GRAND STRATEGY
PENGEMBANGAN EKONOMI
KREATIF
2020-2024
Penasihat
Triawan Munaf
Pengarah
Ricky Joseph Pesik
Kontributor
Restog Krisna Kusuma
Penanggung Jawab
Fadjar Hutomo
Wawan Rusiawan
Hari Santosa Sungkari
Joshua Puji Mulia Simandjuntak
Penulis Ari Juliano Gema
Nunu Noviandi Endah Wahyu Sulistianti
Socia Prihawantoro Ahmad Rekotomo
Yudi Widayanto Syaifullah
Nur Anis Handayani Yuke Sri Rahayu
Selliane Halia Ishak
Muhammad Neil El Himam
Editor
Bonifasius Wahyu Pudjianto
Maman Rahmawan
Yuana Rochma Astuti
Dian Permanasari
Robinson Hasoloan Sinaga
Yessy Febrina Usman
Sabartua Tampubolon
Sinar Cahya Wijayanti
Hassan Abud
Prastitya Priswi Kurniasih
Kartika Candra Negara
Redaksi
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13,
Jakarta Pusat 10110
KATA PENGANTAR
Saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0. Revolusi tersebut
memberikan tantangan dan peluang bagi perkembangan perekonomian ke
depan. Di satu sisi, digitalisasi, otomatisasi, dan penggunaan kecerdasan buatan
dalam aktivitas ekonomi akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam
produksi modern, serta memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi
konsumen. Digital teknologi juga membantu proses pembangunan di berbagai
bidang. Namun di sisi lain, perkembangan revolusi industri 4.0 berpotensi
menyebabkan hilangnya pekerjaan di dunia.
Menghadapi era industri 4.0 ini, pemerintah Indonesia telah berusaha banyak
untuk memfasilitasi dan menumbuhkembangkan ekonomi kreatif di Indonesia.
Ekonomi kreatif akhir-akhir ini terbukti mempu berkontribusi cukup signifikan
terhadap perekonomian Indonesia, yang diprediksi akan menjadi salah satu
negara dengan pendapatan tinggi di dunia pada tahun 2030.
Triawan Munaf
Daftar Isi (i–iv)
Daftar Gambar iii
Daftar Tabel iv
BAB
1 PENDAHULUAN (1–6)
2 METODOLOGI
2.1 Konsepsi Dasar
(7–19)
7
2.2 Alur Pikir 7
2.3 Tahapan dan Metode Analisis 10
2.3.1 Tahapan Kegiatan
2.3.2 Metode Analisis
2.4 Rencana Jadwal 18
BAB
TINJAUAN KEBIJAKAN NASIONAL
3 PEMBANGUNAN SEKTOR EKONOMI KREATIF (20–25)
3.1 Pembangunan Sektor Ekraf dalam RPJMN 2005-2025 20
3.2 Pembangunan Sektor Ekraf dalam RPJMN 2020-2024 21
3.3 Target Nasional Ekraf 2020-2024 23
3.4 Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional 23
(Rindekraf)Tahun 2018-2025
BAB
PEMETAAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU
4 PENCAPAIAN TARGET NASIONAL EKRAF (26–62)
4.1 Pemetaan Faktor-Faktor Penentu Pencapaian Target Nasional
Ekonomi Kreatif 26
4.1.1 Pemetaan Faktor Berpengaruh pada Tataran Makro
4.1.2 Pemetaan Faktor Berpengaruh pada Tataran Meso
4.1.3 Pemetaan Faktor Berpengaruh pada Tataran Mikro
4.1.4 Langkah-langkah Pemetaan Faktor Berpengaruh
4.2 Analisis Faktor Penentu Pencapaian Target PDB Sektor Ekraf 2024 33
4.2.1 Pertumbuhan PDB Sektor Ekraf
4.2.2 Kontribusi PDB Sektor Ekraf
4.2.3 Proyeksi PDB Sektor Ekraf berdasarkan skenario Baseline
4.2.4 Kinerja Faktor Penentu PDB Sektor Ekraf
DAFTAR ISI i
4.3 Analisis Faktor Penentu Pencapaian Target Ekspor Sektor Ekraf 2024 42
4.3.1 Pertumbuhan Ekspor Sektor Ekraf
4.3.2 Kontribusi Ekspor Sektor Ekraf
4.3.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekspor Sektor Ekraf berdasarkan skenario Baseline
4.3.4 Kinerja Faktor Penentu Ekspor Sektor Ekraf
4.4 Analisis Faktor Penentu Pencapaian Target Penyerapan TK Sektor
Ekraf 2024 50
4.4.1 Pertumbuhan Penyerapan TK Ekraf
4.4.2 Kontribusi TK Sektor Ekraf
4.4.3 Proyeksi Tenaga Kerja Kreatif Sektor Ekraf berdasarkan skenario Baseline
4.4.4 Kinerja Faktor Penentu PerkembanganTenaga Kerja Ekraf
4.5 Persandingan Strategi, Kebijakan dan Program Nasional Pengembangan
Ekonomi Kreatif 56
4.6 Resume Hasil Pembahasan 61
BAB
PEMETAAN EVALUASI & VALUASI EKONOMI
5 PROGRAM DAN KEGIATAN BEKRAF (63–91)
5.1 Evaluasi Program dan Kegiatan BEKRAF 2015-2019 63
5.1.1 Pengertian
5.1.2 Jenis Evaluasi
5.1.3 Metode Evaluasi Pengukuran Kinerja BEKRAF
5.1.4 Hasil Evaluasi Pengukuran Kinerja BEKRAF tahun 2015-2018
5.2 Pemetaan Rencana Program BEKRAF 2020-2025 71
5.2.1 Metode Pemetaan Strategi
5.2.2 Peta Strategi Makro BEKRAF
5.2.3 Pemetaan Rencana Program BEKRAF 2020-2025
5.3 Valuasi Kontribusi Ekonomi BEKRAF Terhadap Target Nasional 76
5.3.1 Kontribusi Ekonomi BEKRAF dalam Perspektif Sisi Produksi Sektor Ekraf
5.3.2 Kontribusi Ekonomi BEKRAF dalam Perspektif Sisi Demand
5.3.3 Kontribusi Ekonomi BEKRAF dalam Perspektif Rantai Nilai Produksi Ekraf
BAB
PERUMUSAN GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN
6 EKONOMI KREATIF 2020-2024 (92–115)
6.1 Dasar Pertimbangan 92
6.1.1 Amanah RPJMN 2020-2024
6.1.2 Isu Strategis, Tantangan dan Permasalahan
6.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Ekraf 2020-2024 95
6.2.1 Tujuan Pembangunan Ekraf 2020-2024
6.2.2 Sasaran Strategis Pembangunan Ekraf 2020-2024
6.3 Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Ekraf 2020-2024 98
6.3.1 Strategi Pembangunan Ekraf 2020-2024
6.3.2 Arah Kebijakan Pembangunan Ekraf 2020-2024
6.4 Program dan Kegiatan BEKRAF 2020-2024 102
GAMBAR
1.1 Tantangan Pembangunan Ekonomi Nasional dan Peran Ekonomi Kreatif pada
RPJMN 2020 - 2-24 2
1.2 Target Pembangunan Ekonomi Kreatif RPJMN 2020 - 2024 4
DAFTAR TABEL iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Adapun faktor-faktor yang menjadi penghambat adalah: (1) regulasi yang tumpang tindih dan
birokrasi yang menghambat; (2) sistem dan besarnya penerimaan pajak belum cukup memadai;
(3) kualitas infrastruktur yang masih rendah terutama konektivitas dan energi; (4) rendahnya
kualitas SDM dan produktivitas tenaga kerja; (5) intermediasi sektor keuangan rendah dan
pasar keuangan yang dangkal; (6) sistem inovasi yang tidak efektif; (7) keterkaitan hulu-hilir
yang lemah.
Saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0. Revolusi tersebut memberikan
tantangan dan peluang bagi perkembangan perekonomian ke depan. Di satu sisi, digitalisasi,
otomatisasi, dan penggunaan kecerdasan buatan dalam aktivitas ekonomi akan meningkatkan
produktivitas dan efisiensi dalam produksi modern, serta memberikan kemudahan dan
kenyamanan bagi konsumen. Digital teknologi juga membantu proses pembangunan di
berbagai bidang di antaranya pendidikan melalui distance learning, pemerintahan melalui e-
government, inklusi keuangan melalui financial technology (fintech ), dan pengembangan
I – PENDAHULUAN 1
UMKM seiring berkembangnya e-commerce. Namun di sisi lain, perkembangan revolusi industri
4.0 berpotensi menyebabkan hilangnya pekerjaan di dunia. Studi dari McKinsey memperkirakan
60% jabatan pekerjaan di dunia akan tergantikan oleh otomatisasi. Di Indonesia diperkirakan
51,8% potensi pekerjaan yang akan hilang. Di samping itu, tumbuhnya berbagai aktivitas bisnis
dan jual beli berbasis online belum dibarengi dengan upaya pengoptimalan penerimaan negara
serta pengawasan kepatuhan pajak atas transaksi-transaksi tersebut. Hal ini penting
mengingat transaksi digital bersifat lintas negara.
Gambar 1. 1 Tantangan Pembangunan Ekonomi Nasional dan Peran Ekonomi Kreatif pada RPJMN
2020-2024
(Sumber : Bappenas 2019)
Terlepas dari kinerja industri pengolahan yang stagnan, peluang untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi ke depan tetap besar. Peluang tersebut
dikontribusikan perkembangan pariwisata, serta ekonomi kreatif dan digital. Kontribusi
pariwisata dalam penciptaan devisa meningkat dari USD 11,2 miliar di tahun 2014 menjadi
USD 15,2 miliar di tahun 2017. Kenaikan devisa ini dihasilkan dari peningkatan kunjungan
wisatawan mancanegara (wisman) untuk menikmati wisata alam dan budaya di Indonesia dari
9,4 juta orang di tahun 2014 menjadi 15,8 juta orang pada tahun 2018. Aktivitas wisatawan
nusantara juga meningkat dari 252 juta orang di tahun 2014 menjadi 277 juta orang di tahun
2017. Secara total, kontribusi sektor pariwisata kepada perekonomian nasional diperkirakan
meningkat dari 4,2% di tahun 2015 menjadi 4,8% di tahun 2018.
Kreativitas dalam pemanfaatan dan pemaduan sumber daya ekonomi dan budaya juga
mendorong perkembangan aktivitas ekonomi kreatif. Beberapa indikatornya di antaranya
Salah satu institusi yang diharapkan turut mendukung peningkatan peran ekonomi kreatif
dalam perekonomian nasional 2020-2024 adalah Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF). Badan
pemerintah ini diharapkan mampu mengembangkan kinerja sektor ekonomi kreatif melalui
kebijakan dan program-program yang dijalankannya sesuai target yang diharapkan. Upaya
memenuhi amanah tersebut pada periode 2020-2024 telah dilaksanakan oleh BEKRAF melalui
penyusunan dokumen perencanaan program maupun kebijakan terkait. Dalam upaya
memperkuat kesiapan pelaksanaan program 2020-2024 serta menjamin ketercapaian
kontribusi program terhadap target nasional, maka kegiatan penyusunan grand strategy
pengembangan ekonomi kreatif ini dilaksanakan.
I – PENDAHULUAN 3
2024, (2) Nilai ekspor sektor ekraf ditargetkan mencapai 25,3 Juta USD pada tahun 2024, dan
(3) Tenaga kerja sektor ekraf mencapai 21 juta tenaga kerja pada tahun 2024.
Gambar 1.0.1
Gambar 1. TargetPembangunan
2 Target PembangunanEkonomi
EkonomiKreatif
KreatifRPJMN
RPJMN2020-2024
2020-2024
(Sumber : Bappenas 2019)
• Terpetakannya target-target nasional sektor ekonomi kreatif yang menjadi amanah bagi
BEKRAF pada RPJMN 2020-2024 .
• Terumuskannya penjabaran target-target nasional ekonomi kreatif 2020-2024 pada
indikator-indikator capaian serta faktor-faktor penentu (determinant factors) dan
turunannya pada tiap jenjang atau level.
• Terpetakannya kebijakan, program dan kegiatan pada tiap unit kerja di BEKRAF secara
rinci pada periode 2015-2019 serta evaluasi capaiannya dan rencananya pada 2020-
2024 dan tersusunnya cascading atau pohon kinerja program dan kegiatan BEKRAF pada
periode 2020-2024.
• Terpetakannya struktur keterkaitan indikator target nasional ekonomi kreatif 2020-
2024 beserta faktor-faktor penentunya dengan struktur program dan kegiatan BEKRAF
2020-2024.
• Teridentifikasikannya GAP antara target nasional ekonomi kreatif 2020-2024 beserta
faktor-faktor penentunya dengan struktur program dan kegiatan BEKRAF 2020-2024.
• Terumuskannya Grand Strategy pengembangan ekonomi kreatif 2020-2024 yang
berfokus pada pada penguatan sinergitas dan kolaborasi program BEKRAF dalam rangka
pencapaian target nasional sektor ekonomi kreatif 2020-2024.
I – PENDAHULUAN 5
5. Perumusan Grand Strategy pengembangan ekonomi kreatif 2020-2024 yang
berfokus pada pada penguatan sinergitas dan kolaborasi program BEKRAF dalam
rangka pencapaian target nasional sektor ekonomi kreatif 2020-2024.
Konsep Strategi
Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu organisasi, serta rumusan pada
pendayagunaan dan semua alokasi sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut
(Rangkuti, 2009:3). Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai “sekumpulan pilihan kritis
untuk perencanaan dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumberdaya yang
penting dalam mencapai tujuan dan sasaran, dengan memperhatikan keunggulan kompetitif,
komparatif, dan sinergis ideal berkelanjutan ke arah, cakupan dan perspektif jangka panjang
keseluruhan yang ideal dari individu atau organisasi”.
Dalam istilah praktis, Grand Strategy mencakup seluruh jenis strategi mulai dari aspek teknis
operasional yang biasa-biasa saja hingga hal-hal yang memiliki konsekuensi strategis tertinggi
(Bryson, 2004). Grand Strategy oleh karena itu, dapat dipahami sebagai sesuatu yang harus
dicapai. Tanpa Grand strategy, proses perumusan pengambilan keputusan atau kebijakan,
apalagi eksekusi akan menjadi kurang efektif dan lebih lama. Namun demikian, menurut Bryson
(2004) Grand Strategy bukanlah dokumen yang tidak bisa diubah. Bahkan justru Grand
Strategy harus tunduk pada efek dari peristiwa, ideologi, dan interpretasi yang berubah dari
kondisi di luar.
Sementara itu, dari sisi kekuatan hukum posisi Grand Strategy bisa dijadikan dokumen legal
formal bagi acuan perencanaan Lembaga atau sebagai dokumen yang bersifat fungsional.
Sebagai dokumen legal formal tentu Grand Strategy harus memiliki kekuatan hukum yang jelas,
maka Grand Strategy harus disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
bagi perencanaan program Lembaga. Sementara jika diposisikan sebagai dokumen yang
bersifat fungsional, maka kehadiran Grand Strategy merupakan dokumen pendukung yang
memberikan arah pada saat dokumen acuan yang bersifat legal belum atau kurang dalam
kelengkapan arah kebijakan dan strategi yang membawa Lembaga pada sasaran strategis
utama.
Setiap strategi yang efektif akan dibangun di atas kekuatan dan memanfaatkan peluang sambil
meminimalkan atau mengatasi kelemahan dan tantangan. Sejauh ini teknik perencanaan
strategis yang paling utama adalah melalui pemikiran individu dan diskusi kelompok (Bryson,
2004). Metode analisis yang digunakan adalah Analisis SWOT ( Strength, Weakness,
Opportunities and Threats).
Analisis SWOT
Analisis SWOT akan memetakan hasil analisis lingkungan. Kekuatan diidentifikasikan dengan
tujuan untuk mengetahui apa saja kekuatan organisasi untuk dapat meneruskan dan
mempertahankan kelangsungan organisasi. Dengan mengetahui kekuatan yang dimiliki
organisasi akan dapat mempertahankan dan bahkan meningkatkan kekuatan sebagai modal
untuk dapat mencapai kinerja terbaiknya. Mengidentifikasi kelemahan bertujuan untuk dapat
mengetahui apa kelemahan-kelemahan yang masih ada, dan dengan mengetahui kelemahan
tersebut, maka organisasi dapat berusaha untuk memperbaiki agar menjadi lebih baik.
Kelemahan yang tidak atau terlambat teridentifikasi akan merugikan bagi organisasi. Oleh
karena itu dengan semakin cepat mengetahui kelemahan, maka organisasi juga dapat sesegera
mungkin mencari solusi untuk dapat menutupi kelemahan tersebut. Dengan mengetahui
peluang, baik peluang saat ini maupun peluang dimasa yang akan datang, maka organisasi
dapat mempersiapkan diri untuk dapat mencapai peluang tersebut. Berbagai strategi dapat
disiapkan lebih dini dan terencana dengan lebih baik sehingga peluang yang telah
diidentifikasi dapat direalisasikan. Berbagai jalan untuk dapat mewujudkan
peluang/kesempatan dan mempertahankan kinerja organisasi tentunya akan mengalami
banyak ancaman. Ancaman/tantangan yang dapat teridentifikasi dapat dicarikan jalan
keluarnya sehingga organisasi dapat meminimalkan ancaman atau justru mampu mengambil
tantangan menjadi peluang.
Seperti halnya setiap langkah dalam proses perencanaan strategis, biasanya sederhana. Tim
perencanaan strategis tidak boleh terjebak dalam penilaian eksternal dan internal. Tindakan
penting dan perlu harus diambil segera setelah mereka diidentifikasi, selama mereka tidak
secara prematur menutup opsi strategis yang penting.
Dari amanah dan mandat yang tertuang dalam RPJMN perlu diuraikan tentang indikator-
indikator capaian yang harus dipenuhi. Salah satu kondisi yang diharapkan mendukung
terhadap pencapaian indikator-indikator tersebut adalah adanya faktor-faktor penentu
keberhasilan atau ketercapaian.
Di sisi lain, di Badan Ekonomi kreatif telah dilaksanakan kebijakan, program dan kegiatan
pada tiap unit kerja di BEKRAF secara rinci pada periode 2015-2019. Maka dari
pelaksanaan tersebut perlu dikaji dan dipetakan evaluasi capaiannya dan rencananya
pada 2020-2024. Hasil pemetaan tersebut juga mencakup penyusunan cascading atau
pohon kinerja program dan kegiatan BEKRAF pada periode 2020-2024.
Analisis dan pemetaan dilakukan terhadap struktur keterkaitan indikator target nasional
ekonomi kreatif 2020-2024 dan Analisis GAP antara target nasional ekonomi kreatif
2020-2024 beserta faktor-faktor penentunya dengan struktur program dan kegiatan
BEKRAF 2020-2024. Hasil dari kajian dan pemetaan kemudian dihimpun dalam rumusan
Grand Strategy pengembangan ekonomi kreatif 2020-2024 yang berfokus pada pada
penguatan sinergitas dan kolaborasi program BEKRAF dalam rangka pencapaian target
nasional sektor ekonomi kreatif 2020-2024.
A. Analisis Input-Ouput
Analisis Input-Output (I-O) digunakan untuk mengetahui subsektor ekonomi kreatif
yang mampu memberikan pengaruh ekonomi tertinggi, yaitu
- Pengganda pendapatan
- Pengganda tenaga kerja
- Pengganda nilai tambah
- Keterkaitan ke depan
- Keterkaitan ke belakang
Pada pendekatan ini perhitungan PDB dilakukan dengan melakukan penjumlahan pada
seluruh pengeluaran yang dilakukan yaitu :
PDB = C + I + G + E - M
Dimana :
PDB = w + + t
Dalam hal ini w adalah kompensasi tenaga kerja (wages); adalah profit atau surplus
usaha bruto dan t adalah pajak neto atas produksi.
c) Pendekatan Produksi
Dalam pendekatan produksi, PDB dihitung sebagai nilai tambah bruto atas dasar harga
produksi ditambah pajak dikurangi subsidi atas produk.
a ij = x ij / X j
Dimana :
X = (I-A)-1 F
jika (I-A)-1 = B, maka
X=BF
Matrix B merupakan matriks pengganda (multiplier) atau Leontief Inverse Matrix yang
mencerminkan efek langsung dan tidak langsung dari perubahan permintaan akhir
terhadap output sektor-sektor di dalam perekonomian. Matriks ini digunakan untuk
melihat bagaimana perubahan output terjadi jika terdapat perubahan di final demand.
𝐾𝐿𝐵 = ∑ 𝑎𝑖𝑗
𝑖=1
𝐾𝑇𝐵 = ∑ ∝𝑖𝑗
𝑖=1
1⁄ ∑𝑛 𝑎
𝑛 𝑖=1 𝑖𝑗
𝐼𝐾𝐿𝐵 =
1⁄ ∑𝑛 𝑎
𝑛2 𝑖,𝑗=1 𝑖𝑗
1⁄ ∑𝑛 ∝
𝑛 𝑖=1 𝑖𝑗
𝐼𝐾𝑇𝐵 =
1⁄ ∑𝑛
𝑛2 𝑖,𝑗=1 ∝𝑖𝑗
𝐾𝐿𝐷 = ∑ 𝑎𝑖𝑗
𝑗=1
𝐾𝑇𝐷 = ∑ ∝𝑖𝑗
𝑗=1
1⁄ ∑𝑛 𝑎
𝑛 𝑗=1 𝑖𝑗
𝐼𝐾𝐿𝐷 =
1⁄ ∑𝑛 𝑎
𝑛2 𝑖,𝑗=1 𝑖𝑗
1⁄ ∑𝑛 ∝
𝑛 𝑗=1 𝑖𝑗
𝐼𝐾𝑇𝐷 =
1⁄ ∑𝑛
𝑛2 𝑖,𝑗=1 ∝𝑖𝑗
Analisis pengganda biasanya dikaitkan dengan kebijakan di sektor tertentu. Misalkan jika
dilakukan kebijakan pemerintah—sering disebut sebagai injection—di sektor ekonomi
kreatif dengan meningkatkan permintaan akhir pemerintah (bagian dari permintaan akhir
secara keseluruhan) terhadap ekonomi kreatif, bagaimana pengaruhnya terhadap
perekonomian. Pengaruh terhadap perekonomian tersebut kemudian dibagi dalam tahap
awal, langsung, tidak langsung, industrial, induksi konsumsi, total dan luberan; terhadap
peningkatan output, pendapatan dan tenaga kerja.
Multiplier (Pengganda)
Tahapan
Output Pendapatan Tenaga Kerja
Efek awal 1 hJ eJ
Efek Putaran Pertama iaij iaij hi iaij ei
Efek Dukungan Industri iij - 1- iaij iij hi- hJ- iaijhi iijei - eJ-iaij ei
Efek Induksi Konsumsi i*ij - iij i*ij hi - iijhi i*ijei - iijei
Efek Total i*ij i*ij hi i*ijei
Efek Lanjutan i*ij - 1 i*ij hi - hi i*ijei - ei
Ilustrasi dari Tabel 2.1 adalah sebagai berikut. Pada tahap awal kenaikan permintaan akhir
di sektor i, seluruhnya (satu kali lipat atau 100%) akan meningkatkan output di sektor
tersebut. Kenaikan output di sektor i akan meningkatkan jumlah tenaga kerja sebesar
koefisien tenaga kerja ei dan meningkatkan pendapatan sebesar koefisien pendapatan hi,
di sektor i. Pada tahap awal ini belum ada pengaruh ke sektor lain. Dengan kata lain
pengaruh kepada seluruh kegiatan ekonomi sama dengan pengaruh kepada sektor i
sendiri.
Kenaikan output di sektor i dapat terjadi dengan meningkatkan produksi sektor i yang
dapat dilakukan dengan melakukan pembelian terhadap produk dari sektor-sektor
pemasok (input antara) sektor i, yang besarnya sama dengan penjumlahan input antara
di kolom sektor i atau iaij. Setiap penambahan output satu rupiah di sektor i akan
menambah juga output di semua sektor sebesar iaij rupiah. Otomatis menambah pula
tenaga kerja di semua sektor sebesar iaij ei dan pendapatan di semua sektor sebesar iaij
hi. Pengaruh ini disebut pengaruh langsung atau efek putaran pertama.
Pengaruh induksi konsumsi dengan demikian merupakan selisih antar pengaruh total
dengan pengaruh langsung dan tidak langsung. Sedangkan pengaruh luberan atau
lanjutan tidak lain adalah selisih pengaruh total dengan pengaruh awal.
Kajian awal x x
Pemantapan
x x Laporan
1 Tujuan Sasaran
Pendahuluan
Pemantapan
x x
Metodologi
Kajian awal x x
FGD Per
x
Kedeputian
Pengumpulan
Data Dan x x x x x x
Analisis
Analisis dan
Pemetaan Laporan
x
Program Awal
2 BEKRAF Dokumen
Review dan Grand
Pemetaan x Strategy
Target Nasional
Penjabaran
x x
Indikator Target
Pemetaan
Struktur x x
Keterkaitan
Analisis Gap x x
Workshop-1 x
3
Perumusan
x x x
Grand Strategy
Perumusan Laporan
Skenario x Akhir
Pengembangan Dokumen
Perumusan Grand
x x Strategy
Grand Strategy
Penyusunan
Cascading x
4 Program
Workshop-2 x
Finalisasi x x
Dokumen Final x
Budaya inovatif yang berorientasi iptek terus dikembangkan agar bangsa Indonesia
menguasai iptek serta mampu berjaya pada era persaingan global. Pengembangan
budaya iptek tersebut dilakukan dengan meningkatkan penghargaan masyarakat
terhadap iptek melalui pengembangan budaya membaca dan menulis, masyarakat
pembelajar, masyarakat yang cerdas, kritis, dan kreatif dalam rangka pengembangan
tradisi iptek dengan mengarahkan masyarakat dari budaya konsumtif menuju budaya
produktif. Bentuk-bentuk pengungkapan kreativitas, antara lain melalui kesenian, tetap
didorong untuk mewujudkan keseimbangan aspek material, spiritual, dan emosional.
Pengembangan iptek serta kesenian diletakkan dalam kerangka peningkatan harkat,
martabat, dan peradaban manusia.
Pencapaian Sasaran Strategis ekraf merupakan hasil dari upaya yang dilakukan oleh
seluruh komponen bangsa, baik swasta maupun pemerintah, bukan hasil kerja Badan
Ekonomi Kreatif semata. Sumbangan Badan Ekonomi Kreatif untuk mencapai Sasaran
Strategis tersebut adalah: (1) membangun ekosistem yang kondusif bagi tumbuhnya
usaha baru di bidang ekonomi kreatif, yang kondusif bagi berkembangnya usaha yang
ada, serta mampu melahirkan produk kreatif yang unggul dengan brand yang dikenal di
pasar domestik maupun global; serta (2) memberdayakan pelaku ekonomi kreatif. Inilah
yang menjadi sasaran antara program pengembangan ekonomi kreatif menuju pencapaian
Sasaran Strategis di atas.
Model ekonomi yang dikembangkan dalam kegiatan ini mengacu pada model
keseimbangan ketiga yang menggabungkan filosofi model klasik dan model keynesian.
Pengembangan model keseimbangan dilakukan dengan menambahkan fungsi feedback
dan delay pada model originalnya sehingga dipereoleh model kesimbangan klasik-
keynesian dalam kerangka model sistem ekonomi . Asumsi-asumsi yang mendasari model
ini merupakan kombinasi asumsi-asumsi model Klasik dan Keynes. Asumsi klasik yang
digunakan adalah pasar akan senantiasa berada dalam keseimbangan. Sedangkan asumsi
Keynes yang digunakan adalah uang sebagai alat transaksi dan spekulasi.
Keseimbangan:
F(K,L) = C+ I + G+X-M
Dimana:
2. Metode kedua adalah metode pendapatan, dimana pada metode ini pendapatan
nasional/regional dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan faktor-faktor
produksi yang digunakan dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Faktor-
faktor produksi seperti tanah, modal, tenaga, dan wiraswasta yang digunakan diberi
balas jasa yang masing-masing bernama sewa, bunga, upah dan gaji serta laba.
Karena faktor-faktor produksi tersebut dimiliki oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam masyarakat, maka balas jasanya kembali kepada masyarakat sebagai
pendapatan nasional/regional.
3. Metode terakhir adalah metode pengeluaran, dimana pada metode ini perhitungan
pendapatan nasional/regional dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh
pengeluaran dari lapisan masyarakat. Pendapatan yang diterima oleh semua lapisan
masyarakat akan dibelanjakan pada berbagai barang dan jasa atau ditabung. Dengan
metode ini, pengeluaran dibagi-bagi kedalam :
Berdasarkan Gambar 4.1 tersebut dapat diidentifikasikan bahwa dalam tataran makro
terdapat sebanyak 8 (delapan) kelompok faktor yang berpengaruh terhadap indikator
makro yang menjadi target nasional pada 2020-2024. Penjelasan terkait gambar 4.1
diuraikan sebagai berikut:
1. Ouput sektor ekraf merupakan hasil interaksi antara dinamika permintaan dan
penawaran (demand-supply). Output sektor ekraf yang diinginkan muncul dari
besaran permintaan akhir (final demand) yang diinginkan, dimana permintaan akhir
yang diinginkan adalah permintaan akhir terhadap ouput yang dihasilkan dari
gabungan antara pertambahan demand akibat trend dan pertambahan demand
karena adanya kebijakan atau target demand yang diharapkan seperti target
peningkatan konsumsi, peningkat pengeluaran pemerintah, target investasi daan
2. Permintaan akhir yang diinginkan sesuai hukum keseimbangan pasar barang akan
menghasilkan ouput sektor ekraf yang diinginkan, dimana ouput yang diinginkan
selanjutnya akan menjadi dasar sistem produksi ekonomi untuk memenuhinya
sesuai kapasitas yang dimiliki. Berdasarkan kapasitas produksi ( supply) yang ada
serta bergabung dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kapasitas produksi
maka sistem produksi ekonomi akan menghasilkan ouput potensial.
6. Ouput riil yang terjadi selanjutnya menghasilkan GDP riil. GDP riil menjadi dasar
perhitungan pertumbuhan ekonomi sektor. Pertumbuhan output sektor dapat
dibandingkan dengan target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan sehingga
menghasilkan gap GDP. Gap GDP selanjutnya akan mendorong peningkatan
permintaan akhir yang diinginkan sehingga terjadilah siklus tertutup dari sistem
ekonomi.
Berdasarkan gambar 4.2, maka dalam tataran meso faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap indikator ekonomi kreatif yang menjadi target nasional, selain bersumber dari
final demand juga bersumber dari kinerja keterkaitan input-output antar sektor yang
berkaitan dengan sektor ekraf. Keterkaitan antar sektor tersebut secara garis besar dibagi
dalam 2 (dua) tipe yakni keterkaitan ke depan dan keterkaitan kebelakang. Keterkaitan
kedepan terjadi ketika ouput sektor ekraf digunakan sebagai input sektor lain untuk
mengasilkan outputnya. Keterkaitan kebelakang terjadi ketika upaya memproduksi output
sektor ekraf membutuhkan input dari sektor lain. Tinggi rendahnya keterkaitan kedepan
maupun kebelakang dari sektor ekraf akan mempengaruhi besaran ouput sektor ekraf.
Keterkaitan ini menjadi dasar dalam menghitung kontribusi sektor ekraf terhadap ouput
total nasional. Dalam kaitannya dengan pemetaan faktor pada tingkat meso maka
pemahaman terhadap dinamika sektor-sektor yang terkait dengan sektor ekraf menjadi
penting selain dinamika dari turunan permintaan final demand dan faktor produksi sektor
ekraf.
Berdasarkan gambar 4.3 maka dapat diidentifikasi bahwa faktor-faktor yang berpengaruh
pada tataran mikro merupakan kombinasi faktor yang ada pada tataran makro, meso dan
mikro itu senfiri, Secara lebih spesifik, pada tataran mikro, berdasarkan kajian referensi
yang dilakukan, sedikitnya terdapat 7 (tujuh) faktor yang harus diperhatikan, yakni:
financial gearing, marketing and advertising, management and production quality,
infrastructure, bussines site and human resources. Ketujuh faktor mikro spesifik tersebut
saling terkait satu dengan lainnya.
4.2. Analisis Faktor Penentu Pencapaian Target PDB Sektor Ekraf 2024
Besarnya PDB dalam tiga tahun tersebut dalam harga konstan adalah Rp. 686.658,3 miliar
pada thun 2015, Rp. 721.019,9 miliar pada tahun 2016 dan Rp. 757.535,1 miliar pada
tahun 2017. Atau dalam harga berlaku adalah Rp. 852.543,7 miliar pada tahun 2015,
Rp. 923.052,9 miliar pada tahun 2016 dan Rp. 989.153,1 miliar pada tahun 2017.
Pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang makin meningkat tersebut mengikuti pola yang
terjadi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Dari tahun2015 ke 2016 meningkat tajam
dan dari 2016 ke 2017 meningkatnya landai. Perbandingannya bisa dilihat dalam Tabel
4.1.
Pertumbuhan setiap subsektor ekonomi kreatif cukup bervariasi. Dari 16 subsektor yang
ada, dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Kategori pertama adalah subsektor
yang memiliki pertumbuhan mirip dengan pertumbuhan sektornya. Subsektor tersebut
adalah desain produk, kuliner, seni rupa. Untuk subsektor desain produk, meskipun rata-
rata pertumbuhannya mirip sektor ekraf secara keseluruhan, namun memiliki fluktuasi
yang mencolok. Pertumbuhannya sangat rendah di tahun 2015, cukup tinggi di tahun
2016 dan sedang di tahun 2017.
Kategori kedua adalah subsektor yang memiliki pertumbuhan lebih tinggi dari sektor
ekraf. Masuk dalam kategori ini antara lain adalah subsektor film, animasi dan video dan
subsektor televisi dan radio. Subsektor ini pertumbuhannya jauh lebih tinggi dan memiliki
tren meningkat. Subsektor lain yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan sektor ekraf dan
memiliki tren meningkat pertumbuhannya adalah musik dan fotografi. Sedangkan
subsektor yang memiliki pertumbuhan lebih tinggi namun trennya tidak bisa dipastikan
meningkat adalah arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, aplikasi dan game
developer, periklanan, dan seni pertunjukan.
Kategori ketiga adalah subsektor yang memiliki pertumbuhan dibawah sektor ekraf.
Subsektor ini perlu mendapat perhatian, khususnya yang memiliki tren pertumbuhannya
menurun, yaitu subsektor penerbitan dan kriya. Sedangkan subsektor fesyen terlihat
bahwa pertumbuhannya kecil, dengan tren tidak bisa dipastikan apakah menurun.
Skenario baseline menggunakan asumsi bahwa dalam periode proyeksi kedepan tidak
terdapat perubahan yang signifikan pada faktor-faktor penentu pembentuk PDB ekonomi
kreatif. Strategi dan kebijakan pemeirintah yang dijalan masih menggunakan strategi dan
kebijakan yang sama seperti pada periode saat ini. Skenario baseline juga dikenal dengan
skenario tren yang berfungsi unyuk melihat kecenderungan kinerja perkembangan PDB
Tabel 4. 2 Proyeksi PDB Ekonomi Kreatif Atas Berlaku Skenario Baseline (Miliar Rupiah)
Tabel 4. 3 Proyeksi PDB Ekonomi Kreatif Atas Harga Konstan Skenario Baseline
Bila hasil proyeksi tersebut dibandingkan dengan target PDB ekraf sesuai RPJMN 2020-
2024, maka gambaran gap yang terjadi dapat dilihat pada gambar 4.8.
• Hasil perbandingan antara proyeksi baseline harga konstan 2010 dengan target
PDB ekraf 2020 dan 2024 (gambar 4.9) menunjukkan gap yang cukup signifikan,
yakni sebesar 48,54% pada tahun 2020 dan sebesar 74,3% pada tahun 2024.
Kondisi ini mencerminkan bahwa dengan mempertahankan kinerja strategi dan
kebijakan serta kondisi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan PDB
ekraf pada periode 2020-204, maka target PDB tidak dapat dicapai. Mengacu pada
hasil tersebut maka alternatif pilihan strategi dan kebijakan yang dapat
• Secara agregat, faktor penentu pembentuk PDB sektor ekraf yang paling besar
kontribusinya adalah komponen komsumsi dengan prosentase rata-rata sebesar
70,45%. Sementara kontribusi komponen ekspor menempati urutan ke dua dengan
kontribusi sebesar 22,30%. Sementara pengeluaran pemerintah hanya mencapai
rata-rata sebesar 0,03 % terhadap permintaan akhir sektor ekraf.
• Sektor yang memilki permintaan akhir berupa konsumsi masyarakat terbesar adalah
sektor kuliner dengan kontribusi sebesar 94%. Sementara sektor dengan permintaan
akhir berupa ekspor terbesar adalah sektor film, dan animasi dengan kontribusi
sebesar 84%.
• Berdasarkan kondisi tersebut, maka urutan prioritas pengembangan strategi untuk
mempertahankan dan meningkatkan nilai PDB sektor ekraf adalah dengan
mempertahankan dan mengembangkan strategi penguatan ekspor, konsumsi
masyarakat dan investasi. Sementara pengeluaran pemerintah yang relatif rendah
sebaiknya diarahkan untuk mendukung penguatan iklim pengembangan ekonomi
kreatif baik berupa pembangunan infrastruktur dan penciptaan usaha baru melalui
skema inkubasi yang komprehensif, serta permodalan.
4.3. Analisis Faktor Penentu Pencapaian Target Ekspor Sektor Ekraf 2024
Peranan ekspor ekraf terhadap ekspor nonmigas Indonesia pada tahun 2011 sebesar
9,65%. Pada tahun 2012 sampai dengan 2016 peranan ekspor ekraf terhadap ekspor non
migas Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2017 peranannnya sedikit
menurun menjadi 12,95%. Selama periode 2011 sampai dengan 2017, secara rata-rata
peranan ekspor ekraf terhadap ekspor non migas adalah sebsar 12,22%.
Skenario baseline menggunakan asumsi bahwa dalam periode proyeksi kedepan tidak
terdapat perubahan yang signifikan pada faktor-faktor penentu besaran ekspor ekonomi
kreatif. Strategi dan kebijakan pemerintah yang dijalankan masih menggunakan strategi
dan kebijakan yang sama seperti pada periode saat ini. Skenario baseline juga dikenal
dengan skenario trend yang berfungsi untuk melihat kecenderungan kinerja
perkembangan nilai ekspor ekraf bila kondisi-kondisi saat ini saat ini tidak berubah, Hasil
proyeksi skenario baseline ekraf untuk tahun 2020-2024 dapat dilihat pada tabel 4.6.
0 Non Kreatif
1 Arsitektur - -
2 Desain Interior - -
4 Desain Produk - -
6 Fotografi - -
13 Periklanan - -
15 Seni Pertunjukan - -
• Hasil perbandingan antara proyeksi baseline dengan target ekspor ekraf 2020 dan
2024 (gambar 4.11) menunjukkan gap antara keduanya yang sangat tipis. Kondisi
ini mencerminkan bahwa dengan mempertahankan kinerja strategi dan kebijakan
serta kondisi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan nilai ekspor ekraf
pada periode 2020-204, maka target ekspor ekraf sudah mampu dicapai. Mengacu
pada hasil tersebut maka alternatif pilihan strategi dan kebijakan yang dapat
dikembangkan untuk mendukung agar pola pertumbuhan tersebut tercapai adalah
melalui 2 (dua) hal yakni mempertahankan atau melanjutkan strategi yang sudah
ada dan mengembangkan strategi untuk menjaga kemungkinan pelemahan kinerja
faktor-faktor penentu pertumbuhan ekspor ekraf pada periode 2020-2024. Kedua
alternatif tersebut perlu dilakukan melalui kajian mendalam terhadap dinamika
faktor-faktor pertumbuhan PDB ekraf seperti dinamika permintaan akhir sektor ekraf
(C,I, G, X, M) serta dinamika faktor-faktor produksi sektor ekraf (model, tenaga kerja
dan TFP).
Menurut Curry (2001) ekspor adalah barang dan jasa yang dijual kepada negara asing
untuk ditukarkan dengan barang lain (produk, uang). Proses ekspor pada umumnya adalah
tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk
memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan
campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Perkembangan ekspor
dari suatu negara tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan komparatif tetapi
juga oleh faktor-faktor keunggulan kompetitif. Inti daripada paradigma keunggulan
kompetitif adalah keunggulan suatu negara di dalam persaingan global selain ditentukan
A. Faktor Eksternal
Masalah yang terdapat diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi kegiatan
perdagangan atau proses ekspor dan impor diantaranya adalah sebagai berikut:
2. Pemasaran
Yang perlu dipertimbangkan pada bidang pemasaran adalah tujuan pemasaran barang
supaya mendapatkan harga yang terbaik.Pertimbangan lainnya seperti mengetahui
informasi seperti:
Pada bidang daya saing, pihak eksporir dan importir bisa menghadapi masalah seperti:
1. Daya saing rendah dalam harga dan waktu penyerahan
2. Kurangnya pengetahuan akan perluasan pemasaran serta teknik-teknik
pemasaran
3. Saluran pemasaran tidak berkembang di luar negeri
1. Persiapan Teknis
Persyaratan teknis untuk kegiatan transaksi ekspor dan impor diantaranya:
1. Status badan hukum perusahaan
2. Izin ekspor impor seperti APE,APES, API, APIS, APIT
3. Izin usaha (SIUP)
4. Persyaratan lain seperti dokumen pengapalan dan kejujuran serta kesungguhan
berusaha termasuk itikad baik.
3. Pembiayaan
Pembiayaan ini meliputi kecukupan dana, fasilitas pembiayaan dan bagaimana cara
memperolehnya. Hal ini tentu harus di atur dengan bijak oleh para pengusaha.
Berdasarkan referensi tersebut, maka secara garis besar faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap ekspor ekonomi ekraf dapat dilihat pada Gambar 4.12. Melalui ilustrasi tersebut
Skenario baseline menggunakan asumsi bahwa dalam periode proyeksi kedepan tidak
terdapat perubahan yang signifikan pada faktor-faktor penentu jumlah tenaga kerja
ekonomi kreatif. Strategi dan kebijakan pemerintah yang dijalankan masih menggunakan
strategi dan kebijakan yang sama seperti pada periode saat ini. Skenario baseline juga
dikenal dengan skenario trend yang berfungsi untuk melihat kecenderungan kinerja
perkembangan jumlah tenaga kerja ekraf bila kondisi-kondisi saat ini tidak berubah, Hasil
proyeksi skenario baseline ekraf untuk tahun 2020-2024 dapat dilihat pada tabel 4.8.
0 Non Kreatif
• Hasil perbandingan antara proyeksi baseline dengan target tenaga kerja ekraf 2020
dan 2024 (gambar 4.14) menunjukkan gap antara keduanya yang sangat tipis
bahkan pada tahun 2024 proyeksi telah melampaui target. Kondisi ini mencerminkan
bahwa dengan mempertahankan kinerja strategi dan kebijakan serta kondisi faktor-
faktor yang berpengaruh dalam penyerapan tenaga kerja ekraf pada periode 2020-
2024, maka target penyerapan tenaga kerja ekraf sudah mampu dicapai. Mengacu
pada hasil tersebut maka alternatif pilihan strategi dan kebijakan yang dapat
dikembangkan untuk mendukung agar pola pertumbuhan tersebut tercapai adalah
melalui yakni meningkatkan dan memperkuat strategi pengembangan sektor
ekonomi ekraf yang sudah ada, mengembangkan strategi baru dan mengembangkan
strategi untuk menjaga kemungkinan pelemahan kinerja faktor-faktor penentu
pertumbuhan penyerapan tenaga kerja ekraf pada periode 2020-2024. Ketiga
alternatif tersebut perlu dilakukan melalui pengamatan mendalam terhadap
dinamika faktor-faktor pertumbuhan tenaga kerja ekraf pada berbagai tataran.
1) Modal kerja atau asset lancar merupakan investasi yang digunakan perusahaan
dalam jangka pendek, biasanya berupa kas/bank, persediaan, piutang, investasi
jangka panjang dan biaya dibayar dimuka (Haryani, 2002).
2) Tingkat upah. Upah merupakan pembayaran dalam bentuk uang atas jasa baik fisik
maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja dan digunakan dalam proses
produksi. Upah riil adalah upah yang diukur berdasarkan kemampuannya memenuhi
kebutuhan pekerja akan barang dan jasa (Sukirno, 2006). Kenaikan tingkat upah,
akan menaikkan biaya produksi perusahan yang pada akhirnya menyebabkan
kenaikan harga. Kenaikan harga menyebabkan, pembeli berkurang, berkurangnya
produksi dan akhirnya berkurangnya permintaan tenaga kerja atau disebut scale
effect. Apabila tingkat upah naik, pengusaha lebih suka mengganti tenaga kerja
Dalam konteks peningkatan penyerapan tenaga kerja sektor ekraf, maka sedikitnya
terdapat 2 (dua) saluran, yakni penyerapan tenaga kerja pada sektor ekonomi kreatif yang
sudah berkembang misal pada industri kreatif berskala menengah dan besar, dan
penerapan tenaga kerja melalui penumbuhkembangan industri dan usaha kreatif baru.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada kedua saluran tersebut relatif sama, antara lain
seperti yang terlihat pada gambar 4.15. Ilustrasi tersebut selanjutnya akan digunakan
untuk memetakan kedudukan strategi, kebijakan dan program yang bertujuan
meningkatkan penyerapan tenaga kerja ekraf yang ada saat ini dan rencananya pada
kerangka faktor penentu tersebut.
Target
No Arah Kebijakan Indikator
2020 2024
Peningkatan nilai Nilai tambah ekonomi Rp.1.305-Rp.1.307 Rp.1.840-1.890
1
tambah, lapangan kreatif triiun triliun
Revitalisasi ruang
25 unit 40 unit
kreatif
Peningkatan ekspor
bernilai tambah
tinggi dan Nilai ekspor ekonomi
2 USD 21,5-22,6 miliar USD 24,5 miliar
penguatan Tingkat kreatif
Kandungan Dalam
Negeri (TKDN)
Skema pembiayaan
0 skema 1 skema
berbasis HKI
Peningkatan nilai tambah ekonomi kreatif akan dilaksanakan melalui: (1) pendampingan
dan inkubasi; (2) pengembangan center of excellence; (3) fasilitasi inovasi dan penguatan
brand, (4) pengembangan dan revitalisasi ruang kreatif termasuk klaster/kota kreatif; (5)
penerapan dan komersialisasi hak atas kekayaan intelektual; serta (6) penguatan rantai
pasok dan skala usaha kreatif. Peningkatan populasi pelaku usaha digital juga akan
difasilitasi melalui pengembangan klaster digital, termasuk yang berbasis desa,
kemudahan usaha, serta akses kepada pembiayaan dan pasar. Penguatan ekonomi kreatif
dan ekonomi digital ke depan difokuskan pada 8 klaster kreatif di Jawa, Medan dan
Makassar. Sektor yang akan diperkuat yaitu kuliner, fesyen, kriya, aplikasi dan konten
digital, games, film, dan musik. Perluasan aktivitas ekonomi kreatif dilaksanakan secara
bertahap di wilayah lain yang memiliki potensi nilai tambah yang besar.
Arah kebijakan tersebut diatas didukung oleh arah kebijakan dan strategi penguatan
kerangka ekonomi makro lainya seperti perbaikan iklim usaha dan peningkatan investasi
yang dilaksanakan melalui: (1) harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan; (2) penjaminan
kepastian hukum berusaha dan investasi; (3) fasilitasi kemudahan usaha dan investasi;
(4) reformasi ketenagakerjaan melalui upaya penciptaan iklim ketenagakerjaan yang
Sementara dari sisi penguatan pasar, strategi peningkatan dan perluasan ekspor akan
difokuskan pada: (1) peningkatan ekspor produk industri yang lebih kompleks termasuk
yang berteknologi menengah dan tinggi (antara lain produk-produk komputer, instrumen
ilmiah, mesin listrik, dirgantara); (2) peningkatan ekspor jasa melalui peningkatan
kapasitas dari pelaku sektor jasa dalam negeri berdasarkan peta kompetensi, harmonisasi
regulasi sektor jasa, serta penyediaan statistik perdagangan jasa; (3) penguatan platform
informasi ekspor dan impor yang mencakup informasi pasar, regulasi dan prosedur, serta
insentif dan advokasi termasuk tentang kerja sama bilateral dan multilateral; (4)
pengembangan marketplace berorientasi ekspor, termasuk yang dapat dimanfaatkan oleh
UMKM dan start-up teknologi untuk memasok produk dan jasa ke pasar internasional; dan
(5) fasilitasi peningkatan daya saing brand barang dan jasa Indonesia. Perluasan pasar
ekspor akan mencakup kawasan Afrika, Amerika Latin, dan Eropa Timur.
Dari sisi permintaan domestik, konsumsi masyarakat (rumah tangga dan LNPRT)
diharapkan akan tumbuh rata-rata 5,1 – 5,3% per tahun. Peningkatan konsumsi
masyarakat didorong oleh peningkatan pendapatan masyarat seiring dengan penciptaan
lapangan kerja yang lebih besar dan lebih baik, stabilitas harga, dan bantuan sosial
pemerintah yang lebih tepat sasaran. Konsumsi pemerintah akan tumbuh rata-rata 4,3%
– 4,8% per tahun didukung oleh peningkatan belanja pemerintah, baik pusat maupun
transfer ke daerah, seiring dengan peningkatan pendapatan negara, terutama penerimaan
perpajakan.
Dengan mengacu pada lingkup strategi dan arah kebijakan pengembangan ekonomi
kreatif tersebut, maka bila disandingkan dengan struktur keterkaitan fakktor-faktor
penentu perkembangan PDB ekraf dapat diidentifikasi dimana kedudukan dan peran
masing-masing strategi adan arah kebijakan tersebut. Hasil persandingan dapat dilihat
pada Gambar 4.17.
Berdasarkan gambar 4.17 tersebut, dapat dipetakan bahwa strategi dan arah kebijakan
pembangunan ekraf yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024 lebih banyak berperan
dalam memperkuat sisi supply, hanya 1 (satu) strategi dan arah kebijakan ekraf yag
berada pada area penguatan rantai nilai atau keterkaitan antar sektor. Sementara
strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi yang berlaku umum, lebih banyak berperan
dalam memperkuat sisi demand. Bila diintegrasikan seluruh strategi dan arah kebijakan
ekonomi tersebut maka dapat dikatakan bahwa strategi dan arah kebijakan pembangunan
ekonomi ekraf telah mencakup hampir semua sisi dari struktur faktor penentu kinerja
indikator makro ekraf. Hal yang masih perlu diperkuat adalah strategi dan arah kebijakan
yang berfokus pada penguatan keterkaitan input-ouput antara sektor ekraf dengan
sektor lainnya. Penguatan keterkaitan ini secara langsung akan mendukung penguatan
pasar domestik, termasuk pengembangan industri dan usaha-usaha baru kreatif.
• Hasil perbandingan antara proyeksi baseline harga konstan 2010 dengan target
PDB ekraf 2020 dan menunjukkan gap yang cukup signifikan, yakni sebesar 48.54%
pada tahun 2020 dan sebesar 74,3% pada tahun 2024. Kondisi ini mencerminkan
bahwa dengan mempertahankan kinerja strategi dan kebijakan serta kondisi faktor-
faktor yang berpengaruh dalam pembentukan PDB ekraf pada periode 2020-204,
maka target PDB tidak dapat dicapai.
• Secara agregat, faktor penentu pembentuk PDB sektor ekraf yang paling besar
kontribusinya adalah komponen komsumsi dengan presentase rata-rata sebesar
70,45%. Sementara kontribusi komponen ekspor menempati urutan ke dua dengan
kontribusi sebesar 22,30%. Sementara pengeluaran pemerintah hanya mencapai
rata-rata sebesar 0,03 % terhadap permintaan akhir sektor ekraf.
• Hasil perbandingan antara proyeksi baseline dengan target ekspor ekraf 2020 dan
2024 menunjukkan gap antara keduanya yang sangat tipis. Kondisi ini
mencerminkan bahwa dengan mempertahankan kinerja strategi dan kebijakan serta
kondisi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan nilai ekspor ekraf pada
periode 2020-204, maka target ekspor ekraf sudah mampu dicapai.
• Hasil perbandingan antara proyeksi baseline dengan target tenaga kerja ekraf 2020
dan 2024 menunjukkan gap antara keduanya yang sangat tipis bahkan pada tahun
2024 hasil proyeksi telah melampaui target. Kondisi ini mencerminkan bahwa
dengan mempertahankan kinerja strategi dan kebijakan serta kondisi faktor-faktor
yang berpengaruh dalam penyerapan tenaga kerja ekraf pada periode 2020-204,
maka target penyerapan tenaga kerja ekraf sudah mampu dicapai.
• Mengacu pada hasil tersebut maka alternatif pilihan strategi dan kebijakan yang
dapat dikembangkan untuk mendukung agar pola pertumbuhan tersebut tercapai
adalah melalui yakni meningkatkan dan memperkuat strategi pengembangan sektor
5.1.1. Pengertian
a. Pengertian Evaluasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional, evaluasi adalah penilaian yang sistematis dan
objektif atas desain, implementasi dan hasil dari intervensi yang sedang berlangsung atau
yang telah selesai.
b. Pengertian Program
Pengertian program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan yang
disertai penyediaan alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan
oleh instansi pemerintah.
c. Pengertian Kegiatan
Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan
kerja sebagai bagian untuk pencapaian sasaran yang terukur pada suatu program dan
terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya untuk menghasilkan keluaran
(output) dalam bentuk barang/jasa.
a. Evaluasi Ex-Ante
Evaluasi Ex-ante dilakukan sebelum dokumen perencanaan ditetapkan.
1. Memilih alternatif kebijakan terbaik dari berbagai alternatif yang ada; dan
2. Memastikan dokumen perencanaan disusun secara terstruktur, koheren dan
sistematis, antara lain dengan cara menelaah konsistensi antar dokumen
perencanaan dan menelaah penyusunan kebijakan/program/kegiatan dengan
mereviu permasalahan, formulasi sasaran, konsistensi arah kebijakan dan
strategi pembangunan dengan sasaran, dan ketepatan indikator kinerja yang
digunakan.
Berdasarkan beberapa jenis dan metode evaluasi yang diuraikan di atas, kajian Grand
Strategy ini memusatkan pada jenis evaluasi pengukuran kinerja yang dilakukan untuk
melihat capaian kinerja kebijakan/program/kegiatan dengan membandingkan antara
target dengan capaian.
Gap antara capaian kinerja dengan target kinerja dapat bernilai posistif (+) maupun
negatif (-). Gap bernilai (+) jika capaian kinerja lebih besar dari target kinerja, sebaliknya
gap akan bernilai (-) jika capaian kinerja lebih kecil dari target kinerja.
3. Menjadi salah satu dasar pengambilan keputusan terkait prioritas waktu dan
biaya yang dibutuhkan.
Dalam rangka memberikan informasi yang kredibel dan bermanfaat maka evaluasi harus
didukung oleh data dan informasi yang akurat dan up to date. Adapun sumber data
evaluasi capaian kinerja adalah berdasarkan LAKIP BEKRAF tahun 2015 - 2018.
No
Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian % Notifikasi
1 Meningkatnya pertumbuhan
PDB Ekonomi Kreatif 7,5 7,59 101,2
(Persentase)
2 Tenaga Kerja (Orang)
12.100.000 2.171.231 100,59
Pada tahun 2015 target kontribusi ekspor/devisa bruto 6.15% sampai dengan akhir tahun
2015 bidang ekonomi kreatif baru berhasil mencapai 5,74% atau menurun 6,5% dari
target. Hal ini disebabkan oleh tingginya penurunan impor pada periode yang sama dan
ekspor tidak berperan banyak dalam surplus perdagangan.
Meningkatnya pertumbuhan
1 PDB Ekonomi Kreatif 5,21 4,6 88,29
(Persentase)
Meningkatnya pertumbuhan
1 PDB Ekonomi Kreatif 5,7 5,25 92,11
(Persentase)
Dari hasil capaian di atas dapat disimpulkan bahwa indikator kinerja sasaran strategis
adalah pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif pada tahun 2017 belum mencapai target yaitu
dari target sebesar 5,70% baru dapat direalisasikan sebesar 5,25% sehingga capaiannya
sebesar 92,11%. Sementara untuk indikator kinerja serapan tenaga kerja dari target
Meningkatnya pertumbuhan
1 PDB Ekonomi Kreatif 5,60 5,19 92,68
(Persentase)
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Sasaran Strategis 1, Pertumbuhan PDB
dengan indikator kinerja utama pertumbuhan PDB ekonomi kreatif dari target 5,60%
mencapai realisasi 5,19%, sehingga capaiannya adalah 92,68%. Sasaran Strategis 2,
penyerapan tenaga kerja dengan indikator kinerja utama serapan tenaga kerja dari target
16,70 juta orang mendapatkan realisasi 18,35 juta orang, sehingga capaiannya adalah
109,88%. Sasaran Strategis 3, nilai ekspor produk kreatif dengan indikator kinerja utama
nilai ekspor bruto dari target 21,00 USD mendapatkan realisasi 21,40 USD, sehingga
capaiannya adalah 101,90%.
Tidak tercapainya pertumbuhan PDB ekonomi kreatif secara optimal karena adanya
beberapa indikator kinerja keluaran yang tidak dapat dilaksanakan secara optimal karena
sebagai berikut:
• Turunnya aktivitas produksi akibat libur yang lebih panjang daripada tahun lalu
• Faktor pelemahan rupiah yang menyebabkan kenaikan biaya produksi untuk
perusahaan-perusahaan yang menggunakan komponen impor
• Kenaikan suku bunga kredit
• Kurangnya koordinasi dengan pihak-pihak eksternal dalam rangka pelaksanaan
kegiatan.
• Tidak tercapainya target pembuatan kerja sama/MoU dengan pihak eksternal
1. Tujuan stakeholders adalah yang paling umum, dan peta menunjukkan langkah-
langkah yang diperlukan untuk meningkatkan posisi masyarakat.
2. Selanjutnya perspektif pelanggan digunakan untuk menunjukkan apa yang
pelanggan inginkan dan harapkan terhadap organisasi pemerintah.
3. Adapun proses internal perspektif merupakan kunci proses dalam peta strategi
karena penggunaan peta akan menunjukkan bagaimana organisasi saat ini
melakukan satu atau lebih tugas dan bagaimana tugas-tugas dapat dilakukan secara
lebih efisien dan berkelanjutan.
4. Yang terakhir adalah perspektif pertumbuhan dan pembelajaran ( learn and growth),
yang berfungsi sebagai modal dasar di dalam organisasi, keterampilan yang perlu
dicapai dan langkah-langkah yang diperlukan untuk memahami sepenuhnya di dalam
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ini.
Peta strategi digunakan untuk menjabarkan strategi secara visual, melalui sejumlah
Sasaran Strategis (SS) yang terangkai dalam hubungan sebab akibat, sehingga
memudahkan dalam mengkomunikasikan strategi. Peta strategi menggambarkan cara
pandang organisasi dari berbagai perspektif.
Ada 3 (tiga) ultimate outcomes (impact) dari pelaksanaan program ekonomi kreatif yaitu:
(1) meningkatnya jumlah perusahaan; (2) meningkatnya nilai tambah per perusahaan;
serta (3) brand produk kreatif Indonesia mendunia. Dari ketiga impact ini dijabarkan
menjadi (1) pertumbuhan PDB ekonomi kreatif, (2) ekspor produk kreatif, serta (3) tenaga
kerja yang sasaran makro sebagai dari sasaran yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019,
lihat Gambar 5.3.
Misi BEKRAF : membangun ekosistem yang mampu: (1) mendorong penumbuhan usaha
baru ekonomi kreatif; (2) meningkatkan nilai tambah produk kreatif dalam perekonomian
nasional; (3) menghasilkan produk unggulan ekonomi kreatif yang dikenal dan digemari
di pasar global.
Dalam rangka mencapai visi dan misi Badan Ekonomi Kreatif seperti yang dikemukakan
di atas, maka visi dan misi tersebut dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah dan
operasional berupa perumusan tujuan. Dalam rangka memecahkan permasalahan yang
dihadapi seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, dalam rangka mewujudkan visi
dan melaksanakan misi Badan Ekonomi Kreatif, maka tujuan yang harus dicapai adalah:
Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 Tentang
RPJMN 2015-2019 bahwa Renstra Kementerian/Lembaga merupakan RPJMN
Kementerian/ Lembaga, maka Sasaran Strategis BEKRAF Tahun 2015-2019 mengadopsi
Sasaran Sektor Ekonomi Kreatif RPJMN dan merupakan penjabaran lebih detail dari tujuan
BEKRAF dengan indikator dan target yang terukur. Dengan demikian formulasi dari
Sasaran Strategis BEKRAF 2015-2019 adalah sebagai berikut:
Untuk pemetaan program tahun 2020 – 2024 dapat dikembangkan dari arah kebijakan
berdasar RPJMN 2020-2024. Dengan mengaitkan dengan sasaran strategis yang
diamanatkan kepada BEKRAF, dapat dipetakan berikut ini.
Target
No. Arah Kebijakan Indikator
2020 2024
Jumlah kab/kota
2 Kabupaten/Kota/ 10 Kabupaten/Kota/
kreatif yang
Kawasan Kawasan (Kumulatif)
Peningkatan nilai difasilitasi
tambah, lapangan
1 kerja, dan investasi Jumlah klaster kreatif
4 klaster 12 klaster
di sektor riil, dan yang dikembangkan
industrialisasi
Revitalisasi ruang
25 unit 40 unit
kreatif
Peningkatan
ekspor bernilai
tambah tinggi dan Nilai ekspor ekonomi
2 USD 21,5-22,6 miliar USD 24,5 miliar
penguatan Tingkat kreatif
Kandungan Dalam
Negeri (TKDN)
Skema pembiayaan
0 skema 1 skema
berbasis HKI
Ketersediaan data
statistik ekonomi 2 database 2 database
kreatif
Dikaitkan dengan sasaran strategis yang ditetapkan dapat divisualisasikan peta strategi
Rencana Program BEKRAF 2020-2025 sebagai berikut:
Selain pemetaan berdasarkan arah kebijakan RPJMN 2020-2024, peta program dan
kegiatan juga dapat dikembangkan dari RKP 2020 yang sudah ditetapkan sebagai
pendekatan untuk menggambarkan peta program dan kegiatan 2020-2024.
Valuasi kontribusi BEKRAF terhadap target nasional ditujukan untuk melihat potensi
besaran kontribusi program dan kegiatan yang dilaksanakan terhadap target-target
pembangunan nasional khususnya pembangunan sektor ekraf. Valuasi dilakukan dalam
perspektif ekonomi makro. Dalam konteks ekonomi makro maka valuasi kontribusi
5.3.1 Kontribusi Ekonomi BEKRAF dalam Perspektif Sisi Produksi Sektor Ekraf
Indikator utama kinerja ekonomi dalam sisi produksi adalah besaran output (Q) yang
dihasilkan berdasarkan faktor-faktor produksinya. Dalam perspektif sisi produksi maka
kontribusi ekonomi dari kegiatan atau program pemerintah umumnya akan lebih banyak
berperan dalam membentuk iklim usaha atau ekosistem bisnis ekonomi yang kondusif.
Pengembangan ekosistem usaha atau bisnis ekraf dalam teori fungsi produksi cobb
doglas merupakan komponen yang termasuk dalam kategori TFP (total factor production).
TFP/MFP merupakan salah satu pendekatan yang banyak digunakan untuk mengetahui
seberapa besar peranan teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi. Pendekatan ini secara
matematis diturunkan oleh Solow sebagai faktor sisa, yang dihitung dengan cara
mengurangi pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan kapital dan pertumbuhan
tenaga kerja setelah kedua variabel terakhir dikalikan dengan share-nya masing-masing.
Jika Q adalah output, K adalah kapital, L adalah tenaga kerja, dan A merupakan teknologi,
maka fungsi produksi pada tahun ke-t dapat kita tulis sebagai :
Q = A f (K L )
t t t t
Nilai TFP-G ekraf tersebut mencerminkan bahwa tingkat pertumbuhan ouput sektor ekraf
masih didominasi oleh kontribusi investasi dan tenaga kerja. Pangsa nilai investasi untuk
menghasilkan pertumbuhan PDB sektor ekraf adalah rata-rata sebesar 88 %. Kondisi ini
mencerminkan bahwa sektor ekraf dari sisi produksi cendrung merupakan kegiatan yang
padat modal.
Demand sektor ekraf secara garis besar terdiri dari 2 (dua) yakni final demand dan
intermediate demand. Permintaan akhir yaitu penggunaan barang dan jasa bukan untuk
proses produksi yang biasanya terdiri atas konsumsi rumah tangga, pengeluaran
pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan persediaan ( stock), dan ekspor.
Sementara permintaan antara menunjukkan arus barang dan jasa yang dihasilkan dan
digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi di suatu perekonomian.
Permintan antara menunjukkan distribusi penggunaan barang dan jasa untuk suatu
proses produksi sehingga disebut juga sebagai transaksi antara (intermediate
transaction). Struktur pasar yang kuat akan tercermin dari komposisi yang lebih
berimbang antara final demand dan intermediate demand.
Data tabel I- O ekonomi kreatif yang disusun BPS Tahun 2017 menunjukkan bahwa
komposisi demand sektor ekraf masih didominasi oleh permintaan akhir (66,53%).
Sementara ouput sektor ekraf yang digunakan untuk kegiatan produktif di dalam negeri
mencapai 33,47%. Dari total permintaan akhir sektor ekraf, secara agregat komponen
konsumsi rumah tangga mendominasi pasar produk sektor ekraf hingga mencapai 67%.
Sementara pasar ekspor mencapai 17% dan pengeluaran pemerintah hanya sebesar
0.14%. Kondisi ini mencerminkan bahwa dari sisi demand pengeluaran pemerintah melalui
program-program yang dijalankan termasuk melalui program BEKRAF bukan kontributor
utama dalam pasar sektor ekraf.
Jika dikaitkan antara pertumbuhan anggaran sektor ekraf dengan tingkat pertumbuhan
ekspor sektor ekraf, maka dapat dilihat adanya korelasi positif antara pertumbuhan
anggaran pemerintah untuk sektor ekraf dengan tingkat pertumbuhan ekspor sektor
BEKRAF.
a. Keterkaitan ke Depan
Keterkaitan ke depan atau sering juga disebut derajat kepekaan menunjukkan
kemampuan sektor ekonomi kreatif memberikan pasokan terhadap sektor hilirnya. Untuk
melihat sektor mana yang kuat derajat kepekaannya, maka dibuat indeks derajat
kepekaan. Indeks derajat kepekaan suatu sektor sama dengan satu berarti bahwa sektor
tersebut memiliki derajat kepekaan rata-rata. Sedangkan jika indeks derajat kepekaannya
lebih dari satu, maka sektor tersebut memiliki derajat kepekaan di atas rata-rata nasional.
Sebaliknya jika indeks derajat kepekaan kurang dari satu, berarti memiliki derajat
kepekaan di bawah rata-rata nasional.
Indeks Derajat
No Subsektor
Kepekaan
1 Arsitektur 0,69809
6 Fotografi 0,74352
7 Kriya 114,144
8 Kuliner 0,97940
9 Musik 0,68558
12 Penerbitan 0,91441
13 Periklanan 0,67628
Dari Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa hanya terdapat satu subsektor industri kreatif yang
memiliki derajat kepekaan lebih dari satu, yatu subsektor kriya. Ini berarti bahwa
subsektor kriya berada di atas rata-rata derajat kepekaan nasional. Juga berarti bahwa
subsektor kriya termasuk dibutuhkan sebagai input antara oleh subsektor lainnya dalam
perekonomian.
Selanjutnya dapat diketahui sektor mana saja yang paling membutuhkan input antara dari
subsektor kriya. Lihat Tabel 5.10. Dari seluruh permintaan antara subsektor kriya, 28,67%
digunakan oleh sektor konstruksi, 13,50% oleh subsektor fashion, dan seterusnya, Tabel
5.10. hanya menampilkan lima terbesar saja. Hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan
omzet atau produksi subsektor kriya dapat dilakukan kebijakan peningkatan output sektor
konstruksi, karena dari sektor tersebut datangnya permintaan antara yang terbesar.
Prioritas kedua adalah meningkatkan output subsektor fashion. Demikian seterusnya.
Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Konstruksi 28,67
2 Fashion 13,50
4 Penerbitan 8,34
5 Kriya 6,81
Untuk subsektor arsitektur dapat dilihat dalam Tabel 5.11. Sektor yang berkontribusi
terbesar pada permintaan antara arsitektur adalah sektor konstruksi, sebesar 25,31%.
Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Konstruksi 25,31
Untuk subsektor desain interior dapat dilihat dalam Tabel 5.12. Sektor yang berkontribusi
terbesar pada permintaan antara desain interior adalah sektor konstruksi, sebesar
22,38%. Kebijakan peningkatan output sektor konstruksi akan berpengaruh besar dalam
peningkatan output subsektor desain interior.
Tabel 5. 12 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Desain Interior (persen), Lima Terbesar
Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Konstruksi 22,38
4 Arsitektur 7,33
Untuk subsektor desain komunikasi visual dapat dilihat dalam Tabel 5.13. Sektor yang
berkontribusi terbesar pada permintaan antara desain komunikasi visual adalah subsektor
aplikasi dan game developer, sebesar 28,76%. Kebijakan peningkatan output subsektor
aplikasi dan game developer akan berpengaruh besar dalam peningkatan output
Tabel 5. 13 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Desain Komunikasi Visual (persen), Lima
Terbesar
Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Aplikasi dan Game developer 28,76
2 Periklanan 20,92
3 Arsitektur 10,96
5 Penerbitan 9,28
Untuk subsektor desain produk dapat dilihat dalam Tabel 5.14. Sektor yang berkontribusi
terbesar pada permintaan antara desain produk adalah sektor konstruksi, sebesar 30,71%.
Kebijakan peningkatan output sektor konstruksi akan berpengaruh besar dalam
peningkatan output subsektor desain produk.
Tabel 5. 14 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Desain Produk (persen), Lima Terbesar
Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Konstruksi 30,71
Untuk subsektor film dan animasi dapat dilihat dalam Tabel 5.15. Sektor yang
berkontribusi terbesar pada permintaan antara film dan animasi adalah sektor jasa
pendidikan, sebesar 29,92%. Kebijakan peningkatan output sektor jasa pendidikan akan
berpengaruh besar dalam peningkatan output subsektor film dan animasi.
Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Jasa Pendidikan 29,92
Untuk subsektor fotografi dapat dilihat dalam Tabel 5.16. Sektor yang berkontribusi
terbesar pada permintaan antara fotografi adalah sektor konstruksi, sebesar 23,19%.
Kebijakan peningkatan output sektor konstruksi akan berpengaruh besar dalam
peningkatan output subsektor fotografi.
Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Konstruksi 23,19
4 Arsitektur 7,96
Untuk subsektor kuliner dapat dilihat dalam Tabel 5.17. Sektor yang berkontribusi
terbesar pada permintaan antara kuliner adalah subsektor kuliner itu sendiri, sebesar
27,95%.
Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Kuliner 27,95
Administrasi Pemerintahan,
2 Pertahanan dan Jaminan Sosial 24,36
Wajib
3 Industri Makanan dan Minuman 7,98
4 Konstruksi 7,87
Untuk subsektor musik dapat dilihat dalam Tabel 5.18. Sektor yang berkontribusi terbesar
pada permintaan antara musik adalah subsektor televisi dan radio, rasionya sangat besar,
yaitu 60,72%. Kebijakan peningkatan output subsektor televisi dan radio akan
berpengaruh besar dalam peningkatan output subsektor musik.
Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Televisi dan radio 60,72
Perdagangan Besar dan Eceran,
2 7,19
Bukan Mobil dan Sepeda Motor
3 Jasa lainnya 4,31
4 Periklanan 3,69
Untuk subsektor fashion dapat dilihat dalam Tabel 5.19. Sektor yang berkontribusi
terbesar pada permintaan antara fashion adalah sektor Perdagangan Besar dan Eceran,
Bukan Mobil dan Sepeda Motor, sebesar 31,63%. Kebijakan peningkatan output subsektor
Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor akan berpengaruh besar
dalam peningkatan output subsektor fashion.
Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
Perdagangan Besar dan Eceran,
1 31,63
Bukan Mobil dan Sepeda Motor
2 Konstruksi 14,97
Administrasi Pemerintahan,
3 Pertahanan dan Jaminan Sosial 11,41
Wajib
Perdagangan Mobil, Sepeda Motor
4 10,42
dan Reparasinya
5 Fashion 8,97
Untuk subsektor aplikasi dan game developer dapat dilihat dalam Tabel 5.20. Sektor yang
berkontribusi terbesar pada permintaan antara aplikasi dan game developer adalah sektor
Industri Batubara dan Pengilangan Migas, sebesar 23,15%. Kebijakan peningkatan output
subsektor Industri Batubara dan Pengilangan Migas akan berpengaruh besar dalam
peningkatan output subsektor aplikasi dan game developer.
Tabel 5. 20 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Aplikasi dan Game developer (persen), Lima
Terbesar
Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
4 Konstruksi 6,88
5 Fashion 4,61
Untuk subsektor penerbitan dapat dilihat dalam Tabel 5.21. Sektor yang berkontribusi
terbesar pada permintaan antara penerbitan adalah sektor jasa pendidikan, sebesar
28,88%. Kebijakan peningkatan output sektor jasa pendidikan akan berpengaruh besar
dalam peningkatan output subsektor penerbitan.
Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
2 Konstruksi 12,01
Untuk subsektor periklanan dapat dilihat dalam Tabel 5.22. Sektor yang berkontribusi
terbesar pada permintaan antara periklanan adalah sektor konstruksi, sebesar 24,61%.
Kebijakan peningkatan output sektor konstruksi akan berpengaruh besar dalam
peningkatan output subsektor periklanan.
Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Konstruksi 24,61
Untuk subsektor televisi dan radio dapat dilihat dalam Tabel 5.23. Sektor yang
berkontribusi terbesar pada permintaan antara televise dan radio adalah sektor jasa
perusahaan, sebesar 11,45%. Kebijakan peningkatan output sektor jasa perusahaan akan
berpengaruh besar dalam peningkatan output subsektor televisi dan radio.
Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
Untuk subsektor seni pertunjukan dapat dilihat dalam Tabel 5.24. Sektor yang
berkontribusi terbesar pada permintaan antara seni pertunjukan adalah sektor
Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor, sebesar 16,60%.
Kebijakan peningkatan output sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan
Sepeda Motor akan berpengaruh besar dalam peningkatan output subsektor seni
pertunjukan.
Tabel 5. 24 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Seni Pertunjukan (persen), Lima Terbesar
Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
Perdagangan Besar dan Eceran,
1 16,60
Bukan Mobil dan Sepeda Motor
4 Periklanan 9,89
Untuk subsektor seni rupa dapat dilihat dalam Tabel 5.25. Sektor yang berkontribusi
terbesar pada permintaan antara seni rupa adalah sektor konstruksi, sebesar 26,73%.
Kebijakan peningkatan output sektor konstruksi akan berpengaruh besar dalam
peningkatan output subsektor seni rupa.
Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Konstruksi 26,73
5 Periklanan 8,35
b. Keterkaitan ke Belakang
Keterkaitan ke belakang atau sering juga disebut daya penyebaran menunjukkan
kemampuan sektor ekonomi kreatif menyerap produk (input antara) dari sektor
pemasoknya. Untuk melihat sektor mana yang kuat daya penyebarannya, maka dibuat
indeks daya penyebaran. Indeks daya penyebaran suatu sektor sama dengan satu berarti
bahwa sektor tersebut memiliki daya penyebaran rata-rata. Sedangkan jika indeks daya
penyebarannya lebih dari satu, maka sektor tersebut memiliki daya penyebaran di atas
rata-rata nasional. Sebaliknya jika indeks daya penyebaran kurang dari satu, berarti
memiliki daya penyebaran di bawah rata-rata nasional.
Dari Tabel 5.26 dapat dilihat bahwa terdapat 5 subsektor ekonomi kreatif yang memiliki
daya penyebaran di atas rata-rata. Kelima subsektor tersebut, diurutkan dari yang nilai
daya penyebarannya terbesar adalah kuliner (1,2238), kriya (1,2093), penerbitan
(1,1716), fotografi (1,0605) dan fashion (1,0409).
Indeks Daya
No Subsektor
Penyebaran
1 Arsitektur 0,9801
6 Fotografi 10,605
7 Kriya 12,093
9 Musik 0,8626
10 Fashion 10,409
12 Penerbitan 11,716
13 Periklanan 0,9177
Berdasarkan pemetaan terhadap program dan kegiatan BEKRAF selama periode 2015-
2019, teridentifikasi bahwa program dan kegiatan yang berorientasi pada penguatan
rantai produksi antar sektor ekraf dengan sektor lain masih sangat terbatas. Dengan
hanya 1 sektor yang memiliki keterkaitan kedepan diatas nilai 1 dan hanya 3 sektor yang
memiliki keterkaitan kebelakang diatas 1 maka upaya memperkuat rantai nilai produksi
ekraf ini perlu ditingkatkan. Pengembangan hilirisasi komoditas ekspor melalui
pengembangan start up perlu diarahkan pada komoditas-komoditas yang mampu
melengkapi rantai produksi sektor ekraf yang masih lemah.
Target
No. Indikator
2020 2024
Rp. 1.305-Rp.1.307
Nilai tambah ekonomi kreatif Rp. 1.840-1.890 triliun
triliun
1
Jumlah klaster kreatif yang
4 klaster 12 klaster
dikembangkan
2 Nilai ekspor ekonomi kreatif USD 21,5-22,6 miliar USD 24,5 miliar
Saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0. Revolusi tersebut memberikan
tantangan dan peluang bagi perkembangan perekonomian ke depan. Di satu sisi,
digitalisasi, otomatisasi, dan penggunaan kecerdasan buatan dalam aktivitas ekonomi
akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam produksi modern, serta memberikan
kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen. Digital teknologi juga membantu proses
pembangunan di berbagai bidang di antaranya pendidikan melalui distance learning,
pemerintahan melalui e-government, inklusi keuangan melalui fintech, dan
pengembangan UMKM seiring berkembangnya e-commerce. Namun di sisi lain,
perkembangan revolusi industri 4.0 berpotensi menyebabkan hilangnya pekerjaan di
dunia. Studi dari McKinsey memperkirakan 60% jabatan pekerjaan di dunia akan
Sejalan dengan perkembangan ekonomi digital, berbagai sumber daya ekonomi saat ini
dapat dimanfaatkan dengan kecepatan distribusi dan kualitas yang semakin baik.
Penetrasi ekonomi digital yang berlangsung cepat dan dinamis telah membentuk lanskap
ekonomi digital di Indonesia saat ini tidak saja mencakup on demand services, e-
commerce dan financial technology (fintech), namun juga penyedia layanan internet of
things (IoT).
Indikator tujuan pembangunan ekonomi krEatif adalah indikator dampak dari strategi,
kebijakan, program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait
pembangunan sektor ekraf. Dampak yang diharapkan terjadi adalah peningkatan nilai
tambah berupa PDB serta peningkatan daya saing antara lain tingkat ekspor dan serapan
tenaga kerja yang makin tinggi. Selanjutnya tujuan pembangunan sektor ekraf ini
dijabarkan dalam sasaran strategis ekraf yang lebih spesifik, dimana indikator sasaran
strategis dapat menjadi ukuran kinerja strategis lembaga-lembaga yang terkait
pembangunan ekraf (L0).
Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor penentu kinerja ekonomi kreatf yang telah
dilakukan sebelumnya, maka sasaran strategis pembangunan ekraf 2020-2024 dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Sasaran startegis tersebut dijabarkan dalam indikator kinerja sasaran strategis seperti
yang tergambarkan dalam gambar 6.2. Target capaian dari indikator kinerja tersebut
selanjutnya ditetapkan sebagai alat ukur kinerja yang diharapkan.
Penetapan target dari masing-masing indikator sasaran strategis dilakukan oleh Bappenas
berdasarkan masukan dari instansi terkait. Besaran target untuk indikator sasaran
strategis dapat dilihat pada gambar 6.3. Target untuk indikator sasaran strategis
peningkatan nilai tambah (PDB) adalah tercapainya pertumbuhan PDB ekraf di 2024
sebesar 6.10%. Target untuk indikator sasaran strategis peningkatan tenaga kerja ekraf
adalah tercapainya tenaga kerja ekraf di 2024 sebesar 21 juta. Target untuk indikator
sasaran strategeis peningkatan ekspor ekraf adalah tercapainya nilai ekspor ekraf di
2024 sebesar USD 25,3 juta.
Strategi merupakan ilmu, seni, atau wawasan yang diperlukan oleh pemerintah dalam
mengatur setiap program kegiatannya dengan merintis cara, langkah, atau tahapan untuk
mencapai tujuan. Sedangkan dalam pengelolaan pembangunan perlu adanya manajemen
strategis yang menetapkan tujuan serta pengembangan kebijakan dan perencanaan
untuk mencapai tujuan melalui pemberdayaan setiap potensi sumber daya yang ada.
Dalam pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan, strategi akan dijabarkan dalam arah
kebijakan yang merupakan program prioritas dalam pencapaian pembangunan.
Strategi merupakan rangkaian tahapan atau langkah-langkah yang berisikan grand design
perencanaan pembangunan dalam upaya untuk mewujudkan tujuan dan sasaran
pembangunan yang telah ditetapkan.
Perencanaan yang dilaksanakan secara efektif dan efisien sebagai pola strategis
pembangunan akan memberikan nilai tambah (value added) pada pencapaian
pembangunan dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Sebagai salah satu rujukan penting
dalam perencanaan pembangunan, rumusan strategi akan mengimplementasikan
bagaimana sasaran pembangunan akan dicapai dengan serangkaian arah kebijakan dari
pemangku kepentingan. Oleh karena itu, strategi diturunkan dalam sejumlah arah
kebijakan dan program pembangunan operasional dari upaya-upaya nyata dalam
mewujudkan visi pembangunan .
Dalam perspektif pemerintah, maka pada tiap segmen terdapat ruang untuk melakukan
intervensi berupa stratgei, kebijakan dan program pembangunan. Pada sisi supply, maka
ruang intervensi pemerintah berada pada ruang pengembangan ekosistem produksi.
Dalam hal ini peran pemerintah berupa strategi, kebijkan dan program penguatan
ekosistem akan tercermin pada indikator faktor produksi berupa TFP (Total Factor
Produktivity). Strategi, kebijakan dan program yang berhasil akan meningkatkan
kontribusi TFP sektor ekraf terhadap pertumbuhan PDB ekraf. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa pada periode 2015-2019, strategi, kebijakan dan program terkait
penguatan ekosistem produksi sektor ekraf ini menunjukkan pertumbuhan positif namun
dengan nilai yang masih rendah dibawah 1%. Kondisi ini mengindikasikan bahwa
diperlukan strategi pembangunan yang lebih baik agar kontribusi ekosistem produksi
sektor ekraf ini bisa berkontribusi lebih besar. Ruang intervensi lain pada sisi produksi
Pada sisi demand, maka ruang intervensi pemerintah berada pada ruang penguatan final
demand dan intermediate demand. Dalam hal ini peran pemerintah berupa strategi,
kebijakan dan program penguatan final demand akan tercermin pada indikator komposisi
pasar produk akhir dan pasar produk antara. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada
periode 2015-2019, komposisi pasar produk akhir sektor ekraf mendominasi pasar sektor
ekraf dengan 67%. Dari 67% tersebut 70%-nya adalah konsumsi rumah tangga. Pasar
ekspor untuk permintaan akhir ekraf baru mencapai 15-17% sementara ancaman produk
akhir ekraf yang masuk dari luar/impor mencapai 15% dari total pasar permintaan akhir
produk ekraf nasional. Kondisi ini mengindikasikan bahwa diperlukan strategi yang
mampu meningkatkan daya saing produk ekraf hingga mampu menembus pasar global
sekaligus memperkuat pasar domesktik.
Pada sisi linkage, maka ruang intervensi pemerintah berada pada ruang penguatan rantai
pasok sektor ekraf. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada periode 2015-2019,
hanya 1 (satu) sektor ekraf yang memiliki nilai keterkaitan hilir yang cukup tinggi dan
hanya 3 (tiga) subsektor ekraf yang memiliki keterkaitan hulu yang cukup tingggi. Kondisi
ini mengindikasikan bahwa diperlukan strategi yang mampu meningkatkan rantai pasok
sektor ekraf terutama keterkaitan hilir agar mampu mendukung penguatan pasar
domestik sektor ekraf.
Berdasarkan hasil analisis terhadap amanah RPJMN 2020-2024 serta integrasinya dengan
kajian teknokratis berdasarkan teori ekonomi, maka rumusan grand strategi pembangunan
ekraf 2020-2024 dapat dirumukan sebagai berikut :
Gambar 6. 4 Keterkaitan Tujuan, Sasaran, strategi dan arah kebijakan Ekraf 2024
Berdasarkan hasil analisis tersebut diatas maka rumusan arah kebijakan pembangunan
ekraf 2020-2024 adalah sebagai berikut:
Program merupakan serangkaian kegiatan yang saling terkait dan merupakan bagian dari
strategi dan arah kebijakan pembangunan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan. Secara kelembagaan program menghasilkan manfaat atau outcome dan
menjadi ukuran kinerja berupa (L1 level eselon 1). Indikator program adalah indikator
outcome. Sementara kegiatan merupakan aktivitas teknis untuk mengahasilkan suatu
output atau luaran. Hasil kegiatan/output bila dimanfaatkan atau berfungsi maka akan
John M. Bryson. 2004. Strategic Planning for Public and Nonprofit Organizations: A Guide
to Strengthening and Sustaining Organizational Achievement. A Joint publication in
the Jossey-Bass public administration series, and the Jossey-Bass nonprofit sektor
series Volume 5 dari Bryson on Strategic Planning. Jossey Bass Public Administration
Series. John Wiley & Sons, 2004.
Pamela Lewis, Stephen Goodman, Patricia Fandt, Joseph Michlitsch. 2006. Management:
Challenges for Tomorrow's Leaders 5th Edition. Thompson Learning Inc.
Rangkuti, Freddy. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah kasus Bisnis. Gramedia
pustaka Utama, Jakarta