Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUANA

A.Latar Belakang

Setelah 24 tahun Indonesia meratifikasi Konvensi Hak-hak Anak, melalui Keppres "RI NO.39 tahun
1990, Indonesia Belum mempunyai kebijakan dan peraturan perundang-undangan tentang
perlindungan anak yang 'berorientasi pada Konvensi Hak-hak Anak baru pada tanggal 22 oktoter
2002,Indonesia menetapkan undang-undang 23 tahun 2002 tentang perlindungan Anak yang
berorientasi pada hak-hak anak seperti yang tertuang dalam Konvensi Hak-hak Anak

Situasi dan kondisi anak Indonesia saat ini, mencerminkan adanya penyalahgunaan anak(abuse),
eksploitatif, diskriminatif dan mengalami berbagai tindakan kekerasanyang membahayakan
perkembangan jasmani, psikologi, dan sosial anak anak Keadaan ini,tentunya sangat
memprihatinkan bagi bangsa dan negara Indonesia, karena anak dari aspek agama merupakan
amanah dan karunia dari tuhan yang maha kuasa yang harus didaga harkat dan martabatnya sebagai
mahluk ciptaan nya dari aspek kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah generasi penerus
perjuangan bangsa dan penentumasa depan bangsa dan negara Indonesia untuk itu, diperlukan
upaya-upaya yang akan memberikan perlindungan khusus kepada anak-anak Indonesia yang berada
dalam keadaan sulit tersebut, ke dalam suatu program nasional bagi Anak Indonesia sebagai tindak
lanjut Sidang umum PBB yang melahirkan deklarasi “a word fit for chirdren”

B.Rumusan Masalah

•bagaimana konsep dasar child abus?

•bagaimana peran pelayanan kesehatan delam menghadapi atau menyikapimasalah child a'use?

C.Tujuan Penulis

untuk menabah dan memperluas ilmu pengetahuan tentang child abuse

BAB II
PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan
Sudeen, 199 8 ). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dap at membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007;
146). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis (Dep Kes, RI, 2000 ; 147)

Kekerasan pada anak adalah setiap perbuatan yang dilakukan pada anak hingga menyebabkan anak
sengsara atau menderita secara fisik, psikis, seksual, dan/atau terlantar.

Kekerasan pada anak adalah setiap perbuatan yang dilakukan pada anak hingga menyebabkan anak
sengsara atau menderita secara fisik, psikis, seksual, dan/atau terlantar Berdasarkan data dari
Departemen Kesehatan, sebagian besar pelaku kekerasan pada anak merupakan anggota keluarga
atau orang lain yang dekat dengan keluarga.

Oleh sebab itu,kita harus lebih berhati-hati dalam melindungi anak. Meski tidak menutup
kemungkinan bahwa orang asing juga bisa melakukannya. Selain itu, kekerasan terhadap anak juga
bisa terjadi secara tidak sengaja.

B. Etiologi Menurut Direja (2011,1320)

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan. Hal tersebut
dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuart dan
Sudeen, 199 8 ). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dap at membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Yosep, 2007;
146). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang
secara fisik maupun psikologis (Dep Kes, RI, 2000 ; 147)

Kekerasan pada anak adalah setiap perbuatan yang dilakukan pada anak hingga menyebabkan anak
sengsara atau menderita secara fisik, psikis, seksual, dan/atau terlantar..

b. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang ya ng berarti, konflik, merasa terancam baik
internal maupun eksternalenyakiti anak atau memang memiliki masalah kejiwaan sehingga pelaku
bertindak di luar kesadaran

C.Jenis kekerasan pada anak

Sebagian orang mungkin menganggap bahwa kekerasan terhadap anak hanyalah seputar kekerasan
fisik. Namun, itu hanyalah salah satu bentuk kekerasan pada anak. Terdapat beberapa jenis
kekerasan pada anak yang perlu Anda ketahui, di antaranya:
1. Kekerasan fisik

Kekerasan fisik pada anak merupakan kekerasan yang terjadi ketika seseorang menyakiti tubuh anak
atau membuat fisiknya dalam keadaan yang berbahaya.

Anak yang mendapat kekerasan fisik dapat mengalami luka yang ringan, berat, hingga meninggal.
Contoh bentuk kekerasan fisik, yaitu memukul, melempar, mencekik, menyundut rokok pada anak,
dan semacamnya.

Kekerasan fisik pada anak dapat ditandai dengan cedera, lebam, atau bekas luka di tubuh. Anak pun
bisa terlihat meringis kesakitan.

Ada banyak cara lain yang lebih efektif untuk mendisiplinkan anak tanpa harus membuatnya trauma
atau meninggalkan luka pada tubuhnya. Anda bisa melakukan pendekatan secara personal dengan
anak untuk dapat memecahkan masalah tanpa harus melakukan kekerasan fisik.

2. Kekerasan emosional

Tak hanya fisik yang dapat tersakiti, mental anak juga bisa terganggu ketika mendapat kekerasan
emosional. Kekerasan emosional merupakan kekerasan yang terjadi ketika seseorang menyakiti
mental anak hingga membahayakan perkembangan emosinya.

Contoh tindak kekerasan emosional, yaitu membentak, meremehkan, menggertak,


mempermalukan, meneriaki, memandang sinis, mengancam, mengisolasi, dan tidak menunjukkan
kasih sayang.

Tindakan tersebut dapat ditunjukkan melalui kekerasan psikis atau kekerasan verbal pada
anak.Apabila Anda melihat tanda-tanda berikut, bisa jadi anak Anda sedang mengalami efek dari
kekerasan emosional:

-Kehilangan kepercayaan diri

-Terlihat depresi dan gelisah

-Memilih untuk bolos sekolah

-Mengalami penurunan prestasi

-Kehilangan semangat untuk sekolah

-Menghindari situasi tertentu

-Sakit kepala atau sakit perut yang tiba-tiba

-Menarik diri dari aktivitas sosial, teman-teman, atau orangtua

-Perkembangan emosional terlambat

-Kehilangan keterampilan
3. Kekerasan seksual

Kekerasan seksual merupakan segala jenis aktivitas seksual dengan anak. Tidak hanya kontak fisik,
kekerasan seksual juga bisa melalui verbal ataupun materi lain yang dapat melecehkan anak.

Contoh kekerasan pada anak dalam konteks seksual, yakni melakukan kontak seksual dengan anak
(mulai dari berciuman ataupun melakukan hubungan seks), memaksa anak mengambil foto atau
video porno, melakukan call sex, menunjukkan alat vital pada anak, mempertontonkan film porno,
dan lainnya.

Ciri-ciri anak yang mengalami kekerasan seksual dapat ditandai dengan menarik diri dari pergaulan,
sulit tidur, tidak bisa jauh dari orangtua, menghindari orang tertentu (pelaku kekerasan), berbicara
mengenai seks secara eksplisit, mengeluhkan rasa sakit di area kemaluan, sulit berkonsentrasi dalam
belajar, hingga nilai menurun.

Anak-anak yang menjadi korban kekerasan seksual sering kali disuap atau diancam oleh pelaku agar
tidak menceritakan perbuatannya pada orang lain.

4. Penelantaran

Penelantaran merupakan salah satu bentuk kekerasan terhadap anak. Ini terjadi ketika orangtua,
pengasuh, atau orang dewasa lainnya tidak merawat atau melindungi anak sehingga anak menjadi
terlantar.

Tidak menyediakan kebutuhan dasar anak, seperti makanan, pakaian, dan kesehatan, juga
merupakan bentuk penelantaran anak. Selain itu, meninggalkan anak sendirian untuk waktu yang
lama, atau dalam keadaan yang berbahaya juga termasuk dalam penelantaran anak.

Tanda-tanda penelantaran anak adalah memiliki berat atau tinggi badan yang buruk, tubuh atau
pakaian tampak kumal, tidak memiliki pakaian atau perlengkapan kebutuhan yang memadai,
mengambil makanan atau uang tanpa izin, jarang masuk sekolah, dan kurangnya perhatian untuk
perawatan medis.

D.Dampak kekerasan pada anak

Dalam kebanyakan kasus, anak-anak yang mendapat kekerasan lebih menderita secara mental.
Kekerasan pada anak tentu akan memberi efek pada diri mereka yang dapat berdampak buruk.
Beberapa dampak kekerasan pada anak, yaitu:

1. Kurang memiliki kepercayaan dan sulit menjalin hubungan

Anak yang pernah menjadi korban kekerasan akan lebih sulit percaya pada orang, termasuk pada
orangtuanya sendiri. Hal ini juga dapat menyebabkan anak kesulitan dalam menjalin hubungan, atau
bahkan menciptakan hubungan yang tidak sehat di masa depan.

2. Memiliki perasaan tidak berharga

Anak yang mendapat kekerasan juga akan memiliki perasaan bahwa dirinya tidak berharga. Hal ini
dapat membuat anak mengabaikan pendidikannya dan hidupnya menjadi rusak dengan rasa depresi,
terutama pada korban kekerasan seksual.
3. Sulit mengatur emosi

Kekerasan pada anak juga dapat membuat mereka kesulitan mengatur emosinya. Anak akan
kesulitan mengekspresikan emosi dengan baik hingga membuat emosinya tertahan dan keluar
secara tak terduga.

Bahkan saat dewasa, anak dapat mengalihkan depresi, kecemasan, atau kemarahannya dengan
mabuk-mabukan atau mengonsumsi narkoba.

4. Merusak perkembangan otak dan sistem saraf

Dampak kekerasan pada anak dapat mengganggu perkembangan otak dan merusak sistem saraf.
Akibatnya, hal ini berpengaruh terhadap kemampuan kognitif anak sehingga prestasinya dalam
bidang akademik dan kejuruan rendah.

5. Melakukan tindakan negatif

Anak yang mendapat kekerasan lebih mungkin melakukan tindakan negatif, seperti merokok,
konsumsi alkohol berlebihan, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, putus sekolah, dan terlibat
hubungan seksual berisiko tinggi. Selain itu, ia juga memiliki tingkat kecemasan dan depresi yang
lebih tinggi.

6. Luka atau cedera

Kekerasan fisik pada anak dapat menyebabkan luka atau cedera. Karena terlalu emosi, orangtua
mungkin tidak menyadari bahwa penyerangan fisik yang dilakukannya bisa melukai anak.

7. Risiko kematian

Dampak kekerasan pada anak lainnya yang mungkin terjadi adalah kematian. Apabila orangtua
melakukan kekerasan pada anak yang masih belum bisa membela diri, bisa saja orangtua terlalu
keras memukul atau menyakiti anak, hingga anak kehilangan nyawa.

Tak hanya itu, meskipun anak sudah memasuki usia remaja, dampak kekerasan pada anak yang satu
ini pun masih tetap masih bisa terjadi. Apalagi jika orangtua tidak dapat mengontrol amarahnya yang
mungkin bisa berakibat fatal

E.Cara mengatasi kekerasan pada anak

Jika Anda merasa bahwa anak mengalami kekerasan, sebaiknya segera cari bantuan ke psikolog atau
psikiater anak. Si kecil perlu mendapat pendampingan yang tepat sehingga kondisinya mental tidak
terganggu.

Cara mengatasi kekerasan pada anak dapat dilakukan dengan psikoterapi. Psikoterapi membantu
anak untuk berperilaku dan menjalin hubungan dengan normal kembali. Selain itu, apabila anak
mengalami cedera atau keluhan fisik lainnya, ia mungkin memerlukan perawatan medis.
Pastikan anak merasa aman dan terlindungi. Tunjukkan kasih sayang dan perhatian Anda
sepenuhnya sebagai solusi kekerasan pada anak. Laporkan tindakan kekerasan yang dialami anak
pada pihak berwajib agar pelaku mendapat efek jera.

Sementara itu, jika Anda merasa telah melakukan tindakan yang melukai si kecil, maka segera stop
kekerasan pada anak. Lakukanlah konseling dengan psikolog atau psikiater untuk membantu Anda
menghentikan hal tersebut sehingga tidak lagi terjadi.

F.Cara mencegah kekerasan terhadap anak

Terdapat beberapa langkah penting yang dapat Anda lakukan untuk mencegah terjadinya kekerasan
terhadap anak. Adapun cara mencegah kekerasan pada anak yang harus orangtua terapkan, yaitu:

-Jangan meninggalkan anak sendirian

-Pantau apa yang dilakukan oleh anak

-Dorong anak untuk memberi tahu Anda jika ada masalah

-Kenali pertemanannya atau orang yang dekat dengannya

-Jangan melampiaskan kemarahan kepada anak

-Beri penjelasan pada anak untuk menjauhi situasi atau hal yang berbahaya.

BAB III

Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian

Menurut Yosep (2009) dalam Damaiyanti & Iskandar (2012.104) :

Faktor Penyebab Perilaku Kekerasan Pada dasarnya pengkajian pada klien perilaku kekerasan
ditunjukan pada semua aspek, yaitu biopsikososial-kultural-spiritual.
1. Aspek Biologis Respons fisiologis timbul karena kegiatan System saraf otonom bereaksi terhadap
sekresi epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar,
pengeluaran urin meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatkan
kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku dan refleks
cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.

2. Aspek Emosional Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel,
frustrasi, dendam, ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan
dan menuntun.

3. Aspek Intelektual Sebagian besar pengalaman hidup individu, didapatkan melalui proses
intelektual, peran pancar indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang
selanjutnya diolah Adam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara
klien marah, mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi,
dan diintergrasikan.

4. Aspek Sosial Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi
marah sering merangsang kemarahan orang lain. Klen sering kali menyalurkan kemarahan dengan
mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan
katakata kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses terse but dapat mengasingkan individu
sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.

5.Aspek Spiritual Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkngan.
Hal yang bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menim bulkan kemarahan yang
dimanifestasikan dengan amoral dan rasatidak berdosa. Kemudian data yang diperoleh dapat
dikelompokkan menjadi dua macam sebagai berikut :

a. Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini di dapatkan melalui observasi at
au pemeriksaan langsung oleh perawat

b. Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini diperoleh
melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga

Diagnosa Keperawatan

1. Resiko perilaku kekerasan

2. Harga diri rendah kronik

3. Resiko mencederai (diri sendiri, orang lain, lingkungan, )

4. Perubahan Presepsi sensori: halusinasi

5. Isolasi social

6. Berduka disfungsional

7. Inefektif proses terapi

8. Koping keluarga inefektif


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN


A.KESIMPULAN

Kekerasan pada anak adalah setiap perbuatan yang dilakukan pada anak hingga menyebabkan anak
sengsara atau menderita secara fisik, psikis, seksual, dan/atau terlantar Kekerasan pada anak adalah
setiap perbuatan yang dilakukan pada anak hingga menyebabkan anak sengsara atau menderita
secara fisik, psikis, seksual, dan/atau terlantarada beberapa

faktor penyebab perilaku kekerasan seperti :

1.Faktor predisposisi Faktor pengalaman yang dia lami tiap orang yang merupakan faktor
predisposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi

2. Faktor presipitasi Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik i njuri
fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Faktor pencetus sebagai berikut:

B.SARAN

Cara mengatasi kekerasan pada anak dapat dilakukan dengan psikoterapi. Psikoterapi membantu
anak untuk berperilaku dan menjalin hubungan dengan normal kembali. Selain itu, apabila anak
mengalami cedera atau keluhan fisik lainnya, ia mungkin memerlukan perawatan medis.

Pastikan anak merasa aman dan terlindungi. Tunjukkan kasih sayang dan perhatian Anda
sepenuhnya sebagai solusi kekerasan pada anak. Laporkan tindakan kekerasan yang dialami anak
pada pihak berwajib agar pelaku mendapat efek jera.

DAFTAR PUSTAKA
Humanika, Solihin, Lianny. (2004). Tindakan Kekerasan pada Anak dalam Keluarga..Jurnal Pendidikan
Penabur - No.03 / Th.III / Desember 2004 Irwanto.(2000)

Tindak kekerasan terhadap anak. Surabaya: PT Lutftansa Mediatama. Khusmas, Asniar, Hastarjo, T.
D, Wimbarti, S. (1997).

Peran Fantasi agresif tentang perilaku agresif anakanak. Jurnal Psikologi. No 1 , 21-29 Munawati.
(2011).

Hubungan Verbal Abuse dengan Perkembangan Kognitif pada Anak Usia Prasekolah di RW 04
Kelurahan Rangkapan Jaya Baru

MAKALAH KEKERASAN PADA ANAK


DISUSUSN OLEH

NURDIANA NINGSIH

2120243123

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHARTAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN 2021-2022

Anda mungkin juga menyukai