Anda di halaman 1dari 130

RENCANA STRATEGIS

KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

NTT
LABUAN BAJO

ii INTRODUKSI
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

RENCANA
STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/
BAPAREKRAF
2020-2024

INTRODUKSI iii
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

DAFTAR
ISI
BAB I 14

PENDAHULUAN

1.1 Kondisi Umum 17


1.1.1 Profil Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif 17
1.1.2 Capaian Penyelenggaraan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Nasional 17
1.2 Potensi dan Permasalahan 21
1.2.1 Potensi Pembangunan Pariwisata
dan Ekonomi Kreatif 21
1.2.2 Permasalahan Pembangunan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 29
1.3 Daya Saing Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Nasional 38
1.4 Konsep Quality Tourism 41
1.5 Dunia Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif ditengah Pandemi
Coronavirus (Covid19) 42

DAFTAR ISI IV
BAB II 44
DAFTAR TABEL VII
DAFTAR GAMBAR VII
VISI, MISI, DAN TUJUAN
KATA PENGANTAR VIII
KEMENTERIAN PARIWISATA
RINGKASAN EKSEKUTIF X DAN EKONOMI KREATIF/BADAN
PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

2.1 Visi Kemenparekraf/Baparekraf 47


2.2 Misi Kemenparekraf/Baparekraf 49
2.3 Tujuan Kemenparekraf/
Baparekraf 50
2.4 Sasaran Strategis
Kemenparekraf/Baparekraf 51

iv INTRODUKSI
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

BAB III 54 BAB IV 70

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI,


TARGET KINERJA DAN KERANGKA
KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA
PENDANAAN
KELEMBAGAAN

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional 57 4.1. Target Kinerja 73


3.2. Arah Kebijakan dan Strategi 4.2. Kerangka Pendanaan 77
Kemenparekraf/Baparekraf 60
3.2.1 Arah Kebijakan 1: Pengembangan
destinasi pariwisata dan produk BAB V 78
ekonomi kreatif bernilai tambah dan
berdaya saing 63
PENUTUP
3.2.2 Arah Kebijakan 2: Pemasaran pariwisata
dan ekonomi kreatif berbasis kemitraan
strategis (strategic partnership) 63 Lampiran 1: Matriks Kinerja dan
3.2.3 Arah Kebijakan 3: Pengembangan Pendanaan Kementerian/Lembaga 82
industri pariwisata dan ekonomi kreatif Lampiran 2: Matriks Kerangka
terintegrasi 64 Regulasi 128
3.2.4 Arah Kebijakan 4: Pengelolaan SDM dan
kelembagaan pariwisata dan ekonomi
kreatif dalam mewujudkan SDM yang
unggul dan berdaya saing 65
3.2.5 Arah Kebijakan 5: Mewujudkan
kreativitas anak bangsa dengan
berorientasi kepada pergerakan
ekonomi kerakyatan 65
3.2.6 Arah Kebijakan 6: Mendorong riset,
inovasi, adopsi teknologi, serta
kebijakan pariwisata dan ekonomi
kreatif yang berkualitas 66
3.2.7 Arah Kebijakan 7: Mewujudkan birokrasi
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif yang professional 66
3.3. Kerangka Regulasi Kemenparekraf/
Baparekraf 67
3.4. Kerangka Kelembagaan 68

INTRODUKSI v
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

NTT
LABUAN BAJO

vi INTRODUKSI
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

DAFTAR DAFTAR
TABEL GAMBAR

Tabel 1.1. Gambar 1.1

Target dan Capaian Sektor Gambaran umum capaian Travel Competitiveness


Pariwisata Nasional 18 Index (TTCI) 19

Tabel 1.2. Gambar 1.2

Target dan Capaian Sektor Ekonomi Tren Kejadian Bencana di


Kreatif Nasional 20 Indonesia 10 Tahun Terakhir 30

Tabel 1.3. Gambar 1.3

Peringkat TTCI Travel & Tourism


Negara ASEAN 40 Competitiveness Index (TTCI) 39

Tabel 3.1. Gambar 1.4

Sasaran, Indikator dan target RPJMN terkait Tren Subindeks TTCI


Kemenparekraf/Baparekraf 58 Indonesia 40

Tabel 4.1. Gambar 2.1

Target Kinerja Kemenparekraf/Baparekraf Peta Strategi dari


tahun 2020-2024 74 Kemenparekraf/Baparekraf 52

Gambar 3.1

Kerangka Strategis Kemenparekraf/


Baparekraf tahun 2020-2024 61

INTRODUKSI vii
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

KATA PENGANTAR

S
egenap puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Pencapaian pembangunan nasional target sektor pariwisata
Tuhan Yang Maha Esa, atas bimbingan-Nya Dokumen dan ekonomi kreatif tersebut tentunya diperlukan strategi
Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan serta terobosan dalam pelaksanaanya. Terutama dalam
Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menghadapi tantangan-tantangan bencana nonalam
Tahun 2020 – 2024 dapat diselesaikan. pandemi Virus Corona yang terjadi di dunia. Pandemi Covid-
19 diyakini menjadi titik balik perubahan pariwisata dan
Dokumen Rencana Strategis Kementerian Pariwisata desain model bisnis ekonomi kreatif, termasuk di Indonesia.
dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Tahun 2020 – 2024 ini merupakan tindak lanjut dari Dunia pariwisata Indonesia pun wajib beradaptasi
Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun dengan kondisi new normal dengan memperhatikan
2019 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Strategis aspek kebersihan, keselamatan, dan keamanan, serta
Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) Tahun 2020-2024. implementasi protokol kesehatan. Pergeseran model bisnis
dalam ekonomi kreatif dapat menjadi oportunitas dan
Nomenklatur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi peluang dalam kontribusi ekonomi kreatif yang lebih besar.
Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ditetapkan
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 113/P Tahun Dokumen Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan
2019 tentang Pembentukan Kementerian Negara dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Pengangkatan Menteri Negara Kabinet Indonesia Maju 2020 – 2024 diharapkan dapat memperkuat skenario dan
Periode Tahun 2019-2024. strategi pembangunan kepariwisataan dan pengembangan
ekonomi kreatif nasional yang lebih terarah, terpadu dan
Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun terukur dengan memastikan partisipasi stakeholders dalam
2019, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ membangun ekosistem kepariwisataan dan ekonomi kreatif.
Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Selain itu dokumen ini kiranya akan menjadi pedoman bagi
pariwisata dan tugas pemerintahan di bidang ekonomi seluruh unit dalam Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
kreatif untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk
pemerintahan negara. menyusun program kegiatan sesuai dengan perencanaan
yang telah disusun sampai tahun 2024 mendatang.
Dalam RPJMN 2020-2024, sektor pariwisata dan ekonomi
kreatif ditargetkan dapat memberikan kontribusi dan Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua
peran strategis melalui transformasi pembangunan pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan
ekonomi nasional pada lima tahun ke depan. Transformasi dokumen Rencana Strategis Kementerian Pariwisata dan
p e m b a n g u n a n e ko n o m i te r s e b u t d i fo ku s ka n p a d a Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
peningkatan nilai devisa pariwisata dan nilai tambah 2020 - 2024.
ekonomi kreatif nasional.

viii INTRODUKSI
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Jakarta, Juli 2020

Wishnutama Kusubandio Angela Tanoesoedibjo


Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi
Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan
Kreatif Republik Indonesia Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

INTRODUKSI ix
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

RINGKASAN EKSEKUTIF

K
ementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Capaian Penyelenggaraan Pariwisata dan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/ Ekonomi Kreatif Nasional
Baparekraf) dibentuk melalui Keputusan Presiden
N o m o r 1 1 3 / P Ta h u n 2 0 1 9 t e n t a n g P e m b e n t u k a n Capaian sektor pariwisata nasional pada periode 2015-
Kementerian Negara dan Pengangkatan Menteri Negara 2019 mengalami pertumbuhan secara konsisten dan
Kabinet Indonesia Maju Periode Tahun 2019-2024. Tugas signifikan walaupun sempat terjadi penurunan pada tahun
dan fungsi Kemenparekraf diatur dalam Peraturan Presiden 2016. Capaian kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB
(Perpres) Republik Indonesia Nomor 96 tahun 2019 tentang nasional terus meningkat dan mencapai target, sehingga
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan pariwisata sebagai leading sector tercatat menduduki
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. peringkat sebagai penyumbang devisa setelah industri
sawit.
Sementara itu, Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Baparekraf) dibentuk melalui Peraturan Presiden Republik Adapun terkait capaian Ekonomi Kreatif tahun 2019,
Indonesia Nomor 97 Tahun 2019 Tentang Badan Pariwisata Sasaran Strategis Penyerapan Tenaga Kerja dan Nilai
dan Ekonomi Kreatif. Baparekraf merupakan Lembaga Ekspor Produk Kreatif telah mencapai target, namun untuk
Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berada di bawah Pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif belum mencapai target
dan bertanggung jawab kepada Presiden. yang ditetapkan.

x INTRODUKSI
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terpercaya melalui pelaksanaan Reformasi Birokrasi
/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan Mengoptimalkan pelaksanaan 8 (delapan) area
perubahan Reformasi Birokrasi Kemenparekraf/Baparekraf.
Berdasarkan arahan Presiden Republik Indonesia, maka
Kementerian/Lembaga hanya memiliki 1 (satu) Visi, yaitu Berdasarkan visi dan misi Presiden Republik Indonesia
Visi Presiden Republik Indonesia. Hal ini berarti bahwa yang secara otomatis menjadi visi dan misi Kemenparekraf/
Visi Kemenparekraf/Baparekraf harus selaras dengan Visi Baparekraf khususnya bidang pariwisata dan ekonomi
Presiden Republik Indonesia. Sehingga visi Kemenparekraf/ kreatif, maka ditentukan tujuan strategis (strategic goals)
Baparekraf tahun 2020-2024 adalah: Kemenparekraf/Baparekraf. Tujuan Kemenparekraf/
Baparekraf tahun 2020-2024 adalah “Meningkatnya
“PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF INDONESIA kontribusi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terhadap
YANG MAJU, BERDAYA SAING, BERKELANJUTAN ketahanan ekonomi nasional”. Pencapaian tujuan ini diukur
SERTA MENGEDEPANKAN KEARIFAN LOKAL DALAM melalui 3 (tiga) indikator, yaitu: (1) Nilai devisa pariwisata; (2)
MEWUJUDKAN INDONESIA MAJU YANG BERDAULAT, Kontribusi PDB Pariwisata; (3) Nilai ekspor produk ekonomi
MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN kreatif.
GOTONG ROYONG”.
Sasaran strategis Kemenparekraf/Baparekraf merupakan
Visi Kemenparekraf/Baparekraf ini mengandung 4 (empat) uraian dari tujuan strategis yang sekaligus merupakan
kata kunci utama, yaitu (i) Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pemetaan dari strategi Kemenparekraf/Baparekraf dalam
Indonesia yang maju; (ii) Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melaksanakan Misi nomor 2 untuk mewujudkan Visi
Indonesia yang berdaya saing; (iii) Pariwisata dan Ekonomi Presiden tahun 2020-2024. Kemenparekraf/Baparekraf
Kreatif Indonesia yang berkelanjutan; serta (iv) Pariwisata memiliki 11 sasaran strategis yang dipetakan kedalam 4
dan Ekonomi Kreatif Indonesia yang mengedepankan (empat) perspektif BSC.
kearifan lokal.
Pada perspektif stakeholders, Kemenparekraf/Baparekraf
Misi Kemenparekraf/Baparekraf juga harus selaras memiliki 1 (satu) sasaran strategis yaitu: “Meningkatnya
dengan Misi Presiden Republik Indonesia, sehingga Misi kontribusi pariwisata dan ekonomi kreatif terhadap
Kemenparekraf/Baparekraf yaitu: (1) Peningkatan kualitas ke t a h a n a n e ko n o m i ” . Pa d a p e r s p e kt i f c u st o m e r ,
manusia Indonesia; (2) Struktur ekonomi yang produktif, Kemenparekraf/Baparekraf memiliki 6 (enam) sasaran
mandiri, dan berdaya saing; (3) Pembangunan yang merata strategis yaitu: (1) “Meningkatnya nilai tambah ekonomi
dan berkeadilan; (4) Mencapai lingkungan hidup yang kreatif nasional”; (2) “Meningkatnya kualitas dan jumlah
berkelanjutan; (5) Kemajuan budaya yang mencerminkan wisatawan”; (3) “Meningkatnya daya saing destinasi dan
kepribadian bangsa ; (6) Penegakan sistem hukum industri pariwisata nasional”; (4) “Tersedianya produk
yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya; (7) pariwisata sesuai kebutuhan”; (5) “Bertumbuhnya
Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa investasi dan akses pembiayaan serta meningkatnya
aman pada seluruh warga; (8) Pengelolaan pemerintahan kemampuan industri sektor pariwisata dan ekonomi
yang bersih, efektif, dan terpercaya; dan (9) Sinergi kreatif nasional”; dan (6) “Terlindunginya kekayaan
pemerintah daerah dalam kerangka Negara Kesatuan. intelektual bidang pariwisata dan ekonomi kreatif”.
Dalam konteks pengembangan pariwisata dan ekonomi Pada perspektif internal process, Kemenparekraf/
kreatif, Kemenparekraf/Baparekraf berkontribusi secara Baparekraf memiliki 3 (tiga) sasaran strategis yaitu: (1)
langsung terhadap misi nomor 2, yaitu struktur ekonomi “Terselenggaranya regulasi pariwisata dan ekonomi kreatif
yang produktif, mandiri dan berdaya saing. Selain itu, berbasis kajian”; (2) “Tersedianya data dan informasi hasil
Kemenparekraf/Baparekraf juga berkontribusi tidak kajian sesuai kebutuhan pariwisata dan ekonomi kreatif”;
langsung terhadap misi Presiden RI nomor 1 dan 8. dan (3) “Meningkatnya kualitas dan kuantitas SDM
kepariwisataan dan ekonomi kreatif”. Pada perspektif
Pada misi nomor 1 yaitu Peningkatan kualitas manusia
learn and growth, Kemenparekraf/Baparekraf memiliki 1
Indonesia melalui peningkatan SDM Pariwisata dan
(satu) sasaran strategis yaitu “Terwujudnya reformasi
Ekonomi Kreatif dalam mewujudkan SDM yang Unggul
birokrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
dan Berdaya Saing. Sedangkan misi nomor 8, yaitu
menuju birokrasi yang profesional”.

INTRODUKSI xi
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Arah Kebijakan dan Strategi 2. Pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis
Kemenparekraf/Baparekraf kemitraan strategis (strategic partnership), dengan 4
strategi: (a) Pemasaran Pariwisata dan ekonomi kreatif
berorientasi hasil dengan fokus pasar potensial, (b)
Perluasan pangsa pasar produk ekonomi kreatif, (c)
Meningkatkan citra pariwisata Indonesia berdaya saing,
dan (d) Pemanfaatan teknologi dalam mendukung
pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif;

3. Pengembangan industri pariwisata dan ekonomi kreatif


terintegrasi, dengan 3 strategi: (a) Mengembangkan
industri pariwisata dan ekonomi kreatif (13 bidang
usaha pariwisata dan 17 sub sektor ekonomi kreatif), (b)
Meningkatkan tata kelola pariwisata dan ekonomi kreatif
nasional, dan (c) Mendorong peningkatan investasi,
pendanaan, dan akses pembiayaan secara merata di
industri pariwisata dan ekonomi kreatif;
Arah kebijakan dan strategi Kemenparekraf/Baparekraf
4. Pengelolaan SDM dan kelembagaan pariwisata dan
m e n g g a m b a r ka n s p i r i t d a n u p aya ya n g d i l a ku ka n
ekonomi kreatif dalam mewujudkan SDM yang unggul
untuk mengubah kondisi saat ini menjadi kondisi yang
dan berdaya saing, dengan 3 strategi: (a) Optimasi
diinginkan. Tujuan akhir Kemenparekraf/Baparekraf adalah
kelembagaan maupun kurikulum pendidikan dan
meningkatnya kontribusi sektor pariwisata dan ekonomi
pelatihan vokasi pariwisata dan ekonomi kreatif, (b)
kreatif terhadap ketahanan ekonomi nasional.
Meningkatkan sertifikasi kompetensi SDM pariwisata
Tujuan akhir tersebut dapat terwujud melalui pariwisata dan ekonomi kreatif, dan (c) Melakukan penguatan
yang berkualitas (quality tourism experience), pariwisata komunitas dan kelembagaan pariwisata dan ekonomi
yang berbasis ekonomi kreatif maupun pertumbuhan nilai kreatif;
tambah ekonomi kreatif yang diharapkan dapat menjadi
5. M e w u j u d k a n k r e a t i v i t a s a n a k b a n g s a d e n g a n
penggerak ekonomi nasional.
berorientasi kepada pergerakan ekonomi kerakyatan,
Hal ini dapat terwujud melalui pembangunan 5 pilar strategis dengan 2 strategi: (a) Meningkatkan perlindungan
pariwisata dan ekonomi kreatif, yaitu Pilar Destinasi terhadap hasil kreativitas dan kekayaan intelektual, dan
Pariwisata dan Produk Ekonomi Kreatif, Pilar Pemasaran (b) Mendorong kreasi dalam menciptakan nilai tambah
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Pilar Industri Pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis budaya dan IPTEK;
Ekonomi Kreatif, Pilar SDM dan Kelembagaan Pariwisata
6. Mendorong riset, inovasi, adopsi teknologi, serta
dan Ekonomi Kreatif serta Pilar Kreativitas.
ke b i j a ka n p a r i w i s at a d a n e ko n o m i k re at i f ya n g
Kemenparekraf/Baparekraf memiliki 7 arah berkualitas, dengan 3 strategi: (a) Mendorong riset dan
kebijakan, yaitu: inovasi terkait pengembangan destinasi pariwisata
dan produk ekonomi kreatif yang berorientasi pada
1. Pengembangan destinasi pariwisata dan produk peningkatan nilai tambah dan daya saing, (b) Adopsi
ekonomi kreatif bernilai tambah dan berdaya saing, teknologi informasi dan komunikasi terkini secara efektif
dengan 3 strategi: (a) Mengembangkan produk ekonomi dan efisien, dan (c) Mengelola kebijakan pariwisata
kreatif berbasis kekayaan intelektual pada Kawasan dan ekonomi kreatif berbasis kajian sesuai kebutuhan
Ekonomi Kreatif dan Klaster Penguatan Ekonomi pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif nasional;
Kreatif, (b) Meningkatkan kesiapan destinasi pariwisata
berdasarkan prioritas secara komprehensif, terintegrasi 7. Mewujudkan birokrasi Kemenparekraf/Baparekraf
dan berkelanjutan, dan (c) Diversifikasi produk pariwisata yang professional, dengan 1 strategi: Mengoptimalkan
yang bernilai tambah tinggi; pelaksanaan 8 (delapan) area perubahan Reformasi
Birokrasi Kemenparekraf/Baparekraf.

xii INTRODUKSI
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Target Kinerja Kemenparekraf/Baparekraf Daya saing destinasi dan industri pariwisata Nasional
ditargetkan meningkat ditandai dengan meningkatnya
Peringkat Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI)
yang dipublikasikan oleh World Economic Forum. Indonesia
ditargetkan berada di peringkat 36-39 pada tahun 2021 dan
meningkat ke peringkat 31-34 di tahun 2023.

Kemenparekraf/Baparekraf menargetkan bertumbuhnya


investasi dan akses pembiayaan di sektor pariwisata dan
ekonomi kreatif. Rasio usaha bidang pariwisata dan ekonomi
kreatif yang terstandarisasi dan tersertifikasi ditargetkan
meningkat dari 10% di tahun 2020 menjadi 30% di tahun
2024.

Jumlah investasi pariwisata dan ekonomi kreatif ditargetkan


meningkat dari US$ 2 Miliar di tahun 2020 menjadi US$ 3
Miliar di Tahun 2024. Rasio usaha pariwisata dan ekonomi
kreatif yang mendapat akses pembiayaan terhadap
Tahun 2020 diawali dengan bencana nonalam pandemi
total usaha pariwisata dan ekonomi kreatif ditargetkan
Covid19 yang menyebabkan Kemenparekraf/Baparekraf
mengalami peningkatan dari 1,8% di tahun 2020 menjadi
menyesuaikan kembali target yang sudah ditetapkan
4,6% di tahun 2024.
dalam RPJMN. Target kinerja Kemenparekraf/Baparekraf
digambarkan dengan sasaran strategis (SS) dan indikator Kemenparekraf/Baparekraf juga melindungi kekayaan
kinerja sasaran strategis (IKSS) yang menjadi ukuran intelektual bidang pariwisata dan ekonomi kreatif dengan
pencapaian setiap sasaran strategis Kemenparekraf/ menargetkan peningkatan jumlah produk/jasa bidang
Baparekraf. Terdapat 11 Sasaran Strategis (SS) dan 19 pariwisata dan ekonomi kreatif yang didaftarkan kekayaan
Indikator Kinerja Sasaran Strategis yang menjadi target intelektualnya dari 1250 produk/jasa di tahun 2020 menjadi
kinerja Kemenparekraf/Baparekraf. 4500 produk/jasa di tahun 2024.

Sektor Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ditargetkan Indeks regulasi berbasis kajian terkait pariwisata dan
memberikan Kontribusi yang terus meningkat terhadap ekonomi kreatif ditargetkan meningkat dari 25 di tahun 2020
ketahanan Ekonomi Indonesia . Nilai Devisa s ektor menjadi 45 di tahun 2024. Terkait data dan informasi hasil
Pariwisata ditargetkan meningkat dari US$ 3,3 – 4,8 Miliar kajian, Kemenparekraf/Baparekraf menargetkan Jumlah
di tahun 2020 menjadi US$ 21,5 - 22,9 Miliar di tahun 2024. Jumlah hasil kajian parekraf yang dimanfaatkan/diproduksi
Kontribusi PDB Pariwisata terhadap Nasional ditargetkan meningkat dari 6 dokumen di tahun 2020 menjadi 13
meningkat bertahap dari 4,0% di tahun 2020 menjadi 4,5% dokumen di tahun 2024.
di tahun 2024. Sementara Nilai Ekspor Produk Ekonomi
Kreatif ditargetkan meningkat dari US$ 16,9 Miliar di tahun Pada upaya peningkatan kualitas dan kuantitas SDM
2020 menjadi US$ 19,26 Miliar di tahun 2024. Nilai Tambah kepariwisataan dan ekonomi kreatif tahun 2020-2024,
Ekonomi Kreatif ditargetkan meningkat dari Rp. 1.157 Triliun Kemenparekraf/Baparekraf menargetkan peningkatan
di tahun 2020 menjadi Rp. 1.641 Triliun di tahun 2024. jumlah tenaga kerja Pariwisata dari 10 Juta Tenaga Kerja
di tahun 2020 menjadi 12 Juta Tenaga Kerja di tahun 2024,
Dalam mendukung peningkatan kontribusi tersebut, jumlah tenaga kerja Ekonomi Kreatif dari 17,25 Juta Tenaga
diperlukan juga peningkatan kualitas dan jumlah wisatawan. Kerja di tahun 2020 menjadi 19,9 Juta Tenaga Kerja di
Jumlah wisatawan mancanegara ditargetkan meningkat tahun 2024, dan Jumlah lulusan perguruan tinggi vokasi
dari 2,8 – 4,0 Juta Wisatawan di tahun 2020 menjadi 16 - 17 pariwisata ditargetkan meningkat dari 1500 lulusan di tahun
Juta Wisatawan di tahun 2024. Jumlah spending Wisatawan 2020 menjadi 2200 lulusan di tahun 2024.
Mancanegara juga ditargetkan meningkat dari US$ 1166,67
– 1213,87 di tahun 2020 menjadi US$ 1345 di tahun 2024. Terakhir, pada upaya terwujudnya reformasi birokrasi
Di sisi lain, pergerakan Wisatawan Nusantara ditargetkan Kemenparekraf/Baparekraf menuju birokrasi yang
sebesar 120-140 Juta pergerakan di tahun 2020 meningkat profesonal, Nilai RB Kemenparekraf/Baparekraf ditargetkan
menjadi 330-355 Juta pergerakan di tahun 2024. naik dari 80 di tahun 2020 menjadi 92,5 di tahun 2024.

INTRODUKSI xiii
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Kondisi Umum


1.2 Potensi dan Permasalahan
1.3 Daya Saing Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Nasional
1.4 Konsep Quality Tourism
1.5 Dunia Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif ditengah Pandemi
Coronavirus (Covid19)

14 PENDAHULUAN BAB I
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

RAJA AMPAT

BAB I PENDAHULUAN 15
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

PENDAHULUAN

16 PENDAHULUAN BAB I
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

1.1 Kondisi Umum a. perumusan dan penetapan kebijakan di bidang pariwisata


dan ekonomi kreatif;
1.1.1 Profil Kementerian Pariwisata dan b. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan teknis
Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan pengembangan sumber daya, kelembagaan, destinasi,
Ekonomi Kreatif infrastruktur, industri, investasi, pemasaran, produk wisata
dan penyelenggaraan kegiatan, serta ekonomi digital dan
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan
produk kreatif di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif;
Pa r i w i s at a d a n E ko n o m i K re at i f ( Ke m e n p a re k ra f/
c. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
Baparekraf) dibentuk melalui Keputusan Presiden Nomor
bidang pariwisata dan ekonomi kreatif sesuai ketentuan
113/P Tahun 2019 tentang Pembentukan Kementerian
peraturan perundang-undangan;
Negara dan Pengangkatan Menteri Negara Kabinet
d. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
Indonesia Maju Periode Tahun 2019-2024.
pariwisata dan ekonomi kreatif sesuai ketentuan
Tugas dan fungsi Kemenparekraf diatur dalam Peraturan peraturan perundang-undangan;
Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 96 tahun e. penyusunan rencana induk pembangunan kepariwisataan
2019 tentang Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ nasional dan rencana induk ekonomi kreatif;
Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kemenparekraf f. pengelolaan data dan informasi di bidang pariwisata dan
menyelenggarakan fungsi: ekonomi kreatif;
g. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada
1. pe ru mus an d a n p e net a p a n ke b i j a ka n d i b i d a ng seluruh unsur organisasi di lingkungan Badan Pariwisata
pariwisata dan ekonomi kreatif; dan Ekonomi Kreatif;
2. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di h. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian
bidang pariwisata dan ekonomi kreatif; dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi
3. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi di lingkungan Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif;
ke p a d a s e l u r u h u n s u r o rg a n i s a s i d i l i n g ku n g a n i. pengelolaan barang milik negara yang menjadi tanggung
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan jawab Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; dan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; j. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Badan
4. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
tanggung jawab Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif; dan 1.1.2 Capaian Penyelenggaraan
5. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Nasional
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Capaian sektor pariwisata nasional pada periode 2015-
Sementara itu, Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2019 mengalami pertumbuhan secara konsisten dan
(Baparekraf) dibentuk melalui Peraturan Presiden Republik signifikan walaupun sempat terjadi penurunan pada tahun
Indonesia Nomor 97 Tahun 2019 Tentang Badan Pariwisata 2016. Capaian kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB
dan Ekonomi Kreatif. nasional terus meningkat dan mencapai target, sehingga
pariwisata sebagai leading sector tercatat menduduki
B a p a re k raf m e r u p a ka n Le m b a g a Pe m e r i nt a h N o n peringkat sebagai penyumbang devisa setelah industri
Kementerian (LPNK) yang berada di bawah dan bertanggung sawit. Konsistensi capaian dari devisa yang telah ditetapkan
jawab kepada Presiden. Baparekraf menyelenggarakan didukung oleh capaian wisatawan nusantara (wisnus) yang
fungsi: terus melebihi target yang ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN 17
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Tabel 1.1. Target dan capaian sektor pariwisata nasional

2015 2016 2017 2018 2019


INDIKATOR
T R C T R C T R C T R C T R C

Kontribusi 4.32 4.25 100.47 4.50 4.13 91.78 5.00 5.00 100.00 5.25 5.25 100.00 5.50 *4,8 87.27
Pada PDB % % % % % % % % % % % % % % %
Nasional

Devisa 144 175.71 122.02 172 176.23 102.46 200 202.13 101.07 223 224 100.45 280 *197 70.36
% % % % %
(Triliun Rp)

Jumlah 11.4 10.36 90.88 11.8 12.28 104.07 12 12.6 105.00 12.6 12.7 100.79 13 *12,9 99.23
% % % % %
Tenaga Kerja
(Juta Orang)

Indeks Daya #50 #50 100 n.a n.a n.a #40 #42 95.24 n.a n.a n.a 30 40 75.00
Saing (Wef) % % %

Wisatawan 10 10.41 104.10 12 12.02 100.17 15 14.04 93.60 17 15.81 93.00 20 16.1 80.50
Mancanegara % % % % %
(Juta
Kunjungan)

Wisatawan 255 256.42 100.56 260 264.33 101.67 265 270.82 102.20 270 303.5 112.41 275 *290 105.45
Nusantara % % % % %
(Juta
Perjalanan)

#Indeks daya saing hanya * = Angka proyeksi sementara, T: Target; R: Realisasi; C: Capaian
dilakukan 2 (dua) tahun sekali berdasarkan RKP 2021

Mengenai kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), seperti ASIAN Games, Olimpiade, dan sebagainya perlu
faktor bencana alam merupakan faktor utama yang dijadikan prioritas pada sektor pariwisata.
menyebabkan berkurangnya kunjungan. Sebagai contoh:
Terkait daya saing pariwisata nasional yang diukur melalui
gempa bumi di Lombok pada bulan Agustus 2019 yang
Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI), Indonesia
menyebabkan pembatalan kunjungan wisman lebih dari
sudah mencapai peringkat ke 40 dari target peringkat ke 30
75%. Penurunan terjadi dari bulan Agustus hingga Desember
pada tahun 2019. Secara umum nilai rata-rata indikator TTCI
2019. Dari 500.000 kunjungan wisman, rata-rata kunjungan
mendapatkan nilai 4,3 (Gambar 1.1). Hal yang perlu menjadi
menjadi 100.000 wisman perbulan. Kemudian polemik
perhatian adalah terkait infrastruktur baik air transport
zero dollar tours wisman Tingkok, dan bencana maskapai
infrastructure, ground & port infrastructure, maupun tourist
penerbangan, seperti kecelakaan pesawat Lion Air JT 610
infrastructure.
di perairan Karawang.
Hal lain yang juga menjadi perhatian khusus adalah terkait
Peningkatan kunjungan wisatawan terjadi dengan adanya
environmental sustainability, health & hygiene, safety &
event seperti ASIAN Games yang memberikan kontribusi
security, ICT readiness, business environtment, serta
cukup banyak. Wisman dari kawasan ASEAN memberikan
human recources & labour market. Upaya perbaikan harus
kontribusi sebesar 4,861 juta dengan pertumbuhan terbesar
diakselerasi secara konsisten dan berkesinambungan
mencapai 21,02%. Sehingga, penyelenggaraan event besar
dilakukan agar daya saing sektor pariwisata meningkat.

18 PENDAHULUAN BAB I
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Travel Competitiveness Index (TTCI)


Gambar 1.1. Gambaran umum capaian

International Openness Price competitiveness


4.3 16th 6th 6.2

5.9 Prioritization of Travel & Toturism Environment sustainability 3.5


10th 135th

4.7 ICT Readiness Air transport Infrastructure 3.9


67th 38th

Human resources & labour market Ground & port Infrastructure 3.3
4.9 44th 60th

Health & Hygiene Tourist services Infrastructure


4.5 98th
3.1
102nd

5.4 Safety & Security Natural resources 4.5


4.3
80th 17th

Business environment Cultural resources &


4.7 Overall Score business travel 3.2
50th
7 6 5 4 3 2 1 Score 1 - 7 (best) 1 2 3 4 5 6 7 24th

Performance Overview
4.3 Overall Score

S e l a r a s d e n g a n i n d i k a t o r T TC I ,
International Openness 4.3 (16th)
pengembangan tenaga kerja dari
Prioritization of Travel & Toturism 5.9 (10th)
sektor pariwisata juga masih perlu terus
ICT Readiness 4.7 (67th) menjadi perhatian dari sisi kuantitas
Human resources & labour market
dan kualitas. Hal ini tercantum juga
4.9 (44th)
pada visi RPJMN 2020-2024, yaitu
Health & Hygiene 4.5 (102nd)
meningkatkan SDM yang berkualitas
Safety & Security 5.4 (80th) dan berdaya saing.
Business environment 4.7 (50th)

Price competitiveness 6.2 (6th)

Environment sustainability 3.5 (135th)

Air transport Infrastructure 3.9 (38th)

Ground & port Infrastructure 3.3 (60th)

Tourist services Infrastructure 3.1 (98th)

Natural resources 4.5 (17th)

Cultural resources & business travel 3.2 (24th)

0 1 2 3 4 5 6 7

(Sumber: The Travel & Tourism Competitiveness Report 2019 – WEF)

BAB I PENDAHULUAN 19
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Adapun terkait capaian Ekonomi Kreatif tahun 2019, Ekonomi Nasional melemah yang berdampak terhadap
Sasaran Strategis Penyerapan Tenaga Kerja dan Nilai p e r t u m b u h a n e ko n o m i k re at i f ya n g i ku t m e l e m a h .
Ekspor Produk Kreatif telah mencapai target, namun untuk Pertumbuhan Ekonomi Nasional baru mencapai 5,08% dari
Pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif belum mencapai target target yang ditetapkan 5,3%. Hal ini dapat dilihat pada tabel
yang ditetapkan. Hal ini disebabkan karena Pertumbuhan berikut:

Tabel 1.2 Target dan Capaian Sektor Ekonomi Kreatif Nasional

2015 2016 2017 2018 2019

No. INDIKATOR
T R C T R C T R C T R C T R C
(%) (%) (%) (%) (%)

1 Pertumbuhan 7, 7, 101, 5, 4, 101, 5, 5, 88, 5, 5, 92, 5, 5, 96,


Ekonomi Kreatif 50 59 20 21 95 20 70 06 77 60 16 14 30 10 23
(%)

2 Penyerapan 12, 12, 100, 16, 16, 100, 16, 17, 106, 16, 18, 109, 17, 19, 110,
Tenaga Kerja 1 17 58 20 91 58 40 43 28 70 35 88 20 01 52
(Juta Orang)

3 Nilai Ekspor 6, 5, 93, 19, 19, 93, 20, 20, 97, 21, 20, 98, 21, 22, 102,
Produk Kreatif 15 74 33 99 98 33 50 00 56 00 60 10 50 07 65
(Miliar USD)

20 PENDAHULUAN BAB I
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

1.2 Potensi dan Permasalahan

Identifikasi potensi dan permas alahan merupakan A. Potensi Pembangunan Destinasi


langkah bagi organisasi untuk menganalisis kekuatan dan Pariwisata
kelemahan yang dimiliki serta peluang dan tantangan yang
akan dihadapi. Hal ini perlu dilakukan supaya organisasi Destinasi pariwisata dikembangkan atas dasar potensi daya
dapat menentukan langkah-langkah strategis yang realistis tarik wisata yang dikembangkan secara sinergis dengan
untuk mewujudkan visi dan melaksanakan misi organisasi. pengembangan fasilitas wisata, fasilitas umum, aksesibilitas/
sarana prasarana serta pemberdayaan masyarakat dalam
Analisis terhadap permasalahan pembangunan pariwisata sistem yang utuh dan berkelanjutan. Dalam konteks
dan ekonomi kreatif dilakukan terhadap pilar pembangunan pengembangan destinasi pariwisata, terdapat sejumlah
pariwisata dan ekonomi kreatif. Berdasarkan Undang- potensi sekaligus sebagai kekuatan Indonesia untuk dapat
Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, berkembang sebagai destinasi pariwisata yang berdaya
pembangunan kepariwisataan meliputi industri pariwisata, saing dan berkelanjutan, antara lain:
destinasi pariwisata , pemasaran dan kelembagaan
kepariwisataan. Sementara Undang-Undang Nomor 1) Kekayaan dan Keragaman Sumber Daya
24 Tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif menyebutkan Pariwisata Nasional
bahwa pengembangan ekonomi kreatif dilakukan melalui:
Kekayaan sumber daya alam dan budaya yang dimiliki
pengembangan riset; pengembangan pendidikan; fasilitasi
bangsa Indonesia sangatlah besar dan dapat diberdayakan
pendanaan dan pembiayaan; penyediaan infrastruktur;
u nt u k m e n d u ku n g p e n g e m b a n g a n ke p a r i w i s at a a n
pengembangan sistem pemasaran; pemberian insentif;
nasional. Potensi dan kekayaan sumber daya alam dan
fasilitasi kekayaan intelektual; dan pelindungan hasil
budaya tersebut baru sebagian kecil saja yang telah
kreativitas.
dikelola dan dikembangkan sebagai daya tarik wisata
1.2.1 Potensi Pembangunan Pariwisata dan menjadi magnet untuk menarik kunjungan wisatawan
dan Ekonomi Kreatif m a n c a n e g a ra m a u p u n m e n g g e ra k k a n p e r j a l a n a n
wisatawan nusantara. Indonesia yang dihuni oleh lebih
Berikut adalah masing-masing potensi pembangunan dari 300 suku bangsa, dan memiliki 742 bahasa dan
pariwisata dan ekonomi kreatif. dialek serta segala ekspresi budaya dan adat tradisinya
merupakan laboratorium budaya terbesar di dunia .

BAB I PENDAHULUAN 21
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Indonesia merupakan negara yang memiliki kaitan sejarah


dengan momentum-momentum penting dalam sejarah
peradaban dunia, antara lain penjelajahan Laksamana
Cheng Ho yang fenomenal, penjelajahan Sir Arthur Wallacea
(operation Wallacea), jalur pelayaran sutera (silk route), jalur
rempah dunia (spice route), dan berbagai kaitan sejarah
masa lalu.

Ke kaya a n p ot e n s i m o m e nt u m - m o m e nt u m s e j a ra h
penting dunia tersebut menjadi modal yang sangat
besar bagi pengembangan wisata minat khusus melalui
pengembangan simpul-simpul dan koridor jejak perjalanan
tersebut, yang sekaligus akan mengaitkannya dengan
negara-negara pangsa pasar yang memiliki kaitan sejarah
dan emosional dengan daya tarik tersebut.

Melihat keanekaragaman sumber daya alam dan budaya


yang dimiliki oleh Indonesia, Kemenparekraf/Baparekraf
m e n et a p ka n fo ku s p e n g e m b a n g a n p ro d u k w i s at a
Indonesia dalam 3 (tiga) kategori, yaitu produk wisata alam,
budaya, dan buatan, dengan persentase performansi yang
memperlihatkan size, spread, dan sustainability pada posisi
saat ini.

Proyeksi dan upaya pengembangan terhadap portofolio


produk ini perlu dilakukan untuk mengoptimalkan sumber
daya melalui diversifikasi, diferensiasi, dan positioning
produk yang di dalamnya terdiri dari sejumlah produk-
produk wisata yang spesifik.
Sejumlah karya dan peninggalan budaya tersebut telah
2) Pertumbuhan Pembangunan Infrastruktur dan
diakui dunia sebagai world cultural heritage sites (8 warisan
Konektivitas Antar Wilayah dan Destinasi
budaya). Indonesia yang memiliki 51 taman nasional,
merupakan negara mega biodiversity ke-3 setelah Brazil Ko n e k t i v i t a s i n f r a s t r u k t u r d e s t i n a s i p a r i w i s a t a
dan Zaire, yang memiliki keanekaragaman hayati yang merupakan salah satu faktor untuk menentukan kualitas
begitu besar, antara lain mencakup: 35 spesies primata, pengembangan destinasi pariwisata. Komitmen nasional
25% endemic; Indonesia menjadi habitat dari 16% binatang dalam pembangunan infrastruktur dilaksanakan melalui
reptil dan amfibi di dunia; Indonesia menjadi habitat dari 17% Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang
burung di dunia, 26% endemic. Perubahan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016
tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
Kekayaan sumber daya wisata alam dan taman nasional
Nasional menyebutkan bahwa dalam rangka percepatan
tersebut memberikan potensi yang sangat besar bagi
pelaksanaan proyek strategis untuk memenuhi kebutuhan
pengembangan wisata alam maupun ecotourism atau green
dasar dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, perlu
tourism sebagai salah satu bentuk wisata alternatif yang
dilakukan upaya percepatan pelaksanaan Proyek Strategis
menjadi tren dunia saat ini dan ke depan.
Nasional.
Indonesia merupakan negara yang berada pada jalur cincin
Proyek strategis nasional mencakup pembangunan
api (ring of fire) yang aktif di dunia dengan persebaran
infrastruktur darat, laut dan udara serta penyeberangan
gunung yang paling banyak di dunia. Kekayaan potensi
yang bermuara pada kemudahan mobilitas wisatawan
geologi dan kegunungapian tersebut menjadi modal yang
sebagai dampak dari terbangunnya konektivitas antar
sangat besar bagi pengembangan wisata minat khusus
daerah. Selain itu, sejak 2018, pemerintah telah menyusun
petualangan (geotourism) Indonesia.
Integrated Tourism Master Plan (ITMP) Kawasan Strategis

22 PENDAHULUAN BAB I
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Pariwisata Nasional Danau Toba, Borobdur dan Lombok konteks kepariwisataan, mengingat esensi pariwisata
yang nantinya akan menjadi acuan pedoman pembangunan adalah hubungan interaksi antara wisatawan sebagai
bagi kementerian / lembaga untuk membangun kawasan tamu (guest) dengan masyarakat atau penduduk setempat
pariwisata tersebut. sebagai tuan rumah (host).

3) Indonesia Sebagai Negara Tujuan Investasi Berdasarkan laporan tahunan statistik Indonesia yang
yang Prospektif diterbitkan BPS tahun 2019, penduduk Indonesia tersebar
di 98 kota dan 83.931 desa yang terletak di lembah, lereng
Prospek dan peluang investasi bidang pariwisata di dan hamparan. Hal tersebut menegaskan bahwa distribusi
Indonesia menunjukkan bahwa kondisi bisnis dan ekonomi penduduk Indonesia yang sebagian besar tinggal di wilayah
nasional yang terus membaik pasca krisis ekonomi global perdesaan/rural area.
telah membuat kepercayaan dunia internasional terhadap
Indonesia semakin bagus, sehingga Indonesia menjadi Potensi penduduk di wilayah pedesaan dengan karakter
negara tujuan investasi yang prospektif. World Investment kehidupan yang khas dan terbangun dari budaya yang hidup
Prospects Survey 2014- 2016 melaporkan bahwa dari 159 dalam masyarakat lintas generasi juga merupakan potensi
respon eksekutif Perusahaan Transnasional (TNC) dari dan kekuatan dalam kerangka pengembangan daya tarik
negara-negara maju dan/atau berkembang, prospek untuk wisata untuk meningkatkan diversifikasi daya tarik serta
berinvestasi di Indonesia menduduki peringkat ke-3 (tiga) daya saing pariwisata Indonesia.
atau cukup prospektif.
Potensi daya tarik yang sebagian besar ada di daerah
Tentu hal ini berkaitan dengan keberlanjutan (sustainability), perdesaan apabila mampu dikelola melalui pendekatan
dimana penilaian Indonesia pada daya saing yang pembangunan kepariwisataan berkelanjutan secara
berkelanjutan sangat penting untuk prospek investasi, terpadu dan berkelanjutan, sangat dimungkinkan dapat
mengingat bahwa investasi adalah salah satu komponen memberi nilai tambah tidak saja dari aspek ekologis,
dalam PDB dan pertumbuhannya. Secara umum, ada 3 (tiga) edukatif, dan aspek sosial budaya, tetapi juga nilai tambah
hal pokok yang selalu menjadi pertimbangan pengusaha dari aspek rekreatif dan aspek ekonomis yang bermanfaat
dalam melakukan investasi: bagi kesejahteraan bangsa, sekaligus meminimalisir tingkat
kemiskinan dan kesenjangan pembangunan di perdesaan.
• Stabilitas politik dan keamanan yang memberikan
kepastian berusaha. Pengembangan wisata berbasis pedesaan (desa wisata)
• Birokrasi yang luwes dan proaktif, sehingga bisa melayani akan menggerakkan aktivitas ekonomi pariwisata di
keinginan pengusaha tetapi tetap dalam koridor hukum pedesaan yang akan mencegah urbanisasi masyarakat desa
dan peraturan yang berlaku. ke kota. Pengembangan wisata pedesaan akan mendorong
• Mampu memberikan iklim yang kondusif untuk berusaha, pelestarian alam (al. bentang alam, persawahan, sungai,
sehingga pengusaha dapat memperoleh keuntungan, danau) yang pada gilirannya akan berdampak mereduksi
karena perusahaan bukanlah badan sosial. pemanasan global.

Namun demikian, investasi kepariwisataan saat ini relatif B. Potensi Pembangunan Pemasaran
belum optimal untuk menggerakkan industri pariwisata Pariwisata
secara lebih merata di berbagai wilayah provinsi dan
destinasi pariwisata di Indonesia. Saat ini kegiatan investasi Dalam kerangka pembangunan Pemasaran Pariwisata,
sebagian besar masih terkonsentrasi di Bali, Jawa dan terdapat sejumlah potensi yang telah berkembang sebagai
Batam dengan dominasi jenis usaha di bidang perhotelan, modal utama dalam mendorong akselerasi pemasaran
restoran, dan tranportasi. pariwisata, antara lain:

4) Atensi dan Sikap Positif Masyarakat Terhadap 1) Potensi Pasar Wisman dan Wisnus yang Terus
Kepariwisataan Serta Potensi Wilayah Pedesaan Tumbuh

Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang Pasar wisatawan mancanegara yang terus tumbuh pesat
ramah. Karakter keramahtamahan masyarakat Indonesia setiap tahunnya dan potensi outbound yang tinggi dari
telah dikenal luas oleh masyarakat dunia, sehingga hal sejumlah negara-negara pasar wisatawan menyediakan
tersebut merupakan modal yang sangat penting dalam peluang yang besar bagi Indonesia untuk menarik kunjungan
wisatawan mancanegara ke Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 23
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Demikian halnya dalam konteks wisatawan nusantara, Selain itu, Rough Guides--situs pemandu perjalanan asal
semakin meningkatnya kemampuan ekonomi masyarakat Inggris, menetapkan Indonesia masuk peringkat enam
untuk melakukan perjalanan merupakan pasar yang sebagai negara paling indah di dunia melalui berdasarkan
semakin terbuka dalam meningkatkan perjalanan wisatawan voting atau pemilihan suara warganet dari seluruh dunia.
nusantara.
3) Peran Media dan Teknologi Informasi dan
Kemenparekraf/Baparekraf melakukan analisis terkait Komunikasi yang Adaptif
pasar luar negeri sebagai dasar untuk menentukan
kebijakan pengembangan pasar pariwisata. Analisa
tersebut didasarkan pada jumlah kunjungan wisman,
tingkat pertumbuhan, penerimaan devisa, dan rata-rata
pengeluaran wisman per kunjungan. Terutama dengan
target devisa yang cukup besar di RPJMN 2020-2024,
maka rata-rata pengeluaran wisman per kunjungan menjadi
salah satu variabel yang menentukan dalam melakukan
analisis target pasar.

Analisis pasar dalam dan luar negeri selama ini dilakukan


berdasarkan referensi data sekunder, yaitu BPS, UNWTO,
WEF, dan data global travel analytics lainnya. Selain itu,
Market intelligence juga sudah dilaksanakan oleh Visit
Indonesia Tourism Officer (VITO) untuk mencari data
dan informasi terkini tentang pasar yang nantinya akan
digunakan untuk penguatan analisis dan strategi pasar
sebagai bahan pengambilan keputusan.

2) Citra Positif yang Terbangun Melalui Berbagai


Event dan Peristiwa Penting

Citra Indonesia s ebagai destinasi pariwisata yang


aman, nyaman dan berdaya saing perlu terus dibangun
melalui berbagai cara, sehingga pencitraan positif akan
terus terangkat dan terinformasikan secara luas, untuk
mendorong wisatawan memiliki minat dan motivasi
berkunjung ke Indonesia.
Di sektor media, juga ditandai dengan semakin banyaknya
Berbagai event dan peristiwa politik maupun pencapaian- media (elektronik/cetak/online) dan perusahaan pembuat
pencapaian tertentu di bidang pariwisata turut berkontribusi film yang melakukan peliputan/pembuatan program/film
besar dalam pengembangan Citra Indonesia sebagai di berbagai destinasi wisata di Indonesia, misalnya film
destinasi pariwisata, diantaranya adalah kesuksesan Eat Pray Love, The Philosopher, American Next Top Model,
pelaksanaan ASIAN Games 2018 dan kelancaran proses Kohlanta, dsb. Hal ini menunjukan bahwa Indonesia memiliki
pelaksanaan Pemilu Presiden tahun 2019 menjadi bukti potensi dan kekayaan serta nilai jual yang tinggi.
kondisi tersebut.
Dengan adanya tren teknologi informasi dan komunikasi
Di sisi lain pencitraan positif didukung oleh semakin yang berkembang sangat pesat saat ini, maka berbagai
banyaknya destinasi pariwisata Indonesia yang informasi mengenai produk dan destinasi pariwisata dapat
memperoleh berbagai kategori apresiasi/penghargaan disampaikan pada calon wisatawan melalui berbagai
sebagai destinasi pariwisata internasional dari media metode baru misalnya melalui media travel blog, online
internasional, contohnya Indonesia berada diperingkat 1 The media sosial, aplikasi pada tablet/smartphone, dsb. Khusus
Best Countries in the World: 2019 Readers’ Choice Awards. media sosial, penetrasi yang tinggi menjadikan media sosial
Penghargaan ini dikeluarkan Conde Nast Traveler, 8 sebagai media pemasaran yang menjanjikan.
November 2019, melalui situs cntraveler.com.

24 PENDAHULUAN BAB I
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Tingginya jumlah pengguna media sosial baik di dunia Banyaknya kerja sama di bidang pemasaran pariwisata
maupun di Indonesia, dan sifatnya yang memungkinkan yang tertuang dalam Memorandum of Understanding (MoU)
komunikasi dua arah, saling berbagi konten dan informasi baik dari dalam dan luar negeri terkait kerja sama dalam
serta jangkauannya yang luas menjadikan media sosial memasarkan pariwisata Indonesia menunjukan banyak
sebagai salah satu media promosi ideal bagi industri pihak yang tertarik terhadap kepariwisataan dan juga ingin
pariwisata pada umumnya dan Kemenparekraf pada mengembangkan kepariwisataan Indonesia.
khususnya. Melaui media sosial, Kemenparekraf dapat
5) Promosi Indonesia yang Semakin Kuat yang
melakukan promosi/pemasaran, campaign, menyebarkan
Terfokus dan Media Promosi yang Semakin Beragam
informasi terkait produk, event kepariwisataan, dan
destinasi pariwisata kepada calon wisatawan secara efektif Promosi sebagai cara untuk memasarkan produk dan
dan efisien. menumbuhkan minat wisatawan untuk berkunjung dan
melakukan perjalanan ke Indonesia atau perjalanan lintas
Dengan strategi media sosial yang tepat dan eksekusi
daerah akan dapat dikembangkan lebih terfokus dengan
strategi yang baik, maka Kementerian Pariwisata dan
adanya penetapan terhadap fokus dan prioritas destinasi
Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
pariwisata yang dikembangkan/Kawasan Strategis
beserta industri pariwisata di Indonesia dapat meningkatkan
Pariwisata Nasional (KSPN) serta fokus pasar wisatawan
awareness dan citra positif pariwisata nasional sehingga
baik mancanegara maupun nusantara. Fokus tersebut
jumlah kunjungan dan pergerakan wisatawan mancanegara
sebagai dasar dalam memilih strategi promosi yang
dan nusantara akan meningkat.
dibuat mencapai target sasaran dan juga informasi yang
4) Kemitraan Pemasaran yang Semakin Luas dibutuhkan pasar terhadap destinasi pariwisata Indonesia.
Dibangun di Kalangan Pelaku Pariwisata
Keberagaman dan kesiapan sejumlah destinasi pariwisata
Salah satu kunci penting dalam strategi pemasaran Indonesia yang menawarkan daya tarik wisata massal
adalah dikembangkannya kemitraan pemasaran di antara maupun daya tarik wisata alternatif/ minat khusus
para pelaku pariwisata, baik antara Pemerintah Pusat/ merupakan modal yang semakin besar untuk mendukung
Pemerintah Daerah dengan swasta maupun antar pelaku promosi destinasi pariwisata Indonesia yang semakin
industri pariwisata di sektor swasta. Kemitraan pemasaran beragam di sejumlah wilayah, tidak terpaku hanya di Bali
dilaksanakan dalam bentuk co-marketing dan co-branding saja, namun sudah meluas di Lombok, Nusa Tenggara Timur
atau keterlibatan public-private partner ship dalam (Komodo, Kelimutu), Papua (Raja Ampat), Sulawesi (Toraja,
memasarkan pariwisata, yang akan mampu memperluas Wakatobi, Bunaken), Kalimantan (Derawan, Tanjung Puting),
jangkauan target pemasaran serta meningkatkan kualitas dan Sumatera (Batam, Bintan, Toba, Nias, Mentawai).
kinerja dan mengefektifkan sumber daya yang dimiliki
Pelaksanaan Otonomi Daerah menjadi salah satu hal yang
pemerintah dari segi pembiayaan pelaksanaan kegiatannya.
menjadi potensi dalam membantu memasarkan destinasi
Dengan banyaknya asosiasi dan industri pariwisata yang pariwisata karenanya banyak daerah yang berusaha untuk
berdiri antara lain: PHRI, ASITA, GIPI, dan sebagainya, mempromosikan daerahnya dengan keunikan masing-
pembangunan kepariwisataan mampu memberikan dampak masing sebagai salah satu tujuan wisata. Banyaknya event
yang sangat besar dalam meningkatkan kesejahteraan daerah yang menarik dengan lokalitas yang tinggi dapat
masyarakat dalam kontribusi peningkatan lapangan kerja ditawarkan kepada wisatawan yang datang, baik wisatawan
bagi masyarakat di suatu destinasi pariwisata. Co-marketing nusantara maupun mancanegara. Beberapa daerah sudah
mampu menimbulkan kesadaran kepemilikan stakeholder memiliki sarana pusat informasi pariwisatanya sendiri,
pariwisata untuk bekerja sama dan memajukan pariwisata sehingga mampu untuk memasarkan dan menginformasikan
Indonesia. mengenai keberagaman destinasi wisata yang dimiliki
daerahnya. Media promosi saat ini berkembang semakin
Indonesia juga telah memiliki tenaga perwakilan yang telah luas dengan berkembangnya New Media Marketing yang
ditunjuk sebagai Visit Indonesia Tourism Officers (VITO) mengacu pada pemanfaatan serangkaian teknik pemasaran
yang merupakan tenaga ahli bidang pemasaran dalam modern (berbasis internet) dan penggunaan teknologi
membantu memasarkan pariwisata Indonesia di luar negeri. informasi yang dinilai lebih efisien tetapi efektif dalam
VITO tersebut tersebar di 23 kota di 14 negara yang menjadi menjangkau segmen pasar yang lebih luas.
fokus pasar wisatawan mancanegara.

BAB I PENDAHULUAN 25
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Model penggunaan media pemasaran melalui look, book, jangkauan yang luas serta pemilihan alokasi yang lebih
pay diantaranya adalah berbagai situs yang menjual secara optimal antara pelaku bisnis terhubung dengan akses
online berbagai produk pariwisata dan jasa pelayanan permodalan dan pasar yang lebih berkembang. Selain
pendukungnya seperti tiket penerbangan, akomodasi, serta memberikan kemudahan dengan akses konektivitas yang
paket wisata. Kemudian juga penggunaan media sosial lebih cepat dan luas, digital marketing juga memiliki risiko
sebagai sarana promosi seperti media travel blog, online yang harus dihadapi terhadap keadaan sesudah transaksi
social media, facebook, twitter, youtube, dan blog, aplikasi seperti pembeli dan penjual yang itikad baiknya belum
pada tablet/smartphone, dsb. tentu sesuai harapan serta layanan setelah pembelian serta
pertanggungjawaban yang diragukan. Marketing 4.0 juga
6) Brand Equity Wonderful Indonesia
mengombinasikan antara style dan substance yang artinya
Salah satu alat ukur citra kepariwisataan suatu negara merek tidak hanya mengedepankan branding bagus, tetapi
adalah Country Brand Ranking yang dipublikasikan oleh konten yang relevan dengan pelanggan atau menyuguhkan
Bloom Consulting. Country branding Wonderful Indonesia konten yang bagus dan up-to-date.
masuk dalam Top 10 Asia pada tahun 2019 Country
Penggunaan media online dan offline yang menggambarkan
branding Wonderful Indonesia mencerminkan positioning
kondisi suatu destinasi pariwsata nusantara yang up-to-
dan differentiating Pariwisata Indonesia. Pemeringkatan
date dan bagus sangat penting. Dengan penggunaan media
pariwisata disusun mempertimbangkan 4 (empat) variabel,
online, pengunjung dapat melihat penilaian dan kondisi
yaitu:
sebenarnya dari pengunjung lainnya selain dari informasi
• Kinerja perekonomian dari sektor pariwisata suatu yang diberikan oleh pemerintah dan pengelola objek wisata.
negara yang dihitung berdasarkan statistik pariwisata
Kemenparekraf/Baparekraf dapat mengadopsi konsep
internasional dari UNWTO, yang terdiri dari penerimaan
Marketing 4.0 untuk menarik wisatawan ke Indonesia.
pariwisata, yaitu rata-rata total penerimaan pariwisata
Namun, konsep Marketing 4.0 memiliki risiko yang berasal
tahunan dari wisatawan mancanegara di suatu negara,
dari penggunaan teknologi online yaitu maraknya cyber
dan pertumbuhan penerimaan pariwisata, yaitu rata-rata
Army atau sekelompok orang yang mempunyai kepentingan
pertumbuhan total penerimaan pariwisata tahunan dari
tertentu untuk menyebarkan keresahan atau berita bohong
wisatawan mancanegara di suatu negara.
yang tujuannya mengganggu stabilitas dan merusak
• Digital Demand (D2)/ Permintaan Digital yang mengukur
persaingan usaha yang sehat. Tentunya hal ini harus menjadi
volume pencarian total secara daring terhadap aktivitas
perhatian pemerintah atau Kemenparekraf/Baparekraf dan
dan daya tarik pariwisata. Semakin banyak pencarian
para pelaku usaha pariwisata untuk mengonfirmasi setiap
daring mengenai pariwisata, maka semakin menarik
isu yang diragukan kebenarannya.
brand dari negara tersebut.
• Country Brand Strategy (CBS Rating) yang mengukur C. Potensi Pembangunan Industri
akurasi strategi Branding pariwisata suatu negara. Pariwisata
• Kinerja daring dari brand suatu negara.
Dalam kerangka pembangunan Industri Pariwisata, terdapat
Untuk memperkuat branding, Indonesia akan meluncurkan sejumlah potensi yang telah berkembang sebagai modal
National Branding yang akan digunakan untuk semua utama dalam mendorong akselerasi industri pariwisata,
Kementerian/Lembaga, dan saat ini sedang dilakukan kajian antara lain:
untuk National Branding tersebut.
1) Pariwisata Menciptakan Rantai Nilai Usaha
7) Berkembangnya Teori Terkait Konsep yang Luas dan Beragam
Pemasaran yang Baru
Pariwisata merupakan sektor yang memiliki keterkaitan
Te o r i p e m a s a ra n te r b a r u s a at i n i ya i t u M a r ket i n g rantai nilai kegiatan yang luas dengan berbagai jenis usaha
4 .0. D i d o ro n g o l e h p e r ke m b a n g a n te k n o l o g i ya n g sehingga mampu menciptakan lapangan usaha yang
memungkinkan proses produksi, pemasaran, distribusi dan luas bagi masyarakat. Keterkaitan dan sinergi antar mata
sebagainya menjadi lebih efektif dan efisien. Pendekatan rantai usaha kepariwisataan merupakan faktor kunci yang
Marketing 4.0 mengombinasikan interaksi online dan membuat industri pariwisata berjalan dengan baik dan
offline antara perusahaan dengan pelanggan. Konektivitas mampu memenuhi harapan wisatawan selaku konsumen.
digital memungkinkan hubungan yang lebih cepat dengan Penguatan sinergitas antar mata rantai pembentuk industri

26 PENDAHULUAN BAB I
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

pariwisata harus selalu dibangun dan dikembangkan prinsip daur ulang terhadap material atau bahan pendukung
agar seluruh komponen dan sistem kepariwisataan dapat operasional usaha pariwisata. Dari sisi pasar wisatawan juga
bergerak dan memberikan kontribusi serta perannya semakin berkembang preferensi untuk memilih destinasi
masing-masing dalam menciptakan produk dan pelayanan pariwisata yang lebih mengemban misi-misi pelestarian/
yang berkualitas bagi wisatawan. Kompetisi sektor tanggung jawab lingkungan. Sehingga potensi tersebut
kepariwisatan menuntut kemampuan pelaku industri memberi peluang bagi destinasi pariwisata di Indonesia
pariwisata untuk dapat mengembangkan dan menjaga untuk lebih mewujudkan pengelolaan daya tarik dan produk
kualitas produk serta kredibilitasnya sehingga memiliki wisata yang berwawasan lingkungan.
daya saing dan memperoleh kerpercayaan dari kalangan
konsumen/pasar. D. Potensi Pembangunan Kelembagaan
Kepariwisataan
2) Daya Saing Produk dan Kredibilitas Bisnis
Da l a m ke ra n g ka p e m b a n g u n a n Ke l e m b a g a a n
kepariwisataan, terdapat sejumlah potensi yang dapat
diberdayakan sebagai modal utama dalam mendorong
peran kelembagaan yang lebih efektif mendukung
pembangunan kepariwisataan nasional, antara lain:

1) Penguatan Organisasi

Da l a m ko nt e ks o rg a n i s a s i ke p a r i w i s at a a n , u p aya
membangun organisasi yang solid dalam mendukung
pembangunan kepariwisataan terus diperkuat oleh
Pe m e r i nt a h s e h i n g g a d a p at t e r w u j u d t at a ke l o l a
ke p a r i w i s at a a n ya n g s e m a k i n b a i k ( g o o d t o u r i s m
g ov e r n a n c e ) ya n g m e l i b a t k a n s e l u r u h p e m a n g ku
kepentingan. Berbagai upaya pembenahan organisasi
di tingkat pusat dan lokal telah dilakukan, diantaranya
Dalam penilaian tingkat daya saing kepariwisatan, Indonesia pembentukan GIPI (Gabungan Industri Pariwis ata
memiliki keunggulan dari sisi daya saing sumber daya Indonesia); BPPI (Badan Promosi Pariwisata Indonesia) dan
pariwisata serta daya saing harga. Keunggulan daya unsur di daerah dalam bentuk BPPD, pembentukan DMO
saing tersebut diharapkan akan menjadi modal untuk (Destination Management Organization), dan sebagainya.
menggerakkan pilar-pilar lain sehingga memiliki daya saing
yang lebih tinggi, khususnya dari sisi manajemen atraksi/ Dalam konteks internal, reformasi birokrasi kelembagaan
daya tarik wisata, fasilitas pariwisata maupun aksesibilitas dan penguatan mekanisme kinerja organisasi untuk
pariwisata. Upaya peningkatan daya saing produk dan mendukung misi kepariwisataan sebagai portofolio
kredibilitas bisnis terus didorong oleh Pemerintah melalui pembangunan nasional juga semakin diperkuat melalui
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan berbagai koordinasi kebijakan, penyusunan, dan evaluasi
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui berbagai bentuk program kelembagaan dan tata laksana; perumusan dan
bimbingan teknis dan kegiatan sertifikasi usaha pariwisata koordinasi pelaksanaan kebijakan e-government; koordinasi
yang akan didorong secara lebih intensif kedepannya. kebijakan, penyusunan, evaluasi program dan pembinaan
integritas sumber daya manusia aparatur; koordinasi
3) Tanggung Jawab Lingkungan yang Semakin kebijakan, penyusunan dan evaluasi program pelayanan
Tinggi publik.

Era Pariwisata hijau (green tourism) dan pariwisata yang 2) SDM Kepariwisataan
berkelanjutan (sustainable tourism), telah menumbuhkan
kesadaran yang luas dari berbagai pihak dan pemangku Peningkatan produk pariwisata dalam rangka
kepentingan untuk dapat mengelola dan memberikan memenangkan persaingan global, harus diimbangi oleh
perhatian pada aspek-aspek kelestarian lingkungan, melalui ketersediaan SDM yang kompeten, yang tidak hanya berada
pengembangan paket-paket wisata yang mengandung pada tataran operasional atau tenaga teknis saja tetapi
unsur edukasi lingkungan (eco-tourism) maupun penerapan juga pada tataran akademisi, teknokrat, dan profesional.

BAB I PENDAHULUAN 27
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Pengembangan SDM Kepariwisataan dapat dilakukan percepatan peningkatan kunjungan wisatawan, untuk
dengan pendekatan pendidikan formal dan pelatihan, baik meningkatkan penerimaan devisa maupun kontribusi
bagi Aparatur, Pengusaha Industri Pariwisata, Karyawan ekonomi bagi daerah guna mendorong usaha-usaha
pada Industri Pariwisata maupun Masyarakat yang berada pemberdayaan masyarakat.
di kawasan pariwisata.
Upaya mendukung akselerasi pembangunan
Penambahan jumlah lembaga pendidikan tinggi kepariwisataan dan koordinasi yang intensif lintas pelaku
kepariwisataan sebagai Unit Pelaksana Teknis yang berada (sektoral dan regional) tersebut telah memiliki sejumlah
di bawah Kemenparekraf/Baparekraf diharapkan akan payung hukum, antara lain melalui PP Nomor 50 Tahun 2011
mampu menjawab kebutuhan SDM yang kompeten di setiap tentang Rencana Induk Pariwisata Nasional dan Perpres
tataran dan meningkatkan pengetahuan dan wawasan dari Nomor 64 Tahun 2014 tentang Koordinasi Strategis Lintas
SDM Kepariwisataan. Sektor Penyelenggaraan Kepariwisataan. Dengan payung
hukum tersebut maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi
Selain itu, pelaksanaan pelatihan, penyiapan piranti
Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat
pelaksanaan sertifikasi kompetensi, pembekalan, workshop,
memanfaatkan akses koordinasi yang lebih efektif dalam
sosialisasi, beserta penyiapan kurikulum dan modul
mendukung percepatan pembangunan kepariwisataan.
pelatihan merupakan bagian dari kegiatan pengembangan
SDM kepariwisataan. Pengembangan SDM berbasis 4) Bonus Demografi Indonesia
kompetensi dilakukan agar dapat memberikan hasil sesuai
dengan tujuan dan sasaran organisasi dengan standar Indonesia sedang mendapatkan bonus demografi, yaitu
kinerja yang telah ditetapkan. Kebutuhan akan SDM kondisi pertumbuhan penduduk terutama penduduk usia
pariwisata yang kompeten dapat dilakukan melalui jalur produktif (15-64 tahun). Ini merupakan suatu kesempatan
formal dan jalur informal. karena bonus demografi adalah sumber pertumbuhan
ekonomi akibat adanya konsumsi yang tinggi, peningkatan
Dalam rangka menyiapkan SDM yang kompeten tersebut, investasi dan produktivitas serta penurunan angka
telah disiapkan sertifikasi kompetensi SDM bidang ketergantungan. Bonus demografi selain sebagai potensi
pariwisata. Sertifikasi kompetensi merupakan sebuah pertumbuhan ekonomi juga bisa menjadi bencana demografi
kebutuhan SDM pada saat ini, hal ini karena sertifikasi jika tanpa kualitas sumber daya manusia yang baik.
kompetensi merupakan bukti nyata bahwa SDM tersebut
telah memiliki kompetensi dalam suatu bidang. Data Badan Pusat Statistik memroyeksikan bahwa pada
tahun 2019, kelompok usia produktif akan mencapai besaran
Hal tersebut juga berlaku untuk SDM bidang pariwisata, 67 persen dari total populasi penduduk dan sebanyak 45
dimana kita akan dihadapkan pada sebuah kompetisi persen dari 67 persen tersebut berusia antara 15–34 tahun.
besar pergerakan arus barang dan jasa di dunia yang Namun, setelah 2030, angka ketergantungan mulai
m e n g h a r u s k a n Ke m e n p a re k ra f/ B a p a re k ra f u n t u k mengalami peningkatan karena jumlah penduduk usia tua
mempersiapkan SDM yang kompeten di bidang pariwisata (65 tahun ke atas) meningkat. Hingga pada 2045, Indonesia
dengan melakukan program pelaksanaan sertifikasi SDM sudah menjadi aging society dengan perkiraan penduduk
pelaku pariwisata; Penyusunan SKKNI bidang pariwisata; tua mencapai 12,45 persen dari total penduduk.
serta penyiapan assessor.
Perubahan struktur penduduk merupakan peluang untuk
3) Pariwisata sebagai kegiatan multisektor, memanfaatkan produktivitas penduduk usia produktif agar
borderless dan regulasi yang mendukung mendorong pertumbuhan ekonomi negara, salah satunya
melalui pariwisata. Adanya bonus demografi merupakan
Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang
potensi bagi industri pariwisata dengan ketersediaan SDM
bersifat multisektor dan borderless (tidak mengenal
yang dapat diserap menjadi tenaga kerja pariwisata. Tidak
batasan administratif), oleh karenanya pengembangan
hanya secara kuantitas, namun kualitas SDM sendiri perlu
pariwisata memerlukan koordinasi dan integrasi kebijakan
diperhatikan karena jika bonus demografi tidak diimbangi
secara intensif untuk mendukung pencapaian visi dan misi
dengan pengembangan kualitas SDM akan menjadi
pembangunan kepariwisataan sebagai sektor andalan
bencana demografi.
pembangunan nasional, baik dalam rangka mendorong

28 PENDAHULUAN BAB I
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

E. Potensi Pembangunan Ekonomi Kreatif 4) Jumlah kelas menengah Indonesia sebagai


konsumen produk ekonomi kreatif sangat besar
Dalam kerangka pembangunan ekonomi kreatif, terdapat menjadi basis pasar domestik.
beberapa potensi yang dimiliki, yaitu:
Target pasar dari produk ekonomi kreatif ialah penduduk
1) Indonesia memiliki keragaman budaya yang kelas menengah dengan pola konsumsi yang cenderung
tinggi, yang mencakup kuliner, busana daerah, mengutamakan experience (pengalaman) dan
kriya, musik, dan seni pertunjukan. berdasarkan keinginan. Pola konsumsi kelas menengah
memiliki willingness to pay terhadap suatu produk yang
Pengembangan ekonomi kreatif Indonesia memiliki
diinginkannya bernilai tinggi. Hal tersebut yang akan
kekuatan berupa kekayaan kearifan lokal Indonesia.
diprediksi meningkatkan permintaan terhadap produk
Sumber daya budaya merupakan kekayaan peradaban
kreatif serta pertumbuhan dari ekonomi kreatif. Dengan
Indonesia yang berasal dari interaksi sosial masyarakat,
adanya pergeseran pola konsumsi serta kemampuan
yang menjadi bagian dari kepribadian dan identitas suatu
perekonomian masyarakat yang meningkat, terdapat
masyarakat, yang dapat dijadikan sebagai bahan baku
peningkatan jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia
dalam proses kreasi dan produksi karya kreatif. Setidaknya
yang semula 60 juta orang pada tahun 2019 menjadi 85 juta
tercatat bahwa Indonesia memiliki lebih dari 199 tarian dari
orang pada tahun 2020. Hal tersebut menjadi kesempatan
724 bahasa daerah dari 1.340 suku bangsa. Pemanfaatan
emas bagi pelaku kreatif dalam mengembangkan produk-
keragaman budaya yang bercirikan keunggulan lokal
produk kreatif di pasar nasional.
tinggi perlu mengedepankan kreativitas dan inovasi dalam
pembangunan nasional dan berdaya saing global. 1.2.2 Permasalahan Pembangunan
2) Keragaman sumber daya alam sebagai bahan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
baku untuk kriya dan kuliner.

Kekayaan alam memberikan peluang sangat besar kepada


Indonesia sebagai pemasok energi dan bahan-bahan baku
untuk produk-produk inovasi dan kreatif pada subsektor
kriya dan kuliner. Pelaku kreatif dapat berkreasi dengan
kekayaan alam yang ada dan menjadikan produk kreatif
khas dari masing-masing daerah.

3) Bonus demografi dimana jumlah penduduk usia


produktif (usia muda) sangat dominan.

Seperti yang sudah dijelaskan s ebelumnya , bonus


demografi akan menjadi potensi yang besar bagi pariwisata.
Bonus demografi juga akan memberikan peluang bagi
Berikut adalah masing-masing permasalahan pembangunan
sektor ekonomi kreatif. Penduduk di usia produktif ini dapat
kepariwisataan dan ekonomi kreatif.
diarahkan menjadi orang kreatif yang berkualitas untuk
mendorong pengembangan ekonomi kreatif. Ketersediaan A. Permasalahan Pengembangan Destinasi
sumber daya kreatif (orang kreatif) yang bersumber dari Wisata
jumlah penduduk usia produktif akan menjadi modal
sosial yang besar bagi pengembangan ekonomi kreatif. Dalam kerangka pengembangan destinasi wisata, terdapat
Meningkatnya jumlah orang kreatif ini merupakan akibat beberapa masalah utama yang harus dihadapi, yaitu:
dari semakin berkembangnya pemahaman masyarakat
1) Perubahan Iklim dan Bencana Alam
mengenai industri kreatif sehingga mendorong peningkatan
permintaan produk kreatif. Isu perubahan iklim telah menjadi isu di seluruh dunia.
Perubahan iklim ini disebabkan oleh tindakan merusak
Sehingga, peningkatan jumlah dan kualitas orang kreatif
yang dilakukan manusia, seperti penebangan pohon secara
harus ditingkatkan oleh pemerintah dengan cara Pendidikan
sembarangan, pengerukan gunung, dan tidak dirawatnya
kreatif serta peningkatan kapasitas tenaga kerja kreatif.
daerah tepi pantai.

BAB I PENDAHULUAN 29
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Perubahan iklim ini berdampak kepada berbagai bencana tingkat kerawanan yang cukup tinggi terhadap bencana,
alam yang terjadi di berbagai wilayah, seperti banjir, terutama pada daerah sepanjang ring of fire dari Sumatera–
kebakaran hutan, kemarau panjang, gempa bumi, gunung Jawa–Bali–Nusa Tenggara–Banda–Maluku.
meletus, dan sebagainya. Isu perubahan iklim ini juga
Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak kota-kota pantai
berdampak kepada pemilihan destinasi wisata oleh
dan sebagian wilayah pesisir Indonesia, yaitu pesisir barat
wisatawan dunia. Wisatawan menjadi lebih berhati-hati
Sumatera, pesisir selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara
dalam menentukan tujuan wisata ke daerah yang sering
terletak pada kawasan yang rawan bencana, terutama
terkena bencana alam.
bencana gempa bumi dan tsunami.
Selain perubahan iklim, letak geografis Indonesia yang
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) merilis
berada di antara lempeng benua dan lempeng samudera,
tren kejadian bencana dalam 10 tahun terakhir yang dapat
yaitu lempeng Indo-Australia di sebelah selatan, lempeng
dilihat pada Gambar 1.2.
Eurasia di utara dan lempeng Pasifik di sebelah timur, telah
membuat Indonesia menjadi salah satu negara dengan

Gambar 1.2 Tren Kejadian Bencana di Indonesia 10 Tahun Terakhir

Tren Kejadian Bencana


10 tahun terakhir
4k

3k
Kejadian

2k

1k

0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Banjir Tanah Longsor Gelombang Pasang/Abrasi Puting Beliung Kekeringan

Gempa Bumi Tsunami Kebakaran Hutan & Lahan Letusan Gunung Api

(Sumber: Badan Nasional Penanggulangan Bencana)

30 PENDAHULUAN BAB I
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Dari Gambar 1.2 di samping terlihat bahwa bencana banjir, 3) Kesiapan Masyarakat di Sekitar Destinasi
tanah longsor, puting beliung dan letusan gunung berapi Pariwisata yang Belum Optimal
menjadi bencana yang paling sering terjadi dalam 10 tahun
Banyak daerah yang sudah dikenal wisatawan dan menjadi
terakhir. Bencana menyebabkan lumpuhnya berbagai
destinasi wisata Indonesia, namun tidak diimbangi oleh
aktivitas di sekitar wilayah berdampak bencana, termasuk
kesiapan masyarakat sekitar. Hal ini akan berakibat pada
aktivitas pariwisata seperti penutupan destinasi wisata
kurang terawatnya destinasi wisata, kurang profesionalnya
serta menimbulkan kekhawatiran bagi wisman untuk
pengelolaan destinasi wisata, serta eksploitasi berlebihan
menentukan tujuan. Sebagai contoh pada tahun 2014
dari destinasi wisata. Untuk mencegah timbulnya masalah
dimana terjadi erupsi Gunung Kelud yang berdampak pada
tersebut, diperlukan pemberdayaan masyarakat di daerah
lumpuhnya aktivitas 7 (tujuh) bandara utama di Pulau Jawa
destinasi wisata Indonesia. Pemberdayaan tersebut dapat
selama beberapa hari, sehingga pergerakan wisatawan dari
dilakukan dengan menanamkan nilai dan pemahaman akan
dan menuju destinasi menjadi tertunda.
tujuan pariwisata Indonesia dan memberikan pendidikan dan
Daya tarik wisata di Indonesia tidak luput dari kerusakan pelatihan keterampilan. Hal ini dilakukan agar masyarakat
yang diakibatkan oleh perubahan iklim dan bencana alam. dapat mengembangkan sendiri daerahnya sebagai daerah
Hal ini juga akan membuat citra Indonesia di mata wisatawan destinasi wisata Indonesia secara bertanggung jawab, serta
internasional menjadi kurang baik, serta diperlukan turut memajukan pariwisata Indonesia.
sumber daya lebih untuk memperbaiki kerusakan tersebut.
4) Kemudahan Investasi yang Masih Belum Optimal

I n d o n e s i a s e b a g a i n e g a ra t u j u a n i n v e s t a s i ya n g
M a ka d a r i i t u , d i p e r l u ka n l a n g ka h - l a n g ka h u nt u k
prospektif merupakan nilai tambah penting yang akan
mengantisipasi hal ini, seperti kesadaran masyarakat
dapat meningkatkan daya saing pariwisata Indonesia.
terhadap lingkungan, pemberian sanksi bagi perusahaan
Namun demikian, potensi tersebut menjadi tidak memiliki
termasuk penyelenggara pariwisata yang merusak
arti manakala berbagai hambatan iklim usaha masih terjadi.
l i n g ku n g a n , m e ny u s u n st rat e g i t a n g g a p b e n c a n a
Keruwetan birokrasi dan proses yang berbelit yang masih
lingkungan pada berbagai objek wisata dan pembangunan
terjadi di sejumlah daerah menjadi catatan tersendiri yang
citra tanggap bencana (crisis management).
membuat para investor masih enggan untuk melakukan
2) Ketersediaan Konektivitas dan Infrastruktur investasi. Hal ini perlu ditangani dengan berbagai langkah
yang Belum Optimal misalnya dengan membuat kebijakan yang mempermudah
proses investasi dengan tetap memperhatikan daerah
Ketidaknyamanan wisatawan dalam berwisata dan kesulitan destinasi disertai pengawasan kepada proses tersebut.
dalam mencapai lokasi destinasi wisata merupakan masalah
akibat tidak tersedianya infrastruktur yang baik. Akibat B. Permasalahan Pengembangan
masalah infrastruktur ini, dapat menimbulkan masalah lain, Pemasaran Pariwisata
seperti: ketidaksiapan sarana dan prasarana destinasi,
Dalam pengembangan pemasaran pariwisata, terdapat
keamanan, kebersihan, ketertiban destinasi, keterbatasan
beberapa permasalahan yang menjadikan promosi
aksesibilitas, dan hambatan konektivitas, yang membuat
pariwisata Indonesia belum optimal yaitu:
jumlah wisatawan yang datang ke Indonesia belum optimal.
1) Belum Adanya Acuan Riset Pasar yang
Kenyamanan wisatawan dapat terpenuhi dengan adanya
Komprehensif
sarana, prasarana, dan fasilitas umum yang aman, bersih,
dan tertib yang perlu disiapkan oleh setiap pengelola objek Dalam menetapkan target pasar wisatawan nusantara dan
wisata di daerah destinasi wisata sehingga Citra destinasi mancanegara masih belum mengacu kepada riset pasar
wisata Indonesia pun akan semakin baik. yang dilakukan secara komprehensif. Hal ini dapat terlihat
dari penetapan fokus pasar yang belum mengacu pada
Akses menuju daya tarik wisata prioritas seperti Danau Toba,
analisis pasar yang dilakukan. Hal ini disebabkan belum
Raja Ampat, Pulau Komodo, dan Morotai masih terbatas,
adanya pembobotan terhadap variabel yang menjadi
sehingga perlu dikembangkan dengan menambahkan
penilaian dalam menentukan fokus pasar baik wisatawan
sarana transportasi yang mudah dijangkau dari daerah asal
mancanegara, maupun wisatawan nusantara.
wisatawan.

BAB I PENDAHULUAN 31
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

3) Sinergi Kemitraan Pemasaran Masih Belum


Optimal

Banyaknya Asosiasi dan organisasi yang bergerak di bidang


pariwisata antara lain seperti ASITA, GIPI, PHRI, yang belum
bersinergi dengan program kerja pemerintah sehingga
menghambat pengembangan public-private partnerships
(PPP). Hal ini akibat perbedaan tujuan dan kepentingan yang
justru menghambat usaha pemerintah dalam memasarkan
pariwisata.

Permasalahan lainnya juga dapat terlihat dari belum


efektifnya MoU-MoU kerja sama pemasaran pariwisata
yang sudah disepakati antara pihak pemerintah dan juga
asosiasi, serta organisasi yang masih belum berjalan dengan
baik. MoU-MoU kerja sama bidang pemasaran pariwisata
yang telah tertuang masih belum dilaksanakan secara
optimal, komitmen industri dan asosiasi yang tertuang
dalam MoU kerja sama masih dalam batas dokumen
Penetapan pasar wisatawan mancanegara dan nusantara
karena pada kenyataannya banyak kerja sama yang belum
baru berdasarkan desk analysis yang diambil dari BPS
terimplementasikan dengan baik.
dan sumber-sumber referensi yang akurat antara lain
dari UNWTO, WEF, serta sumber - sumber referensi lain Masalah lainnya adalah mengenai pusat informasi
yang relevan sehingga belum mencapai pada kedalaman kepariwisataan yang masih bersifat parsial terbatas
informasi yang diharapkan. lokasi karena Pusat Informasi Kepariwisataan berskala
nasional masih belum terbentuk. Kebutuhan akan adanya
2) Strategi Komunikasi Pemasaran yang Belum
pusat informasi kepariwisataan merupakan hal yang
Terpadu
sangat penting bagi wisatawan dalam mengunjungi suatu
Branding pariwisata Indonesia (Wonderful Indonesia) masih destinasi pariwisata (kebutuhan pengisian bahan informasi
belum terpublikasikan secara optimal di berbagai negara pariwisata).
pasar utama dan potensial pariwisata Indonesia. Hal ini juga
Selain itu Indonesia juga telah memiliki tenaga perwakilan
ditimbulkan oleh tidak konsistennya branding pariwisata
di 14 negara yang telah ditunjuk sebagai VITO, namun
yang digunakan, sehingga product awareness dari calon
tenaga perwakilan tersebut bukanlah tenaga yang khusus
wisatawan pada negara-negara pasar utama dan potensial
bekerja dalam memasarkan pariwisata Indonesia saja,
terhadap produk dan destinasi pariwisata Indonesia masih
sehingga diperlukan penguatan terhadap peran VITO.
lemah bila dibandingkan dengan negara-negara pesaing
Di sisi lain, belum adanya kantor perwakilan Pemasaran
Indonesia.
Pariwisata Indonesia (ITPO: Indonesia Tourism Promotion
Indonesia juga belum memiliki suatu strategi komunikasi Office) di fokus pasar menjadi salah satu kendala dalam
pemasaran pariwisata terpadu yang dapat digunakan mengoordinasikan, memperluas dan mengefektifkan upaya
oleh Pemerintah maupun para pemangku kepentingan penetrasi pasar wisatawan di negara-negara tersebut.
pariwisata Indonesia dalam melakukan aktivitas
4) Kegiatan Promosi Masih Berjalan Parsial
pemasaran pariwisata Indonesia. Pemanfaatan kemajuan
teknologi informasi dan komunikasi belum optimal dalam Event-event yang berskala nasional dan internasional masih
mempromosikan citra pariwisata Indonesia di dunia terbatas karena banyak daerah yang mempunyai event-
internasional. event daerah yang menarik namun belum menetapkan
kepastian waktu pelaksanaan dan belum mampu mengemas
Hal ini karena banyaknya pemangku kepentingan pariwisata
event secara profesional sehingga kemasannya kurang
yang belum memiliki kesadaran serta tidak memiliki
menarik, juga belum semua daerah mempunyai aksesibilitas
kemampuan untuk menyikapi tren perkembangan teknologi,
maupun sarana dan prasarana penunjang yang memadai
informasi, dan media sosial tersebut.

32 PENDAHULUAN BAB I
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

untuk layak dipromosikan baik secara nasional dan menciptakan produk dan layanan yang berkualitas bagi
internasional, sehingga event-event daerah secara pelan- wisatawan. Sehingga di satu sisi kualitas industri pariwisata
pelan perlu didukung dan didorong agar dapat dikemas belum bisa berkembang optimal, dan di sisi lain nilai manfaat
secara lebih menarik dan mulai dipromosikan secara ekonomi pariwisata juga belum mampu dikembangkan untuk
nasional maupun internasional. Dalam mempromosikan menopang perekonomian daerah setempat.
pariwisata Indonesia, belum semua program dibuat secara
Dalam kerangka membangun struktur dan mata rantai
terpadu sehingga diperlukan keterpaduan program
industri pariwisata yang kokoh dan kondusif, maka
antar pemerintah pusat dan daerah, maupun masyarakat
diperlukan berbagai bentuk koordinasi yang intensif dan
dalam mengemas program yang kreatif dan inovatif, juga
kerja sama/ kemitraan yang baik antar pelaku industri
keterpaduan media promosi agar gaung promosinya makin
pariwisata dalam berbagai wadah organisasi yang telah
meluas dengan memanfaatkan komunitas-komunitas untuk
dibentuk (GIPI, ASITA, PHRI, HPI, dan sebagainya).
promosi serta sinergitas program/kegiatan yang sifatnya
nasional maupun internasional dengan promosi pariwisata Penguatan struktur industri pariwisata akan semakin cepat
bersama secara co-marketing. dilaksanakan dengan implementasi peran dan tugas GIPI
dalam menyusun kode etik usaha pariwisata Indonesia,
5) Daya Saing Pariwisata Indonesia Masih Belum Kuat
menyalurkan aspirasi serta memelihara kerukunan dan
Berdasarkan hasil TTCI 2019 Indonesia, indikator safety kepentingan anggota dalam pengembangan industri
and security berada pada #80, health and hygiene #102, pariwisata, meningkatkan kerja sama antara pengusaha
Environmental Sustainability #135, dan tourist service pariwisata Indonesia dan pengusaha luar negeri dalam
infrastructure #98 dari 140 negara. Dari sekian banyak pembangunan kepariwisataan, mencegah persaingan
tantangan yang harus ditangani adalah terkait indikator usaha pariwisata yang tidak sehat, serta penyebarluasan
safety, dimana Indonesia sering mendapat Travel Advisory kebijakan pemerintah di bidang pariwisata.
dari negara negara pasar yang mengakibatkan usaha untuk
Penguatan struktur Industri pariwisata juga dilaksanakan
melakukan promosi menjadi tidak efektif.
melalui peningkatan sinergi dan keadilan distribusi antar
C. Permasalahan Pengembangan Industri mata rantai pembentuk industri pariwisata, sehingga dapat
Pariwisata terwujud persaingan usaha pariwisata yang sehat pada
segala level.

Permasalahan penguatan struktur Industri pariwisata,


sinergi dan keadilan distribusi adalah kurangnya kerja
sama dan jejaring antar pelaku usaha pariwisata dalam
pengembangan industri pariwisata Indonesia serta tidak
adanya database usaha pariwisata yang komprehensif.

Sebagai rencana tindak prioritas untuk penyelesaian


permasalahan tersebut adalah peningkatan daya saing
industri pariwisata melalui fasilitasi sertifikasi kompetensi
dan peningkatan nilai tambah usaha pariwisata skala mikro,
kecil, menengah dan koperasi, serta implementasi sertifikasi
usaha pariwisata skala besar nasional maupun internasional
Dalam kerangka pengembangan industri pariwisata, yang beroperasi di Indonesia.
terdapat beberapa masalah utama yang dihadapi dan
menjadi kendala bagi tumbuhnya industri pariwisata, yaitu: Selain itu diperlukan kontribusi dan dukungan dari pelaku
industri pariwisata melalui optimalisasi peran dan tugas GIPI
1) Sinergi Antar Mata Rantai Usaha Pariwisata dalam pembangunan kepariwisataan Indonesia. Sedangkan
yang Belum Optimal dukungan dari pemerintah daerah adalah sinergi kebijakan
dan kegiatan pemerintah daerah dengan pelaku usaha
Persoalan di lapangan menunjukkan bahwa belum semua
pariwisata dan pemerintah.
destinasi pariwisata didukung oleh operasi dari berbagai
jenis usaha kepariwisataan dan sinergi yang baik dalam

BAB I PENDAHULUAN 33
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

2) Daya Saing Produk Wisata yang Belum Optimal 3) Kesenjangan Antara Tingkat Harga dengan
Pengalaman Wisata
Peningkatan daya saing produk wisata, yang mencakup
daya tarik wisata, fasilitas pariwisata dan aksesibilitas, Kesesuaian tingkat harga dengan kualitas pengalaman
berpotensi untuk meningkatkan daya saing usaha dan (Value for money) yang diperoleh wisatawan di sejumlah
Industri pariwisata Indonesia. Sementara kondisi saat ini destinasi pariwisata seringkali masih menunjukkan adanya
ketiga komponen tersebut masih dianggap kurang kecuali kesenjangan, yang mengakibatkan keluhan wisatawan.
daya saing sumber daya budaya dan alam Indonesia yang Dalam konteks kredibilitas bisnis, kondisi tersebut akan
sangat beragam, unik dan menarik. menjadi promosi negatif yangberdampak pada penurunan
daya saing produk wisata yang kita miliki sehingga
Daya saing fasilitas pariwisata Indonesia relatif masih tidak mampu bersaing dengan produk sejenis yang
kurang jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN dikembangkan oleh kompetitor.
seperti Malaysia, Singapura dan Thailand. Daya saing usaha
pariwisata Indonesia masih di bawah ketiga negara tersebut, Disisi lain ketidaksesuaikan antara fitur yang dipromosikan
di atas Philipina dan Brunei Darussalam namun bersaing dengan realitas yang dijumpai wisatawan/konsumen juga
dengan Vietnam. Keterbatasan jumlah dan ruang lingkup masih sering terjadi di lapangan. Dalam berbagai kasus dan
Lembaga Standar Usaha bidang pariwisata merupakan tempat seringkali masih terjadi ketidaksesuaian antara apa
salah satu kendala dalam upaya peningkatan standar usaha yang dipromosikan dengan apa yang didapat dilapangan.
pariwisata di Indonesia. Promosi semacam ini dapat dianggap sebagai promosi yang
tidak bertanggung jawab, yang membuat kredibilitas produk
menjadi diragukan.

Untuk mengangkat daya saing produk, maka upaya


promosi harus menerapkan dan menekankan prinsip-
prinsip pemasaran pariwisata yang bertanggung jawab
(responsible marketing), yang responsif terhadap hak-hak
wisatawan, terhadap pelestarian lingkungan dan hak-hak
sosial ekonomi masyarakat lokal.

4) Kemitraan Usaha Pariwisata yang Belum


Optimal

Kemitraan usaha pariwisata antara industri pariwisata skala


Daya saing aksesibilitas Indonesia secara umum kurang, besar dengan usaha –usaha ekonomi pariwisata skala Mikro,
antara lain terlihat dari kecilnya frekuensi dan jumlah Kecil dan Menengah masih belum berjalan dengan maksimal.
kapasitas tempat duduk penerbangan serta insfrasruktur Pengembangan kemitraan usaha dimaksudkan agar
jalan, pelabuhan dan bandara di berbagai destinasi wisata peluang dan nilai manfaat berkembangnya kepariwisataan
Indonesia yang terdapat fasilitas/usaha pariwisata. Selama akan dapat dinikmati semua pihak dalam berbagai jenis dan
ini, usaha pariwisata di berbagai destinasi wisata Indonesia skala usaha.
kuran g be rke mba ng ka re na ku ra ng nya w i s atawa n
yang datang dan menggunakan fasilitas dan jasa usaha Oleh karena itu, pola-pola kemitraan antar usaha pariwisata,
pariwisata walaupun mereka telah mempromosikan produk maupun usaha pariwisata dengan pelaku usaha lainnya
dan jasa usaha pariwisatanya baik yang dilaksanakan di berbagai destinasi pariwisata perlu didorong dan
masing-masing maupun berkerja sama dengan pihak lain ditingkatkan. Contoh bentuk kemitraan yang dapat dilakukan
termasuk pemerintah daerah. antara lain adalah kerja sama dalam pengembangan daya
tarik wisata, kerja sama promosi dan pemasaran, dll.
Pengembangan Industri Pariwisata yang belum inline
atau sesuai dengan pengembangan aksesibilitas telah Kesadaran untuk mengembangkan kemitraan usaha
berakibat pada kurangnya kemampuan usaha pariwisata pariwisata dalam kerangka pemberdayaan masyarakat
untuk memenuhi permintaan pasar, yang pada akhirnya maupun mendorong tumbuhnya UMKM bidang pariwisata
menyebabkan kurangnya daya saing fasilitas atau usaha masih memerlukan dorongan dan peran aktif Pemerintah
pariwisata Indonesia. selaku fasilitator dan regulator, agar UMKM bidang

34 PENDAHULUAN BAB I
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

pariwisata juga memiliki kemampuan, kapasitas dan akses pemerintah daerah diberi kesempatan untuk melakukan
untuk dapat mengembangkan usaha dan memperolah perubahan kebijakan dan sistem pengelolaan keuangan
manfaat ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat setempat. daerah. Namun, paradigma tersebut belum menjadi
persepsi nasional yang merata di segala tingkatan dan tidak
5) Pengembangan Tanggung Jawab Lingkungan tersedianya tata ruang secara nasional dan holistik yang
Oleh Kalangan Usaha Pariwisata Masih Belum digunakan sebagai dasar bagi pengembangan sumber-
Optimal sumber ekonomi, khususnya bagi sektor pariwisata yang
Pengembangan tanggung jawab lingkungan usaha berdampak langsung bagi pembangunan ekonomi daerah.
pariwisata, baik lingkungan sosial, alam maupun budaya Pariwisata masih dianggap sebagai sektor pilihan, dan
agar tetap berkelanjutan berpotensi untuk mengembangkan belum dianggap sebagai sektor strategis yang memberikan
jejaring usaha pariwisata berkelanjutan yang dapat kontribusi berarti bagi pembangunan daerah maupun
meningkatkan daya saing usaha pariwisata Indonesia. bagi kesejahteraan masyarakat, sehingga penguatan
Permasalahannya adalah masih kecilnya jumlah usaha organisasi yang membidangi pembangunan kepariwisataan
pariwisata yang memiliki komitmen terhadap tanggung belum merata di berbagai daerah. Sebagai akibatnya
jawab lingkungan dan menerapkan prinsip-prinsip koordinasi lintas daerah dalam penanganan terpadu
berwawasan lingkungan walaupun permintaan pasar aset kepariwisataan yang bersifat lintas wilayah-pun
s e mak i n kuat , ku ra ng nya i ns e nt i f te r ha d a p us a ha seringkali mengalami kendala dan hambatan. Di sisi lain,
pariwisata yang menerapkan prinsip-prinsip pembangunan lemahnya pemahaman tentang kepariwisataan, seringkali
kepariwisataan berkelanjutan, kurangnya alokasi program memposisikan kepariwisataan sebagai sektor pelengkap
corporate social responsibility (CSR) usaha pariwisata dan yang tidak memiliki posisi strategis dalam struktur organisasi
usaha non pariwisata untuk pengembangan pariwisata pembangunan di daerah.
berbasis pemberdayaan masyarakat lokal. 2) SDM Pariwisata dan Pengembangan
D. Permasalahan Pengembangan Pendidikan Tinggi Pariwisata yang Masih Terbatas
Kelembagaan Kepariwisataan Peningkatan daya saing produk pariwisata Indonesia agar
memiliki keunggulan banding dan keunggulan saing secara
regional dan global harus diimbangi oleh ketersediaan SDM
yang kompeten, yang tidak hanya berada pada tataran
operasional atau tenaga teknis saja tetapi juga pada tataran
akademisi, teknokrat, dan profesional.

Pengembangan SDM Kepariwisataan dapat dilakukan


dengan pendekatan pendidikan formal dan pelatihan, baik
bagi aparatur, pengusaha industri pariwisata, karyawan
pada industri pariwisata maupun masyarakat yang berada
di kawasan pariwisata.

Perkembangan pariwisata Indonesia saat ini kurang


diimbangi dengan pengembangan SDM bidang pariwisata.
Da l a m ke ra n g k a p e n g e m b a n g a n Ke l e m b a g a a n Pengembangan SDM bidang pariwisata meliputi aparatur,
kepariwisataan, terdapat beberapa masalah utama yang industri dan masyarakat. Hal ini berguna untuk menunjang
dihadapi antara lain: pengembangan pariwisata di daerah tersebut.

1) Belum Meratanya Penguatan Organisasi yang Dengan akan diberlakukannya kesepakatan Masyarakat
Membidangi Kepariwisataan di Daerah Ekonomi ASEAN (MEA), maka tuntutan SDM yang kompeten
dan mampu bersaing dengan SDM dari luar negeri akan
Melalui desentralisasi, Pemerintah Daerah dituntut semakin dipersyaratkan. Saat ini, adanya bonus demografi
untuk mengelola keuangan daerah secara akuntabel yang menyediakan SDM secara kuantitas, perlu diimbangi
dan transparan. Dengan kebijakan normatif yang ada, dengan kualitas yang maksimal agar tidak berbalik menjadi
bencana demografi.

BAB I PENDAHULUAN 35
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

3) Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan ke p a r i w i s at a a n b e r s i fat b o rd e r l e s s , ya n g b e ra r t i


Lintas Sektor dan Regional Yang Belum Efektif pembangunan dan pengelolaannya berlangsung lintas
batas administratif dan lintas sektor. Oleh karena itu,
Isu koordinasi dan kerja sama antara pusat dan daerah
hendaknya setiap pemegang kewenangan otonom dan
muncul sebagai konsekuensi dari implementasi otonomi
pemangku kepentingan pariwisata harus berpikir nasional
daerah yang tidak dilandasi dengan prinsip-prinsip Good
(Indonesia) dan bertindak lokal (daerah). Dengan konsep ini,
Governance. Dengan adanya UU Otonomi Daerah maka
berarti para pemegang kewenangan daerah otonom tidak
kewenangan pengembangan produk pariwisata berada di
menutup diri bagi kebijakan pariwisata secara nasional
Daerah, sedangkan kewenangan pemasarannya berada di
untuk kepentingan kemajuan daerahnya.
Pusat. Pengaturan kewenangan ini menimbulkan arogansi
Daerah untuk menentukan arah pembangunan dan Pemerintah dalam hal ini telah mengeluarkan peraturan
pengelolaan sumber daya serta wilayah administratifnya yang diharapkan mampu mengatasi masalah koordinasi
masing-masing, sehingga mengakibatkan pengembangan lintas sektoral dalam pembangunan kepariwisataan di
kegiatan kepariwisataan antara Pusat dan Daerah kurang Indonesia dengan Perpres No. 64 Tahun 2014, dan Perpres
terkoordinasi dengan baik. Begitu pula koordinasi antara No. 63 Tahun 2014 tentang Pengawasan dan Pengendalian
pemerintah dan swasta. Kepariwisataan. Dengan adanya peraturan ini, maka
jelas posisi sektor pariwisata sebagai ujung tombak
H a l i n i d a p a t m e m i c u ke c e n d e r u n g a n o r i e n t a s i
pembangunan kepariwisataan di Indonesia sehingga
pembangunan yang hanya mengejar peningkatan PAD
diharapkan tujuan dari pembangunan kepariwisataan
yang mendorong masing-masing daerah berkompetisi
tercapai dan multiplier effect dari kegiatan pariwisata
secara kurang sehat untuk menarik pasar wisatawan ke
menjadi lebih besar.
daerahnya dengan kebijakan-kebijakan tertentu yang
tidak memberikan kenyamanan kunjungan wisatawan dan E. Permasalahan Pembangunan Ekonomi
bahkan mengarah pada eksploitasi berlebihan terhadap Kreatif
objek wisata yang berdampak pada penurunan daya dukung
dan kualitas objek tersebut. Dalam kerangka pembangunan ekonomi kreatif, terdapat
beberapa masalah utama yang harus dihadapi, yaitu:
Selain itu, ancaman yang paling serius atas implementasi
otonomi daerah adalah munculnya paradigma sektoral 1) Riset untuk pengembangan ekonomi kreatif
yang menggilas peran lintas sektoral pariwisata, yang masih terbatas
selanjutnya berpengaruh besar terhadap pembangunan Data dan informasi pengembangan ekonomi kreatif
faktor pendukung pariwis ata s eperti aks esibilitas, merupakan bahan dasar dalam pengembangan kebijakan
amenitas, atraksi, dan promosi. Padahal, pembangunan ekonomi kreatif selanjutnya. Riset untuk pengembangan

36 PENDAHULUAN BAB I
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

ekonomi kreatif masih terbatas, dari segi aspek pemasaran dan ketersediaan akses internet berkecepatan tinggi
nasional dan internasional maupun pengembangan trend dengan persebaran yang merata hingga ke pelosok daerah,
produk kreatif. e-commerce dan payment gateway.

2) Pengetahuan dan keterampilan pelaku ekonomi 5) Produk ekonomi kreatif belum dikenal luas dan
kreatif perlu ditingkatkan dikonsumsi baik konsumen dalam negeri maupun
luar negeri
Pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia terkendala
oleh terbatasnya kualitas pelaku kreatif baik menurut Pengembangan ekonomi kreatif masih menghadapi sulitnya
keahlian bidang maupun kemampuan untuk menjalankan akses pasar produk kreatif. Hal ini disebabkan belum
dan mengelola usaha. terbangunnya rantai distribusi produk kreatif Indonesia ke
pasar dunia. Saat ini data pasar produk kreatif domestik
3) Akses pelaku ekonomi kreatif terhadap sumber maupun internasional belum terhimpun secara lengkap,
pendanaan dan pembiayaan belum meluas akurat dan terkini.
Pengembangan potensi ekonomi kreatif yang begitu besar 6) Skema insentif bagi pengembangan ekonomi
memerlukan dukungan permodalan yang tidak sedikit. kreatif berbasis kekayaan intelektual belum
Sebanyak 92.37% pelaku usaha ekonomi kreatif di Indonesia terbangun
masih menggunakan dana sendiri untuk modal usahanya.
Permasalahan yang dihadapi terkait kuantitas dan kualitas Peran inovasi dan kekayaan intelektual sangat penting bagi
lembaga pembiayaan, alternatif pembiayaan bagi industri suatu usaha ekonomi kreatif yang berbasis intelektualitas.
kreatif, dan matchmaking pembiayaan bagi industri kreatif. Perlunya model permodalan/pembiayaan usaha ekonomi
Kuantitas lembaga pembiayaan yang dimaksudkan adalah kreatif yang sesuai dengan karakteristik usaha ekonomi
lembaga pembiayaan yang dapat memberikan pembiayaan kreatif yang berbasis intelektualitas. Secara internasional
bagi pelaku kreatif dengan pendekatan nonkonvensional. KI/HKI diakui sebagai aset yang bisa dijaminkan untuk
mendapat pembiayaan. Sistem pembiayaan kekayaan
Sektor ekonomi kreatif belum banyak menarik investor untuk i nt e l e kt u a l d i h a ra p ka n a ka n s e m a k i n m e n d u ku n g
menanamkan modalnya. Sampai saat ini sektor tersebut pertumbuhan bisnis berbasis inovasi, khususnya bisnis
masih dianggap belum memiliki daya tarik yang kuat untuk rintisan kreatif.
berinvestasi. Prospek bisnis di sektor ekonomi kreatif masih
rendah dan dinilai masih berisiko tinggi sehingga sulit untuk 7) Pelaku ekonomi kreatif yang memiliki Hak
mendapatkan pembiayaan perbankan. Kepada Kekayaan Intelektual atas karyanya masih
terbatas
4) Infrastruktur baik fisik maupun TIK yang
dibutuhkan oleh pelaku ekonomi kreatif masih Pada dasarnya asset utama dalam ekonomi kreatif adalah
terbatas kekayaan intelektual yang dimiliki pelaku ekonomi kreatif.
Namun, demikian tidak semua pelaku ekonomi kreatif
Ketersediaan infrastruktur dan teknologi merupakan menyadari pentingnya melindungi produk kreasinya melalui
persyaratan utama untuk meningkatkan daya saing industri kekayaan intelektual. Akibatnya, pelaku ekonomi kreatif
kreatif Indonesia. Namun demikian kondisi infrastruktur seringkali tidak menyadari ketika pelanggaran hak kekayaan
bagi ekonomi kreatif masih belum memadai. Hal tersebut intelektual miliknya Sebanyak 88.95% pelaku kreatif belum
mengakibatkan kreativitas pelaku kreatif akan sulit memiliki HKI.
berkembang dan berdampak terhadap melambatnya
pertumbuhan serta menurunnya kontribusi ekonomi kreatif Sebagian besar yang memiliki HKI adalah pelaku ekraf
terhadap nasional. Terbatasnya jumlah layar bioskop, pusat subsektor film, animasi dan video mencapai 21,08%.
pelatihan, laboratorium riset, inkubator bisnis, kurangnya Subsektor lain, yaitu kuliner sebanyak 19,75%; televisi dan
fasilitas sarana dan prasarana kreasi (creative center), pasar radio 16,59%; penerbitan 15,86%; fesyen ada 14,14%; desain
dan galeri seni, tempat pertunjukan yang permanen dan produk 11,56%; desain komunikasi visual 7,25%; musik
berstandar internasional, kota kreatif, techno park, belum 6,88%; kriya 6,69%; desain interior 5,45%; serta arsitektur
adanya sistem pengarsipan karya-karya kreatif Indonesia 3,64%.
sebagai sumber inspirasi penciptaan karya baru ke depan,

BAB I PENDAHULUAN 37
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

1.3 Daya Saing


Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif Nasional

Analisis daya saing dilakukan kepada negara-negara yang Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI)

menjadi kompetitor atau pesaing dalam penyelenggaraan
Hasil evaluasi Travel and Tourism Competitiveness Index
pariwisata Indonesia. Kompetitor yang dimaksud adalah
(TTCI) dari World Economic Forum (WEF) dipergunakan
negara-negara yang secara geografis terletak berdekatan
untuk analisis daya saing yang pertama ini, memiliki indeks
dengan Indonesia, serta menyelenggarakan industri
yang mengukur faktor-faktor kebijakan suatu negara,
pariwisata, yaitu negara-negara ASEAN. Untuk melakukan
yang memungkinkan adanya pengembangan sektor
analisis, diperlukan tolok ukur yang valid, kredibel, serta
pariwisata yang berkelanjutan, dan berkontribusi terhadap
representatif.
pengembangan dan daya saing pariwisata suatu negara.
Analisis pertama dilaksanakan dengan membandingkan TTCI mendasarkan penilaiannya pada 4 (empat) subindeks
hasil evaluasi penyelenggaraan pariwisata setiap negara yang membentuk nilai TTCI. Subindeks yang pertama
kompetitor pada Travel and Tourism Competitiveness Index adalah enabling environment, subindeks kedua yaitu travel
(TTCI), yang penilaiannya dilakukan oleh World Economic and tourism policy and enabling conditions, subindeks ketiga
Forum (WEF)berdasarkan data-data yang diantaranya yaitu infrastructure, dan subindeks keempat yaitu natural
berasal dari United Nation – World Tourism Organization and cultural resources. Setiap subindeks memiliki pilar-pilar
(UNWTO), dan World Travel and Tourism Council (WTTC). yang setiap pilarnya terbentuk dari beberapa subpilar. Hasil
Sedangkan analisis yang kedua adalah analisis kompetitor penilaian dari semua subpilar dan pilar tersebut menjadi
untuk membantu memetakan posisi penyelenggaraan pembentuk penilaian subindeks yang terakumulasi menjadi
pariwisata di Indonesia dibandingkan dengan negara- nilai TTCI. Secara detil komponen-komponen pembentuk
negara lain di ASEAN saat ini. TTCI dapat dilihat pada Gambar 1.3.

38 PENDAHULUAN BAB I
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Gambar 1.3 Travel & Tourism Competitiveness


Index (TTCI)

Travel & Tourism Competitiveness Index

Enabling T&T Policy and Natural and


Infrastructure
Environment Enabling Conditions Cultural Resources

Prioritization of Air Transport


Bussines Environment Natural Resources
Travel & Tourism Infrastructure

International Ground and Port Cultural Resources


Safety and Security
Opennes Infrastructure and Business Travel

Price Tourist Service


Health and Hygiene
Competitiveness Infrastructure

Human Resources Environment


and Labour Market Sustainbility

ICT Readiness

Berdasarkan Gambar 1.3, subindeks pertama yaitu enabling Selain Indonesia, TTCI juga melakukan penilaian terhadap
environment dibentuk dari 5 (lima) pilar, subindeks kedua negara-negara lain, termasuk negara-negara kompetitor
yaitu travel and tourism (T&T) policy and enabling conditions Indonesia dalam sektor pariwisata di ASEAN, yang meliputi
dibentuk dari 4 (empat) pilar, subindeks ketiga yaitu Singapura, Thailand, Malaysia, Vietnam, The Philippines,
infrastructure dibentuk dari 3 (tiga) pilar, dan subindeks dan Brunei Darussalam. Perbandingan performa sektor
keempat yaitu natural and cultural resources dibentuk oleh pariwisata ketujuh negara dalam ASEAN berdasarkan
2 (dua) pilar. Indonesia menjadi salah satu negara yang penilaian TTCI dapat dilihat pada Tabel 1.3.
penyelenggaraan sektor pariwisatanya diukur melalui TTCI.

Hasil penilaian TTCI pada tahun 2019 menunjukkan bahwa


Indonesia berada pada peringkat 40 dari 140 negara yang
dinilai, dengan nilai TTCI sebesar 4,3. Penilaian TTCI tahun
2019 terhadap Indonesia lebih baik daripada hasil penilaian
pada periode tahun 2017, dimana Indonesia berada pada
peringkat 42 dari 136 negara, dengan nilai TTCI sebesar 4,2.

BAB I PENDAHULUAN 39
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Tabel 1.3 Peringkat TTCI Negara ASEAN

Peringkat Skor TTCI


No Negara
2015 2017 2019 2015 2017 2019

1 Singapore 11 (dari 141) 13 (dari 136) 17 (dari 140) 4,9 4,9 4,8
2 Malaysia 25 26 29 4,4 4,5 4,5
3 Thailand 35 34 31 4,3 4,4 4,5
4 Indonesia 50 42 40 4,0 4,2 4,3
5 Vietnam 75 67 72 3,6 3,8 3,9
Brunei
6 n/a n/a 72 n/a n/a 3,8
Darussalam

7 The Philippines 74 79 75 3,6 3,6 3,8

Secara lebih detil, walaupun Indonesia mengalami peningkatan peringkat TTCI secara keseluruhan, namun beberapa
subindeks mengisyaratkan perlunya perhatian serta perbaikan, karena mengalami penurunan maupun stagnasi penilaian pada
penilaian periode tahun 2019 terhadap penilaian periode 2017, seperti dapat dilihat pada Gambar 1.4.

Gambar 1.4 Tren Subindeks TTCI Indonesia

Cultural Resources and Business Travel 2019

2017
Natural Resources 2015

Tourist Service Infrastructure

Ground and Port Infrastructure

Air Transport Infrastructure

Environment Sustainbility

Price Competitiveness

Business Environment

Safety and Security

Health and Hygiene

Human Resources and Labor Market

ICT Readiness

Prioritization of Travel and Tourism

International Openness

0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0

Berdasarkan Gambar 1.4, pada penilaian TTCI tahun 2019, Indonesia mengalami penurunan nilai pada dua subindeks, yaitu
subindeks natural resources, dan subindeks cultural resources and business travel.

40 PENDAHULUAN BAB I
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

1.4 Konsep Quality Tourism

Arah pengembangan kepariwisataan nasional saat ini Sistematisasi kualitas melibatkan tiga tingkatan yang
diarahkan menuju Quality Tourism Experience. Menurut berbeda: (a) Organisasional; (b) Operasional; dan (c)
UNWTO dalam Practical Guidelines for Integrated Quality Perseptual. Dalam pariwisata, kualitas harus melibatkan
Management in Tourism Destination bahwa “quality of komitmen aktif dari sumber daya manusianya. Dalam hal
a tourism destination as “the result of a process which destinasi Pariwisata, kualitas juga membutuhkan nilai
implies the satisfaction of all tourism product and service keramah-tamahan dan hospitality dari penduduk lokal.
needs, requirements and expectations of the consumer at
an acceptable price, in conformity with mutually accepted 2. Management model. Sebagai sebuah Management
c o nt r act u a l c o n d i t i o n s a n d t h e i m p l i c i t u n d e r l y i n g model kualitas terletak pada framework baru dari
factors such as safety and security, hygiene, accessibility, hubungan kerja dan kompetensi. Ini berarti beralih dari
communication, infrastructure and public amenities and struktur piramida ke organisasi yang flat dan berorientasi
services. It also involves aspects of ethics, transparency and pada proses. Dalam hal destinasi berkualitas, diperlukan
respect towards the human, natural and cultural environment”. komitmen yang solid dari publik-privat dan antar institusi.
Aspects of quality also relate to ethics, transparency and 3. Powerfull Marketing Tool. Sebagai Powerfull Marketing
respect for the human, natural and cultural environment. Tool kualitas menempatkan pelanggan sebagai pusat
Lebih lanjut, UNWTO menyatakan bahwa Quality mewakili aktivitas, yang artinya mengetahui dan memperhatikan
tiga hal sekaligus: kebutuhan pelanggan yang juga merupakan tujuan
pemasaran.
1. P r o f e s s i o n a l s To o l s . S e b a g a i P r o f e s s i o n a l s
To o l s , ku a l i t a s d i c a p a i d e n g a n m e n g et a h u i d a n UNWTO menyimpulkan beberapa hal terkait pengertian
mengendalikan secara umum, serta proses khusus dari Quality: (1) Quality tidak akan ada tanpa partisipasi aktif
untuk memberikan layanan yang menguntungkan. dan harmonis dari semua faktor yang berkontribusi untuk
pengalaman wisata;

BAB I PENDAHULUAN 41
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

(2) Quality dihasilkan dari usaha terus-menerus dalam baik dengan menghormati masyarakat dan lingkungan
meminimalisir kekurangan dan kegagalan aktivitas: (3) adalah masalah etis. Disinilah Quality, sustainability, social
Quality juga secara fundamental dan secara langsung responsibility, accessibility menjadi satu. Karena tidak
terkait dengan dimensi personal yang sebagian besar mungkin ada Quality tanpa etika.
tidak berwujud dan dengan demikian bersifat subjektif; (4)
Keberlanjutan (Sustainability) memiliki prinsip yang sama
Quality menjadi tolok ukur dalam pemenuhan kebutuhan
dengan Quality karena pariwisata memerlukan strategi
dasar manusia yang ditentukan oleh batasan sosial dan
jangka panjang dan menggunakan sumber daya terbatas
lingkungan; (5) Quality membutuhkan kriteria umum dan
yang sangat rentan terhadap kerusakan, seperti alam dan
tidak dapat dicabut serta pertemuan antara persyaratan
warisan manusia. Tanpa hal tersebut minat dan motivasi
wajib dan self-regulation; (6) Quality merupakan hasil dari
wisata akan hilang.
usaha kolektif.
Keberlanjutan (Sustainability) baik itu dalam hal sosial,
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Quality harus
kultural, ekonomi, dan lingkungan merupakan komponen
menjadi bagian dari manajemen dan perencanaan, dengan
Quality dalam pariwisata. Tidak mengherankan untuk
tujuan akhir meningkatkan kinerja dan mengadaptasi
melihat dua konsep ini terkait sangat erat terutama
penyediaan produk dan layanan, serta memperkuat
dalam mengelola destinasi pariwisata. Penerapan Quality
variabel-variabel kompetitif bagi destinasi.
Tourism ini akan menjadi acuan dalam pengembangan
Quality merupakan sebuah pilihan etis. Tanggungjawab Kepariwisataan nasional kedepan.
dan perilaku untuk melakukan segala sesuatunya lebih

1.5 Dunia Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ditengah


Pandemi Coronavirus (Covid19)

42 PENDAHULUAN BAB I
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Dunia pariwisata saat ini diguncang dengan adanya Jika prediksi UNWTO terjadi, maka kontribusi sektor
pandemi Coronavirus yang menyebabkan penyakit Covid19. pariwisata terhadap PDB akan mengalami penurunan yang
Pandemi ini dimulai pada bulan Desember tahun 2019 cukup signifikan.
di Wuhan, Republik Rakyat China, dimana Coronavirus
Hal ini terjadi karena kedatangan Wisatawan Mancanegara
menyebar dengan cepat dan menyebabkan penyakit
(Wisman) akan menurun secara signifikan dan kembali
Covid19 bagi masyarakat Wuhan. Penyebaran itu berlanjut
meningkat seiring kepercayaan terhadap keamanan
hingga ke seluruh dunia, dimana Pandemi Coronavirus
meningkat, khususnya risiko tertular Covid19.
telah menyebar ke sebagian besar penjuru dunia dan
menyebabkan penyakit Covid19. World Health Organization Investasi sektor pariwisata juga akan mengalami penurunan,
(WHO) mencatat terdapat 4.013.728 kasus Covid19 di 215 seiring tutupnya hotel dan beberapa amenitas lain di
negara dengan angka kematian mencapai 278.993 jiwa destinasi pariwisata. Selain itu, jika pemulihan sektor
(sumber: World Health Organization, 2020, 11 Mei 2020). pariwisata pasca pandemi tidak berhasil dilakukan, maka
tingkat pengangguran akan meningkat.
Penyebaran Covid19 yang begitu masif berdampak
signifikan terhadap pariwisata nasional maupun Namun pandemi ini juga menimbulkan peluang lain bagi
internasional. United Nation World Tourism Organization Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan
( U N W TO ) m e m p e r k i ra ka n a ka n te r j a d i p e n u r u n a n Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Perubahan model bisnis
kedatangan wisatawan internasional sebesar 58% hingga dari traditional tourism management menjadi digital tourism
78% pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun 2019. management akan menjadi peluang dalam mempertahankan
dan memulihkan sektor pariwisata nasional. Selain itu,
UNWTO menyatakan bahwa penurunan kedatangan
sektor ekonomi kreatif berbasis digital juga dapat menjadi
wisatawan internasional ini bermakna hilangnya penerimaan
solusi lain dalam meningkatkan kontribusi pariwisata dan
turis internasional sebesar US$ 910 Miliar hingga US$ 1.2
ekonomi kreatif terhadap PDB.
triliun secara global. Berdasarkan trend kedatangan turis
sebelumnya, maka diperkirakan 5 hingga 7 tahun penurunan Orientasi segmen pasar akan bergeser dari Wisman menjadi
pertumbuhan pariwisata akan terjadi pasca pandemi Wisatawan Nusantara (Wisnus), hingga penerbangan
Covid19 ini. internasional kembali pulih seiring penanganan pandemi
Covid19 yang semakin baik. Untuk itu, diperlukan strategi
Jika dibandingkan penurunan yang terjadi akibat krisis
khusus terintegrasi dalam menghadapi dampak pandemi
ekonomi tahun 2009 yang berdampak terhadap penurunan
Covid19 terhadap sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
pertumbuhan pariwisata sebesar 4% atau pasca pandemi
nasional. Terutama dalam masa tanggap darurat pada tahun
SARS tahun 2003 yang menurunkan 0,4% pertumbuhan,
2020 dan recovery pada tahun 2021-2022 sesuai kondisi
maka dampak Pandemi Covid19 terhadap dunia pariwisata
global.
cenderung signifikan. (sumber: World Health Organization,
2 02 0) . Wo r l d Tr ave l a n d To u r i s m C o u n c i l ( W T T F )
melaporkan bahwa data hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan sekitar 50 juta orang di sektor pariwisata
kehilangan pekerjaan mereka akibat pandemi Covid19.

Dunia Pariwisata mengalami penurunan luar biasa sebagai


dampak penurunan kedatangan wisatawan internasional
akibat pandemi ini. Perkembangan lingkungan strategis
ini tentunya menimbulkan tantangan tersendiri bagi
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, selain juga menyediakan
peluang yang dapat diraih khususnya pasca berakhirnya
pandemi Covid19.

BAB I PENDAHULUAN 43
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

BAB II
VISI, MISI, DAN
TUJUAN KEMENTERIAN
PARIWISATA DAN
EKONOMI KREATIF/
BADAN PARIWISATA DAN
EKONOMI KREATIF

2.1 Visi Kemenparekraf/Baparekraf


2.2 Misi Kemenparekraf/Baparekraf
2.3 Tujuan Kemenparekraf/Baparekraf
2.4 Sasaran Strategis
Kemenparekraf/Baparekraf

44 VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN BAB II


EKONOMI KREATIF/BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

JAKARTA
KOTA TUA

BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN 45


EKONOMI KREATIF/BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN


PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF/BADAN
PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
Bab ini akan menjelaskan tentang arah strategis Kementerian tujuan dan sasaran strategis merupakan penjabaran dari
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan visi dan misi Presiden terkait dengan Kemenparekraf/
Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf). Arah Baparekraf.
strategis yang dimaksud direpresentasikan oleh visi, misi,
Lebih detil mengenai visi, misi, tujuan strategis dan sasaran
tujuan strategis dan sasaran strategis Kemenparekraf/
strategis Kemenparekraf/Baparekraf akan dibahas pada
Baparekraf. Visi dan Misi Kementerian Indonesia diturunkan
subbab berikut.
dari Visi dan Misi Presiden Republik Indonesia, sedangkan

NTT
LABUAN BAJO

46 VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN BAB II


EKONOMI KREATIF/BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

2.1 Visi Kemenparekraf/Baparekraf

Visi merupakan kondisi yang diharapkan akan dicapai pada kalimat visi bersifat normatif namun memiliki makna yang
akhir periode perencanaan, yaitu tahun 2024. Visi dapat jelas dan terukur. Visi yang disusun harus realistis dan
ditentukan dalam jangka panjang (25 tahun) maupun jangka memperlihatkan keunggulan organisasi, serta menimbulkan
menengah (5 tahun). Visi hendaknya memiliki sebuah fokus rasa bangga dan menggugah semangat bagi seluruh ASN
masa depan yang jelas dan disepakati bersama. Dalam Kemenparekraf/Baparekraf. Berdasarkan arahan Presiden
perumusannya, penentuan visi sebaiknya tidak terjebak Republik Indonesia, maka Kementerian/Lembaga hanya
pada capaian saat ini, namun kondisi saat ini tersebut perlu memiliki 1 (satu) Visi, yaitu Visi Presiden Republik Indonesia.
menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan visi. Hal ini berarti bahwa Visi Kemenparekraf/Baparekraf harus
Untuk itu, maka perumusan visi harus mengikuti prinsip selaras dengan Visi Presiden Republik Indonesia. Sehingga
visi yang dipertinggi (big hairy audacious goals). Bentuk visi Kemenparekraf/Baparekraf tahun 2020-2024 adalah:

PARIWISATA DAN
EKONOMI KREATIF
INDONESIA
YANG MAJU,
BERDAYA SAING,
BERKELANJUTAN
SERTA
MENGEDEPANKAN
KEARIFAN LOKAL
DALAM MEWUJUDKAN
INDONESIA MAJU YANG
BERDAULAT, MANDIRI
DAN BERKEPRIBADIAN
BERLANDASKAN
GOTONG ROYONG”.

BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN 47


EKONOMI KREATIF/BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

VISI INI SELARAS DAN MENDUKUNG PENCAPAIAN


VISI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, YAITU
TERWUJUDNYA INDONESIA MAJU YANG BERDAULAT,
MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN
GOTONG ROYONG. VISI KEMENPAREKRAF/
BAPAREKRAF INI MENGANDUNG 4 (EMPAT) KATA
KUNCI UTAMA, YAITU
(I) PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF INDONESIA YANG
MAJU; (II) PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF INDONESIA
YANG BERDAYA SAING; (III) PARIWISATA DAN EKONOMI
KREATIF INDONESIA YANG BERKELANJUTAN; SERTA (IV)
PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF INDONESIA YANG
MENGEDEPANKAN KEARIFAN LOKAL.

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia yang maju Thailand, Filipina dan Singapura. Sedangkan dalam konteks
bermakna bahwa pengembangan pariwisata dan ekonomi ekonomi kreatif, produk ekonomi kreatif Indonesia harus
kreatif ke depan harus mempertimbangkan perkembangan mampu menembus pasar dunia.
teknologi terkini dalam rangka meningkatkan kualitas
Pa r i w i s a t a d a n E ko n o m i K re a t i f I n d o n e s i a y a n g
produk pariwisata dan ekonomi kreatif yang dihasilkan.
berkelanjutan bermakna pengelolaan pariwisata dan
P e m a n fa a t a n t e k n o l o g i t e r s e b u t t e n t u n y a h a r u s ekonomi kreatif dapat dilakukan secara berkelanjutan,
mempertimbangkan aspek permintaan wisatawan maupun sehingga dapat terus dinikmati hingga generasi berikutnya.
aspek kemampuan industri dalam mengadopsinya. Selain Oleh karena itu, tata kelola pariwisata maupun ekonomi
itu, pengelolaan pariwisata dan ekonomi kreatif juga perlu k re at i f I n d o n e s i a h a r u s m e n d u ku n g p e l a ks a n a a n
menyesuaikan terhadap perkembangan tren pengelolaan Sustainable Development Goals (SDG’s) yang dicanangkan
pariwisata dan ekonomi kreatif di dunia, agar sektor ini tidak oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
tertinggal dibanding dengan negara lain.
Pa r i w i s a t a d a n E ko n o m i K re a t i f I n d o n e s i a y a n g
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia yang berdaya mengedepankan kearifan lokal bermakna bahwa dalam
saing bermakna bahwa produk pariwisata dan ekonomi pengelolaan pariwisata dan ekonomi kreatif, harus fokus
kreatif Indonesia harus dapat menjadi pilihan dibanding dan memprioritaskan kepada kearifan lokal. Mengangkat
dengan produk serupa yang dihasilkan negara lain. Dalam indikasi geografis Indonesia sebagai suatu originalitas dan
konteks pariwisata, Indonesia harus mampu menjadi identitas diri bangsa Indonesia diharapkan dapat menjadi
destinasi wisata pilihan wisatawan dunia dibandingkan daya tarik tersendiri, baik dalam bidang pariwisata maupun
dengan destinasi di beberapa negara tetangga seperti ekonomi kreatif.

48 VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN BAB II


EKONOMI KREATIF/BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

2.2 Misi Kemenparekraf/Baparekraf

Presiden Republik Indonesia memiliki 9 (sembilan) misi yang Oleh karena itu, maka misi Kementerian Pariwisata dan
harus dilakukan dalam pembangunan Indonesia 5 (lima) Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
tahun ke depan, yaitu: adalah memperkokoh struktur ekonomi nasional yang
produktif, mandiri dan berdaya saing melalui optimasi
1. Peningkatan kualitas manusia Indonesia pengelolaan pariwisata dan ekonomi kreatif.
2. Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya
saing Kemenparekraf/Baparekraf akan turut serta berkontribusi
3. Pembangunan yang merata dan berkeadilan dalam memantapkan Penyelenggaraan Sistem Ekonomi
4. Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan Nasional yang Berlandaskan Pancasila , melalui
5. Kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian penyelenggaraan pariwisata dan ekonomi kreatif yang
bangsa efektif dan efisien dengan mengedepankan potensi yang
6. Pe n e g a ka n s i st e m h u ku m ya n g b e b a s ko r u p s i , dimiliki Indonesia.
bermartabat, dan terpercaya
7. Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan Dalam menyambut era industri 4.0, Kemenparekraf/
rasa aman pada seluruh warga Baparekraf akan selalu mendorong pertumbuhan industri
8. Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan pariwisata dan ekonomi kreatif dalam negeri, baik secara
terpercaya kuantitas maupun kualitas industri dalam meningkatkan
9. Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka Negara nilai tambah dan daya saing industri pariwisata dan ekonomi
Kesatuan kreatif.

Dalam konteks pengembangan pariwisata dan ekonomi Misi nomor 2 ini akan menjadi fokus utama pekerjaan
kreatif, Kemenparekraf/Baparekraf berkontribusi secara Kemenparekraf/Baparekraf dalam pembangunan nasional,
langsung terhadap misi nomor 2 yaitu struktur ekonomi khususnya pembangunan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
yang produktif, mandiri dan berdaya saing. selama tahun 2020-2024.

BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN 49


EKONOMI KREATIF/BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Selain itu, Kemenparekraf/Baparekraf juga berkontribusi Sedangkan misi nomor 8, yaitu Pengelolaan pemerintahan
tidak langsung terhadap misi Presiden RI nomor 1 dan yang bersih, efektif, dan terpercaya melalui pelaksanaan
8. Pada misi nomor 1 yaitu Peningkatan kualitas manusia Reformasi Birokrasi dengan Mengoptimalkan pelaksanaan
Indonesia melalui peningkatan SDM Pariwisata dan 8 (d e l a p a n ) a re a p e r u b a h a n R efo r m a s i B i ro k ra s i
Ekonomi Kreatif dalam mewujudkan SDM yang Unggul dan Kemenparekraf/Baparekraf.
Berdaya Saing.

2.3 Tujuan Kemenparekraf/


Baparekraf

Berdasarkan visi dan misi Presiden Republik Indonesia


yang secara otomatis menjadi visi dan misi Kemenparekraf/
Baparekraf khususnya bidang pariwisata dan ekonomi
kreatif, maka ditentukan tujuan strategis (strategic goals)
Kemenparekraf/Baparekraf.

Tujuan ini menjadi tujuan akhir pembangunan nasional


bidang pariwisata dan ekonomi kreatif dalam menyukseskan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) tahun 2020-2024.

Tujuan Kemenparekraf/Baparekraf tahun 2020-2024


adalah “Meningkatnya kontribusi Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif terhadap ketahanan ekonomi nasional”. Pencapaian
tujuan ini diukur melalui 3 (tiga) indikator, yaitu:

1. Nilai devisa pariwisata


2. Kontribusi PDB Pariwisata
3. Nilai ekspor produk ekonomi kreatif

50 VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN BAB II


EKONOMI KREATIF/BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

2.4 Sasaran Strategis Kemenparekraf/Baparekraf

Sasaran strategis Kemenparekraf/Baparekraf merupakan uraian dari tujuan strategis yang sekaligus merupakan
pemetaan dari strategi Kemenparekraf/Baparekraf dalam melaksanakan Misi nomor 2 untuk mewujudkan Visi Presiden
tahun 2020-2024.

Peta strategi dari Kemenparekraf/Baparekraf tahun 2020-2024 dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut ini.

BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN 51


EKONOMI KREATIF/BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Gambar 2.1 Peta strategi dari Kemenparekraf/Baparekraf

Stakeholder

SS1. Meningkatnya kontribusi pariwisata


dan ekonomi kreatif terhadap ketahanan ekonomi

Customer

SS3. Meningkatnya kualitas


SS2. Meningkatnya nilai tambah dan jumlah wisatawan
ekonomi kreatif nasional

SS5. Tersedianya produk SS4. Meningkatnya daya saing destinasi


pariwisata sesuai kebutuhan dan industri pariwisata nasional

SS7. Terlindunginya kekayaan SS6. Bertumbuhnya investasi dan akses


intelektual bidang pariwisata pembiayaan sektor pariwisata dan ekonomi
dan ekonomi kreatif kreatif nasional

Internal Process

SS8. Teselenggaranya regulasi SS9. Tersedianya data dan SS10. Meningkatnya kualitas
pariwisata dan ekonomi kreatif informasi hasil kajian sesuai dan kuantitas SDM kepariwisataan
berbasis kajian kebutuhan pariwisata dan dan ekonomi kreatif
ekonomi kreatif

Learning & Growth

SS11. Terwujudnya reformasi birokrasi kementerian


Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menuju birokrasi
yang profesional

52 VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN BAB II


EKONOMI KREATIF/BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

B e rd a s a r ka n G a m b a r 2 .1 d i at a s , Ke m e n p a re k raf/ pariwisata dan ekonomi kreatif nasional”, dan


Baparekraf memiliki 11 sasaran strategis yang dipetakan “ Terlindunginya kekayaan intelektual bidang
kedalam 4 (empat) perspektif BSC. Perspektif pertama yaitu pariwisata dan ekonomi kreatif”.
stakeholder, perspektif kedua yaitu customer, perspektif
ketiga yaitu internal process, dan perspektif keempat yaitu Capaian sasaran strategis ini diukur melalui 10 IKSS.
learning & growth.
Perspektif ketiga yaitu internal process merupakan
Perspektif pertama yaitu stakeholders merupakan perspektif yang menggambarkan proses yang dilakukan
perspektif yang melambangkan outcome/impact yang Kemenparekraf/Baparekraf untuk menghasilkan output di
ingin dicapai oleh Kemenparekraf/Baparekraf. Outcome customer perspective. Jika proses telah dilakukan dengan
yang ingin dicapai oleh Kemenparekraf/Baparekraf benar, diharapkan output pada perpsektif customer dapat
direpresentasikan oleh tujuan strategis Kemenparekraf/ terwujud. Pada perspektif ini, Kemenparekraf/Baparekraf
Baparekraf. Pada perspektif stakeholders, Kemenparekraf/ memiliki 3 (tiga) sasaran strategis yaitu:
Baparekraf memiliki 1 (satu) sasaran strategis yaitu:
“Terselenggaranya regulasi pariwisata dan ekonomi
“Meningkatnya kontribusi pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis kajian”, “Tersedianya data dan
kreatif terhadap ketahanan ekonomi”. informasi hasil kajian sesuai kebutuhan pariwisata
dan ekonomi kreatif”, dan “Meningkatnya kualitas
Capaian sasaran strategis ini diukur oleh 3 (tiga) indikator dan kuantitas SDM kepariwisataan dan ekonomi
kinerja sasaran strategis (IKSS). kreatif”.

Perspektif kedua yaitu customer merupakan perspektif Capaian sasaran strategis ini diukur melalui 5 (lima) IKSS.
yang menggambarkan output dari Kemenparekraf/
Baparekraf. Dengan output yang dihasilkan tersebut, Perspektif keempat yaitu learn and growth merupakan
diharapkan outcome Kemenparekraf/Baparekraf dapat perspektif yang menggambarkan aset strategis
terwujud. Pada perspektif ini, Kemenparekraf/Baparekraf Kemenparekraf yang digunakan untuk menjalankan proses
memiliki 6 (enam) sasaran strategis yaitu: pada perspektif internal process. Pada perspektif ini,
Kemenparekraf memiliki 1 (satu) sasaran strategis yaitu
“Meningkatnya nilai tambah ekonomi kreatif
nasional”, “Meningkatnya kualitas dan jumlah “Terwujudnya Reformasi Birokrasi Kementerian
wisatawan”, “Meningkatnya daya saing destinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata
dan industri pariwisata nasional”, “Tersedianya dan Ekonomi Kreatif menu ju birokrasi yang
produk pariwisata sesuai kebutuhan”, profesional”.
“Bertumbuhnya investasi dan akses pembiayaan Capaian sasaran strategis ini diukur melalui 1 (satu) IKSS.
serta meningkatnya kemampuan industri sektor

BAB II VISI, MISI, DAN TUJUAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN 53


EKONOMI KREATIF/BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

BAB III
ARAH KEBIJAKAN,
STRATEGI, KERANGKA
REGULASI, DAN
KERANGKA
KELEMBAGAAN

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional


3.2. Arah Kebijakan dan Strategi
Kemenparekraf/Baparekraf
3.3. Kerangka Regulasi Kemenparekraf/
Baparekraf
3.4. Kerangka Kelembagaan

54 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, BAB III


DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

EAST JAVA
BANYUWANGI

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, 55


DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

ARAH KEBIJAKAN,
NTT
ALOR

STRATEGI, KERANGKA
REGULASI, DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN

B a b i n i m e m b a h a s a r a h ke b i j a k a n d a n s t r a t e g i Fo r m u l a s i a ra h ke b i j a k a n d a n s t ra t e g i j u g a
Ke m e n p a re k ra f/ B a p a re k ra f t a h u n 2 0 2 0 -2 0 24 mempertimbangkan kondisi lingkungan internal maupun
yang merupakan penjabaran dari visi dan misi eksternal Kemenparekraf/Baparekraf, sehingga arah
Kemenparekraf/Baparekraf tahun 2020-2024. Arah kebijakan dan strategi Kemenparekraf/Baparekraf yang
pengembangan Kemenparekraf/Baparekraf disusun disusun dapat menjawab kebutuhan pariwisata dan
dengan mempertimbangkan kebijakan pembangunan ekonomi kreatif nasional kedepan.
nasional yang tercantum dalam RPJMN 2020-2024.

56 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, BAB III


DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional

Arah pembangunan nasional 5 tahun kedepan dirumuskan Keempat pilar tersebut diterjemahkan ke dalam 7 agenda
dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah pembangunan yang di dalamnya terdapat Program
Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024. Prioritas, Kegiatan Prioritas, dan Proyek Prioritas. RPJMN
tahun 2020-2024 mengusung tema pembangunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional “Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri,
(RPJMN) 2020-2024 merupakan tahapan terakhir dari dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tema pembangunan ini sekaligus menjadi Visi Presiden
2005-2025. terpilih dalam pembangunan nasional tahun 2020-2024.
RPJMN 2020-2024 akan mempengaruhi pencapaian target Tema pembangunan ini dilaksanakan melalui 7 agenda
pembangunan dalam RPJPN, dimana pendapatan perkapita pembangunan yang merupakan Prioritas Nasional (PN)
Indonesia akan mencapai tingkat kesejahteraan setara pada RPJMN IV tahun 2020-2024. Ketujuh PN tersebut
dengan negara-negara berpenghasilan menengah atas adalah:
(upper-middle income country/MIC) yang memiliki kondisi 1. P N 1 . M e m p e r k u a t Ke t a h a n a n E ko n o m i u n t u k
infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, layanan publik, Pertumbuhan yang Berkualitas dan Berkeadilan
serta kesejahteraan rakyat yang lebih baik. 2. PN 2. Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi
Terdapat 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun 2020- Kesenjangan
2024 yang merupakan amanat RPJPN 2005- 2025 untuk 3. PN 3. Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang
mencapai tujuan utama dari rencana pembangunan Berkualitas dan Berdaya Saing
nasional periode terakhir. Keempat pilar tersebut adalah: 4. PN 4. Revolusi Mental dan Pembangunan Kebudayaan
5. PN 5. Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung
1. Kelembagaan politik dan hukum yang mantap Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar
2. Kesejahteraan masyarakat yang terus meningkat 6. PN 6. Membangun Lingkungan Hidup, Meningkatkan
3. Struktur ekonomi yang semakin maju dan kokoh Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim
4. Terwujudnya keanekaragaman hayati yang terjaga 7. PN7. Memperkuat Stabilitas Polhukhankam dan
Transformasi Pelayanan Publik

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, 57


DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Ke m e n p a re k ra f/ B a p a re k ra f d i h a ra p ka n d a p at Meningkatnya daya dukung dan kualitas sumber daya


berkontribusi dalam memperkuat ketahanan ekonomi untuk ekonomi sebagai modalitas bagi pembangunan ekonomi
pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan. Untuk yang berkelanjutan. Sasaran, indikator serta target yang
mewujudkannya, maka Kemenparekraf/Baparekraf secara diharapkan dapat dicapai Kemenparekraf/Baparekraf pada
konkret memberikan kontribusi dalam program prioritas RPJMN ini dapat dijabarkan pada Tabel 3.1 berikut ini.

Tabel 3. 1 Sasaran, Indikator dan target RPJMN terkait Kemenparekraf/Baparekraf

No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024

1 Penguatan kewirausahaan 12. Penumbuhan start-up 700 unit 3.500 unit


dan Usaha Mikro, Kecil dan (kontribusi start-up Pariwisata (akumulatif) (akumulatif)
Menengah (UMKM), dan dan Ekonomi Kreatif)
Koperasi

2 Peningkatan nilai tambah, 10. Kontribusi PDB pariwisata 4,8% 5,5%


lapangan kerja, dan investasi di (8.9.1*)
sektor riil, dan industrialisasi
11. Destinasi pariwisata prioritas 3 Destinasi 8 Destinasi
yang diselesaikan

12. Destinasi wisata alam 25 kawasan 25 kawasan


berkelanjutan berbasiskan hutan prioritas hutan prioritas
kawasan hutan prioritas

13. Destinasi wisata bahari 7 Destinasi 7 Destinasi

14. Nilai tambah ekonomi kreatif Rp. 1.214 triliun Rp.1.846 triliun

15. Jumlah kab/kota kreatif yang 4 kab/kota 20 kab/kota


difasilitasi (kumulatif)

16. Jumlah kawasan dan klaster 8 lokasi 11 lokasi


kreatif yang dikembangkan

17. Revitalisasi ruang kreatif 30 unit 42 unit

18. Kontribusi ekonomi digital 3,2% 4,7%

25. Jumlah tenaga kerja pariwisata 13 juta orang 15 juta orang


(8.9.2*)

26. Jumlah tenaga kerja ekonomi 19 juta orang 21 juta orang


kreatif

3 Peningkatan ekspor bernilai 10. Nilai devisa pariwisata (8.9.1(c)) USD 21 Milyar USD 32 Milyar
tambah tinggi dan penguatan
Tingkat Komponen Dalam 11. Jumlah wisatawan 18 juta orang 24 juta orang
Negeri (TKDN) mancanegara (8.9.1(a))

12. Jumlah warisan budaya yang 4 lokasi 20 lokasi


diregenerasi (cultural heritage (kumulatif)
regeneration)

13. Nilai ekspor ekonomi kreatif USD 21,5-22,3 miliar USD 24,5 miliar

16. Jumlah wisatawan nusantara 312 juta perjalanan 350-400 juta


(8.9.1(b) perjalanan

17. Jumlah promosi Tourism, 8 Promosi Terintegrasi 8 Promosi Terintegrasi


Trade and Investment (TTI)
terintegrasi

58 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, BAB III


DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

No Sasaran Indikator Target 2020 Target 2024

4 Penguatan pilar pertumbuhan 5. Skema pembiayaan berbasis 1 skema 1 skema


dan daya saing ekonomi HKI

10. Jumlah pelaku kreatif yang 8.500 orang 1.500 orang


difasilitasi infrastruktur TIK

Ke m e n p a r e k r a f/ B a p a r e k r a f b e r ko n t r i b u s i d a l a m • Pengelolaan daya tarik wisata nasional


mewujudkan sasaran dan indikator RPJMN di atas, dimana • Pengelolaan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
kontribusi tersebut dapat diwujudkan pada level menteri, (KSPN)
eselon I, maupun eselon II. Tentunya penggunaan sasaran • Pengelolaan Destinasi Pariwisata Nasional (DPN)
berupa impact (level Menteri), outcome (level I), output • Penetapan tanda daftar usaha pariwisata lintas daerah
(level II) maupun penggunaan indikator SMART akan sangat provinsi
menentukan pemilihan indikator kinerja Kemenparekraf/
2. Sub urusan Pemasaran Pariwisata, meliputi
Baparekraf dalam mewujudkan standar kinerja organisasi
pemasaran pariwisata dalam dan luar negeri, daya tarik,
yang berkualitas.
destinasi dan kawasan strategis pariwisata nasional.
Dalam pelaksanaannya , Kemenparekraf/Baparekraf
3. Sub urusan pengembangan ekonomi kreatif
memiliki keterbatasan kewenangan dalam mengelola sektor
melalui pemanfaatan dan perlindungan Hak
pariwisata dan ekonomi kreatif nasional. Berdasarkan
Kekayaan Intelektual, melalui pengembangan
Peraturan Presiden nomor 68 tahun 2019 tentang Organisasi
ekonomi kreatif nasional yang ditetapkan dengan kriteria.
Kementerian Negara, Kemenparekraf/Baparekraf termasuk
dalam Kementerian Negara kelompok III. Kemenparekraf/ 4. Sub ur usa n p en gemb a n ga n sumb er daya
Baparekraf tidak memiliki kewenangan dalam melaksanakan p a r i w i s a t a d a n e k o n o m i k r e a t i f , melalui
kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah maupun pengembangan, penyelenggaraan dan peningkatan
pelaksanaan bimtek dan supervisi atas pelaksaaan urusan kapasitas sumber daya manusia pariwisata dan ekonomi
kementerian di daerah. Sehingga pelaksanaan kedua hal kreatif tingkat ahli.
tersebut dilakukan melalui koordinasi strategis lintas sektor
berdasarkan Peraturan Presiden nomor 14 tahun 2018 Dalam pengembangan wilayah, Kemenparekraf/Baparekraf
tentang perubahan kedua atas Peraturan Presiden nomor juga melaksanakan transfer ke daerah yaitu melakukan
64 tahun 2014 tentang koordinasi strategis lintas sektor transfer dari belanja negara dalam rangka mendanai
penyelenggaraan kepariwisataan. pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa dana perimbangan,
dana otonomi khusus, dan dana penyesuaian. Terutama
Selain itu, terdapat juga batasan kewenangan pemerintah dalam dana perimbangan, Kemenparekraf melaksanakan
pusat dan daerah dalam pelaksanaan urusan pemerintah Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pariwisata baik DAK
konkuren, dimana sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Fisik maupun DAK Non Fisik.
termasuk di dalamnya. Batasan kewenangan tersebut
diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Dana perimbangan yang disalurkan untuk pengembangan
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah. destinasi dengan pembangunan infrastruktur dilaksanakan
Lampiran tabel tentang pembagian urusan pemerintah melalui DAK fisik dan dana perimbangan yang bertujuan
bidang pariwisata telah membagi kewenangan pemerintah untuk meningkatkan kualitas SDM dilaksanakan melalui
pusat, dalam hal ini Kemenparekraf/Baparekraf, adalah DAK non fisik (program Pelayanan Masyarakat). Sedangkan
sebagai berikut: Untuk infrastruktur ekonomi kreatif dilakukan dengan
mekanisme Bantuan Pemerintah kepada pelaku Ekonomi
1. Sub urusan Destinasi Pariwisata Kreatif. DAK tersebut secara detail akan dijabarkan pada
dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP) maupun
• Penetapan daya tarik wis ata , kawas an strategis
Rencana Kerja (Renja) Kemenparekraf/Baparekraf yang
pariwisata, dan destinasi pariwisata
ditentukan setiap tahun.

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, 59


DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi


Kemenparekraf/Baparekraf

Arah kebijakan dan strategi Kemenparekraf/Baparekraf diterjemahkan kedalam Rencana Kerja (Renja), Rencana
menggambarkan spirit dan upaya yang dilakukan untuk Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA K/L) maupun
mengubah kondisi saat ini menjadi kondisi yang diinginkan. Perjanjian Kinerja (PK) yang ditandatangani seluruh
Dalam formulasi strategi, sangat ditentukan oleh komitmen pimpinan hingga staf Kemenparekraf/Baparekraf. Kerangka
pimpinan organisasi dalam hal ini Menteri dan seluruh strategis yang menjadi strategic direction Kemenparekraf/
pejabat tinggi negara. Komitmen tersebut dituangkan Baparekraf tahun 2020-2024 dapat dilihat pada Gambar
dalam dokumen Renstra Kemenparekraf/Baparekraf yang 3.1 berikut ini.

60 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, BAB III


DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Gambar 3.1 Kerangka Strategis Kemenparekraf/


Baparekraf tahun 2020-2024

KONTRIBUSI
PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF
TERHADAP KETAHANAN EKONOMI NASIONAL

Quality Tourism Experience

Pariwisata Berbasis Ekonomi Kreatif

Nilai Tambah Ekonomi Kreatif

Destinasi Pemasaran Industri SDM dan Kreativitas


Pariwisata Pariwisata Pariwisata Kelembagaan
dan Produk dan Ekonomi dan Ekonomi Pariwisata
Ekonomi Kreatif Kreatif dan Ekonomi
Kreatif Kreatif

• Pengembangan • Niche market • Pengembangan • Optimasi • Perlindungan


produk Ekraf wisatawan premium industri pariwisata Pendidikan dan terhadap hasil
berbasis Klaster dan MICE, wisata dan ekonomi pelatihan vokasi kreativitas
Kawasan Ekonomi minat khusus dan kreatif (13 bid usaha pariwisata dan dan kekayaan
Kreatif events pariwisata dan 17 ekonomi kreatif intelektual
• Pengembangan • Perluasan pangsa sub sektor ekonomi • Sertifikasi SDM • Mendorong
Destinasi Pariwisata pasar produk kreatif) pariwisata dan kreasi dalam
berkualitas ekonomi kreatif • Meningkatkan ekonomi kreatif menciptakan nilai
berdasarkan • Citra pariwisata tatakelola pariwisata • Penguatan tambah ekonomi
Prioritas dan produk ekraf dan ekonomi kreatif komunitas dan kreatif berbasis
• Penerapan Indonesia berdaya nasional kelembagaan budaya dan IPTEK
Destinasi Pariwisata saing • Investasi, pendanaan, pariwisata dan
Berkelanjutan dan akses ekonomi kreatif
• Diversifikasi produk pembiayaan industri
pariwisata pariwisata dan
ekonomi kreatif

Kajian Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif

Regulasi yang mendukung Pembangunan Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Nasional

Adopsi Teknologi Informasi dan Komunikasi Secara Tepat Guna

Reformasi Birokrasi Kemenparekraf/Baparekraf

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, 61


DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Tu j u a n a k h i r Ke m e n p a r e k r a f/ B a p a r e k r a f a d a l a h belanja atau pengeluaran yang besar. Hal ini dilakukan


meningkatnya kontribusi sektor pariwisata dan ekonomi melalui pemasaran produk pariwisata MICE, yaitu Meeting,
kreatif terhadap ketahanan ekonomi nasional. Sektor Incentives, Conferencing dan Exhibition maupun melalui
ini diharapkan menjadi salah satu solusi cepat dalam wisata minat khusus seperti diving, trekking, river cruising, dll.
meningkatkan ketahanan ekonomi nasional dalam
Pembangunan citra pariwisata nasional sebagai salah satu
mewujudkan Visi Presiden tahun 2024.
destinasi wisata dunia juga penting mengingat citra menjadi
Tujuan akhir tersebut dapat terwujud melalui pariwisata faktor utama dalam menentukan wisatawan mancanegara
yang berkualitas (quality tourism experience), pariwisata untuk datang ke Indonesia. Sedangkan dalam konteks
yang berbasis ekonomi kreatif maupun pertumbuhan nilai ekonomi kreatif, paradigma pemasaran yang dilakukan
tambah ekonomi kreatif yang diharapkan dapat menjadi adalah perluasan pangsa pasar produk ekonomi kreatif.
penggerak ekonomi nasional.
Pengembangan pasar dari narrow market menjadi broader
Hal ini dapat terwujud melalui pembangunan 5 pilar strategis market akan dilakukan secara masif, baik melalui regulasi
pariwisata dan ekonomi kreatif, yaitu Pilar destinasi yang berpihak kepada masyarakat maupun melalui
pariwisata dan produk ekonomi kreatif, Pilar pemasaran pemberdayaan masyarakat yang bergerak di bidang
pariwisata dan ekonomi kreatif, Pilar industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
ekonomi kreatif, Pilar SDM dan kelembagaan pariwisata dan
ekonomi kreatif serta Pilar kreativitas. Pilar ketiga adalah industri pariwisata dan ekonomi kreatif,
dimana pertumbuhan dan pengelolaan industri pariwisata
Pilar pertama terkait destinasi pariwisata dan produk dan ekonomi kreatif juga merupakan salah satu kunci
ekonomi kreatif, dimana pilar ini menekankan pada penting dalam mewujudkan tujuan akhir Kemenparekraf/
pengembangan produk ekonomi kreatif berbasis Kawasan Baparekraf. Pilar ini menitikberatkan pada pengembangan
Ekonomi Kreatif dan Klaster Penguatan Ekonomi Kreatif. industri pariwisata dan ekonomi kreatif yang mencakup 13
Pengembangan jumlah maupun jenis produk ekonomi kreatif bidang usaha pariwisata dan 17 sub sektor ekonomi kreatif.
akan mampu menggerakkan roda perekonomian nasional.
Selain itu, pada pilar ini juga akan dilakukan pengembangan Tata kelola industri pariwisata dan ekonomi kreatif juga
destinasi pariwisata berkualitas berdasarkan prioritas. penting untuk dilakukan, khususnya dalam menciptakan
Destinasi pariwisata berkualitas yang dimaksud adalah ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif yang kondusif
destinasi pariwisata yang mampu memenuhi unsur 3A, yaitu dan sinergis.Selain itu, investasi pendanaan, dan akses
Atraksi, Amenitas dan Aksesibilitas yang saling terkait satu pembiayaan industri pariwisata dan ekonomi kreatif
dengan yang lainnya. merupakan hal lain yang perlu diperhatikan dalam
memperkuat ekosistem maupun pengembangan industri
Pilar ini menegaskan pentingnya diversifikasi produk pariwisata dan ekonomi kreatif.
pariwisata untuk meningkatkan length of stay, dimana tidak
hanya produk pariwisata baru yang dihasilkan, melainkan Pilar keempat adalah SDM dan kelembagaan pariwisata
juga pasar baru yang belum disentuh selama ini melalui dan ekonomi kreatif. SDM merupakan strategic weapon
produk baru tersebut. Selain itu, pilar ini juga menekankan yang menentukan keberhasilan organisasi. Pengembangan
pentingnya untuk penerapan Destinasi Pariwis ata SDM pariwisata dan ekonomi kreatif dilakukan melalui
Berkelanjutan sebagai pedoman pengembangan Destinasi optimasi pendidikan dan pelatihan vokasi untuk sektor
Pariwisata. pariwisata dan ekonomi kreatif.

Selain itu, sertifikasi profesional juga menjadi upaya lain


Pilar kedua adalah pemasaran pariwisata dan ekonomi
dalam menjamin kualifikasi SDM pariwisata dan ekonomi
kreatif. Pemasaran merupakan salah satu komponen
kreatif secara kompetensi. Selain SDM, pengembangan
penting dimana upaya pemas aran dilakukan guna
kelembagaan pariwisata dan ekonomi kreatif juga penting
menciptakan kebutuhan pelanggan akan produk pariwisata
dilakukan untuk meningkatkan partisipasi komunitas dalam
dan ekonomi kreatif.
menggembangkan pariwisata dan ekonomi kreatif.
Dalam konteks pariwisata, pemasaran dilakukan terhadap
Pilar terakhir adalah kreativitas, dimana terdapat 2 isu terkait
ceruk pasar (niche market) untuk wisatawan mancanegara
pilar ini.
premium, yaitu menargetkan segmen wisatawan dengan

62 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, BAB III


DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Isu pertama adalah terkait perlindungan terhadap Pengembangan dan pengelolaan destinasi dilakukan
hasil kreativitas dan kekayaan intelektual di Indonesia. secara komprehensif, terintegrasi dan berkelanjutan
Pemerintah perlu turun tangan untuk memastikan jaminan yang dilakukan berdasarkan prioritas sesuai permintaan
perlindungan hukum atas hasil kreativitas dan kekayaan pasar. Terlebih lagi dengan kondisi New Normal setelah
intelektual masyarakatnya sehingga menjadi pemicu Pandemi Covid-19, diperlukan kesiapan Destinasi untuk
untuk menumbuhkembangkan kreativitas. Selain itu, perlu memperhatikan aspek kebersihan, keselamatan, dan
dilakukan juga upaya dalam mendorong munculnya kreasi keamanan, serta implementasi protokol kesehatan.
masyarakat dalam menciptakan nilai tambah ekonomi Selain itu Visitor Management juga memainkan peranan
kreatif berbasis budaya dan IPTEK. penting dalam upaya pengelolaan destinasi pasca
Covid19.
Kelima pilar ini perlu dilaksanakan secara komprehensif dan
berkesinambungan dalam mewujudkan tujuan pariwisata 3. Strategi 3: Diversifikasi produk pariwisata yang
dan ekonomi kreatif nasional. Namun kelima pilar ini perlu bernilai tambah tinggi
ditopang oleh pondasi yang kuat, agar bisa berdiri dan
Strategi ini menitikberatkan pada pengembangan produk
terlaksana sesuai rencana. Pondasi tersebut adalah aspek
pariwisata yang mempunyai nilai tambah tinggi serta
manajerial dalam organisasi yang menjadi aset strategis
unik, sehingga menarik minat wisatawan. Selain itu,
Kemenparekraf/Baparekraf, yaitu:
pengembangan produk wisata tersebut harus mendukung
• Riset dan inovasi pariwisata dan ekonomi kreatif pelestarian lingkungan, pelestarian budaya , s erta
• Regulasi yang mendukung pembangunan pariwisata dan melibatkan masyarakat lokal.
ekonomi kreatif nasional
• Adopsi teknologi informasi dan komunikasi secara tepat 3.2.2 Arah Kebijakan 2: Pemasaran
guna pariwisata dan ekonomi kreatif
• Reformasi Birokrasi Kemenparekraf/Baparekraf berbasis kemitraan strategis (strategic
partnership)
3.2.1 Arah Kebijakan 1: Strategi yang dilakukan terkait arah kebijakan ini adalah:
Pengembangan destinasi pariwisata
dan produk ekonomi kreatif bernilai 1. Strategi 4: Pemasaran Pariwisata dan ekonomi
tambah dan berdaya saing kreatif berorientasi hasil dengan fokus pasar
potensial
Strategi yang dilakukan terkait arah kebijakan ini adalah:
Strategi pemasaran pariwisata yang digunakan adalah
1. Strategi 1: Mengembangkan produk ekonomi menggarap ceruk pasar (niche market) wisatawan
kreatif berbasis kekayaan intelektual pada mancanegara premium, yaitu wisatawan dengan
Kawasan Ekonomi Kreatif dan Klaster pengeluaran yang tinggi selama berada di destinasi
Penguatan Ekonomi Kreatif. wisata. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan nilai
transaksi wisatawan dibanding dengan volume atau
Strategi ini merupakan upaya dalam meningkatkan
jumlah wisatawan yang datang. Strategi ini dilakukan
kualitas produk ekonomi kreatif melalui pengembangan
melalui promosi Meeting, Incentives, Conference and
produk ekonomi kreatif berbasis kekayaan intelektual.
Exhibition (MICE) kepada wisatawan di dalam maupun di
Pengembangan produk dilakukan berbasis kekayaan
luar negeri. Selain itu strategi ini juga dilakukan dengan
intelektual pada Kawasan Ekonomi Kreatif maupun
mengembangkan wisata minat khusus yang menarik
Klaster Penguatan Ekonomi Kreatif yang akan dibangun.
wisatawan dengan spending yang besar seperti diving,
2. Strategi 2: Meningkatkan kesiapan destinasi trekking, river cruising dll.
p a r i w i s a ta b e rd a s a r ka n P r i o r i ta s s e c a ra
2. Strategi 5: Perluasan pangsa pasar produk
komprehensif, terintegrasi dan berkelanjutan
ekonomi kreatif
Strategi ini menekankan kepada pengembangan dan
Strategi ini menekankan pada perluasan segmen pasar
pengelolaan destinasi pariwisata nasional dalam menarik
untuk produk-produk ekonomi kreatif.
wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara.

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, 63


DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Perluasan pasar yang dilakukan tidak hanya pangsa Perubahan perilaku wisatawan terlihat ketika search and
pasar dalam negeri, namun juga pangsa pasar luar share 70% sudah melalui perangkat digital.
negeri. Perluasan pangsa pasar produk ekonomi kreatif
Terutama perilaku generasi Y dan Z yang semakin
diharapkan dapat meningkatkan jangkauan maupun
digital dalam kehidupan sehari-harinya yang dikenal
transaksi produk ekonomi kreatif Indonesia sehingga
dengan always connected travelers yang artinya
mampu berkontribusi lebih dalam mewujudkan pondasi
dimanapun berada dan kapanpun bisa saling terkoneksi
ketahanan ekonomi nasional yang berkelanjutan.
menggunakan device maupun mobile.
3. Strategi 6: Meningkatkan citra pariwisata
Oleh karenanya, digital marketing akan digunakan dalam
Indonesia berdaya saing
pemasaran pariwisata dengan berkolaborasi dengan
Strategi ini menitikberatkan pada pembangunan citra konten creator dan influencer. Digital marketing akan
(branding) pariwisata nasional meliputi citra bangsa dilaksanakan di paid media, owned media, social media dan
(national branding), citra daerah/wilayah di Indonesia endorser. Selain itu, promosi juga akan dilakukan dengan
(regional branding) maupun citra destinasi pariwisata menggunakan film sebagai media promosi dengan
Indonesia (destination branding). Pengembangan citra bekerjasama dengan para film maker. Promosi pariwisata
dilakukan secara bertahap, mulai dari pengenalan, melalui film dapat memberikan dampak positif bagi
peningkatan awareness hingga citra pariwisata Indonesia destinasi wisata yang dimunculkan dalam film, antara
menjadi top of mind tujuan pariwisata dunia. Tentunya lain adanya peningkatan yang signifikan dalam sektor
tidak semua destinasi membutuhkan branding. Beberapa pariwisata, mulai dari awareness masyarakat terhadap
destinasi yang sudah menjadi branded destination hanya destinasi wisata, peningkatan popularitas, sampai pada
memerlukan pemeliharaan untuk menjaga agar citra peningkatan jumlah pengunjung wisata tersebut.
tersebut tetap baik. Sedangkan beberapa destinasi
yang belum dikenal, khususnya destinasi pariwisata baru, 3.2.3 Arah Kebijakan 3:
memerlukan upaya pencitraan yang lebih komprehensif Pengembangan industri pariwisata dan
sesuai segmen pasar yang ditargetkan. ekonomi kreatif terintegrasi

Dalam rangka memasarkan destinasi (destination Strategi yang dilakukan terkait Pengembangan industri
marketing) dapat melalui penyelenggaraan event (baik pariwisata dan ekonomi kreatif terintegrasi adalah:
event dalam negeri maupun event luar negeri) untuk
1. Strategi 8: Mengembangkan industri pariwisata
membangun pasar dan meningkatkan daya saing suatu
dan ekonomi kreatif (13 bidang usaha
destinasi. Diharapkan citra suatu destinasi akan lebih baik
pariwisata dan 17 sub sektor ekonomi kreatif).
dalam persepsi pengunjung melalui penyelenggaraan
event. St rategi i ni mer upa ka n pengemb a nga n i ndu stri
pariwisata dan ekonomi kreatif. Pertumbuhan pariwisata
Pembangunan citra pariwisata yang dilaksanakan
dan ekonomi kreatif akan sulit terwujud jika industri tidak
Kemenparekraf/Baparekraf merupakan bagian dari
terbangun dan berdaya saing. Pertumbuhan industri
Kampanye Pencitraan Indonesia yang merupakan
pariwisata mencakup 13 bidang usaha pariwisata
suatu upaya membangun gambaran atau citra positif
sedangkan industri ekonomi kreatif mencakup 17 sub
Indonesia terhadap Barang dan/atau Jasa, Pariwisata,
sektor ekonomi kreatif, dimana paradigma pertumbuhan
dan Penanaman Modal di dalam dan di luar negeri melalui
mengacu pada pengembangan industri 4.0 di Indonesia.
single nation branding. Dengan adanya single nation
Termasuk melakukan penyesuaian model bisnis pasca
branding yang kuat diharapkan akan dapat menarik
Covid19.
wisatawan dan investasi asing.
2. Strategi 9: Meningkatkan tata kelola pariwisata
4. Strategi 7: Pemanfaatan teknologi dalam
dan ekonomi kreatif nasional
mendukung pemasaran pariwisata dan ekonomi
kreatif Strategi ini merupakan upaya dalam mewujudkan tata
kelola pariwisata maupun industri ekonomi kreatif sesuai
Ke h a d i r a n t e k n o l o g i b e r p e r a n p e n t i n g d a l a m
kaidah tata kelola organisasi yang baik (good corporate
mempermudah kehidupan masyarakat Indonesia dalam
governance).
berbagai hal, salah satunya sektor pariwisata.

64 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, BAB III


DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Strategi ini juga mencakup penciptaan ekosistem Strategi ini menekankan pada program sertifikasi SDM
p a r i w i s a t a d a n e ko n o m i k re a t i f a g a r i n t e g ra s i pariwisata dan ekonomi kreatif dalam mewujudkan
pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif dapat SDM yang kompeten dan profesional tersebut. Strategi
terwujud. Pembangunan tata kelola dimulai dengan ini dilakukan melalui kolaborasi dengan instansi terkait
awareness terhadap pentingnya tata kelola hingga sesuai tugas dan kewenangan masing-masing.
memastikan kepatuhan para pelaku pariwisata dan
3. Strategi 13: Melakukan penguatan komunitas
ekonomi kreatif terhadap tata kelola organisasi yang baik
dan kelembagaan pariwisata dan ekonomi
tersebut.
kreatif
3. Strategi 10: Mendorong peningkatan investasi,
Strategi ini fokus kepada penguatan komunitas maupun
pendanaan, dan akses pembiayaan secara
kelembagaan pariwisata dan ekonomi kreatif. Peran
merata di industri pariwisata dan ekonomi
masyarakat sangat penting dalam pembangunan
kreatif
pariwisata dan ekonomi kreatif. Berjalannya komunitas
Dalam pengembangan industri pariwisata dan ekonomi dan kelembagaan masyarakat di bidang pariwisata dan
kreatif, peran investasi, pendanaan maupun akses ekonomi kreatif akan mampu mendorong pertumbuhan
pembiayaan sangat penting khususnya dalam memulai bidang ini secara signifikan, merata dan menyeluruh.
usaha. Strategi ini fokus pada upaya mendapatkan
Tentunya strategi ini tidak hanya mengupayakan
investasi, baik dalam maupun luar negeri. Serta upaya
pembentukan kelembagaan maupun komunitas baru,
mendapatkan pendanaan dan akses pembiayaan usaha
namun juga mengupayakan kelembagaan dan komunitas
pariwisata dan ekonomi kreatif secara merata sehingga
masyarakat tersebut aktif dan menjalankan peran penting
diharapkan dapat mendukung tercapainya pemerataan
dalam menumbuhkembangkan industri pariwisata dan
ekonomi.
ekonomi kreatif nasional.
3.2.4 Arah Kebijakan 4: Pengelolaan
SDM dan kelembagaan pariwisata dan D a l a m p e l a k s a n a a n n y a p e n g u a t a n ko m u n i t a s
ekonomi kreatif dalam mewujudkan dan kelembagaan pariwisata dan ekonomi kreatif
SDM yang unggul dan berdaya saing mempertimbangkan pengarustamaan gender. Terutama
dalam peningkatan kapasitas perempuan untuk terlibat
Strategi yang dilakukan terkait arah kebijakan ini adalah: dalam mata rantai usaha pariwisata dan ekonomi kreatif.

1. Strategi 11: Optimasi kelembagaan maupun 3.2.5 Arah Kebijakan 5: Mewujudkan


kurikulum Pendidikan dan Pelatihan vokasi kreativitas anak bangsa dengan
pariwisata dan ekonomi kreatif berorientasi kepada pergerakan
ekonomi kerakyatan
Pendidikan dan pelatihan vokasi yang dilakukan akan
mampu menghasilkan SDM yang siap bekerja sesuai Strategi yang dilakukan terkait arah kebijakan ini adalah:
bidang keahliannya. Strategi ini menitikberatkan pada
optimasi pendidikan dan pelatihan vokasi pariwisata 1. S t ra te g i 1 4 : M e n i n g ka t ka n p e r l i n d u n g a n
dan ekonomi kreatif, baik kelembagaan pendidikan terhadap hasil kreativitas dan kekayaan
dan pelatihannya, maupun kurikulum yang disesuaikan intelektual
dengan kebutuhan lapangan kerja. Sehingga diharapkan
Salah satu upaya untuk memastikan keberlanjutan
akan dihasilkan SDM pariwisata dan ekonomi kreatif
hasil kreasi anak bangsa adalah melalui perlindungan
yang unggul dan berdaya saing.
terhadap hasil kreativitas dan kekayaan intelektual.
2. Strategi 12: Meningkatkan sertifikasi kompetensi Strategi ini merupakan strategi khusus sebagai upaya
SDM pariwisata dan ekonomi kreatif terintegrasi dalam melindungi hasil kreativitas maupun
kekayaan intelektual yang dihasilkan oleh masyarakat
Dalam mewujudkan SDM pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia. Perlindungan dilakukan utamanya terhadap
yang kompeten dan profesional, dibutuhkan sertifikasi hasil kreativitas dan kekayaan intelektual yang memiliki
kompetensi SDM yang dilakukan secara akuntabel dan nilai strategis dan ekonomis.
sesuai kebutuhan.

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, 65


DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

2. S t r a t e g i 1 5 : M e n d o r o n g k r e a s i d a l a m pariwisata dan ekonomi kreatif yang berkelanjutan.


menciptakan nilai tambah ekonomi kreatif Terutama di era digital ini, di mana semuanya saling
berbasis budaya dan IPTEK terhubung (turis, hotel, mobil sewaan, restoran, reservasi
atraksi, dll), teknologi baru dan analisis data akan sangat
Strategi ini merupakan upaya dalam mendorong
penting bagi pariwisata untuk beradaptasi dengan model
terciptanya kreasi anak bangsa untuk menciptakan
konsumsi baru (new consumption models).
nilai tambah ekonomi kreatif. Kreasi yang diciptakan
merupakan ide atau gagasan orisinil buah hasil pemikiran Selain itu, pemanfaatan analisis Big Data dan Artificial
yang dilandaskan pada budaya Indonesia maupun Intelligent akan membantu Kemenparekraf/Baparekraf
perkembangan IPTEK. untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang pola
perjalanan wisatawan, spending behavior, dll yang akan
Strategi ini merupakan upaya terintegrasi yang
digunakan untuk penyusunan strategi pemasaran yang
melibatkan instansi pemerintah lain, baik pusat maupun
lebih efektif dan pengambilan kebijakan strategis lainnya
daerah, serta sektor private dan masyarakat.
3. Strategi 18: Mengelola kebijakan pariwisata
Untuk mencapai hal tersebut, pemerintah daerah dan ekonomi kreatif berbasis penelitian sesuai
d i h a ra p ka n m e m b u at Ro a d m a p Pe n g e m b a n g a n kebutuhan pembangunan pariwisata dan
Ekonomi Kreatif Daerah dengan memperhatikan potensi ekonomi kreatif nasional
daerahnya.
Pe n g e l o l a a n ke b i j a ka n b e r b a s i s p e n e l i t i a n d a n
3.2.6 Arah Kebijakan 6: Mendorong pengembangan merupakan upaya peningkatan kualitas
riset, inovasi, adopsi teknologi, serta perumusan dan penyusunan regulasi pariwisata dan
kebijakan pariwisata dan ekonomi ekonomi kreatif. Seringkali regulasi menjadi hambatan
kreatif yang berkualitas penyelenggaraan pariwisata dan ekonomi kreatif,
sehingga pengelolaan regulasi berbasis penelitian
Strategi yang dilakukan terkait arah kebijakan ini adalah: dan pengembangan diharapkan dapat mendorong
perumusan regulasi pariwisata dan ekonomi kreatif yang
1. Strategi 16. Mendorong riset dan inovasi terkait
efektif dan efisien.
pengembangan destinasi pariwisata dan
produk ekonomi kreatif yang berorientasi pada Strategi ini dilakukan melalui perumusan grand design
peningkatan nilai tambah dan daya saing penelitian pariwisata dan ekonomi kreatif yang juga
mencakup aspek regulasi. Selain itu, strategi ini juga
Strategi ini merupakan upaya dalam mendorong riset
dilakukan dalam rangka implementasi Undang-Undang
dan inovasi khususnya dalam pengembangan destinasi
Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem Nasional Ilmu
pariwisata dan produk ekonomi kreatif. Riset dan
Pengetahuan dan Teknologi.
inovasi dilakukan dengan terencana dalam mendukung
keseluruhan pilar strategis Kementerian Pariwisata dan
3.2.7 Arah Kebijakan 7: Mewujudkan
Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
birokrasi Kementerian Pariwisata dan
Orientasi utama riset dan inovasi adalah pemanfaatan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan
hasil riset dan inovasi untuk pembangunan pariwisata Ekonomi Kreatif yang professional
dan ekonomi kreatif dalam meningkatkan nilai tambah
Arah kebijakan terkait pelaksanaan reformasi birokrasi (RB)
dan daya saing produk pariwisata dan ekonomi kreatif.
Kemenparekraf/Baparekraf yaitu Mewujudkan birokrasi
2. Strategi 17: Adopsi teknologi informasi dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan
komunikasi terkini secara efektif dan efisien. Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang profesional.

Salah satu pondasi yang penting dalam melaksanakan S t ra t e g i ya n g d i l a ku k a n t e r k a i t p e l a ks a n a a n R B


keseluruhan pilar strategis Kemenparekraf/Baparekraf Kemenparekraf/Baparekraf adalah: “Mengoptimalkan
adalah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Strategi pelaksanaan 8 (delapan) area perubahan Reformasi
ini menekankan pada adopsi dan pemanfaatan TIK terkini Birokrasi Kemenparekraf/Baparekraf”. Acuan pelaksanaan
secara efektif dan efisien sebagai enabler pembangunan reformasi birokrasi adalah Roadmap Reformasi Birokrasi

66 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, BAB III


DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Nasional (RBN) tahun 2020-2024 yang sudah ditetapkan SDM, penguatan akuntabilitas, pengawasan serta
dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara pelayanan publik.
dan Reformasi Birokrasi nomor 25 tahun 2020. Reformasi
Implementasi reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian
Birokrasi Nasional telah memasuki periode ketiga dari
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan
grand design reformasi birokrasi dengan tema pada tahun
Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) diturunkan
2020-2024 ini adalah peningkatan secara terus menerus
berdasarkan roadmap reformasi birokrasi nasional sesuai
kapasitas birokrasi sebagai kelanjutan dari reformasi
Permenpan RB 25/2020. Pelaksanaan kedelapan area
birokrasi pada lima tahun kedua, untuk mewujudkan
perubahan terbagi atas 3 (tiga) komponen penting, yaitu
pemerintahan kelas dunia.
pemenuhan, hasil antara serta perubahan atau reform. Detail
Diharapkan pada akhir periode ketiga ini dapat dihasilkan roadmap reformasi birokrasi Kemenparekraf/Baparekraf
karakter birokrasi yang berkelas dunia (world class akan dijabarkan dalam dokumen terpisah namun tetap
bureaucracy). selaras dengan Renstra Kemenparekraf/Baparekraf tahun
2020-2024 serta roadmap RBN tahun 2020-2024.
Ciri dari birokrasi berkelas dunia meliputi (i) pelayanan publik
yang semakin berkualitas serta (ii) tata kelola yang semakin
efektif dan efisien. Catatan penting dalam pelaksanaan 3.3. Kerangka Regulasi
reformasi birokrasi tahun 2020-2024 adalah asas yang Kemenparekraf/Baparekraf
dikedepankan yaitu fokus dan prioritas. Fokus bermakna
bahwa pelaksanaan reformasi birokrasi akan fokus pada
akar masalah tata kelola pemerintahan, sedangkan
prioritas berarti bahwa setiap instansi akan memilih

NTT ALOR
prioritas perbaikan tata kelola pemerintahan sesuai dengan
karakteristik sumber daya dan tantangan yang dihadapi.

Reformasi Birokrasi Nasional tahun 2020-2024 berupaya


untuk mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih,
dengan indikator outcome yaitu Indeks reformasi birokrasi.
Outcome ini diharapkan dapat memberikan impact secara
nasional dengan beberapa indikator sebagai berikut:

a. Ease of doing business


b. Corruption perception index
c. Government effectiveness index
d. Trust barometer

Berdasarkan arah kebijakan RBN tahun 2020-2024


tersebut, maka agenda reformasi birokrasi tahun 2020-
2024 mencakup 3 (tiga) sasaran reformasi birokrasi, yaitu:

1. Birokrasi yang bersih dan akuntabel

2. Birokrasi yang kapabel

3. Pelayanan publik yang prima


Berdasarkan Permen PPN 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara
Sasaran reformasi birokrasi nasional ini diwujudkan Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga
dengan mengimplementasikan 8 (delapan) area Tahun 2020-2024, kerangka regulasi adalah perencanaan
perubahan, meliputi: area perubahan manajemen pembentukan regulasi dalam rangka memfasilitasi,
perubahan, penataan peraturan perundang-undangan/ mendorong dan mengatur perilaku masyarakat dan
deregulasi kebijakan, penataan organisasi/kelembagaan, penyelenggara negara dalam rangka mencapai tujuan
penataan tata laksana, penataan sistem manajemen bernegara.

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, 67


DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Dengan kata lain, kerangka regulasi merupakan dukungan Ekonomi Kreatif menjadi Kemenparekraf/Baparekraf.
dalam bentuk regulasi guna mencapai visi yang ingin dicapai. Struktur organisasi tersebut haruslah berfungsi sebagai
Kerangka regulasi Kemenparekraf/Baparekraf dalam penunjang terlaksananya strategi organisasi karena struktur
mendukung pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif organisasi merupakan “rumah” bagi strategi yang dibangun
adalah: sehingga desainnya harus disesuaikan dengan strategi
tersebut.
1. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang skema
pembiayaan berbasis kekayaan intelektual (vide pasal 16 Sehubungan dengan hal tersebut, maka terdapat beberapa
(2) UU Ekonomi Kreatif) kriteria desain yang dapat dijadikan pertimbangan dalam
2. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang sistem penyusunan struktur organisasi Kemenparekraf/Baparekraf
pemasaran berbasis kekayaan intelektual (vide pasal 21 sesuai dengan arah kebijakan dan strategi Kemenparekraf/
(2) UU Ekonomi Kreatif) Baparekraf tahun 2020-2024. Kriteria desain tersebut
3. Rancangan Peraturan Presiden (Rperpres) tentang dapat dijabarkan sebagai berikut:
Rencana Induk Ekonomi Kreatif (vide pasal 25 (6) UU
1. Pembagian kedeputian berdasarkan pilar
Ekonomi Kreatif)
strategis Kemenparekraf/Baparekraf
4. Rancangan Peraturan Presiden (Rperpres) tentang
Kelembagaan Ekonomi Kreatif (vide pasal 30 (2) UU Kriteria desain pertama adalah perlunya pembagian
Ekonomi Kreatif) kedeputian atau unit eselon I berdasarkan pilar strategis
5. Rancangan Perubahan Peraturan Pemerintah (RPP) Kemenparekraf/Baparekraf. Setiap pilar memegang
tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata peranan penting dalam mencapai tujuan strategis
Nasional/Rencana Induk Pembangunan Pariwisata Kemenparekraf/Baparekraf. Walaupun, tidak berarti
Terpadu sebagai review atas PP No.50 Tahun 2011 1 (satu) pilar secara an sich harus direpresentasikan
tentang Rencana Induk Pembangunan Pariwisata oleh 1 (satu) unit eselon I, namun esensi dari setiap pilar
Nasional 2010-2025. tersebut harus dapat dipetakan pada seluruh eselon I
6. Rancangan Perubahan Peraturan Presiden (RPerpres) yang ada.
tentang Integrated Tourism Masterplan
7. Rancangan Perubahan Peraturan Pemerintah (RPP)
tentang Badan Promosi Pariwisata dan MICE.

Masing-masing kerangka regulasi di atas akan dijabarkan


kedalam Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Permen Parekraf) sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan
t e k n i s d i l a p a n g a n . Pe r u m u s a n Pe r m e n Pa re k ra f
tersebut akan dijabarkan kedalam Rencana Kerja (Renja)
Kemenparekraf/Baparekraf setiap tahunnya.

3.4. Kerangka Kelembagaan


Kerangka kelembagaan adalah perangkat K/L berupa
struktur organisasi, ketatalaksanaan, dan pengelolaan
aparatur sipil negara yang digunakan untuk mencapai
visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan
pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi K/L yang
disusun dengan berpedoman pada RPJM Nasional. 2. Fungsi Pemasaran Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif
Dalam rangka mencapai visi tahun 2024, Kemenparekraf/
Baparekraf memandang perlu melakukan review dan Kriteria desain berikutnya adalah perlunya fungsi
penyesuaian terhadap desain organisasi, khususnya terkait pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif. Fungsi ini
penggabungan Kementerian Pariwisata dengan Badan akan melaksanakan strategi pemasaran pariwisata

68 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, BAB III


DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

dan ekonomi kreatif terintegrasi dalam mendatangkan 6. Fungsi investasi merupakan bagian dari fungsi
wisatawan maupun meningkatkan transaksi produk industri
ekonomi kreatif. Fungsi ini akan menjalankan branding,
Pengelolaan investasi merupakan komponen yang
advertising dan selling produk pariwisata dan ekonomi
mendukung pertumbuhan industri. Meningkatnya
kreatif, baik di dalam maupun di luar negeri.
investasi akan berpengaruh langsung terhadap
Fungsi ini diharapkan dapat didukung oleh fungsi pertumbuhan industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
divisional yang terbagi berdasarkan segmen pasar dan/ Sehingga pengelolaan investasi sebaiknya terintegrasi di
atau area geografis pasar pariwisata dan ekonomi kreatif bawah unit eselon I yang menangani pengelolaan industri.
nasional.
Selain itu, dalam fungsi industri perlu ditambahkan unit
3. Fungsi Destinasi Pariwisata kerja terkait pendanaan dan akses pembiayaan yang
secara bersamaan akan menumbuhkembangkan industri
Kriteria desain berikutnya adalah perlunya fungsi khusus nasional. Unit kerja ini dapat digabung dengan unit kerja
dalam menangani pengelolaan destinasi pariwisata investasi karena memiliki subyek yang sama, yaitu pelaku
nasional secara berkelanjutan. Fungsi ini fokus dalam usaha pariwisata dan ekonomi kreatif.
menjalankan tata kelola pariwisata berkelanjutan sesuai
prinsip-prinsip pengelolaan destinasi pariwisata. Unit 7. Unit khusus pengelolaan produk pariwisata dan
kerja yang mendukung pelaksanaan destinasi pariwisata ekonomi kreatif
s ebaiknya didesain berdasarkan area geografis
Dalam mendukung pengembangan dan pengelolaan
mengingat Indonesia memiliki destinasi pariwisata
produk, maka dibutuhkan unit kerja khusus di bawah
nasional yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu,
m e n t e r i ya n g b e r t u g a s d a n b e r w e n a n g d a l a m
unit ini juga perlu didukung suatu unit kerja khusus yang
pengelolaan produk pariwisata dan ekonomi kreatif.
fokus dalam menangani destinasi wisata tertentu.
Unit ini sebaiknya mampu menjadi integrator dalam
4. Fungsi Industri dan Kelembagaan Pariwisata
pengelolaan produk pariwisata dan ekonomi kreatif
dan Ekonomi Kreatif
dalam menciptakan nilai tambah guna mendukung
Kriteria desain berikutnya adalah perlunya fungsi yang ketahanan ekonomi nasional.
menangani pengelolaan industri dan kelembagaan
8. Fungsi pemasaran hybrid antara fungsi
pariwisata dan ekonomi kreatif. Kemajuan sektor ini
manajemen dengan geografi
akan sangat bergantung pada bertumbuhnya industri
maupun kelembagaan pariwisata dan ekonomi kreatif Struktur fungsi pemasaran sebaiknya berbentuk hybrid,
nasional. Untuk itu, tata kelola maupun ekosistem menggabungkan antara fungsi manajemen pemasaran
industri dan kelembagaan pariwisata dan ekonomi dengan geografi pasar. Ada unit kerja khusus yang
kreatif perlu ditangani oleh unit kerja tersendiri, sehingga menangani manajemen strategi dan program pemasaran
idealnya fungsi ini akan didukung oleh dua kelompok dan berperan sebagai marketing management officer
divisi, yaitu industri periwisata dan ekonomi kreatif serta serta ada unit kerja khusus yang bertanggung jawab
kelembagaan pariwisata dan ekonomi kreatif. terhadap pemasaran secara geografis pada regional
yang menjadi tanggung jawabnya.
5. F u n g s i p e n g e l o l a a n S D M e k s t e r n a l d a n
kelembagaan didekatkan Selain itu, fungsi pemasaran juga memerlukan unit kerja
khusus yang fokus menangani citra pariwisata dan
Fungsi pengelolaan SDM eksternal dengan kelembagaan
ekonomi kreatif, mulai dari perencanaan, pelaksanaan
pariwisata dan ekonomi kreatif saling berkaitan satu
hingga pengukuran citra pariwisata dan produk ekonomi
dengan yang lainnya. Pengelolaan SDM eksternal
kreatif Indonesia.
tidak bisa dipisahkan dari pengelolaan kelembagaan
pariwisata dan ekonomi kreatif. Oleh karena itu,
sebaiknya kedua fungsi ini digabungkan di bawah 1 (satu)
unit eselon I tertentu.

BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, 69


DAN KERANGKA KELEMBAGAAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

BAB IV
TARGET KINERJA
DAN KERANGKA
PENDANAAN

4.1. Target Kinerja


4.2. Kerangka Pendanaan

70 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN BAB IV


RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

WEST PAPUA
RAJA AMPAT

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 71


RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET KINERJA DAN KERANGKA


PENDANAAN

Manajemen kinerja merupakan proses yang dilakukan organisasi untuk membangun


kesepakatan bersama mengenai apa yang ingin dicapai, apa ukuran pencapaiannya,
dan bagaimana mencapainya.

Dalam program Reformasi Birokrasi (RB) diamanatkan bahwa penguatan


akuntabilitas kinerja ditandai dengan adanya sistem manajemen kinerja yang terukur.
Target kinerja dan kerangka pendanaan merupakan alat yang digunakan sebagai
panduan implementasi strategi organisasi sehingga kinerja organisasi dapat terukur.

Target kinerja memastikan bahwa setiap sasaran strategis dapat diukur


keberhasilannya. Kerangka pendanaan memastikan bahwa strategi dapat dieksekusi
sesuai anggaran yang ada.

72 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN BAB IV


RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Target kinerja dan kerangka pendanaan disusun dengan Bab ini akan menjabarkan mengenai target kinerja dan
mempertimbangkan kemampuan dari organisasi serta kerangka pendanaan yang dibutuhkan Kemenparekraf/
kebijakan nasional yang mengatur hal tersebut. Baparekraf dalam rangka implementasi strategi.

4.1. Target Kinerja

Tahun 2020 diawali dengan bencana nonalam pandemi wisatawan menurun signifikan dan industri penerbangan
Covid19 yang di seluruh dunia yang mengakibatkan mengalami penurunan drastis di seluruh dunia. Selain
lockdown di sebagian besar negara-negara. UNWTO itu, pandemi Covid19 juga menyebabkan krisis ekonomi
mencatat bahwa dari 217 global destinations di seluruh dunia, yang mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat.
semuanya melakukan travel restriction untuk wisatawan Sesuai dengan kondisi eksternal tersebut, Kemenparekraf/
internasional untuk mengurangi tingkat penyebaran Baparekraf menyesuaikan kembali target yang sudah
Coronavirus. Hal ini menyebabkan tingkat kunjungan ditetapkan dalam RPJMN.

Target kinerja merupakan standar kinerja yang disepakati pencapaian setiap sasaran strategis Kemenparekraf/
bersama oleh organisasi untuk dilaksanakan pada periode Baparekraf. Terdapat 11 Sasaran Strategis (SS) dan 19
tertentu. Target kinerja Kemenparekraf/Baparekraf Indikator Kinerja Sasaran Strategis yang menjadi target
digambarkan dengan sasaran strategis (SS) dan indikator kinerja Kemenparekraf/Baparekraf seperti terlihat pada
kinerja sasaran strategis (IKSS) yang menjadi ukuran Tabel 4.1 berikut.

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 73


RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Tabel 4. 1 Target Kinerja Kemenparekraf/Baparekraf tahun 2020-2024

Sasaran Stategis

No Satuan 2020 2021 2022 2023 2024


Indikator Kinerja
Renstra

   SS.1 Meningkatnya kontribusi pariwisata dan ekonomi kreatif terhadap ketahanan ekonomi

1 Nilai devisa pariwisata Miliar USD (21) (23) (25) (27) (30)

3,3 – 4,9 4,8 – 8,5 10,6 – 11,31 16,9 – 18,9 21,5 - 22,9

2 Kontribusi PDB % (4,8) (5) (5,2) (5,3) (5,5)


pariwisata

4 ,0 4,2 4,3 4,4 4,5

3 Nilai ekspor produk Miliar USD


(21,5 – 22,6) (22,25 – 23,4) (23 – 24,2) (23,75 – 25) (24,5)
ekonomi kreatif

16,9 17,45 18,08 18,63 19,26

  SS.2 Meningkatnya nilai tambah ekonomi kreatif nasional

4 Nilai tambah ekonomi Triliun Rp. (1.189 – 1.214) (1.314 – 1.333) (1.439 – 1.452) (1.564 – 1.570) (1846)
kreatif

1157 1277 1398 1520 1641

  SS.3 Meningkatnya kualitas dan jumlah wisatawan

5 Jumlah wisatawan Juta Orang (18) (19) (20) (21) (22,3)


mancanegara
(wisman)
2,8 – 4,0 4,0 – 7,0 8,5 – 10,5 13,0 – 14,5 16,0 – 17,0

6 Jumlah spending USD 1166,67 –


1210 1250 1303 1345
wisman 1213,87

7 Jumlah pergerakan Juta (310) (320 – 333) (330 – 355) (340 – 378) (350 – 400)
wisatawan nusantara Pergerakan
(wisnus)
120 – 140 180 – 220 260 – 280 300 – 315 320 – 335

74 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN BAB IV


RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Sasaran Stategis

No Satuan 2020 2021 2022 2023 2024


Indikator Kinerja
Renstra

  SS4. Meningkatnya daya saing destinasi dan industri pariwisata nasional

8 Peringkat Travel Peringkat n.a (34-39) n.a (29-34) n.a


and Tourism
Competitiveness
Index (TTCI) n.a 36-39 n.a 31-34 n.a

  SS5. Tersedianya produk pariwisata sesuai kebutuhan

9 Jumlah Produk Produk/ 19/100/100 22/125/100 25/150/100 25/175/100 27/200/100


Pariwisata Nasional Kegiatan
MICE/Event

  SS6. Bertumbuhnya investasi dan akses pembiayaan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif nasional

10 Rasio usaha bidang % 1 1,5 2 2,5 3


pariwisata dan
ekonomi kreatif yang
terstandarisasi dan
tersertifikasi

11 Jumlah investasi US dollar ($) 2.000.000.000 2.200.000.000 2.450.000.000 2.700.000.000 3.000.000.000


pariwisata dan
ekonomi kreatif

12 Rasio usaha pariwisata % 1,8 3,69 3,88 4,17 4,6


dan ekonomi kreatif
yang mendapat akses
pembiayaan terhadap
total usaha pariwisata
dan ekonomi kreatif

  SS7. Terlindunginya kekayaan intelektual bidang pariwisata dan ekonomi kreatif

13 Jumlah produk/jasa Produk/Jasa 1250 3000 3500 4000 4500


bidang pariwisata dan
ekonomi kreatif yang
didaftarkan kekayaan
intelektualnya

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 75


RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Tabel 4. 1 Target Kinerja Kemenparekraf/Baparekraf tahun 2020-2024

Sasaran Stategis

No Satuan 2020 2021 2022 2023 2024


Indikator Kinerja
Renstra

  SS8. Terselenggaranya regulasi pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis kajian

14 Indeks regulasi Indeks 0,25 0,30 0,35 0,40 0,45


berbasis kajian terkait
pariwisata dan ekonomi
kreatif

  SS9. Tersedianya data dan informasi hasil kajian sesuai kebutuhan pariwisata dan ekonomi kreatif

15 Jumlah hasil kajian Dokumen 6 8 10 11 13


parekraf yang
dimanfaatkan/
diproduksi

  SS.10 Meningkatnya kualitas dan kuantitas SDM kepariwisataan dan ekonomi kreatif

16 Jumlah Tenaga kerja Juta orang (13.0) (13.5) (14.0) (14.5) (15)
Pariwisata

10 10,5 11 11,5 12

17 Jumlah Tenaga Kerja Juta orang (19.0) (20) (20) (21) (21)
Ekonomi Kreatif

17,25 17,9 18,6 19,2 19,9

18 Jumlah lulusan sekolah Lulusan 1500 2000 2000 2200 2200


vokasi pariwisata dan
ekonomi kreatif

  SS.11 Terwujudnya Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan


Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menuju birokrasi yang profesional

19 Nilai RB Kementerian Nilai 80 83,5 85,6 88,25 92,5


Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif/Badan
Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif

Keterangan:

Target (….) merupakan target yang berasal dari RPJMN Tahun 2020-2024, sedangkan target pada di bawah baris target RPJMN merupakan target berdasarkan
penyesuaian Covid

76 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN BAB IV


RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

4.2 Kerangka Pendanaan

Pendanaan program dan kegiatan di lingkup Kemenparekraf/ penyelenggaraan program dan kegiatan Kemenparekraf/
Baparekraf dilakukan melalui Anggaran Pendapatan dan Baparekraf yang diselaraskan dengan kemampuan sumber
Belanja Negara (APBN) yang bersumber dari rupiah murni, daya yang tersedia di internal Kemenparekraf/Baparekraf .
Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri (PHLN), Pinjaman Demikian pula dengan capaian outcome dan output yang
dan/atau Hibah Dalam Negeri (PHDN), dan Penerimaan dicantumkan merupakan target optimal yang mengacu
Negara Bukan Pajak (PNBP). pada anggaran yang dialokasikan. Selanjutnya, prakiraan
kebutuhan anggaran program-program Kemenparekraf/
Kebutuhan anggaran yang tercantum dalam lampiran Baparekraf tahun 2020-2024 dapat dilihat pada Lampiran
dokumen Rencana Strategis Kemenparekraf/Baparekraf 1. Matriks Kinerja dan Pendanaan Kementerian/Lembaga.
tahun 2020-2024 ini merupakan kebutuhan optimal

BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN 77


RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

BAB V
PENUTUP

78 PENUTUP BAB V
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

KALIMANTAN
TANJUNG PUTING

BAB V PENUTUP 79
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

PENUTUP

Rencana Strategis (Renstra) Kemenparekraf/Baparekraf merupakan


suatu perencanaan strategis organisasi yang disusun sebagai
penjabaran atas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) dalam mewujudkan Visi Presiden terpilih tahun 2024.

80 PENUTUP BAB V
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

Renstra Kemenparekraf/Baparekraf tahun 2020-2024 ini


juga menjadi koridor strategis Kemenparekraf/Baparekraf
dalam melaksanakan program, kegiatan, komponen
maupun sub komponen dalam mencapai output, outcome
dan dampak terhadap pembangunan nasional.

Renstra Kemenparekraf/Baparekraf ini juga sekaligus


menjadi rencana pembangunan sektor pariwisata dan
ekonomi kreatif selama 5 (lima) tahun kedepan, yang harus
dilaksanakan dan dipantau pelaksanaannya, termasuk
milestones pencapaian kinerja dari tahun pertama hingga
tahun kelima.

Kemenparekraf/Baparekraf secara bersamaan juga sedang


mengalami proses perubahan transisional (transitional
change), mulai dari perubahan atas tujuan akhir hingga
penggabungan Kementerian Pariwisata dengan Badan
Ekonomi Kreatif yang berarti juga penggabungan visi serta
pola pikir dan budaya kerja yang berbeda.

Proses akulturasi pola pikir dan budaya kerja sebaiknya


menjadi prioritas pada tahun pertama pelaksanaan
Renstra ini, mengingat keberhasilan penggabungan sistem
nilai (shared value) tersebut akan sangat menentukan
keberhasilan pelaksanaan Renstra ini. Selain itu, komitmen
seluruh pimpinan maupun segenap ASN Kemenparekraf/
Baparekraf sangat penting dalam mendukung terwujudnya
Visi Kemenparekraf/Baparekraf tahun 2024

Hal terpenting dalam pengelolaan strategi bukanlah pada


perencanaan yang bagus saja, namun yang terpenting
adalah konsistensi dalam implementasi sesuai dengan
rencana yang telah disusun sebelumnya. Implementasi
tersebut tentunya disertai dengan monitoring, pengukuran
kinerja secara periodik serta evaluasi perbaikan dari waktu
ke waktu untuk memastikan implementasi yang dilakukan
masih on the track sesuai dengan rencana.

Pe r u b a h a n re g u l a s i m a u p u n ke b i j a ka n j u g a p e r l u
diperhatikan untuk melihat dampak strategis terhadap
Renstra yang telah disusun. Sehingga, pengelolaan
strategi sesuai prinsip peningkatan secara berkelanjutan
(continuous improvement) dapat terwujud dengan baik dan
pariwisata serta ekonomi kreatif Indonesia menjadi sektor
kontributor terbesar dalam mewujudkan Indonesia yang
lebih baik.

BAB V PENUTUP 81
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF/BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF 

1 Meningkatnya kontribusi pariwisata dan ekonomi kreatif terhadap ketahanan ekonomi

1 Nilai devisa pariwisata Miliar USD

2 Kontribusi PDB Pariwisata %

3 Nilai ekspor produk ekonomi kreatif Miliar USD

Meningkatnya nilai tambah ekonomi kreatif nasional  


2

4 Nilai tambah ekonomi kreatif Rp Triliun

Meningkatnya kualitas dan jumlah wisatawan


3

Jumlah Wisatawan 
5 Juta orang
Mancanegara (Wisman)

6 Jumlah spending wisman USD

Jumlah pergerakan Wisatawan 
7 Juta Pergerakan
Nusantara (Wisnus)

4 Meningkatnya daya saing destinasi dan industri pariwisata nasional


 
Peringkat Travel and Tourism Competitiveness
8 Peringkat
Index (TTCI)

Tersedianya produk pariwisata sesuai kebutuhan


5
 
9 Jumlah produk Pariwisata Nasional Produk / Kegiatan MICE / Event

Bertumbuhnya investasi dan akses pembiayaan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif nasional
6
Rasio usaha bidang pariwisata dan ekonomi kreatif yang 
10 %
terstandarisasi dan tersertifikasi

US dollar
11 Jumlah investasi pariwisata dan ekonomi kreatif
 ($)

Rasio usaha pariwisata dan ekonomi kreatif yang


12 mendapat akses pembiayaan terhadap total usaha %
pariwisata dan ekonomi kreatif

82 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

(21) (23) (25) (27,5) (30)


3,3 - 4,8 - 10,6 16,9 - 21,5 -          
4,9 8,5 -13,1 18,9 22,9
MENTERI
(4,8) (5,0) (5,2) (5,3) (5,5)
         
4 ,0 4,2 4,3 4,4 4,5

(21,5 - (22,25 - (23 - (23,75 -


(24,5)
22,6) 23,4) 24,2) 25)          
19,26
16,9 17,45 18,08 18,63

(1.189 - (1.314 - (1.439 - (1.564 - MENTERI


(1846)
1.214) 1.333) 1.452) 1.570)          
1641
1157 1277 1398 1520

(18) (19) (20) (21) (22,3)


2,8 - 4,0 - 8,5 - 13,0- 16,0 -
4,0 7,0 10,5 14,5 17,0
1166,67 - MENTERI
1210 1250 1303 1345
1213,87

(320 - (330 - (340 - (350 -


(310)
333) 355) 378) 400)
120 -
180 - 260 - 300 - 320 -
140
220 280 315 335

MENTERI
(34-39) (29-34)
n.a n.a n.a          
36-39 31-34

MENTERI
19/100 22/125 25/150 25/175 27/200
         
/100 /100 /100 /100 /100

1 1,5 2 2,5 3          

2.000. 2.200. 2.450. 2.700. 3.000.


MENTERI
000. 000. 000. 000. 000.          
000 000 000 000 000

1,8 3,69 3,88 4,17 4,6          

LAMPIRAN 83
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF/BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF 

7 Terlindunginya kekayaan intelektual bidang pariwisata dan ekonomi kreatif

Jumlah produk/jasa bidang pariwisata dan ekonomi


13 Produk/Jasa
kreatif yang didaftarkan kekayaan intelektualnya

8 Terselenggaranya regulasi pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis kajian

Indeks regulasi berbasis kajian terkait pariwisata dan


14 Indeks
ekonomi kreatif

Tersedianya data dan informasi hasil kajian sesuai kebutuhan pariwisata dan ekonomi kreatif
9

Jumlah hasil kajian parekraf yang dimanfaatkan/


15 Dokumen
diproduksi

10 Meningkatnya kualitas dan kuantitas SDM Kepariwisataan dan ekonomi kreatif

16 Jumlah Tenaga kerja Pariwisata Juta

17 Jumlah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif Juta

18 Jumlah lulusan perguruan tinggi vokasi pariwisata Lulusan

11 Terwujudnya Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/


  Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menuju birokrasi yang profesional

Nilai RB Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/


19 Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nilai
(Baseline Nilai 2019: 76,40)

84 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

MENTERI
1250 3000 3500 4000 4500          

MENTERI
0,25 0,30 0,35 0,40 0,45          

MENTERI
6 8 10 11 13

(13.0) (13.5) (14.0) (14.5) (15)


         
10 10,5 11 11,5 12
MENTERI
(19.0) (20) (20) (21) (21)
17,25 17,9 18,6 19,2 19,9

1500 2000 2000 2200 2200

MENTERI

80,00 83,50 85,60 88,25 92,50          

LAMPIRAN 85
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

A PROGRAM KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF

1 Meningkatnya daya saing destinasi dan industri pariwisata nasional


 
Peringkat Travel and Tourism Competitiveness
1 Peringkat
Index (TTCI)

2 Terselenggaranya regulasi pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis kajian


 
Indeks regulasi berbasis kajian terkait pariwisata dan
2 Indeks
ekonomi kreatif

3 Tersedianya data dan informasi hasil kajian sesuai kebutuhan pariwisata dan ekonomi kreatif
 
Jumlah hasil kajian parekraf yang dimanfaatkan/
3 Dokumen
diproduksi

4 Meningkatnya kualitas dan kuantitas SDM Kepariwisataan dan ekonomi kreatif


 
  4 Jumlah Tenaga Kerja Pariwisata Juta orang

5 Jumlah Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif Juta orang 

5 Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan kerjasama Kepariwisataan dan ekonomi kreatif


 
  Peningkatan jumlah kelembagaan pariwisata dan
6 %
ekonomi kreatif

Indeks tindak lanjut kerjasama terkait pariwisata dan


7 Indeks
ekonomi kreatif

6 Tersedianya infrastruktur ekonomi kreatif

Rasio Pemenuhan Infrastruktur Ekraf terhadap


8 %
kebutuhan infrastruktur ekraf

7 Tersedianya destinasi pariwisata yang siap dipasarkan

9 Jumlah Destinasi Pariwisata yang Siap Dipasarkan Lokasi

8 Tersedianya destinasi pariwisata yang menerapkan prinsip pariwisata berkelanjutan

Jumlah perangkat tata kelola destinasi dan pariwisata


10 Lokasi
berkelanjutan yang siap diimplementasikan

9 Meningkatnya lama tinggal wisatawan mancanegara di destinasi

11 Lama Tinggal (length of stay) wisman di destinasi Hari

86 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

1.752. 2.246. 2.993. 3.683. 3.641.


           
354 422 092 673 933

(34-39) (29-34)
n.a n.a n.a
36-39 31-34

100. 144. 166. 199. 249. DEPUTI


534 584 272 526 407 BIDANG
KEBIJAKAN
0,25 0,30 0,35 0,40 0,45
STRATEGIS

6 8 10 11 13

(13.0) (13.5) (14.0) (14.5) (15)


10 10,5 11 11,5 12

(19.0) (20) (20) (21) (21)


17,25 17,9 18,6 19,2 19,9 442. 738. 1.275. 1.653. 1.147. DEPUTI
373 355 059 935 949 BIDANG SUMBER
DAYA DAN
KELEMBAGAAN

25 30 35 40 45

0,25 0,30 0,35 0,40 0,45

60 70 80 85 90

9 19 19 19 19 146. 190. 230. 271. 326. DEPUTI


657 313 987 174 769 BIDANG
PENGEMBANGAN
DESTINASI DAN
INFRASTRUKTUR
10 19 19 19 19

2,80 3,00 3,10 3,25 3,35

LAMPIRAN 87
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

A PROGRAM KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF

10  Meningkatnya kemampuan industri sektor pariwisata dan ekonomi kreatif nasional

Rasio usaha bidang pariwisata dan ekonomi kreatif yang


12 %
terstandarisasi dan tersertifikasi

11  Bertumbuhnya investasi dan akses pembiayaan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif nasional

13 Jumlah investasi pariwisata dan ekonomi kreatif USD ($)

12 Bertumbuhnya akses pembiayaan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif nasional

Rasio usaha pariwisata dan ekonomi kreatif yang


14 mendapat akses pembiayaan terhadap total usaha %
pariwisata dan ekonomi kreatif

13 Terlindunginya kekayaan intelektual bidang pariwisata dan ekonomi kreatif

Jumlah produk/jasa bidang pariwisata dan ekonomi


15 Produk / Jasa
kreatif yang didaftarkan kekayaan intelektualnya

14 Meningkatnya akses pasar produk ekonomi kreatif nasional


 
16 Jumlah transaksi produk ekonomi kreatif unggulan Miliar Rupiah

15 Meningkatnya kualitas dan jumlah wisatawan leisure

Juta
17 Jumlah Wisatawan Mancanegara (Wisman) leisure
Orang

16 Meningkatnya kualitas dan jumlah wisatawan Nusantara

Juta
18 Jumlah pergerakan wisatawan nusantara (wisnus)
Pergerakan

17 Meningkatnya citra pariwisata Indonesia

19 Brand Recall Index (BRI) pariwisata Indonesia Indeks

88 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

           

1 1,5 2 2,5 3

2 2.2 2.45 2.7 3


107. 159. 172. 194. 225. DEPUTI
Miliar Miliar Miliar Miliar Miliar
260 108 921 310 865 BIDANG
INDUSTRI
DAN
INVESTASI

1,8 3,69 3,88 4,17 4,6

1250 3000 3500 4000 4500

890 967 1028 1082 1136

(11,7) (12,3) (13) (13,6) (14,4)

1,904 - 2,640 - 5,440 - 8,060 - 9,600 -


2,720 4,620 6,720 8,990 10,200 443. 445. 512. 615. 769. DEPUTI
674 892 776 331 164 BIDANG
PEMASARAN

(320- (330- (340- (350-


(310)
333) 355) 378) 400)

120- 180- 260- 300- 320-


140 220 280 315 335

0,30 0,30 0,40 0,40 0,50

LAMPIRAN 89
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

A PROGRAM KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF

18 Meningkatnya kualitas dan jumlah wisatawan minat khusus dan bisnis

Jumlah wisatawan mancanegara (wisman)


20 Juta orang
minat khusus dan bisnis

21 Event awareness index Indeks

19 Tersedianya produk pariwisata sesuai kebutuhan

22 Jumlah produk pariwisata nasional Produk / Kegiatan MICE / Event

20 Meningkatnya kualitas produk ekonomi kreatif

23 Jumlah produk Ekonomi Kreatif Produk

21 Meningkatnya kontribusi ekonomi digital bidang pariwisata dan ekonomi kreatif terhadap ekonomi nasional

24 Jumlah startup digital yang dikembangkan Startup

25 Jumlah Usaha Kreatif yang bertransformasi digital Usaha

90 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

           

(6,3) (6,6) (7) (7,3) (7,8)

0,896 - 1,360 - 3,060 - 4,940 - 6,400 - 439. 441. 508. 609. 762. DEPUTI
1,280 2,380 3780 5,510 6,800 638 836 111 734 167 BIDANG
PRODUK
WISATA DAN
0,4 0,45 0,50 0,55 0,6
PENYELENG-
GARAAN EVENT

19/100 22/125 25/150 25/175 27/200


/100 /100 /100 /100 /100

75 100 115 130 145 72. 126. 126. 139. 160. DEPUTI
218 334 966 662 612 BIDANG
EKONOMI
DIGITAL DAN
PRODUK
KREATIF
33 100 200 300 400

1000 2000 3000 4000 5000

LAMPIRAN 91
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

1 PENGEMBANGAN KAJIAN STRATEGIS

  Terselenggaranya kajian untuk mendukung pengembangan


1
  pariwisata dan ekonomi kreatif
 
Jumlah kajian pariwisata dan ekonomi kreatif yang
  1 Dokumen
dihasilkan

2 PENGEMBANGAN MANAJEMEN STRATEGIS

  Terwujudnya keselarasan strategis pariwisata dan ekonomi


1
  kreatif
 
  1 Indeks keselarasan strategis Parekraf %

3 PENGENDALIAN KEBIJAKAN STRATEGIS

1 Meningkatnya daya saing destinasi dan industri pariwisata


nasional
 
  Peringkat Travel and Tourism Competitiveness Index
  1
(TTCI)
Peringkat
 
 
  2 Terselenggaranya harmonisasi kebijakan untuk mendukung
  pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif
 
2 Jumlah kebijakan parekraf yang diharmonisasikan Kebijakan

4 PENGEMBANGAN REGULASI

  1 Terselenggaranya regulasi pariwisata dan ekonomi kreatif


 
  Jumlah draft regulasi berbasis kajian terkait
  1 Regulasi
pariwisata dan ekonomi kreatif

5 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PARIWISATA

 
1 Tersedianya tenaga kerja pariwisata tersertifikasi
 
 
Jumlah SDM Pariwisata yang memperoleh peningkatan
  1 Orang
kapasitas
 
 
  2 Jumlah tenaga kerja pariwisata tersertifikasi Orang

6 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA EKONOMI KREATIF

  Tersedianya tenaga kerja ekonomi kreatif tersertifikasi


  1
  Jumlah SDM Ekraf yang memperoleh peningkatan
1 Orang
  kapasitas
 
  2 Jumlah tenaga kerja Ekraf tersertifikasi Orang

92 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

          24.667 49.584 57.022 68.426 85.532 DIREKTORAT


KAJIAN
STRATEGIS

13 15 15 15 15          

          27.167 54.000 62.100 74.520 93.150 DIREKTORAT


MANAJEMEN
STRATEGIS

70 75 80 85 90          

          40.000 19.000 21.850 26.220 32.775 DIREKTORAT


PENGENDALIAN
KEBIJAKAN
STRATEGIS

n.a 36-39 n.a 31-34 n.a          

6 6 6 6 6          

          8.700 22.000 25.300 30.360 37.950 DIREKTORAT


REGULASI

3 5 5 5 5          

          91.549 212.995 304.000 338.511 150.000


DIREKTORAT
PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA
MANUSIA
29.756 28.550 36.150 37.600 41.800           PARIWISATA

15.000 13.800 23.000 25.000 28.000          

          34.250 63.250 85.000 118.000 139.272 DIREKTORAT


PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA
MANUSIA
4.750 10.500 12.000 13.500 15.000           EKONOMI
KREATIF
1.225 2.500 4.000 5.500 6.500          

LAMPIRAN 93
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

7 PENINGKATAN KELEMBAGAAN

Meningkatnya Kapasitas Kelembagaan


1
 
  Jumlah kelembagaan parekraf yang ditingkatkan
1 Lembaga
  kapasitasnya
 
  Jumlah kelembagaan parekraf yang meningkat
2 Lembaga
maturitasnya

8 PENINGKATAN HUBUNGAN ANTARLEMBAGA 

1 Terbangunnya kerjasama pariwisata dan ekonomi kreatif


 
  Jumlah kerjasama yang disepakati terkait pariwisata dan
  1 MoU
ekonomi kreatif
 
  Jumlah tindak lanjut kerjasama terkait pariwisata dan
2 Kegiatan Implementasi
ekonomi kreatif

9 PENINGKATAN TATA KELOLA DESTINASI DAN PARIWISATA BERKELANJUTAN 

1 Meningkatnya tata kelola destinasi dan pariwisata


  berkelanjutan
 
 
  Jumlah perangkat tata kelola destinasi dan pariwisata
1 Lokasi
berkelanjutan yang siap diimplementasikan

10 PENINGKATAN INFRASTRUKTUR EKONOMI KREATIF 

  Terpenuhinya infrastruktur ekonomi kreatif


1
 
 
  1 Jumlah Infrastruktur Ekraf yang dipenuhi Lokasi

11 PENGEMBANGAN DESTINASI REGIONAL I 

Tersedianya destinasi pariwisata regional I sebagai tujuan


1
wisatawan
 
  Jumlah Destinasi Pariwisata yang dikembangkan
  1 Destinasi
di Regional I
 
 
2 Meningkatnya lama tinggal wisman di destinasi regional I
 
 
Lama Tinggal (length of stay) wisman di destinasi
2 Hari
regional I

94 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

          50.060 41.686 58.686 70.686 87.686 DIREKTORAT


KELEMBAGAAN

3 5 10 10 15          

5 20 30 40 50          

          26.250 67.826 73.409 79.450 85.995 DIREKTORAT


HUBUNGAN
ANTAR LEMBAGA

5 7 9 12 15          

3 4 5 7 9          

          28.500 32.500 38.600 40.000 50.000


DIREKTORAT
TATA KELOLA
DESTINASI DAN
PARIWISATA
BERKELANJUTAN 
10 19 19 19 19          

          67.312 99.191 120.000 140.000 160.000


DIREKTORAT
INFRASTRUKTUR
EKONOMI
KREATIF

18 20 48 59 71          

          25.345 25.472 29.292 35.151 43.938


DIREKTORAT
PENGEMBANGAN
DESTINASI
REGIONAL I

4 8 8 8 8          

2,87 3,01 3,16 3,32 3,48          

LAMPIRAN 95
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

12 PENGEMBANGAN DESTINASI REGIONAL II 

Tersedianya destinasi pariwisata regional II sebagai tujuan


1
wisatawan
 
  Jumlah Destinasi Pariwisata yang dikembangkan
  1 Destinasi
di Regional II
 
  Meningkatnya lama tinggal wisman di destinasi regional II  
2
 
 
Lama Tinggal (length of stay) wisman di destinasi
2 Hari
regional II

13 BADAN OTORITA PELAKSANA DANAU TOBA

1 Meningkatnya kunjungan wisman dan wisnus ke Danau Toba

1 Jumlah wisman yang berkunjung ke Danau Toba Ribu Orang

2 Jumlah wisnus yang berkunjung ke Danau Toba Ribu Orang

2 Bertumbuhnya investasi dan industri pariwisata di Danau Toba

3 Jumlah investasi pariwisata di Danau Toba US dollar ($)

4 Jumlah usaha pariwisata di Danau Toba Usaha

3 Tersedianya produk pariwisata di Danau Toba

Jumlah pengembangan atraksi/daya tarik pariwisata di


5 Atraksi
  Danau Toba
 
Jumlah pengembangan aksesibilitas dan infrastruktur
6 Obyek
pariwisata di Danau Toba

Jumlah pengembangan amenitas pariwisata di Danau


7 Amenitas
Toba

Meningkatnya kualitas layanan BLU Badan Pelaksana Otorita


4 Danau Toba
 
Indeks Kepuasan Pelanggan terhadap layanan BLU
8 Skala Likert (1 – 4)
Badan Pelaksana Otorita Danau Toba

Terwujudnya layanan internal berkualitas Badan Pelaksana


5
Otorita Danau Toba

Indeks kepuasan terhadap layanan keuangan, umum,


9 Skala Likert (1 – 4)
dan komunikasi publik

96 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

          25.500 33.150 43.095 56.024 72.831 DIREKTORAT


PENGEMBANGAN
DESTINASI
REGIONAL II

5 9 12 12 12          

                   

2,92 3,02 3,13 3,24 3,35          

          83.418 122.420 403.747 758.719 415.778  BADAN OTORITA


PELAKSANA
DANAU TOBA

62 69 76 84 93          

2.216 2.251 2.286 2.321 2.355          

200. 1.000. 1.200. 1.500. 2.000.


         
000 000 000 000 000

3 5 8 12 15          

3 3 4 5 6          

1 1 1 1 1

1 2 2 2 2

3,10 3,20 3,30 3,40 3,50          

3,10 3,20 3,30 3,40 3,50          

LAMPIRAN 97
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

14 BADAN OTORITA PELAKSANA LABUAN BAJO FLORES 

Meningkatnya kunjungan wisman dan wisnus ke Labuan


1
Bajo-Flores

1 Jumlah wisman yang berkunjung ke Labuan Bajo-Flores Ribu Orang

2 Jumlah wisnus yang berkunjung ke Labuan Bajo-Flores Ribu Orang

Bertumbuhnya investasi dan industri pariwisata di Labuan


2 Bajo-Flores

3 Jumlah investasi pariwisata di Labuan Bajo-Flores US dollar ($)

4 Jumlah usaha pariwisata di Labuan Bajo-Flores Usaha

3 Tersedianya produk pariwisata di Labuan Bajo-Flores


 
  Jumlah atraksi/daya tarik pariwisata di Labuan Bajo-
  5 Atraksi
Flores
 
6 Jumlah amenitas pariwisata di Labuan Bajo-Flores Unit

7 Jumlah aksesibilitas pariwisata di Labuan Bajo-Flores Obyek

Meningkatnya kualitas layanan Badan Pelaksana Otorita


4
Labuan Bajo-Flores

Indeks Kepuasan Pelanggan terhadap layanan Badan


6 Skala Likert (1 – 4)
Pelaksana Otorita Labuan Bajo-Flores

Terwujudnya layanan internal berkualitas Badan Pelaksana


5
Otorita Labuan Bajo-Flores

Indeks kepuasan terhadap layanan keuangan, umum,


7 Skala Likert (1 – 4)
dan komunikasi publik

15 BADAN OTORITA BOROBUDUR 

1 Meningkatnya kunjungan wisman dan wisnus ke Borobudur

1 Jumlah wisman yang berkunjung ke Borobudur Ribu Orang

2 Jumlah wisnus yang berkunjung ke Borobudur Ribu Orang

2 Bertumbuhnya investasi dan industri pariwisata di Borobudur

3 Jumlah investasi pariwisata di Borobudur US dollar ($)

4 Jumlah usaha pariwisata di Borobudur Usaha

98 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

          80.700 118.431 149.806 169.453 184.035 BADAN


OTORITA
PELAKSANA
LABUAN BAJO
FLORES
20 30 60 130 300          

50 70 90 170 200          

1.000. 3.000. 4.000. 8.000. 15.000.          


000 000 000 000 000

10 10 15 20 25          

2 3 5 6 8          

2 3 5 6 8

2 3 5 7 8

3,00 3,00 4,00 4,00 4,00          

3,00 3,00 4,00 4,00 4,00          

          76.145 111.747 200.412 119.116 85.182 BADAN


OTORITA
BOROBUDUR
                   

45 132 145 164 189          

28.800 42.000 55.440 78.844 104.782          

1.000. 3.000. 5.000. 6.000. 6.000.          


000 000 000 000 000

2 8 10 10 10          

LAMPIRAN 99
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

Tersedianya produk pariwisata di Borobudur


3
Jumlah pengembangan atraksi/daya tarik pariwisata di
5 Atraksi
Borobudur
Jumlah pengembangan aksesibilitas dan infrastruktur
6 Obyek
pariwisata di Borobudur

7 Jumlah pengembangan amenitas pariwisata di Borobudur Unit

Meningkatnya kualitas layanan Badan Pelaksana Otorita


4
Borobudur

Indeks Kepuasan Pelanggan terhadap layanan Badan


8 Skala Likert (1 – 4)
Pelaksana Otorita Borobudur

Terwujudnya layanan internal berkualitas Badan Pelaksana


5
Otorita Borobudur

Indeks kepuasan terhadap layanan keuangan, umum, dan


9 Skala Likert (1 – 4)
komunikasi publik

16 PENINGKATAN MANAJEMEN INDUSTRI

Terbangunnya usaha pariwisata dan ekonomi kreatif yang


  1 berkualitas
   
  Jumlah usaha bidang pariwisata dan ekonomi kreatif yang
  1 Usaha
terstandarisasi dan tersertifikasi

17 PENINGKATAN MANAJEMEN INVESTASI  

Bertumbuhnya investasi dan akses pembiayaan sektor


  1
pariwisata dan ekonomi kreatif nasional
 
 
  1 Jumlah investasi pariwisata dan ekonomi kreatif US dollar ($)

18 PENGEMBANGAN AKSES PEMBIAYAAN 

Meningkatnya usaha Parekraf yang mendapat akses


  1 pembiayaan
 
  Jumlah Pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif
  1 Pelaku usaha
yang mendapat akses pembiayaan

19 PENINGKATAN FASILITASI KEKAYAAN INTELEKTUAL 

Meningkatnya Pengakuan Kekayaan Inteklektual (KI) bidang


1
  Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
 
  Jumlah pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif yang
1 Orang
  mendapat fasilitasi konsultasi hak kekayaan intelektual
 
  Jumlah Fasilitasi Pendaftaran Kekayaan Intelektual
2 Produk/Jasa
Produk/Jasa Pariwisata dan/atau Ekonomi Kreatif

100 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

BADAN
OTORITA
1 1 3 3 3           BOROBUDUR

2 1 1 1 1

1 2 3 1 1

3,00 3,00 4,00 4,00 4,00          

3,00 3,00 4,00 4,00 4,00          

          20.118 20.218 23.251 27.901 34.876 DIREKTORAT


MANAJEMEN
INDUSTRI

50 250 450 650 850          

          13.059 13.125 15.093 18.112 22.640


DIREKTORAT
MANAJEMEN
INVESTASI

2 2.2 2.45 2.7 3          


Miliar Miliar Miliar Miliar Miliar

          48.980 100.536 105.563 113.480 124.828 DIREKTORAT


AKSES
PEMBIAYAAN

2700 5542 5820 6256 6882          

          25.104 25.229 29.014 34.816 43.521 DIREKTORAT


FASILITASI
KEKAYAAN
INTELEKTUAL

1270 4400 4500 4600 4700          

1250 3000 3500 4000 4500          

LAMPIRAN 101
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

20 KOMUNIKASI PEMASARAN 

1 Meningkatnya citra pariwisata Indonesia


 
Jumlah traffic owned media pemasaran pariwisata
1 Traffic
Indonesia

21 PEMASARAN PARIWISATA REGIONAL I

Meningkatnya kualitas dan jumlah wisatawan mancanegara


1
pada wilayah pemasaran regional I

Jumlah Wisatawan Mancanegara Leisure Pada Wilayah


1 Juta Orang
Pemasaran Reg I

2 Meningkatnya kualitas dan jumlah wisatawan Nusantara

2 Jumlah pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) Juta Pergerakan

22 PEMASARAN PARIWISATA REGIONAL II

Meningkatnya kualitas dan jumlah wisatawan mancanegara


1
pada pemasaran regional II

Jumlah Wisatawan Mancanegara Leisure Pada Wilayah


1 Juta Orang
Pemasaran Reg II

23 PEMASARAN PARIWISATA REGIONAL III

Meningkatnya kualitas dan jumlah wisatawan mancanegara


1
pada pemasaran regional III
 

Jumlah Wisatawan Mancanegara Leisure Pada Wilayah


1 Juta Orang
Pemasaran Reg III

24 PEMASARAN EKONOMI KREATIF

1 Meningkatnya pangsa pasar produk ekonomi kreatif nasional

1 Jumlah transaksi produk ekonomi kreatif unggulan Miliar Rupiah

102 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

          257.883 259.173 298.049 357.658 447.073 DIREKTORAT


KOMUNIKASI
PEMASARAN

4.000. 4.500. 5.000. 5.500. 6.000.          


000 000 000 000 000

          60.781 61.085 70.248 84.298 105.372


DIREKTORAT
PEMASARAN
PARIWISATA
REGIONAL I

(7,3) (7,7) (8,1) (8,5) (9,1)          

1,199 - 1,663 - 3,427 - 5,077 - 6,048 -


1,713 2,910 4,233 5,663 6,426

(320- (330- (340- (350- (320-


333) 355) 378) 400) 333)

120- 180- 260- 300- 320-          


140 220 280 315 335

          43.439 43.657 50.205 60.246 75.308 DIREKTORAT


PEMASARAN
PARIWISATA
REGIONAL II

(2,1) (2,2) (2,3) (2,4) (2,6)          

0,342 - 0,475 - 0,979 - 1,450 - 1,729 -


         
0,489 0,831 1,209 1,618 1,836

          46.795 47.029 54.083 64.899 81.124 DIREKTORAT


PEMASARAN
PARIWISATA
REGIONAL III

(2,2) (2,3) (2,4) (2,5) (2,7)          

0,361 - 0,501 - 1,033 - 1,531 - 1,824 -


         
0,516 0,877 1,276 1,708 1,938

          34.775 34.949 40.191 48.229 60.287 DIREKTORAT


PEMASARAN
EKONOMI
KREATIF

890 967 1028 1082 1136          

LAMPIRAN 103
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

25 PENGEMBANGAN WISATA ALAM, BUDAYA, DAN BUATAN

  1  Tersedianya atraksi wisata alam, buatan dan budaya


 
 
  1 Jumlah atraksi wisata alam, buatan dan budaya Produk

26 PENINGKATAN PROMOSI WISATA MINAT KHUSUS 

Meningkatnya kualitas dan kuantitas jumlah wisatawan



minat khusus
 
 

1 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) minat khusus Juta Orang

27 PENGEMBANGAN WISATA PERTEMUAN, INSENTIF, KONVENSI, DAN PAMERAN (MICE)

1  Meningkatnya kualitas dan kuantitas jumlah wisatawan bisnis


 
 
1 Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) bisnis Juta Orang

Terselenggaranya event MICE



1 Jumlah kegiatan MICE Event MICE

28 PENGEMBANGAN PENYELENGGARA KEGIATAN (EVENTS)

Meningkatnya kualitas dan kuantitas jumlah wisatawan minat


1
khusus dan bisnis

1 Jumlah event untuk menarik wisman Event

2 Event awareness index Index

Terselenggaranya event nasional dan internasional


2

1 Jumlah event nasional dan internasional Event

29 PENGEMBANGAN APLIKASI DAN TATA KELOLA EKONOMI DIGITAL

Meningkatnya kuantitas dan kualitas pelaku usaha kreatif



  dan digital
 
 
Jumlah startup ekonomi kreatif berbasis digital yang
  1 Startup
dikembangkan
 
 
2 Jumlah Usaha Kreatif yang bertransformasi digital Usaha parekraf

104 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

DIREKTORAT
          35.000 35.175 40.451 48.542 60.677
WISATA ALAM,
BUDAYA, DAN
BUATAN

19 22 25 25 27          

          68.700 69.044 79.400 95.280 119.100 DIREKTORAT


PROMOSI
WISATA MINAT
KHUSUS

(2,3) (2,4) (2,6) (2,7) (2,8)          

0,336 - 0,480 - 1,020 - 1,560 - 1,920 -          


0,480 0,840 1,260 1,740 2,040

          81.300 81.707 93.962 112.755 140.944 DIREKTORAT


WISATA
PERTEMUAN,
INSENTIF,
KONVENSI, DAN
(3,9) (4,1) (4,4) (4,6) (4,9)           PAMERAN (MICE)

0,560 - 0,880 - 2,040 - 3,380 - 4,480 -          


0,800 1,540 2,520 3,770 4,760

100 125 150 175 200          

          254.638 255.911 294.298 353.157 441.447 DIREKTORAT


PENYELENGGARA
KEGIATAN
(EVENTS)

100 100 100 100 100          

0,4 0,45 0,5 0,55 0,6          

25 50 100 100 100          

          18.055 29.383 29.530 32.482 37.355


DIREKTORAT
APLIKASI DAN
TATA KELOLA
EKONOMI DIGITAL

33 100 200 300 400          

1000 2000 3000 4000 5000          

LAMPIRAN 105
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

30 PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF FILM, TELEVISI, DAN ANIMASI

1 Meningkatnya kualitas produk film, televisi dan animasi

1 Jumlah produk dibidang film, televisi, dan animasi Produk

31 PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF FASHION, DESAIN, DAN KULINER

Meningkatnya kualitas produk Fashion, Kriya, Desain Produk,



Desain Komunikasi Visual, Arsitektur, Desain Interior, dan
Kuliner

Jumlah produk Fashion, Kriya, Desain Produk, Desain


1 Komunikasi Visual, Arsitektur, Desain Interior, dan Kuliner Produk
yang distandarisasi

32 PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF MUSIK, SENI PERTUNJUKAN, DAN PENERBITAN 

1  Meningkatnya kualitas produk musik, seni pertunjukan dan


penerbitan

Jumlah produk musik, seni pertunjukan dan penerbitan


1 Produk
yang distandarisasi

PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PARIWISATA
B
DAN EKONOMI KREATIF / BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

22 Terwujudnya Reformasi Birokrasi Kemenparekraf/Baparekraf


sesuai kewenangan Sekretariat Kementerian/Sekretariat  
Utama

Nilai aspek pemenuhan (komponen pengungkit RB)


26 sesuai kewenangan Sekretariat Kementerian/Sekretariat Nilai (bobot maksimal: 17,5%)
Utama

Nilai aspek hasil antara (komponen pengungkit RB)


27 sesuai kewenangan Sekretariat Kementerian/Sekretariat Nilai (bobot maksimal: 8%)
Utama
Nilai aspek reform (komponen pengungkit RB) sesuai
28 Nilai (bobot maksimal: 26,25%)
kewenangan Sekretariat Kementerian/Sekretariat Utama
Nilai akuntabilitas kinerja dan keuangan (komponen
29 hasil RB) sesuai kewenangan Sekretariat Kementerian/ Nilai (bobot maksimal: 9,3%)
Sekretariat Utama

30 Indeks persepsi kualitas pelayanan (komponen hasil RB) Nilai (bobot maksimal:10%)

31 Nilai kinerja organisasi (komponen hasil RB) Nilai (bobot maksimal: 20%)

106 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

          18.055 33.784 33.953 37.349 42.951 DIREKTORAT


INDUSTRI KREATIF
FILM, TELEVISI,
DAN ANIMASI

25 35 40 45 50          

          18.055 40.702 40.905 44.996 51.745 DIREKTORAT


INDUSTRI
KREATIF
FASHION, DESAIN,
DAN KULINER

25 35 40 45 50          

          18.055 22.465 22.578 24.835 28.561


DIREKTORAT
INDUSTRI KREATIF
MUSIK, SENI
PERTUNJUKAN,
DAN PENERBITAN

25 35 40 45 50          

          846.096 853.051 981.403 1.170.775 1.455.118  

14,00 14,61 14,98 15,44 16,19          

6,40 6,68 6,85 7,06 7,40 SEKRETARIAT


KEMENTERIAN
/ SEKRETARIAT
21,00 21,92 22,47 23,17 24,28 UTAMA

7,44 7,77 7,96 8,21 8,60

8,00 8,35 8,56 8,83 9,25

16,00 16,70 17,12 17,65 18,50

LAMPIRAN 107
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

23 Terwujudnya peningkatan akuntabilitas kinerja dan pengelolaan


keuangan dalam mewujudkan Reformasi Birokrasi di
lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/
Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

Rasio jumlah temuan BPK material yang terjadi berulang


32 di Satker yang sama terhadap total temuan BPK pada %
tahun sebelumya

Nilai penguatan pengawasan (aspek pemenuhan


33 Nilai (Bobot Maksimal: 2,5%)
komponen pengungkit)

Nilai maturitas SPIP (aspek hasil antara komponen


34 Nilai (Bobot Maksimal: 1%)
pengungkit)

Nilai kapabilitas APIP (aspek hasil antara komponen


35 Nilai (Bobot Maksimal: 1%)
pengungkit)

Nilai penguatan pengawasan (aspek reform komponen


36 Nilai (Bobot Maksimal: 3,75%)
pengungkit)

Nilai Akuntabilitas Kinerja sesuai kewenangan Ittama


37 (aspek akuntabilitas kinerja dan keuangan komponen Nilai (Bobot Maksimal: 0,7%)
hasil)

Nilai indeks persepsi korupsi (aspek pemerintah yang


38 Nilai (Bobot Maksimal: 10%)
bersih dan bebas KKN komponen hasil)

* Sesuai dengan Peraturan Menteri PANRB N0 26 Tahun 2020 Tentang Pedoman Evaluasi Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

33 PENINGKATAN LAYANAN ADMINISTRASI UMUM DAN HUKUM

Meningkatnya kualitas reformasi birokrasi Kementerian


1 Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif terkait tugas dan fungsi Biro Umum dan Hukum

Nilai deregulasi kebijakan (aspek pemenuhan


1 Nilai (Bobot Maksimal: 2%)
komponen pengungkit)

Nilai Kualitas pengelolaan arsip (aspek hasil antara 


2 Nilai (Bobot Maksimal: 1%)
komponen pengungkit)

Nilai Kualitas pengelolaan pengadaan barang (aspek


3 Nilai (Bobot Maksimal: 1%)
hasil antara komponen pengungkit)

Nilai Kualitas pengelolaan aset (aspek hasil antara


4 Nilai (Bobot Maksimal: 1%)
komponen pengungkit)

Nilai deregulasi kebijakan (aspek reform komponen


5 Nilai (Bobot Maksimal: 3%)
pengungkit)

Meningkatnya kepuasan unit eselon I terhadap layanan Biro


2
Umum dan Hukum

Tingkat kepuasan satker terhadap layanan Biro Umum


1 Skala Likert (1-4)
dan Hukum

108 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

30.000 30.150 34.673 41.607 52.009 INSPEKTORAT


UTAMA

20 18 16 15 15          

2 2,0875 2,14 2, 20625 2,3125

0,8 0,835 0,856 0,8825 0,925

0,8 0,835 0,856 0,8825 0,925

3 3,13125 3,21 3,309375 3,46875

0,56 0,5845 0,5992 0,61775 0,6475

8,00 8,35 8,56 8,83 9,25

          209.432 210.479 242.051 290.461 363.076 BIRO


UMUM
DAN
HUKUM

1,6 1,67 1,712 1,765 1,85          

0,8 0,835 0,856 0,8825 0,925          

0,8 0,835 0,856 0,8825 0,925

0,8 0,835 0,856 0,8825 0,925

2,4 2,505 2,568 2,6475 2,775

3,1 3,2 3,3 3,4 3,5

LAMPIRAN 109
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

34 PENGEMBANGAN PERENCANAAN DAN KEUANGAN

Meningkatnya kualitas reformasi birokrasi Kementerian


1 Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif terkait tugas dan fungsi Biro Perencanaan
dan Keuangan

Nilai penguatan akuntabilitas sesuai kewenangan Setmen


  1 Nilai (Bobot Maksimal: 2,5%)
(aspek pemenuhan komponen pengungkit)
 
  Nilai Kualitas pengelolaan keuangan (aspek hasil
  2 Nilai (Bobot Maksimal: 1%)
antara komponen pengungkit)
 
  Nilai kualitas perencanaan (aspek hasil antara
3 Nilai (Bobot Maksimal: 1%)
  komponen pengungkit)
 
  Nilai penguatan akuntabilitas sesuai kewenangan Setmen
4 Nilai (Bobot Maksimal: 3,75%)
  (aspek reform komponen pengungkit)
  Opini BPK (aspek akuntabilitas kinerja dan keuangan
  5 Nilai (Bobot Maksimal: 3%)
komponen hasil)
 
  Nilai Akuntabilitas Kinerja sesuai kewenangan Setmen
  6 (aspek akuntabilitas kinerja dan keuangan komponen Nilai (Bobot Maksimal: 6,3%)
  hasil)
Meningkatnya kepuasan unit eselon I terhadap layanan Biro
2
Perencanaan dan

Tingkat kepuasan satker terhadap layanan Biro


7 Skala Likert (1-4)
Perencanaan dan Keuangan

35 PENINGKATAN LAYANAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN ORGANISASI

1 Meningkatnya kualitas reformasi birokrasi Kementerian


Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi
Kreatif terkait tugas dan fungsi Biro Sumber Daya Manusia
dan Organisasi

Nilai manajemen perubahan (aspek pemenuhan


1 Nilai (Bobot Maksimal: 2%)
komponen pengungkit)

Nilai penataan organisasi (aspek pemenuhan


2 Nilai (Bobot Maksimal: 3%)
komponen pengungkit)

Nilai penataan tatalaksana (aspek pemenuhan


3 Nilai (Bobot Maksimal: 2,5%)
komponen pengungkit)

Nilai penataan manajemen SDM (aspek pemenuhan


4 Nilai (Bobot Maksimal: 3%)
komponen pengungkit)

Nilai Merit System (aspek hasil antara komponen


5 Nilai (Bobot Maksimal: 1%)
pengungkit)
Nilai manajemen perubahan (aspek reform komponen
6 Nilai (Bobot Maksimal: 3%)
pengungkit)
Nilai penataan organisasi (aspek reform komponen
7 Nilai (Bobot Maksimal:4,5%)
pengungkit)

Nilai penataan tatalaksana (aspek reform komponen


8 Nilai (Bobot Maksimal:3,75%)
pengungkit)

110 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

          258.237 259.529 298.458 358.150 447.687


BIRO
PERENCANAAN
DAN
KEUANGAN 

2 2,0875 2,14 2,20625 2,3125          

0,8000 0,8350 0,8560 0,8825 0,9250          

0,80 0,84 0,86 0,88 0,93

3,00 3,13 3,21 3,31 3,47

2,40 2,51 2,57 2,65 2,78

5,04 5,2605 5,3928 5,55975 5,8275

3,1 3,2 3,3 3,4 3,5          

          25.000 25.125 28.894 34.673 43.341


BIRO
SUMBER DAYA
MANUSIA
DAN
ORGANISASI

1,6 1,67 1,712 1,765 1,85          

2,4 2,505 2,568 2,6475 2,775          

2 2,0875 2,14 2,20625 2,3125          

2,4 2,505 2,568 2,6475 2,775          

0,8 0,835 0,856 0,8825 0,925          

2,400 2,505 2,568 2,648 2,775

3,600 3,758 3,852 3,971 4,163

3,000 3,131 3,210 3,309 3,469

LAMPIRAN 111
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

Nilai penataan manajemen SDM (aspek reform


9 Nilai (Bobot Maksimal:4,5%)
komponen pengungkit)

Nilai survey internal organisasi (aspek kinerja organisasi


10 Nilai (Bobot Maksimal: 3%)
komponen hasil)

Nilai Kinerja Lainnya (aspek kinerja organisasi


11 Nilai (Bobot Maksimal: 2%)
komponen hasil)

Nilai Capaian Kinerja (aspek kinerja organisasi


12 Nilai (Bobot Maksimal: 5%)
komponen hasil)

Meningkatnya kepuasan unit eselon I terhadap layanan Biro


2
Sumber Daya Manusia dan Organisasi

Tingkat kepuasan Satker terhadap layanan Biro Sumber


13 Skala Likert (1-4)
Daya Manusia dan Organisasi

36 PENINGKATAN LAYANAN KOMUNIKASI PUBLIK

1  Meningkatnya kualitas reformasi birokrasi Kemenparekraf/


Baparekraf sesuai kewenangan Biro Komunikasi
Kemenparekraf

Nilai peningkatan kualitas layanan publik (aspek


1 Nilai (Bobot Maksimal: 2,5%)
pemenuhan  komponen pengungkit)
Nilai tingkat kepatuhan standar pelayanan (aspek hasil
2 Nilai (Bobot Maksimal: 1%)
antara  komponen pengungkit)
Nilai peningkatan kualitas layanan publik (aspek reform 
3 Nilai (Bobot Maksimal: 3,75%)
komponen pengungkit)

Nilai indeks persepsi kualitas pelayanan (aspek kualitas


4 Nilai (Bobot Maksimal: 10%)
pelayanan publik komponen hasil)

2 Terwujudnya citra positif Kemenparekraf/Baparekraf di media


cetak dan elektronik nasional dan internasional

Rasio berita positif terkait Kemenparekraf terhadap


total berita terkait Kemenparekraf/Baparekraf yang di
5 %
publikasikan pada media cetak dan elektronik nasional
dan internasional

Terwujudnya keterbukaan informasi publik di Kemenparekraf/


3
Baparekraf
Nilai keterbukaan informasi publik Kementerian
6 Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan %
Ekonomi Kreatif
Meningkatnya kepuasan unit eselon I terhadap layanan Biro
4
Komunikasi

Tingkat kepuasan Satker terhadap layanan Biro


7 Skala Likert (1-4)
Komunikasi

112 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

3,600 3,758 3,852 3,971 4,163 BIRO


SUMBER DAYA
MANUSIA
2,400 2,505 2,568 2,648 2,775 DAN
ORGANISASI

1,6 1,67 1,712 1,765 1,85

4 4,175 4,28 4,4125 4,625

3,1 3,2 3,3 3,4 3,5          

          78.500 78.893 90.726 108.872 136.090


BIRO
KOMUNIKASI

2 2,0875 2,14 2,20625 2,3125          

0,8 0,835 0,856 0,8825 0,925          

3 3,13125 3,21 3,309375 3,46875

8 8,35 8,56 8,825 9,25

100% 100% 100% 100% 100%          

80% 83% 85% 86% 88%          

3,1 3,2 3,3 3,4 3,5          

LAMPIRAN 113
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

37 PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS I

Terwujudnya pengawasan internal yang akuntabel dalam


1 mewujudkan Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sesuai
kewenangan Inspektorat I

Rasio jumlah temuan BPK material yang terjadi berulang


1 di Satker yang sama terhadap total temuan BPK pada %
tahun sebelumya sesuai kewenangan Inspektorat I

Tingkat kepuasan terhadap layanan pengawasan internal


2 Skala Likert (1-4)
Inspektorat I

38 PENGAWASAN DAN PENINGKATAN AKUNTABILITAS II

1 Terwujudnya pengawasan internal yang akuntabel dalam


mewujudkan Reformasi Birokrasi Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif sesuai kewenangan Inspektorat II

Rasio jumlah temuan BPK material yang terjadi berulang


1 di Satker yang sama terhadap total temuan BPK pada %
tahun sebelumya sesuai kewenangan Inspektorat II

Tingkat kepuasan terhadap layanan pengawasan internal


2 Skala Likert (1-4)
Inspektorat II

39 PENINGKATAN LAYANAN DATA DAN INFORMASI

1 Tersedianya data dan informasi untuk mendukung


  pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif
 
 
  1 Nilai SPBE Kemenparekraf/Baparekraf Nilai SPBE
 
 
Jumlah data dan informasi pariwisata dan ekonomi kreatif
  2 Dokumen
yang dimanfaatkan/ diproduksi

40 PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF

Meningkatnya kualitas dan kuantitas SDM Kepariwisataan dan


1
Ekonomi Kreatif

Jumlah lulusan program Diklat Pariwisata dan Ekonomi


  1 orang
Kreatif
 
  Jumlah ASN Jabatan Fungsional Pariwisata dan Ekonomi
  2 orang
Kreatif

Nilai ASN profesional (aspek hasil antara komponen


3 Nilai (Bobot Maksimal: 1%)
pengungkit)*

114 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

          15.000 15.075 17.336 20.804 26.004


INSPEKTORAT I

20 18 16 15 15          

3,1 3,2 3,3 3,4 3,5          

          15.000 15.075 17.336 20.804 26.004 INSPEKTORAT II

         

20 18 16 15 15          

3,1 3,2 3,3 3,4 3,5

          93.500 93.968 108.063 129.675 162.094 PUSAT


DATA DAN
SISTEM
INFORMASI

3,50 3,60 3,70 3,80 3,90          

4,00 6 8 10 12          

          30.000 30.150 34.673 41.607 52.009 PUSAT


PENGEMBANGAN
SUMBER DAYA
MANUSIA
PARIWISATA
300 400 500 600 700           DAN EKONOMI
KREATIF

0 20 50 60 80          

0,8 0,835 0,856 0,8825 0,925

LAMPIRAN 115
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

41 DUKUNGAN MANAJEMEN DAN DUKUNGAN TEKNIS LAINNYA DEPUTI BIDANG KEBIJAKAN STRATEGIS

1 Meningkatnya kepuasan Satker terhadap layanan internal


  Sekretariat Deputi Bidang Kebijakan Strategis
 
 
  Tingkat kepuasan Satker terhadap layanan internal
1 Skala Likert (1-4)
Sekretariat Deputi Bidang Kebijakan Strategis

42 DUKUNGAN MANAJEMEN DAN DUKUNGAN TEKNIS LAINNYA DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA DAN KELEMBAGAAN

1 Meningkatnya kepuasan Satker terhadap layanan internal


  Sekretariat Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan
 
  Tingkat kepuasan Satker terhadap layanan internal
  1 Sekretariat Deputi Bidang Sumber Daya dan Skala Likert (1-4)
Kelembagaan

DUKUNGAN MANAJEMEN DAN DUKUNGAN TEKNIS LAINNYA DEPUTI BIDANG


43
PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INFRASTRUKTUR

  Meningkatnya kepuasan Satker terhadap layanan internal


1
  Sekretariat Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
  Infrastruktur
 
 
  Tingkat kepuasan Satker terhadap layanan internal
  1 Sekretariat Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Skala Likert (1-4)
  Infrastruktur

44 DUKUNGAN MANAJEMEN DAN DUKUNGAN TEKNIS LAINNYA DEPUTI BIDANG INDUSTRI DAN INVESTASI

1 Meningkatnya kepuasan Satker terhadap layanan internal


  Sekretariat Deputi Bidang Industri dan Investasi
 
 
  Tingkat kepuasan Satker terhadap layanan internal
1 Skala Likert (1-4)
Setdep Bidang Industri dan Investasi

45 DUKUNGAN MANAJEMEN DAN DUKUNGAN TEKNIS LAINNYA DEPUTI BIDANG PEMASARAN

1 Meningkatnya kepuasan Satker terhadap layanan internal


Sekretariat Deputi Bidang Pemasaran

Tingkat kepuasan Satker terhadap layanan internal


1 Skala Likert (1-4)
Setdep Bidang Pemasaran

116 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

          18.215 18.306 21.051 25.262 31.577 SEKRETARIAT


DEPUTI BIDANG
KEBIJAKAN
STRATEGIS

3,1 3,2 3,3 3,4 3,5          

          15.100 19.000 25.000 25.000 25.000 SEKRETARIAT


DEPUTI BIDANG
SUMBER
DAYA DAN
KELEMBAGAAN

3,1 3,2 3,3 3,4 3,5          

          19.000 19.095 21.959 26.351 32.939 SEKRETARIAT


DEPUTI BIDANG
PENGEMBANGAN
DESTINASI DAN
INFRASTRUKTUR

3,1 3,2 3,3 3,4 3,5          

          18.052 18.142 20.863 25.036 31.295 SETDEP BID.


INDUSTRI DAN
INVESTASI

3,1 3,2 3,3 3,4 3,5          

          15.061 15.136 17.406 20.887 26.109 SETDEP BID.


PEMASARAN

3,1 3,2 3,3 3,4 3,5          

LAMPIRAN 117
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

DUKUNGAN MANAJEMEN DAN DUKUNGAN TEKNIS LAINNYA DEPUTI BIDANG PRODUK WISATA
46
DAN PENYELENGGARA KEGIATAN (EVENTS)

1 Meningkatnya kepuasan Satker terhadap layanan internal


Sekretariat Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara
Kegiatan (Events)

Tingkat kepuasan Satker terhadap layanan internal


1 Setdep Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Skala Likert (1-4)
Kegiatan (Events)

DUKUNGAN MANAJEMEN DAN DUKUNGAN TEKNIS LAINNYA DEPUTI BIDANG EKONOMI DIGITAL
47
DAN PRODUK EKONOMI KREATIF

1 Meningkatnya kepuasan Satker terhadap layanan internal


Sekretariat Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif

Tingkat kepuasan Satker terhadap layanan internal


1 Skala Likert (1-4)
Setdep Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif

C PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN VOKASI

Meningkatnya kualitas dan kuantitas SDM Kepariwisataan dan


24
Ekonomi Kreatif

39 Jumlah lulusan perguruan tinggi vokasi pariwisata Orang

48 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI BIDANG PARIWISATA

Terwujudnya tridarma perguruan tinggi di lingkup Perguruan


1
Tinggi Negeri Pariwisata

Waktu tunggu maksimal lulusan Perguruan Tinggi Negeri


1 Bulan
Pariwisata untuk terserap di sektor pariwisata

Rasio penelitian kepariwisataan yang dimanfaatkan


2 %
terhadap total penelitian yang dihasilkan

Tingkat compliance Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata


terhadap Standar Nasional Pengabdian kepada
3 %
Masyarakat yang dikeluarkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

2 Terwujudnya pelaksanaan program pendidikan yang produktif


di Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata

4 Rasio lulusan (output) terhadap mahasiswa baru (input) %

118 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

          16.000 16.080 18.492 22.190 27.738


SETDEP BID.
PRODUK WISATA &
PENYELENGGARA
KEGIATAN
(EVENTS)

3,1 3,2 3,3 3,4 3,5          

          20.000 19.000 19.095 21.005 24.155 SETDEP BID.


EKONOMI DIGITAL
& PRODUK
EKONOMI KREATIF

3,1 3,2 3,3 3,4 3,5          

712, 745, 857, 1,028, 1,286,


           
078 605 445 934 168

SEKOLAH TINGGI
DAN POLITEKNIK
PARIWISATA
1.500 2.000 2.000 2.200 2.200          

          115.323 112.396 129.256 155.107 193.884 SEKOLAH TINGGI


PARIWISATA
BANDUNG

3 3 3 3 3          

70 90 90 90 90

80 90 90 90 90

93,20 94,10 95,20 95,50 96,30

LAMPIRAN 119
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

Meningkatnya kompetensi mahasiwa Perguruan Tinggi Negeri


3
Pariwisata sesuai dengan skema kuallifikasi

Jumlah mahasiswa pendidikan vokasi Perguruan Tinggi


5 Negeri Pariwisata yang tersertifikasi kompetensi sesuai Mahasiswa
skema kualifikasi

Terwujudnya Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata menjadi


4 perguruan tinggi yang terakreditasi
Jumlah prodi di Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata yang
6 Program studi
terakreditasi A

Terselenggaranya kerjasama kepariwisataan di Perguruan


5
Tinggi Negeri Pariwisata

Rasio kerjasama yang ditindaklanjuti terhadap total


7 %
kerjasama yang disepakati

49 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI BIDANG PARIWISATA

Terwujudnya tridarma perguruan tinggi di lingkup Perguruan


1
Tinggi Negeri Pariwisata

Waktu tunggu maksimal lulusan Perguruan Tinggi Negeri


1 Bulan
Pariwisata untuk terserap di sektor pariwisata

Rasio penelitian kepariwisataan yang dimanfaatkan


2 %
terhadap total penelitian yang dihasilkan

Tingkat compliance Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata


terhadap Standar Nasional Pengabdian kepada
3 %
Masyarakat yang dikeluarkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

Terwujudnya pelaksanaan program pendidikan yang produktif


2 di Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata

4 Rasio lulusan (output) terhadap mahasiswa baru (input) %

Meningkatnya kompetensi mahasiwa Perguruan Tinggi Negeri


3
Pariwisata sesuai dengan skema kuallifikasi

Jumlah mahasiswa pendidikan vokasi Perguruan Tinggi


5 Negeri Pariwisata yang tersertifikasi kompetensi sesuai Mahasiswa
skema kualifikasi

Terwujudnya Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata menjadi


4
perguruan tinggi yang terakreditasi

Jumlah prodi di Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata yang


6 Program studi
terakreditasi A
Terselenggaranya kerjasama kepariwisataan di Perguruan
5
Tinggi Negeri Pariwisata

Rasio kerjasama yang ditindaklanjuti terhadap total


7 %
kerjasama yang disepakati

120 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

SEKOLAH TINGGI
PARIWISATA
BANDUNG

504 504 670 670 670

14 14 14 17 18

79 82 85 87 90

100.726 110.855 127.483 152.980 191.225 POLITEKNIK


PARIWISATA
MAKASSAR

6 4 2 1 1

75 89 85 90 95

80 100 100 100 100

50 50 40 33.33 25

530 2850 2850 3000 3000

4 6 6 7 8

85 85 95 95 100

LAMPIRAN 121
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

50 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI BIDANG PARIWISATA 

Terwujudnya tridarma perguruan tinggi di lingkup Perguruan


1
Tinggi Negeri Pariwisata

Waktu tunggu maksimal lulusan Perguruan Tinggi Negeri


1 Bulan
Pariwisata untuk terserap di sektor pariwisata
Rasio penelitian kepariwisataan yang dimanfaatkan
2 %
terhadap total penelitian yang dihasilkan

Tingkat compliance Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata


terhadap Standar Nasional Pengabdian kepada
3 %
Masyarakat yang dikeluarkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Terwujudnya pelaksanaan program pendidikan yang produktif
2 di Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata

4 Rasio lulusan (output) terhadap mahasiswa baru (input) %

Meningkatnya kompetensi mahasiwa Perguruan Tinggi Negeri


3
Pariwisata sesuai dengan skema kuallifikasi

Jumlah mahasiswa pendidikan vokasi Perguruan Tinggi


5 Negeri Pariwisata yang tersertifikasi kompetensi sesuai Mahasiswa
skema kualifikasi

Terwujudnya Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata menjadi


4
perguruan tinggi yang terakreditasi

Jumlah prodi di Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata yang


6 Program studi
terakreditasi A

Terselenggaranya kerjasama kepariwisataan di Perguruan


5
Tinggi Negeri Pariwisata

Rasio kerjasama yang ditindaklanjuti terhadap total


7 %
kerjasama yang disepakati

51 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI BIDANG PARIWISATA 

Terwujudnya tridarma perguruan tinggi di lingkup Perguruan


1
Tinggi Negeri Pariwisata

Waktu tunggu maksimal lulusan Perguruan Tinggi Negeri


1 Bulan
Pariwisata untuk terserap di sektor pariwisata

Rasio penelitian kepariwisataan yang dimanfaatkan


2 %
terhadap total penelitian yang dihasilkan

Tingkat compliance Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata


terhadap Standar Nasional Pengabdian kepada
3 %
Masyarakat yang dikeluarkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

122 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

118.442 128.809 148.130 177.756 222.195


POLITEKNIK
PARIWISATA
MEDAN

3 3 3 3 3

52 60 65 70 75

92 92 93 94 95

90 90 91 92 93

447 380 390 390 400

1 2 3 4 5

80 85 87 88 90

109.018 127.375 146.481 175.778 219.722 POLITEKNIK


PARIWISATA
PALEMBANG

6 6 6 6 6

85 85 85 90 99

85 85 85 85 85

LAMPIRAN 123
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

Terwujudnya pelaksanaan program pendidikan yang produktif


2 di Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata

4 Rasio lulusan (output) terhadap mahasiswa baru (input) %

Meningkatnya kompetensi mahasiwa Perguruan Tinggi Negeri


3 Pariwisata sesuai dengan skema kuallifikasi
Jumlah mahasiswa pendidikan vokasi Perguruan Tinggi
5 Negeri Pariwisata yang tersertifikasi kompetensi sesuai Mahasiswa
skema kualifikasi
Terwujudnya Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata menjadi
4 perguruan tinggi yang terakreditasi
Jumlah prodi di Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata yang
6 Program studi
terakreditasi A
Terselenggaranya kerjasama kepariwisataan di Perguruan
5
Tinggi Negeri Pariwisata

Rasio kerjasama yang ditindaklanjuti terhadap total


7 %
kerjasama yang disepakati

52 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI BIDANG PARIWISATA

Terwujudnya tridarma perguruan tinggi di lingkup Perguruan


1
Tinggi Negeri Pariwisata

Waktu tunggu maksimal lulusan Perguruan Tinggi Negeri


1 Bulan
Pariwisata untuk terserap di sektor pariwisata

Rasio penelitian kepariwisataan yang dimanfaatkan


2 %
terhadap total penelitian yang dihasilkan
Tingkat compliance Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata
terhadap Standar Nasional Pengabdian kepada
3 %
Masyarakat yang dikeluarkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Terwujudnya pelaksanaan program pendidikan yang produktif
2 di Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata

4 Rasio lulusan (output) terhadap mahasiswa baru (input) %

Meningkatnya kompetensi mahasiwa Perguruan Tinggi Negeri


3 Pariwisata sesuai dengan skema kuallifikasi
Jumlah mahasiswa pendidikan vokasi Perguruan Tinggi
5 Negeri Pariwisata yang tersertifikasi kompetensi sesuai Mahasiswa
skema kualifikasi
Terwujudnya Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata menjadi
4 perguruan tinggi yang terakreditasi

Jumlah prodi di Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata yang


6 Program studi
terakreditasi A
Terselenggaranya kerjasama kepariwisataan di Perguruan
5 Tinggi Negeri Pariwisata

Rasio kerjasama yang ditindaklanjuti terhadap total


7 %
kerjasama yang disepakati

124 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

POLITEKNIK
PARIWISATA
99 99 99 99 99 PALEMBANG

146 289 289 300 300

4 4 6 6 6

70 70 75 85 85

111.690 117.654 135.302 162.362 202.953 POLITEKNIK


PARIWISATA
LOMBOK

3 2 2 1 1

75 80 85 90 95

91,55 92 93 94 95

90 93 95 97 100

555 600 625 650 675

0 0 4 6 6

71% 75% 79% 83% 89%

LAMPIRAN 125
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 1: MATRIKS KINERJA DAN PENDANAAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

PROGRAM/ SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/SASARAN KEGIATAN


No SATUAN
KEGIATAN (OUTPUT)/INDIKATOR

53 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TINGGI BIDANG PARIWISATA

Terwujudnya tridarma perguruan tinggi di lingkup Perguruan


1
Tinggi Negeri Pariwisata

Waktu tunggu maksimal lulusan Perguruan Tinggi Negeri


1 Bulan
Pariwisata untuk terserap di sektor pariwisata

Rasio penelitian kepariwisataan yang dimanfaatkan


2 %
terhadap total penelitian yang dihasilkan

Tingkat compliance Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata


terhadap Standar Nasional Pengabdian kepada
3 %
Masyarakat yang dikeluarkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan

Terwujudnya pelaksanaan program pendidikan yang produktif


2
di Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata

4 Rasio lulusan (output) terhadap mahasiswa baru (input) %

Meningkatnya kompetensi mahasiwa Perguruan Tinggi Negeri


3
Pariwisata sesuai dengan skema kuallifikasi

Jumlah mahasiswa pendidikan vokasi Perguruan Tinggi


5 Negeri Pariwisata yang tersertifikasi kompetensi sesuai Mahasiswa
skema kualifikasi

Terwujudnya Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata menjadi


4
perguruan tinggi yang terakreditasi

Jumlah prodi di Perguruan Tinggi Negeri Pariwisata yang


6 Program studi
terakreditasi A

Terselenggaranya kerjasama kepariwisataan di Perguruan


5
Tinggi Negeri Pariwisata

Rasio kerjasama yang ditindaklanjuti terhadap total


7 %
kerjasama yang disepakati

126 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

TARGET ALOKASI (dalam juta rupiah) UNIT


ORGANISASI
PELAKSANA
2020 2021 2022 2023 2024 2020 2021 2022 2023 2024

156.879 148.516 170.793 204.952 256.190 POLITEKNIK


PARIWISATA BALI

2,95 2,95 2,95 2,95 2,95

80 80 80 80 80

95 95 95 95 95

90 90 90 90 90

3000 4000 5000 6000 8000

8 8 8 9 9

85 85 85 85 85

LAMPIRAN 127
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

LAMPIRAN 2: MATRIKS KERANGKA REGULASI

NO. ARAH KERANGKA REGULASI URGENSI PEMBENTUKAN BERDASARKAN EVALUASI REGULASI EKSISTING,
DAN/ATAU KEBUTUHAN KAJIAN DAN PENELITIAN
REGULASI

1 Rancangan Peraturan Pemerintah Undang-undang No 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif mengamanatkan
(RPP) tentang skema pembiayaan Pemerintah untuk memfasilitasi skema pembiayaan yang berbasis kekayaan intelektual
berbasis kekayaan intelektual bagi Pelaku Ekonomi Kreatif. Skema pembiayaan berbasis kekayaan intelektual
merupakan skema pembiayaan yang menjadikan kekayaan intelektual sebagai objek
jaminan utang bagi lembaga keuangan agar dapat memberikan pembiayaan kepada
Pelaku Ekonomi Kreatif

2 Rancangan Peraturan Pemerintah Undang-undang No 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif mengamanatkan
(RPP) tentang sistem pemasaran Pemerintah untuk memfasilitasi pengembangan sistem pemasaran produk Ekonomi
berbasis kekayaan intelektual Kreatif berbasis kekayaan intelektual yang merupakan sistem pemasaran yang
mengutamakan pemanfaatan kekayaan intelektual antara lain lisensi, waralaba, alih
teknologi, jenama bersama (co-branding), dan/atau pengalihan hak.

3 Rancangan Peraturan Presiden Undang-undang No 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif menyatakan bahwa
(Rperpres) tentang Rencana Induk Ekonomi Kreatif dilaksanakan berdasarkan Rencana Induk Ekonomi Kreatif yang
Ekonomi Kreatif merupakan bagian integral dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Pengembangan Ekonomi Kreatif dituangkan dalam Rencana Induk Ekonomi Kreatif
dan dijadikan pedoman bagi Pemerintah.

4 Rancangan Peraturan Presiden Undang-undang No 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif memperbolehkan
(Rperpres) tentang Kelembagaan Pemerintah untuk bekerjasama dengan lembaga pendidikan, dunia usaha, dunia
Ekonomi Kreatif industri, jejaring komunitas, dan/atau media. Pemerintah juga dapat melakukan kerja
sama Internasional.

5 Rancangan Perubahan Peraturan Hasil Kajian / Review tentang Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang
Pemerintah (RPP) tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025 yang akan
Rencana Induk Pembangunan berakhir pada tahun 2025, sehingga konten dan substansinya perlu direview dan
Pariwisata Nasional / Rencana dijadikan kajian sebagai dasar perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun
Induk Pembangunan Pariwisata 2011. Saat ini juga sedang dikaji terkait pembentukan Rencana Induk Pembangunan
Terpadu Pariwisata Terpadu (RIPPANDU)

6 Rancangan Peraturan Presiden Dalam Surat Sekretariat Kabinet Nomor B-652/Seskab/Maritim/11/2015 Perihal
(RPerpres) tentang Integrated Arahan Presiden Mengenai Pariwisata mengamanatkan Menteri Pariwisata bersama
Tourism Masterplan Menteri terkait lainnya, para Gubernur pada 10 Destinasi Pariwisata Prioritas, Bupati/
Walikota terkait, agar fokus pada perbaikan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Pariwisata
dengan mendukung dan memperkuat kebijakan, program dan kegiatan yang diperlukan
sehingga benar-benar terlihat perubahannya.
Selain itu, dalam rangka mendukung percepatan pelaksanaan pembangunan
pariwisata di destinasi wisata prioritas, Pemerintah bekerja sama dengan Bank
Dunia melaksanakan program pembangunan pariwisata secara terintegrasi dan
berkelanjutan di destinasi pariwisata prioritas. Di mana masing-masing destinasi
pariwisata prioritas tersebut akan akan disusun Integrated Tourism Masteplan
(Penyusunan Rencana Induk Pariwisata Terpadu) yang terdiri dari rencana 25 tahun
yang mencakup satu destinasi sebagai satu wilayah perencanaan dan rencana detail 5
tahun untuk masing-masing kawasan inti pariwisata.

7 Rancangan Peraturan Pemerintah Dalam rangka pengembangan dan peningkatan Industri MICE di Indonesia, perlu
(RPP) tentang Badan Promosi dibentuk Badan Promosi Pariwisata dan MICE yang bentuk kelembagaannya
Pariwisata dan MICE merupakan gabungan pemerintah dan swasta. Akan dilakukan kajian terkait opsi-opsi
terkait bentuk kelembagaan badan promosi tersebut baik mengkaji lembaga yang
sudah ada (BPPI) maupun pembentukan lembaga baru.

128 LAMPIRAN
RENCANA STRATEGIS
KEMENPAREKRAF/BAPAREKRAF
2020-2024

UNIT PENANGGUNGJAWAB UNIT TERKAIT/ INSTITUSI TARGET


PENYELESAIAN

Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian Keuangan, 2020-2021

Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, 2021-2022
Produk Kreatif Kementerian Perdagangan

Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kementerian PPN/BAPPENAS, Kementerian Keuangan, 2021-2022


Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian,
Kementerian Komunikasi dan Informasi

Deputi Bidang Sumber daya dan Kementerian PPN/BAPPENAS, Kementerian Keuangan, 2021-2022
Kelembagaan Kementerian Perdagangan, Kementerian Pendidikan,
Kementerian Kementerian Perindustrian, Kementerian
Komunikasi dan Informasi

Deputi Bidang Kebijakan Strategis Kementerian PPN/BAPPENAS, Kementerian Pekerjaan 2022-2023


Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Lingkungan
Hidup, Kementerian Kelautan

Kementerian Koordinator Bidang Kementerian PPN/BAPPENAS, Kementerian Pekerjaan 2020-2021


Kemaritiman dan Investasi Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Lingkungan
Hidup, Kementerian Kelautan

Deputi Bidang Produk Wisata dan Kementerian PPN/BAPPENAS, Kementerian Keuangan, 2021-2023
Penyelenggara Kegiatan (Events) Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian

LAMPIRAN 129

Anda mungkin juga menyukai