayat (uraian asbab an-
nuzul) atau sisi kronologis turunnya ayat-ayat hukum
yang dipahami dari uraian nasikh atau mansukh
terabaikan.
3. Tafsir yang menggunakan metode bi al-ma’tsur
seringkali memakai riwayat yang maudhu‘; seperti
penghilangan berbagai sanad setelah periode tafsir Al-
Thabari, hal itu dilakukan oleh sebagian ahli tafsir
dengan tujuan agar lebih ringkas dan singkat. Diantar
mereka adalah Al-Baghawi Al-Farra’ (wafat 510 H), Ibn
Katsir (wafat 774 H) dan Al-Suyuthi (wafat 911 H).[34]
kitab-kitab tafsir yang menggunakan metode bi al
ma’tsur adalah Jami’u al-Bayan Fi Tafsir Al-Qur’an
(Tafsir al-Thabari) karya Muhammad bin Jarir at-Thabari
Kelebihan metode tahlili
a. Ruang lingkup yang luas

b. Memberikan pemahaman yang luas


Dalam metode tahlili, penafsir akan memberikan kepada pembaca
pemahaman yang sangat luas, karena dalam tefsir tersebut dituangkan
berbagai macam penafsiran ulama-ulama terdahulu.
Kekurangan metode tahlili
a. Melahirkan penafsiran yang subjektif
Sehingga kadang-kadang penafsir lupa atau terlena atau juga dengan
sengaja menafsirkan al-Qur’an secara subjektif sesuai dengan hawanafsu
atau keinginannya tanpa mengindahkan kaidah-kaidah penafsiran.[48]
Dengan demikian hasil penafsiran dengan menggunakan metode tahlili
akan menghasilkan pandangan-pandangan yang bersifat parsial serta
kontradiktif dalam kehidupan umat manusia.[49]
b. Masuknya penafsiran Israiliyat
metode ini memberikan ruang begitu luas kepada penafsir untuk
menuangkan hasil penafsirannya.
c. Memberikan kejenuhan kepada pembaca
d. Pembahasan yang mengikat (disebabkan karena hasil penafsirannya
bersifat teoritis)
METODE HADITS
Hadits Bhs Al Sirah (Riwayat hidup). Sunnah (Jalam, arah, peraturan,
cara tindakakan).
Sunah kelompok ahli hadits “Segala sesuatu yang membekas dari diri
Rasulullah baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, sifat, riwayat
hidup baik sebelum kenabian,maupun sesudahnya.”
Ahli Ushul Fiqh “Segala sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW,selain
Al Qur’an yang berupa perkataan, perbuatan ataupun ketetapan yang
sesuai untuk dijadikan dalil bagi hukum syar’I,
Ahli Fiqh “Segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Nabi Muhammad
SAW, akan tetapi tidak termasuk dalam bab yang difardlukan ataupun
di wajibkan.
Hadits “Segala sesuatu yang dinisbakhan kepada Nabi, baik
perilaku,perkataan, tindakanNYA.
Posisi Hadits terhadap Al Qur’an
1. Sebagai penjelas Al Qur’an
2. Sebagai Pembuat Hukum
3. Teladan masyarakat Muslim
4. Wajib dipetuhi masyarakat

Al Syafi’I Fungsi Hadits terhadap Al Qur’an


1. Penta’kid Al Qur’an QS.17:23-24)
2. Penjelas Al Qur’an
3. Penjelasan bagi penasikh dan dinasikh dalam Al Qur’an
4. Pembuat hukum-hukum baru (seperti hukum penggunaan
emas/sutera bagi laki-2)
BAGIAN PENTING DLM
HADITS
 Sanad “mata rantai para rawi dan matn atau
ungkapan, informasi yang dinisbahkan kepada
Nabi.
 Isnad “Tempat bertumpunya pengetahuan
hadits Nabi”
 Matan “Perkataan yang disebut pada akhir
sanad”
 Rowi “orang yang memindahkan hadis dari
seorang guru kepada orang lain atau
membukukannya ke dalam suatu kitab hadis.
PENELITIAN HADITS
A. Melakukan Takhrij Al Hadits
1. Matla’ Al Hadits (awal lafad matan)
2. Lafal Al Hadits
3. Rawi Al A’la (Rawi pertama)
4. Maudhu Hadits (Topik hadits)
5. Shifat Al Dhahirah (Penelusuran sifat)
B. Penelitan Sanad
C. Penelitian matan
SUNNAH
 SUNNAH
- BHS. AL SIRAH (RIWAYAT HIDUP)
- SUNAH JALAN, ARAH
PERATURANCARA TINDAKAN”
- PAKTIK RILEGIUS
- PERILAKU KETELADANAN NABI
Penelitian Hadits

1. Melakukann Takhriy Al Hadits : Melakukan


penelusuran pada kitab utama (sumber asli)
secara lengkap dikemukakan matan
(Konteks informasi) berikut sanadnya.
(rangkaian mata rantai para rawi yang
dinisbahkan pada Nabi). Ada informasi 3 hal
a. Mengetahui asal-usul riwayat hadits
b. Mengetahui suluruh riwayat bagi hadist
Metode Takhrij Al Hadits
1. Matla’ Al Hadits : Penelusuran hadits yang
mendasrkan kepada awal lafalz matan.
2. Lafdz Al Hadits : Penelusuran hadist yang
mendasarkan kepada lafalz dari lafalz-lafalz yang
dikandung suatu matan hadist
3. Rawi Al A’la : Penelusuran hadits yang mendasarkan
kepada rawi pertama atau pada tingkatan sahabat.
4. Maudlu’ Al Hadits : Penelusuran hadits yang
mendasarkan kepada topik tertentu.
5. Shifat Al Dhahirah : Penelusuran hadits yang
mendasarksan kepada sifat – sifat yang tampak pada
hadits.
2. Penelitian Sanad

a. Al I’tibar : Penyertaan keseluruhan sanad –


sanad hadits untuk suatu hadits tertentu.
b. Penelitian terhadap pribadi-pribadi periwayat
dan metode periwayatan yang digunakan.
3. Penelitian Matan
- Kualitas sanad hadits
Kesahihan Matan Hadits
 Tidak bertentangan dengan Al Qur’an
 Bertentangan dengan Hadits yang lebih kuat
 Tidak bertentangan dengan akal sehat,
panca indra dan sejarah
 Susunan periwayatannya runtut.
METHODOLOGI FIQH/USHUL
FIQH
Metode Istinbath Hukum
1. Metode Bayani “Dengan mengambil dari Al Qur’an dan
Hadits”
2. Metode Ta’lili “Metode kausa efektif”/’illat dari
persyari’atan suatu hukum. Contoh apa yang menjadi
sebab diharamkan khomr, diperbolehkan poligami,
perceraian dsb.
3. Metode Istishlahi “Masalah yang tidak dapat
dikembalikan ke Teks Al Qur’an/Hadits secara khusus.
(Menggabungkan keduanya) skala prioritas
Tujuan Istishlahi
Tujuan Syari’at Istislahi (Muqoshid al Syar’iyyah)
a. Dharuriyah ( Melindungi kebutuhan
esensi manusia)
b. Hajiyyah (kebutuhan primer)
c. Tahsiniyyah (kebutuhan komplementer)
Contoh “Pengaturan adm negera oleh khalifah Umar
R.a dibuat metode istislahi, lalu lintas
“Mashalih al-mursalah / istishlah”
Ihtihsan “meninggalkan hk kpd hk lain krn karena
adanya dalil syara’ (hk pt tangan).
Istishab “hk yang lama ttp digunakan pd hk yang baru
(aqad jual beli)
METODE FILSAFAT
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia
merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yang
juga diambil dari bahasa Yunani,philosophia.
Dalam bahasa ini, kata ini merupakan
Kata majemuk dan berasal dari kata-kata philia
(persahabatan, cinta dsb.)
dan sophia (“kebijaksanaan”). Sehingga arti
lughowinya (semantic) adalah seorang
“pencinta kebijaksanaan” .
Ciri-ciri pemikiran filsafat
Tiga konsep pokok yakni
- Persoalan filsafat bercorak sangat umum.
- Persoalan filsafat tidak bersifat empiris,
- Menyangkut masalah-masalah asasi
Kattsoff menyatakan karakteristik filsafat dapat diidentifikasi sebagai
berikut.
1) Filsafat adalah berpikir secara kritis.
2) Filsafat adalah berpikir dalam bentuknya yang sistematis.
3) Filsafat menghasilkan sesuatu yang runtut.
4) Filsafat adalah berpikir secara rasional.
5) Filsafat bersifat komprehensif.
Filsafat Islam
“Pemikiran yang bercorak Islami”
Dr. Musa Asy’arie “ Aqal dan Qur’an”
Aqal “Aktifitas kefilsafatan”
Al Qur’an “Ciri corak pemikirannya”
Al Farabi “Al ilm bil maujudat bima hiya
maujudah” (Mengetahui semua wujud karena
ia wujud).
FILSAFAT ILMU
Konsep Dasar Filsafat ilmu>
1) sikap kritis dan evaluatif terhadap kriteria-
kriteria ilmiah
2) sikap sistematis berpangkal pada metode
ilmiah
3) sikap analisis obyektif, etis dan falsafi atas
landasan ilmiah
4) sikap konsisten dalam bangunan teori
serta tindakan ilmiah
Metode Filsafat Islam
1. Empirisme “Pencerapan inderawi satu-2nya sumber
kebenaran”
Muh. Iqbal “Pengetahuan empiris yang diakui oleh Al
Qur’an” QS. Al Baqoroh 164, Al An’am 97, Ar Rum 22.
2. Rasionalisme.
“Akal mengetahui/mempunyai untuk mengungkapkan
kebenaran dengan dirinya sendiri atau pengetahuan
didapat dari membanding-bandingkan ide.
Ibnu Khaldun “manusia memahami pengetahuan dengan
penalaran akal yang dibalik panca indera.
Qs. Al Baqoroh 30-33.
3. Irrasionalismen (Intuisi) / Imajinasi dengan keyakinan
Al Ghozali “Hati/ruh dengan logika intuisinya sumber
pengetahuan Qs. Al-Taghabun: 11)
Metode Pembuktian kebenaran
 Metode Retorika “Metode pembuktian secara
umum (Khitabiyah)
 metode Dialektik (Jadaliyah), metode latihan,
yaitu latihan filsafat, mampu berfikir secara
dialektik.
 Metode Demonstrasi (al Burhaniyah)
Metode pembuktian yang secara spesifik
dikonsumsikan sebagai manusia.
Obyek Filsafat Ilmu

1. Objek material adalah objek yang di jadikan


sasaran menyelidiki oleh suatu ilmu, atau
objek yang dipelajari oleh ilmu itu. Objek
material filsafat illmu adalah pengetahuan itu
sendiri, yakni pengetahuan ilmiah (scientific
knowledge) pengetahuan yang telah di susun
secara sistematis dengan metode ilmiah
tertentu, sehingga dapat di pertanggung
jawabkan kebenarannya secara umum.
2. Obyek Formal

Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat


(esensi) ilmu pengetahuan artinya filsafat
ilmu lebih menaruh perhatian terhadap
problem mendasar ilmu pengetahuan,
seperti apa hakikat ilmu pengetahuan,
bagaimana cara memperoleh kebenaran
ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi
manusia.
Fungsi dan Manfaat Filsafat Ilmu

• Sebagai alat mencari kebenaran dari segala


fenomena yang ada.
• Mempertahankan, menunjang dan melawan atau
berdiri netral terhadap pandangan filsafat
lainnya.
• Memberikan pengertian tentang cara hidup,
pandangan hidup dan pandangan dunia.
• Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang
berguna dalam kehidupan
• Menjadi sumber inspirasi.
ILMU KALAM, AQOID,USHULUDIN,
TAUHID, TEOLOGI

Ilmu Kalam atau Teologi Islam adalah ilmu yang


membahas aspek ketuhanan dan segala
sesuatu yang berkait dengan-Nya secara
rasional. Berkenaan dengan itu, maka obyek
formal ilmu kalam adalah permasalahan
ketuhanan dan segala sesuatu yang berkait
dengan-Nya. Sementara metodologinya,
adalah upaya memahami ayat-ayat al-Qur’an
dan al-Sunnah secara mendalam diikuti
elaborasi pemahaman dengan fakta-fakta
empirik.
FAKTOR LAHIRNYA ILMU KALAM
1. Faktor Internal
- Masalah politik (Kepemimpinan nasional
setelah Nabi Wafat).
2. Faktor sekunder (Kandungan Al Qur’an).
- Monolak ajaran tauhid.
- Keharusan untuk berdawah
- Ayat-ayat mutasabihat
3. Faktor ekstern (Non Islam dan Kebudayaan
non Islam)
SEJARAH TASAWUF
Rasulullah tidak ada Tasawuf, istilah tsb
muncul ke generasi yang ke tiga dari
Rasulullah saw, yaitu setelah Rasulullah saw,
Shahabat Nabi, Tabi'in, Itabi'in, setelah
kegenerasi ketiga itulah munculnya para
Tasawuf pada Abad ke 11 (5 H) Tasawuf
dipakai setiap calon
Sufi untuk mendekatkan diri kepada Allah atau
berada dalam kehadiratnya tanpa dibatasi
hijab.Bagaimana menurut syareat Islam? Ahlus
sunah Waljama'ah? Suatu cara mendekat diri
kepada Allah dengan istilah diatas dipersilahkan
yang terpenting sesuai dengan sumber hukum
dalam Islam (Al-Qur'an, Hadist) dan Syariat
yang sudah ditetapkan oleh Allah.
Jadi para tasawuf, itu menyatukan lahir dan
batin dalam mengamalkan syariat itu
bersungguh secara istiqomah dalam
mendekatkan diri kepada kepada Allah swt
SYARIAT
Syariat yaitu segala aturan yang sudah
ditentukan oleh Allah swt, atau aturan yang
sudah dilegalisasi oleh Rasulullah saw yang
berkenaan dalam soal Aqidah, masalah
hukum baik haram halal, syarat atau rukun
dsb yang mengatur hubungan manusia
dengan penciptaNya atau Sesama Manusia
TAREKAT
Tarekat berasal dari kata ‘thariqah’ yang
artinya ‘jalan’. Jalan yang dimaksud di sini
adalah jalan untuk menjadi orang bertaqwa,
menjadi orang yang diredhoi Allah s.w.t.
Secara praktisnya tarekat adalah kumpulan
amalan-amalan lahir dan batin yang
bertujuan untuk membawa seseorang untuk
menjadi orang bertaqwa.
TAREKAT WAJIB & SUNAT
Tarekat wajib, yaitu amalan-amalan wajib, baik
fardhu ain dan fardhu kifayah yang wajib
dilaksanakan oleh setiap muslim. tarekat wajib
yang utama adalah mengamalkan rukun Islam.
Amalan-amalan wajib ini insya Allah akan
membuat pengamalnya menjadi orang bertaqwa
yang dipelihara oleh Allah.
Tarekat sunat, yaitu kumpulan amalan-amalan
sunat dan mubah yang diarahkan sesuai
dengan 5 syarat ibadah untuk membuat
pengamalnya menjadi orang bertaqwa
HAKEKAT
Hakikat berasal dari kata arab haqqo, yahiqqu,
haqiqotan yang berarti kebenaran sedangkan
dalam kamus ilmiah disebutkan bahwa hakikat
Hakikat yang berarti kebenaran atau benar-
benar ada, orang-orang sufi menjadikan Allah
sebagai sumber kebenaran, dan meyakini
seyakin-yakinnya, tiada yang lebih indah kecuali
mencintai Allah swt dan mentaatinya. Hakekat
ini akan di akan dicapai seseorang setelah
mencapai makrifat yang sebenar-benarnya
dalam tingatan ini benar-benar tiada tabir atau
hijab.
MA’RIFAT
Istilah Ma'rifat berasal dari kata "Al-Ma'rifah"
yang berarti mengetahui atau mengenal
sesuatu. Dan apabila dihubungkan dengan
pengamalan Tasawuf, maka istilah ma'rifat di
sini berarti mengenal Allah ketika Shufi
mencapai maqam dalam Tasawuf.
Ma‘rifat menurut ahli fiqhi adalah ilmu. setiap
ilmu itu ma’rifat, ma‘rifat itu ilmu, setiap orang
alim arif dan setiap ‘arif itu alim. Ma‘rifat
menurut ahli shufi ialah rasa kesadaran
kepada Alloh akan sifat dan AsmaNYA.
sumber ma'rifat menurut al-Ghazali

a. Pancaindera.
b. Akal;, akal sebagai sumber ma'rifat dapat
menyebabkan penyepelean.
c. Wahyu; Menurut al-Ghazali, wahyu adalah
sumber terbesar bagi Ma'rifat.
d. Kasyf; yang dimaksud dengan kasyf oleh al-
Ghazali adalah cahaya yang dihunjamkan ke
dalam hati hamba, sehingga hati dapat melihat
dan merasakan sesuatu dengan 'ain al-yaqin.
Kasyf adalah sumber kedua bagi ma'rifat yang
terbesar setelah wahyu
Tingkatan ma'rifat, menurut al-Ghazali
a. Tingkatan pertama; imannya orang awam. Iman dalam
tingkatan ini adalah iman taqlid yang murni.
b. Tingkatan kedua; Imannya para ahli kalam. Mereka
adalah orang-orang yang mengaku ahli akal dan
berpikir atau mengaku sebagai tokoh penelitian
c. Tingkatan ketiga; Imannya para 'arifin yaitu orang-orang
yang menyaksikan dengan 'ainul yaqin.

Kondisi Ma’rifat dijelaskan dalam Ensiklopedi Islam (jilid


tiga) bahwa Ma’rifat merupakan cermin. Jika seorang
sufi melihat ke cermin, maka yang akan dilihatnya
hanya Allah SWT
CONTOH SUFI
Sufi pertama yang menonjolkan konsep
Ma’rifat dalam tasawufnya adalah ZUNNUN
al-MISRI (Mesir, 180 H / 796 M – 246 H / 860
M). Ia disebut “Zunnun” yang artinya “Yang
empunya ikan Nun”.
Dzunun Al-Mishriy yang mengatakan; alat
untuk mencapat ma'rifat ada 3 macam; yakni:
Qalby (hati), Sirr (perasaan) dan Ruh
TINGKATAN MA’RIFAT
Dzunun Al-Mishriy

a. Selalu memancar cahaya ma'rifat padanya


dalam segala sikap dan perilakunya. Karena itu,
sikap wara' selalu ada pada dirinya.
b. Tidak menjadikan keputusan pada sesuatu yang
berdasarkan fakta yang bersifat nyata, karena
hal-hal yang nyata menurut ajaran Tasawuf,
belum tentu benar.
c. Tidak menginginkan nikmat Allah yang banyak
buat dirinya, karena hal itu bisa membawanya
kepada perbuatan yang haram.
SEJARAH PERKEMBANGANNYA

1. Masa Rasululluah
- Penyusunan peraturan (Aqidah)
- Menyatukan umat Islam
- Membangun Kedaulatan Islam
2. Masa Khulafa’ Al Rsdyidin
- Disibukkan dengan politik.
METODOLGI HISTORIS/SEJARAH
- Tarikh dan Sirah (Bhs. Arab)
“Ilmu tarikh” Membahas tentang :
1. Peristiwa – peristiwa/kejadian
2. Tempat/waktu terjadinya peristiwa
3. Sebab – sebab terjadinya peristiwa
- History (Bhs.Inggris)
orderly desciption of past event (uraian
secara berurutan tenjang kejadian-kejadian
masa lampau)
TEOSOFI
Teosofi
Theos (Allah) dan Sophia (kebijakan)
Teosofi adalah teologi dan sufimisme
Teologi
Theos yang artinya Tuhan dan logos yang
artinya ilmu
“Merupakan ilmu pengetahuan tentang Tuhan”
Sejarah dan
Perkembangannya Teologi
1. Zaman Yunani Kuno (624-546 SM)
“mengandalkan mitos”
2. Zaman Islam

“Sejak Nabi Muhammad SAW”


3. Zaman Perkembangan Teologi Islam Pada
Zaman Khulafaurrasyidin
(Khowarij, Murjiah, Mu’tazilah, Jabariyah,
Qodariyah)
IBNU KHOLDUN
- Menunjuk kepada peristiwa-peristiwa
istimewa pada waktu tertentu
Al Maqrizi “memberikan informasi tentang yang
pernah terjadi di dunia.
W.Baur “suatu ilmu pengetahuan yang
berikhtiar untuk melukiskan dan dengan
penglihatan yang simpatik menjelaskan
fenomena-fenomena kehidupan sepanjang
terjadinya perubahan yang ada di manusia.
PEMBAGIAN FILSAFAT SEJARAH
- Filsafat sejarah spekulatif
Perenungan mengenai tabiat atau sifat – sifat
proses sejarah
- Filsafat sejarah kritis/analitis.

Mengupas tentang metodologis dan teoritis


yang dapat dipertanggung jawabkan
- Fisafat sejarah historis

Sejarah sebagai catatan peristiwa yang


urgen.
Metode Sejarah
1. Heuristik (Jejak – jejak sejarah)
“Apa-apa yang telah ditinggalkan oleh
peristiwa masa lampau yang menunjukkan
benar-benar terjadi peristiwa tersebut”
2. Kritik sumber
- Ekstern “Menguji keaslian sumber”
- Intern “ menilai isi dari sumber”
3. Interpretasi
Menafsirkan fakta-fakta sejarah
4. Historiografi
“ menceritakan rangkaian fakta-fakta yang telah di
interpretasikan dalam suatu bentuk tulisan kritis
dan analitis”
Dengan cara :
a. Seleksi (mana fakta yang relevan dan penting)

b. Senalisasi (Urutan-urutan peristiwa)

c. Kronologi (Menyusun fakta berdasarkan urutan


waktu)
d. Kausalisasi (sebab akibat peristiwa satu
dengan yang lain)
e. Imanijasi (jalinan dari berbagai fakta)
SEJARAH DLM PERSPEKTIF ISLAM
Hasjmy (9 peiode sejarah:
1. Masa permulaan Islam ( tgl 17 Ramadlon 12
tahun sebelum hijrah sampai tahun 41 Hijriah
atau 6 Agustus 601 sampai 661 M.
2. Masa daulah Amawiyah (41-132 H)/661-750 M)

3. Masa daulah Abbasiyah (132-232 H/750-846

4. Daulah Abasiyah II (232-334 H/847-946)

5. Daulah Abbasiyah III (334-467/946-1075)

6. Daulah Abbasiyah IV (467-656/1075-1261)

7. Daulah Usmaniyah (925-1213/1520-1801)


8. Daulau Usmaniah (925-1213/1520-1801)
9. Masa kebangkitan (1213 H / 1801 M)
NOUROUZZAMAN ASH-SHIDDIQI
1. Peiode klasik

(Dari Rasulullah Saw sampai runtuhnya dinasti


Abbasiyah (656 H / 1258 M)
2. Periode pertengahan
(dimulai dari runtuhnya Abbasiyah) Abad ke 11
H / 17 M) ciri-cirinya Kekuasaan politik
3. Periode modern (sejah 12 H / 18 M)- sekarang
METHODOLOGI TASAWUF/TESOFI

SHUFFAH “SERAMBI MASJID NABAWI YANG


DIDIAMI OLEH SEBAGIAN SHAHABAT”
SHOF “BARISAN BERSIH/JERNIH”
BHS. YUNANI “THEOSOFI” / ILMU
KETUHANAN”
AL-KANADY “TASAWUF ADALAH AKHLAK
YANG MULIA, BARANG SIAPA YANG
BERTAMBAH BAIK AKHLAKNYA, MAKA
BERTAMBAH PULA KERJENIHAN
HATINYA
METODE MENCARI KEBENARAN
- AL GHOZALI (‘ULUM AL-DIN) KEBERSIHAN
HATINURANI.
- HARTA,TAHTA,KESENANGAN LAHIRI TDK
SEBAGAI ORIENTASI HIDUPNYA.
- PEMBINAAN/PENGENDALIAN NAFSU.

SYARI’AT (MENITIK BERATKAN KEPADA


LEGAL FORMAL) SEDANGKAN SUFI
MENITIKBERATKAN PADA BATINIAH.
TASAWUF/THARIQAT (JALAN SPIRITUAL)
METODE ILMU KALAM
Ilmu kalam ilmu yang membahas aspek ketuhanan dan
segala sesuatu yang berkait dengan-Nya secara
rasional.
Abu Zahroh bahwa Ilmu Kalam membahas segala macam
persoalan sekitar dzat, nama dan sifat Tuhan, serta
masalah yang pelik seperti persoalan qodar, ikhtiar,
kebebasan kemauan manusia.
Thabathaba’i ilmu kalam ialah pencarian kebenaran
dengan jalan pemikiran dialektika. Menurut Abu Bakar
Aceh ilmu kalam ialah pembahasan tentang
perbincangan-perbincangan menyangkut soal
ketuhanan
Wacana Pemikiran Kalam Kontemporer
1. Muhammad Abduh
Kedudukan akal dan wahyu
Menurut Muahammad Abduh peranan akal
sangat besar dalam mengetahui dan
memahami agama (dalam hal ini dia sama
dengan paham Mu’tazilah). Menurut Abduh,
wahyu berfungsi sebagai penolong akal.
Funsi Wahyu Penolong akal

1) Mengetahui sifat dan keadaan kehidupan di


akhirat
2) Mengatur kehidupan masyarakat atas dasar
prinsip-prinsip umum yang dibawanya
3) Menyempurnakan pengetahuan akal tentang
Tuhan dan sifat-sifatNya
4) Mengetahui cara beribadah dan berterima
kassih kepada Tuhan
5) Iman tidak sempurna tanpa akal. Kepercayaan
kepada eksistensi Tuhan juga berdasarkan akal.
Sayyid Ahmad Khan

Keyakinan akan kekuatan dan kebebasan


akal menjadikan Ahmad Khan percaya
bahwa manusia bebas untuk menentukan
kehendak dan melakukan perbuatan. Ini
berarti bahwa dia mempunyai faham yang
sama dengan Qadariyah.
Akal bukanlah segala-galanya dan kekuatan
akalpun terbatas.
Menentang adanya taklid
Muhammad Iqbal

terkenal sebagai seorang reformis atau


pembaru Islam ketimbang sebagai seorang
teolog Islam.
Secara umum Muhammad Iqbal melihat
teologi sebagai ilmu yang berdimensi
keimanan, mendasarkan pada esensi tauhid.
Di dalamnya terdapat jiwa yang bergerak
berupa “perasaan, kesetiakawanan dan
kebebas merdekaan
Hasan Hanafi.

Menurut Hasan Hanafi, teologi Islam , secara


teoritis tidak bisa dibuktikan secara ‘ilmiah’
maupun filosofis. Teologi yang bersifat
dialektik lebih diarahkan untuk
mempertahankan doktrin dan memelihara
kemurniannya, bukan dialektika konsep
tentang watak sosial dan sejarah-sejarah.
Fazlurrahman
1) Ia menegaskan bahwa al-Qur’an bukanlah
suatu karya misterius atau karya sulit yang
memerlukan manusia berlatih secara teknis
untuk memahami dan menafsirkan perintah-
perintahnya, di sini di jelaskan pula prosedur
2) Seseorang harus mengkajikan dalam konteks
latar belakang social historisnya, hal ini tidak
hanya berlaku untuk ayat-ayatnya secara
individual tapi juga untuk al-Qur’an secara
keseluruhan.
3 Dalam karyanya “Islam and Modernity”
Fazlur Rahman menekankan akan mutlak
perlunya mensistematiskan materi ajaran
al-Qur’an. Tanpa usaha ini bisa terjadi
penerapan ayat-ayatnya secara individual
dan terpisah berbagai situasi akan
menyesatkan.
4. Seseorang harus mempelajari al-Qur’an
dalam Histories untuk mengapresiasikan
tema-tema dan gagasan-gagasannya
METODOLOGI IBADAH & SYARI’AH
Syari’ah = Jalan yang lurus (thariqoh)
Al Tahanawi “al Kasysyaf Ishthilahat al Funun”
Yaitu hukum-hukum yang diadakan oleh
Allah Swt yang dibawah oleh salah satu
Nabi-Nya, termasuk Nabi Muhammad Saw,
baik hukum yang berkaitan dengan amaliah
(Fiqh) maupun yang berkaitan dengan
kepercayaan (Ilmu kalam)
METODOLOGI SOSIOLOGI
Secara etimologi sosiologi berasal dari
bahasa latin dari kata “socius” yang berarti
teman dan “logos” yang berarti berkata atau
berbicara. Jadi sosiologi adalah berbicara
tentang manusia yang berteman atau
masyarakat. Secara terminologi, sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial
dan proses-proses sosial termasuk
perubahan-perubahan sosial
PENDAPAT AHLI
 Soejono Soekanto, sosiologi adalah ilmu pemgetahuaan
yang membatasi diri terhadap persoalan penilaian.
 Pitirim A. Sarakin, sosologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara
aneka macam gejala sosial.
 Roucek dan Warren, sosiologi adalah mempelajari
hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
 Max Weber, sosiologi adalah ilmu yang berupaya untuk
memahami tindakan-tindakan sosial.
 Emile Durkheim, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
fakta-fakta sosial.
Metode Pendekatan Sosiologi
1. Pendekatan setruktural-fungsional
mengkaji struktur masyarakat dengan
mengabaikan fungsi dari setiap struktur
tersebut.
2. Pendekatan konflik.
Pendekatan konflik merupakan pendekatan
alternatif paling menonjol saat ini terhadap
pendekatan struktural-fungsional sosial makro
3. Pendekatan interaksionalisme
sebagai sebuah pendekatan yang mengkaji
hubungan-hubungan yang terjadi didalam
kehiduan bermasyarakat
TEORI PEND.SOSIOLOGI
1. Teori Fungsional (Teori peran)
2. Teori Interaksional (hubungan antara
masyarakat dengan individu).
3. Teori Konflik
teori kepercayaan bahwa setiap
masyarakat atau manusia mempunyai
kepentingan (interest) dan kekuasaan
(power),
METODOLOGI ANTROPOLOGI
 Antropologi terdiri dari kata Antropos dan Logos.
Antropos bearti manusia
Logos bearti Ilmu.
 Secara terminologi, antropologi diartikan sebagai ilmu tentang
manusia, khususnya tentang asul-usul, aneka warna bentuk fisik,
adat istiadat dan kepercayaannya pada masa lampau
Fase Antropologi
 Fase pertama, pada awal tahun 1800-an.
Menurut pandangan orang Eropa bangsa-bangsa yang dijajah masih
primitif, buas dan sering dikatakan bangsa-bangsa yang masih asli,
yang belum mengalami perubahan dan kemajuan.
 Fase kedua, Pada fase ini pertengahan abad 19.
Banyak ditemukan tulisan mengenai aneka warna kebudayaan dan
tingkat evolusinya.
 Fase ketiga, pada awal tahun ke 1900.
Ilmu Antropologi mengalami kemajuan, ilmu Antropologi
dipergunakan oleh bangsa Eropa untuk mempelajari adat-
istiadat dan keabiasaan bangsa yang terjajah.
 Fase ke empat, sesudah tahun 1930-an.
Ilmu Antropologi mengalami perkembangan luar biasa,
dipengaruhi oleh metode ilmiah dalam melakukan penelitian.
PENDAPAT PARA AHLI
Nurcholish Madjid mengungkapkan bahwa pendekatan antropologis
sangat penting untuk memahami agama Islam, karena konsep
manusia sebagai “khalifah” (wakil Tuhan) di bumi, misalnya,
merupakan simbol akan pentingnya posisi manusia dalam Islam
JENIS ANTROPOLOGI
1. Antropologi Fisik
adalah bagian dari ilmu antropologi yang mempelajari pengertian
tentang sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia.
Yang termasuk ilmu antropologi fisik:
Paleoantropologi : Bagian dari antropologi fisik yang menelaah
tentang asal usul atau terjadinya dan perkembangan mahkluk
manusia. Obyek penelitiannya adalah fosil manusia (sisa-sisa tubuh
manusia yang telah membatu) yang terdapat dalam lapisan-lapisan
bumi.
Somatologi : Bagian dari antropologi fisik yang menelaah tentang
variasi atau keanekaragaman ras manusia melalui ciri-ciri tubuh
manusia secara keseluruhan.
2. Anropologi Budaya
Antropologi budaya adalah cabang antropologi yang mempelajari
variasi budaya manusia. Antropologi budaya dibagi menjadi 3,
yaitu:
 Arkeologi
Arkeologi, berasal dari bahasa Yunani, archaeo yang berarti "kuno"
dan logos, "ilmu". Arkeologi adalah ilmu yang mempelajari
kebudayaan (manusia) masa lalu melalui kajian sistematis atas
data bendawi yang ditinggalkan.
 Ethnologi
yaitu ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia didalam
kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh dunia baik
memahami cara berpikir maupun berprilaku.
 Ethnografi
yaitu pelukisan adat kebiasaan. Ethnografi adalah metode riset yang
menggunakan observasi langsung terhadap kegiatan manusia
dalam konteks sosial dan budaya sehari-hari
Pendekatan Antropologi dan Aplikasinya
dalam Studi Islam
 Menurut Parsudi Suparlan, makna dari istilah ”pendekatan” adalah sama
dengan ”metodologi” yaitu ”sudut pandang atau cara melihat dan
memperlakukan sesuatu yang menjadi perhatian atau masalah yang dikaji.
 Dalam hubungan ini, Jalaluddin Rahmat sebagaimana dikutip oleh Abuddin
Nata, mengatakan bahwa agama dapat diteliti dengan menggunakan berbagai
paradigma. Realitas keagamaan yang diuangkapkan mempunyai nilai
kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya.
METHODE ANTROPOLOGI
1. Deskriptif adalah memberikan gambaran mengenai
kehidupan manusia dari berbagai tempat dan waktu.
2. Holistik adalah megkaji kehidupan manusia dari
sudut tinjauan yang jamak dan memetakannya ke
dalam suatu gambaran yang total dan menyeluruh.
3. Komparatif adalah membandingkan kesamaan dan
perbedaan ciri – ciri fisik dan budaya manusia.
4. Kualitatif adalah teknik pengumpulan data.
Dengan demikian pendekatan antropologi adalah sudut pandang
atau cara melihat (paradigma) memperlakukan sesuatu gejala
yang menjadi perhatian dengan menggunakan kebudayaan dari
gejala yang dikaji tersebut sebagai acuan dalam melihat,
memperlakukan dan menelitinya
IBADAH = ‘Abd (Hamba)
Ibadah secara Harfiah “rasa tunduk melakukan
pengabdian, merendahkan diri, menghinakan
diri, dan istiqomah”
Al Azhari Ibadah adalah “Menyembah kepada
Allah Swt”
Abu A’la Al Maududi “penghambaan dan
perbudakan”
Secara terminologi “usaha mengikuti hukum-
hukum Allah dalam menjalankan kehidupan
yang sesuai degan perintah-Nya maulai dari akil
baliq sampai meninggal.
CIRIKHAS SYARI’AH
1. Syar’I atau pembuat hukum adalah Allah
sedang manusia adalah hanya
mengintepretasikan syariah.
2. Adanya syari’ah tidak lepas dari
pembawanya yaitu Rasul, untuk itu Rusol
sebagai pembawa syari’ah menyampaikan
kepada manusia.
3. Isi syari’ah mencakup dimensi kehidupan
baik itu perbuatan maupun kepercayaan
(tauhid)
BENTUK-BENTUK IBADAH
A. Ibadah Peson.
(Ibadah yang tidak melibatkan orang lain)
B. Ibadah antarperson.
(Amaliah yang pelaksanaannya tergantung
kepada prakarsa pihak yang bersangkutan
melibatkan prakarsa pihak lain).
C. Ibadah Sosial.
(Kegiatan interaktif denga individu yang lain
dibarengi dengan kesadaran sebagai hamba
Allah Swt)
PRINSIP-PRINSIP SYARI’AH ISLAM
1. Semua tindakan ibadah berdasar kepada
“At-tauhid”
2. Ibadah kepada Allah harus dilakukan secara
langsung tanpa perantara.
3. Syari’ah dan ibadah diharuskan
menggunakan akal.
4. Ibadah merupakan penyempurnaan dari
keimanan.
5. Syari’ah dan ibadah merupakan media
pembersihan jiwa.
6. Pelaksanaan ibadah dalam syari’ah
penyeimbang duniawi dan ukhrowi.
7. Syari’ah Islam hadir dengan prinsip keadilan
dan persamaan.
8. Islam ditegakkan dengan dasar amar ma’ruf
nahi mungkar.
9. Syari’ah Islam berprinsip pada toleransi.
10. Syari’ah Islam berprinsip pada
musyawarah.
11. Syari’ah Islam berprinsip pada Hukum
(Alqur’an dan Hadits
ASAS-ASAS SYARI’AH DLM ISLAM
Muh. Khudlori “Tarikh Tasyri’ Islami”
1. Meniadakan kesulitan (‘adam al haraj).

2. Penyederhanaan dan menyedikitkan beban


(taqlil al takalif).
3. Berangsur-angsur dalam memberikan
hukum
4. Hukum Islam sejalan dengan kemaslahatan
umat.
5. Mewujudkan keadalian.
STUDI ILMU TARBIYAH
PENDIDIKAN ISLAM
- UPAYA SADAR
- MENINGKATKAN KWALITAS SDM

- PENGEMBANGAN PANDANGAN HIDUP

FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM


- Membantu membimbing pertumbuhan dan
perkembangan manusia
- Mendorong produktivitas manusia

- Mentransmisikan nilai - nilai


TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM
Tujuan tertinggi : Terbentuknya kepribadiaan
peserta didik taat kepada Allah Swt.
Tujuan perkembangan : Potensi manusia
(Fisik, intelektual, sosial).
Metode Pendidikan Agama Islam

1. Metode Dialog (Al Hiwar)


2. Metode Cerita (Al Qishah)
3. Metode Nasehat (A; Mauizhah)
4. Metode Ganjaran/Hukuman (At-Tsawab wa
Al ‘Iqob)
5. Metode keteladanan (Al Uswah)
6. Metode Latihan (Al Muwarisah al Amaliyah)
PENDEKATAN DALAM STUDI ISLAM

1. Pendekatan Commonsense (Praktek)


2. Pendekatan Filosofis (Filsafat)
3. Pendekatan sains terapan (dengan standart
sains dan isu-isu instrumental yang teknis)
4. Pendekatan kritis (Integrasi antara sains-
moral/sosial), berdasarkan pada sejarah,
kultur dan tradisi lokal).
5. Pendekatan normatif (obyeknya dan
subyeknya adalah manusia) artinya manusia
menjadi kata kunci dalam wacana pendidikan.
METODOLODI KEBUDAYAAN DALAM
ISLAM
St. Taqdir Ali Syahbana “Manifestasi dari cara berpikir”
Sarmidi Mangunkaro “Hasil kerja jiwa manusia” (Cipta, rasa
dan karsa).
Kebudayaan secara umum
- Karya/ciptaan manusi

- Bahan kebudayaan adalah alam

- Alat kebudayaan adalah jiwa dan raga

- Ruang lingkup kebudayaan segala aspek kehidupan

- Tujuannya untuk kesempurnaan dan kesejahteraan


manusia.
- Kebudayaan merupakan jawaban atas tantangan dan
tuntutan dorongan.
- Kebudayaan dpt diwariskan dg proses pend. Dan kebud.
CIRI-CIRI KEBUDAYAAN ISLAM

1. Islam menghormati akal manusia (Qs.Ali Imron


190-191).
2. Islam mewajibkan untuk mencari Ilmu (Al
Mujadalah : 11)
3. Islam melarang bertaklid buta ( Al Isro’ 36)
4. Islam mendorong untuk bereksplorasi. Al
Insyiroh 7-8)
5. Islam menyuruh mencari keridlooan-NYA.
6. Islam menganjurkan untuk Hijrah (Al Hajj 46)
7. Islam menganjurkan untuk memeriksa dan
menerima kebenaran.
STUDI LMU DAKWAH
“ Suatu proses mengubah sesuatu situasi kpd
situasi lain yang lebih baik seseuai dengan
ajaran Islam”
Unsur-unsur dakwah
1. Subyek dakwah (Perorangan/Kelompok)

2. Materi Dakwah (Ajaran Islam)

3. Metode Dakwah (Cara dakwah)

4. Media Dakwah (Peralatan)

5. Obyek Dakwah (Manusia)


Model Studi Dakwah
1. Model Analisis (Deskriptif)
2. Model Analisis Faktor (Komparatir dan
korelatif).
3. Model Analisis Sistem Dakwah (Input,
konfersi/Proses perubahan, output, Umpan
balik dan lingkungan).
Metode Penelitian Dakwah
1. Metode Historis (Metode dokumenter)
2. Metode Deskriptif (Data aktual)
3. Metode Studi Kasus
4. Metode korelasi
5. Metode eksperimen.
STUDI POLITIK DLM ISLAM

Politik = Polis “Kota”


Masa modern Politik “Seni atau ilmu
pemerintahan”
Drs.Muh. Azhar. MA (Tiga aliran)
1. Islam adalah pengaturan segala aspek
kehidupan bernegara. (Muh.Rosyid Ridlo,
Hasan Al Banna, Sayyid Qutb)
2. Islam adalah Adalah agama. Dalam hal
kenegaraaan ada hubungan dengan barat.
(Abdul al Raziq, Thaha Husain)
3. Islam sebagai tata nilai/etika. (Husain
haikal)

Landasan Etika Politik dalam Islam


1. Persamaan dan keadilan (Al Maidah : 8,
Annisa’ 135).
2. Musyawarah (Ali Imron 159)
STUDI BHS ARAB
Abd. Ra’uf Shadry “Proses penyajian bahan
pelajaran oleh seseorang kepada orang lain
dengan sadar dan sistematis terarah kpd
perubahan tingkah laku menuju kedewasaan”
Tujuannya Menurut H. Mahmud Yunus
1. Mengerti dan paham apa yang dibaca ketika
sholat.
2. Membaca dan mengerti Al Qur’an

3. Dapat belajar ilmu agama Islam

4. Bisa berbicara Bhs. Arab


Faktor pelaksanaan
1. Faktor Tujuan (Berdasarkan tingkatan)
2. Faktor anak didik (Minat)
3. Faktor bahan / materi
4. Faktor guru
5. Faktor Fasilitas/sarana/lingkungan
6. Faktor Evaluasi
Aspek Problematika

1. Aspek Linguistik.
a. Tata Bunyi
b. Kosa kata
c. Tata kalimat
d. Tulisan
2. Aspek Non Linguistik.( Sosio kultural)
Cultur bahasa arab dan bhs. indonesia
Pendekatan Bhs. Arab
1. Aprroach (Sekumpulan asumsi hakekat bhs,
arab dan pengajaran) / Kebenaran umum
“Apa yang didengar dan diucapkan tulisan
merupakan penampilan.
2. Metode (Prosedural).
1. Latar belakang bahasa.
2. Faktor usia pelajar
3. Pengalaman pelajar
4. Faktor tujuan pengajaran
3. Teknik

Teknik merupakan pelaksanaan pengajaran


harus sejalan dengan metode.
Memahami Al Qur’an
1. Secara tekstual : Memahami Al Qur’an melalui
pemahaman teks tanpa memahami kapan dimana teks
Al Qur’an tersebut diturunkan.
2. Secara kontekstual : Pemahaman Al Qur’an dengan
memperhatikan sejarah, peristiwa turunnya Al Qur’an.
3. Secara Normatif : Memahami teks Al Qur’an sebagai
suatu norma yang patent (tak berubah bentuk) dan
dianggap mutlak sebagaimana yang telah
dimasksudkan oleh Allah.
4. Secara Historis : Memahmi Al Qur’an dengan melihat
norma yang diserap dari ayat yang memiliki unsur
historis yang melatar belakanginya.
Penelitian Hadits

1. Melakukann Takhriy Al Hadits : Melakukan


penelusuran pada kitab utama (sumber asli)
secara lengkap dikemukakan matan
(Konteks informasi) berikut sanadnya.
(rangkaian mata rantai para rawi yang
dinisbahkan pada Nabi). Ada informasi 3 hal
a. Mengetahui asal-usul riwayat hadits
b. Mengetahui suluruh riwayat bagi hadist
Metode Takhrij Al Hadits
1. Matla’ Al Hadits : Penelusuran hadits yang
mendasrkan kepada awal lafalz matan.
2. Lafdz Al Hadits : Penelusuran hadist yang
mendasarkan kepada lafalz dari lafalz-lafalz yang
dikandung suatu matan hadist
3. Rawi Al A’la : Penelusuran hadits yang mendasarkan
kepada rawi pertama atau pada tingkatan sahabat.
4. Maudlu’ Al Hadits : Penelusuran hadits yang
mendasarkan kepada topik tertentu.
5. Shifat Al Dhahirah : Penelusuran hadits yang
mendasarksan kepada sifat – sifat yang tampak pada
hadits.
2. Penelitian Sanad

a. Al I’tibar : Penyertaan keseluruhan sanad –


sanad hadits untuk suatu hadits tertentu.
b. Penelitian terhadap pribadi-pribadi periwayat
dan metode periwayatan yang digunakan.
3. Penelitian Matan
- Kualitas sanad hadits
KARAKTERISTIK ISLAM
MODERN DAN KLASIK
Karakteristik studi Islam era muslim klasik
dan era muslim modern merupakan suatu
sifat yang khas untuk mempelajari studi Islam
sejak zaman Nabi Muhammad SAW sampai
sekarang yang telah mengalami banyak
perubahan dan perkembangan dalam dunia
Islam.
KARAKTERISTIK KLASIK dan
MODEN
- Klasik terjadi pada zaman Nabi Muhammad
SAW dan para sahabat yang melakukan pusat
pendidikan Islam di Makkah dan Madinah
- Modern pada periode ini terdapat
perkembagan-perkembangan, diantaranya
perkembangan ilmu pengetahuan di Turki, ilmu
pengetahuan di India, ilmu pengetahuan di
Mesir, perkembangan di bidang budaya dan
perkembangan Agama, politik dan ekonomi
yang semakin maju
ISLAM KONTEMPORER
Karakter studi islam kontemporer dapat
membedakan motivasi baru yang mendasari
evaluasi terhadap agama lain tanpa terikat
dengan teologi agama lain. pada periode ini
terdapat berbagai pendekatan-pendekatan,
metode-metode dan kelompok-kelompok
dalam studi kontemporer
PERIODISASI
- Periode klasik(650 1250 M) / Khalifah
- Ekspansi atau Integrasi
- Disintegrasi (Perpecahan)
- Fase Pertengahan (1250-1800) / Runtuhnya
Dinasti Abbasiyah
- Fase Modern (1800 – sekarang) / Kesultanan
Usman
PLURALISME AGAMA
PLURALISM / Lebih dari satu / banyak
Suatu rangkain rasa menghargai, hormat dan toleran
satu sama lain.
Dampak pluralisme dalam kehidupan bermasyarakat
Dampak positif
 Adanya toleransi beragama.

 Terjadinya kerukunan antar umat bergama di Indonesia

Dampak negatif
Munculnya berbagai sekte agama
Bisa menjadi asal pertikaian antar umat beragama jika
pluralisme ditanggapi secara berlebihan.
Metodenya (Komperatif, ilmiah, fenomenologi,historis)
Faktor Pluralis
 Intern
 Ekstern

Anda mungkin juga menyukai