Anda di halaman 1dari 23

1

REFORMASI BIROKRASI SEBAGAI INSTRUMEN


PENGENDALI KORUPSI
DEWI ROSTYANINGSIH
2

SUB POKOK BAHASAN


A. PENDAHULUAN
B. MENGAPA REFORMASI BIROKRASI
C. RESTRUKTURISASI KELEMBAGAAN
D. AKUNTABILITAS TANGGUNG RENTENG
E. REDEFINISI PERAN BIROKRASI
F. MEMBANGUN BIROKRASI YANG TRANSPARAN
G. PENGENDALIAN PENGGUNAAN DISKRESI
3

A. PENDAHULUAN

• Korupsi di Indonesia terjadi tidak saja di birokrasi tetapi juga di


DPR dan DPRD
• KPK serius dalam memberantas korupsi yang terjadi di DPR (OTT)
• Kemampuan KPK dan aparat penegak hukum tidak sebanding
dengan banyaknya kasus korupsi.
• Birokrasi sebagai pasar yang mempertemukan permintaan
dan penawaran korupsi (DPR yang berburu rente dan pejabat
birokrasi yang ingin proyeknya mendapat ijin dari DPR).
• Birokrasi sebagai mesin produksi korupsi di Indonesia.
4

B. MENGAPA REFORMASI BIROKRASI

• Birokrasi yang buruk mendorong perilaku koruptif


• Tercipta peluang aktor-aktor di dalam dan di luar birokrasi
untuk memburu rente, (Drugov dalam Dwiyanto cs, 2001).
• Pelaku korupsi : pemburu rente, para calo dan warga yang
menginginkan pelayanan cepat .
• Korupsi terjadi : pada tingkat tinggi birokrasi sampai pada
akar rumput (street-level of bureaucrats).
• Birokrasi perlu direformasi.
5

C. 1. RESTRUKTURISASI KELEMBAGAAN

• Struktur Birokrasi Weberian yang panjang dan hirarkis


mempermudah terjadinya transaksi korupsi.
• Struktur yang hirarkis diubah menjadi Model organisasi matriks
(lihat teori organisasi).
• Pola pikir pengelola harus diubah : dari berorientasi
security dan control menjadi harus mempertimbangkan
kemudahan dan kenyamanan warga.
6

C.2. RESTRUKTURISASI KELEMBAGAAN


• Memisahkan antara proses/prosedur pelayanan dengan hirarki
kekuasaan.
• Pemerintah membagi mandat dan kekuasaan pada
satuan birokrasinya harus secara utuh.
• Distribusi kewenangan untuk mengelola satu kegiatan layanan
perijinan kepada banyak satuan birokrasi/OPD membuat
jumlah pemangku kepentingan dalam satu kegiatan menjadi
banyak, masing-masing punya kebijakan sendiri.
7

C.3.Contoh fragmentasi kewenangan :


• Basyir Ahmad, walikota Pekalongan cerita tentang derita
warganya yang tidak bisa lagi melaut, karena untuk melaut,
seorang nelayan dan pengusaha harus memperoleh ijin dari 17
instansi pemerintah. (Dwiyanto, 2014)
• Di Indonesia fungsi pemerintah diurus oleh banyak kementrian
dan lembaga.
• Birokrasi panjang, biaya koordinasi mahal.
• Akibatnya : beban ditanggung masyarakat.
8

D.1. AKUNTABILITAS TANGGUNG RENTENG

• Birokrasi Weberian : akuntabilitas dipahami sebatas hubungan


bawahan dengan atasannya.
• Konsekwensinya :
1. Bersifat individual
2. Kolega, dinamika kelompok dan organisasinya tidak
diperhatikan.
9

D.2. AKUNTABILITAS TANGGUNG ….


Persoalan birokrasi Weberian :
• Gagal memanfaatkan kinerja kelompok untuk mendorong
kinerja perorangan.
• Mekanisme akuntabilitas yang menyeluruh, terbuka dan
partisipatif sulit berkembang.
• Menempatkan atasan sebagai sentral pengembangan
akuntabilitas organisasi (Waskat: pengawasan yang dilakukan
oleh atasan langsung)
10

D.3. AKUNTABILITAS TANGGUNG ….


Kelemahan Waskat :
1. Pengawasan diberikan pada atasan karena dianggap
sebagai sumber keilmuan, informasi dan kejujuran.
2. Mekanisme pengawasan yang efektif biasanya mekanisme
pengawasan yang terbuka dan partisipatif.
3. Mengawasi atasan adalah lebih strategis karena memiliki
kekuasaan yang besar.
11

D.4. AKUNTABILITAS TANGGUNG RENTENG ..


(PENGEMBANGAN )
1. Pembagian kerja dari perorangan menjadi kelompok.
2. Pola hubungan birokrasi dari yang bersifat vertikal
diperkaya dengan yang horisontal.
3. Menuntut perubahan insentif dari berbasis individual
menjadi berbasis kelompok dan kinerja.
4. Mekanisme pengawasan vertikal dan horisontal (masing-
masing orang bisa saling mengawasi sehingga dapat
menurunkan supply of dan demand for corruption.
12

E.1. REDEFINISI PERAN BIROKRASI

Kondisi saat ini :


• Brokrasi sebagai agen kekuasaan daripada sebagai agen
pelayanan (sebagai : abdi dalem, alat kekuasaan kolonial)
• Warga tergantung pada birokrasi (monopoli), maka
birokrasi menjadi lahan yang subur untuk korupsi.
• Birokrasi memonopoli dalam banyak hal terkait kehidupan
masyarakat.
13

E.2. REDEFINISI PERAN BIROKRASI ….

Peran birokrasi :
• Sebagai agen pelayanan : tunduk pada kebutuhan dan
partisipasi warga, agar masyarakat sejahtera.
• Sebagai agen pemberdayaan masyarakat : sebagai
fasilitator, regulator, dan promotor, agar masyarakat
mandiri dan mampu bersaing dalam pasar global.
14

E.3. REDEFINISI PERAN BIROKRASI ….

Peran birokrasi sebagai :


• Fasilitator : penguasaannya terhadap informasi, jaringan dan
sumberdaya dapat mendorong warga untuk berperan dalam
bidang sosial, ekonomi dan politik.
• Regulator : membuat aturan main agar setiap warga
mempunyai akses yang sama.
• Promotor : memberikan jalan pada warga agar dapat
mengoptimalkan peran sosial politik dan ekonomi secara
wajar dan bermartabat.
15

F. MEMBANGUN BIROKRASI YANG TRANSPARAN

Desentralisasi tidak menjamin berkurangnya praktek korupsi di


daerah.
Perlu adanya transparansi :
1. Arti transparansi
2. Derajat transparansi
3. Cara melakukan transparansi.
16

F.1. Arti transparansi :

Kemampuan untuk menjelaskan apa yang terjadi di


dalam organisasi sektor publik melalui :
• pertemuan terbuka,
• pemberian akses terhadap dokumen,
• publikasi informasi melalui website secara aktif,
• perlindungan terhadap whistle blower,
• dan bahkan melalui pembocoran informasi secara ilegal
(Piotrwosky dan Van Rizin, 2007, dalam Dwiyanto, 2015)
17

F.2. Derajat transparansi

• Apa yang terjadi di dalam organisasi publik : Semua


tindakan yang diambil oleh birokrasi pemerintah dan para
pejabatnya, beserta rasionalitasnya (Dwiyanto, 2006,2007).
• Rasionalitas : mengapa tindakan tertentu dilakukan.
• Transparansi : alokasi dan penggunaan anggaran, pembuatan
perda, perencanaan daerah dan tindakan lain yang
mempengaruhi kehidupan warga.
• Rahasia negara : merupakan alasan warga tidak dapat
mengakses semua informasi.
18

F.3. Cara melakukan transparansi.

• Pemberian akses terhadap dokumen.


• Konsultasi dan pelibatan pemangku kepentingan dalam
pengambilan keputusan.
• Mengunggah semua informasi pada webside dll.

•  TIK penting dalam birokrasi : pengembangan


e-procurement dan e-service.
19

G.1. PENGENDALIAN PENGGUNAAN DISKRESI

Diskresi penting dalam administrasi publik, sebab :


1. Banyak kebijakan publik dan peraturan tidak
jelas dan memberi penafsiran ganda.
2. Rasionalitas para pengambil kebijakan
terbatas, maka administrator/pelaksana
kebijakan mengantisipasinya dengan diskresi.
3. Peraturan perundang-undangan relatif
statis, sedangkan masalah publik sangat
dinamis.
20

G.2. PENGENDALIAN PENGGUNAAN DISKRESI

• Diskresi sering sebagai sumber korupsi.


• Pengendalian Diskresi :
1. Tradisi proses pengambilan keputusan : terbuka, inklusif dan
partisipatif.
2. Diskresi didasarkan hanya pada kewenangan pejabat yang
bersangkutan
3. Diskresi dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
dan dialog publik.
21

Catatan :
• STRUKTUR MATRIKS : Suatu struktur yang menciptakan lini
rangkap dari wewenang, menggabungkan departementalisasi
fungsional dan produk.
22

Pendalaman Materi :
• Pembagian kerja dari perorangan menjadi kelompok dan
pengendalian korupsi.
• Redefinisi peran Birokrasi.
23

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai