PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Child abuse dalam arti luas meliputi penganiayaan fisik secara sengaja,
penganiayaan atau pengabaian emosional atau verbal, dan penganiayaan
seksual pada anak, yang biasa dilakukan oleh orang dewasa. Perlakuan salah
pada anak merupakan salah satu masalah social paling bermakna yang terjadi
pada anak.
Pada tahun 2000, layanan perlindungan anak melakukan investigasi
pada lebih dari 3 juta laporan yang menyatakan dugaan salah perlakuan
terhadap lebih dari 5 juta anak. Angka korban salah perlakuan adalah 11,8
korban per 1000 anak dalam populasi. Diperkirakan sebanyak 1.200 fatalitas
salah perlakuan pada anak terjadi di 50 negara bagian dari Distrik Columbia
pada tahun 2000. Dari semua kematian, tercatat 40% adalah anak yang
berumur kurang dari 1 tahun, dan 85% fatalitas anak terjadi pada anak-anak
yang berusia di bawah 6 tahun. Lebih dari separuh dari seluruh korban (63%)
mengalami pengabaian (meliputi pengabaian medis), 19% mengalami
penganiayaan fisik, dan sekitar 10% korban mengalami penganiayaan seksual.
Korban salah perlakuan emosional tercatat sebanyak 8% dari semua korban.
Penganiayaan seksual paling sering terjadi di antara anak perempuan, keluarga
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami konsep asuhan keperawatan anak dengan Child
Abuse
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami konsep child abuse
b. Mampu menerapkan asuhan keperawatan anak child abuse
berdasarkan Jurnal
Penganiayaan Fisik
Temuan fisik yang mengarah
- Memar dan bekas pukulan: pada wajah, bibir, mulut, punggung, bokong,
paha, atau daerah batang tubuh. Pola penggambaran teratur sesuai dengan
benda yang digunakan
- Pola penggambaran yang teratur sesuai dengan benda yang digunakan
seperti ikat pinggang, tangan, kawat jemuran, rantai, sendok kayu, tanda
pijatan atau cubitan.
- Tampak dalam berbagai tahap penyembuhan
- Luka bakar : pada telapak kaki, telapak tangan, punggung,atau bokong.
Pola menggambarkan suatu benda yang dipakai, seperti luka bakar bulat
karena cerutu atau rokok, daerah berbatas tegas ‘menyerupai sarung
tangan” akibat direndam dalam air panas; luka bakar tali pada
pergelangan tangan atau pergelangan kaki karena diikat; luka bakar
dalam bentuk setrikaan, radiator, atau kompor listrik.
- Tidak ada tanda “percikan: dan adanya luka bakar simetris.
- cedera senjata api lesi sirkuler, hampir seragam (sampai 0,5 cm) dan
terpisah sekitar 5 cm (Frechette dan Rimsza 1992).
- Fraktur dan dislokasi : struktur tengkorak, hidung, wajah; cedera bisa
menunjukkan tipe penganiayaan seperti fraktur spiral atau dislokasi
KEPERAWATAN ANAK 1_Dania Relina Sitompul, S.Kep,Ners, M.Kep 10
akibatnya terpuntirnya ekstremitas atau benturan akibat mengguncang
anak.
- Fraktur baru atau lama multiple dalam berbagai derajat penyembuhan.
- Laserasi dan abrasi : pada punggung lengan, tungkai, batang tubuh,
wajah, atau genitalia eksternal; gejala tidak lazim, seperti pembengkakan
abdomen, nyeri dan muntah akibat ditinju; tanda deskriptif seperti bekas
gigitan orang dewasa atau tarikan rambut.
- Kimia : keracunan berulang yang tidak bisa dijelaskan, terutama
overdosis obat; penyakit mendadak yang tidak bisa dijelaskan, seperti
hioiglikemia akibat pemberian insulin.
3. Penganiayaan seksual
Temuan fisik yang mengarah
- Memar, perdarahan, laserasi, atau iritasi genitalia eksterna, anus, mulut
atau tenggorokan.
- Pakaian dalam robek, bernoda, atau berdarah
- Nyeri ketika berkemih atau sakit, bengkak, dan gatal di daerah genital
- Rabas dan penis
- Penyakit menular seksual, vaginitis nonspesifik, atau kulit di daerah
genitalia
- Kesulitan berjalan atau duduk
KEPERAWATAN ANAK 1_Dania Relina Sitompul, S.Kep,Ners, M.Kep 11
- Bau tidak lazim di daerah genital
- Infeksi saluran kemih berulang
- Adanya sperma
- Kehamilan pada remaja muda
5 Mencegah penganiayaan
Pencegahan perlakuan salah pada anak merupakan tujuan yang sangat
sulit dicapai. Program ditujukan untuk mengidentifikasi individu yang
berpotensi menjadi penganiaya dan menerapkan intervensi dukungan
sebelum tindakan penganiayaan terjadi.
Peran perawat misalnya, kunjungan rumah saat prenatal dan masa bayi
dengan memberikan informasi mengenai pertumbuhan dan
perkembangan anak yang normal dan kebutuhan perawatan kesehatan
secara rutin.
Yuk Chung Chan., et al. 2011. Children’Views On Child Abuse And Neglect :
Findings From an Exploratory Study with Chinese Children in Hongkong.
Hongkong : Journal Politehnic University.
Timothy P., et al. 2012. Transactional Sex As A Form OF Child Sexual Exploitation
And Abuse In Rwanda :Implications For Child Security And Protection.
USA : Journal Harvard School of Public Health
Masa anak merupakan masa dimana rasa ingin tahu mereka terhadap lingkungan
sekitar sangat tinggi. Mereka akan mengeksplorasi lingkunagan sekitar dengan
menggunakan seluruh panca indera mereka tanpa memperhitungkan kemungkinan
bahaya yang akan timbul sehingga dapat menyebabkan kecelakan dan melukai tubuh
mereka bahkan bisa mengakibatkan kematian. Tidak jarang luka yang diakibatkan
RINGKASAN:
Masa anak adalah masa dimana mereka aktif mengeksplorasi lingkungan sekitar.
Rasa keingintahuannya yang tinggi kadang-kadang membuat mereka tidak memahami
bahaya yang dapat ditimbulkan dari apa yang mereka lakukan, oleh karena itu maka
kewajiban orang tua dan keluarga untuk menjaga dan melindungi anak agar tetap
terjaga kesehatan dan keamanan nya terutama dari bahaya lingkungan yang tidak bisa
di modifikasi dan dimanipulasi. Peran perawat dalam hal ini adalah membimbing dan
memotivasi orang tua dan keluarga dalam upaya meminimalkan dan menghindari
kejadian kecelakaan pada anak dengan cara memberikan alternative pencegahan yang
dapat dilakukan sesuai dengan tahap usia anak.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu penyakit infeksi yang bias terjadi pada anak yaitu penyakit
HIV. Penyakit HIV penularannya bias dari ibu ke anak (tanpa pencegahan
Antiretroviral) diperkirakan berkisar antara 15–45%. Bukti dari Negara
industry maju menunjukkan bahwa transmisi dapat sangat dikurangi (menjadi
kurang dari 2% pada beberapa penelitian terbaru) dengan pemberian
antiretroviral selama kehamilan dan saat persalinan dan dengan pemberian
makanan pengganti dan bedah kaisarelektif.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran konsep family centre care di ruang infeksi
2. Tujuan Khusus
a) Untuk memperoleh gambaran tentang ruang infeksi
b) Untuk memperoleh gambaran family centre care di ruang infeksi
c) Untuk memperoleh gambaran anak dengan HIV.
A. Keluarga
Bailon dan Maglaya (1978) mengemukakan bahwa keluarga sebagai dua atau
lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau
adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam
perannya, menciptakan dan mempertahankan suatu budaya. Sedangkan Leininger
(1976) berpandangan bahwa keluarga adalah suatu sistem sosial yang dapat
menggambarkan adanya jaringan kerja dari orang-orang yang secara regular
berinteraksi satu sama lain yang ditunjukkan oleh adanya hubungan yang saling
tergantung dan mempengaruhi dalam rangka mencapai tujuan.
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan secara biologis,
legal emosional. Keluarga bisa besar, kecil, inti, extend, multi-generasi, satu orang
tua, dua orang tua, dan kakek nenek. Tinggal dalam satu atap rumah atau lebih.
Keluarga dapat dalam jangka waktu tertentu, beberapa minggu, permanen dan
selamanya. Menjadi bagian dalam keluarga dengan cara melahirkan, adopsi,
pernikahan, adanya hubungan saling menguntungkan.
Keluarga menciptakan kultur dari diri sendiri yang berinteraksi dengan nilai-nilai
yang berbeda dan dengan cara yang unik mewujudkan mimpinya. Secara bersama,
Burgess, dkk (1963) membuat definisi keluarga yang berorientasi pada tradisi dan
digunakan sebagai referensi secara luas:
Salah satu aspek terpenting dari perawatan adalah penekanannya pada unit
keluarga. Berikut beberapa alasan mengapa keluarga harus dilakukan kerjasama
dalam perawatan:
B. Anak
Anak adalah individu yang berusia antara 0 sampai 18 tahun, yang
sedang dalam proses tumbuh-kembang, mempunyai kebutuhan yang spesifik
(fisik, psikologis, sosial, dan spiritual) yang berbeda dengan orang dewasa.
Secara psikologis anak membutuhkan cinta dan kasih sayang, rasa aman atau
bebas dari ancaman, Secara sosial anak membutuhkan lingkungan yang dapat
memfasilitasinya untuk berinteraksi, sedangkan secara spiritual anak
membutuhkan penanaman nilai agama dan moral serta nilai budaya (Supartini,
2004).
D. Konsep Infeksi
1. Pengertian Infeksi
KEPERAWATAN ANAK 1_Dania Relina Sitompul, S.Kep,Ners, M.Kep 51
Kolonisasi : merupakan suatu keadaan dimana ditemukan adanya agen
infeksi, dimana organisme tersebut hidup, tumbuh dan berkembang biak,
tetapi tanpa disertai adanya respon imun atau gejala klinik. Pada kolonisasi,
tubuh pejamu tidak dalam keadaan suseptibel. Pasien atau petugas kesehatan
bisa mengalami kolonisasi dengan kuman patogen tanpa menderita sakit,
tetapi dapat menularkan kuman tersebut ke orang lain. Pasien atau petugas
kesehatan tersebut dapat bertindak sebagai “Carrier”.
2. Agen Infeksius
Untuk melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi perlu
mengetahui rantai penularan. Apabila satu mata rantai dihilangkan atau
dirusak, maka infeksi dapat dicegah atau dihentikan. Komponen yang
diperlukan sehingga terjadi penularan tersebut adalah:
1) Kategori I A :
Sangat direkomendasikan untuk seluruh rumah sakit, telah didukung
penelitian dan studi epidemiologi.
2) Kategori I B :
Sangat direkomendasikan untuk seluruh rumah sakit dan telah ditinjau
efektif oleh para ahli di lapangan. Dan berdasar kesepakatan HICPAC
(Hospital Infection Control Advisory Committee) sesuai dengan bukti
rasional walaupun mungkin belum dilaksanakan suatu studi scientifik.
3) Kategori II :
Dianjurkan untuk dilaksanakan di rumah sakit. Anjuran didukung studi
klinis dan
4) Tidak direkomendasi :
Masalah yang belum ada penyelesaiannnya. Belum ada bukti ilmiah
yang memadai atau belum ada kesepakatan mengenai efikasinya.
1) Kebersihan tangan/Handhygiene
2) Alat Pelindung Diri (APD) : sarung tangan, masker, goggle (kaca mata
pelindung), face shield (pelindung wajah), gaun
3) Peralatan perawatan pasien Pengendalian lingkungan
4) Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
5) Kesehatan karyawan / Perlindungan petugas kesehatan
6) Penempatan pasien
7) Hygiene respirasi/Etika batuk
8) Praktek menyuntik yang aman
9) Praktek untuk lumbal punksi
Dalam tindakan kewaspadaan universal diperlukan kemampuan
perawat sebagai pelaksana, ditunjang oleh sarana dan prasarana, serta SOP
yang mengatur langkah langkah tindakan kewaspadaan universal.
Kemampuan perawat sebagai pelaksana perawatan dipengaruhi oleh unsur
pengetahuan dan unsur sikap dalam memberikan pelayanan perawatan.
Kedua unsur tersebut akan mempengaruhi perilaku perawat dalam
memberikan pelayanan keperawatan yang tercermin pada pelaksanaan
tindakan perawatan.
Prinsip kewaspadaan universal (universal precaution) di pelayanan
kesehatan adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi
ruangan, serta sterilisasi peralatan. Hal ini penting mengingat sebagian
besar yang terinfeksi virus lewat ruangan lingkungan pasien seperti
pneumonia dan TBC atau seperti HIV dan HIB tidak menunjukan gejala
fisik. Kewaspadaan universal diterapkan untuk melindungi setiap orang
(pasien dan petugas kesehatan) apakah mereka terinfeksi atau tidak.
Kewaspadaan universal berlaku untuk darah, sekresi ekskresi (kecuali
keringat), luka pada kulit, dan selaput lendir. Penerapan standar ini penting
untuk mengurangi risiko penularan mikroorganisme yang berasal dari
a) Sarung Tangan
Pemakaian sarung tangan bertujuan untuk melindungi tangan
dari kontak dengan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta,
kulit yang tidak utuh, selaput lendir pasien dan benda yang
terkontaminasi. Sarung tangan harus selalu dipakai oleh setiap
petugas sebelum kontak dengan darah atau semua jenis cairan tubuh.
c) Gaun Pelindung
Gaun pelindung merupakan salah satu jenis pakaian kerja.
Jenis bahan sedapat mungkin tidak tembus cairan. Tujuan pemakaian
gaun pelindung adalah untuk melindungi petugas dari kemungkinan
genangan atau percikan darah atau cairan tubuh lain. gaun pelindung
harus dipakai apabila ada indikasi seperti halnya pada saat
membersihkan luka, melakukan irigasi, melakukan tindakan drainase,
menuangkan cairan terkontaminasi ke dalam lubang wc, mengganti
pembalut, menangani pasien dengan perdarahan masif. Sebaiknya
setiap kali dinas selalu memakai pakaian kerja yang bersih, termasuk
gaun pelindung. Gaun pelindung harus segera diganti bila terkena
kotoran, darah atau cairan tubuh (Anita, D, A, 2004).
f) Pengelolaan limbah
i. Limbah rumah tangga atau limbah non medis, yaitu limbah yang
tidak kontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya disebut
sebagai resiko rendah. yakni sampah-sampah yang dihasilkan
dari kegiatan ruang tunggu pasien, administrasi.
ii. Limbah medis bagian dari sampah rumah sakit yang berasal dari
bahan yang mengalami kontak dengan darah atau cairan tubuh
lainnya disebut sebagai limbah beresiko tinggi. Beberapa limbah
medis dapat berupa: limbah klinis, limbah laboratorium, darah
atau cairan tubuh yang lainnya, material yang mengandung darah
seperti perban, kassa dan benda-benda dari kamar bedah, sampah
organik, misalnya potongan tubuh, plasenta, benda-benda tajam
bekas pakai misal jarum suntik.
Rumah sakit merupakan suatu tempat dimana orang yang sakit dirawat
dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien
mendapatkan terapi dan perawatan untuk dapat sembuh. Tetapi, rumah sakit
selain untuk mencari kesembuhan, juga merupakan depot bagi berbagai
macam penyakit yang berasal dari penderita maupun dari pengunjung yang
berstatus karier. Kuman penyakit ini dapat hidup dan berkembang di
lingkungan rumah sakit, seperti; udara, air, lantai, makanan dan benda-benda
medis maupun non medis. Terjadinya infeksi nosokomial akan menimbulkan
banyak kerugian, antara lain:
Penempatan pasien
Saat seorang anak mengalami perubahan suhu tubuh, orang tua akan
segera berespon untuk mengatasi perubahan suhu tersebut. Selama suhu
meningkat, metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah.
Metabolisme tubuh meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu.
Frekuensi jantung dan pernafasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh. Metabolisme meningkat menggunakan energi yang
memproduksi panas tambahan. Suhu yang meningkat dan berlangsung lama,
dapat melelahkan anak sehingga menghabiskan simpanan energi dan beresiko
terjadinya dehidrasi (Thompson, 2007).
Kasus :
1. Test HIV pada ibu hamil di negara berkembang dengan pendapatan yang
minim hanya sekitar 21% (UNAIDS, 2009)
2. Kunjungan tenaga medis ke ibu hamil resiko tinggi kurang optimal, hanya
sekitar 32% di negara berkembang
3. Akses ke pelayanan kesehatan untuk melahirkan dan perawatan bayi baru lahir
terbatas, sekitar 40% yang memanfaatkan pelayanan kesehatan.
4. Ibu kesulitan mencari alternatif untuk menyusui terkait dengan resiko tinggi
kedekatan yang bersangkutan terhadap pasangan yang menderita HIV
1. MTCT Plus dilakukan di 13 negara bagian dari benua afrika dan thailand
(Abraham, 2007)
2. Program meliputi :
a. Perawatan medis kepada orang dewasa dan anak yang terinfeksi HIV
AIDS
b. Deteksi dini HIV pada bayi baru lahir
c. Penyuluhan dan konseling kesehatan
d. Perencanaan dan pelayanan keluarga berencana
e. Dukungan psikososial
f. Pendidikan kesehatan tentang gizi
g. Penatalaksanaan lebih lanjut kepada bayi yang terinfeksi HIV AIDS.
3. Hasil yang didapat :
a. Sebanyak 47% wanita mengikuti program pengobatan selama kehamilan,
20% mendapatkan high active antiretroviral theraphy (HAART) dan 30%
mendapatkan single dose nevirapine.
b. Wanita yang mendapatkan HAART selama kehamilan menunukkkan
peningkatan respon kekebalan tubuh setelah 30 bulan.
c. 2/3 wanita melibatkan anggota keluarga dalam proses pengobatan
d. Angka kematian wanita hamil lebih rendah dibandingkan program reguler
KEPERAWATAN ANAK 1_Dania Relina Sitompul, S.Kep,Ners, M.Kep 81
Keterlibatan pasangan merupakan komponen penting dalam memfasilitasi
peningkatan kesehatan keluarga di negara bagian uganda
Kesimpulan :
1. Test HIV pada ibu hamil diharapkan dikenai biaya yang murah di Indonesia,
walau sekarang masih sedikit ibu yang melakukan tes HIV, namun hal ini
baiknya diwajibkan jika salah satu pasangan menderita HIV-AIDS
2. Kunjungan tenaga medis ke ibu hamil resiko tinggi harus dioptimalkan
3. Akses ke pelayanan kesehatan untuk melahirkan dan perawatan bayi baru lahir
memadai.
4. Ibu yang kesulitan mencari alternatif untuk menyusui terkait dengan resiko
tinggi kedekatan yang bersangkutan terhadap pasangan yang menderita HIV
seharusnya diberikan jalan keluarnya melalui kunjungan tenaga kesehatan
A. Kesimpulan
1. Keluarga memiliki peran cukup penting dalam kehidupan anak karena
keluarga berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap individu anggota
keluarga, memberikan perawatan fisik, dan perhatian emosional, dan
seiring dengan itu keluarga juga mengarahkan perkembangan kepribadian.
2. Usia anak sebagai kelompok usia yang masih sangat tergantung kepada
lingkungan (keluarga) memerlukan peran keluarga dalam perawatannya.
3. Family-Centered Care (FCC) merupakan pendekatan perawatan yang dapat
meningkatkan peran keluarga dalam perawatan anak
4. Aplikasi Family-Centered Care (FCC) dapat dilakukan dengan
memberikan perawatan secara rooming-in bagi ibu dan anak, memberikan
asuhan perkembangan, dan menerapkan discharge planning bagi setiap
klien.
5. Infeksi adalah invasi tubuh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan demam dan sakit.
6. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau Acquired Immune Deficiency
Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau:
sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang
menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain). Virusnya sendiri
bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV) yaitu virus
yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia.
7. Orang yang terkena virus HIV akan menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang
telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit
ini belum benar-benar bisa disembuhkan.
8. Terjadi perubahan paradigma dari penanganan standar penatalaksanaan
MCT (mother to child transmission)
9. Perhatian tertuju tidak saja pada pencegahan MTCT selama kehamilan dan
persalinan, tetapi juga terhadap seluruh kebutuhan keluarga.
10. Pengembangan penerapan FCC untuk penanganan MTCT masih
dikembangkan.
KEPERAWATAN ANAK 1_Dania Relina Sitompul, S.Kep,Ners, M.Kep 84
B. Saran
1. Penerapan konsep FCC dalam klinik memerlukan kesiapan perawat, oleh
karena itu perawat perlu mengembangkan diri dan meningkatkan
kompetensinya dalam memberikan asuhan perkembangan yang berkualitas,
dilandasi dasar teori yang kuat bagi perawatan anak, ibu dan keluarga.
2. Tanggung jawab sebagai change-agent sangatlah berat, untuk itu perawat
perlu bekerja sama dan selalu bekerja keras tanpa mengenal putus asa untuk
dapat mewujudkan asuhan perawatan yang berbasis keluarga
(family-centered care).
3. Bila orangtua beresiko tinggi terkena HIV AIDS seperti suami atau isteri
pelaku sex bebas, pengguna narkoba jarum suntik dan sebagainya
sebaiknya harus diwaspadai tanda dan gejala tersebut pada anak.
4. Pengembangan penerapan FCC untuk penanganan MTCT seharusnya juga
diaplikasikan di Indonesia, karena banyak manfaat yang akan didapat,
seperti:
a. Meningkatkan pencegahan primer terkait dengan kesehatan reproduksi
meliputi antenatal care, postpartum/natal care dan pelayanan HIV
AIDS
b. Menigkatkan konseling yang tepat kepada wanita yang menderita HIV
agar mereka mampu memutuskan keputusan yang tepat tentang masa
depan dan kesehatan reproduksinya.
c. Bagi wanita hamil yang terinfeksi HIV penguatan konseling dilakukan
secara terintegrasi di pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk
pilihan dalam proses menyusui.
d. Merujuk kepada pelayanan kesehatan yang lebih baik untuk merawat
wanita yang teridentifikasi HIV dan keluarganya.
MANFAAT
Melalui toilet training anak akan belajar bagaimana mereka
mengendalikan keinginan untuk buang air yang selanjutnya akan
menjadikan mereka terbiasa untuk meggunakan toilet (mencerminkan
keteraturan) secara mandiri sehingga akan muncul pola hidup bersih yang
mampu meningkatkan derajat kesehatannya
Kedekatan interaksi orang tua dengan anak dalam toilet training akan
membuat anak merasa aman dan percaya diri.
Contoh pispot :