Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Realisasi Penyerapan APBN ”

DISUSUN OLEH:

Hans Rafael Pasorong (2111049)


Alfaldo Abraham Khomar (2111031)
Alfaldo Abraham Khomar (2111038)
Eki kurniawan hamdani (1711114)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

UNIVERSITAS ATMAJAYA MAKASSAR

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas Berkat-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu. Makalah disusun untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rosa Agustina Oyong S. E. M. Si


selaku Dosen Mata Kuliah Perekonomian Indonesia.Tugas yang diberikan ini dapat
menambah wawasan terkait Realisasi Penyerapan APBN. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
untuk penyempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................5

2.1 Pengertian Anggaran dan APBN menurut UU.............................................................................5

2.2 Tujuan penyusunan APBN..........................................................................................................6

2.3 Fungsi Anggaran dan Fungsi APBN............................................................................................7

2.4 Struktur APBN Negara................................................................................................................9

2.5 Penyerapan Anggaran................................................................................................................11

2.6 Tingkat penyerapan anggaran di Indonesia................................................................................11

2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran Di Indonesia.................................12

BAB III PENUTUP.............................................................................................................................14

3.1 Kesimpulan................................................................................................................................14

3.2 Saran..........................................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap negara atau suatu organisasi tentunya memiliki tujuan yang harus dicapai.
Memajukan kejesehteraan umum bagi seluruh rakyat merupakan tujuan bangsa dan negara
Indonesia yang telah tertulis pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Demi
tercapainya tujuan bangsa, agar dapat membantu percepatan untuk menuju peningkatan pada
kesejahteraan rakyat, pemerintah Indonesia menetapkan kebijakan desentralisasi.
Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, desentralisasi
merupakan penyerahan urusan pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom
berdasarkan asas otonomi. Pada tahun 1999, desentraslisasi di Indonesia mulai ditetapkan,
ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah. Maksud dari diadakannya desentralisasi ini, bertujuan agar sistem pengelolaan
keuangan bisa berjalan secara demokratis, adil, dan proporsional. Pelaksanaan dan penetapan
sistem desentralisasi menyebabkan pengelolaan anggaran daerah dialokasikan dan diserahkan
sepenuhnya kepada daerah otonom (Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah). Mengenai hal ini,
pemerintah berharap adanya perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah
daerah dengan cara merencanakan pendanaan setiap tahunnya dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN).
APBN adalah pengelolaan keuangan negara setiap tahun yang ditetapkan dgn UU.
Bertujuan untum mengatur pendapatan & pengeluaran negara. Struktur APBN ialah
pendapatan negara & hibah, belanja negara, keseimbangan primer, surplus/defisir anggaran,
pembiayaan. Nilai defisit yg besar masjh dapat berarti baik selama target produk domestik
bruto tercapai.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian anggaran dan APBN menurut UU?
2. Apa tujuan penyusunan APBN?
3. Bagaimana Fungsi APBN?
4. Bagaimana struktur APBN negara?

3
5. Bagaimana tingkat penyerapan anggaran di Indonesia?
6. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan anggaran di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini ditulis dengan tujuan agar pembaca bisa lebih memahami mengenai
realisasi penyerapan anggaran di Indonesia, dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Hal
ini dapat menjadi pembelajaran dan evaluasi bagi kita mengenai pemanfaatan anggaran
kedepannya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anggaran dan APBN menurut UU

Budget atau anggaran dalam pengertian umum diartikan sebagai suatu rencana
kerjauntuk suatu periode yang akan datang yang telah dinilai dengan uang. Kata budget yang
digunakan di Inggris sendiri merupakan serapan dari istilah bahasa Perancis yaitu bouge atau
bougette yang berarti “tas” di pinggang yang terbuat dari kulit, yang kemudian di Inggris kata
budget ini berkembang artinya menjadi tempat surat yang terbuat dari kulit, khususnyatas
tersebut dipergunakan oleh Menteri Keuangan untuk menyimpan surat-surat
anggaran.Sementara di negeri Belanda, anggaran disebut begrooting, yang berasal dari
bahasa Belanda kuno yakni groten yang berarti memperkirakan.

Di Indonesia sendiri, pada awal mulanya (pada jaman Hindia-Belanda) secara resmi
digunakan istilah begrooting untuk menyatakan pengertian anggaran. Namun sejak
Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945, istilah “Anggaran Pendapatan dan Belanja” dipakai
secara resmi dalam pasal 23 ayat 1 UUD 1945, dan di dalam perkembangan selanjutnya
ditambahkan kata Negara untuk melengkapinya sehingga menjadi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara.

Pengertian APBN adalah dijabarkan dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang


Keuangan Negara. Dalam UU tersebut, yang dimaksud dengan APBN adalah meliputi lima
hal sebagai berikut:

1. APBN adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR.

2.APBN terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan.

3.APBN meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember.

4.APBN Ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang.

5.APBN mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan


stabilisasi.

5
Sebelum disahkan, APBN bernama Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau RAPBN. RAPBN ini selanjutnya dibahas bersama antara DPR dan perwakilan
pemerintah.

Anggaran diinterpretasikan sebagai paket dari pernyataan perkiraan penerimaan dan


pengeluran yang diharapkan akan terjadi satu atau beberapa peroide mendatang (Indra
Bastian, 2006:163). Menurut Fadillah Amin (2019:1) penganggaran merupakan salah satu
dari empat unsur utama dalam Keuangan Publik. Penganggaran menjadi suatu unsur atau
bagian penting dalam sebuah perencanaan yang dibuat suatu entitas sebagai upaya
pencapaian tujuan yang tergambar dalam visi dan misi suatu organisasi atau perusahaan.
Anggaran sektor publik diperuntukan untuk kepentingan publik dimana anggaran ini
digunakan dalam membantu meningkatkan kebutuhan masyarakat yang lebih layak lagi.
Halim dan Syam Kusfi (2014:97) menjelaskan bahwa penilaian keberhasilan pelaksanaan
anggaran dapat dilakukan dengan menilai pada tingkat penyerapan anggarannya.
Ada beberapa siklus pembahasan APBN yang terbilang sangat panjang dan
melibatkan banyak pihak. Selama pembahasan anggaran, disusun rencana anggaran yang
biasanya dibahas di tingkat komisi DPR dengan kementerian/lembaga negara terkait yang
jadi pengguna anggaran.

Rencana-rencana anggaran tersebut kemudian akan disusun kembali oleh


Kementerian Keuangan yang berperan sebagai bendahara negara. Hal ini karena,
Kementerian Keuangan nantinya akan menyinkronkan semua rencana pengeluaran dengan
target penerimaan seperti pajak dan penerimaan non-pajak seperti PNBP dan hibah.

2.2 Tujuan penyusunan APBN


APBN mempunyai tujuan untuk mengatur pendapatan dan pengeluaran negara, agar
peningkatan produksi dan kesampatan kerja serta peningkatan pertumbuhan ekonomi dapat
tercapai sehingga kesejahteraan masyarakat dapat terwujudkan. Selain itu, Tujuan
penyusunan APBN adalah untuk menyesuaikan dengan asumsi dasar makro. Setelah melalui
berbagai siklus tersebut, barulah RAPBN tersebut kemudian disahkan DPR menjadi APBN.

6
2.3 Fungsi Anggaran dan Fungsi APBN
Anggaran berfungsi sebagai berikut:

1. Anggaran sebagai alat perencanaan. Anggaran merupakan alat perencanaan


manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Anggaran sektor publik dibuat untuk
merencanakan tindakan apa yang akan dilakukanoleh pemerintah, berapa biaya yang
dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dan belanja pemerintah tersebut.

2. Anggaran sebagai alat pengendalian. Anggaran merupakan suatu alat yang esensial
untuk menghubungkan antara proses perencanaan dan proses pengendalian. Sebagai
alat pengendalian, anggaran memberikan rencana detail atas pendapatan dan
pengeluaran pemerintahagar pembelanjaan yang dilakukan dapat
dipertanggungjawabkan kepada publik. Tanpa anggaran, pemerintah tidak dapat
mengendalikan pemborosan-pemborosan pengeluaran. Bahkan tidak berlebihan jika
dikatakan bahwa presiden, menteri, gubernur, bupati, dan manajer publik lainnya
dapat dikendalikan melalui anggaran. Anggaran sektor publik dapat digunakan untuk
mengendalikan (membatasi kekuasaan) eksekutif.

3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal
pemerintah digunakan untuk menstabilkanekonomi dan mendorong pertumbuhan
ekonomi. Melalui anggaran publik tersebutdapat diketahui arah kebijakan fiskal
pemerintah sehingga dapat dilakukan prediksi- prediksi dan estimasi ekonomi.
Anggaran dapat digunakan untuk mendorong,memfasilitasi dan mengkoordinasikan
kegiatan ekonomi masyarakat sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.

4. Anggaran sebagai alat politik. Anggaran digunakan untuk memutuskan prioritas-


prioritas dan kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik,
anggaran merupakan political tool sebagai bentuk komitmen eksekutif dan
kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik untuk kepentingan tertentu.

5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi. Setiap unit kerja pemerintahan
terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran publik merupakan alat
koordinasi antar bagian dalam pemerintahan. Anggaran publik yang disusun dengan
baik akan mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam
pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu, anggaran publik juga berfungsi sebagai
alat komunikasi antar unit kerja dalam lingkungan eksekutif. Anggaran harus
dikomunikasikan ke seluruh bagian organisasi untuk dilaksanakan.

6. Anggaran adalah alat penilaian kinerja. Anggaran merupakan wujud komitmen dan
budget holder (eksekutif) kepada pemberiwewenang (legislatif). Kinerja eksekutif
akan dinilai berdasarkan berapa yang berhasil ia capai dikaitkan dengan anggaran
yang telah ditetapkan. Anggaranmerupakan alat yang efektif untuk pengendalian dan
penilaian.

7
7. Anggaran sebagai alat motivasi. Anggaran sebagai instrumen untuk memotivasi
masyarakat manajemen agar bekerjasecara ekonomis, efektif, dan efisien dalam
mencapai target dan tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Agar dapat memotivasi,
anggaran hendaknya bersifat challenging but attainable atau demanding but
achieveable. Maksudnya adalah target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi
sehingga tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendah sehingga terlalu
mudah untuk dicapai.

8. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang public. Anggaran publik tidak boleh
diabaikan oleh kabinet, birokrat, dan DPR/DPRD.Masyarakat, LSM, Perguruan
tinggi, dan berbagai organisasi kemasyarakatan harus terlibat dalam proses
penganggaran publik. Kelompok masyarakat yang terorganisasikan mencoba
mempengaruhi anggaran pemerintah untuk kepentingan mereka.

Berdasarkan pasal 3 ayat 4 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,


ditegaskan bahwa APBN adalah mempunyai enam fungsi sebagai berikut:

1. Fungsi otorisasi. Artinya anggaran negara menjadi dasar untuk melaksanakan


pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan. Dengan demikian,
pembelanjaan atau pendapatan dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat.

2. Fungsi perencanaan. Mengandung arti bahwa anggaran negara dapat menjadi


pedoman bagi negara untuk merencanakan kegiatan pada tahun tersebut. Bila
suatu pembelanjaantelah direncanakan sebelumnya, maka negara dapat membuat
rencana-rencana untuk mendukung pembelanjaan tersebut.

3. Fungsi pengawasan, berarti anggaran negara harus menjadi pedoman untuk


menilaiapakah kegiatan penyelenggaraan pemerintah negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian akan mudah bagi rakyat untuk
menilai apakah tindakan pemerintah menggunakan uang negara untuk keperluan
tertentu itu dibenarkan atautidak.

4. Fungsi alokasi yaitu anggaran negara harus diarahkan untuk mengurangi


pengangguran dan pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas perekonomian.

5. Fungsi distribusi yaitu bahwa kebijakan anggaran negara harus memperhatikan


rasa keadilan dan kepatutan.

6. Fungsi stabilisasi, yakni anggaran pemerintah menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian

8
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrument utama
kebijakan fiskal yang sangat mempengaruhi jalannya perekonomian dan keputusan-keputusan
investasi yang dilakukan para pelaku pasar. Hal ini disebabkan APBN secara umum
menjabarkan rencana kerja dan kebijakan yang akan diambil pemerintah dalam
penyelenggaraan pemerintahan, alokasi sumber-sumber ekonomi yang dimiliki, distribusi
pendapatan dan kekayaan melalui intervensi kebijakan dalam rangka mempengaruhi
permintaan dan penawaran faktor produksi serta stabilisasi ekonomi makro. Dengan
demikian strategi dan pengelolaan APBN menjadi isu yang sangat sentral dan penting dalam
perekonomian suatu Negara.

2.4 Struktur APBN Negara

Dikutip dari laman Gramedia blog, secara garis besar struktur APBN adalah
pendapatan negara dan hibah, belanja negara, keseimbangan primer, surplus atau defisit
anggaran, pembiayaan. APBN dinyatakan surplus apabila jumlah pendapatan lebih besar
daripada jumlah belanja.

1. Belanja negara

Belanja pemerintah pusat adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan
pembangunan pemerintah pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah.

Belanja pemerintah pusat dalam APBN antara lain belanja pegawai, belanja barang,
belanja modal, pembiayaan bunga utang, subsidi BBM dan subsidi non-BBM, belanja hibah,
belanja sosial (termasuk penanggulangan bencana), dan belanja lainnya.

2. Pembiayaan negara

Pembiayaan negara terbagi menjadi dua jenis pembiayaan, yakni pembiayaan dalam
negeri dan luar negeri. Pembiayaan dalam negeri meliputi pembiayaan perbankan dalam
negeri dan pembiayaan non perbankan dalam negeri (hasil pengelolaan aset, pinjaman dalam
negeri neto, kewajiban penjaminan, surat berharga negara neto, dan dana investasi
pemerintah).

Sedangkan pembiayaan luar negeri meliputi penarikan pinjaman luar negeri yang
terdiri atas pinjaman program dan pinjaman proyek, penerusan pinjaman, dan pembayaran
cicilan pokok utang luar negeri yang terdiri atas jatuh tempo dan moratorium.

9
3. Pendapatan pajak

Pendapatan pajak dalam negeri terdiri dari pendapatan pajak penghasilan (PPh),
pendapatan pajak pertambahan nilai (PPN) dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah,
pendapatan pajak bumi dan bangunan, pendapatan cukai, pendapatan pajak lainnya.
Selanjutnya pendapatan pajak internasional pendapatan bea masuk dan pendapatan bea
keluar.

4. Pendapatan negara

Pendapatan negara didapat melalui penerimaan perpajakan dan penerimaan bukan


pajak. Penerimaan perpajakan untuk APBN adalah biasanya melalui kepabean dan cukai,
penerimaan pajak, dan hibah.

Selain itu, pendapatan negara juga didapat melalui penerimaan negara bukan pajak
dan lainnya. Contoh pendapatan badan layanan umum (BLU), pendapatan sumber daya alam
(SDA), pendapatan dari kekayaan negara dan hibah yang didapat.

5. Penerimaan negara bukan pajak (PNBP)

PNBP berasal dari penerimaan sumber daya alam dan gas bumi (SDA migas),
penerimaan sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi (SDA non migas), pendapatan
bagian laba BUMN.

Kemudian pendapatan laba BUMN perbankan, pendapatan laba BUMN non


perbankan, PNBP lainnya, pendapatan dari pengelolaan BMN, pendapatan jasa pendapatan
bunga pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil tindak pidana korupsi dan lain-lain.

6. Penyusunan APBN

Proses penyusunan dan penetapan APBN adalah dapat dikelompokkan dalam dua
tahap. Pertama pembicaraan pendahuluan antara pemerintah dan DPR, dari bulan Februari
sampai dengan pertengahan bulan Agustus.

Kedua, pengajuan pembahasan dan penetapan APBN, dari pertengahan bulan Agustus
sampai dengan bulan Desember.

10
2.5 Penyerapan Anggaran

Sering dibaca di media cetak maupun elektronik, para pengamat ekonomi menyoroti
masalah rendahnya tingkat penyerapan anggaran sebagai salah satu indikator kegagalan
birokrasi. Dalam kerangka penganggaran berbasis kinerja, sebenarnya penyerapan anggaran
bukan merupakan target alokasi anggaran.Perfomance Based Budget lebih menitikberatkan
pada kinerja ketimbang penyerapan itu sendiri. Hanya saja, kondisi perekonomian kita saatini
variabel dominan pendorong pertumbuhannya adalah faktor konsumsi, sehingga belanja
pemerintah yang merupakan konsumsi pemerintah turut menjadi penentu pertumbuhan
tersebut.

Kegagalan target penyerapan anggaran memang akan berakibat hilangnya manfaat


belanja. Karena dana yang telah dialokasikan ternyata tidak semuanya dapat dimanfaatkan
yang berarti terjadi iddle money. Padahal apabila pengalokasian anggaran efisien, maka
keterbatasan sumber dana yang dimiliki negara dapat dioptimalkan untuk mendanai kegiatan
strategis. Dalam konsep dasar ilmu ekonomi, basic problem yang dihadapi oleh manusia
adalah keterbatasan sumber dana sebagai alat pemenuhan kebutuhan dihadapkan pada
kebutuhan yang jumlahnya tak terbatas. Basic problem ini juga dihadapi oleh suatu negara
termasuk Indonesia. Sumber-sumber penerimaan negara yang terbatas, dihadapkan pada
kebutuhan masyarakat yang tidak terbatas, mengharuskan Pemerintah menyusun prioritas
kegiatan dan pengalokasian anggaran yang efektif dan efisien. Oleh sebab itu, ketika
penyerapan anggaran gagal memenuhi target, berarti telah terjadi infesiensi dan inefektivitas
pengalokasian anggaran. Namun, dalam kerangka penganggaran berbasis kinerja atau
Performance Based Budget, pencapaian target penyerapan anggaran bukan merupakan
indikator kinerja (performance indicator).

2.6 Tingkat penyerapan anggaran di Indonesia

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam


Negeri, per 19 November 2021, rata-rata persentase realisasi belanja APBD provinsi tahun ini
baru sebesar 65,12%. Sementara itu, rata-rata belanja APBD kabupaten hanya 61,15%, dan
Kota 59,08%. Bahkan ada daerah yang realisasi belanjanya baru mencapai 39%. Hal itu
pantas membuat geram, apalagi di masa pandemi. Dorongan kebijakan APBN dan APBD
semestinya segera dilakukan demi pemulihan ekonomi. Sayangnya, ketika pemerintah pusat

11
berupaya keras me-refocusing anggaran untuk menanggulangi covid-19 termasuk dampak
ekonominya, pemerintah daerah justru melakukan hal yang tidak sinkron.

Alasan lama pemda soal kehati-hatian penggunaan anggaran dan rumitnya birokrasi
tidak lagi dapat dimaklumi. Sebab, untuk mempercepat realisasi anggaran, termasuk BLT dan
anggaran kesehatan, Menkeu telah melakukan serangkaian relaksasi dan simplifikasi. Di luar
itu, semestinya pemda belajar dari pengalaman penggunaan anggaran di tahun pertama
pandemi. Kondisi yang belum berubah tidak ayal menimbulkan kecurigaan mengenai
kesengajaan dalam menahan belanja hingga akhir tahun. Hal itu pula yang telah dibaca
Forum Indonesia Transparansi Anggaran (Fitra) sejak pertengahan tahun. Fitra mencermati
penggunaan anggaran sejak semester pertama 2021. Pemerintah pusat sudah mentransfer
anggaran ke daerah sebesar Rp346,6 triliun selama periode itu. Namun, anggaran tersebut
justru mengendap di perbankan sebesar Rp190 triliun. Dari jumlah itu, Rp139 triliun dalam
bentuk giro, deposito Rp46,9 triliun, dan tabungan Rp 4,1 trilliun.

Pola menahan belanja anggaran hingga akhir tahun sebenarnya merupakan praktik
usang. Begitu membudayanya bahkan di kalangan umum terdapat anekdot jika proyek dan
kegiatan pemerintah akan semarak di penghujung tahun. Oleh karena itu, sudah saatnya
pemerintah pusat menerapkan kebijakan baru untuk memutus budaya buruk ini. Menkeu
dapat lebih banyak melalukan intercept atau pengambil alihan jika memang daerah terus
lamban. Dalam penanganan pandemi, pengambilalihan, misalnya, dilakukan dalam program
percepatan vaksinasi di sejumlah daerah dengan memobilisasi TNI, Polri, dan BKKBN.
Lebih jauh lagi, pemerintah dapat membuat regulasi batas minimal serapan anggaran daerah
per semester. Hal ini semestinya bisa menjadi dorongan bagi pemerintah daerah untuk serius
memperbaiki kinerja serapan anggaran mereka.

2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Anggaran Di Indonesia

Menurut Zarinah (2016) perencanaan sebagai acuan bagi penganggaran pada dasarnya
adalah proses untuk menyusun rencana pendapatan, belanja, dan pembiayaan untuk jangka
waktu tertentu. Perencanaan anggaran memberikan kontribusi besar terhadap penyerapan
anggaran, sehingga semakin baik perencanaan maka akan semakin baik penyerapan
anggaran.Oleh karena itu, menurut Ramadhani dan Setiawan (2019) apabila konsep

12
perencanaan tidak matang akan berdampak pada program kerja yang menyebabkan
penyerapan anggaran menjadi lambat.

Pelaksanaan merupakan aktivitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk


merealisasikan semua rencana dan kebijakan yang telah dirumuskan dan ditetapkan (BPKP,
2011). Menurut Rusmana (2012) pelaksanaan anggaran merupakan tahapan yang dimulai
sejak APBD disahkan melalui peraturan daerah pada setiap akhir tahun sebelum tahun
anggaran baru dimulai. Walaupun perencanaan sudah disusun dengan baik tetapi jika dalam
pelaksanaan banyak mengalami kendala atau hambatan maka akan mengakibatkan kegiatan
tidak sesuai dengan jadwal ataupun tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan
sehingga sangat mungkin realisasi anggaran menjadi lambat dan tidak tepat waktu.

Secara garis besar penyerapan belanja kementrian/lembaga dipengaruhi oleh faktor-


faktor internal kementrian/lembaga, antara lain:

a. Keterlambatan penetapan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dan pengelola


kegiatan di hamper semua Satker Pusat dan Daerah
b. Reorganisasi
c. Penyempurnaan business process
d. Faktor kehati-hatian kementrian/lembaga
Faktor lain seperti keterlambatan pejabat daerah dalam menetapkan pengelolaan
anggaran pada satuan kerja perangkat daerah, faktor geografis dan iklim.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
APBN adalah pengelolaan keuangan negara setiap tahun yg dutetapkan dgn UU.
Bertujuan untum mengatur pendapatan & pengeluaran negara. Struktur apbn ialah
pendapatan negara & hibah, belanja negara, keseimbangan primer, surplus/defisir anggaran,
pembiayaan. Nilai defisit yg besar masjh dapat berarti baik selama target produk domestik
bruto tercapai.
APBN mempunyai tujuan untuk mengatur pendapatan dan pengeluaran negara, agar peningkatan
produksi dan kesampatan kerja serta peningkatan pertumbuhan ekonomi dapat tercapai.

Berdasarkan pasal 3 ayat 4 UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, ditegaskan
bahwa APBN adalah mempunyai enam fungsi diantaranya ialah, APBN berfungsi sebagai otorisasi,
APBN sebagai perencanaan, fungsi APBN sebagai pengawasan, dan fungsi APBN sebagai stabilisasi.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam


Negeri, per 19 November 2021, rata-rata persentase realisasi belanja APBD provinsi tahun ini
baru sebesar 65,12%. Sementara itu, rata-rata belanja APBD kabupaten hanya 61,15%, dan
Kota 59,08%. Bahkan ada daerah yang realisasi belanjanya baru mencapai 39%. Hal itu
pantas membuat geram, apalagi di masa pandemi. Dorongan kebijakan APBN dan APBD
semestinya segera dilakukan demi pemulihan ekonomi. Sayangnya, ketika pemerintah pusat
berupaya keras me-refocusing anggaran untuk menanggulangi covid-19 termasuk dampak
ekonominya, pemerintah daerah justru melakukan hal yang tidak sinkron.

3.2 Saran
Institusi yang ada tersebut diyakini telah melakukan pemantauan secara seksama
dalam pelaksanaan penyerapan anggaran APBN. Mereka telah bekerja keras menyukseskan
pelaksanaan program pemerintah, agar pelaksanaannya sesuai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.

Masyarakat hanya perlu manfaat yang diterimanya, bukan hanya program selesai
dilaksanakan.   Pemimpin perlu mengecek sampai dengan outcome, dampak, dan benefit dari
program pembangunan, tidak hanya menerima laporan tentang output kegiatan.  Gagasan ini
mungkin tidak seratus persen dapat menyelesaikan persoalan tetapi setidaknya akan dapat
membantu mengurangi persoalan yang ada.

14
15

Anda mungkin juga menyukai