Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN STUDI KASUS

PEMUKIMAN REL DUPAK MAGERSARI GANG I

Dosen Pengampu & Team Teaching :

Ir. Esty Poedjioetami, MT


Firdha Ayu Atika, S.T., M.T.

Disusun oleh:

1. Shabilla Rahin J. 04.2021.1.03522


2. Arceline Dita S. 04.2021.1.03495
3. Mu’afiya Alimah S. 04.2021.1.03494
4. Sheryl Tabina U. 04.2021.1.03519
5. Alifvia Rahmadani 04.2021.1.03472
6. Isnani Latifa M. 04.2021.1.03468

MATA KULIAH PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA

SURABAYA

1
2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Tuhan YME, yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini yang berjudul “ Laporan studi
kasus Pemukiman Rel Dupak Magersari Gang I ” tepat pada waktunya. Meskipun demikian,
kami berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan laporan observasi ini. Baik dalam survey
lokasi maupun dalam pencarian studi literatur.

Tujuan utama dari penulisan laporan observasi ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah perumahan dan permukiman. Selain itu, dengan menulis laporan ini, kami dapat mengenal
Arsitektur perumahan dan permukiman dengan adanya program dari pemerintah kota Surabaya
dan memperluas wawasan dengan survey dan melihat secara langsung lokasi dimana terdapat
pemukiman yang bersebelahan dengan rel kereta api di Surabaya.

Dalam Menyusun laporan ini, banyak pihak telah membantu kami sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan observasi ini dengan baik. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan
terima kasih setulus-tulusnya kepada :
1. Kepada Ketua RT Dupak Magersari yang telah memberikan izin untuk melakukan
survey dilokasi tersebut dan bersedia wawancara terkait pemukiman tersebut.
2. Kepada teman – teman yang sudah menyempatkan waktu dan bersedia ikut
melakukan survei ke lokasi objek kasus.
3. Kepada Dosen mata kuliah Perumahan dan Pemukiman yang telah memberikan
bimbingan kepada kita selama mata kuliah ini dan mengarahkan bagaimana
jalannya survei.

2
ABSTRAK

Permukiman kumuh adalah tempat tinggal atau hunian yang kotor. Beragam upaya dan
program dilakukan untuk mengatasinya, namun masih saja banyak kita jumpai permukiman
masyarakat miskin di hampir setiap sudut kota yang disertai dengan ketidaktertiban dalam hidup
bermasyarakat di perkotaan. Misalnya yaitu, pendirian rumah maupun kios dagang secara liar di
lahan-lahan pinggir jalan sehingga mengganggu ketertiban lalu lintas yang akhirnya
menimbulkan kemacetan jalanan kota.

Masyarakat miskin di perkotaan itu unik dengan berbagai problematika sosialnya


sehingga perlu mengupas akar masalah dan merumuskan solusi terbaik bagi kesejahteraan
mereka. Dapat dijelaskan bahwa bukanlah kemauan mereka untuk menjadi sumber masalah bagi
kota namun karena faktor-faktor ketidakberdayaanlah yang membuat mereka terpaksa menjadi
ancaman bagi eksistensi kota yang mensejahterahkan.

Pemukiman kumuh “diartikan sebagai suatu kawasan pemukiman atau pun bukan
kawasan pemukiman yang dijadikan sebagai tempat tinggal yang bangunan-bangunannya
berkondisi substandar atau tidak layak yang dihuni oleh penduduk miskin yang padat. Kawasan
yang sesungguhnya tidak diperuntukkan sebagai daerah pemukiman di banyak kota besar, oleh
penduduk miskin yang berpenghasilan rendah dan tidak tetap diokupasi untuk dijadikan tempat
tinggal, seperti bantaran sungai, di pinggir rel kereta api, tanah-tanah kosong di sekitar pabrik
atau pusat kota, dan di bawah jembatan.

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
ABSTRAK
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Lokasi dan sasaran Penelitian

BAB II STUDI LITERATUR


2.1Pengertian Rumah Bersih
2.2 Ciri Karakteristik Rumah Bersih
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis penelitian
3.2 Sumber dan Teknik pengumpulan data
3.3 Tahapan Penelitian
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 FISIK
4.1.1 Struktur Bangunan
4.1.2 Material Bangunan
4.1.3 Perawatan Bangunan
4.1.4 Jenis Perbaikan
4.1.5 Jenis Dan Legalitas Hunian
4.1.6 Kondisi Ruang Dalam
4.2 NON FISIK
4.2.1 Tingkat Privasi
4.2.2 Kebisingan

4
4.2.3 Tingkat Kenyamanan
4.2.4 Kepuasan Terhadap Bangunan
4.3 KUALITAS BANGUNAN
4.3.1 Kualitas Udara
4.3.2 Sumber Air Bersih
4.3.3 Kondisi Jalan
4.3.4 Drainase
4.3.5 Listrik Dan Penerangan Jalan
4.3.6 Ketersediaan Fasilitas Kesehatan
4.3.7 Ketersediaan Fasilitas Pendidikan
4.3.8 Ketersediaan Fasilitas Rekreasi
4.3.9 Ketersediaan Fasilitas Perdagangan
4.3.10 Ketersediaan Fasilitas Komunal
4.3.11 Ketersediaan Transportasi Umum
4.3.12 Ketersediaan Fasilitas Pengelolaan Sampah
4.4 KARAKTERISTIK SOSIAL DAN BUDAYA
4.4.1 Rasa Kebersamaan
4.4.2 Sense Of Belonging
4.4.3 Budaya Masyarakat
4.4.4 Tingkat Kriminalitas
4.5 NILAI EKONOMI
4.5.1 Pekerjaan
4.5.2 Penghasilan
4.5.3 Nilai Rumah
KESIMPULAN
SARAN
DAFTAR PUSTAKA

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.1 Latar Belakang

Keterbatasan lahan perkotaan dan kurang tepatnnya sasaran program-program


pembangunan kota menjadikan pembangunan permukiman di perkotaan masih belum
berhasil hingga saat ini (Wijaya, 2016). Selain itu, pertumbuhan penduduk yang tinggi atau
urbanisasi juga satu dari sekian banyak penyebab meningkatnya jumlah pertumbuhan
penduduk (Pigawati, 2015). Meningkatnya jumlah penduduk tentu akan meningkatkan
kebutuhan ruang untuk bermukim atau sebuah perumahan dan permukiman. Sebagian besar
permukiman yang tidak terencana di tengah kota biasa disebut kampung. Perumahan dan
Kawasan permukiman yang sehat sekaligus baik merupakan hak dasar seluruh warga negara,
baik yang sudah mampu memenuhi kebutuhannya sendiri, maupun yang belum mampu
memenuhinya. Hal ini menjadi kewajiban bagi negara untuk memenuhi kebutuhan ini dan
menyejahterakan seluruh warga negaranya.

Kawasan pemukiman kumuh identik dengan adanya penduduk miskin. Namun, hal ini
tidak selalu benar, karena dalam pemukiman kumuh, juga ada penduduk yang tidak masuk
dalam kategori miskin. Hal ini dapat dilihat dari bentuk rumah dan fasilitas dalam rumah
yang mereka miliki. Beberapa ciri-ciri Kawasan kumuh yaitu yang pertama terjadi degradasi,
yang kedua bentuk bangunan rumah atau hunian terlihat tidak layak huni, dan yang terakhir
yaitu kondisi social ekonomi dan budaya yang buruk di wilayah pemukiman tersebut.

Kota Surabaya merupakan Ibu Kota Provinsi Jawa Timur yang juga menjadi pusat
pemerintahan dan perekonomian di Provinsi Jawa Timur. Surabaya juga merupakan kota
terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota Surabaya merupakan daerah terpadat di
Jawa Timur dengan penduduk sekitar 2,874 juta jiwa. Dengan UMK yang dapat dikatakan
tinggi, hal ini menjadi daya tarik bagi pendatang untuk datang ke kota Surabaya dari desa.
Inilah yang menyebabkan semakin padatnya jumlah penduduk dan makin pertumbuhan
penduduk yang makin signifikan di tiap tahunnya.

Pada observasi kali ini, kami memilih kawasan permukiman Dupak Magersari Gang 1,
Surabaya. Kampung ini terletak pada bantaran rel kereta api di belakang Pusat Grosir
Surabaya (PGS). Yang membuat kampung ini menarik yaitu, meskipun letaknya dipinggiran
rel kereta api, warga Dupak Magersari tiap paginya mencari nafkah dengan berjualan sayur
di pinggir rel. Warga-warga kampung ini juga mengatakan bahwa sudah biasa dan mulai

6
nyaman tinggal dan beraktifitas di Kawasan ini, meskipun terkadang debu dan polusi suara
dari kereta yang lewat menjadi permasalahan.

Berdasarkan uraian diatas, maka kami tertarik untuk menulis laporan observasi dengan
judul “LAPORAN STUDI KASUS PEMUKIMAN REL DUPAK MAGERSARI GANG
I”

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana saja kualitas hunian warga yang berada disekitar pemukiman Rel Dupak
Magersari Gang 1secara fisik maupun nonfisik?
2. Bagaimana kualitas lingkungan yang ada pada pemukiman sekitar Rel Dupak Magersari
Gang 1?
3. Apa saja karakteristik sosial dan budaya yang ada pada warga pemukiman Rel Dupak
Magersari Gang 1?
4. Bagaimana saja nilai ekonomi yang ada di pemukiman Rel Dupak Magersari meliputi
aspek penghasilan, pekerjaan dan nilai rumah?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui bagaimana saja kualitas hunian warga yang berada disekitar pemukiman Rel
Dupak Magersari Gang 1secara fisik maupun nonfisik
2. Mengetahui bagaimana saja kualitas lingkungan yang ada pada pemukiman sekitar Rel
Dupak Magersari Gang 1
3. Mengetahui apa saja karakteristik sosial dan budaya yang ada pada warga pemukiman
Rel Dupak Magersari Gang 1
4. Mengetahui bagaimana saja nilai ekonomi yang ada di pemukiman Rel Dupak Magersari
meliputi aspek penghasilan, pekerjaan dan nilai rumah

1.4 Lokasi dan Sasaran Penelitian

Penelitian ini dilakukan di pemukiman kumuh yang berlokasi di Jln. Rel dupak
Margesari Gang I Surabaya. Peneliti memilih lokasi ini untuk dijadikan tempat
penelitian, karena pemukiman ini dekat dengan rel kereta api Sasaran penelitian ini
adalah lingkungan disekitar pemukiman kumuh.

7
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Permukiman Kumuh dan Liar

Permukiman Kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan
bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan
prasarana yang tidak memenuhi syarat.

Pemukiman kumuh adalah pemukiman tidak layak huni antara lain karena berada pada
lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan/tata ruang, kepadatan bangunan sangat tinggi dalam
luasan yang sangat terbatas, rawan penyakit sosial dan penyakit lingkungan, kualitas umum
bangunan rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan yang memadai, membahayakan
keberlangsungan kehidupan dan penghuninya. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemukiman kumuh
adalah tempat tinggal/hunian yang dibangun diatas tanah negara atau tanah swasta tanpa
persetujuan dari pihak yang berkait dan tidak adanya atau minimnya sarana dan prasarana yang
memadai yang kotor dan tidak layak huni serta membahayakan.

Pengertian Permukiman liar adalah kawasan pemukiman di wilayah perkotaan yang


dihuni oleh masyarakat sangat miskin. Orang-orang tersebut tidak memiliki akses ke tanah
pribadi mereka sendiri oleh karena itu mereka berdiri tanah kosong dan melakukan klaim atas
kepemilikan pribadi.

Menurut (UN-Habitat 2003 ) permukiman liar adalah pemukiman rendah, yang telah
berkembang tanpa hak legal atas tanah atau izin dari otoritas terkait untuk membangun, dan
akibatnya, status ilegal mereka, infrastruktur dan layanan biasanya tidak memadai.

(Bps.go.id, 2017) menjabarkan pengertian pemukiman liar adalah pemukiman yang


dibangun secara tidak resmi (liar) pada lahan kosong di kota yang merupakan milik pemerintah
maupun swasta, yang didiami oleh orang yang miskin karena tidak mempunyai akses terhadap
pemilikan lahan tetap.

Permukiman liar, secara umum didefinisikan sebagai suatu kawasan permukiman yang
terbangun pada lahan kosong “liar” di kota baik milik swasta maupun pemerintah, tanpa hak
yang legal terhadap lahan dan/atau izin dari penguasa yang membangun, didiami oleh orang
sangat miskin yang tidak mempunyai akses terhadap pemilikan lahan tetap.(Kotaku, 2022)

2.2 Karakteristik Pemukiman Kumuh dan Liar

Karakteristik pemukiman kumuh dan liar adalah:

8
1. Keadaan rumah pada permukiman kumuh terpaksa dibawah standar, rata-rata 6
m2/orang. Sedangkan fasilitas kekotaan secara langsung tidak terlayani karena tidak
tersedia. Namun karena lokasinya dekat dengan permukiman yang ada, maka fasilitas
lingkungan tersebut tak sulit mendapatkannya.
2. Permukiman ini secara fisik memberikan manfaat pokok, yaitu dekat tempat mencari
nafkah (opportunity value) dan harga rumah juga murah (asas keterjangkauan) baik
membeli atau menyewa. Manfaat permukiman disamping pertimbangan lapangan kerja
dan harga murah adalah kesempatan mendapatkannya atau aksesibilitas tinggi.Hampir
setiap orang tanpa syarat yang bertele-tele pada setiap saat dan tingkat kemampuan
membayar apapun, selalu dapat diterima dan berdiam di sana, termasuk masyarakat
“residu” seperti residivis, WTS dan lain-lain.
3. Mandiri dan produktif dalam banyak aspek, namun terletak pada tempat yang perlu
dibenahi.
4. Keadaan fisik hunian minim dan perkembangannya lambat. Meskipun terbatas, namun
masih dapat ditingkatkan.
5. Para penghuni lingkungan permukiman kumuh pada umumnya bermata pencaharian
tidak tetap dalam usaha non formal dengan tingkat pendidikan rendah.
6. Pada umumnya penghuni mengalami kemacetan mobilitas pada tingkat yang paling
bawah, meskipun tidak miskin serta tidak menunggu bantuan pemerintah, kecuali dibuka
peluang untuk mendorong mobilitas tersebut.
7. Ada kemungkinan dilayani oleh berbagai fasilitas kota dalam kesatuan program
pembangunan kota pada umumnya.
8. Kehadirannya perlu dilihat dan diperlukan sebagai bagian sistem kota yang satu, tetapi
tidak semua begitu saja dapat dianggap permanen.
9. Berada di lokasi tidak legal.
10. Dengan keadaan fisik yang substandar, penghasilan penghuninya amat rendah (miskin).
11. Tidak dapat dilayani berbagai fasilitas kota.
12. Tidak diingini kehadirannya oleh umum, (kecuali yang berkepentingan).
13. Permukiman kumuh selalu menempati lahan dekat pasar kerja (non formal), ada sistem
angkutan yang memadai dan dapat dimanfaatkan secara umum walau tidak selalu murah.

2.3 Rumah Sehat

Apakah Rumah Sehat itu? Menurut Departemen Pekerjaan Umum Indonesia ( PU ),


Pengertian Rumah Sehat adalah rumah yang memungkinkan para penghuninya dapat
mengembangkan dan membina fisik serta mental maupun sosial keluarga. Artinya sebuah rumah
hendaknya bisa menjadi tempat bernaung yang sehat bagi kesehatan fisik dan juga kesehatan
mental. Dengan mengikuti standar rumah sehat, tentunya potensi untuk terjangkit suatu penyakit
bisa dikurangi.

Rumah sehat adalah merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersedianya sarana sanitasi

9
perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
pengawasan terhadap struktur fisik dimana orang menggunakannya untuk tempat tinggal
berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Rumah juga merupakan salah satu
bangunan tempat tinggal yang harus memenuhi kriteria kenyamanan, keamanan dan kesehatan
guna mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif.

Seperti dikutip dari Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat, Depkes RI, 2007. Maka
Secara umum rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Dapat Memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang
sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, adanya ruangan khusus untuk istirahat
(ruang tidur), bagi masing-masing penghuni;
2. Dapat Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor
penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran, di samping pencahayaan dan
penghawaan yang cukup;
3. Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan ruang gerak
yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu;
4. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul karena
pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan garis sempadan jalan, konstruksi
bangunan rumah, bahaya kebakaran dan kecelakaan di dalam rumah;

Rumah yang sehat harus dapat mencegah atau mengurangi resiko kecelakaanseperti
terjatuh, keracunan dan kebakaran (Winslow dan APHA). Beberapa aspek yang harus
diperhatikan dalam kaitan dengan hal tersebut antara lain :

1. Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat;


2. Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api;
3. Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya racun dan gas;
4. Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh dan kecelakaan
mekanis dapat dihindari;

2.4 Ciri Karakteristik Rumah Sehat

Beberapa hal di bawah ini adalah syarat umum yang harus dipenuhi untuk bisa masuk
kategori rumah sehat:

1. Pencahayaan Alami

Salah satu Syarat rumah sehat adalah mendapatkan Cahaya matahari dengan porsi
yang cukup di siang hari. Jangan sampai di siang hari kita lebih banyak menggunakan
bohlam sebagai sumber pencahayaan.

10
2. Arah Bangunan Rumah Sehat

Rumah sehat sebaiknya dibangun menghadap Utara-selatan. hal ini untuk


menghindari gelombang panas matahari secara langsung dalam waktu yang cukup lama.

Sangat disarankan untuk menghindari pembangunan rumah yang menghadap ke arah


barat. Karena dari pukul 14.00 – 17.00 rumah akan terus dihantam gelombang panas dan
tidak cukup waktu untuk mengembalikan suhu. Hal ini bisa membuat rumah anda terasa
tidak nyaman di malam hari ketika anda hendak istirahat. Kemungkinan besar anda butuh
memasang AC yang tentunya kurang baik bagi kesehatan fisik dan dompet anda.

3. Ukuran Ruangan dan Bukaan

Ukuran ruangan hunian sehat yang disarankan adalah 2 kali ukuran tinggi bukaan.
Hal ini dimaksudkan supaya cahaya matahari bisa maksimal masuk dan menerangi
ruangan.

4. Ventilasi Rumah Alami

Ventilasi rumah alami memiliki prinsip utama menciptakan perputaran udara yang
seimbang dengan memasukkan udara dingin ke dalam ruangan dan mengalirkan udara
panas keluar melalui celah atau bukaan yang ditempatkan secara strategis. Untuk
menciptakan sistem sirkulasi udara yang optimal, anda perlu membuat bukaan atas dan
bukaan bawah.

5. Manajemen Limbah Rumah Tangga

Untuk menghindari pencemaran persediaan air bersih, sebuah manajemen limbah atau
sampah rumah tangga sangat penting dilakukan sebelum membangun rumah. Anda
mungkin membutuhkan bantuan jasa arsitek rumah jika anda kurang memiliki
pengetahuan dalam membangun manajemen limbah rumah.

6. Penampungan Air Hujan

Mari panen air hujan, jangan biarkan air hujan terbuang begitu saja. Anda bisa
menggunakannya untuk keperluan sehari-hari seperti menyiram tanaman, mencuci motor
atau mobil, dll. Menerapkan standar ini, artinya anda sudah ikut serta dalam
menyelamatkan pasokan air bersih di bumi dan bisa menghemat tagihan air dan listrik.

7. Resapan Air

Penggunaan Lapisan atau permukaan tembus air seperti grass block atau rumput pada
halaman, parkiran, dan jalan bisa meminimalisasi efek negatif dari bencana alam sepeti
banjir dan tanah longsor.

11
2.5 Kualitas Perumahan yang Baik

Lokasi perumahan yang baik haruslah memiliki akses kendaraan yang mudah baik
kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum. Ada kriteria akses yang baik sekaligus
menguntungkan untuk jangka panjang, yakni akses perumahan dekat pintu tol yang bisa
memudahkan mobilitas penghuninya.

Rumah yang baik harus memiliki lingkungan dan berwawasan lingkungan yang baik,
bukan rumah yang berdiri sendiri tanpa ada keharmonisan dengan sekitarnya. Ingatlah, manusia
tidak bisa hidup sendirian. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam
kehidupannya. Demikian juga dengan rumah.

Ciri-ciri perumahan yang baik:

 Harga rumah murah merupakan faktor penting agar perumahan cepat habis terjual,
disinilah alasan perlunya dilakukan inovasi dan kreatifitas sehingga tetap dapat menjual
rumah dengan kualitas bagus.
 Lokasi tidak banjir juga sering diselidiki oleh calon pembeli dengan cara mananyakan
pada warga sekitar perumahan yang sudah lama menghuni wilayah tersebut.
 Letak perumahan strategis misalnya dekat dengan jalan tol, dekat dengan pusat kota dan
kelebihan lainya.
 Bangunan bagus dilihat secara umum seperti konstruksi rumah kokoh, dinding tidak
retak-retak karena menggunakan material semen yang cukup serta keindahan arsitektur
rumah.
 Adanya lahan kosong untuk fasilitas sosial, area ini diletakan sebaik mungkin pada site
plan rencana perumahan agar nantinya dapat dimanfaatkan oleh warga untuk berbagai
aktifitas umum seperti tempat bermain anak-anak, membangun tempat ibadah dll.
 Sumber air dan listrik bagus, air bisa didapat dengan cara melakukan pengeboran air
tanah jika sumbernya bagus, alternatif kedua yaitu adanya perusahaan air yang menjamin
lancarnya pengairan untuk aktifitas perumahan tersebut.
 Pembelian rumah bisa diangsur dengan cara KPR sehingga meskipun pembeli baru
mempunyai uang sedikit namun sudah bisa membeli rumah dengan cara mengangsur sisa
pembayaran selama jangka waktu kredit.
 Suasana lingkungan yang baik juga sangat mendukung karena membeli rumah juga
berarti membeli lingkungan.
 Got atau sirkulasi pembuangan air kotor lancar dengan cara melakukan perencanaan
dengan baik.
 Prospek pengembangan area perumahan kedepan terkadang dilihat oleh calon pembeli
yang menghendaki leuntungan dimasa depan.

2.6 Upaya Perbaikan Pemukiman Kumuh dan Liar

12
Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah dalam menanggulani pemukiman kumuh,
sebagai berikut:

1. Membangun rumah susun. Dengan adanya rumah susun, baik Rusunawa maupun
Rusunawi, masyarakat yang masih tinggal dipemukiman kumuh ini dapat tinggal di
rumah susun ini. Terutama dapat menghemat lahan pemukiman.
2. Program perbaikan kampung.
3. Melalui program penanggulangan kemiskinan di perkotaan (P2KP). Diarahkan untuk
pembangunan jalan lingkungan dan tempat mandi, cuci, kakus (MCK) dipemukiman
serta pembangunan dan perbaikan drainase. Tetapi hal ini belum didukung oleh biaya
yang memadai. Sehingga tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
4. Program RPIJM (program jangka menengah). Kondisi saat ini program tidak aktif,
akibatnya kurang rencana strategis Renstra (program bidang cipta karya). Program ini
berkaitan langsung dengan kebutuhan dasar masyarakat seperti air bersih, sanitasi dan
pengolahan persampahan serta drainase.
5. Memberikan penyuluhan tentang dampak tinggal di pemukiman kumuh ini. Minimnys
sosialisasi yang di lakukan pemerintah berdampak timbulnya masalah. Salah satunya
adalah mewabahnya penakit. Karena kebanyakan pemukiman ini lingkunganya kotor
sehingga tidak terlepas darii penyakit. Maka daripada itu pemerintah harus dapat
memberikan penyuluhan tentang dampak yang ditimbulkan dari pemukiman kumuh ini
agar masyarakat bisa sadar dan peka terhadap bahayanya tinggal di pemukiman kumuh.

Upaya yang dilakukan pemerintah kota dalam menangani masalah-masalah pemukiman


kumuh belum maksimal dan masih banyak lagi yang perlu dibenahi, terlebih sosialisasi terhadap
masyarakat. Bisa kita ambil contoh dari bapak Jokowi sewaktu menjabat menjadi walikota
Jakarta dengan cara meninjau langsung tempat yang dianggap kumuh lalu memberikan
sosialisasi secara kekeluargaan merupakan cara yang cukup moderen dalam penanggulangan
pemukiman kumuh.

13
BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1  Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu
penggambaran atau menjelaskan fakta-fakta yang ada di lapangan dengan cara menganalisis
serta membahasnya secara luas sehingga dapat menemukan hasil dan kesimpulan. Penelitian
membahas tentang perumahan dan permukiman kumuh di area sekitar rel kereta api di
surabaya, yang nantinya akan membahas tentang studi kasusu rumah dan wilayah permukiman
kumuh di wilayah yang sudah di pilih yaitu Rel Dupak Magersari Gang 1, Surabaya

3.2  Sumber Dan Teknik Pengumpulan Data

Untuk metode pengambilan data, penelitian menggunakan data primer dan sekunder.
Data primer adalah kegiatan untuk mengamati proses atau objek keadaan sekitar, dengan
maksud merasakan serta melihat langsung sehingga bisa memahami apa yang terjadi, yang
kemudian dituangkan dalam sebuah catatan. Observasi juga dilakukan untuk mengamati
keadaan fisik dan non fisik, seperti bentuk dan letak bangunannya, keadaan sekitar bangunan
dll. Observasi bisa dimanfaatkan dengan cara menulis disebuah catatan, atau bisa juga dengan
dokumentasi yang berupa digital seperti foto, video, atau rekaman sehingga hal ini bertujuan
untuk menguatkan penelitian ketika mengambil data. Sedangkan untuk data sekunder adalah
dengan diperbanyaknya mencari literatur dari jurnal, website, serta buku yang membahas
perumahan dan permukiman kumuh. 

3.3  Tahapan Penelitian

a. Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode


deskriptif kualitatif
b. Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas.
c. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.
d. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan.
e. Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan
f. Mengumpulkan, mengorganisasi, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik
yang relevan.
g. Membuat laporan penelitian.

14
3.4 Diagram Alur Penelitian

MULAI

Studi Kasus

Perencanaan
Pengambilan Data

Data Primer Data Sekunder


Wawancara Studi Literatur

Analisis Data

Kesimpulan Dan
Saran

SELESAI

15
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 PROLOG

4.1.1 Letak Geeografi

Gambar 1. Peta Letak Geografi Pemukiman Dupak Magersari

Dupak Magersari yang memiliki luas wilayah Dengan wilayah seluas 10.600 m²
merupakan perkampungan yang strategis, karena sangat berdekatan dengan central ekonomi,
Pasar turi dan pusat grosir surabaya adalah pusat perekonomian yang sangat berdekatan dengan
Dupak Magersari, kedua pusat perbelanjaan ini bisa di katanya penyanggah perekonomian warga
dupak magersari karena penduduknya mayoritas bergantung pada kedua pusat perbelanjaan ini.
Letak geografis Dupak Magersari adalah terletak di daerah Surabaya pusat Wilayahnya
berdekatan dengan DPRD-I Jawa Timur di Utara dan pasar turi di sisi Timur, berdekatan dengan
Pusat Grosir Surabaya di Selatan, serta Perum perhutani di Barat.

Tidak sedikit warga dupak magersari juga dengan candaan dan senyum kecil mengatakan
bahwa Dupak magersari termasuk wilayah real estate karena kampung mereka yang di kelilingi
oleh rel (lintasan kereta api) PT.KAI. Rel PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api) atau yang
sekarang sudah berganti nama menjadi PT.KAI pada kala itu ada di sebelah timur yang
berdekatan langsung dengan pasar turi dan utara jurusan perak-sidotopo, sedangkan sebelah barat

16
yang masuk perkampungan itu dulu justru pada awalnya PJKA minta izin ke warga Dupak
Magersari dengan alasan untuk langsiran atau muat balok kayu PERUM Perhutani sedangkan
izin tersebut seluruh RT tidak memberikan memberikan izin kepada PJKA saat itu. Tetapi PJKA
tetap melakukan pemasangan rel (lintasan kereta api) karena telah mengantongi izin dari RW
setempat yang kala itu masih di sebut RK (rukun keluarga). Rel yang pada awalnya hanya
sebagai langsiran atau muat balok kayu PERUM Perhutani sebenarnya sekarang sudah tidak
melakukan kegiatan bongkar muat kayu lagi, Ironisnya PT.KAI tidak menutup perlintasan
tersebut ternyata sekarang jalur rel tersebut bisa sampai ke pelabuhan tanjung perak.

4.1.1 Sejarah Singkat

Gambar 1. KAMPUNG LOKOMOTIF Dupak Magersari

KAMPUNG LOKOMOTIF itulah sebutan bagi kampung DUPAK MAGERSARI. Nama


DUPAK MAGERSARI bukanlah nama yang asing Untuk warga Surabaya yang sudah lama
menetap di Ibu Kota provinsi Jawa Timur ini, Konon cerita berdirinya perkampungan Dupak
Magersari adalah berawal dari kisah Pertempuran Surabaya merupakan peristiwa sejarah perang
antara pihak tentara Indonesia dan pasukan Belanda. Peristiwa besar ini terjadi pada tanggal 10
November 1945 di Kota Surabaya, Jawa Timur. Pertempuran tanggal 10 November 1945
tersebut yang hingga sekarang dikenang dan diperingati sebagai Hari Pahlawan. Perkampungan
Dupak Magersari pada saat zaman peperangan tersebut adalah hutan untuk tempat
persembunyian para Tentara Rakyat (gerilya) yang dipimpin oleh Bung TOMO dan Arek-arek
Soeroboyo dalam peperangan melawan Belanda, setelah aman dan sekutu menyerah pasukan
ditarik ke barak, beberapa pejuang gerilyawan diantara mereka sudah tidak kembali lagi ke barak
pasukan rakyat, dari beberapa pasukan rakyat atau gerilyawan tersebut mereka mendirikan
bangunan dan gubuk-gubuk kecil sebagai tempat tinggal mereka. Perkampungan dupak
magersari setelah masa pertempuran 10 november 1945 pernah menjadi basis dan tempat
pelatihan PKI (Partai Komunis Indonesia) di awal tahun 1965 an. Karena dahulu dupak
magersari masih belum ada penerangan seperti sekarang dan merupakan kawasan hutan yang

17
merupakan kawasan ideal untuk melakukan pelatihan bagi kader dan partisan anggota gerakan
PKI. Beberapa saksi mata yang merupakan sesepuh kampung dupak magersari yang masih hidup
juga menceritakan beberapa peristiwa yang terjadi di kampung dupak magersari, sampai-sampai
pernah mengetahui kode atau sandi dari kelompok PKI tersebut yang juga termasuk warga
kampung Dupak Magersari, mereka menyebut kode PKI adalah PERJUTA (perjuangan dengan
senjata). Disinilah bukti bahwa dupak magersari merupakan bagian dari sejarah Indonesia
khususnya Kota Surabaya, meskipun tidak banyak yang mengetahui kisah seperti ini.

Bapak Malik yang akrab di panggil Cak Malik membenarkan cerita keberadaan Gerakan
PKI di kampung dupak magersari saat zaman setelah masa kemerdekaan Indonesia. masih begitu
segar dalam ingatannya meskipun kejadian itu sudah puluhan tahun. Cak Malik adalah penduduk
lama yang tinggal di kampung dupak magersari, beliau adalah termasuk tokoh masyarakat dan
saksi hidup berdirinya kampung Dupak Magersari yang masih tersisa. Cak Malik adalah pemuda
kelahiran desa karoman kota Gresik, pada Tahun 1956 Cak Malik masuk ke kampung Dupak
Magersari yang awalnya menepati Rumah yang berdekatan dengan sungai persis pintu masuk
dari kampung Dupak Magersari sebagai pengajar Al-Qur’an yang saat itu memiliki murid atau
santri lebih dari 100 orang santri yang terdiri dari beberapa warga kampung tetangga. Pada awal
tahun 1956 dupak magersari masih berupa kawasan hutan.

Nama Dupak Magersari sendiri belum ada yang bisa memastikan siapa, kapan dan
berasal dari bahasa apa nama Dupak Magersari itu berasal. Para tokoh masyarakat yang masih
ada pun tidak bisa menjelaskan asal mula nama Dupak Magersari itu sendiri, karena mereka juga
pendatang seperti para penduduk sekarang ini. Perkampungan dupak magersari sudah banyak
berpindah tangan dari pemilik awalnya.

4.1 KUALITAS HUNIAN (FISIK)

4.1.1 Struktur Bangunan

Setelah kami melakukan kegiatan survei pada tempat tersebut, rata-rata rumah warga
yang ada pada kawasan Dupak Magersari ini adalah rumah yang permanen. Kenapa bisa dibilang
permanen, karena struktur pada bangunan yang digunakan bisa dibilang merupakan struktur
bangunan yang kokoh. Namun tetap ada minus pada bagian pondasi ataupun atap bangunan. Jika
ada pada cuaca hujan deras maka rumah-rumah disana rata-rata rembes, air masuk melalui
pondasi ataupun juga atap yang bocor.

4.1.2 Material Bangunan

1. Lantai
Untuk lantainya sudah menggunakan material keramik bukan lagi plasteran biasa.
Hampir semua rumah yang kami kunjungi di kawasan tersebut menggunakan material
keramik.
2. Dinding

18
Untuk material dinding, rumah yang ada pada kawasan tersebut kebanyakan sudah
menggunakan dinding yang masif dan permanen yaitu dengan material batu bata yang di
aci serta menggunakan cat dinding sebagai finishing. Dinding pada kawasan Dupak
Magersari ini jarang yang menggunakan material non permanen seperti kayu dan lain-
lain.
3. Atap
Atap yang digunakan di kawasan pemukiman Dupak Magersari ini kebanyakan
menggunakan material atap genteng, satandart seperti rumah pada umumnya. Ada juga
sebagian yang menggunakan atap asbes pada rumahnya tapi tidak banyak.

Gambar 1. Salah Satu Rumah Warga Dupak Magersari

4.1.3 Jenis Perbaikan

Jenis perbaikan yang dilakukan oleh warga pada kawasan Dupak Magersari ini adalah
dapat dilihat pada dinding yang seperti diplaster kembali, yang ungkin sebelumnya rembes atau
bocor saat turun hujan. Sama dengan perbaikan dinding, untuk perbaikan atapnya juga kurang
lebih sama juga alasannya karena rembes dan bocor air hujan.

4.1.4 Perawatan Bangunan

Perawatan bangunan yang dilakukan pada Kawasan ini adalah dengan melakukan pengecatan
ulang pada rumah yang catnya sudah mengelupas atau memudar. Membenahi rumah yang
kayunya sudah mulai dimakan rayap, karena ada beberapa rumah yang masih terbuat dari kayu
dan masih belum terbagun secara utuh. Juga ada yang membetulkan genteng genteng yang rusak
atau lepas. Jadi perawatan bangunan yang banyak dilakukan disini seperti perawatan bangunan
pada umumnya.

4.1.5 Jenis Dan Legalitas Hunian

19
Permukiman Rel Dupak Magersari Gang 1, Surabaya. Termasuk jenis permukiman
kumuh karena ditandai dengan ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang
tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat karena
tidak sebanding dengan jumlah penduduk yang semakin meningkat serta terbatasnya lahan
permukiman di wilahyah tersebut. Hasil dari wawancara dengan Bu Rw Dupak Magersari Gang
1, Surabaya. Beliau menyatakan hampir keseluruhan rumah di sini belum di tandai dengan
legalitas hunian seperti tidak adanya sertifikat tanah, surat izin mendirikan bangunan (IMB) dll,
karena pada saat dahulu warga yang bermukim saat ini adalah warga pendatang dari penjuru
daerah di luar kota surabaya atau luar pulau jawa. Dengan kondisi lahan yang terbats tetapi
jumlah pendatang yang melebihi kapasitas akhirnya mereka memutuskan sendiri membangun
hunian dipinggiran rel seperti sekarang.

4.1.6 Kondisi Ruang Dalam

Pada rumah rumah yang kami survey kamar mandi yang dimiliki oleh penduduk
disini berada pada dalam rumah, ada yang berada pada bagian belakang rumah, ada juga yang
berada di depan rumah.

Gambar 1. Kamar Mandi Warga Yang Terlihat Dari Bagian


Depan Antara Rumah Lain Dan Rel Kereta Api.

Sedangkan kamar yang ada pada rumah rumah warga berada pada dalam rumah, dengan rata rata 1-2
kamar tidur yang ada pada rumah warga Dupak Magersari ini.

Gambar 2. Tempat Cuci Piring Warga Dupak Magersari.

20
Untuk dapur yang ada pada rumah rumah warga terletak pada bagian depan rumah yang sekaligus tempat
untuk mencuci piring. Namun ada juga dapur dan tempat cuci piring yang berada bpada bagiian belakang
rumah, namun tetap berada diluar bangunan rumah. Atau berada pada rua

Gambar 3: Dapur Warga Dupak Magersari


Gang I .

4.2 KUALITAS HUNIAN (NON FISIK)

4.2.1 Tingkat Privasi

Pada kawasan Dupak Magersari Gang I, tingkat privasinya sangat rendah. Hal
tersebut dikarenakan area gang yang sangat terbuka karena rel kereta sehingga tidak
memiliki akses yang tertutup untuk area ini. Walaupun pada area depan gang diberi
kamera pengawas Cctv Orang yang bukan warga dilokasi tersebut bebas untuk keluar
masuk, sehingga dapat menimbulkan tindakan criminal seperti pencurian.

Gambar 1. Akses Masuk Gang Berhubungan Langsung Tanpa Pembatas.

4.2.2 Kebisingan

21
Standar Ketentuan pemerintah melalui KEPMENLH No.48 Tahun 1996 telah
menetapkan bahwa tingkat kebisingan diizinkan untuk pemukiman yaitu 55 dB(A). Karena
lokasi permukiman Dupak Magersari Gang 1 berada di area rel kereta api dimana lokasi tersebut
hampir setiap saat kereta melintas walaupun jenis kereta yang melintas hanya membawa barang
bukan penumpang dan hanya sekitar 1-3 gerbong saja, maka tingkat kebisingan yang telah di
ukur mlebihi batas maximum pada siang hari (Ls) diperoleh persebaran tingkat kebisingan yang
jika berdasarkan jarak yaitu pada jarak 3 meter dari rel kereta api memiliki kebisingan berkisar
antara antara 75,04 – 71,44 dB (A) sedangkan pada jarak 6 meter memiliki tingkat kebisingan
berkisar antara 71,59 – 63,07 dB (A). pada malam hari (Lm) diperoleh persebaran tingkat
kebisingan yang jika berdasarkan jarak yaitu pada jarak 3 meter dari rel kereta api memiliki
kebisingan berkisar antara antara 70,76 – 67,52 dB (A) sedangkan pada jarak 6 meter memiliki
tingkat kebisingan berkisar antara 71,02 – 61,41 dB (A)

4.2.3 Kenyamanan

Untuk aspek kenyamanan ini dinilai dari suhu ruang, kelembapan dan pencahayaan.
Karena rumah yang ada pada kawasan Dupak Magersari ini jarak antar rumahnya berdempetan
atau berdekatan satu sama lainnya maka pencahayaannya dinilai kurang. Sehingga kelembapan
jika berada didalam rumah tersebut sangat lembab dan suhu ruangnya pastinya panas. Ventilasi
yang ada pada rumah warga rata-rata dinilai masih kurang. Sehingga pergantian angin yang
keluar dan masuk hanya minim.

Gambar 1. Jarak Rumah Antar Rumah yang Berdempetan.

4.2.4 Kepuasan Terhadap Bangunan

Masyarakat yang tinggal di kawasan ini, mereka merasa bahwa bangunan yang mereka
tinggali selama ini sudah lebih dari cukup, karena banyaknya faktor yaitu seperti. Sudah lama
tinggal diwilayah tersebut, mereka merasa tidak masalah dengan lokasi dan kondisi disana. Bagi
mereka struktur bangunan sudah memuaskan. Jadi kesimpulannya adalah masyarakat merasa
puas dengan bangunan rumah mereka.

22
4.3 KUALITAS LINGKUNGAN

4.3.1 Kualitas Udara

Kualitas udara di kawasan ini terbilang cukup bersih atau aman, walaupun rumah
warga bersebrangan secara langsung dengan rel kereta. Setelah dilakukan survey dan
wawancara terbukti bahwa udara dilokasi ini, sama sekali tidak terganggu dengan adanya
rel kereta. Itu dikarenakan rel kereta cukup bersih dari debu halus dan pasir, hanya tersisa
batu batu kecil di sekitar rel kereta.

Gambar 1. Rel Kereta Api Di Depan Rumah Warga

4.3.2 Sumber Air Bersih

Untuk air bersih sendiri, pada Kawasan Dupak Magersari Gang I ini sudah
tersaluri PDAM sehingga kebutuhan air bersih sudah terpenuhi. Pipa-pipa PDAM terletak
dibawah gorong-gorong dekat rel dengan tutup besi pada gambar 1. Sedangkan untuk air
minum, karena letaknya yang ditengah perkotaan dan mudah dijangkau, warga disini
menggunakan air galon.

Gambar 1. Letak Pipa PDAM

4.3.4. Drainase

23
Di wilayah ini pada bagian drainase kualitasnya masih minim. Hal tersebut
dikarenakan lahan yang sempit sehingga tidak memungkinkan masyarakat untuk
membuat draianse yang lebih besar di lokasi ini, sehingga ketika hujan wilayah ini
tergenang banjir pada gang gang rumah yang memiliki drainase kecil. Namun menurut
warga. Meskipun di lokasi tersebut hujan air hujan tidak sampai masuk kedalam rumah.
Sehingga genangan air hujan hanya ada pada sirkulasi jalan saja. Namun kelembapan
yang disebabkan oleh banjir tersebut adalah air masuk dari dalam tanah meresap kedalam
rumah warga lewat sela sela lantai.

Gambar 2. Drainase

4.3.5. Listrik Dan Penerangan Jalan

Untuk listrk di pemukiman ini sudah mendapatkan aliran langsung dari PLN karna akses
jalan dan daerahnya masih terbilang mudah dijangkau kemudian disekitar pemukiman juga
masih dekat dengan mall PGS sementara untuk pencahayaannya juga sudah cukup terang karna
disetiap rumah warga sudah menerima jaringan listrik dikawasan ini sehingga warga dapat
memasang lampu disetiap rumahnya.

Gambar 4. Terlihat Tiang Listrik Dikawasan Tersebut

4.3.7 Ketersediaan Fasilitas Pendidikan


24
Tepat di sebelah Gang I Dupak Magersari terdapat SD Uswatun Hasanah dan TK Wachid
Hasyim pada gambar 2. Hampir seluruh anak-anak bersekolah disini. Selain letaknya yang
terjangkau dengan pemukiman, biaya bulanannya juga tidak terlalu mahal, menurut beberapa
warga Dupak Magersari.

4.3.6 Ketersediaan Fasilitas Kesehatan

Walaupun termasuk kategori permukiman kumuh dan berada di antara rel kereta
api masyarakat sudah terbiasa dengan kondisi tersebut misalnya banyak debu yang bertebaran
akibat kereta yang melintas atau sampah yang berserakan karena kurang disiplinnya warga
membuangan sampah pada tempatnya, tetapi lingkup lingkungan Rt dan Rw Dupak Magersari
Gang 1 tidak lupa memberikan fasilitas Kesehatan untuk warga-warga yang bermukim di sana.
Fasilitas Kesehatan yang tersedia yaitu fasilitas Kesehatan tingkat satu yang merupakan
puskesmas dan posyandu, lokasi tersebut berada di luar Gang agar bisa di akses untuk warga
Dupak Magersari dan warga-warga di sekitarnya dan jauh dari kebisingan rel kereta api.

Gambar 2. Gerbang Depan SD Uswatun Hasanah Dan TK Wachid Hasyim

4.3.9 Ketersediaan Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Pada pagi hari, terdapat pasar yang buka setiap hari di sepanjang rel kereta Dupak
Magersari. Jam operasional pasar ini yaitu mulai dari jam 5 pagi hingga jam 10 pagi
(gambar 3). Selain itu, warga juga memiliki warung-warung yang buka hingga malam
hari (gambar 4).

25
Gambar 2. Pasar Dupak

Gambar 2. Warung Warga Dupak Magersari

4.3.10 Ketersediaan Fasilitas Komunal

Untuk kegiatan kumpul warga, seperti rundingan antar RT dan pelaksanaan


program RT-RW dilaksanakan di Balai RW IX (gambar 5).

26
Gambar 2. Balai RW IX Dupak Magersari

4.3.12 Fasilitas pengelolaan sampah dan metode pengelolahan

Pada kawasan Dupak Magersari Gang I, pengelolahan sampah tidak dipisah,


sampah di Biarkan menjadi satu dan menumpuk di satu tempat. Ada beberapa juga yang
berserakan. Jadi pada lokasi ini masih minim sekali tempat sampah dan pengelolahan sampah.
Untuk sampah sendiri diambil seminggu sekali dan diambil di setiap titik tong sampah warga
Dupak Magersar gang 1.

Gambar 1. Tempat sampah Gambar 2. Tempat sampah Gambar 3. Tempat


sampah

4.4 KARAKTERISTIK SOSIAL DAN BUDAYA

27
4.4.1 Rasa Kebersamaan

Di Kawasan Dupak Magersari Gang I rasa kebersamaan yang dimiliki setiap warga
sangat erat dapat dilihat dengan adanya kerja bakti yang diadakan, yang membuat warga
memiliki rasa kebersamaan untuk memiliki Kawasan ini. Selain itu jika adanya kematian pada
salah seorang warga yang tinggal di Dupak Magersari ini maka semua warga akan langsung
dating ke tempat yang sedang berduka dan membantu menyiapkan tenda dan membantu
menyiapkan kebutuhan lain yang dibutuhkan oleh keluarga yang berduka, sehingga dapat dilihat
bagaimana kebersamaan yang terjalin pada antar warga Dupak Magersari Gang I ini. Dan juga
Ketika ada warga lain yang membutuhkan bantuan warga dengan senang hati dan segera untuk
memberikan bantuan.

4.4.2 Sense Of Belonging

Warga pemukiman di kawasan Dupak Magersari ini memiliki rasa satu kesatuan dengan yang
lain. Warga disana bercerita jika sudah pernah ditawarkan untuk pindah ke rusun yang lebih layak
ditinggali namun warga kampung tersebut kompak bersama sepakat untuk tidak menanggapi hal tersebut.
Sense of belonging disini, warga kawasan Dupak Magersari ini sudah nyaman dengan tempat tinggal
mereka saat ini. Tanah dan rumah yang mereka tinggali sekarang sudah mereka anggap hal milik warga
disana. Karena menurut cerita warga di kampung tersebut, tanah yang mereka tinggali tersebut adalah
milik kakek buyut mereka.

4.4.3 Budaya Masyarakat

Budaya masyarakat yang ada pada pemukiman di kawasan Dupak Magersari ini mereka memiliki
kegiatan rutin yang ada setiap setahun sekali adalah mengadakan bazaar disekitar gang tersebut untuk
memperingati hari 17 Agustus. Setiap minggu sekali warga dikampung tersebut juga melakukan kegiatan
gotong royong membersihkan sekitaran halaman lingkungan rumah mereka. Untuk budaya dari
masyarakat tersebut mungkin turun temurun masyarakat yang ada di kawasan tersebut berprofesi sebagai
pedagang.

4.4.4 Tingkat Kriminal

Dikawasan Dupak Magersari Gang I tingkat kriminalitasnya sendiri masih ada tetapi
tidak sering terjadi karna dikawasan ini sendiri sudah ada cctv didepan gerbang sehingga adapun
barang yang hilang seperti contoh sepeda motor dicuri bakal terlihat dari cctv dan akan
dilaporkan, untuk pelakunya sendiri banyak dari pendatang luar bukan asli penduduk Dupak
Magersari Gang .

4.5 NILAI EKONOMI

4.5.1 Pekerjaan

28
Mayoritas warga Dupak Magersari Gang 1 merupakan warga pendatang dari luar
surabaya, dimana mereka berbondong-bondong datang merantau untuk mencari pekerjaan yang
halal. Tetapi karena tingkat jumlah penduduk yang melebihi batas maka semakin sulit juga
mencari pekerjaan yang mereka inginkan, maka dari hasil survey warga secara keseluruhan
warga yang berada di area rel Dupak Magersari Gang 1 bekerja sebagai pedagang toko,
pedagang pasar dan pedagang lainya. Yang paling banyak di minati warga untuk memenuhi
kebutuhan hidup adalah bekerja menjadi pedagang pasar di rel Dupak Magersari dimana pasar
tersebut sudah terkenal dengan sebutan pasar ekstream, yang berlokasi langsung di sepanjang
pinggiran rel kereta api, pasar ekstream tersebut hanya beroprasi pada pagi hari sampai
menjelang siang hari saja.

Gambar 2. Kegiatan Pedagang di Pasar Dupak

4.5.2 Penghasilan

Penduduk disana rata – rata berpenghasilan Rp 2.000.000 – Rp 3.000.000 perbulan sudah


lumayan mencukupi kebutuhannya sehari – hari karna penduduk disana banyak yang berjualan
disekitar Dupak Magersari Gang I Sebagian kerja sebagai kuli angkat barang di mall PGS

4.5.3 Nilai Rumah

Hunian di kawasan Dupak Magersari Gang I tidak memiliki nilai jual, meskipun
beberapa rumahnya merupakan rumah permanen dengan material bata. Hal ini dikarenakan
menurut pengakuan warga Dupak Magersari Gang I, mereka tidak memiliki sertifikat tanah yang
sah, yang berarti mereka menempati lahan milik PT KAI. Meskipun begitu, warga berhak
mendapatkan kompensasi sesuai peraturan yang tertera jikalau suatu saat penggusuran terjadi.

4.5.4 Kepuasan Terhadap Bangunan

Masyarakat yang tinggal di kawasan ini, mereka merasa bahwa bangunan yang mereka
tinggali selama ini sudah lebih dari cukup, karena banyaknya faktor yaitu seperti. Sudah lama
tinggal diwilayah tersebut, mereka merasa tidak masalah dengan lokasi dan kondisi disana. Bagi
mereka struktur bangunan sudah memuaskan. Jadi kesimpulannya adalah masyarakat merasa
puas dengan bangunan rumah mereka.

29
DAFTAR PUSTAKA

Pigawati, N. R. (2015). KAJIAN KARAKTERISTIK KAWASAN PEMUKIMAN KUMUH DI


KAMPUNG KOTA (Studi Kasus: Kampung Gandekan Semarang). Jurnal Teknik PWK ,
268.

30
Wijaya, D. W. (2016). Perencanaan Penanganan Kawasan Permukiman Kumuh (Studi Penentuan
Kawasan Prioritas untuk Peningkatan Kualitas Infrastruktur pada Kawasan Permukiman
Kumuh di Kota Malang). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP), 2.

31

Anda mungkin juga menyukai