DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL i
DAFTAR GAMBAR ii
DAFTAR LAMPIRAN ii
I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Maksud dan Tujuan 4
C. Output (Keluaran) 4
D. Dasar Hukum 5
E. Kerangka Pikir 6
II KONSEP DAN RENCANA STRATEGIS 8
A. Pendekatan Strategis 8
B. Strategi-Strategi Utama 8
1. Strategi Rentang Waktu Pengembangan 8
2. Strategi Kewilayahan Pengembangan 10
C. Rencana Strategis Program Pengembangan 14
1. Outcome 1: Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai
Mengalokasikan Anggaran untuk Pengembangan
Ekowisata dalam APBD 18
2. Outcome 2: Ketersediaan Produk Ekowisata yang Dikelola
oleh Pokdarwis/ Masyarakat 23
3. Outcome 3: Kemudahan untuk Mengakses Informasi dan
Tersedianya Referensi mengenai Produk Ekowisata 30
4. Outcome 4: Adanya Transaksi Jual-Beli Produk Ekowisata 34
A. Tata Waktu dan Pembiayaan Program Pengembangan 37
Ekowisata
B. Organisasi Pelaksana Pengembangan Ekowisata di Kawasan 42
Taman Nasional Siberut
1. Organisasi Pelaksana 42
2. Kebutuhan Tenaga Ahli 42
3. Uraian Tugas Keanggotaan Organisasi Pelaksana 43
III PENUTUP 47
DAFTAR PUSTAKA 49
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Pikir 7
Gambar 2 Strategi Rentang Waktu Pengembangan Ekowisata di
Kawasan Terintegrasi Taman Nasional Siberut 10
Gambar 3 Penerapan Konsep Kewilayahan 14
Gambar 4 Struktur Organisasi Pengembangan Ekowisata 24
Gambar 5 Ilustrasi Denah Ekowisata 31
Gambar 6 Ilustrasi Signage/Papan pengarah 32
Gambar 7 Ilustrasi papan interpretasi daya tarik wisata 33
Gambar 8 Struktur Organisasi Pelaksana Proyek 43
DAFTAR LAMPIRAN
PENGEMBANGAN EKOWISATA
iii
A. Pengertian Ekowisata
Ekowisata merupakan alih kata dari ecotourism (ecological toursm) yaitu kegiatan wisata
yang berbasis atau menggunakan sistem hubungan antara mahluk hidup atau organisme (SD
Alam Hayati termasuk SD Manusia) dengan lingkungannya.
World Conservation Union (WCU) memberi batasan bahwa ekowisata adalah
perjalanan wisata ke wilaayah-wilayah yang memiliki lingkungan alam yang masih alami
dengan menghargai warisan budaya dan alamnya, mendukung upaya konservasi, tidak
menghasilkan dampak negatif dan memberi keuntungan sosial ekonomi serta menghargai
partisipasi penduduk lokal.
Ekowisata dapat didefinisikan sebagai konsep dasar dari wisata berkelanjuatan yang
mempertimbangkan tiga (3) pilar, meliputi ekologi, ekonomi dan sosial budaya, yaitu
bertanggungjawab terhadap kelestarian areal, memberi manfaat secara ekonomi, dan
mempertahankan keutuhan budaya dari masyarakat setempat.
Pernyataan lain menyebutkan bahwa tujuan dari ekowisata adalah :
i) untuk memberi manfaat kepada masyarakat lokal tanpa menlenyapkan sistem
ekonomi mereka,
ii) untuk melindungi sumberdaya lingkungan, alam dan budaya dengan berbasis pada
wisata,
iii) untuk mengharuskan perilaku sopan-santun pelaku rekreasi dan wisatawan, sama
baiknya dengan dukungan pelaksana rekreasi dan wisata komersil.
Fungsi Ekowisata dari Kawasan Esensial Ekositem Rawa Gelam, secara teknis merupakan
kegiatan manipulasi atau rekayasa lahan dan SD Alam dari zona pemanfaatan secara optimal
guna menghasilkan produk kegiatan ekowisata yang ekologis, ramah lingkungan, bermartabat
dan mensejahterakan masyarakat lokal khususnya desa sekitar. Ruang lingkup pengembangan
ekowisata meliputi : identifikasi potensi sumberdaya, pemilihan obyek wisata dan
sarana/prasarana yang perlu dibangun penyusunan program dan paket ekowisata yang
disediakan, penetapan segmen pasar sasaran, distribusi dan promosi, Pengelolaan Kawasan dan
Obyek Wisata serta pengorganisasian dan pengadaan SD manusia pengelola.
B. Obyek Ekowisata
Obyek ekowisata berdasarkan pengertian ekowisata sebagaimana dikemukakan diatas,
adalah segenap sumberdaya (SD) yang terdapat di lokasi atau daeral tujuan wisata yang
berguna atau yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan wisata , meliputi SD alam serta SD
budaya dan apiritual.
Sumber daya dari Kawasan Esensial Rawa Gelam sekitar kanal PT AGM yang potensial
untuk dikembangkan seebagai obyek ekowisata adalah Ekosistem rawa gelam di sekitar kanal
PT AGM dan satwa Bekantan (N. Larvatus) yang menempatinya, serta potensi sosial budaya
desa sekitar.
1. Obyek ekowisata Bekantan (N. larvatus)
Bekantan berpotensi tinggi sebagi obyek ekowisata karena tergolong sebaia satwa endemik
Indonesia, populasinya langka serta bentuknya unik dan khas, atau lebih khusus lagi Bebantan
adalah satwa endemik Pulau Kalimantan dan merupakan salah satu sawa yang dilindungi. Dalam
daftar klasifikasi satwa yang dilindungi menurut IUCN, tercatat sebagai satwa appendik 1,
yaitu endanger species karena keadaan pupulasinya tergolong langka sebagai akibat faktor
gangguan manusia (perburuan untuk dikonsumsi atau sebagai pakam ikan), konversi lahan.
Populasi bekantan dalam jumlah yang cukup besar diketemukan terkonsentrasi di daerah hutan
iv
rawa gelam yang ada di Kabupaten Patin, khususnya di sekitar kanal PT AGM. Berdasarkan
hasil penelitian terakhi tahun 2013, populasi bekantan di sekitar kanal tersebut berjumlah 112
individu yang tersebar dalam 11 kelompok. Jumlah bekantan terbanyak ditemukan di lokasi KA
1 bagian tepi kanan sungai, yaitu pada kilometer 13,9 -15,3 sebanyak 51 individu. Sedang di
bagian tepi kiri kanal di KL 6 atau kilometer 9,5 – 8,7 sebanyak 48 indiidu dan di KL 8 atau
kilometer 2,6 – 2, 1 sebanya 47 individu.
Pemerintah Propinsi Kalimantan Selatan telah memilih dan menetapkan Bekantan sebagai
maskot daerah. Namun pada kenyataan di lapangan kondisinya jauh dari dugaan, populasinya
cenderung makin menurun dan daerah penyebarannya makin menyempit, acapkali beberapa
ekor dalam kelompok kecil ditemukan pada vegetasi alam di tepi sungai atau kebun karet.
Sikap masyarkat pada umumnya belum menunjukan rasa peduli dan rasa mencintai.
Tingkat pengetahuan masyarakat desa sekitar kawasan (dari beberapa orang yang
diwawancara) terbatas pada mendengar namanya. Demkian halnya dengan penduduk yang
tinggal di kota, sebahagian saja dari mereka yang telah mengenal bekantan dari totonan di
televisi .
Keberhasilan program penyelamatan keberadaan bekantan pada habitat rawa gelam di
Kalimantan Selatan dipastikan akan membangun citra daerah dan rasa memiliki masyarkat yang
akan diwariskan bagi generasi yang akan datang. Pemgembangan ekowisata dengan obyek
bekantan merupakan upaya strategis dalam mengglang dukungan mesyarakat sekaligus
menambah penghasilan masyarakat dan pendapatan daerah Propinsi Kalsel. Untuk tercapainya
keberhasilan usaha tersebut memerlukan dukungan segenap lapisan masyaraka, selain dilakukan
kegiatan pengelolaan bekantan dan habitatnya.
Secara audiovisual, sosok satwa bekantan dan kehidupannya mempunyai daya tarik tersendiri.
Kegiatan wisata yang dapaat ditawarkan kepada wisatawan adalah fotogrfi secara audio visual,
mengati populasi dan habitat, mengamati prilaku dan mengamati morphologinya.
Luas keseluruha areal ekosistem hutan rawa gelam di sekitar saluran kanal PT AGM yang
potensial untuk ditetapkan sebagai Kawasan Lindung Esensial diperkirakan mencapai sekitar
1900 ha. Bagian ekositem rawa gelam yang dimiliki PT AGM ada sepanjang 28,5 km di sisi
kiri dan kanan dari kanal sungai Mati dan S. Puting dengan luas sekitar ± 120 ha. Sedangkan
rawa gelam yang dimiki atau digarap menduduk desa luasnya 90,5 ha.
Saat ini hutan rawa gelam yang tersisa tersebut dalam kenyataannya tidak utuh lagi karena tetap
menjadi sasaran masyarakat untuk diambil kayunya atau dijadikan lahan garapan namun
demikian ekosistem ini tetap mempunyai nilai keunggulan penting dan mempunyai daya tarik
tersendiri untuk obyek ekowisata karena potensi sd Hayatinya dan beberapa kharakternya yaitu:
sebagai suatu tipe ekosistem hutan tropika basah yang khas dan langka, secara geofisik berfungsi
sebagai reservoar air dan sebagai habitat satwa bekantan yang endemik dan juga langka.
Potensi SDA hayati yang berpotensi sebagi obyek wisata adalah :
1) Flora, berdasar hasil inventarisasi ada sebanyak 26 jenis (Srimulyaningsih, S dan Hadi S.
Alikodra, 2013) (Lampiran ..........), meliputi ± 12 jenis pepohonan dari tingkat semai sampai
tingkat pohon, tumbuhan bawah, liana, rerumputan, dan anggrek. Kelompok pepohonan tingkat
pancang, tiang dan tingkat pohon ada 10 jenis, dan yang banya ditemukan antara lain : Pulantan
(Alstonia angustiloba), Mangobi (Decaspermum fruticosum), Gelam (Melaleuca cajuputi) dan
v
Hapoak (Elaeocarpus glaber). Di bagian tepi kiri kanal, tingkat pohon yang mendominasi
adalah yang pertama Pulantan ((INP 2248,87 %) , kemudian kedua Tumih (INP 14,65 %) dan
ketiga Tarantang (INP 9,73 %), sedangkan di tepi kanan adalah Pulantan (INP 253,48 %) dan
Hapoak (INP 18,61 %). Pohon Gelam tidak banyak ditemukan, kemungkinan karena banyak
digunakan masyarkat atau faktor lain.
Manfaat ekowisat dari jenis flora yang dapat diperleeh adal pengetahuan bilogi dan atao ekolo,
pengetahuan kegunaannya dan pengetahuan budidayanya atau cara konservasinya.
2) Fauna, yang berhasil diinventarisasi ada 32 jenis, terdiri dari :
a. Mamalia, jenis yang mudah ditemukan selain bekantan ada jenis yaitu : rusa, babi (Sus
sp.), lutung (Presbitis cristata), warek (Macaca fascuculris), bajing, musang, tikus hutan,
b. Reftilia, yaitu : biawak (Varanus salvator), kura-kura ambon (Caura amboinensis), kadal, dan
beberapa jenis ular,
c. Aves (burung), ada 34 jenis (Lampiran ). Burung yang mudah dijumpai di lapangan
karana ukurannya yang besar dan kurang peka terhadap manusia ada 13 jenis, antara lain: elang
hitam, elang bondol/ elang laut dada putih, elang kelelawar, elang tikus, raja udang / kakak
sungai, bangau tongtong, kuntul, kareo padi, kerak jambul, perkutut, tekukur, punai dan wiwik
kelabu).
Kegiatan wisata yang dapat diselenggarakan dengan memanfatkan potensi SDA yang dimiliki
antara lain wisata pendidikan, wisata penelitian, minat khusus fotografi dan penjelajahan. Perlu
dilakukan pengelolaan ekosistem hutan rawa gelam untuk menjamin keberadaan dan kulitas
obyek ekowisatanya.
Sumber daya budaya dan spiritual dari ke-5 desa sekitar tersebut yang potensial sebagai obyek
ekowisata adalah : budaya pertanian : budidaya padi sawah, pembuatan tepung sagu rumbia,
palawija di lahan kering tadak hujan, peternakan bebek, kerajinan anyaman, budaya kesenian
(musik rebana, permainan pencak silat, permainan anak-anak), dan budaya spiritual (peringatan
bulan maulud, berjiarah). Pemanfaatan SD budaya dan spiritual dari desa tersebut dapat
diintegrasikan dengan program ekowisata dari Kawasan Lindung Eseslal Hutan Rawa Gelam..
1.2. Program wisata bemalam . Program ini termasuk bagian dari kegiatan wisata minat khusus
dengan fojus pada kegiatan wisata untuk memahami kehidupan di daerah rawa gelam sejak sore
hari sampai pagi hari. Selama waktu tersebut otomatis wisatawan dapat mengamati bekantan
pada waktu sere dan pagi harinya. Kegiatan rekresi alam yang dapat dinikmati selam bermalam
adalah memancing dan merekam alunan suara hewan nokturnal seperti burung hantu, katak dan
jengkrik. Pada saat senggang di tempat bermalam (tenda), dapat diisi dengan acara paparan
pengelahuan alam dan diskusi tentang pengetahuam alam yang berkao=itan dengan obyek minat
khusus. Cerita rakyat, legendaris desa atau keteladanan pejuang desa dapat diisikan dalam acara
senggang di malam hari.
Sesuai dengan keadaan lapangan dan obyek wisata, sebagai tahap awal pengembangan
dalam jangka pendek maka pelaksanan program ekowisataakan diselenggarakan dengan dua
paket wisata pendidikan, yaitu: 1) peket wisata kehidupan satwa bekantan (Paket WKSB) dan
2). Paket wisata hutan rawa gelam (Paket WHRB). Paket WKSB yang pertama dapat disediakan
untuk kedua program wisata, baik untuk program wisata harian maupun untuk program wisata
bermalam. Sedangkan Paket WHRB hanya teersedia untuk program wisata harian.
1. Paket WKSB
vi
i
Rancangan penyelenggaraan Paket WKSB untuk mengisi program wisata harian atau pun
program wisata bermalam disediakan untuk wisatawan dengan minat khusus dengan dengan misi
pendidikan cinta bekantan dan lingkungan sehingga dapat terbangun adanya masyarakat
pencinta alam dan penyelamat bekantan yang yuga menghargai kebudayaan. Untuk
mewujudkan maksud yang mendasar tersebut maka dalam susunan acara pokoh mengenal
bekantan tercakup acara budaya. Segmen wisatawan sasaran diprioritaskan pada kelompok
pelajar SLTA , mahasiswa, kelompok kepemudaan dan keluarga menengah keatas, LSM atau
kelupok lainnya dengan syarat sudah terorganisir agar memudahkan dalam pengelolaannya atau
pemanduannya di lapangan. Kegiatan ekowisata harian diprogramkan untuk durasi selama 5-6
jam, mulai jam 09.00 dan berakhir pada jam 15.00. Sedang untuk program wisata bermalam
durasinya sama selama 5 – 6 jam tetapi terpotong waktu istirahat yang panjang pada malam hari
selama 7 jam. Kegiatan wisata yang pertama dimulai jam 15.00 sampai jam 21.00, dan kegiatan
ke 2 dimulai jam 05.00 pagi sampai jam 9.00. Berikut rancangan acara penyelenggaraan Paket
WKSB :
Lokasi : Zona Pemanfaatan
Durasi : 6 Jam
Jadwal dan Susunan Acara : Seperti tertuang dalam Tabel 1 susunan acara meliputi 7 topik
(komponen).
2. Paket WHRB
Rancangan penyelenggaraan Paket WHRB yang hanya untuk mengisi program wisata
harian juga disediakan bagi wisatawan dengan misi yang sama yaitu misi pendidikan cinta
alam dan lingkungan. Demikian juga halnya dalam mewujudkan misinya tersebut maka
diantara acara pokoknya untuk mengenal ekosistem ekosistem hutan rawa gelam diselipkan
komponen acara budaya lokal. Segmen wisatawan yang menjadi sasaran juga sama kecuali
segmen keluarga yang tidak termasukan, yaitu kelompok pelajar SLTA , mahasiswa, dan
vi
ii
kelompok kepemudaandan LSM atau kelumpok lainnya yang terorganisir. Kegiatan ekowisata
di lapangan diprogramkan mulai jam 09.00 dan berakhir pada jam 15.00. Berikut rancangan
acara penyelenggaraan Paket WKSB :
Lokasi Penyelenggaraan : Zona Pemanfaatan
Durasi : 6 Jam (jam 09.00 – 15.00)
Jadwal dan Susunan Acara : Seperti tertuang dalam Tabel 2 susunan acara terdiri dari 7 topik
(komponen)
No. Waktu Acara Lokasi Penanggungjawab
1. 15’ Pembukaan dan Penjelaan Arena plaza Panitia
program
2. 15’ Persiapan perlengkapan Arena plaza Panitia
dan kelompok per 10
orang
3. 60’ Mengamati dan interpretasi Jalur board wolk Pemandu
alam ttg Hutan Rawa B
Gelam dan lingkungan sepanjang 1 km
4. 30’ Isoma dan diskusi Shalter Ke -1 Pemandu
5. 60’ Pengamatan dan Jalur board wolk Pemandu
interpretasi lanjutan B sepanjang 1 km
6. 60’ Rekreasi alam dan budaya Jalur board wolk Pemandu
sambil kembali ke kamp
7. 60’ Isoma dan diskusi Arena Plaza Panitia
8. 30’ Persiapan pulang Plaza Panitia
masyarakat KALSEL terhadap ekowisata bekantan. Hal ini sangat penting untuk mewujudkan
masyarakat Propinsi Kalimatan Selatan menjadi suatu komunitas konservasionis yang mencintai
bekatan serta peduli terhadap keberadaan budaya daerah. Oleh karna itu segmen pasar sasaran
yang dipilih harus dapat menempati posisi yang membawa pengaruh besar terhadap peningkatan
pasar sasaran dari ekowisata bekantan.
Segmen pasar diatas diperkirakan sesuai untuk diprioritaskan yang terutama adalah anak
sekolah dan mahasiswa. Kegiatan yang perlu dilakukan adalah mengadakan promosi melalui
kujungan ke sekolah atau kampus yang perguruan tinggi , atau promosi melalui organisasi
persatuan pelajar, organisai mahasiswa. Pemasaran dengan pendekatan sistem distribusi dan
promosi kepada pengambil kebijakan atau pimpinan lembaga diharapkan menjadi penyalur
efektrif dan efisien untuk penyaluran informasi mengena produk jasa ekowisata. Pemasan dapat
dilakukan juag melalui media majalah, televisi dan radio.
Sarana yang harus dipersiapkan adalah bahan promosi berupa leaflet, atau booklet dan
sejenisnya, dilengkapi bahan ceramah (power point). Selanjutnya diadakan lomba tulis dengan
pendekatan sistem perhagan untuk meningkatkan motivasi.
F. PENGELOLAAN EKOWISATA
Pengelolaan ekowisata dalam tingkat mikro (organisai pelaksana ) yang utama dibutuhkan
meliputi pengelolaan kawasan, pengelolaan obyek wisata, dan pengelolaan pasar sasaran ,
1. Pengelolaan Kawasan
Kawasan yang dikelola adalah seluruh wilayah yang diperutukan sebagai Kawasan Lindung
Esensial Hutan Rawa Gelam 235,5 ha, terdiri dari areal / Zona inti (core area) seluas 120 ha,
areal pemanfaatan (ekstensif dan intensif} di bagian tepi kiridan kanan Kanal PT AGM
sepanjang 28,5 km seluas ±22 ha dan area penyangga ( garapan masyarkat) seluas 90,5 ha
(Lampiran .... : Peta Zonasi). Penglolaan kawasan yang diperlukan terdiri dari pengukuhan
status hukum kawasan, penataan kawasan menurut fungsi kawasan atau zonasi, penataan batas
kawasan, dan pengamanan kawasan dari pengaruh lingkungan, penghutanan kembali .
Penghutanan kembali ( Reboisasi)
Dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu :
1) sistem permudaan alam dengan sedikit campur atau tanpa tangan manusia. Campur tangan
manusia yaitu dalam kegiata persiapan lahan dan pada kegiatan pemeliharaannya. Kegiatan
pemeliharaan terbatas pada pengendalian invasi jenis eksotik atau pohon pengganggu lainnya.
2) Sistem permudaan buatan. Manusia membuat persemaaian dengan benih yang dipungut dari
hutan , terutama untuk jenis yang dominan, Selanjutnya setelah bibit cukup kuat, kira-kira
berumur 6 -12 bulam ditanam dilapangan yang dipersiapkan. Dengan jarak tanam cukup rapat
sekitar 2x2 m.
Pengelolaan obyek wisata dimaksudkan untuk membangn dan meningkatkan nilai obyek wisata
sehingga memiliki daya tari k yang besar dan agar juga tersedia untuk pemenfaatannya.
Pengelolaan yang diperlukan menurut obyek wista , adalah :
1. Obyek wisata Bekantan
Kegiatan pengelolaan yang diperlukan :
· Monitoring populasi, habitat dan prilaku pergerakan
· Pencegahan gangguan langsung oleh manusia
x
Pembanguan dan pengadaan sarana wisata di lapangan mempertimbangkan faktor status lahan
dan fungsi lahan, fungsi sarana, kebutuhan pengunjung, dan faktor pengruh lingkungan (air,
angiin, sinar matahari, kemanan) keindahan dan budaya.
Jenis dan jumlah sarana utama yang harus disiapkan untuk memungkinkan terselengaranya
kegiatan wisata di lapangan adalah sebagai berikut :
Tabel : Jenis, jumlah dan lokasi penempatan sara wisata.
No. Jenis SaranA Jumlah Fungsi Lokasi Keterangan