PROPOSAL
OLEH:
RIPALDO ANAS
180502016
PROPOSAL
OLEH:
RIPALDO ANAS
180502016
iii
8. Dosen Program Studi Hubungan Masyarakat yang senantiasa
membimbing dan mengarahkan.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda
kepada semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang
membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya, hanya
kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya mudah-mudahan dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua.
Pekanbaru, 13 Februari 2022
Penulis
RIPALDO ANAS
180502016
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK i
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 6
1.3 Tujuan Penelitian 6
1.4 Manfaat Penelitian 7
1.5 Batasan Masalah 7
1.6 Sistematika Penulisan 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 8
2.1 Simbol 8
2.2 Komunikasi 17
2.3 Tradisi 25
2.4 Tabuik 29
2.5 Interaksi Simbolik 37
2.6 Penelitian Terdahulu 38
2.6 Penelitian Terdahulu 38
2.7 Kerangka Pemikiran 38
BAB III METODE PENELITIAN
39
3.1 Pendekatan Penelitian 39
3.2 Subjek dan Objek Penelitian 39
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 39
3.4 Sumber Data 40
3.5 Teknik Pengumpulan Data 41
v
3.6 Teknik Analisis Data 43
3.7 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data 43
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
wafatnya Husein bin Ali, Tabuik melambangkan janji Muawiyah untuk
menyerahkan tongkat kekhalifahan kepada umat Islam setelah Imam Husain
meninggal. Namun,janji itu ternyata dilanggar dan malah mengangkat Jazid
yaitu anaknya sebagai putera mahkota. Sebagian Muslim percaya jenazah
Husen diusung ke langit menggunakan Bouraq dengan peti jenazah yang
disebut Tabuik. Kendaraan Bouraq yang disimbolkan dengan wujud kuda
gemuk berkepala wanita cantik menjadi bagian utama bangunan Tabuik.
Tabuik merupakan tradisi turun temurun yang sudah berlangsung di daerah
Pariaman. Tabuik memiliki tiga fase prosesi dalam pelaksanaannya,
pertama, adalah pra Tabuik meliputi,pembentukan panitia, pengumpulan
dana dan proses pengumpulan bahan-bahan pembuatan Tabuik. Kedua,
Proses pembuatan Tabuik meliputi, mambuek daraga (membuat daraga),
maambiak tanah (mengambil tanah), manabang batang pisang (menebang
batang pisang), maatam (ekspresi kesedihan), maarak panja atau jari
(mengarak jarijari), maarak sorban (mengarak sorban). Ketiga, hari H
(Acara puncak) meliputi, Tabuik naiak pangkek (Tabuik naik pangkat),
pesta hoyak Tabuik (tanggal 10 muharam), mambuang Tabuik (membuang
Tabuik). Perayaan Tabuik ini hanya dilaksanakan di Kota Pariaman yang
berada di pesisir pantai Sumatera Barat. Perayaaan ini diselanggarakan dari
pusat Kota Pariaman hingga Pantai Gandoriah. Tradisi ini sudah seharusnya
dilestarikan dan tetap dijaga kaidah- kaidah Islam yang terdapat pada tradisi
Tabuik ini. Tabuik mempunyai banyak makna. Banyak sekali makna simbol
komunikasi yang dapat diambil dari nilai-nilai agama, moral dan budaya
yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan kita. Dalam pelaksanaan Tabuik
ini banyak masyarakat yang menyaksikan tradisi Tabuik, tetapi tidak semua
masyarakat mengetahui makna simbol komunikasi yang terdapat pada
prosesi tradisi Tabuik.
2
Secara garis besar banyak makna simbol komunikasi yang terdapat
dalam perayaan Tabuik. Tabuik merupakan bagian integral sosial dan
kultural yang memiliki sejarah panjang dalam masyarakat Pariaman.
Melalui Tabuik masyarakat bisa menyatu (bersosialisasi), melalui Tabuik
mereka dapat mengekspresikan kristalisasi kultural Pariaman. Tabuik tidak
dilihat seperti sebuah menara yang terbuat dari konstruksi bambu, kayu dan
rotan yang dilapisi dengan kertas warna-warni, tetapi ia menjadi simbol
identitas masyarakat Pariaman, menjadi simbol pemersatu, dan perekat
emosional dengan kampung halaman. Spirit Tabuik mampu membangun
aktualisasi identitas yang lebih kuat bagi masyarakat Pariaman. Mereka
melalui perayaan Upacara Tabuik dan Oyak Tabuik memiliki kepercayaan
diri yang kuat sebagai pemilik tradisi budaya Tabuik (Dokumen Video,
Asril Muchtar, 7 April 2014). Oleh karena itu, tradisi ini sudah seharusnya
dilestarikan dan tetap dijaga kaidah-kaidah Islam yang terdapat pada tradisi
Tabuik. Banyak bentuk interaksi simbolik yang bisa diambil, seperti: nilai
agama, moral dan budaya yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan kita.
3
1.3 Tujuan Penelitian
Dengan pertimbangan dan penganalisaan, adapun tujuan dari
penelitian ini adalah ; Untuk memberikan gambaran tentang interaksi
simbolik dalam tradisi tabuik di masyarakat Kota Pariaman.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini baik dari segi akademis maupun
praktis adalah ;
1). Manfaat akademis, penelitian ini bertujuan untuk dapat dijadikan sebagai
masukan atas sumbangan dalam kajian ilmu komunikasi dan public
relations khususnya dalam penggunaan teknologi dan media sosial.
2). Manfaat praktis, hasil penelitian diharapkan mampu memberikan
wawasan baru bagi masyarakat Indonesia yang belum mengetahui tradisi
tabuik tersebut.
1.5 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah Interaksi
simbolik dalam tradisi tabuik di masyarakat Kota Pariaman.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Simbol
Menurut Susanne K. langer, Kebutuhan dasar ini, yang memang
hanya ada pada manusia, adalah kebutuhan akan simbolisasi. Fungsi
pembentukan simbol ini adalah satu diantara kegiatan-kegiatan dasar
manusia, seperti makan, melihat dan bergerak. Ini adalah proses
fundamental dari pikiran dan berlangsung setiap waktu (Mulyana, 1993:
96). Dan ditegaskan lagi oleh Alfred Korzybski bahwa prestasi-prestasi
manusia bergantung pada penggunaan simbol-simbol (Mulyana, 1993: 96).
5
Hubungan Antara Manusia Tanda dan Realita
Manusia
Tanda- Realita
tanda
1)Fungsi Idealistik
6
2)Fungsi Interpersonalistik
Pada dasarnya makna simbol tidak terlepas dari minimal tiga unsur
(Adjus, 2004: 33-34).
7
2)Simbol adalah sebagai makna pengharapan
2.2 Komunikasi
A.Definisi Komunikasi
8
Disimpulkan oleh Miller (1996) intinya, komunikasi adalah
mempunyai pusat perhatian dalam situasi perilaku dimana sumber
menyampaikan pesan kepada penerima secara sadar untuk mempengaruhi
perilaku.
b.Unsur-Unsur Komunikasi
1)Sumber (source)
2)Penyandian (encoding)
3)Pesan (message)
4)Saluran (channel)
c.Tujuan Komunikasi
d.Fungsi Komunikasi
11
d.Fungsi Keempat: Komunikasi Instrumental
e.Proses Komunikasi
12
2.Proses komunikasi secara sekunder
f.Bentuk Komunikasi
2)Komunikasi interpersonal
3)Komunikasi Kelompok
13
4)Komunikasi Massa
2.3 Tradisi
Menurut Funk dan Wagnalls (2013:78) istilah tradisi dimaknai
sebagai pengetahuan, doktrin, kebiasaan, dan lain-lain yang dipahami
sebagai pengetahuan yang telah diwarisikan secara turun-temurun termasuk
cara penyampaian doktrin. Jadi tradisi merupakan suatu kebiasaan yang
dilakukan oleh masyarakat dulu sampai sekarang. Muhaimin (2017:78)
mengatakan bahwa tradisi terkadang disamakan dengan kata-kata adat
dalam pandangan masyarakat dipahami sebagai struktur yang sama. Dimana
agar dalam tradisi, masyarakat mengikuti aturan-aturan adat. Adapu
pengertian Tradsi menurut R. Redfield (2017:79) yang mengatakan bahwa
tradisi dibagi menjadi dua, yaitu great tradition ( tradisi besar) adalah suatu
tradisi mereka sendiri, dan suka berfikir dan dengan sendiri mencakup
jumlah orang yang relative sedikit. sedangkan little tradition ( tradisi kecil)
adalah suatu tradisi yang berasal dari mayoritas orang yang tidak pernah
memikirkan secara mendalam pada tradisi yang mereka miliki. Sehingga
mereka tidak pernah mengetahui seperti apa kebiasan masyarakat dulu,
karena mereka kurang peduli dengan budaya mereka. Menurut Cannadine
(2010:79) Pengertian Tradisi adalah lembaga baru di dandani dengan daya
pikat kekunoan yang menentang zaman tetapi menjadi ciptaan
mengagumkan. Jadi tradisis adalah suatu kebiasaan masyarakat dulu yang di
jaga dan dilestarikan namun di pengaruhi oleh budaya luar karena adanya
modernisasi Pengertian tradisi dalam arti sempit yaitu warisan-warisan
sosial khusus yang memenuhi syarat saja yaitu yang tetap bertahan hidup di
masa kini, yang masih kuat ikatannya dengan kehidupan masa kini. Jadi
tradisi yaitu suatu aktifitas atau kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat
local mulai sejak dulu samapai sekarang yang dijaga dan dilestarikan.
Pengertian tradisi Menurut Cannadinne (2010:79) dilihat dari aspek benda
materialnya ialah benda material yang menunjukan dan mengingatkan
14
kaitan khususnya dengan kehidupan masa lalu. Dimana masyarakat dulu
mempercayai adanya benda-benda yang dapat melindungi mereka dari
malapetaka. Fungsi tradisi menutut Soerjono Soekanto (2011:82) yaitu
sebagai berikut ;
1. Tradisi berfungsi sebagai penyedia fragmen warisan historis yang kita
pandang bermanfaat. Tradisi yang seperti onggokan gagasan dan material
yang dapat digunakan orang dalam tindakan kini dan untuk membangun
masa depan berdasarkan pengalaman masa lalu. Contoh: peran yang harus
diteladani (misalnya, tradisi kepahlawanan, kepemimpinan karismtais, orang
suci atau nabi)
2. Fungsi tradisi yaitu unutk memberikan legitimasi terhadap pandangan
hidup, keyakinan, pranata dan aturan yang sudah ada. Semuanya ini
memerlukan pembenaran agar dapat mengikat anggotanya. Contoh:
wewenang seorang raja yang disahkan oleh tradisi dari seluruh dinasti
terdahulu. Tradisi berfungsi menyediakan simbol identitas kolektif yang
meyakinkan, memeperkuat loyalitas 14 primordial terhadap bangsa,
komunitas dan kelompok. Contoh tradisi nasional: dengan lagu, bendera,
emblem, mitologi dan ritual umum.
3. Fungsi tradisi ialah untuk membantu menyediakan tempat pelarian dari
keluhan, ketidakpuasan, dan kekcewaan kehidupan modern. Tradisi yang
mengesankan masa lalu yang lebih bahagia menyediakan sumber pengganti
kebanggalan bila masyarakat berada dalam kritis. Tradisi kedaulatan dan
kemerdekaan di masa lalu membantu suatu bangsa untuk bertahan hidup
ketika dalam penjajahan. Tradisi kehilangan kemerdekaan, cepat atau
lambat akan merusak sistem tirani atau kedikatatoran yang tidak berkurang
di masa kini. Jadi dari ketiga fungsi diatas tradisi merupakan suatu identitas
yang dimiliki oleh masyarakat yang hidup atau bertempat tinggal didalam
suatu daerah.
15
2.4 Tabuik
17
yang perlu diketahui atau dikaji lebih jauh sehingga dapat diperoleh
pemahaman tentang kehidupan dan nilai budaya yang dikandungnya. Nilai
budaya luhur tersebut seyogyanya terpelihara dan diwarisi oleh generasi
mudanya.
a.Pra Tabuik
1)Pembentukan Panitia
2)Pengumpulan dana
19
Yaitu membawa sorban berkeliling kampung yang diiringi dengan
Tabuik lenong dan Gandang Tasa. Maarak sorban dilakukan pada tanggal 8
Muharam pada malam hari (Anjah Pahlawan, 1997: 1).
Sepanjang hari tanggal 10 muharam mulai pada pukul 09.00 wib dua
Tabuik pasar dan Tabuik subarang dibawa kelokasi. Prosesi ini merupakan
yang paling meriah. Tabuik diarak oleh rombongan ke Pantai Gandoriah
untuk dihanyutkan. Sudah menjadi kepercayaan sisa-sisa dari Tabuik dapat
menjadi jimat agar larisnya dagangan (Brosur Dinas Kebudayaan Dan
Pariwisata Kota Pariaman 2012).
20
Teori interaksi simbolik bermula dari interaksionisme simbolik yang
digagas oleh George Herbert Mead yakni sebuah perspektif sosiologi yang
dikembangkan pada kisaran pertengahan abad 20 dan berlanjut menjadi
beberapa pendekatan teoritis yaitu aliran Chicago yang diprakarsai oleh
Herbert Blumer, aliran Iowa yang diprakarsai oleh Manford Kuhn, dan
aliran Indiana yang diprakarsai oleh Sheldon Stryker.
22
a.Orang-orang dapat mengerti berbagai hal dengan belajar dari pengalaman.
Persepsi seseorang selalu diterjemahkan dalam simbol- simbol.
b.Berbagai makna dipelajari melalui interaksi diantara orang-orang.
Makna muncul dari adanya pertukaran simbol-simbol dalam kelompok-
kelompok sosial.
c.Seluruh struktur dan institusi sosial diciptakan dari adanya interaksi
diantara orang-orang.
d.Tingkah laku seseorang tidak mutlak ditentukan oleh kejadian-kejadian
pada masa lampau saja, namun juga dilakukan secara sengaja.
e.Pikiran terdiri atas sebuah percakapan internal, yang merefleksikan
interaksi yang telah terjadi antara seseorang dengan orang lain.
f.Tingkah laku terbentuk atau tercipta didalam kelompok sosial selama
proses interaksi.
g.Kita tidak bias memahami pengalaman seorang individu dengan
mengamati tingkah lakunya saja. Pemahaman dan pengertian seseorang
akan berbagai hal harus diketahui.
Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide mengenai diri dan
hubungannya dengan masyarakat. Ralph LaRossa dan Donald C. Reitzes
(1993) mengatakan bahwa ada tiga tema besar: (West, 2009: 98-103).
1.Pikiran
2.Diri
3.Masyarakat
25
Penelitian serupa terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis
dalam melakukan penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang
digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Penulis mengangkat
judul penelitian yang berbeda namun memiliki konseptual yang sama pada
penelitian terdahulu. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa jurnal
terkait dengan penelitian yang dilakukan penulis.
N Teori/Metode
Nama Peneliti Tahun Judul Jurnal/Skripsi Yang
o
Digunakan
1 Suci Murni 2013 Makna Simbol komunikasi Metode yang
Dalam Tradisi Maantau digunakan dalam
Limay Kasai di Desa penelitian ini
adalah Deskriptif
Terantang Kecamatan
kualitatif.
Tambang, kampar, Riau.
Receiver
Chanel
Feedback
BAB III
27
METODE PENELITIAN
28
4.2 Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan dengan beberapa
teknik yang saling mendukung satu sama lain yaitu data sekunder dan data
primer.
1 Masyarakat Pariaman
Data Primer yaitu data yang didapat dari masyarakat Pariaman sendiri.
Untuk mendapatkan data dalam memperkuat penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling. Dimana
purposive sampling ini adalah pengambilan sampel dengan menentukan kriteria-
kriteria tertentu (Sugiyono, 2008). Adapun kriteria-kriteria yang termasuk dalam
pengambilan sampel ini :
29
2. Data Sekunder yaitu data dari sumber lain yang dapat mendukung
penelitian ini, seperti studi ke perpustakaan terhadap teori yang relevan
dengan penelitian ini.
1. Observasi.
menyeluruh terhadap tahapan tradisi tabuik. Dalam hal ini, peneliti langsung
pelaksanaannya.
2. Wawancara
dengan masyarakat Pariaman, dalam hal ini yang terjun langsung dalam
Dalam hal ini, peneliti mewawancari tiga orang informan, yang mana ketiga
minimal 3 tahun terakhir dan tidak pernah absen mengikuti kegiatan tabuik.
3. Dokumentasi
30
Dokumentasi yaitu mencatat hal-hal penting selama penelitian
stabil, serta berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian (Moleong, 1994:
tabuik.
4. Studi literatur.
dari buku, jurnal, media massa dan hasil penelitian terdahulu yang terkait
dengan sejumlah bahasan dalam penelitian ini. Dalam hal ini, peneliti
banyak mencari sumber terkait teori dan bahan studi kepustakaan terkait
kampus. Selain itu, peneliti juga mencari informasi terkait jurnal dan skripsi
31
Penelitian “Interaksionisme Simbolik Dalam Tradisi Tabuik Di Kota
Pariaman” ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dalam penelitian
kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses
penelitian dilaksanakan. Kemudian data yang diperoleh dikumpulkan untuk
diolah dimulai dari observasi, dokumentasi, mereduksi, selanjutnya aktifitas
penyajian data serta menyimpulkan data.
Analisis data menurut bogdan dan Biklen Dalam Moleong (2007 :
248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah - milah menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensitesiskan nya, mencari dan menemukan pola. Selanjutnya
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain.
33
Sumber : https://pddi.lipi.go.id/
34
komponen utama bagi perancangan tata kelola TI. Menurut Sutopo, 2006,
triangulasi merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan
validitas data dalam penelitian kualitatif. Dalam kaitannya dengan hal ini,
dinyatakan bahwa terdapat empat macam teknik triangulasi, yaitu (1)
triangulasi data/sumber (data triangulation), (2) triangulasi peneliti
(investigator triangulation), (3) triangulasi metodologis (methodological
triangulation), dan (4) triangulasi teoritis (theoritical triangulation). Pada
dasarnya triangulasi ini merupakan teknik yang didasari pola pikir
fenomenologi yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik
kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya dari satu sudut pandang
saja. Model penelitian triangulasi data yang mengarahkan peneliti dalam
mengambil data harus menggunakan beragam sumber data yang berbeda-
beda. Artinya data yang sama atau sejenis akan lebih mantap kebenarannya
apabila digali dari beberapa sumber data yang berbeda. Oleh karena itu
triangulasi data sering pula disebut sebagai triangulasi sumber. Teknik
triangulasi sumber dapat menggunakan satu jenis sumber data misalnya
informan, tetapi beberapa informan atau narasumber yang digunakan perlu
diusahakan posisinya dari kelompok atau tingkatan yang berbeda-beda.
Teknik triangulasi sumber dapat pula dilakukan dengan menggali informasi
dari sumber-sumber data yang berbeda jenisnya, misalnya narasumber
tertentu, dari kondisi tertentu, dari aktivitas yang menggambarkan perilaku
orang, atau dari sumber yang berupa catatan atau arsip dan dokumen.
35