Oleh
MOH. YASIR
A.321 14 095
SKRIPSI
TAHUN 2021
ABSTRAK
iii
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan Skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh
Lahama dan Ibu Herlina LP.Taim atas limpahan kasih sayang, bimbingan,
motivasi dan do‟anya, karena dengan semua itulah penulis bias menyelesaikan
Hasdin S.Pd, M.Pd sebagai pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya
dalam membantu pola pikir penulis serta sabar dan tabah dalam memberikan
iv
penyempurnaan penulis skripsi ini. Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan
2. Dr. Ir. Amiruddin Kade, S.Pd, M.si.; Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
4. Abdul Kamaruddin, S.Pd, M.Ed, ph.D, Wakil Dekan Bidang Umum dan
kasih untuk saran dan kritik yang membangun demi perbaikan penyusunan
skripsi ini. Serta telah banyak memberi dorongan dan bimbingan semenjak
v
10. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Program Studi Pendidikan Pancasila dan
11. Seluruh Staf Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
12. Terima kasih kepada segenap keluarga besar Imran Lahama dan Herlina
LP.Taim selaku orang tua yang sejak awal membantu secara totalitas baik
13. Keluarga besarku yang telah membantu baik secara moral maupun material
yang tak mungkin penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas do‟a dan
teman. Rahmawati S.Pd, Sri Yuningsi S.Sos, Saiful Anwar, Sarif Gobel,
15. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu yang telah
vi
Semoga Allah SWT akan selalu melimpahkan rahmat dan balasan yang
paling indah kepada semua pihak yang telah membantu penulis hingga skripsi ini
dapat diselesaikan dan semonga dicatat sebagai amalan yang mulia. Aamiin.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
ABSTRAK iii
UCAPAN TERIMAKASIH iv
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
BAB I PENDAHULUAN 1
viii
3.4 Teknik Pengumpulan Data 30
BAB V PENUTUP 51
5.1 Kesimpulan 51
5.2 Saran 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tabel Penelitian Relavan 24
4.1 Kepala Desa yang Pernah Menjabat di Desa Lakea II 34
4.2 Keadaan Sarana dan Prasarana Desa Lakea II 36
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Kerangka Pemikiran 27
4.1 Struktur Pemerintahan Desa Lakea II 38
xi
BAB I
PENDAHULUAN
masyarakat yang lainnya, karena pada dasarnya manusia sesuai dengan fitrahnya
merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri melainkan membutuhkan
Indonesia memiliki banyak ragam budaya, salah satunya yaitu budaya kerjasama
atau yang sering disebut sebagai gotong royong. Pada hakekatnya pengertian
gotong royong tidak hanya terbatas pada membersihkan lingkungan semata. Akan
tetapi, gotong royong juga bisa diartikan bekerjasama dalam segala bidang,
termasuk mencari solusi dari masalah yang dihadapi masyarakat. Ditinjau dari
bentuk yang dikerjakan secara gotong royong bisa mencangkup material, tenaga,
memiliki peranan dan manfaat yang sangat penting, dengan adanya gotong
royong, segala permasalahan dan pekerjaan yang rumit akan cepat terselesaikan.
Kerjasama semacam ini merupakan suatu bukti adanya keselarasan hidup antar
komunitas tradisional.
1
2
Hidup gotong royong ini adalah ciri khas bangsa Indonesia yang sudah
dilaksanakan oleh nenek moyang sejak zaman dahulu, hanya di Indonesia kita
dapat menemukan sikap gotong royong ini, karena di negara lain masyarakatnya
cenderung acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar. Budaya gotong royong
nasional saja. Lain halnya dengan sifat gotong royong di daerah pedesaan yang
sudah menjadi tradisi, dalam pola kehidupan baik berdasarkan hubungan tetangga,
praktis yang dianggap berguna bagi kepentingan umum, seperti memperbaiki dan
gotong royong ini, tercipta rasa kebersamaan dan hubungan emosional antar
warga, keakraban dan saling mengenal satu sama lain. (Bintarto 1980: 14)
atau menawarkan tenaganya tanpa pamrih atau dengan kata lain secara sukarela
Desa Lakea II. Hal ini dapat digambarkan dari kondisi masyarakat yang hanya
Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol akan cenderung memilih untuk
Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol, sikap individualis serta sikap
teknologi, latar belakang sosial, dan sikap apatis dari setiap individu merupakan
menghilang.
dikhawatirkan budaya gotong royong pada masyarakat mulai memudar yang dapat
dimaknai sebagai sebuah keprihatinan yang sangat mendalam. Maka dari itu,
gotong royong antar masyarakat, selain dalam rangka pembangunan juga akan
diperlukan peran dari berbagai kalangan di antaranya peran orang tua, tokoh
Kabupaten Buol.
Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
Buol.
2. Bagi Masyarakat
Buol tentang nilai-nilai gotong royong yang harus tetap dilestarikan agar
tidak hilang.
3. Bagi Mahasiswa
sumber referensi atau rujukan bagi mahasiswa lain yang akan melakukan
KAJIAN PUSTAKA
1) Pengertian Masyarakat
Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah Society yang berasal dari
kata Latin Socius yang berarti “Kawan”. Istilah masyarakat berasal dari bahasa
sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan saling terikat oleh suatu
hari yang bersifat luas. Sedangkan menurut Mac Iver dan Page (dalam Basrowi,
dan tata cara, dari wewenang serta kerja sama antara berbagai kelompok dan
Pengertian lain muncul dari Auguste Comte (dalam Syani, 2002:31) yang
7
8
merupakan suatu hubungan kelompok baik dalam lingkup kecil seperti hubungan
orang tua dan anak, guru dan murid, atasan dan bawahan maupun lingkup besar
seperti sekolah dan lingkungannya, interaksi yang terjadi antara 2 orang atau lebih
yang prosesnya berjalan cukup lama. Di mana di dalamnya terlihat suatu tata cara,
adat istiadat dan hukum di setiap kebiasaan dalam kehidupannya yang mengatur
tertentu sesuai dengan aturan yang disepakati bersama-sama, dalam interaksi yang
terjalin harus mampu memunculkan rasa kesatuan yang dapat saling mengikat
satu sama lain. Hubungan yang terjalin dalam suatu kelompok selalu mengalami
karena adanya suatu kepentingan yang sama mampu menumbuhkan rasa saling
2) Ciri-Ciri Masyarakat
antar individu.
lainnya.
10
sebagaimana mestinya.
masyarakat. (https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-
masyarakat.html)
3) Peran Masyarakat
dimainkan oleh seseorang yang mempunyai kedudukan atau status sosial dalam
organisasi, biasanya diatur dalam suatu ketetapan yang merupakan fungsi dari
lembaga tersebut. Peran itu ada dua macam yaitu peran yang diharapkan (expected
role) dan peran yang dilakukan (actual role). Dalam melaksanakan peran yang
menunjuk kepada pola perilaku yang diharapakan dari seseorang yang memiliki
terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang
Vitalaya, 2010:80-81) :
(a) Peran adalah aspek dinamis dari status yang sudah terpola dan berada
yang bersangkutan.
(c) Pelaksanaan suatu peran dipengaruhi oleh citra (image) yang ingin
yang bersangkutan.
peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau
gotong royong, maka peran tidak selalu sebagai hak dan kewajiban individu,
dipertahankan.
(b) Orang Tua, mempunyai peran dalam mendidik dan mengajarkan anak
hari.
Masyarakat adalah kelompok besar manusia yang telah lama hidup dan
polarisasi yang terdapat pada pola tingkah laku yang bersifat timbal balik itu
pula dengan peran masyarakat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya yang ada
1) Pengertian Nilai
adalah harga yang melekat pada sesuatu atau penghargaan terhadap sesuatu.
diinginkan sehingga melahirkan tindakan pada diri seseorang. Nilai tersebut pada
umumnya mencakup tiga wilayah yaitu nilai intelektual, nilai estetika dan nilai
etika. Sementara itu, menurut Kaelan (2002:123) nilai pada hakekatnya adalah
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah esensi yang
melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia, khususnya
mengenai tindakan dan tindak kebaikan suatu hal. Nilai artinya sifat-sifat atau hal-
Segala sesuatu dianggap bernilai jika taraf penghayatan seseorang itu telah
sampai pada taraf kebermaknaannya nilai tersebut pada dirinya. Sehingga sesuatu
yang bernilai bagi seseorang belum tentu bernilai pada orang lain, karena nilai itu
sangat penting dalam kehidupan serta terdapat dalam suatu hubungan yang
Nilai sebagai daya pendorong dalam hidup yang memberi makna dan
pengabsahan pada tindakan seseorang, nilai memiliki dua segi intelektual dan
14
suatu tindakan, maka itu disebut norma-norma atau prinsip. Norma-norma atau
menjadi nilai-nilai apabila dilaksanakan dalam pola tingkah laku dan pola berfikir
tertanam dalam suatu komunitas masyarakat yang mengakar dan terefleksi pada
dibedakan satu sama lainnya sebagai acuan orentasi pola pikir, pola sikap, dan
pola perilaku serta reaksi spontanitas atau terencana atas apa yang akan terjadi
motto, visi, misi atau sesuatu yang nampak sebagai pokok perilaku pada suatu
masyarakat.
Sistem nilai yang dianut oleh masyarakat merupakan sistem nilai yang
Sistem nilai budaya adalah rangkaian konsep mengenai sesuatu yang dianggap
remeh dan tidak berharga dalam pikiran sebagian besar warga suatu masyarakat.
Menurut Rohmat dalam Khasanah (2013: 95) nilai itu sendiri adalah hakikat suatu
hal yang menyebabkan hal itu dikejar oleh manusia. Nilai juga berarti keyakinan
yang membuat seseorang bertindak asas dasar pilihannya. Nilai merupakan sifat
15
yang terdapat pada sesuatu, yang menempatkan pada posisi yang berharga dan
terhormat, yakni bahwa sifat ini menjadikan sesuatu itu dicari dan dicintai baik
bahwa ada pengakuan tentang peran perseorangan atau individu manusia yang
sama”.
Gotong royong merupakan bagian dari etika sosial dan budaya yang
bertolak dari rasa kemanusiaan. Menurut Tap MPR No. VI/MPR/2001 “etika
sosial dan budaya yang bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan
saling menolong, saling mencintai diantara sesama manusia dan warga bangsa”.
(Fernanda, 2003:16).
16
memiliki peranan yang sangat penting karena dengan adanya gotong royong
dalamnya dengan bentuk kerjasama. Hal ini senada dengan pendapat (Azniar
Segi lain yang dapat diperoleh faedahnya dari gotong royong ini adalah
rasa keikutsertaan dan tanggungjawab bersama warga masyarakat yang
bersangkutan dalam usaha pembangunan, baik dalam bentuk fisik maupun
non fisik atau menurut bidang kehidupan yang terdapat di lingkungan
masyarakat setempat.
Jika dilihat sekilas, gotong royong tampaknya hanya terlihat seperti suatu
hal yang mudah dan sederhana. Namun dibalik kesederhananya tersebut, gotong
royong menyimpan berbagai nilai yang mampu memberikan nilai positif bagi
(a) Kebersamaan
peran dan tugasnya, gotong royong yang menjadi bagian dari pedoman
gotong royong.
saling bahu membahu untuk menolong satu sama lain. Sekecil apapun
yakni adanya nilai-nilai kebahagiaan dan nilai kesedihan. Nilai kebahagiaan ini
dapat dimaknai pada kegiatan tolong menolong dan kerjabakti. Tolong menolong
mendapat musibah, individu yang terkait dapat menolong sebagai bentuk balas
jasa, melalui hal tersebut kebagaiaan akan dirasakan oleh masyarakat sehingga
Gotong royong juga terdapat nilai kesedihan yang dirasakan ketika terjadi
musibah lain seperti runtuhnya rumah warga karena hujan yang deras kemudian
dengan cepat warga memberikan pertolongan, ada kesedihan yang dirasakan oleh
warga yang terkena musibah tersebut dan masyarakat yang menolong, sehingga
munculah gotong royong ketika musibah itu terjadi. Pada gotong royong juga
terdapat nilai kesedihan, seperti ketika terjadi kematian pada salah satu kerabat
maka masyarakat akan ikut berduka cita dan bergotong royong untuk membantu
pemakaman dan hal lainnya, makna dari nilai kesedihan di sini adalah ketika
seorang warga berduka jelas merasakan kesedihan, maka masyarakat lain ikut
merasakan duka tersebut dan memberikan dukungan baik fisik maupun materil
Banyaknya makna yang bisa diambil dari setiap kegiatan gotong royong
dipengaruhi oleh bentuk gotong royong yang dilaksanakan dalam masyarakat, dan
pemaknaan tersebut dapat dimaknai oleh masyarakat secara umum, setiap nilai
yang ada dalam gotong royong tentunya dimaknai dengan baik oleh seluruh
masyarakat, hanya memang perbedaan makna yang dirasakan dapat saja berbeda,
tergantung dari bentuk gotong royong yang dilaksanakan, karena setiap gotong
19
royong tentunya memiliki makna dan nilai yang berbeda, namun memang tidak
akan terlepas dari nilai kebersamaan. Kebersamaan bisa saja menurun atau bahkan
hilang hanya karena intensitas komunikasi atau pertemuan yang jarang, namun
dengan gotong royong kebersamaan itu akan tetap terjalin dengan baik.
masyarakat dapat terjalin dengan baik, dan tanpa disadari kebersamaan tersebutlah
yang terus memperkuat masyarakat untuk terus menjaga budaya dan adat
leluhurnya.
peduli pada orang-orang yang ada di sekitarnya. Mereka rela untuk saling
berbagi dan tolong menolong. Masyarakat juga dapat lebih rukun, karena
(c) Menjalin dan membina hubungan sosial yang baik dan harmonis
antarwarga masyarakat
yang baik dan harmonis seperti ini dapat dibangun jika masyarakat mau
tingkat RT atau RW akan mampu menjalin persatuan yang lebih besar lagi
jika kita semua berada di tanah air yang sama, sehingga sikap persatuan
21
dan kesatuan yang ada juga harus diwujudkan dari Sabang sampai
dibuat dan dianggap cukup mempunyai keterkaitan dengan judul dan topik yang
Kabupaten Buol.
Majalengka”. penelitian ini ditulis oleh Hilman Ahmad Hidayat Program Studi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Nilai-nilai
nilai gotong royong pada mata pelajaran sosiologi di SMA?. Tujuan penelitian ini
adalah (1) untuk mengetahui bentuk gotong royong yang masih dipelihara
nilai-nilai gotong royong sebagai bagian dari materi mata pelajaran sosiologi di
penelitian ini ditulis oleh Cucu Widaty Program Studi Pendidikan Sosiologi
(2) apa sajakah yang menjadi faktor peyebab terjadinya perubahan kehidupan
Solidaritas Dalam Kehidupan Masyarakat Kampung Naga”. Penelitian ini ditulis oleh
Meta Rolitia Mahasiswi Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Pendidikan Ilmu
masalah dalam penelitian ini adalah (1) bentuk gotong royong apa saja yang masih ada
dalam kehidupan masyarakat Kampung Naga.? (2) Bagaimana makna yang terkandung
dalam nilai gotong royong di kehidupan masyarakat Kampung Naga.? (3) bagaimana
peran nilai gotong royong dalam memperkuat solidaritas sosial pada masyarakat
Kampung Naga?. (4) bagaimana usaha dalam mempertahankan nilai gotong royong pada
masyarakat Kampung Naga?. Tujuan dari penelitan ini adalah (1) bentuk gotong royong
yang masih dilaksanakan di masyarakat Kampung Naga. (2) makna yang terkandung
dalam nilai gotong royong di kehidupan masyarakat Kampung Naga. (3) peran nilai
gotong royong dalam memperkuat solidaritas sosial pada masyarakat Kampung Naga. (4)
usaha dalam mempertahankan nilai gotong royong pada masyarakat Kampung Naga.
dan juga sebagai acuan dalam penyusunan, serta sebagai perbandingan untuk
nilai gotong royong dalam kehidupan sehari-hari, maka kerangka pemikiran yang
dikembangkan dalam penelitian ini di sajikan pada Gambar 2.1 adalah sebagai
berikut :
27
PERAN
MASYARAKAT
NILAI-NILAI GOTONG
ROYONG
KEHIDUPAN
SEHARI-HARI
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN
yang terjadi saat sekarang yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka
maupun uji-uji statistik. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian yang
terlebih dahulu keadaan dan situasi tempat yang akan diteliti. Pada umumnya
Dalam sebuah penelitian, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah
metode penelitian, agar penelitian yang akan dilakukan dapat berjalan dengan
baik. Metode penelitian merupakan prosedur atau cara yang terstruktur, yang
mencapai hasil yang diinginkan. Metode penelitian berperan penting dalam suatu
penelitian, karena peneliti lebih mudah dalam mencari sampai dengan menyusun
28
29
tersebut, yakni untuk mengetahui dan mengungkap lebih dalam bagaimana peran
memudar.
penelitian. Tidak dapat dikatakan suatu penelitian bersifat ilmiah bila tidak ada
data dan sumber data yang dapat dipercaya, karena jenis penelitian ini kualitatif.
(Lexy J. Moleong, 2002:112) Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari:
1) Data primer
data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh peneliti dari sumber utama,
yang dapat berupa kata-kata atau tindakan. Metode yang dilakukan untuk
2) Data sekunder
tidak langsung melalui buku-buku yang dijadikan referensi atau bahan relevan
berupa dokumen atau laporan tertulis lainnya yang berkaitan dengan masalah
yang akan diteliti. Selain itu, dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan
browsing sebagai pencarian informasi lewat internet, hal ini dilakukan untuk
menambah dan melengkapi data-data. Hasil browsing ini didapat dari berbagai
sumber yang ada, dan akan dicantumkan di daftar pustaka. Fungsi dari data
30
sekunder ini sendiri yaitu untuk mendukung dan memperkuat informasi serta
1) Observasi
langsung objek peneliti kemudian mencatat fakta dan data di lapangan yang
merupakan cara yang sangat baik untuk mengamati perilaku subjek penelitian
seperti perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan tertentu. Akan
tetapi, tidak semua perlu diamati oleh peneliti, hanya hal-hal yang terkait atau
yang sangat relavan dengan data yang dibutuhkan. Dalam melakukan pengamatan,
peneliti terlibat secara pasif. Artinya, peneliti tidak terlibat dalam kegiatan-
kegiatan subjek penelitian dan tidak berinteraksi dengan mereka secara langsung.
Peneliti hanya mengamati interaksi sosial yang mereka ciptakan, baik dengan
2) Wawancara
tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data atau peneliti
terhadap narasumber. Dalam hal ini, alat atau media yang digunakan adalah alat
diteliti, tetapi juga apabila penulis ingin mengetahui hal-hal responden yang lebih
mendal am. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang
diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau
3) Dokumentasi
foto maupun berkas. Dokumentasi dapat diperoleh dengan cara melihat dan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau
dokumentasi yang dilakukan melalui tiga tahap yang terjadi secara bersamaan
1) Reduksi Data
2) Penyajian Data
penafsiran dan evaluasi yang disajikan. Data yang berkualitas adalah data
disusun menjadi sebuah hasil penelitian yang akan disajikan sebagai acuan
1. Sejarah Singkat
bersuku Kaili yang datang di Buol dan membuka kampung ini. Adapun nama
dikebumikan di batu poli besar, yang mana tempat ini telah dijadikan sebagai
Desa Lakea II adalah salah satu desa dari 5 (lima) desa yang yang ada di
Kecamatan Lakea, yaitu desa Lakuan, Lakea I, Lakea II, Bukaan, dan Tuinan, hal
ini diperkirakan terjadi pada abad ke-18. Kemudian pada tahun 1912 terjadi
pemekaran pada desa Tuinan, desa ini terbagi menjadi desa Ilambe. Selanjutnya
pada tahun 1964, Desa Lakuan memisahkan diri sehingga menjadi Lakuan Toli-
Toli dan Lakuan Buol. Begitupun pada tahun yang sama, Desa Lakea 1 terjadi
pemekaran menjadi Desa Ngune. Hal ini diperkuat dengan yang dijelaskan oleh
Lakea hanya memiliki 5 desa saja, dan ketika pemekaran desa terjadi maka
33
34
TABEL I
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa Desa Lakea II telah berganti
kepala desa sebanyak 11 kali dan 3 berstatus pejabat sementara (Pjs), ini terhitung
wilayah sebesar 25 km2 (2500 hektar). Jarak ke Ibu kota Provinsi 480 km dan
jarak ke Ibu kota Kabupaten 42 km. Berikut adalah kondisi umum desa Lakea II
a. Letak geografis
b. Jumlah penduduk
Desa Lakea II terdiri dari 763 Kepala Keluarga (KK) dan memiliki
jiwa dan perempuan sebanyak 1.538 jiwa yang tersebar dalam 3 dusun,
yakni dusun I Lamogu 1.212 jiwa, dusun II Kampung Baru 982 jiwa, dan
c. Agama
2) Kristen : 59 orang
3) Budha : 17 orang
d. Etnis
3) Kaili : 21 orang
5) Manado : 43 orang
dalam proses kemajuan. Lakea II sebagai desa yang terus berusaha agar
dengan lancar. Berikut adalah sarana dan prasarana desa Lakea II:
36
TABEL II
1. Visi
madani”
37
2. Misi
e. Pengembangan wilayah
(Kantibmas).
38
3. Struktur Organisasi
GAMBAR I
KEPALA DESA
BPD LPM
SEKRETARIAT
SEKDES
KEWILAYAHAN
Keterangan:
Kabupaten Buol. Data ini diambil untuk dapat mengetahui mengenai pemahaman
Buol.
Buol mengerti dan paham mengenai nilai gotong royong yang ada dalam
masyarakat, hal senada juga di ungkapkan oleh salah seorang tokoh masyarakat
pertanyaan apakah saat ini nilai gotong royong masih perlu untuk dilestarikan?
semua informan menyatakan bahwa sangat perlu untuk tetap dilestarikan karena
gotong royong dan sikap kekeluargaan merupakan budaya turun temurun yang
tahunnya saat menjelang bulan suci ramadan, pembuatan jalan tani sebagai
jalan transportasi petani dengan tujuan mempermudah para petani dalam
bertani dan sesudah itu kita sediakan makanan dan minum yang dibelikan
oleh kepala desa atau di bawakan oleh warga sendiri untuk masyarakat
kita, dan otomatis saling membantu dalam desa itu sangat penting demi
sebuah kepentingan bersama dan agar kedepannya nilai-nilai gotong
royong tetap dilestarikan karena dengan melestarikan budaya gotong
royong akan menjadikan desa kita ini lebih baik lagi kedepannya.”
(Wawancara tanggal 28 April 2021)
Hal senada juga di ungkapkan oleh Bapak Ilong salah seorang tokoh
masyarakat Desa Lakea, saat peneliti mengajukan pertanyaan, Apa yang bapak
Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Nurdin salah seorang tokoh
masyarakat lainnya, “Di Desa Lakea memang ada kegiatan gotong royong dan
kegiatan gotong royong yang ada selama ini tidak lepas dari keseharian dari
2021)
Gotong royong juga dapat dilihat dari beberapa kegiatan yang dilakukan
oleh masyarakat baik dari segi di bidang pertanian misalnya pembuatan jalan tani
sebagai jalan transportasi petani dengan tujuan mempermudah para petani dalam
rumah, pengecekan, dan perbaikan pipa setiap tahunnya saat menjelang bulan suci
ramadan.
42
Dari data yang didapat diketahui bahwa masyarakat mengetahui ada dan
Kabupaten Buol, hal ini didukung oleh pernyataan salah satu tokoh masyarakat di
Desa Lakea II, saat peneliti mengajukan pertanyaan, apa yang Bapak ketahui
mengenai kegiatan gotong royong dan kapan masyarakat di Desa Lakea II ini
melakukan suatu kegiatan berat dan ringan dipikul dan dikerjakan bersama-sama
bukan pada teknis pelaksanaan kegiatan gotong royong yang dilakukan. Faktor
gotong royong antara lain rasa solidaritas dari masyarakat, kekeluargaan dan
kerjasama dari antar masyarakat yang ada. (Wawancara tanggal 26 April 2021)
Hal ini senada dengan pernyataan yang dikemukakan Bapak Cun salah
seorang masyarakat di Desa Lakea II Ia mengatakan bahwa “di sini rasa
kekeluargaan, kerjasama, solidaritas masyarakat masih ada tetapi
terkadang ketika ada diantara kami yang sibuk dan berhalangan hadir
sehingga ketika ada pemberitahuan untuk kegiatan gotong royong ada
beberapa orang tidak hadir.” (Wawancara tanggal 05 Mei 2021)
informan bahwa adanya hambatan dalam kegiatan gotong royong, ini terlihat dari
jawaban informan saat peneliti mengajukan pertanyaan. Menurut Bapak apa saja
yang menjadi hambatan dan dorongan terjadi dalam kegiatan gotong royong?
Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang informan lainnya, bawa
”Selama ini masyarakat terlalu sibuk untuk mengurus masalah bekerja untuk
gotong royong dulunya sering dilakukan di Desa, tapi sekarang sudah jarang,
menurut saya yang membuat kegiatan gotong royong itu berkurang karena ada
perubahan dari individu masyarakat disini, rasa kebersamaan sudah mulai hilang,
menurut saya perlu ada orang yang mengkoordinir yang bisa membuat semangat
itu ada lagi, sebagai orang yang memimpin harus mampu mengarahkan kegiatan
ini agar tidak hilang begitu saja karena merupakan salah satu sarana yang
Dalam hal ini perlu adanya kerjasama antar elemen masyarakat dan
yang ikut berperan serta bersama-sama dalam setiap pelaksanaan kegiatan gotong
4.3 Pembahasan
kehidupan dimana hal tersebut tidak berarti selama ini tidak ada upaya untuk
45
gotong royong yang dilaksanakan selama ini hanya dilaksanakan di waktu tertentu
gotong royong yang saat ini mengalami pergeseran dalam masyarakat. Peran
melakukan gotong royong, baik gotong royong kerja bakti maupun gotong
royong tolong menolong agar nilai-nilai kebersamaan, kerja sama antar warga
Buol
46
b. Ikut serta dalam kegiatan gotong royong. Pemimpin yang baik adalah
pemimpin yang tidak hanya menjadi instruktur melainkan juga ikut serta
bergotong royong dan ikut serta dalam kegiatan gotong royong sebagai
sertaan tokoh masyarakat dalam kegiatan gotong royong akan menjadi hal
yang positif bagi nilai-nilai gotong royong sehingga nilai-nilai yang sudah
Kabupaten Buol mengerti dan paham mengenai nilai gotong royong yang ada
Lakea Kabupaten Buol dapat dilihat dari beberapa aktifitas keseharian yang
royong dalam menyelesaikan pekerjaan. Gotong royong juga dapat dilihat dari
beberapa kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat baik dari segi di bidang
pertanian misalnya pembuatan jalan tani sebagai jalan transportasi petani dengan
tujuan mempermudah para petani dalam bertani, di bidang sosial lainnya jumat
bentuk kerja nyata dari masyarakat dan pemerintahnya. Daerah otonom tersebut
daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk
bagi dalam wilayah- wilayah Propinsi dan Ibu Kota Negara. Wilayah Propinsi di
bagi dalam wilayah- wilayah Kabupaten dan Kota. Wilayah Kabupaten dan Kota
Kecamatan terdapat Kelurahan dan Desa. Desa merupakan suatu wilayah yang di
mempunyai tingkat kepadatan yang tidak terlalu tinggi dan biasanya kegiatan
royong memupuk kembali nilai-nilai gotong royong yang mulai memudar pada
adanya gotong royong tersebut. Gotong royong akan tetap hidup di kalangan
masyarakat, tetapi berbeda latar belakangnya, bentuk dan sifat dari gotong royong
itu sendiri, perbedaan ini biasanya ditimbulkan oleh lingkungan, jadi sikap gotong
sendiri.
49
kepentingan bersama.
individu masyarakat, rasa kebersamaan sudah mulai hilang Dua hal yang
individu masyarakatnya, sehingga ada yang seide dan tidak, hal ini relevan
dengan pendapat ahli bahwa, “Gotong royong sendiri tidak terlepas dari
atau perhatian mereka yang serupa atau pertentangan. Empat jenis ikatan
yang muncul pada masyarakat yang sering berkaitan bergantung pada jenis
gotong royong dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari
dengan perkembangan zaman dan teknologi serta adanya pengaruh baik dari
dalam maupun dari luar selalu akan melahirkan perubahan nilai-nilai gotong
royong. Sehingga dalam hal ini gotong royong akan tetap ada. Yang berubah
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Buol dapat dilihat dari beberapa aktifitas keseharian yang dilakukan oleh
masyarakat baik dari segi di bidang pertanian misalnya pembuatan jalan tani
sebagai jalan transportasi petani dengan tujuan mempermudah para petani dalam
rumah, pengecekan, dan perbaikan pipa setiap tahunnya saat menjelang bulan suci
ramadan.
oleh:
1. Faktor Penghambat
2. Faktor Pendorong
Buol masih terdapat adanya nilai kegotong royongan, namun jika tidak
51
52
5.2 Saran
berikut:
falsafah Negara agar tidak terkikis oleh arus modernisasi yang semua
mengedepankan materi.
setiap pekerjaan tidak lagi terdapat bantuan sukarela, bahkan telah dinilai
dengan materi atau uang. Sehingga jasa selalu di perhitungkan dalam bentuk
semakin menipis dan penghargaan hanya dapat dinilai bagi mereka yang
memiliki dan membayar dengan uang. Tampaknya untuk kondisi yang serba
materi seperti ini jangan sampai terjadi, karena nilai-nilai kebersamaan yang
Negara
Meta Rolitia, (2016). Nilai Gotong Royong Untuk Memperkuat Solidaritas Dalam
Kehidupan Masyarakat Kampung Naga.
Soelaeman, M Moenandar (2001). Ilmu Sosial Dasar “Teori dan Konsep Ilmu
Sosial“. Bandung, PT Refika Aditama.
Syani, Abdul. (2002). Sosiologi Skematika Teori dan Terapan. Jakarta : Bumi
Aksara.
INTERNET:
https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-masyarakat.html.
PEDOMAN WAWANCARA
1. Apakah saat ini nilai gotong royong masih perlu untuk dilestarikan?
7. Apa saja yang menjadi hambatan dan dorongan terjadi dalam kegiatan gotong
royong?
Lampiran
DOKUMENTASI
Wawancara Bersama Bapak Moh. Dedi Saputra (Sekertaris Desa Lakea II)
Wawancara Bersama Bapak Aziz Lamase (Masyarakat Desa Lakea II)
Wawancara Bersama Bapak Andi dan Bapak Imran (Masyarakat Desa Lakea II)
Wawancara Bersama Bapak Nurdin (Masyarakat Desa Lakea II)
Agama : Islam
Nomor Hp : 085242930706
Pekerjaan : Tani
Pekerjaan : URT
Riwayat Pendidikan