Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada segenap umat manusia. Solawat serta salam
semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW., kepada keluarganya,
kepada para sahabatnya, serta kepada kita selaku umatnya.
Berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Materi Penyuluhan Agama” . makalah ini di susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Penyuluhan agama.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehubungan dengan ilmu dan pengetahuan penulis yang terbatas. Namun berkat
bantuan dan dorongan dari beberapa pihak, akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan. Untuk itu penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada pihak yang ikut terlibat, tetapi tidak dapat penulis sebutkan. Dan atas
segala bantuan dan dorongannya, semoga Allah SWT. membalasnya dengan
balasan yang lebih baik.
Penulis berharap makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat umumnya
bagi semua yang membacanya dan khususnya bagi penulis. Segala saran-saran
demi membangun kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang sangat
penulis harapkan. Dan hanya kepada Allah SWT lah segala sesuatunya
dikembalikan.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
BAB I................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah............................................................................................4
C. Tujuan...........................................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................5
PEMBAHASAN...............................................................................................................5
A. Materi Wawasan Global......................................................................................5
B. Materi Wawasan Nilai...................................................................................13
C. Materi Wawasan Problem.........................................................................17
D. Materi Wawasan Aksi...........................................................................20
BAB III...........................................................................................................................22
PENUTUP.......................................................................................................................22
Kesimpulan.................................................................................................................22
Daftar Pustaka...............................................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyuluhan Agama Islam merupakan tugas yang dilaksanakan oleh
seorang Penyuluh Agama Islam. Penyuluh Agama Islam adalah mitra
bimbingan Direktorat Jenderal Bimbingan masyarakat Islam sekaligus sebagai
ujung tombak dalam pelaksanaan tugas membimbing umat Islam dalam
mencapai kehidupan yang bermutu dan sejahtera lahir batin. Kegiatan
penyuluhan Agama Islam di Indonesia pada mulanya dilaksanakan oleh para
pemuka agama yaitu Ulama, Muballigh, Da’i atau Kiai yang menyampaikan
langsung kepada masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengajian,
tabligh, dakwah di rumah-rumah, langgar, masjid maupun tempat-tempat
lainnya. Materi yang disampaikan dalam penyuluhan Agama Islam selain
khusus tentang agama juga disampaikan tentang masalah kemasyarakatan dan
bimbingan dalam kehidupan sehari-hari.
Penyuluh Agama adalah pembimbing umat beragama dalam rangka
pembinaan mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta
menjabarkan segala aspek pembangunan melalui pintu dan bahasa agama.
Penyuluh Agama Islam juga merupakan juru penerang penyampai
pesan bagi masyarakat mengenai prinsip-prinsip dan etika nilai keberagaman
yang baik. Disamping itu Penyuluh Agama Islam merupakan ujung tombak
dari Kementerian Agama dalam pelaksanaan tugas membimbing umat Islam
dalam mencapai kehidupan yang bermutu dan sejahtera lahir batin.
Hasil akhir yang ingin dicapai dari penyuluahan agama pada
hakekatnya ialah terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki
pemahaman mengenai agamanya secara memadai yang ditunjukkan melaui
pengamalannya yang penuh komitmen dan kosisten disertai wawasan
multicultural, untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang harmonis dan saling
menghargai satu sama lain. Penyuluhan agama melaksanakan penyampaian
ajaran Islam kepada umat manusia oleh seseorang atau kelompok orang secara
sadar dan terencana, dengan berbagai methode yang baik dan sesuai dengan
sasaran penyuluhan, sehingga berubahlah keadaan umat itu kepada yang lebih
baik, untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

3
Menilik dari peranan penyuluh agama Islam sebagaimana diuraikan
tersebut diatas, maka jelas bahwa tugas pokok penyuluh agama Islam adalah
melakukan dan mengembangkan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama
dan pembangunan melalui bahasa agama. Penyuluhan agama tidaklah semata-
mata bertujuan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan masyarakat terhadap
Tuhan-Nya, melainkan juga pengamalan ajaran agamanya dalam berbakti
pada Nusa dan Bangsa. Sehingga materi yang diberikan semata-mata bukan
hanya mengenai keagamaan saja namun disampaikan pula materi yang
berwawasan global, wawasan nilai, wawasan problem dan wawasan aksi.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah materi berwawasan global?
2. Bagaimanakah materi berwawasan nilai?
3. Bagaimanakah materi berwawasan problem?
4. Bagaimanakah materi berwawasan aksi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui materi berwawasan global.
2. Untuk mengetahui materi berwawasan nilai.
3. Untuk mengetahui materi berwawasan problem.
4. Untuk mengetahui materi berwawasan aksi.

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Materi Wawasan Global
Materi wawasan global yakni materi yang dibawakan oleh penyuluh agama
mengenai wawasan atau ilmu-ilmu yang bersifat uiniversal atau umum. Yang di
dalamnya membahas beberapa wawasan seperti Al-maujudat (tauhid), nilai
(moral), iman, islam, ihsan dan dakwah. Berikut penjelasan mengenai materi yang
dibahas dalam wawasan global.

1. Al-Maujudat atau Tauhid


a. Pengertian Tauhid
Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan kata benda
yang berarti keesaan Allah; kuat kepercayaan bahwa Allah hanya satu. Perkataan
tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata Wahhada – Yuwahhidu –
Tauhidan.
Secara etimologis, tauhid berarti keesaan. Maksudnya, keyakinan bahwa
Allah SWT adalah Esa, Tunggal, satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian
tauhid yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu “Keesaan Allah”
mentauhidkan berarti “mengakui akan keesaan Allah mengeesakan Allah”.
Jubaran Mas’ud menulis bahwa tauhid bermakna “beriman kepada Allah, Tuhan
yang Esa”, juga sering disamakan dengan “tiada Tuhan Selain Allah”. Fuad Iframi
Al-Bustani juga menulis hal yang sama. Menurutnya tauhid adalah Keyakinan
bahwa Allah itu bersifat “Esa”.
Menurut Zainuddin, Tauhid berasal dari kata “wahid” yang artinya “satu”.
Dalam istilah Agama Islam, tauhid ialah keyakinan tentang satu atau Esanya
Allah, maka segala pikiran dan teori berikut argumentasinya yang mengarah
kepada kesimpulan bahwa Tuhan itu satu disebut dengan Ilmu Tauhid.
Maka nampak bahwa secara umum, Tauhid lebih sering diartikan dengan
teoantroposentris; yang mana pembahasannya masih berkutat pada pemusatan
pada Allah dan bahwa manusia mesti mengabdi pada-Nya. Belum ada
pembahasan secara rinci tentang tauhid sebagai prinsip kehidupan, prinsip pokok
yang menjadi prinsip atas aspek-aspek kehidupan. Aspek keluarga, negara,

5
ekonomi, sosial, politik, sosial, pengetahuan dan sebagainya selengkap yang
dilakukan oleh Ismail Raji al-Faruqi.
Secara istilah syar‟i, makna Tauhid adalah menjadikan Allah sebagai
satusatunya sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya. Dari makna
ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan
oleh manusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau
bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya
menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.
b. Objek-objek Pembahasan Ilmu Tauhid Di Dalam Al-Quran
Obyek pembahasan atau yang menjadi lapangan bahasan ilmu Tauhid pada
garis besarnya dibagi menjadi kepada tiga bagian utama di dalam al-Quran yaitu:
1) Tauhid Ilahiyah (Ketuhanan) yaitu bagian dari ilmu Tauhid yang
membahas masalah ketuhanan. hal ini terdiri dari:
a) Tauhid Uluhiyyah adalah kepercayaan bahwa Tuhan yang
menciptakan alam semesta ialah Allah dan hanya berbakti kepada-Nya
saja.
b) Tauhid Rububiyah, adalah mengesakan Allah ta‟ala di dalam segala
perbuatan-Nya, dialah satu-satunya yang menciptakan sekaligus
memiliki, dan mengatur makhaluk-Nya. Adil yang menunjukkan
bahwa Allah SWT. Allah sebagai Ar-Rabbu, yaitu Esa dalam
menciptakan, pemeliharaan dan pengaturan semua makhaluk-Nya.
c) Tauhid Dzat, sifat –sifat dan nama-nama-Nya yaitu pembahasan
tentang sifat-sifat dan nama-nama yang disebut sendiri oleh Allah dan
Rosul-Nya yang tidak sama dengan makhaluk-Nya, sifat dan nama-
Nya adalah agung dan sempurna. kita tidak boleh memberikan nama
dan sifat yang dapat mengurangi keagungan dan kesempurnaan-Nya,
atau menyesuaikan nama-nama dan sifat-sifat itu dengan yang lain
seperti membagaimanakan, menggambarkan, mentasybihkan,
menta’wilkan, memtafsirkan, atau menta’thilkannya.
2) Tauhid Nubuwwah (Kenabian), bagian ilmu Tauhid yang membahas
masalah kenabian, kedudukan dan peranan serta sifat-sifat dan
keistimewaanya.

6
3) Tauhid Sam’iyyat, yaitu sesuatu yang diperolah lewat pendengaran dari
sember yang menyakinkan yakni Quran dan Al-Hadis, misalnya tentang
alam Kubur, Azab Kubur, Hari kebangkitan di padang Mahsyar, Alam
Akhirat, tentang Arsy, Lauh Mahfudz dan lainnya.
2. Nilai
Nilai atau biasa disebut dengan moral. Secara etimologis, kata
moral berasal dari kata ”mos” dalam bahasa latin bentuk jamaknya “mores”, yang
artinya adalah tata-cara atau adat-istiadat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti, atau susila. Secara terminologis,
terdapat berbagai rumusan pengertian moral, yang dari segi substantif materilnya
tidak ada perbedaan, akan tetapi bentuk formalnya berbeda.
Wila Huky, sebagaimana dikutip oleh Bambang Daroeso merumuskan
pengertian moral secara lebih komprehensip rumusan formalnya sebagai berikut:
a. Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna
dasartertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam
lingkungan tertentu.
b. Moral adalah ajaran tentang laku hidup yang baik berdasarkan pandangan
hidupatau agama tertentu.
c. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada
kesadaran, bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik,
sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya.
Moralitas pun mengandung beberapa pengertian antara lain adat istiadat,
sopan santun, dan perilaku. Nilai-nilai moral itu berlandas pada tiga prinsip dasar
yaitu prinsip kemerdekaan, kesamaan dan saling terima. Ketika ketiga prinsip itu
menjadi landasan prinsip seseorang dalam berfikir dan bertindak sehingga
melahirkan nilai moral yang tinggi.
Perilaku yang bernilai moral tinggi adalah perilaku yang tidak merugikan,
menyakiti, menyiksa, menggangu serta merebut merebut hak-hak orang lain.
Dalam hal ini tercermin dari perilaku Rasulullah sebagaimana digambarkan dalam
QS. Al-Qolam ayat 4 sebagai berikut:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
Dalam ayat tersebut menurut M. Quraish Shihab, bahwa Nabi Muhammad SAW

7
berbudi pekerti yang luhur. Salahsatu bukti dari sekian banyak bukti tentang
keagungan akhlak Nabi Muhammad SAW. Menurut Sayyid Quthub, adalah
kemampuan beliau menerima pujian dari Allah SWT dalam keadaan mantap dan
tidak luluh bahwa tekanan pujian tersebut, tidak pula goncang kepribadian beliau
yakni tidak menjadikan beliau angkuh. Beliau menerima pujian dengan penuh
ketenangan dan keseimbangan.
Pendidikan Islam adalah bimbingan yang di berikan oleh seseorang kepada
seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai ajaran Islam. Pendidikan
Islam menurut Abuddin Nata, yaitu pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai
ajaran Islam sebagaimana tercantung dalam alquran dan hadits secara dalam
pemikiran ulama dan praktek sejarah umat Islam. Dengan demikian pendidikan
karakter yang baik adalah sesuai dengan ajaran islam. Karena itulah diperlukan
pendidikan Islam agar mereka tidak hanya pandai dalam ilmu-ilmu umum saja,
akan tetapi juga pandai dalam ilmu agama Islam. Pengetahuan ini dapat
membimbing mereka untuk melakukan hal yang baik dan meninggalkan hal yang
buruk.
3. Iman
Iman ialah percaya kepada Allah SWT, para Malaikat-Nya, berhadapan
dengan Allah, percaya kepada para Rasul-Nya, dan percaya pada hari berbangkit
dari kubur. Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT Q.S Al-Baqarah 285:
“Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka
mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan
yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan
kami taat”. (Mereka berdoa): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada
Engkaulah tempat kembali”.
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa iman artinya kepercayaan, yang
intinya percaya dan mengakui bahwa Allah itu ada dan Esa, tiada Tuhan selain
Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya. Keimanan dipandang sempurna,
apabila ada pengakuan dengan lidah, pembenaran dengan hati sehari-hari, serta
adanya pengaruh terhadap pandangan hidup dan cita-citanya.

8
Dalam Al-Quran dijelaskan tentang kewajiban, sikap, dan tingkah laku
seorang yang beriman dalam kehidupannya. Selain itu, diterangkan pula dengan
jelas tentang pahala dan kebahagiaan yang akan diterimanya, antara lain
sebagaimana diterangkan dalam ayat Q.S Al-Mu’minun 1-6:
a. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman
b. (yaitu) orang-orang yang khusyu´ dalam sembahyangnya
c. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna
d. dan orang-orang yang menunaikan zakat
e. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya
f. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki;
maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela.
Dengan demikian, iman saja tidaklah cukup, tetapi harus disertai berbagai
amal shaleh agar mendapatkan karunia-Nya sebagai pahala bagi mereka yang
menanti-Nya. Sebaliknya, bagi mereka yang menyombongkan diri dan enggan
beribadah kepada-Nya, ia akan mendapat siksa Allah (Q.S 4:172). Bahkan jika
dalam suatu negeri banyak penduduk yang mendustakan berbagai ayat Allah,
negeri itu akan mendapat azab-Nya. (Q.S 7:96).
Disamping itu, iman dapat diibaratkan sebagai makanan rohani. Jiwa yang
kososng dari iman akan lemah dan hampa sebagaimana jasad yang tidak diberi
makanan. Dengan demikian, iman merupakan inti kehidupan batin dan sekaligus
menjadi penyelamat dari siksa abadi diakhirat kelak.
4. Islam
Islam adalah agama yang dibawa oleh para utusan Allah dan
disempurnakan pada masa Rasululloh SAW. yang memiliki sumber pokok Al-
Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. sebagai petunjuk kepada umat manusia
sepanjang masa.
Dalam hadist dinyatakan bahwa Islam adalah menyembah kepada Allah
dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, mendirikan shalat,
menunaikan zakat yang difardukan dan berpuasa di bulan Ramadhan. Islam
adalah kepatuhan menjalankan perintah Allah dengan segala keikhlasan dan
kesungguhan hati. Hal itu sesuai dengan arti kata Islam, yakni penyerahan.

9
Seorang muslim harus menyerahkan dirinya, kepada Allah secara total karena
memang manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya.
Islam adalah agama yang benar dan hanya Islamlah agama yang diterima
di sisi Allah SWT. Sebagaimana dalam Q.S Ali-Imran 19
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada
berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang
pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka.
Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah
sangat cepat hisab-Nya.”
Orang-orang Islam adalah orang-orang pilihan yang telah diberi petunjuk
oleh SWT. Sehingga tidak menyimpang dari kebenaran dan mengikuti jalan-Nya
yang lurus. Sebagai agama terakhir yang sempurna, umum, dan kekal, Islam
dilengkapi dengan peraturan, bimbingan, dan petunjuk yang diperlukan oleh
manusia yang senantiasa mengalami perkembangan dan perubahan. Islam
mengatur hubungan antara makhluk dan manusia dan juga antara manusia dan
alam semesta.
Islam menentukan dan mengatur cara mengabdi kepada Allah SWT,
menurut cara yang di ridhai-Nya. Ibadah dalam Islam antara lain bertujuan untuk
merekatkan dan mendekatkan hubungan makhluk dengan khalik, supaya manusia
senantiasa mendapat karunia dan ridha-Nya. Dalam hubungan dengan sesama
manusia, Islam pun mengatur sikap hidup dan tingkah laku yang baik, dalam
lingkungan yang kecil maupun dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas.
Dalam Islam, telah diatur pula hubungan dengan anggota masyarakat yang
berbada agama, bahkan yang tidak beragama sekalipun. Semuanya bertujuan agar
tercipta hubungan yang baik dan harmonis antarsesama manusia.
Islam pun mengatur hubungan manusia dengan alam dan hewan. Manusia
haruslah memperlakukan hewan secara wajar. Begitu pula dalam mengeksploitasi
alam ia harus mengaturnya sedemikian rupa sehingga tidak merusak lingkungan
dan tercipta lingkungan yang asri dan memberikan kebahagiaan serta
kesejahteraan bagi manusia.
5. Ikhsan

10
Ihsan secara bahasa adalah berbuat kebaikan sebagaimana dinyatakan
dalam Q.S An-Nahl 90 :
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan
keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran”
Dalam arti khusus, ihsan sering disamakan dengan akhlak, yaitu sikap atau
tingkah laku yang baik menurut Islam.dan terkadang pula diartikan sebagai suatu
kesempurnaan. Adapun ihsan menurut syari’at, telah dirumuskan oleh Rasulullah
SAW, dalam hadis diatas yaitu “menyembah kepada Allah seakan-akan engkau
melihat-Nya, jika engkau tidak mampu melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah
Maha Melihat.”
Menurut Imam Nawawi, ihsan berarti berusaha menjaga tata krama dan
sopan santun dalam beramal, seakan-akan kamu melihat-Nya seperti Dia melihat
kamu. Hal itu harus dilakukan bukan karena kamu melihat-Nya, tetapi karena Dia
selamanya melihat kamu. Maka beribadahlah dengan baik meskipun kamu tidak
dapat melihat-Nya. Ihsan merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan
diterima atau tidaknya suatu amal oleh Allah SWT. Karena orang yang berlaku
ihsan dapat dipastikan akan dalam beramal, sedangkan ikhlas merupakan inti
diterimanya suatu amal ibadah.
6. Dakwah
a. Pengertian Dakwah
Secara etimologis, kata dakwah merupakan bentuk masdar dari kata
yad‟u (fi‟il mudhari‟) dan da‟a (fi‟il madli) yang artinya adalah memanggil (to
call), mengundang (to invite), mengajak (to summer), menyeru (to propo),
mendorong (to urge) dan memohon (to prray). Selain kata “dakwah”, al-Qur’an
juga menyebutkan kata yang memiliki pengertian yang hampir sama dengan
“dakwah”, yakni kata “tabligh” yang berarti penyampaian, dan “bayan” yang
berarti penjelasan. Dakwah dalam pengertian tersebut, dapat dijumpai dalam ayat-
ayat al-Qur’an antara lain dalam Surah al-Baqarah, 186:
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan
Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi 20 kehidupan

11
kepada katamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara
manusia dan hatinya akan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan
dikumpulkan.”
Sedangkan pengertian dakwah secara terminologi dapat dilihat dari
pendapat beberapa ahli antara lain:
1) Samsul Munir Amin
Menyebutkan bahwa dakwah merupakan bagian yang sangat
esensial dalam kehidupan seorang muslim, dimana esensinya berada
pada ajakan dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap
orang lain untuk menerima ajaran agama Islam dengan penuh kesadaran
demi keuntungan dirinya dan bukan untuk kepentingan pengajaknya.
2) Quraish Shihab
Dakwah adalah seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha
mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik
terhadap pribadi maupun masyarakat.
Dari beberapa pengertian dakwah diatas, dapat dipahami bahwa pada
prinsip dakwah merupakan upaya mengajak, menganjurkan atau menyerukan
manusia agar mau menerima kebaikan dan petunjunk yang termuat dalam Islam.
Atau dengan kata lain, agar mereka mau menerima Islam sehingga mereka
mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan baik di dunia maupun akhirat.
b. Tujuan dakwah
Tujuan merupakan sesuatu yang dicapai melalui tindakan, perbuatan atau
usaha. Dalam kaitannya dengan dakwah, maka tujuan dakwah sebagaimana
dikatakan Ahmad Ghasully adalah membimbing manusia untuk mencapai
kebaikan dalam rangka merealisir kebahagiaan. Sementara itu, Ra’uf Syalaby
mengatakan bahwa tujuan dakwah adalah meng-Esakan Allah SWT, membuat
manusia tunduk kepada-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya dan intropeksi
terhadap apa yang telah diperbuat.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa secara praktis tujuan awal
dakwah adalah menyelamatkan manusia dari jurang yang gelap (kekafiran) yang
membuatnya tidak bisa melihat segala bentuk kebenaran dan membawanya

12
ketempat yang terang-benderang (cahaya iman) yang dipantulkan ajaran Islam
sehingga mereka dapat melihat kebenaran.
c. Dasar hukum dakwah
Keberadaan dakwah sangat urgen dalam Islam. Antara dakwah dan Islam
tidak dapat dipisahkan yang satu dengan yang lainnya. Sebagaimana diketahui,
dakwah merupakan suatu usaha untuk mengajak, menyeru, dan mempengaruhi
manusia agar selalu berpegang pada ajaran Allah guna memperoleh kebahagiaan
hidup di dunia dan akhirat. Usaha mengajak dan mempengaruhi manusia agar
pindah dari suatu situasi ke situasi yang lain, yaitu dari situasi yang jauh dari
ajaran Allah menuju situasi yang sesuai dengan petunjuk dan ajaran-Nya. Setiap
muslim diwajibkan menyampaikan dakwah Islam kepada seluruh umat manusia,
sehingga mereka dapat merasakan ketentraman dan kedamaian. Hal ini
berdasarkan firman Allah al-Qur’an surah Ali Imran ayat 104:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma´ruf dan mencegah dari yang
munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Dalam hal ini Rasulullah sendiri sebagai pembawa risalah dan hamba
Allah yang ditunjuk sebagai utusan Allah telah bersabda kepada umatnya untuk
berusaha dalam menegakkan dakwah.
“Barang siapa diantara kamu melihat kemunkaran maka hendaklah ia
merubah dengan tangannya, jika tidak kuasa maka dengan lisannya, jika tidak
kuasa dengan lisannya maka dengan hatinya, yang demikian itu adalah selemah-
lemahnya iman.” (HR. Muslim).
Hadits di atas menunjukkan perintah kepada umat Islam untuk melakukan
dakwah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Apabila seorang muslim
mempunyai sesuatu kekuasaan tertentu maka dengan kekuasaannya itu ia
diperintah untuk mengadakan dakwah. Jika ia hanya mampu dengan lisannya
maka dengan lisan itu ia diperintahkan untuk mengadakan seruan dakwah, bahkan
sampai diperintahkan untuk brdakwah dengan hati, seandainaya dengan lisan pun
ternyata ia tidak mampu.
B. Materi Wawasan Nilai
1. Individu

13
Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas
di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola
tingkah laku spesifik dirinya. Terdapat tiga aspek yang melekat sebagai persepsi
terhadap individu, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-rohaniah, dan
aspek-sosial yang bila terjadi kegoncangan pada suatu aspek akan membawa
akibat pada aspek yang lainnya. Individu dalam tingkah laku menurut pola
pribadinya ada 3 kemungkinan:
a. Menyimpang dari norma kolektif kehilangan individualitasnya,
b. Takluk terhadap kolektif
c. Memengaruhi masyarakat.
Manusia sebagai individu salalu berada di tengah-tengah kelompok
individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi yang prosesnya
memerlukan lingkungan yang dapat membentuknya pribadinya. Namun tidak
semua lingkungan menjadi faktor pendukung pembentukan pribadi tetapi ada
kalanya menjadi penghambat proses pembentukan pribadi.
Individu sebagai manusia perseorangan pada dasarnya dibentuk oleh tiga
aspek yaitu aspek organis jasmaniah, psikis rohaniah, dan sosial. Dalam
perkembangannya menjadi ‘manusia’, sebagaimana diistilahkan oleh Dick
Hartoko, individu tersebut menjalani sejumlah bentuk sosialisasi. Sosialisasi
inilah yang membantu individu mengembangkan ketiga aspeknya tersebut.
2. Keluarga
Keluarga (bahasa) berasal dari dua struktur kata, yakni kata “kula” dan
“warga”. Kula berarti abdi atau hamba, warga berarti anggota. Keluarga
merupakan lingkungan pertama dan utama bagi anak, oleh karena itu orang tua
(keluarga) mempunyai peranan yang dominan dalam pengembangan kesadaran
beragama anak.
Menurut Amini, keluarga adalah orang-orang yang secara terus menerus
atau sering tinggal bersama si anak, seperti ayah, ibu, kakek, nenek, saudara laki-
laki dan saudara perempuan dan bahkan pembantu rumah tangga, diantara mereka
disebabkan mempunyai tanggung jawab menjaga dan memelihara si anak dan
yang menyebabkan si anak terlahir ke dunia, mempunyai peranan yang sangat
penting dan kewajiban yang lebih besar bagi pendidikan si anak. Menjadi ayah

14
dan ibu tidak hanya cukup dengan melahirkan anak, kedua orang tua dikatakan
memiliki kelayakan menjadi ayah dan ibu manakala mereka bersungguh-sungguh
dalam mendidik anak mereka. Islam menganggap pendidikan sebagai salah satu
hak anak, yang jika kedua orang tua melalaikannya berarti mereka telah
menzalimi anaknya dan kelak pada hari kiamat mereka dimintai pertanggung
jawabannya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
keluarga adalah kesatuan unsur terkecil yang terdiri dari bapak, ibu dan beberapa
anak. Masing-masing unsur tersebut mempunyai peranan penting dalam membina
dan menegakkan keluarga, sehingga bila salah satu unsur tersebut hilang maka
keluarga tersebut akan guncang atau kurang seimbang. Keluarga mempunyai
peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam
maupun non-Islam.
3. Masyarakat
a. Pengertian Masyarakat
Masyarakat merupakan satu kesatuan yang hidup secara bersama di dalam
sebuah Negara. Dewasa ini, rata-rata masyarakat Indonesia sudah mulai menjalani
kehidupan yang lebih individualistis dimana mereka tak lagi mementingkan orang
banyak. Hal ini harus diketahui oleh masyarakat kita apa arti dan makna
sebenarnya.
Dalam Abdul syani dikatakan bahwa kata masyarakat berasal dari kata
musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, kemudian berubah menjadi
masyarakat, yang artinya berkumpul bersama-sama, hidup bersama dengan saling
berhubungan dan salaing mempengaruhi, selanjutnya mendapatkan kesepakatan
menjadi masyarakat (Indonesia).
Istilah masyarakat berasal dari bahasa arab, yaitu syaraka yang artinya ikut
serta atau berpartisipas. Sedangkan dalam bahasa inggris masyarakat adalah
society yang pengertiannya mencakup interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa
kebersamaan. Dalam literatur lainnya, masyarakat juga disebut dengan sistem
sosial.
b. Akhlak Yang Menciptakan Kehidupan Sosial Yang Sehat

15
Masyarakat bukan hanya kumpulan individu semata yang yang tak
memiliki aturan yang bebas berbuat apa saja semau mereka. Jelas hal ini tidak
diajarkan oleh Rasulullah Saw. Ukhwa yang benar dan baik justru adalah saling
memberikan nasehat kebaikan. Dalam alquran dijelaskan tentang hidup sosial
bermasyarakat yaitu dalam surat Al ‘Ashr ayat 1-3:
1) Demi masa
2) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian
3) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat
menasehati supaya menetapi kesabaran.
Terkait dengan kehidupan sosial bermasyarakat, akhlak yang harus
dilakukan oleh umat Islam sehingga tercipta kehidupan sosial yang sehat.
Diantaranya:

1) Akhlak saling menyayangi


2) Beramal shaleh
3) Saling menghormati
4) Berlaku adil
5) Menjaga Persaudaraan
6) Tolong Menolong
7) Musyawarah
4. Lingkungan
a. Pengertian Lingkungan
Lingkungan sosial adalah linkungan yang digunakan masyarakat atau
warga untuk berinteraksi atau bergaual cecara bersama-sama. lingkungan ini
sangat penting karena sebagai pembentuk kepribadian atau watak seseorang.
Lingkungan sosial ialah interaksi diantara masyarakat dengan lingkungan, ataupun
lingkungan yang juga terdiri dari makhluk sosial atau manusia. Lingkungan sosial
inilah yang kemudian membentuk suatu sistem pergaulan yang memiliki peranan
besar di dalam membentuk sebuah kepribadian seseorang, dan kemudian
terjadilah sebuah interaksi diantara orang atau juga masyarakat dengan
lingkungannya.

16
Lingkungan sosial dari seseorang pertama kali dibentuk di dalam sebuah
lingkungan keluarga, dan kemudian lingkungan keluarga yang menjadi media
pertama yang memiliki pengaruh terhadap perilaku seseorang dan yang paling
utama yaitu anak-anak. Karena di dalam lingkungan keluarga setiap anggota dari
keluarga terutama anak-anak diberikan berbagai macam pendidikan supaya
mampu menjadi seorang anak yang mandiri.
b. Macam-macam Lingkungan
Adapun lingkungan sosial juga terbagi menjadi dua yaitu lingkungan
sosial primer dan sekunder. Lingkungan sosial primer merupakan lingkungan
sosial yang di mana di dalamnya terdapat hubungan yang erat antara satu dengan
anggota yang lain, sehingga anggota-anggota tersebut akan saling mengenal baik
antara satu dengan yang lainnya. Sedangkan lingkungan sosial sekunder
merupakan sebuah lingkungan sosial yang memiliki hubungan yang longgar
antara satu anggota dengan anggota anggota lainnya karena hanya berorientasi
untuk kepentingan formal tertentu. Contohnya: kerja bakti, gotong royong,
sekolah dan pkk.
C. Materi Wawasan Problem
1. Pengertian Problem
Masalah (bahasa Inggris: problem) didefinisikan sebagai suatu pernyataan
tentang keadaan yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Bisa jadi kata yang
digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan yang bersumber dari hubungan
antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan.
Masalah biasanya dianggap sebagai suatu keadaan yang harus diselesaikan.
Umumnya masalah disadari “ada” saat seorang individu menyadari keadaan yang
ia hadapi tidak sesuai dengan keadaan yang diinginkan. Dalam beberapa literatur
riset, masalah seringkali didefinisikan sebagai sesuatu yang membutuhkan
alternatif jawaban, artinya jawaban masalah atau pemecahan masalah bisa lebih
dari satu. Selanjutnya dengan kriteria tertentu akan dipilih salah satu jawaban
yang paling kecil risikonya. Biasanya, alternatif jawaban tersebut bisa
diidentifikasi jika seseorang telah memiliki sejumlah data dan informasi yang
berkaitan dengan masalah bersangkutan.
2. Pembagian Problem Dalam Materi Penyuluhan Agama

17
Sedangkan menurut Pareto konflik dan pergolakan hanyalah sesuatu yang
sementara dan merupakan masa peralihan, dimana masyarakat beralih dari dari
kondisi seimbang yang satu kepada keadaan seimbang yang lain. Namun
sebaliknya konflik yang destruktif dan berekses menjadi kekerasan dan kerusuhan
akan dapat menghancurkan keberadaan bangsa yang telah terbangun dengan suatu
konsep berbagi kesepakatannya. Lebih berbahaya lagi bila konflik-konflik
kekerasan tersebut membawa simbol-simbol agama maka penyelesaiannya akan
semakin sulit dan membutuhkan waktu yang relatif lama.
Karena konflik-konflik yang melahirkan kerusuhan tersebut menyebar
hampir di seluruh Indonesia, maka dibutuhkan para Penyuluh Agama yang
memiliki tugas utamamenyampaikan ajaran agama dengan program-program
pembangunan melalui bahasa agama yang memahami tentang kebhinekaan
Indonesia atau Penyuluh Agama berwawasan multikultural.
3. Sosiologi dan Agama
Dalam membicarakan tentang keadaan manusia dan agama, Nottingham
berpendapat bahwa tidak ada definisi agama yang benar-benar memuaskan.
Karena satu hal, agama dalam keanekaragamannya yang hampir tidak dapat
dibayangkan itu memerlukan deskripsi (penggambaran) dan bukan definisi
(batasan). Agama berkaitan dengan usaha-usaha manusia untuk mengukur
dalamnya makna dari keberadaannya sendiri dan keberadaan alam semesta.
Agama telah menimbulkan khayalnya yang paling luas dan juga digunakan untuk
membenarkan kekejaman orang yang luar biasa terhadap orang lain.
Agama dapat membangkitkan kebahagiaan batinyang paling sempurna
serta perasaan takut dan ngeri. Meskipun dalam masalah agama ini perhatian
biasanya tertuju kepada adanya suatu dunia yang tidak dapat dilihat (akhirat),
namun agama juga melibatkan dirinya dalam masalah-masalah kehidupan sehari-
hari di dunia ini. Agama senantiasa digunakan untuk menanamkan keyakinan baru
ke dalam hati sanubari terhadap alam gaib dan surga-surga yang ada di alam
tersebut, namun demikianb agama juga berfungsi melepaskan belenggu-belenggu
adat atau kepercayaan manusia yang telah usang.
Beribadat bersama-sama, memakai lambang-lambang keagamaan telah
mempersatukankelompok-kelompok manusia dalam ikatan yang paling erat, akan

18
tetapi perbedaan agama telah mampu membantu timbulnya beberapa pertentangan
yang paling hebat diantara kelompok-kelompok itu dan sekarang ini banyak
sarjana sosiologi yang berusaha mendefinisikan agama dengan melihat manusia
sebagai pelaku dan mereka memberikan tekanan khusus pada bagaimana
menggunakan agama dalam kehidupan sosialnya.
Dalam kontek sosial lainnya, para pemimpin agama maupun para
pengikutnya sering datang dari berbagai latar belakang sosial, jelasnya dari segala
ragam kelas atau sejenisnya. Karena kelompok tersebut memiliki perbedaan
fungsi, dengan demikian juga menerima perbedaan ganjaran dari masyarakat,
maka mereka pun memiliki sikap dan nilai yang berbeda pula. Kondisi dan gaya
hidup yang tidak sama telah pula melahirkan pandangan, kebutuhan, tangapan
danstruktur motivasi yang beraneka. Beberapa prinsip keagamaan akan
menunjukkan secara jelas kaitan konkrit antara kebutuhan dan pandangan
kelompok tertentu saja daripada kelompok lain yang kadangkala kepentingannya
tak tercermin sama sekali.
Karena itu kebhinekaan kelompok dalam masyarakat akan mencerminkan
perbedaan jenis kebutuhan keagamaan, akibatnya dalam sosiologi agama
terbentang luas lapangan studi yang menyangkut hubungan antara agama dengan
struktur sosial. Tetapi dalam hal ini terjadi hubungan dua arah, yaitu tidak saja
kondisi spsial saja yang menyebabkan lahir dan menyebarnya ide serta nilai-nilai,
namun bila ide-ide dan nilai telah terlembaga maka ia mempengaruhi tindakan
manusia. Karena itu sosiologi agama tidak hanya harus mempelajari pengaruh
struktur sosial sosial terhadap agama saja, tetapi juga harus mempelajari pengaruh
agama terhadap struktur sosial.
4. Psikologi dan Agama
Pada umumnya ajaran agama membentuk sikap-sikap yang baik (seperti
persaudaraan, cinta kasih, kesatriaan dan sebagainya) yang sangat membantu
ketentraman dan keamanan masyarakat, disamping itu semua agama mempunyai
keyakinan bahwa agamanya memiliki ajaran yang paling benar, maka kadang-
kadang yang muncul adalah rasa sombong, merasa lebih tinggi dari penganut
agama yang lain.

19
Dalam kesombongannyan ini akan merasa lebih tahu tentang rahasia
dunua akhirat dan memastikan dirinya akan masuk surga, sedangkan penganut
agama lain masuk neraka. Kesombongan ini melahirkan sikap memandang rendah
(menghina) pemeluk agama lain. Dengan kacamata superior memandang sesuatu
yang ada pada golongan lain serba bodoh dan serba salah, baik ajarannya,
ibadatnya. Masyarakat yang terkenal beragama tidak dengan sendirinya menjadi
masyarakat yang ideal, karena tidak ditempati oleh penghuni-penghuni yang ideal
sebab belum sanggup mengekang hawa nafsu, belum saling mencintai
sebagaimana dituntut oleh ajaran-ajaran agama yang sering muncul justru sikap
mental negatif seperti ketegangan, ketakutan dan kecemasan, ini cerminan dari
sikap intoleransi.
Dalam membahas psikologi agama, Freud berpendapat bahwa agama
adalah alat psikologis yang digunakan untuk menggantungkan harapan harapan
kebaikan dan ideal-ideal kepada wujud supernatural yang disebut Tuhan.
Pendapatnya yang lain mengatakan, agama memiliki fungsi-fungsi psikologis
tertentu yaitu agama akan muncul sebagai respon terhadap konflik dan kelemahan
emosional yang dalam.
D. Materi Wawasan Aksi
Wawasan aksi yakni lingkup wawasan yang membahas atau penyampaian
pesan yang didalamnya mengandung kebijakan-kebijakan yang diberikan oleh
Kementrian Agama dan disampaikan ulang oleh penyuluh agama kepada
masyarakat binaan maupun umum. Salah satu contohnya yakni :
1. Perihal kebijakan Kementrian Agama tentang sertifikasi kepada para
Ulama.
2. Tentang pengelolaan dan pemberdayaan zakat.
3. Program Kementrian Agama dalam pembinaan kerukunan umat.
4. Isu kebijakan visa berbayar bagi jemaah haji dan umrah yang akan berhaji
dan berumrah kali kedua.
5. Isu pembatalan biaya visa umrah tak benar
6. Surat Keputusan Menteri Agama RI no. 70 tahun 1978 tentang Pedoman
Penyiaran Agama, dan diatur, bahwa: Untuk menjaga stabilitas nasional
dan demi tegaknya kerukunan antar umat beragama, pengembangan dan

20
penyiaran agama supaya dilaksanakan dengan semangat kerukunan,
tenggang rasa, teposeliro, saling menghargai, hormat menghormati antar
umat beragama sesuai jiwa Pancasila.
7. Penyiaran agama tidak dibenarkan untuk:

1) Ditujukan terhadap orang dan atau orang-orang yang telah memeluk


sesuatu agama lain.
2) Dilakukan dengan menggunakan bujukan/pemberian material, uang,
pakaian, makanan/minuman, obat-obatan, dan lain-lain agar supaya
orang tertarik untuk memeluk sesuatu agama.
3) Dilakukan dengan cara-cara penyebaran pamflet, buletin, majalah,
buku-buku, dan sebagainya di daerah-daerah/ di rumah-rumah
kediaman umat/orang yang beragama lain.
4) Dilakukan dengan cara-cara masuk ke luar dari rumah ke rumah orang
yang telah memeluk agama lain dengan dalih apapun.
5) Bilamana ternyata pelaksanaan pengembangan dan penyiaran agama
sebagaimana yang dimaksud Diktum Kedua, menimbulkan
terganggunya kerukunan hidup antar umat beragama, akan diambil
tindakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6) Dan kebijakan-kebijakan lainnya.

21
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Materi wawasan global yakni materi yang dibawakan oleh penyuluh agama
mengenai wawasan atau ilmu-ilmu yang bersifat uiniversal atau umum. Yang di
dalamnya membahas beberapa wawasan seperti Al-maujudat (tauhid), nilai
(moral), iman, islam, ihsan dan dakwah. Berikut penjelasan mengenai materi yang
dibahas dalam wawasan global.

Wawasan aksi yakni lingkup wawasan yang membahas atau penyampaian


pesan yang didalamnya mengandung kebijakan-kebijakan yang diberikan oleh
Kementrian Agama dan disampaikan ulang oleh penyuluh agama kepada
masyarakat binaan maupun umum

22
Daftar Pustaka

Abd. Jabbar Adlan Et, All. (1995). Teks book, Dirosat Islamiyah, Pengantar Ilmu
Tauhid dan Pemikiran Islam. Surabaya : CV. Aneka Bahagia.

Abdulsyani. (1994). Sosiologi skematika, teori dan terapan. Jakarta: Bumi.


Aksara.

Al-faruqi, Razi Ismail. (1988). Tauhid, terj. Rahmani Astuti Cet. 1. Bandung:
Pustaka.

Amin, Samsul Munir. (2009) Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.

Daroeso, Bambang. (1986). Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila.


Surabaya: Aneka Ilmu.

Hartono. (2004). Statistik untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hidayat, Y. (2008). Membentuk Keluarga Sakinah. Bandung: Mulia Press.

M.Yusran Asmuni dari Tim Penyusun Kamus. (1993). Kamus Besar Bahasa
Indonesia [Departemen P & K, Jakarta, 1989. Dalam bukunya “Ilmu
Tauhid”]. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Nata,Abuddin. (2003). Manajemen Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Nottingham, E.K. (2000) Agama dan Masyarakat: Suatu Pengantar Sosiologi


Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Pramono, Wahyudi. (2007). Etika Membangun Masyarakat Islam Modern.


Yogyakarta: Graha ilmu.

Pimay,Awaludin. (2006). Metodologi Dakwah. Semarang: Rasail.

Safe’i, Rahmat. (2000). Al-Hadis Akidah, Akhlak, Sosial, dan Hukum. Bandung:
Pustaka Setia.

Saputra, Wahidin. (2011). Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Shihab, M. Quraish. (2002). Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian


Alquran Vol. 5. Jakarta: Lentera Hati.

Sjarkawi. (2009). Pembentukan Kepribadian Anak Peran moral Intelektual,


Emosional dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.

23
Tafsir, Ahmad. (1992). Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Qutub, Sayyid. (2000). “Tafsir fi’Dzhilal al-Qur’an. Jakarta: Gema Insani.

Veeger.KJ. (1993). Realitas Sosial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Zainuddin. (1992) . Ilmu Tauhid Lengkap. (Jakarta: Rineka Cipta

Zuriah, Nurul. (2008). Pendidikan Moral & Budi Pekerti Dalam Perspektif
Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.

24

Anda mungkin juga menyukai