Anda di halaman 1dari 186

MANAJEMEN STRATEGI

PENGEMBANGAN PARIWISATA
PROPINSI SULAWESI TENGAH

Edisi Pertama

Oleh:
WAHYUNINGSIH
MUZAKIR

Penerbit

2020

i
MANAJEMEN STRATEGI PENGEMBANGAN
PARIWISATA PROPINSI SULAWESI TENGAH
Wahyuningsih Dan Muzakir. Palu: Untad Press, 2020
v hal + 78 hal.; 23 x 29 cm

1. Non Fiksi i. Judul ii. Wahyuningsih

Kutipan Pasal 72:


Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hal Cipta No. 19 Tahun 2002
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayar (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat
(2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu)
bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp5.000.000.000 (lima miliar rupiah)
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau
menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta
atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp500.000.000 (lima ratus juta rupiah).

Penerbit:
UNTAD Press
Jl. Soekarno Hatta KM. 9 Palu
Sulawesi Tengah 94118

ii
KATA PENGANTAR
Pariwisata menjadi topik yang menarik untuk dibahas dan dikaji akhir-akhir
ini. Hal ini disebabkan karena pariwisata banyak memberikan manfaat bagi
kemajuan bangsa dan negara. Pariwisata yang dikembangkan dengan baik
akan meningkatkan devisa negara, menyerap tenaga kerja sehingga
mengurangi pengangguran, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan
pengembangan wilayah yang pada akhirnya bermanfaat untuk kesejahteraan
rakyat. Tidak hanya pada skala nasional, pengembangan pariwisata harus
dilakukan di daerah, termasuk di Provinsi Sulawesi Tengah. Agar pariwisata
dapat dikembangkan secara optimal, maka perlu disusun buku tentang
Manajemen Strategi Pengembangan Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah.
Buku ini berisi landasan teori terkait manajemen strategi dan
pengembangan pariwisata. Selain itu juga disajikan gambaran umum tentang
kondisi kepariwisataan Provinsi Sulawesi Tengah, tinjauan kebijakan
kepariwisataan baik nasional maupun kebijakan di daerah, dan rumusan
strategi. Secara umum, strategi pengembangan pariwisata yang dirumuskan
dalam buku ini dibagi menjadi empat strategi utama, yaitu strategi
pengembangan: (1) destinasi, (2) kelembagaan, (3) industri, dan (4)
pemasaran. Masing-masing strategi diuraikan secara rinci, sehingga
memudahkan bagi para pembaca dari berbagai kalangan, baik akademisi dan
praktisi yang tertarik dibidang pariwisata dapat memperoleh manfaat. Di akhir
bab, buku ini menyajikan kesimpulan dan rekomendasi yang secara operasional
dapat ditindaklanjuti oleh pihak terkait.
Keberhasilan program pengembangan pariwisata membutuhkan
dukungan dan peran aktif semua stakeholders termasuk pemerintah, sektor
swasta, LSM, dan masyarakat baik di tingkat pusat, provinsi maupun di tingkat
kabupaten/kota. Buku ini diharapkan dapat mengarahkan fokus pengembangan
pariwisata di Sulawesi Tengah berdasar pada strategi yang ditawarkan agar
daya saing pariwisata dapat ditingkatkan. Selanjutnya, pengembangan
pariwisata dapat ditindaklanjuti dengan program-program yang melibatkan

iii
peran aktif masyarakat (community based tourism) sehingga kesejahteraan
masyarakat dapat diwujudkan.
Semoga buku ini bermanfaat bagi para pembaca baik akademisi,
praktisi, pemerintah, swasta, dan masyarakat, khususnya para pengambil
keputusan (decision maker) yang menyusun strategi kebijakan dalam
pembangunan kepariwisataan di Provinsi Sulawesi Tengah. Kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku ini, diucapkan banyak
terima kasih.

Palu, 6 Juni 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul i
Kata Pengantar iii
Daftar Isi v
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar xi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
1.5 Metodologi 4
BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN KEBIJAKAN
6
KEPARIWISATAAN
2.1 Landasan Teori 6
2.1.1. Definisi Manajemen 6
2.1.2 Definisi Strategi 7
2.1.3 Manajemen Strategi 9
2.1.4 Definisi Pariwisata 11
2.1.5 Pengembangan Pariwisata 13
2.1.6 Pentingnya Sektor Pariwisata 15
2.2. Kebijakan Kepariwisataan 20
2.2.1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005 – 2025 20
2.2.2. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan 24
2.2.3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintah Daerah 28

v
BAB III GAMBARAN UMUM PARIWISATA PROVINSI
32
SULAWESI TENGAH
3.1. Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN)
32
3.2. Wilayah Sulawesi Tengah
3.3. Kawasan Pariwisata Sulawesi Tengah 35
3.4. Upaya Pengembangan Destinasi Pariwisata Provinsi
37
Sulawesi Tengah
BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA
49
PROVINSI SULAWESI TENGAH
4.1 Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata Provinsi
47
Sulawesi Tengah
4.1.1. Strategi Perwilayahan Pariwisata Provinsi Sulawesi
47
Tengah
4.1.2. Strategi Pengembangan Fasilitas (Amenitas)
49
Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah
4.1.3. Strategi Pengembangan Sistem Transportasi 51
4.1.4. Strategi Koordinasi Lintas Sektor 52
4.1.5. Strategi Pengembangan Tanggung Jawab Terhadap
52
Lingkungan
4.1.6 Strategi Pemberdayaan Masyarakat 55
4.1.7 Strategi Investasi Pariwisata 57
4.2 Strategi Pengembangan Kelembagaan Pariwisata
58
Provinsi Sulawesi Tengah
4.2.1. Strategi Pengembangan Sumber Daya
58
Kelembagaan Pariwisata
4.2.2 Strategi Peningkatan Kompetensi Sdm Pemerintah
62
Dan Swasta
4.3 Strategi Pengembangan Industri Pariwisata Provinsi
64
Sulawesi Tengah
4.3.1 Strategi Pembangunan Struktur Industri Pariwisata
64
Provinsi Sulawesi Tengah

vi
4.3.2 Strategi Peningkatan Daya Saing Produk Pariwisata 65
4.3.3. Strategi Pemberdayaan Umkm Masyarakat
65
Dibidang Pariwisata
4.3.4 Strategi Peningkatan Kredibilitas Bisnis Industri
68
Pariwisata
4.4 Strategi Pemasaran Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah 68
4.4.1 Strategi Bauran Pemasaran 68
4.4.2 Strategi Segmentasi 70
4.4.3 Strategi Optimalisasi Peran dalam Pemasaran
71
Pariwisata
BAB V PENUTUP 74
5.1. Kesimpulan 74
5.2. Rekomendasi 78
DAFTAR PUSTAKA 81

vii
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kawasan Pengembagan pariwisata nasional 33
(KPPN) Sulawesi Tengah
Tabel 3.2. Rincian Kawasan Andalan Pariwisata di 35
Sulawesi Tenga
Tabel 3.3. Rincian Pariwisata Wisata Alam di Sulawesi 36
Tengah
Tabel 3.4. Rincian Pariwisata Wisata Alam laut di 37
Sulawesi Tengah
Tabel 4.1. Strategi Bauran Pemasara 69
Tabel 4.2. Strategi Segmentasi Berdasarkan Lifestyle 71
Wisatawan

ix
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peringkat Daya Saing Pariwisata Indonesia 2019 2
Gambar 2.1. Model Manajemen Strateg 10
Gambar 3.1 Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) Togean- 34
Gorotalo dan Sekitarny
Gambar 3.2 Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) Toraja-Lore
34
Lindu dan Sekitarnya

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Pariwisata menjadi topik yang menarik untuk dibahas dan dianalisis akhir-
akhir ini. Hal ini karena sektor pariwisata memiliki berbagai keunggulan
diantaranya adalah penerimaan devisa, penyerapan tenaga kerja, trickle down
effect ke sektor ekonomi terkait, dan pemanfaatan sumber daya domestik yang
mendukung kebijakan ekonomi inklusif. Penerimaan devisa dari sektor
pariwisata merupakan bagian dari pendapatan korporasi maupun rumah tangga
penyelenggara jasa. Peran sektor pariwisata semakin penting sejalan dengan
perkembangan dan kontribusi yang diberikan sektor pariwisata melalui
pengembangan wilayah, maupun dalam penyerapan investasi dan tenaga kerja
serta pengembangan usaha yang tersebar di berbagai pelosok wilayah di
Indonesia.
Dalam beberapa dekade terakhir, Travel & Tourism dan ekosistem
pendukungnya telah terbukti menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi yang
signifikan, berkontribusi lebih dari 10% terhadap PDB global dan menyumbang
1 dari 10 pekerjaan di planet ini. Industri ini terus menjadi kekuatan yang baik,
memberikan peluang unik bagi negara berkembang dan negara berkembang
untuk meningkatkan rantai nilai.
Menurut The Travel and Tourism Competitiveness Report tahun 2019,
pariwisata Indonesia menempati posisi ke-40 dari 136 negara tujuan wisata naik
dua peringkat dari posisi tahun 2017. Data ini menunjukkan tren positif
kunjungan wisatawan ke Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun.
Kampanye pemasaran pariwisata Indonesia “Wonderful Indonesia” meraih
penghargaan Most Popular Both Awards dan Most Outstanding Both Awards
pada pameran pariwisata Beijing International Travel Expo (BITE) 2018 yang
dilaksanakan di China National Convention Center. Selain itu, Indonesia juga
meraih penghargaan di bidang inovasi wisata dari United Nation World Tourism
Organization (UNWTO).

xii
Gambar 1.1
Peringkat Daya Saing Pariwisata Indonesia 2019
Sumber: The Travel and Tourism Competitiveness Report, WEF, 2019.

Sulawesi Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi


besar untuk dikembangkan dari sektor pariwisata. Hal ini dikarenakan Sulawesi
Tengah memiliki beberapa destinasi pariwisata yang eksotis yang tersebar
diseluruh wilayah Kabupaten/kota, namun terdapat tiga destinasi Provinsi
Sulawesi Tengah berdasarkan 3S (Size, Sustain, Spread) berdasarkan tingkat
kunjungan, perkembangan pertahun selama 5 tahun terakhir (Rilis;Kementerian
Pariwisata, 2019) yaitu Kabupaten Banggai dengan spot destinasi Pulo Dua, Air
Terjun Salodik, Pantai Kilo Lima, kemudian Kabupaten Donggala dengan spot
destinasi Pantai Tanjung Karang, Anjungan Gonenggati, Pusat Laut dan
Kabupaten Tojo Unauna dengan spot destinasi Taman Nasional Kepulauan
Togean, Pulau Kadidiri, Pulau Ketupat.
Namun demikian, pembangunan sektor pariwisata di Sulawesi Tengah
dirasakan belum optimal karena masih banyak destinasi wisata yang masih

xiii
minim pengunjung atau wisatawan. Selain itu, sarana dan prasarana serta
aksesibilitas juga masih kurang. Tidak kalah pentingnya adalah aspek
pemasaran, dimana salah satunya adalah promosi keunggulan pariwisata
Sulawesi Tengah masih kurang gencar dan kurang efektif. Olehnya itu,
dibutuhkan strategi pengembangan pariwisata Sulawesi Tengah agar dapat
meningkatkan daya saing daerah secara keseluruhan.

1.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini
adalah “bagaimana strategi pengembangan pariwisata Sulawesi Tengah untuk
meningkatkan daya saing daerah?”. Secara rinci, permasalahan dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
a) Bagaimana strategi pengembangan destinasi pariwisata Provinsi
Sulawesi Tengah?
b) Bagaimana strategi pengembangan kelembagaan pariwisata
Provinsi Sulawesi Tengah?
c) Bagaimana strategi pengembangan industri pariwisata Provinsi
Sulawesi Tengah?
d) Bagaimana strategi pemasaran pariwisata Provinsi Sulawesi
Tengah?

1.3 Tujuan
Tujuan penelitian tentang pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah ini adalah
untuk:
1. Mendapatkan gambaran tentang pembangunan sektor pariwisata di
Sulawesi Tengah
2. Menganalisis potensi dan tantangan kawasan pariwisata prioritas di
Provinsi Sulawesi Tengah.
3. Menganalisis kebijakan terkait dengan pembangunan pariwisata

xiv
4. Merumuskan strategi pengembangan pariwisata Sulawesi Tengah,
yang terdiri dari strategi pengembangan: (a) destinasi, (b)
kelembagaan, (c) industry, dan (d) pemasaran
5. Meningkatkan kesadaran semua stakeholders pariwisata baik
pemerintah, swasta, LSM dan masyarakat agar berperan aktif dalam
pengembangan pariwisata di Provinsi Sulawesi Tengah.

1.4 Manfaat Penelitian


Penerima manfaat dari kegiatan penelitian Pariwisata Provinsi Sulawesi
Tengah ini adalah Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota se-Provinsi Sulawesi Tengah, seperti
Bappeda, Dinas Pariwisata Kabupaten/Kota, serta Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) lainnya,
Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat dimanfaatkan oleh investor, pelaku
usaha pariwisata, dan masyarakat dalam mengembangkan destinasi pariwisata
di wilayah kabupaten/kota masing-masing agar semakin berkualitas dan
berdaya saing nasional maupun internasional.

1.5 Metodologi
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan penelitian kualitatif dengan
mengikuti tahapan kajian ilmiah secara scientific. Beberapa tahapan yang
dilakukan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Persiapan dan Mobilisasi: Kebutuhan personil maupun peralatan-
peralatan dan data pendukung dipersiapkan dengan baik dan disusun
rencana kerja terinci sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga
dapat diselesaikan tepat waktu.
b. Pengumpulan dan Pengolahan Data: Pengumpulan dan pengolahan
data-data yang dibutuhkan melalui pengumpualn data sekunder dan data
primer
c. Tahap Analisis: Teknis analisis data yang dipergunakan dalam kajian ini
meliputi analisis terhadap data yang berupa angka-angka dan laporan yang

xv
berupa data dari BPS dan instansi terkait kemudian dianalisis menggunakan
statistik deskriptif.

Lingkup Objek dan Wilayah Penelitian


Objek penelitian adalah capaian pembangunan 13 (tigabelas)
kabupaten/kota Tahun 2019 disektor pariwisatas sebagai data sekunder,
sementara data primer ditentukan dengan purposive sampling, sehingga fokus
pada daerah tujuan wisata (DTW) sampel 3(tiga) kabupaten dan 1 (satu) kota
yaitu Kabupaten Tojo Unauna, Kabupaten Poso, Kabupaten Donggala dan Kota
Palu.

Metode Pengumpulan Data


Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya adalah:
1. Studi dokumentasi, mengumpulkan data dan informasi berupa:
dokumen-dokumen yuridis berupa Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten/Kota dan Provinsi, Kabupaten
Dalam Angka (KDA) Kabupaten dan Kota Tahun 2019 yang dirilis oleh
Badan Pusat Statistik, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah,
Keputusan Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah/Bupati/Walikota dan lain-
lain; hasil-hasil kajian; artikel-artikel ilmiah, serta dokumen-dokumen lain
yang dianggap terkait dengan kegiatan ini, melalui internet, kliping
koran/majalah atau meminta langsung terhadap sumbernya.
2. Studi Lapangan yaitu dengan mengunjungi langsung lokasi yang
dijadikan wilayah kajian. Teknik studi lapangan dijelaskan berikut ini:
a. Teknik Wawancara kepada pihak-pihak yang terkait seperti
Pemerintah daerah tingkat Kabupaten/Kota sebagai sampel
penelitian.
b. Teknik Observasi yaitu melakukan kunjungan langsung ke lokasi dan
destinasi yang disepakati yaitu spot destinasi di Kabupaten Tojo
Unauna, Kabupaten Poso, dan Kabupaten Donggala serta destinasi

xvi
tertentu yang dianggap penting dan akan memberikan informasi yang
dibutuhkan.
c. Teknik Kuesioner dengan memberikan daftar isian dan pertanyaan
terbuka yang perlu diisi oleh pihak terkait untuk mendapatkan
masukan maupun informasi yang dibutuhkan.
Teknik Pengumpulan data dalam kegiatan ini dibagi menjadi dua kelompok
:
1. Teknik Pengumpulan data Kelompok Lokasi data sekunder
Dalam kelompok ini pengumpulan data dilakukan dengan data sekunder
(data yang diperoleh dari BPS dan OPD terkait).
2. Teknik Pengumpulan data Kelompok lokasi data primer
Kelompok Data primer adalah Kabupaten yang telah ditentukan, yaitu
Kabupaten Tojo Unauna, Kabupaten Poso, Kabupaten Donggala. Adapun
responden pada lokasi terpilih berdasarkan teknik purposive sampling
ditetapkan adalah dari instansi pemerintah (Dinas Pariwisata, Bappeda,
BPBD), pelaku usaha (pengelola hotel, pengelola obyek wisata,
kuliner/rumah makan, toko souvenir, kelompok sadar wisata/pokdarwis);
dan wisatawan (wisatawan mancanegara/asing,wisatawan
nusantara/nasional maupun lokal, dan masyarakat).

BAB II
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN KEBIJAKAN KEPARIWISATAAN

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Definisi Manajemen
Ilmu manajemen telah banyak diaplikasikan oleh para akademisi dan
praktisi diberbagai bidang, baik itu ekonomi, ilmu sosial, teknik, dan sebagainya.
Terlihat pula di setiap organisasi masyarakat, baik yang mencari keuntungan
maupun lembaga-lembaga sosial, bahkan pemerintahan, hampir semua

xvii
menyadari akan arti pentingnya ilmu manajemen yang fungsi-fungsinya
diterapkan di dalam organisasi, untuk memperlancar tugas sehari-hari dan
meningkatkan kinerja organisasi.
Secara umum, kata manajemen sudah sering kita dengar, akan tetapi
manajemen merupakan proses merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin, dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan
menggunakan semua sumber daya yang dimiliki organisasi untuk mencapai
sasaran yang dinginkan oleh organisasi. Sumber daya yang ada dalam
oragnisasi minsalnya seluruh aset yang dimiliki oleh organisasi, baik
manusianya, mesin, bahan mentah, teknologi, citra organisasi, paten, modal
finansial, serta loyalitas pegawai dan pelanggan.
Menurut Manullang (2001) mendefinisikan manajemen sebagai suatu seni
dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penempatan karyawan, pemberian
perintah, dan pengawasan terhadap sumber daya manusia dan alam, terutama
sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih
dahulu. Teori manajemen sebenarnya lebih menjurus pada segi proses
penggunaan setiap ilmu serta seni untuk bersama-sama dan selanjutnya
menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan organisasi.
Teori manajemen adalah sebagai suatu cara pengorganisasian
pengalaman bahwa dalam praktiknya dapat dibuktikan melalui penelitian,
percobaan pengalaman dan prinsip-prinsip serta pengajaran hal-hal
fundamental dalam proses manajemen (Ivancevich, Konopaske, and Matteson,
2009). Lebih lanjut dijelaskan bahwa manajemen mencakup seseorang dalam
oragnisasi yang akan melaksanakan tanggung jawab untuk mencapai tujuan
dalam suatu struktur organisasi. Itu artinya, manajemen berkaitan dengan
organisasi. Di dalam organisasi ada struktur yang jelas dengan pembagian
tugas dan kewenangan formal sebagai upaya menggerakkan personil
melakukan tugas mencapai tujuan.
Organisasi yang akan berjalan sesuai apa yang kita inginkan jika dikelola
dengan cara yangbenar dan sesusai, untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan manajer-manajer handal untuk melakukan pengelolaan pada

xviii
masing-masing departemen. Setiap organisasi yang ada baik itu organisasi
yang besar atau yang kecil pastinya akan memiliki seorang manajer
(pengelola), yaitu orang yang bertanggung jawab untuk melaksanakan aktivitas
penyusunan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pemberian
suatu kata-kata yang dapat mmebangkitkan semangat bagi karyawan serta
mengendalian kegiatan perusahaan.

2.1.2Definisi Strategi
Strategi pada awalnya digunakani di kalangan militer dan diartikan
sebagai seni dalam merancang (operasi) peperangan yang sering dilakukan
oleh para militer, terutama yang erat kaitannya dengan gerakan pasukan dan
navigasi ke dalam polisi perang yang dipandang paling menguntungkan untuk
memperoleh kemenangan. Penetapan strategi tersebut sebelumnya akan
mengaanalisis kekuatan musuh yang meliputi banyak hal seperti jumlah
anggota musuh, bentuk-bentuk persenjataan yang dimiliki, keadaan
dilapangan, letak musuh, dan sebagainya. Dalam perwujudannya, strategi yang
dilakukan selanjutnya akan disempurnakan dan dijabarkan lebih mendalam
sehingga akan menjadi sebuah tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam
medan pertempuran (Ahmadi dan Prasetya, 1997: 11).
Pada dasarnya strategi merupakan suatu proses pencapaian tujuan
jangka panjang. Strategi bisnis yang ada sangat beragam bisa berupa
perluasan geografis, memberikan suatu keunikan, penggabungan anatar satu
oragnisasi dengan oragnisasi yang lain, perluasan pangsa pasar, penetrasi
pasar, rasionalisasi karyawan, divestasi, likuidasi dan joint venture (Kotler,
Kartajaya dan Huan, 2017). Strategi yang sebelumnya telah dibuat atau
direncanakan selanjutnya digabungkan dan dijalankan sehingga dapat dilihat
hasilnya pada sebuah oragnisasi, apakah organisasi dengan strategi yan
dijalankan dapat memberikan suatu keuntungan atau bahkan dapat merugikan
sehingga strategi yang dibuat harus-betul-betul diperhitungkan dan dianalisis
secara baik dan benar.

xix
Perumusan strategi adalah proses penyusunan langkah-langkah yang
kongkrit untuk membangun dan mengembangkan visi dan misi dalam sebuah
organisasi, menetapkan tujuan strategis serta keuangan perusahaan, dan
merancang strategi dalam mencapai tujuan tersebut dalam rangka
menyediakan customer value terbaik. Menurut Kartajaya (1996), langkah yang
dilakukan perusahaan ketika merumuskan strategi, yaitu:
1. Langkah yang awal yang harus dilakukan oleh perusahaan atau organisasi
adalah perusahaan harus dapat melihat lingkungan yang akan dimasuki
perusahaan dan selanjutnya dapat menentapkan misi perusahaan untuk
bisa mencapai visi yang diinginkan dalam lingkungan tersebut.
2. Selanjutnya perusahaan atau organisasi harus bisa Melihat lingkungan
yang ada dalam perusahaan atau prganisasi dan diluar perusahaan atau
organisasi sehingga akan mengetahui apa kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki oleh perusaah sendiri.
3. Membuat acuan-acuan pengukuran sebagai landasan pengukuran
keberhasilan strategi yang telah dibuat sebelumnya.
4. Serta yang terakhir yang terpenting adalah menentukan tujuan yang ingin
dicapai dan target, mengevaluasi berbagai alternatif strategi dan
mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki sesuai dengan kondisi
eksternal yang dihadapi.
Selain itu, Kotler dan Amstrong (2001) mendefinisikan bahwa setidaknya
terdapat tiga pengertian yakni:
1. Strategi merupakan suatu cara-cara yang telah dibuat sebelumnya yang
dapat memberikan hasil yang positif untuk oragnisasi
2. Strategi merupakan suatu pendapat dimana isu-isu krusial atau faktor
keberhasilan dapat dibicarakan, serta keputusan strategis bertujuan untuk
membuat dampak yang besar serta jangka panjang kepada prilaku dan
keberhasilan organisasi.
3. Strategi yang pada dasarnya merupakan penetapan tujuan serta melihat
sumber-sumber daya yang dimiliki oleh organisasi dan dapat

xx
membandingkan dengan peluang yang dimiliki sehingga dapat memberikan
hasil yang terbaik bagi oragnisasi
Strategi adalah suatu langkah atau proses untuk mengembangkan,
mempertahankan serta menentukan sasaran-sasaran perusahaan untuk
memasarkan produknya kepada konsumen. Adapun hal-hal yang harus
diperhatikan dalam strategi adalah tentang pengembangan misi perusahaan
yang jelas, tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, strategi dalam
menghadapi pesaing, strategi untuk menarik minat konsumen dan lain
sebagainya
2.1.3 Manajemen Strategi
Manajemen strategi menurut David (2011) adalah suatu ilmu yang
mengenai perumusan mendalam, pelaksanaan serta evaluasi keputusan-
keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai suatau
keberhasilan yang dinginkannya. Sstrategi ini sebagai sebuah keputusan dan
tindakan yang mengacu pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah yang
dinginkan unutk mencapai tujuan awal yang telah dibuat.
Perumusan strategi ini meliputi kegiatan untuk mengembangkan visi dan
misi organisasi, yang sebelumnya telah dibuat dan dipertimbangkan serta
mengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar organisasi Selain itu menurut
Lawrence dan William (1988) strategi juga termasuk aktivitas menentukan
kekuatan dan kelemahan dalam organisasi, menetapkan tujuan jangka panjang
organisasi, membuat sejumlah strategi kedua untuk bisa menggantikan strategi
pertama jika nantinya tidak berhasil atau terjadi suatu hal yang tidak terduga
sehingga strategi kedua dapat mengantikannya untuk organisasi, serta memilih
strategi tertentu untuk digunakan.
Implementasi strategi menurut Hunger dan Wheelen (2001) didefinisikan
sebagai proses manajemen untuk mewujudkan strategi dan kebijakan yang
dibuat sebelumnya melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur.
Untuk menggambarkan hubungan antara implementasi strategi dan
pencapaian kinerja, dapat dilihat pada gambar berikut:

xxi
Pengama Perumusan Strategi Implementasi Evaluasi
tan Strategi dan
Lingkung Pengenda
an lian
Eksternal Misi
Tujua
Lingkunga n
n Strate
Sosial gi
Lingkunga Kebij
n akan
Tugas Progr
am
Internal Angga
ran
Struktur Prose
Budaya dur
Sumber Kinerja
daya

Umpan Balik
Sumber: Hunger dan Wheelen, (2001)
Gambar 2.1. Model Manajemen Strategi
Penerapan strategi merupakan stau proses yang sangat krusial,
implementasi strategi merupakan proses yang bukan hanya dilakukan satu kali
akan tetapi dilakukan beulang-ulang kali dan tak berkesudahan yang

xxii
memerlukan pengkajian dan pembaharuan secara terus menerus, yang pada
dasarnya diketahui bahwa manajemen strategik itu dinamis atau berubah-ubah.
Manajemen strategik melibatkan pola kompleks aksi dan reaksi. Bisa dikatakan
manajemen strategik itu setengah terencana dan setengah tidak terencana.
Strategi terencana dan muncul, dinamis, dan interaktif. Estimasi berlebihan
terhadap sumber yang kompeten dan estimasi minim dari waktu yang
diperlukan harus dihindari. Pegawai dan jajaran manajem senior harus
berkomitmen memberlakukan keterbukaan komunikasi.Lebih penting lagi,
manajemen harus dapat meramalkan reaksi lingkungan dan mengatur
perubahan yang ditimbulkan nantinya.
Kita pernah mendengar tentang suatu perusahaan yang berhasil
menguasai pasar dan mampu mengeruk keuntungan yang besar dari hasil
penjualan produknya. Atau suatu perusahaan yang meluncurkan suatu produk
baru dan produk tersebut berhasil menembus pasar serta memperoleh
kesuksesan besar. Bahkan kemudian melakukan perluasan usaha dengan
diversifikasi, diversifikasi atau pengembangan produk yang ada, dan kemudian
melakukan aliansi usaha dengan perusahaan lainnya. Lebih lagi ia mampu
memasarkan produknya ke luar negeri dengan sukses. Atau berita tentang
seseorang yang memulai usahanya hanya sebagai penjajah bakso keliling yang
keluar masuk kampung, namun saat ini ia telah mampu memiliki rumah makan
diberbagai tempat dan memperoleh keuntungan bisnis yang sangat besar.
Atau justru berita sebaliknya, yang menyatakan kebangkrutan suatu
bisnis Karen tidak mampu bersaing di pasar atau katena produknya tidak lagi
diminati oleh pasar, atau karena sebap lain. Pemberlakuan undang-undang
baru yang akhirnya dapat menimbulkan turunnya daya beli masyarakat juga
dapat menyebapkan lesunya suatu bisnis.
Keberhasilan dan kegagalan, seperti uraian di atas, merupakan
kenyataan yang dapat dialami oleh suatu usaha baik itu usaha yang skala kecil
atau usaha sekala besar. Diketahui bahwa dunia bisnis merupakan dunia penuh
dengan persaingan peluang, tantangan, kegairahan maupun kelesuan yang
dapat menyebabkan naik turunnya suatu usaha. Sehingga usaha akan tetapi

xxiii
bisa bertahan jika bisa melihat semua yang terjadi di dalam atau di luar usaha
sehingga dapat mangambil semua informasi menajdi sebuah keputusan yang
baik untuk usaha itu sendiri. Terlebih dalam era globalisasi ini, persaingan tidak
hanya terbatas secara local, nasional, atau regional saja, namun sudah secara
global. Hal ini mengakibatkan semakin banyak variabel-variabel yang dapat
mempengaruhi kaberhasilan suatu bisnis.

2.1.4 Definisi Pariwisata


Pariwisata tidak asing di benak kita terutama orang-orang yang suka
berkunjung ke daerah-daerah yang memiliki potensi pemandangan dan
keunikan tersendiri. Pariwisata saat ini masih dipandang sebagai gejala social
yang sangat kompleks yang menyangkut aktivitas manusia seutuhnya meliputi
aspek sosiologis, pisikologis, ekologis, ekonomis budaya dan masih banyak
lagi. Karena pariwisata merupakan suatu cakupan yang sangat luas sehingga
menarik perhatian banyak ilmuan dari berbagai bidang ilmu.
Menurut Luturlean, dkk (2019:04) pariwisata adalah perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang dalam jangka waktu tertentu dari suatu tempat
ketempat lain a dengan melakukan perencanaan sebelumnya, tujuannya untuk
rekresi atau untuk suatu kepentingan sehingga keinginan dapat terpenuhi. Atau
pariwisata dapat diartikan juga sebagai suatu perjalanan dari suatu tempat ke
tempat lain untuk rekreasi lalu kembali ketempat semula.
Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang
terdiri atas dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari artinya seluruh, semua dan
penuh. Sedangkan Wisata berarti perjalanan. Dengan demikian pariwisata
dapat diartikan sebagai perjalanan penuh, yaitu berangkat dari suatu tempat,
menuju dan singgah di suatu atau di beberapa tempat, dan kembali ketempat
asal semula (Hanief dan Pramana, 2018:01).
Wisnawa, Prayoga dan Sutapa (2019:1-2) menegaskan bahwa menurut
Undang-Undang No 10 Tahun 2019 dijelaskan definisi priwisata, wisata,
wisatawan, daya tarik wisata, daerah tujuan wisata, usaha pariwisata, industri
pariwisata dan kawasan strategi pariwisata sebagai berikut:

xxiv
1. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat ,
pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
2. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk
tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya
tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara
3. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serat multisdisiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah,
pemerintah daerah, dan pengusaha
5. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keaneka ragaman kekayaan alam,
budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan
6. Daerah tujuan wisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata
adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah
administrative yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas
umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling
terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan
7. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan atau jasa
bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggara pariwisata.
Pengusaha parisisata adalah orang atau sekelompok orang yang
melakukan kegiatan usaha pariwisata
8. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariiwisata yang saling
terkait dalam rangka menghasilkan bagi pemenuhan kebutuhan
wisatawan dalam penyelengaraan pariwisata
9. Kawasan Strategi Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi
utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata

xxv
yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek , seperti
pertumbuhan ekonomi, social dan budaya, pemberdayaan sumber daya
alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan
10. Kepariwisataan bertujuan untuk :
a) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b) Meningkatkan kesejahtraan rakyat
c) Menghaspus kemsikinan
d) Mengatasi pengangguran
e) Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya
f) Memajukan kebudayaan
g) Mengangkat citra bangsa
h) Memupuk rasa cinta tanah air
i) Memperkuat jati diri dan kesatuan bangsa, dan
j) Mempererat persatuan antar bangsa

2.1.5 Pengembangan Pariwisata


Pengembangan kepariwisataan saat ini tidak hanya untuk menambah
devisa negara maupun pendapatan pemerintah daerah. Akan tetapi juga
diharapkan dapat memperluas kesempatan berusaha disamping memberikan
lapangan pekerjaan baru untuk mengurangi pengangguran. Pariwisata dapat
menaikkan taraf hidup masyarakat yang tinggal di kawasan tujuan wisata
tersebut melalui keuntungan secara ekonomi, dengan cara mengembangkan
fasilitas yang mendukung dan menyediakan fasilitas rekreasi, wisatawan dan
penduduk setempat saling diuntungkan. Pengembangan daerah wisata
hendaknya memperlihatkan tingkatnya budaya, sejarah dan ekonomi dari
tujuan wisata.
Menurut Sugono (2008:679), kata pengembangan mengandung
pengertian pembangunan secara bertahap dan teratur serta yang menjurus ke
sasaran yang dikehendaki. Amerta (2019:14-16) mengemukakan enam tahap
pengembangan pariwisata yang membawa implikasi serta dampak yang
berbeda, secara teoretis, yaitu seperti di bawah ini :

xxvi
1. Tahap eksplorasi, pertumbuhan spontan dan penjajakan (exploration).
Pada tahap ini jumlah wisatawan petualang relatif kecil. Mereka
cenderung dihadapkan pada keindahan alam dan budaya yang masih
alami di daerah tujuan wisata. Fasilitas pariwisata dan kemudahan yang
didapat wisatawan juga kurang baik. Atraksi di daerah wisata belum
berubah oleh pariwisata dan kontak dengan masyarakat lokal relatif
tinggi.
2. Tahap keterlibatan (involvement).
Pada tahap ini mulai adanya inisiatif masyarakat lokal
menyediakan fasilitas wisata, kemudian promosi daerah wisata dimulai
dengan dibantu oleh keterlibatan pemerintah. Hasilnya terjadinya
peningkatan jumlah kunjungan wisatawan
3. Tahap pengembangan dan pembangunan (development).
Pada tahap ini jumlah wisatawan yang datang meningkat tajam.
Pada musim puncak wisatawan biasanya menyamai, bahkan melebihi
jumlah penduduk lokal. Investor luar berdatangan memperbarui fasilitas.
Sejalan dengan meningkatnya jumlah dan popularitas daerah pariwisata,
masalah-masalah rusaknya fasilitas mulai terjadi. Perencanaan dan
kontrol secara nasional dan regional menjadi dibutuhkan, bukan hanya
untuk pemecahan masalah yang terjadi, melainkan juga untuk
pemasaran internasional.
4. Tahap konsolidasi (consolidation).
Pada tahap ini tingkat pertumbuhan sudah mulai menurun
walaupun total jumlah wisatawan masih relatif meningkat Daerah
pariwisata belum berpengalaman mengatasi massalah dan
kecenderungan terjadinya monopoli yang sangat kuat
5. Tahap kestabilan (stagnation).
Pada tahap ini jumlah wisatawan yang datang berada pada
puncaknya. Artinya, wisatawan tidak mampu lagi dilayani oleh daerah
tujuan wisata. Ini disadari bahwa kunjungan ulangan wisatawan dan
pemanfaatan bisnis dan komponen- komponen lain pendukungnya

xxvii
dibutuhkan untuk mempertahankan jumlah wisatawan yang berkunjung.
Daerah tujuan wisata mungkin mengalami massalah-massalah
lingkungan, sosial, dan ekonomi.
6. Tahap penurunan kualitas (decline) dan kelahiran baru (rejuvenation).
Pada tahap decline, pengunjung kehilangan daerah tujuan wisata
yang diketahui semula dan menjadi 'resort" baru. 'Resort’ menjadi
bergantung pada sebuah daerah tangkapan secara geografi lebih kecil
untuk perjalanan harian dan kunjungan berakhir pekan. Kepemilikan
berpeluang kuat untuk berubah dan fasilitas-fasilitas pariwisata, seperti
akomodasi akan berubah pemanfaatannya. Akhirnya, pengambilan
kebijakan mengakui tingkatan ini dan memutuskan untuk dikembangkan
sebagai ‘kelahiran baru'. Selanjutnya terjadi kebijaksanaan baru dalam
berbagai bidang, seperti pemanfaatan, pemasaran, saluran distribusi,
dan meninjau kembali posisi daerah tujuan wisata tersebut.
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan
pengembangan dalam buku ini adalah suatu aktivitas memajukan desa
wisata dengan menggali berbagai potensi yang bisa dikembangkan
menjadi suatu daya tarik wisata alternatif. Aktivitas tersebut dikelola oleh
masyarakat lokal, ramah lingkungan, berkelanjutan, serta dapat
meningkatkan kehidupan sosial budaya dan kesejahteraan masyaraka.

2.1.6 Pentingnya Sektor Pariwisata


Melihat pariwisata yang berkembang semakin pesat saat ini dilingkungan
kita membuat kita harus mengerti apa pentingnya sektor pariwisata yanga akan
terus dibangun. Melihat dari buku Luturlean dkk (2019:51-52) Industri pariwisata
mulai dikenal di Indonesia setelah dikeluarkan Instruksi Predisen RI No. 9 tahun
1969. Dalam pasal 3 disebutkan, bahwa: Usaha-usaha pengembangan
pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan
merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta
kesejahtaraan masyarakat dan negara.
Sesuai dengan Instruksi Presiden tersebut dikatakan bahwa tujuan

xxviii
pengembangan pariwisata di Indonesia, di antaranya:
1. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan negara
pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan
mendorong kegiatan-kegiatan industri sampingan lainnya.
2. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan
Indonesia.
3. Meningkatkan persaudaraan/persahabatan nasional dan internasional.
Dengan pernyataan tersebut, jelaslah bahwa usaha-usaha yang
berhubungan dengan kepariwisataan merupakan usaha yang bersifat
komersial. Hal tersebut dapat dilihat dari betapa banyaknya jasa yang
diperlukan oleh wisatawan jika melakukan perjalanan wisata semenjak ia
berangkat dari rumahnya hingga kembali ke rumahnya tersebut. Jasa yang
diperoleh tidak hanya oleh satu perusahaan yang berbeda fungsi dalam proses
pemberian pelayanannya. Sedangkan manfaat pariwisata, adalah:
1. Menciptakan lapangan kerja.
2. Meningkatkan penghasilan bagi masyarakat, baik dari pelayanan jasa
maupun dari penjualan barang cinderamata.
3. Meningkatkan pendapatan negara.
4. Mendorong pembangunan daerah.
5. Menanamkan rasa cinta tanah air dan budaya bangsa.
Berikut tujuan dari pembangunan pariwisata nasional yang sedang
digalakan oleh pemerintahan Indonesia, di antaranya:
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata;
2. Mengkomunikasikan destinasi pariwisata Indonesia menggunakan
media pemasaran secara efektif, efisien, dan bertanggung jawab;
3. Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan
perekonomian nasional; dan
4. Mengembangkan kelembagaaan kepariwisataan dan tata kelola
pariwisata yang mampu mensinergikan pembangunan destinasi
pariwisata, pemasaran pariwisata, dan industri pariwisata secara
profesional, efektif, dan efisien.

xxix
Perekonomian negara yang cenderung aktif berpartisipasi dalam bidang
pariwisata secara normal dapat mengikuti setiap keuntungan nasional dari
masing-masing proyek, baik itu besar maupun kecil yang dicapai dari
wisatawan. Negara hendaknya memikirkan hasil-hasil ekonomis kebijakan
pariwisatanya bagi industri pariwisata dengan tujuan pokok harus
mendatangkan manfaat bagi perekonomian secara keseluruhan atau
perkembangan suatu daerah tertentu yang diperlukan untuk keserasian
nasional dari pada hanya sekedar keuntungan cepat dari sesuatu proyek
khusus atau bagi unsur-unsur tertentu.
Berikut dijelaskan pula tentang kebijaksanaan peningkatan dan
pengembangan pariwisata yang pada dasarnya kebijaksanaan ini lebih banyak
diarahkan dan ditekankan dalam rangka mengambil langkah-langkah
penyelenggaraan beberapa kegiatan yang, antara lain meliputi:
a. Meningkatkan pemahaman seluruh lapisan masyarakat terhadap manfaat
pariwisata dalam pembangunan.
b. Meningkatkan citra dan mutu pelayanan pariwisata nasional.
c. Meningkatkan penyelenggaraan promosi wisata pariwisata Indonesia di
luar negeri.
d. Memberi pengarahan dan petunjuk dalam pengembangan kepariwisataan
dalam ruang lingkup nasional.
e. Mengadakan koordinasi dengan departemen terkait, lembaga- lembaga
pemerintah, pemerintah daerah, pihak swasta nasional dan organisasi
masyarakat untuk menyerasikan langkah dalam perencanaan dan
pengembangan pariwisata di Indonesia.
Fungsi lain yang penting bagi negara dalam pariwisata, yaitu mengawasi
standar dan kualitas jasa-jasa wisata, baik melalui organisasi pariwisata
nasional maupun departemen yang lain. Hal ini berkaitan erat dengan tugas
negara untuk mengamati bahwa citra pariwisata negaranya meningkat maju.
Perluasan pengawasan yang demikian adalah sebagian dari kebijakan
pariwisata nasional yang harus diungkapkan dalam ketentuan- ketentuan
hukum agar berbagai badan usaha pariwisata, baik milik negara, swasta, dan

xxx
asing dapat melihat secara jelas tempat mereka berada dan memperbaiki
mereka sebagaimana mestinya.
Dalam bukunya, Luturlean dkk (2019:11-12) Pemerintah Republik
Indonesia telah menetapkan pariwisata sebagai sektor prioritas yang mampu
mendorong ekonomi. Di dalam RPJMN 2015-2019, pemerintah telah
menetapkan target kunjungan wisatawan mancanegara hingga 20 juta orang
pada tahun 2019. Walaupun sampai saat ini belum ada roadmap yang jelas
terkait strategi pengembangan sektor pariwisata dalam lima tahun ke depan
dapat mencapai target tersebut. Center of Reform on Economics (CORE)
memberikan beberapa catatan penting untuk dapat meningkatkan kinerja sektor
pariwisata dalam lima tahun ke depan.
Pertama, percepatan pertumbuhan sektor pariwisata akan dapat
mengatasi defisit neraca jasa, dengan demikian pertumbuhan sektor pariwisata
akan didorong lebih cepat lagi, tidak sekedar mengikuti tren pertumbuhan linier
seperti yang terjadi selama ini.
Kedua, untuk dapat merespon dinamika dalam bisnis pariwisata secara
cepat, efektif, dan efisien, pengelolaan pariwisata di Indonesia perlu
menggunakan pendekatan bisnis, bukan dengan pendekatan birokrasi, karena
sektor pariwisata bukanlah pelayanan dasar publik sebagaimana halnya sektor
pendidikan dan kesehatan. Pendekatan secara bisnis ini semestinya diterapkan
dengan mendirikan badan pengembangan pariwisata independen yang dikelola
secara profesional dan menempatkan pemerintah serta seluruh stakeholder di
sektor ini.
Ketiga, kebijakan bebas visamerupakan langkah terobosan yang bagus,
namun untuk mendongkrak kinerja sektor pariwisata dan melakukan
percepatan pertumbuhan sektor ini secara signifikan tidak bisa hanya dengan
mengandalkan satu kebijakan saja. Kebijakan bebas visa juga harus diikuti
dengan langkah-langkah lain yang bersifat pro-aktif dan inovatif, melakukan
promosi wisata secara gencar, di samping terus memacu pembangunan
infrastruktur khususnya yang berdampak terhadap peningkatan daya saing
wisata.

xxxi
Keempat, untuk mendorong surplus jasa perjalanan, selain menjaring
sebanyak mungkin wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia,
perlu pula mendorong masyarakat Indonesia untuk lebih memilih berwisata di
dalam negeri.
Pemerintah telah mengambil langkah penting dengan menempatkan
sektor pariwisata sebagai sektor prioritas dalam lima tahun ke depan.
Selanjutnya, CORE mendorong pemerintah untuk segera menindaklanjutinya
dengan membuat peta jalan pengembangan pariwisata lima tahun secara jelas
dan rinci, dengan mempertimbangkan beberapa usulan yang telah dipaparkan
di atas.
Kementerian Pariwisata memiliki tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kepariwisataan untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas,
Kementerian Pariwisata menyelenggarakan fungsi:
❖ Perumusan dan penetapan kebijakan di bidangpengembangan destinasi
dan industri pariwisata, pengembangan pemasaran pariwisata
mancanegara, pengembangan pemasaran pariwisata nusantara, dan
pengembangan kelembagaan kepariwisataan.
❖ Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang
pengembangan destinasi dan industri pariwisata, pengembangan
pemasaran pariwisata mancanegara, pengembangan pemasaran
pariwisata nusantara, dan
❖ pengembangan kelembagaan kepariwisataan.
❖ Pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan dan perintisan daya
tarik wisata dalam rangka pertumbuhan destinasi pariwisata nasional
dan pengembangan daerah serta peningkatan kualitas dan daya saing
pariwisata.
❖ Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
pemerintahan di bidang pengembangan destinasi dan industri
pariwisata, pengembangan pemasaran
❖ pariwisata mancanegara, pengembangan pemasaran pariwisata

xxxii
nusantara, dan pengembangan kelembagaan kepariwisataan.
❖ Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan Kementerian Pariwisata.
❖ Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawab Kementerian Pariwisata; dan
❖ Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian
Pariwisata.
Industri pariwisata memiliki fungsi yang penting, yaitu:
➢ Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan
lapangan kerja.
➢ Sarana pendorong bagi pembangunan daerah.
➢ Memperbesar pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran raykat.
➢ Memupuk rasa cinta tanah air.
➢ Memperkaya kebudayaan nasional dan memantapkan
pembinaannya dalam rangka memperkokoh jati diri bangsa dan
mempererat persahabatan antar bangsa.
Sehubungan dengan itu, perlu adanya langkah-langkah pengaturan yang
mampu mewujudkan keterpaduan dalam kegiatan penyelenggaraan
kepariwisataan, serta memelihara kelestarian dan mendorong upaya
peningkatan mutu lingkungan hidup serta obyek dan daya tarik wisata.

2.2 Tinjauan Kebijakan Kepariwisataan


Beberapa tinjauan tentang kebijakan kepariwisataan baik pada level
nasional (Pemerintah Pusat) maupun daerah dijelaskan sebagai berikut:

2.2.1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional 2005-2025
berisi kebijakan untuk seluruh sektor pembangunan di tingkat nasional secara
umum, termasuk sektor kepariwisataan. Dikemukakan bahwa bahwa

xxxiii
kepariwisataan dikembangkan agar mampu mendorong kegiatan ekonomi dan
meningkatkan citra Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal,
serta memberikan perluasan kesempatan kerja. Pembangunan kepariwisataan
juga memanfaatkan keragaman pesona keindahan alam dan potensi nasional
sebagai wilayah wisata bahari terluas di dunia secara arif dan berkelanjutan,
serta mendorong kegiatan ekonomi yang terkait dengan pengembangan
budaya bangsa. Kemudian, dalam penjabaran misi ke-7 pembangunan
nasional, yaitu mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri,
maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional, salah satunya
perwujudannya adalah dengan mengembangkan industri kelautan secara
sinergi, optimal, dan berkelanjutan. Industri kelautan yang dimaksud dalam
konteks pembangunan pariwisata adalah pariwisata bahari. Provinsi Sulawesi
Tengah yang memiliki potensi kelautan, berpotensi untuk dikembangkan
sebagai destinasi pariwisata bahari yang diharapkan mampu menjadi magnet
bagi kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara.
Pariwisata sebagai suatu sektor kehidupan, telah mengambil peran
penting dalam pembangunan perekonomian bangsa-bangsa di dunia,
khususnya dalam 2 (dua) dekade terakhir, yang ditunjukkan dengan
meningkatnya kesejahteraan ekonomi bangsa-bangsa di dunia yang semakin
baik dan maju. Kemajuan dan kesejahteraan yang makin tinggi telah
menjadikan pariwisata sebagai bagian pokok dari kebutuhan atau gaya hidup
manusia, dan menggerakkan jutaan manusia untuk mengenal alam dan budaya
ke belahan atau kawasan-kawasan dunia lainnya. Pergerakan jutaan manusia
selanjutnya mengerakkan mata rantai ekonomi yang saling berkaitan menjadi
industri jasa yang memberikan kontribusi penting bagi perekonomian dunia,
perekonomian bangsa-bangsa, hingga peningkatan kesejahteraan ekonomi di
tingkat masyarakat lokal. Bagi Indonesia, pembangunan pariwisata juga
memiliki kontribusi yang signifikan dalam Pembangunan ekonomi nasional
sebagai instrumen peningkatan perolehan devisa. Perolehan devisa dari
kehadiran wisatawan mancanegara ke Indonesia dalam beberapa tahun

xxxiv
terakhir ini melampaui aliran pemasukan devisa baik dari utang luar negeri
Pemerintah maupun dari penanaman modal asing.
Saat ini kita tengah berada pada tahap ke-4 RPJPN 2005-2025,
dimana Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-
2024 adalah pedoman untuk menjamin pencapaian visi dan misi Presiden,
RPJMN sekaligus untuk menjaga konsistensi arah pembangunan nasional
dengan tujuan di dalam Konstitusi Undang Undang Dasar 1945 dan RPJPN
2005–2025.
Pembangunan ekonomi dalam lima tahun ke depan diarahkan untuk
meningkatkan ketahanan ekonomi yang ditunjukkan oleh kemampuan dalam
pengelolaan sumber daya ekonomi, dan dalam menggunakan sumber daya
tersebut untuk memproduksi barang dan jasa bernilai tambah tinggi untuk
memenuhi pasar dalam negeri dan ekspor. Hasilnya diharapkan dapat
mendorong pertumbuhan yang berkualitas yang ditunjukkan dengan
keberlanjutan daya dukung sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk
peningkatan kesejahteraan secara adil dan merata
Pembangunan ekonomi akan dilaksanakan Pembangunan dalam
RPJMN ke-4 (2020-2024) melalui dua pendekatan, yaitu: (1) pengelolaan
sumber daya ekonomi, dan (2) peningkatan nilai tambah ekonomi. Kedua
pendekatan ini menjadi landasan bagi sinergi dan keterpaduan kebijakan lintas
sektor yang mencakup sektor pangan dan pertanian, kemaritiman dan
perikanan, industri, pariwisata, ekonomi kreatif, dan ekonomi digital.
Pelaksanaan kedua fokus tersebut akan didukung dengan perbaikan data untuk
menjadi rujukan pemantauan dan evaluasi capaian pembangunan, serta
perbaikan kualitas kebijakan. Capaian sektor pariwisata pada periode 2014-
2018 dimana terjadi Peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara dari
9,4 juta orang di tahun 2014 menjad 15,8 juta orang di tahun 2018.
Kontribusi pariwisata dalam penciptaan devisa meningkat dari USD 11,2
miliar di tahun 2014 menjadi USD 15,2 miliar di tahun 2017. Kenaikan devisa ini
dihasilkan dari peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) untuk
menikmati wisata alam dan budaya di Indonesia dari 9,4 juta orang di tahun 2014

xxxv
menjadi 15,8 juta orang pada tahun 2018. Aktivitas wisatawan nusantara juga
meningkat dari 252 juta orang di tahun 2014 menjadi 277 juta orang di tahun 2017.
Secara total, kontribusi sektor pariwisata kepada perekonomian nasional
diperkirakan meningkat dari 4,2 persen di tahun 2015 menjadi 4,8 persen di tahun
2018
Arah kebijakan dalam rangka pengelolaan sumber daya ekonomi khusus
di sector Pariwisata pada tahun 2020-2024 mencakup Peningkatan nilai
tambah dan investasi di sektor riil, dan industri pariwisata yang dilaksanakan
dengan strategi (1) meningkatkan industri berbasis pertanian, perikanan,
kemaritiman, dan non agro yang terintegrasi hulu-hilir mendukung industri
pariwisata; (2) meningkatkan daya saing destinasi dan industri pariwisata,
termasuk wisata alam, yang didukung penguatan rantai pasok dan ekosistem
pariwisata; (3) meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kreatif dan
digital; (4) memperbaiki iklim usaha dan meningkatkan investasi di sector
pariwisata; (5) meningkatkan industri halal dan produk sehat.
Dalam kurun waktu lima tahun mendatang (2020-2024), peningkatan
nilai tambah pariwisata akan difokuskan pada peningkatan lama tinggal dan
pengeluaran wisatawan sebagai hasil dari perbaikan aksesibilitas, atraksi dan
amenitas di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas termasuk KEK (Danau Toba,
Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu dan Kota Tua Jakarta,
Borobudur dan sekitarnya, Bromo- Tengger-Semeru, Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Wakatobi dan Morotai). Dukungan juga diberikan untuk
peningkatan keberlanjutan pariwisata Bali dan penguatan 11 destinasi potensial
(Sabang, Padang-Bukittingi, Batam- Bintan, Palembang, Bandung-
Pangandaran, Banyuwangi, Singkawang-Sentarum, Derawan, Makassar-
Selayar-Toraja, Manado-Bitung, Raja Ampat).
Jenis pariwisata yang akan dikembangkan dan ditingkatkan
diversifikasinya antara lain (1) wisata alam (ekowisata, wisata bahari, wisata
petualangan); (2) wisata budaya (heritage tourism, wisata sejarah, wisata
kuliner, wisata kota yang difokuskan pada Urban Heritage Regeneration di 10
Destinasi Pariwisata Prioritas, dan wisata desa); (3) wisata buatan (meeting-

xxxvi
incentive-convention-exhibition/MICE, dan wisata olah raga).
Wisata alam antara lain dikembangkan di 12 klaster destinasi wisata alam
prioritas yang mencakup (1) Klaster Weh dan sekitarnya (KSPN Weh dan TWA
Sabang); (2) Klaster Danau Toba (Taman Nasional/TN/KSPN Gunung Leuseur
dan TN Batang Gadis); (3) Klaster Padang (TN/ KSPN Kerinci Seblat dan
TN/KSPN Siberut); (4) Klaster Bandung-Pangandaran dan sekitarnya (KSPN
Bandung-Pangandaran, Kamojang, TWA Papandayan, TN Gunung Gede
Pangrango dan TN Gunung Halimun Salak (5) Klaster Borobudur dan sekitarnya
(TN/KSPN Gunung Merapi dan TN/KSPN Gunung Merbabu); (6) Klaster Bromo-
Tengger-Semeru (TN/KSPN Bromo-Tengger- Semeru); (7) Klaster Banyuwangi
(TN/KPPN Alas Purwo, TN/KPPN Meru Betiri, TN/KSPN Baluran, dan Taman
Wisata Alam/TWA/KSPN Kawah Ijen; (8) Klaster Lombok-Mandalika (TN/KSPN
Gunung Rinjani dan TWA Gunung Tunak); (9) Klaster Labuan Bajo (TN/KSPN
Komodo, TN/KSPN Gunung Tambora, dan TN/ KSPN Kelimutu); (10) Klaster
Makassar-Selayar (TN/KPPN Bantimurung Bulusaraung dan TN/ KSPN
Takabonerate); (11) Klaster Wakatobi (TN/KSPN Wakatobi dan TN/KPPN
Rawa Aopa Watumohai); dan (12) Klaster Manado (TN/ KSPN Bunaken dan
TWA Tangkoko).
Pengembangan wisata alam juga dilengkapi dengan pengembangan
destinasi berbasis taman alam (Geopark) dan wisata bahari. Destinasi
pariwisata Geopark mencakup Geopark Kaldera Toba, Sawah Lunto, Belitong,
Natuna, Ciletuh-Palabuhanratu (Geopark Global), Pongkor, Gunung Sewu
(Geopark Global), Kr. Sambung-Kr. Bolong, Banyuwangi, Batur (Geopark
Global), Rinjani (Geopark Global), Tambora, Maros dan Raja Ampat.
Destinasi wisata bahari yang dikembangkan antara lain di Kawasan
Konservasi Perairan Nasional (KKPN) dan Kawasan Konservasi Perairan
Daerah (KKPD). Lokasi KKPN yang dikembangkan meliputi Taman Wisata
Perairan (TWP) Pulau Pieh dan laut sekitarnya; TWP Kepulauan Anambas dan
laut sekitarnya; TWP Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan; TWP Laut Sawu
dan sekitarnya; TWP Kepulauan Kapoposang dan laut sekitarnya; Suaka Alam
Perairan (SAP) Kepulauan Raja Ampat dan laut sekitarnya; SAP Kepulauan

xxxvii
Waigeo Sebelah Barat. Lokasi KKPD yang dikembangkan meliputi Raja Ampat;
Nusa Penida Klungkung; Alor-Selat Pantar; Berau-Kepulauan Derawan;
Sumbawa Barat-Gili Balu; Lombok Timur-Gili Sulat dan Lawang; Lombok Barat-
Gili Tangkong, Gili Nanggu, dan Gili Sundak; dan Kabupaten Pangkajene
Kepulauan.

2.2.2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan


Kecenderungan perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke
tahun menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Hal itu disebabkan,
antara lain, oleh perubahan struktur sosial ekonomi negara di dunia dan
semakin banyak orang yang memiliki pendapatan lebih yang semakin tinggi.
Selain itu, kepariwisataan telah berkembang menjadi suatu fenomena global,
menjadi kebutuhan dasar, serta menjadi bagian dari hak asasi manusia yang
harus dihormati dan dilindungi. Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dunia
usaha pariwisata, dan masyarakat berkewajiban untuk dapat menjamin agar
berwisata sebagai hak setiap orang dapat ditegakkan sehingga mendukung
tercapainya peningkatan harkat dan martabat manusia, peningkatan
kesejahteraan, serta persahabatan antarbangsa dalam rangka mewujudkan
perdamaian dunia.
Dalam menghadapi perubahan global dan penguatan hak pribadi
masyarakat untuk menikmati waktu luang dengan berwisata, perlu dilakukan
pembangunan kepariwisataan yang bertumpu pada keanekaragaman,
keunikan, dan kekhasan bangsa dengan tetap menempatkan kebhinekaan
sebagai suatu yang hakiki dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Selain itu, pembangunan kepariwisataan harus tetap memperhatikan
jumlah penduduk. Jumlah penduduk akan menjadi salah satu modal utama
dalam pembangunan kepariwisataan pada masa sekarang dan yang akan
datang karena memiliki fungsi ganda, di samping sebagai aset sumber daya
manusia, juga berfungsi sebagai sumber potensi wisatawan nusantara.

xxxviii
Dengan demikian, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan
sarana untuk menciptakan kesadaran akan identitas nasional dan
kebersamaan dalam keragaman. Pembangunan kepariwisataan
dikembangkan dengan pendekatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi
untuk kesejahteraan rakyat dan pembangunan yang berorientasi pada
pengembangan wilayah, bertumpu kepada masyarakat, dan bersifat
memberdayakan masyarakat yang mencakupi berbagai aspek, seperti
sumber daya manusia, pemasaran, destinasi, ilmu pengetahuan dan
teknologi, keterkaitan lintas sektor, kerja sama antarnegara, pemberdayaan
usaha kecil, serta tanggung jawab dalam pemanfaatan sumber kekayaan
alam dan budaya.
Dalam pelaksanaannya, pembangunan kepariwisataan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan
masih menitikberatkan pada usaha pariwisata. Oleh karena itu, sebagai
salah satu syarat untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam
pembangunan kepariwisataan yang bersifat menyeluruh dalam rangka
menjawab tuntutan zaman akibat perubahan lingkungan strategis, baik
eksternal maupun internal, perlu mengganti Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1990 dengan undang-undang yang baru.
Materi yang diatur dalam Undang-Undang ini meliputi, antara lain hak
dan kewajiban masyarakat, wisatawan, pelaku usaha, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah, pembangunan kepariwisataan yang komprehensif dan
berkelanjutan, koordinasi lintas sektor, pengaturan kawasan strategis,
pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah di dalam dan di sekitar
destinasi pariwisata, badan promosi pariwisata, asosiasi kepariwisataan,
standardisasi usaha, dan kompetensi pekerja pariwisata, serta
pemberdayaan pekerja pariwisata melalui pelatihan sumber daya manusia.
Pada bagian pembukaan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009,
disebutkan bahwa pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk
mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat
serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional,

xxxix
dan global. Lebih lanjut dalam Pasal 4, penyelenggaraan kepariwisataan
memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat;
c. Menghapus kemiskinan;
d. Mengatasi pengangguran;
e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;
f. Memajukan kebudayaan;
g. Mengangkat citra bangsa;
h. Memupuk rasa cinta tanah air;
i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
j. Mempererat persahabatan antarbangsa.
Pada Bab IV Pasal 6, pembangunan kepariwisataan diwujudkan melalui
pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan
keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan
manusia untuk berwisata. Kemudian dalam Pasal 7, pembangunan
kepariwisataan meliputi: industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran,
dan kelembagaan kepariwisataan.
Pendelegasian pengaturan ke Peraturan Daerah (Perda), dapat
ditemukan dalam Pasal-Pasal sebagai berikut:
Pasal 8 sebagai berikut:
1. Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana induk
pembangunan kepariwisataan yang terdiri atas rencana induk
pembangunan kepariwisataan nasional, rencana induk pembangunan
kepariwisataan provinsi, dan rencana induk pembangunan
kepariwisataan kabupaten/kota.
2. Pembangunan kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan bagian integral dari rencana pembangunan jangka panjang
nasional.
Pasal 9 ayat (3) sebagai berikut:

xl
Rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) diatur dengan Peraturan Daerah
kabupaten/kota. Selanjutnya kewajiban Pemerintah Daerah ditemukan dalam
Ketentuan Bab VII Pasal 23 ayat (1) sebagai berikut:
Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban:
a. menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum, serta
keamanan dan keselamatan kepada wisatawan;
b. menciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan usaha
pariwisata yang meliputi terbukanya kesempatan yang sama dalam
berusaha, memfasilitasi, dan memberikan kepastian hukum;
c. memelihara, mengembangkan, dan melestarikan aset nasional yang
menjadi daya tarik wisata dan aset potensial yang belum tergali; dan
d. mengawasi dan mengendalikan kegiatan kepariwisataan dalam
rangka mencegah dan menanggulangi berbagai dampak negatif bagi
masyarakat luas.

Lanjut, Ketentuan Bab VIII Pasal 30 sebagai berikut:


Pemerintah kabupaten/kota berwenang:
a. menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan
kepariwisataan kabupaten/ kota;
b. menetapkan destinasi pariwisata kabupaten/kota;
c. menetapkan daya tarik wisata kabupaten/kota;
d. melaksanakan pendaftaran, pencatatan, dan pendataan
pendaftaran usaha pariwisata;
e. mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan kepariwisataan di
wilayahnya; memfasilitasi dan melakukan promosi destinasi
pariwisata dan produk pariwisata yang berada di wilayahnya;
f. memfasilitasi pengembangan daya tarik wisata baru;
g. menyelenggarakan pelatihan dan penelitian kepariwisataan dalam
lingkup kabupaten/kota;

xli
h. memelihara dan melestarikan daya tarik wisata yang berada di
wilayahnya;
i. menyelenggarakan bimbingan masyarakat sadar wisata; dan
j. mengalokasikan anggaran kepariwisataan.
Secara sosiologis, pembangunan kepariwisataan merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis,
terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggung jawab dengan tetap
memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam
masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan
nasional.
2.2.3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
Berdasarkan perspektif kedudukan negara sebagai suatu organisasi
kekuasaan yang menuntut perlunya pembagian fungsi-fungsi pemerintahan ke
dalam berbagai organ pemerintahan, serta perspektif mengenai eksistensi
daerah (pemerintahan daerah) dalam konteks negara kesatuan, maka
tanggung-jawab Negara terhadap urusan pembangunan pariwisata, tidak
sepenuhnya berada pada pemerintah pusat, tetapi juga diserahkan kepada
daerah.
UUD Negara RI Tahun 1945 tetah menggariskan tentang Pemerintahan
Daerah, sebagaimana terdapat dalam ketentuan Pasal 18 ayat (1) dan (2)
disebutkan:
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang
tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan
daerah yang diatur dengan undang-undang.
(2) Pemerintahan daerah Provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tgas pembantuan.
Ketentuan Pasal 18 UUD Tahun 1945 di atas telah dijabarkan lewat
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2O14 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 9

xlii
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2O14 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda). Selanjutnya Daerah
memiliki kewenangan dalam membentuk dan menetapkan Perda sebagai
disebutkan dalam pasal-pasal berikut ini.
Pasal 65 ayat (2) huruf b UU Pemda menyebutkan:
“Kepala Daerah mempunyai tugas dan wewenang menetapkan Perda
yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD.”
Pasal 154 ayat (1) huruf a UU Pemda menyebutkan:
“DPRD mempunyai tugas dan wewenang membentuk Perda
Kabupaten/Kota bersama bupati/wali kota.”
Pasal 242 ayat (1) UU Pemda menyebutkan:
“Rancangan Perda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan kepala
Daerah disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada kepala daerah untuk
ditetapkan menjadi Perda.”
Pasal 236 ayat (2) UU Pemda menyebutkan:
“Perda dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala
Daerah.”
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 ini merupakan dasar pembagian
dan distribusi kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Pemerintah Daerah diberi kewenangan luas untuk mengatur rumah tangga
pemerintahan daerahnya sesuai dengan karakteristik dan potensi daerah
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Diharapkan dengan adanya
otonomi daerah, kinerja pemerintah pusat tidak terlalu terbebani dengan kondisi
daerah. Kemudian pemerintah daerah dapat leluasa di dalam
menyelenggarakan pemerintahan dan memajukan daerah sesuai dengan
potensi daerah dan aspirasi masyarakat.
Sebagaimana halnya dengan pembangunan kepariwisataan di daerah
yang mana merupakan urusan dan kewenangan dari pemerintah daerah yang
dilaksanakan secara terintegrasi dengan pembangunan kepariwisataan tingkat
nasional dan provinsi. Sementara Pemerintah hanya menjadi fasilitator,
koordinator, dan dinamisator atas kebijakan yang dilaksanakan pemerintah

xliii
daerah dalam upaya pembangunan kepariwisataan. Jadi pembangunan
kepariwisataan di daerah dilakukan berdasarkan kemampuan sumber daya
manusia dan tingkat potensi daerah dalam mengelolanya.
Sehingga setiap kebijakan tentang pembangunan kepariwisataan antara
daerah satu dengan yang lain bisa dipastikan berbeda karena bergantung
dengan kondisi keragaman daerah, potensi daerah, dan tingkat partisipasi
masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan.
Sebagai Daerah Otonomi, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
berwenang mengatur urusan pemerintahan atas prakarsa sendiri atau
berdasarkan aspirasi masyarakat seperti yang telah ditetapkan. Dalam Bab IV
mengenai urusan pemerintahan, pada Pasal 9 UU Pemda, dikemukakan bahwa
urusan pemerintahan terdiri atas:
a. Urusan pemerintahan absolut, merupakan urusan pemerintahan yang
sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat
b. Urusan pemerintahan konkuren, merupakan urusan pemerintahan yang
dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah
kabupaten/kota.
c. Urusan pemerintahan umum, merupakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.
Pada Pasal 11 dan 12, dijabarkan lebih rinci mengenai urusan
pemerintahan konkuren, bahwa urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintahan daerah terdiri atas:
a. Urusan pemerintahan wajib berkaitan dengan pelayanan dasar
(pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan penataan ruang,
perumahan rakyat dan kawasan permukiman, ketenteraman, ketertiban
umum, dan pelindungan masyarakat; dan sosial). Adapun urusan
pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar
(tenaga kerja, pemberdayaan perempuan, pangan, pertanahan,
lingkungan hidup, administrasi kependudukan, pemberdayaan
masyarakat dan Desa; pengendalian penduduk dan keluarga berencana;
perhubungan; komunikasi dan informatika; koperasi, usaha kecil, dan

xliv
menengah; penanaman modal; kepemudaan dan olah raga; statistik;
persandian; kebudayaan; perpustakaan; dan kearsipan)
b. Urusan pemerintahan pilihan, meliputi kelautan dan perikanan,
pariwisata, pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya mineral,
perdagangan, perindustrian, dan transmigrasi.

BAB III
GAMBARAN UMUM PARIWISATA
PROVINSI SULAWESI TENGAH

Pariwisata merupakan kegiatan perjalanan untuk rekreasi dengan


mengunjungi tempat-tempat wisata seperti gunung, pantai, perkotaan, dan lain-lain.
Provinsi Sulawesi Tengah yang mempunyai ragam icon pariwisata dalam hal
pengembangan Objek-objek wisata di Provinsi Sulawesi Tengah yang terdiri dari alam
(nature), budaya (culture) dan objek wisata lainnya seperti kuliner, religi, agro dan
buatan (main man). Terdapat kebijaksanaan untuk Tahun 2016 yaitu normalisasi
terhadap program-program yang telah dicanangkan, koordinasi dengan pemerintah
kabupaten/kota, serta kerjasama dengan stakeholder untuk mewujudkan citra
pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah menuju pariwisata dunia.

3.1. Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) Wilayah Sulawesi


Tengah

Selain Destinasi Pariwisata Nasional dan Kawasan Strategis Pariwisata


Nasional, dalam PP No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional menyebutkan adanya Kawasan Pengembangan Pariwisata
Nasional (KPPN). KPPN ini di antaranya juga termasuk KSPN dan tersebar di 50 DPN.
KPPN berjumlah 222 kawasan (digolongkan berdasarkan Provinsi). Dan untuk KPPN
wilayah Provinsi Sulawesi Tengah sudah dibagi menjadi 5 (lima) yaitu:
a. KPPN Palu dan Sekitarnya

xlv
b. KPPN Lore lindu dan Sekitarnaya
c. KPPN Danau Poso dan sekitarnya
d. KPPN Banggai dan sekitarnya
e. KPPN Togean
Adapun Kawasan Pengembagaan Pariwisata Nasional (KPPN) Sulawesi
Tengah sebagai berikut:

xlvi
Tabel 3.1.
Kawasan Pengembagan pariwisata nasional (KPPN) Sulawesi Tengah
KAWASAN PENGEMBANGAN DESTINASI PARIWISATA NASIONAL
PROVINSI
PARIWISATA NASIONAL (KPPN) (DPN)
168. KPPN Sengkang dan sekitarnya
24. SULAWESI SELATAN 169. KPPN Toraja dan sekitarnya
170. KPPN Palopo dan sekitarnya 39. DPN TORAJA–LORE LINDU dan
25. SULAWESI BARAT 171. KPPN Majene dan sekitarnya sekitarnya
172. KPPN Palu dan sekitarnya
173. KPPN Lore Lindu dan sekitarnya
26. SULAWESI TENGAH 174. KPPN Danau Poso dan sekitarnya 40. DPN TOGEAN–GORONTALO dan
175. KPPN Banggai dan sekitarnya sekitarnya
176. KPPN Togean dan sekitarnya
177. KPPN Gorontalo Kota–Limboto dan
27. GORONTALO
178. KPPN Boalemo dan sekitarnya
sekitarnya
179. KPPN Bogani Nani Wartabone dan
180. KPPN Manado Kota dan sekitarnya
sekitarnya
181. KPPN Tomohon–Tondano dan sekitarnya
28. SULAWESI UTARA 182. KPPN Bunaken dan sekitarnya 41. DPN MANADO–BUNAKEN dan
183. KPPN Bitung–Lembeh dan sekitarnya sekitarnya
184. KPPN Likupang dan sekitarnya
185. KPPN Sangihe Talaud dan sekitarnya

47
Gambar 3.1.
Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) Togean-Gorotalo dan Sekitarnya

Gambar 3.2.
Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) Toraja-Lore Lindu dan Sekitarnya

48
3.2. Kawasan Pariwisata Sulawesi Tengah
Kriteria Kawasan Pariwisata yaitu kawasan yang secara teknis dapat digunakan
untuk kegiatan pariwisata serta tidak mengganggu kelestarian budaya, keindahan alam,
dan lingkungan. Secara ruang jika digunakan untuk kegiatan pariwisata maka kawasan ini
akan memberi manfaat, yaitu
a. meningkatkan devisa dan mendayagunakan investasi;
b. meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor serta
kegiatan ekonomi sekitarnya;
c. tidak mengganggu fungsi lindung;
d. tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam;
e. meningkatkan pendapatan masyarakat;
f. meningkatkan pendapatan nasional dan daerah;
g. meningkatkan kesempatan kerja;
h. melestarikan budaya; dan
i. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tabel 3.2.
Rincian Kawasan Andalan Pariwisata di Sulawesi Tengah
Nama
Kep.
No. Kawasan Sektor Unggulan
Penetapan
Andalan
1 Poso dsk. Pertanian,perikanan, pariwisata, PP 26 tahun
perkebunan, dan industry 2008 Tentang
RTRWN
2 Tolitoli dsk. Pertambangan, PP 26 tahun
perkebunan,perikanan, pertanian, dan 2008 Tentang
pariwisata RTRWN
3 Kolonedale pertanian,perikanan,pariwisata, PP 26 tahun
dsk. perkebunan, agro industri,dan 2008 Tentang
pertambangan RTRWN

49
4 Palu dsk. pertambangan, perikanan, industri, PP 26 tahun
pertanian, perkebunan, dan 2008 Tentang
pariwisata. RTRWN

2. Rincian Pariwisata Wisata Alam di Sulawesi Tengah


Tabel 3.3.
Rincian Pariwisata Wisata Alam di Sulawesi Tengah

No. Nama Kawasan/Lokasi Nama Kabupaten/Kota

1 SM. Pulau Dolangan dan SM Tolitoli


Pinjan Tanjung Matop

2 SM Tanjung Santigi Parigi Moutong

3 CA. Pangi Binangga Parigi Moutong


4 CA. Gunung Tinombala Parigi Moutong, Tolitoli dan

5 CA. Gunung Dako Donggala


Tolitoli dan Buol

6 CA. Tanjung Api Tojo Una-una

7 TN. Lore Lindu Sigi dan Poso

8 Tahura Poboya dan Paneki Palu dan Sigi


9 Taman Wisata Pekan Penghijauan Sigi
Nasioal Desa Ngata Baru
10 Danau Poso Poso

11 Danau Lindu Sigi

12 Danau Talaga Donggala

13 Air terjun Hanga-hanga dan Hutan Banggai


Bakau
14 Air Terjun Nupabomba Donggala

15 CA. Morowali Morowali dan Morowali Utara

3) Rincian Pariwisata Wisata Alam Laut di Sulawesi Tengah

50
Tabel 3.4.
Rincian Pariwisata Wisata Alam laut di Sulawesi Tengah
Noma Kabupaten
No. Nama Kawasan/Lokasi
/Kota
1 Pulau Peleng Banggai Kepulauan
2 Kepulauan Sago Banggai Banggai Kepulauan

3 Wakai Tojo Una-Una


4 Tj. Api Toio Una-Una
5 Pulau Tikus Banggai
6 Pulau Makakata Parigi Moutong
7 Pulau Kelelawar Parigi Moutong
8 Pulau Rosalina Parigi Moutong
9 Danau Laut Tolongano Donggala
10 Pulau Pasoso Donggala
11 Tanjung Manimbaya Donggala
12 Teluk Tomori Morowali Utara

3.3. Upaya Pengembangan Destinasi Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah


Upaya meningkatkan arus kunjungan Wisatawan Manca Negara dan
Wisatawan Nusantara sebagai bagian percepatan pembangunan dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan masyarakat berdasarkan falsafah Negara Republik
Indonesia, dalam rangka percepatan pembangunan dan, pengembangan serta
peningkatan daya saing dan nilai jual daya tarik wisata di Sulawesi Tengah perlu
didorong potensi pariwisata yang dimiliki dengan menetapkan Destinasi Pariwisata
Prioritas Provinsi serta strategi pembangunannya yang bermanfaat bagi masyarakat
di Sulawesi Tengah.
Bahwa kebijakan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah sebagai bagian kebijakan
Nasional berupa penetapan dan strategi pembangunan Destinasi Pariwisata Prioritas
Provinsi perlu diatur dengan Peraturan Gubernur;
Bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud dalam huruf a dan b perlu

51
menetapkan peraturan Gubernur tentang Penetapan Destinasi Pariwisata Prioritas
Tahun 2016-2021.
Ketentuan Pasal 1 Peraturan Gubernur Nomor 35 Tahun 2016
mengamanatkan dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan:
1. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan Wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.
2. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan
bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan
setiap orang dan negara serta interaksi antar wisatawan dan masvarakat setempat,
sesama wisatawan. Pemerintah. Pemerintah Daerah. sesama wisatawan,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah dan pengusaha.
3. Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih
wilayah administratif yang di dalamnva terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,
fasilitas pariwisata. aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya Kepariwisataan.
4. Destinasi Pariwisata Prioritas yang selanjutnya di singkat DPP adalah Destinasi
Pariwisata yang berskala Provinsi Sulawesi Tengah.
5. Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi dengan
wisatawan untuk mengembangkan Kepariwisataan dan seluruh pemangku
kepentingan.
6. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran, kapasitas,
akses dan peran masyarakat baik secara individu maupun kemandirian, dan
memajukan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraan melalui kegiatan
kepariwisataan.
7. lndustri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam
rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan
dalam penyelenggaraan pariwisata.

52
8. Pembangunan adalah suatu proses perubahan kearah yang lebih baik yang di
dalamnya meliputi upaya-upaya perencanaan, implementasi, dan pengendalian,
dalam rangka penciptaan nilai tambah sesuai yang dikehendaki.
9. Atraksi adalah suatu kegiatan kepariwisataan yang dilaksanakan bersama
masyarakat, pemerintah dan swasta dalam mempercepat proses pembangunan
kepariwisataan.
10. Amenitas adalah penyiapan akomodasi hotel, home stay, rumah makan clan
keamanan. Prasarana umum serta kelengkapan dasar fisik suatu lingkungan yang
pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat beroperasi dan berfungsi
sebagaimana mestinya.
11. Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta jaringannya yang
dikembangkan secara terorganisasi, meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta
dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi dan mekanisme operasional, yang
secara berkesinambungan guna menghasilkan perubahan ke arah pencapaian tujuan
di bidang kepariwisataan.
12. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana dan prasarana transportasi yang
mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal wisatawan ke destinasi
pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah Destinasi Pariwisata dalam
kaitan dengan motivasi kunjungan wisata.
13. Pemangku kepentingan Kepariwisataan adalah pemangku kepentingan
kepariwisataan yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan kepariwisataan.
14. Wisata Ekologi adalah kegiatan wisata alam yang bertanggung jawab dengan
memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap usaha2
konservasi sumber daya alam, serta peningkatan pendapatan masyarakat lokal.
15. Wisata Alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang
dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan
dan keindahan alam.;
16. Wisata Bahari adalah penyelenggaraan wisata dan olah raga air termasuk penyediaan
sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut.
17. Wisata Budaya adalah daya tarik wisata yang berbasis warisan maupun pusaka
budaya yang bersifat nyata maupun yang bersifat tidak nyata

53
Amanat Pasal 2 dalam Peraturan Gubernur ini;
1) Destinasi Pariwisata yang ditetapkan menjadi DPP merupakan wilayah Destinasi
Pariwisata yang menjadi prioritas pembangunan Kepariwisataan yang
terencana, terpadu dan berkelanjutan.
2) Penetapan DPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada Arah
Kebijakan Pembangunan Pariwisata nasional.

Strategi pembangunan destinasi pariwisata prioritas dalam Pasal 6, yaitu;


1. Strategi Kepariwisataan merupakan strategi dalam pelaksanaan
pengembangan dan pembangunan DPP yang menjadi dasar pengembangan
Kepariwisataan yang terencana, terpadu. dan berkelanjutan.
2. Strategi Kepariwisataan yang terencana, terpadu, dan berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi peluang Daerah dalam
pengembangan Kepariwisataan.

Pasal 7 Strategi Kepariwisataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilakukan


dengan cara:
a. mengembangkan daya tarik Wisata baru pada Destinasi Pariwisata vang
belum berkemban;
b. memperkuat pengelolaan potensi Kepariwisataan dan lingkungan dalam
mendukung upaya perintisan;
c. mengembangkan inovasi manajemen produk dan kapasitas daya tarik wisata
untuk mendorong akselerasi pembangunan Destinasi Pariwisata;
d. memperkuat upaya konservasi potensi Kepariwisataan dan lingkungan dakam
mendukung intensifikasi daya tarik Wisata;
e. mengembangkan diversifikasi atau keragaman nilai daya tarik wisata; dan
f. revitalisasi struktur, elemen dan aktivitas yang rnenjadi penggerak kegiatan
Kepariwisataan pada daya tarik Wisata.

Pasal 8, Pembangunan Kepariwisataan pada DPP meliputi:

54
a. pembangunan Destinasi Pariwisata;
b. pembangunan Pemasaran Pariwisata;
c. pembangunan Industri Pariwisata;
d. pembangunan Kelembagaan Kepariwisataan.

Pasal 9, diamanatkan;
1) Pembangunan Destinasi Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
huruf a dilaksanakan pada lokasi sasaran Pariwisata di wilayah Kabupaten.
2) Wilayah Kabupaten yang menjadi lokasi sasaran Pariwisata
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi uilayah pengembangan
prioritas Pariwisata
3) Pembangunan Destinasi Pariwisata pada DPP dapat berupa:
a. pengembangan pewilayahan Destinasi Pariwisata;
b. pembangunan daya tarik Wisata;
c. pembangunan aksebilitas. dan amenitas;
d. pemberdayaan masyarakat Pariwisata; dan
e. pengembangan investasi.

Pasal 10, diamanatkan; Masyarakat dan Pemangku kepentingan Kepariwisataan di


Kabupaten dapat berperan serta mendukung kelancaran pembangunan Destinasi
Pariwisata pada DPP.

Dalam peraturan daerah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Induk


Pembangunan Kepariwisatan Provinsi (RIPARPROV) Sulawesi Tengah tahun 2019-
2034.ini dicantumpkan dalam pasal 2 Pembangunan Kepariwisataan Provinsi
diselenggarakan dengan prinsip:
a. menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan
dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dengan sesama manusia,
dan hubungan antara manusia dengan lingkungan;
b. menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal;

55
c. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan
proporsionalitas;
d. memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;
e. memberdayakan masyarakat setempat;
f. menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah
yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah,
serta keterpaduan antar pemangku kepentingan;
g. mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional
dalam bidang pariwisata; dan
h. memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Visi Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Tengah yaitu


Mewujudkan Pesona Wisata Sulawesi Tengah yang berdaya saing dan
berkelanjutan.
Adapun Misi Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Tengah
sebagaimana tertuang dalam pasal 5, ayat 4 yaitu:
a. peningkatan dan pembinaan penguatan kelembagaan di bidang pariwisata;
b) peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pengembangan kemitraan,
industri dan stakeholder;
c) peningkatan dan pengembangan sarana prasarana dan pariwisata daerah;
d) pengembangan sistem jaringan informasi pemasaran dan promosi
pariwisata;
e) peningkatan keterpaduan kebijakan lintas lembaga instansi di sektor
pariwisata; dan
f) peningkatan apresiasi masyarakat dan Sapta Pesona Kepariwisataan.

Tujuan pembangunan kepariwisataan provinsi sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) huruf d adalah a) meningkatkan kualitas dan kuantitasi destinasi
pariwisata; b) mengkomunikasikan destinasi pariwisata provinsi dengan
menggunakan media pemasaran secara efektif, efisien dan bertanggung jawab;
dan c) mengembangkan kelembagaan kepariwisataan dan tata kelola pariwisata

56
yang mampu mensinergikan pembangunan destinasi pariwisata, Pemasaran
Pariwisata dan Industri Pariwisata secara professional, efektif dan efisiensi.
Dengan Sasaran pembangunan kepariwisataan provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf e adalah peningkatan: a) jumlah pergerakan wisatawan
nusantara dan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara; b) jumlah penerimaan
pendapatan asli daerah dari wisatawan nusantara dan mancanegara; c) jumlah
pengeluaran wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara; dan d)
peningkatan produk domestik bruto, produk domestik regional bruto, dan
pendapatan masyarakat, dibidang kepariwisataan dengan tetap memelihara
kelestarian lingkungan.
Adapun arah pembangunan kepariwisataan daerah provinsi Sulawesi
Tengah meliputi:
a. Pembangunan kepariwisataan daerah yang berkualitas, berbasis masyarakat
dan berkelanjutan;
b. Pembangunan kepariwisataan daerah yang terpadu secara lintas sektor,
daerah, dan pelaku;
c. Pembangunan kepariwisataan daerah yang mengutamakan keunggulan
potensi kppp, dpp dan dtw dengan prioritas pembanguan dan pengembangan
yang sesuai dengan tema pengembangan kawasan;
d. Pengembangan dtw berbasis pada potensi daya tarik budaya, alam, dan
buatan yang berlandaskan kearifan lokal; dan
e. Pembangunan kepariwisataan daerah yang berorientasi pada peningkatan
pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesempatan kerja, pengurangan
kemiskinan, serta pelestarian budaya dan lingkungan

Perwilayahan Pembangunan terdiri dari Destinasi pariwisata Provinsi (DPP) dan


Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi (KPPP)
Pada Pasal 10 dijelaskan Pembangunan potensi perwilayahan KPPP, dan DPP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dilaksanakan secara bertahap dengan
kriteria prioritas:
a. memiliki komponen destinasi yang siap untuk dikembangkan;

57
b. memiliki posisi dan peran efektif sebagai penarik investasi yang strategis;
c. memiliki posisi strategis sebagai simpul penggerak sistemik pembangunan
kepariwisataan di wilayah sekitar berupa lokal, regional atau nasional;
d. memiliki potensi produk wisata masa depan;
e. memiliki kontribusi yang nyata dan/atau prospek yang positif dalam menarik
kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara; dan
f. memiliki keunggulan daya saing regional, nasional maupun internasional.

Pengembangannya diarahkan pada fungsi utama pariwisata, atau memiliki


potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting
dalam satu atau lebih aspek berupa pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya,
pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung dan pelestarian lingkungan hidup
serta pertahanan dan keamanan.
Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi, Destinasi Pariwisata Prioritas,
dan DTW wilayah Provinsi Sulawesi Tengah terdiri dari:
a. 5 (Lima) KPPP;
b. 2 (Dua) DPP; dan
c. DTW Unggulan Kabupaten/Kota.

Perwilayahan KPPP, DPP dan DTW ditetapkan dengan Peraturan Gubernur


dan dapat dikembangkan sesuai kewenangan Pemerintah Daerah.
Arah kebijakan pembangunan KPPP dan DPP meliputi a) perencanaan
pembangunan KPPP dan DPP; b) penegakan regulasi pembangunan KPPP dan
DPP; dan c) pengendalian implementasi pembangunan KPPP dan DPP.
Strategi perencanaan pembangunan KPPP dan DPP sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 meliputi a) menyusun rencana induk pembangunan KPPP dan
DPP; dan menyusun rencana detail pembangunan KPPP dan DPP.
Strategi penegakan regulasi pembangunan KPPP dan DPP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 melakukan monitoring dan pengawasan terhadap
penerapan rencana detail KPPP dan DPP.
Strategi pengendalian implementasi pembangunan KPPP dan DPP sebagaimana

58
dimaksud dalam Pasal 12 yaitu melakukan koordinasi antara Pemerintah Provinsi,
Pemerintah Kabupaten/Kota, pelaku usaha dan masyarakat.
Dalam pasal 14 arah Pembangunan DTW sebagaimana dimaksud meliputi DTW
alam; DTW budaya dan DTW hasil buatan manusia.
Pembangunan DTW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
berdasarkan prinsip menjunjung tinggi nilai agama dan budaya, serta
keseimbangan antara upaya pengembangan manajemen DTW untuk menciptakan
daya tarik wisata yang berkualitas, berdaya saing dan upaya konservasi untuk
menjaga kelestarian lingkungan serta keberlanjutan sumberdaya. Arah kebijakan
pembangunan DTW meliputi:
a. Perintisan DTW untuk menumbuhkan dan menambah kuantitas dan kualitas
DTW baru;
b. Pembangunan dan pengembangan DTW untuk mendorong pertumbuhan
destinasi pariwisata dan untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk
dalam menarik minat dan loyalitas wisatawan serta memperluas segmen
pasar;
c. Pembangunan dan pengembangan DTW untuk meningkatkan daya saing
produk dan menarik minat dan loyalitas wisatawan;
d. Pemantapan DTW; dan
e. Pelaksanaan revitalisasi DTW untuk keberlanjutan destinasi pariwisata.

Adapun Strategi perintisan DTW untuk menumbuhkan dan menambah


kuantitas dan kualitas yakni menginventarisasi DTW baru yang potensial menjadi
destinasi pariwisata.
Strategi pembangunan dan pengembangan DTW untuk mendorong
pertumbuhan destinasi pariwisata dengan cara a) membangun dan
mengembangkan DTW baru yang potensial di destinasi pariwisata yang belum
berkembang; dan memperkuat upaya pengelolaan potensi kepariwisataan dan
lingkungan dalam mendukung upaya perintisannya.
Strategi pembangunan dan pengembangan DTW untuk meningkatkan daya
saing produk dan menarik minat dan loyalitas wisatawan, melalui pembangunan

59
dan mengembangkan inovasi manajemen produk dan kapasitas DTW untuk
mendorong akselerasi perkembangan destinasi pariwisata daerah dan
memperkuat upaya konservasi potensi kepariwisataan dan lingkungan dalam
mendukung intensifikasi DTW.
Sementara Strategi pemantapan DTW melalui menggali dan mengembangkan
diversifikasi atau keragaman nilai DTW dalam berbagai tema dan memperkuat
upaya penataan ruang wilayah dan konservasi potensi kepariwisataan dan
lingkungan dalam mendukung diversifikasi DTW.
Strategi revitalisasi DTW untuk keberlanjutan destinasi pariwisata dilakukan
dengan cara melakukan revitalisasi struktur, elemen dan aktivitas yang menjadi
penggerak kegiatan kepariwisataan pada DTW dan memperkuat upaya penataan
ruang wilayah dan konservasi potensi kepariwisataan dan lingkungan dalam
mendukung revitalisasi DTW serta kawasan di sekitarnya.

60
BAB IV
STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA
PROVINSI SULAWESI TENGAH

Rumusan strategi pengembangan pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah terdiri dari


empat aspek yaitu strategi pengembangan destinasi, kelembagaan, industri, dan
pemasaran. Keempat aspek tersebut akan diuraikan secara lebih rinci sebagai berikut:

4.1 Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah


Pengembangan destinasi pariwisata Sulawesi Tengah diarahkan untuk
meningkatkan daya tarik tujuan wisata sehingga berdaya saing di dalam negeri dan di
luar negeri melalui: (1) fasilitasi pembangunan destinasi pariwisata yang terdiri dari wisata
alam, wisata budaya, wisata buatan dan minat khusus, (2) meningkatkan citra
kepariwisataan dan pergerakan wisatawan nusantara (khususnya wisatawan lokal
Sulawesi Tengah), (3) tatakelola destinasi, (4) pemberdayaan masyarakat di destinasi
pariwisata.
Strategi pengembangan destinasi pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah dibagi
menjadi beberapa strategi yang akan dijelaskan sebagai berikut:

4.1.1 Strategi Perwilayahan Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah


Berdasarkan PP No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi; sistem perkotaan nasional,
sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi nasional, sistem jaringan
telekomunikasi nasional, dan sistem jaringan sumber daya air. Strategi perwilayahan
parwisata Provinsi Sulawesi Tengah disusun didasari oleh:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; yang menyangkut sistem dan struktur
wilayah nasional terkait sistem perkotaan, transportasi, dan telekomunikasi nasional.
Selain hal tersebut juga menyangkut kawasan strategis nasional dari sudut
kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria

61
b. Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional (RIPPARNAS); arah
pembangunan kepariwisataan nasional sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor
50 tahun 2011, pembangunan kepariwisataan nasional dilaksanakan berdasarkan
prinsip pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan meliputi:Destinasi
Pariwisata Nasional (DPN); pemasaran pariwisata nasional, industri pariwisata
nasional; dan kelembagaan kepariwisataan nasional.
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sulawesi Tengah yang telah
direvisi akibat bencana alam tanggal 18 September 2018; menyangkut struktur tata
ruang wilayah provinsi (Sistem Perkotaan, Sistem Jaringan Prasarana Utama, dan
Sistem Jaringan Prasarana lainnya), pola ruang, dan kawasan strategis
pengembangan wilayah yang didalamnya termasuk pengembangan pariwisata.

Strategi perwilayahan pengembangan pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah


disusun berdasarkan kebutuhan pengembangan kepariwisataan daerah yang merujuk
pada empat aspek di atas. Strategi perwilayahan dalam peningkatan daya saing
pariwisata Sulawesi Tengah disusun sebagai berikut:

A. Menentukan Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD)


Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) adalah kawasan yang memiliki
fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang
mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek. Mengingat pentingnya peran
kawasan ini dalam pengembangan destinasi pariwisata, maka penentuannya akan
ditentukan dengan menggunakan beberapa kriteria merujuk kepada tuntunan Rencana
Induk Pengembangan Pariwisata Nasional dan disesuaikan dengan konteks daerah
Sulawesi Tengah.
Sesuai PP 50 tahun 2011 berdasarkan perwilayahan (zonasi), pengembangan
pariwisata dibagi menjadi:10 Destinasi Pariwisata Prioritas, 50 DPN (Destinasi Pariwisata
Nasional), 88 KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional), dan 222 KPPN (Kawasan
Pengembangan Pariwisata Nasional). Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD)
akan menjadi prioritas dalampengembangan kepariwisataan khususnya untuk
pengembangan destinasi.

62
Berdasarkan hal tersebut diatas dengan merujuk pada RTRWN, RIPPARNAS,
RTRW Provinsi Sulawesi Tengah, ditetapkan Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP)
Sulawesi Tengah dimuat dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2019, yaitu:

1. DPP Kepulauan Togean meliputi: 1. Pulau Kadidiri Kecamatan Togean; 2. Hutan


Mangrove Desa Lembanato Kecamatan Togean; 3. Kolam Ubur-ubur Desa
Lembanato Kecamatan Togean; 4. Pulau Papan Desa Kadoda Kecamatan
Talatako; 5. California sebagai lokasi diving di Pulau Katupat Kecamatan Togean;
6. Tanjung Keramat sebagai lokasi diving di Kecamatan Walea Besar; 7. Pulau
Paladan Kecamatan Walea Besar; dan 8. Pulau Pangempa Kecamatan Togean.
2. Cagar Biosfer DPP Lore Lindu meliputi: 1. Danau Lindu Kecamatan Lindu; 2.
Matantimali sebagai lokasi Olahraga Paralayang di Desa Wayu Kecamatan
Marawola Barat; 3. Kecamatan Gumbasa; 4. Padang Sepe Desa Kolori
Kecamatan Lore Barat; dan 5. Situs Megalith Pokekea Desa Hanggira Kecamatan
Lore Tengah.

Untuk meningkatkan investasi di Sektor Pariwisata dengan mendorong DPP


Kepulauan Togean dan DPP Lore Lindu menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
Pariwisata Nasional.
Selain 2 (dua) DPP tersebut, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah juga menetapkan
5 (lima) Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi (KPPP) sebagai berikut:
1. KPPP Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten
Buol
2. KPPP Kabupaten Sigi
3. KPPP Kabupaten Poso, Kabupaten Morowali, dan Kabupaten Morowali Utara
4. KPPP Kabupaten Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, dan Kabupaten
Banggai Laut
5. KPPP Kabupaten Tojo Unauna dan Kabupaten Parigi Moutong

4.1.2 Strategi Pengembangan Fasilitas (Amenitas) Pariwisata Provinsi Sulawesi


Tengah

63
Beberapa fasilitas (amenities) pariwisata yang perlu dipersiapkan dengan baik oleh
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dalam meningkatkan jumlah wisatawan adalah
sebagai berikut:
A. Akomodasi
Adapun strategi-strategi pengembangan akomodasi adalah: Menyediakan hotel,
penginapan, losmen, hingga homestay bagi wisatawan dengan memanfaatkan
dukungan masyarakat untuk penyediaan lahan dan rumah, membuat paket wisata
khusus yang berisikan kunjungan dan kegiatan-kegiatan menarik di objek-objek
wisata beserta tempat menarik yang berada di sekitarnya.

B. Restoran, Rumah Makan (Tempat Makan dan Minum)


Strategi-strategi dalam pengembangan tempat makan dan minum adalah:
memberdayakan masyarakat untuk mau mengelola tempat makan dan minum,
memberikan pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat, mengangkat keunikan
dari makanan dan minuman yang dijual di Provinsi Sulawesi Tengah, memberikan
dekorasi yang unik dan tradisional pada tempat makan dan minum bagi wisatawan,
menyediakan berbagai hal yang saat ini menjadi tren seperti pada tempat makan dan
minum lainnya, monjolkan pelayanan yang prima, dan melakukan promosi tempat
makan dan minum tersebut dengan berbagai cara.

C. Tempat Belanja
Adapun strategi-strategi dalam mengembangkan tempat belanja adalah: Membangun
tempat penjualan oleh-oleh di jalan masuk menuju tempat-tempat wisata berupa kios-
kios, masing-masing kios menjual jenis oleh-oleh yang berbeda, mengadakan
perlombaan atau kompetisi bagi siapa yang mampu menciptakan souvenir yang
memiliki ciri khas daerah akan di patenkan sebagai souvenir khas Provinsi Sulawesi
Tengah, melakukan pembinaan secara periodik kepada masyarakat mengenai cara
pembuatan souvenir dan makanan dan minuman khas, memberikan dorongan
kepada masyarakat dengan mengilustrasikan bahwa mereka berpeluang
mendapatkan keuntungan menjual ataupun memproduksi souvenir dan oleh-oleh,
membuat keunikan dari oleh-oleh atau souvenir, menjalin kerjasama dengan semua

64
jenis fasilitas pariwisata, menjadi pesaing sebagai rekan bisnis, mengamati
kebutuhan wisatawan akan oleh-oleh atau souvenir, mempromosikan tempat belanja
tersebut dengan berbagai cara, dan membuat kegiatan mengunjungi tempat produksi
oleh-oleh untuk wisatawan.

D. Fasilitas Umum di Lokasi Objek Wisata


Strategi-strategi dalam mengembangkan fasilitas umum di lokasi objek wisata adalah:
mengembangkan wahana outbound, menyediakan tempat untuk menonton olahraga
offroad, menambah wahana permainan untuk anak-anak, membuat atraksi atau event
pada waktu-waktu tertentu, membuat taman bunga serta taman satwa yang tidak
terlalu besar, memaksimalkan perbaikan fasilitas umum yang telah ada, memberikan
pelayanan prima kepada wisatawan, gencar untuk mencari investor, melakukan
promosi berbagai cara, dan sebaiknya mengeluarkan aturan untuk melakukan gotong
royong di objek-objek wisata yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah secara berkala,
agar objek wisata terjaga dengan baik.

5. Strategi Penyediaan Dan Pembangunan Aksesibilitas Destinasi Pariwisata


Penyediaan dan pembangunan aksesibilitas destinasi pariwisata meliputi:
5.1 penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana KPPP, DPP dan DTW
yang disesuaikan dengan kondisi wilayah Kabupaten/Kota
5.2 penyediaan dan pengembangan sistem informasi aksesibilitas pariwisata
5.3 optimalisasi dengan penyediaan standar pelayanan yang dapat diterima oleh
wisatawan.
Pembangunan aksesibilitas pariwisata bertujuan untuk mendukung pengembangan
kepariwisataan dan pergerakan wisatawan menuju destinasi pariwisata dan pergerakan
wisatawan dalam KPPP, DPP dan DTW.

4.1.3 Strategi Pengembangan Sistem Transportasi


Sistem transportasi dan pencapaian ke wilayah Provinsi Sulawesi Tengah
merupakan hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan
kepariwisataan di daerah ini. Upaya pengembangan kepariwisataan di Provinsi Sulawesi

65
Tengah perlu didukung dengan pengembangan aksesibilitas. Secara umum strategi
pengembangan aksesibilitas untuk mendukung pengembangan kepariwisataan Provinsi
Sulawesi Tengah adalah sebagai berikut:
1. Peningkatkan kemudahan pencapaian dan biaya perjalanan yang rendah.
2. Peningkatan kenyamanan perjalanan wisata melalui pengembangan fasilitas
pendukung transit dan peristirahatan.
a. Arahan pengembangan pertama adalah peningkatan akses regional dengan
memangkas rute perjalanan eksisting Udara - Darat – Laut. Selain itu,
Pemerintah Sulawesi Tengah harus membuka rute transportasi udara langsung
(direct flight) dari destinasi wisata nasional seperti Bali, Manado, dan sebagainya.
b. Arahan pengembangan kedua adalah peningkatan akses regional Sulawesi
melalui transportasi Laut-Darat-Udara.

4.1.4 Strategi Koordinasi Lintas Sektor


Strategi koordinasi lintas sektor untuk membangun pariwisata ini telah ditetapkan dari
Pemerintah Pusat dan harus diadopsi oleh Pemerintah Provinsi hingga Pemerintah
Kabupaten. Pemerintah melakukan koordinasi strategis lintas sektor pada tataran
kebijakan, program, dan kegiatan kepariwisataan. Koordinasi strategis lintas sektor
meliputi beberapa bidang, yaitu:
• Bidang pelayanan kepabeanan, keimigrasian dan karantina
• Bidang keamanan dan ketertiban
• Bidang prasara umum yang mencakup jalan, air bersih, listrik, telekomunikasi,
dan kesehatan lingkungan
• Bidang transportasi darat, laut, dan udara
• Bidang promosi pariwisata dan kerja sama luar negeri

Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah membentuk tim koordinasi lintas


sektor yang bertugas untuk: (1) mengoordinasikan kebijakan, program dan kegiatan
untuk mendukung kepariwisataan, (2) melakukan sinergi melalui sinkronisasi,
harmonisasi, dan integrasi program-program penyelenggaaan kepariwisataan, (3)
menetapkan langkah-langkah strategis untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam

66
pelaksanaan kepariwisataan, (4) mengoordinasikan perencanaan, pelaksanaan,
pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan kepariwisataan di Provinsi Sulawesi
Tengah.

4.1.5 Strategi Pengembangan Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan


Kelangsungan hidup Pariwisata sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan. Tanpa
lingkungan yang baik tidak mungkin pariwisata berkembang dengan baik karena dalam
industri pariwisata lingkungan itulah sebenarnya dijual sehingga mutu lingkungan harus
dipelihara. Di dalam pengembangan pariwisata asas pengelolaan lingkungan untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan bukanlah hal yang abstrak, melainkan benar-
benar konkrit dan sering mempunyai efek jangka pendek.

Sebagaimana diketahui pariwisata adalah untuk mendapatkan rekreasi bukan hanya


dalam bentuk senang-senang tapi lebih untuk menciptakan kembali kekuatan secara fisik
dan spiritual. Rekreasi dilakukan diluar tugas pekerjaan untuk mendapatkan hiburan.
Hiburan inilah yang merupakan faktor utama dalam penciptaan kembali diri seseorang.
Setiap wisatawan tentu memiliki harapan untuk mencapa tujuan tersebut yaitu
menciptakan kondisi psikologis tertentu yang berkaitan erat dengan daya dukung
lingkungan.

Ekowisata merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan
lingkungan sekaligus menjadikan wisatawan mencintai lingkungan. Secara konseptul
ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu konsep pengembangan pariwisata
berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan
(alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan,
sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat. Sementara
ditinjau dari segi pengelolaanya, ekowisata dapat didifinisikan sebagai penyelenggaraan
kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah
yang dibuat berdasarkan kaidah alam dan secara ekonomi berkelanjutan yang
mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) serta meningkatkan
kesejahtraan masyarakat setempat. Melihat potensinya, maka Visi Ekowisata adalah

67
untuk menciptakan pengembangan pariwisata melalui penyelenggaraan yang
mendukung upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya), melibatkan dan
menguntungkan masyarakat setempat.

Penetapan Visi Ekowisata di atas didasarkan pada beberapa unsur utama, yaitu:
• Ekowisata tergantung kualitas SDA, peninggalan sejarah dan budaya
• Kekayaan keaneka-ragaman hayati merupakan daya tarik utama bagi pangsa
pasar ekowisata, sehingga kualitas, keberlanjutan dan pelestarian sumber daya
alam, peninggalan sejarah dan budaya menjadi sangat penting untuk ekowisata.
Pengembangan ekowisata juga memberikan peluang yang sangat besar untuk
mempromosikan pelestarian keaneka-ragaman hayati yang ada di Provinsi
Sulawesi Tengah.
• Pelibatan masyarakat.
Pada dasarnya pengetahuan tentang alam dan budaya serta kawasan daya tarik
wisata, dimiliki oleh masyarakat setempat, oleh karena itu pelibatan masyarakat
menjadi mutlak mulai dari tingkat perencanaan hingga pada tingkat pengelolaan.
• Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai
peninggalan sejarah dan budaya. Ekowisata memberikan nilai tambah kepada
pengunjung dan masyarakat setempat dalam bentuk pengetahuan dan
pengalaman. Nilai tambah ini mempengaruhi perubahan perilaku dari
pengunjung, masyarakat dan pengembang pariwisata agar sadar dan lebih
menghargai alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya.
• Pertumbuhan pasar ekowisata di tingkat internasional dan nasional. Kenyataan
memperlihatkan kecenderungan meningkatnya permintaan terhadap produk
ekowisata baik ditingkat internasional maupun nasional. Hal ini disebabkan
meningkatnya promosi yang mendorong orang untuk berperilaku positif terhadap
alam dan berkeinginan untuk mengunjungi kawasan-kawasan yang masih alami
agar dapat meningkatkan kesadaran, penghargaan dan kepeduliannya terhadap
alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya setempat.
• Ekowisata sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan. Ekowisata
memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara,

68
pemerintah dan masyarakat setempat melalui kegiatan-kegiatan yang non-
ekstraktif dan non-konsumtif sehingga meningkatkan perekonomian daerah
setempat. Penyelenggaraan yang memperhatikan kaidah-kaidah ekowisata,
mewujudkan ekonomi berkelanjutan.

Kepedulian terhadap lingkungan dalam pembangunan pariwisata di Provinsi Sulawesi


Tengah dapat dilakukan dengan menempuh langkah-langkah berikut:
• Mengelola usaha pariwisata secara sehat
• Mengelola jumlah pengunjung, sarana dan fasilitas sesuai dengan daya dukung
lingkungan daerah tujuan
• Meningkatkan kesadaran dan apresiasi para pelaku terhadap lingkungan alam
dan budaya
• Memberikan manfaat kepada masyarakat setempat
• Membuka kesempatan kepada masyarakat setempat untuk membuka usaha
ekowisata dan menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan ekowisata baik secara
aktif maupun pasif
• Memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari dalam penyelenggaraan kegiatan
wisata
• Meminimumkan dampak negatif yang ditimbulkan, dan bersifat ramah lingkungan
• Meningkatkan pendapatan masyarakat setempat
• Pengembangan harus mengikuti kaidah-kaidah ekologis dan atas dasar
musyawarah dan pemufakatan masyarakat setempat
• Melakukan penelitian dan perencanaan terpadu dalam pengembangan pariwisata
yang ramah lingkungan
• Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat dalam proses
perencanaan dan pengelolaan ekowisata
• Memberdayakan masyarakat dalam upaya peningkatan usaha ekowisata untuk
meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat
• Meningkatkan ketrampilan masyarakat setempat dalam bidang-bidang yang
berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata. Menggugah prakarsa dan
aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata

69
• Memberi kebebasan kepada masyarakat untuk bisa menerima atau menolak
pengembangan ekowisata
• Menginformasikan secara jelas dan benar konsep dan tujuan pengembangan
kawasan tersebut kepada masyarakat setempat.
• Membuka kesempatan untuk melakukan dialog dengan seluruh pihak yang terlibat
(multi-stakeholders) dalam proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata

4.1.6 Strategi Pemberdayaan Masyarakat


Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dalam hal ini adalah Dinas Pariwisata
dituntut untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pariwisata. Langkah-
langkah yang ditempuh antara lain: (a) Pemerintah diharapkan secara kontinyu
menciptakan masyarakat yang sadar wisata sehingga mereka akan dapat memahami
dan mengaktualisasikan nilai-nilai penting yang terkandung dalam Sapta Pesona; (b)
Membentuk dan mengaktifkan Pokdarwis (kelompok sadar wisata) yang merupakan
salah satu komponen dalam masyarakat yang memiliki peran dan kontribusi penting
dalam pengembangan pariwisata di Provinsi Sulawesi Tengah; (c) Mengembangkan
pariwisata dengan pendekatan community driven planning.
Selain itu masyarakat diberikan pemahaman untuk mengembangkan pariwisata
yang ramah lingkunga. Dimana masyarakat Provinsi Sulawesi Tengah memiliki
kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian lingkungan alam dan
budaya, melaksanakan kaidah-kaidah usaha yang bertanggung jawab dan ekonomi
berkelanjutan. Selain itu, memperhatikan kualitas daya dukung lingkungan kawasan
tujuan, melalui pelaksanaan sistem pemintakatan (zonasi).
Masyarakat Provinsi Sulawesi Tengah diharapkan bersifat peka dan menghormati
nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat. Dengan demikian
maka secara operasional, upaya-upaya konsevasi yang dapat dilakukan pada lingkungan
pariwisata antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian pencemaran air
Hendaknya dapat dipantau terhadap pengelolaan limbah yang dihasilkan dari
fasilitas-fasilitas obyek wisata seperti MCK, rumah makan, penginapan,
perkantoran dan sebagainya. Hal ini perlu diwaspadai karena pengelolaan yang

70
kurang baik dapat berdampak terhadap bau, sarang penyakit, estétika dan pada
gilirannya dapat menurunkan junlah pengunjung pada obyek wisata itu sendiri.
Pengelolaan air limbah secara comunal (terintegrasi) merupakan salah satu
alternatif positif yang direkomendasikan agar limbah cair dapat di kelola di satu
tempat, tidak menyebar dan memudahkan pengelolaannya. Selain dari pada itu
pemantauan limbah cair dari lingkungan sekitar kawasan juga harus diwaspadai
dengan harapan agar lingkungan wisata tidak menjadi tempat pembuangan
limbah cair dari kawasan atau daerah sekitarnya.

2. Pengendalian Pencemaran Udara


Titik lokasi yang perlu mendapat perhatian adalah tempat parkir kendaraan
bermotor wisatawan dan sumber lain yang dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran udara. Hal lain yang masih berhubungan erat dengan pencemaran
udara adalah kebisingan dan debu di sepanjang rute menuju kawasan wisata.
Semakin baik jalan dari dan menuju tempat wisata tersebut akan mengurangi
dampak kebisingan dan timbulnya debu yang beterbangan, karena jalan yang
sempit tidak beraspal mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan disuatu
titik dan debupun akan banyak berterbangan. Oleh karena itu sebagai barier
sekaligus penyerap polutan perlu diupayakan penanaman pohon/tumbuhan di
kanan kiri jalan menuju lokasi maupun di sekitar tempat parkir kendaraan
bermotor.

4.1.7 Strategi Investasi Pariwisata


Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah telah berkomitmen membuka kesempatan
dan peluang yang seluas-luasnya bagi investor dibidang pariwisata dengan melakukan
beberapa langkah berikut:
1. Memberikan kepastian hukum dan insentif
Salah satu faktor yang terpenting dalam upaya menarik investor, khususnya di sektor
Pariwisata ke Provinsi Sulawesi Tengah adalah adanya jaminan kepastian hukum
dalam menjalankan usaha. Jaminan ini sangat diminta oleh para investor maupun
calon investor dalam kegiatan investasi yang jangka waktu pengembalian modal

71
yang ditanamnya cukup lama. Produk-produk hukum yang ada hendaknya juga
memberikan kepastian pada para investor bahwa modal yang ditanamkannnya
dalam bentuk investasi langsung tidak akan dinasionalisasikan oleh Pemerintahan
Daerah, termasuk bahwa mereka masih bebas sewaktu-waktu untuk melakukan
tindakan “exit dari industri” dan mentransfer laba usaha ke luar negeri. Proses
desentralisasi pembangunan akan membawa konsekuensi pada kemungkinan
masing-masing daerah untuk berlomba-lomba memberikan sistem perangsang
maupun insentif investasi yang terbaik. Hal ini masih dapat ditolerir mengingat kondisi
dan lingkungan berusaha yang berbeda-beda untuk setiap daerahnya. Satu hal yang
perlu diperhatikan adalah implikasi kebijaksanaan insentif investasi di daerah pada
skala nasional secara “zero sum”, seperti halnya pemberian tax holiday oleh masing-
masing daerah. Untuk mengatasinya, ketentuan-ketentuan kebijakan insentif
investasi yang dapat merugikan kepentingan perekonomian secara nasional tidak
diberikan kewenangannya kepada daerah.

Mengacu pada kebijakan Pemerintah Pusat dalam menarik investor di sektor


pariwisata, beberapa insentif yang diberikan adalah:
• Tax allowance untuk pengembangan Kawasan Pariwisata (KBLI 68120)
tersedia tanpa syarat, dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor
18/2015
• Fasilitas bea masuk mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor
176/PMK.011/2009. Fasilitas ini memberikan pembebasan bea masuk atas
impor mesin, barang dan bahan untuk industri yang menghasilkan jasa
layanan seperti, Pariwisata dan Budaya, Transportasi / Komunikasi Jasa
Angkutan Umum, Pelayanan Kesehatan Masyarakat, Pertambangan,
Konstruksi, Industri Telekomunikasi, dan Pelabuhan.
• Value added tax mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 31/2007.

2. Peningkatan kerjasama lintas sektor terkait promosi investasi


Upaya kegiatan mempromosikan tempat wisata di Provinsi Sulawesi Tengah kepada
para investor perlu dilakukan secara bersama-sama dengan bagian penanaman

72
modal daerah. Promosi tempat tujuan wisata sangat diperlukan oleh daerah-daerah
yang memiliki banyak potensi wisata. Tentunya upaya kegiatan ini menjadi sangat
penting dalam kerangka penyelenggaraan otonomi daerah. Promosi tempat wisata
yang dirancang dengan baik dan menarik para investor untuk berinvestasi akan
memberikan tambahan penerimaan asli daerah, dan mendorong proses multiplier
perkembangan ekonomi lokalitas di sekitar daerah tujuan wisata.

4.2 Strategi Pengembangan Kelembagaan Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah

Strategi pengembangan kelembagaan pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah dibagi


menjadi beberapa strategi yaitu (1) strategi pengembangan sumber daya kelembagaan,
(2) strategi peningkatan kompetensi SDM pemerintah dan swasta.

4.2.1. Strategi Pengembangan Sumber Daya Kelembagaan Pariwisata


Strategi pengembangan sumber daya kelembagaan pariwisata di Sulawesi Tengah
meliputi:
a. Reformasi birokrasi kelembagaan dan penguatan mekanisme kinerja organisasi
untuk mendukung misi kepariwisataan Sulawesi Tengah sebagai tujuan wisata
b. Memantapkan organisasi kepariwisataan dalam mendukung pariwisata sebagai
pilar pembanguan daerah
c. Mengembangkan dan menguatkan organisasi kepariwisataan yang menangani
pemasaran pariwisata di Sulawesi Tengah (khususnya Dinas Pariwisata Bidang
Promosi Pariwisata dan para pelaku usaha pariwisata)
d. Mengembangkan dan menguatkan organisasi kepariwisataan yang menangani
destinasi pariwisata di Sulawesi Tengah (khususnya Dinas PU, Dinas
Perhubungan, dan para pelaku usaha pariwisata)
e. Mengembangkan dan menguatkan organisasi kepariwisataan yang menangani
industri pariwisata di Sulawesi Tengah
f. Optimalisasi peran GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) Sulawesi
Tengah dalam mengembangkan usaha pariwisata.

73
Pengembangan pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah memerlukan koordinasi
antara lembaga terkait dalam pelaksanaan di lapangan dengan membentuk tim teknis
(task force) atau kelompok kerja (Pokja) tata ruang kawasan pariwisata lintas sektor
terkait. Kelembagaan yang perlu dilibatkan dalam pengembangan pariwisata Sulawesi
Tengah adalah sebagai berikut:

a. Pemerintah
Sesuai dengan kondisi daerah dan jenis pariwisata yang akan dikembangkan di
Sulawesi Tengah, perlu koodinasi yang baik antara Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tengah dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten/Kota. OPD yang
berkepentingan dan terkait baik langsung maupun tidak langsung dengan
pengembangan kawasan pariwisata ini antara lain: Bappeda, Dinas Pertanian, Dinas
Pariwisata, Dinas Perkebunan, Dinas Koperasi UMKM, Perindustrian dan
Perdagangan, Dinas PU, Dinas Perhubungan, dan OPD terkait lainnya.

b. Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi sebagai center of excellence akan menjadi mitra pemerintah
baik di tingkat provinsi maupun di Sulawesi Tengah dalam pengembangan riset
di bidang pariwisata. Studi, penelitian dan pengembangan maupun konsultasi
diharapkan dapat dilakukan secara berkelanjutan.
c. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Lembaga swadaya masyarakat memiliki cukup banyak data dan informasi yang
dapat dijadikan referensi dan bahan-bahan penunjang untuk perencanaan dan
pengembangan pariwisata. Masyarakat, LSM dan Pemerintah diharapkan
memiliki interaksi yang konstruktif untuk pengembangan pariwisata. Fungsi LSM
antara lain dapat berperan untuk:
a. Memberikan fungsi kontrol dan pengawasan terhadap program-program
pemerintah khususnya tata ruang kawasan pariwisata
b. LSM akan memberikan masukan, kritik dan saran atas pedoman tata ruang
kawasan pariwisata yang ada dan sedang berjalan, sehingga diharapkan akan
memberikan feedback yang baik untuk perbaikan di masa yang akan datang.

74
d. Pelaku usaha pariwisata
Dalam rangka mewujudkan Sulawesi Tengah menjadi daerah pariwisata, perlu
terus didorong keterlibatan pelaku usaha pariwisata yang ada di Sulawesi
Tengah, diantaranya adalah pemilik hotel/penginapan/cottage, pengusaha
restoran/ rumah makan, pengusaha kerajinan/souvenir dan pelaku usaha
lainnya.Hal ini mengingat bahwa kepuasan wisatawan yang berkunjung sangat
ditentukan oleh para pelaku usaha tersebut.
Lembaga-lembaga tersebut di atas harus bertanggung jawab dalam perencanaan
dan pengembangan pariwisata, berkaitan dengan penyediaan berbagai infrastruktur
yang diperlukan.Pengalokasian akses seperti akses informasi, komunikasi dan
transportasi menjadi tanggung jawab sektor publik.Tetapi dalam implementasinya,
sektor publik berkonsentrasi pada perangkat keras, dari akses-akses tersebut,
sedangkan perangkat lunak dan pengoperasiannya dapat dilakukan tidak hanya oleh
sektor publik tetapi juga sektor swasta, terutama para pengusaha yang relevan dengan
masing-masing akses tersebut.Pembangunan pusat-pusat informasi menjadi sangat
krusial untuk memacu pengembangan pariwisata pada umumnya.Hal ini karena
kegiatan pariwisata merupakan salah satu produk unggulan non migas bagi penerimaan
daerah.Disamping itu Pemerintah Daerah dan sektor yang relevan bertanggungjawab
terhadap perlindungan dan kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup di
lokasi.Oleh karena itu pelaksanaan kegiatan di kawasan Pariwisata Sulawesi Tengah
harus ada kegiatan pemantauan yang dilakukan Pemerintah Daerah.Untuk itu perlu ada
instrumen yang jelas dan terukur agar monitoring kegiatan pariwisata dapat dilakukan
secara optimal.
Swasta dalam pengembangan pariwisata (perguruan tinggi, Lembaga Swadaya
Masyarakat/LSM, perguruan tinggi, dunia usaha dan masyarakat) diharapkan
mempunyai peran yang sangat besar dalam pengembangan pariwisata. Swasta justru
lebih berperan dalam pelaksanaan kegiatan pariwisata terutama pemasaran,
penyediaan jasa dan opersional kegiatan, disini karena peran swasta melengkapi sektor
publik. Oleh karena itu kedua stakeholder tersebut harus bekerjasama dan
berkoordinasi agar kegiatan pariwisata dapat berjalan baik.

75
Dunia usaha dan masyarakat sesuai dengan prinsip pariwisata, yaitu keterlibatan
dunia usaha dan masyarakat setempat sangat penting dan mutlak diperlukan. Kegiatan
ini harus mengakomodasi dan terintegrasi dengan budaya lokal serta harus
memberikan manfaat ekonomi dalam kehidupan masyarakat sekitar. Oleh karena itu
perlu diupayakan peningkatan ketrampilan melalui pendidikan latihan agar kesempatan
dan kemampuan masyarakat dapat memberikan peran yang lebih besar dalam kegiatan
pariwisata.
Kerjasama dan koordinasi antar berbagai stakeholder terkait dalam pengelolaan
dan pengembangan pariwisata Sulawesi Tengah sangat penting dan menjadi faktor
kunci keberhasilan dalam pengembangan pariwisata.Kerjasama dan koordinasi antar
berbagai stakeholder dapat bervariasi, mulai dari informasi sampai dengan bentuk
kerjasama yang legal dan formal. Sedangkan cakupan kerjasama juga sangat luas
meliputi semua proses pengembangan pariwisata, mulai dari perencanaan seperti
penetapan lokasi kawasan, pelaksanaan kegiatan termasuk operasional sampai
kepada pemantauan kegiatan agar dapat dicapai sasaran secara berkelanjutan dengan
memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat di Sulawesi Tengah.

4.2.2. Strategi Peningkatan Kompetensi SDM Pemerintah Dan Swasta


Beberapa langkah yang dapat ditempuh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
untuk meningkatkan kompetensi dan SDM pariwisata baik dari segi kuantitas maupun
kualitas, antara lain:
1. Peningkatan kompetensi SDM pariwisata mencakup SDM di instansi pemerintah
yaitu Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah, karyawan hotel/restoran dan biro
perjalanan wisata, tour guide, dan pelaku usaha pariwisata lainnya.
Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah memasukkan program peningkatan
kompetensi ini dalam Rencara Strategis, sehingga alokasi anggaran dapat
direncanakan dengan baik sesuai dengan kebutuhan dalam kurun waktu lima tahun
kedepan.
2. Peningkatan kapasitas PNS pemerintahpada semua eselon melalui:
a. Program technical expert (outsourcing SDM) dari luar negeri
b. Magang (Apprenticeship)

76
c. Benchmarking terhadap best practices in tourism untuk adopsi model dan
inovasi kepariwisataan
3. Penguatan sistem penilaian kinerja berbasis kompetensi melalui:
a. Pengembangan materi dan metode penilaian kinerja
b. Peningkatan kualitas penilai kinerja
c. Implementasi sistem penilaian kinerja
4. Sertifikasi keahlian (profesi kepariwisataan)
Terkait dengan peningkatan kompetensi, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
dapat mengirim pegawai ataupun stakeholders pariwisata untuk mengikuti pelatihan
agar mendapatkan sertifikasi profesi kepariwisataan. Mereka dapat diikutkan pada
Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) atau Pusat Pelatihan Profesi Kepariwisataan
(PPPK) yang melakukan pelatihan peningkatan keterampilan tenaga kerja industri
pariwisata sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan Badan
Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) bidang Pariwisata.
5. Pendidikan link and match
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah yaitu Dinas Pariwisata berkoordinasi dengan
Dinas Pendidikan serta Dinas Tenaga Kerja untuk menyiapkan tenaga kerja sesuai
yang dibutuhkan oleh pasar kerja, khususnya industri pariwisata. Apabila penyiapan
tenaga kerja tersebut tidak bisa dilakukan di Sulawesi Tengah, maka dapat
mengirim calon tenaga kerja ke daerah lain untuk menuntut ilmu, misalnya ke
Makassar atau di kota-kota di Pulau Jawa. Calon tenaga kerja tersebut diutamakan
adalah penduduk lokal Sulawesi Tengah yang diharapkan setelah selesai studi,
mereka akan kembali ke Sulawesi Tengah untuk mengabdi sesuai dengan
kompetensinya dalam bidang kepariwisataan.
6. Mengembangkan sekolah kejuruan atau diploma pariwisata
Terkait dengan poin 3 di atas, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dituntut untuk
mengembangkan sekolah kejuruan (SMK) ataupun diploma pariwisata. Lulusan dari
sekolah dan perguruan tinggi inilah yang disiapkan untuk mengisi lowongan kerja
dalam industri pariwisata yang ada di Sulawesi Tengah.
7. Membentuk organisasi masyarakat peduli/pencinta pariwisata, seni dan budaya

77
Pemerintah mendorong dan memfasilitasi terbentuknya organisasi masyarakat
yang peduli terhadap pariwisata, seni dan budaya. Organisasi ini diberikan
pembinaan sehingga terjadi peningkatan kualitas SDM yang ada dalam wadah
organisasi tersebut.

4.3. Strategi Pengembangan Industri Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah


Strategi ini ditempuh untuk mewujudkan industri pariwisata Sulawesi Tengah yang
berdaya saing, kredibel, menggerakkan kemitraan usaha, dan bertanggungjawab
terhadap lingkungan alam dan sosial budaya. Strategi pengembangan industri pariwisata
Provinsi Sulawesi Tengah diperinci menjadi beberapa strategi yang akan dijabarkan
sebagai berikut:

4.3.1. Strategi Pembangunan Struktur Industri Pariwisata Provinsi Sulawesi


Tengah
Pembangunan struktur industri pariwisata di Provinsi Sulawesi Tengah diarahkan
untuk penguatan fungsi, hierarki dan hubungan antar mata rantai pembentuk industri
pariwisata. Strategi ini dapat dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai
berikut:
▪ Mengembangkan mekanisme kerjasama antar usaha pariwisata yang ada di Provinsi
Sulawesi Tengah, secara khusus di tiga kawasan prioritas.
▪ Meningkatkan sinergitas dan keadilan distributif antar mata rantai pembentuk industri
pariwisata
▪ Menguatkan fungsi, hierarki, dan hubungan antar pelaku usaha pariwisata yang ada
di Provinsi Sulawesi Tengah untuk meningkatkan daya saing
▪ Menciptakan mata rantai penciptaan nilai tambah antara pelaku usaha pariwisata dan
sektor terkait, misalnya sektor pertanian. Salah satu strategi terkait hal ini adalah
mengembangkan kawasan Agrowisata dengan produk utama salak di Desa
Tamarenja Kabupaten Donggala, buah durian khas Parigi, dan sebagainya.

78
▪ Melakukan kerjasama antar usaha pariwisata dalam memasarkan dan
mempromosikan paket wisata
▪ Meningkatkan jejaring antar usaha pariwisata dalam memperkuat usaha pariwisata
baik ditingkat lokal Provinsi Sulawesi Tengah, regional, nasional, dan bahkan
internasional
▪ Fasilitasi usaha pariwisata sejenis dalam mengembangkan kapasitas manajemen dan
pemanfaatan teknologi, misalnya dalam bentuk pelatihan-pelatihan yang dilakukan
oleh program-program OPD yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah
▪ Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk dan layanan pendukung untuk usaha
pariwisata

4.3.2. Strategi Peningkatan Daya Saing Produk Pariwisata


Pariwisata dapat digambarkan sebagai produk berdaya saing bila daerah tujuan
wisata menarik, kompetitif dari segi kualitas, dibandingkan dengan produk dan jasa dari
daerah tujuan wisata lain. Daya saing sektor pariwisata adalah kapasitas usaha
pariwisata untuk menarik pengunjung asing maupun domestik yang berkunjung pada
suatu tujuan wisata tertentu. Peningkatan daya saing dapat dicapai dengan
memanfaatkan sumberdaya yang ada, meningkatkan kapabilitas pengelolaan sehingga
mempunyai daya saing. Adanya peningkatan daya saing daerah tujuan wisata semakin
menarik, sehingga dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung. Industri
pariwisata juga memberikan pendapatan bagi pemerintah melalui pajak hotel dan
restoran, pajak hiburan, pajak parkir, pajak akomodasi dan pajak-pajak lainnya.
Disamping itu, industri pariwisata juga mendorong investasi pada infrastruktur di daerah
kunjungan wisata seperti penyempurnaan jalan, pemeliharaan museum, monumen,
kawasan wisata dan berkembangnya pusat-pusat perbelanjaan.
Peningkatan produk pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah dilakukan dengan cara
meningkatkan daya saing daya tarik wisata, fasilitas pariwisata, dan aksesibilitas
pariwisata. Daya tarik pariwisata Sulawesi Tengah sudah tidak diragukan lagi dari segi
indahnya dan nature yang tidak ditemukan di tempat lain.

4.3.3. Strategi Pemberdayaan Umkm Masyarakat Dibidang Pariwisata

79
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dibidang pariwisata menjadi salah satu
usaha yang sedang digemari di Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang sedang
membangun sektor pariwisata termasuk Provinsi Sulawesi Tengah. Perajin di Indonesia
sudah mulai tumbuh dan kreatif dalam mengupayakan agar UMKM-nya bisa dikenal
nasional hingga global. Sektor ini mempunyai kontribusi besar terhadap perputaran uang
di masyarakat karena jumlahnya yang cukup besar. UMKM dari berbagai bidang usaha
yang tersebar di seluruh Indonesia menyumbang kontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi. Beberapa cara mengembangkan UMKM adalah dengan menerapkan strategi
5P, yaitu Product, Price, Place, Promotion, dan People.
▪ Product
Dari segi produk, UMKM harus menentukan produk yang tepat untuk dipasarkan.
Produk yang dibuat juga harus inovatif, kreatif dan menarik. Untuk mendapat
produk yang digemari pasar, lakukan survey ke sekeliling untuk memperoleh
gambaran produk yang realistis. Semakin jeli dan giat UMKM melakukan inovasi
produk dan layanan, maka akan mampu melakukan pengembangan dan
memenangkan persaingan bisnis. Produk yang dijual merupakan souvenir khas
Provinsi Sulawesi Tengah yang bersifat unik dan tidak terdapat di daerah lain.
▪ Price
Untuk menentukan harga jual produk, UMKM harus teliti menghitung biaya yang
dikeluarkan selama proses produksi. Biaya yang paling utama dalam UMKM ialah
biaya modal dan biaya operasional. Biaya permodalan meliputi lembaga atau
pihak keuangan yang memberi fasilitas kredit bagi usaha. Sedangkan biaya
operasional mencakup gaji karyawan, biaya bahan baku, dan biaya produksi.
Harga jual akan semakin tinggi apabila kedua biaya tersebut mencapai nominal
yang tinggi. Cara bagi pengusaha UMKM yang membutuhkan biaya modal, dapat
berhubungan dengan lembaga keuangan mikro yang memberikan fasilitas kredit
dengan bunga murah, proses cepat dan jangka waktu yang lama. Otoritas Jasa
Keuangan misalnya akan memberikan support penuh dengan meminta kepada
bank untuk menyalurkan 20 persen kreditnya kepada UMKM dengan suku bunga
rendah.
▪ Place

80
Lokasi UMKM tentu sangat menentukan minat pasar. Dengan memilih lokasi yang
strategis dan ideal, UMKM akan cepat dikenal publik dan berhasil. UMKM dapat
memilih lokasi di tempat-tempat yang ramai dikunjungi wisatawan dan padat
penduduk. Seandainya tidak menemukan lokasi yang strategis maka
pertimbangkan hal-hal berikut saat membuka UMKM, yaitu pastikan setiap menit
selalu ada kendaraan melintas jika membuka di pinggir jalan, hal yang perlu
dicermati adalah tingkat konsumtif masyarakat dengan melihat banyaknya usaha
sejenis di sekitar lokasi, memperlengkapi usaha dengan izin SIUP, HO dan NPWP.
▪ Promotion
Beberapa UMKM sudah menerapkan promosi melalui media sosial dan ini adalah
langkah awal yang bagus. Pasalnya, saat ini media sosial menjadi salah satu
bahan promosi yang murah, mudah dan cepat. Promosi bisa dilakukan dengan
meletakkan foto produk beserta detail produk dan harganya. Promosi dapat juga
dilakukan melalui web dengan tampilan menarik dan informatif sehingga
wisatawan dapat mengetahui segala jenis produk yang ditawarkan.
▪ People
Sumber Daya Manusia yang berkecimpung dalam UMKM pariwisata adalah
orang-orang yang memiliki pengetahuan bisnis. Proses seleksi karyawan harus
mengikuti proses rekrutmen yang sudah modern dan teruji. Syarat SDM yang akan
bekerja adalah SDM yang berorientasi bisnis, bisa dan berani mengambil risiko
bisnis yang terukur, mempunyai dan memahami laporan keuangan usaha serta
mampu membuat dan menjalankan posting biaya yang efektif.

Langkah-langkah nyata yang perlu dilakukan Pemerintah Provinsi Sulawesi


Tengah terkait dengan strategi pemberdayaan UMKM pariwisata ini ini adalah sebagai
berikut:
▪ Melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap industri kerajinan dan
souvenir khas Sulawesi Tengah, seperti cokelat Sulteng, sarung Donggala,
batik Bomba, batik Nambo, dan sebagainya

81
▪ Mengembangkan dan mendorong tumbuhnya kuliner khas Sulawesi Tengah
yang disediakan di sekitar kawasan wisata atau di “titik-titik simpul
persinggahan” menuju kawasan wisata.
▪ Melakukan pendataan dan pengemasan informasi mengenai adat dan budaya
Sulawesi Tengah dengan baik, sehingga wisatawan yang datang ke Sulawesi
Tengah memiliki pemahaman yang lengkap tentang Sulawesi Tengah.
Informasi ini dapat diunggah di web yang telah dibuat oleh Dinas Pariwisata
Provinsi Sulawesi Tengah.
▪ Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah berkoodinasi dan bekerjasama
dengan instansi terkait yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta para
pelaku usaha pariwisata khususnya yang memproduksi souvenir dan makanan
khas Sulawesi Tengah untuk secara kontinyu mengembangkan produk-produk
tersebut.

4.3.4. Strategi Peningkatan Kredibilitas Bisnis Industri Pariwisata


Strategi untuk peningkatan kredibilitas dilakukan dengan pengembangan
manajemen dan pelayanan usaha pariwisata di Provinsi Sulawesi Tengah yang kredibel
dan berkualitas, dengan cara:
a. Menerapkan standarisasi dan sertifikasi usaha pariwisata untuk menjamin kualitas
pelayanan
b. Melakukan evaluasi standar dan serifikasi yang telah diberikan pada seluruh usaha
pariwisata secara berkala
c. Peningkatan pemanfaatan sumber daya lokal Sulawesi Tengah sebagai bagian dari
standar usaha pariwisata (penggunaan batas minimal pemanfaatan sumber daya
lokal)
d. Menerapkan sistem yang aman dan terpercaya dalam berbagai transaksi di sektor
pariwisata
e. Menerapkan sistem perlindungan (asuransi) bagi wisatawan yang berkunjung ke
Sulawesi Tengah
f. Mendukung penjaminan usaha melalui Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah
dan keberpihakan pemerintah.

82
Guna mewujudkan industri pariwisata yang berdaya saing di Provinsi Sulawesi
Tengah, maka pemerintah daerah perlu membangun dan mengembangkan sistem
informasi pariwisata secara terpadu. Sistem Informasi Pariwisata adalah sistem yang
menyajikan informasi mengenai objek wisata yang ada di Sulawesi Tengah secara
menarik, kawasan wisata ataupun wahana-wahana atau atraksi wisata yang ditawarkan.
Sistem ini juga menyajikan tentang beberapa informasi yang menunjang kegiatan
kepariwisataan seperti akomodasi, transportasi, tiket, dan sebagainya.

4.4. Strategi Pemasaran Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah


4.4.1. Strategi Bauran Pemasaran
Pemasaran pariwisata yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tengah dan industri pariwisata dapat menerapkan strategi bauran pemasaran (marketing
mix). Strategi ini sangat diperlukan karena pariwisata adalah industri yang sifatnya sangat
komplek dan multi faset. Peralatan yang dapat dipergunaan untuk pemasaran sangat
banyak. Namun pariwisata juga sangat rentan terhadap perubahan baik yang terjadi
secara ekternal maupun yang terjadi secara internal. Misalnya salah satu alat tidak sesuai
dengan apa yang dipromosikan maka berakibat pada kedatangan wisatawan. Maka
pemasaran harus dilaksanakan dengan well organized. Alat alat pariwisata dapat yang
dilasanakan dengan strategi bauran pemasaran (marketing mix) dapat dilihat pada tabel
berikut.

Tabel 4.1
Strategi Bauran Pemasaran

Product Price Place Promotion


(Produk) (Harga) (Tempat/Distribusi) (Promosi)
1.Souvenir 1. Memadai 1. Pameran 1. Iklan
2.Jasa-jasa 2.Tarif tercatat 2.Setiap 2.Promosi
3. ODTW 3.Tidak selalu pemberhentian penjualan
berubah

83
4.Fasilitas 4. Terjangkau 3.Disetiap 3.Promosi
utilitas berlangsung personal
5.Pengalaman/ wisatawan 4.Publikasi
pengetahuan beraktifitas 5.Pemasaran
6. Kreativitas langsung
7. SDM 6. Sponsor
8.Organisasi

Salah satu dimensi bauran pemasaran yang sangat penting dalam memasarkan
pariwisata adalah pmromosi. Berdasarkan hasil wawancara dan penyebaran kuesioner
kepada para wisatawan yang berkunjung ke Sulawesi Tengah, diperoleh hasil kajian
bahwa sebagian besar wisawatan yaitu 81 persen berwisata ke Sulawesi Tengah karena
mendapatkan informasi dari teman atau keluarga yang sudah pernah datang ke Sulawesi
Tengah. Selain sumber informasi dari teman/keluarga, wisatawan yang datang ke
Sulawesi Tengah mendapatkan informasi dari internet dan media sosial yaitu sebanyak
17 persen. Dengan demikian, langkah yang perlu ditempuh terkait dengan strategi
promosi adalah:
1. Memberikan pelayanan terbaik kepada wisatawan yang berkunjung ke Sulawesi
Tengah agar mereka merasa puas (satisfied) sehingga mereka akan
merekomendasikan hal-hal yang positif tentang Sulawesi Tengah kepada orang lain.
2. Mendesain dan mengaktifkan website Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah yang
menarik. Informasi yang diberikan dalam web tersebut hendaknya selalu up-to-date,
valid dan lengkap. Artinya bahwa produk wisata dan kenyataan yang ada sesuai
dengan promosi yang disampaikan.
3. Mencetak brosur atau leaflet sederhana tentang daerah tujuan wisata di Provinsi
Sulawesi Tengah yang dibagikan kepada para wisatawan. Dengan demikian yang
membawa informasi tentang pariwisata Sulawesi Tengah adalah wisatawan itu
sendiri dan diharapkan akan merekomendasikan kepada teman/keluargnya. Hal ini

84
mengingat bahwa promosi yang paling efektif dan efisien bagi wisatawan di Sulawesi
Tengah adalah word-of-mouth communication.
4. Melakukan festival secara kontinyu dan lebih ditingkatkan kualitas serta jangkauan
pemasarannya, sebagaimana yang telah dilakukan seperti Festival Danau Poso,
Festival Teluk Tomini, Festival Pulau Dua.

4.4.2. Strategi Segmentasi


Agar pemasaran dapat dilakukan dengan efisien dan memperoleh hasil capaian
pemasaran yang maksimal maka perlu upaya pemasaran menggunakan pendekatan
segmentasi pasar. Strategi segmentasi adalah upaya pemasaran untuk
mengelompokkan pasar yang sangat heterogen ke dalam pasar yang relatif homogen.
Keberadaan Sulawesi Tengah yang memiliki keanekaragaman produk yang sangat tinggi
mempunyai peluang yang sangat besar dalam memperoleh sasaran pasar yang sangat
beranekaragam pula. Oleh karenanya perlu melakukan kajian terhadap pasar untuk
mengelompokkannya. Pasar wisatawan saat ini dapat dibagi kedalam beberapa
kelompok. Kelompok ini sangat dipengaruhi oleh sosiodemografi dan psikografi.
Faktor sosiodemografi dan psikografi sangat menentukan pola hidup (life style).
Faktor yang mempengaruhi life style adalah budaya, kelompok sosial, mata pecaharian
dan pendidikan. Pola hidup wisatawan dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 4.2
Strategi Segmentasi Berdasarkan Lifestyle Wisatawan

Aktivitas Minat Pendapat Demografi


1. Bekerja 1. Keluarga 1. Personal 1. Umur
2. Hobi 2.Rumah 2.Isu sosial 2.Penddikan
3.Kerja sosial 3.Pekerjaan 3.Politik 3.Penghasilan
4. Liburan 4.Komunitas 4.Bisnis 4.Pekerjaan
5. Hiburan 5.Rekreasi 5.Ekonomi 5.Jumlah
6.Anggota 6.Kesenangan 6.Pendidikan anggota
organisasi 7.Makanan 7.Produk keluarga

85
Aktivitas Minat Pendapat Demografi
7. Komunitas 8.Media 8.Masadepan 6. Asal
8.Belanja 9.Tujuan 9.Budaya wisatawan
9.Olahraga 7.Geografis
8.Ukuran kota
9.Posisi

4.4.3. Strategi Optimalisasi Peran dalam Pemasaran Pariwisata


Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata. Dengan mengacu kepada rumusan tersebut, maka elemen
institusional kepariwisataan terdiri dari pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat. Peran
pelaku kepariwisataan merupakan elemen utama untuk keberhasilan
pengelolaan destinasi wisata yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah.
Peran pemerintah, ditinjau dari konstelasi kepariwisataan, tak dapat dipungkiri
bahwa peran pemerintah sangat penting dalam menciptakan dan menunjang tingkat
keberhasilan kepariwisataan suatu daerah atau negara. Dalam menyeimbangkan pelaku
lain yakni swata atau dunia usaha, institusi pendidikan dan profesional maka peran
pemerintah sebagai fasilitator, regulator, dan motivator. Dengan demikian perlu
perimbangan peran pemerintah dan swasta dalam pengembangan kepariwisataan.
Tugas dan peranan pemerintah dalam pembangunan pariwisata adalah:
▪ Pembina, pendorong dan pengatur dan pengendali pembangunan pariwisata serta
mewujudkan iklim yang kondusif bagi usaha pariwisata.
▪ Pemasyarakatan dan pembudayaan Sapta Pesona
▪ Pengembangan Promosi Pariwisata (Citra Destinasi)
▪ Pengembangan sistem informasi kepariwisataan
▪ Penataan dan pembangunan prasarana /infrastruktur yang bersifat pelayanan umum
▪ Penataan dan penyediaan fasilitas penunjang.

Peran Swasta atau Dunia Usaha, Keberhasilan sebuah destinasi dapat dilihat dari
tingkat kepuasan wisatawan yang akan berpengaruh terhadap jumlah kunjungan

86
wisasatawan. Wisatawan yang merasa puas akan datang kembali bersama keluarga,
rekan, atau group. Oleh karena itu maka peran dunia usaha sangat berperan sekali dalam
menarik wisatawan melalui jasa yang diberikan untuk kepuasan wisatawan. Tugas dan
peran dunia usaha dalam pembangunan pariwisata adalah:
▪ Pembangunan, pengembangan pengelolaan dan pemanfaatan potensi pariwisata
yang ada dan fasilitas penunjang
▪ Penyediaan fasilitas pariwisata yang menunjang kelestarian nilai-nilai agama, sosial
budaya, dan kelestarian lingkungan hidup
▪ Pengembangan paket-paket wisata
▪ Mewujudkan Sapta Pesona dilingkungan usaha pariwisata
▪ Pengembangan Promosi Pariwisata

Peran Masyarakat. Keramah tamahan, keamanan, merupakan bagian yang


terpenting dari upaya pembangunan pariwisata di Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk
mewujudkan hal tersebut peranan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mejaga
keamanan dan menciptakan rasa nyaman bagi wisatawan yang mengujungi sebuah
destinasi. Upaya melibatkan masyarakat dalam pembangunan suatu kawasan wisata
mutlak diperlukan untuk menciptakan keamanan dan keramah tamahan. Tugas dan
peranan masyarakat dalam menunjang keberhasilan kepariwisatan suatu daerah:
▪ Partisipasi dalam pembangunan dan pemeliharaan potensi pariwisata serta
pelayanan pariwisata
▪ Berperan aktif dalam mewujudkan Sapta Pesona di sekitar destinasi pariwisata
utama yaitu di sekitar Kawasan Kepulauan Togean, Lore Lindu, Kawasan Megalith
Lembah Bada, dan sebagainya
▪ Penyediaan tenaga kerja
▪ Penyediaan sumber-sumber informasi

5. Strategi Positioning
Positioning adalah upaya dalam membentuk dan menciptakan image (citra)
pariwisata di benak masyarakat. Langkah awal dalam menetapkan positioning destinasi
wisata di Provinsi Sulawesi Tengah adalah mengindentifikasi beberapa keunggulan

87
destinasi wisata yang dimiliki oleh Provinsi Sulawesi Tengah. Identifikasi keunggulan
destinasi wisata di Provinsi Sulawesi Tengah pada penyusunan strategi pemasaran ini
dilakukan observasi, berikut hasil identifikasi beberapa keunggulan wisata alam dan
budaya yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah. Keunggulan wisata dimiliki oleh Provinsi
Sulawesi Tengah, menetapkan prioritas utama keunggulan yang menjadi positioning
adalah wisata alam yang sangat asli (nature). Penetapan positioning harus ditindak lanjuti
dengan melakukan komunikasi pemasaran pada positioning yang telah ditetapkan.
Tagline disusun dengan memperhatikan jumlah kata dan kesepadanan makna dari
positioning yang ditetapkan. Tagline pariwisata Sulawesi Tengah telah dibentuk dengan
branding “kehangatan Sulawesi Tengah” atau “warmness Sulawesi Tengah”. Branding
ini harus diikuti dengan upaya nyata bahwa masyarakat Sulawesi Tengah berkomitmen
memberikan sambutan yang hangat kepada para wisatawan.

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian pengembangan pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah,
dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a) Terdapat 4 (empat) strategi utama dalam pengembangan pariwisata Provinsi
Sulawesi Tengah, yaitu strategi pengembangan destinasi, kelembagaan, industri,
dan pemasaran.
b) Pariwisata menjadi salah satu sumber pendapatan yang dapat menguntungkan
negara atau daerah karena dengan pengembangan pariwisata akan menumbuhkan
dan menggerakkan berbagai sektor terkait lainnya seperti sektor ekonomi dan sosial.
Kontribusi sektor pariwisata di Sulawesi Tengah sampai Tahun 2019 baru mencapai
4,4 persen dari total PDRB daerah.

88
c) Masih ada obyek pariwisata di wilayah kajian yang bersifat sektoral seperti jalan
menuju tempat wisata yang miliki oleh masyarakat dan pihak lain, sehingga
pemerintah daerah terhambat untuk melakukan perbaikan infrastruktur karena
adanya ego sektoral.
d) Perlu kerjasama dan koordinasi yang intens dan berkesinambungan antar daerah
tentang obyek wisata yang berbatasan dari wisata Kepulauan Togean (Kabupaten
Tojo Unauna) dengan obyek wisata Pulo Dua (Kabupaten Banggai), serta Objek
wisata Danau Poso (Kabupaten Poso). Selain itu perlu dilakukan kerjasama didalam
kluster paket wisata antar wilayah Provinsi yaitu antara Kunjungan wisata pada
destinasi di wilayah Manado (Sulawesi Utara), Gorontalo (Provinsi Gorontalo) dan
kunjungan wisata pada objek wisata di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah.
e) Sesuai dengan hasil temuan lapangan perkembangan pariwisata pada destinasi
wisata yang menjadi sampel penelitian masih belum berkembang dengan baik seperti
Kabupaten Tojo Unauna (Pulau Ketupat, Pulau Wakai, Kepulauan Togean, Ampana
Kota), Kabupaten Poso (Siuri Tentena, Danau Poso, Taman Nasional Lore Lindu
(TNLL), Poso Kota, Kabupaten Donggala (Wisata bahari Tanjung Karang, Wisata
Bahari Bone-Oge, Pantai Kaluku, Wisata Kota Tua Donggala, Anjungan Gonegati,
dll). Bahkan untuk menciptakan wisata yang berstandard international masih perlu
kesiapan dan daya dukung dalam pembangunan bidang pariwisata.
f) Masih perlunya peningkatan kesadaran dalam Pengembangan Pariwisata di Daerah
baik oleh masyarakat, pengelola wisata dan pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota
secara konsisten.
g) Perlu adanya branding pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Tengah secara gencar,
intens, dan kontinyu dalam kelender event nasional dan internasional, yang
tatakelolanya harus semakin baik seperti Tour De Central Celebes (TDCC), Festival
Pulo Dua (Banggai), Festival Danau Tektonik Poso, Festival Teluk Tomini, Festival
Kepulauan Togean. Sementara masing-masing daerah lainnya hendaknya memiliki
Top even daerah yang sama secara terjadwal dan tidak saling tabrakan jadwalnya,
jika dimungkinkan saling terkoneksi antara festival satu dengan festival lainnya.
h) Banyak obyek wisata di Provinsi Sulawesi Tengah yang layak untuk go Nasional dan
go Internasional hanya perlu pemantapan kesiapan dan daya dukung kota dan

89
daerah di Provinsi Sulawesi Tengah dalam pembangunan bidang pariwisata secara
detail.
i) Pendataan pengembangan pariwisata hendaknya dikelompokan menjadi tahap
perintisan, tahap pembangunan, tahap pengembangan dan tahap revitalisasi
sehingga akan muncul kondisi ideal yang dapat dijadikan acuan dalam penyusunan
program kerja kota/kabupaten dalam bidang pariwisata.
j) City branding Pariwisata Sulawesi Tengah belum ada ditetapkan, begitupun bagi kota
Palu dan kabupaten belum ada seluruhnya sehingga perlu dirumuskan dan
ditetapkan melalui peraturan daerah Kemudian disosialisasikan dan dipasarkan
dengan baik.
k) Pemasaran pariwisata harus Go-Digital, berbasis Information Technology (IT) agar
seluruh destinasi di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah diketahui secara nasional dan
International (Indikator Keterbukaan International).
l) Pelaku usaha pariwisata kabupaten/kota bekerjasama dengan Online Travel Agency
(OTA) seperti Traveloka, Airy, RedDoorz, didalam memasarkan Paket Wisata dan
informasi harga sehingga terbentuk kepastian biaya berwisata pada destinasi-
destinasi di wilayah Sulawesi Tengah.
m) Pengembangan destinasi pariwisata memerlukan teknik perencanaan yang baik dan
tepat. Teknik pengembangan harus menggabungkan beberapa aspek penunjang
kesuksesan pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah aspek aksesibilitas
(transportasi dan saluran pemasaran), karakteristik infrastruktur pariwisata, tingkat
interaksi sosial, keterkaitan/kompatibilitas dengan sektor lain, daya tahan akan
dampak pariwisata, tingkat resistensi komunitas lokal, dan seterusnya. Prinsip
perancangan kawasan alam merupakan dasar-dasar penataan kawasan
memasukan aspek yang perlu dipertimbangkan dan komponen penataan kawasan
tersebut.
n) Atraksi Kepariwisataan pada kajian ini digolongkan menjadi empat hal diantaranya:
wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan, wisata kuliner, dan wisata religi.
Hasilnya semua daerah kajian yang ada memiliki wisata alam, namun tidak semua
daerah memiliki wisata budaya, religi maupun wisata buatan dan kuliner.

90
o) Aksesibilitas wisata pada kajian ini dilihat dari prasarana transportasi, sarana
transportasi, dan sistem transportasi. Dari semua daerah kajian prasaran transportasi
yang dilihat dari pelabuhan, bandara dan Terminal diperoleh hanya tujuh daerah
memiliki bandara sebagai pintu masuk Pariwisata atau ada 54 persen sementara
yang tidak memeliki ada Enam Kabupaten (Sigi, Donggala, Parigi Moutong, Morut,
Bangkep, Balut). Untuk pintu masuk pelabuhan laut satu Kabupaten yang tidak punya
pelabuhan karena daerah daratandan Pegunungan (Sigi), sehingga untuk menuju
daerah tersebut bisa dilakukan dengan jalan darat. Dari sisi sarana transportasi
didapatkan nilai prosentase yang tertinggi adalah sarana laut (92 persen) artinya
sebagian besar daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tengah dapat ditempuh
melalui jalur laut. Sedangkan sistem transportasi diperoleh tidak semua daerah kajian
memiliki informasi rute transportasi Udara yang terjadwal (Tojo Unauna) dan cara
reservasi tiket jauh lebih mudah karena telah terkoneksi dengan jaringan Online
Travel Agency (OTA) seperti Traveloka.
p) Amenitas wilayah kajian ini dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu: Prasarana umum,
Fasilitas Umum dan Fasilitas Pariwisata. sebagian daerah kajian memiliki prasarana
umum yang masih terbatas seperti listrik, air, telekomunikasi, dan pengelolaan
limbah. Secara khusus diidentifikasi sebagai berikut:
• Ketersedian Elektirifikasi (listrik) pada Destinasi wisata Kepulauan Togean
Kabupaten Tojo Unauna sebagian besar masih berlaku pemadaman listrik atau
menyala setengah hari (jam 6 sore-Jam 6 pagi) demikian Wisata Pulo Dua
kabupaten Banggai.
• Akses jaringan telekomunikasi (signal) yang tidak maksimal (kadang ada dan
tidak) khususnya di Keluauan Togean sebagian wilayah masih blank Spot (tidak
ada signal),
• Air bersih pada wilayah kajian sebagian besar air bersih harus dibeli bahkan
persediannya sangat terbatas seperti di Kabupaten Donggala (Tanjung Karang,
Bone Oge, Pusat Laut (pusentasi), Kelupauan Togean (Ketupat, Bomba)
• Kebersihan Lingkungan hampir seluruh destinasi wisata belum terkelola dengan
baik termasuk pelibatan pokdarwis didalam pengelolalan sampah belum berjalan
serta temat sampah masih perlu diperbaiki baik dari sisi daya tampung ataupun

91
keindahannya. Program Kebersihan lingkungan termasuk kebersihan destinasi
atau objek wisata yang paling berhasil dan mendapat penghargaan nasional
Adipura adalah Kota Luwuk Banggai adalah Program Gerakan PINASA (Lihat
Sampah Ambil), sementara daerah lainnya mulai dicanankan gerakan bersih-
bersih lingkungan berkelanjutan Masyarakat agar sadar terhadap kebersihan
lingkungannya, namun dalam penerapannya belum konsisten seperti Gerakan
Gali Gasa (Kota Palu), Gerakan Sigi Hijau (Kabupaten Sigi), Gerakan Kukita
Kutima Sampah (Kukusa-Kabupaten Parigi Moutong, Mongkita Sara Alao/
Morowali Maroa (Kabupaten Morowali),.
• Selanjutnya dilihat dari sisi fasilitas umum yang ada semua daerah kajian sudah
memiliki kantor polisi, katagori baik namun lahan parkir dan tempat ibadah di
daerah kajian secara rata-rata masih dalam katagori cukup.
• Ruang Terbuka Hijau (RTH) tersedia disemua wilayah kajian, namun
pengelolannya belum berjalan baik., beberapa destinasi memilki keterbatasan
dalam ketersedian Toilet Umum yang memilki standar kebersihan dan sehat.
• Lembaga keuangan pada daerah pulau-pulau tidak tersedia terutama anjungan
Tunai Mandiri (ATM) tidak tersedia pada wilayah remot area (100 meter) di lokasi
destinasi

q) Asepk lain yang dikaji dalam penelitian ini adalah Pemberdayaan Masyarakat seperti
keberadaan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), dan Desa Wisata di wilayah kajian.
Dari hasil lapangan diperoleh tidak semua daerah kajian memiliki Pokdarwis dan
Desa wisata. Juga bila dilihat dari kondisi dan pengamatan lapangan ternyata adanya
pokdarwis yang tidak aktif dan tidak memiliki program dalam pengembangan
pariwisata daerah demikian halnya dengan desa wisata masih perlu sentuhan lebih
untuk lebih memperkenalkannya melalui promosi yang berkesinambungan.
r) Penunjang Pariwisata yang dilihat dalam kajian ini adalah keberadaan PHRI, ASITA
dan kepemilikan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah. Dari hasil
lapangan diperoleh semua daerah kajian memiliki PHRI dan ASITA. Selain itu rata-
rata semua daerah kajian sudah memiliki Rencana induk Pengembangan Pariwisata

92
Daerah yang masih berlaku sehingga pengembangan pariwisata yang ada terus
berjalan sesuai dengan perencanaan yang di jadwalkan.

5.2. Rekomendasi
Berikut adalah rekomendasi yang dapat dijadikan masukan dan saran agar
pengembangan pariwisata di Sulawesi Tengah lebih optimal, yaitu:
1. Pengembangan pariwisata melalui pengadaan/penyedian infrastruktur (sarana
dan prasarana) dasar khususnya pasca Bencana di wilayah Kota Palu,
Kabupaten Sigi, Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong yang dampaknya
sangat dirasakan sektor pariwisata.
2. Percepatan pembangunan sektor Pariwisata Sulawesi Tengah dengan
mendorong Destinasi Prioritas Pariwisata Provinsi (DPPP) Kepulauan Togean
sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata dalam RPJMnas 2020-
2024.
3. Mengelola Destinasi Pariwisata yang terintegrasi (integrated tourism
destination) dengan kuliner, kerajinan/souvenir khas, budaya, adat istiadat dan
obyek wisata terpadu;
4. Mempercepat penyelesaian permasalahan pengaturan dan pengendalian tata
ruang lahan di lokasi wisata untuk mempercepat penyelesaian aksesibilitas
menuju lokasi wisata, dn pembangunan infrastrutur terpadu;
5. Segera menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai di seluruh obyek
lokasi wisata seperti penyediaan dan pemeliharaan tempat pembuangan
sampah, toilet, keamanan dan puskesmas;
6. Menyusun program promosi pariwisata terpadu Provinsi Sulawesi Tengah yang
berbasis digital dengan mengoptimalkan paid media.
7. Mengembangkan konsep wisata Nomadic Tourism (wisata berpindah) dengan
menyedikan mobil sewa lengkap faslitas agar lama tinggal wisatawan dapat
bertambah dan solusi masalah keterbatasan amenitas pariwisata
(hotel/penginapan, listrik, air bersih dll) pada destinasi unggulan di Provinsi
Sulawesi Tengah. Amenitas sendiri merupakan segala bentuk fasilitas yang

93
difungsikan untuk memberikan pelayanan bagi para wisatawan selama tinggal
atau berkunjung ke suatu daerah/objek wisata wisata.
8. Pembinaan dan pengawasan daya tarik objek wisata yang berkelanjutan
(sustainable tourism development), yang pada intinya mengarahkan
pembangunan destinasi pariwisata yang tanggap terhadap minat wisatawan
dan keterlibatan langsung dari masyarakat setempat dengan tetap
menekankan upaya perlindungan dan pengelolaannya lingkungan hidup dan
mengembangkan kearifan local (culture). Upaya pengembangan dan
pengelolaan destinasi di Provinsi Sulawesi Tengah diarahkan agar dapat
memenuhi aspek ekonomi, sosial dan estetika. sekaligus dapat menjaga
keutuhan dan atau kelestarian ekologi, keanekaragaman hayati, budaya serta
sistem kehidupan.
9. Pengembangan pemanfaatan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) yang telah
ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Dunia sebagai Glamping Ground dengan
menawarkan kemudahan untuk wisatawan yang ingin merasakan sensasi
berkemah dengan cukup membayar biaya glamping yang sudah termasuk
peralatan kemah dan segala kebutuhan seperti konsumsi, listrik, hingga kamar
mandi khususnya pada destinasi danau tambing (Kabupaten Poso dan
kabupaten Sigi).
10. Optimalisasi penyiapan Sumber Daya Manusia di bidang pariwisata melalui
penyelenggaran Vokasi (SMK) bidang pariwisata yang ramah dan informatif
kepada para wisatawan.
11. Dari banyaknya MICE yang ada di setiap daerah, hendaknya masing-masing
event yang ikonik yang benar-benar dapat menjadi target kunjungan
wisatawan Nasional dan Internasional dikemas secara baik. (Top Event
Daerah) seperti Tour De Central Celebes (TDCC), Festival Pulo Dua
(Banggai), Festival Danau Tektonik Poso, Festival Teluk Tomini, Festival
Kepulauan Togean.
12. Penggabungan antara wisata alam, buatan, wisata kuliner dan wisata lain
secara terstruktur termasuk wisata belanja sebab industry pariwisata

94
khususnya oleh-oleh dan kerajinan belum berkembang secara baik kecuali di
Kota Palu.
13. Perlunya koordinasi yang optimal terutama tempat wisata yang berbatasan
dengan wilayah lain (Banggai, Tojo Unauna, Poso, Parigi Moutong) dan antara
Palu, Sigi, Donggala serta pelibatan perangkat daerah (OPD) didalam
mendorong pariwisata sebagai sector unggulan daerah.
14. Adanya laman khusus pada web milik daerah yang di up to date dari sisi Tourist
Information Center (TIC) terkait ketersedian amenitas, aksesibilitas dan
kelender even yang dikelola oleh UPT tersendiri ditingkat Kabupaten/Kota.

95
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. dan Prasetya, J.T, 1997. Strategi Belajar Mengajar, CV. Pustaka Setia,
Bandung
Amerta, S. (2019). Pengembangan Pariwisata Alternatif. Scopindo Media Pustaka,
Surabaya
David, F.R. (2011). Strategic Management : Concept & Cases (13th ed). Upper Saddle
River, Prentice Hall, New Jesey, The U.S.A
Hunger, J. D. and Wheelen, T.L. (2001). Essentials of Strategic Management, Prentice
Hall, New Jersey, The U.S.A
Hanief, S., dan Pramana, D. (2018). Pengembangan Bisnis Pariwisata Dengan Media
Sistem Informasi. Andi Offset, Yogyakarta
Ivancevich, J.M., Konopaske, R., and Matteson, M.T. (2009). Organizational Behavior
and Management, Tenth Edition, McGraw Hill, Irwin, The U.S.A
Kartajaya, H (1996), Marketing Plus 2000: Siasat Memenangkan Persaingan Global. PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kotler, P., Kartajaya, H, dan Huan, H.D. (2017), Marketing for Competitiveness: Asia yang
Mendunia pada Era Konsumen Digital. Mizan Media Utama, Bandung
Kotler, P., and Armstrong, G. (2001). Principles of Marketing. 9th edition. Upper Saddle
River, Prentice Hall, New Jersey, The U.S.A
Lawrence, R.J. and William, F.G. (1988). Strategic Management and Business Policy.
3rd Edition, McGraw-Hill Inc, The U.S.A.
Luturlean, B. S., Sukmawadi, K. U., Mauling, L., dan Arifin, D. (2019). Strategi Bisnis
Pariwisata. Humaniora, Bandung
Manullang, M. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi I. BPFE, Yogyakarta
Sugono (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. PT. Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta
Wisnawa, M. B., Prayogi, P. A., dan Sutapa, I.K. (2019). Manajemen Pemasaran
Pariwisata: Model Based Loyality Pengembangan Potensi Wisata di Kawasan
Pedesaan. CV. Budi Utama: Yogyakarta

96
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Pariwisata menjadi topik yang menarik untuk dibahas dan dianalisis
akhir-akhir ini. Hal ini karena sektor pariwisata memiliki berbagai keunggulan
diantaranya adalah penerimaan devisa, penyerapan tenaga kerja, trickle down
effect ke sektor ekonomi terkait, dan pemanfaatan sumber daya domestik yang
mendukung kebijakan ekonomi inklusif. Penerimaan devisa dari sektor pariwisata
merupakan bagian dari pendapatan korporasi maupun rumah tangga
penyelenggara jasa. Peran sektor pariwisata semakin penting sejalan dengan
perkembangan dan kontribusi yang diberikan sektor pariwisata melalui
pengembangan wilayah, maupun dalam penyerapan investasi dan tenaga kerja
serta pengembangan usaha yang tersebar di berbagai pelosok wilayah di
Indonesia.
Dalam beberapa dekade terakhir, Travel & Tourism dan ekosistem
pendukungnya telah terbukti menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi yang
signifikan, berkontribusi lebih dari 10% terhadap PDB global dan menyumbang 1
dari 10 pekerjaan di planet ini. Industri ini terus menjadi kekuatan yang baik,
memberikan peluang unik bagi negara berkembang dan negara berkembang
untuk meningkatkan rantai nilai.
Menurut The Travel and Tourism Competitiveness Report tahun 2019,
pariwisata Indonesia menempati posisi ke-40 dari 136 negara tujuan wisata naik
dua peringkat dari posisi tahun 2017. Data ini menunjukkan tren positif kunjungan
wisatawan ke Indonesia yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Kampanye
pemasaran pariwisata Indonesia “Wonderful Indonesia” meraih penghargaan
Most Popular Both Awards dan Most Outstanding Both Awards pada pameran
pariwisata Beijing International Travel Expo (BITE) 2018 yang dilaksanakan di
China National Convention Center. Selain itu, Indonesia juga meraih
penghargaan di bidang inovasi wisata dari United Nation World Tourism
Organization (UNWTO).

1
Gambar 1.1
Peringkat Daya Saing Pariwisata Indonesia 2019
Sumber: The Travel and Tourism Competitiveness Report, WEF, 2019.

Sulawesi Tengah merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi


besar untuk dikembangkan dari sektor pariwisata. Hal ini dikarenakan Sulawesi
Tengah memiliki beberapa destinasi pariwisata yang eksotis yang tersebar
diseluruh wilayah Kabupaten/kota, namun terdapat tiga destinasi Provinsi
Sulawesi Tengah berdasarkan 3S (Size, Sustain, Spread) berdasarkan tingkat
kunjungan, perkembangan pertahun selama 5 tahun terakhir (Rilis;Kementerian
Pariwisata, 2019) yaitu Kabupaten Banggai dengan spot destinasi Pulo Dua, Air
Terjun Salodik, Pantai Kilo Lima, kemudian Kabupaten Donggala dengan spot
destinasi Pantai Tanjung Karang, Anjungan Gonenggati, Pusat Laut dan
Kabupaten Tojo Unauna dengan spot destinasi Taman Nasional Kepulauan
Togean, Pulau Kadidiri, Pulau Ketupat.
Namun demikian, pembangunan sektor pariwisata di Sulawesi Tengah
dirasakan belum optimal karena masih banyak destinasi wisata yang masih
minim pengunjung atau wisatawan. Selain itu, sarana dan prasarana serta
aksesibilitas juga masih kurang. Tidak kalah pentingnya adalah aspek
pemasaran, dimana salah satunya adalah promosi keunggulan pariwisata
Sulawesi Tengah masih kurang gencar dan kurang efektif. Olehnya itu,
dibutuhkan strategi pengembangan pariwisata Sulawesi Tengah agar dapat
meningkatkan daya saing daerah secara keseluruhan.

2
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini
adalah “bagaimana strategi pengembangan pariwisata Sulawesi Tengah untuk
meningkatkan daya saing daerah?”. Secara rinci, permasalahan dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
a) Bagaimana strategi pengembangan destinasi pariwisata Provinsi
Sulawesi Tengah?
b) Bagaimana strategi pengembangan kelembagaan pariwisata Provinsi
Sulawesi Tengah?
c) Bagaimana strategi pengembangan industri pariwisata Provinsi Sulawesi
Tengah?
d) Bagaimana strategi pemasaran pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah?

1.3 Tujuan
Tujuan penelitian tentang Manajemen Strategi Pengembangan
Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah ini adalah untuk:
1. Mendapatkan gambaran tentang pembangunan sektor pariwisata di
Sulawesi Tengah
2. Menganalisis potensi dan tantangan kawasan pariwisata prioritas di
Provinsi Sulawesi Tengah.
3. Menganalisis kebijakan terkait dengan pembangunan pariwisata
4. Merumuskan strategi pengembangan pariwisata Sulawesi Tengah, yang
terdiri dari strategi pengembangan: (a) destinasi, (b) kelembagaan, (c)
industry, dan (d) pemasaran
5. Meningkatkan kesadaran semua stakeholders pariwisata baik pemerintah,
swasta, LSM dan masyarakat agar berperan aktif dalam pengembangan
pariwisata di Provinsi Sulawesi Tengah.

1.4 Manfaat Penelitian


Penerima manfaat dari kegiatan penelitian Manajemen Strategi
Pengembangan Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah ini adalah Pemerintah

3
Daerah Provinsi Sulawesi Tengah dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
se-Provinsi Sulawesi Tengah, seperti Bappeda, Dinas Pariwisata
Kabupaten/Kota, serta Organisasi Perangkat Daerah (OPD) lainnya,
Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat dimanfaatkan oleh investor,
pelaku usaha pariwisata, dan masyarakat dalam mengembangkan destinasi
pariwisata di wilayah kabupaten/kota masing-masing agar semakin berkualitas
dan berdaya saing nasional maupun internasional.

1.5 Metodologi
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan penelitian kualitatif dengan
mengikuti tahapan kajian ilmiah secara scientific. Beberapa tahapan yang
dilakukan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Persiapan dan Mobilisasi: Kebutuhan personil maupun peralatan-
peralatan dan data pendukung dipersiapkan dengan baik dan disusun
rencana kerja terinci sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan
sehingga dapat diselesaikan tepat waktu.
b. Pengumpulan dan Pengolahan Data: Pengumpulan dan pengolahan
data-data yang dibutuhkan melalui pengumpualn data sekunder dan data
primer
c. Tahap Analisis: Teknis analisis data yang dipergunakan dalam kajian ini
meliputi analisis terhadap data yang berupa angka-angka dan laporan
yang berupa data dari BPS dan instansi terkait kemudian dianalisis
menggunakan statistik deskriptif.
Lingkup Objek dan Wilayah Penelitian
Objek penelitian adalah capaian pembangunan 13 (tigabelas)
kabupaten/kota Tahun 2019 disektor pariwisata sebagai data sekunder,
sementara data primer ditentukan dengan purposive sampling, sehingga fokus
pada daerah tujuan wisata (DTW) sampel 3 (tiga) kabupaten dan 1 (satu) kota
yaitu Kabupaten Tojo Unauna, Kabupaten Poso, Kabupaten Donggala dan Kota
Palu.

4
Metode Pengumpulan Data
Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya adalah:
1. Studi dokumentasi, mengumpulkan data dan informasi berupa:
dokumen-dokumen yuridis berupa Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten/Kota dan Provinsi, Kabupaten
Dalam Angka (KDA) Kabupaten dan Kota Tahun 2019 yang dirilis oleh
Badan Pusat Statistik, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah,
Keputusan Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah/Bupati/Walikota dan lain-
lain; hasil-hasil kajian; artikel-artikel ilmiah, serta dokumen-dokumen lain
yang dianggap terkait dengan kegiatan ini, melalui internet, kliping
koran/majalah atau meminta langsung terhadap sumbernya.
2. Studi Lapangan yaitu dengan mengunjungi langsung lokasi yang
dijadikan wilayah kajian. Teknik studi lapangan dijelaskan berikut ini:
a. Teknik Wawancara kepada pihak-pihak yang terkait seperti
Pemerintah daerah tingkat Kabupaten/Kota sebagai sampel
penelitian.
b. Teknik Observasi yaitu melakukan kunjungan langsung ke lokasi
dan destinasi yang disepakati yaitu spot destinasi di Kabupaten Tojo
Unauna, Kabupaten Poso, dan Kabupaten Donggala serta destinasi
tertentu yang dianggap penting dan akan memberikan informasi
yang dibutuhkan.
c. Teknik Kuesioner dengan memberikan daftar isian dan pertanyaan
terbuka yang perlu diisi oleh pihak terkait untuk mendapatkan
masukan maupun informasi yang dibutuhkan.
Teknik Pengumpulan data dalam kegiatan ini dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu:
1. Teknik Pengumpulan data Kelompok Lokasi data sekunder
Dalam kelompok ini pengumpulan data dilakukan dengan data sekunder
(data yang diperoleh dari BPS dan OPD terkait).

5
2. Teknik Pengumpulan data Kelompok lokasi data primer
Kelompok Data primer adalah Kabupaten yang telah ditentukan, yaitu
Kabupaten Tojo Unauna, Kabupaten Poso, Kabupaten Donggala. Adapun
responden pada lokasi terpilih berdasarkan teknik purposive sampling
ditetapkan adalah dari instansi pemerintah (Dinas Pariwisata, Bappeda,
BPBD), pelaku usaha (pengelola hotel, pengelola obyek wisata,
kuliner/rumah makan, toko souvenir, kelompok sadar wisata/pokdarwis);
dan wisatawan (wisatawan mancanegara/asing, wisatawan
nusantara/nasional maupun lokal, dan masyarakat).

6
BAB II
LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN KEBIJAKAN
KEPARIWISATAAN

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Definisi Manajemen
Ilmu manajemen telah banyak diaplikasikan oleh para akademisi dan
praktisi diberbagai bidang, baik itu ekonomi, ilmu sosial, teknik, dan sebagainya.
Terlihat pula di setiap organisasi masyarakat, baik yang mencari keuntungan
maupun lembaga-lembaga sosial, bahkan pemerintahan, hampir semua
menyadari akan arti pentingnya ilmu manajemen yang fungsi-fungsinya
diterapkan di dalam organisasi, untuk memperlancar tugas sehari-hari dan
meningkatkan kinerja organisasi.
Secara umum, kata manajemen sudah sering kita dengar, akan tetapi
manajemen merupakan proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin,
dan mengendalikan pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua
sumber daya yang dimiliki organisasi untuk mencapai sasaran yang dinginkan
oleh organisasi. Sumber daya yang ada dalam oragnisasi minsalnya seluruh aset
yang dimiliki oleh organisasi, baik manusianya, mesin, bahan mentah, teknologi,
citra organisasi, paten, modal finansial, serta loyalitas pegawai dan pelanggan.
Menurut Manullang (2001) mendefinisikan manajemen sebagai suatu
seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penempatan karyawan,
pemberian perintah, dan pengawasan terhadap sumber daya manusia dan alam,
terutama sumber daya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
terlebih dahulu. Teori manajemen sebenarnya lebih menjurus pada segi proses
penggunaan setiap ilmu serta seni untuk bersama-sama dan selanjutnya
menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan organisasi.
Teori manajemen adalah sebagai suatu cara pengorganisasian
pengalaman bahwa dalam praktiknya dapat dibuktikan melalui penelitian,
percobaan pengalaman dan prinsip-prinsip serta pengajaran hal-hal fundamental
dalam proses manajemen (Ivancevich, Konopaske, and Matteson, 2009). Lebih

7
lanjut dijelaskan bahwa manajemen mencakup seseorang dalam oragnisasi yang
akan melaksanakan tanggung jawab untuk mencapai tujuan dalam suatu struktur
organisasi. Itu artinya, manajemen berkaitan dengan organisasi. Di dalam
organisasi ada struktur yang jelas dengan pembagian tugas dan kewenangan
formal sebagai upaya menggerakkan personil melakukan tugas mencapai tujuan.
Organisasi yang akan berjalan sesuai apa yang kita inginkan jika
dikelola dengan cara yangbenar dan sesusai, untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan manajer-manajer handal untuk melakukan pengelolaan pada masing-
masing departemen. Setiap organisasi yang ada baik itu organisasi yang besar
atau yang kecil pastinya akan memiliki seorang manajer (pengelola), yaitu orang
yang bertanggung jawab untuk melaksanakan aktivitas penyusunan
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pemberian suatu kata-kata
yang dapat mmebangkitkan semangat bagi karyawan serta mengendalian
kegiatan perusahaan.

2.1.2 Definisi Strategi


Strategi pada awalnya digunakani di kalangan militer dan diartikan
sebagai seni dalam merancang (operasi) peperangan yang sering dilakukan oleh
para militer, terutama yang erat kaitannya dengan gerakan pasukan dan navigasi
ke dalam polisi perang yang dipandang paling menguntungkan untuk
memperoleh kemenangan. Penetapan strategi tersebut sebelumnya akan
mengaanalisis kekuatan musuh yang meliputi banyak hal seperti jumlah anggota
musuh, bentuk-bentuk persenjataan yang dimiliki, keadaan dilapangan, letak
musuh, dan sebagainya. Dalam perwujudannya, strategi yang dilakukan
selanjutnya akan disempurnakan dan dijabarkan lebih mendalam sehingga akan
menjadi sebuah tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam medan
pertempuran (Ahmadi dan Prasetya, 1997: 11).
Pada dasarnya strategi merupakan suatu proses pencapaian tujuan
jangka panjang. Strategi bisnis yang ada sangat beragam bisa berupa perluasan
geografis, memberikan suatu keunikan, penggabungan anatar satu oragnisasi
dengan oragnisasi yang lain, perluasan pangsa pasar, penetrasi pasar,

8
rasionalisasi karyawan, divestasi, likuidasi dan joint venture (Kotler, Kartajaya
dan Huan, 2017). Strategi yang sebelumnya telah dibuat atau direncanakan
selanjutnya digabungkan dan dijalankan sehingga dapat dilihat hasilnya pada
sebuah oragnisasi, apakah organisasi dengan strategi yan dijalankan dapat
memberikan suatu keuntungan atau bahkan dapat merugikan sehingga strategi
yang dibuat harus-betul-betul diperhitungkan dan dianalisis secara baik dan
benar.
Perumusan strategi adalah proses penyusunan langkah-langkah yang
kongkrit untuk membangun dan mengembangkan visi dan misi dalam sebuah
organisasi, menetapkan tujuan strategis serta keuangan perusahaan, dan
merancang strategi dalam mencapai tujuan tersebut dalam rangka menyediakan
customer value terbaik. Menurut Kartajaya (1996), langkah yang dilakukan
perusahaan ketika merumuskan strategi, yaitu:
1. Langkah yang awal yang harus dilakukan oleh perusahaan atau
organisasi adalah perusahaan harus dapat melihat lingkungan yang akan
dimasuki perusahaan dan selanjutnya dapat menentapkan misi
perusahaan untuk bisa mencapai visi yang diinginkan dalam lingkungan
tersebut.
2. Selanjutnya perusahaan atau organisasi harus bisa Melihat lingkungan
yang ada dalam perusahaan atau prganisasi dan diluar perusahaan atau
organisasi sehingga akan mengetahui apa kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki oleh perusaah sendiri.
3. Membuat acuan-acuan pengukuran sebagai landasan pengukuran
keberhasilan strategi yang telah dibuat sebelumnya.
4. Serta yang terakhir yang terpenting adalah menentukan tujuan yang ingin
dicapai dan target, mengevaluasi berbagai alternatif strategi dan
mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki sesuai dengan kondisi
eksternal yang dihadapi.

9
Selain itu, Kotler dan Amstrong (2001) mendefinisikan bahwa setidaknya
terdapat tiga pengertian yakni:
1. Strategi merupakan suatu cara-cara yang telah dibuat sebelumnya yang
dapat memberikan hasil yang positif untuk oragnisasi
2. Strategi merupakan suatu pendapat dimana isu-isu krusial atau faktor
keberhasilan dapat dibicarakan, serta keputusan strategis bertujuan untuk
membuat dampak yang besar serta jangka panjang kepada prilaku dan
keberhasilan organisasi.
3. Strategi yang pada dasarnya merupakan penetapan tujuan serta melihat
sumber-sumber daya yang dimiliki oleh organisasi dan dapat
membandingkan dengan peluang yang dimiliki sehingga dapat
memberikan hasil yang terbaik bagi oragnisasi
Strategi adalah suatu langkah atau proses untuk mengembangkan,
mempertahankan serta menentukan sasaran-sasaran perusahaan untuk
memasarkan produknya kepada konsumen. Adapun hal-hal yang harus
diperhatikan dalam strategi adalah tentang pengembangan misi perusahaan
yang jelas, tujuan dan sasaran yang hendak dicapai, strategi dalam menghadapi
pesaing, strategi untuk menarik minat konsumen dan lain sebagainya

2.1.3 Manajemen Strategi


Manajemen strategi menurut David (2011) adalah suatu ilmu yang
mengenai perumusan mendalam, pelaksanaan serta evaluasi
keputusan-keputusan lintas fungsi yang memungkinkan organisasi mencapai
suatau keberhasilan yang dinginkannya. Sstrategi ini sebagai sebuah keputusan
dan tindakan yang mengacu pada penyusunan suatu strategi atau sejumlah yang
dinginkan unutk mencapai tujuan awal yang telah dibuat.
Perumusan strategi ini meliputi kegiatan untuk mengembangkan visi dan
misi organisasi, yang sebelumnya telah dibuat dan dipertimbangkan serta
mengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar organisasi Selain itu menurut
Lawrence dan William (1988) strategi juga termasuk aktivitas menentukan
kekuatan dan kelemahan dalam organisasi, menetapkan tujuan jangka panjang

10
organisasi, membuat sejumlah strategi kedua untuk bisa menggantikan strategi
pertama jika nantinya tidak berhasil atau terjadi suatu hal yang tidak terduga
sehingga strategi kedua dapat mengantikannya untuk organisasi, serta memilih
strategi tertentu untuk digunakan.
Implementasi strategi menurut Hunger dan Wheelen (2001) didefinisikan
sebagai proses manajemen untuk mewujudkan strategi dan kebijakan yang
dibuat sebelumnya melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur.
Untuk menggambarkan hubungan antara implementasi strategi dan pencapaian
kinerja, dapat dilihat pada gambar berikut:
Pengamatan Perumusan Strategi Implementasi Strategi Evaluasi dan
Lingkungan Pengendalian

Eksternal Misi
Tujuan
Lingkungan
Sosial Strategi
Lingkungan Kebijakan
Tugas

Program

Internal Anggaran
Prosedur
Struktur
Budaya Kinerja
Sumber daya

Umpan Balik
Gambar 2.1. Model Manajemen Strategi
Sumber: Hunger dan Wheelen, (2001)

Penerapan strategi merupakan stau proses yang sangat krusial,


implementasi strategi merupakan proses yang bukan hanya dilakukan satu kali
akan tetapi dilakukan beulang-ulang kali dan tak berkesudahan yang
memerlukan pengkajian dan pembaharuan secara terus menerus, yang pada
dasarnya diketahui bahwa manajemen strategik itu dinamis atau berubah-ubah.
Manajemen strategik melibatkan pola kompleks aksi dan reaksi. Bisa dikatakan
manajemen strategik itu setengah terencana dan setengah tidak terencana.
Strategi terencana dan muncul, dinamis, dan interaktif. Estimasi berlebihan
terhadap sumber yang kompeten dan estimasi minim dari waktu yang diperlukan

11
harus dihindari. Pegawai dan jajaran manajem senior harus berkomitmen
memberlakukan keterbukaan komunikasi. Lebih penting lagi, manajemen harus
dapat meramalkan reaksi lingkungan dan mengatur perubahan yang ditimbulkan
nantinya.
Kita pernah mendengar tentang suatu perusahaan yang berhasil
menguasai pasar dan mampu mengeruk keuntungan yang besar dari hasil
penjualan produknya. Atau suatu perusahaan yang meluncurkan suatu produk
baru dan produk tersebut berhasil menembus pasar serta memperoleh
kesuksesan besar. Bahkan kemudian melakukan perluasan usaha dengan
diversifikasi, diversifikasi atau pengembangan produk yang ada, dan kemudian
melakukan aliansi usaha dengan perusahaan lainnya. Lebih lagi ia mampu
memasarkan produknya ke luar negeri dengan sukses. Atau berita tentang
seseorang yang memulai usahanya hanya sebagai penjajah bakso keliling yang
keluar masuk kampung, namun saat ini ia telah mampu memiliki rumah makan
diberbagai tempat dan memperoleh keuntungan bisnis yang sangat besar.
Atau justru berita sebaliknya, yang menyatakan kebangkrutan suatu
bisnis Karen tidak mampu bersaing di pasar atau katena produknya tidak lagi
diminati oleh pasar, atau karena sebap lain. Pemberlakuan undang-undang baru
yang akhirnya dapat menimbulkan turunnya daya beli masyarakat juga dapat
menyebapkan lesunya suatu bisnis.
Keberhasilan dan kegagalan, seperti uraian di atas, merupakan
kenyataan yang dapat dialami oleh suatu usaha baik itu usaha yang skala kecil
atau usaha sekala besar. Diketahui bahwa dunia bisnis merupakan dunia penuh
dengan persaingan peluang, tantangan, kegairahan maupun kelesuan yang
dapat menyebabkan naik turunnya suatu usaha. Sehingga usaha akan tetapi
bisa bertahan jika bisa melihat semua yang terjadi di dalam atau di luar usaha
sehingga dapat mangambil semua informasi menajdi sebuah keputusan yang
baik untuk usaha itu sendiri. Terlebih dalam era globalisasi ini, persaingan tidak
hanya terbatas secara local, nasional, atau regional saja, namun sudah secara
global. Hal ini mengakibatkan semakin banyak variabel-variabel yang dapat
mempengaruhi kaberhasilan suatu bisnis.

12
2.1.4 Definisi Pariwisata
Pariwisata tidak asing di benak kita terutama orang-orang yang suka
berkunjung ke daerah-daerah yang memiliki potensi pemandangan dan keunikan
tersendiri. Pariwisata saat ini masih dipandang sebagai gejala social yang sangat
kompleks yang menyangkut aktivitas manusia seutuhnya meliputi aspek
sosiologis, pisikologis, ekologis, ekonomis budaya dan masih banyak lagi.
Karena pariwisata merupakan suatu cakupan yang sangat luas sehingga
menarik perhatian banyak ilmuan dari berbagai bidang ilmu.
Menurut Luturlean, dkk (2019:04) pariwisata adalah perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang dalam jangka waktu tertentu dari suatu tempat
ketempat lain a dengan melakukan perencanaan sebelumnya, tujuannya untuk
rekresi atau untuk suatu kepentingan sehingga keinginan dapat terpenuhi. Atau
pariwisata dapat diartikan juga sebagai suatu perjalanan dari suatu tempat ke
tempat lain untuk rekreasi lalu kembali ketempat semula.
Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa sansekerta yang
terdiri atas dua suku kata, yaitu pari dan wisata. Pari artinya seluruh, semua dan
penuh. Sedangkan Wisata berarti perjalanan. Dengan demikian pariwisata dapat
diartikan sebagai perjalanan penuh, yaitu berangkat dari suatu tempat, menuju
dan singgah di suatu atau di beberapa tempat, dan kembali ketempat asal
semula (Hanief dan Pramana, 2018:01).
Wisnawa, Prayoga dan Sutapa (2019:1-2) menegaskan bahwa
menurut Undang-Undang No 10 Tahun 2019 dijelaskan definisi priwisata, wisata,
wisatawan, daya tarik wisata, daerah tujuan wisata, usaha pariwisata, industri
pariwisata dan kawasan strategi pariwisata sebagai berikut:
1. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat ,
pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
2. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan

13
rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik
wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara
3. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata
4. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan
pariwisata dan bersifat multidimensi serat multisdisiplin yang muncul
sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah,
pemerintah daerah, dan pengusaha
5. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan,
keindahan, dan nilai yang berupa keaneka ragaman kekayaan alam,
budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan
kunjungan wisatawan
6. Daerah tujuan wisata yang selanjutnya disebut destinasi pariwisata
adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah
administrative yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum,
fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan
melengkapi terwujudnya kepariwisataan
7. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan atau jasa
bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggara pariwisata.
Pengusaha parisisata adalah orang atau sekelompok orang yang
melakukan kegiatan usaha pariwisata
8. Industri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariiwisata yang saling terkait
dalam rangka menghasilkan bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan
dalam penyelengaraan pariwisata
9. Kawasan Strategi Pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama
pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang
mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek , seperti
pertumbuhan ekonomi, social dan budaya, pemberdayaan sumber daya
alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan

14
10. Kepariwisataan bertujuan untuk :
a) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
b) Meningkatkan kesejahtraan rakyat
c) Menghaspus kemsikinan
d) Mengatasi pengangguran
e) Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya
f) Memajukan kebudayaan
g) Mengangkat citra bangsa
h) Memupuk rasa cinta tanah air
i) Memperkuat jati diri dan kesatuan bangsa, dan
j) Mempererat persatuan antar bangsa

2.1.5 Pengembangan Pariwisata


Pengembangan kepariwisataan saat ini tidak hanya untuk menambah
devisa negara maupun pendapatan pemerintah daerah. Akan tetapi juga
diharapkan dapat memperluas kesempatan berusaha disamping memberikan
lapangan pekerjaan baru untuk mengurangi pengangguran. Pariwisata dapat
menaikkan taraf hidup masyarakat yang tinggal di kawasan tujuan wisata
tersebut melalui keuntungan secara ekonomi, dengan cara mengembangkan
fasilitas yang mendukung dan menyediakan fasilitas rekreasi, wisatawan dan
penduduk setempat saling diuntungkan. Pengembangan daerah wisata
hendaknya memperlihatkan tingkatnya budaya, sejarah dan ekonomi dari tujuan
wisata.
Menurut Sugono (2008:679), kata pengembangan mengandung
pengertian pembangunan secara bertahap dan teratur serta yang menjurus ke
sasaran yang dikehendaki. Amerta (2019:14-16) mengemukakan enam tahap
pengembangan pariwisata yang membawa implikasi serta dampak yang
berbeda, secara teoretis, yaitu seperti di bawah ini :
1. Tahap eksplorasi, pertumbuhan spontan dan penjajakan (exploration).
Pada tahap ini jumlah wisatawan petualang relatif kecil. Mereka
cenderung dihadapkan pada keindahan alam dan budaya yang masih

15
alami di daerah tujuan wisata. Fasilitas pariwisata dan kemudahan yang
didapat wisatawan juga kurang baik. Atraksi di daerah wisata belum
berubah oleh pariwisata dan kontak dengan masyarakat lokal relatif tinggi.
2. Tahap keterlibatan (involvement).
Pada tahap ini mulai adanya inisiatif masyarakat lokal menyediakan
fasilitas wisata, kemudian promosi daerah wisata mulai dibantu oleh
keterlibatan pemerintah. Hasilnya peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan
3. Tahap pengembangan dan pembangunan (development).
Pada tahap ini jumlah wisatawan yang datang meningkat tajam. Pada
musim puncak wisatawan biasanya menyamai, bahkan melebihi jumlah
penduduk lokal. Investor luar berdatangan memperbarui fasilitas. Sejalan
dengan meningkatnya jumlah dan popularitas daerah pariwisata,
masalah-masalah rusaknya fasilitas mulai terjadi. Perencanaan dan
kontrol secara nasional dan regional menjadi dibutuhkan, bukan hanya
untuk pemecahan masalah yang terjadi, melainkan juga untuk pemasaran
internasional.
4. Tahap konsolidasi (consolidation).
Pada tahap ini tingkat pertumbuhan sudah mulai menurun walaupun total
jumlah wisatawan masih relatif meningkat Daerah pariwisata belum
berpengalaman mengatasi massalah dan kecenderungan terjadinya
monopoli yang sangat kuat
5. Tahap kestabilan (stagnation).
Pada tahap ini jumlah wisatawan yang datang berada pada puncaknya.
Artinya, wisatawan tidak mampu lagi dilayani oleh daerah tujuan wisata.
Ini disadari bahwa kunjungan ulangan wisatawan dan pemanfaatan bisnis
dan komponen- komponen lain pendukungnya dibutuhkan untuk
mempertahankan jumlah wisatawan yang berkunjung. Daerah tujuan
wisata mungkin mengalami massalah-massalah lingkungan, sosial, dan
ekonomi.

16
6. Tahap penurunan kualitas (decline) dan kelahiran baru (rejuvenation).
Pada tahap decline, pengunjung kehilangan daerah tujuan wisata yang
diketahui semula dan menjadi 'resort" baru. 'Resort’ secara geografi lebih
kecil untuk perjalanan harian dan kunjungan berakhir pekan. Kepemilikan
berpeluang kuat untuk berubah dan fasilitas-fasilitas pariwisata, seperti
akomodasi akan berubah pemanfaatannya. Akhirnya, pengambilan
kebijakan mengakui tingkatan ini dan memutuskan untuk dikembangkan
sebagai ‘kelahiran baru'. Selanjutnya terjadi kebijaksanaan baru dalam
berbagai bidang, seperti pemanfaatan, pemasaran, saluran distribusi, dan
meninjau kembali posisi daerah tujuan wisata tersebut.
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan
pengembangan dalam buku ini adalah suatu aktivitas memajukan desa wisata
dengan menggali berbagai potensi yang bisa dikembangkan menjadi suatu daya
tarik wisata alternatif. Aktivitas tersebut dikelola oleh masyarakat lokal, ramah
lingkungan, berkelanjutan, serta dapat meningkatkan kehidupan sosial budaya
dan kesejahteraan masyaraka.

2.1.6 Pentingnya Sektor Pariwisata


Melihat pariwisata yang berkembang semakin pesat saat ini dilingkungan
kita membuat kita harus mengerti apa pentingnya sektor pariwisata yanga akan
terus dibangun. Melihat dari buku Luturlean dkk (2019:51-52) Industri pariwisata
mulai dikenal di Indonesia setelah dikeluarkan Instruksi Predisen RI No. 9 tahun
1969. Dalam pasal 3 disebutkan, bahwa: Usaha-usaha pengembangan
pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri pariwisata dan
merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta
kesejahtaraan masyarakat dan negara.
Sesuai dengan Instruksi Presiden tersebut dikatakan bahwa tujuan
pengembangan pariwisata di Indonesia, di antaranya:
1. Meningkatkan pendapatan devisa pada khususnya dan pendapatan
negara pada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan
mendorong kegiatan-kegiatan industri sampingan lainnya.

17
2. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan
Indonesia.
3. Meningkatkan persaudaraan/persahabatan nasional dan internasional.
Dengan pernyataan tersebut, jelaslah bahwa usaha-usaha yang
berhubungan dengan kepariwisataan merupakan usaha yang bersifat komersial.
Hal tersebut dapat dilihat dari betapa banyaknya jasa yang diperlukan oleh
wisatawan jika melakukan perjalanan wisata semenjak ia berangkat dari
rumahnya hingga kembali ke rumahnya tersebut. Jasa yang diperoleh tidak
hanya oleh satu perusahaan yang berbeda fungsi dalam proses pemberian
pelayanannya. Sedangkan manfaat pariwisata, adalah:
1. Menciptakan lapangan kerja.
2. Meningkatkan penghasilan bagi masyarakat, baik dari pelayanan jasa
maupun dari penjualan barang cinderamata.
3. Meningkatkan pendapatan negara.
4. Mendorong pembangunan daerah.
5. Menanamkan rasa cinta tanah air dan budaya bangsa.
Berikut tujuan dari pembangunan pariwisata nasional yang sedang
digalakan oleh pemerintahan Indonesia, di antaranya:
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata;
2. Mengkomunikasikan destinasi pariwisata Indonesia menggunakan media
pemasaran secara efektif, efisien, dan bertanggung jawab;
3. Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan
perekonomian nasional; dan
4. Mengembangkan kelembagaaan kepariwisataan dan tata kelola
pariwisata yang mampu mensinergikan pembangunan destinasi
pariwisata, pemasaran pariwisata, dan industri pariwisata secara
profesional, efektif, dan efisien.
Perekonomian negara yang cenderung aktif berpartisipasi dalam bidang
pariwisata secara normal dapat mengikuti setiap keuntungan nasional dari
masing-masing proyek, baik itu besar maupun kecil yang dicapai dari wisatawan.
Negara hendaknya memikirkan hasil-hasil ekonomis kebijakan pariwisatanya

18
bagi industri pariwisata dengan tujuan pokok harus mendatangkan manfaat bagi
perekonomian secara keseluruhan atau perkembangan suatu daerah tertentu
yang diperlukan untuk keserasian nasional dari pada hanya sekedar keuntungan
cepat dari sesuatu proyek khusus atau bagi unsur-unsur tertentu.
Berikut dijelaskan pula tentang kebijaksanaan peningkatan dan
pengembangan pariwisata yang pada dasarnya kebijaksanaan ini lebih banyak
diarahkan dan ditekankan dalam rangka mengambil langkah-langkah
penyelenggaraan beberapa kegiatan yang, antara lain meliputi:
a. Meningkatkan pemahaman seluruh lapisan masyarakat terhadap manfaat
pariwisata dalam pembangunan.
b. Meningkatkan citra dan mutu pelayanan pariwisata nasional.
c. Meningkatkan penyelenggaraan promosi wisata pariwisata Indonesia di
luar negeri.
d. Memberi pengarahan dan petunjuk dalam pengembangan kepariwisataan
dalam ruang lingkup nasional.
e. Mengadakan koordinasi dengan departemen terkait, lembaga- lembaga
pemerintah, pemerintah daerah, pihak swasta nasional dan organisasi
masyarakat untuk menyerasikan langkah dalam perencanaan dan
pengembangan pariwisata di Indonesia.
Fungsi lain yang penting bagi negara dalam pariwisata, yaitu mengawasi
standar dan kualitas jasa-jasa wisata, baik melalui organisasi pariwisata nasional
maupun departemen yang lain. Hal ini berkaitan erat dengan tugas negara untuk
mengamati bahwa citra pariwisata negaranya meningkat maju. Perluasan
pengawasan yang demikian adalah sebagian dari kebijakan pariwisata nasional
yang harus diungkapkan dalam ketentuan- ketentuan hukum agar berbagai
badan usaha pariwisata, baik milik negara, swasta, dan asing dapat melihat
secara jelas tempat mereka berada dan memperbaiki mereka sebagaimana
mestinya.
Dalam bukunya, Luturlean dkk (2019:11-12) Pemerintah Republik
Indonesia telah menetapkan pariwisata sebagai sektor prioritas yang mampu
mendorong ekonomi. Di dalam RPJMN 2015-2019, pemerintah telah

19
menetapkan target kunjungan wisatawan mancanegara hingga 20 juta orang
pada tahun 2019. Walaupun sampai saat ini belum ada roadmap yang jelas
terkait strategi pengembangan sektor pariwisata dalam lima tahun ke depan
dapat mencapai target tersebut. Center of Reform on Economics (CORE)
memberikan beberapa catatan penting untuk dapat meningkatkan kinerja sektor
pariwisata dalam lima tahun ke depan.
Pertama, percepatan pertumbuhan sektor pariwisata akan dapat mengatasi
defisit neraca jasa, dengan demikian pertumbuhan sektor pariwisata akan
didorong lebih cepat lagi, tidak sekedar mengikuti tren pertumbuhan linier seperti
yang terjadi selama ini.
Kedua, untuk dapat merespon dinamika dalam bisnis pariwisata secara cepat,
efektif, dan efisien, pengelolaan pariwisata di Indonesia perlu menggunakan
pendekatan bisnis, bukan dengan pendekatan birokrasi, karena sektor pariwisata
bukanlah pelayanan dasar publik sebagaimana halnya sektor pendidikan dan
kesehatan. Pendekatan secara bisnis ini semestinya diterapkan dengan
mendirikan badan pengembangan pariwisata independen yang dikelola secara
profesional dan menempatkan pemerintah serta seluruh stakeholder di sektor ini.
Ketiga, kebijakan bebas visamerupakan langkah terobosan yang bagus, namun
untuk mendongkrak kinerja sektor pariwisata dan melakukan percepatan
pertumbuhan sektor ini secara signifikan tidak bisa hanya dengan mengandalkan
satu kebijakan saja. Kebijakan bebas visa juga harus diikuti dengan langkah-
langkah lain yang bersifat pro-aktif dan inovatif, melakukan promosi wisata
secara gencar, di samping terus memacu pembangunan infrastruktur khususnya
yang berdampak terhadap peningkatan daya saing wisata.
Keempat, untuk mendorong surplus jasa perjalanan, selain menjaring sebanyak
mungkin wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia, perlu pula
mendorong masyarakat Indonesia untuk lebih memilih berwisata di dalam negeri.
Pemerintah telah mengambil langkah penting dengan menempatkan
sektor pariwisata sebagai sektor prioritas dalam lima tahun ke depan.
Selanjutnya, CORE mendorong pemerintah untuk segera menindaklanjutinya
dengan membuat peta jalan pengembangan pariwisata lima tahun secara jelas

20
dan rinci, dengan mempertimbangkan beberapa usulan yang telah dipaparkan di
atas.
Kementerian Pariwisata memiliki tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan dibidang kepariwisataan untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam melaksanakan tugas,
Kementerian Pariwisata menyelenggarakan fungsi:
❖ Perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pengembangan destinasi
dan industri pariwisata, pengembangan pemasaran pariwisata
mancanegara, pengembangan pemasaran pariwisata nusantara, dan
pengembangan kelembagaan kepariwisataan.
❖ Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang
pengembangan destinasi dan industri pariwisata, pengembangan
pemasaran pariwisata mancanegara, pengembangan pemasaran
pariwisata nusantara, dan
❖ pengembangan kelembagaan kepariwisataan.
❖ Pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan dan perintisan daya tarik
wisata dalam rangka pertumbuhan destinasi pariwisata nasional dan
pengembangan daerah serta peningkatan kualitas dan daya saing
pariwisata.
❖ Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
pemerintahan di bidang pengembangan destinasi dan industri pariwisata,
pengembangan pemasaran
❖ pariwisata mancanegara, pengembangan pemasaran pariwisata
nusantara, dan pengembangan kelembagaan kepariwisataan.
❖ Pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan Kementerian Pariwisata.
❖ Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Pariwisata; dan
❖ Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian
Pariwisata.

21
Industri pariwisata memiliki fungsi yang penting, yaitu:
➢ Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan
kerja.
➢ Sarana pendorong bagi pembangunan daerah.
➢ Memperbesar pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran raykat.
➢ Memupuk rasa cinta tanah air.
➢ Memperkaya kebudayaan nasional dan memantapkan pembinaannya
dalam rangka memperkokoh jati diri bangsa dan mempererat
persahabatan antar bangsa.
Sehubungan dengan itu, perlu adanya langkah-langkah pengaturan
yang mampu mewujudkan keterpaduan dalam kegiatan penyelenggaraan
kepariwisataan, serta memelihara kelestarian dan mendorong upaya
peningkatan mutu lingkungan hidup serta obyek dan daya tarik wisata.

2.2 Tinjauan Kebijakan Kepariwisataan


Beberapa tinjauan tentang kebijakan kepariwisataan baik pada level
nasional (Pemerintah Pusat) maupun daerah dijelaskan sebagai berikut:

2.2.1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana


Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional 2005-2025
berisi kebijakan untuk seluruh sektor pembangunan di tingkat nasional secara
umum, termasuk sektor kepariwisataan. Dikemukakan bahwa bahwa
kepariwisataan dikembangkan agar mampu mendorong kegiatan ekonomi dan
meningkatkan citra Indonesia, meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal,
serta memberikan perluasan kesempatan kerja. Pembangunan kepariwisataan
juga memanfaatkan keragaman pesona keindahan alam dan potensi nasional
sebagai wilayah wisata bahari terluas di dunia secara arif dan berkelanjutan,
serta mendorong kegiatan ekonomi yang terkait dengan pengembangan budaya
bangsa. Kemudian, dalam penjabaran misi ke-7 pembangunan nasional, yaitu

22
mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan
berbasiskan kepentingan nasional, salah satunya perwujudannya adalah dengan
mengembangkan industri kelautan secara sinergi, optimal, dan berkelanjutan.
Industri kelautan yang dimaksud dalam konteks pembangunan pariwisata adalah
pariwisata bahari. Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki potensi kelautan,
berpotensi untuk dikembangkan sebagai destinasi pariwisata bahari yang
diharapkan mampu menjadi magnet bagi kunjungan wisatawan domestik
maupun mancanegara.
Pariwisata sebagai suatu sektor kehidupan, telah mengambil peran
penting dalam pembangunan perekonomian bangsa-bangsa di dunia, khususnya
dalam 2 (dua) dekade terakhir, yang ditunjukkan dengan meningkatnya
kesejahteraan ekonomi bangsa-bangsa di dunia yang semakin baik dan maju.
Kemajuan dan kesejahteraan yang makin tinggi telah menjadikan pariwisata
sebagai bagian pokok dari kebutuhan atau gaya hidup manusia, dan
menggerakkan jutaan manusia untuk mengenal alam dan budaya ke belahan
atau kawasan-kawasan dunia lainnya. Pergerakan jutaan manusia selanjutnya
mengerakkan mata rantai ekonomi yang saling berkaitan menjadi industri jasa
yang memberikan kontribusi penting bagi perekonomian dunia, perekonomian
bangsa-bangsa, hingga peningkatan kesejahteraan ekonomi di tingkat
masyarakat lokal. Bagi Indonesia, pembangunan pariwisata juga memiliki
kontribusi yang signifikan dalam Pembangunan ekonomi nasional sebagai
instrumen peningkatan perolehan devisa. Perolehan devisa dari kehadiran
wisatawan mancanegara ke Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini
melampaui aliran pemasukan devisa baik dari utang luar negeri Pemerintah
maupun dari penanaman modal asing.
Saat ini kita tengah berada pada tahap ke-4 RPJPN 2005-2025,
dimana Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-
2024 adalah pedoman untuk menjamin pencapaian visi dan misi Presiden,
RPJMN sekaligus untuk menjaga konsistensi arah pembangunan nasional
dengan tujuan di dalam Konstitusi Undang Undang Dasar 1945 dan RPJPN
2005–2025.

23
Pembangunan ekonomi dalam lima tahun ke depan diarahkan untuk
meningkatkan ketahanan ekonomi yang ditunjukkan oleh kemampuan dalam
pengelolaan sumber daya ekonomi, dan dalam menggunakan sumber daya
tersebut untuk memproduksi barang dan jasa bernilai tambah tinggi untuk
memenuhi pasar dalam negeri dan ekspor. Hasilnya diharapkan dapat
mendorong pertumbuhan yang berkualitas yang ditunjukkan dengan
keberlanjutan daya dukung sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk
peningkatan kesejahteraan secara adil dan merata
Pembangunan ekonomi akan dilaksanakan Pembangunan dalam
RPJMN ke-4 (2020-2024) melalui dua pendekatan, yaitu: (1) pengelolaan
sumber daya ekonomi, dan (2) peningkatan nilai tambah ekonomi. Kedua
pendekatan ini menjadi landasan bagi sinergi dan keterpaduan kebijakan lintas
sektor yang mencakup sektor pangan dan pertanian, kemaritiman dan perikanan,
industri, pariwisata, ekonomi kreatif, dan ekonomi digital. Pelaksanaan kedua
fokus tersebut akan didukung dengan perbaikan data untuk menjadi rujukan
pemantauan dan evaluasi capaian pembangunan, serta perbaikan kualitas
kebijakan. Capaian sektor pariwisata pada periode 2014-2018 dimana terjadi
Peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara dari 9,4 juta orang di tahun
2014 menjad 15,8 juta orang di tahun 2018.
Kontribusi pariwisata dalam penciptaan devisa meningkat dari USD 11,2
miliar di tahun 2014 menjadi USD 15,2 miliar di tahun 2017. Kenaikan devisa ini
dihasilkan dari peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) untuk
menikmati wisata alam dan budaya di Indonesia dari 9,4 juta orang di tahun 2014
menjadi 15,8 juta orang pada tahun 2018. Aktivitas wisatawan nusantara juga
meningkat dari 252 juta orang di tahun 2014 menjadi 277 juta orang di tahun 2017.
Secara total, kontribusi sektor pariwisata kepada perekonomian nasional
diperkirakan meningkat dari 4,2 persen di tahun 2015 menjadi 4,8 persen di tahun
2018
Arah kebijakan dalam rangka pengelolaan sumber daya ekonomi khusus
di sector Pariwisata pada tahun 2020-2024 mencakup Peningkatan nilai tambah
dan investasi di sektor riil, dan industri pariwisata yang dilaksanakan dengan

24
strategi (1) meningkatkan industri berbasis pertanian, perikanan, kemaritiman,
dan non agro yang terintegrasi hulu-hilir mendukung industri pariwisata; (2)
meningkatkan daya saing destinasi dan industri pariwisata, termasuk wisata
alam, yang didukung penguatan rantai pasok dan ekosistem pariwisata; (3)
meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk kreatif dan digital; (4)
memperbaiki iklim usaha dan meningkatkan investasi di sector pariwisata; (5)
meningkatkan industri halal dan produk sehat.
Dalam kurun waktu lima tahun mendatang (2020-2024), peningkatan
nilai tambah pariwisata akan difokuskan pada peningkatan lama tinggal dan
pengeluaran wisatawan sebagai hasil dari perbaikan aksesibilitas, atraksi dan
amenitas di 10 Destinasi Pariwisata Prioritas termasuk KEK (Danau Toba,
Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kepulauan Seribu dan Kota Tua Jakarta,
Borobudur dan sekitarnya, Bromo- Tengger-Semeru, Lombok-Mandalika,
Labuan Bajo, Wakatobi dan Morotai). Dukungan juga diberikan untuk
peningkatan keberlanjutan pariwisata Bali dan penguatan 11 destinasi potensial
(Sabang, Padang-Bukittingi, Batam- Bintan, Palembang, Bandung-Pangandaran,
Banyuwangi, Singkawang-Sentarum, Derawan, Makassar-Selayar-Toraja,
Manado-Bitung, Raja Ampat).
Jenis pariwisata yang akan dikembangkan dan ditingkatkan
diversifikasinya antara lain (1) wisata alam (ekowisata, wisata bahari, wisata
petualangan); (2) wisata budaya (heritage tourism, wisata sejarah, wisata kuliner,
wisata kota yang difokuskan pada Urban Heritage Regeneration di 10 Destinasi
Pariwisata Prioritas, dan wisata desa); (3) wisata buatan (meeting-incentive-
convention-exhibition/MICE, dan wisata olah raga).
Wisata alam antara lain dikembangkan di 12 klaster destinasi wisata
alam prioritas yang mencakup (1) Klaster Weh dan sekitarnya (KSPN Weh dan
TWA Sabang); (2) Klaster Danau Toba (Taman Nasional/TN/KSPN Gunung
Leuseur dan TN Batang Gadis); (3) Klaster Padang (TN/ KSPN Kerinci Seblat
dan TN/KSPN Siberut); (4) Klaster Bandung-Pangandaran dan sekitarnya (KSPN
Bandung-Pangandaran, Kamojang, TWA Papandayan, TN Gunung Gede
Pangrango dan TN Gunung Halimun Salak (5) Klaster Borobudur dan sekitarnya

25
(TN/KSPN Gunung Merapi dan TN/KSPN Gunung Merbabu); (6) Klaster Bromo-
Tengger-Semeru (TN/KSPN Bromo-Tengger- Semeru); (7) Klaster Banyuwangi
(TN/KPPN Alas Purwo, TN/KPPN Meru Betiri, TN/KSPN Baluran, dan Taman
Wisata Alam/TWA/KSPN Kawah Ijen; (8) Klaster Lombok-Mandalika (TN/KSPN
Gunung Rinjani dan TWA Gunung Tunak); (9) Klaster Labuan Bajo (TN/KSPN
Komodo, TN/KSPN Gunung Tambora, dan TN/ KSPN Kelimutu); (10) Klaster
Makassar-Selayar (TN/KPPN Bantimurung Bulusaraung dan TN/ KSPN
Takabonerate); (11) Klaster Wakatobi (TN/KSPN Wakatobi dan TN/KPPN Rawa
Aopa Watumohai); dan (12) Klaster Manado (TN/ KSPN Bunaken dan TWA
Tangkoko).
Pengembangan wisata alam juga dilengkapi dengan pengembangan
destinasi berbasis taman alam (Geopark) dan wisata bahari. Destinasi pariwisata
Geopark mencakup Geopark Kaldera Toba, Sawah Lunto, Belitong, Natuna,
Ciletuh-Palabuhanratu (Geopark Global), Pongkor, Gunung Sewu (Geopark
Global), Kr. Sambung-Kr. Bolong, Banyuwangi, Batur (Geopark Global), Rinjani
(Geopark Global), Tambora, Maros dan Raja Ampat.
Destinasi wisata bahari yang dikembangkan antara lain di Kawasan
Konservasi Perairan Nasional (KKPN) dan Kawasan Konservasi Perairan Daerah
(KKPD). Lokasi KKPN yang dikembangkan meliputi Taman Wisata Perairan
(TWP) Pulau Pieh dan laut sekitarnya; TWP Kepulauan Anambas dan laut
sekitarnya; TWP Gili Ayer, Gili Meno, dan Gili Trawangan; TWP Laut Sawu dan
sekitarnya; TWP Kepulauan Kapoposang dan laut sekitarnya; Suaka Alam
Perairan (SAP) Kepulauan Raja Ampat dan laut sekitarnya; SAP Kepulauan
Waigeo Sebelah Barat. Lokasi KKPD yang dikembangkan meliputi Raja Ampat;
Nusa Penida Klungkung; Alor-Selat Pantar; Berau-Kepulauan Derawan;
Sumbawa Barat-Gili Balu; Lombok Timur-Gili Sulat dan Lawang; Lombok Barat-
Gili Tangkong, Gili Nanggu, dan Gili Sundak; dan Kabupaten Pangkajene
Kepulauan.

26
2.2.2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Kecenderungan perkembangan kepariwisataan dunia dari tahun ke
tahun menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Hal itu disebabkan,
antara lain, oleh perubahan struktur sosial ekonomi negara di dunia dan
semakin banyak orang yang memiliki pendapatan lebih yang semakin tinggi.
Selain itu, kepariwisataan telah berkembang menjadi suatu fenomena global,
menjadi kebutuhan dasar, serta menjadi bagian dari hak asasi manusia yang
harus dihormati dan dilindungi. Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dunia
usaha pariwisata, dan masyarakat berkewajiban untuk dapat menjamin agar
berwisata sebagai hak setiap orang dapat ditegakkan sehingga mendukung
tercapainya peningkatan harkat dan martabat manusia, peningkatan
kesejahteraan, serta persahabatan antarbangsa dalam rangka mewujudkan
perdamaian dunia.
Dalam menghadapi perubahan global dan penguatan hak pribadi
masyarakat untuk menikmati waktu luang dengan berwisata, perlu dilakukan
pembangunan kepariwisataan yang bertumpu pada keanekaragaman,
keunikan, dan kekhasan bangsa dengan tetap menempatkan kebhinekaan
sebagai suatu yang hakiki dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
Selain itu, pembangunan kepariwisataan harus tetap memperhatikan
jumlah penduduk. Jumlah penduduk akan menjadi salah satu modal utama
dalam pembangunan kepariwisataan pada masa sekarang dan yang akan
datang karena memiliki fungsi ganda, di samping sebagai aset sumber daya
manusia, juga berfungsi sebagai sumber potensi wisatawan nusantara.
Dengan demikian, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan
sarana untuk menciptakan kesadaran akan identitas nasional dan
kebersamaan dalam keragaman. Pembangunan kepariwisataan
dikembangkan dengan pendekatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi
untuk kesejahteraan rakyat dan pembangunan yang berorientasi pada
pengembangan wilayah, bertumpu kepada masyarakat, dan bersifat
memberdayakan masyarakat yang mencakupi berbagai aspek, seperti sumber

27
daya manusia, pemasaran, destinasi, ilmu pengetahuan dan teknologi,
keterkaitan lintas sektor, kerja sama antarnegara, pemberdayaan usaha kecil,
serta tanggung jawab dalam pemanfaatan sumber kekayaan alam dan
budaya.
Dalam pelaksanaannya, pembangunan kepariwisataan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan
masih menitikberatkan pada usaha pariwisata. Oleh karena itu, sebagai salah
satu syarat untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam pembangunan
kepariwisataan yang bersifat menyeluruh dalam rangka menjawab tuntutan
zaman akibat perubahan lingkungan strategis, baik eksternal maupun internal,
perlu mengganti Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 dengan undang-
undang yang baru.
Materi yang diatur dalam Undang-Undang ini meliputi, antara lain hak
dan kewajiban masyarakat, wisatawan, pelaku usaha, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah, pembangunan kepariwisataan yang komprehensif dan
berkelanjutan, koordinasi lintas sektor, pengaturan kawasan strategis,
pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah di dalam dan di sekitar
destinasi pariwisata, badan promosi pariwisata, asosiasi kepariwisataan,
standardisasi usaha, dan kompetensi pekerja pariwisata, serta pemberdayaan
pekerja pariwisata melalui pelatihan sumber daya manusia.
Pada bagian pembukaan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009,
disebutkan bahwa pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong
pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu
menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global.
Lebih lanjut dalam Pasal 4, penyelenggaraan kepariwisataan memiliki tujuan
sebagai berikut:
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat;
c. Menghapus kemiskinan;
d. Mengatasi pengangguran;
e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;

28
f. Memajukan kebudayaan;
g. Mengangkat citra bangsa;
h. Memupuk rasa cinta tanah air;
i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
j. Mempererat persahabatan antarbangsa.
Pada Bab IV Pasal 6, pembangunan kepariwisataan diwujudkan melalui
pelaksanaan rencana pembangunan kepariwisataan dengan memperhatikan
keanekaragaman, keunikan, dan kekhasan budaya dan alam, serta kebutuhan
manusia untuk berwisata. Kemudian dalam Pasal 7, pembangunan
kepariwisataan meliputi: industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran,
dan kelembagaan kepariwisataan.
Pendelegasian pengaturan ke Peraturan Daerah (Perda), dapat
ditemukan dalam Pasal-Pasal sebagai berikut:
Pasal 8 sebagai berikut:
1. Pembangunan kepariwisataan dilakukan berdasarkan rencana induk
pembangunan kepariwisataan yang terdiri atas rencana induk
pembangunan kepariwisataan nasional, rencana induk pembangunan
kepariwisataan provinsi, dan rencana induk pembangunan kepariwisataan
kabupaten/kota.
2. Pembangunan kepariwisataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan bagian integral dari rencana pembangunan jangka panjang
nasional.
Pasal 9 ayat (3) sebagai berikut:
Rencana induk pembangunan kepariwisataan kabupaten/kota
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) diatur dengan Peraturan Daerah
kabupaten/kota. Selanjutnya kewajiban Pemerintah Daerah ditemukan dalam
Ketentuan Bab VII Pasal 23 ayat (1) sebagai berikut:
Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban:
a. menyediakan informasi kepariwisataan, perlindungan hukum, serta
keamanan dan keselamatan kepada wisatawan;

29
b. menciptakan iklim yang kondusif untuk perkembangan usaha pariwisata
yang meliputi terbukanya kesempatan yang sama dalam berusaha,
memfasilitasi, dan memberikan kepastian hukum;
c. memelihara, mengembangkan, dan melestarikan aset nasional yang
menjadi daya tarik wisata dan aset potensial yang belum tergali; dan
d. mengawasi dan mengendalikan kegiatan kepariwisataan dalam rangka
mencegah dan menanggulangi berbagai dampak negatif bagi
masyarakat luas.
Lanjut, Ketentuan Bab VIII Pasal 30 sebagai berikut:
Pemerintah kabupaten/kota berwenang:
a. menyusun dan menetapkan rencana induk pembangunan kepariwisataan
kabupaten/ kota;
b. menetapkan destinasi pariwisata kabupaten/kota;
c. menetapkan daya tarik wisata kabupaten/kota;
d. melaksanakan pendaftaran, pencatatan, dan pendataan pendaftaran
usaha pariwisata;
e. mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan kepariwisataan di
wilayahnya; memfasilitasi dan melakukan promosi destinasi pariwisata
dan produk pariwisata yang berada di wilayahnya;
f. memfasilitasi pengembangan daya tarik wisata baru;
g. menyelenggarakan pelatihan dan penelitian kepariwisataan dalam lingkup
kabupaten/kota;
h. memelihara dan melestarikan daya tarik wisata yang berada di
wilayahnya;
i. menyelenggarakan bimbingan masyarakat sadar wisata; dan
j. mengalokasikan anggaran kepariwisataan.
Secara sosiologis, pembangunan kepariwisataan merupakan bagian
integral dari pembangunan nasional yang dilakukan secara sistematis,
terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggung jawab dengan tetap
memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup dalam
masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional.

30
2.2.3 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah
Berdasarkan perspektif kedudukan negara sebagai suatu organisasi
kekuasaan yang menuntut perlunya pembagian fungsi-fungsi pemerintahan ke
dalam berbagai organ pemerintahan, serta perspektif mengenai eksistensi
daerah (pemerintahan daerah) dalam konteks negara kesatuan, maka tanggung-
jawab Negara terhadap urusan pembangunan pariwisata, tidak sepenuhnya
berada pada pemerintah pusat, tetapi juga diserahkan kepada daerah.
UUD Negara RI Tahun 1945 tetah menggariskan tentang Pemerintahan
Daerah, sebagaimana terdapat dalam ketentuan Pasal 18 ayat (1) dan (2)
disebutkan:
(1) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang
tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan
daerah yang diatur dengan undang-undang.
(2) Pemerintahan daerah Provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur
dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan
tgas pembantuan.
Ketentuan Pasal 18 UUD Tahun 1945 di atas telah dijabarkan lewat
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2O14 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun
2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2O14
tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda). Selanjutnya Daerah memiliki
kewenangan dalam membentuk dan menetapkan Perda sebagai disebutkan
dalam pasal-pasal berikut ini.
Pasal 65 ayat (2) huruf b UU Pemda menyebutkan:
“Kepala Daerah mempunyai tugas dan wewenang menetapkan Perda yang
telah mendapat persetujuan bersama DPRD.”
Pasal 154 ayat (1) huruf a UU Pemda menyebutkan:
“DPRD mempunyai tugas dan wewenang membentuk Perda Kabupaten/Kota
bersama bupati/wali kota.”

31
Pasal 242 ayat (1) UU Pemda menyebutkan:
“Rancangan Perda yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan kepala Daerah
disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada kepala daerah untuk ditetapkan
menjadi Perda.”
Pasal 236 ayat (2) UU Pemda menyebutkan:
“Perda dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala Daerah.”
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 ini merupakan dasar pembagian
dan distribusi kewenangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Pemerintah Daerah diberi kewenangan luas untuk mengatur rumah tangga
pemerintahan daerahnya sesuai dengan karakteristik dan potensi daerah
berdasarkan peraturan perundang-undangan. Diharapkan dengan adanya
otonomi daerah, kinerja pemerintah pusat tidak terlalu terbebani dengan kondisi
daerah. Kemudian pemerintah daerah dapat leluasa di dalam menyelenggarakan
pemerintahan dan memajukan daerah sesuai dengan potensi daerah dan
aspirasi masyarakat.
Sebagaimana halnya dengan pembangunan kepariwisataan di daerah
yang mana merupakan urusan dan kewenangan dari pemerintah daerah yang
dilaksanakan secara terintegrasi dengan pembangunan kepariwisataan tingkat
nasional dan provinsi. Sementara Pemerintah hanya menjadi fasilitator,
koordinator, dan dinamisator atas kebijakan yang dilaksanakan pemerintah
daerah dalam upaya pembangunan kepariwisataan. Jadi pembangunan
kepariwisataan di daerah dilakukan berdasarkan kemampuan sumber daya
manusia dan tingkat potensi daerah dalam mengelolanya.
Sehingga setiap kebijakan tentang pembangunan kepariwisataan antara
daerah satu dengan yang lain bisa dipastikan berbeda karena bergantung dengan
kondisi keragaman daerah, potensi daerah, dan tingkat partisipasi masyarakat
dalam pembangunan kepariwisataan.
Sebagai Daerah Otonomi, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
berwenang mengatur urusan pemerintahan atas prakarsa sendiri atau
berdasarkan aspirasi masyarakat seperti yang telah ditetapkan. Dalam Bab IV

32
mengenai urusan pemerintahan, pada Pasal 9 UU Pemda, dikemukakan bahwa
urusan pemerintahan terdiri atas:
a. Urusan pemerintahan absolut, merupakan urusan pemerintahan yang
sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat
b. Urusan pemerintahan konkuren, merupakan urusan pemerintahan yang
dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah
kabupaten/kota.
c. Urusan pemerintahan umum, merupakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.
Pada Pasal 11 dan 12, dijabarkan lebih rinci mengenai urusan
pemerintahan konkuren, bahwa urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintahan daerah terdiri atas:
a. Urusan pemerintahan wajib berkaitan dengan pelayanan dasar
(pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan penataan ruang,
perumahan rakyat dan kawasan permukiman, ketenteraman, ketertiban
umum, dan pelindungan masyarakat; dan sosial). Adapun urusan
pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar (tenaga
kerja, pemberdayaan perempuan, pangan, pertanahan, lingkungan hidup,
administrasi kependudukan, pemberdayaan masyarakat dan Desa;
pengendalian penduduk dan keluarga berencana; perhubungan;
komunikasi dan informatika; koperasi, usaha kecil, dan menengah;
penanaman modal; kepemudaan dan olah raga; statistik; persandian;
kebudayaan; perpustakaan; dan kearsipan)
b. Urusan pemerintahan pilihan, meliputi kelautan dan perikanan,
pariwisata, pertanian, kehutanan, energi dan sumber daya mineral,
perdagangan, perindustrian, dan transmigrasi.

33
34
BAB III
GAMBARAN UMUM PARIWISATA
PROVINSI SULAWESI TENGAH

Pariwisata merupakan kegiatan perjalanan untuk rekreasi dengan


mengunjungi tempat-tempat wisata seperti gunung, pantai, perkotaan, dan lain-
lain. Provinsi Sulawesi Tengah yang mempunyai ragam icon pariwisata dalam
hal pengembangan Objek-objek wisata di Provinsi Sulawesi Tengah yang terdiri
dari alam (nature), budaya (culture) dan objek wisata lainnya seperti kuliner,
religi, agro dan buatan (main man). Terdapat kebijaksanaan untuk Tahun 2016
yaitu normalisasi terhadap program-program yang telah dicanangkan,
koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota, serta kerjasama dengan
stakeholder untuk mewujudkan citra pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah
menuju pariwisata dunia.

3.1. Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN) Wilayah


Sulawesi Tengah
Selain Destinasi Pariwisata Nasional dan Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional, dalam PP No. 50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional menyebutkan adanya Kawasan
Pengembangan Pariwisata Nasional (KPPN). KPPN ini di antaranya juga
termasuk KSPN dan tersebar di 50 DPN. KPPN berjumlah 222 kawasan
(digolongkan berdasarkan Provinsi). Dan untuk KPPN wilayah Provinsi Sulawesi
Tengah sudah dibagi menjadi 5 (lima) yaitu:
a. KPPN Palu dan Sekitarnya
b. KPPN Lore lindu dan Sekitarnaya
c. KPPN Danau Poso dan sekitarnya
d. KPPN Banggai dan sekitarnya
e. KPPN Togean
Adapun Kawasan Pengembagaan Pariwisata Nasional (KPPN) Sulawesi
Tengah sebagai berikut:

35
Tabel 3.1.
Kawasan Pengembagan Pariwisata Nasional (KPPN) Sulawesi Tengah
KAWASAN PENGEMBANGAN
PROVINSI DESTINASI PARIWISATA NASIONAL
PARIWISATA NASIONAL (KPPN)
(DPN)
168. KPPN Sengkang dan sekitarnya
24. SULAWESI SELATAN
169. KPPN Toraja dan sekitarnya
170. KPPN Palopo dan sekitarnya 39. DPN TORAJA–LORE LINDU dan
25. SULAWESI BARAT 171. KPPN Majene dan sekitarnya sekitarnya
172. KPPN Palu dan sekitarnya
173. KPPN Lore Lindu dan sekitarnya
26. SULAWESI TENGAH 174. KPPN Danau Poso dan sekitarnya
175. KPPN Banggai dan sekitarnya
176. KPPN Togean dan sekitarnya 40. DPN TOGEAN–GORONTALO dan
177. KPPN Gorontalo Kota–Limboto dan sekitarnya sekitarnya
27. GORONTALO
178. KPPN Boalemo dan sekitarnya
179. KPPN Bogani Nani Wartabone dan sekitarnya
180. KPPN Manado Kota dan sekitarnya
181. KPPN Tomohon–Tondano dan sekitarnya
28. SULAWESI UTARA 182. KPPN Bunaken dan sekitarnya
41. DPN MANADO–BUNAKEN dan sekitarnya
183. KPPN Bitung–Lembeh dan sekitarnya
184. KPPN Likupang dan sekitarnya
185. KPPN Sangihe Talaud dan sekitarnya
Gambar 3.1.
Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) Togean-Gorotalo dan Sekitarnya

Gambar 3.2.
Destinasi Pariwisata Nasional (DPN) Toraja-Lore Lindu dan Sekitarnya

37
3.1. Kawasan Pariwisata Sulawesi Tengah
Kriteria Kawasan Pariwisata yaitu kawasan yang secara teknis dapat
digunakan untuk kegiatan pariwisata serta tidak mengganggu kelestarian budaya,
keindahan alam, dan lingkungan. Secara ruang jika digunakan untuk kegiatan
pariwisata maka kawasan ini akan memberi manfaat, yaitu
a. meningkatkan devisa dan mendayagunakan investasi;
b. meningkatkan perkembangan pembangunan lintas sektor dan sub sektor
serta kegiatan ekonomi sekitarnya;
c. tidak mengganggu fungsi lindung;
d. tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam;
e. meningkatkan pendapatan masyarakat;
f. meningkatkan pendapatan nasional dan daerah;
g. meningkatkan kesempatan kerja;
h. melestarikan budaya; dan
i. meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Tabel 3.2.
Rincian Kawasan Andalan Pariwisata di Sulawesi Tengah
Nama
No. Kawasan Sektor Unggulan Kep. Penetapan
Andalan
1 Poso dsk. Pertanian,perikanan, pariwisata, PP 26 tahun 2008
perkebunan, dan industry Tentang RTRWN
2 Tolitoli dsk. Pertambangan, perkebunan,perikanan, PP 26 tahun 2008
pertanian, dan pariwisata Tentang RTRWN
3 Kolonedale pertanian,perikanan,pariwisata, PP 26 tahun 2008
dsk. perkebunan, agro industri,dan Tentang RTRWN
pertambangan
4 Palu dsk. pertambangan, perikanan, industri, PP 26 tahun 2008
pertanian, perkebunan, dan pariwisata. Tentang RTRWN

38
Tabel 3.3.
Rincian Pariwisata Wisata Alam di Sulawesi Tengah

No. Nama Kawasan/Lokasi Nama Kabupaten/Kota

1 SM. Pulau Dolangan dan SM Tolitoli


Pinjan Tanjung Matop

2 SM Tanjung Santigi Parigi Moutong

3 CA. Pangi Binangga Parigi Moutong


4 CA. Gunung Tinombala Parigi Moutong, Tolitoli dan

5 CA. Gunung Dako Donggala


Tolitoli dan Buol

6 CA. Tanjung Api Tojo Una-una

7 TN. Lore Lindu Sigi dan Poso

8 Tahura Poboya dan Paneki Palu dan Sigi


9 Taman Wisata Pekan Penghijauan Sigi
Nasioal Desa Ngata Baru
10 Danau Poso Poso

11 Danau Lindu Sigi

12 Danau Talaga Donggala

13 Air terjun Hanga-hanga dan Hutan Banggai


Bakau
14 Air Terjun Nupabomba Donggala

15 CA. Morowali Morowali dan Morowali Utara

3) Rincian Pariwisata Wisata Alam Laut di Sulawesi Tengah

39
Tabel 3.4.
Rincian Pariwisata Wisata Alam laut di Sulawesi Tengah
Noma Kabupaten
No. Nama Kawasan/Lokasi
/Kota
1 Pulau Peleng Banggai Kepulauan
2 Kepulauan Sago Banggai Banggai Kepulauan

3 Wakai Tojo Una-Una


4 Tj. Api Toio Una-Una
5 Pulau Tikus Banggai
6 Pulau Makakata Parigi Moutong
7 Pulau Kelelawar Parigi Moutong
8 Pulau Rosalina Parigi Moutong
9 Danau Laut Tolongano Donggala
10 Pulau Pasoso Donggala
11 Tanjung Manimbaya Donggala
12 Teluk Tomori Morowali Utara

3.2. Upaya Pengembangan Destinasi Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah


Upaya meningkatkan arus kunjungan Wisatawan Manca Negara dan
Wisatawan Nusantara sebagai bagian percepatan pembangunan dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan masyarakat berdasarkan falsafah Negara Republik
Indonesia, dalam rangka percepatan pembangunan dan, pengembangan serta
peningkatan daya saing dan nilai jual daya tarik wisata di Sulawesi Tengah perlu
didorong potensi pariwisata yang dimiliki dengan menetapkan Destinasi
Pariwisata Prioritas Provinsi serta strategi pembangunannya yang bermanfaat
bagi masyarakat di Sulawesi Tengah.
Bahwa kebijakan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah sebagai bagian
kebijakan Nasional berupa penetapan dan strategi pembangunan Destinasi
Pariwisata Prioritas Provinsi perlu diatur dengan Peraturan Gubernur;

40
Bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud dalam huruf a dan b perlu
menetapkan peraturan Gubernur tentang Penetapan Destinasi Pariwisata
Prioritas Tahun 2016-2021.
Ketentuan Pasal 1 Peraturan Gubernur Nomor 35 Tahun 2016
mengamanatkan dalam Peraturan Gubernur ini, yang dimaksud dengan:
1. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan Wisata dan didukung berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
2. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata
dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud
kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antar wisatawan dan
masvarakat setempat, sesama wisatawan. Pemerintah. Pemerintah Daerah.
sesama wisatawan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah dan pengusaha.
3. Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau
lebih wilayah administratif yang di dalamnva terdapat daya tarik wisata,
fasilitas umum, fasilitas pariwisata. aksesibilitas, serta masyarakat yang
saling terkait dan melengkapi terwujudnya Kepariwisataan.
4. Destinasi Pariwisata Prioritas yang selanjutnya di singkat DPP adalah
Destinasi Pariwisata yang berskala Provinsi Sulawesi Tengah.
5. Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk menciptakan,
mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi
dengan wisatawan untuk mengembangkan Kepariwisataan dan seluruh
pemangku kepentingan.
6. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kesadaran,
kapasitas, akses dan peran masyarakat baik secara individu maupun
kemandirian, dan memajukan kualitas hidup, kemandirian dan
kesejahteraan melalui kegiatan kepariwisataan.
7. lndustri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait
dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan
kebutuhan wisatawan dalam penyelenggaraan pariwisata.

41
8. Pembangunan adalah suatu proses perubahan kearah yang lebih baik yang
di dalamnya meliputi upaya-upaya perencanaan, implementasi, dan
pengendalian, dalam rangka penciptaan nilai tambah sesuai yang
dikehendaki.
9. Atraksi adalah suatu kegiatan kepariwisataan yang dilaksanakan bersama
masyarakat, pemerintah dan swasta dalam mempercepat proses
pembangunan kepariwisataan.
10. Amenitas adalah penyiapan akomodasi hotel, home stay, rumah makan
clan keamanan. Prasarana umum serta kelengkapan dasar fisik suatu
lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat
beroperasi dan berfungsi sebagaimana mestinya.
11. Kelembagaan Kepariwisataan adalah kesatuan unsur beserta jaringannya
yang dikembangkan secara terorganisasi, meliputi Pemerintah, Pemerintah
Daerah, swasta dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi dan
mekanisme operasional, yang secara berkesinambungan guna menghasilkan
perubahan ke arah pencapaian tujuan di bidang kepariwisataan.
12. Aksesibilitas Pariwisata adalah semua jenis sarana dan prasarana
transportasi yang mendukung pergerakan wisatawan dari wilayah asal
wisatawan ke destinasi pariwisata maupun pergerakan di dalam wilayah
Destinasi Pariwisata dalam kaitan dengan motivasi kunjungan wisata.
13. Pemangku kepentingan Kepariwisataan adalah pemangku kepentingan
kepariwisataan yang berkaitan langsung atau tidak langsung dengan
kepariwisataan.
14. Wisata Ekologi adalah kegiatan wisata alam yang bertanggung jawab dengan
memperhatikan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap
usaha2 konservasi sumber daya alam, serta peningkatan pendapatan
masyarakat lokal.
15. Wisata Alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut
yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati
gejala keunikan dan keindahan alam.;

42
16. Wisata Bahari adalah penyelenggaraan wisata dan olah raga air termasuk
penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara
komersial di perairan laut.
17. Wisata Budaya adalah daya tarik wisata yang berbasis warisan maupun
pusaka budaya yang bersifat nyata maupun yang bersifat tidak nyata
Amanat Pasal 2 dalam Peraturan Gubernur ini;
1) Destinasi Pariwisata yang ditetapkan menjadi DPP merupakan wilayah
Destinasi Pariwisata yang menjadi prioritas pembangunan Kepariwisataan
yang terencana, terpadu dan berkelanjutan.
2) Penetapan DPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada Arah
Kebijakan Pembangunan Pariwisata nasional.
Strategi pembangunan destinasi pariwisata prioritas dalam Pasal 6,
yaitu;
1. Strategi Kepariwisataan merupakan strategi dalam pelaksanaan
pengembangan dan pembangunan DPP yang menjadi dasar
pengembangan Kepariwisataan yang terencana, terpadu. dan
berkelanjutan.
2. Strategi Kepariwisataan yang terencana, terpadu, dan berkelanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi peluang Daerah dalam
pengembangan Kepariwisataan.
Pasal 7 Strategi Kepariwisataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
dilakukan dengan cara:
a. mengembangkan daya tarik Wisata baru pada Destinasi Pariwisata
vang belum berkemban;
b. memperkuat pengelolaan potensi Kepariwisataan dan lingkungan dalam
mendukung upaya perintisan;
c. mengembangkan inovasi manajemen produk dan kapasitas daya tarik
wisata untuk mendorong akselerasi pembangunan Destinasi Pariwisata;
d. memperkuat upaya konservasi potensi Kepariwisataan dan lingkungan
dakam mendukung intensifikasi daya tarik Wisata;

43
e. mengembangkan diversifikasi atau keragaman nilai daya tarik wisata;
f. revitalisasi struktur, elemen dan aktivitas yang rnenjadi penggerak
kegiatan Kepariwisataan pada daya tarik Wisata.
Pasal 8, Pembangunan Kepariwisataan pada DPP meliputi:
a. pembangunan Destinasi Pariwisata;
b. pembangunan Pemasaran Pariwisata;
c. pembangunan Industri Pariwisata;
d. pembangunan Kelembagaan Kepariwisataan.
Pasal 9, diamanatkan;
1) Pembangunan Destinasi Pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8 huruf a dilaksanakan pada lokasi sasaran Pariwisata di wilayah
Kabupaten.
2) Wilayah Kabupaten yang menjadi lokasi sasaran Pariwisata
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi uilayah pengembangan
prioritas Pariwisata
3) Pembangunan Destinasi Pariwisata pada DPP dapat berupa:
a. pengembangan pewilayahan Destinasi Pariwisata;
b. pembangunan daya tarik Wisata;
c. pembangunan aksebilitas. dan amenitas;
d. pemberdayaan masyarakat Pariwisata; dan
e. pengembangan investasi.
Pasal 10, diamanatkan; Masyarakat dan Pemangku kepentingan
Kepariwisataan di Kabupaten dapat berperan serta mendukung kelancaran
pembangunan Destinasi Pariwisata pada DPP.
Dalam peraturan daerah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisatan Provinsi (RIPARPROV) Sulawesi Tengah tahun
2019-2034.ini dicantumpkan dalam pasal 2 Pembangunan Kepariwisataan Provinsi
diselenggarakan dengan prinsip:
a. menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan
dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dengan

44
Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dengan sesama
manusia, dan hubungan antara manusia dengan lingkungan;
b. menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan
lokal;
c. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan
proporsionalitas;
d. memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup;
e. memberdayakan masyarakat setempat;
f. menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah
yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah,
serta keterpaduan antar pemangku kepentingan;
g. mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional
dalam bidang pariwisata; dan
h. memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Visi Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Tengah yaitu
Mewujudkan Pesona Wisata Sulawesi Tengah yang berdaya saing dan
berkelanjutan.
Adapun Misi Pembangunan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Tengah
sebagaimana tertuang dalam pasal 5, ayat 4 yaitu:
a. peningkatan dan pembinaan penguatan kelembagaan di bidang
pariwisata;
b) peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pengembangan
kemitraan, industri dan stakeholder;
c) peningkatan dan pengembangan sarana prasarana dan pariwisata
daerah;
d) pengembangan sistem jaringan informasi pemasaran dan promosi
pariwisata;
e) peningkatan keterpaduan kebijakan lintas lembaga instansi di sektor
pariwisata; dan
f) peningkatan apresiasi masyarakat dan Sapta Pesona Kepariwisataan.

45
Tujuan pembangunan kepariwisataan provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf d adalah a) meningkatkan kualitas dan kuantitasi destinasi
pariwisata; b) mengkomunikasikan destinasi pariwisata provinsi dengan
menggunakan media pemasaran secara efektif, efisien dan bertanggung jawab;
dan c) mengembangkan kelembagaan kepariwisataan dan tata kelola pariwisata
yang mampu mensinergikan pembangunan destinasi pariwisata, Pemasaran
Pariwisata dan Industri Pariwisata secara professional, efektif dan efisiensi.
Dengan Sasaran pembangunan kepariwisataan provinsi sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf e adalah peningkatan: a) jumlah pergerakan wisatawan
nusantara dan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara; b) jumlah penerimaan
pendapatan asli daerah dari wisatawan nusantara dan mancanegara; c) jumlah
pengeluaran wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara; dan d)
peningkatan produk domestik bruto, produk domestik regional bruto, dan
pendapatan masyarakat, dibidang kepariwisataan dengan tetap memelihara
kelestarian lingkungan.
Adapun arah pembangunan kepariwisataan daerah provinsi Sulawesi
Tengah meliputi:
a. Pembangunan kepariwisataan daerah yang berkualitas, berbasis
masyarakat dan berkelanjutan;
b. Pembangunan kepariwisataan daerah yang terpadu secara lintas sektor,
daerah, dan pelaku;
c. Pembangunan kepariwisataan daerah yang mengutamakan keunggulan
potensi kppp, dpp dan dtw dengan prioritas pembanguan dan
pengembangan yang sesuai dengan tema pengembangan kawasan;
d. Pengembangan dtw berbasis pada potensi daya tarik budaya, alam, dan
buatan yang berlandaskan kearifan lokal; dan
e. Pembangunan kepariwisataan daerah yang berorientasi pada peningkatan
pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesempatan kerja, pengurangan
kemiskinan, serta pelestarian budaya dan lingkungan

46
Perwilayahan Pembangunan terdiri dari Destinasi pariwisata Provinsi (DPP)
dan Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi (KPPP)
Pada Pasal 10 dijelaskan Pembangunan potensi perwilayahan KPPP, dan
DPP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dilaksanakan secara bertahap dengan
kriteria prioritas:
a. memiliki komponen destinasi yang siap untuk dikembangkan;
b. memiliki posisi dan peran efektif sebagai penarik investasi yang strategis;
c. memiliki posisi strategis sebagai simpul penggerak sistemik pembangunan
kepariwisataan di wilayah sekitar berupa lokal, regional atau nasional;
d. memiliki potensi produk wisata masa depan;
e. memiliki kontribusi yang nyata dan/atau prospek yang positif dalam
menarik kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara.
f. memiliki keunggulan daya saing regional, nasional maupun internasional.
Pengembangannya diarahkan pada fungsi utama pariwisata, atau
memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh
penting dalam satu atau lebih aspek berupa pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung dan pelestarian
lingkungan hidup serta pertahanan dan keamanan.
Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi, Destinasi Pariwisata
Prioritas, dan DTW wilayah Provinsi Sulawesi Tengah terdiri dari:
a. 5 (Lima) KPPP;
b. 2 (Dua) DPP; dan
c. DTW Unggulan Kabupaten/Kota.
Perwilayahan KPPP, DPP dan DTW ditetapkan dengan Peraturan
Gubernur dan dapat dikembangkan sesuai kewenangan Pemerintah Daerah.
Arah kebijakan pembangunan KPPP dan DPP meliputi a) perencanaan
pembangunan KPPP dan DPP; b) penegakan regulasi pembangunan KPPP dan
DPP; dan c) pengendalian implementasi pembangunan KPPP dan DPP.

47
Strategi perencanaan pembangunan KPPP dan DPP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 meliputi a) menyusun rencana induk pembangunan
KPPP dan DPP; dan menyusun rencana detail pembangunan KPPP dan DPP.
Strategi penegakan regulasi pembangunan KPPP dan DPP sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12 melakukan monitoring dan pengawasan terhadap
penerapan rencana detail KPPP dan DPP.
Strategi pengendalian implementasi pembangunan KPPP dan DPP
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 yaitu melakukan koordinasi antara
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, pelaku usaha dan masyarakat.
Dalam pasal 14 arah Pembangunan DTW sebagaimana dimaksud
meliputi DTW alam; DTW budaya dan DTW hasil buatan manusia.
Pembangunan DTW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
berdasarkan prinsip menjunjung tinggi nilai agama dan budaya, serta
keseimbangan antara upaya pengembangan manajemen DTW untuk menciptakan
daya tarik wisata yang berkualitas, berdaya saing dan upaya konservasi untuk
menjaga kelestarian lingkungan serta keberlanjutan sumberdaya. Arah kebijakan
pembangunan DTW meliputi:
a. Perintisan DTW untuk menumbuhkan dan menambah kuantitas dan kualitas
DTW baru;
b. Pembangunan dan pengembangan DTW untuk mendorong pertumbuhan
destinasi pariwisata dan untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk
dalam menarik minat dan loyalitas wisatawan serta memperluas segmen
pasar;
c. Pembangunan dan pengembangan DTW untuk meningkatkan daya saing
produk dan menarik minat dan loyalitas wisatawan;
d. Pemantapan DTW; dan
e. Pelaksanaan revitalisasi DTW untuk keberlanjutan destinasi pariwisata.
Adapun Strategi perintisan DTW untuk menumbuhkan dan menambah
kuantitas dan kualitas yakni menginventarisasi DTW baru yang potensial menjadi
destinasi pariwisata.

48
Strategi pembangunan dan pengembangan DTW untuk mendorong
pertumbuhan destinasi pariwisata dengan cara a) membangun dan
mengembangkan DTW baru yang potensial di destinasi pariwisata yang belum
berkembang; dan memperkuat upaya pengelolaan potensi kepariwisataan dan
lingkungan dalam mendukung upaya perintisannya.
Strategi pembangunan dan pengembangan DTW untuk meningkatkan
daya saing produk dan menarik minat dan loyalitas wisatawan, melalui
pembangunan dan mengembangkan inovasi manajemen produk dan kapasitas
DTW untuk mendorong akselerasi perkembangan destinasi pariwisata daerah dan
memperkuat upaya konservasi potensi kepariwisataan dan lingkungan dalam
mendukung intensifikasi DTW.
Sementara Strategi pemantapan DTW melalui menggali dan
mengembangkan diversifikasi atau keragaman nilai DTW dalam berbagai tema dan
memperkuat upaya penataan ruang wilayah dan konservasi potensi
kepariwisataan dan lingkungan dalam mendukung diversifikasi DTW.
Strategi revitalisasi DTW untuk keberlanjutan destinasi pariwisata
dilakukan dengan cara melakukan revitalisasi struktur, elemen dan aktivitas yang
menjadi penggerak kegiatan kepariwisataan pada DTW dan memperkuat upaya
penataan ruang wilayah dan konservasi potensi kepariwisataan dan lingkungan
dalam mendukung revitalisasi DTW serta kawasan di sekitarnya.

49
50
BAB IV
STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA
PROVINSI SULAWESI TENGAH

Rumusan strategi pengembangan pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah


terdiri dari empat aspek yaitu strategi pengembangan destinasi, kelembagaan,
industri, dan pemasaran. Keempat aspek tersebut akan diuraikan secara lebih rinci
sebagai berikut:

4.1 Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah


Pengembangan destinasi pariwisata Sulawesi Tengah diarahkan untuk
meningkatkan daya tarik tujuan wisata sehingga berdaya saing di dalam negeri dan
di luar negeri melalui: (1) fasilitasi pembangunan destinasi pariwisata yang terdiri
dari wisata alam, wisata budaya, wisata buatan dan minat khusus, (2) meningkatkan
citra kepariwisataan dan pergerakan wisatawan nusantara (khususnya wisatawan
lokal Sulawesi Tengah), (3) tatakelola destinasi, (4) pemberdayaan masyarakat di
destinasi pariwisata.
Strategi pengembangan destinasi pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah
dibagi menjadi beberapa strategi yang akan dijelaskan sebagai berikut:

4.1.1 Strategi Perwilayahan Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah


Berdasarkan PP No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional, rencana struktur ruang wilayah nasional meliputi; sistem perkotaan
nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi nasional,
sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem jaringan sumber daya air.
Strategi perwilayahan parwisata Provinsi Sulawesi Tengah disusun didasari oleh:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; yang menyangkut sistem dan
struktur wilayah nasional terkait sistem perkotaan, transportasi, dan
telekomunikasi nasional. Selain hal tersebut juga menyangkut kawasan

51
strategis nasional dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi ditetapkan
dengan kriteria
b. Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Nasional (RIPPARNAS); arah
pembangunan kepariwisataan nasional sesuai dengan Peraturan Pemerintah
nomor 50 tahun 2011, pembangunan kepariwisataan nasional dilaksanakan
berdasarkan prinsip pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan
meliputi:Destinasi Pariwisata Nasional (DPN); pemasaran pariwisata
nasional, industri pariwisata nasional; dan kelembagaan kepariwisataan
nasional.
c. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sulawesi Tengah yang
telah direvisi akibat bencana alam tanggal 18 September 2018; menyangkut
struktur tata ruang wilayah provinsi (Sistem Perkotaan, Sistem Jaringan
Prasarana Utama, dan Sistem Jaringan Prasarana lainnya), pola ruang, dan
kawasan strategis pengembangan wilayah yang didalamnya termasuk
pengembangan pariwisata.
Strategi perwilayahan pengembangan pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah
disusun berdasarkan kebutuhan pengembangan kepariwisataan daerah yang
merujuk pada empat aspek di atas. Strategi perwilayahan dalam peningkatan daya
saing pariwisata Sulawesi Tengah disusun sebagai berikut:
A. Menentukan Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD)
Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) adalah kawasan yang
memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan
pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek.
Mengingat pentingnya peran kawasan ini dalam pengembangan destinasi
pariwisata, maka penentuannya akan ditentukan dengan menggunakan beberapa
kriteria merujuk kepada tuntunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata
Nasional dan disesuaikan dengan konteks daerah Sulawesi Tengah.
Sesuai PP 50 tahun 2011 berdasarkan perwilayahan (zonasi),
pengembangan pariwisata dibagi menjadi:10 Destinasi Pariwisata Prioritas, 50 DPN
(Destinasi Pariwisata Nasional), 88 KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional),

52
dan 222 KPPN (Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional). Kawasan Strategis
Pariwisata Daerah (KSPD) akan menjadi prioritas dalampengembangan
kepariwisataan khususnya untuk pengembangan destinasi.
Berdasarkan hal tersebut diatas dengan merujuk pada RTRWN,
RIPPARNAS, RTRW Provinsi Sulawesi Tengah, ditetapkan Destinasi Pariwisata
Prioritas (DPP) Sulawesi Tengah dimuat dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun
2019, yaitu:
1. DPP Kepulauan Togean meliputi: 1. Pulau Kadidiri Kecamatan Togean; 2.
Hutan Mangrove Desa Lembanato Kecamatan Togean; 3. Kolam Ubur-ubur
Desa Lembanato Kecamatan Togean; 4. Pulau Papan Desa Kadoda
Kecamatan Talatako; 5. California sebagai lokasi diving di Pulau Katupat
Kecamatan Togean; 6. Tanjung Keramat sebagai lokasi diving di Kecamatan
Walea Besar; 7. Pulau Paladan Kecamatan Walea Besar; dan 8. Pulau
Pangempa Kecamatan Togean.
2. Cagar Biosfer DPP Lore Lindu meliputi: 1. Danau Lindu Kecamatan Lindu;
2. Matantimali sebagai lokasi Olahraga Paralayang di Desa Wayu Kecamatan
Marawola Barat; 3. Kecamatan Gumbasa; 4. Padang Sepe Desa Kolori
Kecamatan Lore Barat; dan 5. Situs Megalith Pokekea Desa Hanggira
Kecamatan Lore Tengah.
Untuk meningkatkan investasi di Sektor Pariwisata dengan mendorong DPP
Kepulauan Togean dan DPP Lore Lindu menjadi Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Pariwisata Nasional.
Selain 2 (dua) DPP tersebut, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah juga
menetapkan 5 (lima) Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi (KPPP) sebagai
berikut:
1. KPPP Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Tolitoli dan Kabupaten
Buol
2. KPPP Kabupaten Sigi
3. KPPP Kabupaten Poso, Kabupaten Morowali, dan Kabupaten Morowali Utara

53
4. KPPP Kabupaten Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan, dan Kabupaten
Banggai Laut
5. KPPP Kabupaten Tojo Unauna dan Kabupaten Parigi Moutong

4.1.2 Strategi Pengembangan Fasilitas (Amenitas) Pariwisata Provinsi


Sulawesi Tengah
Beberapa fasilitas (amenities) pariwisata yang perlu dipersiapkan dengan
baik oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dalam meningkatkan jumlah
wisatawan adalah sebagai berikut:
1. Akomodasi
Adapun strategi-strategi pengembangan akomodasi adalah: Menyediakan
hotel, penginapan, losmen, hingga homestay bagi wisatawan dengan
memanfaatkan dukungan masyarakat untuk penyediaan lahan dan rumah,
membuat paket wisata khusus yang berisikan kunjungan dan kegiatan-kegiatan
menarik di objek-objek wisata beserta tempat menarik yang berada di sekitarnya.
2. Restoran, Rumah Makan (Tempat Makan dan Minum)
Strategi-strategi dalam pengembangan tempat makan dan minum adalah:
memberdayakan masyarakat untuk mau mengelola tempat makan dan minum,
memberikan pembinaan dan pelatihan kepada masyarakat, mengangkat keunikan
dari makanan dan minuman yang dijual di Provinsi Sulawesi Tengah, memberikan
dekorasi yang unik dan tradisional pada tempat makan dan minum bagi wisatawan,
menyediakan berbagai hal yang saat ini menjadi tren seperti pada tempat makan
dan minum lainnya, monjolkan pelayanan yang prima, dan melakukan promosi
tempat makan dan minum tersebut dengan berbagai cara.
3. Tempat Belanja
Adapun strategi-strategi dalam mengembangkan tempat belanja adalah:
Membangun tempat penjualan oleh-oleh di jalan masuk menuju tempat-tempat
wisata berupa kios-kios, masing-masing kios menjual jenis oleh-oleh yang berbeda,
mengadakan perlombaan atau kompetisi bagi siapa yang mampu menciptakan
souvenir yang memiliki ciri khas daerah akan di patenkan sebagai souvenir khas

54
Provinsi Sulawesi Tengah, melakukan pembinaan secara periodik kepada
masyarakat mengenai cara pembuatan souvenir dan makanan dan minuman khas,
memberikan dorongan kepada masyarakat dengan mengilustrasikan bahwa mereka
berpeluang mendapatkan keuntungan menjual ataupun memproduksi souvenir dan
oleh-oleh, membuat keunikan dari oleh-oleh atau souvenir, menjalin kerjasama
dengan semua jenis fasilitas pariwisata, menjadi pesaing sebagai rekan bisnis,
mengamati kebutuhan wisatawan akan oleh-oleh atau souvenir, mempromosikan
tempat belanja tersebut dengan berbagai cara, dan membuat kegiatan mengunjungi
tempat produksi oleh-oleh untuk wisatawan.
4. Fasilitas Umum di Lokasi Objek Wisata
Strategi-strategi dalam mengembangkan fasilitas umum di lokasi objek
wisata adalah: mengembangkan wahana outbound, menyediakan tempat untuk
menonton olahraga offroad, menambah wahana permainan untuk anak-anak,
membuat atraksi atau event pada waktu-waktu tertentu, membuat taman bunga
serta taman satwa yang tidak terlalu besar, memaksimalkan perbaikan fasilitas
umum yang telah ada, memberikan pelayanan prima kepada wisatawan, gencar
untuk mencari investor, melakukan promosi berbagai cara, dan sebaiknya
mengeluarkan aturan untuk melakukan gotong royong di objek-objek wisata yang
ada di Provinsi Sulawesi Tengah secara berkala, agar objek wisata terjaga dengan
baik.
5 Strategi Penyediaan Dan Pembangunan Aksesibilitas Destinasi
Pariwisata
Penyediaan dan pembangunan aksesibilitas destinasi pariwisata meliputi:
5.1 penyediaan dan pengembangan sarana dan prasarana KPPP, DPP
dan DTW yang disesuaikan dengan kondisi wilayah Kabupaten/Kota
5.2 penyediaan dan pengembangan sistem informasi aksesibilitas
pariwisata
5.3 optimalisasi dengan penyediaan standar pelayanan yang dapat
diterima oleh wisatawan.
Pembangunan aksesibilitas pariwisata bertujuan untuk mendukung

55
pengembangan kepariwisataan dan pergerakan wisatawan menuju destinasi
pariwisata dan pergerakan wisatawan dalam KPPP, DPP dan DTW.

4.1.3 Strategi Pengembangan Sistem Transportasi


Sistem transportasi dan pencapaian ke wilayah Provinsi Sulawesi Tengah
merupakan hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan
kepariwisataan di daerah ini. Upaya pengembangan kepariwisataan di Provinsi
Sulawesi Tengah perlu didukung dengan pengembangan aksesibilitas. Secara
umum strategi pengembangan aksesibilitas untuk mendukung pengembangan
kepariwisataan Provinsi Sulawesi Tengah adalah sebagai berikut:
1. Peningkatkan kemudahan pencapaian dan biaya perjalanan yang rendah.
2. Peningkatan kenyamanan perjalanan wisata melalui pengembangan fasilitas
pendukung transit dan peristirahatan.
a. Arahan pengembangan pertama adalah peningkatan akses regional
dengan memangkas rute perjalanan eksisting Udara - Darat – Laut.
Selain itu, Pemerintah Sulawesi Tengah harus membuka rute
transportasi udara langsung (direct flight) dari destinasi wisata nasional
seperti Bali, Manado, dan sebagainya.
b. Arahan pengembangan kedua adalah peningkatan akses regional
Sulawesi melalui transportasi Laut-Darat-Udara.
4.1.4 Strategi Koordinasi Lintas Sektor
Strategi koordinasi lintas sektor untuk membangun pariwisata ini telah
ditetapkan dari Pemerintah Pusat dan harus diadopsi oleh Pemerintah Provinsi
hingga Pemerintah Kabupaten. Pemerintah melakukan koordinasi strategis lintas
sektor pada tataran kebijakan, program, dan kegiatan kepariwisataan. Koordinasi
strategis lintas sektor meliputi beberapa bidang, yaitu:
• Bidang pelayanan kepabeanan, keimigrasian dan karantina
• Bidang keamanan dan ketertiban
• Bidang prasara umum yang mencakup jalan, air bersih, listrik,
telekomunikasi, dan kesehatan lingkungan

56
• Bidang transportasi darat, laut, dan udara
• Bidang promosi pariwisata dan kerja sama luar negeri
Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah membentuk tim koordinasi
lintas sektor yang bertugas untuk: (1) mengoordinasikan kebijakan, program dan
kegiatan untuk mendukung kepariwisataan, (2) melakukan sinergi melalui
sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi program-program penyelenggaaan
kepariwisataan, (3) menetapkan langkah-langkah strategis untuk mengatasi
hambatan-hambatan dalam pelaksanaan kepariwisataan, (4) mengoordinasikan
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan
kepariwisataan di Provinsi Sulawesi Tengah.

4.1.5 Strategi Pengembangan Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan


Kelangsungan hidup Pariwisata sangat ditentukan oleh baik buruknya
lingkungan. Tanpa lingkungan yang baik tidak mungkin pariwisata berkembang
dengan baik karena dalam industri pariwisata lingkungan itulah sebenarnya dijual
sehingga mutu lingkungan harus dipelihara. Di dalam pengembangan pariwisata
asas pengelolaan lingkungan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan
bukanlah hal yang abstrak, melainkan benar-benar konkrit dan sering mempunyai
efek jangka pendek.
Sebagaimana diketahui pariwisata adalah untuk mendapatkan rekreasi
bukan hanya dalam bentuk senang-senang tapi lebih untuk menciptakan kembali
kekuatan secara fisik dan spiritual. Rekreasi dilakukan diluar tugas pekerjaan untuk
mendapatkan hiburan. Hiburan inilah yang merupakan faktor utama dalam
penciptaan kembali diri seseorang. Setiap wisatawan tentu memiliki harapan untuk
mencapa tujuan tersebut yaitu menciptakan kondisi psikologis tertentu yang
berkaitan erat dengan daya dukung lingkungan.
Ekowisata merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
melestarikan lingkungan sekaligus menjadikan wisatawan mencintai lingkungan.
Secara konseptul ekowisata dapat didefinisikan sebagai suatu konsep
pengembangan pariwisata berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-

57
upaya pelestarian lingkungan (alam dan budaya) dan meningkatkan partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan, sehingga memberikan manfaat ekonomi kepada
masyarakat setempat. Sementara ditinjau dari segi pengelolaanya, ekowisata dapat
didifinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di
tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam
dan secara ekonomi berkelanjutan yang mendukung upaya-upaya pelestarian
lingkungan (alam dan budaya) serta meningkatkan kesejahtraan masyarakat
setempat. Melihat potensinya, maka Visi Ekowisata adalah untuk menciptakan
pengembangan pariwisata melalui penyelenggaraan yang mendukung upaya
pelestarian lingkungan (alam dan budaya), melibatkan dan menguntungkan
masyarakat setempat.
Penetapan Visi Ekowisata di atas didasarkan pada beberapa unsur utama,
yaitu:
• Ekowisata tergantung kualitas SDA, peninggalan sejarah dan budaya
• Kekayaan keaneka-ragaman hayati merupakan daya tarik utama bagi pangsa
pasar ekowisata, sehingga kualitas, keberlanjutan dan pelestarian sumber
daya alam, peninggalan sejarah dan budaya menjadi sangat penting untuk
ekowisata. Pengembangan ekowisata juga memberikan peluang yang sangat
besar untuk mempromosikan pelestarian keaneka-ragaman hayati yang ada
di Provinsi Sulawesi Tengah.
• Pelibatan masyarakat. Pada dasarnya pengetahuan tentang alam dan
budaya serta kawasan daya tarik wisata, dimiliki oleh masyarakat setempat,
oleh karena itu pelibatan masyarakat menjadi mutlak mulai dari tingkat
perencanaan hingga pada tingkat pengelolaan.
• Ekowisata meningkatkan kesadaran dan apresiasi terhadap alam, nilai-nilai
peninggalan sejarah dan budaya. Ekowisata memberikan nilai tambah
kepada pengunjung dan masyarakat setempat dalam bentuk pengetahuan
dan pengalaman. Nilai tambah ini mempengaruhi perubahan perilaku dari
pengunjung, masyarakat dan pengembang pariwisata agar sadar dan lebih
menghargai alam, nilai-nilai peninggalan sejarah dan budaya.

58
• Pertumbuhan pasar ekowisata di tingkat internasional dan nasional.
Kenyataan memperlihatkan kecenderungan meningkatnya permintaan
terhadap produk ekowisata baik ditingkat internasional maupun nasional. Hal
ini disebabkan meningkatnya promosi yang mendorong orang untuk
berperilaku positif terhadap alam dan berkeinginan untuk mengunjungi
kawasan-kawasan yang masih alami agar dapat meningkatkan kesadaran,
penghargaan dan kepeduliannya terhadap alam, nilai-nilai peninggalan
sejarah dan budaya setempat.
• Ekowisata sebagai sarana mewujudkan ekonomi berkelanjutan. Ekowisata
memberikan peluang untuk mendapatkan keuntungan bagi penyelenggara,
pemerintah dan masyarakat setempat melalui kegiatan-kegiatan yang non-
ekstraktif dan non-konsumtif sehingga meningkatkan perekonomian daerah
setempat. Penyelenggaraan yang memperhatikan kaidah-kaidah ekowisata,
mewujudkan ekonomi berkelanjutan.
Kepedulian terhadap lingkungan dalam pembangunan pariwisata di Provinsi
Sulawesi Tengah dapat dilakukan dengan menempuh langkah-langkah berikut:
• Mengelola usaha pariwisata secara sehat
• Mengelola jumlah pengunjung, sarana dan fasilitas sesuai dengan daya
dukung lingkungan daerah tujuan
• Meningkatkan kesadaran dan apresiasi para pelaku terhadap lingkungan
alam dan budaya
• Memberikan manfaat kepada masyarakat setempat
• Membuka kesempatan kepada masyarakat setempat untuk membuka usaha
ekowisata dan menjadi pelaku-pelaku ekonomi kegiatan ekowisata baik
secara aktif maupun pasif
• Memanfaatkan sumber daya lokal secara lestari dalam penyelenggaraan
kegiatan wisata
• Meminimumkan dampak negatif yang ditimbulkan, dan bersifat ramah
lingkungan

59
• Meningkatkan pendapatan masyarakat setempat
• Pengembangan harus mengikuti kaidah-kaidah ekologis dan atas dasar
musyawarah dan pemufakatan masyarakat setempat
• Melakukan penelitian dan perencanaan terpadu dalam pengembangan
pariwisata yang ramah lingkungan
• Membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat dalam
proses perencanaan dan pengelolaan ekowisata
• Memberdayakan masyarakat dalam upaya peningkatan usaha ekowisata
untuk meningkatkan kesejahtraan penduduk setempat
• Meningkatkan ketrampilan masyarakat setempat dalam bidang-bidang yang
berkaitan dan menunjang pengembangan ekowisata. Menggugah prakarsa
dan aspirasi masyarakat setempat untuk pengembangan ekowisata
• Memberi kebebasan kepada masyarakat untuk bisa menerima atau menolak
pengembangan ekowisata
• Menginformasikan secara jelas dan benar konsep dan tujuan pengembangan
kawasan tersebut kepada masyarakat setempat.
• Membuka kesempatan untuk melakukan dialog dengan seluruh pihak yang
terlibat (multi-stakeholders) dalam proses perencanaan dan pengelolaan
ekowisata

4.1.6 Strategi Pemberdayaan Masyarakat


Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dalam hal ini adalah Dinas Pariwisata
dituntut untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pariwisata. Langkah-
langkah yang ditempuh antara lain:
(a) Pemerintah diharapkan secara kontinyu menciptakan masyarakat yang sadar
wisata sehingga mereka akan dapat memahami dan mengaktualisasikan
nilai-nilai penting yang terkandung dalam Sapta Pesona;
(b) Membentuk dan mengaktifkan Pokdarwis (kelompok sadar wisata) yang
merupakan salah satu komponen dalam masyarakat yang memiliki peran dan

60
kontribusi penting dalam pengembangan pariwisata di Provinsi Sulawesi
Tengah;
(c) Mengembangkan pariwisata dengan pendekatan community driven planning.
Selain itu masyarakat diberikan pemahaman untuk mengembangkan
pariwisata yang ramah lingkunga. Dimana masyarakat Provinsi Sulawesi Tengah
memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap pelestarian
lingkungan alam dan budaya, melaksanakan kaidah-kaidah usaha yang
bertanggung jawab dan ekonomi berkelanjutan. Selain itu, memperhatikan kualitas
daya dukung lingkungan kawasan tujuan, melalui pelaksanaan sistem pemintakatan
(zonasi).
Masyarakat Provinsi Sulawesi Tengah diharapkan bersifat peka dan
menghormati nilai-nilai sosial budaya dan tradisi keagamaan masyarakat setempat.
Dengan demikian maka secara operasional, upaya-upaya konsevasi yang dapat
dilakukan pada lingkungan pariwisata antara lain adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian pencemaran air
Hendaknya dapat dipantau terhadap pengelolaan limbah yang dihasilkan dari
fasilitas-fasilitas obyek wisata seperti MCK, rumah makan, penginapan,
perkantoran dan sebagainya. Hal ini perlu diwaspadai karena pengelolaan
yang kurang baik dapat berdampak terhadap bau, sarang penyakit, estétika
dan pada gilirannya dapat menurunkan junlah pengunjung pada obyek wisata
itu sendiri. Pengelolaan air limbah secara comunal (terintegrasi) merupakan
salah satu alternatif positif yang direkomendasikan agar limbah cair dapat di
kelola di satu tempat, tidak menyebar dan memudahkan pengelolaannya.
Selain dari pada itu pemantauan limbah cair dari lingkungan sekitar kawasan
juga harus diwaspadai dengan harapan agar lingkungan wisata tidak menjadi
tempat pembuangan limbah cair dari kawasan atau daerah sekitarnya.
2. Pengendalian Pencemaran Udara
Titik lokasi yang perlu mendapat perhatian adalah tempat parkir kendaraan
bermotor wisatawan dan sumber lain yang dapat menyebabkan terjadinya
pencemaran udara. Hal lain yang masih berhubungan erat dengan

61
pencemaran udara adalah kebisingan dan debu di sepanjang rute menuju
kawasan wisata. Semakin baik jalan dari dan menuju tempat wisata tersebut
akan mengurangi dampak kebisingan dan timbulnya debu yang beterbangan,
karena jalan yang sempit tidak beraspal mengakibatkan terjadinya
penumpukan kendaraan disuatu titik dan debupun akan banyak
berterbangan. Oleh karena itu sebagai barier sekaligus penyerap polutan
perlu diupayakan penanaman pohon/tumbuhan di kanan kiri jalan menuju
lokasi maupun di sekitar tempat parkir kendaraan bermotor.

4.1.7 Strategi Investasi Pariwisata


Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah telah berkomitmen membuka
kesempatan dan peluang yang seluas-luasnya bagi investor dibidang pariwisata
dengan melakukan beberapa langkah berikut:
1. Memberikan kepastian hukum dan insentif
Salah satu faktor yang terpenting dalam upaya menarik investor, khususnya
di sektor Pariwisata ke Provinsi Sulawesi Tengah adalah adanya jaminan
kepastian hukum dalam menjalankan usaha. Jaminan ini sangat diminta oleh
para investor maupun calon investor dalam kegiatan investasi yang jangka
waktu pengembalian modal yang ditanamnya cukup lama. Produk-produk
hukum yang ada hendaknya juga memberikan kepastian pada para investor
bahwa modal yang ditanamkannnya dalam bentuk investasi langsung tidak
akan dinasionalisasikan oleh Pemerintahan Daerah, termasuk bahwa mereka
masih bebas sewaktu-waktu untuk melakukan tindakan “exit dari industri” dan
mentransfer laba usaha ke luar negeri. Proses desentralisasi pembangunan
akan membawa konsekuensi pada kemungkinan masing-masing daerah
untuk berlomba-lomba memberikan sistem perangsang maupun insentif
investasi yang terbaik. Hal ini masih dapat ditolerir mengingat kondisi dan
lingkungan berusaha yang berbeda-beda untuk setiap daerahnya. Satu hal
yang perlu diperhatikan adalah implikasi kebijaksanaan insentif investasi di
daerah pada skala nasional secara “zero sum”, seperti halnya pemberian tax

62
holiday oleh masing-masing daerah. Untuk mengatasinya, ketentuan-
ketentuan kebijakan insentif investasi yang dapat merugikan kepentingan
perekonomian secara nasional tidak diberikan kewenangannya kepada
daerah. Mengacu pada kebijakan Pemerintah Pusat dalam menarik investor
di sektor pariwisata, beberapa insentif yang diberikan adalah:
• Tax allowance untuk pengembangan Kawasan Pariwisata (KBLI 68120)
tersedia tanpa syarat, dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah
Nomor 18/2015
• Fasilitas bea masuk mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 176/PMK.011/2009. Fasilitas ini memberikan pembebasan bea
masuk atas impor mesin, barang dan bahan untuk industri yang
menghasilkan jasa layanan seperti, Pariwisata dan Budaya,
Transportasi / Komunikasi Jasa Angkutan Umum, Pelayanan
Kesehatan Masyarakat, Pertambangan, Konstruksi, Industri
Telekomunikasi, dan Pelabuhan.
• Value added tax mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 31/2007.
2. Peningkatan kerjasama lintas sektor terkait promosi investasi
Upaya kegiatan mempromosikan tempat wisata di Provinsi Sulawesi Tengah
kepada para investor perlu dilakukan secara bersama-sama dengan bagian
penanaman modal daerah. Promosi tempat tujuan wisata sangat diperlukan
oleh daerah-daerah yang memiliki banyak potensi wisata. Tentunya upaya
kegiatan ini menjadi sangat penting dalam kerangka penyelenggaraan
otonomi daerah. Promosi tempat wisata yang dirancang dengan baik dan
menarik para investor untuk berinvestasi akan memberikan tambahan
penerimaan asli daerah, dan mendorong proses multiplier perkembangan
ekonomi lokalitas di sekitar daerah tujuan wisata.

63
4.2 Strategi Pengembangan Kelembagaan Pariwisata Provinsi Sulawesi
Tengah
Strategi pengembangan kelembagaan pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah
dibagi menjadi beberapa strategi yaitu (1) strategi pengembangan sumber daya
kelembagaan, (2) strategi peningkatan kompetensi SDM pemerintah dan swasta.
4.2.1. Strategi Pengembangan Sumber Daya Kelembagaan Pariwisata
Strategi pengembangan sumber daya kelembagaan pariwisata di Sulawesi
Tengah meliputi:
a. Reformasi birokrasi kelembagaan dan penguatan mekanisme kinerja
organisasi untuk mendukung misi kepariwisataan Sulawesi Tengah sebagai
tujuan wisata
b. Memantapkan organisasi kepariwisataan dalam mendukung pariwisata
sebagai pilar pembanguan daerah
c. Mengembangkan dan menguatkan organisasi kepariwisataan yang
menangani pemasaran pariwisata di Sulawesi Tengah (khususnya Dinas
Pariwisata Bidang Promosi Pariwisata dan para pelaku usaha pariwisata)
d. Mengembangkan dan menguatkan organisasi kepariwisataan yang
menangani destinasi pariwisata di Sulawesi Tengah (khususnya Dinas PU,
Dinas Perhubungan, dan para pelaku usaha pariwisata)
e. Mengembangkan dan menguatkan organisasi kepariwisataan yang
menangani industri pariwisata di Sulawesi Tengah
f. Optimalisasi peran GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) Sulawesi
Tengah dalam mengembangkan usaha pariwisata.
Pengembangan pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah memerlukan
koordinasi antara lembaga terkait dalam pelaksanaan di lapangan dengan
membentuk tim teknis (task force) atau kelompok kerja (Pokja) tata ruang kawasan
pariwisata lintas sektor terkait. Kelembagaan yang perlu dilibatkan dalam
pengembangan pariwisata Sulawesi Tengah adalah sebagai berikut:

64
a. Pemerintah
Sesuai dengan kondisi daerah dan jenis pariwisata yang akan dikembangkan
di Sulawesi Tengah, perlu koodinasi yang baik antara Pemerintah Provinsi
Sulawesi Tengah dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Kabupaten/Kota. OPD yang berkepentingan dan terkait baik langsung
maupun tidak langsung dengan pengembangan kawasan pariwisata ini
antara lain: Bappeda, Dinas Pertanian, Dinas Pariwisata, Dinas Perkebunan,
Dinas Koperasi UMKM, Perindustrian dan Perdagangan, Dinas PU, Dinas
Perhubungan, dan OPD terkait lainnya.

b. Perguruan Tinggi
Perguruan tinggi sebagai center of excellence akan menjadi mitra pemerintah
baik di tingkat provinsi maupun di Sulawesi Tengah dalam pengembangan
riset di bidang pariwisata. Studi, penelitian dan pengembangan maupun
konsultasi diharapkan dapat dilakukan secara berkelanjutan.
c. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Lembaga swadaya masyarakat memiliki cukup banyak data dan informasi
yang dapat dijadikan referensi dan bahan-bahan penunjang untuk
perencanaan dan pengembangan pariwisata. Masyarakat, LSM dan
Pemerintah diharapkan memiliki interaksi yang konstruktif untuk
pengembangan pariwisata. Fungsi LSM antara lain dapat berperan untuk:
a. Memberikan fungsi kontrol dan pengawasan terhadap program-program
pemerintah khususnya tata ruang kawasan pariwisata
b. LSM akan memberikan masukan, kritik dan saran atas pedoman tata
ruang kawasan pariwisata yang ada dan sedang berjalan, sehingga
diharapkan akan memberikan feedback yang baik untuk perbaikan di
masa yang akan datang.
d. Pelaku usaha pariwisata
Dalam rangka mewujudkan Sulawesi Tengah menjadi daerah pariwisata,
perlu terus didorong keterlibatan pelaku usaha pariwisata yang ada di

65
Sulawesi Tengah, diantaranya adalah pemilik hotel/penginapan/cottage,
pengusaha restoran/ rumah makan, pengusaha kerajinan/souvenir dan
pelaku usaha lainnya.Hal ini mengingat bahwa kepuasan wisatawan yang
berkunjung sangat ditentukan oleh para pelaku usaha tersebut.
Lembaga-lembaga tersebut di atas harus bertanggung jawab dalam
perencanaan dan pengembangan pariwisata, berkaitan dengan penyediaan
berbagai infrastruktur yang diperlukan.Pengalokasian akses seperti akses
informasi, komunikasi dan transportasi menjadi tanggung jawab sektor
publik.Tetapi dalam implementasinya, sektor publik berkonsentrasi pada perangkat
keras, dari akses-akses tersebut, sedangkan perangkat lunak dan
pengoperasiannya dapat dilakukan tidak hanya oleh sektor publik tetapi juga sektor
swasta, terutama para pengusaha yang relevan dengan masing-masing akses
tersebut.Pembangunan pusat-pusat informasi menjadi sangat krusial untuk
memacu pengembangan pariwisata pada umumnya.Hal ini karena kegiatan
pariwisata merupakan salah satu produk unggulan non migas bagi penerimaan
daerah.Disamping itu Pemerintah Daerah dan sektor yang relevan
bertanggungjawab terhadap perlindungan dan kelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan hidup di lokasi.Oleh karena itu pelaksanaan kegiatan di kawasan
Pariwisata Sulawesi Tengah harus ada kegiatan pemantauan yang dilakukan
Pemerintah Daerah.Untuk itu perlu ada instrumen yang jelas dan terukur agar
monitoring kegiatan pariwisata dapat dilakukan secara optimal.
Swasta dalam pengembangan pariwisata (perguruan tinggi, Lembaga
Swadaya Masyarakat/LSM, perguruan tinggi, dunia usaha dan masyarakat)
diharapkan mempunyai peran yang sangat besar dalam pengembangan
pariwisata. Swasta justru lebih berperan dalam pelaksanaan kegiatan pariwisata
terutama pemasaran, penyediaan jasa dan opersional kegiatan, disini karena
peran swasta melengkapi sektor publik. Oleh karena itu kedua stakeholder tersebut
harus bekerjasama dan berkoordinasi agar kegiatan pariwisata dapat berjalan baik.
Dunia usaha dan masyarakat sesuai dengan prinsip pariwisata, yaitu
keterlibatan dunia usaha dan masyarakat setempat sangat penting dan mutlak

66
diperlukan. Kegiatan ini harus mengakomodasi dan terintegrasi dengan budaya
lokal serta harus memberikan manfaat ekonomi dalam kehidupan masyarakat
sekitar. Oleh karena itu perlu diupayakan peningkatan ketrampilan melalui
pendidikan latihan agar kesempatan dan kemampuan masyarakat dapat
memberikan peran yang lebih besar dalam kegiatan pariwisata.
Kerjasama dan koordinasi antar berbagai stakeholder terkait dalam
pengelolaan dan pengembangan pariwisata Sulawesi Tengah sangat penting dan
menjadi faktor kunci keberhasilan dalam pengembangan pariwisata.Kerjasama
dan koordinasi antar berbagai stakeholder dapat bervariasi, mulai dari informasi
sampai dengan bentuk kerjasama yang legal dan formal. Sedangkan cakupan
kerjasama juga sangat luas meliputi semua proses pengembangan pariwisata,
mulai dari perencanaan seperti penetapan lokasi kawasan, pelaksanaan kegiatan
termasuk operasional sampai kepada pemantauan kegiatan agar dapat dicapai
sasaran secara berkelanjutan dengan memberikan manfaat yang besar bagi
masyarakat di Sulawesi Tengah.

4.2.2. Strategi Peningkatan Kompetensi SDM Pemerintah Dan Swasta


Beberapa langkah yang dapat ditempuh Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tengah untuk meningkatkan kompetensi dan SDM pariwisata baik dari segi
kuantitas maupun kualitas, antara lain:
1. Peningkatan kompetensi SDM pariwisata mencakup SDM di instansi
pemerintah yaitu Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah, karyawan
hotel/restoran dan biro perjalanan wisata, tour guide, dan pelaku usaha
pariwisata lainnya. Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah memasukkan
program peningkatan kompetensi ini dalam Rencara Strategis, sehingga
alokasi anggaran dapat direncanakan dengan baik sesuai dengan kebutuhan
dalam kurun waktu lima tahun kedepan.
2. Peningkatan kapasitas PNS pemerintahpada semua eselon melalui:
a. Program technical expert (outsourcing SDM) dari luar negeri
b. Magang (Apprenticeship)

67
c. Benchmarking terhadap best practices in tourism untuk adopsi model
dan inovasi kepariwisataan
3. Penguatan sistem penilaian kinerja berbasis kompetensi melalui:
a. Pengembangan materi dan metode penilaian kinerja
b. Peningkatan kualitas penilai kinerja
c. Implementasi sistem penilaian kinerja
4. Sertifikasi keahlian (profesi kepariwisataan)
Terkait dengan peningkatan kompetensi, Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tengah dapat mengirim pegawai ataupun stakeholders pariwisata untuk
mengikuti pelatihan agar mendapatkan sertifikasi profesi kepariwisataan.
Mereka dapat diikutkan pada Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) atau Pusat
Pelatihan Profesi Kepariwisataan (PPPK) yang melakukan pelatihan
peningkatan keterampilan tenaga kerja industri pariwisata sesuai dengan
standar kompetensi yang telah ditetapkan Badan Nasional Sertifikasi Profesi
(BNSP) bidang Pariwisata.
5. Pendidikan link and match
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah yaitu Dinas Pariwisata berkoordinasi
dengan Dinas Pendidikan serta Dinas Tenaga Kerja untuk menyiapkan
tenaga kerja sesuai yang dibutuhkan oleh pasar kerja, khususnya industri
pariwisata. Apabila penyiapan tenaga kerja tersebut tidak bisa dilakukan di
Sulawesi Tengah, maka dapat mengirim calon tenaga kerja ke daerah lain
untuk menuntut ilmu, misalnya ke Makassar atau di kota-kota di Pulau Jawa.
Calon tenaga kerja tersebut diutamakan adalah penduduk lokal Sulawesi
Tengah yang diharapkan setelah selesai studi, mereka akan kembali ke
Sulawesi Tengah untuk mengabdi sesuai dengan kompetensinya dalam
bidang kepariwisataan.
6. Mengembangkan sekolah kejuruan atau diploma pariwisata
Terkait dengan poin 3 di atas, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dituntut
untuk mengembangkan sekolah kejuruan (SMK) ataupun diploma pariwisata.
Lulusan dari sekolah dan perguruan tinggi inilah yang disiapkan untuk

68
mengisi lowongan kerja dalam industri pariwisata yang ada di Sulawesi
Tengah.
7. Membentuk organisasi masyarakat peduli/pencinta pariwisata, seni dan
budaya
Pemerintah mendorong dan memfasilitasi terbentuknya organisasi
masyarakat yang peduli terhadap pariwisata, seni dan budaya. Organisasi ini
diberikan pembinaan sehingga terjadi peningkatan kualitas SDM yang ada
dalam wadah organisasi tersebut.

4.3. Strategi Pengembangan Industri Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah


Strategi ini ditempuh untuk mewujudkan industri pariwisata Sulawesi
Tengah yang berdaya saing, kredibel, menggerakkan kemitraan usaha, dan
bertanggungjawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya. Strategi
pengembangan industri pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah diperinci menjadi
beberapa strategi yang akan dijabarkan sebagai berikut:

4.3.1. Strategi Pembangunan Struktur Industri Pariwisata Provinsi Sulawesi


Tengah
Pembangunan struktur industri pariwisata di Provinsi Sulawesi Tengah
diarahkan untuk penguatan fungsi, hierarki dan hubungan antar mata rantai
pembentuk industri pariwisata. Strategi ini dapat dilakukan dengan menempuh
langkah-langkah sebagai berikut:
▪ Mengembangkan mekanisme kerjasama antar usaha pariwisata yang ada di
Provinsi Sulawesi Tengah, secara khusus di tiga kawasan prioritas.
▪ Meningkatkan sinergitas dan keadilan distributif antar mata rantai pembentuk
industri pariwisata
▪ Menguatkan fungsi, hierarki, dan hubungan antar pelaku usaha pariwisata
yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah untuk meningkatkan daya saing
▪ Menciptakan mata rantai penciptaan nilai tambah antara pelaku usaha
pariwisata dan sektor terkait, misalnya sektor pertanian. Salah satu strategi

69
terkait hal ini adalah mengembangkan kawasan Agrowisata dengan produk
utama salak di Desa Tamarenja Kabupaten Donggala, buah durian khas
Parigi, dan sebagainya.
▪ Melakukan kerjasama antar usaha pariwisata dalam memasarkan dan
mempromosikan paket wisata
▪ Meningkatkan jejaring antar usaha pariwisata dalam memperkuat usaha
pariwisata baik ditingkat lokal Provinsi Sulawesi Tengah, regional, nasional,
dan bahkan internasional
▪ Fasilitasi usaha pariwisata sejenis dalam mengembangkan kapasitas
manajemen dan pemanfaatan teknologi, misalnya dalam bentuk pelatihan-
pelatihan yang dilakukan oleh program-program OPD yang ada di Provinsi
Sulawesi Tengah
▪ Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk dan layanan pendukung untuk
usaha pariwisata

4.3.2. Strategi Peningkatan Daya Saing Produk Pariwisata


Pariwisata dapat digambarkan sebagai produk berdaya saing bila daerah
tujuan wisata menarik, kompetitif dari segi kualitas, dibandingkan dengan produk
dan jasa dari daerah tujuan wisata lain. Daya saing sektor pariwisata adalah
kapasitas usaha pariwisata untuk menarik pengunjung asing maupun domestik yang
berkunjung pada suatu tujuan wisata tertentu. Peningkatan daya saing dapat dicapai
dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada, meningkatkan kapabilitas
pengelolaan sehingga mempunyai daya saing. Adanya peningkatan daya saing
daerah tujuan wisata semakin menarik, sehingga dapat meningkatkan jumlah
wisatawan yang berkunjung. Industri pariwisata juga memberikan pendapatan bagi
pemerintah melalui pajak hotel dan restoran, pajak hiburan, pajak parkir, pajak
akomodasi dan pajak-pajak lainnya. Disamping itu, industri pariwisata juga
mendorong investasi pada infrastruktur di daerah kunjungan wisata seperti
penyempurnaan jalan, pemeliharaan museum, monumen, kawasan wisata dan
berkembangnya pusat-pusat perbelanjaan.

70
Peningkatan produk pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah dilakukan dengan
cara meningkatkan daya saing daya tarik wisata, fasilitas pariwisata, dan
aksesibilitas pariwisata. Daya tarik pariwisata Sulawesi Tengah sudah tidak
diragukan lagi dari segi indahnya dan nature yang tidak ditemukan di tempat lain.

4.3.3. Strategi Pemberdayaan Umkm Masyarakat Dibidang Pariwisata


Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dibidang pariwisata menjadi
salah satu usaha yang sedang digemari di Indonesia, khususnya di daerah-daerah
yang sedang membangun sektor pariwisata termasuk Provinsi Sulawesi Tengah.
Perajin di Indonesia sudah mulai tumbuh dan kreatif dalam mengupayakan agar
UMKM-nya bisa dikenal nasional hingga global. Sektor ini mempunyai kontribusi
besar terhadap perputaran uang di masyarakat karena jumlahnya yang cukup besar.
UMKM dari berbagai bidang usaha yang tersebar di seluruh Indonesia menyumbang
kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Beberapa cara mengembangkan UMKM
adalah dengan menerapkan strategi 5P, yaitu Product, Price, Place, Promotion, dan
People.
▪ Product
Dari segi produk, UMKM harus menentukan produk yang tepat untuk
dipasarkan. Produk yang dibuat juga harus inovatif, kreatif dan menarik.
Untuk mendapat produk yang digemari pasar, lakukan survey ke sekeliling
untuk memperoleh gambaran produk yang realistis. Semakin jeli dan giat
UMKM melakukan inovasi produk dan layanan, maka akan mampu
melakukan pengembangan dan memenangkan persaingan bisnis. Produk
yang dijual merupakan souvenir khas Provinsi Sulawesi Tengah yang bersifat
unik dan tidak terdapat di daerah lain.
▪ Price
Untuk menentukan harga jual produk, UMKM harus teliti menghitung biaya
yang dikeluarkan selama proses produksi. Biaya yang paling utama dalam
UMKM ialah biaya modal dan biaya operasional. Biaya permodalan meliputi
lembaga atau pihak keuangan yang memberi fasilitas kredit bagi usaha.

71
Sedangkan biaya operasional mencakup gaji karyawan, biaya bahan baku,
dan biaya produksi. Harga jual akan semakin tinggi apabila kedua biaya
tersebut mencapai nominal yang tinggi. Cara bagi pengusaha UMKM yang
membutuhkan biaya modal, dapat berhubungan dengan lembaga keuangan
mikro yang memberikan fasilitas kredit dengan bunga murah, proses cepat
dan jangka waktu yang lama. Otoritas Jasa Keuangan misalnya akan
memberikan support penuh dengan meminta kepada bank untuk
menyalurkan 20 persen kreditnya kepada UMKM dengan suku bunga rendah.
▪ Place
Lokasi UMKM tentu sangat menentukan minat pasar. Dengan memilih lokasi
yang strategis dan ideal, UMKM akan cepat dikenal publik dan berhasil.
UMKM dapat memilih lokasi di tempat-tempat yang ramai dikunjungi
wisatawan dan padat penduduk. Seandainya tidak menemukan lokasi yang
strategis maka pertimbangkan hal-hal berikut saat membuka UMKM, yaitu
pastikan setiap menit selalu ada kendaraan melintas jika membuka di pinggir
jalan, hal yang perlu dicermati adalah tingkat konsumtif masyarakat dengan
melihat banyaknya usaha sejenis di sekitar lokasi, memperlengkapi usaha
dengan izin SIUP, HO dan NPWP.
▪ Promotion
Beberapa UMKM sudah menerapkan promosi melalui media sosial dan ini
adalah langkah awal yang bagus. Pasalnya, saat ini media sosial menjadi
salah satu bahan promosi yang murah, mudah dan cepat. Promosi bisa
dilakukan dengan meletakkan foto produk beserta detail produk dan
harganya. Promosi dapat juga dilakukan melalui web dengan tampilan
menarik dan informatif sehingga wisatawan dapat mengetahui segala jenis
produk yang ditawarkan.
▪ People
Sumber Daya Manusia yang berkecimpung dalam UMKM pariwisata adalah
orang-orang yang memiliki pengetahuan bisnis. Proses seleksi karyawan
harus mengikuti proses rekrutmen yang sudah modern dan teruji. Syarat

72
SDM yang akan bekerja adalah SDM yang berorientasi bisnis, bisa dan
berani mengambil risiko bisnis yang terukur, mempunyai dan memahami
laporan keuangan usaha serta mampu membuat dan menjalankan posting
biaya yang efektif.
Langkah-langkah nyata yang perlu dilakukan Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tengah terkait dengan strategi pemberdayaan UMKM pariwisata ini ini adalah
sebagai berikut:
▪ Melakukan pembinaan dan pendampingan terhadap industri kerajinan dan
souvenir khas Sulawesi Tengah, seperti cokelat Sulteng, sarung Donggala,
batik Bomba, batik Nambo, dan sebagainya
▪ Mengembangkan dan mendorong tumbuhnya kuliner khas Sulawesi Tengah
yang disediakan di sekitar kawasan wisata atau di “titik-titik simpul
persinggahan” menuju kawasan wisata.
▪ Melakukan pendataan dan pengemasan informasi mengenai adat dan
budaya Sulawesi Tengah dengan baik, sehingga wisatawan yang datang ke
Sulawesi Tengah memiliki pemahaman yang lengkap tentang Sulawesi
Tengah. Informasi ini dapat diunggah di web yang telah dibuat oleh Dinas
Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah.
▪ Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah berkoodinasi dan bekerjasama
dengan instansi terkait yaitu Dinas Perindustrian dan Perdagangan serta para
pelaku usaha pariwisata khususnya yang memproduksi souvenir dan
makanan khas Sulawesi Tengah untuk secara kontinyu mengembangkan
produk-produk tersebut.

4.3.4. Strategi Peningkatan Kredibilitas Bisnis Industri Pariwisata


Strategi untuk peningkatan kredibilitas dilakukan dengan pengembangan
manajemen dan pelayanan usaha pariwisata di Provinsi Sulawesi Tengah yang
kredibel dan berkualitas, dengan cara:
a. Menerapkan standarisasi dan sertifikasi usaha pariwisata untuk menjamin
kualitas pelayanan

73
b. Melakukan evaluasi standar dan serifikasi yang telah diberikan pada seluruh
usaha pariwisata secara berkala
c. Peningkatan pemanfaatan sumber daya lokal Sulawesi Tengah sebagai
bagian dari standar usaha pariwisata (penggunaan batas minimal
pemanfaatan sumber daya lokal)
d. Menerapkan sistem yang aman dan terpercaya dalam berbagai transaksi di
sektor pariwisata
e. Menerapkan sistem perlindungan (asuransi) bagi wisatawan yang berkunjung
ke Sulawesi Tengah
f. Mendukung penjaminan usaha melalui Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi
Tengah dan keberpihakan pemerintah.
Guna mewujudkan industri pariwisata yang berdaya saing di Provinsi
Sulawesi Tengah, maka pemerintah daerah perlu membangun dan
mengembangkan sistem informasi pariwisata secara terpadu. Sistem Informasi
Pariwisata adalah sistem yang menyajikan informasi mengenai objek wisata yang
ada di Sulawesi Tengah secara menarik, kawasan wisata ataupun wahana-wahana
atau atraksi wisata yang ditawarkan. Sistem ini juga menyajikan tentang beberapa
informasi yang menunjang kegiatan kepariwisataan seperti akomodasi, transportasi,
tiket, dan sebagainya.

4.4. Strategi Pemasaran Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah


4.4.1. Strategi Bauran Pemasaran
Pemasaran pariwisata yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi
Sulawesi Tengah dan industri pariwisata dapat menerapkan strategi bauran
pemasaran (marketing mix). Strategi ini sangat diperlukan karena pariwisata adalah
industri yang sifatnya sangat komplek dan multi faset. Peralatan yang dapat
dipergunaan untuk pemasaran sangat banyak. Namun pariwisata juga
sangat rentan terhadap perubahan baik yang terjadi secara ekternal maupun yang
terjadi secara internal. Misalnya salah satu alat tidak sesuai dengan apa yang
dipromosikan maka berakibat pada kedatangan wisatawan. Maka pemasaran harus

74
dilaksanakan dengan well organized. Alat alat pariwisata dapat yang dilasanakan
dengan strategi bauran pemasaran (marketing mix) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.1
Strategi Bauran Pemasaran
Product Price Place Promotion
(Produk) (Harga) (Tempat/Distribusi) (Promosi)
1. Souvenir 1. Memadai 1. Pameran 1. Iklan
2. Jasa-jasa 2. Tarif tercatat 2. Setiap 2. Promosi
3. ODTW 3. Tidak selalu pemberhentian penjualan
4. Fasilitas berubah 3. Disetiap 3. Promosi
utilitas 4. Terjangkau berlangsung personal
5. Pengalaman/ wisatawan 4. Publikasi
pengetahuan beraktifitas 4. Pemasaran
6. Kreativitas langsung
7. SDM 5. Sponsor
8.Organisasi

Salah satu dimensi bauran pemasaran yang sangat penting dalam


memasarkan pariwisata adalah pmromosi. Berdasarkan hasil wawancara dan
penyebaran kuesioner kepada para wisatawan yang berkunjung ke Sulawesi
Tengah, diperoleh hasil kajian bahwa sebagian besar wisawatan yaitu 81 persen
berwisata ke Sulawesi Tengah karena mendapatkan informasi dari teman atau
keluarga yang sudah pernah datang ke Sulawesi Tengah. Selain sumber informasi
dari teman/keluarga, wisatawan yang datang ke Sulawesi Tengah mendapatkan
informasi dari internet dan media sosial yaitu sebanyak 17 persen. Dengan
demikian, langkah yang perlu ditempuh terkait dengan strategi promosi adalah:
1. Memberikan pelayanan terbaik kepada wisatawan yang berkunjung ke
Sulawesi Tengah agar mereka merasa puas (satisfied) sehingga mereka

75
akan merekomendasikan hal-hal yang positif tentang Sulawesi Tengah
kepada orang lain.
2. Mendesain dan mengaktifkan website Pariwisata Provinsi Sulawesi Tengah
yang menarik. Informasi yang diberikan dalam web tersebut hendaknya
selalu up-to-date, valid dan lengkap. Artinya bahwa produk wisata dan
kenyataan yang ada sesuai dengan promosi yang disampaikan.
3. Mencetak brosur atau leaflet sederhana tentang daerah tujuan wisata di
Provinsi Sulawesi Tengah yang dibagikan kepada para wisatawan. Dengan
demikian yang membawa informasi tentang pariwisata Sulawesi Tengah
adalah wisatawan itu sendiri dan diharapkan akan merekomendasikan
kepada teman/keluargnya. Hal ini mengingat bahwa promosi yang paling
efektif dan efisien bagi wisatawan di Sulawesi Tengah adalah word-of-mouth
communication.
4. Melakukan festival secara kontinyu dan lebih ditingkatkan kualitas serta
jangkauan pemasarannya, sebagaimana yang telah dilakukan seperti
Festival Danau Poso, Festival Teluk Tomini, Festival Pulau Dua.

4.4.2. Strategi Segmentasi


Agar pemasaran dapat dilakukan dengan efisien dan memperoleh hasil
capaian pemasaran yang maksimal maka perlu upaya pemasaran menggunakan
pendekatan segmentasi pasar. Strategi segmentasi adalah upaya pemasaran untuk
mengelompokkan pasar yang sangat heterogen ke dalam pasar yang relatif
homogen. Keberadaan Sulawesi Tengah yang memiliki keanekaragaman produk
yang sangat tinggi mempunyai peluang yang sangat besar dalam memperoleh
sasaran pasar yang sangat beranekaragam pula. Oleh karenanya perlu melakukan
kajian terhadap pasar untuk mengelompokkannya. Pasar wisatawan saat ini dapat
dibagi kedalam beberapa kelompok. Kelompok ini sangat dipengaruhi oleh
sosiodemografi dan psikografi.
Faktor sosiodemografi dan psikografi sangat menentukan pola hidup (life
style). Faktor yang mempengaruhi life style adalah budaya, kelompok sosial, mata

76
pecaharian dan pendidikan. Pola hidup wisatawan dapat dikelompokkan sebagai
berikut:

Tabel 4.2
Strategi Segmentasi Berdasarkan Lifestyle Wisatawan
Aktivitas Minat Pendapat Demografi
1. Bekerja 1. Keluarga 4.3 Personal 1. Umur
2. Hobi 2. Rumah 2. Isu sosial 2. Penddikan
3. 3.Kerja sosial 3. Pekerjaan 3. Politik 3. Penghasilan
4. Liburan 4. Komunitas 4. Bisnis 4. Pekerjaan
5. Hiburan 5. Rekreasi 5. Ekonomi 5. Jumlah
6. Anggota 6. Kesenangan 6. Pendidikan anggota
organisasi 7. Makanan 7. Produk keluarga
7. Komunitas 8. Media 8. Masadepan 6. Asal
8. Belanja 10. Tujuan 9. Budaya wisatawan
9. Olahraga 7. .Geografis
8. .Ukuran kota
9. .Posisi

4.4.3 Strategi Optimalisasi Peran dalam Pemasaran Pariwisata


Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pariwisata. Dengan mengacu kepada rumusan tersebut, maka
elemen institusional kepariwisataan terdiri dari pemerintah, dunia usaha, dan
masyarakat. Peran pelaku kepariwisataan merupakan elemen utama untuk
keberhasilan pengelolaan destinasi wisata yang ada di Provinsi Sulawesi Tengah.
Peran pemerintah, ditinjau dari konstelasi kepariwisataan, tak dapat
dipungkiri bahwa peran pemerintah sangat penting dalam menciptakan dan
menunjang tingkat keberhasilan kepariwisataan suatu daerah atau negara. Dalam
menyeimbangkan pelaku lain yakni swata atau dunia usaha, institusi pendidikan dan
profesional maka peran pemerintah sebagai fasilitator, regulator, dan motivator.

77
Dengan demikian perlu perimbangan peran pemerintah dan swasta dalam
pengembangan kepariwisataan. Tugas dan peranan pemerintah dalam
pembangunan pariwisata adalah:
▪ Pembina, pendorong dan pengatur dan pengendali pembangunan pariwisata
serta mewujudkan iklim yang kondusif bagi usaha pariwisata.
▪ Pemasyarakatan dan pembudayaan Sapta Pesona
▪ Pengembangan Promosi Pariwisata (Citra Destinasi)
▪ Pengembangan sistem informasi kepariwisataan
▪ Penataan dan pembangunan prasarana /infrastruktur yang bersifat
pelayanan umum
▪ Penataan dan penyediaan fasilitas penunjang.
Peran Swasta atau Dunia Usaha, Keberhasilan sebuah destinasi dapat
dilihat dari tingkat kepuasan wisatawan yang akan berpengaruh terhadap jumlah
kunjungan wisasatawan. Wisatawan yang merasa puas akan datang kembali
bersama keluarga, rekan, atau group. Oleh karena itu maka peran dunia usaha
sangat berperan sekali dalam menarik wisatawan melalui jasa yang diberikan untuk
kepuasan wisatawan. Tugas dan peran dunia usaha dalam pembangunan
pariwisata adalah:
▪ Pembangunan, pengembangan pengelolaan dan pemanfaatan potensi
pariwisata yang ada dan fasilitas penunjang
▪ Penyediaan fasilitas pariwisata yang menunjang kelestarian nilai-nilai agama,
sosial budaya, dan kelestarian lingkungan hidup
▪ Pengembangan paket-paket wisata
▪ Mewujudkan Sapta Pesona dilingkungan usaha pariwisata
▪ Pengembangan Promosi Pariwisata
Peran Masyarakat. Keramah tamahan, keamanan, merupakan bagian yang
terpenting dari upaya pembangunan pariwisata di Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk
mewujudkan hal tersebut peranan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mejaga
keamanan dan menciptakan rasa nyaman bagi wisatawan yang mengujungi sebuah
destinasi. Upaya melibatkan masyarakat dalam pembangunan suatu kawasan

78
wisata mutlak diperlukan untuk menciptakan keamanan dan keramah
tamahan. Tugas dan peranan masyarakat dalam menunjang keberhasilan
kepariwisatan suatu daerah:
▪ Partisipasi dalam pembangunan dan pemeliharaan potensi pariwisata serta
pelayanan pariwisata
▪ Berperan aktif dalam mewujudkan Sapta Pesona di sekitar destinasi
pariwisata utama yaitu di sekitar Kawasan Kepulauan Togean, Lore Lindu,
Kawasan Megalith Lembah Bada, dan sebagainya
▪ Penyediaan tenaga kerja
▪ Penyediaan sumber-sumber informasi
Strategi Positioning
Positioning adalah upaya dalam membentuk dan menciptakan image (citra)
pariwisata di benak masyarakat. Langkah awal dalam menetapkan positioning
destinasi wisata di Provinsi Sulawesi Tengah adalah mengindentifikasi beberapa
keunggulan destinasi wisata yang dimiliki oleh Provinsi Sulawesi Tengah.
Identifikasi keunggulan destinasi wisata di Provinsi Sulawesi Tengah pada
penyusunan strategi pemasaran ini dilakukan observasi, berikut hasil identifikasi
beberapa keunggulan wisata alam dan budaya yang ada di Provinsi Sulawesi
Tengah. Keunggulan wisata dimiliki oleh Provinsi Sulawesi Tengah, menetapkan
prioritas utama keunggulan yang menjadi positioning adalah wisata alam yang
sangat asli (nature). Penetapan positioning harus ditindak lanjuti dengan melakukan
komunikasi pemasaran pada positioning yang telah ditetapkan. Tagline disusun
dengan memperhatikan jumlah kata dan kesepadanan makna dari positioning yang
ditetapkan. Tagline pariwisata Sulawesi Tengah telah dibentuk dengan branding
“kehangatan Sulawesi Tengah” atau “warmness Sulawesi Tengah”. Branding ini
harus diikuti dengan upaya nyata bahwa masyarakat Sulawesi Tengah berkomitmen
memberikan sambutan yang hangat kepada para wisatawan.

79
80
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian pengembangan pariwisata Provinsi Sulawesi
Tengah, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a) Terdapat 4 (empat) strategi utama dalam pengembangan pariwisata Provinsi
Sulawesi Tengah, yaitu strategi pengembangan destinasi, kelembagaan,
industri, dan pemasaran.
b) Pariwisata menjadi salah satu sumber pendapatan yang dapat
menguntungkan negara atau daerah karena dengan pengembangan
pariwisata akan menumbuhkan dan menggerakkan berbagai sektor terkait
lainnya seperti sektor ekonomi dan sosial. Kontribusi sektor pariwisata di
Sulawesi Tengah sampai Tahun 2019 baru mencapai 4,4 persen dari total
PDRB daerah.
c) Masih ada obyek pariwisata di wilayah kajian yang bersifat sektoral seperti
jalan menuju tempat wisata yang miliki oleh masyarakat dan pihak lain,
sehingga pemerintah daerah terhambat untuk melakukan perbaikan
infrastruktur karena adanya ego sektoral.
d) Perlu kerjasama dan koordinasi yang intens dan berkesinambungan antar
daerah tentang obyek wisata yang berbatasan dari wisata Kepulauan Togean
(Kabupaten Tojo Unauna) dengan obyek wisata Pulo Dua (Kabupaten
Banggai), serta Objek wisata Danau Poso (Kabupaten Poso). Selain itu perlu
dilakukan kerjasama didalam kluster paket wisata antar wilayah Provinsi
yaitu antara Kunjungan wisata pada destinasi di wilayah Manado (Sulawesi
Utara), Gorontalo (Provinsi Gorontalo) dan kunjungan wisata pada objek
wisata di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah.
e) Sesuai dengan hasil temuan lapangan perkembangan pariwisata pada
destinasi wisata yang menjadi sampel penelitian masih belum berkembang
dengan baik seperti Kabupaten Tojo Unauna (Pulau Ketupat, Pulau Wakai,

81
Kepulauan Togean, Ampana Kota), Kabupaten Poso (Siuri Tentena, Danau
Poso, Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Poso Kota, Kabupaten Donggala
(Wisata bahari Tanjung Karang, Wisata Bahari Bone-Oge, Pantai Kaluku,
Wisata Kota Tua Donggala, Anjungan Gonegati, dll). Bahkan untuk
menciptakan wisata yang berstandard international masih perlu kesiapan dan
daya dukung dalam pembangunan bidang pariwisata.
f) Masih perlunya peningkatan kesadaran dalam Pengembangan Pariwisata di
Daerah baik oleh masyarakat, pengelola wisata dan pemerintah
Provinsi/Kabupaten/Kota secara konsisten.
g) Perlu adanya branding pariwisata Daerah Provinsi Sulawesi Tengah secara
gencar, intens, dan kontinyu dalam kelender event nasional dan
internasional, yang tatakelolanya harus semakin baik seperti Tour De Central
Celebes (TDCC), Festival Pulo Dua (Banggai), Festival Danau Tektonik
Poso, Festival Teluk Tomini, Festival Kepulauan Togean. Sementara masing-
masing daerah lainnya hendaknya memiliki Top even daerah yang sama
secara terjadwal dan tidak saling tabrakan jadwalnya, jika dimungkinkan
saling terkoneksi antara festival satu dengan festival lainnya.
h) Banyak obyek wisata di Provinsi Sulawesi Tengah yang layak untuk go
Nasional dan go Internasional hanya perlu pemantapan kesiapan dan daya
dukung kota dan daerah di Provinsi Sulawesi Tengah dalam pembangunan
bidang pariwisata secara detail.
i) Pendataan pengembangan pariwisata hendaknya dikelompokan menjadi
tahap perintisan, tahap pembangunan, tahap pengembangan dan tahap
revitalisasi sehingga akan muncul kondisi ideal yang dapat dijadikan acuan
dalam penyusunan program kerja kota/kabupaten dalam bidang pariwisata.
j) City branding Pariwisata Sulawesi Tengah belum ada ditetapkan, begitupun
bagi kota Palu dan kabupaten belum ada seluruhnya sehingga perlu
dirumuskan dan ditetapkan melalui peraturan daerah Kemudian
disosialisasikan dan dipasarkan dengan baik.

82
k) Pemasaran pariwisata harus Go-Digital, berbasis Information Technology (IT)
agar seluruh destinasi di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah diketahui secara
nasional dan International (Indikator Keterbukaan International).
l) Pelaku usaha pariwisata kabupaten/kota bekerjasama dengan Online Travel
Agency (OTA) seperti Traveloka, Airy, RedDoorz, didalam memasarkan
Paket Wisata dan informasi harga sehingga terbentuk kepastian biaya
berwisata pada destinasi-destinasi di wilayah Sulawesi Tengah.
m) Pengembangan destinasi pariwisata memerlukan teknik perencanaan yang
baik dan tepat. Teknik pengembangan harus menggabungkan beberapa
aspek penunjang kesuksesan pariwisata. Aspek-aspek tersebut adalah
aspek aksesibilitas (transportasi dan saluran pemasaran), karakteristik
infrastruktur pariwisata, tingkat interaksi sosial, keterkaitan/kompatibilitas
dengan sektor lain, daya tahan akan dampak pariwisata, tingkat resistensi
komunitas lokal, dan seterusnya. Prinsip perancangan kawasan alam
merupakan dasar-dasar penataan kawasan memasukan aspek yang perlu
dipertimbangkan dan komponen penataan kawasan tersebut.
n) Atraksi Kepariwisataan pada kajian ini digolongkan menjadi empat hal
diantaranya: wisata alam, wisata budaya dan wisata buatan, wisata kuliner,
dan wisata religi. Hasilnya semua daerah kajian yang ada memiliki wisata
alam, namun tidak semua daerah memiliki wisata budaya, religi maupun
wisata buatan dan kuliner.
o) Aksesibilitas wisata pada kajian ini dilihat dari prasarana transportasi,
sarana transportasi, dan sistem transportasi. Dari semua daerah kajian
prasaran transportasi yang dilihat dari pelabuhan, bandara dan Terminal
diperoleh hanya tujuh daerah memiliki bandara sebagai pintu masuk
Pariwisata atau ada 54 persen sementara yang tidak memeliki ada Enam
Kabupaten (Sigi, Donggala, Parigi Moutong, Morut, Bangkep, Balut). Untuk
pintu masuk pelabuhan laut satu Kabupaten yang tidak punya pelabuhan
karena daerah daratandan Pegunungan (Sigi), sehingga untuk menuju
daerah tersebut bisa dilakukan dengan jalan darat. Dari sisi sarana

83
transportasi didapatkan nilai prosentase yang tertinggi adalah sarana laut (92
persen) artinya sebagian besar daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi
Tengah dapat ditempuh melalui jalur laut. Sedangkan sistem transportasi
diperoleh tidak semua daerah kajian memiliki informasi rute transportasi
Udara yang terjadwal (Tojo Unauna) dan cara reservasi tiket jauh lebih mudah
karena telah terkoneksi dengan jaringan Online Travel Agency (OTA) seperti
Traveloka.
p) Amenitas wilayah kajian ini dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu: Prasarana
umum, Fasilitas Umum dan Fasilitas Pariwisata. sebagian daerah kajian
memiliki prasarana umum yang masih terbatas seperti listrik, air,
telekomunikasi, dan pengelolaan limbah. Secara khusus diidentifikasi
sebagai berikut:
• Ketersedian Elektirifikasi (listrik) pada Destinasi wisata Kepulauan
Togean Kabupaten Tojo Unauna sebagian besar masih berlaku
pemadaman listrik atau menyala setengah hari (jam 6 sore-Jam 6 pagi)
demikian Wisata Pulo Dua kabupaten Banggai.
• Akses jaringan telekomunikasi (signal) yang tidak maksimal (kadang
ada dan tidak) khususnya di Keluauan Togean sebagian wilayah masih
blank Spot (tidak ada signal),
• Air bersih pada wilayah kajian sebagian besar air bersih harus dibeli
bahkan persediannya sangat terbatas seperti di Kabupaten Donggala
(Tanjung Karang, Bone Oge, Pusat Laut (pusentasi), Kelupauan
Togean (Ketupat, Bomba)
• Kebersihan Lingkungan hampir seluruh destinasi wisata belum terkelola
dengan baik termasuk pelibatan pokdarwis didalam pengelolalan
sampah belum berjalan serta temat sampah masih perlu diperbaiki baik
dari sisi daya tampung ataupun keindahannya. Program Kebersihan
lingkungan termasuk kebersihan destinasi atau objek wisata yang paling
berhasil dan mendapat penghargaan nasional Adipura adalah Kota
Luwuk Banggai adalah Program Gerakan PINASA (Lihat Sampah

84
Ambil), sementara daerah lainnya mulai dicanankan gerakan bersih-
bersih lingkungan berkelanjutan Masyarakat agar sadar terhadap
kebersihan lingkungannya, namun dalam penerapannya belum
konsisten seperti Gerakan Gali Gasa (Kota Palu), Gerakan Sigi Hijau
(Kabupaten Sigi), Gerakan Kukita Kutima Sampah (Kukusa-Kabupaten
Parigi Moutong, Mongkita Sara Alao/ Morowali Maroa (Kabupaten
Morowali),.
• Selanjutnya dilihat dari sisi fasilitas umum yang ada semua daerah
kajian sudah memiliki kantor polisi, katagori baik namun lahan parkir dan
tempat ibadah di daerah kajian secara rata-rata masih dalam katagori
cukup.
• Ruang Terbuka Hijau (RTH) tersedia disemua wilayah kajian, namun
pengelolannya belum berjalan baik., beberapa destinasi memilki
keterbatasan dalam ketersedian Toilet Umum yang memilki standar
kebersihan dan sehat.
• Lembaga keuangan pada daerah pulau-pulau tidak tersedia terutama
anjungan Tunai Mandiri (ATM) tidak tersedia pada wilayah remot area
(100 meter) di lokasi destinasi
q) Asepk lain yang dikaji dalam penelitian ini adalah Pemberdayaan Masyarakat
seperti keberadaan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), dan Desa Wisata
di wilayah kajian. Dari hasil lapangan diperoleh tidak semua daerah kajian
memiliki Pokdarwis dan Desa wisata. Juga bila dilihat dari kondisi dan
pengamatan lapangan ternyata adanya pokdarwis yang tidak aktif dan tidak
memiliki program dalam pengembangan pariwisata daerah demikian halnya
dengan desa wisata masih perlu sentuhan lebih untuk lebih
memperkenalkannya melalui promosi yang berkesinambungan.
r) Penunjang Pariwisata yang dilihat dalam kajian ini adalah keberadaan PHRI,
ASITA dan kepemilikan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah.
Dari hasil lapangan diperoleh semua daerah kajian memiliki PHRI dan ASITA.
Selain itu rata-rata semua daerah kajian sudah memiliki Rencana induk

85
Pengembangan Pariwisata Daerah yang masih berlaku sehingga
pengembangan pariwisata yang ada terus berjalan sesuai dengan
perencanaan yang di jadwalkan.

5.2. Rekomendasi
Berikut adalah rekomendasi yang dapat dijadikan masukan dan saran agar
pengembangan pariwisata di Sulawesi Tengah lebih optimal, yaitu:
1. Pengembangan pariwisata melalui pengadaan/penyedian infrastruktur
(sarana dan prasarana) dasar khususnya pasca Bencana di wilayah Kota
Palu, Kabupaten Sigi, Kabupaten Donggala dan Parigi Moutong yang
dampaknya sangat dirasakan sektor pariwisata.
2. Percepatan pembangunan sektor Pariwisata Sulawesi Tengah dengan
mendorong Destinasi Prioritas Pariwisata Provinsi (DPPP) Kepulauan
Togean sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata dalam
RPJMnas 2020-2024.
3. Mengelola Destinasi Pariwisata yang terintegrasi (integrated tourism
destination) dengan kuliner, kerajinan/souvenir khas, budaya, adat istiadat
dan obyek wisata terpadu;
4. Mempercepat penyelesaian permasalahan pengaturan dan pengendalian
tata ruang lahan di lokasi wisata untuk mempercepat penyelesaian
aksesibilitas menuju lokasi wisata, dn pembangunan infrastrutur terpadu;
5. Segera menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai di seluruh obyek
lokasi wisata seperti penyediaan dan pemeliharaan tempat pembuangan
sampah, toilet, keamanan dan puskesmas;
6. Menyusun program promosi pariwisata terpadu Provinsi Sulawesi Tengah
yang berbasis digital dengan mengoptimalkan paid media.
7. Mengembangkan konsep wisata Nomadic Tourism (wisata berpindah)
dengan menyedikan mobil sewa lengkap faslitas agar lama tinggal wisatawan
dapat bertambah dan solusi masalah keterbatasan amenitas pariwisata
(hotel/penginapan, listrik, air bersih dll) pada destinasi unggulan di Provinsi

86
Sulawesi Tengah. Amenitas sendiri merupakan segala bentuk fasilitas yang
difungsikan untuk memberikan pelayanan bagi para wisatawan selama
tinggal atau berkunjung ke suatu daerah/objek wisata wisata.
8. Pembinaan dan pengawasan daya tarik objek wisata yang berkelanjutan
(sustainable tourism development), yang pada intinya mengarahkan
pembangunan destinasi pariwisata yang tanggap terhadap minat wisatawan
dan keterlibatan langsung dari masyarakat setempat dengan tetap
menekankan upaya perlindungan dan pengelolaannya lingkungan hidup dan
mengembangkan kearifan local (culture). Upaya pengembangan dan
pengelolaan destinasi di Provinsi Sulawesi Tengah diarahkan agar dapat
memenuhi aspek ekonomi, sosial dan estetika. sekaligus dapat menjaga
keutuhan dan atau kelestarian ekologi, keanekaragaman hayati, budaya serta
sistem kehidupan.
9. Pengembangan pemanfaatan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) yang telah
ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Dunia sebagai Glamping Ground dengan
menawarkan kemudahan untuk wisatawan yang ingin merasakan sensasi
berkemah dengan cukup membayar biaya glamping yang sudah termasuk
peralatan kemah dan segala kebutuhan seperti konsumsi, listrik, hingga
kamar mandi khususnya pada destinasi danau tambing (Kabupaten Poso dan
kabupaten Sigi).
10. Optimalisasi penyiapan Sumber Daya Manusia di bidang pariwisata melalui
penyelenggaran Vokasi (SMK) bidang pariwisata yang ramah dan informatif
kepada para wisatawan.
11. Dari banyaknya MICE yang ada di setiap daerah, hendaknya masing-masing
event yang ikonik yang benar-benar dapat menjadi target kunjungan
wisatawan Nasional dan Internasional dikemas secara baik. (Top Event
Daerah) seperti Tour De Central Celebes (TDCC), Festival Pulo Dua
(Banggai), Festival Danau Tektonik Poso, Festival Teluk Tomini, Festival
Kepulauan Togean.

87
12. Penggabungan antara wisata alam, buatan, wisata kuliner dan wisata lain
secara terstruktur termasuk wisata belanja sebab industry pariwisata
khususnya oleh-oleh dan kerajinan belum berkembang secara baik kecuali di
Kota Palu.
13. Perlunya koordinasi yang optimal terutama tempat wisata yang berbatasan
dengan wilayah lain (Banggai, Tojo Unauna, Poso, Parigi Moutong) dan
antara Palu, Sigi, Donggala serta pelibatan perangkat daerah (OPD) didalam
mendorong pariwisata sebagai sector unggulan daerah.
14. Adanya laman khusus pada web milik daerah yang di up to date dari sisi
Tourist Information Center (TIC) terkait ketersedian amenitas, aksesibilitas
dan kelender even yang dikelola oleh UPT tersendiri ditingkat
Kabupaten/Kota.

88
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. dan Prasetya, J.T, 1997. Strategi Belajar Mengajar, CV. Pustaka Setia,
Bandung
Amerta, S. (2019). Pengembangan Pariwisata Alternatif. Scopindo Media Pustaka,
Surabaya
David, F.R. (2011). Strategic Management : Concept & Cases (13th ed). Upper
Saddle River, Prentice Hall, New Jesey, The U.S.A
Hunger, J. D. and Wheelen, T.L. (2001). Essentials of Strategic Management,
Prentice Hall, New Jersey, The U.S.A
Hanief, S., dan Pramana, D. (2018). Pengembangan Bisnis Pariwisata Dengan
Media Sistem Informasi. Andi Offset, Yogyakarta
Ivancevich, J.M., Konopaske, R., and Matteson, M.T. (2009). Organizational
Behavior and Management, Tenth Edition, McGraw Hill, Irwin, The U.S.A
Kartajaya, H (1996), Marketing Plus 2000: Siasat Memenangkan Persaingan Global.
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kotler, P., Kartajaya, H, dan Huan, H.D. (2017), Marketing for Competitiveness: Asia
yang Mendunia pada Era Konsumen Digital. Mizan Media Utama, Bandung
Kotler, P., and Armstrong, G. (2001). Principles of Marketing. 9th edition. Upper
Saddle River, Prentice Hall, New Jersey, The U.S.A
Lawrence, R.J. and William, F.G. (1988). Strategic Management and Business
Policy. 3rd Edition, McGraw-Hill Inc, The U.S.A.
Luturlean, B. S., Sukmawadi, K. U., Mauling, L., dan Arifin, D. (2019). Strategi Bisnis
Pariwisata. Humaniora, Bandung
Manullang, M. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi I. BPFE, Yogyakarta
Sugono (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. PT. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
Wisnawa, M. B., Prayogi, P. A., dan Sutapa, I.K. (2019). Manajemen Pemasaran
Pariwisata: Model Based Loyality Pengembangan Potensi Wisata di
Kawasan Pedesaan. CV. Budi Utama: Yogyakarta

89

Anda mungkin juga menyukai