Anda di halaman 1dari 52

PENGARUH TINGKAT LITERASI ZAKAT TERHADAP

IMPLEMENTASI ZAKAT PROFESI PADA CIVITAS


AKADEMIKA IAIN PALANGKA RAYA

PROPOSAL

Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

COVER

Oleh:
ANI
NIM. 1804130051

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI ISLAM
PRODI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
TAHUN 2022 M / 1443 H
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
A. Latar Belakang ........................................................................................ 4
B. Batasan Masalah ..................................................................................... 8
C. Rumusan Masalah................................................................................... 9
D. Tujuan Penelitian ................................................................................... 9
E. Kegunaan Penelitian ............................................................................... 9
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................... 11
A. Penelitian Terdahulu ............................................................................ .11
B. Kajian Teori dan Konsep ..................................................................... .18
1. KajianTeori ..................................................................................... .18
a. Literasi zakat ……………………………………………………18
b. Implementasi ……………………………………………………21
c. Zakat profesi ……………………………………………………22
2. Kajian Konseptual ............................................................................ 28
a. Civitas Akademika…………………………………..........…….28
C. Kerangka Pikir ...................................................................................... 29
D. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN. ................................................................... 31
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ........................................................... 31
B. Definisi Operasional Variabel .............................................................. 31
C. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................... 33
D. Populasi dan Penelitian ........................................................................ 34
1. Populasi Penelitian ........................................................................... 34
2. Sampel Penelitian ............................................................................ .34
3. Teknik Sampel ……………………………………………………36
E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ........................................... 38
F. Uji Instrumen Penelitian ....................................................................... 41
1. Validitas Penelitian .......................................................................... 41

ii
2. Reliabilitas Penelitian....................................................................... 41
G. Teknik Pengolahan Data ....................................................................... 42
H. Uji Prasyarat Analisis ........................................................................... 43
1. Uji Normalitas……………………………………………………..43
2. Uji Linearitas.. …………………………………………………….44
2. Uji Heteroskedasitas.. ……………………………………………..45
I. Analisis Data......................................................................................... 45
1. Analisis Regresi Linear Sederhana .................................................. 45
2. Uji Koefisien Determinasi (R2)……….…………………………...47
J. Sistematika Penulisan ........................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Zakat merupakan salah satu pilar dalam rukun Islam yang memiliki

kedudukan agung. Dalam ajaran agama Islam, zakat merupakan rukun Islam

yang ke-3. Itu artinya setiap umat Islam diwajibkan untuk mengeluarkan zakat

apabila harta yang dimiliki telah mencapai nishab dan haul. Adapun untuk

ketentuannya telah diatur dalam Al-qur’an dan hadits. Zakat tidak hanya

bernilai ibadah vertikal, tetapi juga merupakan ibadah horizontal. Hal ini

mengindikasikan bahwa zakat memiliki peran yang sangat penting dalam

kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara.

Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduk muslimnya

paling banyak yaitu sebesar 87% atau sekitar 229.620.000 jiwa dari

keseluruhan penduduk sebesar 270.203.917 jiwa. Tingginya angka penduduk

Indonesia yang beragama Islam menjadi potensi yang cukup baik untuk

meningkatkan potensi zakat yang nantinya membantu pemerintah dalam

mengurangi kesenjangan.

Berdasarkan data Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) tahun 2021,

total potensi zakat di Indonesia, sebesar Rp 327,6 triliun. Laporan akhir tahun

2021 hasil penghimpunan pengumpulan zakat secara nasional baru

membukukan angka 14 trilliun rupiah, kendati mengalami peningkatan yang

sangat tajam, tetapi potensinya masih sangat besar. Oleh karena itu, perlu

dilakukan optimalisasi dalam proses penghimpunan zakat, agar kontribusi

4
5

zakat dapat terus ditingkatkan terutama untuk meningkatkan kesejahteraan dan

pengentasan kemiskinan.1 Besarnya potensi zakat harus diimbangi dengan

ketepatan dalam penyalurannya agar dapat mencapai tujuan sosial sehingga

kesenjangan di masyarakat dapat berkurang secara signifikan

Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian Agama

(Kemenag) Tarmizi Tohor mengatakan, hasil survei Indeks Literasi Zakat dan

Wakaf Tahun 2020 yang diselenggarakan Kemenag, Pusat Kajian Strategis

BAZNAS dan Badan Wakaf Indonesia, menunjukkan bahwa indeks literasi

zakat masuk dalam kategori menengah/moderat.2

Pengetahuan zakat merupakan pemahaman yang dimiliki seseorang

mengenai zakat. Apabila seseorang memiliki pengetahuan yang baik mengenai

zakat tentunya seseorang tersebut akan sadar akan kewajiban dan manfaat yang

dimiliki ketika membayarkan zakat. Adapun dampak dari kurangnya

pemahaman tentang jenis harta yang wajib zakat dan mekanisme pembayaran

yang dituntunkan oleh syariat Islam menyebabkan pengimplementasian zakat

menjadi sangat tergantung pada masing-masing individu. Hal tersebut pada

gilirannya mempengaruhi perkembangan institusi zakat, yang seharusnya

memegang peranan penting dalam pembudayaan ibadah zakat secara kolektif

agar pelaksanaan ibadah zakat menjadi lebih efektif dan efisien.3

1
https://baznas.go.id/artikel/baca/Zakat-dalam-Lanskap-Ekonomi-Umat/144 diakses pada
05-04-2022 19:03 WIB
2
https://nasional.kompas.com/read/2021/08/31/14291051/kemenag-sebut-literasi-zakat-
dan-wakaf-masyarakat-masih-
rendah#:~:text=Direktur%20Pemberdayaan%20Zakat%20dan%20Wakaf,78%20atau%20masuk%
20dalam%20kategori diakses pada 14-10-2021 19:03 WIB
3
Muhammad Ikhsan Nurani, “Pemahaman Mahasiswa Fiai Uii Tentang Pengetahuan
Dasar Zakat Perspektif Indeks Literasi Zakat”, Skripsi, Program Studi Ekonomi Islam, Fakultas
Ilmu Agama Islam, Universitas Islam Indonesia, 2020.
6

Zakat profesi bisa disebut sebagai salah satu zakat yang memiliki

potensi yang sangat tinggi. Zakat profesi didefinisikan sebagai zakat yang

dikenakan pada tiap pekerjaan atau keahlian profesional tertentu, baik yang

dilakukan sendiri maupun bersama orang/lembaga lain, yang mendatangkan

penghasilan (uang) yang memenuhi nishab.4 Berdasarkan data BAZNAS tahun

2021 potensi zakat penghasilan dan jasa mencapai angka Rp 139,7 triliun.

Untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang

anjuran pembayaran zakat profesi, diperlukan dukungan mutlak dari berbagai

pihak untuk mendorong mensosialisasikan zakat. Hal ini dikarenakan bahwa

zakat profesi memang belum berkembang pesat sebagaimana jenis zakat lain.

Hal tersebut disebabkan belum tersosialisasinya zakat profesi tersebut dengan

baik kepada masyarakat luas, sehingga tidak semua masyarakat mengetahui

mengenai wajibnya untuk menunaikan zakat profesi.5

Zakat profesi di Kota Palangka Raya sangat potensial, hal ini

dikarenakan Kota Palangka Raya yang merupakan Ibu kota provinsi

Kalimantan Tengah tentunya memiliki peluang zakat yang sangat tinggi. Selain

merupakan salah satu Kota besar, Kota Palangka Raya juga menjadi salah satu

tempat para perantau untuk mencari ilmu dan bekerja. Meningkatnya harta

zakat dari profesi di dukung meningkatnya kesadaran dan banyak varian

profesi yang ada dalam masyarakat Palangka Raya di antaranya yaitu profesi

dosen, arsitek, guru, dan advokat yang saat ini sudah semakin banyak

4
Didin Hafhihuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq, Sedekah; Zakat dalam
Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2002), h.3
5
Noor Aflah, Arsitektur Zakat Indonesia, (Jakarta: UI-Press, 2009), h.107-121.
7

bermunculan di Kota Palangka Raya. Penghasilan yang mereka dapatkan pun

jika dihitung dalam masa setahun atau haul sudah memenuhi nishab zakat

profesi. Namun sebagian dari mereka banyak yang belum mengetahui

mengenai kewajiban membayar zakat profesi.

Sebagai salah satu Institut Agama Islam ternama Di Kota Palangka

Raya, IAIN Palangka Raya sangat peduli terhadap pengelolaan zakat yang ada

di kota Palangka Raya. Dalam rangka melaksanakan pengelolaan zakat secara

terintegrasi di institusi maka dirasa perlu untuk membentuk Tim Unit

Pengumpul Zakat (UPZ) Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya yang

ditetapkan dengan Surat Keputusan Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Palangka Raya. Unit Pengumpul Zakat (UPZ) IAIN Palangka Raya melakukan

kegiatan penerimaan dan penyaluran zakat, fidyah, infak/sedekah dilakukan

dalam rangka mendistribusikan zakat kepada mustahik sesuai dengan syariat

Islam. Adapun melalui program ini diharapkan dapat menambah manfaat

secara nyata pada civitas akademika IAIN Palangka Raya dan masyarakat

luas.6

Namun, berdasarkan data yang diperoleh dari UPZ IAIN Palangka Raya

pada tahun 2019-2020 menunjukkan bahwa penerimaan zakat di UPZ masih

minim, dan bahkan untuk zakat profesi tidak ada. Padahal potensi

penghimpunan zakat yang ada di IAIN Palangka Raya bisa dikatakan cukup

besar. Masih rendahnya realisasi zakat, dikarenakan ada tiga kendala dalam

6
Karlina, “Manajemen Zakat Berbasis Aplikasi (Studi UPZ IAIN Palangka Raya)”,
Skripsi, Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN
Palangka Raya, 2020.
8

realisasi zakat, yakni literasi zakat yang masih belum tinggi, lembaga dan

Sumber Daya Manusia (SDM) pengelola zakat, dan regulasi zakat.7

Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang

“Pengaruh Tingkat Literasi Zakat Terhadap Implementasi Zakat Profesi pada

Civitas Akademika IAIN PAlangka Raya” ini dengan harapan dapat menjadi

tolak ukur untuk mengetahui pengaruh tingkat literasi zakat terhadap

pengimplementasian zakat profesi pada civitas akademika IAIN Palangka

Raya. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

untuk pengambilan keputusan strategis dalam optimalisasi perzakatan di Kota

Palangka Raya.

B. Batasan Masalah

Agar penelitian lebih terarah dan tidak terlalu melebar pembahasanya

maka penulis akan membuat batasan masalah di antaranya:

1. Hanya membahas mengenai literasi zakat dosen dan tenaga pendidik di

IAIN Palangka Raya

2. Hanya membahas mengenai pengaruh literasi zakat terhadap

pengimplementasian zakat profesi di IAIN Palangka Raya

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat

permasalahan di atas sebagai bahan penelitian peneliti. Hal ini berdasarkan

7
https://mix.co.id/marcomm/news-trend/potensi-zakat-tinggi-tapi-indeks-literasi-masih-
moderate/ diakses pada 14 oktober 2021 20:31 WIB
9

pertanyaan yang peneliti ajukan, yakni: bagaimana pengaruh tingkat literasi

zakat terhadap implementasi zakat profesi pada civitas akademika IAIN

Palangka Raya.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin

dicapai dalam penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat literasi

zakat terhadap implementasi zakat profesi pada civitas akademika IAIN

Palangka Raya

E. Kegunaan Penelitian

Manfaat atau kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

a. Dalam bidang fiqih, Penulisan ini berguna untuk menambah wawasan

serta pengetahuan bagi penulis maupun masyarakat luas tentang literasi

zakat profesi.

b. Dapat dijadikan titik tolak bagi penelitian lebih lanjut, baik untuk

penelitian yang bersangkutan maupun oleh penelitian lain sehingga

kegiatan penelitian dapat dilakukan secara berkesinambungan.

2. Kegunaan Praktis

a. Penulisan ini berguna sebagai tambahan bahan bacaan dan juga

sumbangan pemikiran dalam bidang zakat bagi kepustakaan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam (FEBI) Negeri (IAIN)

Palangka Raya.
10

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk menambah

wawasan dan memberikan pengalaman yang sangat penting dan

berguna bagi pengelolaan asset-aset Islam, khususnya pada bidang

zakat.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Penelitian Terdahulu

Kajian penelitian terdahulu dicantumkan, untuk mengetahui perbedaan

penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang, sehingga tidak terjadi plagiasi

(penjiplakan) karya dan untuk mempermudah fokus apa yang dikaji dalam

penelitian ini. Tujuan disebutkan hasil penelitian terdahulu juga sebagai

perbandingan dan pandangan dari penelitian selanjutkan agar tidak terjadi

kekaburan dalam penelitian, sehingga dapat diketahui sinkronitas dari

penelitian yang sebelumnya dilakukan. Adapun beberapa hasil penelitian

terdahulu yang sesuai dengan penelitian ini antara lain:

1. Anisa Royani, Sujadmi, dan Luna Febriani “Pengaruh Literasi Zakat Profesi

Terhadap Implementasi Zakat Profesi Pada Anggota DPRD Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung” pada tahun 2020.8 Penelitian ini bertujuan

untuk menganalisis sejauhmana pengaruh literasi zakat profesi terhadap

implementasi zakat profesi pada anggota DPRD Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung. Adapun metode yang digunakan yaitu pendekatan Mixed

Methods (kombinasi Kuantitatif-Kualitatif). Teknik pengumpulan data

melalui kuisioner, wawancara mendalam, serta dokumentasi. Teknik

analisis data menggunakan analisis kuantitatif deskriptif, uji instrumen, uji

asumsi klasik, uji T, Uji F dan analisis koefisien determinasi. Hasil analisis

koefisien determinasi menunjukan bahwa nilai R square sebesar 0,236 atau

8
Anisa Royani, dkk, “Pengaruh Literasi Zakat Profesi Terhadap Implementasi Zakat
Profesi Pada Anggota Dprd Provinsi Kepulauan Bangka Belitung”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa,
Universitas Bangka Belitung, 2020.

11
12

23,6%. Artinya variabel pengetahuan zakat profesi dan pemahaman zakat

profesi mempengaruhi variabel implementasi zakat profesi sebesar 23,6%.

Terdapat 76,4% variabel lain yang mempengaruhi variabel implementasi

zakat profesi. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara stimulant (Uji

F), nilai signifikansi sebesar 0,01 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Hasil ini sekaligus juga memperlihatkan variabel pengetahuan zakat profesi

dan variabel pemahaman zakat profesi secara signifikan mempengaruhi

variable dan konteks implementasi dari zakat profesi para anggota DPRD

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

ada pengaruh literasi zakat profesi terhadap implementasi zakat profesi pada

anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung.

2. Miftahul Jannah Simanjutak, Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam Universitas Islam Negeri Sumatera Utara yang berupa skripsi pada

tahun 2021 tentang “Literasi Zakat di Kabupaten Asahan.9 Tujuan

penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana literasi zakat di kalangan

masyarakat Kabupaten Asahan yang menjadi faktor dalam membayar zakat.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan

dengan cara observasi, kuesioner, dan dokumentasi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dari 15 informan ada 87% yang mengetahui

pengetahuan dan pemahaman tentang kewajiban zakat pada umat muslim

9
Miftahul Jannah Simanjutak, Literasi Zakat di Kabupaten Asahan, skripsi, Sumatera
Utara: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, 2021
13

khususnya di Kabupaten Asahan. Selain itu 13% informan kurang

pengetahuan dan pemahaman tentang zakat. Hal ini di butuhkan yang

namanya kesadaran, bukan hanya kesadaran tetapi juga kepercayaan

masyarakat terhadap Lembaga Amil Zakat, sebab kepercayaan adalah faktor

yang mempengaruhi masyarakat dalam membayar zakat di badan Lembaga

Amil Zakat atau Baznas.

3. Dwi Istikhomah dan Asrori, dalam jurnal Pendidikan ekonomi tentang

“Pengaruh Literasi Terhadap Kepercayaan Muzaki Pada Lembaga

Pengelola Zakat Dengan Akuntabilitas Dan Transparansi Sebagai Variabel

Intervening” tahun 2019. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui

pengaruh literasi muzaki, terhadap kepercayaan lembaga pengelola zakat

dengan akuntabilitas organisasi pengelola zakat dan transparansi pelaporan

keuangan sebagai variabel intervening (studi kasus zakat mal perniagaan di

Kabupaten Rembang).10 Populasi dari penelitian ini adalah seluruh muzaki

zakat mal perniagaan di Kabupaten Rembang. Penelitian ini menggunakan

teknik sampel jenuh dengan jumlah respondennya sebanyak 64. Sampel

dalam penelitian ini yaitu muzaki zakat mal perniagaan yang membayarkan

zakatnya di lembaga pengelola zakat. Metode pengumpulan data dengan

menggunakan metode kuesioner. Metode analisis data pada penelitian ini

yaitu analisis deskriptif dan analisis jalur. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa literasi muzaki mempunyai pengaruh positif terhadap kepercayaan

10
Dwi Istikhomah dan Asrori, “Pengaruh Literasi Terhadap Kepercayaan Muzaki Pada
Lembaga Pengelola Zakat Dengan Akuntabilitas Dan Transparansi Sebagai Variabel Intervening.
Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, 2019
14

lembaga pengelola zakat, sedangkan akuntabilitas organisasi pengelola

zakat mempunyai pengaruh negatif terhadap kepercayaan lembaga

pengelola zakat, dan tranparansi pelaporan keuangan berpengaruh positif

terhadap kepercayaan lembaga pengelola zakat. Hasil pengaruh mediasi

menunjukkan bahwa literasi muzaki berpengaruh terhadap kepercayaan

lembaga pengelola zakat melalui akuntabilitas organisasi pengelola zakat,

dan literasi muzaki berpengaruh terhadap kepercayaan lembaga pengelola

zakat melalui transparansi pelaporan keuangan.

4. Arif Mubarok dan Dahlia, dalam Jurnal Studi Ekonomi dengan judul

“Implementasi Zakat Profesi di Lingkungan Pegawai Kantor Wilayah

Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Selatan”.11 Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis implementasi zakat profesi di lingkungan

PNS Kantor Wilayah Kementerian Agama Kalimantan Selatan pasca

diterbitkannya Surat Edaran No. KW.17.6/BA.03.2/177/2016 tentang

optimalisasi pengumpulan zakat pendapatan dan jasa, infaq, dan shadaqah

PNS melalui Unit Pengumpul Zakat. Penelitian ini menggunakan metode

pendekatan kualitatif deskriptif. Adapun data-data yang ada diperoleh

melalui wawancara dan beberapa dokumen. Hasil penelitian menyebutkan

bahwa penerimaan zakat profesi di lingkungan PNS Kanwil Kemenag

Kalsel masih belum optimal, yakni hanya 52,44% di tahun 2018 dan 54,29%

di tahun 2019. Tingkat penerimaan zakat profesi yang masih rendah

11
Arif Mubarok dan Dahlia, dalam Jurnal Studi Ekonomi dengan judul “Implementasi
Zakat Profesi di Lingkungan Pegawai Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan
Selatan”, dalam Jurnal Studi Ekonomi, Volume XI Nomor 2, Desember 2020.
15

disebabkan perbedaan penafsiran terkait ketetapan nishab dan kadar zakat.

Ditambah lagi, surat edaran yang diterbitkan berbentuk himbauan bukan

aturan yang mengikat, sehingga pegawai yang termasuk Muzakki seolah

diberi kebebasan untuk memilih menyalurkan zakatnya melalui UPZ atau

tidak. Unit Pengumpul Zakat juga dituntut untuk bersikap profesional guna

membangun kepercayaan Muzakki dengan cara meningkatkan kredibilitas,

kedekatan dalam bentuk komunikasi yang baik, dan handal dalam bekerja

guna memuaskan dan memudahkan Muzakki.

5. Dahlia, Mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam

Negeri Alauddin Makassar yang berupa skripsi pada tahun 2014 tentang

“Implementasi Zakat Profesi (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat

Nasional/LAZNAS) PKPU Cabang Makassar”.12 Penelitian ini merupakan

penelitian kualitatif atau penelitian lapangan yang bersifat deskriptif. Data-

data yang ada diperoleh dengan cara wawancara, observasi, dan

Dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan adalah teknik

analisis deskriptif kualitatif. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa: (1)

Implementasi Zakat Profesi Pada Lembaga Amil Zakat dapat berjalan

dengan lancar dan hasilnya sudah meningkat, Hal ini dapat dilihat dari data

zakat profesi yang mengalami peningkatan tiap tahunnya dari 2010 sampai

dengan 2013. (2) Kendala atau hambatan implementasi zakat profesi pada

lembaga amil zakat adalah masih banyak UPZ yang terlambat bahkan belum

12
Dahlia, “Implementasi Zakat Profesi (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat
Nasional/LAZNAS) PKPU Cabang Makassar”, Skipsi, Makassar: Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar, 2014.
16

menyetor zakat yang terkumpul ke Lembaga Amil Zakat PKPU Cabang

Makassar, dan juga ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya

yaitu Masih kurang kepercayaan masyarakat, kesadaran masyarakat untuk

masyarakat masih rendah, dan pemahaman masyarakat terhadap zakat

profesi masih kurang.

Tabel 2.1

Persamaan dan Perbedaan Penelitian Terdahulu

Judul, Jenis
Nama Persamaan Perbedaan
Penelitian,

Pengaruh Literasi Mengkaji Mengkaji pengaruh

Zakat Profesi implementasi Literasi Zakat Profesi

Anisa Royani, Terhadap zakat profesi Terhadap

Sujadmi, dan Implementasi Zakat Implementasi Zakat

Luna Febriani Profesi Pada Anggota Profesi Pada Anggota

DPRD Provinsi DPRD Provinsi

Kepulauan Bangka Kepulauan Bangka

Belitung Belitung

Literasi Zakat di Mengkaji Literasi Mengkaji literasi

Miftahul Kabupaten Asahan zakat zakat terhadap

Jannah kepercayaan

Simanjutak masyarakat kepada


17

Lembaga Amil Zakat

di Kabupaten Asahan

Pengaruh Literasi Mengkaji Mengkaji pengaruh

Terhadap pengaruh literasi literasi dan


Dwi
Kepercayaan Muzaki kepercayaan muzaki
Istikhomah dan
Pada Lembaga dengan akuntabilitas
Asrori
Pengelola Zakat dan transparansi

Dengan Akuntabilitas sebagai variabel

Dan Transparansi intervening

Sebagai Variabel

Intervening

Implementasi Zakat Mengkaji Implementasi Zakat


Arif Mubarok
Profesi di Lingkungan implementasi Profesi di Lingkungan
dan Dahlia
Pegawai Kantor zakat Profesi Pegawai Kantor

Wilayah Kementerian Wilayah Kementerian

Agama Provinsi Agama Provinsi

Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan

Dahlia
18

Implementasi Zakat Mengkaji Mengkaji

Profesi (Studi Kasus implementasi implementasi zakat

Pada Lembaga Amil zakat profesi profesi (studi kasus

Zakat pada Lembaga Amil

Nasional/LAZNAS) Zakat

PKPU Cabang Nasional/LAZNAS)

Makassar PKPU Cabang

Makassar

Sumber: Diolah Oleh Peneliti

B. Kajian Teori

1. Literasi Zakat

Secara Bahasa, KBBI mendefinisikan literasi dalam beberapa hal.

Mulai dari kemampuan menulis dan membaca, pengetahuan atau

keterampilan dalam bidang atau aktivitas tertentu seperti komputer,

kemampuan individu dalam mengelola informasi dan pengetahuan untuk

kecakapan hidup dan penggunaan huruf untuk mempresentasikan bunyi

atau kata. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan social yang terkait

dengan pengetahuan, pengetahuan, bahasa dan budaya. Menurut UNESCO

dalam (Puskas BAZNAS) literasi di bagi dalam tiga aspek yakni:13

a. Kemampuan menulis, membaca dan berbicara.

b. Kemampuan menghitung.

13
Prastika Zakiyatul Husniyah, “Literasi wakaf pada masyarakat untuk memunculkan
minat berwakaf” (skripsi, Fakultas ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019),
h. 31
19

c. Kemampuan mengakses informasi dan pengetahuan.

Dalam aspek pertama, UNESCO menekankan tentang kemampuan

umum yang harus dimiliki seseorang yaitu kemampuan menulis, membaca

dan berbicara dan ini menjadi kemampuan dasar dalam literasi. Pada aspek

kedua juga UNESCO menjadikan kemampuan dalam menghitung dan

mengoprasikan angka-angka sebagai salah satu indikator tingkat literasi

seseorang. Kemudian, kemampuan dalam mengakses informasi dan

pengetahuan oleh seseorang menjadi bagian yang tidak luput dalam

mengukur tingkat literasi seseorang.

Tim Pusat Kajian Strategis Badan Amil Zakat Nasional (Pusat

BAZNAS) menyusun Literasi Zakat yaitu sebuah alat ukur yang bertujuan

untuk mengukur sejauh mana tingkat pamahaman atau literasi masyarakat

terhadap zakat baik ditingkat regional maupun nasional. Indeks Literasi

Zakat termasuk dalam konsep zakat dalam pandangan ilmu fikih dan juga

konsep literasi ini secara umum merupakan konsep literasi dalam

pandangan Islam.

Terkait dengan literasi zakat, saat ini belum ditemukan definisi

absolut dalam buku tekstual maupun kajian-kajian penelitian tentang literasi

zakat, sehingga definisi literasi zakat secara langsung belum ditemukan.

Namun jika dipadankan dengan definisi literasi secara umum, maka literasi

zakat dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membaca,


20

memahami, menghitung dan mengakses informasi tentang zakat yang pada

akhirnya tingkat kesadaran dalam membayar zakat akan semakin tinggi.14

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa literasi

zakat adalah kemampuan seseorang dalam membaca, menulis, memahami,

menghitung dan mengakses informasi tentang zakat yang pada akhirnya

akan menimbulkan tingkat kesadaran dalam membayar zakat.

Berdasarkan hasil riset yang dilaksanakan oleh Pusat Kajian

Strategis Badan Amil Zakat Nasional (PUSKAS BAZNAS 2019) indikator-

indikator yang dapat mengukur tingkat literasi zakat seseorang sebagai

berikut:

a. Mengetahui definisi zakat secara bahasa.15

b. Mengetahui zakat dalam rukun Islam.

c. Mengetahui perbedaan hukum zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf.

d. Mengetahui perbedaan zakat dan donasi secara umum.

e. Mengetahui jenis-jenis zakat.

f. Mengetahui definisi muzakki.

g. Mengetahui definisi mustahik.

h. Mengetahui definisi amil.

i. Mengetahui tentang kewajiban membayar zakat.

j. Mengetahui tentang perhitungan zakat.

14
Muhammad Hasbi Zaenal ; SAOQI, Abdul Aziz Yahya, “Indeks Literasi Zakat: Teori
Dan Konsep”, (Puskas: Baznas, 2020), h. 9.
15
Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional, Indeks Literasi Zakat : Teori dan
Konsep, (Jakarta : Puskas BAZNAS, 2019), h.21.
21

2. Implementasi

Teori implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu to implement.

Dalam kamus bahasa inggris implement (mengimplementasikan)

bermakna alat atau perlengkapan.16 Dalam pengertian umum implementasi

adalah suatu tindakan atau pelaksana rencana yang telah disusun secara

cermat dan rinci (matang).

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengemukakan bahwa

implementasi berarti pelaksanaan atau penerapan.17 Kata implementasi

biasanya dikaitkan dengan suatu kegiatan yang lakukan agar dapat

mencapai tujuan tertentu. Implementasi juga sering disebut sebagai suatu

proses rangkaian suatu kegiatan akan ditindak lanjuti setelah sebuah

rencana dan kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan

keputusan.18

Menurut Mulyadi, implementasi mengacu pada tindakan untuk

mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu keputusan.

Tindakan ini berusaha untuk mengubah keputusan-keputusan tersebut

menjadi pola-pola operasional serta berusaha mencapai perubahan-

perubahan besar atau kecil sebagaimana yang telah diputuskan

sebelumnya. Implementasi pada hakikatnya juga merupakan upaya

pemahaman apa yang seharusnya terjadi setelah program dilaksanakan.

16
Joko siswanto, kamus lengkap 200 juta, (Jakarta: Rineka Cipta), h. 347
17
Bambang Sarwiji, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Ganeca Exac, 2006), h. 288.
18
siswanto, kamus lengkap 200 juta, (Jakarta: Rineka Cipta), h. 347
22

Dalam tataran praktis, implementasi adalah proses pelaksanaan keputusan

dasar. Proses tersebut terdiri atas beberapa tahapan yakni:

a. Kesediaan kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan.

b. Dampak nyata keputusan baik yang dikehendaki maupun tidak.

c. Dampak keputusan sebagaimana yang diharapkan instansi pelaksana.

Dari beberapa pengertian di atas Implementasi dapat diartikan

sebagai upaya pemahaman apa yang seharusnya terjadi setelah program

dilaksanakan, dengan harapan menimbulkan dampak yang positif setelah

adanya suatu kebijakan. Adapun implementasi zakat profesi yang

dimaksud peneliti di sini adalah pelaksanaan atau penerapan yang terwujud

dalam bentuk praktek langsung di lapangan, yang dikeluarkan dari hasil

usaha yang halal yang dapat mendatangkan hasil (uang) melalui suatu

keahlian tertentu, atau zakat yang di keluarkan dari hasil profesi seseorang,

baik dokter, arsitek, dosen, notaris, karyawan, pegawai, guru, dan lain-lain.

3. Zakat Profesi

a. Pengertian Zakat Profesi

Secara etimologi (lughat), zakat, dari kata “zaka” berarti suci,

bersih, tumbuh, dan berkah.19 Secara terminologi, meskipun para ulama

mengemukakannya dengan redaksi agak berbeda antara satu dan

lainnya, tetapi pada prinsipnya sama, yaitu bahwa zakat adalah bagian

dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT mewajibkan

19
Saleh Hasan, Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2008), h.
23

kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak

menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.

Yusuf al-Qardhawi mendefinisikan zakat kedalam dua aspek

yaitu mengenai zakat dari segi bahasa dan segi hukum syariah. Zakat

dari segi bahasa didefinisikan sebagai an-nama wa zada wal barakatu

wat-thaharatu yang berarti sesuatu yang tumbuh, bertambah, berkah

dan mensucikan.20 Sedangkan dalam aspek hukum syariah, Al

Zamakhsari mendefinisikan zakat adalah istilah yang merujuk kepada

bagian tertentu dari harta yang diwajibkan untuk disampaikan kepada

mustahik. Sehingga dapat dikatakan bahwa zakat adalah bagian dari

harta yang telah ditetapkan oleh Allah SWT untuk diberikan kepada

golongan yang telah ditetapkan dalam QS. At-Taubah ayat 103:

ِّ ِّ‫ص َدقَةً تُطَ ِّه ُرُه ْم َوتُ َزك‬ ِِّّ ِّ


َ ‫يهم ِِّبَا َو‬
‫ص ِّل َعلَْي ِّه ْم‬ َ ‫ُخ ْذ م ْن أ َْم َوَٰل ْم‬

ِّ ‫ٱَّلل ََِّس‬
‫يم‬ ٌ َُّ ‫ك َس َك ٌن َّلُ ْم ۗ َو‬
ٌ ‫يع َعل‬ َ ‫إِّ َّن‬
َ َ‫صلَ َٰوت‬

Artinya :”Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan

zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah

untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa

bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

(QS. 9:103)

20
Yusuf al-Qardhawi, Hukum Zakat, (Bogor:Pustaka Litera AntarNusa, 2007), h.34.
24

Digunakan kata zaka dengan arti “membersihkan” itu untuk

ibadah pokok yang rukun Islam itu, karena memang zakat itu di antara

hikmahnya adalah untuk membersihkan jiwa dan harta orang yang

berzakat.21 Sedangkan profesi adalah pekerjaan di bidang jasa atau

pelayanan selain bertani, berdagang, bertambang, beternak, dengan

imbalan berupa upah atau gaji dalam bentuk mata uang, baik bersifat

tetap atau tidak, baik pekerjaan yang dilakukan langsung ataupun bagian

lembaga, baik pekerjaan yang mengandalkan pekerjaan otak ataupun

tenaga.

Istilah zakat profesi dipopulerkan oleh Yusuf Al-Qardlawi

dalam kitab Fiqh al-Zakah.22 Penghasilan yang diperoleh dari jasa dan

profesi oleh Al-Qardlawi dikategorikan sebagai kasb al‟amal wa al-

mihn al-hurrah yang menghasilkan kekayaan yang masuk dalam

kepemilikan seorang muslim melalui usaha baru yang sesuai syari’at

agama. Dengan konsep al-Mal al-Mustafad Al-Qardlawi membagi dua

kategori penghasilan profesi dan jasa yang terkena kewajiban zakat,

yaitu kasb al-amal (pekerjaan yang terikat pada lembaga atau

perseorangan dengan mendapatkan gaji, upah, honorarium seperti

karyawan, pegawai negeri sipil, tentara, polri, dan seterusnya) dan al-

mihan al-hurrah (pekerjaan tidak terikat pada orang lain, berkat

kecekatan tangan atau otak, seperti pekerjaan seorang dokter, insinyur,

21
Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2010), h.
Muhammad Zen, “Zakat Profesi Sebagai Distribusi Pendapatan Ekonomi Islam”,
22

HUMAN FALAH: Volume 1. No. 1 Januari – Juni 2014, h. 63.


25

advokat, seniman, tukang kayu dan lain sebagainya). Jenis-jenis

kekayaan diatas, menurut Al-Qardhawi wajib dikenai zakat bila

memenuhi nisab dan haul.23Didin Hafidhuddin menyatakan bahwa

semua penghasilan melalui kegiatan professional tersebut, apabila telah

mencapai nishab, maka wajib dikeluarkan zakatnya.

Anggota komisi Fatwa MUI, Hasanuddin berpendapat bahwa

secara ensesi, zakat profesi merupakan zakat penghasilan. Karena itu,

zakat profesi memang di wajibkan bagi muslim.24 Ketentuan

pelaksanaan zakat secara umum tertuang dalam Undang-undang Nomor

23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, namun belum ada undang-

undang yang mengatur terkait ketentuan zakat profesi secara khusus,

hanya saja dalam pasal 4 ayat 2 poin h disebutkan bahwa salah satu harta

yang wajib dikeluarkan zakatnya ialah pendapatan/penghasilan dan jasa.

Selain itu ketentuan mengenai zakat profesi tertuang dalam Peraturan

Menteri Agama (PMA) No. 52 Tahun 2014 dan Fatwa MUI No.3 Tahun

2003 tentang Syariat dan Tata Cara Penghitungan Zakat Mal dan Zakat

Fitrah serta Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif, di mana pada

pasal 26 menetapkan besaran Nisab zakat pendapatan senilai 653 kg

gabah atau 524 kg beras dengan kadar zakat senilai 2,5%.25

23
Muhammad Hadi, Problematika Zakat Profesi dan Solusinya (Sebuah Tinjauan
Sosiologi Hukum Islam), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 19.
24
Muhammad Aziz dan Sholikah, “Zakat Profesi Dalam Perspektif Undang-Undang No.
23 Tahun 2011 Dan Hukum Islam”, Ulul Albab Volume 15, No.2 Tahun 2014, hlm. 197-198.
25
Arif Mubarok dan Dahlia, dalam Jurnal Studi Ekonomi dengan judul “Implementasi
Zakat Profesi di Lingkungan Pegawai Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Kalimantan
Selatan”, dalam Jurnal Studi Ekonomi, Volume XI Nomor 2, Desember 2020.
26

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa zakat

profesi bisa disebut dengan zakat pendapatan. Zakat pendapatan adalah

zakat harta yang dikeluarkan dari hasil pendapatan seseorang atau

profesinya bila telah mencapai nishab. Adapun besarannya adalah 2,5%

dari sisa pendapatan bersih setahun (pendapatan kotor di kurangi jumlah

pengeluaran untuk kebutuhan hidup layak, untuk makanan, pakaian

serta cicilan rumah selama setahun, jika ada) Seperti pendapatan

karyawan, advokat, dokter, notaris, dan lain-lain.

b. Nishab dan cara perhitungan zakat profesi

Nishab merupakan batas minimal atau jumlah minimal harta

yang dikenai kewajiban zakat. Karena zakat profesi ini tergolong baru,

nishabnya pun mesti dikembalikan (diqiyaskan) kepada nishab zakat-

zakat yang lain, yang sudah ada ketentuan hukumnya. Dalam

menentukan nishab, waktu dan kadar mengeluarkan zakat profesi

bergantung pada qiyas (analogi) yang dilakukan. Ada dua kemungkinan

yang dapat dikemukakan untuk ukuran nishab zakat profesi ini

diantaranya:

1) Yusuf Al-Qardhawi menganalogikan zakat penghasilan atau zakat

profesi dengan nishab zakat emas dan perak, yaitu dengan

mengqiyaskannya kepada emas dan perak sebagai standar nilai uang


27

yang wajib dikeluarkan zakatnya, yakni 85 gram emas.26 Adapun

kadar zakatnya 2,5% dan waktu mengeluarkannya setahun sekali.

2) Sedangkan Syaikh Muhammad al-Ghazali mengqiyaskan zakat

profesi dengan zakat pertanian yaitu 5 wasq (sekitar 653 kg beras).

Zakatnya dikeluarkan pada saat diterimanya penghasilan dari

profesi tersebut sejumlah 5 atau 10 %, sesuai dengan biaya yang

dikeluarkan. Cara ini diqiyaskan kepada zakat pertanian, karenanya

dikeluarkan setiap kali menghasilkan (panen), nishabnya sama

dengan nilai nishab zakat pertanian 653 kg. Sebagian ulama ada

yang menyamakan 653 kg hasil panen pertanian/perkebunan dengan

520 kg makanan pokok (beras dsb). Kalau perkilogram beras Rp.

7000,- maka nilai nishabnya 520 kg x 7000 = Rp. 3.640.000,- Akan

tetapi, ulama menyepakati besarnya zakat yang harus dikeluarkan

2.5% bukan 5% atau 10%.

Karena profesi itu sendiri bermacam- macam bentuk, jenis dan

perolehan uangnya, penulis cenderung untuk tetap memakai kedua

macam standar nisab zakat tersebut dalam menentukan nishab zakat

profesi. Zakat profesi dikeluarkan setiap kali menghasilkan, baik

perbulan ataupun pertriwulan dan sebagainya.

Harta hasil usaha atau bekerja, seperti gaji pegawai, upah buruh,

pendapatan dokter, arsitek, advokat, dan lain-lain harus dibayarkan

26
Muhammad, “Zakat profesi wacana pemikiran dalam fiqih kontemporer”, (Jakarta:
Salemba Diniyah, 2002), h.62.
28

zakatnya. Dalam hal ini, para fukaha klasik tidak banyak berbicara

secara detail. Mereka membahas secara umum. Kita dapat

mengategorikan zakat profesi dalam jenis zakat penghasilan.27 Nisab

dari zakat profesi adalah sama seperti zakat hasil bumi, yaitu setara

dengan 5 wasaq (652,8 Kilogram) hasil bumi. Zakat ini dibayarkan dari

pendapatan bersih, bukan pendapatan kotor. Adapun jumlah zakat yang

harus dikeluarkan adalah sebanyak 2,5%. Hal ini disebabkan, meskipun

diqiyaskan dengan zakat hasil bumi, tapi bentuk dari zakat profesi

adalah uang. Maka dalam hal ini kadar zakat yang harus dikeluarkan

sama seperti zakat emas dan perak, yaitu sebanyak 2,5% dari

pendapatan.

C. Kajian Konseptual

1. Civitas Akademika

Civitas berasal dari bahasa latin yang berarti masyarakat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), masyarakat

merupakan sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh

suatu kebudayaan yg mereka anggap sama. Akademika berasal dari

bahasa latin yaitu Academia. Menurut Oxford Dictionary, Academia

berarti sekelompok pelajar yang terlibat pendidikan tinggi dan penelitian.

Dari dua pengertian di atas, pengertian civitas akademika

mengarah pada sekelompok manusia yang terlibat dalam aktivitas

27
Ali Yunasril, Buku Induk Rahasia Dan Makna Ibadah, (Jakarta: Zaman, 2012), h.
29

pendidikan tinggi dan penelitian. Dalam konteks UK Petra, civitas

akademika mengarah pada dosen, karyawan, serta mahasiswa.

Dalam UU No.12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi,

Civitas Akademika adalah masyarakat akademik yang terdiri atas dosen

dan mahasiswa. Adapun yang dimaksud dengan dosen adalah pendidik

profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,

mengembangkan, dan menyebarluaskan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi melalui Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada

Masyarakat.

D. Kerangka Berfikir

Berdasarkan uraian di atas yang telah dijelaskan sebelumnya.

Adapun model penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut.

Variabel X Variabel Y

(Tingkat Literasi Zakat) (Implementasi Zakat


Profesi)

Keterangan:

X : Tingkat Literasi Zakat

Y : Implementasi Zakat Profesi

Pengaruh tingkat literasi zakat (X) terhadap implementasi zakat

profesi (Y). JAdi variabel bebas (X) adalah variabel yang mempengaruhi

variabel independent (Y) baik secara positif ataupun negatif. Jadi variabel

(X) sebagai variabel yang bebas tidak bergantung kepada lainya sedangkan
30

variabel (Y) adalah variabel yang terikat yang bergantung pada variabel

lainnya.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

tingkat literasi zakat dan menjelaskan apakah tingkat literasi zakat (X)

berpengaruh terhadap pengimplementasian zakat profesi (Y).

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah. Penggunaan hipotesis dalam penelitian kerana hipotesis hanya

sekedar jawaban sementara terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan.

Dengan hipotesis, penelitian akan menjadi lebih jelas arah pengujiannya dan

hipotesis nantinya dapat membimbing peneliti dalam melaksanakan

penelitian di lapangan, sebagai objek pengujian maupun dalam

pengumpulan data.

Berdasarkan tinjauan Pustaka dan perumusan masalah yang telah

dipaparkan di atas, maka peneliti memiliki hipotesis dalam penelitian adalah

sebagai berikut.

1. Hipotesis Penelitian (H0): Hipotesis ini menyatakan bahwa

literasi zakat tidak berpengaruh positif terhadap

pengimplementasian zakat profesi.

2. Hipotesis alternatif (Ha): Hipotesis ini menyatakan literasi zakat

berpengaruh positif terhadap pengimplementasian zakat profesi.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian ini termasuk penelitian lapangan ( field research ) yaitu :

“Suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis dengan mengangkat data

yang ada dilapangan”. Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini

adalah menggunakan metode kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif

adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, yang

digunakan untuk meneliti populasi atau sampel, pengumpulan data

menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif/statistik, dengan tujuan yaitu untuk menguji hipotesis yang telah

ditentukan.28

B. Definisi Operasional Variabel

Untuk menghindari kekeliruan pandangan terhadap pengertian yang

sebenarnya dari judul skripsi ini maka penulis menjelaskan beberapa kata

dalam judul ini.

Literasi zakat dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam

membaca, memahami, menghitung, dan akses informasi tentang zakat yang

pada akhirnya menumbuhkan tingkat kesadaran dalam membayar zakat.

Literasi zakat yang tinggi akan melahirkan upaya dan program penyaluran

yang sistematis, yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan mustahik

28
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2015), h.8

31
32

dan pemberdayaan mereka, dengan tetap menghargai sisi kemanusiaan

mustahik. Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan literasi zakat.

Implementasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “implementation”

yang berarti pelaksanaan. Implementasi yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah pelaksanaan zakat profesi pada civitas akademika yang ada di empat

fakultas di IAIN Palangka Raya..

Zakat profesi adalah harta zakat yang dikeluarkan dari sumber usaha

profesi atau pendapatan dari penjualan jasa.29. Zakat profesi dalam

penelitian ini adalah zakat dari penghasilan atau pendapatan yang diperoleh

dari keahlian tertentu, seperti dokter, arsitek, guru atau dosen dan tenaga

pendidik lainnya, pegawai negeri dan swasta, pengacara, dan selainnya.

Penghasilan seperti ini di dalam literatur fikih sering disebut dengan al-māl

al mustafād (harta yang didapat). Apabila seseorang dengan hasil profesinya

ia menjadi kaya, maka wajib atas kekayaannya itu zakat, akan tetapi jika

hasilnya tidak mencukupi kebutuhan hidup (dan keluarganya), maka ia

menjadi mustahik(penerima zakat). Sedang jika hasilnya hanya sekedar

untuk menutupi kebutuhan hidupnya, atau lebih sedikit maka baginya tidak

wajib zakat.

Implementasi zakat profesi dalam penelitian ini adalah pelaksanaan

atau penerapan yang terwujud dalam bentuk praktek langsung di lapangan,

yang di keluarkan dari hasil profesi seseorang, baik dokter, arsitek, notaris,

dosen, karyawan, pegawai, guru, dan lain-lain.

29
Ahmad Sarwat, Fikih Zakat Kontemporer (Jakarta: Pustaka Hidayah, 2009), h. 49.
33

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Peneliti mengalokasikan waktu penelitian kurang lebih selama 4

bulan atau tergantung pada data yang diperlukan oleh peneliti, penelitian ini

terbagi menjadi dua tahap yaitu tahap pra lapangan dan tahap lapangan,

tahap pra lapangan kurang lebih memerlukan waktu satu bulan yaitu di

gunakan untuk penyusunan proposal dan penyusunan laporan hasil

penelitian sedangkan tahap dilapangan memerlukan waktu kurang lebih tiga

bulan yang digunakan untuk menggali data yang diperlukan dalam

penelitian ini. Agar waktu yang digunakan tersebut dapat dimanfaatkan

secara efektif dan efisien dalam tahap pencarian dan pengumpulan data

mengenai pengaruh tingkat literasi zakat terhadap implementasi zakat

profesi pada civitas akademika IAIN Palangka Raya.

Penelitian akan dilakukan pada 4 Fakultas yang ada di IAIN

Palangka Raya yang bertempat di Jalan G. Obos Kompleks Islamic Centre

dengan responden penelitian berupa Dosen dan para staf. Tempat tersebut

dipilih sebagai tempat penelitian dengan alasan:

a. Tema dan permasalahan penelitian ini sejauh pengetahuan penulis

belum diteliti secara khusus pada tempat tersebut sehingga

memungkinkan untuk dilakukan sebuah penelitian mengenai hal

tersebut.

b. Data yang diperlukan terkait penelitian dapat ditemukan dan

memungkinkan untuk digali secara lengkap dan mendetail


34

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan objek penelitian, yang

digunakan sebagai sumber data yang mewakili karakteristik tertentu

dalam suatu penelitian”. Berdasarkan data tahun 2021, populasi dalam

penelitian ini adalah civitas akademika di 4 Fakultas yang ada di IAIN

Palangka Raya yang terdiri dari dosen dan tenaga pendidik di IAIN

Palangka Raya yang berjumlah 151 orang.

Distribusi Populasi

Populasi Jumlah

TIK 67

FSYA 24

FUAD 30

FEBI 30

Jumlah 151

Tabel 1. Distibusi Populasi

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak

mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena


35

keterbatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang

dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat dibelakukan untuk

populasi.30

Dalam pengambilan sampel ini penulis menggunakan Teknik

Random sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dimana semua

individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama

diberi kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih teknik pengambilan

sampel acak atau random sampling. Dimana teknik dan sampel yang

peneliti gunakan secara acak, tanpa memandang sampel atas dasar strata

atau status sosial dari segi apapun. Sampel yang akan dijadikan obyek

penelitian dalam proposal ini yaitu sebagian dari dosen dan tenaga

pendidik yang telah dipilih untuk dijadikan sampel di di 4 Fakultas yang

ada di IAIN Palangka Raya.

Banyaknya sampel dapat dihitung berdasarkan rumus Slovin

berikut:

𝑁
n =
1 + 𝑁(𝑒)2

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

30
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2014), h.81.
36

1 = konstanta

e = presentase kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan sampel

yang masih dapat ditoleransi

Perhitungan:

151
n = = 109,61
1 + 151 (0,05)2

Berdasarkan rumus slovin tersebut dengan tingkat kesalahan

5% maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 109,61sampel, namun

karena subyek bilangan pecahan, maka dibulatkan menjadi 110 sampel.

3. Teknik Sampel

Teknik atau pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Cluster Random Sampling. Pengambilan sampel

dengan cara klaster (Cluster Random Sampling) adalah melakukan

randomisasi terhadap kelompok, bukan terhadap subjek secara

individu. Adapun rumus dalam penentuan Cluster Random Sampling

ialah sebagai berikut :

𝑁𝑖
𝑓𝑖 =
𝑁

Kemudian di dapatkan besarnya sampel per cluster, dengan

menggunakan rumusan sebagai berikut :

𝑁𝑖 = 𝑓𝑖 × 𝑛

Dimana :

Fi = Sampel pecahan cluster

Ni = Banyaknya individu yang ada dalam cluster


37

N = Banyaknya populasi seluruhnya

n = Banyaknya anggota yang dimasukan dalam sampel.

Cluster random sampling merupakan teknik sampling daerah

yang digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti

sangat luas, misalnya penduduk suatu negara, provinsi atau kabupaten.

Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sampel, maka

pengambilan sampel ditetapkan secara bertahap dari wilayah yang luas

sampai ke wilayah yang terkecil. Teknik sampling daerah ini sering

digunakan melalui dua tahap yaitu, tahap pertama adalah, menentukan

sampel daerah dan tahap kedua menetukan obyek/ individu yang yang

ada pada daerah tersebut. Dengan menggunakan teknik cluster random

sampling di dapatkan pemerataan jumlah sampel untuk masing-masing

fakultas ada di IAIN Palangka Raya.

Sampel Pecahan Individu

No Fakultas Populasi (N) klaster klaster

Fi = Ni/N Ni = Fi x n

1. FTIK 67 0,44 48

2. FSYA 24 0,16 18

3. FUAD 30 0,20 22

4. FEBI 30 0,20 22

Jumlah 151 110


38

E. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini merupakan penelitian berjenis kuantitatif dengan

mengguanakan data primer dan data sekunder berupa kuesioner yang

didistribusikan kepada Sebagian civitas akademika yang ada di IAIN

Palangka Raya. Kuesioner didistribusikan secara online dengan

menggunakan Google Forms. Kuesioner didistribusikan kepada responden

untuk mengetahui pengaruh literasi zakat profesi terhadap implementasi

zakat profesi.

Variabel bebas
Indikator Dimensi
(independen)
1. Pengertian zakat
profesi
2. Dasar hukum zakat
profesi
3. Kewajiban membayar
zakat profesi
Pengetahuan Dasar
4. Waktu pelaksanaan
tentang zakat profesi
zakat profesi
5. Besaran zakat profesi
yang harus
Tingkat Liteasi dibayarkan
Zakat profesi (x) 6. Tujuan zakat profesi
1. Pemahaman
kebijakan zakat
profesi
Pengetahuan
lanjutan tentang 2. Pemahaman bahwa
zakat profesi zakat merupakan
sarana perilaku
kolektif
Tabel 1. Definisi Operasionalisasi Variabel Bebas (Independen)
39

Variabel terikat
Indikator Dimensi
(dependen)
1. Pelaksanaan zakat
profesi karena
himbauan/anjuran
instansi.
2. Harapan mendapat
keberkahan harta
dari sang pencipta
usai melaksanakan
zakat profesi

3. Melaksanakan zakat
profesi dari harta
yang dimiliki ada
Pemaknaan tentang
Implementasi zakat hak orang lain
zakat profesi
profesi (y)
4. mengetahui bahwa
zakat profesi
merupakan turunan
dari zakat
penghasilan
5. Melaksanakan zakat
profesi atas dorongan
diri
6. Melaksanakan zakat
profesi dan zakat mal

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Terikat (Dependen)

No. Indikator Pertanyaan


Saya mengetahui tentang zakat
1. pengetahuan tentang zakat profesi
profesi
pengetahuan dasar hukum zakat
Saya dasar hukum melaksanakan
2. profesi
kewajiban zakat profesi

pengetahuan tentang waktu Saya mengetahui tentang kapan


3.
pelaksanaan zakat profesi zakat profesi harus dikeluarkan
40

Saya membayar zakat karena


Pengetahuan tentang perhitungan
4. mengetahui tentang perhitungan
zakat profesi
zakat atas harta yang saya miliki
Saya membayar zakat di
5. Pengetahuan tentang dampak zakat BAZNAS/LAZ karena mengetahui
dampak sosial yang sangat baik
Saya membayar zakat di BAZNAS
Pengetahuan tentang program- karena mengetahui
6.
program penyaluran zakat programprogram penyaluran zakat
di BAZNAS
Muzzaki membayar zakat karena
7. Besarnya Penghasilan
jumlah penghasilan
Semakin banyak pendapatan maka
Semakin Besar Pendapatan
8. semakin kuat untuk membayar
semakin kuat membayar Zakat
zakat
Peningkatan Pendapatan setelah Pendapatan saya selalu meningkat
9.
membayar zakat ketika saya mengeluarkan zakat
Saya membayar zakat karena agar
10. Keberkahan dalam pendapatan terjadi keberkahan dalam
pendapatan saya
pelaksanaan zakat profesi sebagai
Saya sangat membayar akan
ritual keagamaan yang merupakan
11. pentingnya mengeluarkan
bentuk kesadaran kolektif
kewajiban zakat profesi

pelaksanaan zakat profesi sebagai


Saya mengetahui bahwa zakat
bentuk kesepakatan para ulama
12. profesi merupakan turunan dari
yang menciptakan turunan dari
zakat penghasilan
zakat penghasilan
Saya mengetahui tujuan
pemahaman tujuan zakat profesi
13. dilakukannya kewajiban membayr
zakat profesi
pemaknaan pelaksanaan zakat
Saya mengetahui bahwa zakat
profesi sebagai bentuk pertanggung
14. profesi merupakan salah satu syariat
jawaban harta yang dimiliki
agama
terhadap sang pencipta
Tabel pengetahuan umum terkait zakat profesi
41

F. Uji Instrumen Penelitian

1. Validitas Penelitian

Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang diinginkan. Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi

rendahnya validitas instrument menunjukan sejauh mana data yang

terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel tersebut.31

Uji validitas ini menggunakan program SPSS 16. Teknik

pengujian ini menggunakan korelasi Bivariate Pearson. Analisis ini

dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor masing-masing item

pernyataan dengan skor total. Skor total merupakan hasil dari

penjumlahan seluruh item. Jika rhitung ≥ rtabel (uji 2 sisi dengan sig.

0.05) maka instrument atau item-item pernyataan tersebut berkorelasi

secara signifikan terhadap total skor total (dinyatakan valid)32

2. Reliabilitas Penelitian

Reliabilitas merujuk pada suatu pengertian bahwa suatu

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul karena instrument tersebut sudah baik. Instrumen yang baik

tidak akan bersifat tandensius mengarah ke responden untuk reliable

akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya juga apabila

datanya memang benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali pun,

31
Tukiran Taniredja, Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar), (Bandung: Penerbit
Alfabeta,2014), h.42.
32
Imam Gozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 21, (Semarang:
Universitas Diponegoro,2013), h.52.
42

akan tetap sama. Reabilitas menunjuk pada suatu tingkat keterandalan

sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, bisa juga diartikan dapat

diandalkan.33

G. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan

penghitungan komputasi program SPSS ( Statistical Product and Service

Solution ) karena program ini memiliki kemampuan analisis statistik cukup

tinggi serta sistem manajemen data pada lingkungan grafis menggunakan

menu-menu deskriptif dan kotak-kotak dialog sederhana, sehingga mudah

dipahami cara pengoperasiannya.

Pengolahan data meliputi kegiatan:

1. Editing, yaitu pengecekan atau pengoreksian data yang telah terkumpul,

tujuannya untuk menghilangkan kesalahan-kesalahan yang terdapat

pada pencatatan dilapangan dan bersifat koreksi.

2. Coding (Pengkodean), yaitu pemberian kode-kode pada tiap-tiap data

yang termasuk dalam katagori yang sama. Kode adalah isyarat yang

dibuat dalam bentuk angka atau huruf yang memberikan petunjuk atau

identitas pada suatu informasi atau data yang akan dianalisis.

3. Pemberian skor atau nilai, dalam hal ini pemberian skor digunakan skala

Likert yang merupakan salah satu cara untuk menentukan skor.

33
Ibid, h.43.
43

4. Tabulating, yaitu pembuatan tabel-tabel yang berisi data yang telah

diberi kode sesuai dengan analisis yang dibutuhkan. Dalam melakukan

tabulasi diperlukan ketelitian agar tidak terjadi kesalahan.

H. Uji Prasyarat Analisis

1. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji prasyarat tentang kelayakan data untuk

dianalisis dengan menggunakan statistic parametik atau statistic

nonparametik. Melalui uji ini, sebuah data hasil penelitian dapat

diketahui bentuk distribusi data tersebut, yaitu distribusi normal atau

tidak normal.34 Uji prasyarat analisis diperlukan guna mengetahui

apakah analisis data untuk pengujian hipotesis dapat digunakan atau

tidak. Uji normalitas dilakukan untuk menegetahui apakah data yang

diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak.35

Berdasarkan pengalaman empiris beberapa pakar statistic, data

yang banyaknya lebih dari 30 angka (n > 30), maka sudah dapat

diasumsikan berdistribusi normal. Bisa dikatakan sebagai sampel besar.

Namun untuk memberikan kepastian, data yang dimiliki berdistribusi

normal atau tidak, sebaiknya digunakan uji normalitas, karena belum

tentu data yang lebih dari 30 bisa dipastikan berdistribusi normal.

34
Misbahuddin dan Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik Edisi Ke-2,
(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h.278.
35
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Disertasi, dan Karya Ilmiah, (Jakarta:
Prenadamedia Group,2011) h.174.
44

Demikian sebaliknya, data yang banyaknya kurang dari 30 belum tentu

tidak berdistribusi normal.36

Pada penelitian ini menggunakan analisis statistik Kolmogorov

Smirnov test (K-S) untuk mendeteksi normalitas data. Penerapan pada

uji Kolmogorov Smirnov adalah bahwa jika signifikasi <0.05 berarti

data yang akan diuji mempunyai perbedaan yang signifikan dengan data

normal baku, maka data tersebut dinyatakan tidak normal dan tidak

signifikasi >0.05 berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara

data yang akan diuji dengan data normal baku, maka data tersebut

dinyatakan normal.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dapat dipakai untuk mengetahui apakah variabel

terikat dengan variabel bebas memiliki hubungan linear atau tidak

secara signifikan. Uji linearitas dapat dilakukan melalui test of linearity.

Kriteria yang berlaku adalah jika nilai signifikansi pada linearity ≤ 0,05,

maka dapat diartikan bahwa antara variabel bebas dan variabel terikat

terdapat hubungan yang linear.

Untuk mengetahui linearitas data dapat digunakan dengan

menggunakan uji test of linierity dengan taraf signifikansi 5%, sehingga

jika nilai signifikansi linearity lebih besar dari 0,05 maka data tersebut

linear, jika dibawah 0,05 maka data tersebut tidak linear.37

36
Imam Gozali, Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 21, (Semarang:
Universitas Diponegoro,2013), h.147.
37
Ibid, h.166.
45

3. Uji Heteroskedasitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain. Jika varians dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain konstan maka disebut

homoskedastisitas dan jika berbeda maka disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang dianggap baik adalah residual satu pengamatan ke

pengamatan lain yang konstan atau homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas.

Uji statistik yang digunakan untuk menilai heteroskedastisitas

dalam penelitian ini adalah uji Breusch Pagan . Uji Breusch Pagan

dapat dilakukan dengan meregres nilai absolute residual terhadap

variabel independen lain. Dengan tingkat signifikansi 5%, adanya

heteroskedastisitas dapat diketahui dengan kriteria sebagai berikut:

1) Jika nilai probabilitas variabel independen lebih besar (>) dari 0,05

maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika nilai probabilitas variabel independen lebih kecil (<) dari 0,05

maka terjadi heteroskedastisitas.

I. Analisis Data

1. Regresi Linear Sederhana

Setelah pengujian prasyarat tersebut maka langkah

selanjutnyadilakukan analisis data. Teknik ini digunakan untuk

menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.


46

Dalam penelitian ini teknik statistik yang digunakan adalah analisis

regresi linier sederhana. Regresi linier sederhana digunakan hanya

untuk satu variabel bebas (independent) dan satu variabel tak bebas

(dependent). Rumus regresi linier sederhana sebagai berikut:38

𝑌 =𝑎+𝑏∙𝑥

Keterangan:

Y = variabel terikat

X = variabel bebas

a = harga Y apabila X = 0 (harga konstanta)

b = angka arah atau koefisien regresi yang menunjukkan angka

peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan

pada variabel independen, apabila b positif maka terjadi kenaikan

dan apabila b negatif maka terjadi penurunan.

Untuk mengetahui Y terlebih dahulu harus dicari harga a dan b

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Langkah-langkah uji signifikansi analisis regresi linier

sederhana:

a. Perumusan hipotesis

Ha = Ada pengaruh yang signifikan antara literasi zakat terhadap

pengimplementasian zakat profesi.

38
Syofian Siregar, “Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif”, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2014), h.379.
47

H0 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara literasi zakat

terhadap pengimplementasian zakat profesi.

b. Pengambilan keputusan

F empirik > F teoritik maka Ha diterima

F empirik < F teoritik maka Ha ditolak

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan SPSS 16.0 for

windows untuk melakukan analisis regresi linier sederhana.

2. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi digunakan untuk mengukur seberapa

jauh kemampuan model menerangkan variance variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi adalah antara nol (0) san satu (1). Nilai R 2 yang

kecil berarti kemanapun variabel-variabel independen (bebas) dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang

mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen.

J. Sistematika Penulisan

Sistematika penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang, Batasan

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan

penelitian.
48

BAB II Kajian Teori yang terdiri dari : penelitian terdahulu, kajian

teori dan konsep, kerangka pikir dan hipotesis penelitian.

BAB III Metode penelitian yang terdiri dari : pendekatan dan jenis

penelitian, definisi operasional variabel, waktu dan tempat

penelitian, populasi dan sampel penelitian, Teknik

pengumpulan data, uji instrument penelitian, Teknik

pengolahan data, uji prasyarat analisis, analisis data, dan

sistematika penulisan.
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Aflah, Noor. Arsitektur Zakat Indonesia. Jakarta: UI-Press, 2009.

al-Qardhawi, Yusuf . Hukum Zakat,. Bogor:Pustaka Litera AntarNusa.

2007.

Gozali, Imam . Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS

21. Semarang: Universitas Diponegoro. 2013.

Hadi, Muhammad. Problematika Zakat Profesi dan Solusinya (Sebuah

Tinjauan Sosiologi Hukum Islam. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. 2010.

Hafhihuddin, Didin. Panduan Praktis Tentang Zakat, Infaq, Sedekah;

Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta: Gema Insani,

2002.

Hasan, Saleh. Kajian Fiqh Nabawi & Fiqh Kontemporer, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2008.

Misbahuddin dan Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik

Edisi Ke-2, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013.

Muhammad. Zakat profesi wacana pemikiran dalam fiqih kontemporer.

Jakarta: Salemba Diniyah. 2002.

Noor, Juliansyah. Metodologi Penelitian: Skripsi, Disertasi, dan Karya

Ilmiah, Jakarta: Prenadamedia Group,2011.

Pusat Kajian Strategis – Badan Amil Zakat Nasional. Indeks Literasi Zakat

: Teori dan Konsep. Jakarta : Puskas BAZNAS. 2019.


Sarwat, Ahmad. Fikih Zakat Kontemporer, Jakarta: Pustaka Hidaya, 2009.

Sarwiji, Bambang. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Ganeca Exac.

2006.

Siregar, Syofian. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:

Bumi Aksara. 2014.

Siswanto, Joko. kamus lengkap 200 juta, Jakarta: Rineka Cipta,

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, Bandung:

Penerbit Alfabeta, 2014.

Syarifuddin, Amir. Garis-Garis Besar Fiqh, Jakarta: Kencana, 2010.

Taniredja, Tukiran. Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar), Bandung:

Penerbit Alfabeta,2014.

Yunasril, Ali. Buku Induk Rahasia Dan Makna Ibadah, Jakarta: Zaman,

2012.

Zaenal, Muhammad Hasbi ; SAOQI, Abdul Aziz Yahya, “Indeks Literasi

Zakat: Teori Dan Konsep”, Puskas: Baznas, 2020.

B. Jurnal

Anisa Royani, dkk, “Pengaruh Literasi Zakat Profesi Terhadap

Implementasi Zakat Profesi Pada Anggota DPRD Provinsi

Kepulauan Bangka Belitung”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa,

Universitas Bangka Belitung, 2020.

Muhammad Aziz dan Sholikah, “Zakat Profesi Dalam Perspektif Undang-

Undang No. 23 Tahun 2011 Dan Hukum Islam”, Ulul

Albab Volume 15, No.2 Tahun 2014.


Muhammad Zen. Zakat Profesi Sebagai Distribusi Pendapatan Ekonomi

Islam. HUMAN FALAH: Volume 1. No. 1 Januari – Juni

2014

Rusdin Nawi, Reinventing Government dalam Model Analisis Kebijakan

Pelayanan Birokrasi di Indonesia, Jurnal Universitas

Satria Makassar, 2018.

Sutardi, dkk, “Implementasi Kaidah-kaidah Islam dalam Pengelolaan

Zakat Profesi, Al Masraf”, Jurnal Lembaga Keuangan dan

Perbankan, Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2017.

Arif Mubarok dan Dahlia.“Implementasi Zakat Profesi di Lingkungan

Pegawai Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi

Kalimantan Selatan”. Jurnal Studi Ekonomi, Volume XI

Nomor 2, Desember 2020.

C. Skripsi

Dwi Istikhomah dan Asrori, “Pengaruh Literasi Terhadap Kepercayaan

Muzaki Pada Lembaga Pengelola Zakat Dengan Akuntabilitas

Dan Transparansi Sebagai Variabel Intervening, Jurusan

Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri

Semarang, 2019.

Karlina, “Manajemen Zakat Berbasis Aplikasi (Studi UPZ IAIN Palangka

Raya)”, Skripsi, Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, IAIN Palangka Raya,

2020.
Miftahul Jannah Simanjutak, Literasi Zakat di Kabupaten Asahan, Skripsi,

Sumatera Utara: Universitas Islam Negeri Sumatera Utara,

2021.

Muhammad Ikhsan Nurani, “Pemahaman Mahasiswa Fiai Uii Tentang

Pengetahuan Dasar Zakat Perspektif Indeks Literasi Zakat”,

Skripsi, Program Studi Ekonomi Islam, Fakultas Ilmu Agama

Islam, Universitas Islam Indonesia, 2020.

Prastika Zakiyatul Husniyah, “Literasi wakaf pada masyarakat untuk

memunculkan minat berwakaf” , Skripsi, Fakultas ekonomi

dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, 2019.

D. Internet

http://kbbi.web.id/civitas

https://baznas.go.id/artikel/baca/Zakat-dalam-Lanskap-Ekonomi-Umat/144

https://mix.co.id/marcomm/news-trend/potensi-zakat-tinggi-tapi-indeks-literasi-

masih-moderate/

https://nasional.kompas.com/read/2021/08/31/14291051/kemenag-sebut-literasi-

zakat-dan-wakaf-masyarakat-masih-

rendah#:~:text=Direktur%20Pemberdayaan%20Zakat%20dan%20

Wakaf,78%20atau%20masuk%20dalam%20kategori

Anda mungkin juga menyukai