5. Kanita (14020119140162)
Dasar pemikiran dari UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ini adalah
UUD 1945. Dibentuknya UU No. 25 Tahun 2004 dimaksudkan untuk :
• Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan
• Mengamanatkan setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara sistematis, terarah,
terpadu dan tanggap terhadap perubahan (Pasal 2 ayat 2).
• Prinsip Pembangunan Nasional sesuai dengan UU No. 25 Tahun 2004 yaitu kebersamaan, berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan, dan
kesatuan Nasional (Nawasis, 2004).
• RPJPNasional/Daerah ditetapkan sebagai UU/Perda, RPJM Nasional/Daerah ditetapkan sebagai
Perpres/Kepala Daerah dan Rencana Pembangunan Tahunan Nasional/Daerah ditetapkan sebagai
Perpres/Kepala Daerah.
Pendekatan Perencanaan Pembangunan menurut UU No.25 Tahun 2004
UU No. 25 tahun 2004 mencakup 5 (lima) pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan
pembangunan, yaitu:
a. Pendekatan politik
b. Pendekatan teknokratik
c. Pendekatan partisipatif
Perencanaan pembangunan berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 terdiri dari 4 (empat) tahapan, yakni :
1. Penyusunan Rencana, untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk
ditetapkan. Penyusunan rencana tebagi 2 (dua) :
a. Penyusunan RPJP
b. Penyusunan RPJM Nasional/ Daerah dan RKP/RKPD
2. Penetapan Rencana, untuk menetapkan landasan hukum bagi rencana pembangunan pada tahap
penyusunan rencana. Terdiri dari tiga hal bagian yaitu :
a. Penetapan Pembangunan Jangka Panjang
b. Penetapan Pembangunan Jangka Menengah
c. Penetapan Pembangunan Tahunan
3. Pengendalian Pelaksanaan Rencana, untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan
yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi lembaga/satuan kerja perangkat
daerah.
4. Evaluasi Pelaksanaan Rencana, kegiatan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis
data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan berdasarkan
indikator dan sasaran kinerja rencana pembangunan yang mencakup masukan (input), keluaran
(output), hasil (result), manfaat (benefit) dan dampak (impact).
Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 mengamanatkan dalam proses penyusunan dokumen perencanaan
pembangunan perlu mengikutsertakan pemerintah dan seluruh komponen masyarakat dalam bentuk forum
antar stakeholders atau forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang). Musrenbang daerah
adalah salah satu bagian yang sangat penting dalam proses penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD). Musrenbang menjadi media utama konsultasi publik bagi setiap stakeholders Prinsip yang
digunakan untuk menyepakati program dan kegiatan prioritas tersebut adalah musyawarah untuk mencapai
mufakat. Konsep “musyawarah” menunjukkan bahwa forum Musrenbang bersifat partisipatif dan dialogis.
Pendahuluan
Latar Belakang
Pembangunan dapat diartikan sebagai upaya terencana dan terprogram yang dilakukan secara terus menerus
oleh suatu negara untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik. Setiap individu atau negara akan selalu
bekerja keras untuk melakukan pembangunan demi kelangsungan hidupnya untuk masa ini dan masa yang akan
datang. Dalam pengertian yang paling mendasar, bahwa pembangunan itu haruslah mencakup masalah-masalah
materi dan financial dalam kehidupan. Dalam melaksanakan pembangunan haruslah ada rencana yang matang
dengan melihat apa yang dibutuhkan masyarakat dan sumber daya yang ada cukup atau tidak untuk melakukan
pembangunan.Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
adalah pedoman bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan perencanaan pembangunan.. Adanya sistem
tersebut diharapkan dapat menjadikan sebuah perencanaan pembangunan yang sempurna
Rumusan Masalah
Bagaimanakah efektivitas
01 02 Bagaimanakah partisipasi
pelaksanaan Musrenbang di
masyarakat Kecamatan Muara
Kecamatan Muara Badak?
Badak dalam kegiatan
Musrenbang?
02
Efektivitas Pelaksanaan Musrenbang di
Kecamatan Muara Badak
Mekanisme perencanaan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat
desa/kelurahan, kemudian dilanjutkan dengan forum serupa di tingkat yang lebih
tinggi.
Realita di lapangan proses perencanaan partisipatif pada Musrenbang sebagai upaya untuk melibatkan
masyarakat secara proses berjalan dengan optimal sesuai regulasi. Masyarakat berpartisipasi secara aktif
dengan menyampaikan aspirasinya mengenai permasalahan dan kebutuhan yang dihadapinya melalui
tokoh penting masyarakat. Namun hasilnya masih belum optimal karena aspirasi yang disampaikan pada
saat musrenbang tidak terealisasi dalam pembangunan. Pembangunan yang dijalankan ada yang tidak
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tidak melalui hasil musyawarah, dan prioritas desa tidak terealisasi.
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendekatan yang dilakukan pada musrenbang kecamatan menggunakan pendekatan pencapaian tujuan.
Masih banyak usulan kegiatan yang tidak terealisasi yang tertampung dalam musrenbang. Dalam hal ini
pemerintah harus bekerja dengan selektif dalam menampung aspirasi yang diberikan oleh masyarakat. Usulan
kegiatan pembangunan merupakan kegiatan yang sangat penting serta melibatkan banyak kehidupan
masyarakat yang harus di prioritaskan. Hal-hal dalam melakukan perencanaan pembangunan partisipatif salah
satu hal yang diperhatikan adalah keterlibatan masyarakat dalam melakukan perencanaan yang disusun oleh
pemerintah sebagaimana amanat UU No 25 Tahun 2004 tentang SPPN. Dengan melibatkan masyarakat maka
masyarakat juga akan mengetahui program pembangunan yang akan dilakukan oleh pemerintah serta
masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi dengan aktif dalam pembangunan. Pemerintah dapat menampung
aspirasi masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan.
SARAN
Hasan, S. (2018). Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dalam Penataan Hukum Nasional (Suatu
Kajian terhadap Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional). Jurnal Meraja, 1(3), 55–65.
Pasele, Enos. (2013). “Perencanaan Pembangunan Partisipatif: Studi Tentang Efektivitas Musrenbang
Kec. Muara Badak Kab. Kutai Kartanegara”. Jurnal Paradigma, 2(1).