Oleh :
UNIVERSITAS TERBUKA
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang mana
dengan rahmat dan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Transparansi Pengelolaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Adapun latar belakang
penulis dalam membuat makalah ini adalah demi memenuhi tugas terstruktur yang
diberikan oleh Bapak Dosen kami, Bapak Haricha Dwi Randa,SIP,MPA selaku Dosen
Tutor mata kuliah Administrasi Keuangan di Universitas Terbuka.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan yang ada didalam
makalah ini. Oleh sebab itu, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar penulis bisa memperbaiki kekurangan dan kesalahan yang
ada di dalam makalah ini.
Sondang Mandasari
2
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1. Pengertian APBN 5
2. Pengelolaan Keuangan Negara 7
3. Pemeriksaan dan Pengawasan Keuangan Negara 11
1. Kesimpulan 15
2. Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 16
BAB I
3
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
4
2. RUMUSAN MASALAH
3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari APBN.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan keuangan negara.
3. Untuk mengetahui sistem dan mekanisme pengelolaan APBN di Indonesia.
BAB II
5
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN APBN
APBN merupakan bagian dari keuangan negara. Dalam teori anggaran terdapat
beberapa pendapat mengenai anggaran. Misalnya Burkhead and Winer mendefinisikan
anggaran sebagai rencana pengeluaran dan penerimaan negara untuk tahun mendatang
yang dihubungkan dengan rencana dan proyek-proyek untuk jangka waktu yang lebih
lama. Sedangkan Welsch memberikan definisi anggaran belanja negara sebagai
pedoman untuk membiayai tugas-tugas negara disegala bidang termasuk belanja
pegawai untuk jangka waktu tertentu, lazimnya satu tahun mendatang. Tugas- tugas
negara diselenggarakan demi kepentingan masyarakat (rakyat). Jadi masyarakat
dibebani biayai untuk penyelenggaraan tugas-tugas itu. Itulah sebabnya masyarakat
dikenakan pungutan-pungutan berupa pajak-pajak, bea dan cukai dan lain-lain
pungutan. Untuk memperkirakan berapa besarnya iuran-iuran (pungutan) itu maka
direncanakan anggaran pendapatan (LPEM,1993). Dari pendapat tersebut maka secara
umum pengertian terhadap anggaran negara adalah:
Jadi, APBN bisa menjadi alat untuk mengontrol kegiatan pemerintah, sehingga ada
acuan yang jelas mengenai pengeluaran maupun pendapatan negara dalam kurun waktu
satu tahun.
6
B. PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
Istilah keuangan Negara pertama kali dipakai dalam Pasal 23 ayat (5) UUD NRI 1945.
Pengertian keuangan Negara dalam Pasal 23 ayat (5) UUD NRI 1945 terkait dengan
tanggungjawab pemerintah tentang pelaksanaan anggaran. Ada beberapa pendapat
terkait dengan definisi keuangan negara. Pendapat yang dimaksud antara lain :
7
2. Pengurusan Keuangan Negara
a. Pengurusan Umum
1) Otorisator
2) Ordonator
Ordonator pengeluaran negara adalah pejabat yang dalam hal ini ditunjuk
Menteri Keuangan dan sebagai pelaksana adalah Direktorat Jenderal Anggaran,
8
yang untuk daerah dilaksanakan oleh kantor perbendaharaan negara. Tugas
ordonator pengeluaran negara ialah:
c. Pengurusan Khusus.
9
kolonial Hindia Belanda menjadi salah satu penyebab terjadinya beberapa bentuk
penyimpangan dan penyelewengan dalam pengelolaan keuangan negara. Oleh sebab itu
dilakukan upaya penyusunan peraturan perundang-undangan yang dapat mengakomodir
dan mengatur pelaksanaan pengelolaan keuangan negara yang sesuai dengan kebutuhan
saat ini yaitu dengan diterbitkannya beberapa peraturan perundang-undangan yang baru
yang dikenal dengan istilah undang-undang hasil reformasi keuangan yaitu, Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun
2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Kehadiran undang-undang ini diharapkan dapat memberikan garis yang jelas dan
tegas kepada pemerintah dalam mengatur keuangan dan aset negara. Mengingat
Undang-Undang tentang Keuangan Negara ini masih belum berjalan secara efektif,
tetapi sebagai upaya untuk melakukan reformasi perundangan warisan kolonial patut
kita hargai, apalagi perundangan sebelumnya sudah tidak mampu menjawab tantangan
perubahan zaman. Demikian pula, jika dalam perkembangannya nanti pelaksanaan UU
ini tidak dapat mengakomadasi perkembangan yang ada, tentu saja juga harus dilakukan
revisi. Oleh sebab itu, perkembangan pengelolaan keuangan negara jangan sampai
10
ditujukan untuk kepentingan, kemanfaatan, dan keinginan jangka pendek dan
keuntungan pihak elit tertentu dalam negara dan masyarakat. Pengelolaan keuangan
negara yang mewujudkan dirinya sebagai landasan konsep bagi prospek negara
Indonesia. Perpaduan antara kemajemukan dan kesatuan bangsa harus menjadi ciri logis
yang mengatur pengelolaan keuangan negara, sehingga konsepsi otonomi daerah
sebagai satu basis, kemandirian badan hukum sebagai satu basis, serta negara sebagai
basis yang harus diformulasikan dengan baik dan mendukung kegiatan negara.
BPKP
11
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) merupakan lembaga
pemerintah non departemen yang ada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada
Presiden. Salah satu pertimbangan dibentuknya BPKP oleh Keputusan Presiden No.31
Tahun 1983, adalah guna meningkatnya pengawasan terhadap keuangan negara yang
ada pada saat itu dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara
pada Departemen Keuangan sebagai unit pengawasan intern pemerintah. BPKP dalam
menjalankan tugasnya, memiliki beberapa tugas-tugas pokok antara lain :
12
g. Ketrampilan teknis seluruh aparat pengawasan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah daerah, termasuk pengawasan atas pelaksanaan fasilitas pajak,
bea dan cukai;
h. Melakukan pengawasan terhadap semua penerimaan Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah;
i. Melakukan pengawasan terhadap pengurusan barang-barang begerak milik
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
j. Melakukan pengawasan terhadap semua Badan Usaha Milik Negara, badan
Usaha Milik Daerah dan Badan-badan usaha lainnya yang seluruh atau
sebagian kekayaannya dimiliki Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah;
k. Melakukan pengawasan terhadap badan-badan lain yang di dalamnya
terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah karena pemberian hak atau Pemerintah Daerah
karena pemberian hak atau wewenang hukum publik;
l. Melakukan pengawasan terhadap sistem administrasi pelaksanaan anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha
Milik Daerah, termasuk pembukuan rekening-rekening Pemerintah pada
Bank;
m. Melakukan evaluasi terhadap tata kerja administrasi Pemerintahan yang
telah ditetapkan oleh masing-masing instansi;
n. Melakukan pemeriksaan khusus terhadap kasus-kasus tidak lancarnya
pelaksanaan pembangunan dan kasus-kasus yang diperkirakan mengandung
unsur penyimpangan yang merugikan Pemerintahan, Pemerintah Daerah,
Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah;
o. Melakukan pemeriksaan akuntan untuk memberikan pernyataan pendapat
akuntas terhadap Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik aerah, dan
Badan-badan lainnya yang dianggap perlu;
p. Melakukan pengawasan kantor akuntas publik. Segala biaya yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas BPKP dibebankan kepada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara.
13
Transparansi atau keterbukaan dan akuntabilitas bagi penyelenggara negara
merupakan norma yang harus senantiasa dipegang dan ditaati oleh pejabat pengelola
keuangan dalam menjalankan tugas, fungsi, dan kewenangan yang diembannya. Hal ini
merupakan ketentuan yang harus dipatuhi dan telah diatur dalam Pasal 3 Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelanggara Negara yang Bersih dan Bebas
dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme yang menyatakan :
“Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelanggaraan negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan, dan rahasia negara, sedangkan asas akuntabilitas adalah asas yang
menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan penyelenggara
mharus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku”
BAB III
14
PENUTUP
A. KESIMPULAN
15
B. SARAN
BPK perlu segera membangun sistem informasi untuk mewujudkan kelembagaan yang
transparan dan akuntabel, mengingat potensi kerugian Negara/daerah dalam setiap
pertanggungjawabaan keuangan Negara sanagat tinggi, maka BPK perlu segera menata
dan menyiapkan mekanisme tuntutan perbendaharaan yang dapat segera efektif
mengambalikan keraugian Negara/daerah. BPK, DPR dan Pemeriantah perlu membuat
kesepakatan untuk memenuhi kebutuhan SDM dan sumber daya fisik secara berkala,
untuk mememnuhi amanat konstitusi maupun peraturan perundang-undangan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah, Profil, Struktur Organisasi, Visi dan Misi,
Undang Nomor 17 Tahun 2003
16