Anda di halaman 1dari 14

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/357368344

PERKEMBANGAN EKONOMI SYARIAH DI INDONESIA

Chapter · November 2021

CITATION READS

1 3,052

1 author:

Lucky Nugroho
Universitas Mercu Buana
203 PUBLICATIONS   2,250 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Higher Education View project

Islamic Bank Guidance View project

All content following this page was uploaded by Lucky Nugroho on 28 December 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PERKEMBANGAN EKONOMI SYARIAH DI INDONESIA

Book Chapter in Pengantar Ekonomi Syariah, Penerbit Widina Bhakti Persada, Bandung

1. Penulis
- Dr. Lucky Nugroho., SE., MM., MAk., MCM
- Universitas Mercu Buana-Bank Syariah Indonesia
- Komplek Merpati Blok D No,13, Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat, Jakarta-11830
- Lucky.nugroho@mercubuana.ac.id

PENDAHULUAN
Pemerintah memiliki rencana menjadikan negara Indonesia sebagai pusat bisnis, keuangan dan
ekonomi syariah di dunia. Oleh karenanya, untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah Indonesia
memiliki beberapa strategi yang perlu dijalankan. Dengan demikian, untuk menindaklanjuti rencana
pemerintah tersebut, maka pemerintah membentuk Komite khusus yaitu Komite Nasional Keuangan
Syariah (KNKS) pada tanggal 8 November 2016 melaui Peraturan Presiden (Perpres) No.91 Tahun
2016. Adapun struktur KNKS dalam pemerintahan adalah lembaga non-struktural yang bertugas
mempercepat, memperluas dan memajukan pengembangan keuangan syariah dalam rangka
mendukung pembangunan ekonomi nasional. Beberapa fungsi KNKS pada saat itu diilustrasikan pada
gambar 1 yang meliputi:

1 3
Memberikan rekomendasi Merumuskan dan
arah kebijakan dan program pemberian rekomendasi
strategis pembangunan atas penyelesaian masalah
nasional di sektor keuangan di sektor keuangan syariah.
syariah.

Fungsi Utama 4
2
KNKS
Mengkoordinasikan Memantau dan
penyusunan dan mengevaluasi atas
pelaksanaan rencana arah pelaksanaan kebijakan dan
kebijakan dan program program strategis di sektor
strategis di sektor keuangan keuangan syariah.
syariah.

Sumber: Kemenkeu-RI (2016)

Gambar 1. Fungsi-Fungsi dari Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS)

Namun demikian, pada perkembangannya pada tanggal 20 Februari Tahun 2020, KNKS oleh
pemerintah di revitalisasi kembali yang bertujuan untuk meningkatkan pembangunan ekosistem
perekonomian dan industri dari keuangan syariah yang mendukung pembangunan perekonomian
nasional Indonesia. Adapun landasan hukum perubahan tersebut adalah Peraturan Presiden atau
Perpres No. 28 Tahun 2020. Oleh karenanya dengan adanya perubahan tersebut, maka Komite
Nasional Keuangan Syariah (KNKS) berubah namanya menjadi Komite Nasional Ekonomi dan
Keuangan Syariah (KNEKS). Adapun tugas dari KNEKS mengalami penajaman pada gambar 2 sebagai
berikut:
20 Februari 2020

Tugas KNKS: KNEKS Tugas KNEKS:


mempercepat, mempercepat,
memperluas dan memperluas dan
memajukan memajukan
pengembangan keuangan Revitalisasi pengembangan keuangan
syariah dalam rangka syariah dalam rangka
mendukung pembangunan mendukung ketahanan
ekonomi nasional. ekonomi nasional.
KNKS

08 November 2016

Sumber: KNEKS (2020)

Gambar 2. Perbedaan Tugas dari Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) Versus Komite
Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS)

Selain berdampak terhadap perubahan tugas, berdasarkan Perpres No. 28 Tahun 2020, maka fungsi-
fungsi dar KNEKS menjadi sebagai berikut:

1 3
Memberikan rekomendasi Merumuskan dan
arah kebijakan dan program pemberian rekomendasi
strategis pembangunan atas penyelesaian masalah
nasional di sektor keuangan di sektor keuangan syariah.
syariah.

Fungsi Utama 4
2
KNEKS
Mengkoordinasi, Memantau dan
mensinkronisasi, melakukan mengevaluasi atas
sinergi penyusunan dan pelaksanaan kebijakan dan
pelaksanaan rencana arahan program strategis di sektor
kebijakan dan program keuangan syariah.
strategis di sektor keuangan
syariah.

Sumber: KNEKS (2020)

Gambar 3. Fungsi-Fungsi dari Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS)

Merujuk pada gambar 1 dan gambar 3 di atas, maka terdapat penyempurnaan fungsi, yaitu pada
fungsi kedua yang sebelumnya “Mengkoordinasikan penyusunan dan pelaksanaan rencana arah
kebijakan dan program strategis di sektor keuangan syariah.” Menjadi “Mengkoordinasi,
mensinkronisasi, melakukan sinergi penyusunan dan pelaksanaan rencana arahan kebijakan dan
program strategis di sektor keuangan syariah.”

Selanjutnya perubahan KNKS menjadi KNEKS dilatarbelakangi oleh kebutuhan dari strategi
pemerintah yaitu untuk meningkatkan pembangunan ekosistem ekonomi dan keuangan syariah serta
menjadikan Indonesia sebagai Pusat Halal Dunia. Adapun titik awal implementasi Indonesia sebagai
Hub Ekonomi dan Keuangan Syariah ditandai dengan adanya peluncuran Masterplan Ekonomi Syariah
Indonesia pada bulan Mei Tahun 2019.
Perlu adanya dukungan dari seluruh elemen masyarakat dan seluruh stakeholder agar rencana
pemerintah untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat halal baik bisnis, keuangan dan ekonomi di
dunia dapat terwujud. Menurut (Nugroho, 2021; Nugroho et al., 2017) Indonesia memiliki potensi
besar menjadi pusat halal dunia hal tersebut dikarenakan:

▪ Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki populasi terbesar di dunia nomor (Aziz et
al., 2021; Diantanti et al., 2021; Sukmadilaga et al., 2021);
▪ Mayoritas dari populasi Indonesia adalah pemeluk agama Islam (Muslim) (Mahliza et al., 2020;
Nurhasanah et al., 2021);
▪ Indonesia memiliki banyak sumber daya alam sebagai tujuan pariwisata Muslim dunia (Nugroho,
2020, 2021; Nugroho et al., 2019);
▪ Indonesia telah memiliki berbagai macam lembaga keuangan syariah yang terdiri dari (Ihwanudin
et al., 2020; Lucky Nugroho, Suganda, et al., 2020);
▪ Bisnis model pakaian muslim Indonesia telah menjadi pusat perhatian internasional, bahkan
menjadi kiblat dari perubahan dan trend pakaian muslim dunia (Bahari et al., 2021; Nugroho,
2021);
▪ Kuliner Indonesia baik makanan dan minuman telah terdapat tata kelola dengan standard Muslim
bahkan pemerintah sedang menggalakkan sertifikasi halal bagi UMKM (Irwansyah et al., 2021;
Khairunnisa et al 2020; Nugroho, 2020a; Nugroho & Tamala, 2018).

Selain keunggulan yang dimiliki Indonesia yang berpotensi menjadikan Indonesia sebagai negara Pusat
Halal dunia, maka terdapat kelemahan atau keterbatasan Indonesia yang antara lain adalah:

▪ Rendahnya literasi masyarakat terhadap keuangan syariah (Lucky Nugroho, Harnovinsah, Putra,
& Prinoti, 2020; Lucky Nugroho, Mastur, Harnovinsah, & Aryanti, 2020; Soekapdjo, Tribudhi, &
Nugroho, 2019; Sukmadilaga & Nugroho, 2017);
▪ Market share ekonomi syariah di Indonesia masih relatif rendah (Afiyana, Nugroho, Fitrijanti, &
Sukmadilaga, 2019; Lucky Nugroho, Chandra Husnadi, Utami, & Hidayah, 2017);
▪ Jangkauan layanan keuangan syariah yang masih belum merata ke pedesaan, maupun remote
area (L Nugroho, Badawi, & Hidayah, 2020; Lucky Nugroho & Badawi, 2018).

Selanjutnya berdasarkan eksistensi dari KNEKS dan juga rencana pemerintah dalam menjadikan
Indonesa sebagai Pusat Halal Internasional serta mempertimbangkan fenomena dari potensi
Indonesia, maka pada book chapter ini akan membahas rumusan masalah yang meliputi:

▪ Bagaimana Masterplan dari KNEKS yang dapat mendukung menjadikan Indonesia sebagia Pusata
Halal Dunia?;
▪ Bagaimana perkembangan ekonomi syariah pada saat ini?.

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari book chapter ini adalah untuk menganalisa
bagaimana Masterplan dari KNEKS dan dampaknya terjadap perkembangan ekonomi syariah pada
saat ini. Manfaat dan implikasi dari book chapter ini adalah untuk memberikan khasanah pengetahuan
baik bagi praktisi dan akademisi terkait dengan perkembangan ekonomi syariah Indonesia pada saat
ini.
MASTERPLAN KOMITE NASIONAL EKONOMI DAN KEUANGAN SYARIAH (KNEKS) UNTUK
MENJADIKAN INDONESIA SEBAGAI PUSAT HALAL DUNIA

Sesuai dengan tugas KNEKS, merujuk pada gambar 2 dan gambar 3 di atas, maka masterplan ekonomi
syariah pada periode 2019-2021 dapat ditunjukkan pada gambar 4 di bawah ini:

Sumber: KNEKS (2020)

Gambar 4. Masterplan Ekonomi Syariah Indonesia 2019-2024

Lebih lanjut, merujuk pada gambar 4 di atas maka pemerintah Indonesia memiliki visi sampai dengan
2024 menjadikan perekonomian nasional yang sejahtera dan makmur serta mandiri yang ditopang
dengan industri halal dan indutri keuangan syariah sebagai kontributor utama. Tentunya, visi dari
pemerintah Indonesia ini harus didukung dari seluruh lapisan masyarakat dan juga seluruh
stakeholder terkait sehingga apa yang menjadi keinginan pemerintah dapat diimplementasikan sesuai
jadwalnya. Bisnis halal dan keuangan syariah sudah selayaknya mendapat dukungan dari seluruh
masyarkat yang tidak hanya Muslim akan tetapi oleh seluruh ummat. Hal tersebut sejalan dengan
keberadaan ajaran agama Islam sebagai rahmatan lil alamin sesuai dengan QS. Al-Anbiya ayat 107
sebagai berikut:

‫ي‬َ ‫َو َما َأ ْر َس ْل َن َٰ َك إ َّل َر ْح َمة ِّل ْل َع َٰ َلم‬


ِ ِ

Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
Menurut Rasyid (2016), meyatakan bahwa KH Hasyim Muzadi memiliki pendapat bahwa rahmat Allah
diperuntukkan untuk seluruh makhluknya termasuk bagi non Muslim. Oleh karenanya sehubungan
dengan hal tersebut, maka pemerintah Indonesia berencana industri syariah menjadi salah satu
identitas dan juga sebagai ujung tombak dari pertumbuhan ekonomi nasional. Terdapat beberapa
konsep dari bisnis syariah yang dapat memberikan kontribusi terhadap pencapaian kesejahteraan
masyarakat yang dilustrasikan pada gambar 5 di bawah ini:

Sumber: Penulis

Gambar 5. Kontribusi Bisnis Syariah untuk Masyrakat Sejahtera, Adil dan Makmur

Sehubungan dengan gambar 5 di atas, maka seluruh aktivitas bisnis syariah (Jenis Usaha Halal) dapat
diklasifikasikan secara garis besar menjadi sebagai berikut:

▪ Makanan dan Minuman;


▪ Modest Fashion;
▪ Pariwisata;
▪ Farmasi dan Kosmetik;
▪ Media dan Rekreasi;
▪ Bisnis Keuangan Syariah

Selanjutnya bisnis syariah tersebut harus berlandaskan tiga aspek fundamental dalam bisnis syariah

▪ Maqasid syariah, adapun prinsip maqasid syariah yang harus diimplementasikan pada bisnis
syariah mencakup (i) Menjaga Agama, (ii) Menjaga Jiwa, (iii) Menjaga Akal , (iv) Menjaga Harta, (v)
Menjaga Keturunan, (vi) Menjaga Lingkungan. Dengan diimplementasikannya keenam unsur dari
maqasid syariah berdampak tujuan dari bisnis syariah tidak semata-mata mencari keuntungan
atau memprioritaskan aspek keuangan saja. Akan tetapi, tujaun dari bisnis syariah harus menjaga
keseimbangan dari kempat aspek yang mencakup (i) Aspek Keuangan, (ii) Aspek Sosial, (iii) Aspek
Lingkungan dan juga (iv) Aspek Spiritual (Arafah & Nugroho, 2016; Lucky Nugroho, Badawi, &
Hidayah, 2019).
▪ Maslahah, adapun pemahaman maslahah dalam bisnis syariah adalah aktivitas dari syariah dapat
memberikan kebermanfaatan. Arti dari kebermanfaatan adalah bisnis syariah ditujukan untuk
lmelaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya serta melarang praktek-praktek
MAGHRIB (Maysir, Gharar dan Riba). Oleh karenanya eksistensi dari bisnis syariah harus berdapak
terhadap indikator-indikator yang antara lain (i) Menurunnya angka kemiskinan, (ii) Menurunnya
angka pengagguran, (iii) Baiknya tingkat kesehatan masyarakat, (iv) Meningkatnya tingkat
pendidikan masyarakat, (v) Berkurangnya tingkat korupsi, dan (vi) Menurunnya tingkat
kriminalitas (Lucky Nugroho & Husnadi, 2014).
▪ Falah, Misi dari keberadaan dari bisnis syariah adalah mendapat ridho dari Allah SWT yaitu tidak
hanya ingin mendapatkan keselamatn di dunia, akan tetapi juga mendapatkan kebahagiaan
diakhirat. Oleh karenanya, dalam mencapai tujuan dan juga melaksanakan kegiatan maupun
aktivitas bisnisnya, bisnis syariah menggunakan cara-cara yang bermoral, berakhlaq, tidak licik dan
tidak melakukan penipuan. Dengan demikian, dampak dari bisnis yang bermoral dan berakhlaq
tersebut akan meningkatkan kepercayaan dari konsumen, pelanggan, mitra dan masyarakat
sehingga tercapai suatu keberkahan (Satibi, Utami, & Nugroho, 2018).

Penerapan dari fundamental dari bisnis syariah yang mencakup (i) Maqasid Syariah (ii) Maslahah dan
(iii) Falah, maka akan berdampak terhadap tujuan dari bisnsi syariah yang menjaga keseimbangan
aspek-aspek yang meliputi (i) Aspek Keuangan, (ii) Aspek Sosial, (iii) Aspek Lingkungan dan (iv) Aspek
Spiritual.

Selanjutnya dengan fundamental dan keseimbagan dari emapt aspek yang dimiliki oleh bisnis syariah,
maka dampak terhadap perekonomian nasional diharapkan dapat berkontribusi terhadap tiga pilar
pembangunan nasional:

▪ Stabiltas Nasional, yaitu sinergi antara stakeholder seperti pemerintah, industri, akademisi dan
lembaga swadaya masyarakat yang menghasilkan strategi dan program-program pembangunan
yang tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat (Soekapdjo et al., 2019);
▪ Pertumbuhahan Ekonomi, yaitu diharapkan dengan adanya kontirbusi yang sigifikan dari para
pelaku bisnis syariah, akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan bagi
seluruh lapisan masyarakat (Soeharjoto et al., 2021);
▪ Pemerataan Pembangunan, yaitu hasil dari program-program pemerintah dapat memberikan
kebermanfaatan yang nyata bagi masyarakat khususya bagi para petani, nelayan, peternak dan
masyarakat-masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah yag tinggal di pedesaan dan daerah
terpencil yang sulit terjangkau (Lucky Nugroho, 2021b).

Apabila hal-hal tersebut dapat diimplementasikan dengan baik, maka eksistensi dari bisnis syariah
dapat menciptakan Masyarakat Sejahtera, Adil dan Makmur.

PERKEMBANGAN EKONOMI SYARIAH PADA SAAT INI

Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia
sebagai bank syariah pertama di Indonesia pada tahun 1992, selanjutnya apabila ditinaju dari aspek-
aspek regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk mendukung perkembangan dari bisnis syariah
dapat dijabarkan menjadi sebagai berikut:

▪ Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang menjadi landasan legal dari
pendirian Bank Muamalat Indonesia dan juga sebagai awal dari masa dual banking system;
▪ Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 terkait dengan regulasi yang mendukung kegiatan dari
Bank Konvensional dapat juga membuka kegiatan usaha sesuai prinsip syariah;
▪ Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004, yaitu regulasi terkait dengan pengembangan dari sektor
keuangan sosial yang berlandaskan prinsip prinsip syariah terutama berhubungan dengan produk
wakaf;
▪ Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008, yaitu aturan yang berhubungan dengan SBSN (Surat
Berharga Syariah Negara) atau yang lazim deisebut dengan Sukuk;
▪ Undang Nomor 21 Tahun 2008, yaitu regulasi atau ketentuan yang mendukung kegiatan usaha
dari Perbankan Syariah;
▪ Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, yaitu regulasi yang mengatur tata kelola dan juga
optimalisasi kegiatan sosial keuangan syariah yang terkait dengan Zakat;
▪ Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014, yaitu regulasi terkait dengan pengembangan bisnis
syariah dibidang makanan dan minuman yaitu adanya Jaminan Produk Halal (JPH);
▪ Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2021 yang mengatur tentang Penyelenggaraan Jaminan
Produk Halal.

Selain itu, merujuk pada data yang disampaikan oleh OJK (Direktur Pengaturan dan Perizinan
Perbankan Syariah-Deden Firman Hendarsyah) menyatakan per Januari 2021 total dari aset dari
keuangan syariah telah mencapai Rp1.823,13 Triliun (belum termasuk asset dari saham syariah).
Selain itu, asset keuangan syariah juga tumbuh 24,54% year on year (yoy) (Alfi, 2021). Lebih lanjut,
aset dari pasar modal syariah di Indonesia juga telah melampaui aset dari perbankan syariah, dimana
aset pasar modal syariah telah mencapai Rp1.106,3 Triliun sedangkan aset dari perbankan syariah
baru mencapai Rp600,99 Triliun. Tingginya aset dari pasar modal syariah tersebut dikontribusi dari
peran pemerintah yang dalam sepuluh tahun belakangan ini aktif mengeluarkan sukuk syariah atau
obligasi negara syariah (Andi & Hidayat, 2021).

Selain itu apabila ditinjau dari pertumbuhan aset, aset dari perbankan syariah mengalami
pertumbuhan sebesar 13,51% secara yoy di badingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan aset
dari industri perbankan syariah dkontribusi oleh Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS),
dan juga Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang secara detail ditunjukkan pada gambar 6 di
bawah ini:

Asset Industri Perbankan


Syariah Per Januari 2021
Rp600,99 Triliun dikontribusi
oleh:

163 Bank Perkreditan


14 Bank Umum Syariah
Syariah (BPRS)

20 Unit Usaha Syariah

Sumber: Rachmahyanti (2021)

Gambar 6. Perkembangan Aset dari Industri Pebankan Syariah Per Januari 2021
Merujuk pada gambar 6 di atas, maka pelaku lembaga keuangan bank syariah di Indonesia didominasi
oleh BPRS dengan jumlah 163 unit, lalu 20 Unit Usaha Syariah dan selanjutnya 14 Bank Umum Syariah.
Akan tetapi, apabila dibandingkan dengan industri perbankan nasional, market share dari bank syariah
masih relatif rendah, yaitu sebesar 6,55% per Januari 2021 (Rachmahyanti, 2021).

Pada perkembangan saat ini dimana terjadi Pandemi Covid-19 di tanah air yang menyebabkan
terjadinya pelambatan pertumbuhan ekonomi (Lucky Nugroho, 2020c; Lucky Nugroho, Utami,
Harnovinsah, & Doktorlina, 2020), maka industri perbankan syariah juga berkontribusi signifikan
dalam membantu program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pemerintah yang dapat ditunjukkan
pada gambar 7 di bawah ini:

Ekonomi Syariah Berperan dalam:


▪ Pemulihan Ekonomi Nasional;
1 ▪ Pengembangan UMKM;
▪ Pengembangan Industri Halal.

Industri Perbankan Syariah Industri perbankan syariah mendukung pemulihan ekonomi


Menyediakan Layanan yang 2 nasional (pen) dengan turut beerpartisipasi dalam
menyalurkan dana PEN
terintegrasi antara aspeK
keuangan (komersial), aspek
sosial, aspek lingkungan dan
aspek spiritual
3 Industri perbankan syariah mendorong pengembangan
UMKM sebagai kontributor perekonomian nasional

4 Industri perbakan syariah turut mengembangkan industri


halal untuk menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi
baru

Sumber: Penulis

Gambar 7. Peran Indistri Perbankan Syariah dalam Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN)

Selain itu melalui Salinan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 4/KDK.03/2021 terkait dengan
pemberian ijin Penggabungan antara PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS)
ke dalam PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS). Selain itu OJK juga mengeluarkan ijin perubahan nama yang
sebelumnya menggunakan ijin Usaha atas nama PT Bank BRISyariah Tbk (BRIS), berubah menjadi ijin
usaha atas nama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), sebagai Bank yang berasal dari hasil
penggabungan dari ketiga bank yaitu BSM, BNIS, dan BRIS. Surat tersebut ditetapkan pada 27 Januari
2021. Berdasarkan aksi korporasi penggabungan BSM, BNIS dan BRIS, maka pada tanggal 1 Februari
telah terdapat 1 bank besar (Bank Syarih Indonesia-BSI) dengan asset yang berasal dari peleburan
BSM, BNIS dan BRIS.

Menurut Herry Gunardi Tujuan Ketua Project Merger Officer Hery Gunardi tujuan dari aksi korporasi
menggabungkan tiga bank syariah dari anak perusahaan bank konvensional BUMN adalah
menciptakan bank syariah yang memiliki aset besar dan dapat bersaing pada industri perbankan
internasional (Ulya & Sukmana, 2021). Namun demikian, apabila tujuan merger bank syariah hanya
untuk menjadikan bank syariah Indonesia memiliki aset besar untuk dapat go internasional tetapi
tidak mempertimbangkan kemaslahatan bagi para nasabah dan juga internal dari karyawan yang
tentunya karena terjadi benturan kepentingan terkait dengan perubahan struktur organisasi dan juga
jabatan yang berpotensi menimbulkan konflik internal, maka aksi korporasi dari bank syariah tersebut
harus menjadi perhatian dan evaluasi bersama dari stakeholder bank syariah. Selain itu, juga terdapat
potensi terjadinya monopoli dalam industri perbankan syariah yang dapat merugikan konsumen.

RANGKUMAN MATERI:
Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia tidak terlepas dari kondisi dan kehidupan masyarakat
Indonesia yang antara lain:
▪ Negara dengan Penduduk Muslim Terbesar, penduduk Muslim di Indonesia mencapai 87% dari
270 juta jiwa, atau sekitar 235 juta jiwa
▪ Kelas Menengah & Usia Produktif yang tumbuh pesat, 27% dari populasi atau sekitar 74 juta orang
berstatus kelas menengah di Indonesia, 33,75% penduduk (sekitar 91 juta orang) masuk kategori
milenial
▪ Masyarakat semakin meminati produk yang halal dan thayyib, pandemi mendorong konsumsi ke
arah yang lebih Islami dan berkelanjutan
▪ Berkarakter Adaptif dan Inovatif, serta Dermawan, pengembangan produk, layanan dan sektor
ZISWAF berbasis digital sangat potensial
▪ Eksposur dengan Teknologi Digital semakin Besar, sekitar 73% masyarakat Indonesia
menggunakan teknologi digital internet, yang akan terus meningkat hingga 89% pada 2025
▪ Komitmen Tinggi Pemerintah, dukungan Pemerintah semakin besar untuk mendorong akselerasi
ekonomi syariah
TUGAS DAN EVALUASI
1. Jelaskan tugas dan fungsi dari KNEKS;
2. Jelaskan identitas dari bisnis syariah yang meliputi maqasid syariah, maslahah dan falah;
3. Jelaskan masterplan KNEKS;
4. Jelaskan kontribusi industri bank syariah pada program pemulihan ekonomi nasional;
5. Jelaskan tujuan dari merger bank syariah.

DAFTAR PUSTAKA
Afiyana, I. F., Nugroho, L., Fitrijanti, T., & Sukmadilaga, C. (2019). Tantangan pengelolaan dana zakat
di indonesia dan literasi zakat. Akuntabel, 16(2), 222–229.
https://doi.org/10.29264/JAKT.V16I2.6013

Alfi, A. N. (2021). Aset Keuangan Syariah Tumbuh 24,54 Persen Januari 2021 - Finansial Bisnis.com.
Retrieved October 3, 2021, from
https://finansial.bisnis.com/read/20210420/231/1383491/aset-keuangan-syariah-tumbuh-
2454-persen-januari-2021

Andi, D., & Hidayat, K. (2021). Dalam tempo 10 tahun, total penerbitan sukuk negara mencapai Rp 950
triliun. Retrieved October 3, 2021, from https://investasi.kontan.co.id/news/dalam-tempo-10-
tahun-total-penerbitan-sukuk-negara-mencapai-rp-950-triliun

Arafah, W., & Nugroho, L. (2016). Maqhashid Sharia in Clean Water Financing Business Model at
Islamic Bank. International Journal of Business and Management Invention, 5(2), 22–32.

Aziz, L. H., Malle, S. S., Fatriansyah, A. I. A., Raya, F., Nugroho, L., Hartoto, H., … Bairizki, A. (2021).
Akuntansi Syariah (Sebuah Tinjauan Teori dan Praktis). Widina Bhakti Persada Bandung.
Bandung: Widina Bhakti Persada Bandung.

Bahari, N. P., Nugroho, L., Badawi, A., & Hidayah, N. (2021). Analisa Manfaat Pembiayaan Gadai Emas
Syariah: Studi Kasus Bank Syariah Mandiri-Tomang Raya. Jurnal REKSA: Rekayasa Keuangan,
Syariah, Dan Audit, 8(1), 15–30.

Diantanti, N. P., Trimulato, T., Mahriani, E., Nugroho, L., Shaleh, M., Supatminingsih, T., … Saravistha,
D. B. (2021). Pengantar Bisnis Islam (Tinjauan Konsep dan Praktis). Widina Bhakti Persada
Bandung. Bandung: Widina Bhakti Persada Bandung.

Ihwanudin, N., Maulida, S., Ilham Akbar Fatriansyah, A., Sari Rahayu, S., Nugroho, L., Widyastuti, S., …
Arzhi Jiwantara, F. (2020). Pengantar Perbankan Syariah (Konsep, Regulasi & Praktis). Widina
Bhakti Persada Bandung. Retrieved from www.penerbitwidina.com

Irwansyah, R., Syahputra, D., Ningsih, S., Hasan, M., Kristanto, T., Nugroho, L., … Manggabarani, A. S.
(2021). Marketing Digital Usaha Mikro. Widina Bhakti Persada Bandung. Bandung: Widina Bhakti
Persada Bandung.

Kemenkeu-RI. (2016). Percepat Pengembangan Ekonomi Syariah, Pemerintah Bentuk KNKS. Retrieved
September 27, 2021, from https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/percepat-
pengembangan-ekonomi-syariah-pemerintah-bentuk-knks/

Khairunnisa, H., Lubis, D., & Hasanah, Q. (2020). Kenaikan Omzet UMKM Makanan dan Minuman di
Kota Bogor Pasca Sertifikasi Halal. Al-Muzara’Ah, 8(2), 109–127.
https://doi.org/10.29244/jam.8.2.109-127

KNEKS. (2020). Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah. Retrieved September 27, 2021, from
https://kneks.go.id/tentang

Mahliza, F., Nugroho, L., & Ali, A. J. (2020). Antecedents and Consequences of Muslim Millennials
Attitude Towards Halal Personal Care Products. IKONOMIKA, 5(2), 249–270.
https://doi.org/10.24042/febi.v5i2.7203

Nugroho, L, Badawi, A., & Hidayah, N. (2020). The Contribution of Sukuk Placement and Securities to
The Islamic Bank Profitability. Tazkia Islamic Finance and Business Review, 13(2), 175–192.
Retrieved from http://tifbr-tazkia.org/index.php/TIFBR/article/view/184

Nugroho, Lucky. (2020a). Kemandirian UMKM dan Kemandirian Ekonomi Bangsa. In Indonesia Maju
dan Bangkit (1st ed., pp. 1–11). Pasuruan, Jawa Timur. Retrieved from
https://books.google.co.id/books/about/INDONESIA_MAJU_DAN_BANGKIT.html?id=lz4DEAAA
QBAJ&redir_esc=y

Nugroho, Lucky. (2020b). lsu, Konsep, dan Implementasi Bisnis Wisata Halal. In Membangun
Peradaban Berbasis Parwisata (1st ed., pp. 41–60). Nasya Expanding Management.

Nugroho, Lucky. (2020c). Pandemi Covid-19 dan Keberlangsungan Industri Perbankan. In Gotong
Royong Menghadapi Covid-19 Ide dan Solusi (pp. 8–16). Jawa Timur: CV. Penerbit Qiara Media.

Nugroho, Lucky. (2021a). Konsep dan Teknik Pelayanan Wisata (Halal Tourism Concept). In Pengantar
Pariwisata (Vol. 1, pp. 181–195). Retrieved from
http://search.ebscohost.com/login.aspx?direct=true&AuthType=ip,shib&db=bth&AN=9294828
5&site=eds-
live&scope=site%0Ahttp://bimpactassessment.net/sites/all/themes/bcorp_impact/pdfs/em_st
akeholder_engagement.pdf%0Ahttps://www.glo-bus.com/help/helpFiles/CDJ-Pa
Nugroho, Lucky. (2021b). Konsep Pembangunan dan Pengembangan Desa Digital. In Pengantar
Manajemen Potensi Desa (pp. 132–142).

Nugroho, Lucky, & Badawi, A. (2018). The Islamic Banking , Asset Quality : " Does Financing
Segmentation Matters " (Indonesia Evidence). Mediterranean Journal of Social Sciences, 9(5),
221–235. https://doi.org/10.2478/mjss-2018-0154

Nugroho, Lucky, Badawi, A., & Hidayah, N. (2019). Discourses of Sustainable Finance Implementation
in Islamic Bank (Cases Studies in Bank Mandiri Syariah 2018). International Journal of Financial
Research, 10(6). https://doi.org/10.5430/ijfr.v10n6p108

Nugroho, Lucky, Chandra Husnadi, T., Utami, W., & Hidayah, N. (2017). Maslahah and Strategy To
Establish a Single State-Owned Islamic Bank in Indonesia. Tazkia Islamic Finance and Business
Review, 10(1), 17–33.

Nugroho, Lucky, Harnovinsah, Putra, Y. M., & Prinoti. (2020). Analysis of Comparison of Islamic Banks
with Financial Technology (Fintech) In Disbursements of Micro-Financing Based on
Requirements, Services Speed and Margin. Journal of Islamic Economics & Social Science-JIESS,
1(1), 1–10.

Nugroho, Lucky, & Husnadi, T. C. (2014). State-Owned Islamic Bank (BUMN) in Realizing The Benefit
of Ummah (Maslahah) and Indonesia as Islamic Financial Center in The World. In 11th
International Research Conference on Quality, Innovation and Knowledge Management.
Bandung (p. 20).

Nugroho, Lucky, Mastur, A. A., Harnovinsah, & Aryanti, W. (2020). The Contribution of Islamic Bank in
Poverty Alleviation. Al-Ahkam Jurnal Pemikiran Hukum Islam, 30(1), 19–38.

Nugroho, Lucky, Suganda, A. D., Febrianty, F., Hamid, M. A. L., Ihwanudin, N., Trimulato, T., … Anwar,
A. (2020). Pengantar Perbankan Syariah. Bandung: Widina Bhakti Persada Bandung. Retrieved
from www.penerbitwidina.com

Nugroho, Lucky, & Tamala, D. (2018). Persepsi Pengusaha UMKM terhadap Peran Bank Syariah. Jurnal
SIKAP, 3(1), 49–62.

Nugroho, Lucky, Utami, W., & Doktoralina, C. M. (2019). Ekosistem Bisnis Wisata Halal dalam
Perspektif Maqasid Syariah. Perisai : Islamic Banking and Finance Journal, 3(2), 84–92.
https://doi.org/10.21070/perisai.v3i2.1964

Nugroho, Lucky, Utami, W., Harnovinsah, & Doktorlina, C. M. (2020). Covid-19 and The Potency of
Disruption on The Islamic Banking Performance (Indonesia Cases). International Journal of
Economic and Business Applied, 1(1), 11–25.

Nugroho, Lucky, Utami, W., Sukmadilaga, C., & Fitrijanti, T. (2017). The Urgency of Allignment Islamic
Bank to Increasing the Outreach. International Journal of Economics and Financial Issues, 7(4),
283–291. Retrieved from https://www.econjournals.com/index.php/ijefi/article/view/4493/pdf

Nurhasanah, Mahliza, F., Nugroho, L., & Putra, Y. M. (2021). The Effect of E-WOM, Brand Trust, and
Brand Ambassador on Purchase Decisions at Tokopedia Online Shopping Site. In IOP Conference
Series: Materials Science and Engineering (Vol. 1071, pp. 1–7). https://doi.org/10.1088/1757-
899x/1071/1/012017

Rachmahyanti, S. (2021). OJK: Perbankan Syariah Indonesia Tumbuh Positif di Tengah Pandemi.
Retrieved October 3, 2021, from https://www.idxchannel.com/economics/ojk-perbankan-
syariah-indonesia-tumbuh-positif-di-tengah-pandemi
Rasyid, M. M. (2016). Islam Rahmatan lil Alamin Perspektif KH. Hasyim Muzadi. Episteme: Jurnal
Pengembangan Ilmu Keislaman, 11(1), 93–116. https://doi.org/10.21274/epis.2016.11.1.93-116

Satibi, E., Utami, W., & Nugroho, L. (2018). A Comparison of Sharia Banks and Conventional Banks in
Terms of Efficiency, Asset Quality and Stability in Indonesia for the Period 2008-2016.
International Journal of Commerce and Finance, 4(May), 134–149.

Soeharjoto, Tribudhi, D. A., Hariyanti, D., Nugroho, L., & Aziz, R. M. (2021). Portrait of Economic
Potential in Badung Regency, Bali. International Journal of Economics, Business and Accounting
Research (IJEBAR), 5(3), 884–892.

Soekapdjo, S., Tribudhi, D. A., & Nugroho, L. (2019). Pengaruh Fundamental Ekonomi dan Kinerja
Keuangan Terhadap Kredit Bermasalah Pada Bank Syariah Di Indonesia. Ekonika : Jurnal Ekonomi
Universitas Kadiri, 4(2), 126. https://doi.org/10.30737/ekonika.v4i2.327

Sukmadilaga, C., & Nugroho, L. (2017). Pengantar Akuntansi Perbankan Syariah" Prinsip, Praktik dan
Kinerja. (P. Media, Ed.) (First). Lampung, Indonesia: Pusaka Media.

Sukmadilaga, C., Padjajaran, U., Puspitasari, E., Padjajaran, U., Yunita, D., Padjajaran, U., … Mara, U. T.
(2021). Priority Factor Analysis on Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) Utilization in Indonesian
Shariah Capital Market. Academy of Accounting and Financial Studies Journal, 25(5), 1–14.

Ulya, F. N., & Sukmana, Y. (2021). 5 Fakta tentang Merger Bank Syariah BUMN Halaman all -
Kompas.com. Retrieved October 3, 2021, from
https://money.kompas.com/read/2020/10/14/110000926/5-fakta-tentang-merger-bank-
syariah-bumn?page=all
PROFIL PENULIS

Lucky Nugroho, lahir di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1979. Pendidikan yang telah ditempuh
penulis adalah sebagai berikut:

▪ S1 Sarjana Ekonomi lulus pada tahun 2001 dari Fakultas Ekonomi pada jurusan Akuntansi
Universitas Islam Indonesia;
▪ S2 Magister Manajemen lulus pada tahun 2011 dari Universitas Trisakti;
▪ S2 Magister Akuntansi dengan konsentrasi Akuntansi Syariah dari Univesitas Padjadjaran Bandung
lulus pada tahun 2014;
▪ S2 Advance Master Microfinance lulus pada tahun 2015 dari Universite Libre de Bruxelles-Solvay
Brussels School of Economic and Management, Belgia;
▪ Post-Graduate dari Erasmus University Rotterdam pada tahun 2016 dengan konsentrasi
Sustainable Local Economics Development;
▪ S3 Ilmu Ekonomi dan Keuangan Syariah Universitas Trisakti pada tahun 2021 dengan konsentrasi
Perbankan Syariah

Saat ini penulis adalah staf pengajar pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mercu Buana,
Jakarta sejak tahun 2015. Selain itu penulis juga sebagai praktisi pada perbankan, yaitu Bank
Rakyat Indonesia dari tahun 2002-2009. Sejak tahun 2009 s.d saat ini penulis juga masih aktif
sebagai Asset and Liabilities Portfolio Senior Officer di Bank Syariah Indonesia. Selain itu penulis
juga aktif sebagai pengurus pada bidang kerjasama Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Komisariat
Universitas Mercu Buana dan sebagai pengurus Ikatan Dosen Republik Indonesia (IDRI) wilayah
Jakarta.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai