Anda di halaman 1dari 125

DRAFT LAPORAN AKHIR

PENYUSUNAN GRAND STRATEGY


PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF

GRAND STRATEGY
PENGEMBANGAN EKONOMI
KREATIF
2020-2024

Badan Ekonomi Kreatif


Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
2019
TIM PENYUSUN

Penasihat
Triawan Munaf

Pengarah
Ricky Joseph Pesik
Kontributor
Restog Krisna Kusuma
Penanggung Jawab
Fadjar Hutomo
Wawan Rusiawan
Hari Santosa Sungkari
Joshua Puji Mulia Simandjuntak
Penulis Ari Juliano Gema
Nunu Noviandi Endah Wahyu Sulistianti
Socia Prihawantoro Ahmad Rekotomo
Yudi Widayanto Syaifullah
Nur Anis Handayani Yuke Sri Rahayu
Selliane Halia Ishak
Muhammad Neil El Himam
Editor
Bonifasius Wahyu Pudjianto
Maman Rahmawan
Yuana Rochma Astuti
Dian Permanasari
Robinson Hasoloan Sinaga
Yessy Febrina Usman
Sabartua Tampubolon
Sinar Cahya Wijayanti
Hassan Abud
Prastitya Priswi Kurniasih
Kartika Candra Negara

Desain Buku Penerbit


Rossy Haslina Direktorat Riset dan
Aprilia Wisnu Pengembangan Ekonomi Kreatif
Gusti Bagus Syahrani

Redaksi
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 13,
Jakarta Pusat 10110
KATA PENGANTAR

Saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0. Revolusi tersebut
memberikan tantangan dan peluang bagi perkembangan perekonomian ke
depan. Di satu sisi, digitalisasi, otomatisasi, dan penggunaan kecerdasan buatan
dalam aktivitas ekonomi akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam
produksi modern, serta memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi
konsumen. Digital teknologi juga membantu proses pembangunan di berbagai
bidang. Namun di sisi lain, perkembangan revolusi industri 4.0 berpotensi
menyebabkan hilangnya pekerjaan di dunia.

Menghadapi era industri 4.0 ini, pemerintah Indonesia telah berusaha banyak
untuk memfasilitasi dan menumbuhkembangkan ekonomi kreatif di Indonesia.
Ekonomi kreatif akhir-akhir ini terbukti mempu berkontribusi cukup signifikan
terhadap perekonomian Indonesia, yang diprediksi akan menjadi salah satu
negara dengan pendapatan tinggi di dunia pada tahun 2030.

Pemerintah melalui Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) diharapkan mampu


mengembangkan kinerja sektor ekonomi kreatif melalui kebijakan dan program-
program yang dijalankannya sesuai target yang diharapkan. Upaya memenuhi
amanah tersebut pada periode 2020-2024 telah dilaksanakan oleh BEKRAF
melalui penyusunan dokumen perencanaan program maupun kebijakan terkait.

Dalam upaya memperkuat kesiapan pelaksanaan program 2020-2024 serta


menjamin ketercapaian kontribusi program terhadap target nasional, maka
kegiatan penyusunan Grand Strategy pengembangan ekonomi kreatif ini perlu
dirumuskan. Grand Strategy ini diharapkan nantinya mampu memberikan
masukan untuk arah strategi dan arah kebijakan pengembangan ekonomi kreatif
2020-2024.

Jakarta, November 2019


Salam Kreatif

Triawan Munaf
Daftar Isi (i–iv)
Daftar Gambar iii
Daftar Tabel iv

BAB

1 PENDAHULUAN (1–6)

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan dan Sasaran 4
1.4 Ruang Lingkup Kajian 5
1.5 Output Kegiatan 6
BAB

2 METODOLOGI
2.1 Konsepsi Dasar
(7–19)
7
2.2 Alur Pikir 7
2.3 Tahapan dan Metode Analisis 10
2.3.1 Tahapan Kegiatan
2.3.2 Metode Analisis
2.4 Rencana Jadwal 18

BAB
TINJAUAN KEBIJAKAN NASIONAL
3 PEMBANGUNAN SEKTOR EKONOMI KREATIF (20–25)
3.1 Pembangunan Sektor Ekraf dalam RPJMN 2005-2025 20
3.2 Pembangunan Sektor Ekraf dalam RPJMN 2020-2024 21
3.3 Target Nasional Ekraf 2020-2024 23
3.4 Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional 23
(Rindekraf)Tahun 2018-2025
BAB
PEMETAAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU
4 PENCAPAIAN TARGET NASIONAL EKRAF (26–62)
4.1 Pemetaan Faktor-Faktor Penentu Pencapaian Target Nasional
Ekonomi Kreatif 26
4.1.1 Pemetaan Faktor Berpengaruh pada Tataran Makro
4.1.2 Pemetaan Faktor Berpengaruh pada Tataran Meso
4.1.3 Pemetaan Faktor Berpengaruh pada Tataran Mikro
4.1.4 Langkah-langkah Pemetaan Faktor Berpengaruh
4.2 Analisis Faktor Penentu Pencapaian Target PDB Sektor Ekraf 2024 33
4.2.1 Pertumbuhan PDB Sektor Ekraf
4.2.2 Kontribusi PDB Sektor Ekraf
4.2.3 Proyeksi PDB Sektor Ekraf berdasarkan skenario Baseline
4.2.4 Kinerja Faktor Penentu PDB Sektor Ekraf

DAFTAR ISI i
4.3 Analisis Faktor Penentu Pencapaian Target Ekspor Sektor Ekraf 2024 42
4.3.1 Pertumbuhan Ekspor Sektor Ekraf
4.3.2 Kontribusi Ekspor Sektor Ekraf
4.3.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekspor Sektor Ekraf berdasarkan skenario Baseline
4.3.4 Kinerja Faktor Penentu Ekspor Sektor Ekraf
4.4 Analisis Faktor Penentu Pencapaian Target Penyerapan TK Sektor
Ekraf 2024 50
4.4.1 Pertumbuhan Penyerapan TK Ekraf
4.4.2 Kontribusi TK Sektor Ekraf
4.4.3 Proyeksi Tenaga Kerja Kreatif Sektor Ekraf berdasarkan skenario Baseline
4.4.4 Kinerja Faktor Penentu PerkembanganTenaga Kerja Ekraf
4.5 Persandingan Strategi, Kebijakan dan Program Nasional Pengembangan
Ekonomi Kreatif 56
4.6 Resume Hasil Pembahasan 61

BAB
PEMETAAN EVALUASI & VALUASI EKONOMI
5 PROGRAM DAN KEGIATAN BEKRAF (63–91)
5.1 Evaluasi Program dan Kegiatan BEKRAF 2015-2019 63
5.1.1 Pengertian
5.1.2 Jenis Evaluasi
5.1.3 Metode Evaluasi Pengukuran Kinerja BEKRAF
5.1.4 Hasil Evaluasi Pengukuran Kinerja BEKRAF tahun 2015-2018
5.2 Pemetaan Rencana Program BEKRAF 2020-2025 71
5.2.1 Metode Pemetaan Strategi
5.2.2 Peta Strategi Makro BEKRAF
5.2.3 Pemetaan Rencana Program BEKRAF 2020-2025
5.3 Valuasi Kontribusi Ekonomi BEKRAF Terhadap Target Nasional 76
5.3.1 Kontribusi Ekonomi BEKRAF dalam Perspektif Sisi Produksi Sektor Ekraf
5.3.2 Kontribusi Ekonomi BEKRAF dalam Perspektif Sisi Demand
5.3.3 Kontribusi Ekonomi BEKRAF dalam Perspektif Rantai Nilai Produksi Ekraf

BAB
PERUMUSAN GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN
6 EKONOMI KREATIF 2020-2024 (92–115)
6.1 Dasar Pertimbangan 92
6.1.1 Amanah RPJMN 2020-2024
6.1.2 Isu Strategis, Tantangan dan Permasalahan
6.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan Ekraf 2020-2024 95
6.2.1 Tujuan Pembangunan Ekraf 2020-2024
6.2.2 Sasaran Strategis Pembangunan Ekraf 2020-2024
6.3 Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Ekraf 2020-2024 98
6.3.1 Strategi Pembangunan Ekraf 2020-2024
6.3.2 Arah Kebijakan Pembangunan Ekraf 2020-2024
6.4 Program dan Kegiatan BEKRAF 2020-2024 102

Daftar Pustaka 116

ii GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


DAFTAR

GAMBAR
1.1 Tantangan Pembangunan Ekonomi Nasional dan Peran Ekonomi Kreatif pada
RPJMN 2020 - 2-24 2
1.2 Target Pembangunan Ekonomi Kreatif RPJMN 2020 - 2024 4

2.1 Posisi Grand Strategy 8


2.2 Skenario Planning Sebagai Tools Untuk Kinerja Organisasi 10
2.3 Alur Pikir Penyusunan Grand Strategy 11

3.1 Pentahapan Pembangunan Dalam RPJPN 2005 - 2025 21


3.2 Kawasan Ekonomi Kreatif dan Klaster Penguatan Ekonomi Kreatif 22
3.3 Penjabaran Sasaran Pembangunan Badan Ekonomi Kreatif 25
4.1 Struktur Faktor Berpengaruh Terhadap Indikator Makro Ekraf 29
4.2 Struktur Faktor Penentu Indikator Makro Ekraf Pada Tataran Meso 31
4.3 Struktur Faktor Penentu Indikator Makro Ekraf Pada Tataran Mikro 32
4.4 Angka Pemetaan Faktor Berpengaruh Terhadap Indikator Ekraf 33
4.5 PDB Sektor Ekonomi Kreatif dan Pertumbuhannya 2015 - 2017 34
4.6 Kontribusi Setiap Subsektor terhadap Pertumbuhan 36
4.7 Kontribusi Subsektor Ekraf, 2017 37
4.8 Proyeksi Baseline Harga Konstan 2010 dan target PDB 39
4.9 Gap Proyeksi Baseline Harga Konstan 2010 dan Target PDB 40
4.10 Komposisi Final Demand Sektor Ekraf (%) 41
4.11 Gap Proyeksi Baseline dan Target Ekspor PDB 45
4.12 Faktor Penentu Nilai Ekspor Ekraf 50
4.13 Share Tenaga Kerja Ekraf 52
4.14 Gap Proyeksi Baseline dan Target Tenaga PDB 53
4.15 Faktor Berpengaruh dalam Pengembangan Usaha Baru Kreatif 56
4.16 Sasaran dan Target Penguatan Pasar Domestik 59
4.17 Pemetaan Kedudukan Strategi dan Kebijakan Ekraf 60
5.1 Gap Analysis Antara Capaian Kinerja Dengan Target Kinerja 66
5.2 Langkah-Langkah Pelaksanaan Gap Analysis 67
5.3 Peta Strategi Makro BEKRAF 72
5.4 Peta Visi dan Sasaran Strategis Program 75
5.5 Peta Visi Misi Program dan Kegiatan BEKRAF 76
5.6 Lingkup Valuasi Ekonomi Kegiatan dan Program BEKRAF 77
5.7 Hasil Perhitngan TFP-G Sektor Ekraf 2015-2017 78
5.8 Komposisi Demand Sektor Ekraf 79

DAFTAR GAMBAR iii


DAFTAR
TABEL
2.1 Perhitungan Pengganda Ekonomi Dengan Model Input-Output 17
2.2 Rencana Jadwal Kegiatan 18

3.1 Indikator Target Pembangunan ekraf 2020-2024 23

4.1 Pertumbuhan PDB Sektor dan Subsektor Ekonomi Kreatif 35


4.2 Proyeksi PDB Ekonomi Kreatif Atas Berlaku Skenario Baseline (Miliar Rupiah) 38
4.3 Proyeksi PDB Ekonomi Kreatif Atas Harga Konstan Skenario Baseline 38
4.4 Perkembangan Ekspor Ekraf 2015-2017 43
4.5 Kontribusi Ekspor Ekraf 2015-2017 43
4.6 Proyeksi Ekspor Ekonomi Kreatif Skenario Baseline 45
4.7 Perkembangan Tenaga Kerja Ekraf 50
4.8 Proyeksi Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif Skenario Baseline 53
4.9 Arah Kebijakan dan Indikator Pembangunan Ekraf 2020-2024 56

5.1 Kriteria Notifikasi Pada Capaian Indikator Program/Kegiatan 68


5.2 Capaian Sasaran Strategis BEKRAF Tahun 2015 68
5.3 Capaian Sasaran Strategis BEKRAF Tahun 2016 69
5.4 Capaian Sasaran Strategis BEKRAF Tahun 2017 69
5.5 Capaian Sasaran Strategis BEKRAF Tahun 2018 70
5.6 Sasaran Strategis BEKRAF Tahun 2015-2019 73
5.7 Indikator Sasaran Strategis BEKRAF Tahun 2020-2024 74
5.8 Permintaan Akhir dan Antara Sektor Ekraf 80
5.9 Indeks Derajat Kepekaan 81
5.10 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Kriya (persen), Lima Terbesar 82
5.11 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Arsitektur (persen), Lima Terbesar 83
5.12 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Desain Interior (persen), Lima Terbesar 83
5.13 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Desain Komunikasi Visual (persen), Lima 84
Terbesar
5.14 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Desain Produk (persen), Lima Terbesar 84
5.15 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Film dan Animasi (persen), Lima Terbesar 85
5.16 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Fotografi (persen), Lima Terbesar 85
5.17 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Kuliner (persen), Lima Terbesar 86
5.18 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Musik (persen), Lima Terbesar 86
5.19 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Fashion (persen), Lima Terbesar 87
5.20 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Aplikasi dan Game Developer (persen), 87
Lima Terbesar
5.21 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Penerbitan (persen), Lima Terbesar 88
5.22 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Periklanan (persen), Lima Terbesar 88
5.23 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Televisi dan Radio (persen), Lima Terbesar 89
5.24 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Seni Pertunjukan (persen), Lima Terbesar 89
5.25 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Seni Rupa (persen), Lima Terbesar 90
5.26 Indeks Daya Penyebaran 90

DAFTAR TABEL iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Selepas krisis ekonomi 1998, rata-rata pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya pada kisaran
5,3% per tahun. Bahkan dalam empat tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia
cenderung stagnan pada kisaran 5,0%. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut, sulit
bagi Indonesia untuk dapat naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi. Stagnannya
pertumbuhan ekonomi disebabkan utamanya oleh tingkat produktivitas yang rendah seiring
tidak berjalannya transformasi struktural.

Adapun faktor-faktor yang menjadi penghambat adalah: (1) regulasi yang tumpang tindih dan
birokrasi yang menghambat; (2) sistem dan besarnya penerimaan pajak belum cukup memadai;
(3) kualitas infrastruktur yang masih rendah terutama konektivitas dan energi; (4) rendahnya
kualitas SDM dan produktivitas tenaga kerja; (5) intermediasi sektor keuangan rendah dan
pasar keuangan yang dangkal; (6) sistem inovasi yang tidak efektif; (7) keterkaitan hulu-hilir
yang lemah.

Tidak berkembangnya industri pengolahan berdampak pada kinerja perdagangan internasional


Indonesia. Hingga saat ini, ekspor Indonesia masih didominasi oleh ekspor komoditas dengan
jasa transportasi asing, tidak berbeda dengan periode 40 tahun yang lalu. Rasio ekspor
terhadap PDB terus menurun dari 41,0% pada tahun 2000 menjadi 21% pada tahun 2018.
Akibatnya, Indonesia masih mengalami defisit transaksi berjalan hingga mencapai 3% PDB,
sementara beberapa negara peers sudah mencatatkan surplus. Di tengah kondisi keuangan
global yang ketat, peningkatan defisit transaksi berjalan menjadi penghambat bagi akselerasi
pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat.

Saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0. Revolusi tersebut memberikan
tantangan dan peluang bagi perkembangan perekonomian ke depan. Di satu sisi, digitalisasi,
otomatisasi, dan penggunaan kecerdasan buatan dalam aktivitas ekonomi akan meningkatkan
produktivitas dan efisiensi dalam produksi modern, serta memberikan kemudahan dan
kenyamanan bagi konsumen. Digital teknologi juga membantu proses pembangunan di
berbagai bidang di antaranya pendidikan melalui distance learning, pemerintahan melalui e-
government, inklusi keuangan melalui financial technology (fintech ), dan pengembangan

I – PENDAHULUAN 1
UMKM seiring berkembangnya e-commerce. Namun di sisi lain, perkembangan revolusi industri
4.0 berpotensi menyebabkan hilangnya pekerjaan di dunia. Studi dari McKinsey memperkirakan
60% jabatan pekerjaan di dunia akan tergantikan oleh otomatisasi. Di Indonesia diperkirakan
51,8% potensi pekerjaan yang akan hilang. Di samping itu, tumbuhnya berbagai aktivitas bisnis
dan jual beli berbasis online belum dibarengi dengan upaya pengoptimalan penerimaan negara
serta pengawasan kepatuhan pajak atas transaksi-transaksi tersebut. Hal ini penting
mengingat transaksi digital bersifat lintas negara.

Gambar 1. 1 Tantangan Pembangunan Ekonomi Nasional dan Peran Ekonomi Kreatif pada RPJMN
2020-2024
(Sumber : Bappenas 2019)

Terlepas dari kinerja industri pengolahan yang stagnan, peluang untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi ke depan tetap besar. Peluang tersebut
dikontribusikan perkembangan pariwisata, serta ekonomi kreatif dan digital. Kontribusi
pariwisata dalam penciptaan devisa meningkat dari USD 11,2 miliar di tahun 2014 menjadi
USD 15,2 miliar di tahun 2017. Kenaikan devisa ini dihasilkan dari peningkatan kunjungan
wisatawan mancanegara (wisman) untuk menikmati wisata alam dan budaya di Indonesia dari
9,4 juta orang di tahun 2014 menjadi 15,8 juta orang pada tahun 2018. Aktivitas wisatawan
nusantara juga meningkat dari 252 juta orang di tahun 2014 menjadi 277 juta orang di tahun
2017. Secara total, kontribusi sektor pariwisata kepada perekonomian nasional diperkirakan
meningkat dari 4,2% di tahun 2015 menjadi 4,8% di tahun 2018.

Kreativitas dalam pemanfaatan dan pemaduan sumber daya ekonomi dan budaya juga
mendorong perkembangan aktivitas ekonomi kreatif. Beberapa indikatornya di antaranya

2 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


pertumbuhan nilai tambah ekonomi kreatif yang mencapai 4,9% di tahun 2016, dengan
kontribusi ekspor mencapai USD 19,9 miliar atau 13,8% dari total ekspor. Jumlah tenaga kerja
yang diserap di sektor ekonomi kreatif juga meningkat dari 15,5 juta orang di tahun 2014
menjadi 17,4 juta orang di tahun 2017. Capaian ekspor dan tenaga kerja ekonomi kreatif
tersebut telah melampaui target-target dalam RPJMN 2015-2019. Sejalan dengan
perkembangan ekonomi digital, berbagai sumber daya ekonomi saat ini dapat dimanfaatkan
dengan kecepatan distribusi dan kualitas yang semakin baik. Penetrasi ekonomi digital yang
berlangsung cepat dan dinamis telah membentuk lanskap ekonomi digital di Indonesia saat ini
tidak saja mencakup on demand services, e-commerce dan financial technology (fintech),
namun juga penyedia layanan internet of things (IoT). Proyeksi perkembangan ekonomi digital
di Indonesia di antaranya ditunjukkan oleh pertumbuhan nilai transaksi e-commerce sebesar
1.625% menjadi USD 130 miliar dalam periode 2013-2020. Layanan Fintech berbasis peer-to-
peer lending (P2P) sampai tahun 2020 juga diperkirakan semakin luas untuk menjangkau 145
juta pengguna telepon pintar (53,0% penduduk). Pemanfaatan IoT juga berpotensi untuk
mendorong integrasi pengelolaan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat sehingga menjadi
lebih efisien. Perkembangan ekonomi digital ke depan masih dihadapkan pada tantangan
terkait kerangka regulasi, serta kecepatan untuk penerapan teknologi telekomunikasi seperti
5G.

Salah satu institusi yang diharapkan turut mendukung peningkatan peran ekonomi kreatif
dalam perekonomian nasional 2020-2024 adalah Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF). Badan
pemerintah ini diharapkan mampu mengembangkan kinerja sektor ekonomi kreatif melalui
kebijakan dan program-program yang dijalankannya sesuai target yang diharapkan. Upaya
memenuhi amanah tersebut pada periode 2020-2024 telah dilaksanakan oleh BEKRAF melalui
penyusunan dokumen perencanaan program maupun kebijakan terkait. Dalam upaya
memperkuat kesiapan pelaksanaan program 2020-2024 serta menjamin ketercapaian
kontribusi program terhadap target nasional, maka kegiatan penyusunan grand strategy
pengembangan ekonomi kreatif ini dilaksanakan.

1.2. Rumusan Masalah


Sebagai salah satu institusi pemerintah yang memiliki tangung jawab untuk mengembangkan
ekonomi kreatif nasional maka BEKRAF dituntut untuk mampu mewujudkan target-target
nasional pembangunan sektor ekraf yang telah dituangkan dalam dokumen rencana
pembangunann jangka menengah nasional (RPJMN). Dalam Naskah Teknokratis RPJMN 2020-
2024, terdapat 3(tiga) target nasiobal sektor ekonomi kreatif yang harus diwujudkan, antara
lain ; (1) Pertumbuhan Sektor Ekraf ditargetkan bisa mencapai 6.1% per tahun pada tahun

I – PENDAHULUAN 3
2024, (2) Nilai ekspor sektor ekraf ditargetkan mencapai 25,3 Juta USD pada tahun 2024, dan
(3) Tenaga kerja sektor ekraf mencapai 21 juta tenaga kerja pada tahun 2024.

Gambar 1.0.1
Gambar 1. TargetPembangunan
2 Target PembangunanEkonomi
EkonomiKreatif
KreatifRPJMN
RPJMN2020-2024
2020-2024
(Sumber : Bappenas 2019)

Berdasarkan target-target tersebut, maka rumusan permasalahan yang dapat dikembangkan


antara lain :

• Bagaimana dan seberapa besar kontribusi BEKRAF dalam mewujudkan Target


Pertumbuhan ekonomi Kreatif 2020-2024 ?
• Bagaimana dan seberapa besar kontribusi BEKRAF dalam mewujudkan Target
Penyerapan tenaga kerja pada ekonomi Kreatif 2020-2024 ?
• Bagaimana dan seberapa besar kontribusi BEKRAF dalam mewujudkan Target Nilai
ekspor ekonomi Kreatif 2020-2024 ?
• Bagaimana strategi dalam mencapai target-target pembangunan sektor ekonomi
kreatif tersebut ?

1.3. Tujuan dan Sasaran


Kegiatan ini bertujuan untuk menyiapkan dokumen grand strategy pengembangan ekonomi
kreatif yang berfokus pada penguatan sinergitas dan kolaborasi program BEKRAF dalam
rangka pencapaian target nasional sektor ekonomi kreatif 2020-2024. Melalui penyusunan
dokumen grand strategi ini maka diharapkan peran dan kontribusi BEKRAF dalam pencapaian
target nasional sektor ekonomi kreatif 2020-2024 menjadi lebih jelas dan terukur.

4 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Adapun sasaran dari kegiatan ini adalah :

• Terpetakannya target-target nasional sektor ekonomi kreatif yang menjadi amanah bagi
BEKRAF pada RPJMN 2020-2024 .
• Terumuskannya penjabaran target-target nasional ekonomi kreatif 2020-2024 pada
indikator-indikator capaian serta faktor-faktor penentu (determinant factors) dan
turunannya pada tiap jenjang atau level.
• Terpetakannya kebijakan, program dan kegiatan pada tiap unit kerja di BEKRAF secara
rinci pada periode 2015-2019 serta evaluasi capaiannya dan rencananya pada 2020-
2024 dan tersusunnya cascading atau pohon kinerja program dan kegiatan BEKRAF pada
periode 2020-2024.
• Terpetakannya struktur keterkaitan indikator target nasional ekonomi kreatif 2020-
2024 beserta faktor-faktor penentunya dengan struktur program dan kegiatan BEKRAF
2020-2024.
• Teridentifikasikannya GAP antara target nasional ekonomi kreatif 2020-2024 beserta
faktor-faktor penentunya dengan struktur program dan kegiatan BEKRAF 2020-2024.
• Terumuskannya Grand Strategy pengembangan ekonomi kreatif 2020-2024 yang
berfokus pada pada penguatan sinergitas dan kolaborasi program BEKRAF dalam rangka
pencapaian target nasional sektor ekonomi kreatif 2020-2024.

1.4. Ruang Lingkup Kajian


Sejalan dengan tujuan dan sasaran kegiatan, maka ruang lingkup dokumen yang dihasilkan
meliputi:

1. Review kebijakan dan pemetaan target-target nasional sektor ekonomi kreatif


yang menjadi amanah bagi BEKRAF pada RPJMN 2020-2024 .
2. Analisis dan penjabaran target-target nasional ekonomi kreatif 2020-2024 pada
indikator-indikator capaian serta faktor-faktor penentu (determinant factors) dan
turunannya pada tiap jenjang atau level.
3. Kajian dan pemetaan kebijakan, program dan kegiatan pada tiap unit kerja di BEKRAF
secara rinci pada periode 2015-2019 serta evaluasi capaiannya dan rencananya
pada 2020-2024 dan Penyusunan cascading atau pohon kinerja program dan
kegiatan BEKRAF pada periode 2020-2024. Analisis dan pemetaan struktur
keterkaitan indikator target nasional ekonomi kreatif 2020-2024.
4. Analisis GAP antara target nasional ekonomi kreatif 2020-2024 beserta faktor-
faktor penentunya dengan struktur program dan kegiatan BEKRAF 2020-2024.

I – PENDAHULUAN 5
5. Perumusan Grand Strategy pengembangan ekonomi kreatif 2020-2024 yang
berfokus pada pada penguatan sinergitas dan kolaborasi program BEKRAF dalam
rangka pencapaian target nasional sektor ekonomi kreatif 2020-2024.

1.5. Output Kegiatan


Kegiatan ini diharapkan menghasilkan dokumen teknokratik Grand Strategy Pengembangan
Ekonomi Kreatif Melalui Sinergitas Program BEKRAF 2020-2024.

6 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


BAB 2
METODOLOGI

2.1. Konsepsi Dasar


Grand Strategy adalah sebuah istilah yang maknanya semakin berkembang seiring waktu dan
penggunaannya pada berbagai tataran. Secara umum istilah Grand Strategy sering digunakan
pada dokumen strategis tertinggi suatu negara untuk menunjukkan keberadaan dan sikapnya
terhadap dunia, terutama pada aspek pertahanan dan diplomasi. Menurut Lewis et.al (2007)
Grand Strategy dikatakan sebagai: “A comprehensive, general approach for achieving the
strategic goals of an organization”. Pengertian umum Grand Strategy dapat diterjemahkan
sebagai suatu pendekatan umum dan komprehensif untuk mencapai tujuan strategis
organisasi. Grand Strategy terdiri dari dua kata, di mana intinya ada pada kata “strategy” dan
diberikan kata sifat “grand” yang berati umum atau besar.

Konsep Strategi
Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu organisasi, serta rumusan pada
pendayagunaan dan semua alokasi sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut
(Rangkuti, 2009:3). Secara umum, strategi dapat diartikan sebagai “sekumpulan pilihan kritis
untuk perencanaan dan penerapan serangkaian rencana tindakan dan alokasi sumberdaya yang
penting dalam mencapai tujuan dan sasaran, dengan memperhatikan keunggulan kompetitif,
komparatif, dan sinergis ideal berkelanjutan ke arah, cakupan dan perspektif jangka panjang
keseluruhan yang ideal dari individu atau organisasi”.

Dalam istilah praktis, Grand Strategy mencakup seluruh jenis strategi mulai dari aspek teknis
operasional yang biasa-biasa saja hingga hal-hal yang memiliki konsekuensi strategis tertinggi
(Bryson, 2004). Grand Strategy oleh karena itu, dapat dipahami sebagai sesuatu yang harus
dicapai. Tanpa Grand strategy, proses perumusan pengambilan keputusan atau kebijakan,
apalagi eksekusi akan menjadi kurang efektif dan lebih lama. Namun demikian, menurut Bryson
(2004) Grand Strategy bukanlah dokumen yang tidak bisa diubah. Bahkan justru Grand
Strategy harus tunduk pada efek dari peristiwa, ideologi, dan interpretasi yang berubah dari
kondisi di luar.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 7


Positioning Grand Strategy
Meskipun pada tataran teoritis perencanaan strategis posisi Grand Strategy berada pada
puncak piramida perencanaan, namun dalam konstelasi kebijakan pembangunan ekonomi
kreatif secara nasional posisinya adalah menjembatani antara kebijakan politik dan strategi
operasional di Badan Ekonomi Kreatif.

Gambar 2. 1 Posisi Grand Strategy

Sementara itu, dari sisi kekuatan hukum posisi Grand Strategy bisa dijadikan dokumen legal
formal bagi acuan perencanaan Lembaga atau sebagai dokumen yang bersifat fungsional.
Sebagai dokumen legal formal tentu Grand Strategy harus memiliki kekuatan hukum yang jelas,
maka Grand Strategy harus disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
bagi perencanaan program Lembaga. Sementara jika diposisikan sebagai dokumen yang
bersifat fungsional, maka kehadiran Grand Strategy merupakan dokumen pendukung yang
memberikan arah pada saat dokumen acuan yang bersifat legal belum atau kurang dalam
kelengkapan arah kebijakan dan strategi yang membawa Lembaga pada sasaran strategis
utama.

Metode Perencanaan Strategis


Upaya untuk menyusun sebuah rencana besar membutuhkan pemikiran yang fundamental.
Pemikiran inilah yang menjadi fondasi dari semua aktivitas organisasi. Proses berpikir tentang
Grand Strategy harus mampu mengakomodasi kompleksitas pemikiran memahami
permasalahan serta perumusan kebijakan untuk menyelesaikannya. Secara umum model-model
pilihan rasional sering digunakan untuk dapat memahami dan memikirkan masalah serta
rumusan solusinya. Model-model seperti itu mengasumsikan para aktor memiliki pengetahuan
yang luas tentang situasi, memiliki tujuan yang jelas, dan dapat dengan mudah menghitung
pilihan yang optimal dari beberapa alternatif yang tersedia.

8 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Langkah dalam proses perencanaan strategis adalah mengeksplorasi lingkungan eksternal dan
internal organisasi untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan yang
dihadapi organisasi. Bersama dengan itu, juga dilakukan langkah-langkah yang meningkatkan
perhatian pada mandat/penugasan dan misi, langkah ini memberikan dasar untuk
mengidentifikasi isu-isu strategis dan mengembangkan strategi yang efektif untuk
menciptakan nilai publik.

Setiap strategi yang efektif akan dibangun di atas kekuatan dan memanfaatkan peluang sambil
meminimalkan atau mengatasi kelemahan dan tantangan. Sejauh ini teknik perencanaan
strategis yang paling utama adalah melalui pemikiran individu dan diskusi kelompok (Bryson,
2004). Metode analisis yang digunakan adalah Analisis SWOT ( Strength, Weakness,
Opportunities and Threats).

Analisis SWOT
Analisis SWOT akan memetakan hasil analisis lingkungan. Kekuatan diidentifikasikan dengan
tujuan untuk mengetahui apa saja kekuatan organisasi untuk dapat meneruskan dan
mempertahankan kelangsungan organisasi. Dengan mengetahui kekuatan yang dimiliki
organisasi akan dapat mempertahankan dan bahkan meningkatkan kekuatan sebagai modal
untuk dapat mencapai kinerja terbaiknya. Mengidentifikasi kelemahan bertujuan untuk dapat
mengetahui apa kelemahan-kelemahan yang masih ada, dan dengan mengetahui kelemahan
tersebut, maka organisasi dapat berusaha untuk memperbaiki agar menjadi lebih baik.
Kelemahan yang tidak atau terlambat teridentifikasi akan merugikan bagi organisasi. Oleh
karena itu dengan semakin cepat mengetahui kelemahan, maka organisasi juga dapat sesegera
mungkin mencari solusi untuk dapat menutupi kelemahan tersebut. Dengan mengetahui
peluang, baik peluang saat ini maupun peluang dimasa yang akan datang, maka organisasi
dapat mempersiapkan diri untuk dapat mencapai peluang tersebut. Berbagai strategi dapat
disiapkan lebih dini dan terencana dengan lebih baik sehingga peluang yang telah
diidentifikasi dapat direalisasikan. Berbagai jalan untuk dapat mewujudkan
peluang/kesempatan dan mempertahankan kinerja organisasi tentunya akan mengalami
banyak ancaman. Ancaman/tantangan yang dapat teridentifikasi dapat dicarikan jalan
keluarnya sehingga organisasi dapat meminimalkan ancaman atau justru mampu mengambil
tantangan menjadi peluang.

Seperti halnya setiap langkah dalam proses perencanaan strategis, biasanya sederhana. Tim
perencanaan strategis tidak boleh terjebak dalam penilaian eksternal dan internal. Tindakan
penting dan perlu harus diambil segera setelah mereka diidentifikasi, selama mereka tidak
secara prematur menutup opsi strategis yang penting.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 9


Metode yang digunakan dalam pelaksanaan penyusunan Grand Strategy ini adalah metode
perencanaan strategis (strategic planning analysis). Salah satu teknik yang disarankan adalah
analisis scenario planning dengan menggunakan teknik simulasi skenario. Pelaksana kegiatan
diharapkan dapat mengembangkan teknik dan metode lebih lanjut yang sesuai dan mampu
memenuhi tujuan serta sasaran dari kegiatan ini.

Gambar 2. 2 Skenario Planning Sebagai Tools Untuk Kinerja Organisasi

2.2. Alur Pikir


Alur pikir penyusunan Grand Strategy pengembangan ekonomi kreatif didasari oleh adanya
kebijakan politik yang tertuang dalam RPJMN tentang arah dan amanah pengembangan
ekonomi kreatif. Lihat gambar berikut:

10 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Gambar 2. 3 Alur Pikir Penyusunan Grand Strategy

Dari amanah dan mandat yang tertuang dalam RPJMN perlu diuraikan tentang indikator-
indikator capaian yang harus dipenuhi. Salah satu kondisi yang diharapkan mendukung
terhadap pencapaian indikator-indikator tersebut adalah adanya faktor-faktor penentu
keberhasilan atau ketercapaian.

Di sisi lain, di Badan Ekonomi kreatif telah dilaksanakan kebijakan, program dan kegiatan
pada tiap unit kerja di BEKRAF secara rinci pada periode 2015-2019. Maka dari
pelaksanaan tersebut perlu dikaji dan dipetakan evaluasi capaiannya dan rencananya
pada 2020-2024. Hasil pemetaan tersebut juga mencakup penyusunan cascading atau
pohon kinerja program dan kegiatan BEKRAF pada periode 2020-2024.

Analisis dan pemetaan dilakukan terhadap struktur keterkaitan indikator target nasional
ekonomi kreatif 2020-2024 dan Analisis GAP antara target nasional ekonomi kreatif
2020-2024 beserta faktor-faktor penentunya dengan struktur program dan kegiatan
BEKRAF 2020-2024. Hasil dari kajian dan pemetaan kemudian dihimpun dalam rumusan
Grand Strategy pengembangan ekonomi kreatif 2020-2024 yang berfokus pada pada
penguatan sinergitas dan kolaborasi program BEKRAF dalam rangka pencapaian target
nasional sektor ekonomi kreatif 2020-2024.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 11


2.3. Tahapan dan Metode Analisis

2.3.1. Tahapan Kegiatan


Kegiatan ini akan dilaksanakan dalam 4 (empat) tahap kegiatan dengan rincian sebagai
berikut:

• Tahap 1 Kajian awal


• Tahap 2 Pengumpulan Data dan Analisis
• Tahap 3 Perumusan Grand Strategy
• Tahap 4 Finalisasi

2.3.2. Tahapan dan Metode Analisis

A. Analisis Input-Ouput
Analisis Input-Output (I-O) digunakan untuk mengetahui subsektor ekonomi kreatif
yang mampu memberikan pengaruh ekonomi tertinggi, yaitu

- Pengganda pendapatan
- Pengganda tenaga kerja
- Pengganda nilai tambah
- Keterkaitan ke depan
- Keterkaitan ke belakang

B. Perhitungan PDB Ekonomi Kreatif


a) Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

Pada pendekatan ini perhitungan PDB dilakukan dengan melakukan penjumlahan pada
seluruh pengeluaran yang dilakukan yaitu :

PDB = C + I + G + E - M

Dimana :

C : Konsumsi Rumah Tangga


I : Investasi
G : Government Expenditure
E : Ekspor
M : Impor

12 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Dalam tabel I-O transaksi total atas dasar harga pembeli, perhitungan di atas dilakukan
dengan mengurangi total permintaan akhir dengan impor. Namun pada tabel transaksi
domestik, yang di dalam permintaan akhir (final demand) sudah tidak lagi mengandung
unsur impor, maka tidak perlu lagi dikurangi impor.

b) Pendekatan Pendapatan (Income Approach)


Pada pendekatan ini perhitungan PDB dilakukan dengan menjumlahkan masing-masing
nilai tambah yang ada pada perekonomian, hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

PDB = w +  + t

Dalam hal ini w adalah kompensasi tenaga kerja (wages);  adalah profit atau surplus
usaha bruto dan t adalah pajak neto atas produksi.

c) Pendekatan Produksi
Dalam pendekatan produksi, PDB dihitung sebagai nilai tambah bruto atas dasar harga
produksi ditambah pajak dikurangi subsidi atas produk.

C. Analisis Keterkaitan Sektor Ekonomi Kreatif


Dari Tabel Input Output dapat diperoleh beberapa besaran berikut:

• Matriks Koefisien Teknologi (A)


Matrix koefisien teknologi berisikan suku-suku aij , dimana nilai

a ij = x ij / X j

Dimana :

aij = koefisien teknologi


xij = pembelian input i oleh sektor j (input antara).
Xj = total input untuk sektor j.

Nilai–nilai koefisien teknologi tersebut dapat disusun dalam sebuah matriks


koefisien teknologi (direct requirement matrix) atau matrix A.

• Matriks Pengganda (B)


Tabel input-output dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 13


X = AX + F

Dalam hal ini:

X : matriks output, sebuah matriks kolom yang anggotanya adalah Xi


A : matriks koefisien teknologi, matriks bujur sangkar dengan anggota aij
F : matriks permintaan akhir, matriks kolom dengan anggota ci.

Selanjutnya persamaan input-output di atas dapat ditransformasikan bentuknya


menjadi:

X = (I-A)-1 F
jika (I-A)-1 = B, maka
X=BF

Matrix B merupakan matriks pengganda (multiplier) atau Leontief Inverse Matrix yang
mencerminkan efek langsung dan tidak langsung dari perubahan permintaan akhir
terhadap output sektor-sektor di dalam perekonomian. Matriks ini digunakan untuk
melihat bagaimana perubahan output terjadi jika terdapat perubahan di final demand.

Anggota matriks B baris ke-i dan kolom ke-j disebut Bij .

Analisis keterkaitan antarsektor biasa digunakan untuk mengetahui sektor-sektor kunci


dalam perekonomian. Dikenal dua jenis keterkaitan, yakni (1) keterkaitan ke belakang
yang merupakan keterkaitan dengan bahan mentah (input) dan dihitung menurut kolom,
dan (2) keterkaitan ke depan yang merupakan keterkaitan kepada sektor pengguna dan
dihitung menurut baris.

1) Keterkaitan ke Belakang (Backward Linkages)


Backward linkages menggambarkan hubungan antara suatu sektor dengan input–input
sektornya. Semakin besar angka keterkaitan ke belakang suatu sektor berarti semakin
besar kemampuan sektor tersebut, menarik sektor-sektor lain untuk ikut berkembang
(naik outputnya). Terdapat beberapa jenis keterkaitan kebelakang yaitu:

a. Keterkaitan Langsung ke Belakang (KLB)


KLB menunjukkan keterkaitan terhadap sektor pemasok langsung.

𝐾𝐿𝐵 = ∑ 𝑎𝑖𝑗
𝑖=1

14 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


b. Keterkaitan Total ke Belakang (KTB)
KTB menunjukkan keterkaitan terhadap sektor pemasok langsung dan tidak
langsung.

𝐾𝑇𝐵 = ∑ ∝𝑖𝑗
𝑖=1

c. Indeks Keterkaitan Langsung ke Belakang (IKLB)


IKLB merupakan perbandingan antara rata-rata keterkaitan langsung ke
belakang suatu sektor dengan rata-rata keterkaitan langsung ke belakang
semua sektor.

1⁄ ∑𝑛 𝑎
𝑛 𝑖=1 𝑖𝑗
𝐼𝐾𝐿𝐵 =
1⁄ ∑𝑛 𝑎
𝑛2 𝑖,𝑗=1 𝑖𝑗

d. Indeks Daya Penyebaran atau Indeks Keterkaitan Total ke Belakang (IKTB)


IKTB merupakan perbandingan antara rata-rata keterkaitan langsung dan tidak
langsung ke belakang suatu sektor dengan rata-rata keterkaitan langsung dan
tidak langsung ke belakang semua sektor. IKTB disebut pula indeks daya
penyebaran.

1⁄ ∑𝑛 ∝
𝑛 𝑖=1 𝑖𝑗
𝐼𝐾𝑇𝐵 =
1⁄ ∑𝑛
𝑛2 𝑖,𝑗=1 ∝𝑖𝑗

2) Keterkaitan ke Depan (Forward Linkages )


Keterkaitan ke depan atau forward linkages merupakan suatu perhitungan untuk melihat
keterkaitan antara suatu sektor dengan sektor pengguna yang akan memakainya sebagai
input dalam proses produksi. Keterkaitan ke depan dapat digolongkan sebagai berikut.

a. Keterkaitan Langsung ke Depan (KLD)


KLD menunjukkan keterkaitan terhadap sektor pengguna langsung.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 15


𝑛

𝐾𝐿𝐷 = ∑ 𝑎𝑖𝑗
𝑗=1

b. Keterkaitan Total ke Depan (KTD)


KTD menunjukkan keterkaitan terhadap sektor pengguna langsung dan tidak
langsung.

𝐾𝑇𝐷 = ∑ ∝𝑖𝑗
𝑗=1

c. Indeks Keterkaitan Langsung ke Depan (IKLD)


IKLD merupakan perbandingan antara rata-rata keterkaitan langsung ke depan
suatu sektor dengan rata-rata keterkaitan langsung ke depan semua sektor.

1⁄ ∑𝑛 𝑎
𝑛 𝑗=1 𝑖𝑗
𝐼𝐾𝐿𝐷 =
1⁄ ∑𝑛 𝑎
𝑛2 𝑖,𝑗=1 𝑖𝑗

d. Indeks Derajat Kepekaan atau Indeks Keterkaitan Total ke Depan (IKTD)


IKTD merupakan perbandingan antara rata-rata keterkaitan langsung dan tidak
langsung ke depan suatu sektor dengan rata-rata keterkaitan langsung dan
tidak langsung ke depan semua sektor. IKTD disebut pula indeks derajat
kepekaan.

1⁄ ∑𝑛 ∝
𝑛 𝑗=1 𝑖𝑗
𝐼𝐾𝑇𝐷 =
1⁄ ∑𝑛
𝑛2 𝑖,𝑗=1 ∝𝑖𝑗

D. Analisis Pengganda Ekonomi Kreatif


Analisis pengganda merupakan analisis pengaruh peningkatan permintaan akhir di suatu
sektor terhadap perekonomian. Jenis pengganda dapat dibagi menjadi pengganda
(multiplier) output, pendapatan dan tenaga kerja. Sedangkan tahapan pengganda dapat

16 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


dibagi menjadi tahap awal, putaran pertama (langsung), pengaruh atau dukungan industri,
induksi konsumsi, pengaruh total dan pengaruh atau efek luberan atau lanjutan. Lihat
Tabel 2.1.

Analisis pengganda biasanya dikaitkan dengan kebijakan di sektor tertentu. Misalkan jika
dilakukan kebijakan pemerintah—sering disebut sebagai injection—di sektor ekonomi
kreatif dengan meningkatkan permintaan akhir pemerintah (bagian dari permintaan akhir
secara keseluruhan) terhadap ekonomi kreatif, bagaimana pengaruhnya terhadap
perekonomian. Pengaruh terhadap perekonomian tersebut kemudian dibagi dalam tahap
awal, langsung, tidak langsung, industrial, induksi konsumsi, total dan luberan; terhadap
peningkatan output, pendapatan dan tenaga kerja.

Tabel 2. 1 Perhitungan Pengganda Ekonomi Dengan Model Input-Output

Multiplier (Pengganda)
Tahapan
Output Pendapatan Tenaga Kerja
Efek awal 1 hJ eJ
Efek Putaran Pertama iaij iaij hi iaij ei
Efek Dukungan Industri iij - 1- iaij iij hi- hJ- iaijhi iijei - eJ-iaij ei
Efek Induksi Konsumsi i*ij - iij i*ij hi - iijhi i*ijei - iijei
Efek Total i*ij i*ij hi i*ijei
Efek Lanjutan i*ij - 1 i*ij hi - hi i*ijei - ei

Ilustrasi dari Tabel 2.1 adalah sebagai berikut. Pada tahap awal kenaikan permintaan akhir
di sektor i, seluruhnya (satu kali lipat atau 100%) akan meningkatkan output di sektor
tersebut. Kenaikan output di sektor i akan meningkatkan jumlah tenaga kerja sebesar
koefisien tenaga kerja ei dan meningkatkan pendapatan sebesar koefisien pendapatan hi,
di sektor i. Pada tahap awal ini belum ada pengaruh ke sektor lain. Dengan kata lain
pengaruh kepada seluruh kegiatan ekonomi sama dengan pengaruh kepada sektor i
sendiri.

Kenaikan output di sektor i dapat terjadi dengan meningkatkan produksi sektor i yang
dapat dilakukan dengan melakukan pembelian terhadap produk dari sektor-sektor
pemasok (input antara) sektor i, yang besarnya sama dengan penjumlahan input antara
di kolom sektor i atau iaij. Setiap penambahan output satu rupiah di sektor i akan
menambah juga output di semua sektor sebesar iaij rupiah. Otomatis menambah pula
tenaga kerja di semua sektor sebesar iaij ei dan pendapatan di semua sektor sebesar iaij
hi. Pengaruh ini disebut pengaruh langsung atau efek putaran pertama.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 17


Permintaan produk pada sektor pemasok, secara industrial akan diteruskan lagi pada
sektor pemasoknya pemasok, demikian seterusnya. Besarnya pengaruh tersebut adalah
sama dengan besarnya pengganda atau pengganda Leontief invers. Disebut juga
pengaruh langsung dan tidak langsung yang secara keseluruhan ekonomi besarnya sama
dengan iij.untuk output, iij hi untuk pendapatan dan iijei untuk tenaga kerja.
Pengaruh industrial atau efek dukungan indusri merupakan selisih dari pengaruh langsung
dan tidak langsung di atas dengan pengaruh langsung dan pengaruh awal.

Pengaruh industrial yang menyebabkan peningkatan pendapatan dalam penjelasan alinea


di atas, akan dilanjutkan dengan meningkatnya konsumsi. Konsumsi meningkat berarti
permintaan akhir juga meningkat, permintaan akan input antara ikut meningkat, demikian
seterusnya, output nasional juga akan meningkat. Peningkatan output nasional karena
pengaruh awal, pengaruh industrial dan pengaruh konsumsi disebut dengan pengaruh
total. Besarnya pengaruh total terhadap output adalah i*ij. Matriks (𝐼 − 𝐴 ∗)−1
merupakan matriks leontief invers tertutup, hasil dari menginvers matriks (I-A*). Matriks
A* adalah matriks koefisien teknologi tertutup, yang merupakan perluasan dari matriks A
dengan menambahkan satu baris kompensasi tenaga kerja dan satu kolom konsumsi.
Pengaruh total terhadap output jika dikalikan dengan koefisien pendapatan menghasilkan
pengaruh total terhadap pendapatan, jika dikalikan dengan koefisien tenaga kerja
menghasilkan pengaruh total terhadap tenaga kerja.

Pengaruh induksi konsumsi dengan demikian merupakan selisih antar pengaruh total
dengan pengaruh langsung dan tidak langsung. Sedangkan pengaruh luberan atau
lanjutan tidak lain adalah selisih pengaruh total dengan pengaruh awal.

2.4 Rencana Jadwal


Adapun rencana jadwal kegiatan ini dapat dilihat pada Tabel-2.2

Tabel 2. 2 Rencana Jadwal Kegiatan

TAHAPAN September Oktober November


No. OUTPUT
KEGIATAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Kajian awal x x

Pemantapan
x x Laporan
1 Tujuan Sasaran
Pendahuluan
Pemantapan
x x
Metodologi

18 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Penyiapan
x x
instrumen survei

Kajian awal x x

FGD Per
x
Kedeputian

Pengumpulan
Data Dan x x x x x x
Analisis
Analisis dan
Pemetaan Laporan
x
Program Awal
2 BEKRAF Dokumen
Review dan Grand
Pemetaan x Strategy
Target Nasional

Penjabaran
x x
Indikator Target

Pemetaan
Struktur x x
Keterkaitan
Analisis Gap x x

Workshop-1 x
3
Perumusan
x x x
Grand Strategy
Perumusan Laporan
Skenario x Akhir
Pengembangan Dokumen
Perumusan Grand
x x Strategy
Grand Strategy
Penyusunan
Cascading x

4 Program

Workshop-2 x

Finalisasi x x

Dokumen Final x

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 19


BAB 3
TINJAUAN KEBIJAKAN NASIONAL PEMBANGUNAN
SEKTOR EKONOMI KREATIF

3.1. Pembangunan Sektor Ekraf Dalam RPJPN 2005-2025

Dalam Undang-undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka


Panjang Nasional 2005-2025 disebutkan "Visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) 2005-2025 Indonesia adalah Indonesia yang maju, mandiri, adil dan
makmur. Terkait pembangunan ekonomi kreatifn RPJPN 2005-2025 tidak menjelaskan
secara eksplisit, namun secara substansi, arah pengembangan ekonomi kreatif dapat
dimasukan sebagai salah satu komponen dalam misi ke 2 (dua) pembangunan jangka
panjang nasional yakni mewujudkan bangsa yang berdaya-saing yaitu dengan
mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing;
meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian, pengembangan,
dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan; membangun infrastruktur yang
maju serta reformasi di bidang hukum dan aparatur negara; dan memperkuat
perekonomian domestik berbasis keunggulan setiap sektor ekraf menuju keunggulan
kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan
termasuk pelayanan jasa dalam negeri.

Budaya inovatif yang berorientasi iptek terus dikembangkan agar bangsa Indonesia
menguasai iptek serta mampu berjaya pada era persaingan global. Pengembangan
budaya iptek tersebut dilakukan dengan meningkatkan penghargaan masyarakat
terhadap iptek melalui pengembangan budaya membaca dan menulis, masyarakat
pembelajar, masyarakat yang cerdas, kritis, dan kreatif dalam rangka pengembangan
tradisi iptek dengan mengarahkan masyarakat dari budaya konsumtif menuju budaya
produktif. Bentuk-bentuk pengungkapan kreativitas, antara lain melalui kesenian, tetap
didorong untuk mewujudkan keseimbangan aspek material, spiritual, dan emosional.
Pengembangan iptek serta kesenian diletakkan dalam kerangka peningkatan harkat,
martabat, dan peradaban manusia.

20 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


3.2. Pembangunan Sektor Ekraf dalam RPJMN 2020-2024

RPJMN ke-4 (2020–2025) ditujukan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang


mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang
dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan
keunggulan kompetitif di berbagai wilayah yang didukung oleh SDM berkualitas dan
berdaya saing.

Gambar 3. 1 Pentahapan Pembangunan Dalam RPJPN 2005-2025

Dalam Rancangan teknokratis RPJMN 2020-2024, beberapa arah kebijakan terkait


pembangunan ekonomi kreatif antara lain meliputi :

• Pembangunan ekonomi akan dilaksanakan melalui dua pendekatan, yaitu: (1)


pengelolaan sumber daya ekonomi, dan (2) peningkatan nilai tambah ekonomi.
Kedua pendekatan ini menjadi landasan bagi sinergi dan keterpaduan kebijakan
lintas sektor yang mencakup sektor pangan dan pertanian, kemaritiman dan
perikanan, industri pengolahan, pariwisata, ekonomi kreatif, dan ekonomi
digital. Pelaksanaan kedua fokus tersebut akan didukung dengan perbaikan
data untuk menjadi rujukan pemantauan dan evaluasi capaian pembangunan,
serta perbaikan kualitas kebijakan.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 21


• Peningkatan nilai tambah ekonomi kreatif akan dilaksanakan melalui (1)
pendampingan dan inkubasi; (2) pengembangan center of excellence; (3)
fasilitasi inovasi dan penguatan brand, (4) pengembangan dan revitalisasi ruang
kreatif termasuk klaster/kota kreatif; (5) penerapan dan komersialisasi hak atas
kekayaan intelektual; serta (6) penguatan rantai pasok dan skala usaha kreatif.
Peningkatan populasi pelaku usaha digital juga akan difasilitasi melalui
pengembangan klaster digital, termasuk yang berbasis desa, kemudahan usaha,
serta akses kepada pembiayaan dan pasar.
• Penguatan ekonomi kreatif dan ekonomi digital ke depan difokuskan pada 8
klaster kreatif di Jawa, Medan dan Makassar. Sektor yang akan diperkuat yaitu
kuliner, fesyen, kriya, aplikasi dan konten digital, games, film, dan musik.
Perluasan aktivitas ekonomi kreatif dilaksanakan secara bertahap di wilayah
lain yang memiliki potensi nilai tambah yang besar.

Gambar 3. 2 Kawasan Ekonomi Kreatif dan Klaster Penguatan Ekonomi Kreatif

22 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


3.3. Target Nasional Sektor Ekraf 2020-2024
Berdasarkan telah terhadap dokumen rencana teknokratis RPJMN 2020-2024,maka
dapat diidentifikasikan.

Tabel 3. 1 Indikator Target Pembangunan ekraf 2020-2024


Target
No. Arah Kebijakan Indikator
2020 2024
Nilai tambah ekonomi Rp.1.305-Rp.1.307 Rp.1.840-1.890
kreatif triiun triliun
10
Jumlah kab/kota kreatif
2 kab/kota/Kawasan kab/kota/kawasan
Peningkatan nilai tambah, yang difasilitasi
(kumulatif)
lapangan kerja, dan
1 Jumlah klaster kreatif
investasi di sektor riil, dan 4 klaster 12 klaster
industrialisasi yang dikembangkan

Revitalisasi ruang kreatif 25 unit 40 unit

Jumlah tenaga kerja


19 juta orang 21 juta orang
ekonomi kreatif

Peningkatan ekspor bernilai


tambah tinggi dan
Nilai ekspor ekonomi
2 penguatan Tingkat USD 21,5-22,6 miliar USD 24,5 miliar
kreatif
Kandungan Dalam Negeri
(TKDN)
Skema pembiayaan
0 skema 1 skema
berbasis HKI
Penguatan pilar Jumlah pelaku kreatif
3 pertumbuhan dan daya yang difasilitasi 8.500 orang 15.000 orang
saing ekonomi infrastruktur TIK
Ketersediaan data
2 database 2 database
statistik ekonomi kreatif

Sumber : Rencana Teknokratis RPJMN 2020-2024.

3.4. Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional


(Rindekraf) Tahun 2018-2025
Dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa dan kontribusi usaha ekonomi kreatif
dalam perekonomian nasional, diperlukan kerangka strategis pengembangan ekonomi
kreatif nasional dalam jangka panjang yang menjadi pedoman bagi Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah secara terintegrasi dan kolaboratif. Selain itu pengembangan ekonomi
kreatif nasional secara terintegrasi dan kolaboratif perlu didukung dengan kreativitas

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 23


sumber daya manusia dan inovasi dalam penumbuhan usaha kreatif yang dituangkan
dalam bentuk Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional (Rindekraf) yang
selaras dengan perencanaan pembangunan nasional. Berdasarkan hal tersebut maka
diterbitkanlah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 142 Tahun 2018 tentang
Rencana Induk Pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional Tahun 2018-2025 pada tanggal
31 Desember 2018. Rindekraf merupakan pedoman bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam melaksanakan urusan
pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional. Rindekraf tersebut memuat prinsip
pengembangan Ekonomi Kreatif Nasional, visi dan misi, tujuan dan ruang lingkup serta
arah kebijakan sasaran, strategis, dan pemangku kepentingan.

Pencapaian Sasaran Strategis ekraf merupakan hasil dari upaya yang dilakukan oleh
seluruh komponen bangsa, baik swasta maupun pemerintah, bukan hasil kerja Badan
Ekonomi Kreatif semata. Sumbangan Badan Ekonomi Kreatif untuk mencapai Sasaran
Strategis tersebut adalah: (1) membangun ekosistem yang kondusif bagi tumbuhnya
usaha baru di bidang ekonomi kreatif, yang kondusif bagi berkembangnya usaha yang
ada, serta mampu melahirkan produk kreatif yang unggul dengan brand yang dikenal di
pasar domestik maupun global; serta (2) memberdayakan pelaku ekonomi kreatif. Inilah
yang menjadi sasaran antara program pengembangan ekonomi kreatif menuju pencapaian
Sasaran Strategis di atas.

Pembangunan ekosistem ekonomi kreatif serta pemberdayaan pelaku ekonomi kreatif


merupakan hasil dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh unit-unit kerja di Badan
Ekonomi Kreatif menurut kedeputian. Sedangkan kegiatan di jajaran sekretariat
memberikan dukungan manajemen terhadap pelaksanaan kegiatan di Badan Ekonomi
Kreatif secara keseluruhan, lihat gambar di bawah ini.

24 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Gambar 3. 3 Penjabaran Sasaran Pembangunan Badan Ekonomi Kreatif

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 25


BAB 4
PEMETAAN FAKTOR-FAKTOR PENENTU
PENCAPAIAN TARGET NASIONAL EKONOMI
KREATIF

4.1. Pemetaan Faktor-Faktor Penentu Target Nasional Ekonomi Kreatif


2020-2024
Seperti telah dibahas pada bab 3, RPJMN 2020-2024 menetapkan 9(sembilan) indikator
target nasional pembangunan sektor ekonomi kreatif. Indikator tersebut bila
dikelompokkan dalam kelompok indikator makro ekonomi maka dapat dikelompokkan
kembali dalam 3 (tiga) indikator makro ekonomi yakni; (1) Nilai Tambah (PDB), (2) Nilai
ekspor, (3). Tingkat penyerapan tenaga kerja. Pemetan terhadap faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pencapaian target target tersebut memiliki dimensi yang sangat
luas. Dalam kajian ini, maka pendekatan pemetaan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja indikator makro sektor ekonomi kreatif akan menggunakan pendekatan
ekonomi pembangunan beserta teknik-teknik analisisnya. Sementara dari lingkup
pemetaan, maka kajian ini akan mencoba memetakan faktor-fakor tersebut dalam 3 (tiga)
level yakni level makro, meso dan mikro.

4.1.1. Pemetaan Faktor Berpengaruh Pada Tataran Makro


Dalam skala makro, maka pemetaan faktor-faktor berpengaruh tersebut dikaji dalam
kerangka supply demand sistem produksi nasional. Teori ekonomi yang digunakan sebagai
landasan dalam kegiatan ini adalah teori ekonomi makro, terutama teori yang berkaitan
dengan fungsi produksi untuk menghasilkan ouput sektor ekraf/kota. Dalam teori makro
ekonomi secara garis besar terdapat 3 (tiga) model terkait keseimbangan penawaran dan
permintaan produk suatu sektor ekraf. Model pertama adalah model keseimbangan klasik,
yang mengasumsikan bahwa pasar berstruktur persaingan sempurna dan uang bersifat
netral sehingga harga dapat bersifat fleksibel untuk berubah seketika. Model
keseimbangan klasik berfokus kepada fungsi produksi/penawaran sebagai faktor utama
keseimbangannya. Model keseimbangan yang kedua adalah model keseimbangan

26 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


keynesian yang mengasumsikan bahwa pasar cenderung tidak sempurna dan uang
bersifat tidak netral. Model keseimbangan keynesian berfokus pada dinamika permintaan
agregat. Model keseimbangan yang ketiga adalah model keseimbangan sintesis klasik dan
keynesian yang mengkombinasikan model keseimbangan klasik dan keynesian.

Model ekonomi yang dikembangkan dalam kegiatan ini mengacu pada model
keseimbangan ketiga yang menggabungkan filosofi model klasik dan model keynesian.
Pengembangan model keseimbangan dilakukan dengan menambahkan fungsi feedback
dan delay pada model originalnya sehingga dipereoleh model kesimbangan klasik-
keynesian dalam kerangka model sistem ekonomi . Asumsi-asumsi yang mendasari model
ini merupakan kombinasi asumsi-asumsi model Klasik dan Keynes. Asumsi klasik yang
digunakan adalah pasar akan senantiasa berada dalam keseimbangan. Sedangkan asumsi
Keynes yang digunakan adalah uang sebagai alat transaksi dan spekulasi.

Model matematis dari teori kesimbangan supply-demand yang dikembangkan adalah


sebagai berikut

Y = C+ I +G+X-M sisi permintaan


Y = F(K, L) sisi supply

Keseimbangan:

F(K,L) = C+ I + G+X-M

Dimana:

Y : Ouput sektor ekraf


C : Konsumsi masyarakat
I : Investasi
G : Government Expenditure
X : Ekspor
M : Impor
K : Kapital
L : Tenaga kerja

Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang


menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara/sektor ekraf

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 27


dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Biasanya, laju
pembangunan ekonomi suatu negara ditunjukkan dengan menggunakan tingkat
penambahan GDP/GNP atau nilai tambah dari ouput yang dihasilkan .Dalam menghitung
pendapatan nasional atau regional, ada 3(tiga) metode perhitungan yaitu :

1. Menurut metode produksi, pendapatan nasional/regional dihitung dengan cara


menjumlahkan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh setiap
sektor produktif dalam suatu negara selama satu periode tertentu.

2. Metode kedua adalah metode pendapatan, dimana pada metode ini pendapatan
nasional/regional dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan faktor-faktor
produksi yang digunakan dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Faktor-
faktor produksi seperti tanah, modal, tenaga, dan wiraswasta yang digunakan diberi
balas jasa yang masing-masing bernama sewa, bunga, upah dan gaji serta laba.
Karena faktor-faktor produksi tersebut dimiliki oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam masyarakat, maka balas jasanya kembali kepada masyarakat sebagai
pendapatan nasional/regional.

3. Metode terakhir adalah metode pengeluaran, dimana pada metode ini perhitungan
pendapatan nasional/regional dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh
pengeluaran dari lapisan masyarakat. Pendapatan yang diterima oleh semua lapisan
masyarakat akan dibelanjakan pada berbagai barang dan jasa atau ditabung. Dengan
metode ini, pengeluaran dibagi-bagi kedalam :

a. Pengeluaran konsumsi perorangan dan rumah tangga yang terdiri dari


pengeluaran untuk barang-barang yang tahan lama (durable goods),dimana
Konsumsi disingkat C
b. Investasi domestik bruto yang terdiri dari bangunan-bangunan baru, alat-alat
produksi yang tahan lama, dan persediaan barang-barang oleh perusahaan-
perusahaan dimana Investasi disingkat I
c. Pengeluaran konsumsi pemerintah (government spending) yang sering
disingkat G
d. Ekspor untuk setiap sektor, disingkat X
e. Impor untuk setiap sektor, disingkat M

Dalam model keseimbangan supply-demand yang dikembangkan melalui ini, maka


perhitungan GDP dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan produksi maupun
pengeluaran. Pertumbuhan ekonomi akan dibangkitkan melalui kebijakan yang diharapkan

28 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


akan meningkatkan Final Demand, Output serta GDP tiap-tiap sektor. Mekanisme
hubungan antara ouput dan permintaan akhir dilakukan dengan menerjemahkan Tabel
Input-Ouput dalam model sistem dinamis.

Gambar 4. 1 Struktur Faktor Berpengaruh Terhadap Indikator Makro Ekraf

Berdasarkan Gambar 4.1 tersebut dapat diidentifikasikan bahwa dalam tataran makro
terdapat sebanyak 8 (delapan) kelompok faktor yang berpengaruh terhadap indikator
makro yang menjadi target nasional pada 2020-2024. Penjelasan terkait gambar 4.1
diuraikan sebagai berikut:

1. Ouput sektor ekraf merupakan hasil interaksi antara dinamika permintaan dan
penawaran (demand-supply). Output sektor ekraf yang diinginkan muncul dari
besaran permintaan akhir (final demand) yang diinginkan, dimana permintaan akhir
yang diinginkan adalah permintaan akhir terhadap ouput yang dihasilkan dari
gabungan antara pertambahan demand akibat trend dan pertambahan demand
karena adanya kebijakan atau target demand yang diharapkan seperti target
peningkatan konsumsi, peningkat pengeluaran pemerintah, target investasi daan

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 29


target lainnya. Dalam model ini final demand yang dimodelkan secara dinamis adalah
investasi.

2. Permintaan akhir yang diinginkan sesuai hukum keseimbangan pasar barang akan
menghasilkan ouput sektor ekraf yang diinginkan, dimana ouput yang diinginkan
selanjutnya akan menjadi dasar sistem produksi ekonomi untuk memenuhinya
sesuai kapasitas yang dimiliki. Berdasarkan kapasitas produksi ( supply) yang ada
serta bergabung dengan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kapasitas produksi
maka sistem produksi ekonomi akan menghasilkan ouput potensial.

3. Perbandingan antara ouput potensial dengan ouput yang diinginkan menghasilkan


gap ouput yang diinginkan, dimana gap ouput ini akan mendorong peningkatan
kapasitas produksi melalui peningkatan kapital (kapital yang diinginkan).

4. Peningkatan kapital (kapital yang diinginkan) akan mendorong kebutuhan


peningkatan investasi (investasi yang diinginkan). Investasi yang diinginkan
merupakan gabungan dari investasi yang dibutuhkan untuk menambah kapasitas
dan investasi untuk mengatasi penurunan kapital akibat depresiasi.

5. Investasi yang diinginkan selanjutnya akan dipengaruhi oleh berbagai faktor


penentu menjadi investasi riil (terjadi) termasuk efek dari stok lahan untuk kegiatan
ekonomi. Investasi riil inilah yang selanjutnya akan menghasilkan kapital riil yang
akan digunakan sebagai faktor produksi untuk menghasilkan output riil.

6. Ouput riil yang terjadi selanjutnya menghasilkan GDP riil. GDP riil menjadi dasar
perhitungan pertumbuhan ekonomi sektor. Pertumbuhan output sektor dapat
dibandingkan dengan target pertumbuhan ekonomi yang telah ditetapkan sehingga
menghasilkan gap GDP. Gap GDP selanjutnya akan mendorong peningkatan
permintaan akhir yang diinginkan sehingga terjadilah siklus tertutup dari sistem
ekonomi.

4.1.2. Pemetaan Faktor Berpengaruh Pada Tataran Meso


Pada tataran meso, maka faktor berpengaruh dipetakan melalui pendekatan
keterkaitan/rantai pasok sektor ekraf dengan sektor lainnya. Metode yang digunakan
dalam tataran meso ini antara lain melalui analisis matriks transasksi input antara terkait
sektor ekraf selain analisis terkait turunan dari 8 (delapan) faktor pada tataran makro
tersebut diatas. Secara garis besar pemetaan faktor.

30 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Gambar 4. 2 Struktur Faktor Penentu Indikator Makro Ekraf Pada Tataran Meso

Berdasarkan gambar 4.2, maka dalam tataran meso faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap indikator ekonomi kreatif yang menjadi target nasional, selain bersumber dari
final demand juga bersumber dari kinerja keterkaitan input-output antar sektor yang
berkaitan dengan sektor ekraf. Keterkaitan antar sektor tersebut secara garis besar dibagi
dalam 2 (dua) tipe yakni keterkaitan ke depan dan keterkaitan kebelakang. Keterkaitan
kedepan terjadi ketika ouput sektor ekraf digunakan sebagai input sektor lain untuk
mengasilkan outputnya. Keterkaitan kebelakang terjadi ketika upaya memproduksi output
sektor ekraf membutuhkan input dari sektor lain. Tinggi rendahnya keterkaitan kedepan
maupun kebelakang dari sektor ekraf akan mempengaruhi besaran ouput sektor ekraf.
Keterkaitan ini menjadi dasar dalam menghitung kontribusi sektor ekraf terhadap ouput
total nasional. Dalam kaitannya dengan pemetaan faktor pada tingkat meso maka
pemahaman terhadap dinamika sektor-sektor yang terkait dengan sektor ekraf menjadi
penting selain dinamika dari turunan permintaan final demand dan faktor produksi sektor
ekraf.

4.1.3. Pemetaan Faktor Berpengaruh Pada Tataran Mikro


Pada tataran mikro, maka faktor berpengaruh dipetakan melalui pendekatan analisis
pengembangan industri atau usaha terkait sektor ekraf. Fokus pada tataran mikro adalah
mengenil faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya industri atau
usah kreatif. Oleh karena itu pendekatan yang dapat digunakan dalam pemetaan faktor-
faktor yang berpengaruh dalam tataran mikro dapat berupa metode yang berfokus pada

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 31


analisis faktor-faktor penumbuhkembangan industri dan usaha kreatif baru, baik berupa
analisis pembiayaan, infrastruktur, pemasaran, iklim bisnis, inkubator dan lain sebagainya.

Berdasarkan gambar 4.3 maka dapat diidentifikasi bahwa faktor-faktor yang berpengaruh
pada tataran mikro merupakan kombinasi faktor yang ada pada tataran makro, meso dan
mikro itu senfiri, Secara lebih spesifik, pada tataran mikro, berdasarkan kajian referensi
yang dilakukan, sedikitnya terdapat 7 (tujuh) faktor yang harus diperhatikan, yakni:
financial gearing, marketing and advertising, management and production quality,
infrastructure, bussines site and human resources. Ketujuh faktor mikro spesifik tersebut
saling terkait satu dengan lainnya.

Gambar 4. 3 Struktur Faktor Penentu Indikator Ekraf Pada Tataran Mikro

4.1.4. Langkah-Langkah Pemetaan Faktor Berpengaruh


Berdasarkan lingkup pemetaan faktor berpengaruh pada tataran makro, meso dan mikro
tersebut, maka langkah-langkah pemetaan faktor berpengaruh terhadap pencapaian
target nasional pembangunan ekonomi ekraf 2020-2024 dapat digambarkan sebagai
berikut:

32 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Gambar 4. 4 angkah pemetaan Faktor Berpengaruh Terhadap Indikator Ekraf

4.2. Analisis Faktor Penentu Pencapaian Target PDB Sektor Ekraf 2024

4.2.1. Pertumbuhan PDB Sektor Ekraf


Sektor ekonomi kreatif (ekraf) selama tiga tahun (2015-2017) mengalami pertumbuhan
rata-rata 4,82% per tahun dihitung dari perkembangan PDB atas dasar harga konstan
2010. Pertumbuhan tersebut meningkat dari tahun ke tahun, meskipun peningkatannya
tidak terlalu besar. Pertumbuhan pada tahun 2015 sebesar 4,41%, pada tahun 2016
meningkat menjadi sebesar 5% dan pada tahun 2017 meningkat lagi menjadi 5,06% per
tahun. Lihat Gambar 4.5.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 33


Gambar 4. 5 PDB Sektor Ekonomi Kreatif dan Pertumbuhannya 2015-2017

Besarnya PDB dalam tiga tahun tersebut dalam harga konstan adalah Rp. 686.658,3 miliar
pada thun 2015, Rp. 721.019,9 miliar pada tahun 2016 dan Rp. 757.535,1 miliar pada
tahun 2017. Atau dalam harga berlaku adalah Rp. 852.543,7 miliar pada tahun 2015,
Rp. 923.052,9 miliar pada tahun 2016 dan Rp. 989.153,1 miliar pada tahun 2017.
Pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang makin meningkat tersebut mengikuti pola yang
terjadi pada pertumbuhan ekonomi nasional. Dari tahun2015 ke 2016 meningkat tajam
dan dari 2016 ke 2017 meningkatnya landai. Perbandingannya bisa dilihat dalam Tabel
4.1.

Pertumbuhan setiap subsektor ekonomi kreatif cukup bervariasi. Dari 16 subsektor yang
ada, dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori. Kategori pertama adalah subsektor
yang memiliki pertumbuhan mirip dengan pertumbuhan sektornya. Subsektor tersebut
adalah desain produk, kuliner, seni rupa. Untuk subsektor desain produk, meskipun rata-
rata pertumbuhannya mirip sektor ekraf secara keseluruhan, namun memiliki fluktuasi
yang mencolok. Pertumbuhannya sangat rendah di tahun 2015, cukup tinggi di tahun
2016 dan sedang di tahun 2017.

34 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Tabel 4. 1 Pertumbuhan PDB Sektor dan Subsektor Ekonomi Kreatif
No Pertumbuhan (%)
Sektor/Subsektor
2015 2016 2017
1 Arsitektur 6,62 6,05 7,65
2 Desain Interior 6,09 5,92 6,02
3 Desain Komunikasi Visual 10,28 8,98 8,14
4 Desain Produk 2,03 7,67 5,89
5 Film dan Animasi dan Video 6,85 10,16 10,30
6 Fotografi 6,18 6,91 8,26
7 Kriya 4,54 2,25 1,60
8 Kuliner 4,00 5,19 5,69
9 Musik 7,27 7,59 8,00
10 Fashion 2,78 4,06 3,87
11 Aplikasi dan Game developer 5,04 8,07 7,90
12 Penerbitan 4,88 3,67 2,09
13 Periklanan 6,12 6,97 6,80
14 Televisi dan radio 8,39 10,33 10,35
15 Seni Pertunjukan 6,03 9,54 7,77
16 Seni Rupa 5,84 4,43 5,71
A PDB Ekonomi Kreatif 4,41 5,00 5,06
B PDB Non Ekonomi Kreatif 4,92 5,04 5,07
C PDB Nasional 4,88 5,03 5,07
Sumber: BPS, 2018

Kategori kedua adalah subsektor yang memiliki pertumbuhan lebih tinggi dari sektor
ekraf. Masuk dalam kategori ini antara lain adalah subsektor film, animasi dan video dan
subsektor televisi dan radio. Subsektor ini pertumbuhannya jauh lebih tinggi dan memiliki
tren meningkat. Subsektor lain yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan sektor ekraf dan
memiliki tren meningkat pertumbuhannya adalah musik dan fotografi. Sedangkan
subsektor yang memiliki pertumbuhan lebih tinggi namun trennya tidak bisa dipastikan
meningkat adalah arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, aplikasi dan game
developer, periklanan, dan seni pertunjukan.

Kategori ketiga adalah subsektor yang memiliki pertumbuhan dibawah sektor ekraf.
Subsektor ini perlu mendapat perhatian, khususnya yang memiliki tren pertumbuhannya
menurun, yaitu subsektor penerbitan dan kriya. Sedangkan subsektor fesyen terlihat
bahwa pertumbuhannya kecil, dengan tren tidak bisa dipastikan apakah menurun.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 35


Pertumbuhan setiap subsektor ekonomi kreatif dibobot dengan kontribusinya terhadap
PDB ekonomi kreatif menunjukkan peranan setiap subsektor terhadap pertumbuhan
ekonomi kreatif. Dalam konteks pertumbuhan, hasil pembobotan ini dapat menjadi
petunjuk subsektor mana yang paling berperan dalam menentukan besarnya
pertumbuhan ekonomi kreatif. Dari Gambar 4.3. dapat diketahui bahwa penentu utama
pertumbuhan sektor ekonomi kreatif adalah subsektor kuliner, televisi dan radio, dan
fesyen.

Gambar 4. 6 Kontribusi Setiap Subsektor terhadap Pertumbuhan

4.2.2. Kontribusi PDB Sektor Ekraf


Sektor ekraf memiliki kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 7,40% pada tahun 2015,
berkembang menjadi 7,44% pada tahun 2016 dan 7,28% pada tahun 2017 (BPS, 2018).
Sedangkan kontribusi subsektor dalam sektor ekonomi kreatif pada tahun 2017 dapat
dilihat dalam Gambar 4.7. Terlihat bahwa pemberi kontribusi terbesar adalah subsektor
kuliner, sebesar 42,98%. Disusul kemudian oleh subsektor fashion (18,32%) dan kriya
(15,53%). Kebanyakan subsektor lain berkontribusi di bawah 1%, kecuali televisi dan
radio (9,16%), penerbitan (6,41%), arsitektur (2,49%) dan aplikasi dan game developer
(2,00 %).

36 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Gambar 4. 7 Kontribusi Subsektor Ekraf, 2017

4.2.3. Proyeksi PDB ekonomi Kreatif Berdasarkan Skenario Baseline


Secara agregat, pada tataran makro ekonomi, PDB ekraf yang terbentuk pada tahun
tertentu merupakan resultan dari bekerjanya serangkaian faktor penentu pembentuk PDB
ekraf baik berupa strategi dan kebijakan pemerintah maupun aspek lain yang terkait
dengan faktor-faktor pembentuk PDB ekraf seperti konsumsi, investasi, ekspor dan
pengeluaran pemerintah. Dengan demikian untuk melihat perkembangan PDB ekraf dalam
5-20 tahun mendatang berdasarkan kondisi-kondisi yang ada saat ini, termasuk strategi
dan kebijakan terkait pengembangan ekraf, maka dapat dilihat melalui proyeksi PDB ekraf
dalam 5 -20 tahun kedepan melalui skenario baseline.

Skenario baseline menggunakan asumsi bahwa dalam periode proyeksi kedepan tidak
terdapat perubahan yang signifikan pada faktor-faktor penentu pembentuk PDB ekonomi
kreatif. Strategi dan kebijakan pemeirintah yang dijalan masih menggunakan strategi dan
kebijakan yang sama seperti pada periode saat ini. Skenario baseline juga dikenal dengan
skenario tren yang berfungsi unyuk melihat kecenderungan kinerja perkembangan PDB

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 37


ekraf bila kondisi-kondisi saat ini saat ini tidak berubah. Hasil proyeksi skenario baseline
ekraf untuk tahun 2020-2024 dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4. 2 Proyeksi PDB Ekonomi Kreatif Atas Berlaku Skenario Baseline (Miliar Rupiah)

Kode Sektor 2020 2024


0 Non Kreatif

1 Arsitektur 37,543 63,353

2 Desain Interior 2,311 3,546

3 Desain Komunikasi Visual 1,039 1,896

4 Desain Produk 3,264 4,286

5 Film dan Animasi dan Video 2,932 5,080

6 Fotografi 7,181 11,546

7 Kriya 202,380 296,000

8 Kuliner 559,959 780,994

9 Musik 7,841 13,566

10 Fashion 236,361 322,106

11 Aplikasi dan Game Developer 28,413 44,397

12 Penerbitan 87,793 135,708

13 Periklanan 12,260 19,509

14 Televisi dan radio 129,063 209,895

15 Seni Pertunjukan 4,095 6,472

16 Seni Rupa 3,207 4,899

Jumlah 1,325,641 1,923,255

Tabel 4. 3 Proyeksi PDB Ekonomi Kreatif Atas Harga Konstan Skenario Baseline

Kode Sektor 2020 2024


0 Non Kreatif

1 Arsitektur 21,232 28,519

2 Desain Interior 1,552 2,031

3 Desain Komunikasi Visual 649 983

4 Desain Produk 2,235 2,521

5 Film dan Animasi dan Video 1,638 2,249

6 Fotografi 4,431 5,872

7 Kriya 124,367 149,673

38 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


8 Kuliner 390,635 471,689

9 Musik 4,471 6,177

10 Fashion 151,862 173,349

11 Aplikasi dan Game developer 17,319 22,198

12 Penerbitan 49,417 60,695

13 Periklanan 7,637 10,057

14 Televisi dan radio 97,780 142,299

15 Seni Pertunjukan 2,634 3,488

16 Seni Rupa 2,023 2,570

Jumlah 879,882 1,084,369

Bila hasil proyeksi tersebut dibandingkan dengan target PDB ekraf sesuai RPJMN 2020-
2024, maka gambaran gap yang terjadi dapat dilihat pada gambar 4.8.

Gambar 4. 8 Proyeksi Baseline Harga berlaku dan Target PDB

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 39


Gambar 4. 9 Gap Proyeksi Baseline Harga Konstan 2010 dan Target PDB

Berdasarkan hasil proyeksi tersebut dapat diidentifikasi beberapa hal berikut :


• Hasil perbandingan antara proyeksi baseline harga berlaku dengan target PDB ekraf
2020 dan 2024 (gambar 4.8) menunjukkan gap yang sangat tipis. Kondisi ini
mencerminkan bahwa dengan mempertahankan kinerja strategi dan kebijakan serta
kondisi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan PDB ekraf pada periode
2020-204, maka target PDB sudah mampu dicapai. Mengacu pada hasil tersebut
maka alternatif pilihan strategi dan kebijakan yang dapat dikembangkan untuk
mendukung agar pola pertumbuhan tersebut tercapai adalah melalui 2 (dua) hal
yakni mempertahankan atau melanjutkan strategi yang sudah ada dan
mengembangkan strategi unutk menjaga kemungkinan pelemahan kinerja faktor-
faktor penentu pertumbuhan PDB ekraf pada periode 2020-2024. Kedua alternatif
tersebut perlu dilakukan melalui kajian mendalam terhadap dinamika faktor-faktor
pertumbuhan PDB ekraf seperti dinamika permintaan akhir sektor ekraf (C,I, G, X, M)
serta dinamika faktor-faktor produksi sektor ekraf (modal, tenaga kerja dan TFP).

• Hasil perbandingan antara proyeksi baseline harga konstan 2010 dengan target
PDB ekraf 2020 dan 2024 (gambar 4.9) menunjukkan gap yang cukup signifikan,
yakni sebesar 48,54% pada tahun 2020 dan sebesar 74,3% pada tahun 2024.
Kondisi ini mencerminkan bahwa dengan mempertahankan kinerja strategi dan
kebijakan serta kondisi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan PDB
ekraf pada periode 2020-204, maka target PDB tidak dapat dicapai. Mengacu pada
hasil tersebut maka alternatif pilihan strategi dan kebijakan yang dapat

40 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


dikembangkan untuk mendukung agar pola pertumbuhan tersebut tercapai adalah
melalui 3 (tiga) hal yakni meningkatkan dan memperkuat strategi pengembangan
sektor ekonomi ekraf yang sudah ada, mengembangkan strategi baru dan
mengembangkan strategi untuk menjaga kemungkinan pelemahan kinerja faktor-
faktor penentu pertumbuhan PDB ekraf pada periode 2020-2024. Ketiga alternatif
tersebut perlu dilakukan melalui pengamatan mendalam terhadap dinamika faktor-
faktor pertumbuhan PDB ekraf pada berbagai tataran seperti dinamika permintaan
akhir sektor ekraf (C,I, G, X, M) serta dinamika faktor-faktor produksi sektor ekraf
(model, tenaga kerja dan TFP) baik pada tataran makro, meso dan mikro.

4.2.4. Kinerja Faktor Penentu PDB sektor Ekraf


Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, pada tataran makro faktor-faktor penentu
pembentuk PDB dapat dikelompokkan dalam 2 (dua) kelompok yakni kelompok faktor
produksi (supply side) dan kelompok permintaan akhir (demand side). Untuk itu sebagai
langkah awal maka analisis terhadap kinerja faktor-faktor tersebut menjadi penting.
Berikut gambaran awal kinerja kontribusi beberapa faktor berpengaruh terhadap
pembentukan PDB ekraf berdasarkan tabel I-O ekraf 2014.

Gambar 4. 10 Komposisi Final Demand Sektor Ekraf (%)

Sumber : Olahan Tabel I-O ekraf, 2014

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 41


Berdasarkan Gambar 4.10 tersebut, maka dapat didentifikasi beberapa hal antara lain :

• Secara agregat, faktor penentu pembentuk PDB sektor ekraf yang paling besar
kontribusinya adalah komponen komsumsi dengan prosentase rata-rata sebesar
70,45%. Sementara kontribusi komponen ekspor menempati urutan ke dua dengan
kontribusi sebesar 22,30%. Sementara pengeluaran pemerintah hanya mencapai
rata-rata sebesar 0,03 % terhadap permintaan akhir sektor ekraf.
• Sektor yang memilki permintaan akhir berupa konsumsi masyarakat terbesar adalah
sektor kuliner dengan kontribusi sebesar 94%. Sementara sektor dengan permintaan
akhir berupa ekspor terbesar adalah sektor film, dan animasi dengan kontribusi
sebesar 84%.
• Berdasarkan kondisi tersebut, maka urutan prioritas pengembangan strategi untuk
mempertahankan dan meningkatkan nilai PDB sektor ekraf adalah dengan
mempertahankan dan mengembangkan strategi penguatan ekspor, konsumsi
masyarakat dan investasi. Sementara pengeluaran pemerintah yang relatif rendah
sebaiknya diarahkan untuk mendukung penguatan iklim pengembangan ekonomi
kreatif baik berupa pembangunan infrastruktur dan penciptaan usaha baru melalui
skema inkubasi yang komprehensif, serta permodalan.

4.3. Analisis Faktor Penentu Pencapaian Target Ekspor Sektor Ekraf 2024

4.3.1. Pertumbuhan Ekspor sektor Ekraf


Adapun untuk nilai ekspor ekraf Indonesia, pada tahun 2011 nilai ekspornya mencapai
US$15,64 miliar. Namun pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 1,29% menjadi
US$15,44 miliar. Selama tahun 2013 sampai dengan tahun 2016, nilai ekspor ekraf
Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2017, nilai ekspor ekraf Indonesia
justru mengalami penurunan pada saat nilai ekspor Indonesia meningkat cukup tinggi.
Penurunan tersebut sebesar 0,75% atau nilai ekspor ekraf Indonesia menjadi US$19,84
miliar.

42 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Tabel 4. 4 Perkembangan ekspor ekraf 2015-2017

Ekspor miliar US$ Pertumbuhan (%)


Sektor/Subsektor
2015 2016 2017 2015 2016 2017
Kriya 7.264,5 7.797,7 6.484,7 14,16 7,34 -16,84

Kuliner 1179 1.260,5 1.360,5 9,05 6,91 7,93

Fashion 10.895,2 10.901,5 11.969,4 1,84 0,06 9,80

Penerbitan 22,3 26,2 18,5 39,38 17,49 -29,39

Seni Rupa 3 3 5,1 -46,43 0,00 70,00

Ekonomi Kreatif 19.364 19.988,9 19.838,2 6,60 3,23 -0,75

4.3.2. Kontribusi Ekspor sektor Ekraf


Selama periode 2011 sampai 2017, ekspor nonmigas Indonesia cenderung berfluktuatif.
Ekspor nonmigas pada tahun 2011 mencapai US$162,02 miliar, selanjutnya pada tahun
2012 sampai dengan 2015 terus mengalami penurunan. Namun pada tahun 2016 dan
2017 ekspor nonmigas mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,18% dan
15,95% dibandingkan bulan sebelumnya. Seperti terlihat pada Tabel 4.5, perkembangan
nilai ekspor nonmigas ini sejalan dengan perkembangan nilai ekspor Indonesia secara
keseluruhan.

Peranan ekspor ekraf terhadap ekspor nonmigas Indonesia pada tahun 2011 sebesar
9,65%. Pada tahun 2012 sampai dengan 2016 peranan ekspor ekraf terhadap ekspor non
migas Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2017 peranannnya sedikit
menurun menjadi 12,95%. Selama periode 2011 sampai dengan 2017, secara rata-rata
peranan ekspor ekraf terhadap ekspor non migas adalah sebsar 12,22%.

Tabel 4. 5 Kontribusi ekspor ekraf 2015-2017

Deskripsi 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


Ekraf
15,64 15,44 15,87 18,16 19,36 19,99 19,84
(miliar US$)
Nonmigas
162,02 15304 149,92 145,96 131,79 132,03 153,08
(miliar US$)
Nilai Ekspor
Total Migas
dan
203,50 190,02 182,55 175,98 150,37 145,13 168,83
Nonmigas
(miliar US$)

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 43


Ekraf (%) - -1,29 2,79 14,46 6,60 3,23 0,75
Nonmigas
- -5,54 -2,04 -2,64 -9,71 0,18 15,95
Perubahan (%)
Total Migas
Ekspor
dan
- -6,62 -3,93 -3,60 -14,55 -3,48 16,33
Nonmigas
(%)
Thdp
Ekspor
9,65 10,09 10,59 12,45 14,69 15,14 12,96
nonmigas
Peranan
(%)
ekspor Ekraf
Thdp
Ekspor 7,69 8,13 8,69 10,32 12,88 13,77 11,75
Total (%)

4.3.3. Proyeksi Ekspor Ekonomi Kreatif Berdasarkan Skenario Baseline


Ekspor merupakan salah satu komponen permintaan akhir sektor ekraf yang
mempengaruhi dan dipengaruhi PDB ekraf. Secara agraget, pada tataran makro ekonomi,
nilai ekspor ekraf yang tercapai pada tahun tertentu merupakan resultan dari bekerjanya
serangkaian faktor penentu nilai ekspor ekraf baik berupa strategi dan kebijakan
pemerintah maupun aspek lain yang terkait dengan faktor-faktor pemnentu nilai ekspor
ekraf seperti nilai tukar, perkembangan konsumsi global, struktur pasar, quota dan lain
sebagainya. Dengan demikian untuk meilhat perkembangan ekspor ekraf dalam 5-20
tahun mendatang berdasarkan kondisi-kondisi yang ada saat ini, termasuk strategi dan
kebijakan terkait pengembangan ekraf, maka dapat didekati melalui proyeksi ekspor ekraf
dalam 5 -20 tahun kedepan melalui skenario baseline.

Skenario baseline menggunakan asumsi bahwa dalam periode proyeksi kedepan tidak
terdapat perubahan yang signifikan pada faktor-faktor penentu besaran ekspor ekonomi
kreatif. Strategi dan kebijakan pemerintah yang dijalankan masih menggunakan strategi
dan kebijakan yang sama seperti pada periode saat ini. Skenario baseline juga dikenal
dengan skenario trend yang berfungsi untuk melihat kecenderungan kinerja
perkembangan nilai ekspor ekraf bila kondisi-kondisi saat ini saat ini tidak berubah, Hasil
proyeksi skenario baseline ekraf untuk tahun 2020-2024 dapat dilihat pada tabel 4.6.

44 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Tabel 4. 6 Proyeksi Ekspor Ekonomi Kreatif Skenario Baseline

Kode Sektor 2020 2024

0 Non Kreatif

1 Arsitektur - -

2 Desain Interior - -

3 Desain Komunikasi Visual - -

4 Desain Produk - -

5 Film dan Animasi dan Video 1,645 2,258

6 Fotografi - -

7 Kriya 8,821,326,461 10,616,271,132

8 Kuliner 1,541,673,861 1,861,559,732

9 Musik 19,737 27,266

10 Fashion 12,533,536,147 14,306,869,224

11 Aplikasi dan Game developer - -

12 Penerbitan 30,182,411 37,071,001

13 Periklanan - -

14 Televisi dan radio - -

15 Seni Pertunjukan - -

16 Seni Rupa 3,815,699 4,847,560

Jumlah 22,930,555,961 26,826,648,175

Sumber : Hasil analisis, 2019

Gambar 4. 11 Gap Proyeksi Baseline dan Target Ekspor PDB

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 45


Berdasarkan hasil proyeksi tersebut dapat diidentifikasi beberapa hal berikut :

• Hasil perbandingan antara proyeksi baseline dengan target ekspor ekraf 2020 dan
2024 (gambar 4.11) menunjukkan gap antara keduanya yang sangat tipis. Kondisi
ini mencerminkan bahwa dengan mempertahankan kinerja strategi dan kebijakan
serta kondisi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan nilai ekspor ekraf
pada periode 2020-204, maka target ekspor ekraf sudah mampu dicapai. Mengacu
pada hasil tersebut maka alternatif pilihan strategi dan kebijakan yang dapat
dikembangkan untuk mendukung agar pola pertumbuhan tersebut tercapai adalah
melalui 2 (dua) hal yakni mempertahankan atau melanjutkan strategi yang sudah
ada dan mengembangkan strategi untuk menjaga kemungkinan pelemahan kinerja
faktor-faktor penentu pertumbuhan ekspor ekraf pada periode 2020-2024. Kedua
alternatif tersebut perlu dilakukan melalui kajian mendalam terhadap dinamika
faktor-faktor pertumbuhan PDB ekraf seperti dinamika permintaan akhir sektor ekraf
(C,I, G, X, M) serta dinamika faktor-faktor produksi sektor ekraf (model, tenaga kerja
dan TFP).

4.3.4. Kinerja Faktor Penentun Ekspor Ekonomi Kreatif


Faktor yang dianggap paling banyak berpengaruh terhadap perkembangan sektor ini
adalah globalisasi serta digitalisasi yang berlangsung semakin intens. Intensitas
globalisasi dan digitalisasi yang tinggi memungkinkan industri kreatif berkembang dengan
lebih leluasa dari pasar lokal menuju pasar internasional. Kondisi ini turut mendorong
pergeseran pola interaksi di ranah perdagangan dan perindustrian, baik di tingkat lokal
maupun internasional. Pola interaksi yang dulunya terbatas dan rumit, kini menjadi lebih
fleksibel dan seolah tanpa sekat dengan adanya globalisasi dan digitalisasi. Pada
akhirnya, hal ini berdampak pada minat pasar internasional terhadap produk ekonomi
kreatif yang juga terus meningkat.

Menurut Curry (2001) ekspor adalah barang dan jasa yang dijual kepada negara asing
untuk ditukarkan dengan barang lain (produk, uang). Proses ekspor pada umumnya adalah
tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk
memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar umumnya membutuhkan
campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Perkembangan ekspor
dari suatu negara tidak hanya ditentukan oleh faktor-faktor keunggulan komparatif tetapi
juga oleh faktor-faktor keunggulan kompetitif. Inti daripada paradigma keunggulan
kompetitif adalah keunggulan suatu negara di dalam persaingan global selain ditentukan

46 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


oleh keunggulan komparatif (teori-teori klasik dan H-O) yang dimilikinya dan juga karena
adanya proteksi atau bantuan fasilitas dari pemerintah, juga sangat ditentukan oleh
keunggulan kompetitifnya. Keunggulan kompetitif tidak hanya dimiliki oleh suatu negara,
tetapi juga dimiliki oleh perusahaan-perusahaan di negara tersebut secara individu atau
kelompok. Perbedaan lainnya dengan keunggulan komparatif adalah, bahwa keunggulan
kompetitif sifatnya lebih dinamis dengan perubahan-perubahan, misalnya teknologi dan
sumber daya manusia (Tambunan, 2001).

A. Faktor Eksternal
Masalah yang terdapat diluar perusahaan yang dapat mempengaruhi kegiatan
perdagangan atau proses ekspor dan impor diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan Antara Eksporir Importir


Kepercayaan merupakan faktor eksternal yang bisa menjamin untuk terlaksananya
transaksi antara eksportir dan importir. Dengan jarak yang berjauhan dan kemungkinan
belum saling mengenal adalah resiko yang dihadapi saat pertukaran barang dengan uang.
Jadi, apakah pihak eksporir percaya produknya akan dibayar setelah barang dikirimkan,
atau sebaliknya, apakah pihak importir percaya untuk mengirim uangnya terlebih dahulu.
Untuk mengantisipasinya, maka sebelum kontrak jual beli setiap pihak harus mengetahui
kredibilitas masing-masing. Cara-cara dibawah ini lazim dilakukan saat mencari kontrak
dagang diantaranya:

1. Memanfaatkan buku petunjuk perdagangan dan informasi lain seperti nama,


alamat serta jenis usaha yang dilakukan.
2. Meminta bantuan pihak bank dalam negeri untuk mengadakan kontrak dengan
bank korespondennya dan menghubungkan nasabah kedua bank yang akan
melakukan transaski.
3. Mengunjungi masing-masing perusahaan.
4. Melalui perwakilan perdagangan.
5. Konsultasi dengan pengusaha yang memiliki bidang usaha yang sama.
6. Membaca publikasi dagang di dalam dan diluar negeri.

2. Pemasaran
Yang perlu dipertimbangkan pada bidang pemasaran adalah tujuan pemasaran barang
supaya mendapatkan harga yang terbaik.Pertimbangan lainnya seperti mengetahui
informasi seperti:

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 47


1. ongkos atau biaya barang
2. sifat dan tingkat persaingan
3. luas dan sifat permintaan

Penentuan jenis barang bisa dilihat berdasarkan informasi:


1. peraturan perdagangan negara setempat
2. kontinuitas produksi barang
3. negara tujuan barang-barang ekspor
4. pembatasan mutu dan volume barang-barang tertentu

Pada bidang daya saing, pihak eksporir dan importir bisa menghadapi masalah seperti:
1. Daya saing rendah dalam harga dan waktu penyerahan
2. Kurangnya pengetahuan akan perluasan pemasaran serta teknik-teknik
pemasaran
3. Saluran pemasaran tidak berkembang di luar negeri

3. Sistem Kuota dan Kondisi Hubungan Perdagangan Dengan Negara Lain


Kegiatan perdagangan tentu diupayakan, dipelihara dan ditingkatkan hubungan dengan
negara yang bersangkutan. Apabila terdapat peraturan seperti pembatasan kuota barang
atau kuota negara, maka bisa jadi transaksi yang menguntungkan tidak bisa terlaksana
sepenuhnya. Cara yang bisa ditempuh adalah meningkatkan hubungan antar negara yang
sifatnya bilateral, multilateral, regional bahkan internasional, supaya bisa mencari solusi
dalam hal pembatasan kuota (barang) sehingga hal ini juga menjadi penentu dalam
kelancaran kegiatan ekspor dan impor.

4. Keterkaitan Dalam Keanggotaan Organisasi Internasional


Bergabung dalam suatu organisasi internasional bisa mendapat manfaat untuk mengatur
stabilitas harga barang ekspor di pasar internasional. Namun disisi lain, keanggotaan
tersebut terkadang juga menjadi kendala seperti contohnya pada ICO dengan kuota kopi
dan penentuan harga yang lebih bersaing yang seringkali dihadapi oleh anggota OPEC.

5. Kurangnya Pemahaman Akan Tersedianya Kemudahan-kemudahan Internasional


Kurangnya pemahaman pada kemudahan internasional bisa juga menjadi salah satu
penyebab. Contohnya ASEAN Preferential Trading Arrangement yang menyediakan
kemudahan tarif antar negara ASEAN yang berguna untuk pengembangan perdagangan.

48 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


B. Hambatan Faktor Internal
Kadangkala persiapan teknis terkait persyaratan untuk terlibat di perdagangan
internasional sering dilalaikan karena terburu-buru dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang cepat. Masalah teknis ini diantaranya seperti:

1. Persiapan Teknis
Persyaratan teknis untuk kegiatan transaksi ekspor dan impor diantaranya:
1. Status badan hukum perusahaan
2. Izin ekspor impor seperti APE,APES, API, APIS, APIT
3. Izin usaha (SIUP)
4. Persyaratan lain seperti dokumen pengapalan dan kejujuran serta kesungguhan
berusaha termasuk itikad baik.

2. Kemampuan dan Pemahaman Transaksi Luar Negri


Pemahaman eksportir/importir diperlukan untuk keberhasilan transaksi seperti tata cara
pelaksanaan, pengisian dokumen dan peraturan di dalam maupun luar negeri.

3. Pembiayaan
Pembiayaan ini meliputi kecukupan dana, fasilitas pembiayaan dan bagaimana cara
memperolehnya. Hal ini tentu harus di atur dengan bijak oleh para pengusaha.

4. Kekurangsempurnaan Dalam Mempersiapkan Barang


Masalah terkait hal ini diantaranya seperti:
1. Pengiriman barang terlambat. Biasanya terhambat peraturan pemerintah dan
kesulitan administrasi.
2. Mutu barang yang tidak sesuai dengan perjanjian.
3. Keterlambatan pengiriman dokumen pengapalan.
4. Pengepakan yang tidak memenuhi syarat.

5. Kebijaksanaan Dalam Pelaksanan Ekspor Impor


Peraturan yang seringkali berubah-ubah bisa menyebabkan kesalahpahaman atau
kekeliruan pada pihak pengusaha baik dalam negeri atau luar negeri. Diperlukan kejelasan
tentang perubahan dan tujuannya supaya bisa dimaklumi oleh pihak yang terkait.

Berdasarkan referensi tersebut, maka secara garis besar faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap ekspor ekonomi ekraf dapat dilihat pada Gambar 4.12. Melalui ilustrasi tersebut

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 49


maka selanjutnya dapat dipetakan dimana kedudukan strategi, kebijakan dan program
yang bertujuan meningkatkan nilai ekspor ekraf yang saat ini dan rencananya pada
kerangka faktor penentu tersebut.

Gambar 4. 12 Faktor Penentu Nilai Ekspor Ekraf

4.4. Analisis Faktor Penentu Pencapaian Target Penyerapan TK Sektor Ekraf


2024

4.4.1. Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Ekraf


Berdasarkan hasil Sakernas tahun 2011-2016, jumlah tenaga kerja ekonomi kreatif
cenderung mengalami peningkatan, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,69% per
tahun. Tenaga kerja ekonomi kreatif pada tahun 2011 tercatat sebanyak 13,45 juta orang
perlahan terus naik hingga mencapai 16,91 juta orang pada tahun 2016.

Tabel 4. 7 Perkembangan Tenaga Kerja Ekraf

Sektor/Subsektor 2015 2016 2017

Arsitektur 52.21 53.844 54.679

Desain Interior 7.398 7.886 8.971

Desain Komunikasi Visual 2.779 2.963 3.37

Desain Produk 12.306 13.118 14.923

Film, Animasi dan Video 37.359 39.546 40.106

Fotografi 67.351 69.826 71.247

Kriya 3.640.198 3.717.479 3.759.904

50 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Kuliner 7.410.733 7.983.259 8.651.740

Musik 54.235 56.891 57.308

Fashion 3.855.457 4.129.344 4.160.256

Aplikasi dan Game developer 39.304 41.065 44.733

Penerbitan 461.274 464.579 470.524

Periklanan 39.041 40.99 42.126

Televisi dan Radio 69.741 71.294 72.225

Seni Pertunjukan 169.884 170.994 178.389

Seni Rupa 40.32 46.612 48.377

Ekonomi Kreatif 15.959.590 16.909.690 17.678.878

Ekonomi Non Kreatif 98.859.609 101.502.283 103.343.545

Total 114.819.199 118.411.973 21.022.423

Berdasarkan kategori subsektor ekonomi kreatif, teridentifikasi tiga subsektor ekonomi


kreatif dengan jumlah tenaga kerja terbanyak, yaitu subsektor kuliner, subsektor fesyen,
dan subsektor kriya. Dari ketiga subsektor ekonomi kreatif tersebut, subsektor kuliner
merupakan subsektor dengan tenaga kerja terbanyak. Pada tahun 2016, subsektor
kuliner mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 7,98 juta orang. Subsektor fesyen dan
subsektor kriya mampu menyerap masing-masing sebesar 4,13 juta orang dan 3,72 juta
orang.

4.4.2. Kontribusi tenaga kerja sektor Ekraf


Berdasarkan hasil Sakernas tahun 2011-2016 terlihat bahwa share tenaga kerja ekonomi
kreatif pada tahun 2016 sebesar 14,28%, yang berarti dari 100 orang penduduk bekerja
sekitar 14 sampai 15 orang pekerjaan utamanya di ekonomi kreatif. Apabila melihat dari
trennya, maka share tenaga kerja ekonomi kreatif dari tahun 2011 ke 2016 cenderung
terus mengalami peningkatan. Sejak 2011 hingga 2014, share tenaga kerja ekonomi
kreatif perlahan mengalami peningkatan. Peningkatan yang cukup tajam terjadi pada
periode 2014-2015 yaitu dari 13,23% pada tahun 2014 menjadi 13,90% pada tahun
2015.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 51


Gambar 4. 13 Share Tenaga Kerja Ekraf

4.4.3. Proyeksi Tenaga Keja Ekonomi Kreatif Berdasarkan Skenario Baseline


Tenaga kerja merupakan salah satu komponen faktor produksi sektor ekraf yang
mempengaruhi dan dipengaruhi perkembangan PDB ekraf. Secara agregat, pada tataran
makro ekonomi, jumlah tenaga kerja ekraf yang tercapai pada tahun tertentu merupakan
resultan dari bekerjanya serangkaian faktor penentu jumlah tenaga ekraf baik berupa
strategi dan kebijakan pemerintah maupun aspek lain yang terkait dengan faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap dinamika jumlah tenaga kerja ekraf seperti teknologi,
peningkatan jumlah produksi, tingkat upah, modal dan investansi dan lain sebagainya..
Dengan demikian untuk meilhat perkembangan jumlah tenaga kerja ekraf dalam 5-20
tahun mendatang berdasarkan kondisi-kondis yang ada saat ini, termasuk strategi dan
kebijakan terkait pengembangan ekraf, dapat didekati melalui proyeksi perkembangan
ekraf dalam 5 -20 tahun kedepan melalui skenario baseline.

Skenario baseline menggunakan asumsi bahwa dalam periode proyeksi kedepan tidak
terdapat perubahan yang signifikan pada faktor-faktor penentu jumlah tenaga kerja
ekonomi kreatif. Strategi dan kebijakan pemerintah yang dijalankan masih menggunakan
strategi dan kebijakan yang sama seperti pada periode saat ini. Skenario baseline juga
dikenal dengan skenario trend yang berfungsi untuk melihat kecenderungan kinerja
perkembangan jumlah tenaga kerja ekraf bila kondisi-kondisi saat ini tidak berubah, Hasil
proyeksi skenario baseline ekraf untuk tahun 2020-2024 dapat dilihat pada tabel 4.8.

52 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Tabel 4. 8 Proyeksi tenaga kerja Ekonomi Kreatif Skenario Baseline

Kode Sektor 2020 2024

0 Non Kreatif

1 Arsitektur 80,122 107,617

2 Desain Interior 10,647 13,931

3 Desain Komunikasi Visual 4,786 7,242

4 Desain Produk 16,034 18,087

5 Film dan Animasi dan Video 60,630 83,232

6 Fotografi 100,281 132,898

7 Kriya 4,290,512 5,163,536

8 Kuliner 9,105,183 10,994,441

9 Musik 86,281 119,199

10 Fashion 5,006,155 5,714,462

11 Aplikasi dan Game developer 56,046 71,838

12 Penerbitan 582,754 715,757

13 Periklanan 55,335 72,865

14 Televisi dan radio 115,677 168,345

15 Seni Pertunjukan 242,099 320,655

16 Seni Rupa 53,687 68,205

Jumlah 19,866,230 23,772,310

Gambar 4. 14 Gap Proyeksi Baseline dan Target Tenaga PDB

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 53


Berdasarkan hasil proyeksi tersebut dapat diidentifikasi beberapa hal berikut :

• Hasil perbandingan antara proyeksi baseline dengan target tenaga kerja ekraf 2020
dan 2024 (gambar 4.14) menunjukkan gap antara keduanya yang sangat tipis
bahkan pada tahun 2024 proyeksi telah melampaui target. Kondisi ini mencerminkan
bahwa dengan mempertahankan kinerja strategi dan kebijakan serta kondisi faktor-
faktor yang berpengaruh dalam penyerapan tenaga kerja ekraf pada periode 2020-
2024, maka target penyerapan tenaga kerja ekraf sudah mampu dicapai. Mengacu
pada hasil tersebut maka alternatif pilihan strategi dan kebijakan yang dapat
dikembangkan untuk mendukung agar pola pertumbuhan tersebut tercapai adalah
melalui yakni meningkatkan dan memperkuat strategi pengembangan sektor
ekonomi ekraf yang sudah ada, mengembangkan strategi baru dan mengembangkan
strategi untuk menjaga kemungkinan pelemahan kinerja faktor-faktor penentu
pertumbuhan penyerapan tenaga kerja ekraf pada periode 2020-2024. Ketiga
alternatif tersebut perlu dilakukan melalui pengamatan mendalam terhadap
dinamika faktor-faktor pertumbuhan tenaga kerja ekraf pada berbagai tataran.

4.4.4. Kinerja Faktor Penentu Perkembangan Tenaga Kerja Ekraf


Permintaan tenaga kerja adalah banyaknya orang yang bekerja di semua sektor ekonomi.
Tinggi rendahnya permintaan tenaga kerja, bergantung dari pertambahan permintaan
tenaga kerja atau disebut derived demand (Simanjuntak, 1985 dalam Tindaon dan Yusuf
AG, 2009). Permintaan tenaga kerja ditentukan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

1) Modal kerja atau asset lancar merupakan investasi yang digunakan perusahaan
dalam jangka pendek, biasanya berupa kas/bank, persediaan, piutang, investasi
jangka panjang dan biaya dibayar dimuka (Haryani, 2002).
2) Tingkat upah. Upah merupakan pembayaran dalam bentuk uang atas jasa baik fisik
maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja dan digunakan dalam proses
produksi. Upah riil adalah upah yang diukur berdasarkan kemampuannya memenuhi
kebutuhan pekerja akan barang dan jasa (Sukirno, 2006). Kenaikan tingkat upah,
akan menaikkan biaya produksi perusahan yang pada akhirnya menyebabkan
kenaikan harga. Kenaikan harga menyebabkan, pembeli berkurang, berkurangnya
produksi dan akhirnya berkurangnya permintaan tenaga kerja atau disebut scale
effect. Apabila tingkat upah naik, pengusaha lebih suka mengganti tenaga kerja

54 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


dengan teknologi padat modal sehingga permintaan tenaga kerja menurun
(Sumarsono, 2003 dalam Fadliilah dan Atmanti, 2012).
3) Jumlah produksi. Jumlah produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah
barang dan jasa yang dihasilkan oleh industri. Untuk meningkatkan output,
diperlukan peningkatan input yang dalam hal ini tenaga kerja. Semakin tinggi
produktivitas tenaga kerja semakin tinggi pula jumlah produksi, begitu juga
sebaliknya (Sumarsono, 2003 dalam Fadliilah dan Atmanti, 2012).
4) Investasi. Investasi merupakan jumlah yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk
membeli barang yang digunakan untuk proses produksi dalam jangka panjang.
Umumnya barang yang masuk dalam investasi adalah tanah atau bangunan dan
mesin (Sukirno, 2006).
5) Teknologi Kemajuan. Teknologi dapat menggantikan tenaga manusia dengan mesin
akan meningkatan produktivitas industri dan juga menjaga mutu. Pada era industri
kreatif, peran teknologi sangat penting untuk melakukan melakukan inovasi dan
modifikasi produk untuk memberikan nilai tambah. Apabila industri menerapkan
teknologi padat modal, maka permintaan tenaga kerja akan berkurang karena
adanya efek substitusi. Sedangkan apabila industri menerapkan teknologi padat
karya, maka permintaan tenaga kerja akan meningkat (Sukirno, 2006).

Dalam konteks peningkatan penyerapan tenaga kerja sektor ekraf, maka sedikitnya
terdapat 2 (dua) saluran, yakni penyerapan tenaga kerja pada sektor ekonomi kreatif yang
sudah berkembang misal pada industri kreatif berskala menengah dan besar, dan
penerapan tenaga kerja melalui penumbuhkembangan industri dan usaha kreatif baru.
Faktor-faktor yang berpengaruh pada kedua saluran tersebut relatif sama, antara lain
seperti yang terlihat pada gambar 4.15. Ilustrasi tersebut selanjutnya akan digunakan
untuk memetakan kedudukan strategi, kebijakan dan program yang bertujuan
meningkatkan penyerapan tenaga kerja ekraf yang ada saat ini dan rencananya pada
kerangka faktor penentu tersebut.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 55


Gambar 4. 15 Faktor Berpengaruh dalam Pengembangan Usaha Baru Kreatif

4.5. Persandingan Strategi, Kebijakan dan Pogram Nasional Pengembangan


Ekraf 2020-2024 dengan Struktur Faktor-Faktor Penentu Indikator
Makro Ekraf
Dalam RPJMN 2020-2024, pengembangan ekonomi kreatif secara eksplisit masuk dalam
sasaran meningkatnya nilai tambah, lapangan kerja, investasi, ekspor dan daya saing
perekonomian. Sasaran tersebut selanjutnya dijabarkan dalam indikator serta targetnya
khusus untuk pengembangan ekonomi kreatif terdapat sebanyak 8 (delapan) indikator
yang terklasifikasi dalam 3 (tiga) arah kebijakan.

Tabel 4. 9 Arah kebijakan dan Indikator Pembangunan Ekraf 2020-2024

Target
No Arah Kebijakan Indikator
2020 2024
Peningkatan nilai Nilai tambah ekonomi Rp.1.305-Rp.1.307 Rp.1.840-1.890
1
tambah, lapangan kreatif triiun triliun

56 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


kerja, dan investasi 10
Jumlah kab/kota kreatif
di sektor riil, dan 2 kab/kota/Kawasan kab/kota/kawasan
yang difasilitasi
industrialisasi (kumulatif)

Jumlah klaster kreatif


4 klaster 12 klaster
yang dikembangkan

Revitalisasi ruang
25 unit 40 unit
kreatif

Jumlah tenaga kerja


19 juta orang 21 juta orang
ekonomi kreatif

Peningkatan ekspor
bernilai tambah
tinggi dan Nilai ekspor ekonomi
2 USD 21,5-22,6 miliar USD 24,5 miliar
penguatan Tingkat kreatif
Kandungan Dalam
Negeri (TKDN)
Skema pembiayaan
0 skema 1 skema
berbasis HKI

Jumlah pelaku kreatif


Penguatan pilar
yang difasilitasi 8.500 orang 15.000 orang
3 pertumbuhan dan
infrastruktur TIK
daya saing ekonomi
Ketersediaan data
statistik ekonomi 2 database 2 database
kreatif

Peningkatan nilai tambah ekonomi kreatif akan dilaksanakan melalui: (1) pendampingan
dan inkubasi; (2) pengembangan center of excellence; (3) fasilitasi inovasi dan penguatan
brand, (4) pengembangan dan revitalisasi ruang kreatif termasuk klaster/kota kreatif; (5)
penerapan dan komersialisasi hak atas kekayaan intelektual; serta (6) penguatan rantai
pasok dan skala usaha kreatif. Peningkatan populasi pelaku usaha digital juga akan
difasilitasi melalui pengembangan klaster digital, termasuk yang berbasis desa,
kemudahan usaha, serta akses kepada pembiayaan dan pasar. Penguatan ekonomi kreatif
dan ekonomi digital ke depan difokuskan pada 8 klaster kreatif di Jawa, Medan dan
Makassar. Sektor yang akan diperkuat yaitu kuliner, fesyen, kriya, aplikasi dan konten
digital, games, film, dan musik. Perluasan aktivitas ekonomi kreatif dilaksanakan secara
bertahap di wilayah lain yang memiliki potensi nilai tambah yang besar.

Arah kebijakan tersebut diatas didukung oleh arah kebijakan dan strategi penguatan
kerangka ekonomi makro lainya seperti perbaikan iklim usaha dan peningkatan investasi
yang dilaksanakan melalui: (1) harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan; (2) penjaminan
kepastian hukum berusaha dan investasi; (3) fasilitasi kemudahan usaha dan investasi;
(4) reformasi ketenagakerjaan melalui upaya penciptaan iklim ketenagakerjaan yang

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 57


kondusif yang didukung oleh hubungan industrial yang harmonis, penguatan collective
bargaining, penyempurnaan peraturan ketenagakerjaan, peningkatan keahlian dan
produktivitas tenaga kerja, peningkatan peran pemerintah daerah, serta peningkatan
perlindungan tenaga kerja baik di dalam negeri maupun di luar negeri; (5) penguatan
kebijakan dan kelembagaan persaingan usaha; dan (6) peningkatan kapasitas, kapabilitas
serta daya saing BUMN melalui pembentukan holding BUMN dan membuka pasar pada
jaringan internasional. Perbaikan iklim usaha dan peningkatan investasi akan difokuskan
untuk mendukung sektor prioritas nasional seperti energi, industri pengolahan,
pariwisata, ekonomi kreatif, ekonomi digital, serta pendidikan dan pelatihan vokasi.

Sementara dari sisi penguatan pasar, strategi peningkatan dan perluasan ekspor akan
difokuskan pada: (1) peningkatan ekspor produk industri yang lebih kompleks termasuk
yang berteknologi menengah dan tinggi (antara lain produk-produk komputer, instrumen
ilmiah, mesin listrik, dirgantara); (2) peningkatan ekspor jasa melalui peningkatan
kapasitas dari pelaku sektor jasa dalam negeri berdasarkan peta kompetensi, harmonisasi
regulasi sektor jasa, serta penyediaan statistik perdagangan jasa; (3) penguatan platform
informasi ekspor dan impor yang mencakup informasi pasar, regulasi dan prosedur, serta
insentif dan advokasi termasuk tentang kerja sama bilateral dan multilateral; (4)
pengembangan marketplace berorientasi ekspor, termasuk yang dapat dimanfaatkan oleh
UMKM dan start-up teknologi untuk memasok produk dan jasa ke pasar internasional; dan
(5) fasilitasi peningkatan daya saing brand barang dan jasa Indonesia. Perluasan pasar
ekspor akan mencakup kawasan Afrika, Amerika Latin, dan Eropa Timur.

Dari sisi permintaan domestik, konsumsi masyarakat (rumah tangga dan LNPRT)
diharapkan akan tumbuh rata-rata 5,1 – 5,3% per tahun. Peningkatan konsumsi
masyarakat didorong oleh peningkatan pendapatan masyarat seiring dengan penciptaan
lapangan kerja yang lebih besar dan lebih baik, stabilitas harga, dan bantuan sosial
pemerintah yang lebih tepat sasaran. Konsumsi pemerintah akan tumbuh rata-rata 4,3%
– 4,8% per tahun didukung oleh peningkatan belanja pemerintah, baik pusat maupun
transfer ke daerah, seiring dengan peningkatan pendapatan negara, terutama penerimaan
perpajakan.

58 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Ekspansi perekonomian 2020-2024 terutama akan didorong oleh peningkatan investasi
(pembentukan modal tetap bruto) yang tumbuh 7,3 – 8,0% per tahun. Untuk mencapai
target tersebut, investasi swasta (asing maupun dalam negeri) akan didorong melalui
deregulasi prosedur investasi, sinkronisasi dan harmonisasi peraturan perizinan, termasuk
meningkatkan EoDB Indonesia dari peringkat 73 pada tahun 2018 menjadi peringkat 40
pada tahun 2024. Peningkatan investasi juga didorong oleh peningkatan investasi
pemerintah, termasuk BUMN, terutama untuk infrastruktur. Hal ini ditunjukkan dengan
peningkatan stok infrastruktur menjadi 50,0% PDB dan belanja modal pemerintah tumbuh
1,7% – 2,3% per tahun sepanjang 2020- 2024. Peningkatan investasi akan ditujukan
pada peningkatan produktivitas, yang akan mendorong peningkatan efisiensi investasi.

Gambar 4. 16 Sasaran dan Target Penguatan Pasar Domestik

Dengan mengacu pada lingkup strategi dan arah kebijakan pengembangan ekonomi
kreatif tersebut, maka bila disandingkan dengan struktur keterkaitan fakktor-faktor
penentu perkembangan PDB ekraf dapat diidentifikasi dimana kedudukan dan peran
masing-masing strategi adan arah kebijakan tersebut. Hasil persandingan dapat dilihat
pada Gambar 4.17.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 59


Gambar 4. 17 Pemetaan Kedudukan Strategi dan Kebijakan Ekraf

Berdasarkan gambar 4.17 tersebut, dapat dipetakan bahwa strategi dan arah kebijakan
pembangunan ekraf yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024 lebih banyak berperan
dalam memperkuat sisi supply, hanya 1 (satu) strategi dan arah kebijakan ekraf yag
berada pada area penguatan rantai nilai atau keterkaitan antar sektor. Sementara
strategi dan kebijakan pembangunan ekonomi yang berlaku umum, lebih banyak berperan
dalam memperkuat sisi demand. Bila diintegrasikan seluruh strategi dan arah kebijakan
ekonomi tersebut maka dapat dikatakan bahwa strategi dan arah kebijakan pembangunan
ekonomi ekraf telah mencakup hampir semua sisi dari struktur faktor penentu kinerja
indikator makro ekraf. Hal yang masih perlu diperkuat adalah strategi dan arah kebijakan
yang berfokus pada penguatan keterkaitan input-ouput antara sektor ekraf dengan
sektor lainnya. Penguatan keterkaitan ini secara langsung akan mendukung penguatan
pasar domestik, termasuk pengembangan industri dan usaha-usaha baru kreatif.

60 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


4.6. Resume Hasil Pembahasan
Berdasarkan hasil pemetaan terhadap kinerja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
indikator makro ekraf yang menjadi target nasional diperoleh beberapa temuan sebagai
berikut :
• Hasil perbandingan antara proyeksi baseline harga berlaku dengan target PDB ekraf
2020 dan 2024 (gambar 4.8) menunjukkan gap yang sangat tipis. Kondisi ini
mencerminkan bahwa dengan mempertahankan kinerja strategi dan kebijakan serta
kondisi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan PDB ekraf pada periode
2020-204, maka target PDB sudah mampu dicapai.

• Hasil perbandingan antara proyeksi baseline harga konstan 2010 dengan target
PDB ekraf 2020 dan menunjukkan gap yang cukup signifikan, yakni sebesar 48.54%
pada tahun 2020 dan sebesar 74,3% pada tahun 2024. Kondisi ini mencerminkan
bahwa dengan mempertahankan kinerja strategi dan kebijakan serta kondisi faktor-
faktor yang berpengaruh dalam pembentukan PDB ekraf pada periode 2020-204,
maka target PDB tidak dapat dicapai.
• Secara agregat, faktor penentu pembentuk PDB sektor ekraf yang paling besar
kontribusinya adalah komponen komsumsi dengan presentase rata-rata sebesar
70,45%. Sementara kontribusi komponen ekspor menempati urutan ke dua dengan
kontribusi sebesar 22,30%. Sementara pengeluaran pemerintah hanya mencapai
rata-rata sebesar 0,03 % terhadap permintaan akhir sektor ekraf.

• Hasil perbandingan antara proyeksi baseline dengan target ekspor ekraf 2020 dan
2024 menunjukkan gap antara keduanya yang sangat tipis. Kondisi ini
mencerminkan bahwa dengan mempertahankan kinerja strategi dan kebijakan serta
kondisi faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukan nilai ekspor ekraf pada
periode 2020-204, maka target ekspor ekraf sudah mampu dicapai.

• Hasil perbandingan antara proyeksi baseline dengan target tenaga kerja ekraf 2020
dan 2024 menunjukkan gap antara keduanya yang sangat tipis bahkan pada tahun
2024 hasil proyeksi telah melampaui target. Kondisi ini mencerminkan bahwa
dengan mempertahankan kinerja strategi dan kebijakan serta kondisi faktor-faktor
yang berpengaruh dalam penyerapan tenaga kerja ekraf pada periode 2020-204,
maka target penyerapan tenaga kerja ekraf sudah mampu dicapai.

• Mengacu pada hasil tersebut maka alternatif pilihan strategi dan kebijakan yang
dapat dikembangkan untuk mendukung agar pola pertumbuhan tersebut tercapai
adalah melalui yakni meningkatkan dan memperkuat strategi pengembangan sektor

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 61


ekonomi ekraf yang sudah ada, mengembangkan strategi baru dan
mengembangkan strategi untuk menjaga kemungkinan pelemahan kinerja faktor-
faktor penentu pertumbuhan penyerapan tenaga kerja ekraf pada periode 2020-
2024. Ketiga alternatif tersebut perlu dilakukan melalui pengamatan mendalam
terhadap dinamika faktor-faktor pertumbuhan tenaga kerja ekraf pada berbagai
tataran.

• Hasil persandingan antara lingkup strategi dan arah kebijakan pembangunan


ekonomi kreatif dalam RPJMN 2020-2024 dengan strukutr faktor-faktor penentu
indikator makro ekraf menunjukkan bahwa sebagain besar strategi dan arah
kebijakan pembangunan ekraf memiliki posisi memperkuat sisi supply. Masih
terbatas upaya/strategei dan arah kebijakan pembangunan ekraf yang berada pada
posisi memperkuat rantai keterkaitan input-output sektor ekraf dengan sektor
lainnya. Pada sisi demand, strategi dan arah kebijakan peningkatan ekspor,
pengendalian ekspor dan penguatan pasar domestik merupakan lingkup strategi
dan arah kebijakan pembangunan ekonomi yang bersifat generik dalam RPJMN
2020-2024.

62 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


BAB 5
PEMETAAN EVALUASI DAN VALUASI EKONOMI
PROGRAM DAN KEGIATAN BEKRAF

5.1. Evaluasi Program dan kegiatan BEKRAF 2015-2019

5.1.1. Pengertian

a. Pengertian Evaluasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional, evaluasi adalah penilaian yang sistematis dan
objektif atas desain, implementasi dan hasil dari intervensi yang sedang berlangsung atau
yang telah selesai.

b. Pengertian Program
Pengertian program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan yang
disertai penyediaan alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan
oleh instansi pemerintah.

c. Pengertian Kegiatan
Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan
kerja sebagai bagian untuk pencapaian sasaran yang terukur pada suatu program dan
terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya untuk menghasilkan keluaran
(output) dalam bentuk barang/jasa.

5.1.2. Jenis Evaluasi


Berdasarkan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2017 Tentang
Pedoman Evaluasi Pembangunan Nasional, jenis dan metode evaluasi meliputi:

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 63


• Evaluasi Ex-ante
• Evaluasi Pengukuran Kinerja
• Evaluasi Proses Pelaksanaan
• Evaluasi Kebijakan Strategis/Program Besar

a. Evaluasi Ex-Ante
Evaluasi Ex-ante dilakukan sebelum dokumen perencanaan ditetapkan.

Tujuan Evaluasi Ex-ante:

1. Memilih alternatif kebijakan terbaik dari berbagai alternatif yang ada; dan
2. Memastikan dokumen perencanaan disusun secara terstruktur, koheren dan
sistematis, antara lain dengan cara menelaah konsistensi antar dokumen
perencanaan dan menelaah penyusunan kebijakan/program/kegiatan dengan
mereviu permasalahan, formulasi sasaran, konsistensi arah kebijakan dan
strategi pembangunan dengan sasaran, dan ketepatan indikator kinerja yang
digunakan.

b. Evaluasi pengukuran kinerja


Evaluasi pengukuran kinerja dilakukan untuk melihat capaian kinerja
kebijakan/program/kegiatan dengan membandingkan antara target dengan capaian.
Evaluasi pengukuran kinerja dilakukan dengan menggunakan metode Gap Analysis.
Evaluasi pengukuran kinerja dapat dilakukan terhadap keseluruhan dokumen
perencanaan.

c. Evaluasi Proses Pelaksanaan


Evaluasi proses pelaksanaan rencana pembangunan dilakukan untuk mendeskripsikan
proses pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan secara mendalam. Deskripsi proses
pelaksanaan meliputi deskripsi pelaksanaan (siapa, apa, kapan, dimana, bagaimana),
deskripsi latar belakang, deskripsi organisasi, deskripsi input, output dan aktivitas
pelaksanaan dan hal lain yang diperlukan. Evaluasi proses pelaksanaan rencana
pembangunan dilakukan terhadap kebijakan/program/kegiatan terpilih, antara lain untuk
memahami fungsi-fungsi pelaksanaan agar diketahui fungsi mana yang berjalan dengan
baik dan mana yang tidak, serta mengidentifikasi permasalahan dalam pelaksanaan untuk
mencegah kegagalan pelaksanaan maupun perbaikan pelaksanaan di masa yang akan
datang.

64 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


d. Evaluasi Kebijakan Strategis/Program Besar
Evaluasi kebijakan strategis/program besar merupakan penilaian secara menyeluruh,
sistematis dan obyektif terkait aspek relevansi, efisiensi, efektivitas, dampak, dan
keberlanjutan dari pelaksanaan kebijakan/program dengan menunjukkan hubungan sebab
akibat akan kegagalan atau keberhasilan pelaksanaan kebijakan/ program. Evaluasi ini
dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan dilakukan terhadap kebijakan/program terpilih
dengan kriteria tertentu karena membutuhkan waktu, sumber daya dan sumber dana
yang besar.

Kriteria kebijakan strategis/program besar meliputi:

a) memiliki dampak langsung dan besar kepada masyarakat;


b) memiliki anggaran besar;
c) mendukung secara langsung pencapaian agenda pembangunan nasional;
d) mendukung pencapaian prioritas nasional; dan
e) merupakan arahan direktif presiden dan pertimbangan lain.

Berdasarkan beberapa jenis dan metode evaluasi yang diuraikan di atas, kajian Grand
Strategy ini memusatkan pada jenis evaluasi pengukuran kinerja yang dilakukan untuk
melihat capaian kinerja kebijakan/program/kegiatan dengan membandingkan antara
target dengan capaian.

5.1.3. Metode Evaluasi Pengukuran Kinerja BEKRAF


Evaluasi pengukuran kinerja adalah evaluasi yang digunakan untuk mengukur kinerja
kebijakan/program/kegiatan BEKRAF tahun 2015-2018 dengan membandingkan antara
capaian dengan targetnya. Evaluasi pengukuran kinerja dilakukan menggunakan metode
Gap Analysis. Metode ini membandingkan antara capaian kinerja (apa yang sudah dicapai)
dengan target kinerja (apa yang harus dicapai). Gap dapat terjadi apabila capaian kinerja
berbeda dengan target kinerja, atau hasil yang dicapai selama pelaksanaan berbeda
dengan hasil yang diharapkan dalam perencanaan. Dengan kata lain Gap Analysis
merupakan langkah untuk membandingkan kondisi saat ini dengan yang seharusnya,
sebagaimana tergambar berikut ini:

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 65


Gambar 5. 1 Gap Analysis Antara Capaian Kinerja Dengan Target Kinerja

Gap antara capaian kinerja dengan target kinerja dapat bernilai posistif (+) maupun
negatif (-). Gap bernilai (+) jika capaian kinerja lebih besar dari target kinerja, sebaliknya
gap akan bernilai (-) jika capaian kinerja lebih kecil dari target kinerja.

Metode Gap analysis atau "analisis kesenjangan" bermanfaat untuk:


1. Menilai tingkat kesenjangan antara capaian kinerja dengan target yang
ditetapkan;

2. Mengetahui tingkat peningkatan kinerja yang diperlukan untuk menutup


kesenjangan tersebut;

3. Menjadi salah satu dasar pengambilan keputusan terkait prioritas waktu dan
biaya yang dibutuhkan.

Langkah-langkah utama yang dilakukan dalam Gap Analysis:


1. Identifikasi kondisi aktual dan capaian kinerja.
2. Melakukan analisis kesenjangan (gap analysis) dengan membandingkan
capaian kinerja dengan target kinerja.
3. Reviu permasalahan/faktor keberhasilan dengan menggunakan statistik
deskriptif, yaitu dengan melakukan analisis permasalahan/faktor keberhasilan
berdasarkan besar atau kecilnya gap.

66 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


4. Menyusun desain pemecahan masalah apabila gap negatif.
5. Menentukan tindak lanjut yang diperlukan.

Gambar 5. 2 Langkah-Langkah Pelaksanaan Gap Analysis

Evaluasi pengukuran kinerja dapat dilakukan terhadap keseluruhan dokumen


perencanaan, karena sifatnya yang lebih sederhana yaitu hanya analisis yang rumit.
Fokus evaluasi ditujukan untuk mengetahui hasil capaian kinerja pembangunan,
identifikasi permasalahan, dan tindak lanjut yang direkomendasikan.

Dalam rangka memberikan informasi yang kredibel dan bermanfaat maka evaluasi harus
didukung oleh data dan informasi yang akurat dan up to date. Adapun sumber data
evaluasi capaian kinerja adalah berdasarkan LAKIP BEKRAF tahun 2015 - 2018.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, evaluasi pengukuran kinerja tidak hanya


membandingkan capaian dan target namun juga perlu menjelaskan hal-hal yang menjadi
faktor keberhasilan suatu kebijakan/program/kegiatan maupun menjelaskan
permasalahan yang menyebabkan kebijakan/program/kegiatan tidak berhasil mencapai
target yang telah ditetapkan. Analisis ini sangat penting sebagai masukan dalam
penyusunan perencanaan dan penganggaran pada periode selanjutnya serta pengambilan
kebijakan atas pelaksanaan program/kegiatan, apakah program/kegiatan tersebut akan
dilanjutkan, dihentikan atau dikembangkan?

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 67


Dalam rangka memudahkan penilaian tingkat keberhasilan pelaksanaan program/kegiatan
maka perlu dibuat notifikasi capaian kinerja berdasarkan capaian indikator masing-masing
program dan kegiatan. Kriteria notifikasi pada capaian indikator program/kegiatan adalah
sebagai berikut:

Tabel 5. 1 Kriteria Notifikasi Pada Capaian Indikator Program/Kegiatan

Notifikasi Warna Kriteria Notifikasi Kategori

Sudah tercapai atau on


Hijau Apabila target tercapai ≥ 95%
track/on trend

Apabila mencapai target ˂ 95%


Kuning Perlu kerja keras
dan ≥ 75%

Merah Apabila target mencapain ˂ 75% Sulit tercapai

5.1.4. Hasil Evaluasi Pengukuran Kinerja BEKRAF tahun 2015-2018


Berdasarkan Laporan Kinerja Badan Ekonomi Kreatif Tahun 2015, 2016, 2017 dan 2018
diperoleh gambaran kinerja Badan Ekonomi Kreatif Tahun 2018 dan evaluasi terhadap
kinerja sasaran yang telah dicapai, juga dilaporkan hasil evaluasi dan analisis kinerja yang
mencerminkan keberhasilan dan kegagalan. Capaian sasaran strategis dan indikator
kinerja Sasaran Strategis dari tahun 2015 hingga 2018 sebagai berikut.

Tabel 5. 2 Capaian Sasaran Strategis BEKRAF Tahun 2015

No
Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian % Notifikasi

1 Meningkatnya pertumbuhan
PDB Ekonomi Kreatif 7,5 7,59 101,2
(Persentase)
2 Tenaga Kerja (Orang)
12.100.000 2.171.231 100,59

3 Kontribusi Ekspor/ Devisa


Bruto (Persentase) 6,15 5,74 93,5

Pada tahun 2015 target kontribusi ekspor/devisa bruto 6.15% sampai dengan akhir tahun
2015 bidang ekonomi kreatif baru berhasil mencapai 5,74% atau menurun 6,5% dari
target. Hal ini disebabkan oleh tingginya penurunan impor pada periode yang sama dan
ekspor tidak berperan banyak dalam surplus perdagangan.

68 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Tabel 5. 3 Capaian Sasaran Strategis BEKRAF Tahun 2016

No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian % Notifikasi

Meningkatnya pertumbuhan
1 PDB Ekonomi Kreatif 5,21 4,6 88,29
(Persentase)

2 Tenaga Kerja (Orang) 16,2 16,84 103,95

Kontribusi Ekspor/ Devisa


3 19,99 20,33 101,7
Bruto (Persentase)

Sejalan dengan perlambatan ekonomi nasional, pertumbuhan ekonomi kreatif juga


melambat yaitu dari 6,33% tahun 2011, 5,72% tahun 2012, 5,75% pada tahun 2013,
5,19% pada tahun 2014, pada tahun 2015 hanya tumbuh 4,38% dan pada tahun 2016
tumbuh 4,6%. Dewasa ini, penyediaan sarana dan prasarana baik fisik dan non-fisik guna
menunjang pengembangan kreativitas sudah menjadi kebutuhan yang masuk ke dalam
tataran primer, artinya tanpa adanya sarana dan prasarana tersebut, kreativitas pelaku
kreatif akan sulit berkembang dan pemakai sulit menggunakan karya kreatif yang
berdampak terhadap melambatnya pertumbuhan serta menurunnya kontribusi ekonomi
kreatif terhadap nasional.

Tabel 5. 4 Capaian Sasaran Strategis BEKRAF Tahun 2017

No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian % Notifikasi

Meningkatnya pertumbuhan
1 PDB Ekonomi Kreatif 5,7 5,25 92,11
(Persentase)

2 Tenaga Kerja (Orang) 16,4 17 103,66

Kontribusi Ekspor/ Devisa


3 20,5 20,5 100
Bruto (Persentase)

Dari hasil capaian di atas dapat disimpulkan bahwa indikator kinerja sasaran strategis
adalah pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif pada tahun 2017 belum mencapai target yaitu
dari target sebesar 5,70% baru dapat direalisasikan sebesar 5,25% sehingga capaiannya
sebesar 92,11%. Sementara untuk indikator kinerja serapan tenaga kerja dari target

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 69


16,40 juta orang telah melampaui target yaitu sebesar 17,00 juta orang sehingga
capaiannya sebesar 103,66%. Untuk indikator kinerja nilai ekspor bruto produk kreatif
dari target 20,50 Miliar USD telah mencapai target sebesar 20,50 Miliar USD sehingga
capaiannya 100%.

Tabel 5. 5 Capaian sasaran strategis BEKRAF tahun 2018

No Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian % Notifikasi

Meningkatnya pertumbuhan
1 PDB Ekonomi Kreatif 5,60 5,19 92,68
(Persentase)

2 Tenaga Kerja (Orang) 16,70 18,35 109,88

Kontribusi Ekspor/ Devisa


3 21,000 21,400 101.9
Bruto (Persentase)

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa Sasaran Strategis 1, Pertumbuhan PDB
dengan indikator kinerja utama pertumbuhan PDB ekonomi kreatif dari target 5,60%
mencapai realisasi 5,19%, sehingga capaiannya adalah 92,68%. Sasaran Strategis 2,
penyerapan tenaga kerja dengan indikator kinerja utama serapan tenaga kerja dari target
16,70 juta orang mendapatkan realisasi 18,35 juta orang, sehingga capaiannya adalah
109,88%. Sasaran Strategis 3, nilai ekspor produk kreatif dengan indikator kinerja utama
nilai ekspor bruto dari target 21,00 USD mendapatkan realisasi 21,40 USD, sehingga
capaiannya adalah 101,90%.

Tidak tercapainya pertumbuhan PDB ekonomi kreatif secara optimal karena adanya
beberapa indikator kinerja keluaran yang tidak dapat dilaksanakan secara optimal karena
sebagai berikut:

• Turunnya aktivitas produksi akibat libur yang lebih panjang daripada tahun lalu
• Faktor pelemahan rupiah yang menyebabkan kenaikan biaya produksi untuk
perusahaan-perusahaan yang menggunakan komponen impor
• Kenaikan suku bunga kredit
• Kurangnya koordinasi dengan pihak-pihak eksternal dalam rangka pelaksanaan
kegiatan.
• Tidak tercapainya target pembuatan kerja sama/MoU dengan pihak eksternal

70 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


5.2. Pemetaan Rencana Program BEKRAF 2020-2025

5.2.1. Metode Pemetaan Strategi


Metode pemetaan rencana program yang diacu dalam kajian ini adalah peta strategi.
Sebuah peta strategi adalah merupakan penjabaran visi dan misi-misi dari tujuan
organisasi dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Peta
ini memungkinkan organisasi untuk mendelegasikan tanggung jawab dari tingkat
pimpinan hingga individu-individu pelaksana.

Peta strategi menampilkan sasaran-sasaran strategis yang di dalamnya terdapat satu


atau lebih indikator kinerja (IKU). Peta strategi dapat digunakan dalam pengaturan apapun
tetapi secara tradisional digunakan untuk mengekspresikan empat tujuan organisasi
pemerintah, yaitu: perspektif stakeholders, perspektif pelanggan, perspektif proses
internal dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.

1. Tujuan stakeholders adalah yang paling umum, dan peta menunjukkan langkah-
langkah yang diperlukan untuk meningkatkan posisi masyarakat.
2. Selanjutnya perspektif pelanggan digunakan untuk menunjukkan apa yang
pelanggan inginkan dan harapkan terhadap organisasi pemerintah.
3. Adapun proses internal perspektif merupakan kunci proses dalam peta strategi
karena penggunaan peta akan menunjukkan bagaimana organisasi saat ini
melakukan satu atau lebih tugas dan bagaimana tugas-tugas dapat dilakukan secara
lebih efisien dan berkelanjutan.
4. Yang terakhir adalah perspektif pertumbuhan dan pembelajaran ( learn and growth),
yang berfungsi sebagai modal dasar di dalam organisasi, keterampilan yang perlu
dicapai dan langkah-langkah yang diperlukan untuk memahami sepenuhnya di dalam
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan ini.

Peta strategi digunakan untuk menjabarkan strategi secara visual, melalui sejumlah
Sasaran Strategis (SS) yang terangkai dalam hubungan sebab akibat, sehingga
memudahkan dalam mengkomunikasikan strategi. Peta strategi menggambarkan cara
pandang organisasi dari berbagai perspektif.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 71


5.2.2. Peta Strategi Makro BEKRAF
Sesuai dengan Renstra BEKRAF 2014-2019, pembangunan ekosistem ekonomi kreatif
menjadi inti dari Program Pengembangan Ekonomi Kreatif yang dilaksanakan oleh Badan
Ekonomi Kreatif.

Ada 3 (tiga) ultimate outcomes (impact) dari pelaksanaan program ekonomi kreatif yaitu:
(1) meningkatnya jumlah perusahaan; (2) meningkatnya nilai tambah per perusahaan;
serta (3) brand produk kreatif Indonesia mendunia. Dari ketiga impact ini dijabarkan
menjadi (1) pertumbuhan PDB ekonomi kreatif, (2) ekspor produk kreatif, serta (3) tenaga
kerja yang sasaran makro sebagai dari sasaran yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019,
lihat Gambar 5.3.

Gambar 5. 3 Peta Strategi Makro BEKRAF

5.2.3. Pemetaan Rencana Program BEKRAF 2020-2025

Visi BEKRAF : Ekonomi Kreatif Menjadi Kekuatan Baru Ekonomi Indonesia

Misi BEKRAF : membangun ekosistem yang mampu: (1) mendorong penumbuhan usaha
baru ekonomi kreatif; (2) meningkatkan nilai tambah produk kreatif dalam perekonomian
nasional; (3) menghasilkan produk unggulan ekonomi kreatif yang dikenal dan digemari
di pasar global.

Dalam rangka mencapai visi dan misi Badan Ekonomi Kreatif seperti yang dikemukakan
di atas, maka visi dan misi tersebut dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah dan
operasional berupa perumusan tujuan. Dalam rangka memecahkan permasalahan yang
dihadapi seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, dalam rangka mewujudkan visi
dan melaksanakan misi Badan Ekonomi Kreatif, maka tujuan yang harus dicapai adalah:

72 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


1. Terwujudnya pertumbuhan PDB Ekonomi Kreatif yang meningkat dan secara
bertahap menjadi lebih tinggi dari Pertumbuhan Ekonomi Nasional.
2. Terwujudnya produk kreatif Indonesia yang dikenal dan digemari di pasar global.

Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 Tentang
RPJMN 2015-2019 bahwa Renstra Kementerian/Lembaga merupakan RPJMN
Kementerian/ Lembaga, maka Sasaran Strategis BEKRAF Tahun 2015-2019 mengadopsi
Sasaran Sektor Ekonomi Kreatif RPJMN dan merupakan penjabaran lebih detail dari tujuan
BEKRAF dengan indikator dan target yang terukur. Dengan demikian formulasi dari
Sasaran Strategis BEKRAF 2015-2019 adalah sebagai berikut:

Tabel 5. 6 Sasaran Strategis BEKRAF Tahun 2015-2019

Indikator Kinerja Sasaran


No. Sasaran Strategis (SS)
Strategis (IKSS)

Pertumbuhan PDB Ekonomi


Meningkatnya pertumbuhan
1 Kreatif dengan target
PDB Ekonomi Kreatif
6,75 %pada tahun 2019.

Serapan tenaga kerja dengan


2 Tenaga Kerja target 17,0 juta orang pada
tahun 2019.
Nilai ekspor bruto produk
kreatif Indonesia dengan
3 Nilai Ekspor Produk Kreatif
target USD 21,5 miliar pada
tahun 2019.

Untuk pemetaan program tahun 2020 – 2024 dapat dikembangkan dari arah kebijakan
berdasar RPJMN 2020-2024. Dengan mengaitkan dengan sasaran strategis yang
diamanatkan kepada BEKRAF, dapat dipetakan berikut ini.

Prioritas Nasional: PN-1-Penguatan ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang


berkualitas.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 73


Tabel 5. 7 Indikator Sasaran Strategis BEKRAF Tahun 2020-2024

Target
No. Arah Kebijakan Indikator
2020 2024

Nilai tambah ekonomi Rp. 1.305-Rp.1.307


Rp. 1.840-1.890 triliun
kreatif triliun

Jumlah kab/kota
2 Kabupaten/Kota/ 10 Kabupaten/Kota/
kreatif yang
Kawasan Kawasan (Kumulatif)
Peningkatan nilai difasilitasi
tambah, lapangan
1 kerja, dan investasi Jumlah klaster kreatif
4 klaster 12 klaster
di sektor riil, dan yang dikembangkan
industrialisasi
Revitalisasi ruang
25 unit 40 unit
kreatif

Jumlah tenaga kerja


19 juta orang 21 juta orang
ekonomi kreatif

Peningkatan
ekspor bernilai
tambah tinggi dan Nilai ekspor ekonomi
2 USD 21,5-22,6 miliar USD 24,5 miliar
penguatan Tingkat kreatif
Kandungan Dalam
Negeri (TKDN)

Skema pembiayaan
0 skema 1 skema
berbasis HKI

Penguatan pilar Jumlah pelaku kreatif


pertumbuhan dan yang difasilitasi 8.500 orang 1.5000 orang
3
daya saing infrastruktur TIK
ekonomi

Ketersediaan data
statistik ekonomi 2 database 2 database
kreatif

Dikaitkan dengan sasaran strategis yang ditetapkan dapat divisualisasikan peta strategi
Rencana Program BEKRAF 2020-2025 sebagai berikut:

74 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Gambar 5. 4 Peta Visi dan Sasaran Straregis Program

Selain pemetaan berdasarkan arah kebijakan RPJMN 2020-2024, peta program dan
kegiatan juga dapat dikembangkan dari RKP 2020 yang sudah ditetapkan sebagai
pendekatan untuk menggambarkan peta program dan kegiatan 2020-2024.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 75


Gambar 5. 5 Peta Visi Misi Program Dan Kegiatan BEKRAF

Permasalahan yang harus dirumuskan adalah bagaimana mendekomposisi kontribusi dari


setiap kegiatan terhadap masing-masing sasaran strategis?

5.3. Valuasi Kontribusi Ekonomi BEKRAF Terhadap Target Nasional

Valuasi kontribusi BEKRAF terhadap target nasional ditujukan untuk melihat potensi
besaran kontribusi program dan kegiatan yang dilaksanakan terhadap target-target
pembangunan nasional khususnya pembangunan sektor ekraf. Valuasi dilakukan dalam
perspektif ekonomi makro. Dalam konteks ekonomi makro maka valuasi kontribusi

76 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


ekonomi dapat dilihat dalam 3 (tiga) perspektif yakni sisi produksi, sisi demand dan sisi
rantai pasok (linkage).

Gambar 5. 6 Lingkup Valuasi Ekonomi Kegiatan dan Program BEKRAF

5.3.1 Kontribusi Ekonomi BEKRAF dalam Perspektif Sisi Produksi Sektor Ekraf
Indikator utama kinerja ekonomi dalam sisi produksi adalah besaran output (Q) yang
dihasilkan berdasarkan faktor-faktor produksinya. Dalam perspektif sisi produksi maka
kontribusi ekonomi dari kegiatan atau program pemerintah umumnya akan lebih banyak
berperan dalam membentuk iklim usaha atau ekosistem bisnis ekonomi yang kondusif.
Pengembangan ekosistem usaha atau bisnis ekraf dalam teori fungsi produksi cobb
doglas merupakan komponen yang termasuk dalam kategori TFP (total factor production).

TFP/MFP merupakan salah satu pendekatan yang banyak digunakan untuk mengetahui
seberapa besar peranan teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi. Pendekatan ini secara
matematis diturunkan oleh Solow sebagai faktor sisa, yang dihitung dengan cara
mengurangi pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan kapital dan pertumbuhan
tenaga kerja setelah kedua variabel terakhir dikalikan dengan share-nya masing-masing.
Jika Q adalah output, K adalah kapital, L adalah tenaga kerja, dan A merupakan teknologi,
maka fungsi produksi pada tahun ke-t dapat kita tulis sebagai :

Q = A f (K L )
t t t t

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 77


Dengan menghitung TFP-G dari sektor ekraf maka sedikitnya dapat terindikasi sejauh
mana upaya-upaya yang telah dijakankan pemerintah, tremasuk kegiatan dan program
melalui BEKRAF berkontribusi dalam meningkatakan iklim dan ekosistim pengembangan
ekonomi kreatif dari sisi produksi. Hasil perhitungan TFP-G ekonomi kreatif dengan
menggunakan data PDB, investasi, tenaga kerja dan tingkat upah tenaga kerja sektor
ekraf 2015-2017, maka dapat dilihat bahwa TFP G sektor ekraf menunjukkan
peningkatan. Kondisi ini mencerminkan bahwa kegiatan dan program pemerintah dalam
mebangun ekosistem bisnis ekraf telah mampu meningatkan TFG dektor ekraf secara
positif, walaupun nilainya masih dibawah 1.

Gambar 5. 7 Hasil Perhitungan TFP-G Sektor Ekraf 2015-2017

Nilai TFP-G ekraf tersebut mencerminkan bahwa tingkat pertumbuhan ouput sektor ekraf
masih didominasi oleh kontribusi investasi dan tenaga kerja. Pangsa nilai investasi untuk
menghasilkan pertumbuhan PDB sektor ekraf adalah rata-rata sebesar 88 %. Kondisi ini
mencerminkan bahwa sektor ekraf dari sisi produksi cendrung merupakan kegiatan yang
padat modal.

78 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


5.3.2 Kontribusi Ekonomi BEKRAF dalam Perspektif Sisi Demand

Demand sektor ekraf secara garis besar terdiri dari 2 (dua) yakni final demand dan
intermediate demand. Permintaan akhir yaitu penggunaan barang dan jasa bukan untuk
proses produksi yang biasanya terdiri atas konsumsi rumah tangga, pengeluaran
pemerintah, pembentukan modal tetap bruto, perubahan persediaan ( stock), dan ekspor.
Sementara permintaan antara menunjukkan arus barang dan jasa yang dihasilkan dan
digunakan oleh sektor-sektor ekonomi dalam proses produksi di suatu perekonomian.
Permintan antara menunjukkan distribusi penggunaan barang dan jasa untuk suatu
proses produksi sehingga disebut juga sebagai transaksi antara (intermediate
transaction). Struktur pasar yang kuat akan tercermin dari komposisi yang lebih
berimbang antara final demand dan intermediate demand.

Gambar 5. 8 Komposisi Demand Sektor Ekraf

Data tabel I- O ekonomi kreatif yang disusun BPS Tahun 2017 menunjukkan bahwa
komposisi demand sektor ekraf masih didominasi oleh permintaan akhir (66,53%).
Sementara ouput sektor ekraf yang digunakan untuk kegiatan produktif di dalam negeri
mencapai 33,47%. Dari total permintaan akhir sektor ekraf, secara agregat komponen
konsumsi rumah tangga mendominasi pasar produk sektor ekraf hingga mencapai 67%.
Sementara pasar ekspor mencapai 17% dan pengeluaran pemerintah hanya sebesar
0.14%. Kondisi ini mencerminkan bahwa dari sisi demand pengeluaran pemerintah melalui
program-program yang dijalankan termasuk melalui program BEKRAF bukan kontributor
utama dalam pasar sektor ekraf.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 79


Aspek penting lain yang perlu diperhatikan adalah komponen import produk akhir sektor
ekraf yang dapat menjadi ancaman dari pasar produk ekraf lokal. Dari data yang
diperoleh teridentifikasi besarnya proporsi import dalam komposisi final demand hingga
mencapai 15,5 %. Kondisi ini mencerminkan bahwa pasar komoditas ekraf telah bersaing
dengan produk-produk ekraf dari luar negeri. Dilihat dari program dan kegiatan yang
dijalankan BEKRAF, teridentifikasi bahwa kegiatan yang mengarah pada upaya
mengantisipasi import produk ekraf untuk permintaan akhir ini masih sangat terbatas.

Tabel 5. 8 Permintaan Akhir dan Antara Sektor Ekraf

Sumber: BEKRAF, 2017

Jika dikaitkan antara pertumbuhan anggaran sektor ekraf dengan tingkat pertumbuhan
ekspor sektor ekraf, maka dapat dilihat adanya korelasi positif antara pertumbuhan
anggaran pemerintah untuk sektor ekraf dengan tingkat pertumbuhan ekspor sektor
BEKRAF.

80 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


5.3.3 Kontribusi Ekonomi BEKRAF dalam Perspektif Rantai Produksi Ekraf
Berdasarkan hasil analisis komposisi demand sektor ekraf, maka teridentifikasi bahwa
intermediate demand sektor ekraf memiliki proporsi sebesar 34% dari total demand sektor
ekraf. Proporsi tersebut memberi gambaran bahwa keterkaitan rantai produksi sektor
ekraf dengan sektor lain masih terbatas. Keterkaitan antarsektor menunjukkan besarnya
hubungan sektor ekonomi kreatif terhadap sektor-sektor lain yang berperan sebagai
pemasoknya maupun yang berperan sebagai pasar. Kepada sektor pemasok, peningkatan
output sektor ekonomi kreatif akan menyerap output dari sektor pemasok tersebut.
Kepada sektor yang berperan sebagai pasar, peningkatan output sektor ekonomi kreatif
akan memperlancar supply bahan baku (antara) kepada sektor tersebut. Atau dari sudut
pandang lain, peningkatan output sektor yang menjadi pasar akan menyerap produk
ekonomi kreatif.

a. Keterkaitan ke Depan
Keterkaitan ke depan atau sering juga disebut derajat kepekaan menunjukkan
kemampuan sektor ekonomi kreatif memberikan pasokan terhadap sektor hilirnya. Untuk
melihat sektor mana yang kuat derajat kepekaannya, maka dibuat indeks derajat
kepekaan. Indeks derajat kepekaan suatu sektor sama dengan satu berarti bahwa sektor
tersebut memiliki derajat kepekaan rata-rata. Sedangkan jika indeks derajat kepekaannya
lebih dari satu, maka sektor tersebut memiliki derajat kepekaan di atas rata-rata nasional.
Sebaliknya jika indeks derajat kepekaan kurang dari satu, berarti memiliki derajat
kepekaan di bawah rata-rata nasional.

Tabel 5. 9 Indeks Derajat Kepekaan

Indeks Derajat
No Subsektor
Kepekaan
1 Arsitektur 0,69809

2 Desain Interior 0,65406

3 Desain Komunikasi Visual 0,69373

4 Desain Produk 0,64997

5 Film dan Animasi dan Video 0,65754

6 Fotografi 0,74352

7 Kriya 114,144

8 Kuliner 0,97940

9 Musik 0,68558

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 81


10 Fashion 0,70362

11 Aplikasi dan Game developer 0,87467

12 Penerbitan 0,91441

13 Periklanan 0,67628

14 Televisi dan radio 0,85845

15 Seni Pertunjukan 0,66357

16 Seni Rupa 0,65369

Dari Tabel 5.9 dapat dilihat bahwa hanya terdapat satu subsektor industri kreatif yang
memiliki derajat kepekaan lebih dari satu, yatu subsektor kriya. Ini berarti bahwa
subsektor kriya berada di atas rata-rata derajat kepekaan nasional. Juga berarti bahwa
subsektor kriya termasuk dibutuhkan sebagai input antara oleh subsektor lainnya dalam
perekonomian.

Selanjutnya dapat diketahui sektor mana saja yang paling membutuhkan input antara dari
subsektor kriya. Lihat Tabel 5.10. Dari seluruh permintaan antara subsektor kriya, 28,67%
digunakan oleh sektor konstruksi, 13,50% oleh subsektor fashion, dan seterusnya, Tabel
5.10. hanya menampilkan lima terbesar saja. Hal ini berarti bahwa untuk meningkatkan
omzet atau produksi subsektor kriya dapat dilakukan kebijakan peningkatan output sektor
konstruksi, karena dari sektor tersebut datangnya permintaan antara yang terbesar.
Prioritas kedua adalah meningkatkan output subsektor fashion. Demikian seterusnya.

Tabel 5. 10 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Kriya (persen), Lima Terbesar

Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Konstruksi 28,67

2 Fashion 13,50

Perdagangan Besar dan Eceran,


3 12,68
Bukan Mobil dan Sepeda Motor

4 Penerbitan 8,34

5 Kriya 6,81

Sumber: Tabel I-O Ekonomi Kreatif 2014, diolah.

Untuk subsektor arsitektur dapat dilihat dalam Tabel 5.11. Sektor yang berkontribusi
terbesar pada permintaan antara arsitektur adalah sektor konstruksi, sebesar 25,31%.

82 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Kebijakan peningkatan output sektor konstruksi akan berpengaruh besar dalam
peningkatan output subsektor arsitektur.

Tabel 5. 11 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Arsitektur (persen), Lima Terbesar

Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Konstruksi 25,31

2 Pertambangan Batubara dan Lignit 12,59

Perdagangan Besar dan Eceran,


3 11,18
Bukan Mobil dan Sepeda Motor
Pertambangan Minyak, Gas dan
4 5,15
Panas Bumi
5 Jasa Perusahaan 4,47

Sumber: Tabel I-O Ekonomi Kreatif 2014, diolah.

Untuk subsektor desain interior dapat dilihat dalam Tabel 5.12. Sektor yang berkontribusi
terbesar pada permintaan antara desain interior adalah sektor konstruksi, sebesar
22,38%. Kebijakan peningkatan output sektor konstruksi akan berpengaruh besar dalam
peningkatan output subsektor desain interior.

Tabel 5. 12 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Desain Interior (persen), Lima Terbesar

Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Konstruksi 22,38

2 Pertambangan Batubara dan Lignit 11,13

Perdagangan Besar dan Eceran,


3 9,88
Bukan Mobil dan Sepeda Motor

4 Arsitektur 7,33

Pertambangan Minyak, Gas dan


5 4,56
Panas Bumi

Sumber: Tabel I-O Ekonomi Kreatif 2014, diolah.

Untuk subsektor desain komunikasi visual dapat dilihat dalam Tabel 5.13. Sektor yang
berkontribusi terbesar pada permintaan antara desain komunikasi visual adalah subsektor
aplikasi dan game developer, sebesar 28,76%. Kebijakan peningkatan output subsektor
aplikasi dan game developer akan berpengaruh besar dalam peningkatan output

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 83


subsektor desain komunilasi visual. Kebetulan subsektor ini menghadapi permintaan
antara terbesar dari subsektor-subsektor ekonomi kreatif.

Tabel 5. 13 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Desain Komunikasi Visual (persen), Lima
Terbesar

Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Aplikasi dan Game developer 28,76

2 Periklanan 20,92

3 Arsitektur 10,96

4 Desain Komunikasi Visual 9,58

5 Penerbitan 9,28

Sumber: Tabel I-O Ekonomi Kreatif 2014, diolah.

Untuk subsektor desain produk dapat dilihat dalam Tabel 5.14. Sektor yang berkontribusi
terbesar pada permintaan antara desain produk adalah sektor konstruksi, sebesar 30,71%.
Kebijakan peningkatan output sektor konstruksi akan berpengaruh besar dalam
peningkatan output subsektor desain produk.

Tabel 5. 14 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Desain Produk (persen), Lima Terbesar

Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Konstruksi 30,71

2 Pertambangan Batubara dan Lignit 15,29

Perdagangan Besar dan Eceran,


3 11,51
Bukan Mobil dan Sepeda Motor
Pertambangan Minyak, Gas dan
4 6,46
Panas Bumi

5 Jasa Perusahaan 5,49

Sumber: Tabel I-O Ekonomi Kreatif 2014, diolah.

Untuk subsektor film dan animasi dapat dilihat dalam Tabel 5.15. Sektor yang
berkontribusi terbesar pada permintaan antara film dan animasi adalah sektor jasa
pendidikan, sebesar 29,92%. Kebijakan peningkatan output sektor jasa pendidikan akan
berpengaruh besar dalam peningkatan output subsektor film dan animasi.

84 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Tabel 5. 15 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Film dan Animasi (persen), Lima Terbesar

Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Jasa Pendidikan 29,92

2 Jasa Perantara Keuangan 12,10

3 Jasa Perusahaan 7,26

4 Televisi dan radio 6,58


Administrasi Pemerintahan,
5 Pertahanan dan Jaminan Sosial 6,56
Wajib
Sumber: Tabel I-O Ekonomi Kreatif 2014, diolah.

Untuk subsektor fotografi dapat dilihat dalam Tabel 5.16. Sektor yang berkontribusi
terbesar pada permintaan antara fotografi adalah sektor konstruksi, sebesar 23,19%.
Kebijakan peningkatan output sektor konstruksi akan berpengaruh besar dalam
peningkatan output subsektor fotografi.

Tabel 5. 16 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Fotografi (persen), Lima Terbesar

Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Konstruksi 23,19

2 Pertambangan Batubara dan Lignit 11,48

Perdagangan Besar dan Eceran,


3 8,32
Bukan Mobil dan Sepeda Motor

4 Arsitektur 7,96

5 Film dan Animasi 4,91

Sumber: Tabel I-O Ekonomi Kreatif 2014, diolah.

Untuk subsektor kuliner dapat dilihat dalam Tabel 5.17. Sektor yang berkontribusi
terbesar pada permintaan antara kuliner adalah subsektor kuliner itu sendiri, sebesar
27,95%.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 85


Tabel 5. 17 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Kuliner (persen), Lima Terbesar

Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Kuliner 27,95
Administrasi Pemerintahan,
2 Pertahanan dan Jaminan Sosial 24,36
Wajib
3 Industri Makanan dan Minuman 7,98

4 Konstruksi 7,87

Perdagangan Besar dan Eceran,


5 7,75
Bukan Mobil dan Sepeda Motor

Sumber: Tabel I-O Ekonomi Kreatif 2014, diolah.

Untuk subsektor musik dapat dilihat dalam Tabel 5.18. Sektor yang berkontribusi terbesar
pada permintaan antara musik adalah subsektor televisi dan radio, rasionya sangat besar,
yaitu 60,72%. Kebijakan peningkatan output subsektor televisi dan radio akan
berpengaruh besar dalam peningkatan output subsektor musik.

Tabel 5. 18 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Musik (persen), Lima Terbesar

Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Televisi dan radio 60,72
Perdagangan Besar dan Eceran,
2 7,19
Bukan Mobil dan Sepeda Motor
3 Jasa lainnya 4,31

4 Periklanan 3,69

5 Jasa Perantara Keuangan 3,12

Sumber: Tabel I-O Ekonomi Kreatif 2014, diolah.

Untuk subsektor fashion dapat dilihat dalam Tabel 5.19. Sektor yang berkontribusi
terbesar pada permintaan antara fashion adalah sektor Perdagangan Besar dan Eceran,
Bukan Mobil dan Sepeda Motor, sebesar 31,63%. Kebijakan peningkatan output subsektor
Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor akan berpengaruh besar
dalam peningkatan output subsektor fashion.

86 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Tabel 5. 19 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Fashion (persen), Lima Terbesar

Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
Perdagangan Besar dan Eceran,
1 31,63
Bukan Mobil dan Sepeda Motor

2 Konstruksi 14,97
Administrasi Pemerintahan,
3 Pertahanan dan Jaminan Sosial 11,41
Wajib
Perdagangan Mobil, Sepeda Motor
4 10,42
dan Reparasinya

5 Fashion 8,97

Sumber: Tabel I-O Ekonomi Kreatif 2014, diolah.

Untuk subsektor aplikasi dan game developer dapat dilihat dalam Tabel 5.20. Sektor yang
berkontribusi terbesar pada permintaan antara aplikasi dan game developer adalah sektor
Industri Batubara dan Pengilangan Migas, sebesar 23,15%. Kebijakan peningkatan output
subsektor Industri Batubara dan Pengilangan Migas akan berpengaruh besar dalam
peningkatan output subsektor aplikasi dan game developer.

Tabel 5. 20 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Aplikasi dan Game developer (persen), Lima
Terbesar

Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan

Industri Batubara dan Pengilangan


1 23,15
Migas

2 Aplikasi dan Game developer 13,11

3 Informasi dan Komunikasi 9,12

4 Konstruksi 6,88

5 Fashion 4,61

Sumber: Tabel I-O Ekonomi Kreatif 2014, diolah.

Untuk subsektor penerbitan dapat dilihat dalam Tabel 5.21. Sektor yang berkontribusi
terbesar pada permintaan antara penerbitan adalah sektor jasa pendidikan, sebesar
28,88%. Kebijakan peningkatan output sektor jasa pendidikan akan berpengaruh besar
dalam peningkatan output subsektor penerbitan.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 87


Tabel 5. 21 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Penerbitan (persen), Lima Terbesar

Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan

1 Jasa Pendidikan 28,88

2 Konstruksi 12,01

Perdagangan Besar dan Eceran,


3 11,04
Bukan Mobil dan Sepeda Motor
Administrasi Pemerintahan,
4 Pertahanan dan Jaminan Sosial 5,47
Wajib
5 Jasa Perantara Keuangan 5,35

Sumber: Tabel I-O Ekonomi Kreatif 2014, diolah.

Untuk subsektor periklanan dapat dilihat dalam Tabel 5.22. Sektor yang berkontribusi
terbesar pada permintaan antara periklanan adalah sektor konstruksi, sebesar 24,61%.
Kebijakan peningkatan output sektor konstruksi akan berpengaruh besar dalam
peningkatan output subsektor periklanan.

Tabel 5. 22 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Periklanan (persen), Lima Terbesar

Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Konstruksi 24,61

2 Pertambangan Batubara dan Lignit 12,26

Perdagangan Besar dan Eceran,


3 10,97
Bukan Mobil dan Sepeda Motor

Pertambangan Minyak, Gas dan


4 4,97
Panas Bumi

5 Jasa Perusahaan 4,36

Sumber: Tabel I-O Ekonomi Kreatif 2014, diolah.

Untuk subsektor televisi dan radio dapat dilihat dalam Tabel 5.23. Sektor yang
berkontribusi terbesar pada permintaan antara televise dan radio adalah sektor jasa
perusahaan, sebesar 11,45%. Kebijakan peningkatan output sektor jasa perusahaan akan
berpengaruh besar dalam peningkatan output subsektor televisi dan radio.

88 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Tabel 5. 23 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Televisi dan Radio (persen)

Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan

1 Jasa Perusahaan 11,45

2 Informasi dan Komunikasi 10,72

3 Jasa Perantara Keuangan 9,98

Industri Batubara dan Pengilangan


4 8,85
Migas

5 Industri Alat Angkutan 5,17

Sumber: Tabel I-O Ekonomi Kreatif 2014, diolah.

Untuk subsektor seni pertunjukan dapat dilihat dalam Tabel 5.24. Sektor yang
berkontribusi terbesar pada permintaan antara seni pertunjukan adalah sektor
Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan Sepeda Motor, sebesar 16,60%.
Kebijakan peningkatan output sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Bukan Mobil dan
Sepeda Motor akan berpengaruh besar dalam peningkatan output subsektor seni
pertunjukan.

Tabel 5. 24 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Seni Pertunjukan (persen), Lima Terbesar

Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
Perdagangan Besar dan Eceran,
1 16,60
Bukan Mobil dan Sepeda Motor

2 Jasa lainnya 16,23

Industri Batubara dan Pengilangan


3 13,71
Migas

4 Periklanan 9,89

5 Jasa Perusahaan 6,10

Sumber: Tabel I-O Ekonomi Kreatif 2014, diolah.

Untuk subsektor seni rupa dapat dilihat dalam Tabel 5.25. Sektor yang berkontribusi
terbesar pada permintaan antara seni rupa adalah sektor konstruksi, sebesar 26,73%.
Kebijakan peningkatan output sektor konstruksi akan berpengaruh besar dalam
peningkatan output subsektor seni rupa.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 89


Tabel 5. 25 Distribusi Permintaan Antara Subsektor Seni Rupa (persen), Lima Terbesar

Distribusi
No Nama Sektor
Permintaan
1 Konstruksi 26,73

2 Pertambangan Batubara dan Lignit 17,49

3 Jasa Perusahaan 10,67

Perdagangan Mobil, Sepeda Motor


4 9,59
dan Reparasinya

5 Periklanan 8,35

Sumber: Tabel I-O Ekonomi Kreatif 2014, diolah.

b. Keterkaitan ke Belakang
Keterkaitan ke belakang atau sering juga disebut daya penyebaran menunjukkan
kemampuan sektor ekonomi kreatif menyerap produk (input antara) dari sektor
pemasoknya. Untuk melihat sektor mana yang kuat daya penyebarannya, maka dibuat
indeks daya penyebaran. Indeks daya penyebaran suatu sektor sama dengan satu berarti
bahwa sektor tersebut memiliki daya penyebaran rata-rata. Sedangkan jika indeks daya
penyebarannya lebih dari satu, maka sektor tersebut memiliki daya penyebaran di atas
rata-rata nasional. Sebaliknya jika indeks daya penyebaran kurang dari satu, berarti
memiliki daya penyebaran di bawah rata-rata nasional.

Dari Tabel 5.26 dapat dilihat bahwa terdapat 5 subsektor ekonomi kreatif yang memiliki
daya penyebaran di atas rata-rata. Kelima subsektor tersebut, diurutkan dari yang nilai
daya penyebarannya terbesar adalah kuliner (1,2238), kriya (1,2093), penerbitan
(1,1716), fotografi (1,0605) dan fashion (1,0409).

Tabel 5. 26 Indeks Daya Penyebaran

Indeks Daya
No Subsektor
Penyebaran
1 Arsitektur 0,9801

2 Desain Interior 0,9690

3 Desain Komunikasi Visual 0,8817

4 Desain Produk 0,9526

5 Film dan Animasi dan Video 0,8848

6 Fotografi 10,605

7 Kriya 12,093

90 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


8 Kuliner 12,238

9 Musik 0,8626

10 Fashion 10,409

11 Aplikasi dan Game developer 0,9413

12 Penerbitan 11,716

13 Periklanan 0,9177

14 Televisi dan radio 0,9171

15 Seni Pertunjukan 0,9634

16 Seni Rupa 0,9779

Berdasarkan pemetaan terhadap program dan kegiatan BEKRAF selama periode 2015-
2019, teridentifikasi bahwa program dan kegiatan yang berorientasi pada penguatan
rantai produksi antar sektor ekraf dengan sektor lain masih sangat terbatas. Dengan
hanya 1 sektor yang memiliki keterkaitan kedepan diatas nilai 1 dan hanya 3 sektor yang
memiliki keterkaitan kebelakang diatas 1 maka upaya memperkuat rantai nilai produksi
ekraf ini perlu ditingkatkan. Pengembangan hilirisasi komoditas ekspor melalui
pengembangan start up perlu diarahkan pada komoditas-komoditas yang mampu
melengkapi rantai produksi sektor ekraf yang masih lemah.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 91


BAB 6
PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN
EKONOMI KREATIF 2020-2024

6.1. Dasar Pertimbangan

6.1.1 Amanah RPJMN 2020-2024


RPJMN 2020-2024 mengamanahkan untuk pengembangan sektor ekonomi kreatif,
secara eksplisit masuk dalam sasaran meningkatnya nilai tambah, lapangan kerja,
investasi, ekspor dan daya saing perekonomian. Sasaran tersebut selanjutnya dijabarkan
dalam indikator serta targetnya. Khusus untuk pengembangan ekonomi kreatif terdapat
sebanyak 8 (delapan) indikator yang terklasifikasi dalam 3 (tiga) arah kebijakan.

Tabel 6.1 Indikator Pembangunan Ekraf 2020-2024

Target
No. Indikator
2020 2024

Rp. 1.305-Rp.1.307
Nilai tambah ekonomi kreatif Rp. 1.840-1.890 triliun
triliun

Jumlah kab/kota kreatif yang 2 Kabupaten/Kota/ 10 Kabupaten/Kota/


difasilitasi Kawasan Kawasan (Kumulatif)

1
Jumlah klaster kreatif yang
4 klaster 12 klaster
dikembangkan

Revitalisasi ruang kreatif 25 unit 40 unit

Jumlah tenaga kerja ekonomi


19 juta orang 21 juta orang
kreatif

2 Nilai ekspor ekonomi kreatif USD 21,5-22,6 miliar USD 24,5 miliar

Skema pembiayaan berbasis HKI 0 skema 1 skema

Jumlah pelaku kreatif yang


8.500 orang 1.5000 orang
3 difasilitasi infrastruktur TIK

Ketersediaan data statistik


2 database 2 database
ekonomi kreatif

92 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Peningkatan nilai tambah ekonomi kreatif akan dilaksanakan melalui (1) pendampingan
dan inkubasi; (2) pengembangan center of excellence; (3) fasilitasi inovasi dan penguatan
brand, (4) pengembangan dan revitalisasi ruang kreatif termasuk klaster/kota kreatif; (5)
penerapan dan komersialisasi hak atas kekayaan intelektual; serta (6) penguatan rantai
pasok dan skala usaha kreatif. Peningkatan populasi pelaku usaha digital juga akan
difasilitasi melalui pengembangan klaster digital, termasuk yang berbasis desa,
kemudahan usaha, serta akses kepada pembiayaan dan pasar. Penguatan ekonomi kreatif
dan ekonomi digital ke depan difokuskan pada 8 klaster kreatif di Jawa, Medan dan
Makassar. Sektor yang akan diperkuat yaitu kuliner, fesyen, kriya, aplikasi dan konten
digital, games, film, dan musik. Perluasan aktivitas ekonomi kreatif dilaksanakan secara
bertahap di wilayah lain yang memiliki potensi nilai tambah yang besar.

6.1.2 Isu Strategis, Tantangan dan Permasalahan


Dalam empat tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stagnan pada
kisaran 5,0%. Dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tersebut, sulit bagi Indonesia untuk
dapat naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi. Stagnannya pertumbuhan
ekonomi disebabkan utamanya oleh tingkat produktivitas yang rendah seiring tidak
berjalannya transformasi struktural. Adapun faktor-faktor yang menjadi penghambat
adalah: (1) regulasi yang tumpang tindih dan birokrasi yang menghambat; (2) sistem dan
besarnya penerimaan pajak belum cukup memadai; (3) kualitas infrastruktur yang masih
rendah terutama konektivitas dan energi; (4) rendahnya kualitas SDM dan produktivitas
tenaga kerja; (5) intermediasi sektor keuangan rendah dan pasar keuangan yang dangkal;
(6) sistem inovasi yang tidak efektif; (7) keterkaitan hulu-hilir yang lemah.

Saat ini dunia telah memasuki era revolusi industri 4.0. Revolusi tersebut memberikan
tantangan dan peluang bagi perkembangan perekonomian ke depan. Di satu sisi,
digitalisasi, otomatisasi, dan penggunaan kecerdasan buatan dalam aktivitas ekonomi
akan meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam produksi modern, serta memberikan
kemudahan dan kenyamanan bagi konsumen. Digital teknologi juga membantu proses
pembangunan di berbagai bidang di antaranya pendidikan melalui distance learning,
pemerintahan melalui e-government, inklusi keuangan melalui fintech, dan
pengembangan UMKM seiring berkembangnya e-commerce. Namun di sisi lain,
perkembangan revolusi industri 4.0 berpotensi menyebabkan hilangnya pekerjaan di
dunia. Studi dari McKinsey memperkirakan 60% jabatan pekerjaan di dunia akan

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 93


tergantikan oleh otomatisasi. Di Indonesia diperkirakan 51,8% potensi pekerjaan yang
akan hilang. Di samping itu, tumbuhnya berbagai aktivitas bisnis dan jual beli berbasis
online belum dibarengi dengan upaya pengoptimalan penerimaan negara serta
pengawasan kepatuhan pajak atas transaksi-transaksi tersebut. Hal ini penting
mengingat transaksi digital bersifat lintas negara.

Gambar 6. 1 Lingkup Isu Strategis, dan Permasalahan Sektor Ekraf

Sejalan dengan perkembangan ekonomi digital, berbagai sumber daya ekonomi saat ini
dapat dimanfaatkan dengan kecepatan distribusi dan kualitas yang semakin baik.
Penetrasi ekonomi digital yang berlangsung cepat dan dinamis telah membentuk lanskap
ekonomi digital di Indonesia saat ini tidak saja mencakup on demand services, e-
commerce dan financial technology (fintech), namun juga penyedia layanan internet of
things (IoT).

Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) diharapkan mampu mengembangkan kinerja sektor


ekonomi kreatif melalui kebijakan dan program-program yang dijalankannya sesuai target
yang diharapkan. Upaya memenuhi amanah tersebut pada periode 2020-2024 telah
dilaksanakan oleh BEKRAF melalui penyusunan dokumen perencanaan program maupun

94 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


kebijakan terkait. Dalam upaya memperkuat kesiapan pelaksanaan program 2020-2024
serta menjamin ketercapaian kontribusi program terhadap target nasional, maka kegiatan
penyusunan Grand Strategy pengembangan ekonomi kreatif ini perlu dirumuskan.

6.2. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Ekraf 2020-2024

6.2.1. Tujuan Pembangunan Ekraf 2020-2024


Tujuan pembangunan ekonomi kreatif dirumuskan dalam rangka memberikan arah
pembangunan sektor ekonomi kreatif yang lebih terarah. Tujuan pembangunan sektor
ekraf merupakan penajaman dan penguatan dari sasaran strategis pembangunan ekraf
yang tertuang dalam RPJMN 2020-2025. Dalam RPJMN2020-2024, ekonomi kreatif
masuk dalam salah satu sasaran pembangunan ekonomi nasional yakni peningkatan nilai
tambah ekonomi nasional. Sasaran strategis tersebut diIntegrasikan dengan isu strategis,
permasalahan dan tantangan yang dihadapi sektor ekraf saat ini dan masa mendatang,
maka diperoleh rumusan tujuan pembangunan ekonomi kreatif nasional 2020-2024
berupa “ meningkatnya nilai tambah dan daya saing ekonomi kreatif”. Meningkatnya nilai
tambah menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi kreatif diharapkan mampu
memberikan nilai tambah yang lebih besar dari sebelumnya. Sementara meningkatnya
daya saing menunjukkan bahwa pembangunan sektor ekraf diharapkan mampu membawa
usaha-usaha kreatif bersaing pada pasar global maupun domestik. Daya saing juga
menunjukkan bahwa pembangunan sektor ekraf harus mampu mengantisipasi masuknya
barang impor yang mempengaruhi final demand produk ekraf nasional.

Indikator tujuan pembangunan ekonomi krEatif adalah indikator dampak dari strategi,
kebijakan, program dan kegiatan yang dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait
pembangunan sektor ekraf. Dampak yang diharapkan terjadi adalah peningkatan nilai
tambah berupa PDB serta peningkatan daya saing antara lain tingkat ekspor dan serapan
tenaga kerja yang makin tinggi. Selanjutnya tujuan pembangunan sektor ekraf ini
dijabarkan dalam sasaran strategis ekraf yang lebih spesifik, dimana indikator sasaran
strategis dapat menjadi ukuran kinerja strategis lembaga-lembaga yang terkait
pembangunan ekraf (L0).

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 95


6.2.2. Sasaran Strategis Pembangunan Ekraf 2020-2024
Sasaran strategis pembangunan ekraf mencerminkan target-target yang harus dicapai
oleh setiap program dan kegiatan yang dijalankan oleh lembaga-lembaga terkait
pembangunan sektor ekraf. Tingkat pencapaian sasaran strategis menentukan
pencapaian tujuan pembangunan ekonomi kreatif. Sasaran strategis dirumuskan
berdasarkan komponen-komponen atau faktor faktor yang menentukan ketercapaian
tujuan yang diharapkan. Analisis terhadap komponen-komponen atau faktor- faktor
tersebut menjadi penting sebagai landasan teknokratis dari penetapan sasaran strategis
pembangunan ekraf beserta indikator kinerjanya. Salah satu prinsip utama yang dijadikan
dasar dalam menetapkan sasaran strategis adalah kesetaraan indikator seperti levelnya
apakah berupa dampak, outcome, atau output.

Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor penentu kinerja ekonomi kreatf yang telah
dilakukan sebelumnya, maka sasaran strategis pembangunan ekraf 2020-2024 dapat
dirumuskan sebagai berikut :

1. Peningkatan nilai tambah, investasi dan industrialisasi


2. Peningkatan tenaga kerja dan usaha baru ekraf yang kompetitif
3. Peningkatan ekspor bernilai tambah tinggi dan penguatan tingkat kandungan
dalam negeri (TKDN)

Sasaran startegis tersebut dijabarkan dalam indikator kinerja sasaran strategis seperti
yang tergambarkan dalam gambar 6.2. Target capaian dari indikator kinerja tersebut
selanjutnya ditetapkan sebagai alat ukur kinerja yang diharapkan.

96 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Gambar 6. 2 Tujuan Sasaran Strategis dan Indikator Sasaran Pembangunan Ekraf 2020-2024

Penetapan target dari masing-masing indikator sasaran strategis dilakukan oleh Bappenas
berdasarkan masukan dari instansi terkait. Besaran target untuk indikator sasaran
strategis dapat dilihat pada gambar 6.3. Target untuk indikator sasaran strategis
peningkatan nilai tambah (PDB) adalah tercapainya pertumbuhan PDB ekraf di 2024
sebesar 6.10%. Target untuk indikator sasaran strategis peningkatan tenaga kerja ekraf
adalah tercapainya tenaga kerja ekraf di 2024 sebesar 21 juta. Target untuk indikator
sasaran strategeis peningkatan ekspor ekraf adalah tercapainya nilai ekspor ekraf di
2024 sebesar USD 25,3 juta.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 97


Gambar 6. 3 Target Kuantitatif Indikator Sasaran Strategis Ekraf 2024

6.3. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Ekraf 2020-2024

Strategi merupakan ilmu, seni, atau wawasan yang diperlukan oleh pemerintah dalam
mengatur setiap program kegiatannya dengan merintis cara, langkah, atau tahapan untuk
mencapai tujuan. Sedangkan dalam pengelolaan pembangunan perlu adanya manajemen
strategis yang menetapkan tujuan serta pengembangan kebijakan dan perencanaan
untuk mencapai tujuan melalui pemberdayaan setiap potensi sumber daya yang ada.
Dalam pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan, strategi akan dijabarkan dalam arah
kebijakan yang merupakan program prioritas dalam pencapaian pembangunan.

Arah kebijakan merupakan pengejawantahan dari strategi pembangunan yang difokuskan


pada prioritas-prioritas pencapaian tujuan dan sasaran pelaksanaan misi pembangunan.
Strategi dan arah kebijakan akan menentukan rumusan perencanaan yang komprehensif,
sinkron, konsisten, dan selaras dengan tujuan dan sasaran pembangunan. Selain itu,
strategi dan arah kebijakan merupakan sarana untuk melakukan transformasi, reformasi,
dan perbaikan kinerja pemerintah dalam melaksanakan setiap program kegiatan baik

98 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


internal maupun eksternal, pelayanan maupun pengadministrasian, serta perencanaan,
monitoring, maupun evaluasi.

Strategi merupakan rangkaian tahapan atau langkah-langkah yang berisikan grand design
perencanaan pembangunan dalam upaya untuk mewujudkan tujuan dan sasaran
pembangunan yang telah ditetapkan.

Perencanaan yang dilaksanakan secara efektif dan efisien sebagai pola strategis
pembangunan akan memberikan nilai tambah (value added) pada pencapaian
pembangunan dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Sebagai salah satu rujukan penting
dalam perencanaan pembangunan, rumusan strategi akan mengimplementasikan
bagaimana sasaran pembangunan akan dicapai dengan serangkaian arah kebijakan dari
pemangku kepentingan. Oleh karena itu, strategi diturunkan dalam sejumlah arah
kebijakan dan program pembangunan operasional dari upaya-upaya nyata dalam
mewujudkan visi pembangunan .

6.3.1. Strategi Pembangunan Ekraf 2020-2024


Grand strategy pembangunan ekraf 2020-2024 disusun berdasarkan analisis terhadap
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap capaian target nasional bidang ekraf.
Pendekatan teknokratis didasarkan pada landasan teori ekonomi terkait dengan perilaku
ekonomi ekraf. Hasil analisis membagi 3 (tiga) segmen yang menjadi area faktor-faktor
berpengaruh yakni sisi supply (produksi), sisi demand dan sisi linkage (rantai pasok).

Dalam perspektif pemerintah, maka pada tiap segmen terdapat ruang untuk melakukan
intervensi berupa stratgei, kebijakan dan program pembangunan. Pada sisi supply, maka
ruang intervensi pemerintah berada pada ruang pengembangan ekosistem produksi.
Dalam hal ini peran pemerintah berupa strategi, kebijkan dan program penguatan
ekosistem akan tercermin pada indikator faktor produksi berupa TFP (Total Factor
Produktivity). Strategi, kebijakan dan program yang berhasil akan meningkatkan
kontribusi TFP sektor ekraf terhadap pertumbuhan PDB ekraf. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa pada periode 2015-2019, strategi, kebijakan dan program terkait
penguatan ekosistem produksi sektor ekraf ini menunjukkan pertumbuhan positif namun
dengan nilai yang masih rendah dibawah 1%. Kondisi ini mengindikasikan bahwa
diperlukan strategi pembangunan yang lebih baik agar kontribusi ekosistem produksi
sektor ekraf ini bisa berkontribusi lebih besar. Ruang intervensi lain pada sisi produksi

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 99


adalah fasilitasi pembiayaan/permodaan/investasi serta pengembangan usaha baru atau
peningkatan kapasitas tenaga kerja sekor ekraf.

Pada sisi demand, maka ruang intervensi pemerintah berada pada ruang penguatan final
demand dan intermediate demand. Dalam hal ini peran pemerintah berupa strategi,
kebijakan dan program penguatan final demand akan tercermin pada indikator komposisi
pasar produk akhir dan pasar produk antara. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada
periode 2015-2019, komposisi pasar produk akhir sektor ekraf mendominasi pasar sektor
ekraf dengan 67%. Dari 67% tersebut 70%-nya adalah konsumsi rumah tangga. Pasar
ekspor untuk permintaan akhir ekraf baru mencapai 15-17% sementara ancaman produk
akhir ekraf yang masuk dari luar/impor mencapai 15% dari total pasar permintaan akhir
produk ekraf nasional. Kondisi ini mengindikasikan bahwa diperlukan strategi yang
mampu meningkatkan daya saing produk ekraf hingga mampu menembus pasar global
sekaligus memperkuat pasar domesktik.

Pada sisi linkage, maka ruang intervensi pemerintah berada pada ruang penguatan rantai
pasok sektor ekraf. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa pada periode 2015-2019,
hanya 1 (satu) sektor ekraf yang memiliki nilai keterkaitan hilir yang cukup tinggi dan
hanya 3 (tiga) subsektor ekraf yang memiliki keterkaitan hulu yang cukup tingggi. Kondisi
ini mengindikasikan bahwa diperlukan strategi yang mampu meningkatkan rantai pasok
sektor ekraf terutama keterkaitan hilir agar mampu mendukung penguatan pasar
domestik sektor ekraf.

Berdasarkan hasil analisis terhadap amanah RPJMN 2020-2024 serta integrasinya dengan
kajian teknokratis berdasarkan teori ekonomi, maka rumusan grand strategi pembangunan
ekraf 2020-2024 dapat dirumukan sebagai berikut :

1. Memperkuat ekosistem bisnis dan investasi sebagai satrategi untuk mendukung


pencapaian sasaran strategis-1
2. Memperkuat ekosistem penumbuhkembangan usaha baru sebagai satrategi
untuk mendukung pencapaian sasaran strategis-2
3. Memperkuat pasar produk sektor ekraf sebagai strategi untuk mendukung
pencapaian sasaran strategis-3

100 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


Ketrekaitan tujuan, sasaran strategis, strategi dan arah kebijakan pembangunan sektor
ekraf 2020-024 dapat dilihat pada gambar 6.4.

Gambar 6. 4 Keterkaitan Tujuan, Sasaran, strategi dan arah kebijakan Ekraf 2024

6.3.2. Arah Kebijakan Pembangunan Ekraf 2020-2024


Arah kebijakan merupakan pengejawantahan dari strategi pembangunan yang difokuskan
pada prioritas-prioritas pencapaian tujuan dan sasaran pelaksanaan misi pembangunan.
Strategi dan arah kebijakan akan menentukan rumusan perencanaan yang komprehensif,
sinkron, konsisten, dan selaras dengan tujuan dan sasaran pembangunan. Arah kebijakan
ekraf 2020-2024 dalam hal ini dilakukan berdasarkan analisis terhadap komponen
pendukung setiap strategi yang dikembangkan berdasarkan landasan teori serta kajian

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 101


terhadap lingkup kewenangan, tupoksi dan program yang telah dijalankan oleh lembaga
BEKRAF.

Berdasarkan hasil analisis tersebut diatas maka rumusan arah kebijakan pembangunan
ekraf 2020-2024 adalah sebagai berikut:

1. Strategi 1 : Memperkuat ekosistem bisnis dan investasi, arah kebijakanya meliputi:


a. Peningkatan kapasitas dan layanan infrastruktur ekraf
b. Penguatan dukungan regulasi terkait bisnis ekraf
c. Penguatan dukungan kerangka pembiayaan bisnis ekraf
d. Penguatan dukungan riset dan inovasi ekraf
e. Peningkatan kapasitas dan produktivitas tenaga kerja ekraf

2. Strategi 2 : Memperkuat ekosistem penumbuhkembangan usaha baru, arah


kebijakannya meliputi :
a. Peningkatan dan perluasan inkubasi usaha kreatif
b. Pembiayaan berbasis HKI
c. Pengembangan inkubasi pada center of excellence
d. Peningkatan ruang kreatif untuk usaha baru kreatif
e. Komersialisasi melalui dukungan HKI

3. Strategi 3 : Memperkuat pasar sektor ekraf , arah kebijakannya meliputi :


a. Penguatan pasar global/ekspor
b. Penguatan pasar domestic
c. Peningkatan kerjasama
d. Penguatan rantai pasok
e. Peningkatan dan penguatan brand produk ekraf

6.4. Program dan Kegiatan BEKRAF 2020-2024

Program merupakan serangkaian kegiatan yang saling terkait dan merupakan bagian dari
strategi dan arah kebijakan pembangunan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan. Secara kelembagaan program menghasilkan manfaat atau outcome dan
menjadi ukuran kinerja berupa (L1 level eselon 1). Indikator program adalah indikator
outcome. Sementara kegiatan merupakan aktivitas teknis untuk mengahasilkan suatu
output atau luaran. Hasil kegiatan/output bila dimanfaatkan atau berfungsi maka akan

102 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


menghasilkan outcome program. Hasil analisis program dan kegiatan ekraf menghasilkan
struktur cascading, sasaran, strategi, arah kebijakan dan program seperti pada tabel 6.2.
Sumber utama penyusunan matriks cascading tersebut adalah:

1. Analisis dan Pemetaan Faktor Penentu Target Nasional Pembangunan Ekraf.2019


2. Landasan teori ekonomi terjait target Pembangunan Ekraf
3. RPJMN 2020-2024 Teknokratis, 2019
4. Form isian Tiap kedeputian BEKRAF, 2019.
5. Bahan Hasil Rapat Hotel Arya Duta, BEKRAF 2019,
6. RKP Ekraf, 2020.

VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 103


104 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024
VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 105
106 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024
VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 107
108 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024
VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 109
110 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024
VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 111
112 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024
VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 113
114 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024
VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 115
DAFTAR PUSTAKA

John M. Bryson. 2004. Strategic Planning for Public and Nonprofit Organizations: A Guide
to Strengthening and Sustaining Organizational Achievement. A Joint publication in
the Jossey-Bass public administration series, and the Jossey-Bass nonprofit sektor
series Volume 5 dari Bryson on Strategic Planning. Jossey Bass Public Administration
Series. John Wiley & Sons, 2004.

Pamela Lewis, Stephen Goodman, Patricia Fandt, Joseph Michlitsch. 2006. Management:
Challenges for Tomorrow's Leaders 5th Edition. Thompson Learning Inc.

Rangkuti, Freddy. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah kasus Bisnis. Gramedia
pustaka Utama, Jakarta

116 GRAND STRATEGY PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024


VI – PERUMUSAN GRAND STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF 2020-2024 117

Anda mungkin juga menyukai