Anda di halaman 1dari 23

Laporan Literatur Ke-2 Sabtu, 31 Agustus 2019

Mata Kuliah: Wisata Budaya dan Spiritual

IDENTIFIKASI ASPEK DAN ELEMEN BUDAYA PADA


MASYARAKAT PEDESAAN DI KABUPATEN KARIMUN

Disusun oleh:
Kelompok 4
Allya Ayu Dwityas (J3B818111)
Muhamad Rizal Mardiansyah (J3B818110)
Muhammad Bagja Suyudi (J3B818109)

Dosen:
Bedi Mulyana, S.Hut, M.Par, MMCAP
Rima Pratiwi Batubara, S.Hut, M.Si

Asisten Dosen:
Ansyari Musoman, S.Hut
Alvionita Ritawati, S.Hut

PROGRAM STUDI EKOWISATA


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SUKABUMI
2019
i

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ii
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR LAMPIRAN ii
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 2
II. TINJAUAN PUSTAKA 3
A. Identifikasi 3
B. Budaya 3
C. Aspek Budaya 3
D. Elemen Budaya 4
E. Masyarakat Pedesaan 5
III. METODE PRAKTIKUM 7
A. Waktu dan Tempat 7
B. Alat dan Bahan 7
C. Tahapan Kerja 7
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 8
A. Aspek Budaya 9
1. Ide atau Gagasan (Allya Ayu Dwityas J3B818111) 9
2. Kegiatan (Allya Ayu Dwityas J3B818111) 10
3. Benda Hasil Karya (Allya Ayu Dwityas J3B818111) 11
B. Elemen Budaya 12
1. Bahasa (Muhamad Rizal M J3B818110) 12
2. Sistem Pengetahuan (Muhamad Rizal M J3B818110) 12
3. Sistem Religi (Muhamad Rizal M J3B818110) 13
4. Sistem Organisasi (Muhamad Rizal M J3B818110) 14
5. Sistem Perlengkapan Hidup Dan Teknologi (Muhammad Bagja S
J3B818109) 15
6. Sistem Matapencaharian (Muhammad Bagja S J3B818109) 16
7. Kesenian (Muhammad Bagja S J3B818109) 17
V. KESIMPULAN 18
DAFTAR PUSTAKA 19

i
ii

DAFTAR TABEL

No. Halaman
1. Alat dan Bahan 7
2. Aspek dan Elemen Budaya Masyarakat Pedesaan Kabupaten Karimun 8

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman
1. Tarian Semarak Berzapin. 11

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman
1. Prosesi Tepuk Tepung Tawar 20
2. Masjid Agung Kabupaten Karimun 20
3. kampung Toga Asam 20
4. Vihara Buddha Dieppa 20

ii
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta dan rasa, kebudayaan
dimiliki oleh setiap bangsa, oleh karena itu kebudayaan dari setiap bangsa saling
berbeda beda. Meskipun terkadang ada kesamaan seperti halnya rumpun dan ras.
di Indonesia antara kebudayaan dan budaya dibedakan berdasarkan pengertiannya.
Budaya ialah sesuatu hal yang semionik, tidak kentara atau bersifat laten artinya
keseluruhan hal yang alamiah. Sedangkan kebudayaan ialah seluruh cara hidup
manusia untuk mempertahankan hidupnya. Artinya, keseluruhan hal yang bukan
alamiah yaitu hasil ciptaan manusia. Kebudayaan juga dapat dijelaskan adalah
sebuah jaringan makna yang dianyam manusia tersebut dalam hidup, dan mereka
bergantung pada jaringan-jaringan makna tersebut.
Setiap daerah di Indonesia tentunya memiliki budaya pedesaan yang
berbeda-beda. Budaya pedesaan adalah pola hidup yang menyeluruh dari setiap
individu pedesaan yang masih tradisional. Masyarakat pedesaan di Indonesia
bersifat homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat, dan
sebagainya. Selain itu, kehidupan masyarakat pedesaan di Indonesia identik
dengan dengan istilah gotong-royong yang merupakan kerja sama untuk mencapai
kepentingan-kepentingan bersama.
Salah satu Kabupaten di Indonesia yang memiliki kebudayaan yang
berbeda dari daerah lainnya adalah Kabupaten Karimun. Kabupaten
Karimun adalah salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia.
Kabupaten Karimun berbatasan langsung dengan kota yang memiliki masyarakat
perkotaan yang lebih modern yaitu Kota Batam di sebelah timur. Kabupaten
Karimun terletak di antara 0˚ 35’ Lintang Utara sampai dengan 1˚ 10’ Lintang
Utara dan 103˚ 30’ Bujur Timur sampai dengan 104˚ Bujur Timur. Wilayah
Kabupaten Karimun terdiri atas daratan dan perairan, yang secara keseluruhan
kurang lebih seluas 7.984 Km2 yang terdiri dari dataran seluas 1.524 Km2 dan
perairan seluas 6.460 Km2. Kabupaten Karimun merupakan sebuah kabupaten
kepulauan yang terdiri dari pulau besar dan kecil. Kabupaten Karimun saat ini
terdiri dari 249 buah pulau, dimana semua pulau sudah bernama dan hanya
sebanyak 54 pulau yang sudah berpenghuni. Dua pulau terbesar di wilayah ini
yaitu Pulau Karimun dan Pulau Kundur menjadi sentra berbagai kegiatan ekonomi
masyarakat dan juga pemukiman penduduk.
Mayarakat Kabupaten Karimun terbagi ke dalam sekitar 19 etnis yang
tersebar di sembilan Kecamatan diantaranya suku Melayu, Jawa, Tionghoa,
Flores, Batak, Minang, Cina, dan Bugis. Mereka hidup berdampingan dan saling
mempertahankan harmoni, kehidupan multi ras hingga kini. Namun, Budaya
Melayu merupakan ciri dan identitas paling dominan dalam keragaman budaya
dan berbagai kegiatan sosial. Suku melayu adalah orang-orang asli Pribumi, hal
2

ini dapat dilihat dari bentuk-bentuk rumah beraksitektur gaya melayu rumah-
rumah pribumi didesa-desa dan kantor-kantor pemerintahan tetap
mempertahankan corak melayu.
B. Tujuan
Praktikum Identifikasi Aspek dan Elemen Budaya pada Masyarakat
Pedesaan di Kabupaten Karimun memiliki tujuan. Tujuan dilaksanakannya
praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi aspek budaya masyarakat pedesaan yang meliputi ide
atau gagasan, kegiatan, dan benda-benda hasil karya di Kabupaten
Karimun.
2. Mengidentifikasi elemen budaya masyarakat pedesaan yang meliputi
bahasa, sistem pengetahuan, sistem religi, sistem perlengkapan hidup dan
teknologi, sistem matapencaharian, serta sistem organisasi di Kabupaten
Karimun.
3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Identifikasi
Identifikasi menurut Hawadi (2002:107) adalah suatu prosedur yang
dipilih dan yang cocok dengan ciri-ciri yang akan dicari dan selaras dengan
program yang mau dikembangkan. Hansen dan Linden (2002:107) menyatakan
bahwa dalam identifikasi, maka proses identifikasi yang dipilih haruslah
berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Prosedur identifikasi haruslah berdasarkan
hal-hal dan tujuan program yang bisa dipertahankan. Prinsip identifikasi meliputi
hal-hal sebagai berikut:
1. Metode identifikasi haruslah dipilih konsisten dengan defenisi.
2. Prosedur identifikasi haruslah bervariasi
3. Prosedur untuk identifikasi harus baku dan konsisten.
4. Jika ada keterbatasan dalam lingkungan, maka kita harus
mempertimbangkan apa yang dapat dilakukan dalam lingkungan tertentu
(Hawadi2002: 108).
Menurut Hawadi (2002:110) proses identifikasi ada dua, yakni pertama,
tahap penjaringan dan tahap identifikasi serta studi kasus. Pada tahap penjaringan
digunakan metode yang majemuk seperti melakukan tes. Pada tahap kedua, yang
juga disebut dengan tahap identifikasi melibatkan pengetesan individu. Dalam hal
ini tahapan terhadap proses identifikasi adalah pertama tahap penjaringan, dan
kedua tahap seleksi untuk identifikasi akhir.
B. Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,
yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) di artikan sebagai
halhal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar
(Koentjaraningrat, 2002). Taylor dalam Sulaeman (2010: 35) menyatakan bahwa
kebudayaan merupakan suatu kesatuan atau jalinan kompleks, yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan pembawaan
lainnya yang diperoleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan
adalah suatu corak hidup dari suatu lingkungan masyarakat yang tumbuh dan
berkembang berdasarkan spiritualitas dan tata nilai yang disepakati oleh suatu
lingkungan masyarakat, dan oleh karenanya menjadi eksistensial bagi lingkungan
masyarakat tersebut (Wibowo, 2007).
C. Aspek Budaya
Menurut J. J. Hoenigman (Musnawati, 2012), wujud kebudayaan
dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.
4

1. Wujud ideal (gagasan): kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,


gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang
sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini
terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat.
Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk
tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan
buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
2. Aktivitas: suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu.
Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan
kontak, serta bergaul dengan manusialainnya menurut pola-pola tertentu
yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam
kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak (karya): wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-
benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
D. Elemen Budaya
Koentjaraningrat (2002) menyebutkan ada tujuh unsur-unsur kebudayaan
dan menyebutnya sebagai isi pokok kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan
universal tersebut adalah :
1. Kesenian: segala hasrat manusia terhadap keindaha. bentuk kendahan yang
beraneka tagam itu timul dari permainan imajinasi kreatif yang dapat
memberikan kepuasan batin bagi amnusia. Secara garis besar, kita dapat
memetakan bentuk kesenian dalam tiga garis besar, yaitu seni rupa, seni
suara dan seni tari.
2. Sistem teknologi dan peralatan hidup: jumlah keseluruhan teknik yang
dimiliki oleh para nggota suatu masyarakat, meliputi keseluruhan cara
bertindak dan berbuat dalam hubungannya degnan pengumpulan bahan
bahan menta, pemrosesan bahan bahan itu untuk dibuat menjadi alat kerja,
penyimpanan, pakaian, perumahan, alat trasportasi dan kebutuhan lain
yang berupa benda meterial.
3. Sistem kekerabatan: sekelompok masyarakat yang anggotanya merasa satu
dengan sesamanya. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang
meliputi: kekerabatan, asosiasi dan perkumpulan, sistem kenegaraan,
sistem kesatuan hidup, perkumpulan.
4. Bahasa: suatu pengucapan yang indah dalam elemen kebudayaan dan
sekaligus menjadi alat perantara yang utama bagi manusia untuk
meneruskan atau mengadaptasi kan kebudayaan. Bentuk bahasa ada dua
yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan.
5. Sistem mata pencaharian hidup: segala usaha manusia untuk mendapatkan
barang dan jasa yang dibutuhkan. Sistem mata pencaharian hidup atau
5

sistem ekonomi yang meliputi, berburu dan mengumpulkan makanan,


bercocok tanam, peternakan, perikanan, perdagangan.
6. Sistem pengetahuan: berkisar pada pegetahuan tentang kondisi alam
sekelilingnya dan sifat sifat peralatan yang dipakainya. Sistem
pengetahuan meliputi ruang pengatahuan tentang alam sekitar, flora dan
fauna, waktu, ruang dan bilangan, sifat sifat dan tingakh laku sesama
manusia, tubuh manusia.
7. Sistem religi: sebuah sistem yang terpadu antara keyakinan dan praktek
keagamaan yang berhubungan dengan hal hal suci dan tidak terjangkau
oleh akal. Sistem religi yang meliputi, sistem kepercayaan, sistem nilai
dan pandangan hidup, komunikasi keagamaan, upacara keagamaan.
E. Masyarakat Pedesaan
Masyarakat dapat didefinisikan sebagai suatu kesatuan hidup manusia
yang berinteraksi sesuai dengan sistem adat istiadat tertentu yang sifatnya
berkesinambungan dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Soekanto, 2006).
Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 disebutkan pengertian desa sebagai kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam system pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Tipe masyarakat pedesaan sebagai masyarakat tradisional mempunyai
karakteristik sebagai berikut (Parsons. T, 1985):
1. Afektifitas: ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta ,
kesetiaan dan kemesraan. Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan
tolong menolong, menyatakan simpati terhadap musibah yang diderita
orang lain dan menolongnya tanpa pamrih.
2. Orientasi kolektif: sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu
mereka mementingkan kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak
suka akan orang yang berbeda pendapat, intinya semua harus
memperlihatkan keseragaman persamaan.
3. Partikularisme : semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan
khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif,
perasaan kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok
tertentu saja.
4. Askripsi: berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh
berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu
keadaan yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawanya
prestasi).
5. Kekabaran (diffuseness): sesuatu yang tidak jelas terutama dalam
hubungan antara pribadi tanpa ketegasan yang dinyatakan eksplisit.
6

Masyarakat desa menggunakan bahasa tidak langsung, untuk


menunjukkan sesuatu.
7

III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum Identifikasi Aspek dan Elemen Budaya pada Masyarakat
Pedesaan di Kabupaten Karimun dilaksanakan di Kampus PSDKU IPB
Sukabumi. Kegiatan praktikum dilaksanakan pada Kamis , 29 Agustus 2019 pada
pukul 15.00-22.00 WIB dengan mencari berbagai sumber literatur.
B. Alat dan Bahan
Setiap praktikum selalu membutuhkan alat dan bahan untuk menunjang
keberhasilan dari praktikum tersebut. Alat dan bahan juga berguna untuk
mempermudah dalam pengambilan data. Alat dan bahan yang digunakan pada
praktikum kali ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1 Alat dan Bahan
No. Alat Fungsi
1. Alat Tulis Sebagai sarana mencatat hasil identifikasi.
2. Handphone Menghubungkan laptop terhadap koneksi internet.
3. Laptop Mencari studi literatur dan menyelesaikan laporan yang telah
direkapitulasi dan diidentifikasi.
4. Printer Mencetak laporan hasil identifikasi.

C. Tahapan Kerja
Praktikum Identifikasi Aspek dan Elemen Budaya pada Masyarakat
Pedesaan di Kabupaten Karimun diselesaikan menggunakan beberapa tahapan
kerja praktikum. Tahapan kerja praktikum disusun guna mempermudah pengamat
dan penyelesaian laporan praktikum. Tahapan kerja praktikum kali ini adalah
sebagai berikut.
1. Membagi lokasi yang akan menjadi sasaran kajian per kelompok
praktikum yaitu Kabupaten Karimun.
2. Melakukan studi literatur terkait dengan aspek dan elemen budaya pada
masyarakat pedesaan Kabupaten Karimun.
3. Mengidentifikasi aspek dan elemen budaya masyarakat pedesaan
Kabupaten Karimun.
4. Menginventarisasikan beberapa aspek dan elemen budaya pada lokasi
tersebut seperti pada tabel 2.
5. Mendiskusikan materi pada tulisan secara kelompok dan
mendeskripsikannya.
6. Membuat laporan hasil praktik.
8

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum Identifikasi Aspek dan Elemen Budaya pada Masyarakat


Pedesaan di Kabupaten Karimun menghasilkan berbagai aspek dan elemen
budaya masyarakat Kabupaten Karimun yang dikategorikan terhadap jenis
material dan immaterial. Hasil praktikum kali ini dapat dilihat pada Tabel 2
sebagai berikut.
Tabel 2 Aspek dan Elemen Budaya Masyarakat Pedesaan Kabupaten Karimun
Asepek dan Jenis Kebudayaan
No. Deskripsi
Elemen Budaya Material Immaterial
1. Aspek Budaya
a.Ide atau gagasan Ide atau gagasan masyarakat

seperti membuat inovasi bursa
untuk meningkatkan
perekonomian warga,
masyarakat Kabupaten
Karimun Masih mempercayai
system perbangkan PT Riau,
dan dengan membuat
perencanaan elektronika
dalam meningkatkan
pembangunan daerah
b. Kegiatan √ Masyarakat Kabupaten
Karimun biasa melaksanakan
kegiatan peringatan HUT
Kabupaten, tepuk tepung
tawar, dan festival yang biasa
dilaksanakan secara rutin.
c. Benda hasil √ Benda hasil karya yang
karya dihasilkan masyarakat
Kabupaten Karimun yaitu
batik yang beragam dan
tanjak, yang merupakan
aksesoris kepala yang dijual
sebagai souvenir
2. Elemen Budaya
a. Bahasa √ Kabupaten Karimun yang
memiliki beberapa dialek
yakni dialek kundur, dialek
Bintan-Karimun dan dialek
Johor-Riau, namun pada
umumnya menggunakan
dialek Johor-Riau.
b. Sistem √ Kabupaten Karimun memiliki
9

Asepek dan Jenis Kebudayaan


No. Deskripsi
Elemen Budaya Material Immaterial
pengetahuan prosesi tepuk tepung tawar
dan memiliki kampong toga
yang berhasil menjadi juara 1
Nasional.
c. Sistem religi √ Didominasi oleh penganut
agama islam, namun masih
ada yang mempercayai
berbagai hal mistis seperti
kemponan, bomoh, dan santau
d. Sistem √ Kota Batam memiliki dua
kekerabatan macam pemerintahan yaitu
Pemerintah Kota dan Badan
Pengusahaan.
e. Sistem √ Batam merupakan bagian dari
perlengkapan kawasan khusus perdagangan
hidup dan bebas sehingga barang yang
teknologi diperjualbelikan bebas dari
pajak. Batam emiliki sistem
telekomunikasi yang
berkembang pesat. Batam
memiliki transportasi yang
memadai.
f. Sistem √ terdiri dari pertanian,
matapencaharian pertambangan, industri,
listrik, gas, air, bangunan,
perdagangan dan hotel,
pengangkutan dan
komunikasi, angkutan,
keuangan, serta jasa-jasa.
Matapencaharian di Kota
Batam didominasi oleh
matapencaharian industri
yang berjumlah 185 913 yang
diisi oleh 181.350 WNI dan
2.567 WNA.
d. Kesenian √ Kesenian di Kabupaten
Karimun dipengaruhi
kebudayaan melayu, seperti
tarian persembahan.

A. Aspek Budaya
1. Ide atau Gagasan (Allya Ayu Dwityas J3B818111)
Inovasi yang dibuat pemerintah kabupaten karimun yaitu membuat bursa
inovasi yang memanfaatkan sumberdaya dan infrastruktur yang ada. Kegiatannya
10

dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada, untuk lokasinya dilaksanakan


di rumah Bupati Karimun yang berada di Tanjungbalai. Pembukaan bursa inovasi
ini bertujan untuk meningkatkan infrastuktur serta meningkatnya perekonomian
masyarakat Kabupaten Karimun. Selain itu gagasan yang terdapat di Kabupaten
Karimun yaitu kepercayaan masyarakat sekitar. Salah satu kepercayaan yang
masih dianut masyarakat Kabupaten Karimun yaitu system perbankan yang baik
di Bank Riau Kepri.
Kemudian untuk ide mengenai pengetahuan masyarakat Kabupaten
Karimun yaitu dengan mengadakan perencanaan Perencanaan Daerah Berbasis
Elektronik (e-Planning) melalui SIMDA Perencanaan ini mengacu pada
permasalahan dalam pembangunan daerah, diantaranya Perencanaan dan
Penganggaran, Belanja Hibah dan Bansos, Pajak dan Retribusi, Pengadaan Barang
dan Jasa (PBJ), Jual Beli Jabatan, serta Belanja Perjalanan Dinas. Untuk
perencanaan pembangunan daerah, ada beberapa masalah juga, yaitu kurangnya
partisipasi masyarakat, asimetri RPJMD-Renstra dan RKPD-Renja, belum
terintegrasinya sistem perencanaan dengan penganggaran dan pelaporan keuangan
daerah, alokasi anggaran tidak fokus pada pencapaian visi misi kepala daerah,
program/kegiatan yang muncul tiba-tiba setelah KUA-PPAS, serta lemahnya
histori perubahan data perencanaan pembangunan. Perencanaan ini diakui
merupakan aplikasi yang menjadi solusi atas permasalahan yang ada.
2. Kegiatan (Allya Ayu Dwityas J3B818111)
Kegiatan rutin yang dilakukan masyarakat kabupaten karimun yaitu
upacara HUT-19. Upacara ini dilakukan di Panggung Rakyat Puteri Kemuning
Costal Area. Kegiatan tersebut di ikuti oleh unsur Pemerintah Daerah, TNI-Polri,
Intansi terkait, Ormas, pelajar, dan kalangan mahasiswa. Peringatan ini dilakukan
untuk memperingati hari jadi Kabupaten Karimun, serta menghormati para
pejuang yang sudah berjuang pada masanya.
Kemudian terdapat Upacara adat Melayu tepuk tepung tawar. Upacara ini
rutin dilakukan untuk mewarnai pelepasan Jamaah Calon Haji (JCH) Kabupaten
Karimun, Provinsi Kepulauan Riau untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci
Mekkah. Lokasinya di rumah dinas Bupati Karimun, Tanjung Balai Karimun,
Prosesi tepuk tepung tawar dengan menabur beras kunyit merupakan adat istiadat
Melayu yang memiliki makna doa selamat untuk jemaah calon haji.
Kegiatan rutin lain yang biasa dilakukan dikabupaten karimun yaitu
festival tari yang bertaraf internasional. Kegiatan ini diikuti berbagai provinsi
yang berada di Indonesia. Kegiatan ini dilakukan di panggung Coastal Area,
Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau dan berlangsung meriah. Dengan tema
‘Pelangi Budaya Nusantara’ yang mengangkat budaya dari berbagai provinsi.
Sebagai tuan rumah Kabupaten Karimun menampilkan budaya berupa tarian
Semarak Berzapin.
11

Gambar 1 Tarian Semarak Berzapin.


Selanjutnya terdapat ritual yang biasa dilakukan masyarakat Kabupaten
Karimun yaitu kegiatan Ratib yang merupakan sejenis Zikir, Puji-pujian Kepada
Allah SWT, yang diucapkan berulang ulang. Mengucapkan kalimah La
Illahaillallah, biasa dilakukan setelah sholat fardhu. Ratib Saman, merupakan
amalan tarikat Saman (ajaran Abd. Karim al-Saman). Sebelum pelaksanaannya
ratib Saman, ulama atau pemimpin mengunakan berbagai perlengkapan seperti
tasbih, cendana dan gaharu, korek api dan sebuah lilin, dan air putih dipersiapkan
terlebih dahulu. Kemudian pimpinan upacara member penjelasan tentang aturan
mengucapkan zikir “ Laillaha illallah”. Karena pengucapannya harus mengikuti
aturan tertentu. Sebelum mengucapakan kata “Laillah” nafas harus ditarik dalam-
dalam, selanjutnya kata “hail” diucapkan sambil kepala diputar ke bahu bagian
kiri, diteruskan pengucapan “Lah” (kepala diputar ke bahu kanan), sampai
akhirnya pengucapan “Lah” yang disertai dengan tundukan kepala ke rusuk
kanan. Pengucapan kalimat “Laillahaillallah” sambil melakukan gerakan-gerakan
tersebut, dimaksudkan agar senantiasa mengingat Allah, hidung yang menarik
udara, menurut keyakinan mereka, merupakan sumber masuknya penyakit dan
masuknya Jin jahat yang mengganggu tubuh manusia. Dengan ditariknya udara
dan dihembuskan kembali sembari mengucapkan “Lailahaillallah” diharapkan
segala penyakit akan ikut terbuang
3. Benda Hasil Karya (Allya Ayu Dwityas J3B818111)
Benda hasil karya yang dihasilkan dari Kabupaten Karimun yaitu baik.
Motif batik khas dari daerah ini biasanya dipakai untuk baju kurung aparatur sipil
negara di lingkungan pemerintah daerah. Motif batik yang akan dipatenkan
diantaranya antara Motif Daun Sukun, Batik Jong Sri Gelam, Ikan Kurau, Pokok
(Pohon-Red) Sagu Berayun, Tampuk Manggis Bunga Melur, Udang Galah
Beriring, Batik Tampuk Manggis Sirih Raja dan Batik Wajik Tersamar. Motif
batik ini dikembangkan menjadi motif khas melayu, yang menyiratkan pesan
tentang budaya dan ciri khas Karimun.
12

Selain batik benda lain yang dihasilkan masyarakat Kabupaten Karimun


yaitu Tanjak. Tanjak, merupakan sejenis songkok atau alas kepala yang dipakai
kaum pria Melayu. Tanjak juga merupakan mahkota digunakan raja-raja Melayu
yang terbuat dari kain songket beraneka warna. Tanjak ini di modifikasi yang
memiliki kekhasan sebagai peninggalan zaman Kerajaan Melayu Riau-Lingga.
Tanjak ini dijadikan souvenir bagi wisatawan yang datang berkunjung. Selain
tanjak, adapula produk seperti minyak gamat, hasil kerajinan tangan seperti
miniatur perahu khas Melayu, dan berbagai produk makanan khas Karimun
lainnya.
B. Elemen Budaya
1. Bahasa (Muhamad Rizal M J3B818110)
Kepulauan Riau meruakan salah satu provinsi di Indonesia yang pada
umumnya menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa sehari-hari. Secara
administratif, Kepulauan Riau, terdiri dari 2 kota dan 5 kabupaten yakni Kota
Batam, Kota Tanjungpinang, Kabupaten Bintan, Kabupaten Kepulauan Anambas,
Kabupaten Natuna, Kabupaten Lingga dan Kabupaten Karimun. Perkembangan
bahasa dan sastra melayu mencapai puncak kejayaannya pada masa kerajaan
Riau-Lingga yang diangkat dan dikembangkan oleh Raja Ali Haji di Pulau
Penyengat. Dari Pulau Penyengat lah bahasa melayu itu menjadi gemilang di
negeri Nusantara.
Penggunaan dialek ini berbeda pada tiap daerahnya, seperti Kabupaten
Karimun yang memiliki beberapa dialek yakni dialek kundur, dialek Bintan-
Karimun dan dialek Johor-Riau. Pada umumnya menggunakan dialek Johor-Riau.
Dialek Johor-Riau memiliki ciri utama berupa akhiran ”A” yang dibunyikan
sebagai “E”. Seperti saya menjadi saye, apa menjadi ape. Ada juga akhiran ‘A’
seperti sebutan asal, misalnya kata merdeka dan kata anda. Huruf ‘R’ yang
disamarkan saat penyebutannya, contohnya kata besar menjadi besa, lebar
menjadi leba dan pasar menjadi pasa.
2. Sistem Pengetahuan (Muhamad Rizal M J3B818110)
Masyarakat Kabupaten Karimun masih melestarikan prosesi adat yang
bernama “Bertepuk Tepung Tawar”. Bertepuk Tepung Tawar merupakan prosesi
adat dengan tujuan memberikan berkah untuk mencapai keselamatan dan
kesejahteraan, menghapus sial, majal dan duka nestapa agar terhindar dari orang
yang akan di Tepuk Tepung Tawar. Tepuk tepung tawar biasanya dilakukan pada
acara pelantikan pejabat atau tokoh adat dan daerah, sunatan, penyambutan, dan
khususnya acara pernikahan.
Prosesi Bertepuk Tepung Tawar dimulai dengan mengambil sejemput
beras kunyit, beras putih dan beretih lalu ditaburkan melewati atas kepala, kebahu
kanan dan kiri pengantin. Beras kunyit( warna kuning) melambangkan raja/
sultan, lambang kebesaran dan keagungan. Pada saat ini orang yang menabur akan
13

melafazhkan shalawat nabi SAW satu kali, kemudian mengambil perenjis lalu di
renjiskan kedahi/ kening, bahu kanan dan kiri, lalu di belakan telapak tangan
kanan dan kiri, urutan merenjis digambarkan dalam bentuk lam alim
(bermakna Allah Berkehendak) diteruskan dengan menggolekan sebutir telur di
wajah dan meletakan sebentar di bibir pengantin, mengambil sejemput inai lalu
dioleskan ditelapak tangan kanan dan kiri yang telah di alas dengan Bantal Susu
Ari, Bertepuk Tepung Tawar selesai di teruskan dengan mebaca doa selamat
sebagai penutup.
Kabupaten Karimun memiliki kampung tanaman obat keluarga yang
terletak di Kampung Harapan RT 001 RW 001 Kelurahan Harjosari, Kecamatan
Tebing, Kabupaten Karimun dengan nama “Kampung TOGA Asuhan Mandiri
Kunyit Asam (Toga Asman)” Kampung Toga Asman dikelola oleh masyarakat
setempat bersama para kader PKK dan Posyandu, di bawah binaan Puskesmas
Tebing dan Dinas Kesehatan Kabupaten Karimun. Kampung ini memiliki ratusan
jenis tanaman obat diantaranya bahkan ada yang merupakan tanaman langka,
seperti bawang dayak yang memiliki berbagai macam khasiat. Kampung toga ini
juga sudah bisa membuat produk seperti cemilan kering atau keripik daun
kemangi, daun seledri, kunyit kering dan jamu yang semua bahannya diambil dari
tanaman yang ditanam di perkampungan tersebut. Kampung toga ini mendapatkan
prestasi yang sangat baik, yaitu sebagai juara 1 kampung toga terbaik di
Indonesia pada tahun 2017.
3. Sistem Religi (Muhamad Rizal M J3B818110)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Karimun padda tahun
2016, Kabupaten Karimun di dominasi oleh penduduk yang beragama islam.
Penganut agama islam di Kabupaten Karimun memiliki presentase 83,36% dari
237.720 jiwa pada tahun 2016. Selain agama islam masayarakat Kabupaten
Karimun terdiri dari masyarakat yang menganut agama budha sebanyak 11,17%,
kristen protestan 3,90% , kristen katolik 1,18%, konghucu 0,37%, dan hindu
0,02%. Masyarakat Kabupaten Karimun terdiri dari berbagai agama yang berbeda,
namun Kerukunan hidup antar umat beragama di Karimun masih sangat baik.
Masyarakat Kabupaten Karimun juga masih mempercayai berbagai mitos
seperti kemponan, bomoh, dan santau. Mitos ini merupakan cerminan dari
pemikiran masyarakat Kabupaten Karimun, dimana pemikiran dan pengetahuan
masyarakat mengenai mitos terus diceritakan dalam keseharian mereka.
Kemponan adalah akibat yang diterima bagi mereka yang menolak
makanan yang ditawarkan oleh orang lain. Akibat itu bisa bermacam-macam
misalkan seperti kecelakan motor, terjatuh atau beberapa masalah lain dalam
hidupnya yang efeknya langsung terasa ketika kita menolak makanan yang
ditawarkan, bisa juga ketika saat perjalanan pulang kerumah dari tempat
orang yang menawarkan kue atau makanan yang kita tolak lalu mengalami
14

kecelakaan. Munculnya mitos ini sudah ada sejak nenek moyang mereka, namun
belum diketahui kapan tepatnya mitos tersebut muncul.
Bomoh adalah istilah dukun dalam bahasa Melayu. Bomoh merujuk
kepada ahli penyembuhan tradisional dalam masyarakat Melayu dahulu kala.
Bomoh atau dukun dianggap memiliki kekuatan gaib, yang dapat digunakan untuk
tujuan baik maupun buruk, mencelakakan lawan, atau menghalau serangan lawan,
serta menyembuhkan penyakit yang berasal dari perbuatan manusia maupun
karena tersampuk atau “kemasukan” atau diganggu ruh, hantu, dan sebagainya.
Dengan kekuatan gaibnya, seorang bomoh dianggap mampu mengatasi
gejalagejala alam yang merugikan manusia, seperti menenangkan ombak dan
badai.
Penggunaan santau yaitu mengirimkan penyakit pada orang lain bahkan
mengakibatkan meninggal dunia. Santau memiliki fungsi sebagai ramuan yang
menyebabkan orang lain menderita sakit bahkan meninggal dunia. Hingga saat ini
tetap bertahan digunakan oleh sebagian masyarakat Kabupaten karimun.
Penggunaan Santau ini diyakini terjadi di dalam keseharian masyarakat.
4. Sistem Organisasi (Muhamad Rizal M J3B818110)
Pada masa kerajaan, masyarakat di Kabupaten Karimun ini pada dasarnya
terdiri dari dua golongan, yaitu golongan asli dan golongan penguasa. Sebelum
adanya kerajaan Siak Sri Inderapura, kepala-kepala suku yang menguasai hutan
tanah, “territorial” bernaung dibawah kerajaan Johor.
Setelah Raja Kecil yang dapat meduduki takhta Kerajaan Johor, terpaksa
meninggalkan Johor dan terakhir membuka kerajaan baru di sungai Siak, maka
kerajaannya dinamakan “Kerajaan Siak Sri Inderapura”. Dengan keadaan yang
baru ini, terjadilah pembagian golongan dalam masyarakat. Jika pada mulanya
yang ada hanya kepala suku sebagai puncak dan anggota sukunya sebagai
dasarnya, maka dengan adanya Sultan beserta keturunannya, terjadilah tingkatan
sosial baru sebagai berikut:
1. Raja atau Ratu dan Permaisuri yang merupakan tingkat teratas.
2. Keturunan Raja yang disebut anak Raja-raja, merupakan lapisan kedua,
3. Orang baik-baik yang terdiri dari Datuk Empat Suku dan Kepala-kepala
suku lainnya beserta keturunannya merupakan lapisan ketiga,
4. Orang kebanyakan atau rakyat umum, merupakan tingkatan terbawah.
Adanya tingkatan sosial tersebut membawa konsekuensi pula dibidang
adat istiadat dan tata cara pergaulan masyarakat. Makin tinggi golongannya
semakin banyak hak-haknya. Keistimewaan dalam tata pakaian, tempat duduk
dalam upaca-upacara menunjukan adanya perbedaan itu.
Kemudian, pada zaman sekarag ini perubahan ketata negaraan membawa
perubahan pula dalam stratifikasi sosial ini. Saat ini ketentuan-ketentuan adat ini
sudah tidak mengikat lagi dan pada umumnya sudah disesuaikan dengan
demokrasi sekarang, sehingga perbedaan golongan tingkat ini sudah tidak terlihat
15

lagi dalam pergaulan. Pada waktu ini lebih diutamakan kepribadian, kedudukan
dan keadaan materiel seseorang menurut ukuran sekarang.
5. Sistem Perlengkapan Hidup Dan Teknologi (Muhammad Bagja S
J3B818109)
Teknologi pada hakekatnya adalah cara mengerjakan suatu hal (Masher,
1970:127), yaitu cara yang dipakai manusia untuk beberapa kegiatan dalam
kehidupannya. Teknologi terutama terlihat dalam pendayagunaan potensi
sumberdaya yang ada di sekitar manusia. Oleh karena itu, teknologi merupakan
satu diantara sekian banyak hasil budaya manusia dan merupakan cermin daya
kreatif dalam memanfaatkan lingkungannya untuk mencapai kesejahteraan hidup.
Pengertian tersebut berdasarkan pada pemahaman bahwa teknologi terlihat
sebagai penerapan gagasan atau pengetahuan, pengertian dan keyakinan seseorang
kedalam daya guna sumber daya alam yang dikenalnya, yang umumnya berada
disekitarnya dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup atau memecahkan
masalah.
Keragaman mata pencaharian masyarakat Melayu dibagian daratan
Sumatera (Riau Daratan) dapat dijadikan dasar untuk menelusuri keragaman
teknologi yang ada dalam masyarakat. Setiap jenis mata pencaharian biasanya
mempunyai beberapa cara dan alat. Alat dan cara penggunannya akan
menampakkan teknologinya. Peralatan dan cara penggunaannya dipengaruhi oleh
lingkungan dan sumberdaya yang akan di olah, sehingga lahir berbagai teknologi.
Walaupun teknologi itu menghasilkan hal yang sama atau mempunyai fungsi yang
sama, tapi teknologi tetap berbeda. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
masyarakat Melayu mampu secara aktif menghasilkan berbagai teknologi dan
sekaligus mengembangkannya sesuai dengan fungsi dan pengaruh lingkungan
tempat digunakannya teknologi tersebut. Masyarakat Melayu tidak canggung
dengan perubahan teknologi, asal teknologi tersebut lebih menguntungkan dan
mudah diterapkan , seperti teknologi dalam pertanian.
Banyak alat-alat perburuan yang terdapat didaerah Riau. Diantara alat-alat
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kojow: sejenis tombak dengan gagang panjang dan lentur
2. Tombak: tombak panjang dan tombak pendek
3. Jerat: terbuat dari tali atau rotan dan digunakan dengan bermacam-macam
cara disesuaikan dengan jenis binatang yang akan ditangkap. Jenis
binatang yang akan dijerat diantaranya kijang, pelanduk, kancil, burung
ayam hutan, dan binatang-binatang lainnya.
4. Jaring rusa: rusa juga dapat ditangkap dengan sejenis jerat yang disebut
jarring rusa.
5. Sumpitan: terbuat dari bambu keras, panjangnya lebih kurang satu depa.
16

6. Timpa-timpa: sejenis perangkap yang terbuat dari batang-batang kayu


berat, digandeng sampai dua atau tiga batang, panjangnya kira-kira dua
sampai tiga meter.
7. Perangkap: hampir sama prinsipnya dengan timpa-timpa diatas tetapi
berbentuk kurungan dan dapat diangkat-angkat atau dipindahkan.
8. Belantik: sejenis perangkap yang menggunakan senjata api atau tombak.
9. Senapan lantak: senjata api model kuno menggunkan mesiu dan pelor
yang langsung dimasukkan kedalam laras.
Selain alat perburuan, juga terdapat alat-alat perikanan laut yang terdiri
dari peralatan sebagai berikut.
1. Pukat: sejenis jarring terbuat dari benang kasar atau tali halus dan disamak
dengan tannin.
2. Jarring: bermacam-macam jenisnya dan bermacam-macam ukuran
matanya
3. Jala: bermacam-macam ukurannya, ada jala rambang dengan mata jala
satu setengah centimeter, jala tamban dengan mata satu centimeter dan jala
udang dengan mata setengah centimeter.
4. Serampang: alat penikam ikan dan ada berjenis-jenis, yaitu serampang
mata satu, serampang mata dua dan serampang mata tiga. Matanya terbuat
dari besi atau kuningan dan gagangnya.
5. Tempuling: hampir sama dengan serampang mata satu tapi mata tempuling
diberi bertali panjang dan gagangnya dapat dilepaskan.
6. Kail: pancing. Jenis pancing ini bermacam-macam. Kail biasa bertali
pendek, kail susow bertali panjang dan pada pangkal joran (gagang)
dipasang alat penggulung benang.
7. Tangkul: sejenis jarring empat persegi yang keempat sudutnya diikatkan
pada kayu bersilang dan alat penyangga pada gagangnya.
8. Belat: erbuat dari bilah bambu yang dijalin dengan rotan dan dipasang
ditepi pantai, terutama untuk menangkap udang.
9. Pengerih: satu unit yang terdiri dari : jala, solong, dan penganak. Terbuat
dari bambu dan rotan serta diberi pelampung-pelampung dari kayu.
6. Sistem Matapencaharian (Muhammad Bagja S J3B818109)
Tanjung Balai Karimun, yaitu suatu kabupaten yang mungkin
keberadaannya susah terbidik dalam peta Indonesia, dan juga di website.
Kabupaten ini merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Riau, Pulau
Sumatra. Sebagai salah satu kabupaten di daerah Kepulauan Riau, tentu
penghasilan laut merupakan andalan, maka produk hasil olahan sumber daya
bahari merupakan kebanggaan penduduk setempat. Ini terbukti pada pajangan
supermarket-supermarket dan toko-toko setempat yang dipenuhi oleh berbagai
kerupuk ikan dan udang dalam variasi merk, bentuk dan kemasan dengan harga
yang terjangkau. Kerupuk ikan dan udang sering dijadikan sebagai buah tangan
17

saat orang-orang berwisata ke karimun kabupaten batam ini. Salah satu jenis ikan
yang sering digunakan adalah ikan tenggiri. Cemilan ini pun sering disantap saat
piknik maupun saat kumpul keluarga. Mata pencaharian penduduk Karimun
memang banyak yang berkaitan dengan kekayaan bahari, mulai dari nelayan,
pedagang hasil laut, hingga pengolah makanan bahari. Kerupuk-kerupuk ini
merupakan wujud kreatif warga setempat mengolah kekayaan alam menjadi
makanan bernilai jual. Ini juga merupakan cara menikmati ikan dan udang dengan
cara yang berbeda, serta bisa tahan lama. Kerupuk dari bahan berupa adonan
tepung, bumbu-bumbu, dan ikan atau udang ini diproduksi oleh industri-industri
rumah tangga yang sudah memperoleh izin Pangan Industri Rumah Tangga (P-
IRT) dari Dinas Kesehatan Karimun. Banyak pula yang sudah mendapatkan
sertifikat halal dari LPPOM MUI. Cemilan ini dipasarkan dalam berbagai ukuran
kemasan yang praktis dibawa dan etis diberikan sebagai buah tangan.
Bagi orang Melayu yang tinggal di desa, mayoritasnya menjalankan
aktivitas pertanian dan menangkap ikan. Aktivitas pertanian termasuk
mengusahakan tanaman padi, karet, kelapa sawit, kelapa, dan tanaman campuran
(mixed farming). Orang Melayu yang tinggal di kota kebanyakannya bekerja
dalam sektor dinas, sebagai pekerja di sektor perindustrian, perdagangan,
pengangkutan, dan lain-lain. Penguasaan ekonomi di kalangan orang Melayu
perkotaan relatif masih rendah dibandingkan dengan penguasaan ekonomi oleh
penduduk non-pribumi, terutamanya orang Tionghoa.
7. Kesenian (Muhammad Bagja S J3B818109)
Budaya Melayu merupakan ciri dan identitas paling dominan dalam
keragaman budaya dan berbagai kegiatan sosial, suku melayu adalah orang-orang
asli Pribumi, hal ini dapat dilihat dari bentuk-bentuk rumah beraksitektur gaya
melayu rumah-rumah pribumi didesa-desa dan kantor-kantor pemerintahan tetap
mempertahankan corak melayu. Bahasa sehari-hari dipergunakan adalah bahasa
melayu yang dipahami oleh sebagian besar Masyarakat secara luas dimana induk
bahasanya bahasa indonesia. Ada pula kesenian tari dikabupaten karimun batam
yaitu tarian persembahan, tarian persembahan Merupakan tarian tradisional
Melayu yang sering digunakan dalam upacara adat atau menyambut tamu
kehormatan yang datang di Karimun. Sebagai putih hati disuguhkan ‘tepak sirih’
yang didalamnya ada lipatan daun sirih sebagai simbol persaudaraan, dan
ketulusan. Kabupaten Karimun mempunyai berbagai adat istiadat dan tradisi yang
hidup hingga kini, pada perayaan perkawinan, upacara agama, terutama adat
melayu, selalu dilakukan oleh masyarakat setempat. Suasana Keakraban,
kehangatan akan terasa ketika rangkaian perayaan yang digelar sepanjang tahun
ini, seperti sampan layar dan jong, Festival Dangkong dan atraksi lainnya.
18

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum Identifikasi Aspek dan Elemen Budaya pada


Masyarakat Pedesaan di Kabupaten Karimun, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut.
1. Aspek budaya masyarakat pedesaan di Kabupaten Karimun meliputi ide atau
gagasan, kegiatan, dan benda-benda hasil karya.
a. Ide atau gagasan masyarakat seperti membuat inovasi bursa untuk
meningkatkan perekonomian warga, masyarakat Kabupaten Karimun
Masih mempercayai system perbangkan PT Riau, dan dengan membuat
perencanaan elektronika dalam meningkatkan pembangunan daerah
b. Masyarakat Kabupaten Karimun biasa melaksanakan kegiatan peringatan
HUT Kabupaten, tepuk tepung tawar, dan festival yang biasa dilaksanakan
secara rutin.
c. Benda hasil karya yang dihasilkan masyarakat Kabupaten Karimun yaitu
batik yang beragam dan tanjak, yang merupakan aksesoris kepala yang
dijual sebagai souvenir.
2. Elemen budaya masyarakat edesaan di Kabupaten Karimun meliputi bahasa,
sistem pengetahuan, sistem religi, sistem perlengkapan hidup dan teknologi,
sistem matapencaharian, serta sistem kekerabatan.
a. Bahasa yang digunakan di Kabupaten Karimun didominasi oleh bahasa
dialek Johor-Riau.
b. Kabupaten Karimun memiliki prosesi tepuk tepung tawar dan memiliki
kampong toga yang berhasil menjadi juara 1 Nasional.
c. Kabupaten Karimun di dominasi oleh penduduk yang beragama islam,
namun masih ada yang mempercayai berbagai hal mistis seperti kemponan,
bomoh, dan santau.
d. Kabupaten Karimun pada masa kerajaan dipimpin oleh Raja atau Ratu
Kerajaan Johor, namun pada masa sekarang masyarakat Kabupaten
Karimun mengikuti system pemerintahan demokrasi.
e. Kabupaten Karimun memiliki peralatan hidup berupa alat berburu dan
perikanan.
f. Matapencaharian di Kota Batam didominasi oleh matapencaharian
pertanian dan nelayan.
g. Kesenian di Kabupaten Karimun dipengaruhi kebudayaan melayu, seperti
tarian persembahan.
19

DAFTAR PUSTAKA

Desma Yulia, A. O. (2017). SEJARAH PERKEMBANGAN MITOS SEBAGAI


KEHIDUPAN SOSIAL. Dimensi , 385-392.
Hadiawan, K. (2017, April 16). RiaOne.com. Ragamnya Dialek Bahasa Melayu
Riau, Ini Lengkapnya... , hal. 1.
Hansen, Heimgartner dan Linden A. 2002. Identification Reaction. Zurich: UoZ
Press.
Hawadi, R. A. 2002. Identifikasi Keberbakatan Intelektual Melalui Metode Non
Tes. Jakarta: Grasindo.
Koentjaraningrat. 1985. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:
Gramedia.
Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Musnawati D. 2012. Identifikasi Perkembangan Tata Nilai Kebudayaan (Studi
Kasus Desa Kao Halmahera Utara). Bandung: Universitas Islam
Bandung.
Parsons, T. 1985. Esei-esei Sosiologi Talcott Parsons. Jakarta: Aksara
Persada.
Soekanto, S. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grapindo Persada.
Wibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Parsada.
20

LAMPIRAN

Lampiran 1 Prosesi Tepuk Tepung Lampiran 3 kampung Toga Asam


Tawar

Lampiran 4 Vihara Buddha Dieppa


Lampiran 2 Masjid Agung Kabupaten
Karimun

Anda mungkin juga menyukai