Anda di halaman 1dari 6

Nama: Oktavianus Varley Noventri Jakusaputra

Kaprodi: Ekonomi Dan Bisnis

Jurusan: Manajemen

Kampus: Universitas Pamulang (UNPAM).

Materi kajian: IKMMT

Tema kajian: Dampak kekerasan terhadap anak

DAMPAK KEKERASAN TERHADAP ANAK

> Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Anak adalah buah hati yang tak ternilai harganya bagi sebuah keluarga,
maka dari itu menjaganya untuk tumbuh baik dan berkembang sebagaimana yang diharapkan adalah
kewajiban mutlak bagi kedua orang tua yaitu ayah dan ibu. Bagaimana memilih pendidikan yang baik,
pergaulan yang baik, lingkungan yang mendukung sudah sepantasnya orang tua wajib mengarahkan
anak.
Belakangan ini kasus kekerasan tehadap anak sering terjadi baik berupa fisik, seksual, penganiayaan
emosional, atau pengabaian terhadap anak. Sebagian besar terjadi kekerasan terhadap anak di rumah
anak itu sendiri dengan jumlah yang lebih kecil terjadi di sekolah, di lingkungan atau organisasi tempat
anak berinteraksi. Lebih miris lagi jika kekerasan terhadap anak terjadi dalam lingkungan keluarga dan
bahkan pelakunya adalah orang yang dikenal. Sebagaimana kita ketahui, dari berbagai media baik berita
di koran, berita di TV atau media online lainnya sering memberitakan kejadian-kejadian tentang
kekerasan terhadap anak. Oleh karena itu, ada baiknya sebagai orang tua agar lebih efektif menjaga dan
memantau anak agar terhindar dari hal-hal tersebut.

Sebagaimana contoh kasus yang kita ketahui bersama, perbuatan kekerasan seksual yang dilakukan
terhadap anak di sebuah sekolah internasional di Jakarta. Terbayang penderitaan yang dialami oleh
anak ini, baik fisik, emosi, dan juga psikologisnya. Sudah dapat dipastikan bahwa ini bukan satu satunya
kasus kekerasan pada anak yang terjadi di negeri ini. Kekerasan terhadap anak adalah tindak kekerasan
secara fisik, seksual, penganiayaan emosional, atau pengabaian terhadap anak. Sebagian besar
kekerasan terhadap anak terjadi di rumah anak itu sendiri , di sekolah, atau di lingkungan tempat anak
berinteraksi.

Kekerasan pada anak bisa memunculkan masalah fisik maupun psikologis pada si anak di kemudian
harinya. Secara fisik mungkin bisa dilihat dari sekujur tubuhnya ada tanda tanda bekas kekerasan. Secara
psikis, anak yang menjadi korban kekerasan dapat mengalami masalah kejiwaan seperti : gangguan stres
pasca trauma, depresi, cemas, dan psikotik. Orang tua sering sekali tidak menyadari atau terlambat
mengetahui bahwa anaknya menjadi korban kekerasan. Oleh karena itu penting bagi orang tua untuk
mengenali tanda dan gejala kemungkinan anak menjadi korban kekerasan.

> Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Terhadap Anak

1. Lemahnya pengawasan orang tua terhadap anak dalam menonton TVa dan bermain.

2. Anak mengalami cacat tubuh, gangguan tingkah laku, autisme, terlalu lugu.

3. Kemiskinan keluarga (banyak anak).

4. Keluarga pecah (broken home) akibat perceraian, ketiadaan Ibu dalam jangka panjang.

5. Keluarga yang belum matang secara psikologis, ketidakmampuan mendidik anak, anak yang tidak
diinginkan (unwanted child) atau anak lahir di luar nikah.

6. Kondisi lingkungan yang buruk, keterbelakangan.

7. Kesibukan orang tua sehingga anak menjadi sendirian bisa menjadi pemicu kekerasan terhadap anak.
8. Kurangnya pendidikan orang tua terhadap anak.

> Bentuk Kekerasan Terhadap Anak

1. Kekerasan Fisik

Bentuk kekerasan seperti ini mudah diketahui karena akibatnya bisa terlihat pada tubuh korban kasus
physical abuse: persentase tertinggi usia 0-5 tahun (32,3%) dan terendah usia 13-15 tahun (16,2%).
Kekerasan biasanya meliputi memukul, mencekik, menempelkan benda panas ke tubuh korban dan lain-
lainnya. Dampak dari kekerasan seperti ini selain menimbulkan luka dan trauma pada korban, juga
sering kali membuat korban meninggal.

2. Kekerasan secara Verbal

Bentuk kekerasan seperti ini sering diabaikan dan dianggap biasa atau bahkan dianggap sebagai
candaan. Kekerasan seperti ini biasanya meliputi hinaan, makian, maupun celaan. Dampak dari
kekerasan seperti ini yaitu anak jadi belajar untuk mengucapkan kata-kata kasar, tidak menghormati
orang lain dan juga bisa menyebabkan anak menjadi rendah diri.

3. Kekerasan secara Mental

Bentuk kekerasan seperti ini juga sering tidak terlihat, namun dampaknya bisa lebih besar dari
kekerasan secara verbal. Kasus emotional abuse: persentase tertinggi usia 6-12 tahun (28,8%) dan
terendah usia 16-18 tahun (0,9%) kekerasan seperti ini meliputi pengabaian orang tua terhadap anak
yang membutuhkan perhatian, teror, celaan, maupun sering membanding-bandingkan hal-hal dalam diri
anak tersebut dengan yang lain, bisa menyebabkan mentalnya menjadi lemah. Dampak kekerasan
seperti ini yaitu anak merasa cemas, menjadi pendiam, belajar rendah diri, hanya bisa iri tanpa mampu
untuk bangkit.

4. Pelecehan Seksual

Bentuk kekerasan seperti ini biasanya dilakukan oleh orang yang telah dikenal anak, seperti keluarga,
tetangga, guru maupun teman sepermainannya sendiri. Kasus pelecehan seksual: persentase tertinggi
usia 6-12 tahun (33%) dan terendah usia 0-5 tahun (7,7%).Bentuk kekerasan seperti ini yaitu pelecehan,
pencabulan maupun pemerkosaan. Dampak kekerasan seperti ini selain menimbulkan trauma
mendalam, juga sering kali menimbulkan luka secara fisik.

> Dampak dari Kekerasan pada Anak


Dampak kekerasan pada anak yang diakibatkan oleh orang tuanya sendiri atau orang lain sangatlah
buruk antara lain:

1. Agresif

Sikap ini biasa ditujukan anak kepada pelaku kekerasan. Umumnya ditujukan saat anak merasa tidak ada
orang yang bisa melindungi dirinya. Saat orang yang dianggap tidak bisa melindunginya itu ada di
sekitarnya, anak akan langsung memukul atau melakukan tindak agresif terhadap si pelaku. Tetapi tidak
semua sikap agresif anak muncul karena telah mengalami tindak kekerasan.

2. Murung/Depresi

Kekerasan mampu membuat anak berubah drastis seperti menjadi anak yang memiliki gangguan tidur
dan makan, bahkan bisa disertai penurunan berat badan. Ia akan menjadi anak yang pemurung,
pendiam, dan terlihat kurang ekspresif.

3. Memudah menangis

Sikap ini ditunjukkan karena anak merasa tidak nyaman dan aman dengan lingkungan sekitarnya. Karena
dia kehilangan figur yang bisa melindunginya, kemungkinan besar pada saat dia besar, dia tidak akan
mudah percaya pada orang lain.

4. Melakukan tindak kekerasan terhadap orang lain

Dari semua ini anak dapat melihat bagaimana orang dewasa memperlakukannya dulu. Ia belajar dari
pengalamannya, kemudian bereaksi sesuai dengan apa yang dia alami.

> Solusi Mencegah Terjadinya Kekerasan pada Anak


Agar anak terhindar dari bentuk kekerasan seperti di atas perlu adanya pengawasan dari orang tua, dan
perlu diadakannya langkah-langkah sebagai berikut:

1. Jangan sering mengabaikan anak, karena sebagian dari terjadinya kekerasan terhadap anak adalah
kurangnya perhatian terhadap anak. Namun hal ini berbeda dengan memanjakan anak.

2. Tanamkan sejak dini pendidikan agama pada anak. Agama mengajarkan moral pada anak agar
berbuat baik, hal ini dimaksudkan agar anak tersebut tidak menjadi pelaku kekerasan itu sendiri.

3. Sesekali bicaralah secara terbuka pada anak dan berikan dorongan pada anak agar bicara apa
adanya/berterus terang. Hal ini dimaksudkan agar orang tua bisa mengenal anaknya dengan baik dan
memberikan nasihat apa yang perlu dilakukan terhadap anak, karena banyak sekali kekerasan pada anak
terutama pelecehan seksual yang terlambat diungkap.

4. Ajarkan kepada anak untuk bersikap waspada seperti jangan terima ajakan orang yang kurang dikenal
dan lain-lain.

Sebaiknya orang tua juga bersikap sabar terhadap anak. Ingatlah bahwa seorang anak tetaplah seorang
anak yang masih perlu banyak belajar tentang kehidupan dan karena kurangnya kesabaran orang tua
banyak kasus orang tua yang menjadi pelaku kekerasan terhadap anaknya sendiri.

> Kesimpulan

Setiap anak berhak memperoleh perlindungan dari keluarga, masyarakat maupun pemerintah. Dalam
penyelenggaraan perlindungan anak yang tercantum dalam UU No. 23 Tahun 2002 maka semua pihak
mempunyai kewajiban untuk melindungi anak dan mempertahankan hak-hak anak. Pemberlakuan
Undang-undang ini juga di sempurnakan dengan adanya pemberian tindak pidana bagi setiap orang
yang sengaja maupun tidak sengaja melakukan tindakan yang melanggar hak anak. Dalam undang-
undang ini juga dijelaskan bahwa semua anak mendapat perlakuan yang sama dan jaminan
perlindungan yang sama pula, dalam hal ini tidak ada diskriminasi ras, etnis, agama, suku, dsb.

Anak yang menderita cacat baik fisik maupun mental juga memiliki hak yang sama dan wajib dilindungi
seperti hak memperoleh pendidikan, kesehatan, dsb. Undang-undang No.23 tahun 2002 juga
menjelaskan mengenai hak asuh anak yang terkait dengan pengalihan hak asuh anak, perwalian yang
diperlukan karena ketidakmampuan orang tua berhubungan dengan hukum, pengangkatan anak yang
sangat memperhatikan kepentingan anak, serta penyelenggaraan perlindungan dalam hal agama,
kesehatan, pendidikan, sosial dan perlindungan khusus.

> Saran

Undang-undang ini telah dibuat dengan baik dan memperhatikan atau peduli terhadap hak-hak anak
namun pemerintah kurang mensosialisasikan dan merealisasikan isi undang-undang ini. Pemerintah dan
masyarakat kurang berperan dalam menjalankan undang-undang ini sebab anak masih dalam
pengawasan dan pengasuhan keluarga jadi pihak lain belum menjalankan tanggung jawab seperti yang
telah tercantum di atas.

THANK YOU 🙏

Anda mungkin juga menyukai