Anda di halaman 1dari 57

KUMPULAN RESUME MATERI FILSAFAT PENDIDIKAN

ISLAM

Disusun Sebagai Salah satu Tugas Individu

Yang Diwajibkan

Dalam Mengikuti Perkuliahan

Disusun Oleh:

Nurkhopipah Hasibuan(0303171038)

Kelas BKI –V Semester II

Dosen Pengampu:Prof. Dr Al Rasyidin M.Ag.

Mata Kuliah: Filsafat Pendidikan Islam

Bimbingan dan Konseling Islam

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Sumatera Utara Medan

T.A.2017/2018
Nama Tugas :Filsafat Pendidikan Islam.

Judul Resume :Konsep Dasar Filsafat Pendidikan Islam.

Nama :Nurkhopipah Hasibuan.

NIM :0303171038

Tujuan resume:Untuk mengetahui pengertian filsafat pendidikan

Islam,Tujuan filsafat pendidikan Islam, Metode

filsafat pendidikan Islam,Ruang lingkup filsafat

pendidikan islam.

Prodi :Bimbingan dan Konseling Islam (BKI).

Fakultas :Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).

Universitas :Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.


IDENTITAS BUKU

Nama Penulis :Dr.Salminawati,SS.MA.

Judul Buku :Filsafat Pendidikan Islam Membangun Konsep

Pendidikan yang Islami.

Cetakan :Pertama

Tahun Terbit :2011

Kota Terbit :Bandung

Penerbit :Citapustaka Media Perintis.


PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Filsafat Pendidikan Islam merupakan konsep berfikir tentang


kependidikan yang berlandaskan ajaran agama islam. Tentang hakikat
kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta
dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai
oleh ajaran islam.

Ajaran islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist


serta dengan nilai-nilai dan konsep-konsep untuk memberikan
tuntutan hidup manusia , yang mengatur hubungan manusia dengan
Tuhan, diri sendiri, dan lingkungannya, baik fisik, sosial, maupun
budaya.

Dengan demikian filsafat pendidikan islam merupakan hal yang


sangat penting untuk dikaji karena ia dijadikan sebagai pondasi dasar
dalam mengaplikasikan pendidikan islam guna menghasilkan generasi
islam yang baik, maju, bermanfaat, berkembang sesuai dengan apa
yang digariskan oleh Al-Qur’an dan hadits.

B.Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Filsafat Pendidikan Islam?


2. Apa Tujuan Filsafat Pendidikan Islam?
3. Bagaimana Metode dalam Filsafat Pendidikan Islam?
4. Bagaimana Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam?
C.Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
2. Untuk Mengetahui Tujuan Filsafat Pendidikan Islam
3. Untuk Mengetahui Metode dalam Filsafat Pendidikan Islam
4. Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam

RESUME Ke 1

1.Pengertian Filsafat Pendidikan Islam

Kata ‘’Filsafat’’ berasal dari bahasa yunani: ‘’philosophia’’


kata philosophia merupakan gabungan dari dua kata philos dan
shophia dengan makna pengethuan dan kearifan. Dengan
demikian, arti dari kata philosophia adalah cinta pengetahuan.
Philos berarti sahabat atau kekasih sedangkan shophia memiliki
arti kebijaksanaan. Sedangkan shophia memiliki arti
kebijaksanaan, atau dengan kata lain orang yang senang mencari
ilmu dan kebenaran.

Filsafat Pendidikan Islam merupakan suatu kajian secara


filosofis mengenal masalah yang terdapat dalam kegiatan
pendidikan yang didasarkan pada Al-Qur’an dan Al-Hadist
sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para
filosof muslim, sebagai sumber sekunder. Dengan demikian filsafat
pendidikan islam.
2.Tujuan Filsafat Pendidikan Islam.

a. Untuk membantu para perencana dan para pelaksana


pendidikan.
b. Untuk membentuk suatu pemikiran yang sehat tentang
pendidikan.
c. Untuk menjadikan prinsip-prinsip ajaran islam sebagai dasar
dalam menentukan berbagai kebijakan pendidikan.
d. Untuk menjadikan prinsip-prinsip ajaran islam sebagai
dasar dalam menilai keberhasilan pendidikan.
e. Untuk menjadikan prinsip-prinsip ajaran islam sebagai
pedoman intelektual bagi mereka yang berada dalam dunia
praksis pendidikan.
f. Untuk menjadikan prinsip-prinsip ajaran islam sebagai
pedoman intelektual bagi mereka yang berada dalam dunia
praksis pendidikan.
g. Untuk menjadikan prinsip-prinsip ajaran islam sebagai dasar
dalam pemikiran pendidikan dalam hubungannya dengan
masalah spiritual, kebudayaan, ekonomi dan politik.
h. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia.
i. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat.
j. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan
untuk mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu
bukan sekedar sebagai ilmu.

3.Metode Filsafat Pendidikan Islam.

a. Pertama, bahan-bahan yang akan digunakan dalam


pengembangan filsafat pendidikan. Dalam hal ini dapat
berupa bahan tertulis yaitu Al-Quran dan Al-Hadist yang
disertai pendapat para ulama serta filosof dan lainnya , serta
bahan yang akan diambil dari pengalaman empirik dalam
praktek kependidikan.
b. Kedua, metode pencarian bahan. Untuk mencari bahan-
bahan yang bersifat tertulis dapat dilakukan melalui studi
kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing
prosedurnya telah diatur sedemikian rupa.
c. Ketiga, metode pembahasan yaitu metode yang berdasarkan
pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran.
d. Keempat, metode pendekatan dalam hubungannya dengan
pembahasan tersebut diatas harus pula dijelaskan
pendekatan yang akan digunakan untuk membahas tersebut.

4.Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam.

Ruang lingkup filsafat pendidikan islam adalah masalah-


masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan, seperti
masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum,metode, dan
lingkungan.

Secara makro, yang menjadi ruang lingkup filsafat pendidikan


islam adalah objek formal itu sendidri yaitu mencari keterangan
secara radikal mengenai tuhan, manusia dan alam yang tidak
dapat dijangkau oleh pengetahuan biasa.

Secara mikro, objek kajian filsafat pendidikan islam adalah


pemikiran yang serba mendalam, mendasar, sitematis, terpadu,
logis, menyeluruh, dan universal mengenai konsep-konsep
pendidikan yang didasarkan pada ajaran islam.
Kesimpulan

Filsafat pendidikan islam adalah suatu analisis atau


pemikiran rasional yang dilakukan secara kritis radikal, sistematis
dan metodologi untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat
pendidikan islam, yang bertujuan untuk menjadikan prinsip-
prinsip ajaran islam sebagai pedoman intelektual bagi mereka
yang berada dalam praksisi pendidikan. Metode filsafat
pendidikan memerlukan 4 hal yaitu:

1. Bahan-bahan yang digunakan dalam filsafat pendidikan


islam.
2. Metode pencarian bahan.
3. Metode pembahasan.
4. Metode pendekatan.

Ruang lingkup filsafat terbagi 2 yaitu:

1. Secara Makro
2. Secara Mikro.
Nama Tugas :Filsafat Pendidikan Islam.

Judul Resume :Hakikat Manusia dan Implikasinya Terhadap

Pendidikan dalam Islam.

Nama :Nurkhopipah Hasibuan.

NIM :0303171038

Tujuan resume:Untuk mengetahui pengertian Al-Nas,Al-Bashar,dan

Bani Adam,Prose,dan Tujuan serta Fungsi

Penciptaan manusia implikasi terhadap pendidikan

dalam islam.

Prodi :Bimbingan dan Konseling Islam (BKI).

Fakultas :Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).

Universitas :Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.


IDENTITAS BUKU

Nama Penulis :Prof.Dr.Al Rasyidin, M.Ag.

Judul Buku :Filsafat Pendidikan Islam Membangun Kerangka

Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi Praktek

Pendidikan Islam.

Cetakan :Kelima

Tahun Terbit :2017

Kota Terbit :Bandung

Penerbit :Citapustaka Media Perintis.


PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Allah SWT Menciptakan manusia sebagai makhluk yang


paling sempurna, manusia dikaruniai akal dan Pikiran, cipta, rasa
dan karsa. Dari berbagai kelebihan yang dimiliki oleh manusia
inilah, menjadi khalifah dimuka bumi.

Pendidikan secara sederhana dikatakan sebagai sebuah proses


“memanusiakan manusia”, Abdurrahman Shalih (t.th;47) mengatakan
“man is the core of the educational process”, bahwa manusia adalah
inti dari sebuah proses pendidikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
manusia adalah obyek dan sekaligus pelaku pendidikan. Sebab itu
sejauh mana pendidikan itu diformulasikan dan diimplementasikan
harus selalu disandarkan pada konsepsi tentang hakekat manusia.
Merumuskan dan mengembangkan tujuan pendidikan, materi
pendidikan, metode, kurikulum, evaluasi pendidikan, dan seterusnya
harus selalu dikonsultasikan pada filsafat dan pemahaman tentang
hakekat manusia itu sendiri.Maka dari itu hakikat manusia dan
implikasinya terhadap pendidikan islam sangat penting dibahas.

B.Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Al-nas,Al-bashar,dan bani Adam?


2. Bagaimana Proses,Tujuan,dan Fungsi Penciptaan Manusia?
3. Bagaimana Implikasi Terhadap Pendidikan Islam?
C.Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Al-nas,Al-bashar,dan bani Adam


2. Untuk Mengetahui Bagaimana Proses,Tujuan,dan Fungsi
Penciptaan Manusia
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Implikasi Terhadap
Pendidikan Islam.

RESUME Ke 2

1. Pengertian al-nas, al-bashar, dan bani Adam

Dalam Al-Qur’an, terdapat beberapa istilah yang merujuk pada


kata manusia, antara lain: al-nas berbagai bentuk devenisinya seperti
al-insan, al-ins, al-unas, dan al-nasiyya yang digunakan untuk arti
manusia secara fisik. Kata al-nas disebutkan sebanyak 240 kali adalah
sebagai nama jenis untuk keturunan adam, yakni spesies dalam
semesta.

Kemudian kata al-bashar yang semakna dengan al basyaruyah


adalah zhahir al jjald yang bermakna kulit yang tampak. Kata al-
bashar selalu dihadirkan di Al-Qur’an dalam arti fisik biologis
manusia yang tampak jelas. Sedangkan bani adam biasanya dimaknai
sebagai generasi yang dibangun, diturukan, atau dikembangkan dari
adam. Kata bani adam merujuk pada konsep persamaan keturunannya,
yaitu sama-sama keturunan nabi adam a.s dan sama-sama memiliki
harkat dan martabat kemanusiaan yang universal.
2. Proses Penciptaan Manusia
Secara umum Al-Qur’an memaparkan bahwa manusia
diciptakan dari diri yang satu, yakni Adam a.s. yang darinya Allag swt
menciptakan perempuan, yakni hawa, dan dari keduanya
memperkembangkanbiakkan manusia. Dalam konteks penciptaan
manusia secara umum Al-Qur’an menerangkan secara rinci
bagaimana penciptaan manusia pada permulaan ayat 12 surah al-
Mu’minun, Allah menegaskan bahwa manusia diciptakan dari sari pati
tanah (min sulaalatin min tin).
3. Tujuan, Fungsi, dan Tugas Penciptaan Manusia

Tujuan penciptaan manusia tentunya adalah untuk mengenal


tuhannya.karenanya ketika berada di dalam ruh Allah SWT telah
mengambil syahadah atau kesaksian diri manusia terhadap keberadaan
dan keesaannya. Fungsi penciptaan manusia adalah sebagai makhluk
ibadah yang di perintahkan untuk mengabdi atau menghambakan diri
secara kontiniu dengan tulus-ikhlas hanya kepada Allah SWT
semata.tugas manusia adalah untuk beribadah yang mengacu kepada
pengabdiaan manusia sebagai hamba Allah SWT.tugas ini di
wujudkan dalam bentuk pelaksanaan ibadah ritual yang di laksanakan
secara terus menerus dengan keikhlasan.Konteks tugas penciptaan
manusia , dalam perspektif falsafah pendidikan islami, manusia
adalah khalifah Allah yang melaksanakan tugas-tugas-Nya baik
terhadap diri sendiri, manusia, dan makhluk lain serta
memakmurkan kehidupan dibumi.
Kesimpulan.

Al-nas, Al-bashar dan bani Adam adalah suatu terma atau


istilah yang merujuk pada kata manusia. proses pinciptaan
manusia Secara umum Al-Qur’an memaparkan bahwa manusia
diciptakan dari diri yang satu, yakni Adam a.s. yang darinya Allag swt
menciptakan perempuan, yakni hawa, dan dari keduanya
memperkembangkanbiakkan manusia. Dalam konteks penciptaan
manusia secara umum Al-Qur’an menerangkan secara rinci
bagaimana penciptaan manusia pada permulaan ayat 12 surah al-
Mu’minun, Allah menegaskan bahwa manusia diciptakan dari sari pati
tanah (min sulaalatin min tin).

Tujuan dari penciptaan manusia adalah untuk mengenal


Tuhannya. Fungsinya yaitu:sebagai makhluk ibadah yang
diperintahkan untuk mengabdi atau menghambakan diri secara
kontiniu dengan tulus ikhlas hanya kepada Allah
semata.Tugasnya yaitu sebagai khalifah dimuka bumi yang diberi
tugas sebagai pemimpin dan pengganti Allah untuk melaksanakan
titahnya.
Nama Tugas :Filsafat Pendidikan Islam.

Judul Resume :Hakikat Masyarakat dan Implikasinya Terhadap

Pendidikan dalam Islam.

Nama :Nurkhopipah Hasibuan.

NIM :0303171038

Tujuan resume:Untuk mengetahui makna masyarakat, Unsur-unsur

Pembentuk Masyarakat, Karakteristik masyarakat

Muslim,Peran,Tugas, dan Tanggung jawab

Masyarakat terhadap Pendidikan Islam.

Prodi :Bimbingan dan Konseling Islam (BKI).

Fakultas :Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).

Universitas :Universitas Islam Negeri Sumatera Utara,


IDENTITAS BUKU

Nama Penulis :Prof.Dr.Al Rasyidin, M.Ag.

Judul Buku :Filsafat Pendidikan Islam Membangun Kerangka

Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi Praktek

Pendidikan Islam.

Cetakan :Kelima

Tahun Terbit :2017

Kota Terbit :Bandung

Penerbit :Citapustaka Media Perintis.


PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kata Masyarakat selalu didiskripsikan sebagai kumpulan


individu-individu manusia yang memiliki kesamaan, baik dalam
karakteristik maupun tujuan. Boleh jadi, pengertian tersebut diambil
dari kosa kata bahasa Arab, yakni syaraka yang bisa bermakna
bersekutu, syirkah atau syarikah yang bermakna persekutuan atau
perserikatan. Karenanya masyarakat sering dimaknai sebagai
organisasi atau kumpulan orang-orang yang bersekutu atau
menghimpunkan diri untuk suatu tujuan atau maksud tertentu.

Pendidikan merupakan bagian dari investasi masa depan,


investasi masyarakat sekaligus investasi negara dalam rangka
memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Maka dari itu sangat penting mengetahui bagaimana hakikat


masyarakat dan implikasinya terhadap pendidikan islam.

B.Rumusan Masalah

1. Apa Makna Masyarakat ( Ummah)?


2. Apa Saja Unsur-unsur Pembentukan Masyarakat?
3. Bagaimana Karakteristik Masyarakat Muslim?
4. Bagaimana Peran dan Tanggung Jawab Masyarakat
Terhadap Pendidikan Islam?
C.Tujuan

1. Untuk Mengetahui Makna Masyarakat ( Ummah)


2. Untuk Mengetahui Unsur-unsur Pembentukan Masyarakat.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Karakteristik Masyarakat
Muslim
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Peran dan Tanggung Jawab
Masyarakat Terhadap Pendidikan Islam.

RESUME Ke 3

1. Makna Masyarakat (Ummah)

Kata masyarakat selalu didiskripsikan sebagai kumpulan


individu-individu manusia yang memiliki kesamaan. Baik dalam
karakteristik dan tujuan. Pengertian tersebut diambil dari kosa kata
Arab, yakni syaraka yang bermakna bersekutu, syirkah atau syarika
yang bermakna persekutuan, perserikatan, perkumpulan, atau
perhimpunan, dan masyarakat dimaknai sebagai organisasi atau
perkumpulan orangorang yang bersekutu atau menghimpunkan diri
untuk suatu tujuan atau maksud tertentu.

2. Unsur-unsur Pembentukan Masyarakat

Berdasarkan pengertian masyarakat, maka ada empat unsur-


unsur dasar pembentukan masyarakat atau ummah, antara lain:

a. Berhimpunnya sejumlah individu atau masyarakat.


b. Semua individu atau masyarakat tersebut sepakat adanya
tujuan yang sama.
c. Setiap individu atau masyarakat dalam kumpulan tersebut
saling membantu dalam pencapaian tujuan yang sama.
3. Karakteristik Masyarakat Muslim
Dalam konteks yang terakhir manusia terma al-ummah selalu
dihubungkan dengan pimpinan nabi atau rasul. Maka masyarakat atau
ummah itu memiliki karakteristik terpimpin, memiliki matlamat dan
karenanya adanya tujuan, aturan, undang-undang atau syariat untuk
berjalan menuju arah atau tujuan tertentuan.
4. Peran, Tugas, dan Tanggung Jawab Masyarakat Terhadap
Pendidikan Islam
Peran masyarakat atau ummah terhadap pendidikan islam
adalah masyarakat muslim merupakan subjek yang merencanakan,
melaksanakan, bahkan menjadi sumber bagi pendidikan islam.

Tangungung jawab masyarakat atau ummah memiliki tanggung


jawab edukatif untuk meningkatkan, mengajar, mendidik, melatih,
mengarahkan, dan membimbing sesamanya agar berpegang teguh
(istiqomah) pada perjanjian atau syahadah primordialnya dengan
Allah swt. Tugas-tugas masyarakat atau ummah terhadap pendidikan
islam antara lain:

1. Mengarahkan diri atau semua anggota masyarakat (ummah)


untuk bertauhid dan bertaqwa kepada Allah.
2. Masyarakat berkewajiban men-ta’lim, menta’did, dan
mentarbiyahkan syariat Allah, sebagaimana yang dilakukan
para nabi dan rasul.
Kesimpulan

Ali Syariati mendefinisikan Masyarakat sebagai kumpulan


orang yang semua individunya sepakat dalam tujuan yang sama dan
masing-masing membantu agar bergerak kearah tujuan yang sama dan
masing-masing membantu agar bergerak kearah tujuan yang sama dan
masing-masing membantu agar bergerak kearah tujuan yang
diharapkan atas dasar kepemimpinan yang sama.
Unsur-unsur Pembentuk masyarakat. Unsur-unsur Dalam
Masyarakat, Berhimpunnya Sejumlah Individu, Semua Individu
tersebut sepakat adanya tujuan yang sama, Setiap Individu dalam
kumpulan tersebut saling membantu dalam pencapaian tujuan yang
sama.
Karakteristik Masyarakat Muslim
1. Terpimpin
2. Memiliki matlamat dan karenanya ada aturan
3. Memiliki undang-undang atau syariat untuk berjalan menuju
arah atau tujuan tertentu.
Adapun peran,Tugas dan Tanggung jawab Masyarakat terhadap
pendidikan Islam yaitu Masyarakat berkewajiban menta’lim, men
ta’dib dan mentarbiyahkan Syariat Allah SWT.
Nama Tugas :Filsafat Pendidikan Islam.

Judul Resume :Konsep Alam Semesta dan Implikasinya Terhadap

Pendidikan dalam Islam.

Nama :Nurkhopipah Hasibuan.

NIM :0303171038

Tujuan resume:Untuk mengetahui Makna Alam Semesta, Proses

Penciptaan alam semesta dan implikasi terhadap

Pendidikan dalam Islam.

Prodi :Bimbingan dan Konseling Islam (BKI).

Fakultas :Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).

Universitas :Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.


IDENTITAS BUKU

Nama Penulis :Prof.Dr.Al Rasyidin, M.Ag.

Judul Buku :Filsafat Pendidikan Islam Membangun Kerangka

Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi Praktek

Pendidikan Islam.

Cetakan :Kelima

Tahun Terbit :2017

Kota Terbit :Bandung

Penerbit :Citapustaka Media Perintis.


PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Apa yang disebut dengan alam semesta sering disinonimkan


dengan istilah-istilahlain, seperti semesta raya, jagad raya.
Secaraumum, alam semesta dapat dipahami sebagai mikro-kosmos
beserta keseluruhan yang tersedia dan berbagai ,keteraturan atau
regularitas dan stabilitasya n g t e r ja d i d a l a m
k e b e r l a n g s u n g a nn ya . Secara sederhana, alam semesta terdiri
darilangit dan bumi, keduanya mewakili ciptaan Tuhan di dunia.
Berbagai bentuk rupa bumi dataran, tanah,laut,kutub, pegunungan,
gurun dan pantai. Rupa langityang terdiri dari planet-planet juga
bintang-bintang yang hidup di atas bumi sana.Alam semesta ini
merupakan ciptaan Tuhan sebagai tempat hidup bagi makhluk-
makhluk ciptaan-Nya. Dunia yang ditempati manusia dan makhluk
hidup lainnya ini biasa disebut alam fisik atau alam materi. Dikatakan
demikian karena semua yang ada di dunia ini bisa ditangkap oleh
indera kita. Namun, kita juga mengenal dunia yang berbeda dengan
dunia kita. Dunia atau alam itu disebut alam metafisik, alam
supranatural atau alam gaib.

Alam semesta merupakan objek kajian bagi manusia dalam


menggali pengetahuan baik itu dibidang pendidikan umum maupun
pendidikan islam itu sendiri maka dari itu sangat penting mengetahui
Konsep Alam Semesta dan Implikasinya terhadap pendidikan islam.

.
B.Rumusan Masalah

1.Apa Makna Alam Semesta?


2.Bagaimana Proses Penciptaan Alam Semesta?
3.Apa Tujuan Penciptaan Alam Semesta?
4.Bagaimana Implikasi Terhadap Pendidikan Islam?

C.Tujuan

1. Untuk Mengetahui Makna Alam Semesta


2. Untuk Mengetahui Bagaimana Proses Penciptaan Alam
Semesta.
3. Untuk Mengetahui Tujuan Penciptaan Alam Semesta
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Implikasinya Terhadap
Pendidikan Islam.

RESUME Ke 4

1. Makna Alam Semesta

Dalam bahasa latin, dunia atau alam semesta disebut dengan


kosmos. Sedangkan ilmu tentang alam dunia disebut cosmologi.
Sedangkan teori tentang penciptaan alam semesta disebut cosmogony,
yang berasal dari bahasa Yunani kosmos (dunia, alam raya) dan
gignesthai (lahir). Kosmologi adalah ilmu tentang alam semesta
sebagia sistem yang rasional dan teratur. Sedangkan secara tradisional
kosmologi dianggap sebagai cabang metafisika yang bergumul dengan
pernyataan-pernyataan mengenai asal dan susunan alam raya,
penciptaan dan kekelanannya, mekanisme waktu, ruang, dan
kausalitas.

Imam Al-Ghazali membagi alam menjadi dua bagian, alam


syahadah (alam benda) berkembang dan berubah-ubah, dan alam
ghaib yang dibagi lagi menjadi dua yaitu alam al-jabarut (alam
pertengahan antara benda dan roh), dan alam malakut (alam ma’ani
atau pengertian). Sedangkan Al- Syaibani, yang dimaksud alam jagat
atau natura ialah apapun selain Allah. Sebagian ulam membagi alam
itu menjadi empat yaitu roh, benda, waktu, dan tempat.

2. Proses Penciptaan Alam Semesta

Terdapat perbedaan pandangan di kalangan Muslim tentan asal


mula penciptaan alam semesta. Ada yang menyatakan alam semesta
diciptakan dari yang ketidaan menjadi ada. Ada pula yang
menyatakan bahwa alam semesta ini diciptakan dari materi atau
sesuatu yang sudah ada. Pendapat pertama ini selalu didasarkan pada
penggunaan kata khalaqa yang digunakan dalam penciptaan alam
semesta. Mereka berpendapat bahwa penggunaan kata khalaqa arti
menciptakan sesuatu dari bahan yang belum ada menjadi ada.
Pendapat kedua didasarka pada informasi al- Qur’an yang
mengidentifikasi bahwa alam semesta diciptakan dari suatu materi
yang sudah ada. Terlepas dari perbedaan pendapat diatas, al-Qur’an
menginformasikan bahwa alam semesta ini diciptakan Tuhan tidak
secara sekaligus atau sekali jadi, tetapi melalui serangkaian tahapan,
masa, atau proses.
3. Tujuan Penciptaan Alam Semesta

Secara eksplisit, Allah swt menegaskan bahwa Dia tidak


menciptakan langit, bimi, dan apa yang ada diantara keduanya secara
main-main, kecuali dengan al-haq yang berarti tidak ada ciptaan Allah
sekecil apa pun yang tidak memiliki arti atau makna. Dalam perspektif
islam, tujuan penciptaan alam semesta pada dasarnya adalah saran
untuk menghantarkan manusia pada pengetahuan dan pembuktian
tentang keberadaan dan kemahakuasaan Allah. Dan juga alam semesta
beserta segala sesuatu yang aa didalamnya di ciptakan untuk manusia.
Kemudian Allah menciptakan manusia sebagai khalifah didalamnya.
Meskipun alam semesta diciptakan untuk manusia bukan berarti
dapaat berbuat sekehebdak hatinya. Hal ini bermakna bahwa
kekuasaan manusia dialam semesta bersifat terbatas. Manusia hanya
dapat mengolah dan memanfaatkan alam semesta sesuai iradah atau
keingina Tuhan yang mengamanahkan alam semesta ini kepada
manusia.

4. Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam

Dalam islam, esensi alam semesta adalah selain dari Allah swt.
Dia adalah al- Rabb, yakni Tuhan Maha Pencipta (khaliq), yang
menciptakan seluruh makhluk, makro atau mikro kosmo. Sebagai
pencipta Dia juga yang memelihara dan mendidik seluruh alam.
Kesimpulan
Menurut Al-Syaibani , yang dimaksud alam jagat atau natura
ialah apapun selain Allah SWT. Cakrawala, langit dan bumi ,bintang
insan, tumbuhan dan sebagainya. Al-Qur’an menginformasikan bahwa
Proses penciptaan alam semesta .Bahwa Tuhan tidak sekaligus atau
sekali jadi dalam menciptakan alam semesta ini, tetapi melalui
serangkaian tahapan ,masa, atau proses.Dalam sejumlah surah Al-
Qur’an selalu menggunakan istilah fisittah ayyam. Yang
diterjemahkan dalam arti enam hari, enam masa, atau mungkin enam
periode.
Tujuan dari penciptaan alam semesta yaitu salah satunya ,
sebagai sarana untuk menghantarkan manusia pada pengetahuan dan
pembuktian tentang keberadan dan kemahakuasaan Allah SWT.
Adapun Implikasi terhadap pendidikan islam itu sendiri yaitu bahwa
pendidikan islam merupakan suatu proses atau tahapan diaman peserta
didik diberi bantuan kemudahan untuk mengembangkan potensi
,jismiah dan ruhaniyah sehingga fungsional untuk melaksanakan
fungsi dan tugas-tugasnya dalam kehidupan semesta, karena
merupakan proses atau tahapan.
Nama Tugas :Filsafat Pendidikan Islam.

Judul Resume :Hakikat Pendidik dalam Pendidikan Islam.

Nama :Nurkhopipah Hasibuan.

NIM :0303171038

Tujuan resume:Untuk mengetahui Makna Pendidik (Mua’lim,

, muaddib,dan murabbi). Tugas pendidik dalam

Penddikan islam , karakteristik kepribadian pendidik

Muslim.

Prodi :Bimbingan dan Konseling Islam (BKI).

Fakultas :Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).

Universitas :Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.


IDENTITAS BUKU

Nama Penulis :Prof.Dr.Al Rasyidin, M.Ag.

Judul Buku :Filsafat Pendidikan Islam Membangun Kerangka

Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi Praktek

Pendidikan Islam.

Cetakan :Kelima

Tahun Terbit :2017

Kota Terbit :Bandung

Penerbit :Citapustaka Media Perintis.


PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan


yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan
terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang
bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-institusi pendidikan saat ini
memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi tersebut masih
belum memproduksi individu-individu yang beradab. Sebabnya, visi
dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia
yang beradab, kurang diperhatikan dalam tujuan institusi pendidikan.

Penekanan kepada pentingnya peserta didik supaya hidup


dengan nilai-nilai kebaikan, spiritual dan moralitas juga seperti
terabaikan. Sorang pendidik tugasnya bukan hanya mentransper
ilmunya kepada peserta didik akan tetapi juga bertugas bagaimana
mendidik peserta didiknya agar menjadi insyan yang berakhlakul
karimah, sehingga kelak peserta didiknya menjadi insan yang
berpengetahuan dan berakhlakul karimah. Dengan demikian maka
pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak tersebut agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya.

Pendidik meruakan suatu subjek yang sangat penting dalam


melaksanakan suatu pendidikan baik itu pendidikan umum maupun
pendidikan islam, maka dari itu sangat penting mengetahui makna
pendidik ,tugas pendidik dalam pendidikan islam serta karakteristik
kepribadian muslim.
B.Rumusan Masalah

1. Apa Makna Pendidik (Mua’llim,muaddib,dan murabbi)?


2. Apa saja tugas Pendidik dalam Pendidikan Islam?
3. Bagaimana Karakteristik Kepribadian Pendidik Muslim?

C.Tujuan

1. Untuk Mengetahui Makna Pendidik (Pendidik (Mua’llim,


,muaddib,dan murabbi)
2. Untuk Mengetahui Untuk Mengetahui tugas Pendidik
dalam Pendidikan Islam
3. Untuk Mengetahui Karakteristik Kepribadian Pendidik
Muslim.

RESUME Ke 5

1. Makna Pendidik (mua’llim, muaddib, dan murabbi)

Dalam pengertian yang paling umum, pendidik adalah orang


yang tugasnya mendidik. Sedangkan dalam perspektif falsafat
pendidikan islami, pendidik adalah orang yang yang bertugas untuk
mengingatkan dan meneguhkan kembali perjanjian suci (syahadah)
yang pernah diikrakkan manusia di hadapan Tuhannya.
a. Mu’allim berarti orang yang memiliki ilmu pengethuan.
Dengan pengetahuannya itu, ia mampu menempatkan diri
secara tepat dan benar sebagai mu’allim yang bertugas
membantu peserta didik (muta’allim) dalam mengembangkan
diri dan potensi yang mereka miliki untuk sampai pada
syahadah kepada Allah Swt.
b. Murabbi berarti pendidik. Terma ini merupakan masdar dari
kata rabba yang berarti mengasuh, mendidik, dan memelihara.
Dijelaskan bahwa pendidik, Allah swt tahu betul segala
kebutuhan yang dididik-Nya, karena ia Zat Pencipta.
Perhatiannya tidak hanya terbatas terhadap kelompok manusia,
tetapi Dia juga memperhatikan dan mendidik seluruh
makhluk, dan kerenanya Dia digelar Rabb al-Alamin.
c. Muaddib, bermakna manusia yang beradab (insan adabi).
Dalam konteks ini, sebagai muaddib, pendidik adalah orang
yang bertugas menyemai dan menanamkan adab ke dalam diri
seseorang (mutaaddib).
2. Tugas Pendidik Dalam Pendidikan Islam

Menurut ahli-ahli pendidikaan islam, secara umum, tugas


pendidik adalah mendidik. Aktivitas mendidik itu sebahagian
dilakukan dalam bentuk mengajar, melayih, membimbing,
mengarahkan, memberi dorongan, menguji, memberi contoh atau
keteladanan, membiasakan, bahkan memberi hadiah dan hukuman.
Selain itu pendidik juga harus memotivasi, memberi penguatan, dan
memfasilitasi proses pembelajaran, agar peserta didik dapat
merealisasikan seluruh potensi yang dimilikinya secara maksimal.
3. Karakteristik Kepribadian Pendidik Islam

Dalam tataran praktikal menurut An-Nahlawi, seorang


pendidik Muslim haruslah sosok yang memiliki karakteristik sebagai
berikut:

a) Mempunyai watak dan sifat Rabbaniyah yang terwujud dalam


tingkah laku, dan pola pikirannya.
b) Bersifat ikhlas.
c) Bersifat sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan
kepada peserta didik.
d) Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.
e) Senantiasa membekali diri dengan ilmu dan kesedian diri
untuk terus mengkajinya.
f) Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi yang
sesuai dengan prinsip penentuan metode mengajar yang selaras
dengan materi pembelajaran.

Kesimpulan

Dalam perspektif pendidikan islam, pendidik adalah orang yang


bertugas untuk mengingatkan dan meneguhkan kembali perjanjian
suci (syahadah) yang pernah diikrarkan manusia dihadapan Tuhannya.
Dalam historika pendidikan islam ,masyarakat muslim mengenal
beberapa terminologi yang selalu digunakan untuk menyebut seorang
pendidik yaitu Mu’allim, Murabbi, Muaddib dan sebagainya.

Dalam islam tugas utama yang harus diemban seorang pendidik


adalah mengenalkan dan meneguhkan kembali perjanjian suci
manusia terhadap Allah Swt. tugas pendidik adalah mendidik.
Aktivitas mendidik itu sebahagian dilakukan dalam bentuk mengajar,
melayih, membimbing, mengarahkan, memberi dorongan, menguji,
memberi contoh atau keteladanan, membiasakan, bahkan memberi
hadiah dan hukuman

Menurut An-Nahlawi, seorang pendidik Muslim haruslah sosok


yang memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Mempunyai watak dan sifat Rabbaniyah yang terwujud dalam


tingkah laku, dan pola pikirannya.
b. Bersifat ikhlas.
c. Bersifat sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada
peserta didik.
d. Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.
e. Senantiasa membekali diri dengan ilmu dan kesedian diri untuk
terus mengkajinya.
f. Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi yang
sesuai dengan prinsip penentuan metode mengajar yang selaras
dengan materi pembelajaran.
Nama Tugas :Filsafat Pendidikan Islam.

Judul Resume :Hakikat Peserta didik dalam Pendidikan Islam.

Nama :Nurkhopipah Hasibuan.

NIM :0303171038

Tujuan resume:Untuk mengetahui Pengertian Peserta didik

(Muta’allim, mutaaddib,dan mutarabbi). Tugas dan

Kewajiban peserta didik dan sifat-sifat yang harus

dimiliki oleh ppeserta didik..

Prodi :Bimbingan dan Konseling Islam (BKI).

Fakultas :Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).

Universitas :Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.


IDENTITAS BUKU

Nama Penulis :Prof.Dr.Al Rasyidin, M.Ag.

Judul Buku :Filsafat Pendidikan Islam Membangun Kerangka

Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi Praktek

Pendidikan Islam.

Cetakan :Kelima

Tahun Terbit :2017

Kota Terbit :Bandung

Penerbit :Citapustaka Media Perintis.


PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan, ada beberapa pandangan yang


berkembang berkaitan dengan peserta didik. Ada yang dewasa, dan
karenanya, ia membutuhkan pengajaran,pelatihan dan menuju pada
kedewasaan. Ada pula yang berpendapat bahwa peserta didik adalam
manusia yang memiliki fitrah atau potensi untuk mengembangkan
diri. Fitrah atau potensi tersebut mencakup akal,hati, dan jiwa yang
manakala diberdayakan secara baik akan menghantarkan seseorang
bertauhid kepada Allah Swt.

Kemudian ada pula yang berpendapat bahwa peserta didik


adalah setiap manusia yang menerima pengaruh positif dari orang
dewasa atau pendidik. Dalam arti teknis, bahkan ada yang menyatakan
bahwa, peserta didik adalah setiap anak yang belajar di sekolah atau
lembaga-lembaga pendidikan formal.

Banyaknya sebutan disekitar kita mengenai peserta didik ini.


Ada yang menyebut murid, siswa, santri, amak didik, dan berbagai
sebutan lainnya. Murid misalnya, secara terminologi dapat diartikan
sebagai orang yang sungguh-sungguh mencari ilmu.

Maka dari itu sangat penting membahas dan mengetahui


bagaimana hakikat peserta didik dalam pendidikan islam.
B.Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Peserta didik (Muta’llim, mutaddib,dan


mutarabbi)?
2. Apa saja Tugasdan Kewajiban Peserta didik?
3. Bagaimana Sifat-sifat yang harus dimiliki Peserta didik?

C.Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Peserta didik (Muta’llim,


mutaddib,dan mutarabbi)
2. Untuk Mengetahui Tugasdan Kewajiban Peserta didik.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Sifat-sifat yang harus dimiliki
Peserta didik.

RESUME Ke 6

1. Pengertian Peserta Didik (Muta’allim, Mutaaddib, dan


Mutarabbi)
Dalam perspektif falsafah pendidikan islami, seluruh makhluk
pada dasarnya adalah peserta didik. Sebab, dalam Islam, sebagai
Murabbi, Mu’allim, atau Muaddib, Allah Swt pada hakikatnya adalah
pendidik bagi seluruh makhluk ciptaan-Nya.

Mutarabbi adalah peserta didik dalam arti manusia yang


senantiasa membutuhkan pendidikan, baik dalam arti pengasuhan dan
pemeliharaan fisik-biologis, penambahan pengetahuan dan
ketrampilan, tuntunan dan pemeliharaan diri, serta pembimbingan
jiwa. Mutaaddib adalah semua manusia yang senantiasa berada dalam
proses mendisiplinkan adab ke dalam jism dan ruh-nya.
2. Tugas dan Kewajiban Peserta Didik

Dalam konteks ini, tugas utama setiap peserta didik adalah


mempelajari al-‘ilm dan mempraktikan atau mengamalkannya
sepanjang kehidupan. Berkenaan dengan tugas utama yang harus
dilakukan peserta didik ini, Rasulullah Saw melalui satu hadis
menegaskan: memuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap
Muslim dan Muslimat. Berkenaan dengan tanggung jawab, dalam
perspektif falsafah pendidikan islam, tanggung jawab utama peserta
didik adalah memelihara agar semua potensi yang dianugrahkan Allah
Swt kepadanya dapat diberdayakan sebagaimana mestinya. Demikian
pula, dimensi ruhiyah juga wajib dipelihara, agar bias difungsikan
sebagai energi atau kekuatan untuk melakukan aktivitas belajar.

3. Sifat-Sifat yang Harus Dimiliki Peserta Didik

Dalam perspektif Falsafat Pendidikan Islam, kepemilikan sifat-


sifat itu merupakan prasyarat untuk mempermudah jalannya proses
pembelajaran, berhasilnya pencapaian tujuan, berkahnya ilmu
pengetahuan, dan kemampuan mengamalkan ilmu dalam kehidupan.
Sesuai dengan karakter dasarnya, dalam Islam, ilmu itu datangnya dari
al-Haq. Sifat utama dan pertama yang harus dimilki peserta didik
adalah mensucikan diri atau jiwanya (tazkiyah) sebelum menuntut
ilmu pengetahuan.
Kesimpulan

Dalam perspektif Filsafat Pendidikan Islami, pada hakikatnya


semua manusia adalah peserta didik. Dalam tradisi pendidikan islam ,
ada beberapa ungkapan yang digunakan untuk menyebut peserta didik
yaitu, thalib al-ilm, merujuk pada nomenklatur islam terma mutarabbi
,muta’allim, dan mutaaddib juga merupakan istilah yang digunakan
untuk menyebut peserta didik.

Tugas utama dan kewajiban utama peserta didik adalah


memelihara agar semua potensi yang dianugrahkan Allah Swt
kepadanya dapat diberdayakan sebagaimana mestinya. Demikian pula,
dimensi ruhiyah juga wajib dipelihara, agar bias difungsikan sebagai
energi atau kekuatan untuk melakukan aktivitas belajar.

Sifat utama dan pertama yang harus dimilki peserta didik adalah
mensucikan diri atau jiwanya (tazkiyah) sebelum menuntut ilmu
pengetahuan.
Nama Tugas :Filsafat Pendidikan Islam.

Judul Resume :Hakikat Kurikulum dalam Pendidikan Islam.

Nama :Nurkhopipah Hasibuan.

NIM :0303171038

Tujuan resume:Untuk mengetahui pengertian kurikulum Pendidikan

Islam, ruang lingkup kurikulum pendidikan islam,

Asas-asas, kurikulum pendidikan islam. Karakteristik

Kurikulum pendidikan islam.

Prodi :Bimbingan dan Konseling Islam (BKI).

Fakultas :Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).

Universitas :Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.


IDENTITAS BUKU

Nama Penulis :Prof.Dr.Al Rasyidin, M.Ag.

Judul Buku :Filsafat Pendidikan Islam Membangun Kerangka

Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi Praktek

Pendidikan Islam.

Cetakan :Kelima

Tahun Terbit :2017

Kota Terbit :Bandung

Penerbit :Citapustaka Media Perintis.


PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat


menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum
merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus
sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan
tingkat pendidikan. Setiap pendidik harus memahami perkembangan
kurikulum, karena merupakan suatu formulasi pedagogis yang paling
penting dalam konteks pendidikan, dalam kurikulum akan tergambar
bagaimana usaha yang dilakukan membantu siswa dalam
mengembangkan potensinya berupa fisik, intelektual, emosional, dan
sosial keagamaan dan lain sebagainya.
Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih
dan menentukan tujuan pembelajaran, metode, teknik, media
pengajaran, dan alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk
itu, dalam melakukan kajian terhadap keberhasilan sistem pendidikan
ditentukan oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik,
intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum yang tepat
guna. Oleh karena itu, sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga
kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum serta
berusaha mengembangkannya. Maka dari itu sangat penting
mengetahui hakikat kurikulum dalam pendidikan islam.
B.Rumusan Masalah

a. Apa Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam?


b. Bagaimana Ruang Lingkup Kurikulum Pendididkan
Islam?
c. Apa saja Asas-asas- Kurikulum Pendidikan Islam serta
karakteristik kurikulum pendidikan islam?

C.Tujuan

1) Untuk Mengetahui Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam


2) Untuk Mengetahui Ruang Lingkup Kurikulum Pendididkan
Islam.
3) Untuk Mengetahui Asas-asas- Kurikulum Pendidikan Islam
serta karakteristik kurikulum pendidikan islam.

RESUME Ke 7

1. Pengertian Kurikulum Pendidikan Islam

Secara etimologi kata kurikulum berasal dari bahasa Yunani,


yaitu curere, yang berarti berlari. Penggunaan kata ini dihubungkan
dengan curier atau kurir yang menjadi penghubung dalam
menyampaikan sesuatu kepada orang lain dimana ia harus menempuh
perjalanan (jarak) untuk mencapai tujuan. Secara terminologi, kata
kurikulum bias dimaknai sebagai: (1) circle of instruction, yaitu
lingkaran pengajaran dimana guru dan murid terlibat didalamnya, (2)
seluruh program pembelajaran atau pengalaman pendidikan yang
dipersiapkan oleh perancang pendidikan, sekolah, pendidik atau guru
untuk menghantarkan peserta didik ke arah tujuan pendidikan. Dalam
kosa kata Arab, istilah yang selalu digunakan untuk menyebutkan
kurikulum pendidikan adalah manhaj yang berarti jalan terang yang
harus dilalui pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang dididik
atau dilatihnya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan
sikap-sikap mereka.

2. Ruang Lingkup Kurikulum Pendidikan Islam

Secara umum, cakupan kurikulum pendidikan islam meliputi


seluruh kawasan kehidupan manusia Muslim, baik dalam ruang
lingkup wilayah kekhilafahan maupun pengabdiannya kepada Allah
Swt sebagai makhluk ibadah.karena itu, dalam konteks wilayah
kekhilafahan manusia, maka kurikulum pendidikan islam harus
memuat tentang

a. Hakikat manusia sebagai: (1) kreasi atau makhluk yang


diciptakan Allah Swt, (2) makhluk yang dianugrahkan potensi
jismiyah dan ruhiyah sehingga berkemampuan membelajarkan
diri, dan (3) makhluk yang dipilih sebagai khalifah di muka
bumi yang diberi tugas untuk memimpin dan memakmurkan
kehidupan di dalamnya.
b. Kapasitas atau kemampuan manusia dalam meneladani dan
mengembangkan sifat-sifat Ketuhanan yang tersimpul dalam al-
asma al-husna ke dalam dirinya.
c. Adab atau akhlak al-Karimah, yakni nilai-nilai universal untuk
menata kehidupan sendiri, masyarakat, dan alam semesta yang
sejahtera, anggun, dan mulia.
d. Al-‘Ilm, yaitu ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia
untuk mmampu menjalankan tugas kekhalifahannya, baik ilmu-
ilmu yang didatangkan Allah Swt melalui nabi dan rasul-Nya.
e. Sunnah Allah, yaitu perubahan dan perkembangan alam serta
kehidupan manusia dimana mereka dipersyaratankan untuk
membekali diri dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan
kepribadian.
3. Asas-Asas Kurikulum Pendidikan Islam
Secara etimologi, asas bermakna hukum dasar sesuatu yang
menjadi tumpuan berpikir, atau dasar cita-cita. Kata ini sebenarnya
berasal dari kosa kata Arab, yaitu al-Asas yang bermakna fundamen
(alas, dasar) bangunan atau dapat juga berarti asal, pangkal, atau dasar
dar isegala sesuatu. Karenanya, yang dimaksud dengan asas dalam
bahasan ini adalah landasan yang menjadi dasar dalam pembentukan
kurikulum pendidikan islam. Menurut Al-Syaibany (yang dikutip oleh
Prof. Dr. Al Rasyidin, M.Ag) mengemukakan bahwa asas-asas umum
yang menjadi landasan pembentukan kurikulum dalam pendidikan
islam itu adalah:
a. Asas Agama

Seluruh sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk


sistem pendidikannya harus meletakkan dasar falsafah, tujuan, dan
kurikulumnya pada ajaran Islam yang meliputi aqidah, ibadah,
muamalah dan hubungan-hubungan yang berlaku di dalam
masyarakat. Hal ini bermakna bahwa semua itu pada akhirnya harus
mengacu pada dua sumber utama syari’at Islam, yaitu al-Qur’an dan
Sunnah dan sumber-sumber cabang lainnya, seperti ijima’, qiyas,
kepentingan umum, dan yang dianggap baik (istihsan).
b. Asas Falsafah
Dasar ini memberikan arah dan kompas tujuan pendidikan
islami. Dengan dasar filosofis, susunan kurikulum pendidikan islam
akan mengandung kebenaran, terutama dari sisi nilai-nilai sebagai
pandangan hidup yang diyakini kebenerannya.
c. Asas Psikologi
Kurikulum pendidikan islam harus dirancang sejalan dengan
ciri-ciri perkembangan pserta didik, tahap kematangan bakat-bakat
jasmani, intelektual, bahasa, emosi dan sosial, kebutuhan dan
keinginan, minat, kecakapan, perbedaan individual dan yang
berhubungan dengan aspek-aspek psikologis peserta didik.
d. Asas Sosial

Pembentukan kurikulum pendidikan islam harus mengacu


kearah realisasi diri individu ke dalam masyarakat. Ini berarti bahwa
kencenderungan dan perubahan yang telah dan bakal terjadi dalm
perkembangan masyarakat manusia sebagai makhluk sosial harus
mendapat tempat atau perhatian dalam kurikulum pendidikan islami.

4. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam

Karakteristik metode pendidikan Islam tentunya sesuai dengan


karakteristik pendidikan Islam itu sendiri. Karakteristik yang paling
menonjol adalah pendikan Islam berdasarkan kepada al-Qur’an dan
Sunnah serta pendidikan Islam sarat nilai (full value) bukan bebas
nilai.
Kesimpulan.

Dalam perspektif falsafah pendidikan islami, kurikulum


pendidikan pada dasarnya adalah alat atau instrumen untuk mendidik
peserta didik dalam mengembangkan potensi jismiyah dan ruhiyahnya
agar mereka kelak mampu mengenali kembali dan meneguhkan
syahadah primordialnya terhadap Allah Swt. Aktualisasi konkrit dari
syahadah primordial itu adalah kemampuan mereka dalam
menjalankan fungsi sebagai ‘abd Allah dan tugasnya sebagai khalifah.
Ruang lingkup kurikulum pendidikan islam meliputi seluruh
kawasan kehidupan manusia Muslim,baik dalam ruang lingkup
wilayah kekhilafahan maupun pengabdiannya kepada Allah Swt
sebagai makhluk ibadah.
Asas- asas Kurikulum Pendidikan Islam yaitu:
1. Asas Agama
2. Asas Falsafah
3. Asas Psikologis
4. Asas Sosial

Karakteristik kurikulum pendidikan islam yaitu tidak hanya


menempatkan peserta didik sebagai objek didik, melainkan juga
sebagai subjek didik yang memiliki potensi dan sedang berada dalam
proses pngembangan diri menuju kedewasaan sesuai dengan ajaran
islam.
Nama Tugas :Filsafat Pendidikan Islam.

Judul Resume :Hakikat Ganjaran dan Hukuman dalam Pendidikan

Islam.

Nama :Nurkhopipah Hasibuan.

NIM :0303171038

Tujuan resume:Untuk mengetahui Pengertian ganjaran dan hukuman

dalam pendidikan islam, tujuan penerapan ganjaran

dan hukuman dalam pendidikan islam,bentuk-bentuk

ganjaran dan hukuman dalam pendidikan islam.dan

dasar pertimbangan dan prosedur implementasi

ganjaran dan hukuman dalam pendidikan islam.

Prodi :Bimbingan dan Konseling Islam (BKI).

Fakultas :Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).

Universitas :Universitas Islam Negeri Sumatera Utara


IDENTITAS BUKU

Nama Penulis :Prof.Dr.Al Rasyidin, M.Ag.

Judul Buku :Filsafat Pendidikan Islam Membangun Kerangka

Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi Praktek

Pendidikan Islam.

Cetakan :Kelima

Tahun Terbit :2017

Kota Terbit :Bandung

Penerbit :Citapustaka Media Perintis.


PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ganjaran Hukuman memiliki prinsip yang saling bertentangan,


jika ganjaran diberikan atas perbuatan-perbuatan atau hal-hal yang
baik yang telah dilakukan peserta didik, maka hukuman dijatuhkan
karena perbuatan-perbuatan yang jahat atau buruk yang telah
dilakukannya. Ini dilakukan untuk memperbaiki kelakuan, perbuatan
dan budi peserta didiknya. Relevansi ganjaran dan hukuman
hendaknya dilihat kea rah tabiat atau sifat dasar manusia melalui
pengaruhnya atau keamanan individu dan pilihan-pilihan yang
dilakukan. Maka hal ini akan mengacu kepada pengujian terhadap
kekuatan motivasi.
Ganjaran dan hukuman adalah sebagai alat pendidikan.
Ganjaran sebagai salah satu alat pendidikan yang diberikan kepada
murid sebagai imbalan terhadap prestasi yang dicapainya. Dengan
ganjaran itu diharapkan anak terangsang dan terbiasa dengan tingkah
laku yang baik. Sedangkan hukuman adalah tindakan paling akhir
diambil apabila teguran dan peringatan belum mampu untuk
mencegah anak melakukan pelanggaran.
B.Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Ganjaran dan Hukuman dalam Pendidikan


Islam?
2. Apa Tujuan Penrapan Ganjaran dan Hukuman dalam
Pendidikan Islam?
3. Bagaimana Bentuk-bentuk Ganjaran dan Hukuman dalam
Pendidikan Islam?
4. Bagaimana Dasar Pertimbangan dan Prosedur Implementasi
Ganjaran dan Hukuman dalam Pendidikan Islam?

C.Tujuan

1. Untuk Mengetahui Pengertian Ganjaran dan Hukuman dalam


Pendidikan Islam.
2. Untuk Mengetahui Tujuan Penrapan Ganjaran dan Hukuman
dalam Pendidikan Islam.
3. Untuk Mengetahui Bentuk-bentuk Ganjaran dan Hukuman
dalam Pendidikan Islam.
4. Untuk Mengetahui Dasar Pertimbangan dan Prosedur
Implementasi Ganjaran dan Hukuman dalam Pendidikan
Islam.
RESUME Ke 8

1. Pengertian Ganjaran dan Hukuman Dalam Pendidikan Islam

Secara etimologi, kata ganjaran berasal dari kata ganjar yang


berarti memberi hadiah atau upah. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia disebutkan bahwa ganjaran adalah hadiah (sebagai
pembalas jasa). Dari definisi ini dapat dipahami bahwa ganjaran
dalam Bahasa Indonesia bisa dipakai untuk balasan yang baik maupun
balasan yang buruk. Dalam bahasa Arab, reward (ganjaran)
diistilahkan dengan tsawab. Kata ini banyak ditemukan dalam Al-
Quran, khususnya ketika membicarakan tentang apa yang akan
diterima oleh seseorang, baik di dunia maupun di akhirat dari amal
perbuatannya.
Secara etimologi, hukuman berarti siksa dan sebagainya, yang
dikenakan kepada orang yang melanggar undang - undang dan
sebagainya. Dari sisi ini, hukuman pada dasarnya perlakuan tidak
menyenangkan yang ditimpakan pada seseorang sebagai konsekuaensi
atau perbuatan tidak baik yang telah dilakukannya. Bila dikaitkan
dengan dunia pendidikan, hukuman adalah tindakan yang dijatuhkna
kepada anak secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa,
dan dengan adanya nestapa itu anak menjadi sadar akan perbuatannya
dan berjanji dalam hatinya untuk tidak mengulanginya.
2. Tujuan Penerapan Ganjaran dan Hukuman dalam Pendidikan
Islam
Kalangan pemikir dan pendidik muslim memberi jawaban pro
dan kontra tentang perlunya penerapan hukuman dalam pendidikan.
Kelompok yang pro berpendapat bahwa hukuman diperlukan sebagai
instrument untuk: (1) memelihara perilaku peserta didik agar tetap
berada pada kebaikan, (2) merubah perilaku kurang atau tidak baik
peserta didik kea rah perilaku yang baik atau terpuji. Sejalan dengan
hal diatas Atiyah al-Abrasyi berpendapat bahwa, hukuman hukuman
di sekolah dibuat bukan untuk pembalasan dendam, tetapi untuk
memperbaiki anak-anak yang dihukum dan melindungi murid-murid
lain dari kesalahan yang sama. Anak-anak yang sembrono dengan
peraturan-peraturan dalam ruang kelas harus disingkirkan dari anak-
anak lain karena ia tidak menghormati hak orang banyak serta
kemaslahatan mereka. Dengan demikian, hal ini dapat melindungi
anak-anak lain dari sifat-sifat jahatnya.

3. Bentuk – Bentuk Ganjaran dan hukuman dalam Pendidikan


Islam
Secara umum, hukuman diklasifikasikan ke dalam dua bentuk,
yaitu bentuk fisik dan non fisik. Dalam al-Quran, hukuman yang
berbentuk fisik biasa berupadipukul (dharaba dicambuk (jild),
dipotong tangan (qath’), dibunuh (qatl), didenda (diyat), dan
dipenjarakan atau diisolasi (ta’jir). Sedangkan hukuman non fisik bias
berupa dihinakan Allah Swt hidupnya didunia, tidak ditegur Allah Swt
di akhirat, diterpa kegelisahan bathin, dosa, dan lain-lain.
Maka dalam konteks pendidikan islami, bentuk hukuman juga
dapat diklasifikasikan kedalam dua macam. Pertama, hukuman fisik,
yaitu perlakuan kurang atau tidak menyenangkan yang diterima
seseorang dalam bentuk fisik atau material sebagai konsekuensi logis
dari perbuatan tidak baik (;amal al-syai’at) atau prestasi buruk yang
ditampilkan atau diraihnya. Implementasi hukuman yang berbentuk
fisik bisa diberikan para pendidik dalam bentuk memukul,
mewajibkan melakukan tugas-tugas fisik seperti membersihkan kamar
mandi, berdiri di depan kelas, dan lain-lain. Kedua, hukuman non
fisik, yaitu perlakuan kurang atau tidak menyenangkan yang diterima
seseorang dalam bentuk non fisik sebagai konsekuensi logis dari
perbuatan tidak baik (‘amal al-syai’at) atau prestasi buruk yang
ditampilkan atau diraihnya. Misalnya dalam bentuk memarahinya,
memberi peringatan disertai ancaman, dan lain-lain. Prinsip pokok
dalam mengaplikasikan pemberian hukuman, yaitu bahwa hukuman
adalah jalan yang terakhir dan harus dilakukan secarta terbatas dan
tidak menyakiti anak didik. Tujuan utama dari pendekatan ini adalah
untuk menyadarkan peserta didik dari kesalahan-kesalahan yang ia
lakukan.

4. Dasar Pertimbangan dan Prosedur Implementasi Ganjaran dan


Hukuman dalam Pendidikan Islam
Meskipun hampir semua pakar dan pendidik muslim sepakat
penggunaan pemberian ganjaran dalam pendidikan, namun mereka
memperingatkan agar paran pendidik bersikap hati-hati dalam
implementasinya. Sebab, bila tidak hati-hati pemberian ganjaran itu
justru bias kontra produktif atau tidak tepat sasaran sesuatujuannya.
Pemberian ganjaran kepada peserta didik perlu memperhatikan
beberapa hal berikut :
a. Berikan ganjaran atas perbuatan atau prestasi yang dicapai
peserta didik, bukan atas dasar pribadinya.
b. Berikan penghargaan yang sesuai atau proporsional dengan
prilaku atau prestasi yang diraih peserta didik.
c. Sampaikan penghargaan untuk hal-hal yang positif, tetapi
jangan terlalu sering.
d. Jangan memberikan penghargaan disertai dengan ungkapan
membandingbandingkan seorang peserta didik dengan orang
lain.
e. Pilihlah bentuk penghargaan yang sesuai dengan kebutuhan
peserta didik.

Kesimpulan

Dalam perspektif falsafah pendidikan islami, ganjaran dan


hukuman pada dasarnya adalah instrumen yang digunakan untuk
merubah perilaku (pikiran, perasaan, tindakan dan tutur kata ) yang
tidak baik atau kurang terpuji ke arah yang baik atau terpuji. Tujuan
pokoknya adalah memberikan penguatan dan motivasi (motivation
and reinforcement) agar seseorang terus istiqamah dalam beramal
kebajikan atau berbuat yang terbaik dalam seluruh perilakunya
sepanjang kehidupan di muka bumi ini.

Berdasarkan Informasi Al-Qur’an dalam konteks pendidikan


islami, bentuk ganjaran dan hukuman ada 2 macam yaitu:

1. Ganjaran Fisik
2. Ganjaran non fisik

Dasar pertimbangan dan prosedur implementasi ganjaran dan


hukuman dalam pendidikan islam yaitu:

Abdur Rahman Shahih Abdullah dalam konteks ini


mengharuskan agar setiap pendidik terlebih dahulu mencapai predikat
‘alim sebelum mereka memberikan ganjaran kepada peserta didiknya .
Hal tersebut dimaksudkan agar ganjaran yang diberikan benar-benar
bernilai guna bagi peserta didik. Sebab, peserta didik akan tersentuh
jiwanya manakala ganjaran tersebut dianugrahkan oleh seorang
pendidik yang berkarakter mulia.

Para pakar pendidikann islam sepakat bahwa hukuman tidak


diperlukan manakala masiih ada instrumen lain yang bisa digunakan
untuk memelihara fitrah peserta didik agar tetap beriman atau
bersyahadah kepada Allah Swt. Membina kepribadian mereka agar
tetap istiqamah dan berakhlaq al-karimah , dan mempernaiki diri
peserta didik dari berbagai kesalahan yang telah dilakukannya.
Hukuman baru akan diperlukan dan bisa dilaksanakan ketika diyakini
bahwa hampir tidak ada lagi instrumen lain yang bisa digunakan untuk
memelihara, membina atau menyadarkan anak didik dari kesalahan
yang telah dilakukannya. Keputusan untuk menjatuhkan hukuman
tersebut pun harus didasarkan pada pertimbangan yang matang (aqly
dan naqly) dan harus dengan tujuan memperbaiki diri anak didik dan
mengarahkannya kembali kepada kebenaran.

Anda mungkin juga menyukai