Penyusun:
Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional
Smart Indonesia
Penyunting:
Anggota BAZNAS
Direktur Utama BAZNAS
Sekretaris BAZNAS
Direktur Pengumpulan BAZNAS
Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS
Direktur Operasi BAZNAS
Direktur Kepatuhan dan Audit Internal BAZNAS
Penerbit:
Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional (PUSKAS BAZNAS)
Jl. Matraman Raya No 134, Jakarta
Phone Fax +6221 3913777 Mobile +62812-8229-4237
Email: puskas@baznas.go.id; www.baznas.go.id; www.puskasbaznas.com
TIM PENYUSUN
PENASIHAT:
Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA
Mokhamad Mahdum, SE, MIDEc, Ak, CA, CPA, CWM
Ir. H. Muhamad Nadratuzzaman Hosen, MS.MEc, Ph.D
Dr. Zaibulbahar Noor, SE, Mec
Saidah Sakwan, MA
Rizaludin Kurniawan, S.Ag, M.Si
Kolonel (Purn) Drs. Nur Chamdani
Achmad Sudrajat, Lc, M.A
Prof. Dr. Phil. H. Kamaruddin Amin, MA
Suminto M.Sc Ph.D
Dr. Ir. Muhammad Hudori, M.Si
M. Arifin Purwakananta
Drs. H. Jaja Jaelani, MM
Wahyu Tantular Tunggul Kuncahyo
KETUA:
Dr. Muhammad Hasbi Zaenal
PUSKAS BAZNAS:
Dr. Muhammad Choirin
Abdul Aziz Yahya Saoqi, M.Sc
Hidayaneu Farchatunnisa, SE
Arwa Violaditya Rarasocta, SKPm
SMART INDONESIA:
Aam Slamet Rusydiana, ME
Maulana Hamzah, SEI, MM
KATA PENGANTAR
KETUA BAZNAS
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahiim
Pada tahun ini Pusat Kajian Strategis BAZNAS mempersembahkan buku Indeks
Pembangunan Zakatnomics (IPZN) dengan harapan dapat memotret sejauh mana suatu
ekonomi zakat diterapkan oleh stakeholder disuatu daerah. Konsep ekonomi zakat atau
Zakatnomics adalah kesadaran untuk membangun tatanan ekonomi baru untuk mencapai
kebahagiaan, kesetimbangan kehidupan dan kemulyaan hakiki manusia yang didasari
dari semangat dan nilai-nilai luhur syariat zakat.
Konsep zakatnomics ini perlu untuk diterapkan para stakeholder zakat dalam pengelolaan
zakat dengan tujuan membuka segala keterbatasan akses yang dihadapi mustahik
yang pada akhirnya dapat mensejahterakan mustahik termasuk pada masa Pandemi
Covid 19 saat ini. Sebagai bentuk pertanggungjawaban bersama, kami secara terbuka
menerima kritik dan saran konstruktif untuk menyempurnakan kajian ini agar sesuai
dengan kebutuhan umat.
KATA PENGANTAR
PLT. DIREKTUR PENDISTRIBUSIAN DAN
PENDAYAGUNAAN BAZNAS
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahiim
Sebagaimana yang telah diketahui bersama, zakat merupakan instrumen fiskal dalam
Islam yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan kemiskinan dan kesenjangan
ekonomi. Dalam memaksimalkan pengelolaan zakat tentunya perlu didukung dengan
adanya data dan riset yang komperhensif. Pada tahun ini Pusat Kajian Strategis BAZNAS
membuat sebuah kajian yang berjudul Indeks Pembangunan Zakatnomics yang mencoba
menyajikan semesta kebajikan zakat dalam 4 pilar zakatnomics yang terukur sebagai
acuan meningkatkan pengumpulan dan efektifitas dana Zakat.
Adanya penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi setiap daerah untuk memaksimalkan
pengelolaan zakat secara umum. Semoga keberadaan kajian ini dapat membawa manfaat
bagi keberhasilan pengembangan zakat di tanah air. Kami terbuka terhadap berbagai
saran dan masukan dalam penyempurnaan konsep ini. Semoga Allah SWT senantiasa
memberkahi. Aamiin
Wahyu TT Kuncahyo
Plt. Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS
KATA PENGANTAR
DIREKTUR PUSKAS BAZNAS
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bismillahirrahmanirrahiim
Alhamdulillah atas rahmat Allah, pada tahun 2020 ini Puskas BAZNAS telah berhasil menyusun
konsep untuk Indeks Pembangunan Zakatnomics. Penyusunan Indeks Pembangunan
Zakatnomics ini merupakan kajian yang pertama kali disusun di dunia perzakatan. Indeks
Pembangunan Zakatnomics ini adalah suatu indeks yang disusun untuk mengukur tingkat
kesadaran dalam membangun tatanan ekonomi baru untuk mencapai kebahagiaan,
kesetimbangan kehidupan dan kemuliaan hakiki manusia yang didasari dari semangat dan
nilai-nilai luhur syariat zakat yaitu semangat ketakwaan, semangat produktif dan berekonomi
dengan adil serta semangat membumikan ZISWAF dalam praktik kehidupan.
Indeks Pembangunan Zakatnomics ini terdiri dari 4 pilar utama yaitu Iman atau Spiritualitas,
Produktivitas, Aspek Ekonomi Halal, dan Praktek Zakat. Kajian Indeks Pembangunan
Zakatnomics ini akan menyajikan model ekonomi pembangunan berbasis zakatnomics.
Harapannya melalui Indeks Pembangunan Zakatnomics ini dapat menjadi benchmark serta
landasan bagi policy makers untuk memformulasikan kebijakan-kebijakan pembangunan di
wilayahnya masing-masing sehingga kebijakan pembangunan ekonomi dapat memberikan
manfaat yang luas bagi masyarakat dalam kerangka pembangunan yang berasaskan
prinsip-prinsip Zakatnomics.
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN iii
KATA PENGANTAR KETUA BAZNAS iv
KATA PENGANTAR PLT. DIREKTUR PENDISTRIBUSIAN
DAN PENDAYAGUNAAN BAZNAS v
KATA PENGANTAR DIREKTUR PUSKAS BAZNAS vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
RINGKASAN EKSEKUTIF x
BAB I: PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 2
a. Zakatnomics Sektor Perdagangan 3
b. Zakatnomics Sektor Pertanian 5
c. Zakatnomics Sektor Pertambangan dan
Manufaktur 6
1.2. Tujuan Penulisan 9
1.3. Metodologi 9
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Tren Pengumpulan Zakat 2002-2019 7
Tabel 2. Definisi Skala Penilaian dan Skala Numerik 13
Tabel 3. Dimensi, Variabel dan Indikator Pilar Spiritualitas 33
Tabel 4. Dimensi, Variabel dan Indikator Pilar Produktifitas 34
Tabel 5. Dimensi, Variabel dan Indikator Pilar Keadilan Ekonomi 35
Tabel 6. Dimensi, Variabel dan Indikator Pilar Kelembagaan Zakat 36
Tabel 7. Komponen Penyusun IPZN dan Bobot Kontribusi 38
Tabel 8. Komponen Penyusun IPZN 40
Tabel 9. Rentang Nilai serta Kategori Penilaian Indeks
Pembangunan Zakatnomics 44
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Potensi Zakatnomics Sektor Perdagangan 4
Gambar 2 Potensi Zakatnomics Sektor Pertanian 5
Gambar 3 Potensi Zakatnomics Sektor Pertambangan dan Manufaktur 6
Gambar 4 Zakatnomics Pertambangan & Manufaktur berdasarkan
Provinsi 7
Gambar 5 Tahapan Penelitian 10
Gambar 6 Konsep Metode Sekaran untuk Indeksasi 11
Gambar 7 Diagram Hubungan Sebab Akibat 16
Gambar 8 Kerangka Mashalah Menurut Al Ghozali 28
Gambar 9 Diagram Causal Loop Zakatnomics 32
RINGKASAN EKSEKUTIF
untuk setiap dimensi dan variabel yang menjadi alat ukur yang
reliabel, teruji validitasnya serta mudah diterapkan. Selain itu IPZN
akan menawarkan sebuah Model Pengukuran Perkembangan
Pembangunan Daerah Secara Holistik yang menggabungkan
unsur Material dan Spiritual sebagaimana terangkum dalam
prinsip Maqasid al-Syariah meliputi menjaga agama, jiwa, akal,
harta dan keturunan sebagai dasar untuk memetakan kualitas
pembangunan daerah berdasarkan Indeks Pembangunan
Zakatnomics.
PENDAHULUAN
BA
Secara istilah Zakat adalah bagian dari harta yang telah memenuhi persyaratan tertentu
yang Allah subhanahu wata’ala wajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada
mustahik dengan syarat-syarat tertentu pula (Al-Qardawi, 2011). Zakat merupakan
perintah suci dari Allah guna memberikan kebajikan bagi semesta. Dalam konteks
agama kebajikan tersebut disampaikan oleh Allah subhaanahu wata’ala dalam al Quran
diantaranya Allah akan menyucikan jiwa orang yang bersedekah (at-Taubah 103) dan
dijanjikan akan dilipatgandakan hartanya (al-Baqoroh 261), bahkan sedekah juga dapat
menjauhkan seseorang dari azab kubur.
Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah kami berikan kepadamu, sebelum
kematian datang kepada salah seorang diantaramu, lalu dia berkata “ya
Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda kematianku sedikit lagi, maka
aku akan bersedekah dan aku akan termasuk golongan orang-orang yang sholeh
(al-Munaafiquun: 10)
Selain itu Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wasallam juga menyampaikan beberapa keutamaan
zakat, infaq dan sedekah, diantaranya
“Sedekah tidak akan mengurangi Harta” (HR Tirmidzi)
Dengan adanya instrumen keuangan sosial Islam inilah peradaban Islam dapat terus
berkembang, perjuangan Islam dapat ditopang dan keadilan sosial dapat terus berjalan
sebagaimana yang dicontohkan oleh Utsman bin Affan, Abdurrahaman bin Auf, Abu
Bakar Asshiddiq, Umar bin Abdul Aziz serta sahabat-sahabat dan tabi’in-tabi’in lainnya
yang membuat perjuangan Islam terus kokoh dan berkembang hingga sekarang bahkan
kebajikan dari ZIS itu terus bisa dinikmati oleh umat setelahnya.
I
Kesucian dan keberkahan harta zakat sebagaimana telah dijanjikan dalam nash-nash
tersebut diatas akan mendorong seseorang untuk lebih mudah mendekatkan diri kepada
Allah sehingga berdampak langsung kepada muzakki dan mustahik, Utsman bin Affan
saat ditanya seorang sahabat, apa yang membuatnya ikut mengambil harta sedekahnya
Abdurrahman bin Auf padahal ia termasuk golongan kaya, beliau katakan, “Harta kekayaan
Abdurrahman bin Auf halal dan bersih. Memakannya akan membawa keselamatan dan
berkah”. (Kadir I, 2015)
Dari sisi muamalah potensi zakat yang suci menciptakan peningkatan kegiatan produksi
dan konsumsi yang berorientasi pada halal dan thoyyib, sehingga akan meningkatkan
potensi industri halal disuatu daerah. Peningkatan tersebut tentunya harus didukung oleh
keadilan ekonomi dalam konteks akses permodalan, pendidikan, dan pelatihan lainnya
sehingga distribusi pendapatan yang tercipta oleh zakat akan menciptakan fair economic
bagi semua umat muslim khususnya. Sedangkan dalam tinjauan makro ekonomi ZIS akan
mendorong aggregate demand yang akan meningkatkan konsumsi disaat pertumbuhan
ekonomi sedang menurun baik yang diakibatkan oleh krisis moneter, maupun saat wabah
tho’un melanda.
600
500
400
300
200
100
0
Bengkulu
Sulteng
Sultra
Sulsel
Sulut
Sulbar
Kepri
Malkut
Maluku
Kalteng
Kalsel
Bali
Sumsel
Kaltim
Riau
Kalbar
Gorontalo
Sumut
Sumbar
Babel
NTT
NTB
Pabar
Jogja
Lampung
Papua
NAD
Jambi
1071,64
Jatim
2869,24
829,89
Jateng
1379,47
329,98
Banten
571,56
947,86
Jabar
2278,6
2672,95
Jakarta
2477,74
I
Gambar grafik diatas merupakan nilai potensi zakat yang didapatkan dengan
menggabungkan PDB sektor perdagangan (termasuk perdagangan mobil, sepeda motor,
reparasi, perdagangan besar, eceran, selain motor dan mbil serta gabungan sektor
perdagangan lainnya) dan jasa (keuangan, perusahaan, pendidikan, kesehatan, kegiatan
sosial dan gabungan jasa lainnya) sejak tahun 2010-2017.
pertama, diikuti zakat tanaman pangan. Sedangkan zakat peternakan masih tergolong
kecil, karena pasokan komoditas daging untuk Indonesia masih memiliki ketergantungan
dengan impor, hal ini tentu menjadi tantangan lembaga zakat untuk memaksimalkan
program pemberdayaan mustahiq, agar bisa bertransformasi menjadi muzakki khususnya
disektor peternakan. Selain itu juga ada sektor perikanan yang tiap tahun mengalami
peningkatan potensi yang cukup siginfikan.
4000 85
3800
80
3600
75
3400
3200 70
3000 65
2014 2015 2016 2017
Dari pendekatan PDB, di tahun 2017, potensi zakat sektor pertambangan dan manufaktur
tertinggi berasal dari Jawa Barat yang mencapai Rp 18,94 triliun, diikuti Jawa Timur
(Rp 17,95 triliun), Jawa Tengah (Rp 10,55 triliun), Kalimantan Timur (Rp 8,27 triliun) dan
Riau (Rp 7,95 triliun). Sementara itu, potensi zakat terendah dari sektor pertambangan
dan manufaktur didominasi oleh provinsi di Indonesia Timur, seiring dengan nilai
ekonomi dari sektor pertambangan dan manufaktur yang tidak besar ataupun juga
karena persentase populasi Muslim yang rendah, seperti Nusa Tenggara Timur (sekitar
Rp 5,27 miliar), Maluku dan Gorontalo (masing-masing sekitar Rp 40 miliar), dan Bali
(sekitar Rp 50 miliar).
I
Potensi Zakat ertambangan dan Manufaktur (Trilliun)
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Bengkulu
Sulteng
Sultra
Sulsel
Sulbar
Sulut
Kepri
Maluku
Malkut
Kalteng
Kalsel
Bali
Riau
Sumsel
Jakarta
Banten
Kalbar
Kaltim
Babel
Gorontalo
Sumut
Sumbar
NTT
Jateng
NTB
Jogja
Pabar
Jatim
Jabar
Jambi
Lampung
Papua
NAD
Pertambanga Manufaktur
Namun dari potensi zakatnomics yang dijabarkan diatas, berdasarkan Outlook Zakat
Indonesia, (2020) dana zakat yang terkumpul ditahun 2018 hanya 8,1 trlliun, dan 10,1
trilliun di tahun 2019 dari total potensi zakat sebesar 233,8 trilliun (IPPZ, 2019), dengan
dominasi dizakat harta, itupun termasuk dana sedekah non zakat.
2002 68,39 -
Rata-rata 34,33
Secara umum terjadi tren peningkatan dana zakat yang terkumpul setiap tahunnya.
Namun belum mencapai 5% dari potensi zakat yang ada. Padahal bila merunut data
dari World Giving Index ditahun 2018, Indonesia menempati peringkat pertama sebagai
negara yang paling dermawan diseluruh dunia. Index yang dikeluarkan oleh Charity Aid
Foundation (CAF) ini mengacu pada 3 indikator utama yaitu menolong orang asing,
donasi uang untuk kegiatan sosial kemanusiaan, dan total alokasi waktu untuk menjadi
relawan.
Data dari CAF menunjukkan 78% masyarakat Indonesia mendonasikan uangnya untuk
kegiatan sosial artinya ada 144 juta penduduk Indonesia yang aktif sebagai donatur
dengan berbagai levelnya, jumlah ini bahkan hampir mendekati jumlah pengguna internet
yang berjumlah 171, 18 Juta ditahun yang sama (APJII, 2018), hal ini menunjukkan ada
potensi yang belum dioptimalkan secara maksimal.
I
peningkatan pengumpulan dana zakat dan semakin tersebarnya semesta kebajikan zakat
diseluruh pelosok negeri.
1.3. METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah metode yang mengkombinasikan
metode kualitatif dan kuantitatif (mixed method). Metode ini memberikan keluasan
kepada peneliti untuk menyajikan kajian data secara deskriptif yang dilengkapi dengan
ciri khas kuantitatif berupa angka, grafik chart dan semisalnya. Tahap awal kajian
ini dimulai dari pengumpulan data kualitatif berupa kajian pustaka untuk menetukan
indikator awal, kemudian FGD dilakukan kepada para pakar zakat dalam hal ini
internal Baznas, baik jajaran direksi maupun anggota. Hasil FGD kemudian di analisis
menggunakan alat ANP (Analytic Network Process) untuk melihat rater agreement
masing-masing narasumber. Hal ini dialkukan untuk mendapatkan indikator dan variabel
yang reliabel dan valid untuk setiap dimensi indeks pembangunan zakatnomics untuk
dibisa diterapkan.
Setelah mendapatkan indikator dan variabel yang tepat untuk setiap dimensi dilakukan
FGD kedua untuk dilakukan pembobotan pada masing-masing dimensi, indikator dan
variabel dengan metode multi stage weighted index.
I
Berdasarkan metode Sakaran, karakteristik perilaku-perilaku yang diukur diturunkan ke
dalam suatu konsep, yang dinotasikan sebagai (C). Konsep akan diturunkan lagi ke
dalam beberapa dimensi yang akan lebih mudah diamati dan terukur, yang dinotasikan
dengan (D). Dimensi akan diturunkan kembali ke dalam beberapa unsur yang lebih jelas
pengukurannya, yang dinotasikan dengan (E).
Sebagaimana yang dipaparkan Mustofa Ali (2008) mengenai contoh metode Sakaran yaitu
dengan menggambarkan perilaku haus yang dialami seseorang. Perilaku haus adalah
konsep (C) dalam metode ini. Agar dapat diukur, perilaku haus diamati melalui seberapa
sering seseorang meminum cairan, yang dalam hal ini disebut dimensi (D). Dimensi agar
lebih jelas pengukurannya, maka diturunkan lagi pada unsur-unsur yang lebih terukur,
misalnya mengukur berapa gelas cairan yang telah dihabiskan oleh orang tersebut untuk
menghilangkan hausnya.
Inilah yang dimaksud dengan pengukuran perilaku berdasarkan karakter atau kriteria
tertentu dalam metode Sakaran. Metode Sakaran dapat diilustrasikan melalui gambar
di bawah ini, dimana D untuk dimensi dan E untuk elemen (unsur).
KONSEP
D D
D D
E D
E
E E
Pilar zakatnomics yang empat berikut indikator masing-masing tersebut dipilih karena
memenuhi beberapa kriteria dalam penelitian ini, diantaranya adalah:
1. Pembahasan mengenai tujuan-tujuan zakatnomics yang lebih mendekati nilai-nilai
Islam (syariah) dapat diwakili melalui rasio-rasio ini. Dimensi dan unsur dapat dengan
mudah diidentifikasi melalui tujuan-tujuan tersebut.
2. Penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti permasalahan identik juga mengguna-
kan rasio-rasio yang sama dalam pengukuran, baik untuk tataran daerah maupun
kota. Sehingga dapat diimplementasikan pada kedua fokus tersebut.
3. Data yang akan dikumpulkan oleh peneliti jauh lebih mudah, dikarenakan sumber
datanya adalah data sekunder bukan data primer.
4. Kemungkinan mengukur implementasi konsep maqasid syariah lebih akurat dengan
menggunakan rasio-rasio ini.
Adapun untuk metode pembobotan dalam riset ini, akan menggunakan metode ANP
yang dikembangkan oleh Saaty (2003). Metode ini digunakan dalam bentuk penyelesaian
dengan pertimbangan atas penyesuaian kompleksitas masalah secara penguraian sintesis
disertai adanya skala prioritas yang menghasilkan pengaruh prioritas terbesar. ANP juga
mampu menjelaskan model faktor-faktor dependence serta feedback nya secara sistematik.
Pengambilan keputusan dalam aplikasi ANP yaitu dengan melakukan pertimbangan dan
validasi atas pengalaman empirical.
ANP memiliki empat aksioma yang menjadi landasan teori, antara lain:
1. Resiprokal; aksioma ini menyatakan bahwa jika PC (EA,EB) adalah nilai pembandingan
pasangan dari elemen A dan B, dilihat dari elemen induknya C, yang menunjukkan
berapa kali lebih banyak elemen A memiliki apa yang dimiliki elemen B, maka PC
(EB,EA) = 1/ Pc (EA,EB). Misalkan, jika A lima kali lebih besar dari B, maka B besarnya
1/5 dari besar A.
2. Homogenitas; menyatakan bahwa elemen-elemen yang dibandingkan dalam
struktur kerangka ANP sebaiknya tidak memiliki perbedaan terlalu besar, yang
dapat menyebabkan lebih besarnya kesalahan dalam menentukan penilaian elemen
pendukung yang mempengaruhi keputusan.
I
Tabel 2. Definisi Skala Penilaian dan Skala Numerik
Equal Importance 1
Weak 2
Moderate importance 3
Moderate plus 4
Strong importance 5
Strong Plus 6
Very strong or
7
demonstrated importance
Very, very strong 8
Extreme importance 9
3. Prioritas; yaitu pembobotan secara absolut dengan menggunakan skala interval [0.1]
dan sebagai ukuran dominasi relatif.
4. Dependence condition; diasumsikan bahwa susunan dapat dikomposisikan ke dalam
komponen-komponen yang membentuk bagian berupa cluster.
ZAKATNOMICS
BA
P ilar-pilar dalam indeks pembangunan zakatnomics terdiri dari 4 pilar, yang bilamana
keempat pilar ini dapat berdiri kokoh maka bangunan zakatnomics akan tumbuh dan
berkembang. Maka pengokohan pilar tersebut harus diejawantahkan dalam dimensi dan
variabel yang terukur yang tentunya memiliki landasan teori yang kuat, yang merupakan
kombinasi dari sumber normatif literatur Islam dan sumber empiris dari literatur ilmiah
dari jurnal pendukungnya.
Untuk melihat keterkaitan antara pilar, dimensi dan variable dalam Zakatnomics, peneliti
menggunakan model Causal Loop Diagram (CLD) atau diagram sebab akibat yang
menjelaskan positif negative hubungan antara satu faktor dengan faktor lainnya. Menurut
Haraldsoon HV, (2004) secara alami segala sesuatu berhubungan dengan sesuatu lainnya
dalam suatu interaksi jaringan yang kompleks, itulah yang disebut behaviour. Maka untuk
menangkap fraksi dari hubungan antar faktor dibutuhkan isolasi pada isu-isu yang akan
diobservasi dan dikonfirmasi dalam suatu Thinking Model System. Seperti analogi hutan
sebagai ilmu ekonomi, lalu pepohonan kurma sebagai ekonomi Islam dan buah serta
oase disekitar pohon kurma sebagai zakatnomics.
Diantara thinking model system tersebut adalah Model Causal Loop Diagram (CLD) yang
mendeskripsikan kompleksitas suatu sistem dalam bentuk diagram berupa garis lengkung
berpanah yang menjadi jembatan antara faktor. Pada setiap panah terdapat tanda “S”
dan “O” atau + dan “–“.Tanda “S” menunjukan hubungan positif atau saling menguatkan,
yaitu bila faktor sebab atau faktor yang mempengaruhi meningkat, maka faktor akibat
atau faktor yang dipengaruhi turut meningkat. Begitu pun sebaliknya dengan tanda “O”.
(Sterman, J. D, 2000).
+ +
Birth Rate Population Death Rate
+
II
2.1 PILAR 1 (SPIRITUALITAS)
Spiritualitas merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Spiritualitas
didefinisikan sebagai kata lain dari keimanan. Dalam kitab Lum’at al-I’tiqad, karangan Imam
Ibnu Qudamah al-Maqdisi menjelaskan bahwa hakikat iman adalah ucapan lisan, perbuatan
anggota badan dan keyakinan hati, bertambah kuat dengan ketaatan kepada Allah SWT
dan berkurang dengan bermaksiat kepadanya. Dalam tafsir ibnu katsir pada QS 2;2, Iman
menurut pengertian syar’i tidaklah bisa terwujud kecuali dengan adanya keyakinan, perkataan
dan perbuatan. Bahkan Imam Syafi’I, Imam Ahmad bin Hambal dan Abu ‘Ubaid sepakat
bahwa iman adalah perkataan dan perbuatan, bisa bertambah dan berkurang.
Iman itu ada 70 atau 60 sekian cabang. Yang paling tinggi adalah perkataan ‘laa
ilaha illallah’, yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalanan, dan
sifat malu merupakan bagian dari iman.” (HR. Bukhari no. 9 dan Muslim no. 35).
Dalam Fathul Bari (1: 77) karangan Ibnu hajar al Asqolany mendeskripsikan 70 cabang
iman tersebut, 24 diantaranya berupa amalan hati, 7 amalan lisan, dan 38 amalan anggota
badan, termasuk diantaranya adalah zakat, sikap dermawan, menegakkan pemerintahan
yang adil, mendidik anak secara islami, menyambung tali silaturrahmi dan bersikap kasih
sayang dengan sesama manusia.
Didalam nash ada beberapa petunjuk untuk mengukur keimanan seseorang, misalnya
dalam shohih bukhori ada 40 hadits dalam kitabul-iman yang memberikan tips bagaimana
cara meningkatkan keimanan. Selain itu ada beberapa nash dari quran yang tidak
semuanya dapat terukur secara kuantitatif, maka diperlukan penguatan sumber jurnal
sebagai landasan empiris, namun.
Maka berdasarkan ketersediaan dan karakteristik data yang tersedia, kajian ini membagi
dimensi spiritualitas tersebut ke dalam 4 dimensi, yaitu hubungan vertikal, hubugan
horizontal, sarana dan prasarana serta peran aktif pemerintah dibidang keIslaman dengan
definisi dan referensi yang akan dijelaskan selanjutnya.
Ayat tersebut menjelaskan tingkat literasi Quran merupakan salah satu indikator keimanan
seseorang dan hal tersebut juga menjadi bagian dari komponen dakwah pembentuk
Indeks Desa Zakat untuk kategori pengetahuan agama masyarakat (IDZ, 2018).
Dalam model CIBEST yang diprakarsai oleh Beik & Arshanty (2015), selain Material
Poverty line, ada Spritual Poverty Line yang digunakan untuk mengukur kemiskinan dari
sudut pandang spiritual. Alat ukur dalam metode ini adalah shalat, puasa, zakat dan
infak, lingkungan keluarga dan kebijakan pemerintah. Kelima variabel tersebut memiliki
hubungan satu sama lain (IZN, 2018) Model ini juga bagian dari komponen Indeks Zakat
Nasional dan Kesejahteraan Mustahik.
Iman yang kuat, selanjutnya akan menjadi benteng tebal bagi seorang muslim untuk
istiqomah menjaga aqidahnya. Bila aqidahnya lemah, maka ia akan cenderung rawan
terhadap pemurtadan. Murtad artinya adalah seseorang keluar dari Islam. Ada korelasi
antara iman dan keluarnya seseorang dari Islam karena lemahnya iman tidak akan
mengakibatkan seseorang menjadi murtad. Tetapi, seorang murtad sudah dapat dipastikan
karena lemahnya iman yang dimiliki (IRP, 2018)
Berdasarkan IRP (2018) ada 6 faktor yang dapat mengukur rawannya suatu daerah
dari ancaman pemurtadan yaitu ekonomi, pendidikan, akses informasi, sosial budaya,
psikologis dan agama.
Imbas dari hubungan yang baik antar manusia adalah meningkatnya kebahagiaan suatu daerah,
salah satu ukuran yang dapat digunakan adalah Indeks kebahagiaan BPS yang memiliki 3
indikator yaitu kepuasan hidup, makna hidup dan perasaan. Selain itu hubungan yang baik
antar manusia akan menimbulkan ketenangan dan keamanan dimasyarakat, diantara indikator
yang dapat dikur adalah indeks kejahatan dan jumlah pos keamanan (Vulandari, 2016).
Dalil Hadits:
Dari Abdullah bin ‘Amru dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bersabda: “Seorang
muslim adalah orang yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya,
II
dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh
Allah" (HR Bukhori, 9).
Tolak ukur keimanan lainnya adalah kebersihan. Hampir setiap kitab fiqh menyampaikan
bab Thoharoh diawal pembahasan, artinya kebersihan dan kesucian adalah mutlak untuk
menjaga kemurnian ibadah, bahkan seseorang yang muallaf (salah satu dari 8 ashnaf)
disunnahkan untuk mandi besar saat pertama kali masuk Islam. Diantara dalil kebersihan
dapat mencerminkan keimanan adalah
“Dan pakaianmu sucikanlah” (QS. al-Muddattsir: 4)
“Kesucian/bersuci merupakan sebagian dari Iman” (HR. Muslim: 328).
Dalam Islam air adalah aspek yang paling penting dalam fiqh thoharoh dan kebersihan.
Maka indikator kebersihan suatu daerah sangat penting dilakukan, salah satunya dengan
nilai WQI (Water Quality Index) yang dihitung berdasarkan variabel fuzzy pada DO (dissolved
oxygen), BOD (biological oxygen demand), AH (ammoniacal nitrogen), SS (suspended
solid) dan pH (Bai, et al, 2009)
Lembaga pendidikan Islam non pesantren dalam hal ini adalah sekolah Islam terpadu
baik dari jenjang Paud, TK, SD, SMP dan SMA yang disertai lembaga pendidikan Islam
lainnya. Menurut Salam S (1965), ada hubungan timbal balik antara gerakan amal
usaha dan perkembangan dunia pendidikan. Konsep pendidikan ini didominasi oleh
Muhammadiyah yang memiliki Majelis khusus untuk pengentasan masalah kemiskinan
dan kesejahteraan masyarakat (PKU) dan majelis Ekonomi serta Majlis wakaf dan
kehartabendaan.
II
B. Bantuan ke Lembaga Pendidikan Islam
Badruddin et al (2012) menyebutkan sejak pesantren masuk dalam UU Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka pesantren berada dalam pusaran tarik
menarik kepentingan antara masyarakat dengan Pemerintah karena ketidak jelasan
regulasi dan alokasi anggaran, jadi sangat bergantung pada kebijakan pemda setempat.
Dalam konteks maqoshid syariah, Peran pemerintah terhadap lembaga pendidikan Islam
adalah sebagai bentuk dukungan untuk menjaga agama dan akal masyarakatnya.
D. Tingkat Integritas
Dari Abu hurairah Rasulullah bersabda,
Barangsiapa yang menipu kami, maka ia tidak termasuk golongan kami.” (HR.
Muslim no. 101)
Hadist diatas menjelaskan tidak termasuk golongan orang yang beriman orang yang
berlaku curang termasuk korupsi, Rehman dan Askari (2010) menjadikan indeks korupsi
sebagai salah satu indikator indeks ekonomi Islam suatu negara.
Konsep efisiensi dalam definisi produktivitas George J Washin, sangat berhubungan erat
dengan kualitas SDM, sedangkan konsep efektifitas sangat berhubungan erat dengan
pencapaian program pemerintah yang berperan sebagai motor penggerak daya saing
dan kualitas SDM. Sedangkan pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat menjadi tolak
ukur secara kuantitatif dari output yang dihasilkan suatu daerah dari input APBD pada
suatu periode tertentu.
Nur Afinah S, Roychansyah (2016) menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara tingkat
daya saing dengan tingkat kreativitas. Adapun kecenderungan yang didapatkan adalah
klasifikasi besaran kota memengaruhi hasil pemeringkatan yakni kota-kota metropolitan
memiliki tingkat kreativitas yang tinggi dibanding daerah lainnya dipulau Jawa.
Senada dengan hal tersebut, Teori Vernon memperkenalkan pentingnya inovasi guna
memenangkan daya saing internasional menjadi model banyak perusahaan-perusahaan
di dunia.
II
Selain itu budaya yang tertanam didalam seorang pengusaha juga akan mempengaruhi
keseluruhan pengendalian manajemen yang diterapkan oleh wirausahawan tersebut
khususnya tingkat produktvitas dan kewirausahaan (Rianti, 2109)
Produktifitas suatu daerah dapat diukur dari pertumbuhan pendapatan Asli suatu daerah
dari tahun ke tahun (Hamzah, 2015), hal ini mengindikasikan kinerja keuangan daerah
yang baik yang dapat mencerminkan kemandirian ekonomi suatu daerah (Pilat dan Moras,
2017), sedangkan Nasir MS (2019) ada hubungan positif antara peningkatan PAD dan
PDRB. Model kuantifikasinya dapat digambarkan sebagai berikut:
PADn – PADn – 1
x 100%
PADn
Menurut Abdullah et al, (2015). zakat dalam terminologi ekonomi memiliki efek positif
pada aggregate konsumsi, tabungan, investasi, aggregate supply tenaga kerja, pengentasan
kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi, artinya dapat meningkatkan jumlah pengusaha
dan skala usahanya.
Daya saing juga dapat dilihat dari hubungan antara pertumbuhan demografi dan
pertumbuhan ekonomi (Kelley & Schmidt, 1995), dan tentunya tingkat Pendidikan suatu
daerah yang dapat diukur melalui angka partisipasi murni BPS.
Menurut Wijayanto dan Ode (2019), tenaga kerja merupakan salah satu sumberdaya yang
sangat penting dalam mendorong pertumbuhan dan kemajuan ekonomi suatu negara.
Diantara kendala dalam penciptaan lapangan kerja adalah birokrasi pembukaan usaha
baru, daya saing tenaga kerja dan aspek kelembagaan.
B. Visi Pembangunan
Menurut Porter (1990) dalam Cho dan Moon (2003) kesuksesan dan daya saing industri
dapat diukur dari visi dan misi yang jelas, dinamis dan sesuai dengan pola permintaan,
strategi perusahaan dan struktur persaingan, serta industri pendukung dan industri terkait.
Menurut Suryani (2011), Konsep keadilan ekonomi dalam Islam berbeda secara mendasar
dengan konsep keadilan dalam kapitalisme dan sosialisme. Keadilan ekonomi dalam Islam,
selain didasarkan pada komitmen spritual, juga didasarkan atas konsep persaudaraan
universal sesama manusia yang lebih meprioritaskan pada pengentasana kemiskinan,
pengurangan pengangguran dan pemerataan kesejahteraan melalui instrument keuangan
sosial Islam.
Dumairy (1997) mengatakan untuk menilai tingkat keparahan dari ketimpangan pendapatan
dapat diukur melalui kurva lorenz dan indeks gini. Kurva Lorenz diciptakan oleh Conrad
Lorenz pada tahun 1905. Kurva ini menggambarkan hubungan antara jumlah penduduk
II
dan distribusi pendapatan. Sedangkan Indeks Gini atau Koefisien Gini adalah hasil
kuantifikasi dari Konsep Kurva Lorenz yang diciptakan oleh Corrado Gini di tahun 1912.
berikut model kuantifikasi pada gini ratio.
Nilai GR terletak antara nol sampai dengan satu. Bila GR = 0, ketimpangan pendapatan
merata sempurna, artinya setiap orang menerima pendapatan yang sama dengan yang
lainnya. Bila GR = 1 artinya ketimpangan pendapatan timpang sempurna atau pendapatan
itu hanya diterima oleh satu orang atau satu kelompok saja.
B. Indeks Atkinson
Indeks Atkinson adalah dikembangkan oleh Anthony Barnes Atkinson. Pengukuran indeks
Atkinson dimulai dengan konsep EDE (Equally Distributed Equivalent) yaitu level pendapatan
yang jika pendapatan tersebut dihasilkan oleh per kapita dalam distribusi pendapatan,
maka semua individu tersebut dimungkinkan untuk mencapai level kesejahteraan yang
sama. Nilai indeks Atkinson berkisar antara nol sampai satu, satu mengindikasikan
kesenjangan yang sangat tinggi dan sebaliknya.
suatu daerah sebagaimana yang dilakukan Walidi (2006), Muslim Sarip (2010) dan Hamzah
(2015). Analisis ini akan melihat bagaimana peningkatan PAD memiliki hubungan yang
positif dengan PDRB. Model Kuantifikasinya dapat ditunjukkan sebagai berikut:
PADn – PADn – 1
PADRBn – PDRBn–1
Sayekti (2014) menilai jaminan produk halal atas suatu produk sangat dibutuhkan dalam
perkembangan industri Halal baik dengan fasilitas Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan
dan Kosmetika MUI (LPPOM) dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH).
Menurut Global Islamic Economy Indicator (GIEI, 2018) ada 6 indikator dalam mengukur
perkembangan industri halal di Indonesia, 5 diantaranya bergerak disektor riil, yaitu
perkembangan industri makanan halal yang bisa dibuktikan dengan jumlah industri makan
yang bersertifikasi halal, halal travel berupa destinasi wisata halal dan ketersediaan hotel halal
bersertifikasi, halal fashion, halal media dan recretioan serta kosmetik dan obat-obatan halal.
II
2.4 PILAR 4 (ZAKAT)
Dalam Indeks Literasi Zakat (2019) disebutkan tujuan ILZ sebagai alat ukur untuk
mengevaluasi keberhasilan program-program edukasi zakat yang dilaksanakan oleh institusi
zakat. Hal ini bisa menjadi bukti efektifitas program kelembagaan zakat didaerahnya
masing-masing. Menurut Ahmad Juwaini (2019) kemudahan semua stakeholder zakat
baik dari mustahik, muzakki, pemerintah, swasta dan masyarakat lainnya dalam berzakat
adalah poin utama untuk mewujudkan Indonesia Ramah zakat.
Lubis D, et al (2018) melakukan evaluasi performa institusi zakat dalam mengelola dan
zakat dan efek zakat bagi kesejahteraan mustahik di Yogyakarta. Sumber data adalah
primer melalui kuesioner yang disebar melalaui survey, metode analisis yang digunakan
adalah IZN (Indeks Zakat Nasional) yang diterbitkan oleh BAZNAS. Hasilnya menunjukkan
pengelolaan zakat di Yogyakarta cukup baik dengan nilai indeks 0.4338. Bastiar Y, Bahri
ES. (2019) menjelaskan secara deskriptif model-model yang dapat menjadi alat ukur
untuk meneliti efisiensi dana zakat berdasarkan kelebihan dan kekurangannya diantaranya
Indeks Desa Zakat (IDZ), Indeks Zakat Nasional (IZN), Center of Islamic Business and
Economic Studies (CIBEST), International Standard of Zakat Management (ISZM), dan
Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ).
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan
yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu,
yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Shoof 10-11)
Pemenuhan hak-hak golongan diatas termasuk bagian dari menjaga keutuhan syariat
agama untuk diterapkan, sebagaimana yang pernah dilakukan khalifah Abu Bakar as
Shiddiq yang berusaha menjaga kemurnian agama Islam dengan memerangi golongan
yang enggan membayar zakat.
Aspek dhoruriyah dalam dalam konteks tujuannya/ maqoshid syariah terbagi menjadi lima
yaitu menjaga agama, jiwa, akal, harta, dan keturunan. Semua tujuan ini dapat dianggap
sebagai first impact dari terimplementasinya konsep zakatnomics.
Hifzhu Diin
Hifzhu 'Aql
Mashlahah Haajiyah
Hifzhu Maal
Tahsiniyyah
Hifzhu Nasl
II
tahsiniyyah, dimana pengajian banyak dilakukan serta angka kemiskinan dan pengangguran
sangat rendah sehingga dalam konteks daerah atau negara akan melahirkan baldatun
thoyyibatu wa robbun ghofuur, sebagaimana yang Allah sebutkan dalam surat Saba’ ayat 15.
Ibnu Katsîr rahimahullah menjelaskan makna dari baldatun thoyyibatu warobbun ghofur:
“di negeri mereka sama sekali tidak ada lalat, nyamuk, kutu, dan hewan-hewan yang
berbisa. Hal itu karena cuaca yang baik, alam yang sehat, dan penjagaan dari Allâh,
agar mereka mentauhidkan-Nya dan beribadah kepada-Nya”. [Tafsir Ibnu Katsîr, 6/507].
Itulah aspek tahsiniyyah yang Allah berikan sebagai balasan atas ketaatan mereka
terhadap hukum Allah.
Selain itu, di ayat lain disebutkan, puncak kesejahteraan suatu bangsa adalah keberkahan
yang Allah buka dari langit dan bumi. Sebagaimana Allah sebutkan dalam surat al-A’rof
no 96
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami
akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi……. “
Syarat dari keberkahan itu adalah iman dan takwa yang merupakan pilar pertama dari
zakatnomics. Sedangkan baldatun toyyibatun digambarkan dengan pemenuhan akses
ekonomi yang adil, penerapan ekonomi syariah disemua lini, termasuk diantaranya
meningkatnya produktifitas disektor industri halal dan bertambahnya jumlah muzakki
dan turunya persentase mustahik.
SERTA INDIKATOR
B
BA
INDEKS PEMBANGUNAN
ZAKATNOMICS
D ari telaah pustaka dan acuan landasan teori pembentukan pilar-pilar pembangunan
zakatnomic dibab sebelumnya, maka dalam Bab ini pilar-pilar tersebut akan diturunkan
dalam bentuk Dimensi, Variabel dan Indikator yang terukur secara kuantitatif. Skala
likert digunakan untuk mendeskripsikan persentase impelementasi pilar pembangunan
zakatnomics suatu daerah.
Dimensi dan variable tersebut merupakan suatu kesatuan yang terhubung satu sama
lain. Maka untuk melihat hubungan antara pilar dan dimensi dalam zakatnomics maka
peneliti membuat suatu system berpikir yang sistematis dalam bentuk Causal Loop
Diagram, sebagai ringkasan umum dari hubungan sebab akibat antara dimensi-dimensi
yang muncul disetiap pilar zakatnomics.
Hubungan sebab akibat dalam diagram tersebut bersifat positif, artinya bila satu dimensi
meningkat maka yang lainnya ikut meningkat. Selanjutnya untuk melihat peningkatan
masing-masing dimensi dalam pilar-pilar zakatnomics tersebut dapat diukur secara
kuantitatif pada sub bab selanjutnya.
Pilar 1: Spiritualitas
(Suryani, 2010)
Jumlah Masjid (Alba, 2011) Rasio Jumlah Masjid Terhadap
dan Musholla IDZ (2018), JPM
Dukungan Qodaruddin et al (2016)
Infrastruktur
(Ref: QS Attaubah Lembaga
(Djaelani, 2013), Achmadi Rasio Jumlah LPI Non Pesantren
18, Nurul Jannah Pendidikan Islam
(2010), Salam S (1965) Terhadap JPM
(2016) non Pesantren
Dukugan Regulasi Bantuan ke LPI (Verhoeven et al., 1999), Nilai Jumlah bantuan Pemerintah
(Ref: Kholish, N, dan Pesantren (Badruddin et al (2012), ke LPI (Laporan Keuangan &
2013) (Syafingi, (Mazidah S, 2018), Kinerja Pemda)
2012). Noval (2019)
Indeks Persepsi (Kalin & Siddiqui, 2016) Tingkat Intregitas Suatu Daerah
Korupsi (Shohih Muslim 101), Rehman (KPK dan BPS)
dan Askari (2010)
Pilar 2: Produktifitas
D ari hasil kajian yang dilakukan, telah diperoleh hasil indikator penyusun Indeks
Pembangunan Zakatnomics (IPZN), bobot setiap indikator pembentuk IPZN, dan
model estimasi penghitungannya. Penentuan indikator serta bobot setiap indikator dan
variabel diperoleh dengan metode literature review, FGD serta expert judgement. Model
estimasi penghitungan diperoleh dari kajian yang dilakukan oleh tim peneliti.
Kemudian, dari keempat dimensi tersebut dikembangkan menjadi empat variabel pada
dimensi spiritualitas yaitu variabel Hubungan Vertikal, Hubungan Horizontal, Dukungan
Infrastruktur, dan Regulasi. Produktivitas diuraikan kembali dalam empat variabel, yaitu Daya
Saing, Budaya Produktif, Kualitas SDM, Dan Peran Pemerintah. Dimensi Asas Ekonomi Halal
dikembangkan pula menjadi empat dimensi, yaitu Distribusi Pendapatan, Akses Ekonomi,
Industri Halal, dan Praktik Pembiayaan Syariah. Dan Institusi zakat diuraikan dengan
tiga dimensi yaitu literasi zakat, kinerja zakat dan kepedulian sosial. Adapun gambaran
keseluruhan komponen penyusunan IPZN beserta kontribusi dapat dilihat pada tabel 6.
Adapun secara terperinci 15 variabel yang menyusun IPZN dibagi menjadi 40 indikator
yang akan dijelaskan sebagaimana berikut. Variabel hubungan vertikal disusun oleh 2
indikator yaitu modified spritual poverty line dan potensi rawan pemurtadan. Variabel yang
kedua, yaitu hubungan horizontal disusun oleh tiga indikator yaitu tentang kebersihan,
keamanan, dan indeks kebahagiaan. Variabel ketiga yaitu dukungan infrastruktur disusun
oleh tiga indikator diantaranya jumlah masjid dan musholla, lembaga pendidikan Islam
non pesantren, dan jumlah pesantren. Variabel terakhir pada dimensi pertama yaitu
dukungan regulasi disusun oleh tiga indikator diantaranya ialah jenis perda syariah,
bantuan kegiatan keislaman, dan kesadaran anti korupsi.
Pada dimensi produktivitas, variabel pertama yaitu daya saing disusun oleh tiga indikator
yaitu transparansi, inovasi dan kreatifitas, dan kemiskinan. Variabel kedua yaitu budaya
produktif disusun oleh tiga indikator, antara lain ialah jumlah pengusaha, pertumbuhan
UMKM, dan PAD (Pendapatan Asli Daerah). Variabel ketiga yaitu kualitas SDM disusun
oleh empat indikator diantaranya ialah IPM Islami, tingkat pengangguran, demografi dan
ekonomi, dan tingkat APM. Variabel terakhir pada dimensi ini, yaitu peran pemerintah
terdiri atas tiga indikator, yang pertama pelatihan skill & keterampilan, yang kedua visi
dan misi, dan yang ketiga indeks pembangunan desa.
Selanjutnya dimensi ketiga yaitu asas ekonomi halal terdapat empat varibel, variabel
pertama distribusi pendapatan disusun oleh dua indikator yaitu gini ratio/atkinson dan
elastisitas PAD terhadap PDRB. Variabel kedua yaitu akses ekonomi disusun oleh tiga
indikator, antara lain ialah equal acces to employment, equal acces to financial service,
dan daya beli konsumen. Variabel ketiga yaitu industri halal disusun oleh dua indikator
yaitu jumlah sektor industri halal dan sertifikasi halal LPPOM. Variabel terakhir pada
dimensi ketiga yaitu praktik ekonomi sariah disusun oleh tiga indikator diantaranya ialah
praktik riba, nasabah bank syariah, dan praktik zakat oleh muzakki.
Dan yang terakhir dimensi keempat yaitu zakat terdapat tiga varibel, variabel pertama literasi
zakat disusun oleh dua indikator yaitu indeks literasi zakat dan wakaf dan persentase
dana zakat yang masuk via bank syariah. Variabel kedua yaitu kinerja lembaga zakat
disusun oleh tiga indikator, antara lain ialah indeks zakat nasional, indeks ramah zakat,
dan peran dalam SDGS. Variabel terakhir pada dimensi ini yaitu kepedulian sosial disusun
oleh satu indikator yaitu jumlah lembaga sosial keislaman. Secara ringkas, gambaran
komponen penyusun IPZN dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
Dimana:
: Total nilai Indeks
: Nilai pembobotan pada dimensi i
: Nilai pembobotan pada variabel n di dimensi i
1. Penghitungan hasil nilai skala likert pada setiap variabel serta dimensi IPZN:
Dimana:
Dimana:
: Nilai total Indeks Pembangunan Zakatnomics
: Nilai Indeks Pembangunan Zakatnomics untuk dimensi pertama
: Nilai Indeks Pembangunan Zakatnomics untuk dimensi kedua
: Nilai Indeks Pembangunan Zakatnomics untuk dimensi ketiga
: Nilai Indeks Pembangunan Zakatnomics Z untuk dimensi keempat
P otensi penghimpunan zakat di Indonesia terbilang cukup besar. Hasil dari beberapa studi
menunjukan bahwa potensi penghimpunan zakat di Indonesia bisa mencapai Rp.230
Triliun yang mencapai 1.5% dari total GDP 2018. Penghimpunan yang berhasil dilakukan
oleh organisasi pengelola zakat secara nasional pada tahun 2018 mencapai angka Rp.8
Triliun. Jika kita melihat perbandingan nilai potensi dan realisasi penghimpunan terdapat
gap yang cukup besar, sehingga diperlukan upaya-upaya edukasi kepada masyarakat
terkait perzakatan yang diharapakan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat luas
dalam menunaikan zakat.
Komponen Indeks Pembangunan Zakatnomics terdiri dari 4 dimensi utama yaitu dimensi
Keimanan, Produktivitas, Keadilan Ekonomi, dan Institusi Zakat. Keempat dimensi tersebut
terbagi menjadi beberapa variabel serta indikator yang merepresentasikan kedua dimensi
utama dalam Indeks Pembangunan Zakatnomics. Maka melalui empat dimensi inilah
pemahaman masyarakat Indonesia terhadap zakat akan dinilai. Adapun hasil dari penilaian
pemahaman masyarakat terkait perzakatan melalui Indeks Pembangunan Zakatnomics
akan menjadi rekomendasi bagi stakeholders zakat baik itu pemerintah, otoritas zakat
dan juga organisasi pengelola zakat sebagaimana hal berikut:
1. Kajian Indeks Pembangunan Zakatnomics dapat menjadi sebuah standar alat ukur (a
standard measurement) yang presisi bagi para stakeholders zakat untuk mengetahui
tingkat keberhasilan edukasi zakat dan tingkat pemahaman masyarakat terhadap
zakat dari waktu ke waktu.
2. Hasil pengukuran menggunakan Indeks Pembangunan Zakatnomics nantinya dapat
menjadi sebuah referensi awal bagi para stakeholders zakat dalam menentukan
wilayah yang akan menjadi target program edukasi zakat secara efektif dan efisien.
3. Hasil dari pengukuran menggunakan Indeks Pembangunan Zakatnomics dapat menjadi
informasi awal dan bahan evaluasi bagi para stakeholders zakat terutama pemerintah
dan otoritas zakat dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan zakat.
4. Hasil dari pengukuran menggunakan Indeks Pembangunan Zakatnomics juga dapat
memperkaya database perzakatan nasional khususnya terkait dengan perkembangan
pembangunan ekonomi daerah berbasiskan Zakatnomics.
V
Terakhir, sebagai dokumen yang hidup (living document), penelitian tentang konsep Indeks
Pembangunan Zakatnomics memiliki ketebatasan waktu dan ruang. Oleh karenanya,
konsep kajian Indeks Pembangunan Zakatnomics ini dapat disesuaikan dengan berbagai
kondisi pengelolaan zakat di Indonesia di masa yang akan datang. Sehingga, konsep
Indeks Pembangunan Zakatnomics akan terus memberikan manfaat dalam berbagai
situasi dan kondisi.
Abd. Wahab, N., Zainol, Z., & Abu Bakar, M. (2017). Towards developing service quality
index for zakat institutions. Journal of Islamic Accounting and Business Research,
8(3), 326–333.
Abdelmawla, M. A. (2014). The Impacts of Zakat and Knowledge on Poverty Alleviation in
Sudan: An Empirical Investigation. Journal of Economic Cooperation and Development
(Vol. 35).
Abdullah N, Derus, AM, Al Malkawi HAN, (2015). The effectiveness of zakat in alleviating
poverty and inequalities A measurement using a newly developed technique. Jornal
Humanomics 31 (3) hal 314-329
Achmad RF, Regina P, Natasya, V. 2015. Perda Syariah dalam Otonomi Daerah. Artikel Ilmiah,
Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Depok.
Adam, L, 2017. Membangun Daya Saing Tenaga Kerja Indonesia Melalui Peningkatan
Produktivitas. Jurnal Kependudukan Indonesia 11 (2) hal 71-84
Adriana, A., & Ritonga, I. T. (2018). Analysis of Local Financial Management Transparency
Based on Websites on Local Government in Java. Jurnal Dinamika Akuntansi, 10(1),
13–26.
Agustin, H., & Arza, F. I. (2020). Potrait of Accountability and Transparency in Local Budget
Management by the Regional Government in West Sumatera Province, Indonesia: An
Anomaly in Digital Era. Advances in Economics, Business and Management Research,
(124) 154–166.
Alba, C. (2011). Studi Aktivitas Masjid Kampus dan Pembinaan Iman dan Taqwa Bagi
Mahasiswa di Perguruan Tinggi Umum (Studi ke Arah Perumusan Standardisasi Masjid
Kampus dan Model Bina IMTAQ di PTU JABAR). Jurnal Sosioteknologi, 22, 1022–1042.
Al-Bukhari, al-Imam al-Hafidz Abi ’Abdillah Ibn Isma’il, 2003. Shahīhu-l-Bukhāri Kitaabul Iman,
Dār Ibn Hazm, Beirut-Libanon,
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-’Asqolani, (tt) Fathul Baari Syarhu Shahih al-Bukhari. Daarul Kutub
asSalafiyyah.
Alim, M. 2010. Perda Bernuansa Syariah dan Hubungannya Dengan Konstitusi. Jurnal Hukum
1 (17), 119 – 142
Ansor, M., Zubir, & Abu Bakar, M. (2011). Hubungan Antara Religiusitas dan Sikap Terhadap
Penerapan Syariat Islam di Kota Langsa – Propinsi Aceh. Jurnal Hukum Islam, (11)
1, 131-147
Arofata Tsalas, N., Jajang W Mahri, A., & Rosida, R. (2019). Zakat Compliance Behaviour:
Good Corporate Governance with Muzakki’s Trust Approach (Survey on Muzakki of the
National Board of Zakat (BAZNAS) in Garut). KnE Social Sciences, 3(13), 796.
Ascarya, Rahmawati S, Sukmana r, 2016. Measuring The Islamicity of Islamic Bank in Indonesia
and Other Countries Based on Shari’ah Objectives. presented at “11th Islamic Conference
on Islamic Economics and Finance”, organized by IIUM, IRTI-IDB and IAIE, Malaysia
Aspandi, A. (2015). Pemikiran Nurcholis Madjid Tentang Pendidikan Pesantren Terhadap
Kehidupan Sosial Masyarakat. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Syekh
Nurjati Cirebon
Awan, H. M., & Khuram, S. S. (2011). Customer’s criteria for selecting an Islamic bank:
Evidence from Pakistan Sustainability View project Corporate Image View project.
Article in Journal of Islamic Marketing. https://doi.org/10.1108/17590831111115213
Badrudin, Purwanto Y, Siregar, CN, 2017. Pesantren dalam Kebijakan Pendidikan Indonesia.
Jurnal Lektur Keagamaan, 15 (1), hal 233-272
Bai, R., Bouwmeester, R., & Sankar, M. (2009). Fuzzy logic Water Quality index and importance
of Water Quality Parameters (Vol. 2).
Bastiar Y, Bahri ES. (2019). Model Pengukuran Kinerja Lembaga Zakat di Indonesia. Ziswaf
(Jurnal Zakat dan Wakaf) 6 (1), 43-64
Baumol, W. J. (1996). Entrepreneurship: Productive, unproductive, and destructive. Journal
of Business Venturing, 11(1), 3–22.
Beik, I. S., & Arsyianti, L. D. (2016). Measuring Zakat Impact on Poverty and Welfare Using
CIBEST Model. Journal of Islamic Monetary Economics and Finance, 1(2), 141–160.
Chen, J., & Fleisher, B. M. (1996). Regional Income Inequality and Economic Growth in China
1. Journal of Comparative Economics 22, (2).
Cho, Dong-Sung and Moon, Hwy-Chang. (2003). From Adam Smith to Michael Porter: Evolusi
Teori Daya Saing. (Terjemahan Erly Suandy). Edisi Pertama. Jakarta: PT. Salemba Empat.
Djaelani, M. S. (2013). Peran Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga dan Masyarakat.
Jurnal Ilmiah WIDYA (Vol. 100).
Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta
Elasrag, H. (2017). Halal Industry: Key Challenges and Opportunities - Hussein Elasrag -
Google Buku. https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=8iykDwAAQBAJ&oi=fnd&
pg=PT4&dq=halal+industry&ots=VjI9Xcp_QT&sig=6ppuT98EDeOatbIlzLBQHyO8VMw&re
dir_esc=y#v=onepage&q=halal industry&f=false
Fahme, A. (n.d.). An Analysis of Zakat Poverty Line Index and Urban-Rural Poverty in Malaysia.
Friedman, M. (1955). The Role of Government in Education. Rutgers University Press, New
Jersey
Groot, H. L. F. de, Nijkamp, P., & Stough, R. (2004). Entrepreneurship and Regional Economic
Development: A Spatial Perspective - Google Buku. Edward Elgar Publishing. https://
books.google.co.id/books?id=goCoq7c_C0wC&hl=id&source=gbs_navlinks_s
Haraldsoon HV, 2004. Introduction to system Thinking and Causal Loop Diagram. Report in
Ecology and Environmental Engineering. Lund University
Hong, J., Yu, W., Guo, X., & Zhao, D. (2014). Creative industries agglomeration, regional
innovation and productivity growth in China. Chinese Geographical Science, 24(2),
258–268.
Ibnu Qudamah, (2000), Lum’atul I’tiqood al Haadi ilaa Sabiilil Rasyaad. Darul Huda, Riyadh, KSA.
Irawan dan Noval A, (2019). Manajemen Pembiayaan Pendidikan di MTS: Studi Kasus di
MTS. Wihdatul Fikri Kab. Bandung. Jurnal Manajemen Pendidikan 14 (1) hal 73-81
Jannah N, (2016). Revitalisasi Peranan Masjid di Era Modern (Studi Kasus di Kota Medan).
Tesis Pascasarajana Ekonomi Islam UIN Sumatera Utara.
Juwaini, A. (2019). Mewujudkan Indoensia ramah Zakat (habis). [internet] diakses pada 12
april 2020, tersedia pada: https://www.republika.co.id/berita/kolom/ kalam/19/05/21/
pruj3b453-mewujudkan-Indonesia-ramah-zakat- habis
Kadir I, (2015). Hijrah: Kisah Inspiratif Abdurrahman bin Auf [2]. [internet] tersedia pada https://
www.hidayatullah.com/kajian/sejarah/read/2015/10/16/81061/hijrah-kisah-inspiratif-
abdurrahman-bin-auf-2.html
Kalin, M., & Siddiqui, N. (2016). Islam’s Political Disadvantage: Corruption and Religiosity in
Quetta, Pakistan. Politics and Religion, 9(3), 456–480.
Katsir, I, (2004). Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 (Penerjemah, M Abdul Ghoffar, EM, Abdurrahim
Muthi’ dan Abu Ihsan Al Atsari). Pustaka Imam Syafii. Bogor
Kattuah, S. E. (2013). Workforce training for increased productivity in Saudi Arabia. Thesis,
Faculty Business and Law, Victoria University, Melbourne.
Kelley, A. C., & Schmidt, R. M. (1995). Aggregate population and economic growth correlations:
The role of the components of demographic change. Demography, 32(4), 543–555.
Khairunisa, A. (2016). Aktivitas Hubungan Masyarakat Pemerintah Kota Banjarmasin Dalam
Kegiatan Keagamaan. Skripsi, Fakultas Dakwah dan Komunikasi. UIN Antasari.
Kholis N, (2013). Pengaruh Politik dalam Perkembangan Praktik Ekonomi Islam di Indonesia.
Jurnal Millah 12 (3), hal 175-199
Sterman, J. D, 2000, Business Dynamics: Systems Thinking and Modeling for a Complex
World, Irwin: McGraw-Hill.
Kusuma, K. A., & Ryandono, M. N. H. (2016). Zakah index: Islamic economics ’. Indonesian
Journal of Islam and Muslim Societies, 6(2), 273–301.
Lubis D, Hakim DB, Putri YH, (2018). Mengukur Kinerja Pengelolaan Zakat di Badan Amil
Zakat Nasional (BAZNAS). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam. 3(1) pp 1-16
Ma, Y., Tang, H., & Zhang, Y. (2014). Factor Intensity, product switching, and productivity:
Evidence from Chinese exporters. Journal of International Economics, 92(2), 349–362.
Maulana, T. (2019) Wajib Tahu! Ini Sebab Lombok Jadi Destinasi Wisata Halal Utama Indonesia.
[internet] diakses 11 April 2020, tersedia pada https://umroh.com/blog/wajib-tahu-ini-
sebab-lombok-jadi-destinasi-wisata-halal-utama-Indonesia/
Mazidah, s. (2018). Manajemen Pembiayaan BOS Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Pondok Pesantren. Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 3(1), hal 41-48
Mifrahi MN, Fakhrunnas F. 2018. Indonesian Islamic bank’s peformance under Maqāid
Based Performance Evaluation Model (MPEM). Jurnal Ekonomi dan Keuangan Islam,
4 (2) pp 93-103
Mohd Ali, A. F., Ab. Aziz, M. R., & Ibrahim, M. F. (2014). Zakat Poverty Line Index and Urban-
Rural Poverty in Malaysia: A Critical Analysis. Pensee Journal, 76 (7), 46–57.
Mundell, Marvin E. (1983). Improving Productivity and Effectiveness, New Jersey, USA,
Prentice Hall
Nasir, MS, (2019). Analisis Pengaruh PAD Terhadap PDB Setelah Satu Dekade Otonomi
Daerah. Jurnal Ilmu Ekonomi dan Pembangunan 19 (2) hal 73-84
Noor, M. S. M., Anas, N., Zulkipli, S. N., Bhari, A., Aziz, N. H., Rani, M. A. M., & Mad, S. (2017).
Indicators of Business Zakat amongst Small Business: Concept and Contemporary
Needs. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences,
7(6), 1142–1157.
Nur Afinah S, Roychansyah, (2016). Hubungan Tingkat Daya Saing (Competitiveness) Dengan
Tingkat Kreativitas (Creativity) Kota-Kota di Pulau Jawa. Skripsi, Universitas Indonesia, Depok.
Nurzaman, M. S. (2016,). Evaluating the Impact of Productive Based Zakat in The Perspective
of Human Development Index: A Comparative Analysis. Kyoto Bulletin of Islamic Area
Studies, 44-62.
Suryani. (2010). Analisis Sebaran Masjid dan Kemakmurannya di Kecamatan Simo Kabupaten
Boyolali Dengan Bantuan Sistem Informasi Geografis. Skripsi, Prodi Geografi, Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Syafingi HM, (2012). Internalisasi Nilai-Nilai Hukum Islam dalam Peraturan Daerah Syariah
di Indonesia. Jurnal Pandecta 7 (2), hal 135-146
Thomson Reuter & DinarStandard, (2019). An Inclusive Ethical Economy State of the Global
Islamic Economy Report 2018/19. Dubai International Finance Centre.
Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2012). Economic development. Boston, Mass: Addison-Wesley.
Verhoeven, M., Gupta, S., & Tiongson, E. (1999). Does Higher Government Spending Buy
Better Results in Education and Health Care?. International Monetary Fund Working
Paper No. 99/21
Vulandari, R. T. (2016). Pengelompokan Tingkat Keamanan Wilayah Jawa Tengah Berdasarkan
Indeks Kejahatan dan Jumlah Pos Keamanan Dengan Metode Klastering K-MEANS.
Jurnal Ilmiah SINUS, 14(2)
Washin, Gorge J. 1980. Productivity Handbook for State and Local Government. New York,
Wiley-Interscience
Wijayanti, M. (2015). Aborsi Akibat Kehamilan yang Tak Diinginkan (KTD): Kontestasi Antara
Pro-Live dan Pro-Choice. ANALISIS: Jurnal Studi Keislaman, 15 (1) hal 43-62
Wijayanto H, Ode S, 2019. Dinamika Permasalahan Ketenagakerjaan dan Pengangguran di
Indonesia, Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan 10 (1) hal 1-8
World Bank. 2010. Indonesia Skills Report Trends in Skills Demand, Gaps, and Supply in
Indonesia. Jakarta: World Bank
Zaman, M. R. (2008). View of Usury (Riba) and the Place of Bank Interest in Islamic Banking
and Finance. The International Journal of Banking and Finance, 6, 1–15.
[CAF] Charity Aid Foundation, 2019. World Giving Index 2018, a Global View of Giving Trends.
CAF available at cafonline.org
[Puskas BAZNAS] Pusat LAjian Strategis Badan Amil Zakat Nasional. 2019. Kajian Konsep
Dasar Zakatnomics. Jakarta. BAZNAS.
_______________. 2017. Indeks Desa Zakat. Jakarta: BAZNAS.
_______________. 2017. Sebuah Kajian Zakat on SDGs, Peran Zakat Dalam SDGs Untuk
Pencapaian Maqashid Syariah. Jakarta: BAZNAS.
_______________. 2018. Indeks Rawan Pemurtadan, Konsep dan Implementasi Pengukuran:
Jakarta BAZNAS.
_______________. 2018. Panduan Penghitungan Zakat. Konsep, Aplikasi, dan Contoh Kasus di
Indonesia. Jakarta: BAZNAS.
_______________. 2019. Indeks Literasi Zakat, Teori dan Konsep. Jakarta: BAZNAS.
_______________. 2019. Indikator Pemetaan Potensi Zakat. Jakarta: BAZNAS.
_______________. 2019. Zakatnomics Sektor Perdagangan dan Jasa: Jakarta BAZNAS.
_______________. 2019. Zakatnomics Sektor Pertambangan dan Manufaktur: Jakarta BAZNAS.
_______________. 2019. Zakatnomics Sektor Pertanian di Indonesia: Jakarta BAZNAS.
SKALA LIKERT
DIMENSI
1 (Tidak Baik) 2 (Kurang Baik) 3 (Cukup Baik) 4 (Baik) 5 (Sangat Baik)
Spritual Poverty line 0,00-0,20 Spritual Poverty line0,21-0,40 Spritual Poverty line 0,41-0,60 Spritual Poverty line 0,61-0,80 Spritual Poverty line 0,81-0,100
Hubungan Vertikal Tingkat Rawan Pemurtadan Tingkat Rawan Pemurtadan Tingkat Rawan Pemurtadan Tingkat Rawan Pemurtadan
Rendah 0,00 - 0,25 Cukup tinggi 0,26 - 0,50 Rendah 0,51 - 0,75 Rendah 0,75 - 1,00
Indeks Kebersihan 0,00-0,20 Indeks Kebersihan 0,21-0,40 Indeks Kebersihan 0,41-0,60 Indeks Kebersihan 0,61-0,80 Indeks Kebersihan 0,81-1,00
Indeks Kebahagiaan 0,00-0,20 Indeks Kebahagiaan 0,21-0,40 Indeks Kebahagiaan 0,41-0,60 Indeks Kebahagiaan 0,61- Indeks Kebahagiaan 0,81-1,00
Hubungan Horizontal
0,80
Rank Keamanan BPS 29-34 Rank Keamanan BPS 22-28 Rank Keamanan BPS 15-21 Rank Keamanan BPS 8-14 Rank Keamanan BPS 1-7
Rasio Masjid dan Musholla Rasio Masjid dan Musholla Rasio Masjid dan Musholla Rasio Masjid dan Musholla Rasio Masjid dan Musholla
dan adalah 0-0,003 dari JPM dan adalah 0,004-0,007 dari dan adalah 0,008-0,01 dari dan adalah 0,011-0,014 dari dan adalah 0,015-0,02 dari
JPM JPM JPM JPM
Dukungan Infrastruktur Rasio LPI non Pesantren dan Rasio LPI non Pesantrendan Rasio LPI non Pesantren dan Rasio LPI non Pesantren dan Rasio LPI non Pesantren dan
adalah 1:50000 dari JPM adalah 1:40000 dari JPM adalah 1:30000 dari JPM adalah 1:20000 dari JPM adalah 1:10000 dari JPM
Rasio Pesantren dan adalah Rasio Pesantren dan adalah Rasio Pesantren dan adalah Rasio Pesantren adalah Rasio Pesantren adalah
1:50000 dari JPM 1:40000 dari JPM 1:30000 dari JPM 1:20000 dari JPM 1:10000 dari JPM
Tidak ada Perda Syariah Jumlah Perda Syariah 1-2 Jumlah Perda Syariah 3-4 Jumlah Perda Syariah 5-7 Jumlah Perda Syariah 8-10
Tidak ada bantuan Ada 1-2 bantuan Pemerintah Ada 3-4 bantuan Pemerintah Ada 5-7 bantuan Pemerintah Ada 8-10 bantuan Pemerintah
Pemerintah ke Lembaga ke Lembaga Pendidikan Islam ke Lembaga Pendidikan ke Lembaga Pendidikan ke Lembaga Pendidikan Islam
Dukungan Regulasi
Pendidikan Islam Islam Islam
Indeks Persepsi Korupsi Indeks Persepsi Korupsi Indeks Persepsi Korupsi Indeks Persepsi Korupsi Indeks Persepsi Korupsi
0,00-0,20 0,21-0,40 0,41-0,60 0,61-0,80 0,81-1,00
PILAR ZAKATNOMICS 2: PRODUKTIFITAS
SKALA LIKERT
DIMENSI
1 (Tidak Baik) 2 (Kurang Baik) 3 (Cukup Baik) 4 (Baik) 5 (Sangat Baik)
Indeks Inovasi Daerah Indeks Inovasi Daerah Indeks Inovasi Daerah Indeks Inovasi Daerah Indeks Inovasi Daerah
0,00 – 0,20 0,21 – 0,40 0,41 – 0,60 0,61 – 0,80 0,81 – 1,00
Daya Saing Persentase kemiskinan diatas 41% Persentase Kemiskinin 31-40% Persentase Kemiskinin 21-30% Persentase Kemiskinin 11-20% Persentase Kemiskinin 0 %-10%
Rasio∑ Pengusaha terhadap Rasio∑ Pengusaha terhadap Rasio∑ Pengusaha Rasio∑ Pengusaha Rasio ∑ Pengusaha terhadap
JPM 1-5% JPM 6-10% terhadapJPM 11-15% terhadapJPM 16-20% JPM 21 - 25 %
Pertumbuhan PAD 1-5% Pertumbuhan PAD 6-10% Pertumbuhan PAD 11-15% Pertumbuhan PAD 16-20% Pertumbuhan PAD 21-25%
Budaya Produktif
Pertumbuhan usaha UMKM
Pertumbuhan usaha UMKM Pertumbuhan usaha UMKM Pertumbuhan usaha UMKM Pertumbuhan usaha UMKM
5-10 setiap tahun KM 5-10
11-15 setiap tahun 16-20 setiap tahun 21-25 setiap tahun >26 setiap tahun
setiap tahun
IPM Islami 0,00 - 0,20 IPM Islami 0,21 - 0,40 IPM Islami 0,41 - 0,60 IPM Islami 0,61 - 0,80 IPM Islami 0,81 - 1,00
ekonomi 0,0 - 0,2 ekonomi 0,21 - 0,4 ekonomi 0,41 - 0,6 ekonomi 0,61 - 0,8 ekonomi 0,81 - 1,00
Tidak ada Perda yang mendukung Ada 1 Perda yang mendukung Ada 2 Perda yang mendukung Ada 3 Perda yang mendukung Ada 4 Perda atau lebih yang
produk UMKM, Lokal seperti produk UMKM, Lokal seperti produk UMKM, Lokal seperti produk UMKM, Lokal seperti mendukung produk UMKM,
Batasan impor etc Batasan impor etc Batasan impor etc Batasan impor etc Lokal seperti Batasan impor etc
DAFTAR PUSTAKA
Indeks Pembangunan Desa Indeks Pembangunan Desa Indeks Pembangunan Desa Indeks Pembangunan Desa Indeks Pembangunan Desa
Peran Pemerintah
0,0 - 0,2 0,21 - 0,4 0,41 - 0,6 0,61 - 0,8 0,81 – 1,00
SKALA LIKERT
DIMENSI
1 (Tidak Baik) 2 (Kurang Baik) 3 (Cukup Baik) 4 (Baik) 5 (Sangat Baik)
Distribusi Pendapatan Gini Rasio/ Indeks Atkinson Gini Rasio/ Indeks Atkinson Gini Rasio/ Indeks Atkinson Gini Rasio/ Indeks Atkinson Gini Rasio/ Indeks Atkinson
<0,60 <0,50 <0,40 <0,30 <0,20
Elastisitas PAD terhadap PDRB Elastisitas PAD terhadap Elastisitas PAD terhadap Elastisitas PAD terhadap Elastisitas PAD terhadap
>0,4 PDRB >0,5 PDRB >0,6 PDRB >0,7 PDRB >0,8
Kemudahan Akses Equal acces to employment Equal acces to employment Equal acces to employment Equal acces to employment Equal acces to employment
Ekonomi >0,6 >0,5 >0,4 >0,3 >0,2
Equal acces to financial Equal acces to financial Equal acces to financial Equal acces to financial Equal acces to financial
service >0,6 service >0,5 service >0,4 service >0,3 service >0,2
Indeks Tendesi Konsumen >0,6 Indeks Tendesi Konsumen Indeks Tendesi Konsumen Indeks Tendesi Konsumen Indeks Tendesi Konsumen
>0,6 >0,6 >0,6 >0,6
Acces to social & Health Acces to social & Health Acces to social & Health Acces to social & Health Acces to social & Health
service >0,6 service >0,5 service >0,4 service >0,3 service >0,2
Perkembangan Jumlah Produk Lokal Jumlah Produk Lokal Jumlah Produk Lokal Jumlah Produk Lokal Jumlah Produk Lokal
Industri Halal bersertifikasi halal 1-5 bersertifikasi halal 6-10 bersertifikasi halal 11-15 bersertifikasi halal 16-20 bersertifikasi halal 21>
Ada 1-2 Industri Halal Ada 3-4 Industri Halal Ada 4-5 Industri Halal Ada 6-7 Industri Halal Ada 8 atau lebih Industri
Halal
Praktik Ekonomi Tingkat Penggunaan Riba 81- Tingkat Penggunaan Riba Tingkat Penggunaan Riba Tingkat Penggunaan Riba Tingkat Penggunaan Riba
Syariah 100 % oleh Masyarakat Muslim 61-80 % oleh Masyarakat 41-60 % oleh Masyarakat 21-40 % oleh Masyarakat 0-20 % oleh Masyarakat
Muslim Muslim Muslim Muslim
Persentase Nasabah Bank Persentase Nasabah Bank Persentase Nasabah Bank Persentase Nasabah Bank Persentase Nasabah Bank
Syariah 0-20% dari JPM Syariah 21-40% dari JPM Syariah 41-60% dari JPM Syariah 61-80% dari JPM Syariah 81-100% dari JPM
Partisipasi ZISWAF 0-20% dari Partisipasi ZISWAF 21-40% Partisipasi ZISWAF 41-60% Partisipasi ZISWAF 61-80% Partisipasi ZISWAF 81-100%
JPM dari JPM dari JPM dari JPM dari JPM
PILAR ZAKATNOMICS 4: ZAKAT
SKALA LIKERT
DIMENSI
1 (Tidak Baik) 2 (Kurang Baik) 3 (Cukup Baik) 4 (Baik) 5 (Sangat Baik)
Sosialiasi Indeks Literasi Zakat& Wakaf Indeks Literasi ZISWAF >0,4 Indeks Literasi ZISWAF >0,6 Indeks Literasi ZISWAF >0,8 Indeks Literasi ZISWAF = 1,00
Pengetahuan Zakat >0,2
Persentase Dana Zakat yang Persentase Dana Zakat yang Persentase Dana Zakat yang Persentase Dana Zakat yang Persentase Dana Zakat yang
masuk via Bank Syariah masuk via Bank Syariah masuk via Bank Syariah masuk via Bank Syariah masuk via Bank Syariah
dengan Umum >20% dengan Umum dengan Umum 41-60% dengan Umum 61-80% dengan Umum 81-100%
21-40%
Pusat Kajian Strategis BAZNAS
Kinerja Lembaga Indeks Zakat Nasional >0,2 Indeks Zakat Nasional >0,4 Indeks Zakat Nasional >0,6 Indeks Zakat Nasional >0,8 Indeks Zakat Nasional =1,00
Zakat
Indeks Ramah Zakat Indeks Ramah Zakat Indeks Ramah Zakat Indeks Ramah Zakat Indeks Ramah Zakat
>0,2 >0,4 >0,6 >0,8 =1,00
DAFTAR PUSTAKA
Ada 1-3 Program LAZ/BAZNAS Ada 4-6 Program LAZ/ Ada 7-9 Program LAZ/ Ada 10-12 Program LAZ/ Ada 13 atau lebih Program
yang mendukung SDGs BAZNAS yang mendukung BAZNAS yang mendukung BAZNAS yang mendukung LAZ/BAZNAS yang
SDGs SDGs SDGs mendukung SDGs
Kepedulian Sosial Jumlah Relawan Lembaga Jumlah Relawan Lembaga Jumlah Relawan Lembaga Jumlah Relawan Lembaga Jumlah Relawan Lembaga
59
Sosial Kemanusiaan >100 Sosial Kemanusiaan >200 Sosial Kemanusiaan >300 Sosial Kemanusiaan >400 Sosial Kemanusiaan >500
Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah kami berikan kepadamu,
sebelum kematian datang kepada salah seorang diantaramu, lalu dia berkata
“ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda kematianku sedikit lagi,
maka aku akan bersedekah dan aku akan termasuk golongan
orang-orang yang sholeh." (al-Munaafiquun: 10)