Anda di halaman 1dari 9

Mujahadah ialah salah satu istilah yang sering kita jumpai dalam pengajian ilmu

tasawwuf atau akhlak. Perkataan “mujahadah” berasal daripada perkataan“jihad”, yang


bererti usaha yang bersungguh-sungguh untuk mencapai kebaikan yang diredai Allah. Ia juga
membawa pengertian penentangan (perlawanan) terhadap anasir-anasir yang hendak
merosakkan negara dan lain-lain seperti hawa nafsu, diktator, kezaliman dan sebagainya.
Dalam ilmu tasawwuf, mujahadah lebih menitikberatkan kepada usaha melawan hawa nafsu
secara bersungguh-sungguh untuk mencapai reda Allah. Orang yang bermujahadah dipanggil
mujahid (bukan mu jahat). Al marhum Said Hawwa dalam kitabnya ‫ الروحية تربتنا‬menyebut
rukun mujahadah ada empat iaitu pertama memencilkan diri, kedua diam, ketiga berlapar dan
keeempat berjaga malam.

1. Memencilkan diri (al uzlah) Yang didekehendaki dengan al-uzlah di sini ialah
memencilkan diri daripada segala kekufuran, kemunafikan dan pembuat kejahatan, termasuk
menjauhkan diri daripada majlis yang mempersendakan ayat-ayat Allah. “Dan aku akan
menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa
kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku".
(Maryam:48) Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat kami,
maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. dan jika
syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama
orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu). (al an’am:68) Walau
bagiamanpun uzlah ini bukanlah berpanjangan sepanjang masa. Ianya merupakan ubat hati
untuk melawan sifat mazmumah. Sekiranya hati sudah terubat dan tidak terikut kepada
kejahatan maka hendaklah dizahirkan kebenaran di hadapan kebathilan sebagaimana hadis
nabi SAW: “Tetap akan ada dalam kalangan umatku yang menzahirkan kebenaran, mereka
tidak akan terhina dengan penghinaan yang dilemparkan kepada mereka..”. 2. Berdiam (as
somt) Orang tua-tua ada berkata “Sebab pulut santan binasa, sebab mulut badan binasa”.
sabda nabi SAW yang bermaksud “ Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat
maka hendaklah ia berkata perkataan yang baik ataupun dia diam”. As somt yang
dikehendaki di sini ialah menjaga lidah daripada daerah dosa dan lagha seperti mengumpat,
mencaci, mengadu domba, bertengkar, memaki hamun, bercakap perkara yang sia-sia dan
sebagainya. Sekiranya kedaan memerlukan kita untuk bercakap atau bersuara, seperti amar
makruf nahi mungkar, mengajar manusia tentang Islam, maka ketika itu berdiam adalah
haram. Diam adalah wasilah untuk mencapai reda Allah. Ianya bukanlah matlamat dalam
kehidupan kita. 3. Berlapar (al ju’) Hukum asal dalam soal makan minum ialah makan untuk
menguatkan tubuh badan supaya dapat mengerjakan suruhan Allah. Membazir dan berlebihan
adalah dilarang. Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)
masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (al a’raf:31) Orang yang sentiasa berlapar akan
dikurniai kejernihan hati dan hikmah. Lapar akan melemahkan hawa nafsu untuk
mengerjakan kejahatan. Di antara rukun Islam ialah berpuasa. Puasa disifatkan oleh nabi
SAW sebagai pendinding diri daripada mengerjakan sesuatu yang dilarang. Sabda nabi SAW:
“Wahai para pemuda! Barangsiapa yang mampu berkahwin, maka kahwinlah. Sesungguhnya
dengan berkahwin dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Barangsiapa yang
tidak mampu maka hendaklah ia berpuasa kerana puasa itu adalah pendinding”. 4. Berjaga
malam (as sahr) Islam mengajar umatnya supaya pandai mengurus dan membahagikan masa.
Sekiranya kita tidak pandai mengurus masa tidur, maka ianya boleh menyebabkan kita
mengalami kerugian yang besar. Kita berkemungkinan tidak dapat solat subuh berjamaah,
beristighfar pada waktu fajar, solat tahajjud dan solat isya’ berjamaah. “Sesungguhnya orang-
orang yang bertaqwa itu berada dalam taman-taman (syurga) dan mata air-mata air, Sambil
menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah
orang-orang yang berbuat kebaikan. Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan
selalu memohonkan keampunan pada waktu pagi sebelum fajar. “ (az zariyat:15 – 18). “Hai
orang yang berselimut (Muhammad), Bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali
sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau
lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya kami
akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam
adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya
kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu,
dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (al muzzammil:1 – 8) Amat malang
pada zaman sekarang ini manusia berjaga malam bukan untuk beribadat tapi untuk buat
maksiat. Keindahan malam yang mahal harganya ditukar dengan noda dan dosa. Lebih malag
lagi sekiranya solat subuh tidak terlaksana apatah lagi solat tahujjud. Orang lain solat tahujjud
kita bangun terkejut Cheap Offers: http://bit.ly/gadgets_cheap
Muraqabah

Muraqabah secara bahasa diartikan dengan kata kelanggengan dalam memperhatikan tujuan
(al-maqsud) .

Secara istilah adalah kesadaran hati seseorang bahwa dia senantiasa diawasi oleh allah baik
perbuatan lahiriyah maupun kondisi batinnya.

Pandangan ini sebagaimana dijelaskan dalam kitab mauijjah almukminin yang menjelaskan
hakikat muraqabah sebagai berikut, muraqabah ialah kesadaran, pengawasan oleh zat yang
menjaga dirinya selalu menaruh perhatian kepadanya. Kondisi ini telah menjadi kondisi batin
seseorang akibat buah dari ma’rifat kepadanya serta menghasilkan bernagai amalan lahiriyah
dan kondisi batiniyah dalam beramal.

Dari hakikat muraqabah diatas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan

1. pengawasan oleh allah

2. selalu menaruh perhatian kepada allah

3. kondisi batin

4. buah dari ma’rifat kepada allah

5. menumbuhkan amaliyah lahiriyah dan kondisi batin dalam beramal juga baik. Berikut
keterangan mengenai 5 hal tersebut

1. pengawasan oleh allah. Sebagai hambanya dia menyadari bahwa allah selalu mengawasi
dirinya pengawasannya tidak hanya pada hal-hal yang lahiriyah saja namun juga pada hal-hal
yang batiniyah bahkan sampai yang terlintas didalam hati juga diketahui. Sebagaimana dalam
firman allah dalam Q.S Al-A’la ayat 7

2. Selalu menaruh perhatian kepada allah. Sebagai hambanya setelah menyadari bahwa
dirinya selalu diawasi oleh Allah maka dia berusaha(mujahadah) terus-menerus untuk
menaruh perhatian kepada Allah sehingga tidak ada waktu sedetikpun untuk tidak berzikir,
beramal dan berdoa kepadanya.sebagaimana firman allah dala Q.S al ankabut ayat 69:
3. kondisi batin. Sebagai seorang hamba yang sudah menaruh perhatian kepada pengawasan
al-haqq maka dia selalu menjaga kondisi batinnya agar tetap stabil walaupun dihadapkan
dengan ujian dan tantangan. Sebaimana firman dalam Q.S al Jin ayat 16.

Bahkan dia selalu mengatakan didalam hatinya bahwa semua datang dari al-haqq dan
kembali kepadanya

4. buah ma’rifah(kenal) kepada al haqq. Kesadaran bahwa dirinya senantiasa merasa diawasi
olehnya sebagai buah dari ma’rifah(kenal) nya dengan al haqq. Seseorang yang kenal kepada
al haqq melalui 2 jalan, yakni jalan di al burhan dan dengan jalan al iyan.

5. membuahkan amaliyah lahiriyah dan kondisi batiniyah dalam beramal baik dan bahkan
memilih yang lebih baik, oleh karena itu al Ghazali mengingatkan agar seorang hamba dalam
beramal memperhatikan 3 hal yaitu

1. sebelum beramal

Hendaknya menaati hati dengan niat yang baik dan tulus karena al haqq dan mengharap
ridhonya, bukan karena menuruti hawa nafsu atau mengkuti ajakan setan yang terkutuk.
Sebaimana firman Allah dalam Q.S Al Bayyinah ayat 5

‫الد ي َن ُح ن َف َا َء‬ ِ ُ ‫ص ي َن ل َ ه‬ ‫َو َم ا أ ُ ِم ُر وا إ ِ اَّل لِ ي َعْ ب ُد ُوا ا‬


ِ ِ‫َّللا َ ُم ْخ ل‬
َ ِ‫الز كَ ا ة َ ۚ َو َٰذ َ ل‬
‫ك ِد ي ُن الْ ق َ ي ِ َم ِة‬ ‫ص ََل ة َ َو ي ُ ْؤ ت ُوا ا‬ ‫َو ي ُقِ ي ُم وا ال ا‬
Artinya:

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

Selain itu dia harus bisa mensejajarkan ketulusannya dengan cahaya kebenaran apabila sudah
sejajar antara keduanya maka dipersilahkan amalnya untuk diteruskan hingga selesai. Kalau
ternyata ditengah-tengah beramalnya ada selain al haqq meliputi hatinya hendaklah ia merasa
mal kepada al haqq.
2. pada saat beramal hendaknya berusaha agar amaliyah nya dilaksanakan sesempurna
mungkin bukan hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Beramal kebaikan yang sempurna
sebagai contoh

1. ketika menunaikan solat hendaknya di tunai dengan sempurna dengan menunaikan solat
sunnah yang dianjurkan baik qabliyah maupun ba’diyah.

2. ketika mngeluarkan sedeqah hendaknya dari harta yang halalan dan tayyiban yakni dari
hasil usaha yang benar bukan hasil melakukan dusta dalam usaha serta bukan dari hasil
korupsi.

3. usai beramal hendaknya menjaga amalnya agar membawa manfaat untuk dirinya dan orang
lain sebagaiman contoh berikut:

1. amalan solat kita bisa berpengaruh pada perbuatan-perbuatan lain dimasyarakat


sebagaimana firman allah dalm Q.S al Ankabut ayat 45

2. amal sadaqah kita hendaknya jangan dirusakkan sendiri datau karena orang lain, amaka
amalannya menjadi rusak sebagaimana firma Allah dalam Q.S Al Baqarah ayat 264

3. ketika usai menunaikan haji hendaknya dijaga agar menjadi haji yang mabrur yakni haji
yang bisa menjadikan amalan sesudah haji menjadi lebih baik dibandingkan dengan amalan
sebelumnya, sebagaiman sabda Rasul SAW.

https://almanhaj.or.id/3370-tanda-tanda-haji-mabrur.html

Sikap Muraqabah Dalam Al-Qur’an


Jika diperhatikan dalam al-Qur’an, akan dijumpai banyak sekali ayat-ayat yang menggambarkan
mengenai sikap muraqabah ini, dalam artian bahwa Allah senantiasa mengetahui segala gerak-gerik,
tingkah laku, guratan-guratan dalam hati dan lain sebagainya. Sehingga benar-benar tiada tempat
untuk berlari bagi esan dari pengetahuan Allah SWT. Sebagai contoh Allah mengatakan dalam al-
Qur’an:
1. Pengetahuan Allah tentang apa yang ada dalam hati kita (QS. 2: 284):
ِّ‫ت فّي َما ّ َلِل‬
ِّ ‫س َم َوا‬ ِ ّ ‫ن اْأل َ ْر‬
َ ‫ض فّي َو َما ال‬ ِْ ‫س ُك ِْم فّي َما ت ُ ْبدُوا َو ّإ‬ ّ ُ‫س ْب ُك ِْم ت ُْخفُوهُِ أ َ ِْو أ َ ْنف‬ َِ ‫ن فَيَ ْغ ّف ُِر‬
ّ ‫ّللاُ ّب ِّه يُ َحا‬ ِْ ‫ّب يَشَا ُِء ّل َم‬
ُِ ‫َويُعَذ‬
ِْ ‫ّللاُ يَشَا ُِء َم‬
‫ن‬ َِ ‫على َو‬ َ َ ‫قدّيرِ ش َْيءِ ك ُِّل‬ َ
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu
menampakkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah
akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni
siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.”

Dalam ayat lain, Allah mengatakan: (QS. 3: 29)


ِ‫ن قُ ْل‬
ِْ ‫ُور ُك ِْم ّفي َما ت ُْخفُوا ّإ‬
ّ ‫صد‬ُ ‫ّللاُ َي ْعلَ ْم ِهُ ت ُ ْبدُو ُِه أ َ ِْو‬
َِ ‫ت ّفي َما َو َي ْعلَ ُِم‬
ِّ ‫س َم َوا‬ ِ ّ ‫ّللاُ األ َ ْر‬
َ ‫ض ّفي َو َما ال‬ َ ‫قَدّيرِ ش َْيءِ ك ُِّل‬
َِ ‫علَى َو‬
“Katakanlah: "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu
menampakkannya, pasti Allah mengetahuinya." Allah mengetahui apa-apa yang ada di langit dan
apa-apa yang ada di bumi. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

2. Pengetahuan Allah tentang setiap gerak-gerik kita, hingga dalam sujud sekalipun. (QS. 26: 218-
220)
‫ تَقُو ُِم ّحينَِ يَ َراكَِ الَذّي‬، َِ‫اجدّينَِ فّي َوتَقَلُّبَك‬
ّ ‫س‬ َ ‫ا ْلعَ ّلي ُِم ال‬
َ ‫ال‬، ُ‫س ّمي ُِع ه َُِو إّنَ ِه‬
“Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk sembahyang), dan (melihat pula) perobahan gerak
badanmu di antara orang-orang yang sujud. Sesungguhnya Dia adalah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.”

Dalam ayat lain Allah mengatakan, (QS. 40:19)


ِ‫ن َخا ّئنَ ِةَ يَ ْعلَ ُم‬
ِّ ُ‫ُور ت ُْخ ّفي َو َما اْأل َ ْعي‬
ُِ ‫صد‬
ُّ ‫ال‬
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.”

3. Kebersamaan Allah dengan diri kita. (QS. 57: 4) :


ِ‫ّللاُ ُك ْنت ُ ِْم َما أ َ ْينَِ َمعَ ُك ِْم َوه َُو‬
َِ ‫بَ ّصيرِ ت َ ْع َملُونَِ ّب َما َو‬
“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan.”

4. Pengetahuan Allah tentang sesuatu yang tidak diketahui makhluknya


Allah berfirman dalam QS. 2: 30
ِ‫ت َ ْعلَ ُمونَِ الَََِ َما أ َ ْعلَ ُِم إّنّي قَا َل‬
" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".

5. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang ada dihadapan manusia maupun dibelakangnya
Allah berfirman, QS. 2: 255:
ّ ‫طونَِ َو ِالَ َخ ْلفَ ُه ِْم َو َما أ َ ْيد‬
ِ‫ّيه ِْم بَ ْينَِ َما يَ ْعلَ ُم‬ ُ ‫ن بّش َْيءِ يُ ّحي‬
ِْ ‫شَا َِء بّ َما ّإ ِالَ ّع ْل ّم ِّه ّم‬
“Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.”

Muraqabah Dalam Hadits


Dalam haditspun banyak sekali dijumpai hal-hal yang berkaitan dengan muraqabah yang
dikemukakan Rasulullah SAW, diantaranya adalah:
1. Sikap muraqabatullah membawa seorang insan memiliki derajat ihsan. Sedangkan
derajat ihsan merupakan derajat yang tinggi di sisi Allah SWT. Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim, dalam Shahihnya:
ِ‫ع َم َِر ع َْن‬
ُ ‫ن‬ ِّ ‫ي ا ْل َخ َطا‬
ِّ ‫ب ْب‬ ِ ُ‫ع ْن ِه‬
َِ ‫للاُ َر ّض‬ ِْ ‫َن فَأ َ ْخبّ ْر ّن‬
َ ، ‫…قَا َِل‬. ‫ي قَا َِل‬ ِّ ‫ان ع‬ ِّ ‫س‬ ِْ َ ‫للاَ ت َ ْعبُ َِد أ‬
َ ْ‫اْ ّإلح‬، ‫ن قَا َِل‬ ِ َِ‫ت َ َراهُِ كَأَنَك‬، ‫ن‬
ِْ ‫ُن لَ ِْم فَ ّإ‬
ِْ ‫ت َ َراهُِ تَك‬
ُ‫يَ َراكَِ فَ ّإنَ ِه‬
“…Jibril bertanya, beritahukanlah kepadaku apa itu ihsan?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Bahwa
ihasan adalah engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya. Sekiranyapun engkau
tidak (dapat) melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu…” (HR. Muslim)

2. Rasulullah SAW memerintahkan kepada kita untuk bertaqwa kepada Allah SWT
dimanapun kita berada. Sedangkan ketaqwaan tidak akan lahir tanpa adanya
muraqabatullah. Rasulullah SAW mengatakan:
ِ‫ب ذَرِ أَبّي ع َْن‬
ِّ ‫ن ُج ْن َد‬ ِّ ‫ع ْب ِّد َوأ َ ّبي ُجنَا َد ِةَ ْب‬
َ ‫ن‬ِّ ‫الرحْ َم‬
َ ‫ن ُمعَا ِّذ‬ ِّ ‫ي َجبَلِ ْب‬ ِ ‫ع ْن ُه َما‬
َِ ‫للاُ َر ّض‬ َ ‫َن‬ ُ ‫صلَى للاِّ َر‬
ِْ ‫س ْو ِّل ع‬ ِ ‫علَ ْي ِّه‬
َ ُ‫للا‬ َ ‫سلَ َِم‬
َ ‫َو‬
‫قَا َِل‬: ‫ق‬ ِّ َ ‫للاَ ات‬ َ
ِ ‫ ُك ْنتَِ َح ْيث ُ َما‬، ‫س ّيئ َِة َوأَتْ ّب ِّع‬ َ
َ ‫سنَ ِة ال‬َ ‫ت َ ْم ُح َها ا ْل َح‬، ‫ق‬ َِ َ‫سنِ ّب ُخلُقِ الن‬
ِّ ‫اس َو َخا ّل‬ َ ‫َح‬
“Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan
perbuatan baik guna menghapuskan perbuatan buruk tersebut, serta gaulilah manusia dengan
pergaulan yang baik.” (HR. Tirmidzi)

3. Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita tentang cara untuk dapat menghadirkan
sikap muraqabatullah. Dalam hadits beliau mengatakan:
ِ‫ن ع َّن‬
ِّ ‫عبَاسِ ْب‬
َ ‫ي‬ َ ، ‫قَا َِل‬: ُِ‫ف ُك ْنت‬
ِ ُ‫ع ْن ِه‬
َِ ‫للاُ َر ّض‬ َِ ‫ي ّ َخ ْل‬
ِ ‫صلَى النَ ّب‬ ِ ‫علَ ْي ِّه‬
َ ُ‫للا‬ َ ‫سلَ َِم‬ ُ ، ‫ َك ّل َماتِ أُع َّل ُمكَِ ّإ ّني‬،
َ ‫فَقَا َِل يَ ْو ًما َو‬، ‫غالَ ُِم يَا‬
ِّ َ‫للاَ احْ ف‬
‫ظ‬ ِ َِ‫ظك‬ ُ َ‫يَحْ ف‬، ‫ظ‬ِّ َ‫للاَ احْ ف‬
ِ ُِ‫…ت ُ َجا َهكَِ تَ ّج ْده‬
“Dari Ibnu Abas ra, berkata; pada suatu hari saya berada di belakang Nabi Muhammad SAW, lalu
beliau berkata, “Wahai ghulam, peliharalah (perintah) Allah, niscaya Allah akan memeliharamu.
Dan peliharalah (larangan) Allah, niscaya niscaya kamu dapati Allah selalu berada di
hadapanmu.” (HR. Tirmidzi)

4. Tanpa adanya muraqabah, seseorang memiliki prosentase jatuh pada kemaksiatan


lebih besar. Padahal jika seseorang berbua maksiat, Allah sangat cemburu padanya. Dalam sebuah
hadits digambarkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
ِْ ّ‫ي ه َُر ْي َر ِةَ أَب‬
ِ‫ي ع َْن‬ َ ، ‫س ْو ُِل قَا َِل‬
ِ ُ‫ع ْن ِه‬
َِ ‫للاُ َر ّض‬ ُ ‫صلَى للاِّ َر‬َ ُ‫للا‬ ِ ‫علَ ْي ِّه‬ َ ‫سلَ َِم‬ َ َِ‫و ّغ ْي َر ِةُ تَعَالَى للاَِ إّن‬،
َ ‫و‬: ُ َ‫ن تَعَالَى للاِّ يَغ‬
َ ‫ار‬ َِ ّ‫يَأْت‬
ِْ َ ‫ي أ‬
‫ا ْل َم ْر ُِء‬
‫للاُ َح َر َِم َما‬ِ ‫علَ ْي ِّه‬ َ
“Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda; ‘sesungguhnya Allah SWT cemburu. Dan
kecemburuan Allah terjadi jika seorang hamba mendatangi (melakukan) sesuatu yang telah
diharamkan baginuya’ (HR. Bukhari)

5. Dengan muraqabah seseorang akan sadar untuk beramal guna kehidupan


akhiratnya. Dan hal seperti ini dikatakan oleh Rasulullah SAW sebagai seseorang yang memiliki
akal yang sempurna (cerdas). Dalam hadits dikatakan:
ِ‫ن ض َْم َر ِةَ ع َْن‬ ِْ ‫شدَا ِّد ع‬
ِّ ‫َن َح ّبيبِ ْب‬ َ ‫ن‬ ِّ ‫َن أ َ ْوسِ ْب‬ ِ ‫صلَى النَ ّب‬
ِْ ‫ي ّ ع‬ َِ ‫علَ ْي ِّه‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫س قَا َِل َو‬
َ ‫سلَ َِم‬ ُِ ‫ن ا ْلك َّي‬ َ ‫بَ ْع َِد ّل َما َوع َّم َِل نَ ْف‬
ِْ ‫س ِهُ دَانَِ َم‬
ْ ُ
ِّ ‫اج ِز ال َم ْو‬
‫ت‬ ْ
ّ َ‫ن َوالع‬ ْ ْ َ ُ
ِ ‫س ِه أتبَ َِع َم‬ ْ َ َ َ َ
َ ‫على َوت َمنى ه َواها نف‬ َ َ َ ‫ّللا‬
َِّ
“Orang yang sempurna akalnya adalah yang mennudukkan jiwanya dan beramal untuk bekal
kehidupan setelah kematian. Sedangkan orang yang lemah (akalnya) adalah orang yang mengikuti
hawa nafsunya, di samping itu ia mengharapkan angan-angan kepada Allah SWT.” (HR. Tirmidzi)

6. Muraqabah juga akan membawa seseorang untuk meninggalkan suatu perbuatan


yang tidak bermanfaat bagi dirinya. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW mengatakan:
ِ‫ي ه َُر ْي َر ِةَ أَبّي ع َْن‬
َِ ‫للاُ َر ّض‬ َ ‫قَا َِل‬، ‫س ْو ُِل قَا َِل‬
ِ ُ‫ع ْن ِه‬ ُ ‫صلَى للاِّ َر‬ ِ ‫علَ ْي ِّه‬
َ ُ‫للا‬ َ ‫سلَ َِم‬
َ ‫و‬:
َ ‫ن‬ِْ ‫ن ّم‬ ْ ّ‫يَ ْعنّ ْي ِّه ِالَ َما ت َ ْر ُك ِهُ ا ْل َم ْر ِّء إ‬
ْ ‫سالَ ِّم ُح‬
ِّ ‫س‬
“Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda, ‘diantara kesempurnaan iman seseorang
adalah, meninggalkan suatu pekerjaan yang tidak menjadi kepentingannya.” (HR. Tirmidzi)

ُّ‫َو ْال َحج‬


Macam-macam Sifat Muraqabah
Syeikh Dr. Abdullah Nasih Ulwan mengemukakan dalam ‘Tarbiyah Ruhiyah; Petunjuk
Praktis Mencapai Derajat Taqwa’ ; ada empat macam bentuk muraqabah, yaitu:

 Muraqabah dalam ketaatan kepada Allah SWT, dengan penuh keikhlasan dalam
menjalankan segala perintah-Nya Seperti benar-benar menfokuskan tujuan amal
ibadahnya hanya kepada Allah dan karena Allah, dan bukan karena faktor-faktor
lainnya. Karena ia menyadari bahwa Allah Maha mengetahui segala niatan amalnya
yang tersembunyi di balik relung-relung hatinya yang paling dalam sekalipun.
Sehingga ia mampu beribadah secara maksimal, baik ketika sendirian ataupun di
tengah-tengah keramaian.
 Muraqabah dalam kemaksiatan, dengan menjauhi perbuatan maksiat, bertaubat,
menyesali perbuatan-perbuatan dosa yang pernah dilakukannya dan lain sebagainya.
Sikap seperti berangkat dari keyakinannya bahwa Allah mengetahuinya, dan Allah
tidak menyukai hamba-Nya yang melakukan perbuatan maksiat. Sekiranya pun ia
telah melakukan maksiat, ia akan bertaubat dengan sepenuh hati kepada Allah dengan
penyesalan yang mendalam, karena Allah akan murka pada dirinya dengan
kemaksiatannya itu.
 Muraqabah dalam hal-hal yang bersifat mubah, seprti menjaga adab-adab
terhadap Allah, bersyukur atas segala kenikmatan yang telah diberikan-Nya pada kita,
bermuamalah yang baik kepada setiap insan, jujur, amanah, tanggung jawab, lemah
lembut, perhatian, sederhana, ulet, berani dan lain sebagainya. Sehingga seorang
muslim akan tampil dengan kepribadian yang menyenangkan terhadap setiap orang
yang dijumpainya. Dan jadilah ia sebagai seorang dai yang disukai umatnya.
 Muraqabah dalam musibah yang menimpanya, yaitu dengan ridha pada ketentuan
Allah SWT serta memohon pertolongan-Nya dengan penuh kesabaran. Ia yakin
bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang datang dari Allah dan menjadi hal yang
terbaik bagi dirinya, dan oleh karenanya ia akan bersabar terhadap sesuatu yang
menimpanya.

http://rikzamaulan.blogspot.co.id/2009/05/muraqabah-sebagai-penyempurna.html

Muraqabah merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang muslim. Karena
dengan muraqabah inilah, seseorang dapat menjalankan ketaatan kepada Allah SWT
dimanapun ia berada, hingga mampu mengantarkannya pada derajat seorang mu’min sejati.
Demikian pula sebaliknya, tanpa adanya sikap seperti ini, akan membawa seseorang pada
jurang kemaksiatan kepada Allah kendatipun ilmu dan kedudukan yang dimilikinya. Inilah
urgensi sikap muraqabah dalam kehidupan muslim.

Contoh mujahad an nafs:

*mengendalikan emosi
*mengendalikan hawa nafsu dengan cara tidak mengikutinya
*memanfaatkan waktu untuk hal yang berguna
*menyibukkan diri dalam kegiatan yang positif
*menyelesaikan masalah dengan cara tenang dan tidak marah-marah.

Anda mungkin juga menyukai