Anda di halaman 1dari 79

PERAN MASYARAKAT DALAM MEMPERTAHANKAN

NILAI-NILAI GOTONG ROYONG DI DESA LAKEA II


KECAMATAN LAKEA KABUPATEN BUOL

Oleh

MOH. YASIR
A.321 14 095

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana


Pada Program Studi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Tadulako

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS TADULAKO

TAHUN 2021
ABSTRAK

Moh. Yasir, “Peran Masyarakat dalam Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong


Royong di Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol.” Skripsi, Program
Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraa, Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Tadulako. Pembimbing, Hasdin, S.Pd., M.Pd.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peran masyarakat dalam
mempertahankan nilai-nilai gotong royong di Desa Lakea II Kecamatan Lakea
Kabupaten Buol dan mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang
dihadapi setiap masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai gotong royong di
Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol. Lokasi penelitian di desa Lakea
II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol. Subjek penelitian berjumlah 7 orang yang
terdiri dari Kepala Desa Lakea II, Sekretaris Desa dan masyarakat Desa Lakea II.
metode penelitian yang digunakan deskriptif kualitatif. Pengumpulan data
menggunakan dokumentasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa
Keberadaan Gotong royong di Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol
dapat dilihat dari beberapa aktifitas keseharian yang dilakukan oleh masyarakat
baik dari segi di bidang pertanian misalnya pembuatan jalan tani sebagai jalan
transportasi petani dengan tujuan mempermudah para petani dalam bertani, di
bidang sosial lainnya jumat bersih, adakan pembersihan di depan rumah,
pengecekan, dan perbaikan pipa setiap tahunnya saat menjelang bulan suci
ramadan. Ada 2 (dua) faktor pendorong serta penghambat kegiatan gotong royong
di Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol yaitu faktor penghambat yang
terdiri dari masyarakat terlalu sibuk untuk mengurus masalah bekerja untuk
mendapatkan uang sehingga telah melupakan budaya gotong royong untuk
kepentingan bersama serta budaya gotong royong mulai luntur karena perubahan
dari masyarakat, rasa kebersamaan sudah mulai hilang. Sedangkan faktor
pendorong terdiri dari pada pribadi masyarakat Desa Lakea II Kecamatan Lakea
Kabupaten Buol masih ada nilai kegotong royongan, namun jika tidak
dibudayakan lambat laut akan memudar dan hilang dan peran pemerintah Desa
dalam pembangunan Desa.

Kata Kunci : Gotong royong, Masyarakat

iii
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan dan melimpahkan berbagai nikmat dan karunia-Nya, khususnya

kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

“Peran Masyarakat dalam Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong di Desa

Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol”, Shalawat serta salam semoga

senangtiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW.

Penyusunan Skripsi ini adalah merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana pada program studi pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Tadulako.

Penulis mengucapkan terima kasih untuk yang tercinta Ayahanda Imran

Lahama dan Ibu Herlina LP.Taim atas limpahan kasih sayang, bimbingan,

motivasi dan do‟anya, karena dengan semua itulah penulis bias menyelesaikan

skripsi ini. Semonga penulis mampu membahagiakan kalian, melebihi kebahagian

yang kalian berikan.

Penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada Bapak

Hasdin S.Pd, M.Pd sebagai pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya

dalam membantu pola pikir penulis serta sabar dan tabah dalam memberikan

bimbingan, arahan dan motivasi dari awal penyusanan proposal hingga

penyelesaian skripsi ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada

Bapak Dr. Jamaludin, M.Si selaku Pembahas/Penguji Utama yang sangat

berperan dalam memberikan arahan dan perbaikan kepada penulis dalam

iv
penyempurnaan penulis skripsi ini. Selanjutnya penulis menyampaikan ucapan

terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Prof. Dr.Ir. Mahfudz, MP., Rektor Universitas Tadulako;

2. Dr. Ir. Amiruddin Kade, S.Pd, M.si.; Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Tadulako;

3. Dr. Nurhayadi, M.Si, Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako;

4. Abdul Kamaruddin, S.Pd, M.Ed, ph.D, Wakil Dekan Bidang Umum dan

Keuangan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako;

5. Dr. Iskandar, M,Hum., Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universits Tadulako;

6. Dr. Nuraedah, S.Pd., M,Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako;

7. Hasdin, S.Pd, M.Pd., Koordinator Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako,

8. Hasdin,S.Pd., M.Pd., sebagai Dosen Wali yang senang tiasa mengingatkan

dan memberikan waktu dalam membimbing penulis selama menyelesaikan

studi pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan;

9. Dr. Jamaludin, M.Si., dan Sukmawati, S.Pd.,M.Pd sebagai Penguji terima

kasih untuk saran dan kritik yang membangun demi perbaikan penyusunan

skripsi ini. Serta telah banyak memberi dorongan dan bimbingan semenjak

penulis mulai bekerja sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini;

v
10. Bapak/Ibu Dosen Program Studi Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan Universitas Tadulako yang telah banyak memberikan

masukan dan membantu penulis dalam menyelesaikan studi;

11. Seluruh Staf Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

yang banyak membantu dalam proses penyelesaian administrasi;

12. Terima kasih kepada segenap keluarga besar Imran Lahama dan Herlina

LP.Taim selaku orang tua yang sejak awal membantu secara totalitas baik

moral dan material sehingga terlaksananya peneliti ini.

13. Keluarga besarku yang telah membantu baik secara moral maupun material

yang tak mungkin penulis sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas do‟a dan

dukungannya kepada penulis.

14. Terimakasih banyak kepada yang paling banyak di repotkan dalam

penyusunan skripsi ini sekaligus jadi penyumbang inspirasi terbesar teman-

teman. Rahmawati S.Pd, Sri Yuningsi S.Sos, Saiful Anwar, Sarif Gobel,

Riki Henrawan Rafyudin, Sriwahyuni selaku orang terdekat yang telah

memberikan banyak sumbangan pemikiran, motivasi dan dukungannya.

15. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu yang telah

memberikan bantuan yang bermanfaat bagi penulis demi terselesaikannya

penyusunan Skripsi ini.

vi
Semoga Allah SWT akan selalu melimpahkan rahmat dan balasan yang

paling indah kepada semua pihak yang telah membantu penulis hingga skripsi ini

dapat diselesaikan dan semonga dicatat sebagai amalan yang mulia. Aamiin.

Palu, ...... November 2021

Penulis

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
ABSTRAK iii
UCAPAN TERIMAKASIH iv
DAFTAR ISI viii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Tujuan Penelitian 5

1.4 Manfaat Penelitian 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7


2.1 Kajian Teori 7

2.1.1 Kajian Tentang Masyarakat 7

2.1.2 Kajian Tentang Nilai-Nilai Gotong Royong 13

2.2 Penelitian Relevan 21

2.3 Kerangka Pemikiran 26

BAB III METODE PENELITIAN 28


3.1 Jenis Penelitian 28

3.2 Lokasi Penelitian 28

3.3 Data dan Sumber Data 29

viii
3.4 Teknik Pengumpulan Data 30

3.7 Teknik Analisis Data. 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33

4.1 Gambaran umum Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol 33

4.2 Hasil Penelitian 39

4.2.1 Peran Masyarakat Dalam Mempertahankan Nilai-Nilai


Gotong Royong di Desa Lakea II Kecamatan Lakea
Kabupaten Buol 39
4.2.2 Faktor Pendukung dan Penghambat yang Dihadapi Setiap
Masyarakat Dalam Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong
di Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol 42
4.3 Pembahasan 44

4.3.1 Peran Masyarakat Dalam Mempertahankan Nilai-Nilai


Gotong Royong di Desa Lakea II Kecamatan Lakea
Kabupaten Buol 44
4.3.2 Faktor Pendukung dan Penghambat yang Dihadapi Setiap
Masyarakat Dalam Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong
di Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol 48

BAB V PENUTUP 51

5.1 Kesimpulan 51

5.2 Saran 52

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tabel Penelitian Relavan 24
4.1 Kepala Desa yang Pernah Menjabat di Desa Lakea II 34
4.2 Keadaan Sarana dan Prasarana Desa Lakea II 36

x
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1 Kerangka Pemikiran 27
4.1 Struktur Pemerintahan Desa Lakea II 38

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hubungan antar masyarakat dalam kehidupan sehari-hari merupakan

bentuk interaksi sosial. Kehidupan masyarakat tidak dapat terlepas dengan

masyarakat yang lainnya, karena pada dasarnya manusia sesuai dengan fitrahnya

merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri melainkan membutuhkan

pertolongan orang lain. Oleh sebab itu, di dalam kehidupan bermasyarakat

diperlukan adanya sebuah kerjasama untuk menyelesaikan segala permasalahan.

Indonesia memiliki banyak ragam budaya, salah satunya yaitu budaya kerjasama

atau yang sering disebut sebagai gotong royong. Pada hakekatnya pengertian

gotong royong tidak hanya terbatas pada membersihkan lingkungan semata. Akan

tetapi, gotong royong juga bisa diartikan bekerjasama dalam segala bidang,

termasuk mencari solusi dari masalah yang dihadapi masyarakat. Ditinjau dari

bentuk yang dikerjakan secara gotong royong bisa mencangkup material, tenaga,

uang, dan sumbangan fikiran/ide. (Agustinus Putra, 2013:2)

Sikap gotong royong yang dilakukan masyarakat dalam kehidupannya

memiliki peranan dan manfaat yang sangat penting, dengan adanya gotong

royong, segala permasalahan dan pekerjaan yang rumit akan cepat terselesaikan.

Kerjasama semacam ini merupakan suatu bukti adanya keselarasan hidup antar

sesama bagi komunitas, terutama yang masih menghormati dan menjalankan

nilai-nilai kehidupan, yang biasanya dilakukan oleh komunitas perdesaan atau

komunitas tradisional.

1
2

Hidup gotong royong ini adalah ciri khas bangsa Indonesia yang sudah

dilaksanakan oleh nenek moyang sejak zaman dahulu, hanya di Indonesia kita

dapat menemukan sikap gotong royong ini, karena di negara lain masyarakatnya

cenderung acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar. Budaya gotong royong

adalah bagian dari kehidupan berkelompok masyarakat Indonesia dan merupakan

warisan budaya bangsa. (Nurlatifah, 2017:3).

Sifat gotong royong dan kekeluargaan di daerah pedesaan lebih menonjol

dibandingkan di daerah perkotaan yang hanya dijumpai dalam kegiatan sekolah

dan bahkan di kantor-kantor, misalnya pada saat memperingati hari-hari besar

nasional saja. Lain halnya dengan sifat gotong royong di daerah pedesaan yang

sudah menjadi tradisi, dalam pola kehidupan baik berdasarkan hubungan tetangga,

hubungan kekerabatan, maupun hubungan yang berdasarkan efisiensi dan sifat

praktis yang dianggap berguna bagi kepentingan umum, seperti memperbaiki dan

membersihkan jalan, mendirikan rumah dan merenovasi mesjid. Melalui aktivitas

gotong royong ini, tercipta rasa kebersamaan dan hubungan emosional antar

warga, keakraban dan saling mengenal satu sama lain. (Bintarto 1980: 14)

mengungkapkan bahwa: “Dalam artian yang sebenarnya gotong royong

dilaksanakan oleh sekelompok penduduk di suatu daerah yang datang membantu

atau menawarkan tenaganya tanpa pamrih atau dengan kata lain secara sukarela

menolong secara bersama”.

Selain masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan, terdapat juga

model masyarakat prismatik yang merupakan peralihan dari masyarakat

tradisional ke masyarakat modern. Model masyarakat prismatik menjadi salah


3

satu yang mempengaruhi terhadap memudarnya sifat gotong royong di

Desa Lakea II. Hal ini dapat digambarkan dari kondisi masyarakat yang hanya

mementingkan kepentingan pribadi saja. Sebagai contoh, sebagian masyarakat

Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol akan cenderung memilih untuk

menyewa jasa seseorang dalam memudahkan pekerjaan yang sedang mereka

kerjakan dibandingkan dengan mengajak masyarakat sekitar untuk mengambil

bagian dalam membantu meringankan pekerjaannya. Hal ini terjadi dikarenakan

semakin berkurangnya rasa kebersamaan untuk saling membantu dan meminta

bantuan secara sukarela.

Budaya gotong royong semakin terkikis oleh derasnya budaya modern,

gaya hidup di ibu kota mempengaruhi bagaimana kebiasaan-kebiasaan yang telah

mendarah daging perlahan-lahan mulai memudar. Sama halnya yang terjadi di

Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol, sikap individualis serta sikap

acuh terhadap lingkungan sekitar telah merubah pandangan masyarakat akan

pentingnya gotong royong. Kebiasaan baik seperti bahu membahu, membersihkan

lingkungan sekitar, membantu mempersiapkan upacara-upacara tertentu, serta

mengadakan musyawarah bersama sudah jarang dilakukan. Nilai-nilai gotong

royong akan memudar apabila rasa kebersamaan mulai menurun. Perkembangan

teknologi, latar belakang sosial, dan sikap apatis dari setiap individu merupakan

beberapa faktor yang menyebabkan budaya gotong royong tersebut perlahan

menghilang.

Seiring dengan perkembangan zaman inilah, masyarakat sekarang lebih

sibuk dengan pekerjaannya untuk memenuhi tuntutan hidup yang semakin


4

mendesak. Hal ini yang menyebabkan kegiatan gotong royong semakin

ditinggalkan. Akhirnya berdasarkan dari kondisi tersebut di atas, maka

dikhawatirkan budaya gotong royong pada masyarakat mulai memudar yang dapat

dimaknai sebagai sebuah keprihatinan yang sangat mendalam. Maka dari itu,

kesadaran individu sangat dibutuhkan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai

gotong royong antar masyarakat, selain dalam rangka pembangunan juga akan

terjalin kebersamaan dalam artian pemberdayaan masyarakat, karena

pembangunan tidak akan berjalan tanpa adanya persatuan antar masyarakat.

Berdasarkan pengamatan penulis pada saat melakukan observasi awal di

Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol terdapat beberapa model

masyarakat yang mempengaruhi tingkat kesadaran masyarakat tentang

pengaplikasian nilai-nilai gotong royong dalam kehidupan sehari-hari. Adapun

model masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat pedesaan, masyarakat

perkotaan dan masyarakat prismatik. Untuk mengatasi hal tersebut, maka

diperlukan peran dari berbagai kalangan di antaranya peran orang tua, tokoh

masyarakat, perangkat desa, serta masyarakat itu sendiri. Dengan demikian,

penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Peran Masyarakat dalam

Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong di Desa Lakea II Kecamatan Lakea

Kabupaten Buol.

2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok

permasalahan dalam penelitian ini adalah:


5

1. Bagaimana peran masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai

gotong royong di Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol?

2. Apa faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi setiap

masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai gotong royong di Desa

Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol?

1.2 Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peran masyarakat dalam mempertahankan nilai-

nilai gotong royong di Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten

Buol.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi

setiap masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai gotong royong di

Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol.

1.4 Manfaat Penelitian

2. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada

masyarakat khususnya di Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten

Buol tentang nilai-nilai gotong royong yang harus tetap dilestarikan agar

tidak hilang.

3. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang peran

masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai gotong royong dan sebagai


6

sumber referensi atau rujukan bagi mahasiswa lain yang akan melakukan

penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Kajian Tentang Masyarakat

1) Pengertian Masyarakat

Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah Society yang berasal dari

kata Latin Socius yang berarti “Kawan”. Istilah masyarakat berasal dari bahasa

Arab yaitu Musyarak yang berarti hubungan (interaksi), yang kemudian

mengalami perubahan dalam bahasa Indonesia menjadi “Masyarakat”.

Masyarakat adalah sekelompok orang yang saling berinteraksi menurut suatu

sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan saling terikat oleh suatu

rasa dan identitas yang sama dalam dirinya. (Koentjoroningrat, 2000:144-146).

Masyarakat menurut Berger (dalam Rifa’I, 2011:34) adalah suatu

keseluruhan yang kompleks antara hubungan manusia dalam kehidupan sehari-

hari yang bersifat luas. Sedangkan menurut Mac Iver dan Page (dalam Basrowi,

2005:40) mengatakan bahwa masyarakat merupakan suatu sistem dari kebiasaan

dan tata cara, dari wewenang serta kerja sama antara berbagai kelompok dan

penggolongan, dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia.

Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial yang bersifat selalu berubah.

Pengertian lain muncul dari Auguste Comte (dalam Syani, 2002:31) yang

mendifinisikan masyarakat sebagai suatu kelompok-kelompok makhluk hidup

dengan realitas-realitas baru yang berkembang menurut hukum-hukumnya sendiri

7
8

dan berkembang menurut pola perkembangan sendiri. Manusia terikat kelompok

karena rasa sosial yang serta merta dan kebutuhannya.

Dari beberapa definisi di atas terdapat kesamaan arti bahwa masyarakat

merupakan suatu hubungan kelompok baik dalam lingkup kecil seperti hubungan

orang tua dan anak, guru dan murid, atasan dan bawahan maupun lingkup besar

seperti sekolah dan lingkungannya, interaksi yang terjadi antara 2 orang atau lebih

yang prosesnya berjalan cukup lama. Di mana di dalamnya terlihat suatu tata cara,

adat istiadat dan hukum di setiap kebiasaan dalam kehidupannya yang mengatur

antara kepentingan individu dan individu lainnya.

Interaksi sosial dalam individu juga mempunyai kebebasan dengan batasan

tertentu sesuai dengan aturan yang disepakati bersama-sama, dalam interaksi yang

terjalin harus mampu memunculkan rasa kesatuan yang dapat saling mengikat

satu sama lain. Hubungan yang terjalin dalam suatu kelompok selalu mengalami

perubahan dengan berjalannya waktu dan kondisi yang dihadapinya. Namun,

karena adanya suatu kepentingan yang sama mampu menumbuhkan rasa saling

membutuhkan sehingga membuat mereka terus bertahan dalam berbagai

perubahan yang terjadi.

2) Ciri-Ciri Masyarakat

Suatu masyarakat dapat dikenali dari karakteristik yang ada di dalamnya.

Adapun ciri-ciri masyarakat sebagai berikut:


9

(a) Berada di Wilayah Tertentu

Suatu kelompok masyarakat mendiami di suatu wilayah tertentu secara

bersama-sama dan memiliki suatu sistem yang mengatur hubungan

antar individu.

(b) Hidup Secara Berkelompok

Manusia adalah makhluk sosial dan akan selalu membentuk kelompok

berdasarkan kebutuhab bersama. Kelompok manusia ini akan semakin

besar dan berubah menjadi suatu masyarakat yang saling

ketergantungan satu sama lain.

(c) Terdapat suatu Kebudayaan

Suatu kebudayaan hanya dapat tercipta bila ada masyarakat. Oleh

karena itu, sekelompok manusia yang telah hidup bersama dalam

waktu tertentu akan melahirkan suatu kebudayaan yang selalu

mengalami penyesuaian dan diwarikan secara turun temurun.

(d) Terjadinya Perubahan

Suatu masyarakat akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu

karena memang pada dasarnya masyarakat memiliki sifat yang

dinamis. Perubahan yang terjadi di masyarakat akan disesuaikan

dengan kebudayaan yang sebelumnya telah ada.

(e) Terdapat Interaksi Sosial

Interaksi sosial akan selalu terjadi di dalam suatu masyarakat. Interaksi

ini bisa terjadi bila individu-individu saling bertemu satu dengan

lainnya.
10

(f) Terdapat Pemimpin

Aturan dan norma dibutuhkan dalam suatu masyarakat agar kehidupan

harmonis terwujud. Untuk itu, maka dibutuhkan pemimpin untuk

menindaklanjuti hal-hal yang telah disepakati sehingga dapat berjalan

sebagaimana mestinya.

(g) Terdapat Stratafikasi Sosial

Di dalam masyarakat akan terbentuk golongan tertentu, baik

berdasarkan tugas dan tanggungjawab, maupun religiusitasnya. Dalam

hal ini stratafikasi dilakukan dengan menempatkan individu pada

posisi tertentu sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Manusia

yang hidup secara bersama-sama dan kemudian membentuk suatu

kelompok. Dari kelompok yang dibentuk tersebut kemudian menjadi

masyarakat. (https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-

masyarakat.html)

3) Peran Masyarakat

Peran didefinisikan sebagai sebuah aktivitas yang diperankan atau

dimainkan oleh seseorang yang mempunyai kedudukan atau status sosial dalam

organisasi, biasanya diatur dalam suatu ketetapan yang merupakan fungsi dari

lembaga tersebut. Peran itu ada dua macam yaitu peran yang diharapkan (expected

role) dan peran yang dilakukan (actual role). Dalam melaksanakan peran yang

diembannya, terdapat faktor pendukung dan penghambat.

Peran menurut Koentrajaraningrat (2005:13), berarti tingkah laku individu

yang memutuskan suatu kedudukan tertentu, dengan demikian konsep peran


11

menunjuk kepada pola perilaku yang diharapakan dari seseorang yang memiliki

status/posisi tertentu dalam organisasi atau sistem.

Menurut Abu Ahmadi peran adalah suatu kompleks pengharapan manusia

terhadap caranya individu harus bersikap dan berbuat dalam situasi tertentu yang

berdasarkan status dan fungsi sosialnya.

Secara sederhana makna peran dapat dikemukakan seperti berikut (Aida

Vitalaya, 2010:80-81) :

(a) Peran adalah aspek dinamis dari status yang sudah terpola dan berada

di sekitar hak dan kewajiban tertentu.

(b) Peran berhubungan dengan status seseorang pada kelompok tertentu

atau situasi sosial tertentu yang dipengaruhi oleh seperangkat harapan

orang lain terhadap perilaku yang seharusnya ditampilkan oleh orang

yang bersangkutan.

(c) Pelaksanaan suatu peran dipengaruhi oleh citra (image) yang ingin

dikembangkan oleh seseorang. Dengan demikian, peran adalah

keseluruhan pola budaya yang dihubungkan dengan status individu

yang bersangkutan.

Dari beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa pengertian

peran adalah suatu sikap atau perilaku yang diharapkan oleh banyak orang atau

sekelompok orang terhadap individu yang memiliki status atau kedudukan

tertentu. Berdasarkan hal tersebut, apabila peran dihubungkan dengan nilai-nilai

gotong royong, maka peran tidak selalu sebagai hak dan kewajiban individu,

tetapi juga merupakan tugas dan wewenang individu itu sendiri.


12

Mengenai status atau kedudukan seseorang dalam sebuah lembaga/sistem,

maka penulis menjelaskan peran dari berbagai kalangan untuk mempertahankan

nilai-nilai gotong royong, antara lain:

(a) Perangkat Desa, mempunyai peran dalam membuat aturan serta

mensosialisasikan betapa pentingnya nilai gotong royong untuk

dipertahankan.

(b) Orang Tua, mempunyai peran dalam mendidik dan mengajarkan anak

sejak dini tentang arti dari nilai gotong royong.

(c) Tokoh Masyarakat, mempunyai peran dalam mengajak masyarakat

untuk menerapkan nilai-nilai gotong royong dalam kehidupan sehari-

hari.

(d) Masyarakat itu sendiri, mempunyai peran agar selalu memiliki

kesadaran akan pentingnya nilai gotong royong untuk diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari.

Masyarakat adalah kelompok besar manusia yang telah lama hidup dan

bekerja sama, sehingga antar anggotanya terjadi adaptasi psikologis, dan

mengorganisasikan diri sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

Di dalam kehidupan semacam itu, terpolakanlah perilalu timbal balik. Posisi

polarisasi yang terdapat pada pola tingkah laku yang bersifat timbal balik itu

disebut status. Dengan demikian seseorang di dalam bermasyarakat harus

bertindak dan bertingkah laku atas posisinya masing-masing. Apabila seseorang

melakukan hak dan kewajibannya, maka ia telah menjalankan perannya. Begitu


13

pula dengan peran masyarakat untuk mempertahankan nilai-nilai budaya yang ada

di suatu wilayah tertentu.

2.1.2 Kajian Tentang Nilai-Nilai Gotong Royong

1) Pengertian Nilai

(Muchson AR 2000:16) Mendefinisikan nilai yang dalam bahasa

Inggrisnya adalah value sebagai harga, penghargaan atau taksiran. Maksudnya

adalah harga yang melekat pada sesuatu atau penghargaan terhadap sesuatu.

Sementara itu, menurut Mulyana (2004:24) nilai merupakan sesuatu yang

diinginkan sehingga melahirkan tindakan pada diri seseorang. Nilai tersebut pada

umumnya mencakup tiga wilayah yaitu nilai intelektual, nilai estetika dan nilai

etika. Sementara itu, menurut Kaelan (2002:123) nilai pada hakekatnya adalah

sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai adalah esensi yang

melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia, khususnya

mengenai tindakan dan tindak kebaikan suatu hal. Nilai artinya sifat-sifat atau hal-

hal yang penting berguna bagi kemanusiaan.

Segala sesuatu dianggap bernilai jika taraf penghayatan seseorang itu telah

sampai pada taraf kebermaknaannya nilai tersebut pada dirinya. Sehingga sesuatu

yang bernilai bagi seseorang belum tentu bernilai pada orang lain, karena nilai itu

sangat penting dalam kehidupan serta terdapat dalam suatu hubungan yang

penting antara subyek dan obyek di dalam suatu kehidupan ini.

Nilai sebagai daya pendorong dalam hidup yang memberi makna dan

pengabsahan pada tindakan seseorang, nilai memiliki dua segi intelektual dan
14

emosional. Kombinasi kedua dimensi tersebut menentukan sesuatu nilai beserta

fungsinya dalam kehidupan, bila dalam pemberian makna terdapat unsur

emosionalnya kecil sekali sementara unsur intelektualnya lebih dominan terhadap

suatu tindakan, maka itu disebut norma-norma atau prinsip. Norma-norma atau

prinsip-prinsip seperti keimanan, keadilan, persaudaraan dan sebagainya akan

menjadi nilai-nilai apabila dilaksanakan dalam pola tingkah laku dan pola berfikir

suatu kelompok. Jadi, norma bersifat sebagai universal dn absolut, sedangkan

nilai-nilai bersifat khusus dan relatif bagi masing-masing kelompok.

Nilai-nilai budaya masyarakat merupakan nilai-nilai yang disepakati dan

tertanam dalam suatu komunitas masyarakat yang mengakar dan terefleksi pada

kebiasaan, kepercayaan, simbol-simbol dengan karakteristik tertentu yang dapat

dibedakan satu sama lainnya sebagai acuan orentasi pola pikir, pola sikap, dan

pola perilaku serta reaksi spontanitas atau terencana atas apa yang akan terjadi

atau sedang terjadi. Nilai-nilai biasanya tampak melalui simbol-simbol, slogan,

motto, visi, misi atau sesuatu yang nampak sebagai pokok perilaku pada suatu

masyarakat.

Sistem nilai yang dianut oleh masyarakat merupakan sistem nilai yang

muaranya dapat membentuk budaya yang berkarakter pada suatu masyarakat.

Sistem nilai budaya adalah rangkaian konsep mengenai sesuatu yang dianggap

remeh dan tidak berharga dalam pikiran sebagian besar warga suatu masyarakat.

Menurut Rohmat dalam Khasanah (2013: 95) nilai itu sendiri adalah hakikat suatu

hal yang menyebabkan hal itu dikejar oleh manusia. Nilai juga berarti keyakinan

yang membuat seseorang bertindak asas dasar pilihannya. Nilai merupakan sifat
15

yang terdapat pada sesuatu, yang menempatkan pada posisi yang berharga dan

terhormat, yakni bahwa sifat ini menjadikan sesuatu itu dicari dan dicintai baik

satu orang maupun sekelompok orang.

2) Pengertian Gotong Royong

Menurut Sayidiman Suryohadiprojo (2016:8) “Menyatakan bahwa gotong

royong adalah kehidupan yang didasarkan kebersamaan. Kebersamaan berarti

bahwa ada pengakuan tentang peran perseorangan atau individu manusia yang

merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Kuasa”.

Menurut Kusnaedi (2006.16) “gotong royong merupakan sikap positif

yang mendukung dalam perkembangan Desa dan juga perlu dipertahankan

sebagai suatu perwujudan kebiasaan melakukan suatu pekerjaan secara bersama-

sama”.

Gotong royong merupakan bagian dari etika sosial dan budaya yang

bertolak dari rasa kemanusiaan. Menurut Tap MPR No. VI/MPR/2001 “etika

sosial dan budaya yang bertolak dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan

penampilan sikap jujur, saling peduli, saling memahami, saling menghargai,

saling menolong, saling mencintai diantara sesama manusia dan warga bangsa”.

Etika ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kembali kehidupan berbangsa dan

berbudaya tinggi dengan menggugah, menghargai dan mengembangkan budaya

Nasional yang bersumber dari budaya daerah (termasuk di dalamnya adalah

budaya gotong royong) agar mampu melaksanakan adaptasi, interaksi dengan

bangsa lain dengan tindakan proaktif sejalan dengan tuntutan globalisasi

(Fernanda, 2003:16).
16

Dalam kehidupan masyarakat yang menjalankan sikap gotong royong

memiliki peranan yang sangat penting karena dengan adanya gotong royong

berbagai permasalahan ataupun pekerjaan yang berat dapat diselesaikan apabila

dilakukan dengan kerjasama. Pembangunan yang ada di wilayah tersebut seperti

pembangunan, akan cepat terlaksana apabila masyarakat ikut berpartisipasi di

dalamnya dengan bentuk kerjasama. Hal ini senada dengan pendapat (Azniar

Sayuti1 983:187) sebagai berikut:

Segi lain yang dapat diperoleh faedahnya dari gotong royong ini adalah
rasa keikutsertaan dan tanggungjawab bersama warga masyarakat yang
bersangkutan dalam usaha pembangunan, baik dalam bentuk fisik maupun
non fisik atau menurut bidang kehidupan yang terdapat di lingkungan
masyarakat setempat.

3) Pengertian Nilai-nilai Gotong Royong

Jika dilihat sekilas, gotong royong tampaknya hanya terlihat seperti suatu

hal yang mudah dan sederhana. Namun dibalik kesederhananya tersebut, gotong

royong menyimpan berbagai nilai yang mampu memberikan nilai positif bagi

masyarakat, nilai-nilai tersebut antara lain:

(a) Kebersamaan

Gotong royong mencerminkan kebersamaan yang tumbuh dalam

lingkungan masyarakat. Dengan gotong royong, masyarakat mau bekerja

secara bersama-sama untuk membantu orang lain atau untuk membangun

fasilitas yang bisa dimanfaatkan bersama. Kegiatan gotong royong

memiliki banyak nilai yang terkandung di dalamnya, dan nilai

kebersamaan menjadi nilai yang dominan. Nilai-nilai dalam gotong royong

tentunya mengarah pada kebersamaan masyarakat dalam melaksanakan


17

peran dan tugasnya, gotong royong yang menjadi bagian dari pedoman

hidup tentunya memberikan makna yang baik disetiap kegiatannya,

masyarakat dapat merasakan kebersamaan yang kuat dengan adanya

gotong royong.

(b) Tolong Menolong

Selain memberikan makna kebersamaan, gotong royong juga

memberikan nilai kebahagiaan dengan adanya tolong menolong dan

kerjabakti antara masyarakat, ketika suatu masyarakat mendapat musibah

masyarakat lain akan dengan sadar membantu dan memberikan

pertolongannya tanpa harus diminta. Gotong royong membuat masyarakat

saling bahu membahu untuk menolong satu sama lain. Sekecil apapun

kontribusi seseorang dalam gotong royong, selalu dapat memberikan

pertolongan atau manfaat bagi orang lain.

(c) Rela Berkorban

Gotong royong mengajari setiap orang untuk rela berkorban.

Pengorbanan tersebut dapat berbentuk apapun mulai dari berkorban waktu,

tenaga pemikiran, hingga uang. Semua pengorbanan tersebut dilakukan

demi kepentingan bersama. Masyarakat rela mengesampingkan kebutuhan

pribadinya untuk memenuhi kebutuhan bersama.

Nilai selanjutnya yang dapat dimaknai dalam kegiatan gotong royong

yakni adanya nilai-nilai kebahagiaan dan nilai kesedihan. Nilai kebahagiaan ini

dapat dimaknai pada kegiatan tolong menolong dan kerjabakti. Tolong menolong

menjadi nilai kebahagiaan ketika masyarakat ada yang terkena musibah,


18

kemudian ditolong masyarakat lainnya, begitupun ketika masyarakat lain

mendapat musibah, individu yang terkait dapat menolong sebagai bentuk balas

jasa, melalui hal tersebut kebagaiaan akan dirasakan oleh masyarakat sehingga

gotong royong tersebut dimaknai sebagai nilai kebahagiaan.

Gotong royong juga terdapat nilai kesedihan yang dirasakan ketika terjadi

musibah lain seperti runtuhnya rumah warga karena hujan yang deras kemudian

dengan cepat warga memberikan pertolongan, ada kesedihan yang dirasakan oleh

warga yang terkena musibah tersebut dan masyarakat yang menolong, sehingga

munculah gotong royong ketika musibah itu terjadi. Pada gotong royong juga

terdapat nilai kesedihan, seperti ketika terjadi kematian pada salah satu kerabat

maka masyarakat akan ikut berduka cita dan bergotong royong untuk membantu

pemakaman dan hal lainnya, makna dari nilai kesedihan di sini adalah ketika

seorang warga berduka jelas merasakan kesedihan, maka masyarakat lain ikut

merasakan duka tersebut dan memberikan dukungan baik fisik maupun materil

untuk keluarga yang ditinggalkan.

Banyaknya makna yang bisa diambil dari setiap kegiatan gotong royong

dipengaruhi oleh bentuk gotong royong yang dilaksanakan dalam masyarakat, dan

pemaknaan tersebut dapat dimaknai oleh masyarakat secara umum, setiap nilai

yang ada dalam gotong royong tentunya dimaknai dengan baik oleh seluruh

masyarakat, hanya memang perbedaan makna yang dirasakan dapat saja berbeda,

tergantung posisi individu atau peranannya ketika dilaksanakan gotong royong.

Makna secara umum yang terdapat dalam nilai-nilai gotong royong

tergantung dari bentuk gotong royong yang dilaksanakan, karena setiap gotong
19

royong tentunya memiliki makna dan nilai yang berbeda, namun memang tidak

akan terlepas dari nilai kebersamaan. Kebersamaan bisa saja menurun atau bahkan

hilang hanya karena intensitas komunikasi atau pertemuan yang jarang, namun

dengan gotong royong kebersamaan itu akan tetap terjalin dengan baik.

Melalui kegiatan gotong royong yang dilaksanakan, kebersamaan

masyarakat dapat terjalin dengan baik, dan tanpa disadari kebersamaan tersebutlah

yang terus memperkuat masyarakat untuk terus menjaga budaya dan adat

leluhurnya.

4) Manfaat Gotong Royong

Gotong royong merupakan budaya masyarakat yang akan memberikan

banyak manfaat, antara lain:

(a) Meringankan beban yang harus ditanggung

Semakin banyak orang yang terlibat dalam usaha membangun atau

membersihkan suatu lingkungan, maka akan semakin ringan pekerjaan

dari masing-masing individu yang terlibat di dalamnya. Selain

meringankan beban yang ditanggung oleh masing-masing individu, gotong

royong juga membuat sebuah pekerjaan menjadi lebih cepat untuk

diselesaikan. Artinya gotong royong dapat membuat pekerjaan menjadi

lebih efektif dan efisien.

(b) Menumbuhkan sikap sukarela, tolong menolong, kebersamaan, dan

kekeluargaan antar sesama anggota masyarakat

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, gotong royong memiliki

nilai-nilai yang menjadikan gotong royong menjadi budaya yang sangat


20

baik untuk dipelihara. Gotong royong dapat menumbuhkan sikap sukarela,

tolong-menolong, kebersamaan, dan kekeluargaan antar sesama anggota

masyarakat. Masyarakat yang mau melakukan gotong royong akan lebih

peduli pada orang-orang yang ada di sekitarnya. Mereka rela untuk saling

berbagi dan tolong menolong. Masyarakat juga dapat lebih rukun, karena

gotong royong menjaga kebersamaan dan kekeluargaan antar sesama

anggota yang ada di masyarakat.

(c) Menjalin dan membina hubungan sosial yang baik dan harmonis

antarwarga masyarakat

Lingkungan yang harmonis akan menyehatkan masyarakatnya.

Ketika ada satu anggota masyarakat yang kesulitan, maka anggota

masyarakat lain akan sigap memberikan pertolongan. Hubungan sosial

yang baik dan harmonis seperti ini dapat dibangun jika masyarakat mau

malakukan kegiatan gotong royong. Gotong royong dapat menumbuhkan

hubungan sosial yang baik pada masyarakat. Sebagai akibatnya, hubungan

antaranggota masyarakat pun akan semakin harmonis.

(d) Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan nasional

Dalam skala yang lebih besar, gotong royong dapat meningkatkan

rasa persatuan dan kesatuan nasional. Masyarakat yang sudah solid di

tingkat RT atau RW akan mampu menjalin persatuan yang lebih besar lagi

dalam skala nasional. Gotong royong mampu menyadarkan masyarakat

jika kita semua berada di tanah air yang sama, sehingga sikap persatuan
21

dan kesatuan yang ada juga harus diwujudkan dari Sabang sampai

Merauke, yakni pada seluruh daerah di Indonesia.

2.2 Penelitian Relevan

Penelitian relevan adalah suatu penelitian yang sebelumnya sudah pernah

dibuat dan dianggap cukup mempunyai keterkaitan dengan judul dan topik yang

akan diteliti. Judul penelitian ini adalah Peran Masyarakat dalam

Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong di Desa Lakea II Kecamatan Lakea

Kabupaten Buol.

1. Penelitian yang berjudul “Upaya mempertahankan nilai-nilai Gotong

Royong dalam kehidupan masyarakat desa di Kecamatan Banjaran, Kabupaten

Majalengka”. penelitian ini ditulis oleh Hilman Ahmad Hidayat Program Studi

Pendidikan Sosiologi Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun 2014. Adapun

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Nilai-nilai

gotong royong yang bagaimana yang masih dipelihara di masyarakat Kecamatan

Banjaran, Kabupaten Majalengka ? (2) Bagaimanakah kendala gotong royong di

lingkungan masyarakat desa di Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka? (3)

Bagaimanakah usaha dalam mempertahankan gotong royong di masyarakat

Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka? (4) Bagaimana Implementasi nilai-

nilai gotong royong pada mata pelajaran sosiologi di SMA?. Tujuan penelitian ini

adalah (1) untuk mengetahui bentuk gotong royong yang masih dipelihara

masyarakat kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka. (2) untuk mengetahui

kendala gotong royong masyarakat Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka.

(3) untuk mengetahui usaha dalam mempertahankan gotong royong di masyarakat


22

Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka. (4) untuk mengetahui implikasi

nilai-nilai gotong royong sebagai bagian dari materi mata pelajaran sosiologi di

SMA. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif. Dengan metode penelitian verivikatif.

2. Jurnal yang berjudul “Perubahan Kehidupan Gotong Royong

Masyarakat Pedesaaan Di Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran”.

penelitian ini ditulis oleh Cucu Widaty Program Studi Pendidikan Sosiologi

Antropologi, Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung

Mangkurat Banjarmasin, Indonesia pada tahun 2014. Rumusan masalah dalam

penelitiaan ini adalah (1) bagaimana gambaran perubahan kehidupan gotong

royong masyarakat pedesaan di Kecamatan Padaherang Kabupeten Pangandaran?.

(2) apa sajakah yang menjadi faktor peyebab terjadinya perubahan kehidupan

gotong royong masyarakat pedesaan Kecamatan Padaherang Kabupaten

Pangandaran?. (3) bagaimana dampak yang ditimbulkan dari terjadinya perubahan

kehidupan gotong royong masyarakat pedesaan Kecamatan Padaherang

Kabupaten Pangandaran?. (4) Bagaimana upaya dan solusi yang dilakukan

masyarakat untuk mengatasi perubahan kehidupan gotong royong dalam

masyarakat pedasaan Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran di era

modernisasi sekarang ini?. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan

perubahan kehidupan gotong royong masyarakat pedesaan di Kecamatan

Padaherang Kabupeten Pangandaran. (2) mengidentifikasikan faktor penyebab

terjadinya perubahan kehidupan gotong royong masyarakat pedesaan Kecamatan

Padaherang Kabupaten Pangandaran. (3) menganalisis dampak yang ditimbulkan


23

dari terjadinya perubahan kehidupan gotong royong masyarakat pedesaan

Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran. (4) menganalisis upaya dan

solusi yang dilakukan masyarakat untuk mengatasi perubahan kehidupan gotong

royong dalam masyarakat pedasaan Kecamatan Padaherang Kabupaten

Pangandaran di era modernisasi sekarang ini. Metode penelitian yang digunakan

adalah metode penelitian kualitatif.

3. Penelitian yang berjudul “Nilai Gotong Royong Untuk Memperkuat

Solidaritas Dalam Kehidupan Masyarakat Kampung Naga”. Penelitian ini ditulis oleh

Meta Rolitia Mahasiswi Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun 2016. Rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah (1) bentuk gotong royong apa saja yang masih ada

dalam kehidupan masyarakat Kampung Naga.? (2) Bagaimana makna yang terkandung

dalam nilai gotong royong di kehidupan masyarakat Kampung Naga.? (3) bagaimana

peran nilai gotong royong dalam memperkuat solidaritas sosial pada masyarakat

Kampung Naga?. (4) bagaimana usaha dalam mempertahankan nilai gotong royong pada

masyarakat Kampung Naga?. Tujuan dari penelitan ini adalah (1) bentuk gotong royong

yang masih dilaksanakan di masyarakat Kampung Naga. (2) makna yang terkandung

dalam nilai gotong royong di kehidupan masyarakat Kampung Naga. (3) peran nilai

gotong royong dalam memperkuat solidaritas sosial pada masyarakat Kampung Naga. (4)

usaha dalam mempertahankan nilai gotong royong pada masyarakat Kampung Naga.

Jenis penelitan yang digunakan adalah penelitan kualitatif.


24

Tabel Penelitian Relavan

Nama Judul Fokus


No Hasil Penelitian
Peneliti Penelitian Penelitian
1 Hilman Upaya Upaya Hasil penelitian
Ahmad mempertahan Mempertahan menunjukkan bahwa
Hidayat kan nilai-nilai kan Nilai- nilai-nilai gotong royong
(2014) Gotong nilai Gotong mengalami beberapa
Universitas Royong Royong pergeseran yang
Pendidikan dalam dalam diakibatkan oleh
Indonesia kehidupan kehidupan pengaruh modernisme
masyarakat masyarakat yang membawa nilai-
desa di Desa nilai baru, seperti nilai-
Kecamatan nilai individu ada
Banjaran, matrealistik. Upaya yang
Kabupaten telah dilakukan dalam
Majalengka mempertahankan nilai-
nilai gotong royong
adalah membuat jadwal
rutinan dalam mengurus
air untuk kelancaran
pertanian. Hal ini
bertujuan untuk
memelihara nilai-nilai
bersama, tanggung jawab
dan sukarela dalam
memaknai sumber daya
alam yang ada di desa.
Kokolot menggunakan
waktu-waktu tertentu
seperti shalat jumat dan
ba’da shalat lainnya serta
forum tertentu untuk
bermusyawarah dan
mensosialisasikan gotong
royong, hal ini bertujuan
untuk meningkatkan
kepekaan masyarakat
dalam menangani
masalah-masalah di desa,
masalah seorang warga
dan masalah lainnya. Hal
ini bertujuan pula untuk
memelihara nilai-nilai
kemanusiaan, nilai-nilai
empati, serta nilai
25

simpati dalam kehidupan


masyarakat desa.
2 Cucu Widaty Perubahan Perubahan Perubahan kehidupan
(2014) Kehidupan Kehidupan gotong royong
Universitas Gotong Gotong masyarakat pedesaan ini
Lambung Royong Royong ditandai dengan sikap
Mangkurat Masyarakat masyarakat dan perilaku msyarakat
Banjarmasin, Pedesaaan Di pedesaaan itu sendiri yang mulai
Indonesia Kecamatan merasa bosan dengan
Padaherang kegiatan-kegiatan
Kabupaten berlandaskan gotong
Pangandaran royong, baik aktivitas
yang bersifat rutin
maupun insidental.
Masyarakat kini lebih
memilih mengefisienkan
waktu dan tenaga. Selain
itu desakan ekonomi juga
merupakan salah satu hal
yang paling dominan
dalm penyebab
perubahan kehidupan
gotong royong
masyarakat di pedesaan.
Hal ini berdampak pada
berubahnya sikap dan
perilaku masyarakat itu
sendiri serta
lingkungannya. Oleh
karena itu, pemerintah
serta masyarakat
bersama-sama berupaya
untuk mengembalikan
kehidupan gotong royong
seperti semula.
3 Meta Rolitia Nilai Gotong Nilai Gotong Hasil penelitian tersebut
Royong Untuk Royong Untuk menyatakan bahwa: (1)
Memperkuat Memperkuat bentuk gotong royong di
Solidaritas Solidaritas masyarakat Kampung
Dalam Dalam Naga terdiri dari
Kehidupan Kehidupan
pertanian, perbaikan atau
Masyarakat Masyarakat
Kampung renovasi rumah, acara
Naga ritual, dan upacara adat
(2)Setiap kegiatan
gotong royong dimaknai
kebersamaan oleh
26

masyarakat baik melalui


nilai kebahagian, nilai
kesedihan dan nilai
toleransi (3) Kegiatan
gotong royong tidak
terlepas dari peran para
pemangku adat dan
masyarakat sesuai
dengan fungsinya
masingmasing (4)
Ramainya kunjungan
membutuhkan usaha dan
upaya dari masyarakat
untuk dapat
mempertahankan gotong
royong dengan
solidaritas melalui
pembentukan guide.

Melalui penelitian relavan di atas, tentunya sangat membantu penelitian,

dan juga sebagai acuan dalam penyusunan, serta sebagai perbandingan untuk

mendapatkan kesesuaian pemikiran dalam hal penelitian. Sebab dari materi-materi

yang termaksud dari penelitian yang relavan memberikan kontribusi yang

berkaitan dengan teori-teori yang memiliki kesesuaian dengan Peran Masyarakat

dalam Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran mengenai peran masyarakat dalam mempertahankan

nilai-nilai gotong royong di Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol,

dalam operasionalnya tingkat kesadaran masyarakat tentang pengaplikasian nilai-

nilai gotong royong dalam kehidupan sehari-hari, maka kerangka pemikiran yang

dikembangkan dalam penelitian ini di sajikan pada Gambar 2.1 adalah sebagai

berikut :
27

PERAN
MASYARAKAT

NILAI-NILAI GOTONG
ROYONG

KEHIDUPAN
SEHARI-HARI

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif,

yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian

yang terjadi saat sekarang yang berbentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka

maupun uji-uji statistik. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian yang

bersifat observasi lapangan, karena pada dasarnya peneliti tentu mengetahui

terlebih dahulu keadaan dan situasi tempat yang akan diteliti. Pada umumnya

penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan

untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,

sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun

kelompok. (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005:60).

Dalam sebuah penelitian, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah

metode penelitian, agar penelitian yang akan dilakukan dapat berjalan dengan

baik. Metode penelitian merupakan prosedur atau cara yang terstruktur, yang

digunakan oleh peneliti untuk mempermudah berjalannya suatu penelitian dalam

mencapai hasil yang diinginkan. Metode penelitian berperan penting dalam suatu

penelitian, karena peneliti lebih mudah dalam mencari sampai dengan menyusun

informasi yang didapat dari lokasi penelitian.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang menjadi objek peneliti yaitu bertempat di desa

Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol. Ketertarikan penulis terhadap lokasi

28
29

tersebut, yakni untuk mengetahui dan mengungkap lebih dalam bagaimana peran

masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai gotong royong yang mulai

memudar.

3.3 Data dan Sumber Data

Data dan sumber data merupakan faktor penentu keberhasilan suatu

penelitian. Tidak dapat dikatakan suatu penelitian bersifat ilmiah bila tidak ada

data dan sumber data yang dapat dipercaya, karena jenis penelitian ini kualitatif.

(Lexy J. Moleong, 2002:112) Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari:

1) Data primer

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung melalui

narasumber atau informan yang bersangkutan. Sumber data primer merupakan

data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh peneliti dari sumber utama,

yang dapat berupa kata-kata atau tindakan. Metode yang dilakukan untuk

mendapatkan data primer yaitu: metode observasi dan metode wawancara.

2) Data sekunder

Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara

tidak langsung melalui buku-buku yang dijadikan referensi atau bahan relevan

berupa dokumen atau laporan tertulis lainnya yang berkaitan dengan masalah

yang akan diteliti. Selain itu, dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan

browsing sebagai pencarian informasi lewat internet, hal ini dilakukan untuk

menambah dan melengkapi data-data. Hasil browsing ini didapat dari berbagai

sumber yang ada, dan akan dicantumkan di daftar pustaka. Fungsi dari data
30

sekunder ini sendiri yaitu untuk mendukung dan memperkuat informasi serta

sebagai perbandingan dengan data primer.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Hal ini

dimaksudkan untuk mengetahui data atau informasi yang dapat dipertanggung

jawabkan kebenarannya. Oleh karena itu, teknik yang dimaksudkan dalam

penelitian ini antara lain: observasi, wawancara dan dokumentasi.

1) Observasi

Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara

langsung objek peneliti kemudian mencatat fakta dan data di lapangan yang

dianggap relevan dengan pembahasan dan kajian penelitian.

Menurut Bagues (Ida Mantra 2008:79) Metode observasi (pengamatan)

merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke

lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku,

kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan. Metode observasi

merupakan cara yang sangat baik untuk mengamati perilaku subjek penelitian

seperti perilaku dalam lingkungan atau ruang, waktu dan keadaan tertentu. Akan

tetapi, tidak semua perlu diamati oleh peneliti, hanya hal-hal yang terkait atau

yang sangat relavan dengan data yang dibutuhkan. Dalam melakukan pengamatan,

peneliti terlibat secara pasif. Artinya, peneliti tidak terlibat dalam kegiatan-

kegiatan subjek penelitian dan tidak berinteraksi dengan mereka secara langsung.

Peneliti hanya mengamati interaksi sosial yang mereka ciptakan, baik dengan

sesama subjek penelitian maupun dengan pihak luar.


31

2) Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data atau peneliti

terhadap narasumber. Dalam hal ini, alat atau media yang digunakan adalah alat

tulis, prosedur wawancara, serta alat perekam jika dibutuhkan.

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti, tetapi juga apabila penulis ingin mengetahui hal-hal responden yang lebih

mendal am. Teknik pengumpulan data ini mendasarkan diri pada laporan tentang

diri sendiri atau self-report, atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau

keyakinan pribadi. (Prof. Dr. Sugiyono, 2006:260).

3) Dokumentasi

Dokumentasi yakni proses pengambilan dokumen-dokumen berbentuk

foto maupun berkas. Dokumentasi dapat diperoleh dengan cara melihat dan

menganalisis data melalui dokumen-dokumen. Dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

karya-karya menumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap

dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

3.5 Analisis Data

Analisis data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan

dokumentasi yang dilakukan melalui tiga tahap yang terjadi secara bersamaan

menurut Suharsimi Arikunto (2013:277) yaitu:


32

1) Reduksi Data

Reduksi data merupakan prosedur memilih, menyeleksi dan

menyederhanakan data serta mentransformasi data kasar yang terdapat

dalam catatan lapangan. Menggolongkan, mengarahkan, membuang data

yang tidak dibutuhkan serta mengorganisasikan data menurut

permasalahan yang diajukan.

2) Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan data atau informasi yang

tersusun sehingga akan mudah dipahami serta memberikan kemungkinan

adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan penyajian data.

3) Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Penarikan kesimpulan adalah pemberian kesimpulan terhadap hasil

penafsiran dan evaluasi yang disajikan. Data yang berkualitas adalah data

yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas peneliti, kemudian

disusun menjadi sebuah hasil penelitian yang akan disajikan sebagai acuan

dalam penarikan kesimpulan untuk menjawab rumusan masalah. Kegiatan

alur analisis data ini berlangsung terus menerus sepanjang penelitian

sampai dengan selesai.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran umum Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol

1. Sejarah Singkat

Menurut sejarahnya, asal nama Lakea diambil dari nama seseorang

bersuku Kaili yang datang di Buol dan membuka kampung ini. Adapun nama

orang tersebut adalah TALAKEA yang kemudian meninggal dunia dan

dikebumikan di batu poli besar, yang mana tempat ini telah dijadikan sebagai

batas antara desa Lakuan dan desa Lakea 1.

Desa Lakea II adalah salah satu desa dari 5 (lima) desa yang yang ada di

Kecamatan Lakea, yaitu desa Lakuan, Lakea I, Lakea II, Bukaan, dan Tuinan, hal

ini diperkirakan terjadi pada abad ke-18. Kemudian pada tahun 1912 terjadi

pemekaran pada desa Tuinan, desa ini terbagi menjadi desa Ilambe. Selanjutnya

pada tahun 1964, Desa Lakuan memisahkan diri sehingga menjadi Lakuan Toli-

Toli dan Lakuan Buol. Begitupun pada tahun yang sama, Desa Lakea 1 terjadi

pemekaran menjadi Desa Ngune. Hal ini diperkuat dengan yang dijelaskan oleh

Kepala Desa Lakea II bernama Aluy N. Samawati, sebagai berikut:

Waktu lalu, banyak sekali desa-desa yang terjadi pemekaran termasuk


desa yang ada di Kecamatan Lakea ini. Yang tadinya Kecamatan Lakea itu
hanya punya 5 desa sekarang sudah jadi 7 desa yakni Lakuan Buol, Lakea
1, Ngune, Lakea II, Bukaan, Tiunan dan Ilambe. (Wawancara tanggal 26
april 2021)

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa dahulu Kecamatan

Lakea hanya memiliki 5 desa saja, dan ketika pemekaran desa terjadi maka

kecamatan Lakea sudah memiliki 7 desa termasuk Desa Lakea II.

33
34

Berikut adalah tabel, orang-orang yang berjasa dalam kemajuan desa

Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol:

TABEL I

KEPALA DESA YANG PERNAH MENJABAT DI DESA LAKEA II

No Nama Kepala Desa Periode Keterangan


1 Kulu Baropo 1960-1963
2 Mardin Mokol 1963-1965
3 Makmur Husain 1965-1990
4 Suarno ML. Husain 1990-1997
5 Bakri T. Samawati 1997-2003
6 Karmin OY. Kaimo 2003-2006
7 Aluy N. Samawati 2006-2007 PJS
8 Kamarudin 2008 PJS
9 Ismail DJ. Layumba 2008-2014
10 Bustari M. Husain 2014-2015 PJS
11 Aluy N. Samawati 2015-2021 Sedang Menjabat
Sumber Data: Dokumentasi Kantor Desa Lakea II pada 13 Januari 2021.

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa Desa Lakea II telah berganti

kepala desa sebanyak 11 kali dan 3 berstatus pejabat sementara (Pjs), ini terhitung

semenjak terbentuknya pada tahun 1960 sampai saat ini.

Desa Lakea II merupakan Ibu kota Kecamatan yang memiliki luas

wilayah sebesar 25 km2 (2500 hektar). Jarak ke Ibu kota Provinsi 480 km dan

jarak ke Ibu kota Kabupaten 42 km. Berikut adalah kondisi umum desa Lakea II

Kecamatan Lakea Kabupaten Buol:

a. Letak geografis

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Sulawesi

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tiloan

3) Sebelah Barat berbatasan dengan desa Ngune

4) Sebelah Timur berbatasan dengan desa Bukaan.


35

b. Jumlah penduduk

Desa Lakea II terdiri dari 763 Kepala Keluarga (KK) dan memiliki

jumlah penduduk 3.191 jiwa dengan perincian laki-laki sebanyak 1.653

jiwa dan perempuan sebanyak 1.538 jiwa yang tersebar dalam 3 dusun,

yakni dusun I Lamogu 1.212 jiwa, dusun II Kampung Baru 982 jiwa, dan

dusun III Morombue 997 jiwa.

c. Agama

1) Islam : 3.115 orang

2) Kristen : 59 orang

3) Budha : 17 orang

d. Etnis

1) Buol : 2.858 orang

2) Bugis : 115 orang

3) Kaili : 21 orang

4) Mandar : 154 orang

5) Manado : 43 orang

e. Sarana dan Prasarana

Dalam sebuah lembaga, sarana dan prasarana merupakan unsur

terpenting yang harus dimiliki oleh desa, guna meningkatkan kualitas

dalam proses kemajuan. Lakea II sebagai desa yang terus berusaha agar

kepentingan masyarakat berjalan dengan baik, maka sudah seharusnya

memiliki sarana dan prasarana yang memadai, sehingga dapat berjalan

dengan lancar. Berikut adalah sarana dan prasarana desa Lakea II:
36

TABEL II

KEADAAN SARANA DAN PRASARANA DESA LAKEA II

No Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan


1 TK 3 Baik
2 SD 2 Baik
3 MIS 1 Baik
4 Masjid 3 Cukup
5 Pustu 1 Baik
6 TPA 2 Baik
7 Kantor Kecamatan 1 Baik
8 Kantor PKBN 1 Baik
9 Kantor Cab. Dinas 1 Baik
10 Kantor Desa 1 Baik
11 Kantor BPD 1 Baik
12 Kantor TP-PKK 1 Baik
13 Kantor KUA 1 Baik
14 Kantor Polisi 1 Cukup
15 Balai Pertemuan Desa 1 Cukup
16 Pasar Desa 1 Cukup
17 Lapangan 1 Baik
Suber Data: Dokumentasi Kantor Desa Lakea II, Pada tanggal 13 Januari 2021.

2. Visi dan Misi Desa Lakea II

Desa Lakea II mempunyai tujuan yang ingin dicapai, dimana tujuan

tersebut terdapat pada sebuah Visi dan Misi sebagai berikut:

1. Visi

“Optimalisasi pemanfaatan sumber daya dalam menyelenggarakan

pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan

kemasyarakatan berdasarkan iman dan taqwa menuju masyarakat

madani”
37

2. Misi

Untuk terwujudnya pencapaian sebagaimana yang dicita-citakan, maka

perlu penyusunan Misi sebagai penjabaran strategi pelaksanaan dari

Visi yang akan dilaksanakan, yakni:

a. Peningkatan peran, tugas dan fungsi perangkat desa

b. Penataan aset desa

c. Pembuatan dan penerapan peraturan desa yang mengatur

pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alam

d. Pembinaan organisasi kemasyarakatan dan organisasi kepemudaan

e. Pengembangan wilayah

f. Kerjasama dan kemitraan

g. Peningkatan kesejahteraan masyarakat

h. Peningkatan di bidang agama

i. Peningkatan di bidang keamanan dan ketertiban masyarakat

(Kantibmas).
38

3. Struktur Organisasi

GAMBAR I

STRUKTUR PEMERINTAHAN DESA LAKEA II

KEPALA DESA

BPD LPM

SEKRETARIAT

SEKDES

KAUR. Keu KAUR. Per KAUR. Um

KEWILAYAHAN

KADUS I KADUS II KADUS III

Keterangan:

Kepala Desa : Aluy N. Samawati

Ketua BPD : Zainudin

Sekertaris Desa : Moh Dedi Saputra

Kaur TU/Umum : Farida H. Ajirante

Kaur Keuangan : Azharil

Kaur Perencanaan : Ahmad

Kepala Dusun I : Sudirman

Kepala Dusun II : Langitan

Kepala Dusun III : Ahmad Nanu


39

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Peran Masyarakat Dalam Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong

di Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol

Keberadaan kegiatan gotong royong di Desa Lakea II Kecamatan Lakea

Kabupaten Buol. Data ini diambil untuk dapat mengetahui mengenai pemahaman

informan dalam memahami peran masyarakat dalam memperthankan nilai-nilai

gotong royong di Desa tersebut. Berikut jawaban tentang pemahaman informan

mengenai kegiatan gotong royong di Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten

Buol.

Pada umumnya masyarakat di Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten

Buol mengerti dan paham mengenai nilai gotong royong yang ada dalam

masyarakat, hal senada juga di ungkapkan oleh salah seorang tokoh masyarakat

Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol, saat peneliti mengajukan

pertanyaan apakah saat ini nilai gotong royong masih perlu untuk dilestarikan?

semua informan menyatakan bahwa sangat perlu untuk tetap dilestarikan karena

gotong royong dan sikap kekeluargaan merupakan budaya turun temurun yang

semestinya tetap dipertahankan.

Berikut penjelasan dari Bapak Aluy N. Samawati selaku kepala desa

Lakea II beliau berpendapat sebagai berikut:

“Nilai gotong royong mesti tetap dilestarikan karena kegiatan gotong


royong itu banyak manfaatnya, disamping itu masyarakat harus bergotong
royong seperti ikut serta dalam kegiatan jumat berih, membuka jalanan
tani, membersihkan masjid dan juga bersama-sama membersihkan pipa air
setiap tahunnya dengan tujuan hidup sehat, apalagi desa Lakea II
merupakan desa yang juara dua sebagai desa yang bersih dan sehat. jadi
kegiatan gotong royong itu mesti dipertahankan karena manfaatnya untuk
kebutuhan kita bersama sehingga kedepannya kita bisa terus menerus
40

mempertahankan budaya gotong royong ini.” (Wawancara tanggal 26


April 2021)

Kemudian peneliti bertanya apa saja peran tokoh masyarakat dalam

mempertahankan nilai-nilai gotong royong yang ada di Desa Lakea II?

“Peranan tokoh masyarakat sangat perlu dan dibutuhkan oleh masyarakat,


peran tokoh masyarakat juga menjadi suatu kewajiban untuk senantiasa
berperan aktif dalam kegiatan gotong royong, saya sendiri sebagai kepala
Desa Lakea II senantiasa menghimbau, memotivasi kepada keluarga dan
masyarakat agar tetap bergotong royong seperti orang tua terdahulu agar
nilai gotong royong tetap dipertahankan dan tidak hilang seiring kemajuan
zaman karena mengingat tanpa gotog royong itu akan menjadikan desa
kita menjadi desa terbelakang dan begitupun dengan sebaliknya ketika
warga maupun tokoh masyarakat baik kerja samanya dalam kegiatan
gotong royong akan menjadikan desa kita ini menjadi desa yang maju,
sejahtera dan juga memperkuat rasa kekeluargaan satu sama lainnya.”
(Wawancara tanggal 26 April 2021)

Kemudian peneliti bertanya bagaimana upaya tokoh masyarakat dalam

mempertahankan nilai-nilai gotong royong dalam masyarakat?

“Sebagai tokoh pemerintah memang mesti menjaga dan melestarikan nilai-


nilai gotong royong dan berupaya untuk senantiasa menghimbau
masyarakat untuk bergotong royong, disamping menghimbau masyarakat
kami juga ikut serta dalam kegiatan gotong royong bersama-sama dengan
warga Desa seperti dalam kegiatan jumat bersih yang secara rutin
dilaksanakan oleh warga Desa Lakea II, dan perbaikan pipa yang setiap
tahunnya dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh air bersih agar
masyarakat juga terhindar dari berbagai jenis penyakit akibar air yang
kurang bersih.” Demikian penjelasan dari kepala Desa Lakea II.
(Wawancara tanggal 26 April 2021)

Kemudian menurut Moh. Dedi Saputra selaku sekertaris desa Lakea II

beliau menegaskan bahwa:

“Sebagai tokoh masyarakat memang harus melestarikan nilai gotong


royong dan tentunya sangat perlu untuk dijaga dan adapun upaya tokoh
masyarakat dan saya sendiri sebagai sekertaris desa Lakea II tentu kami
senantiasa mempertahankan nilai-nilai gotong royong dengan cara setiap
hari jumat ada juga namanya jumat bersih kita kumpulkan masyarakat kita
bicara-bicara langsung sambil diskusi dengan warga, kemudian kita
adakan pembersihan di depan rumah, pengecekan, perbaikan pipa setiap
41

tahunnya saat menjelang bulan suci ramadan, pembuatan jalan tani sebagai
jalan transportasi petani dengan tujuan mempermudah para petani dalam
bertani dan sesudah itu kita sediakan makanan dan minum yang dibelikan
oleh kepala desa atau di bawakan oleh warga sendiri untuk masyarakat
kita, dan otomatis saling membantu dalam desa itu sangat penting demi
sebuah kepentingan bersama dan agar kedepannya nilai-nilai gotong
royong tetap dilestarikan karena dengan melestarikan budaya gotong
royong akan menjadikan desa kita ini lebih baik lagi kedepannya.”
(Wawancara tanggal 28 April 2021)

Hal senada juga di ungkapkan oleh Bapak Ilong salah seorang tokoh

masyarakat Desa Lakea, saat peneliti mengajukan pertanyaan, Apa yang bapak

ketahui mengenai kegiatan gotong royong?

“Gotong royong merupakan pekerjaan yang dilakukan secara bersama-


sama secara suka rela tanpa paksaan, dan pekerjaan pun akan berjalan
lancar, mudah dan ringan nantinya jika dikerjakan bersama-sama.”
(Wawancara tanggal 28 April 2021)

Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Nurdin salah seorang tokoh

masyarakat lainnya, “Di Desa Lakea memang ada kegiatan gotong royong dan

saya pribadi sudah melakukan kegiatan ini, Masyarakat menyadari keberadaan

kegiatan gotong royong yang ada selama ini tidak lepas dari keseharian dari

aktifitas dari masyarakat Desa Lakea II sendiri”. (Wawancara tanggal 30 April

2021)

Gotong royong juga dapat dilihat dari beberapa kegiatan yang dilakukan

oleh masyarakat baik dari segi di bidang pertanian misalnya pembuatan jalan tani

sebagai jalan transportasi petani dengan tujuan mempermudah para petani dalam

bertani, di bidang sosial lainnya jumat bersih, adakan pembersihan di depan

rumah, pengecekan, dan perbaikan pipa setiap tahunnya saat menjelang bulan suci

ramadan.
42

Dari data yang didapat diketahui bahwa masyarakat mengetahui ada dan

sering melakukan kegiatan gotong royong di Desa Lakea II Kecamatan Lakea

Kabupaten Buol, hal ini didukung oleh pernyataan salah satu tokoh masyarakat di

Desa Lakea II, saat peneliti mengajukan pertanyaan, apa yang Bapak ketahui

mengenai kegiatan gotong royong dan kapan masyarakat di Desa Lakea II ini

melakukan kegiatan gotong royong?

“Pada umumnya masyarakat Desa Lakea II mengerti dan paham mengenai


kegiatan gotong royong hal ini didukung oleh bapak Aziz Lamase selaku
salah seorang warga masyarakat di Desa Lakea II, yang menyatakan,
“Sebahagian besar masyarakat Desa ini sudah mengerti dan memahami
mengenai kegiatan gotong royong yang ada di Desa tersebut walaupun
sesibuk apapun kami disini selalu menyempatkan hadir untuk ikut
berperan serta dalam kegiatan gotong royong”. (Wawancara tanggal 03
Mei 2021)

Gotong royong pada dasarnya berarti mengusung atau mengangkat

sedangkan kata royong, bersama-sama tolong menolong yang arti keseluruhannya

melakukan suatu kegiatan berat dan ringan dipikul dan dikerjakan bersama-sama

untuk mencapai hasil yang diinginkan bersama.

4.2.2 Faktor Pendukung dan Penghambat yang Dihadapi Setiap Masyarakat

Dalam Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong di Desa Lakea II

Kecamatan Lakea Kabupaten Buol

Faktor-faktor pendukung serta penghambat terjadinya kegiatan gotong

royong di Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol. Hambatan yang

terjadi hampir pada umumnya disebabkan oleh individu dari masyarakatnya,

bukan pada teknis pelaksanaan kegiatan gotong royong yang dilakukan. Faktor

pendukung yang dihadapi masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai gotong

royong berdasarkan wawancara dengan beberapa informan sebagai berikut:


43

Wawancara bersama Bapak Bapak Aluy N. Samawati selaku kepala desa

Lakea II beliau berpendapat sebagai berikut:

“Di desa ini faktor pendukung masyarakat dalam mempertahankan nilai

gotong royong antara lain rasa solidaritas dari masyarakat, kekeluargaan dan

kerjasama dari antar masyarakat yang ada. (Wawancara tanggal 26 April 2021)

Hal ini senada dengan pernyataan yang dikemukakan Bapak Cun salah
seorang masyarakat di Desa Lakea II Ia mengatakan bahwa “di sini rasa
kekeluargaan, kerjasama, solidaritas masyarakat masih ada tetapi
terkadang ketika ada diantara kami yang sibuk dan berhalangan hadir
sehingga ketika ada pemberitahuan untuk kegiatan gotong royong ada
beberapa orang tidak hadir.” (Wawancara tanggal 05 Mei 2021)

Berikut ini data mengenai adanya faktor yang menghambat setiap

masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai gotong royong. Dari jawaban

informan bahwa adanya hambatan dalam kegiatan gotong royong, ini terlihat dari

jawaban informan saat peneliti mengajukan pertanyaan. Menurut Bapak apa saja

yang menjadi hambatan dan dorongan terjadi dalam kegiatan gotong royong?

”Banyak sebabnya, gotong royong di Desa ini kurang berjalan, salah


satunya masing masing masyarakatnya sibuk dengan urusan sendiri, ya
macam-macamlah, terkesan sudah kurang nilai untuk bekerjasama dalam
kegiatan”. (Bapak Andi, Masyarakat Desa Lakea II). (Wawancara tanggal
06 Mei 2021)

Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang informan lainnya, bawa

”Selama ini masyarakat terlalu sibuk untuk mengurus masalah bekerja untuk

mendapatkan uang sehingga telah melupakan budaya gotong royong untuk

kepentingan bersama”. (Bapak Imran, Masyarakat Desa Lakea II). (Wawancara

tanggal 06 Mei 2021)


44

Hal senada juga diungkapkan oleh salah seorang informan, “Kegiatan

gotong royong dulunya sering dilakukan di Desa, tapi sekarang sudah jarang,

menurut saya yang membuat kegiatan gotong royong itu berkurang karena ada

perubahan dari individu masyarakat disini, rasa kebersamaan sudah mulai hilang,

menurut saya perlu ada orang yang mengkoordinir yang bisa membuat semangat

itu ada lagi, sebagai orang yang memimpin harus mampu mengarahkan kegiatan

ini agar tidak hilang begitu saja karena merupakan salah satu sarana yang

mengikat warga dengan persaudaraan” (Bapak Aziz Lamase, Masyarakat Desa

Lakea II). (Wawancara tanggal 03 Mei 2021)

Dalam hal ini perlu adanya kerjasama antar elemen masyarakat dan

aparatur Desa dalam hubungan fungsionalnya melakukan sosialisasi kegiatan

gotong royong serta ikut berpartisipasi di dalamnya. Salah satu pendorong

terjadinya suatu kegiatan gotong royong adalah karena partisipasi masyarakat

yang ikut berperan serta bersama-sama dalam setiap pelaksanaan kegiatan gotong

royong guna meningkatkan pembangunan Desa, tanpa partisipasi dari masyarakat

gotong royong tidak dapat terlaksanakan sebagaimana mestinya.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Peran Masyarakat Dalam Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong

Royong di Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol

Peran tokoh masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai gotong royong

terjadinya pergeseran nilai-nilai gotong royong di masyarakat Desa Lakea II

Kecamatan Lakea Kabupaten Buol merupakan akibat dari berbagai aspek

kehidupan dimana hal tersebut tidak berarti selama ini tidak ada upaya untuk
45

mempertahankannya, hanya saja upaya-upaya yang dilakukan selama ini di

pandang hanya bersifat sektoral dan hanya berlaku di waktu-waktu tertentu.

Hal ini terbukti dari berbagai kenyataan di masyarakat, dimana kegiatan

gotong royong yang dilaksanakan selama ini hanya dilaksanakan di waktu tertentu

saja, sehingga rasa kegotong royongan semakin berkurang. Upaya-upaya yang

dilakukan tokoh masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai gotong royong di

masyarakat Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol, yaitu:

a. Menghimbau masyarakat untuk terus bergotong royong. Peran atau upaya

tokoh masyarakat sangat diperlukan dalam mempertahankan nilai-nilai

gotong royong yang saat ini mengalami pergeseran dalam masyarakat. Peran

tokoh masyarakat untuk senantiasa menghimbau masyarakat untuk terus

melakukan gotong royong, baik gotong royong kerja bakti maupun gotong

royong tolong menolong agar nilai-nilai kebersamaan, kerja sama antar warga

masyarakat bisa lebih baik, mengutamakan kepentingan bersama di atas

kepentingan pribadi, saling tolong menolong tanpa pamrih dan senantiasa

menjaga serta mempertahankan nilai-nilai gotong royong yang merupakan

warisan orang tua terdahulu. Keberadaan tokoh masyarakat dalam

memotivasi serta senantiasa menghimbau masyarakat untuk bergotong

royong sangat diperlukan karena dengan hal tersebut akan menjadikan

masyarakat sadar tentang pentingnya menjaga serta mempertahankan nilai-

nilai gotong di dalam masyarakat Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten

Buol
46

b. Ikut serta dalam kegiatan gotong royong. Pemimpin yang baik adalah

pemimpin yang tidak hanya menjadi instruktur melainkan juga ikut serta

dalam memberikan contoh kepada yang di pimpinnya, sama halnya dengan

tokoh masyarakat yang senantiasa menghimbau, memotivasi warganya untuk

bergotong royong dan ikut serta dalam kegiatan gotong royong sebagai

contoh kepada warganya, sehingga dengan demikian akan menjadikan

warganya semakin bersemangat dan antusias dalam bergotong royong. Keikut

sertaan tokoh masyarakat dalam kegiatan gotong royong akan menjadi hal

yang positif bagi nilai-nilai gotong royong sehingga nilai-nilai yang sudah

mengalami pergeseran tersebut dapat kembali di terapkan dalam kehidupan

bermasyarakat demi sebuah kebersamaan dalam kegotong royongan.

Keberadaan Gotong Royong di Desa Lakea II Kecamatan Lakea

Kabupaten Buol. Umumnya masyarakat Desa Lakea II Kecamatan Lakea

Kabupaten Buol mengerti dan paham mengenai nilai gotong royong yang ada

dalam masyarakat. Keberadaan Gotong royong di Desa Lakea II Kecamatan

Lakea Kabupaten Buol dapat dilihat dari beberapa aktifitas keseharian yang

dilakukan oleh masyarakat hampir pada umumnya dilakukan dengan bergotong

royong dalam menyelesaikan pekerjaan. Gotong royong juga dapat dilihat dari

beberapa kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat baik dari segi di bidang

pertanian misalnya pembuatan jalan tani sebagai jalan transportasi petani dengan

tujuan mempermudah para petani dalam bertani, di bidang sosial lainnya jumat

bersih, adakan pembersihan di depan rumah, pengecekan, dan perbaikan pipa

setiap tahunnya saat menjelang bulan suci ramadan.


47

Salah satu hal terpenting dalam pembangunan adalah membangun

masyarakatnya terlebih dahulu, karena sebuah daerah jika sumber daya

manusianya telah terwujud maka pembangunan juga akan terealisasikan dalam

bentuk kerja nyata dari masyarakat dan pemerintahnya. Daerah otonom tersebut

merupakan satu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah

tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus

rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk memungkinkan

daerah yang bersangkutan mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri untuk

meningkatkan efesiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintah dalam rangka

pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Dalam rangka

pelaksanaan azas dekonsentrasi, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia di

bagi dalam wilayah- wilayah Propinsi dan Ibu Kota Negara. Wilayah Propinsi di

bagi dalam wilayah- wilayah Kabupaten dan Kota. Wilayah Kabupaten dan Kota

di bagi dalam Kecamatan.

Agar penyelenggaraannya dapat lebih efesien dan efektif, maka

pemerintah daerah dapat melaksanakan urusan pemerintahan pusat di daerah

berdasarkan atas tugas pembantuan. Di Desa menyatakan bahwa di bawah

Kecamatan terdapat Kelurahan dan Desa. Desa merupakan suatu wilayah yang di

tempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat, termasuk di

dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintah

terendah langsung dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah

tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan RI.


48

Kelurahan, suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk yang

mempunyai organisasi terendah langsung di bawah Camat yang tidak berhak

menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Perbedaannya dengan kota, Desa

mempunyai tingkat kepadatan yang tidak terlalu tinggi dan biasanya kegiatan

utamanya adalah sektor pertanian.

Pembangunan Desa disiapkan dalam rangka upaya untuk mencapai tujuan

dan cita- cita perjuangan nasional dengan mengkaji dan memperhitungkan

implikasinya dalam berbagai aspek kehidupan nasional baik di bidang ekonomi,

politik, dan pemerintahan, sosial budaya maupun pertahanan keamanan.

4.3.2 Faktor Pendukung dan Penghambat yang Dihadapi Setiap

Masyarakat dalam Mempertahankan Nilai-Nilai Gotong Royong di

Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol

Faktor- faktor pendorong dan penghambat terjadinya kegiatan gotong

royong memupuk kembali nilai-nilai gotong royong yang mulai memudar pada

kehidupan masyarakat tidak berarti harus mempertahankan faktor pendorong

adanya gotong royong tersebut. Gotong royong akan tetap hidup di kalangan

masyarakat, tetapi berbeda latar belakangnya, bentuk dan sifat dari gotong royong

itu sendiri, perbedaan ini biasanya ditimbulkan oleh lingkungan, jadi sikap gotong

royong dalam masyarakat yang melaksanakan pembangunan mengalami

perubahan bersamaan dengan terjadinya perubahan perubahan sosial yang

berlangsung secara berkesinambungan dengan hasil-hasil penemuan manusia itu

sendiri.
49

Mengenai adanya faktor pendorong serta penghambat kegiatan gotong

royong dalam pembangunan di Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol

umumnya disebabkan oleh individu dari masyarakatnya, seperti:

1. Masyarakat terlalu sibuk untuk mengurus masalah bekerja untuk

mendapatkan uang sehingga telah melupakan budaya gotong royong untuk

kepentingan bersama.

2. Kegiatan gotong royong berkurang dilakukan karena ada perubahan dari

individu masyarakat, rasa kebersamaan sudah mulai hilang Dua hal yang

menghambat kegiatan gotong royong pada masyarakat Desa Lakea II

Kecamatan Lakea Kabupaten Buol dilatarbelakangi oleh perbedaan dari

individu masyarakatnya, sehingga ada yang seide dan tidak, hal ini relevan

dengan pendapat ahli bahwa, “Gotong royong sendiri tidak terlepas dari

gagasan hubungan antar individu mungkin ditentukan. Ada empat tipologi

untuk membedakan dimensi atau aspek : Sosial, Normatif, Interaksional dan

kesempatan. Hubungan sosial adalah sesuatu yang menghubungkan individu,

masing-masing individu mempunyai gagasan pemikiran dan keyakinan yang

mungkin serupa atau berlainan atau mempunyai aturan yang membimbing

perilaku mereka yang mungkin saling mendukung atau saling bertentangan;

atau perhatian mereka yang serupa atau pertentangan. Empat jenis ikatan

yang muncul pada masyarakat yang sering berkaitan bergantung pada jenis

kesatuan yang dipersatukan oleh jaringan hubungan yakni: gagasan, normatif,

tindakan dan perhatian“ Sztomka (2007: h.10)


50

Berdasarkan hasil temuan lapangan diketahui bahwa perubahan nilai-nilai

gotong royong dipengaruhi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari

masyarakat pendukungnya. Setiap periode tertentu dimana terjadi

perubahanperubahan pemikiran serta pola fikir yang terus berkembang seiring

dengan perkembangan zaman dan teknologi serta adanya pengaruh baik dari

dalam maupun dari luar selalu akan melahirkan perubahan nilai-nilai gotong

royong. Sehingga dalam hal ini gotong royong akan tetap ada. Yang berubah

adalah bentuk dan sifat dari gotong royong itu sendiri.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Keberadaan Gotong royong di Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten

Buol dapat dilihat dari beberapa aktifitas keseharian yang dilakukan oleh

masyarakat baik dari segi di bidang pertanian misalnya pembuatan jalan tani

sebagai jalan transportasi petani dengan tujuan mempermudah para petani dalam

bertani, di bidang sosial lainnya jumat bersih, adakan pembersihan di depan

rumah, pengecekan, dan perbaikan pipa setiap tahunnya saat menjelang bulan suci

ramadan.

Mengenai adanya faktor pendorong serta penghambat kegiatan gotong

royong di Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol umumnya disebabkan

oleh:

1. Faktor Penghambat

a. Masyarakat terlalu sibuk untuk mengurus masalah bekerja untuk

mendapatkan uang sehingga telah melupakan budaya gotong royong

untuk kepentingan bersama.

b. Kegiatan gotong royong berkurang dilakukan karena ada perubahan dari

individu masyarakat, rasa kebersamaan sudah mulai hilang

2. Faktor Pendorong

a. Pada pribadi masyarakat Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten

Buol masih terdapat adanya nilai kegotong royongan, namun jika tidak

dibudayakan lambat laut akan memudar dan hilang.

51
52

b. Peran pemerintah Desa dalam pengadaan, lahan, bibit dan pupuk di

bidang pertanian, terbangunnya sarana sekolah dan gedung serba guna

serta tempat ibadah ini semua merupakan kebutuhan dalam masyarakat.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka saran yang dapat di ambil sebagai

berikut:

3. Di harapkan perhatian pemerintah maupun pihak terkait lainnya dalam

memupuk serta membina semangat gotong royong yang juga merupakan

falsafah Negara agar tidak terkikis oleh arus modernisasi yang semua

mengedepankan materi.

4. Gotong-royong akan memudar apabila rasa kebersamaan mulai menurun dan

setiap pekerjaan tidak lagi terdapat bantuan sukarela, bahkan telah dinilai

dengan materi atau uang. Sehingga jasa selalu di perhitungkan dalam bentuk

keuntungan materi, yang akibatnya rasa kebersamaan makin lama akan

semakin menipis dan penghargaan hanya dapat dinilai bagi mereka yang

memiliki dan membayar dengan uang. Tampaknya untuk kondisi yang serba

materi seperti ini jangan sampai terjadi, karena nilai-nilai kebersamaan yang

selama ini di junjung tinggi menjadi tidak ada artinya lagi.

5. Kegiatan gotong royong ini ditumbuh kembangkan dalam kehidupan

masyarakat Desa Lakea II Kecamatan Lakea Kabupaten Buol karena selain

memupuk nilai-nilai moral, serta rasa persaudaraan walaupun belum mampu

meningkatkan pembangunan di Desa secara merata.


DAFTAR PUSTAKA

Aida Vitayala S. Hubeis, (2010). Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa.


IPB Press, Bogor.

Arikunto, Suharsimi (2013). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Basrowi. (2005). Pengantar Sosiologi. Bogor : Galia Indonesia.

Bintarto (1980). Gotong Royong Suatu Karakteristik Bangsa Indonesia.


Yogyakarta: PT. Bina Ilmu Surabaya
Cucu Widaty, (2014). Perubahan Kehidupan Gotong Royong Masyarakat
Pedesaaan Di Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran.

Fernanda, (2003). Etika Organisasi Pemerintah. Jakarta: Lembaga Administrasi

Negara

Hilman Ahmad Hidayat, (2014). Upaya mempertahankan nilai-nilai Gotong


Royong dalam kehidupan masyarakat desa di Kecamatan Banjaran,
Kabupaten Majalengka.
Ida, Boges Mantra, (2008). Demografi Umum, Yogyakarta:Pustaka Belaja.

Kaelan, (2002). Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Khasanah, N. (2013). Pengejawatahan Nilai-Nilai Dalam Pengembangan Budaya


Gotong Royong di Era Digital.

Koentjoroningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.

Kusnaedi. (2006). Membangun Desa. Jakarta: Penebar Swadaya

Meta Rolitia, (2016). Nilai Gotong Royong Untuk Memperkuat Solidaritas Dalam
Kehidupan Masyarakat Kampung Naga.

Moleong, Lexy. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. remaja


Rosdakarya.

Muchson, (2000). Nilai-nilai pendidikan Karakter Berbasis moral yng terkandung


dalam surat wedhatama. Artikel Penelitian.

Muhammad Rifa’I, (2011). Sosiologi Pendidikan “struktur dan interaksi sosial di


dalam institusi pendidikan”. Jogjakarta : Ar rruz Media.
54

Mulyana, (2004). Mengartkulasikan Pemdidikan Nilai. Bandung: Alfabeta

Nurlatifah, N. (2017). “Gotong Royong Sebagai Wujud Integrasi Lokal Dalam


Perkawinan Adat Banjar Sebagai Sumber Pembelajaran Ips Di Desa
Hakim Makmur Kecamatan Sungai Pinang”. Jurnal Socius.

Putra, Agustinus (2013). Anilisis Kegiatan Gotong Royong dalam Meningkatkan


Pembangunan Gampong Alue Raya Kecamatan Sama Tiga Kabupaten
Aceh Barat.

Sayuti, Azniar (1983). Sistem Gotong Royong dalam masyarakat Pedesaan


Sumatera Barat. Jakarta: Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi
Kebudayan Daerah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soelaeman, M Moenandar (2001). Ilmu Sosial Dasar “Teori dan Konsep Ilmu
Sosial“. Bandung, PT Refika Aditama.

Sugiyono, (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:


Penerbit Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:


Remaja Rosda Karya.

Suryohadiprojo Sayidiman, (2016). Budaya Gotong Royong dan Masa Depan


Bangsa. Jakarta: Kompas Media Nusantara.

Syani, Abdul. (2002). Sosiologi Skematika Teori dan Terapan. Jakarta : Bumi
Aksara.

INTERNET:

https://www.maxmanroe.com/vid/sosial/pengertian-masyarakat.html.
PEDOMAN WAWANCARA

1. Apakah saat ini nilai gotong royong masih perlu untuk dilestarikan?

2. Apa saja peran tokoh masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai gotong

royong yang ada di Desa Lakea II?

3. Bagaimana upaya tokoh masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai

gotong royong dalam masyaraka?

4. Apa yang bapak ketahui mengenai kegiatan gotong royong?

5. Kapan masyarakat di Desa Lakea II ini melakukan kegiatan gotong royong?

6. Faktor pendukung masyarakat dalam mempertahankan nilai gotong royong?

7. Apa saja yang menjadi hambatan dan dorongan terjadi dalam kegiatan gotong

royong?
Lampiran

DOKUMENTASI

Wawancara Bersama Bapak Aluy N Samawati (Kepala Desa Lakea II)

Wawancara Bersama Bapak Moh. Dedi Saputra (Sekertaris Desa Lakea II)
Wawancara Bersama Bapak Aziz Lamase (Masyarakat Desa Lakea II)

Wawancara Bersama Bapak Andi dan Bapak Imran (Masyarakat Desa Lakea II)
Wawancara Bersama Bapak Nurdin (Masyarakat Desa Lakea II)

Wawancara Bersama Bapak Cun (Masyarakat Desa Lakea II)


Wawancara Bersama Bapak Ilong (Masyarakat Desa Lakea II)
RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri Mahasiswa

Nama : Moh. Yasir

Stambuk : A 321 14 095

TTL : Lakea II, 06 Desember 1995

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Jalan Munif Rahman

Nomor Hp : 085242930706

Identitas Orang Tua

1. Nama Ayah : Imran Lahama

Pekerjaan : Tani

Alamat : Desa Lakea II

2. Nama Ibu : Herlina LP Taim

Pekerjaan : URT

Alamat : Desa Lakea II

Riwayat Pendidikan

1. Tamat SDN 1 Lakea, Tahun 2008

2. Tamat SMPN 1 Lakea, Tahun 2011

3. Tamat SMAN 1 Lakea, Tahun 2014

4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Tadulako pada Tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai