Anda di halaman 1dari 176

Kementerian Agama Rl

~ Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam


.. Direktorat Pemberdayaan Zakat
Tahun 2016
MILIK KEMENTERIAN AGAMA Rl
TIDAK DIPERJUAL BELIKAN

PANDUAN ORGANISASI
PENGELOLA ZAKAT

Kementerian Agama RI
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Direktorat Pemberdayaan Zakat
Tahun 2016
PENGANTAR
DIREKTURPEMBERDAYAANZAKAT

Assa/amu'alaikum Wr. Wb.


Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,
karena atas berkat, rahmat, hidayah dan karunia-Nya Direktorat
Pemberdayaan Zakat pacta tahun anggaran 2016 dapat menerbitkan
buku "Panduan Organisasi Pengelola Zakat" sebagai bahan
pengembangan pemikiran dalam pengelolaan zakat di Indonesia.
Penerbitan buku ini diharapkan tidak hanya menambah bahan
perpustakaan pacta Lembaga Amil Zakat, tetapi juga menjadi bahan
sosialisasi di kalangan pemerintah, praktisi zakat, akademisi dan
masyarakat umum.
Buku ini diharapkan dapat mengubah persepsi masyarakat
tentang pengelolaan zakat yang selama ini dilakukan secara
tradisional, menjadi lebih profesional sehingga pengelolaan
zakat dapat lebih optimal untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Masyarakat diharapkan memiliki pemahaman
(Paradigma) baru tentang pengelolaan zakat secara benar, yaitu
pengelolaan zakat yang dilakukan secara terencana, sistematis,
terpadu, bertanggung jawab, amanah, akuntabel dan profesional.
Sesuai amanah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 dan PP
Nomor 14 Tahun 2014 tentang pelaksanaan Undang-Undang no
23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Semoga Allah SWT, meridhai niat baik dan upaya yang kita
lakukan bersama, sehingga bernilai ibadah. Amin
Wassalamu 'alaikum Wr. Wb.
Mei 2016

s Tarmizi, MA
~1111J7121992zo31oo4f

iii
DAFTARISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... iii


DAFTAR lSI .............................................................................................. v
BAB I POTRET ZAKAT DI INDONESIA....................................... 3
A. Tujuan Penulisan.......................................................... 3
B. Sistematika Penulisan ................................................ 3
C. Pengelolaan Zakat di Indonesia............................. 4
D. Hambatan dan Tantangan ........................................ 6

BAB II REVITALISASI ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT... 15


A. BAZNAS dan Profesionalisme................................... 15
B. Peningkatan Manajerial BAZNAS .......................... 17
C. Standar Sarana .............................................................. 53
D. Teknik Akuntansi dan Pelaporan ......................... 58

BAB III OPTIMALISASI FUND RISING............................................ 69


A. Optimalisasi Pengumpulan Zakat........................... 69
B. Membangun Kemitraan Strategis.......................... 70
C. Pembentukan UPZ........................................................ 72
D. Optimalisasi Peran DKM ........................................... 76
E. Profil UPZ......................................................................... 80

v
BAB IV PENDAYAGUNAAN ZAKAT................................................ 87
A. Zakat dan Tantangan Dunia Global........................ 87
B. Pendayagunaan Zakat ................................................ 88
C. Sasaran Penerima Zakat............................................ 90
D. Model Pendayagunaan Zakat .................................. 91
E. Profil Pendayagunaan Zakat.................................... 99

BABV Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Nomor 01


Tahun 2014 Tentang Pedoman Tata Cara
Pengajuan Pertimbangan Pengangkatan/
Pemberhentian Pimpinan Badan Amil Zakat
Nasional Provinsi Dan Badan Amil Zakat Nasional
Kabupaten I Kota ................................................................... 117
Peraturan Badan Amil Zakat Nasional Nomor 02
Tahun 2014 Tentang Pedoman Tata Cara
Pemberian Rekomendasi Izin Pembentukan
Lembaga Amil Zakat ............................................................. 134

BAB VI PENUTUP ................................................................................... 147


A. Kesimpulan ....................................................................... 147
B. Saran-Saran ..................................................................... 147

vi
BABI
POTRET ZAKAT DI INDONESIA

A. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan buku Panduan Pengelolaan Zakat
ini adalah:
1. Melengkapi buku-buku yang telah ada ten tang organisasi
pengelola zakat.
2. Memberikan panduan bagi pengelolaan zakat yang
sesuai dengan Undang-undang yang berlaku.
3. Memaksimalkan manajerial organisasi pengelola zakat
agar bisa mengelola potensi zakat dengan baik dan
benar.

B. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan buku ini mengikuti sistem bab
per bab.
Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang
permasalahan, meliputi: tujuan penulisan, sistematika
penulisan, fakta tentang pengelolaan zakat di Indonesia
beserta hambatan dan tantangannya.
Bab II berisi tentang Revitalisasi OPZ. Pada bab
ini akan disinggung beberapa aspek yang semestinya
segera dibenahi OPZ untuk memaksimalkan perannya
dalam pemberdayaan zakat. Dalam bab ini akan dibahas:
profesionalisme OPZ, peningkatan manajerial BAZNAS,
peningkatan SDM, standar sarana.
Bab III Optimalisasi Fundrising. Dalam bab ini akan
dibahas urgensi restrukturisasi di bidang pengumpulan

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 3


zakat. Hal ini sangat penting mengingat permasalahan
Fundrising menjadi ujung tombak pemberdayaan zakat.
Dalam bab ini akan dibahas: optimalisasi pengumpulan
zakat, membangun kemitraan strategis, pembentukan UPZ,
optimalisasi peran DKM, dan profil BAZNAS yang berhasil
dalam pengumpulan potensi zakat.
Bab IV Pendayagunaan Zakat. Bab ini akan membahas
pendayagunaan zakat sebagai bagian dari upaya
membangun kesejahteraan umat. Dalam bab ini akan
dibahas: zakat dan tantangan dunia global, pendayagunaan
zakat, sasaran penerima zakat, model pendayagunaan
zakat, profil pendayagunaan zakat.
Bab V Penutup. Bab ini merupakan keismpulan dan
saran-saran.

C. Pengelolaan Zakat di Indonesia


Umat Islam sebagai bagian terbesar penduduk
Indonesia, memiliki potensi dan peran yang besar dalam
membangun kehidupan bangsa dan negara yang sejahtera
dan berkeadilan. Oleh karena itu, "Ruang lingkup perjuangan
umat Islam di Indonesia lebih luas daripada perjuangan
politik semata-mata.", demikian dikatakan oleh tokoh Islam
dan pejuang kemerdekaan bangsa Mr. Mohamad Roem.
Sebagaimana diketahui di tanah air kita tumbuh dan
berkembang berbagai organisasi Islam yang memiliki
sejarah panjang sebagai wadah pergerakan dan pembinaan
umat di bidang dakwah, pendidikan, dan sosial. Umat
Islam Indonesia memiliki beragam strategi dakwah dalam
rangka mengaktualisasikan nilai-nilai syariah di tengah
masyarakat. Begitu pula dalam aspirasi politik bernegara,

4 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


potensi umat Islam saat ini terhimpun dan berafiliasi dalam
berbagai partai politik.
Keragaman seperti dikemukakan di atas, perlu
disinergikan secara baik sehingga menjadi sumber kekuatan
yang bermanfaat bagi umat Islam secara keseluruhan. Tetapi
jika keragaman disikapi secara tidak proporsional, dan
bahkan terus menonjolkan perbedaan atau perseteruan
yang kemudian diikuti oleh semangat ego sektoral,
fanatisme kelompok, maka ia akan menjadi sumber
kelemahan.
Perlu disadari bahwa upaya meningkatkan kualitas
umat Islam, terutama melalui dakwah dan pendidikan,
merupakan tugas yang amat penting dan strategis untuk
dilakukan. Dengan mengedepankan kualitas, diharapkan
umat Islam dapat memainkan peran sosial keagamaan dan
kenegaraan yang lebih bermakna bagi kemajuan bangsa
dan negara.
Berkaitan dengan kesejahteraan umat, bangsa dan
negara, terdapat tiga pilar yang penting untuk dioptimalkan,
yaitu pemberdayaan potensi zakat, pemberdayaan potensi
wakaf, dan pemberdayaan masjid. Menurut data Direktorat
Pemberdayaan Zakat dan Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS), zakat yang terkumpul secara nasional pada
2010 mendekati angka Rp 1,5 Triliun. Untuk bisa menggali
potensi zakat di tanah air lebih besar lagi, yang menurut
sebuah survei Rp 217 triliun per tahun (data BAZNAS
dan IPB, 2011), perlu dibangun dan diperkuat sinergi
secara konkrit dan kerjasama antara Pemerintah dengan
organisasi pengelola zakat, maupun antara satu organisasi
pengelola zakat dengan organisasi pengelola zakat lainnya.
Untuk itu penyempurnaan regulasi (perundang-undangan)
merupakan faktor penting yang diharapkan berpengaruh
ke depan dalam mengakselarasi pemberdayaan zakat

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 5


untuk meningkatkan kesejahteraan umat dan kemandirian
bangsa.
Setelah melalui perjalanan sejarah yang panjang dan
berliku, cita-cita yang diperjuangkan oleh para tokoh dan
pemimpin umat Islam Indonesia untuk menghadirkan
undang-undang tentang pengelolaan zakat pada akhirnya
terwujud pada tahun 1999. Pada saat ini DPR-RI mensahkan
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat yang konsep RUU-nya merupakan prakarsa
Pemerintah melalui Menteri Agama Ri yang dijabat oleh
Prof. Drs. H.A. Malik Fadjar, M.Sc.
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat telah diubah dan diganti dengan
Undang-Undang tentang Pengelolaan Zakat Tahun
2011. Pembaharuan Undang-Undang Pengelolaan Zakat
merupakan sebuah terobosan politik untuk memperbaiki
sistem koordinasi antar-organisasi pengelola zakat yang
bel urn berjalan secara efektif selama ini, baik secara vertikal,
horizontal maupun diagonal.
Pengelolaan zakat secara tersistem yang semakin
berkembang kian meneguhkan paradigma bahwa zakat
merupakan solusi alternatif penanggulangan kemiskinan di
tanah air. Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa optimalisasi
pengelolaan zakat memerlukan efektifnya fungsi regulator
dan pengawasan oleh Pemerintah serta optimalnya
fungsi operator yang dilaksanakan oleh BAZNAS di semua
tingkatan dengan dibantu oleh LAS. zakat.

D. Hambatan dan Tantangan


Dalam perjalanannya, pengelolaan zakat di Indonesia
belumlah maksimal. Hal ini ditandai dengan masih tingginya

6 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat


angka kemiskinan di tengah besarnya jumlah pemeluk
Islam. Idealnya, jumlah umat Islam yang mayoritas dapat
dijadikan kekuatan untuk melakukan perubahan di bidang
ekonomi yang berhubungan langsung dengan kesejahteraan
umat. Padahal, jumlah umat Islam yang sangat besar adalah
potensi yang semestinya menjadi kekuatan utama dalam
pengentasan kemiskinan di Indonesia.
Belum maksimalnya pengelolaan zakat terkendala
beberapa hal, di antaranya:
a. Beberapa aturan dalam fiqh zakat, jika diterapkan
dalam konteks kekinian, mencerminkan hilangnya spirit
keadilan sosial dan ekonomi.
Salah satu contoh adalah aturan tentang nisab. Di
zaman Nabi, nisab untuk beberapa harta kena zakat
nilainya sama. Nisab sapi (30 ekor) nilainya sama
dengan nisab kambing (40 ekor) dan emas (20 dinar).
Jika aturan nisab tersebut diterapkan saat ini, kita tidak
bisa mengatakan bahwa 30 ekor sapi nilainya sama
dengan 40 ekor kambing. Jika nisab sapi senilai Rp 150
juta (asumsinya 1 sapi = Rp 5 juta), maka nilai nisab
kambing hanya sekitar 32 juta (asumsinya 1 kambing
= Rp 800 ribu). Implikasinya, menjadi tidak adil hila
seorang peternak kambing dengan omset senilai 32
juta dibebani kewajiban membayar zakat, sementara
peternak sa pi dengan omset yang sama tidak dibebani
kewajiban serupa hanya karena belum sampai nisabnya.
Persoalan nisab akan lebih tampak manakala kita
menyertakan pertimbangan geografis. Jika diasumsikan
nisab harta perdagangan senilai Rp 8,5 juta per tahun
(asumsinya setara dengan nisab emas 85 gram menurut
Yusuf Qardawi, dan 1 gr emas setara Rp 100 rb), maka
setiap pedagang muslim yang memiliki omset senilai itu,

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 7


di manapun ia berada di Indonesia, wajib mengeluarkan
zakatnya sebesar 2.5%. Padahal, nilai uang Rp 8.5 juta
bagi pedagang di kota-kota besar berbeda dengan
nilai uang yang sama bagi pedagang di daerah-daerah
terpencil. Logikanya, standar besarnya nisab pun
mestinya berbeda pula, tergantung tingkat pendapatan
ekonomi suatu wilayah.

b. SDM yang Kurang Memadai


Rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi
faktor penyebab tidak maksimalnya pemberdayaan
zakat. Hal ini terlihat pada beberapa aspek di bawah ini.
1) Program kerja yang kurang bersinergi dengan
keperluan umat.
2) Rendahnya kepercayaan muzaki, sehingga
pengumpulan dana zakat masih belum maksimal.
3) Pendayagunaan zakat yang masih jauh dari sasaran
pengentasan kemiskinan.
4) Rendahnya kepercayaan masyarakat kepada
lembaga pengelola zakat. Pada umumnya masyarakat
mengeluarkan zakatnya kepada tokoh agama,
tokoh masyarakat bukan kepada lembaga zakat.
Hal ini disebabkan lembaga zakat tersebut didalam
pendayagunaan hasil zakat belum sesuai dengan
ketentuan.
5) Kurangnya dana operasional. Dengan keterbatasan
dana operasional mengakibatkan belum optimalnya
pelaksanaan kegiatan-kegiatan sehingga progam yang
direncanakan belum terealisir dengan baik.
6) Rendahnya frekuensi penyuluhan tentang zakat.
Rendahnya frekuensi penyuluhan mengakibatkan

8 Panduan Organisasi Penge/ola Zakat


kurang meratanya pemahaman tentang keberadaan
lembaga zakat.
7) Belum adanya data muzakki dan mustahiq. Dengan
belum adanya data muzakki dan mustahiq yang akurat
dapat berakibat belum efektifnya pengumpulan dan
pendayagunaan zakat.
8) Belum dibuatnya laporan. Laporan sebagai
pertanggungjawaban atas evaluasi pelaksanaan
progam dapat dipergunakan sebagai alat untuk
mendeteksi keberhasilan dan kekurangan organisasi.
Dengan tidak dibuatnya laporan akan mengakibatkan
kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga
zakat. ·

c. Koordinasi antara elemen pengelola zakat yang lemah.


Koordinasi antar pengelola zakat menjadi kendala
berikutnya dalam pemberdayaan zakat sebagai gerakan
pengentasan kemiskinan. Jika kita asumsikan sebagai
sebuah tim sepakbola, maka setiap lembaga pengelola
zakat memiliki wilayah kerja masing-masing, akan tetapi
tetap menuju satu titik yang sama yaitu membangun
kesejahteraan umat. Masing-masing pengelola zakat
memiliki program pengentasan kemiskinan, namun
tetap berada dalam satu tujuan yang sama. Dan untuk
mencapai tujuan bersama inilah dibutuhkan koordinasi
antar semua lembaga ini agar tidak ada program yang
bertabrakan antara satu lembaga dengan lembaga
lainnya.
Ada beberapa poin yang harus dijadikan tema
koordinasi antar lembaga pengelola zakat ini.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 9


1) Program kerja
ldealnya, dengan adanya hirarki kepengurusan
BAZNAS dari tingkat pusat hingga kabupatenjkota,
problematika kemiskinan dapat diatasi dengan
segera. Hal ini dapat kita lihat dengan kelengkapan
organisasi BAZNAS saat ini.
Untuk memaksimalkan perannya, BAZNAS
harus memiliki koordinasi yang baik agar program
masingmasing berjalan dalam satu tujuan yang
sama. Masing-masing BAZNAS memiliki program-
program tersendiri, namun memiliki kaitan dengan
hirarki ke atas maupun ke bawah. Misalnya, BAZNAS
mencanangkan program pengentasan kemiskinan
pada tahun 2008. Untuk mencapai tujuan tersebut,
BAZNAS dari tingkat pusat hingga daerah harus
berkoordinasi untuk menentukan posisi masing-
masing dalam menyusun program, terkait dengan
program pengentasan kemiskinan tersebut. Dengan
adanya penentuan masing-masing BAZNAS dalam
program ini, maka setiap program memiliki kaitan
dengan program BAZNAS lainnya. Inilah urgensi
sebuah koordinasi demi tercapai tujuan bersama.
2) Pengumpulan dana zakat
Pengumpulan zakat menjadi temayang mendesak
untuk dikoordinasikan antara BAZNAS. Koordinasi
dalam hal pengumpulan dana zakat ini diwujudkan
dengan memberikan batasan masing-masing
BAZNAS dalam mengumpulkan dana zakat. Hal ini
bertujuan agar potensi dana zakat di masyarakat
dapat dimaksimalkan dengan sebaik-baiknya.
Sebagaimana diketahui bahwa potensi dana
zakat di Indonesia mencapai tidak kurang dari 19

10 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


trilyun rupiah. Ini adalah angka yang sangat fantastik
untuk dimaksimalkan dalam rangka pemberdayaan
ekonomi umat. Agar potensi yang sangat besar
tersebut dapat dimaksimalkan, maka harus ada
pembagian kerja dalam pengumpulan ini, di mana
tiap-tiap BAZNAS menempati posisinya masing-
masing.
3) Pendayagunaan dana zakat
Keberhasilan pendayagunaan dana zakat
ditentukan oleh adanya pembagian wilayah kerja
antar BAZNAS dalam memberdayakan masyarakat.
Pembagian kerja pendayagunaan zakat bertujuan
agar dana zakat dapat diserap oleh berbagai
lapisan masyarakat yang membutuhkannya dengan
maksimal. Dengan adanya pembagian ini, maka
setiap mengelola dana zakat pada wilayahnya
masing-masing, akan tetapi tetap berada dalam satu
koordinasi pemberdayaan ekonomi masyarakat.
d. Masih belum maksimalnya Undang-undang Pengelolaan
Zakat
Sebagai contoh, Undang-undang pengelolaan zakat
yang ada juga belum mengatur sanksi bagi orang yang
tidak menunaikan zakat. Selain itu, persoalan harta yang
kena zakat juga masih menjadi persoalan tersendiri. Jika
kita mengacu pada aturan fiqh klasik, maka harta yang
wajib di zakati hanya logam mulia (emas dan perak),
ternak (onta, sa pi dan kambing), pertanian, perniagaan,
barang tambang, dan barang temuan. Padahal, di
masa kini, banyak sumber-sumber penghasilan
besar terdapat di luar tujuh sektor tersebut. Dunia
industri, entertainment, dan bisnis-bisnis jasa lainnya
merupakan ladang penghasilan yang jauh lebih besar

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 11


tingkat pendapatannya daripada pendapatan petani di
Indonesia. Di tahun 2003 saja, pendapatan petani hanya
sekitar 1,25 juta per tahun (Khudori, 2004) atau sekitar
100 ribu perbulan. Jumlah tersebut belum termasuk
ongkos produksi dan transaksi yang dapat mencapai
75% (Yustika, 2003). Padahal, menurut aturan fiqh,
mereka harus mengeluarkan zakat setiap kali panen
mencapai hasil lebih dari 650 kg {gabah kering). Maka
menjadi tidak adil jika para petani dibebani zakat
dengan standar nisab sekecil it-u, sementara pelaku-
pelaku bisnis dan dunia usaha tidak hanya karena Ia dang
pekerjaan mereka tidak tersebut dalam fiqh klasik.

12 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


BAB II
REVITALISASI
ORGANISASI PENGELOLA ZAKAT

A. BAZNAS dan Profesionalisme


Mengurus suatu program membutuhkan perangkat
yang baik. Perangkat tersebut merupakan faktor dominan
yang menentukan keberhasilan. Ibarat mengolah masakan,
tanpa didukung oleh perangkat seperti peralatan yang layak,
kemampuan koki dan apai yang bagus, mustahil diperoleh
masakan yang lezat. Kelengkapan peralatan masak dan
kemampuan koki dalam mengolah bahan-bahan menjadi
unsur penentu keberhasilan memasak.
Begitu pula dengan keberadaan BAZNAS sebagai
lembaga pengelola zakat. Untuk menjalankan fungsinya
secara maksimal, BAZNAS perlu didukung infrastruktur
yang cukup, di samping kemampuan manajerial yang baik.
infrastruktur adalah perangkat yang akan menunjang
mobilitas BAZNAS dalam mengelola zakat, sementara
manajerial adalah penuntun arah yang merupakan ruh
dari perjalanan BAZNAS. Di sinilah kedua hal tersebut
menjadi unsur penting dalam mendukung keberhasilan
BAZNAS mengelola potensi zakat. Sehingga, perintah
zakat sebagaimana tertulis dalam al-Qur'an, tidak hanya
dijadikan sebagai ritual tahunan, melainkan sebagai motor
perubahan sosial.
Profesionalisme menjadi isu sentral dalam pengelolaan
zakat. Hal ini dilandasi oleh adanya kecenderungan
pengelolaan zakat yang sebatas ritual keagamaan, tidak
memiliki dimensi sosial. Padahal, di samping memiliki
dimensi spiritual, zakat juga berdimensi sosial.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 15


Sebagai tolak ukur dari profesionalisme BAZNAS, ada
tiga kata kunci yang bisa dipakai untuk menguji kadar
profesionalisme tersebut, yaitu:
Amanah
Sifat Amanah merupakan syarat mutlak yang harus
dimiliki oleh setiap amil zakat. Tanpa adanya sifat ini,
hancurlah semua sistem yang dibangun. Sifat amanah
adalah jelmaan rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap
semua hal yang berkaitan dengan pengelolaan zakat. Sifat
amanah menjelma dalam sikap keras menolak korupsi, tegas
melawan kecurangan, enggan melakukan keburukan dan
sejenisnya. Standar amanah dapat ditakar dari moralitas
yang dimilikinya. Sebagaimana kita ketahui, bahwa
hancurnya perekonomian kita lebih besar disebabkan
karena rendahnya moral dan tidak amanahnya para pelaku
ekonomi. Sebaik apapun sistem yang ada, akan hancur juga
jika moral pelakunya rendah.
Secara legal formal, zakat adalah dana umat. Dana
yang dikelola itu secara esensial adalah milik mustahik.
Kepercayaan muzakki dengan memberikan kepercayaan
kepada OPZ untuk mengolah dana, harus dijaga dengan
baik, karena kepercayaan muzakki menjadi unsur
terpenting dalam pengumpulan dana zakat. Tanpa adanya
kepercayaan muzakki, mustahil dapat terkumpul dana
zakat yang banyak. Kondisi ini menuntut dimilikinya sifat
amanah dari para amil zakat.
Profesional
Kemampuan BAZ dalam mengelola dana zakat harus
didukung oleh keahliannya dalam berbagai bidang. BAZNAS
membutuhkan SDM yang berkaitan dengan pemberdayaan
zakat. Bidang-bidang seperti ekonomi, akuntansi,
administrasi, marketing dan sejenisnya menjadi suatu

16 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


keharusan untuk menghasilkan BAZ yang baik. Inilah yang
dinamakan profesionalitas perigelolaannya. Hanya dengan
profesionalitas yang tinggilah dana-dana yang dike lola akan
menjadi efektif dan efisien.
Misalnya, untuk mengelola dana zakat pada mustahik,
BAZNAS membutuhkan tenaga ahli di bidang perekonomian.
Hal ini bertujuan agar dana yang disalurkan kepada
mustahik tepat sasaran. Karena dalam pemberian kredit
dibutuhkan suatu analisis ekonomi seputar prospek dan
langkah-langkah pelaksanaannya.
Transparan
Transparansi adalah kemampuan BAZNAS dalam
mempertanggungjawabkan pengelolaaannya kepada publik
dengan melibatkan pihak-pihak terkait seperti muzakki
dan mustahik, sehingga diperoleh kontrol yang baik
terhadap pelaksanaan pengelolaan zakat. Hal ini bertujuan
menghapus kecurigaan yang memungkinkan muncul dari
pihak-pihak yang melihatnya. Dengan transparansi inilah
rasa curiga dan ketidakpercayaan masyarakat akan dapat
diminimalisasi.
Inilah tiga kata kunci yang menjadi landasan pengelolaan
zakat. Jika tiga kata tersebut dapat diterapkan dengan baik,
makes "Good Organization Governance" dapat terwujud.

B. Peningkatan Manajerial BAZNAS


Untuk meningkatkan manajerial BAZNAS, dibutuhkan
beberapa peningkatan perangkat organisasi. Ada beberapa
perangkat yang harus dipenuhi oleh OPZ.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 17


1. Kelembagaan
Secara kelembagaan, OPZ harus memiliki kemapanan
berupa kelengkapan hal-hal berikut:
a. Visi dan Misi
Setiap OPZ harus memiliki visi dan miSI yang
jelas. Visi dan misi akan mengarahkan aktivitas/
kegiatan dengan baik. Kejelasan visi dan misi akan
menghindarkan OPZ dari formalisme organisasi, di
mana pengelolaan zakat hanya sebatas pemenuhan
kewajiban, tidak lebih.
b. Kedudukan dan Sifat Lembaga
Kedudukan OPZ dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) BAZNAS adalah organisasi pengelola zakat yang
dibentuk oleh pemerintah, di mana pengelolanya
terdiri dari unsur-unsur pemerintah.
2) LAZ adalah organisasi pengelola zakat yang
dibentuk sepenuhnya atas prakarsa masyarakat
dan merupakan badan hukum tersendiri,
serta mendapat izin dari pemerintah setelah
memperoleh rekomendasi dari BAZNAS.
Pengelolaan dari kedua jenis OPZ di atas haruslah
bersifat:
1) Independen
Independen artinya lembaga m1 tidak
mempunyai ketergantungan kepada orang-
orang tertentu atau lembaga lain. Hal ini untuk
menjaga keleluasaan untuk memberikan
pertanggungjawaban kepada masyarakat
donatur.

18 Panduan Organisasi Penge/o/a Zakat


2) Netral
Karena didanai oleh masyarakat, berarti
lembaga ini adalah milik masyarakat, sehingga
dalam menjalankan aktivitasnya lembaga
tidak boleh hanya menguntungkan golongan
tertentu saja (harus berdiri di atas semua
golongan). Karena, jika tidak, maka tindakan
itu telah menyakiti hati donatur yang berasal
dari golongan lain. Sebagai akibatnya, dapat
dipastikan lembaga akan ditinggalkan sebagian
donatur potensialnya.
3) Tidak Berpolitik (praktis)
Lembaga jangan sampai terjebak dalam
kegiatan politik praktis. Hal ini perlu dilakukan
agar donatur dari partai lain yakin bahwa dana
itu tidak digunakan untuk kepentingan partai
politik.
4) Tidak Diskriminatif
Kekayaan dan kemiskinan bersifat
universal. Di manapun, kapanpun, dan siapapun
dapat menjadi kaya atau miskin. Karena itu,
dalam menyalurkan dananya, lembaga tidak
boleh mendasarkan pada perbedaan suku
atau golongan, tetapi selalu menggunakan
parameter-parameter yang jelas dan dapat
dipertanggungjawabkan, baik secara syari'ah
maupun secara manajerial.
Diharapkan dengan kedudukan dan sifat
itu OPZ dapat tumbuh dan berkembang secara
ala mi.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 19


c. Legalitas dan Struktur Organisasi
Khususnya untuk LAZ, badan hukum yang
dianjurkan adalah yayasan yang terdaftar sebagai
organisasi kemasyarakatan Islam.
Struktur organisasi seramping mungkin dan
disesuaikan dengan kebutuhan, sehingga organisasi
akan lincah dan efisien.
Aliansi Strategis
OPZ harus melakukan aliansi strategis dengan
berbagai pihak, baik dalam hal pencarian dana,
penyaluran dana, publikasi. Hal ini perlu dilakukan
agar efisiensi dan efektivitas dapat terjadi. Tidak
mungkin sebuah OPZ dapat melakukan segala hal.

2. Peningkatan SDM
Secara garis besar, kemapanan SDM tercermin dalam
tiga hal di bawah ini:
1) Integritas, Komitmen dan Pengabdian
2) Keterampilan Manajemen
3) Pengetahuan Tentang Substansi Zakat
SDM adalah unsur terpenting dalam OPZ. Tanpa
terpenuhinya SDM, mustahil program-program dapat
berjalan dengan baik, meskipun telah ditunjang
kelengkapan infrastruktur. Di sinilah diperlukan
kecermatan dalam memilih individu yang akan duduk
dalam struktur pengelolaan zakat.
Namun demikian, sebelumnya harus diperhatikan
hal-hal di bawah ini:

20 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


a. Perubahan Paradigma: Amil Zakat adalah sebuah
Profesi
Paradigma yang masih terbangun dalam benak
kita tatkala berbicara zakat adalah pengelolaan yang
tradisional, dikerjakan dengan waktu sisa, SDMnya
paruh waktu, pengelolanya tidak boleh digaji, dan
seterusnya. Paradigma tersebut menjadi kendala
tersendiri dalam mewujudkan profesionlaisme
OPZ, di mana keberadaannya semakin diperlukan
dan bahkan ditingkatkan seiring dengan kemajuan
zaman yang tak terelakkan lagi.
Sudah saatnya kita merubah paradigma
tradisional ini. Amil zakat adalah sebuah profesi.
Sebagai konsekuensinya, maka amil haruslah sosok
yang professional. Bentuk dari professionalismenya
adalah dengan bekerja full time, tidak menjadikan
tugas pengeloaan zakat sebagai kegiatan nomor dua.
Konsekuensi lainnya adalah dia harus digaji secara
layak, sehingga bisa mencurahkan segala potensinya
untuk mengelola dana zakat secara baik.

b. Kualifikasi SDM
Ketika memilih amil yang akan mengelola zakat,
Rasulullah SAW memilih dan mengangkat orang-
orang pilihan yang memiliki kualifikasi tertentu.
Secara umum kualifikasi yang harus dimiliki oleh
amil zakat adalah: muslim, amanah, dan paham fiqih
zakat.
Sesuai dengan struktur organisasi di atas, berikut
dipaparkan kualifikasi SDM yang dapat mengisi
posisi-posisi tersebut:

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 21


Pimpinan:
amanah & jujur
memiliki kemampuan sebagai pemimpin
(leadership)
mempunyai kemampuan manajerial
paham fiqih zakat
mempunyai visi pemberdayaan
inovatif dan kreatif
mampu menjalin hubungan dengan berbagai
lembaga
mampu bekerjasama dalam tim

Bagian Fundrising:
amanah & jujur
berlatar belakang atau memiliki kecenderungan
atau mempunyai pengalaman di bidang
marketing
mempunyai communication skill (kemampuan
komunikasi) yang baik
mampu bekerjasama dalam tim

Bagian Keuangan:
amanah & jujur
berlatar belakang atau mempunyai pengalaman
di bidang akuntansi dan manajemen keuangan
cermat dan teliti
mampu bekerjasama dalam tim

22 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


Bagian Pendayagunaan:
amanah & jujur
berlatar belakang community development atau
memiliki kecenderungan atau pengalaman di
bidang community development
mampu bekerjasama dalam tim

Pengelolaan Sumber Daya Manusia


Kegiatan pengelolaan sumber daya manusia dalam
rangka manajemen zakat meliputi pengadaan, pembinaan
dan pemeliharaan perawatan pegawai dan pemberhentian.
1. Pengadaan Sumber Daya Manusia
Dalam kegiatan pengadaan meliputi rekruitmen,
seleksi dan penempatan. Pengadaan didasarkan pada
kebutuhan baikyang bersifat permanen, tetap a tau untuk
seterusnya, bisa juga yang hanya bersifat musiman,
insidentil atau tidak tetap seperti sukarelawan. Dalam
rekruitmen bisa juga diambil secara waiting list dari
yang berkasnya disimpan dalam file agar diperoleh
calon yang betul-betul sesuai dengan kualitas yang
diinginkan, maka diberlakukan kategori-kategori:
a) Memenuhi syarat formil, artinya diambil dari
pelamar golongan pengalamanjpendidikan yang
lebih tinggi dari yang diminta.
b) Yang memenuhi syarat formil saja atau dari yang
tidak memenuhi syarat formil tetapi telah lama jadi
sukarelawan.
Pelaksanaan seleksi sebaiknya dilakukan tingkat
pucuk pimpinan yang mengetahui pedoman dasar dalam

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 23


melakukan seleksi pegawai yaitu berkaitan dengan bisa
memilih the right man for the right place, ketentuan yang
berlaku di bidang SDM, keahlian, umur, jenis kelamin,
diklat, pengalaman, keadaan fisik dan kesehatan,
keuletan dan temperamen, sikap pelamar, bakat dan
performance yaitu kesan pertama yang diperoleh
pimpinan atas pelamar. Setelah dilakukan seleksi berkas
tahap selanjutnya dibuat daftar nominal dan dilakukan
interviewI wawancara, testing meliputi kemampuan
(achievement test), interest test (untuk mengetahui
indikasi tugas yang cocok), personality test untuk
mengukur karakteristik pelamar seperti agresifitas,
aktivitas. Tahap akhir dari seleksi adalah wawancara
lanjutan meningkat tugas dan tanggung jawab. Pada
dasarnya seorang pelamar dapat diterima atau tidak
setelah diadakan penilaian atas hasil tes dan wawancara,
setelah ia diterima diperlukan semacam orientasi tugas-
tugasnya dan baru dilakukan penempatan.

2. Pembinaan
Kegiatan dalam rangka pembinaan meliputi
penyelenggaraan pendidikan dan latihan pegawai,
membentuk dan memelihara semangat kerja, counseling,
mutasi, promosi dan penilaian prestasi.
a) Menyelenggarakan latihan dan pendidikan
pegawai.
Latihan dan pendidikan pegawai atau biasa
disebut dengan istilah "training" bukan saja
diperlukan oleh pegawaifkaryawan baru tetapi juga
diperlukan bagi pegawaifkaryawan yang telah lama
bekerja, baik dari tingkat yang terendah sampai
dengan tingkat pimpinan atau pegawai tinggi.

24 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


Juga tidak hanya diperlukan untuk tugas sekarang
tetapi juga dalam rangka tugas-tugas yang akan
dihadapi selanjutnya. Karena itu seqma memerlukan
"training".
Karen a pentingnya peran training ini baik instansi
pemerintah atau swastajperusahaan, sampai
membentuk suatu bagian yang khusus mengurus
tentang training itu. Kalau di Departemen biasa
disebut dengan "Pusdiklat" yang kedudukannya
setingkat dengan eselon II.
Selanjutnya, apakah manfaat dari pada training
atau Pendidikan dan Latihan (diklat) itu? Banyak
manfaat yang dapat diperoleh dengan diklat itu,
antara lain:
1) Meningkatkan hasil kerja.
Hasil yang diperoleh meliputi baik kualitas/
kuantitas dari produktivitas pegawai.
2) Menghemat uang.
Dengan adanya training atau diklat, maka
pegawaijkaryawan dapat bekerja dengan lebih
efesien dan lebih baik dari sebelum ia mendapat
diklat. Sedang efisiensi dapat diperoleh karena
adanya teknik dan metode-metode baru, yang
didapat melalui training sehingga suatu produk
yang biasanya dibuat dalam waktu dan biaya
yang relatif tinggi dapat ditekan menjadi lebih
singkat dengan biaya ringan, oleh karenanya
adalah suatu penghematan biaya.
3) Memberi kepuasan dan rasa aman bagi individu/
pegawai. Pegawai yang mengikuti training
merasa bahwa keikutsertaan itu merupakan

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 25


suatu "kehormatan" bahwa ia diperhatikan oleh
organisasijperusahaan. Setelah ia ditraining
secara baik ia dapat menunjukkan prestasi
yang lebih baik seperti apa yang diminta oleh
atasannya, sehingga ia merasa yakin bahwa
dirinya masih tetap akan dibutuhkan oleh
organisasi/perusahaan.
4) Memberikan rasa kepercayaan diri.
Setelah ditraining pegawai tadi seolah-
olah telah mendapatkan suatu "senjata" untuk
mempertahankan "kedudukannya". Ia merasa
mampu untuk berprestasi seperti yang diminta
atasannya, dania telah mempunyai kepercayaan
pada dirinya sendiri.

b) Membentuk dan memelihara semangat kerja.


Selain dari pada Pendidikan dan Latihan pegawai,
maka semangat perlu dibina dan dipelihara.
Semangat itu tidak datang dengan sendirinya. Oleh
sebab itu ia harus dibentuk, dibina dan dipelihara.
Semangat yang tinggi dan diarahkan akan membawa
pengaruh positif terhadap produktivitas dan
kelancaran kerja. Dalam uraian ini akan ditekankan
bagaimana organisasif badanjlembaga zakat
bersikap dan berbuat terhadap pegawainya agar
dalam diri mereka terbentuk semangat, serta
bagaimana memelihara semangat tersebut tetap
tinggi demi kepentingan kerjasama, yaitu:
1. Kepemimpinan yang baik.
o hal ini sebagaimana telah diuraikan bab
terdahulu tentang kepemimpinan.

26 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


2. Keingintahuan terhadap hal-hal menyangkut
dirinya.
o Pacta umumnya pimpinan di berbagai
organisasifperusahaan masih bersikap
tertutup dan dirahasiakan atas segala hal yang
berhubungan dengan diri orang-orang atau
karyawannya. Dalam beberapa hal memang
baik, tetapi di sisi lain kurang baik atau
kurang bisa dibenarkan. Pacta dasarnya setiap
orang ingin tahu pasti tentang statusnya,
prestasinya, kemungkinan kemajuan yang
dapat dicapai dan sebagainya apabila hal
itu dapat diketahuinya ia akan merasa puas,
apabila ada kekurangannya akan diperbaiki
olehnya dan kebaikannya akan dipertahankan
atau bahkan ditingkatkan.
3. Diperlakukan sebagai manusia.
o Walaupun setiap bawahan itu harus tunduk
tetapi ia akan merasa senang dan kerasan di
tempatkerja bila ia diperlakukan sebagaimana
manusia. Perintah-perintah atau instruksi
dapat diberikan dengan keras dan tegas tetapi
caranya dapat dilakukan dengan ramah,
selembut dan sesopan mungkin. Seorang
supir telah bekerja dengan sungguh-sungguh
harus diberi kesempatan untuk istirahat,
.demikian juga dengan yang lain. Semuanya
itu akan membawa akibat yang baik tetapi
tidak akan merugikan sehingga ia bergairah
kerja dan semangatnya akan meningkat.
4. Cukup bebas dalam melaksanakan tugas.
o Bebas disini maksudnya adalah tanpa

Panduan Organisasi Penge/ola Zakat 27


tekanan-tekanan atau intimidasi. Setiap
pegawai diberi kesempatan bekerja sesuai
dengan kemampuannya dan sesuai pula
dengan daya kreativitasnya sepanjang tidak
bertentangan dengan kebijakan, progam,
prosedur, sistem dan sebagainya. Seorang
typist yang agak nervous atau tidak biasa
dengan atasan (selagi bekerja) merasa
tertekan bila ia ditunggui selagi ia mengetik.
Demikian juga pegawai yang lain tidak
perlu ditunggui selagi ia bekerja. Tentu saja
bimbingan juga diperlukan. Bila ternyata
hasilnya tidak memuaskan baru pegawai yang
bersangkutan diberikan semacam teguran
atau kalau perlu hukuman.
5. Ingin maju dalam kompetisi yang sehat.
o Jika organisasijperusahaan memiliki
kebijakan yang jelas atau aturan yang
adil dan pemimpin-pemimpin yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam arti dapat
menerapkan kebijakan dan aturan secara
adil maka niscaya para bawahannya akan
menerimanya dengan senang hati. Adalah
sudah menjadi ciri orang modern untuk
ingin maju dan kalau mungkin selalu
mendapat kemajuan dalam tugas-tugasnya di
lingkungan organisasijperusahaannya.
Kemajuan berarti naik, mendapat fasilitas,
atau posisinya baik. Pemimpin harus selalu
dapat berbuat adil walau pun manifestasi dari
pada keadilan tadi adalah ketidaksamaan,
tetapi pemimpin harus bisa melaksanakan
atau mempertahankan kebijakan dan aturan

28 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


yang telah diciptakan untuk itu agar para
bawahan tidak resah.
6. Ada mas a depan, tidakada perubahan-perubahan.
o Pada umunya setiap orang menginginkan hal-
hal yang secure. Seorang pegawaijkaryawan
yang sudah duduk di suatu tempat selama
10 tahun merasa segan untuk pindah atau
keluar bekerja walaupun kursi tempat ia
duduk terasa "keras". Di samping orang tidak
senang pada perubahan-perubahan karena
perubahan itu biasanya membawa "korban",
orang takut akan hal ini jangan-jangan
dirinyalah yang menjadi korban. Orang
bekerja dengan harapan akan memperoleh
imbalan jasa kalau mungkin tidak hanya
untuk pada saat ini saja tetapi juga untuk masa
depan. Makin adanya keyakinan terdapatnya
"security" di masa depan maka orang akan
giat bekerja, dan makin bersemangat untuk
melaksanakan tugas-tugasnya.
7. Dilayani sama, perlakuan adil.
o Diatas telah diungkapkan bahwa manifestasi
dari keadilan ialah ketidaksamaan. Artinya
ialah bahwa pegawai diberikan imbalan jasa
yang tidak sama atas prestasi yang tidak
sama pula. Seorang direktur imbalan jasanya
lain dengan seorang kepala bagian, seorang
supervisor berbeda imbalan jasanya dengan
seorang pegawaifkaryawan biasa. Tentu
saja makin tinggi posisi seseorang makin
besar tanggung jawabnya, dan makin besar
imbalan jasanya. Demikianlah yang disebut

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 29


dengan adil atau ketidaksamaan. Jika prinsip
yang demikian itu diterapkan secara terbuka
sudah barang tentu seluruh bawahan akan
menerimanya dengan wajar. Namun, apabila
imbalan jasa atau fasilitas diberikan secara
berlainan tetapi pimpinan memberikan
perlakuan yang sama setiap individu, maka
akan terjadi ketidakpuasan bagi karyawan
dan mengakibatkan semangat kerja menjadi
menurun.
8. Ingin tugas yang berguna.
o Bawahan yang telah sadar akan dirinya tidak
lagi memandang uang sebagai satu-satunya
yang dikejar dalam bekerja. Memang uanglah
yang terutama bagi kebanyakan orang, tetapi
setelah itu seorang bawahan bisa mencapai
keinginan yang berupa uang dalam bentuk
lain, yakni keinginan bahwa tugas-tugas yang
dilaksanakannya itu membawa hasil yang
berguna bagi organisasinya maupun bagi
masyarakat umum.

c) Counseling.
Maksudnya adalah mengadakan kunjungan
kepada para bawahan. Dalam hal ini yang diperlukan
sebagai pegangan saat-saat manakala diperlukannya
counseling yakni misalnya terlalu banyak a tau sering
terdapatnya kesalahan yang terjadi, pegawai yang
cepat letih, sering termenung, emosi cepat berubah,
banyak bicara, cepat marah dan sebagainya. Hal-
hal semacam itulah tanda-tanda saat di mana perlu
adanya counseling.

30 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


Kemudian apakah tujuan dari counseling tadi?
Tujuannya ialah :
1. Pertama, memperbaiki gairah kerja atau
semangat kerja walaupun prestasi yang
diharapkan sebenarnya terbatas namun masih
belum tentu tak dapat dicapai. Dengan adanya
gairah dan semangat kerja maka hal itu akan
mendorong seorang untuk berprestasi lebih
baik.
2. Kedua, memperbaiki mutu secara umum dari
para bawahan agar supaya setiap bawahan dapat
bekerja mencapai standar performance.
o Di samping hal-hal di atas masih banyak lagi
manfaat dari tujuan counseling ini, tetapi yang
terpenting adalah sebagai telah dijelaskan
ialah memperbaiki dan meningkatkan gairah
kerja. Adapun bentuk-bentuknya dapat
berupa nasehat yang menentramkan atau
memperbaiki komunikasi, yang disebut
belakangan maksudnya adalah komunikasi
an tara atasan dan bawahan dan sesama rekan
kerja.

d) Transfer a tau pemindahan.


Transfer adalah perpindahan seorang pegawaif
karyawan dari satu jabatan ke jabatan yang lain
atau dari satu bagian ke bagian yang lain dengan
tingkatan kedudukan yang sama. Perpindahan ini
pada umumnya mempunyai makna yang khas, yang
kebanyakan dapat diartikan sebagai pembuangan
terselubung atas seseorang yang agar orang tidak

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 31


aktif lagi atau membahayakan bagi pimpinan. Orang
yang kena "transfer" tadi biasanya dianggap tidak
disukai. Demikianlah anggapan sementara orang
yang apriori atau kurang memahami secara benar
tentang maksud dari pemindahan tugas. Dalam
pelaksanaanya sebaiknya diberikan kesan kepada
yang dipindahkan tadi bahwa hal itu dilaksanakan
bukan karena menurunnya prestasi pegawai
tersebut, tetapi karena memang organisasinya
membutuhkan adanya transfer. Dengan kata lain,
bahwa ia sangat diperlukan di tempat tersebut.
Namun, biasanya pertimbangannya adalah memang
karena prestasinya di bawah standar maka si
pegawaijkaryawan tadi dinilai tidak akan mampu
mengikuti lagi walaupun sudah melalui beberapa
cara. Sebab itu biasanya dilakukan dari pekerjaan
yang lebih berat kepada pekerjaan yang lebih
ringan. Hanya karena hal-hal yang mendesak atau
karena memang kekurangan tenaga transfer dapat
dilakukan dari pekerjaan yang ringan kepada
pekerjaan yang berat.
Bagaimanakah cara melaksanakan transfer? Ada
beberapa cara dalam melaksanakannya antara lain:
1. Pekerjaan apa yang akan dilaksanakan di bidang
tugas yang baru sebaiknya disampaikan secara
jelas dan mendetail termasuk tempat di mana ia
bekerja, macam pekerjaan, akibat dari pekerjaan
yang baru ini terdapat solidaritas pegawai.
2. Pertimbangan untuk melaksanakan transfer
ini bagi si pegawai, agar tidak mengecilkan
hatinya, perlu diberikan keterangan yang cukup
beralasan. Dengan menunjukkan data yang
positif bahwa hanya ia yang sanggup melakukan

32 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


pekerjaan itu, ia yang memiliki peranan yang
besar serta prestasi yang meyakinkan.
3. Disampaikan dengan jelas siapa atasannya nanti
dan bagaimana atasannya serta hal-hal yang
menonjol dari para bawahannya, juga sikapnya
nanti harus bagaimana terhadap atasannya nanti.
4. Yakinkan kepadanya akan kemampuan,
kecakapan dan pengalaman yang dimiliki untuk
mengerjakan tugas dan training yang diberikan
untuk meningkatkan kecakapan itu.
5. Tunjukkan kepadanya bahwa dalam
pekerjaannya yang baru nanti ia akan mengalami
banyak perkembangan dan kemajuan, ia akan
mendapat banyak kesempatan, dan akan lebih
baik dari pada yang telah dijalaninya.
6. Dalam pembicaraan dengan yang bersangkutan
jangan sekali-sekali menekan. Kepadanya perlu
diberikan kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan dan keberatan. Pertanyaannya itu
harus dijawab dengan baik dan jelas. Keberatan
hendaknya disanggah sedemikian rupa
sehingga ia merasa sangsi atas keberatan yang
dikemukakannya itu.

Ada beberapa macam transfer antara lain:


1) Production transfer, yaitu pemindahan pegawaif
karyawan dari bagian yang kurang kegiatannya
ke bagian lain yang kegiatannya banyak. Hal ini
dilaksanakan agar terdapat kesinambungan. Bila
pegawai biasa bekerja pada bagian yang kurang
kegiatannya maka ia akan mengalami banyak
waktu terbuang dan mengalami kebosanan.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 33


Kalau hal semacam ini berlaku terus menerus
maka ia akan menjadi lam ban pada hal si pegawai
tersebut orangnya potensial, penuh inisiatif dan
kreatif. Ini berarti bahwa pemimpin tidak dapat
memanfaatkan orang itu dengan baik. Oleh sebab
itu, terhadap pegawai semacam ini sebaiknya
dipindahkan ke bagian yang banyak atau
bertambah kegiatannya, sehingga akan tercapai
kesinambungan.
2) Versatility transfer, yaitu transfer yang hanya
diberikan kepada "the very pro-raising" dengan
harapan pada saatnya mereka ini dapat ikut
memainkan peranan yang penting demi
mencapai tujuan bersama dalam organisasi.
3) Shifftransfer, yaitu dari satu shiffke shiff yang lain,
yang dilaksanakan secara periodik berdasarkan
jadwal, seperti pada rumah sakit dan sebagainya.
4) Remedial transfer, yaitu setiap individu memiliki
sifat, bakat dan persamaan atau perbedaan
satu dengan yang lainnya. Oleh karenanya,
ada karyawan yang bisa bekerja sama dengan
yang lain dan ada pula yang tidak. Pimpinan
harus berusaha sedimikian rupa agar semua
bawahannya dapat bekerja sama, sesuai dengan
pola yang telah ditetapkan. Bila dalam hal
itu terdapat pegawaijkaryawan yang setelah
dibimbing dengan baik masih tetap tidak bisa
bekerjasama dengan yang lainya maka ia dapat
dipindahkan ke bagian lain dengan rekannya di
bagian yang baru.

34 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


e) Promosi
Promosi dengan transfer hampir memiliki
pengertian yang sama, bedanya promosi merupakan
perpindahan dari satu jabatan ke jabatan lain
yang lebih tinggi. Sebuah organisasijperusahaan
yang merencanakan untuk mengadakan promosi
bagi pegawaif karyawannya, pertama-tama harus
memiliki kebijakan yang memungkinkan pegawai
tadi memperoleh kemajuan dalam bidang tugasnya.
Dalam kebijakan itu harus dijelaskan mengenai
kemajuan pegawai dalam bidang tugasnya, batasan
umur yang memungkinkan seorang pegawai
memperoleh promosi, batas atau syarat pendidikan,
pengalaman dan sebagainya. Setiap pegawai juga
perlu mengetahui tentang kebijakan di atas, agar
pegawai yang memiliki ambisi dapat menyalurkan
dengan jalan berprestasi dengan sebaik-baiknya.
Bagi yang belum mempunyai syarat formal dapat
segera memenuhinya misalnya dengan jalan
melanjutkan studinya, kursus dan sebagainya.
Pimpinan dalam melaksanakan kebijakan promosi
tadi, harus memiliki data prestasi setiap pegawai atas
tugas yang telah dicapai. Bila semua itu telah dapat
dilaksanakan lalu diputuskan bagaimana dan siapa
orangnya yang cukup pantas untuk dipromosikan.
Bagi pegawai yang termasuk dalam pertimbangan
untuk dinilai juga dapat dilihat apakah ia memiliki
ambisi untuk promosi, apakah ia telah siap
mengembangkan karirnya dalam organisasi.
Jika ada pegawai yang sedang melaksanakan self
development dengan melanjutkan studi, kursus dan
sebagainya maka ia dapat disimpulkan bahwa dalam
pikirannya ada keinginan untuk maju. Kesemuanya

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 35


itu harus diteliti dengan baik agar dapat menjadi
dasar pertimbangan. Yang dilakukan untuk tingkat
manajemen pelaksanaannya harus lebih teliti lagi.
Faktor yang dinilai lebih banyak seperti: senioritas
intelegensia dan personalitinya. Kemudian yang
sangat penting ialah prestasi yang dicapai di atas
rata-rata. Dalam hal itu data kepegawaian dari
yang bersangkutan dijadikan sebagai informasi.
Selanjutnya, data yang sangat menentukan ialah
evaluasi atas prestasi dari jabatan sekarang ini,
sebab data itu menunjukkan prestasinya yang
sekarang dapat dipakai untuk menilai prestasinya
pada masa yang akan datang. Agar promosi dapat
dilaksanakan dengan baik dan tidak tergesa-gesa
maka perlu adanya pre planning promotions, yaitu
semacam persiapan yang masuk atas rencana
promosi. Rencana untuk ini selalu disesuaikan
dengan struktur organisasi untuk disesuaikan
dengan kebutuhan. Kemudian agar status promosi
tidak menimbulkan hal yang negatif maka pemimpin
harus selalu memberikan pertimbangan atas
beberapa hal antara lain:
1) Senioritas dan kecakapan
Dasar ini sangat penting untuk menghindari
rasa iri hati di antara para rekan pegawai.
Bila mereka ini mengetahui bahwa dasar ini
diterapkan dengan sendirinya mereka tidak akan
mencari alasan untuk iri hati. Senioritas berarti
bahwa di samping sudah lama bekerja juga
berpengalaman, dan memiliki kecakapannya
sudah mencapai standar performance, atau malah
lebih, sedangkan kecakapan dapat dianggap
memiliki nilai lebih tinggi dari senioritas.

36 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


2) Obyektif
Alasan yang dikemukakan berdasarkan
pertimbangan yang obyektif, yang dapat
dibuktikan dengan data dan rekomendasi yang
cukup jelas serta meyakinkan. Yang dimaksud
dengan obyektif disini ialah obyektif atas
penilaian dari prestasi seseorang, like and dislike
atau pamrih pribadi harus dihindarkan.
3) Pertimbangan-pertimbangan yang rna tang.
Semua aspek dari pegawai berikut
prestasinya harus dinilai dengan matang dan
mendalam. Prestasi dari sejak semula bekerja
harus dipertimbangkan, janganlah hanya
prestasi yang pacta akhir-akir ini saja. Begitu pula
konduite secara periodik harus dipertimbangkan
seluruhnya di samping faktor psikologis
dari pegawai yang bersangkutan beserta
lingkungannya perlu mendapat perhatian.

f) Performance evaluation atau penilaian prestasi


Di sekolah dikenal adanya rapor, yaitu buku nilai
dari mata pelajaran yang diberikan selama jangka
waktu tertentu, rapor tersebut juga berlaku bagi
pegawai dalam organisasi. Prinsipnya hampir sama,
hanya lebih kompleks dan tujuan penilaiannya
bermacam-macam.
Namanya adalah employee evaluation
performance review merit rating. Dalam banyak
organisasi di Indonesia baik pemerintah maupun
swasta hubungan antara atasan dengan bawahan,
an tara rekan dan sebaliknya, masih berlaku tenggang

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 37


rasa, hal ini dapat dilihat adanya unsur perasaan
seiring ikut berbicara atau memegang peranan yang
menonjol. Akibatnya, atasan segan untuk menegur
atau memperingatkan kesalahan yang dibuat oleh
bawahannya. Apabila hal yang semacam ini terus
berlangsung maka bawahan akan terus melakukan
kesalahan tanpa ada seorang pun yang dapat
memperbaikinya. Satu hal lagi yang merupakan
sikap yang kurang baik yaitu bahwa atasan merasa
segan dan tidak sampai hati menilai bawahannya,
apabila ia harus menyebutkan kesalahan, kelemahan
dan sebagainya.
Dalam melakukan penilaian itu ada prinsip dasar
yang harus dipegang oleh setiap atasan, yaitu bahwa
seorang bawahan harus selalu dan setiap mengenal
tentang kemampuannya, pelaksanaan tugasnya atau
prestasinya. Tidak ada atasan untuk merahasiakan
posisi seorang pegawai, setiap saat yang dikehendaki
seorang atasan harus mampu untuk memberikan
penilaian kepada bawahannya atas prestasinya.
Sehingga pada pihak bawahan sendiri timbul
kesadaran bahwa dirinya dinilai dan selalu diawasi
oleh atasan, sehingga ia mengetahui kelemahan-
kelemahannya. Oleh sebab itu ia perlu diberikan
motivasi untuk menjadi lebih baik. Motivasi ini
berasal dari adanya pengakuan bahwa atasannya
selalu menilai dirinya dan kemajuan dirinya. Pada
kenyataan prestasi ini kurang mendapat perhatian,
sehingga yang tidak berprestasi tidak pernah diberi
tahu, hal yang semacam inilah maka jarang tenaga
Indonesia benar-benar qualified. Hal itu disebabkan
kurangnya bimbingan, dan pengarahan dari atasan,
sebaliknya manajer yang baik pun sulit ditemukan.

38 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


Kebanyakan dari mereka ini terlalu sibuk dengan
urusannya sehingga tidak ada waktu mengawasi,
membimbing dan memberikan pengarahan serta
penilaian kepada bawahannya.
Di dalam melaksanakan penilaian harus
ditetapkan dahulu tujuannya. Tujuan itu dapat
berupa untuk promosi, mutasi, training dan
pemberhentian pegawai atau pengurangan
pegawai serta untuk kepentingan penilaian dan
pengembangan kepegawaian.
1) Sifat penilaian dapat berupa:
a) Penilaian sederhana, berupa pertanyaan-
pertanyaan dengan jawaban "ya" atau "tidak"
tanpa variasi yang lain. Penilaian semacam ini
jawabannya relatif dan menjauhi kebenaran, bagi
si penilai akan kesulitan dalam memberi nilai.
b) Kompleks, dalam Skala penilaian yang seperti
ini daftar kualitas dari hasil-hasil pekerjaan
yang dinilai disertai dengan definisi yang
lengkap sehingga tiap kualitas nilai pekerjaan
dapat ditetapkan tersendiri dilengkapi dengan
permintaan yang sifatnya sebagai bukti.
Kemudian faktor yang dinilai antara lain dapat
berupa:
(a) Kuantitas dan kualitas kerja
(b) Pengetahuan akan pekerjaannya
(c) Kejujuranjdapat dipercaya atau tidak
(d) Kerjasama dan penyesuaian diri
(e) Presensi/ kehadiran

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 39


(f) Inisiatif
(g) Kemampuan mempertimbangkan.
Untuk tingkat pimpinan atau manajemen, faktor
yang dinilai seperti tersebut di atas, ditambah dengan
kemampuan untuk merencanakan, mengorganisir
dan memimpin.
2. Langkah-langkah atau proses penilaian
Penilaian pada dasarnya ialah untuk mengetahui
apakah performance seseorang pegawai sesuai
dengan standar atau sampai di mana performance
seorang pegawai, apakah dapat memacu standar
ataukah tidak, kalau tidak sampai berapa jauhkah
dan sebagainya.
Langkah-langkah atau proses yang dapat dipakai
sebagai pedoman dalam langkah penilaian ialah:
a) Menentukan standar atau dasar penilaian
sebagai ukuran yang pasti, untuk dipakai sebagai
pegangan dan sebelumnya perlu dibuat tingkat-
tingkat pegawai agar penilaiannya nanti dapat
dilakukan dengan adil.
b) Mengukur pelaksanaan kerja atau performance,
setiap pekerjaan dapat diukur baik secara
kualitatif maupun secara kuantitatif, dengan
demikian hasilnya pun dapat diukur dari
pegawaijkaryawan yang berprestasi baik
nilainya pun tentu akan tinggi, begitu sebaliknya
nilai-nilai tadi ditentukan dari faktor-faktor yang
dinilai, disesuaikan dengan pekerjaan.
c) Membandingkan prestasi terhadap standar,
setiap pegawai mempunyai potensi serta
kapasitas yang berbeda dan banyak faktor

40 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


yang mempengaruhinya. Pada suatu organisasi
yang telah maju dan baik pemberian tugas
kepada pegawai tentu akan disesuaikan dengan
kapasitas standar performance-nya sendiri.
Pegawai yang mempunyai kapasitas yang tinggi
dapat mencapai performance yang tinggi, begitu
pula seterusnya.
d) Memperbaiki selisih, jika antara performance
dengan standarnya terdapat selisih maka
pimpinan harus mengambil tindakan atau
langkah-langkah yang dianggap perlu untuk
perbaikannya. Bila seorang pegawai performance-
nya selalu melebihi standarnya maka harus
diberikan perhatian khusus, dan bila keadaan
memungkinkan sebaiknya kepadanya diberikan
kesempatan untuk promosi, karena ia merupakan
calon yang baik. Dalam mengambil langkah
perbaikan atas performance seorang pegawai
yang berada di bawah standar performance,
harus diteliti apakah orang tersebut memerlukan
training dan sebagainya.

g) Komunikasi
Yang dimaksud dengan komunikasi dalam hal
ini ialah proses penyampaian kehendak, pendapat,
pikiran, perasaan, ide, perintah atau pesan dari
seseorang kepada orang lain, serta proses menerima
atau memahami pesan, perintah, pikiran dan
sebagainya dari orang lain. Komunikasi terjadi
antara atasan dengan bawahan atau sebaliknya
antara rekan yang setingkat dalam organisasi atau
antara jabatan dari dalam lingkungan atau dari

Panduan Organisasi Penge/ola Zakat 41


luar organisasi, antara para manager dengan para
langganan, pendeknya dengan siapa saja. Dalam
prakteknya komunikasi itu dapat meliputi antara
lain:
1) Menyampaikan sesuatu dengan lisan atau
tertulis.
2) Kemampuan atau kemauan untuk mendengar
atau menelaah pesan-pesan itu dan sebagainya.
3) Kemauan, kesediaan, atau kerelaan untuk
menerima pesan dan sebagainya serta
memberikan respon a tau reaksi yang diharapkan
atau diinginkan oleh pihak lain. Oleh sebab itu,
maka komunikasi harus terdiri dari tindakan-
tindakan meminta dan menjamin perhatian
kepada pihak lain untuk benar-benar mengerti
pesan itu, dan pihak lain tetap ingat akan pesan
tadi serta pihak lain menyetujui atau menerima
dengan baik pesan tadi.

3. PemeliharaanjPerawatan Personil
a. Administrasi penggajian
Yang dimaksud administrasi penggajian ialah
proses-proses kegiatan dalam rangka melaksanakan
penggajian. Berbicara tentang penggajian maka
perlu pula dikemukakan tentang macam dan dasar
penetapan atas income yang berhubungan dengan
pekerjaan yang dilakukan oleh pegawaijkaryawan.
Income ialah pendapatan yang diperoleh
pegawai/ karyawan berupa gaji atau upah, insentif
dan sebagainya. Sedang gaji ialah imbalan jasa
berupa uang juga karena telah bekerja dan biasanya

42 Panduan Organisasi Penge/ola Zakat


istilah upah dipakai untuk perhitungan pembayaran
jasa tersebut dalam satu hari atau satu minggu.
Macam-macam pendapatan atau income tadi
ialah pendapatan berupa uang tunai, pendapatan
yang bukan berupa uang dan pendapatan yang
bersifat psychis atau psychical income.
1) Pendapatan berupa uang tunai, yaitu
pendapatan seorang pegawaifkaryawan sebagai
imbalan jasanya dan dibayarkan dengan uang,
guna memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
Pendapatan berupa uang ini biasanya terdiri dari
gaji, komisi, bonus (untuk perusahaan).
2) Pendapatan yang bukan berupa uang atau dapat
berupa uang tetapi untuk pemakaian yang terbatas,
tidak dapat dipergunakan dengan bebas seperti
gaji, biasa disebut dengan social income. Social
income ialah bagian dari jumlah pendapatan/
kompensasi di mana setiap orang menerimanya
sebagai imbalan atas prestasi atau jabatannya, hal
mana dengan adanya social income ini status orang
tadi menjadi naik atau meningkat. Contohnya ialah
tunjangan perumahan, tunjangan kesehatan, mobil
dan sebagainya. Kadang-kadang social income ini
nilainya lebih tinggi dari pada gajinya sendiri.
3) Pendapatan yang bersifat psychis atau psychical
income ialah pendapatan yang diterima pegawaif
karyawan dalam bentuk kepuasan kerja dan
kemajuan di bidang karier.
Adalah menjadi tanggungjawab pimpinan untuk
memperhati.kan dengan sungguh-sungguh ketiga
macam pendapatan di atas demi tujuan usaha
kerjasama tercapai.·

Panduan Organisasi Penge/ola Zakat 43


b. Faktor dasar yang dipakai sebagai pertimbangan
dalam pemberian gaji bagi pegawaijkaryawan
antara lain:
1) job value, yaitu nilai dari pada pekerjaan
atau jabatan. Tiap pekerjaan pada dasarnya
dapat diukur dan diberikan nilai. Pengukuran
dilakukan dengan metode-metode tertentu yang
dalam batas-batas tertentu bersifat relatif dan
subyektif. Poin penilaian ditentukan dengan
metode-metode tertentu, besar kecilnya gaji yang
diterima didasarkan atas dasar kecilnya point.
2) Performance, atau prestasi ialah dasar
penggajian yang berdasarkan sampai berapa
jauh prestasi seseorang, bila ia dapat berprestasi
tinggi maka ia akan mendapat gaji yang tinggi,
begitu sebaliknya. Jadi dasarnya bukan karena
pendidikan atau pengalaman seseorang, sarjana
atau bukan, tetapi semata-mata karena prestasi.
Prinsip semacam ini pada umumnya dipakai
pada perusahaan-perusahaan.
3) Kualifikasi, ialah mendasarkan pada pendidikan
dan pengalaman seseorang, sedangkanjob value
maupun prestasi tidak menjadi faktor yang
utama. Dasar semacam inilah yang dipakai pada
organisasi pemerintahan atau departemen-
departemen serta perusahaan-perusahaan
Negara. Seorang pegawaifkaryawan dengan
pendidikan yang cukup tinggi dan pengalaman
kerja yang cukup lama akan mendapat gaji yang
tinggi betapapun prestasi yang diperlihatkannya
sebenarnya kurang memuaskan atau kurang
memenuhi standar performance. Dasar semacam
ini sebenarnya mengandung kelemahan yang

44 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


prinsipil terutama jika terdapat pegawai yang
relatif masih muda dan potensial, ia akan menilai
karena pengalamannya relatif sedikit dengan
sendirinya gajinya sedikit, untuk apa ia masih
bekerja keras dan penuh dedikasi. Ia juga merasa
gajinya akan naik dengan sendirinya hila masa
kerjanya telah cukup banyak.
c. Faktor penentu kompensasijpenggajian.
Dalam membahas faktor-faktor penentu
kompensasi ini, perlu diperhatikan job evaluation,
struktur penggajian dan fringe benefit dan progam
kesejahteraan.
1) job evaluation adalah proses untuk menetapkan
harga dan nilai dari suatu jabatan dibandingkan
dengan jabatan-jabatan yang lain dalam suatu
organisasi dengan tujuan untuk mendapatkan
struktur penggajian yang adil.
Tujuan utama daripadajob evaluation ialah:
a) Memungkinkan manajemen memiliki suatu
dasar di mana dapat disusun suatu struktur
penggajian yang adil dan dapat diterima oleh
mereka yang jabatannya telah dinilai dan
dapat pula memenuhi kebutuhan manajemen
secara keseluruhan.
b) Melengkapi manajemen dengan keterangan-
keterangan yang dapat dipakai sebagai bahan
untuk menetapkan kebijakan, bukan saja yang
menyangkut masalah-masalah penggajian
semata-mata tetapi juga tentang aspek-aspek
tertentu yang menyangkut bidang personil
dan sebagainya.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 45


c) Untuk membantu dalam peningkatan dan
mengkonsolidasikan hubungan-hubungan
antara top manajemen, middle manajemen
dan bawahan.
2) Agar dapat ditetapkan nilai atas jabatan tertentu
maka penting untuk mengetahui, menganalisa
syarat-syarat seteliti mungkin. Dalam hal ini ada
4 sistem atau metode darijob evaluation.
a) job ranking method dipergunakan hila hanya
terdapat beberapa jabatan yang dimiliki dan
jabatan-jabatan tersebut dinilai baik. Jabatan-
jabatan diderajatkan atau dibedakan dalam
beberapa kriteria, seperti pengutamaan
syarat skill dan sebagainya. Sebenarnya
derajat itu sendiri cukup jelas yaitu yang satu
lebih tinggi dari yang lain, tetapi perbedaan
derajat yang sebenarnya atau· sendiri kurang
jelas.
b) job elasification method, metode m1
sangat erat hubungannya dengan ranking
method tetapi langkah pertama dari job
elasification ialah menyusun suatu skala gaji.
Kemudian menyiapkan job description yang
menunjukkan macam-macam jabatan dimana
tiap dari skala gaji tersebut ditetapkan.
Jabatan-jabatan tadi diklasifikasikan atas
dasar:
1) Hubungan-hubungan dimana ditetapkan
kepada siapa pemegang jabatan tersebut
melakukan laporan atau siapa atasannya,
kepada siapa ia harus melapor.

46 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


2) Tingkat pengetahuan yang disyaratkan.
3) Tingkat atau besarnya tanggungjawab
4) Keahlian dan pengalaman-pengalaman
sebelumnya.
c) Point rating method, ialah metode yang
dijalankan dengan memberikan nilai
berdasarkan point value atas tiap jabatan.
Tiap jabatan tidak langsung dinilai dengan
uang tetapi dengan pain.
Metode ini maka penilai harus menyusun
sejumlah faktor-faktor. Tiap faktor terdiri
dari atas beberapa tingkat, dan pada tiap
tingkatan harus ada descriptionnya yang
semuanya itu harus memiliki points value.
3) Faktor comparation method, inilah penilaian
yang dilakukan berdasarkan alokasi dari pada
poin-poin atas faktor-faktor tertentu dalam
hubungannya dengan macam-macam jabatan.
Biasanya diterapkan atas jabatan-jabatan yang
membutuhkan knowledge di samping faktor-
faktor subyektif seperti kreatifitas, kemampuan
untuk memutuskan dan sebagainya.
Faktor-faktor dasar yang harus
diperhitungkan atau dipertimbangk~n dalam
menganalisa jabatan yang membutuhkan:
"knowledge" sebagai bagian dari proses penilaian
ialah:
a) Kemampuan untuk memutuskan
b) Kemampuan membuat perencanaan
c) Kreativitas

Panduan Organisasi Penge/ola Zakat 47


d) Kontak dengan orang baik di dalam maupun
di luar oraganisasi.
e) Kemampuan membuat kebijakan
f) Kemampuan untuk menghindari kekeliruan-
kekeliruan
g) Kemampuan untuk menjaga keterangan-
keterangan rahasia.
Metode-metode tersebut dapat dibagi
menjadi dua a dan b yang bersifat sederhana,
dipakai pada organisasijperusahaan yang sudah
maju atau besar di mana jumlah jabatan yang
tersediarelatif cukup banyak.
d. Struktur penggajian
Sebenarnya sulit untuk menetapkan seorang
bekerja itu apakah menginginkan security ataukah
menginginkan gaji yang tinggi. Tetapi selama
problem yang dialami oleh manusia cukup banyak,
maka keinginan manusia dari pekerjaannya itu juga
banyak. Oleh karen a itu, manajemen tidak akan lepas
dari prinsip-prinsip bisnis yaitu menekan segala
biaya. Dengan kata lain bahwa hila organisasij
perusahaan mempekerjakan orang harus pula
dipertimbangkan aspek biaya ini. Selanjutnya
macam-macam dasar struktur penggajian yang
(sering) dipakai di negara-negara maju:
a. Fait rate scales, ialah pemberian gaji berdasarkan
standar yang fixed kepada setiap pegawai
yang ·bekerja sesuai dengan prestasinya, tanpa
memandang umur atau jasa karyawan yang
bersangkutan.

48 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat


b. Age rate scales, ialah pemberian gaji yang
berdasarkan standar umur pegawaijkaryawan.
Dasar ini dipakai untuk pekerjaan-pekerjaan
tertentu. Walaupun semata-mata dasarnya
dipandang dari segi umur saja, skala gaji tetap
diberikan untuk memungkinkan bagi pegawaif
karyawan yang berprestasi baik dapat diterapkan
skala gaji yang lebih tinggi.
c. lncramental scales, ialah skala gaji yang pada tiap
golongan dibagi-bagi dalam bentuk penambahan
yang seimbang antara skala yang satu dengan
yang ada di atasnya. Jumlah penambahan
seimbang, artinya bahwa setiap tingkat atau
skala yang satu dengan yang di bawahnya adalah
sama dengan yang di atasnya.
d. Salary ranges, penggajian yang didasarkan pada
nilai-nilai jabatan atau level-level jabatan.
e. Fringe benefit dan program kesejahteraan yang
lain.
Masalah fringe benefit ini sebenarnya telah
lama timbul dan merupakan program yang
berlaku bagi para anggota manajemen maupun
para bawahan, yang jumlah program tersebut
setiap tahunnya disesuaikan dengan kemampuan
lembaga dan dana amil yang tersedia.

4. Pemberhentian
Pemberhentian adalah proses yang paling akhir
dalam pengelolaan sumber daya manusia. lstilah
yang paling tepat adalah pemutusan hubungan
kerja (PHK) sebab seorang pegawai sebenarnya juga

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 49


berhak memutuskan hubungan kerja sepihak. Dalam
pemutusan hubungan kerja ini harus berdasarkan
alasan yang sah tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan. PHK terjadi karena keinginan
organisasi, keinginan pegawai karena pensiun dan
sebab lain-lain.
a. Sistem Pengelolaan
OPZ harus memiliki sistem pengelolaan yang
baik. Unsur-unsur yang harus diperhatikan adalah:
1) Memiliki sistem, prosedur dan aturan yang jelas
Sebagai sebuah lembaga, sudah seharusnya jika
semua kebijakan dan ketentuan dibuat aturan
mainnya secara jelas dan tertulis. Sehingga
keberlangsungan lembaga tidak bergantung
kepada figur seseorang, tetapi kepada sistem.
Jika terjadi pergantian SDM sekalipun, aktivitas
lembaga tidak akan terganggu karenanya.
2) Manajemen terbuka
Karena OPZ tergolong lembaga publik, maka sudah
selayaknya menerapkan manajemen terbuka.
Maksudnya, ada hubungan timbal balik antara
amil zakat selaku pengelola dengan masyarakat.
Dengan ini maka akan terjadi sistem kontrol yang
melibatkan unsur luar, yaitu masyarakat itu sendiri.
3) Mempunyai rencana kerja (activity plan)
Rencana kerja disusun berdasarkan kondisi
lapangan dan kemampuan sumber daya lembaga.
Dengan dimilikinya rencana kerja, maka aktivitas
OPZ akan terarah. Bahkan dapat dikatakan, dengan
dimilikinya rencana kerja yang baik berarti 50%
target telah tercapai.

50 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


4) Memiliki Komite Penyaluran (lending committee)
Agar dana dapat tersalur kepada yang benar-benar
berhak, maka harus ada suatu mekanisme sehingga
tujuan tersebut dapat tercapai. Salah satunya
adalah dibentuknya Komite Penyaluran.
Tugas komite ini adalah melakukan penyeleksian
terhadap setiap penyaluran dana yang akan
dilakukan. Apakah dana benar-benar disalurkan
kepada yang berhak, sesuai dengan ketentuan
syari'ah, prioritas dan kebijakan lembaga.
Prioritas penyaluran perlu dilakukan. Hal ini
tentunya berdasarkan survei lapangan, baik dari
sisi asnaf mustahik maupun bidang garapan
(ekonomi, pendidikan, da'wah, kesehatan, so sial,
dan lain sebagainya). Prioritas ini harus dilakukan
karena adanya keterbatasan sumber daya dan dana
dari lembaga.
5) Memiliki sistem akuntansi dan manajemen
keuangan
Sebagai sebuah lembaga publik yang
mengelola dana masyarakat, OPZ harus memiliki
sistem akuntansi dan manajemen keuangan yang
baik. Manfaatnya antara lain:
Akuntabilitas dan transparansi lebih mudah
dilakukan, karena berbagai laporan keuangan
dapat lebih mudah dibuat dengan akurat dan
tepatwaktu
Keamanan dana relatif lebih terjamin, karena
terdapat sistem kontrol yang jelas. Semua
transaksi relatif akan lebih mudah ditelusuri.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 51


Efisiensi dan efektivitas relatif lebih mudah
dilakukan.
6) Diaudit
Sebagai bagian dari penerapan prinsip
transparansi, diauditnya OPZ sudah menjadi
keniscayaan. Baik oleh auditor internal
maupun eksternal. Auditor internal diwakili
oleh Komisi Pengawas atau internal auditor.
Sedangkan auditor eksternal dapat diwakili
oleh Kantor Akuntan Publik a tau lembaga audit
independen lainnya.
Ruang lingkup audit meliputi:
Aspek keuangan
Aspek kinerja lainnya (efisiensi dan efektivitas)
Pelaksanaan prinsip-prinsip syari'ah Islam
Penerapan peraturan perundang-undangan
7). Publikasi
Semua yang telah dilakukan harus
disampaikan kepada publik sebagai bagian
dari pertanggungjawaban dan transparannya
pengelola. Caranya dapat melalui media massa
seperti surat kabar, majalah, buletin, radio,
TV, dikirim langsung kepada para donatur,
atau ditempel di papan pengumuman yang
ada di kantor OPZ yang bersangkutan. Hal-hal
yang perlu dipublikasikan antara lain laporan
keuangan, laporan kegiatan, nama-nama
penerima bantuan, dan lain sebagainya.

52 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


8) Perbaikan terus-menerus (continous
improvement)
Hal yang tidak boleh dilupakan adalah
dilakukannya peningkatan dan perbaikan secara
terus-menerus tanpa henti. Karena dunia terus
berubah. Orang mengatakan "Tidak ada yang
tidak berubah kecuali perubahan itu sendiri."
Oleh karena itu agar tidak dilindas jaman,
kita harus terus mengadakan perbaikan.
Jangan pernah puas dengan yang ada saat ini.
Salah satunya perlu diadakan yang namanya
"Pendidikan Profesi Berkelanjutan" bagi profesi
amilin zakat ini.

C. Standar Sarana
Dalam rangka terciptanya efisiensi dan aktifasi
dalam pengadaan dan penggunaan sarana/ prasarana
oleh lembaga pengelola zakat maka dipandang perlu
adanya pedoman baku atau standar minimal sarana dan
prasarana organisasi pengelola zakat sebagai pedoman
untuk perencanaan pengadaan sarana dan prasarana,
disamping juga untuk menentukan standar kebutuhan
yang diperlukan untuk pengadaan dan penggunaan
sarana/ prasarana organisasi pengelola zakat.
Untuk menunjang pelaksanaan tugas sehari-hari maka
perlu adanya peralatan dan perlengkapan yang harus
dipenuhi sebagai sarana kerja. Standar Sarana OPZ ini
dimaksudkan sebagai suatu rumusan tentang penentuan
jenis, kualitas dan kuantitas yang meliputi jenis, ukuran
yang diperlukan untuk kepentingan stan dar I keseragaman.
Ruang lingkup standar sarana dan prasarana organisasi

Panduan Organisasi Penge/ola Zakat 53


pengelola zakat meliputi ruang kerja, ruang tamu, perabot
kantor, barang mekanik, kendaraan dan lain sebagainya.
Di samping menentukan standar saranajprasarana, hal
yang tidak kalah penting adalah bagaimana meningkatkan
pembinaan fasilitas kerja yang antara lain tercakup dalam
penyediaan sarana kerja yang meliputi perencanaan
penentuan kebutuhan, penganggaran, pengadaan,
penyimpanan pendistribusian, pemeliharaan dan
penghapusan.
Untuk mendapatkan hasil kerja yang maksimal, BAZ
dan LAZ sebagai pelaku pengelola zakat harus memiliki
kantor sebagai pusat Jayanan kepada masyarakat yang
ditunjang dengan penyediaan saranajprasarana atau
fasilitas kerja yang cukup, sesuai dengan kebutuhan, jenis,
waktu pengadaan dan tepat guna pada setiap satuan
organisasi dan satuan kerja agar seluruh kegiatan berjalan
dengan Jancar dan tertib sebagai bentuk keberhasilan
organisasi pengelola zakat.

A. Prasarana Kerja Perkantoran


Prasarana kerja perkantoran terdiri dari:
1. Ruang Kerja
2. Ruang Tamu
3. Ruang Rapat
4. Ruang Tunggu
5. Ruang Counter
6. Ruang Perpustakaan
7. Ruang Istirahat
8. Ruang Toilet
9. Ruang Shalat
10. Ruang Security

54 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


11. Ruang Halaman
12. Ruang Gudang

B. Sarana Kerja Perkantoran


Sarana kerja perkantoran terdiri dari:
1. Perabot kantor, yaitu:
a. Meja dan kursi kerja
b. Meja dan kursi rapat
c. Meja dan kursi security
d. Meja dan kursi komputer
e. Meja Telephon
f. Meja Fax
g. Sice
h. Kursi hadap
i. Meja dan kursi counter
j. Kursi panjang
k. Filling cabinet
l. Almari pustaka kerja
m. Almari besi
n. Almari kayu
o. Brangkas
p. Deskpen
q. Tiang bendera
r. Bendera merah putih
s. Gambar Presiden dan Wakil Presiden
t. Lambang Negara RI
u. Bola dunia
v. Peta Wilayah Indoensia
w. PetafDaftar Wilayah Provinsi
x. PetafDaftar Wilayah Kabupaten/Kota
y. Peta/Daftar Wilayah Kecamatan
z. Daftar Wilayah DesafKampung

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 55


aa. Daftar nama pejabat
bb. Papan nama
cc. ATK
dd. Movitex (Badan Struktur Organisasi)
ee. Whiteboard
ff. Kalender
gg. Buku kerja
hh. Papan statistik
ii. Papan Data UPZ
jj. Papan Data Muzakki
kk. Papan Data Mustahiq
II. Cermin
mm. Alas shalatjhambal
nn. Tissue
oo. Lap Pembersih
pp. Keranjang Sampah

2. Barang Mekanik, yaitu:


a. Perangkat Komputer
b. Komputer on line
c. Komputer laptop
d. Infocus
e. Faximail
f. Telephon
g. Telephon Intern
h. Handphone
i. Mesin hitung
j. Kalkulator
k. Televisi
I. Radio cassette
m. Cassette
n. Wireless

56 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat


o. Overhead
p. Bel
q. Jam dindirig
r. Air Conditioning (AC)
s. Kipas Angin
t. Dispenser
u. Penghancur kertas
v. Mesin Foto Copy

3. Kendaraan, yaitu:
a. Kendaraan roda empat
b. Kendaraan roda dua

4. Kepustakaan, yaitu:
a. Al-Qur'an
b. Al-Qur'an dan terjemahannya
c. Tafsir Al-Qur'an
d. Buku Pedoman Zakat
e. Buku Manajemen Keuangan
f. Buku Manajemen Zakat
g. Buku Direktori BAZ
h. Buku Direktori LAZ
i. Buku Panduan Perundang-undangan Pengelo-
laan Zakat dan Wakaf
j. Buku Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Lem-
baga Pengelolaan Zakat
k. Buku Pola Pembinaan Badan Amil Zakat
l. Buku Pola Pembinaan Lembaga Amil Zakat
m. Buku Profil Direktorat Pengembangan Zakat dan
Wakaf
n. Buku Petunjuk Pelaksanaan Pengendalian dan
Evaluasi Pengelolaan Zakat

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 57


o. Buku Hasil Rakornas dan Evaluasi
p. Buku Kemana Anda Membayar Zakat
q. Buku Perkembangan Pengelolaan Wakaf di
Indonesia
r. Buku Pedoman Pengelolaan Wakaf Tunai
s. Buku Paradigma Baru Wakaf di Indonesia
t. Buku Fiqih Wakaf
u. Buku Pedoman Pengelolaan dan Pengembangan
Wakaf
v. Leaflet Zakat 10 Seri
w. Buku-buku yang berkait dengan Zakat dan Wakaf

5. Formulir dan Laporan, yaitu:


a. Setoran ZIS
b. Bukti penerimaan setoran ZIS
c. Register penyetoran
d. Daftar Tanda Terima ZIS
e. Laporan Rekapitulasi Hasil ZIS
f. Laporan Rekapitulasi Pendistribusian ZIS
g. Laporan Hasil Pengendalian Evaluasi Pengelolaan
Zakat
h. Blangkojformulir yang diperlukan

D. Teknik Akuntansi dan Pelaporan


Salah satu unsur parameter good governance lembaga
zakat adalah pelaporan keuangan yang berbasis akuntansi
dan penerapan prinsip-prinsip syariah dalam pengelolaan
zakat.

Mengapa Laporan Keuangan Amil Zakat Dibutuhkan?


1. Zakat bukanlah semata-mata urusan pribadi muzakki
dengan mustahiq, akan tetapi urusan kelembagaan

58 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


(institusi) yang memerlukan pengaturan (regulasi) dan
pertanggung-jawaban (akuntabilitas) kepada publik.
2. Tata kelola keuangan zakatwajib memenuhi dua kriteria,
yaitu: pertama, kesesuaian dengan standar akuntansi
dan keuangan lembaga nirlaba dan kedua, kesesuaian
dengan prinsip-prinsip syariah dalam pengelolaan
zakat.
3. Pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan
zakat yang menuntut pemahaman para amil zakat
terhadap pengelolaan keuangan zakat yang amanah,
profesional, transparan, dan akuntabel.

Tugas Pokok Amil Zakat


1. Mengumpulkan zakat dari muzaki.
2. Mendistribusikan dana yang dikumpulkan (termasuk
infaq dan sedekah) kepada mustahik sesuai dengan
syariah Islam dengan akad penyerahan muthlaq.
3. Mendayagunakan dana yang dikumpulkan kepada
mustahik melalui berbagai program yang produktif dan
berkesinambungan sesuai syariah Islam.

Rincian Tugas BAZNAS menurut Undang-Undang


Nomor 23 Tahun 2011 ialah menyelenggarakan fungsi:
1. Perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat.
2. Pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat.
3. Pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 59


4. Pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
pengelolaan zakat.

Aspek Hukum Yang Melandasi Laporan Keuangan Amil


Zakat
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat (pasal 29) mewajibkan pelaporan
zakat sebagai berikut:
a. BAZNAS kabupatenjkota wajib menyampaikan
laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak,
sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada
BAZNAS provinsi dan pemerintah daerah secara
berkala.
b. BAZNAS provinsi wajib menyampaikan laporan
pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah,dan
dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan
pemerintah daerah secara berkala.
c. LAZ wajib menyampaikan laporan pelaksanaan
pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial
keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan pemerintah
daerah secara berkala.
d. BAZNAS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan
pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial
keagamaan lainnya kepada Menteri Agama secara
berkala.
e. Laporan neraca tahunan BAZNAS diumumkan
melalui media cetak atau media elektronik.
2. Ketentuan sanksi dalam Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah terhadap amil zakat yang
tidak menyampaikan laporan keuangan amil zakat

60 Panduan Organisasi Penge/ola Zakat


sebagaimana mestinya, membuat laporan keuangan
yang tidak benar, atau membuat laporan keuangan yang
tidak memenuhi kriteria yang ditentukan

Tujuan Laporan Keuangan Amil Zakat:


1. Sebagai informasi atas penghimpunan, pendistribusian,
dan pendayagunaan Zakat, InfakjSedekah, dan dana
sosial keagamaan lainnya yang bermanfaat dalam
pengambilan keputusan atau dibutuhkan oleh pihak-
pihak yang berkepentingan.
2. Sebagai alat pertanggungjawaban (akuntabilitas)
dan transparansi pengelolaan keuangan kepada para
pemangku kepentingan serta sebagai alat untuk evaluasi
kinerja manajerial dan organisasi.

Laporan Keuangan Amil Zakat harus memenuhi


kriteria:
1. Mudah dipahami.
2. Relevan.
3. Andal
4. Dapat diperbandingkan.

Parameter Kesesuaian Syariah dalam Pengelolaan


Keuangan Amil Zakat, di antaranya:
a. Tidak menerima dana yang tidak halal.
b. Setiap dana yang diterima harus dapat dibedakan apakah
zakat atau ibadah maliyah lainnya (infak, sedekah, dan

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 61


dana sosial keagamaan lainnya) serta harus jelas bentuk
akadnya apakah muthlaq atau muqoyyad.
c: Menyalurkan dana hanya kepada mustahik serta
menggolongkan seorang mustahik dalam salah satu
asnaf mustahik.
d. Tidak menyalurkan dana dalam bentuk kegiatan yang
bertentangan dengan syariah Islam.
e. Tidak menzhalimi hak masing-masing asnaf mustahik.
f. Berusaha meningkatkan kesejahteraan serta
menyelesaikan permasalahan mustahik.
g. Setiap dana yang disalurkan harus dapat dibedakan
apakah berasal dari zakat atau ibadah maliyah lainnya
(infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya)
serta jelas bentuk akadnya apakah muthlaq atau
muqoyyad.
h. Wajib mencatat dan melaporkan setiap transaksi
keuangan serta mempublikasikannya dalam bentuk
laporan keuangan.
Setelah dikomparasikan dengan definisi pembatasan
pada PSAK Nomor 45, maka dalam pengelolaan keuangan
amil zakat, penggunaan sumber daya bersifat lebih cepat
lebih baik (as soon as possible), dalam arti dana zakat tidak
boleh tertahan lama pada amil.

Sesuai karakteristiknya, maka laporan keuangan amil


zakat harus mencerminkan kegiatan amil zakat sebagai
penerima dan penyalur zakat yang dilaporkan dalam:
a. Laporan Poslsi Keuangan.
b. Laporan Perubahan Dana.

62 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


c. Laporan Perubahan Aset Kelolaan.
d. Laporan Arus Kas.
e. Catatan Atas Laporan Keuangan.

Pengguna laporan keuangan amil zakat:


a. Muzaki.
b. Pihak lain yang memberikan sumber daya selain zaka.
c. Pemerintah selaku otoritas pembinaan dan pengawasan.
d. Pemeriksa.
e. Lembaga mitra.
f. Masyarakat.

Pengguna laporan keuangan amil zakat memiliki


kepentingan bersama dalam rangka menilai:
b. Keterbukaan atau transparansi sebuah lembaga zakat.
c. Cara manajemen amil zakat melaksanakan tugas, fungsi
dan tanggung jawabnya dan aspek lain dari kinerja
mereka.
d. Cara amil zakat mendapatkan dan membelanjakan
kas serta faktor lainnya yang berpengaruh pada
akuntabilitas lembaga.
e. Kepatuhan amil zakat terhadap ketentuan syariah
f. Upaya peningkatan kesejahteraan fakir miskin dan
penyelesaikan permasalahan mustahik yang dilakukan
amil zakat.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 63


g. Sarana sarana pertanggungjawaban manajemen atas
pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka.
Asumsi Dasar Teknik Akuntansi dan Pelaporan
1. Basis Akuntansi.
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan
keuangan Ami! Zakat adalah:
a. Basis Kas untuk penerimaan Zakat dan Infak/
Sedekah dan penyaluran zakat dan infakjsedekah
selain pemanfaatan asset kelolaan; dan
b. Basis Aktual untuk penyaluran Zakat dalam bentuk
pemanfaatan aset kelolaan dan transaksi pacta dana
ami!.
2. Kemandirian Entitas
Asumsi kemandirian entitas, artinya setiap ami! zakat
dianggap sebagai entitas yang mandiri dan mempunyai
kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan.
Entitas bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan
sumber daya yang dipercayakan kepada entitas untuk
dikelola berupa zakat dan infakjsedekah, termasuk
atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya
dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat keputusan
entitas, serta terlaksana atau tidak terlaksananya
program yang telah ditetapkan.
3. Keterukuran Dalam Satuan Uang (Monetary
Measurement)
Laporan keuangan ami! zakat menyajikan setiap
kegiatan yang diasumsikan dapat dinilai dengan
satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan
dilakukannya analisis dan pengukuran dalam akuntansi.

64 Panduan Organisasi Penge/ola Zakat


Informasi Komparatif
1. Laporan keuangan tahunan dan interim harus disajikan
secara komparatif dengan periode yang sama pad a tahun
sebelumnya. Sedangkan untuk Laporan Perubahan Dana
interim harus mencakup peri ode sejak awal tahun buku
sampai dengan akhir periode interim yang dilaporkan.
2. lnformasi komparatif yang bersifat naratif dan
deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya
wajib diungkapkan kembali apabila relevan untuk
pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

Laporan Keuangan Interim


Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan
yang diterbitkan di antara dua laporan keuangan tahunan
dan harus dipandang sebagai bagian integral dari laporan
periode tahunan. Penyusunan laporan interim dapat
dilakukan secara bulanan, triwulanan atau periode lain
yang kurang dari satu tahun.
Laporan keuangan interim memuat komponen yang
sama seperti laporan keuangan tahunan yang terdiri
dari Laporan Posisi Keuangan, Laporan Perubahan Dana,
Laporan Perubahan Aset kelolaan, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan.

Bahasa Laporan Keuangan


Laporan keuangan harus disusun dalam Bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Jika menurut keperluannya
laporan keuangan juga disusun dalam versi bahasa lain
harus memuat informasi dan waktu yang sama (tanggal
posisi dan cakupan periode)." Selanjutnya laporan keuangan

Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat 65


dalam bahasa lain tersebut harus diterbitkan dalam
waktu yang sama seperti laporan keuangan dalam Bahasa
Indonesia.

Mata Uang dalam Pelaporan


1. Pelaporan harus dinyatakan dalam mata uang Rupiah.
Apabila transaksi amil zakat menggunakan mata
uang lain selain dari Rupiah maka laporan tersebut
harus dijabarkan dalam mata uang Rupiah dengan
menggunakan laporan yang berlaku.
2. Selisih dalam periode berjalan yang terkait dengan
transaksi dalam mata uang asing dinilai dengan
menggunakan kurs yang berlaku. Selisih nilai tukar
merupakan penambahfpengurang dana bersangkutan.

Tanggung Jawab Atas Laporan Keuangan Amil Zakat


Sekretariat atau Manajemen BAZNAS provinsi,
BAZNAS kabupatenfkota dan LAZ bertanggung jawab atas
penyusunan dan penyajian laporan keuangan amil zakat.

66 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat


BAB III
OPTIMALISASI FUNDRISING

A. Optimalisasi Pengumpulan Zakat


Harus disyukuri bahwa lima tahun belakangan ini
fundrising dana zakat mengalami peningkatan yang
dapat dikatakan luar biasa. Hal ini seiring dengan tingkat
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga a mil zakat yang
semakin meningkat. Hasil penelitian PIRAC kepercayaan
masyarakat terhadap Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
yang merupakan lembaga amil zakat milik pemerintah
meningkat sebesar 3-5 %.
Ada dua hal yang menyebabkan meningkatnya fundrising
dana zakat. Pertama adalah semakin meningkatnya
kesadaran berzakat umat Islam dan yang kedua adalah
tingkat kepedulian yang besar terhadap nasib sesamanya.
Tingkat kepedulian ini diwujudkan melalui program-
program pendayagunaan zakat.
Hasil penelitian Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta membuktikan potensi zakat di
Indonesia kurang lebih sebesar 20 trilyun rupiah pertahun
dan baru teroptimalkan sebesar 3,5 %. Besarnya tingkat
perolehan dana zakat ini ditandai pula dengan semakin
tumbuh suburnya lembaga-lembaga amil zakat.
Fundrising dana masyarakat lokal (dana public) berupa
dana ZIS yang semakin meningkat beserta euforianya
adalah sebuah kekuatan baru yang diharapkan mampu
mempercepat kemandirian kaum niustadh'afin. Berbeda
apabila sumber dana sosial tersebut berasal dari donor
asing yang biasanya program didominasi oleh kepentingan
lembaga donor (donor driven). Revrisond Baswir
menyatakan bahwa dalam keadaan bebas merdeka suatu

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 69


bangsa akan lebih cepat mandiri dibandingkan bangsa
yang masih dipengaruhi kepentingan pihak lain. Hal senada
disampaikan pula oleh Proklamator Muhamad Hatta dengan
politik non kooperatifnya yaitu tidak bekerja sama dengan
bangsa lain di masa pergerakan kemerdekaan.
Selanj utnya, bagaimana agar kesadaran dan kepercayaan
masyarakat dalam berzakat ini menjadi semakin tumbuh
subur dapat diwujudkan melalui kinerja Lembaga Amil
Zakat (LAZ) dan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) yang
akuntabel, transparan dan profesional. Di sisi lain dalam
skala makro pemerintah dapat membuat kebijakan yang
dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi peningkatan
optimalisasi dana zakat. Misalnya UU No. 38 tahun 1999
yang mengatur ten tang zakat sebagai pengurang pajak. Atau
lnsentif Pajak, yaitu pengurangan pajak bagi perusahaan-
perusahaan yang menyumbangkan sebagian dananya untuk
tujuan sosial.

B. Membangun Kemitraan Strategis


Kemitraan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia
didefinisikan sebagai "perihal hubungan (jalinan kerja
sama dsb) sebagai mitra". Sedangkan mitra diartikan
sebagai "lawan kerja, pasangan kerja". Jadi secara umum
dapat dikatakan bahwa kemitraan mencakup pengertian
"jalinan kerja sama antara pihak-pihak yang terkait sebuah
kepentingan dan tujuan tertentu.
Jika dikaitkan dengan tema zakat, maka kemitraan
ini menjadi hal yang mendesak dilakukan oleh pengelola
zakat guna memaksimalkan perannya dalam pengelolaan
zakat. Kemitraan ini salah satunya adalah diwujudkan
dalam pengumpulan dana zakat. Dengan kata lain, lembaga
pengelola zakat harus menjalin kemitraan dengan lembaga-

70 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


lembaga yang ada dalam hal pengumpulan dana zakat.
BAZNAS bisa melakukan kemitraan dengan bank-bank
untuk memungut dana zakat masyarakat yang disimpan di
bank tersebut.
Tidak hanya dengan pihak bank, pengumpulan dana
zakat juga bisa diwujudkan dengan membentuk Unit
Pengumpul Zakat (UPZ) pacta beberapa instansi ataupun
lembaga-lembaga yang ada. Berikut beberapa instansi dan
lembaga yang dapat dibentuk UPZ.
1. BUMN
2. BUMD
3. Kementerian
4. PEMDA
5. Bank
6. Perusahaan
7. Departemen Store
Pacta dasarnya, kemitraan dimaksudkan untuk
memberikan akses yang seluas-luasnya kepada masyarakat
dalam menyalurkan zakat, infak dan shadaqoh. Potensi
zakat, infak dan shadaqoh yang tinggi bisa jadi belum bisa
dimaksimalkan karena terbatasnya media bagi masyarakat
dalam menyalurkan zakat. Di sinilah dibutuhkan kreasi dan
inovasi dari BAZ untuk sebisa mungkin mendirikan pusat-
pusat pengumpulan zakat yang dapatdiakses oleh berbagai
kalangan masyarakat.
Selain membentuk UPZ, kemitraan dengan lembaga-
lembaga di atas dapat pula mencakup fundrising bebas
di luar kewajiban zakat. Sebagaimana kita ketahui bahwa
selain zakat, ada pula potensi infak dan shadaqoh yang juga

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 71


tidak kalah banyaknya. Dengan demikian, BAZ atau LAZ
dapat menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga yang
dianggap memiliki peranan strategis dalam perekonomian
maupun kebijakan publik untuk menyalurkan infak dan
shadaqoh.
Dibandingkan dengan zakat, infak dan shadaqoh tidak
terikat dengan aturan nisab. Artinya, masyarakat tidak
perlu menunggu angka nisabnya untuk menunaikan infak
dan shadaqoh. Dengan demikian, masyarakat akan mudah
menunaikan infak dan shadaqoh dengan nilai berapapun juga.
Ada beberapa bentuk media yang bisa dibentuk dalam
kemitraan ini dalam rangka menampung potensi infak dan
shadaqoh ini. Membentuk pos pengumpulan untuk suatu
program tertentu. Misalnya, pos pendidikan, pos kesehatan,
pos dakwah dan sejenisnya. Pos-pos tersebut diharuskan
memiliki nomor rekening tersendiri untuk memudahkan
masyarakat luas mengakses.
Pos-pos pengumpulan dana infakjuga bisa dalam bentuk
kerjasama dengan swalayan. Swalayan memiliki potensi
besar dalam hal infak dan sodaqoh. Hal ini terlihat dalam
angka sisa pengembalian yang terkadang tidak dibayarkan
kepada pembeli karena angka rupiahnya tidak ada. Di
sinilah BAZNAS bisa mengambil kesempatan bekerjasama
untuk menghibahkan dana kelebihan pengembalian yang
tak sempat diberikan kepada pembeli kepada BAZNAS.

C. Pembentukan UPZ
Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan salah
satu amanah dari keberadaan UU No. 23 tahun 2011 yang
bertugas untuk melaksanakan pengelolaan zakat sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan Keputusan Dirjen Bimbingan Masyarakat

72 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat


Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 tahun 2001 pasal 9
ayat (2), BAZNAS dapat membentuk Unit Pengumpul Zakat
(UPZ) pacta instansijlembaga pemerintah pusat, BUMN,
dan perusahaan swasta yang berkedudukan di lbukota
Negara dan pacta kantor perwakilan Republik Indonesia di
luar negeri.
Berdasarkan Keputusan Dirjen Bimbingan Masyarakat
Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 tahun 2001 pasal 9
ayat (1), definisi UPZ atau Unit Pengumpul Zakat adalah
satuan organisasi yang dibentuk oleh Badan Amil Zakat di
semua tingkatan dengan tugas untuk melayani muzakki
yang menyerahkan zakatnya.

Berdasarkan UU, BAZNAS mengkoordinir UPZ di:


Kementerian
BUMN
Perusahaan Swasta Nasional
Luar Negeri (Kedutaan & Konjen)

Manfaat Bagi Perusahaan


• Perusahaan dapat memfasilitasi karyawannya untuk
melaksanakan kewajiban berzakat.
• Sebagai sarana bagi perusahaan untuk menumbuhkan
keimanan dan keberkahan rizki karyawan dan
perusahaan.
• Membangun citra positif perusahaan karena peduli
kepada masyarakat kurang mampu di sekitarnya
• Bagian dari Corporate Social Responsibility perusahaan.
• Menjamin keamanan perusahaan dari gangguan
masyarakat di sekitar perusahaan karena adanya
program sosial bagi masyarakat.

Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat 73


• Menjamin loyalitas karyawan (yang tergolong mustahik)
karena kebutuhan sosialnya dapat dipenuhi oleh UPZ.
• UPZ Perusahaan mendapatkan sumber dana Zakat Infak
Sedekah untuk kegiatan-kegiatan sosial (kemanusiaan,
pendidikan, kesehatan dan lain-lain) dan pemberdayaan
lingkungan atau masyarakat di sekitar Perusahaan.
• Bagi karyawan, zakat yang dibayarkan melalui UPZ
dapat menjadi pengurang penghasilan kena pajak.

Operasionalisasi UPZ
Penghimpun Zakat
1. Melakukan sosialisasi kewajiban ZIS di wilayahnya.
2. Memberikan pelayanan kepada muzakki
3. Mengumpulkan dana zakat dan non zakat
4. Mengadministras ikan pengumpulan dana ZIS
5. Mengelola database muzaki.
6. Memberikan laporan kegiatan pengumpulan ZIS di UPZ.

PenyaluranjPendayagunaan Zakat
1. Membuat program penyaluran yang tepat sesuai Syari'ah
2. Menyalurkan dana ZIS kepada mustahik
3. Mengadministras ikan penyaluran dana ZIS
4. Melakukan pembinaan dan monitoring kepada mustahik
5. Mengelola database mustahik
6. Memberikan laporan penyaluran UPZ.

74 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat


Prosedur Pendirian UPZ
1. Instansi mengajukan permohonan pembentukan UPZ
kepada BAZNAS.
2. BAZNAS melakukan evaluasi dan seleksi yang dapat
dilakukan baik berdasarkan data maupun dengan
melakukan kunjungan.
3. Berdasarkan hasil evaluasi, apabila UPZ sesuai dengan
kriteria BAZNAS, maka BAZNAS akan memberikan Surat
Keputusan Pengukuhan UPZ BAZNAS kepada instansi
terse but.
4. Setelah Surat Pengukuhan UPZ Mitra dilanjutkan
dengan Perjanjian Kerjasama untuk mengatur teknis
operasional kemitraan BAZNAS dengan UPZ Mitra.

Dewan Ketua UPZ Dewan


Pembina Wakil Ketua Pengawas

I I
I Bendahara
J I
Sekretaris
I

Divisi Divisi Divisi


Pengumpulan Penyaluran Pengembangan

Staf Administrasi & Operasional

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 75


D. Optimalisasi Peran DKM
Dewan Kesejahteraan Masjid atau dikenal dengan
DKM adalah lembaga yang tidak bisa dipisahkan dalam
pengelolaan zakat, terutama dalam pemberian zakat fitrah.
Semenjak dahulu, masjid selalu dijadikan tempat bagi
pengumpulan zakat fitrah menjelang Idul Fitri. DKM adalah
panitia pengumpul zakat fitrah yang sudah turun temurun.
Menurut data tahun 2002 dari Dewan Masjid Indonesia
(DMI), jumlah masjid tak kurang dari 700.000 dan
diperkirakan mencapai angka satu juta pada tahun ini.
Jumlah tersebut merupakan jumlah terbesar di dunia.
Tetapi sebagian besar belum termanage dengan baik. Hanya
beberapa masjid di kota-kota besar saja yang relatifmemiliki
jamaah yang berpendidikan sehingga cukup tertolong dari
segi pengelolaan. Misalnya saja masjid Sunda Kelapa yang
bahkan sudah memiliki rumah sakit sendiri. Selebihnya dari
sisi manajemen dan penerapan sistem teknologinya masih
perlu diperbaharui. Banyak masjid pada kenyataannya
hanya dijadikan tempat shalat saja. Keramaian shaf masjid
hanya terlihat pada bulan ramadhan, bahkan ada yang
tertutup untuk umum.
Dalam pelatihan nasional "Manajemen UPZ Masjid"
tanggal 17-18 Januari yang diadakan oleh BAZNAS
bekerjasama dengan 10 lembaga lain (Fokkus Babinrohis,
Dewan Masjid Indonesia, Majelis Ulama Indonesia, KORPRI,
PWRI, ICMI dan IPHI) di Jakarta diharapkan berbagai
aspek yang dimulai dari kinerja pengelola masjid dapat
ditingkatkan. Zakat adalah target makro dalam frame
besar efektivitas pengelolaan masjid. Target pelatihan ini
adalah lahirnya instruktur-instruktur tingkat nasional yang
profesional dalam hal pengelolaan manajemen masjid.
Momentum tahun baru Hijriyah 1429 inijuga dimanfaatkan
oleh BAZNAS untuk Pencanangan Gerakan Memakmurkan

76 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


Masjid dengan UPZ Masjid sebagai ujung tombak
pembangunan masyarakat yang akan diadakan di alun-alun
Masjid Agung Sukabumi pada tanggal 19 Januari 2009 (10
Muharram 1429). Gerakan pencanangan ini rencananya
akan dihadiri oleh menteri pertanian RI, Gubernur Jawa
Barat dan 25.000 masyarakat Sukabumi.
Kesadaran untuk menunaikan perintah zakat harus
disadari sebagai salah satu rukun Islam yang menyentuh
langsung aspek sosial masyarakat. Sayid Sabiq, pengarang
Fiqhussunnah, mengatakan bahwa dalam al-Qur'an kalimat
zakat yang berbarengan dengan kalimat shalat disebutkan
sebanyak 82 kali, tetapi yang bergandengan langsung ada
28 kali. Hal ini menunjukkan pentingnya perintah zakat
sebagai perwujudan dari ibadah shalat.
Shalat dan zakat, sebagaimana dijelaskan dalam al-
Qur'an surat At-Taubat ayat 18 adalah merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Aplikasinyapun sangat
erat dengan kemakmuran masjid. Demikian pula shalat dan
zakat merupakan indikator yang membedakan antara ciri
orang musyrik dan orang mu'min sebagaimana dijelaskan
dalam QS. At-Taubat: 17.
Dalam dua ayat sebagaimana disebutkan di atas maka
keberadaan masjid sangat erat kaitannya dengan zakat.
Keberhasilan zakat yang dikelola masjid merupakan ukuran
bagi kemakmuran masjid itu sendiri. Sehingga sangat relevan
jika tiap masjid dibentuk satu organisasi yang disebut Unit
Pengumpul Zakat Masjid (UPZ-Masjid). UPZ Masjid ini adalah
transformasi dari UPZ mitra BAZNAS yang disinergikan
dengan masjid (based on location). Unit Pengumpul zakat mitra
BAZNAS sendiri merupakan mitra penghimpunan BAZNAS
yang merupakan amanah UU Zakat No. 38 tahun 1999. Hingga
saat ini UPZ mitra BAZNAS berjumlah 80 UPZ baik di Indonesia
maupun perwakilan di luar negeri (KBRI dan KJRI).

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 77


Secara struktural, UPZ yang dibentuk oleh Dewan
Kemakmuran Masjid (DKM) merupakan satuan terkecil
dari petugas yang diamanahi untuk memungut zakat
di lingkungan terdekatnya. Namun secara fungsional,
peranan UPZ DKM adalah ujung tombak Peradaban Zakat.
Peranan UPZ masjid setidaknya mengandung 4 muatan
utama yaitu, membumikan ajaran zakat, memberikan
pemahaman keilmuan dan pengetahuan tentang zakat
dan pengelolaannya, menumbuhkan budaya dan perilaku
dengan semangat ajaran zakat dan menampilkan
simbol-simbol fisik keberadaan peradaban zakat. Masjid
juga diasumsikan sebagi pusat informasi tentang peta
kemiskinan dan kelimpahan karena berada dalam satuan
terkecil masyarakat.
Dalam proses membangun kesadaran berzakat di
kalangan masyarakat yang erat kaitannya dengan UPZ masjid,
tentunya harus dibarengi dengan ketekunan para pengumpul
(amil) zakat sebagai instrumen zakat. Tanpa amilin yang
tangguh, tekun, penuh dedikasi dan inovatif, pemungutan
zakat dalam konteks kesadaran akan tetap menjadi masalah
yang serius. Di sinilah letak pentingnya keberadaan UPZ
(Unit Pengumpul Zakat). Pengelolaan dana zakat berbasis
masyarakat perlu data base yang memadai. Dalam hal ini
jemaah masjid harus terdata dengan baik. Konsep radius 40
rumahfjamaah merupakan konsep yang diajukan BAZNAS,
yang berarti setiap masjid setidaknya memiliki jamaah
dalam radius 40 rumah ke segala arah/ penjuru. Dengan
konsep tersebut masjid diharapkan lebih efektif perannya
di masyarakat. Juga menghindari adanya masjid yang idle,
karena jauh dari jamaah sekitarnya. Dengan demikian
kinerja masjid sebagai institusi terdekat masyarakat dapat
dipertanggungjawabkan. Bukankah memakmurkan masjid
adalah ajaran Nabi Muhammad SAW? Ketika Nabi berhijrah

78 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


ke Yastrib, tempat yang beliau dirikan sebagai pusat kegiatan
adalah masjid. Jika sekarang terdapat masjid-masjid yang
jauh dari kegiatan masyarakat sekitarnya, pantaskah kita
menyebut diri sebagai umat Muhammad?
Atas perannya yang sangat vital dalam pengumpulan
zakat fitrah ini, maka perlu dibangun kemitraan
strategis antara BAZNAS dengan DKM. Hal ini bertujuan
agar pengumpulan dana zakat fitrah dapat maksimal.
Sebagaimana diketahui, bahwa dana zakat fitrah selama
ini belum terorganisir dengan baik. Masih ditemukan
masyarakat yang menyampaikan zakat fitrah tidak melalui
DKM, tetapi langsung ke masyarakatyang bersangkutan. Dan
yang lebih jauh lagi adalah pemberian zakat itu ditujukkan
kepada dukun beranak, bidan ataupun guru ngaji. Hal ini
tidak berarti salah, melainkan mengurangi optimalisasi
zakat itu sendiri, di mana zakat yang terkumpul tidak hanya
diperuntukkan bagi kebutuhan konsumtif, tetapi juga
kebutuhan sosiallainnya seperti perawatan tempat ibadah,
pembangunan mushala dan bantuan bagi pendidik atau
guru mengaji.
Adapun kemitraan yang bisa dibangun antara BAZNAS
dengan DKM dapat diwujudkan dalam beberapa poin di
bawah ini:
1. Memberikan pembekalan bagi DKM seputar kewajiban
zakat, sehingga masjid dapat dijadikan pusat
informasi dan sosialisasi pengelolaan zaka~ beserta
pendayagunaannya.
2. Memberikan pembekalan dan pembinaan DKM dalam
hal pengumpulan dan pemanfaatan dana zakat.
3. Melakukan koordinasi seputar potensi zakat di
wilayahya beserta pos-pos yang mendapat prioritas
untuk mendapatkan dana zakat.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 79


E. Profil LPZ
1. BAZNAS LEBAK
Untuk meningkatkan kesadaran dan menggali potensi
penghimpunan dana, BAZNAS Lebak mengadakan nota
kesepahaman (Memorandum of UnderstandingfMoU)
antara para pengusaha setempat. MoU ditandatangani
oleh Ketua BAZNAS lr. H. Amir Hamzah, M.Si dengan
beberapa wakil dari asosiasi pengusaha pada 14 Juni 2007.
Inti dari MoU tersebut adalah bahwa para pengusaha
akan memberikan infak sebesar 1,5 persen dari nilai
kontrak usahafprojek yang didapatkan dari Pemerintah
Daerah. Hitung-hitungan kasar, proyek pembangunan
yang dijalankan oleh asosiasi pengusaha yang berasal dari
APBD/APBN di Kabupaten Lebak sekitar Rp. 400 Milyar.
Dengan demikian, infak yang ditargetkan dihimpun oleh
BAZNAS sekitar Rp. 6 Milyar. Ini hitung-hitungan kasar.
Bagi para pengusaha, infak sebesar itu tidak menjadi
persoalan, asalkan tidak ada pungutan atau setoran lain
di luar itu sebagai uang proyek. Dalam hal ini, ketua
Dewan Pengawas sekaligus Bupati Lebak menjamin
tidak adanya pungutan atau setoran ke Pemerintah
Daerah atas proyek yang ada, baik secara resmi maupun
tidak. Tentu saja pungutan pajak tidak bisa dihindari.
Data per Desember 2007 menunjukkan dana yang
terhimpun berjumlah sekitar Rp. 1,8 Milyar. Jumlah
ini cukup menggembirakan apabila dilihat dari waktu
penandatanganan MoU sampai akhir tahun.

2. BAZNAS KABUPATEN KUTAI TIMUR


Bahwa zakat sebagai satu dari rukun islam yang
diwajibkan bagi umutpemeluknya untukmenunaikannya
bagi mereka yang memenuhi persyaratan syar'i dan

80 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


perundangan yang berlaku, dalam pengumpulannya
perlu cara dan strategi yang cepat dan instensif agar:
1. Bagi umat Islam (Muzaki) dapat melaksanakan
kewajibannya secara ikhlas, benar dan mudah.
2. Bagi mustahik (fakir miskin dll) terlayani dalam
rangka membantu mengurangi kemiskinan.
Strategi dimaksud dapat dilakukan melalui kegiatan :
a. Pendataan Muzaki yang akurat oleh bidang
pengumpulan Baznas Kutai Timur disetiap tingkat
melalui langkah-langkah.
1) Kerjasama dengan LPZ di setiap kecamatan,
desajkelurahan, masjid dan musholla serta RT.
2) Kerjasama tersebut perlu koordinasi dan
dukungan dari pemerintah dalam hal ini Bupatij
Walikota
3) Sasaran pendapatan
SKPD untuk PNS, POLRI, dan TNI
Perusahaan, Perdagangan, lndustri, Tambang,
Perikanan, Perkebudanan dll.
4) Pendataan dapat dilakukan melalui LPZ atau
dengan merekrut tenaga relawan.
5) Baznas Kutai Timur bidang pengumpulan
bekerjasama dengan bidang lain (bidang
pengembangan) membuat format data
dan pedoman praktis objek zakat dan cara
perhitungannya.
6) Bidang pengumpulan pacta kantor Baznas Kutai
Timur mengolah data muzaki dengan cermat baik
secara manual maupun melalui sistem elektronik.

Panduan Organisasi Penge/o/a Zakat 81


b. Sosialisasi ZIS yaitu upaya membudayakan
membayar ZIS bagi Muzaki yang dilakukan sejak
dini, langkah kegiatan yang dapat dilakukan :
1) Membuat pedoman tentang cara muzaki
mengeluarkan dan membayar zakat ke Baznas
Kutai TimurjLPZ yang minimal meliputi
penjelasan tentang :
Dasar hukum kewajiban zakat
Jenis zakat dan sasaran zakatjobjek zakat
Cara Perhitungannya dan penetapan zakat
Penekanan pada zakat profesi yang
dibayarkan perbulan
Pedoman dapat dibuat berdasarkan
kualifikasi sasaran seperti pada poin diatas(3)
2) Sistem sosialisasi dapat berupa :
Pertemuan berupa ceramah atau diskusi,
seminar, kerjasama dengan para da'i orma
islam, dan lembaga keagamaan lainnya.
Melakukan himbauan berupa spanduk,
baliho, ekspos pada media masa cetak dll.
Membuka posko konsultasi zakat
3) Sasaran sosialisasi
Lembagaf lnstansi SKPD
Organisasi profesi seperti gabungan
pengusaha (KADIN)
Sekolah-sekolah
Masyarakat umum dapat dikelompokan pada
hasil data muzaki

82 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


Devisifikasi sosialisasi yaitumencari metode
lain selain ceramah yaitu modul-modul dalam
pelatihan
Meyelenggarakan pelatihan bagi tenaga relawan
Keberhasilan bidang pengumpulan melalui dua
strategi tersebut diatas dalam rangka membudayakan
ZIS haus ditunjang:
1. Baik dan singkronnya manajemen sebagai amanah
bagi kepemimpinan dan kepengurusan Baznas Kutai
Timur.
2. Penyusunan program baik, teliti, dan terukur
3. Komitmen dan dedikasi petugas pengumpulan
dalam bersenergi, kejujuran dan keikhlasan dalam
melaksanakan tugas, termasuk keramahan dan
kesabaran petugas
4. Pengadministrasian data yang lengkap dan rapi
dibidangpengumpulandengansistem pengelompokan
muzaki menurut desafRT, dinasfinstansi, organisasi
profesi baik secara manual, elektronik maupun visual
sehingga mudah mendapat informasi data
5. Membuat laporan hasil pengumpulan perbulan,
pertriwulan dan tahunan

Baznas Kutai Timur dalam bidang pendistribusian dan


pendayagunaan
1. Pendistribusian dan pendayagunaan dana zakat, infaq dan
shadaqah yang berhasil dikumpulkan, diperuntukan bagi
pemenuhan hajat hidup para mustahik (8 asnaf) sesuai
dengan ketentuan syariat Islam yaitu fakir, miskin, amil,
mualaf, riqob, ghorimin, sabilillah dan ibnu sabil.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 83


2. Dalam pelaksanaan penyaluran dana zakat, infaq dan
shadaqah ada 2 macam :
a. Bantuan Konsumtif yaitu membantu mustahik untuk
menanggulangi beban hidup mereka (dhuafa) seperti
fakir miskin dan sebagainya.
b. Bantuan Produktif yaitu membantu mustahik untuk
meningkatkan kesejahteraan, baik secara perorangan
maupun kelompok, melalui program seperti bantuan
modal usaha, beasiswa, bantuan stimulan pendidikan
yang berkesinambungan
3. Koordinasif kerjasama pelaksanaan program
pendistribusian dan pendayagunaan meliputi :
a. Kemanusiaan
b. Kesehatan
c. Penddikan, besiswa sekolah dasar, menengah, umum
dan perguruan tinggi
d. Ekonomi, pemberdayaan usaha produktif yang
difokuskan pada kesejahteraan mustahik
e. Sabilillah, ·penyuluhanjpembinaan bagi masyarakat
f. Antara BAZNAS, Provinsi, dan Kb/Kota harus ada
kerjasamafkoordinasi secara berjenjang
4. Kerjasama database mustahik antara LPZ se-Kutai Timur
antara lain :
a. Konsolidasi data mustahik
b. Pemetaan sasaran penyalura
5. Penetapan target dan wilayah sasaran (binaan)
6. Konsolidasi laporann penyaluran secara periodik
7. Dalam rangka suksesnya program Baznas Kutai Timur
memberikan laporan setiap bulan kepada Baznas Provinsi

84 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


BABIV
PENDAYAGUNAANZAKAT

A. Zakat dan Tantangan Dunia Global


Perkembangan dunia yang semakin maju dan
berkembang tak bisa dipisahkan dari dampak sosial yang
begitu nyata dalam masyarakat. Bahwa perkembangan di
berbagai bidang tidak lantas melahirkan kesejahteraan bagi
manusia, melainkan juga berdampak pada lahirnya angka
kemiskinan yang baru. Kapitalisme global adalah salah satu
wajah kemajuan dunia yang telah melahirkan kemiskinan
baru.
Sebagai bagian dari upaya menyeimbangkan pengaruh
kemajuan dunia, maka umat Islam harus melakukan
langkah-langkah strategis sebagai bentuk pencegahan.
Salah satu upaya pencegahan ini diwujudkan dalam bentuk
pemberdayaan sistem perekonomian Islam bagi kemajuan
dan kesejahteraan umat. Sistem perekonomian Islam harus
diarahkan lebih tajam lagi dalam pemberdayaan ekonomi
ini, mengingat bahwa sistem itu berasal dari wahyu.
Untuk itulah, maka zakat yang merupakan bagian dari
sistem perekonomian Islam harus segera direvitalisasi.
Salah satu hal yang harus direvitalisasi adalah bidang
pendayagunaan. Harus diakui bahwa pendayagunaan zakat
masih jauh dari sasaran. Hal ini terlihat dari angka peran
ekonomi zakat dalam pengentasan kemiskinan. Zakat yang
selama ini dikelola ternyata belum bisa berkata lebih dalam
mewujudkan kesejahteraan umat.
Di sinilah diperlukan visi dan misi zakat yang lebih
tajam dan fokus terhadap persoalan pemberdayaan ini.
Artinya, pendayagunaan zakat harus segera menempatkan
diri dalam barisan pemberdayaan ekonomi lainnya,

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 87


bersaing dan berkompetisi menjadi gerakan yang mampu
mewujudkan kesejahteraan. Zakat tidak lagi sebatas sebuah
ritual menggugurkan kewajiban, di mana pola distribusinya
pun masih asal-asalan.

B. Pendayagunaan Zakat
Keberhasilan zakat tergantung kepada pendayagunaan
dan pemanfaatannya. Walaupun seorang wajib zakat
(muzakki) mengetahui dan mampu memperkirakan
jumlah zakat yang akan ia keluarkan, tidak dibenarkan ia
menyerahkannya kepada sembarang orang yang ia sukai.
Zakat harus diberikan kepada yang berhak (mustahik) yang
sudah ditentukan menurut agama. Penyerahan yang benar
adalah melalui Badan Amil Zakat. Walaupun demikian
kepada Badan Amil Zakat mana pun tetap terpikul kewajiban
untuk mengefektifkan pendayagunaannya. Pendayagunaan
yang efektifialah efektifmanfaatnya (sesuai dengan tujuan)
dan jatuh pada yang berhak (sesuai dengan nas) secara
tepat guna.
Tantangan terbesar dari optimalisasi zakat adalah
bagaimana mendayagunakan dana zakat menjadi tepat
guna dan tepat sasaran. Tepat guna berkaitan dengan
program pendayagunaan yang mampu menjadi solusi
terhadap problem kemiskinan. Sedangkan tepat sasaran
berkaitan dengan mustahik penerima dana zakat. Dalam
konteks Indonesia dengan jumlah penduduk miskin yang
besar sekitar 40 juta jiwa, maka fakir miskin menempati
prioritas pertama sebagai penerima zakat.
Sayangnya program pengentasan kemiskinan yang ada
kebanyakan masih bersifat karitatif (bagi-bagi habis) dan
konsumtif. Program belum mengarah kepada program
yang lebih produktif dan memberdayakan. Persoalan

88 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


pengentasan kemiskinan adalah bagaimana program
ditujukan untuk menangani sampai akar permasalahan
bukan gejalanya saja.
Menurut Prof. Mubyarto solusi yang harus dilakukan
adalah menciptakan sistem ekonomi yang lebih berpihak
kepada rakyat kecil (usaha kecil). Apabila ekonomi rakyat
kuat maka ekonomi nasional juga menjadi kuat. Krisis
moneter yang terjadi adalah akibat dari sistem ekonomi
yang hanya dikuasai oleh sekelompok perusahaan-
perusahaan besar.
Pada umumnya permasalahan mendasar yang dialami
oleh usaha kecil adalah masalah permodalan, manajemen
usaha, akses pasar dan keterampilan dan wawasan yang
terbatas. Maka program pemberdayaan zakat harus
ditujukan kepada usaha untuk mengatasi persolan-
persoalan usaha kecil tersebut. Tentu saja program yang
dilakukan bukan bersifat karitatif tetapi sistematis,
berjangka panjang dan bermuatan pemberdayaan.
Sebagai analogi adalah sebuah hadits Rasul sebagai berikut:
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, sesungguhnya
seorang laki-laki dari kaum Anshar mendatangi Rasulullah
dan meminta sesuatu kepadanya. Rasulullah bertanya
kepadanya: "Apakah kamu tidak memiliki sesuatupun di
rumahmu?" Ia menjawab: "tentu, kain yang kami pakai
sebagian, dan sebagian lainnya kami jadikan alas, dan juga
gelas besar tempat kami minum air darinya." Rasulullah
pun berkata: "Bawalah keduanya padaku." Lalu kedua
barang tersebut diberikan kepada Rasulullah SAW dan
beliaupun lalu melelangnya sehingga laku sampai dua
dirham. Kemudian Rasulullah berkata: "Belilah dengan
dirham yang pertama ini makanan untuk kau berikan
keluargamu, dan dirham lainnya belilah kapak dan kau

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 89


bawa kepadaku." Rasulullahpun lalu menguatkan ikatan
ranting dengan tangannya. Lalu ia berkata kepada laki-laki
tersebut. "Pergilah dan carilah kayu bakar, lalu juallah. Aku
tidak ingin melihatmu lagi hingga lima belas hari kedepan."
Lalu laki-laki tersebut mencari kayu bakar dan menjualnya.
Hingga tiba saatnya, ia pun mendatangi Rasulullah dengan
membawa sepuluh dirham di tangannya, yang kemudian
sebagian darinya ia belikan makanan.
Dari hadis di atas dapat disimpulkan bahwa
proses pengentasan kemiskinan adalah sebuah proses
pemberdayaan yang sedikitnya meliputi penyadaran akan
potensi, adanya pendampingan, akses terhadap pasar,
proses panjang dan terlebih dahulu memprioritaskan
pemenuhan akan kebutuhan dasar mustahik.

C. Sasaran Penerima Zakat


Secara garis besar, sasaran penerima zakat dibagi
menjadi dua kelompok.
Pertama, kelompok delapan asnaf sebagaimana
disebutkan dalam al-Qur'an *QS. At-Taubah : 60), yaitu:
a. Fakir
b. Miskin
c. Amil
d. Muallaf
e. Rigab
f. Gharim
g. Fisabilillah
h. Ibnu Sabil

90 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


Kedua, Kondisi Khusus.
Penerima dana zakat adalah mereka yang tengah
dalam kondisi tertentu yang menuntut pertolongan dan
pemberdayaan. Dana zakat harus disalurkan kepada pihak-
pihak yang membutuhkan itu sepanjang memenuhi kriteria
Mustahik, seperti :
a. Anak jalanan
b. Gelandangan
c. Pengemis
d. Anak-anak putus sekolah
e. Karban bencana alam
f. Remaja dan Pemuda Pengangguran

D. Model Pendayagunaan Zakat


Secara keseluruhan, pola pemberdayaan zakat harus
direncanakan dengan baik, sistematis dan tepat sasaran.
Untuk itu, diperlukan langkah-langkah kongkrit yang
bersifat koordinatif dan kooperatif di antara pihak-pihak
yang terkait dalam program ini.
Pelaksanaan program pemberdayaan zakat meliputi
beberapa tahapan kegiatan antara lain:
Tahap 1: Persiapan Tim
Persiapan tim adalah tahapan awal untuk menyiapkan
SDM pelaksana baik pada tingkat manajemen secara umum
(program officer, koordinator dan keuangan), maupun
SDM pelaksana teknis yang bertugas membantu kegiatan-
kegiatan teknis baik rutin maupun berkala, serta kegiatan
teknis pendampinganjfasilitasi saat peserta program
mengikuti kegiatan pemberdayaan.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 91


Tahap 2: Sosialisasi
Sosialisasi bertujuan agar masyarakat luas bisa
mendapatkan gambaran seputar informasi program-
program pemberdayaan zakat ini. Hal ini bertujuan agar
masyarakat dapat berpartisipasi dalam pelaksanaannya.
Dengan keterlibatan masyarakat luas, maka pendayagunaan
ini dapat berjalan dengan baik karena mendapat dukungan
yang luas dari masyarakat.
Sebagai realisasi sosialisasi 1m, BAZNAS harus
melakukan publikasi program di media internal BAZNAS
baik cetak maupun elektronik, di samping sosialisasi
melalui lewat media cetak yang beskala nasional sebagai
strategi meluaskan jangkauan informasi.

Tahap 3: Rekrutmen Peserta


Rekrutmen peserta program dilakukan sebagai bagian
dari alur proses seleksi program secara umum. Rekrutmen
peserta adalah langkah awal untuk menentukan sasaran
pemberdayaan, sekaligus menentukan program yang
hendak digulirkan. Misalnya, sebelum memberikan bantuan
bagi usaha kecil, maka perlu ditentukan dahulu kriteria
masyarakat yang akan mendapatkan bantuan ini dilihat
dari berbagai aspek sebagai bagian dari prioritas program.
Dalam pelaksanaannya, rekrutmen ini dilaksanakan oleh
sebuah komite yang dikelola BAZNAS dan mitra pelaksana.

Tahap 4: Pemberdayaan Peserta Strategi pemberdayaan


Meliputi: Pemberian bantuan berupa biaya, pendampingan,
evaluasi. Dalam pemberdayaan ini, di samping dana yang
diberikan, dibutuhkan pula pendampingan dengan tujuan
dapat menjaga keberlangsungan program, di sam ping sebagai
konsultan bagi para peserta pemberdayaan ini. Misalnya,

92 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


dalam pemberdayaan ekonomi kecil, dibutuhkan tenaga
ahli yang berfungsi sebagai konsultan para peserta dalam
pemanfaatan atau pengembangan usahanya itu. Hal ini untuk
menghindari pro~ram berjalan sia-sia karena para peserta
tidak bisa memanfaatkan bantuan tersebut karena terkendala
berbagaihal.
1. Pola Produktif
Pemberdayaan ekonomi
Dalam melakukan pengembangan ekonomi, ada
beberapa kegiatan yang dapat dijalankan oleh lembaga
zakat. Kegiatan ini bisa terbagi kedalam berbagai
bentuk, misalnya:
a. Pemberian bantuan uang sebagai modal kerja atau-
pun untuk membantu pengusaha meningkatkan
kapasitas dan mutu produksi.
b. Bantuan pendirian gerai-gerai untuk memamerkan
dan memasarkan hasil-hasil industri kecil, seperti
kerajinan tangan, makanan olahan, dan lain-lain.
c. Dukungan kepada mitra binaan untuk berperan
serta dalam berbagai pameran.
d. Penyediaan fasilitator dan konsultan untuk menjamin
keberlanjutan us aha, misalnya Klinik Konsultasi Bisnis
(KKB) yang mengembangkan strategi pemberdayaan
pengusaha kecil dan menengah dalam bentuk alih
pengetahuan, keterampilan, dan informasi.
e. Pembentukan lembaga keuangan.
Lembaga zakat dapat mengembangkan lembaga
keuangan mikro syariah (LKMS) misalnya dengan
pendirian BMT atau Lembaga Ekonomi Bagi hasil (LEB)
f. Pembangunan industri.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 93


Modal dan investasi yang dapat disalurkan lembaga
zakat, kini bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta
rupiah. Sebagai contoh, industri yang dikembangkan
Dompet Dhuafa yaitu UHT (Usaha Hasil Tani) di
Lamongan. Hal ini ditempuh sebagai langkah riil
pemberdayaan yang ditujukan untuk para mustahik.
Yang terlibat dan bekerja tentu saja berasal dari
kalangan mustahik.
Program-program dalam pengembangan ekonomi
dilakukan dengan tujuan, yakni:
1. Penciptaan lapangan kerja
2. Peningkatan usaha
3. Pelatihan
4. Pembentukan organisasi

Tahapan Kegiatan
a. Perencanaan
Perencanaan meliputi:
1. Persiapan tim pelaksana, yaitu tahapan awal
untuk menyiapkan SDM pelaksana baik pada
tingkat manajemen secara umum (program
officer, Koordinator dan Keuangan), maupun
SDM pelaksana teknis yang bertugas membantu
kegiatan-kegitan teknis baik rutin maupun
berkala, serta kegiatan teknis pendampingan/
fasilitasi saat peserta program mengikuti
kegialan pemberdayaan.
2. PersiapanKonsepProgram,yaitumempersiapkan
kerangka teoritis dan teknis jenis program yang
hendak dilaksanakan.

94 Panduan Organisasi Penge/ola Zakat


b. Pendampingan
Pendampingan harus disiapkan guna mengarahkan
dan membimbing para peserta dalam mempergunakan
bantuan dana zakat. Pendampingan itu meliputi:
1. Bidang konsep, seperti membantu peserta
merumuskan konsep usaha yang sedang
dikembangkannya.
2. Pendampingan di bidang teknis, seperti
membantu membuat strategi pemasaran dan
perluasan jaringan.
c. Evaluasi
Evaluasi bertujuan meninjau ulang program yang
telah dilaksanakan dari berbagai aspek Hal ini bertujuan
mendapatkan gambaran yang komperehensif seputar
pelaksanaan .program; apakah telah berjalan dengan
baik, ataukah masih terdapat kekurangan. Dengan
adanya evaluasi ini, maka program-program selanjutnya
dapat dipersiapkan dengan matang berdasarkan catatan
dari program terdahulu.
Evaluasi sendiri meliputi:
1. Konsep progam. Apakah konsep yang ada telah
tepat diterapkan dalam kondisi masyarakat
tertentu. Apakah ada kelemahan maupun
kelebihan dari konsep ini.
2. SDM tenaga pelaksana. Harus dilakukan evaluasi
terhadap tenaga pelaksana program guna
mengetahui sejauh mana kemampuan tim yang
sudah ada dalam melaksanakan program agar
tepat sasaran.

Panduan Organisasi Penge/o/a Zakat 95


3. Pola Konsumtif
a. Perencanaan
Perencanaan ditujukan agar pemberian kebutuhan
yang bersifat konsumtif dapat tepat saran dan
menyentuh kebutuhan mendasar. Perencanaan ini
meliputi:
• Observasi lapangan, yaitu melakukan riset untuk
menentukan kelompok masyarakat yang akan
mendapat bantuan. Hal ini juga menyangkut
jenis bantuan yang akan diberikan sesuai dengan
kebutuhan di lapangan. Dengan adanya observasi ini,
maka pola bantuan dapat dilaksanakan berdasarkan
skala prioritas.
• Tenaga lapangan yang akan menjadi ujung tombak
pelaksanaan program.
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaannya, bantuan tidak bisa diberikan
dengan begitu saja kepada masyarakat. Akan tetapi
dibutuhkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait guna
mensinergikan program dengan pihak-pihak terkait.
Pelaksanaan ini meliputi:
• Koordinasi dengan pihak terkait sebagai bagian teknis
penyaluran, seperti PEMDA, LSM ataupun ORMAS.
• Penempatan tenaga pelaksana sesuai dengan
keahlian dan kebutuhan riil di lapangan.
c. Evaluasi
Evaluasi bertujuan meninjau ulang program yang
telah dilaksanakan dari berbagai aspek. Hal ini bertujuan
mendapatkan gambaran yang komperehensif seputar
pelaksanaan program; apakah telah berjalan dengan
baik, ataukah masih terdapat kekurangan. dengan

96 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


adanya evaluasi ini, maka program-program selanjutnya
dapat dipersiapkan dengan matang berdasarkan catatan
dari program terdahulu.
Evaluasi sendiri meliputi:
• Konsep program. Apakah konsep yang ada telah
tepat diterapkan dalam kondisi masyarakat tertentu.
Apakah ada kelemahan maupun kelebihan dari
konsep ini.
• SDM tenaga pelaksana. Harus dilakukan evaluasi
terhadap tenaga pelaksana program guna
mengetahui sejauhmana kemampuan tim yang
sudah ada dalam melaksanakan program agar tepat
sasaran.
a) Bantuan partgart, pakaian dan tern pat tinggal
b) Pendidikan
1) Mendirikan dan atau membantu pembangunan/
rehabilitasi madrasah dan pondok pesantren
terpadu
2) Pembangunan prasarana dan sarana
keterampilan
3) Meningkatkan dakwah
4) Penelitian Islam
5) Publikasi mengenai Islam baik yang bersifat
akademis maupun yang bersifat ilmiah populer
6) Mendirikan perpustakaan Islam dan membantu
perpustakaan Islam yang ada
7) Beasiswa
Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia terdidik, diperlukan banyak beasiswa.
Ini berlaku untuk program beasiswa formal
(sekolah dasar, lanjutan, dan perguruan tinggi),

Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat 97


maupun pendidikan non formal (program-
program pelatihan, keterampilan, atau keahlian
tertentu).
8) Orang Tua Asuh
Salah satu upaya lembaga zakat dalam bidang
pendidikan adalah dalam bentuk orang tua asuh,
diberikan oleh perseorangan, dan juga sebagian
lagi oleh lembaga termasuk perusahaan. Akan
tetapi, kegiatan orang tua asuh yang diberikan
oleh individu anggota masyarakat umumnya
lebih dominan. Pola bantuan yang umum
diberikan adalah dengan memberikan bantuan
pembayaran biaya pendidikan
9) Pembangunan fisik sarana pendidikan
Kegiatan ini biasanya dilakukan pada kondisi
dan waktu yang memang dianggap diperlukan
(bersifat tidak rutin). Misalnya memperbaiki
sarana sekolah dan bangunan sekolah yang
mengalami kerusakan, serta pembangunan
fasilitas dan gedung sekolah pada lokasi yang
memang belum memiliki fasilitas tesebut.
10) Pendidikan melalui swadaya masyarakat
Program pendidikan seperti ini umumnya
didirikan atas inisiatif dan dikelola langsung
oleh kelompok masyarakat atau lembaga dan
adakalanya bukan sekolah formal.
c) Sarana Kesehatan
1) Membangun klinik/rumah sakit untuk melayani
orang miskin secara gratis
2) Membangun rumah-rumah bersalin untuk
orang-orang tidak mampu

98 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


d) Pembangunan Infrastruktur
1) Mendirikan perpustakaan
2) Mendirikan pelayanan konseling
3) Medirikan prasarana ·usaha di bidang ekonomi
berskala kecil dan menengah
4) Mendirikan rumah-rumah yatim piatu
5) Mendirikan rumah orang tua jompo
6) Mendirikan rumah penderita cacat
7) Membantu rumah-rumah yatim piatu, orang tua
jompo dan penderita cacat

E. Profil Pendayagunaan Zakat


1. Dana Bergulir BAZNAS Kabupaten Lebak, Banten
Untuk berusaha mengentaskan kemisikinan umat,
BAZNAS Lebak meluncurkan program "Dana Bergulir"
(DB) bagi para pengusaha mikro. Program DB ini
disalurkan untuk pengusaha bakulan, gerobak dorong
dan pengusaha mikro lainnya. Sasaran dan misinya
jelas; bagaimana membuat pedagang sayuran "suhun"
(memakai nyiru di atas kepala), sekadar contoh,
berubah menggunakan gerobak, kemudian berubah lagi
menggunakan kios, dan seterusnya.
Sebagai gambaran, sejak digulirkan pertama kali
pada 23 Juli 2007, telah ada 78 perorangan dan kelompok
usaha mikro yang telah mendapatkan bantuan BAZNAS
dengan total nilai Rp. 59.100.000. Besaran bantuan yang
diterima bervariasi, mulai Rp 300 ribu sampai Rp 3 juta,
tergantung dari hasil survey jverifikasi lapangan.
Sampai saat ini, dana yang disalurkan bersifat
pinjaman tanpa bunga. Peminjam diwajibkan

Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat 99


mengembalikan modal secara bertahap yang diikat
melalui akad pada saat serah terima modal. Lamanya
pengembalian berkisar antara 5-12 bulan. Program
ini sedang dievaluasi dan mencari model-model
pemberd.ayaan yang cocok. Mungkin model
pemberdayaan seperti yang dilakukan oleh peraih
Nobel Profesor Muhammad Yunus lewat Grameen Bank
di Bangladesh menjadi salah satu pertimbangan untuk
diterapkan ke depan.

2. Profil Dompet Peduli Umat Daarut Tauhiid (DPU DT)


Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat
besar terhadap peradaban dan karakter suatu bangsa
(nation character building). Masyarakat yang cerdas
akan memberi nuansa kehidupan yang cerdas dan secara
progresif akan membentuk kemandirian. Era globalisasi
yang dialami bangsa Indonesia mengharuskan bangsa
ini mengikuti perubahan yang sangat cepat, baik di
bidang ilmu pengetahuan maupun teknologi.
Untuk menghadapi era globalisasi diperlukan
generasi yang tangguh, berkarakter kuat dan
mempunyai jiwa mandiri. Menyiapkan generasi muda
menjadi generasi mandiri, tangguh, berkarakter kuat
dan terampil mengemban amanat mengelola dunia ke
arah yang lebih baik adalah misi suci yang diamanatkan
Allah SWT. Sebaliknya, meninggalkan generasi yang
lemah hingga mereka menjadi generasi yang kalah dan
ditinggalkan di pojok-pojok sejarah peradaban adalah
satu hal yang harus diwaspadai dan ditakuti.
Untuk itu semua, kita dianjurkan untuk senantiasa
memohon petunjuk, perlindungan dan senantiasa
bertakwa kepada Allah SWT Sebagaimana firmanNya:

100 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


"Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang
yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka
generasi yang lemah, yang mereka khawatirkan. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar" (Q.S An-Nisa: 9).
Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid (DPU DT)
sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional yang peduli
terhadap pendidikan, menyelenggarakan program
san tun an dana pendidikan untuk pelajar dan mahasiswa
yang berprestasi.
Besar harapan kami program beapelajar dan
mahasiswa prestasi ini bisa memberikan kontribusi bagi
lahirnya generasi penerus yang kreatif, inovatif, mandiri
tanpa kehilangan jatidiri sebagai orang Indonesia
A Visi
Cerdas Tanpa Batas; Sukses di sekolah sukses di
keluarga dan masyarakat.
B. Misi
Kemudahan akses dan biaya pendidikan;
Menumbuhkan karakter baik dan kuat.; Generasi
mandiri dengan jiwa enterpreneur, leadership dan
kesalehan sosial; Refleksi implementasi Nilai-nilai
KeyakinanjSpiritual Islam; Meningkatkan prestasi
dan Kecerdasan majemuk.
C. Sasaran
Sasaran program beapelajar dan mahasiswa ini
adalah para pelajar dan mahasiswaji yang berasal
dari keluarga dhu'afa yang berada di wilayah kerja
Dompet Peduli Umat (DPU) Daarut Tauhiid.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 101


Kualifikasi sasaran program adalah:
Untuk Tingkat SMP:
Pelajar SMP kelas 1 s.d kelas 3, Nilai rata-rata raport
7,5, Berasal dari keluarga dhuafa (Penghasilan keluarga
max 750.000) Dengan jumlah tanggungan minimal 3
orang, Masih aktifbersekolah, Beragama Islam.
Untuk Tingkat SMU:
Pelajar SMU kelas 1 s.d kelas 3 Nilai rata-rata
raport 7 Berasal dari keluarga dhuafa (Penghasilan
keluarga max 750.000) Dengan jumlah tanggungan
minimal 3 orang Masih aktif bersekolah Beragama
Islam.
Untuk Tingkat Perguruan Tinggi/Mahasiswa:
Mahapelajar dan mahasiswa semester 3 dan
semester 5, Nilai IPK Min 2,75 bagi jurusan eksak
dan IPK 3 bagi jurusan sosial, Berasal dari keluarga
dhuafa (Penghasilan keluarga max 750.000)
dengan jumlah tanggungan minimal 3 orang, Aktif
berorganisasi, Beragama Islam.

D. Target
Target dari program beapelajar dan mahasiswa
ini bisa membantu 10.000 Pelajar dan mahasiswa.

E. Jangka Waktu
Pelaksanaan Kegiatan selama 12 (dua belas)
bulan tahun 2006-2007.

102 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


F. Seleksi CaJon Peserta Program Beasiswa Prestatif
Proses seleksi ini merupakan upaya memilih dan
menetapkan caJon peserta yang berhak mengikuti
program beasiswa prestatif sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan oleh panitia.

TUJUAN
Mendapatkan caJon peserta yang sesuai dengan kriteria
sasaran program.

SASARAN PROGRAM
Anak-anak yang berasal dari keluarga dhuafa yang
berada di Kota Cimahi, Kabupaten dan Kota Bandung.
Kualifikasi sasaran program adalah beragama Islam.
Usia 12 sf d 22 tahun (SMP, SMU, dan PT tingkat 2 dan 3).
Laki-laki atau perempuan; Masih aktif bersekolah;
Memiliki prestasi baik akademis maupun prestasi lainnya;
Tidak terlibat atau menggunakan obat-obatan terlarang
dan perilaku kriminal; dan termasuk orang penerima zakat
I mustahik I pra-sejahtera; dan rata-rata Nilai untuk SMP
dan SMU minimal 7,5 serta IPK minimal 3,00.

TAHAPAN SELEKSI
PENDAFTARAN. Pendaftaran dibuka secara umum bagi
warga yang berminat. Pendaftaran dapat dilakukan secara
langsung atau melalui mitra program yang telah ditetapkan.
SELEKSI ADMINISTRATIF. Tujuan seleksi administratif
adalah mendapatkan cal on pesertayang secara administratif
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Tahap ini
menggunakan sistem gugur, artinya peserta yang tidak

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 103


memenuhi persyaratan administrasi langsung dinyatakan
gugur dan tidak mengikuti tahap seleksi selanjutnya.
Persyaratan administrasi yang dimaksud adalah:
Mengisi formulir pendaftaran; Fotocopy raport terakhir;
Fotocopy kartu keluarga; Surat keterangan tidak mampu
dari aparat setempat; Surat keterangan tidak mendapatkan
beasiswa dari pihak mana pun; Fotocopy KTP; Fotocopy
KTM (untuk mahasiswa); WAWANCARA. Tes wawancara
dilaksanakan untuk mengetahui profil dari caJon peserta
program, dan aspek- aspek lainnya yang telah disusun.
Tes ini diperuntukkan bagi caJon peserta tingkat SMU dan
Perguruan Tinggi.
TES BACA AL-QURI\N. Seleksi ini dimaksudkan untuk
mengukur tingkat penguasaan caJon peserta terhadap
Al-Qur'an yang meliputi makhroj huruf, dan tajwidnya.
Seleksi baca Al-Qur'an hanya diperuntukkan bagi peserta
tingkat perguruan tinggi.
TES TERTULIS. Tes tulis dimaksudkan untuk mengukur
tingkat pengetahuan caJon peserta program mengenai
pengetahuan keagamaan, leadership, dan entrepreneurship.
Tes ini diperuntukkan bagi caJon peserta tingkat SMU dan
PT.
KESEMAPTAAN. Seleksi kesemaptaan dilakukan untuk
mengetahui tingkat daya tahan tubuh, kondisi fisik, dan
kesehatan caJon peserta program.
VERIFIKASI FACTUAL. Tahap verifikasi faktual
dimaksudkan untuk memantapkan hasil penetapan caJon
peserta yang telah mengikuti tahap seleksi sebelumnya.
Hasil verifikasi factual tidak mempengaruhi nilai akhir,
tetapi dapat menggugurkan caJon peserta apabila
ditemukan ha-hal yang secara prinsip tidak sesuai dengan
ketentuan program.

104 Panduan Organisasi Penge/ola Zakat


Profil Program Beasiswa Prestatif2007 (2)
A. Strategi Umum Pelaksanaan
Strategi didefinisikan sebagai suatu proses
pe!lentuan rencana yang berfokus pada tujuan
jangka panjang, disertai penyusunan suatu cara atau
upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.
(Stepani K. Marrus, 1995). Strategi pada dasarnya
merupakan upaya untuk mencapai tujuan (goal) dengan
mempertimbangkan lingkungan eksternal dan internal.
Dengan mempertimbangkan pengalaman empiris, maka
dalam pelaksanaan program beapelajar dan mahasiswa
prestatif ini kita memakai beberapa strategi.
Fundrising
Fundrising dalam pelaksanaannya dikelola dan
dikoordinir sepenuhnya Dompet Peduli Ummat Daarut
Tauhiid (DPU DT) sebagai lembaga yang menggulirkan
dan mengembangkan program di lingkungan internal
Pesantren Daarut Tauhiid (DT).
SDM. Pengelolaan program Beapelajar dan
mahasiswa Prestatif di tangani oleh sejumlah SDM yang
di siapkan secara khusus meliputi: kriteria, pelatihan,
kompetensi dan indikator kinerja.

B. Pelaksanaan
Dengan mempertimbangkan pengalaman empms,
maka dalam pelaksanaan program beapelajar dan
mahasiswa prestatif ini kita memakai beberapa strategi
yang berbeda sebagai berikut: Strategi Terpusat
(Berbasis Pusat Kegiatan) Artinya pelaksana Daarut
Tauhiid menangani secara langsung kegiatan-kegiatan
tertentu dalam program beapelajar dan mahasiswa

Panduan Organisasi Penge/ola Zakat 105


prestatif ini. Hal ini dilakukan untuk mempermudah
koordinasi kegiatan antar komponen yang terlibat.
Menjadikan pusat kegiatan sebagai akses informasi dan
mobilisasi sumber-sumber lain diluar komunitas.
Strategi Kemitraan
Melibatkan peran serta masyarakat, perusahaan,
sekolah, pesantren dan LSM untuk berpartisipasi dalam
setiap kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan
program beapelajar dan mahasiswa prestatif, mulai
dari perumusan, sosialisasi, seleksi, pembinaan, proses
monitoring sampai kepada evaluasi.
Keuangan
Aspek keuangan meliputi alokasi biaya: biaya
operasional, biaya pendidikan dan biaya pemberdayaan.
Serta administrasi dan pelaporan meliputi; pencatatan,
mekanisme pencairan, prinsip transparansi dan
akuntabilitas serta pelaporan.

C. Tahapan Kegiatan
Pelaksanaan program beapelajar dan mahasiswa
prestatif, meliputi beberapa tahapan kegitan antara lain:
Tahap 1 : Persiapan Team
Persiapan tim adalah tahapan awal untuk
menyiapkan SDM pelaksana baik pada tingkat manaje-
men secara umum (program officer, Koordinator
dan Keuangan), maupun SDM pelaksana teknis yang
bertugas membantu kegiatan-kegitan teknis baik rutin
maupun berkala, serta kegiatan teknis pendampingan/
fasilitasi saat peserta program mengikuti kegiatan
pemberdayaan.

106 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


Tahap 2 : Sosialisasi
Sosialisasi dilakukan agar masyarakat (publik)
mendapatkan gambaran informasi dan mengetahui
program beapelajar dan mahasiswa prestatif. Untuk
mendukung kegiatan ini kita melakukan publikasi
program di media internal DT baik cetak maupun
elektronik. Dan untuk meluaskan jangkauan informasi
juga dilakukan publikasi lewat media cetak yang
berskala nasional.
Tahap 3 : Rekruitmen Peserta

Rekruitmen peserta program dilakukan sebagai


bagian dari alur proses seleksi program secara umum
yang dalam pelaksanaannya dilaksanakan melalui
sebuah komite yang dikelola DPU dan mitra pelaksana.
Bagan proses seleksi terlampir.
Tahap 4: Pemberdayaan Peserta

Strategi pemberdayaan meliputi: Pemberian


bantuan biaya sekolah, yaitu pemberian bantuan biaya
sekolah kepada peserta program, dengan tujuan peserta
program dapat mengakses dan belajar di lembaga
pendidikanjsekolah yang diikuti secara maksimal.

D. Pengembangan Proyek Belajar'


Yaitu suatu upaya pemberdayaan yang dirancang
secara sistematis, terukur dan terarah untuk lebih
meningkatkan standar kompetensi yang dimiliki para
peserta. Setiap level pendidikan mempunyai bentuk
kegiatan pemberdayaan yang berbeda-beda namun
mempunyai kesamaan ciri yaitu dalam hal materi
entrepreneurship dan leadership.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 107


Tahap 5 : Pengendalian Program
Untuk mengetahui tingkat efektifitas dan efisiensi
dalam pelaksanaan program, diperlukan sebuah
mekanisme yang baik sebagai bentuk dari pengendalian
program. Maka oleh karena itu kemudian dibuatlah
kegiatan monitoring dan evaluasi yang berkala.

E. Memberdayakan Generasi Muda Islam


Salah satu yang menjadi unggulan pada program
Beasiswa Prestatif yang dikelola Dompet Peduli
Ummat Daarut Tauhiid adalah adanya sebuah proses
pemberdayaan yang sistematis, terukur dan terarah
untuk terus memperkuat posisi peserta program baik itu
yang sifatnya langsung berhubungan dengan penerima
beapelajar dan mahasiswa, keluarganya, guru maupun
isu-isu tentang perubahan kebijakan pendidikan.

Kenapa harus memakai kata pemberdayaan?


Sampai saat ini kita masih melihat bahwa kata
pemberdayaan merupakan kata yang paling tepat dalam
menggambarkan kegiatan-kegiatan yang diadakan
dalam program beapelajar dan mahasiswa prestatif.
Karena dalam proses pemberdayaan ada tiga hal yang
bisa dilakukan.
Pertama, dalam usaha pemberdayaan peserta
program beapelajar dan mahasiswa prestatif ini
kita berusaha membantu untuk membangun power-
to, yaitu daya kekuatan yang kreatif, yang membuat
seseorang mampu melakukan sesuatu. Ini merupakan
aspek individual dari pemberdayaan, yaitu membantu
seseorang agar ia memiliki kemampuan berfikir,
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk

108 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat


mengambil keputusan, memecahkan berbagai
permasalahan dan membangun berbagai keterampilan.
Kedua, membantu membangun power-with, yaitu
kekuatan bersama, solidaritas atas dasar komitmen pada
tujuan dan pengertian yang sama, untuk memecahkan
permasalahan yang dihadapi guna menciptakan
kesejahteraan bersama. Tujuan idealnya kita berharap
bisa menciptakan suatu caring society, suatu komunitas
persaudaraan yang memperhatikan kepentingan semua
pihak.
Ketiga, bertujuan untuk membangun power-within,
daya kekuatan batin dalam diri peserta program,
khususnya harga diri, kepercayaan diri dan harapan
akan masa depan.

Pemberdayaan Langsung
Kegiatan pemberdayaan yang diperuntukkan untuk
peserta meliputi program:
1. Spiritual Business School
Kegiatan ini merupakan upaya untuk membentuk
mindset dan perilaku baru para peserta beapelajar
dan mahasiswa tingkat perguruan tinggi melalui
kegiatan pemberdayaan yang berbasiskan spiritual.
peserta akan diajak mengkaji kembali mindset dan
karakternya melalui pendidikan orang dewasaf
partisipatif sehingga mendapat pengetahuan,
wawasan dan pengalaman baru menjadi sebuah
keahlian wirausaha (entrepreneurship).
2. Challenging Entrepreneur Project
Challenging Entrepreneur Project adalah sebuah
upaya untuk membentuk kemandirian bagi para

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 109


peserta beapelajar dan mahasiswa tingkat SMU
melalui kegiatan pemberdayaan yang berbasiskan
proyek belajar.
3. SMART (Santri Mandiri Prestatif)
Adalah sebuah pola pemberdayaan bagi peserta
program beapelajar dan mahasiswa prestatif
SMP dengan menggunakan metode pembelajaran
yang sederhana, aplikatif, menyenangkan dan
menginspirasi dengan pola pendekatan yang
digunakan adalah pola ternan sebaya (friendship).
Hal ini dikembangkan dengan mempertim-
bangkan bahwa peserta SMP mempunyai sifat
dan karakteristik yang berbeda hila dibandingkan
dengan peserta tingkat SMU maupun PT. Sehingga
kemudian untuk proses pembelajarannya lebih
menititik tekankan kepada penguatan aspek kognitif
anak. Walaupun kemudian tidak dengan serta merta
menghilangkan aspek psikomotorik. Hanya mungkin
dari segi pembobotannya saja yang berbeda.
Program Beasiswa Prestatif tersebut dilakukan
dengan menggunakan beberapa strategi, yaitu:
1. Learning By Doing, yaitu bela jar melalui aktivitas-
aktivitas yang dapat memberikan pengalaman
belajar bermakna.
2. Individualized Learning, yaitu belajar dengan
memperhatikan keunikan setiap individu. Group
Learning, yaitu belajar secara berkelompok.
3. Mentoring, yaitu kegiatan pemberdayaan yang
berlangsung secara periodik dengan bimbingan
seorang pementor.

110 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


4. Pembiasaan, yaitu kegiatan pembiasaan amalan
ritual keagamaan baik yang fardhu maupun
sunah yang dituangkan dalam bentuk lembar
muhasabah.

Pemberdayaan Tidak Langsung


Dalam hal ini pemberdayaan generasi muda
melibatkan orangtua dan masyarakat sekitarnya.
Karena itu DPU DT memberikan pemahaman terhadap
orangtua tentang pentingnya pendidikan bagi masa
depan anak dalam bentuk pertemuan semester.
Metode: curah pendapat dan ceramah tanya jawab
dalam Forum Silaturahmi Stake Holder Pendidikan.
Pengendalian dan Evaluasi Keberhasilan Program
Hal penting dalam usaha untuk mencapai tujuan
program adalah dengan adanya proses pengendalian
berupa Monitoring dan Evaluasi (MONEV). Dengan
adanya MONEV, maka akan diketahui sejauh mana
efektifitas dan efisiensi pelaksanaan program.
A. Monitoring Program
Monitoringadalah pemantauan secara berkala proses
perencanaan dan pelaksanaan program. Monitoring
dapat dilakukan dengan cara terjun langsung memantau
langsung kelapangan atau membaca hasillaporan yang
diterima dari mitra program.
Tujuan Monitoring
Mengetahui perkembangan pelaksanaan program,
Mengetahui keberhasilan program, Mengetahui berba-
gai kendala yang terjadi dilapangan
Aspek Yang Dimonitoring

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 111


Proses Pemberdayaan. Dalam hal ini pelaksana
program Beasiswa PrestatifDPU DT melihat perubahan,
peningkatan pengetahuan dan sikap yang dinilai
meliputi empat komponen yang secara konsisten
ditetapkan di awal yaitu entrepreneurship, leadership
dan spiritualitas islam.
Dalam konteks pengetahuan, evaluasi dilakukan
sebelum dan setelah proyek dikembangkan, serta setiap
sebelum dan setelah inputan-penyamaan kompetensi
dasar dilakukan. Teknisnya bisa dilakukan melalui
self evaluation di mana peserta program diminta
menulis 'subjek' evaluasi. Atau melalui pengisian daftar
pertanyaan.
Adapun perubahan sikap, evaluasinya dilakukan
secara simultan selama rentang proses 'proyek
belajar' dikembangkan, dan dengan melihat keluaran
atau capaian proyek belajar. Keluaran dan capaian
yang maksimal menunjukkan tingkat sikap nilai yang
maksimal. Teknisnya bisa mengacu pada indikator
capaian di setiap tahapan proses, sesuai matrik indikator
kegiatan dan keluaran yang disusun.
Petugas. Monitoring
Tim pelaksana beapelajar dan mahasiswa DPU dan
mitra program.
Waktu Monitoring
Pemantauan pelaksanaan program dilapangan
dilakukan secara berkala, sekurang-kurangnya tiga
bulan sekali.

112 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


B. EvaluasiPrograrn
Pengertiannya adalah pengidentifikasian keberha-
silan/ kegagalan suatu rencana kegiatan atau program.
Berbeda dengan monitoring, evaluasi biasanya lebih
difokuskan pada pengidentifikasian kualitas program.
Evaluasi berusaha mengidentifikasi mengenai apa yang
sebenarnya terjadi pada pelaksanaan atau penerapan
program.
Bentuk Evaluasi. Secara umum ada dua tipe evaluasi,
dan kedua-duanya dipakai dalam pelaksanaan program
ini yaitu: On-going evaluation atau evaluasi terus
menerus. Dalam tipe ini, evaluasi dilaksanakan pada
interval waktu tertentu, misalnya per triwulan atau per
semester selama proses pengimplementasian program.
Ex-post evaluation atau evaluasi akhir. Dalam
tipe ini, pengevaluasian dilakukan setelah proses
pengimplementasian program selesai
Tujuan Evaluasi:
Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan;
Mengukur dampak langsungyang terjadi pad a kelompok
sasaran.; Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-
konsekuensi lain yang mungkin terjadi diluar rencana
(eksternalities).

C. Pelaporan Program
Laporan perkembangan setiap kegiatan, capaian,
kendala dan pendayagunaan bantuan disampaikan
kepada komite secara berkala, dibuat oleh pelaksana
program. Dalam laporannya terdapat indikator
keberhasilan atau data kegagalan target dari
penyelenggaraan program.

Panduan Organisasi Penge/ola Zakat 113


Penutup
Pendidikan merupakan sebuah investasi strategis
dan sangat menentukan bagi masa depan bangsa
kita, namun dalam hal ini tentu bukan persoalan yang
mudah bagi kita untuk mempersiapkan sebuah sistem
pendidikan yang murah san berkualitas.
Namun yang pasti kita semua tisak bisa berdiam diri
dan menyerahkan sepenuhnya kepada pihakpemerintah.
Harus ada partisipasi aktif dari semua elemen bangsa
ini untuk mewujudkannya. Salah satu bentuk nyata
dari partisifasi aktif dan tanggung jawab sosial DPU
Daarut Tauhiid dalam membantu mempersiapkan
generasi penerus adalah dengan menggulirkan program
beapelajar dan mahasiswa prestatif.
DPU DT sangat berharap, program Beasiswa
Prestatif DPU DT ini bisa menjadi sebuah model bagi
pelaksanaan program-program sejenis. Semoga apa
yang kita lakukan ini bisa memberikan suatu kontribusi
bagi perbaikan bangsa dan negara Indonesia.

114 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat


BAZNAS
Badan Amil Zakat Nasional

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL


NOM OR 01 TAHUN 2014

TENTANG
PEDOMAN TATA CARA PENGAJUAN PERTIMBANGAN
PENGANGKATAN/ PEMBERHENTIAN PIMPINAN BADAN
AMIL ZAKAT NASIONAL PROVINSI DAN BADAN AMIL
ZAKAT NASIONAL KABUPATEN / KOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL,

Menimbang : a. bahwa pertimbangan Badan Ami! Zakat


Nasional merupakan salah satu syarat
dan tahapan dalam proses pengangkatan/
pemberhentian Pimpinan Badan Ami!
Zakat Nasional provinsi atau Badan Ami!
Zakat Nas ional kabupaten/ kota yang
harus dilaksanakan dengan standar
tertentu, terukur, dan transparan;
b. bahwa untuk pelaksanaan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf
a perlu dibuat pedoman tata cara
pengajuan pertimbangan pengangkatan/
pemberhentian Pimpinan Badan Ami!

Panduan Org an isasi Pengelola Zakat 117


Zakat Nasional provinsi dan Badan Amil
Zakat Nasional kabupaten/ kota;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
b, perlu ditetapkan peraturan Badan Amil
Zakat Nasional ten tang Pedoman Tata Cara
Pengajuan Pertimbangan Pengangkatan/
Pemberhentian Pimpinan Badan Amil
Zakat Nasional Provinsi dan Badan Amil
Zakat Nasional Kabupaten fKota;
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5255);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun
2014 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
38, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5508);
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 8 tahun 2001 tentang Badan
Amil Zakat Nasional sebagaimana telah
diperbarui terakhir dengan Keputusan
Presiden RI Nomor 27 Tahun 2008 jo
Keputusan Menteri Agama RI Nomor
10 Tahun 2012 tentang Perpanjangan
Sementara Masa Bakti Keanggotaan
Badan Amil Zakat Nasional Periode Tahun
2008- 2011;

118 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


MEMUTUSKAN:
Menetapkan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional ten tang
Pedoman Tata Cara Pengajuan Pertimbangan
PengangkatanjPemberhen tian Pimpinan
Badan Amil Zakat Nasional Provinsi dan
Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten f Kota;

BABI
KETENTUAN UMUM

Pasal1
Dalam Peraturan BAZNAS ini, yang dimaksud dengan:
l. Badan Amil · Zakat Nasional yang selanjutnya disebut
BAZNAS adalah lembaga yang berwenang melaksanakan
tugas pengelolaan zakat secara nasional.
2. BAZNAS provinsi adalah lembaga yang berwenang
melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS pacta tingkat
provinsi.
3. BAZNAS kabupaten/ kota adalah lembaga yang berwenang
melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS pacta tingkat
kabupatenjkota.

BAB II
TATA CARA PEMBERIAN PERTIMBANGAN PENGANGKATAN
PIMPINAN BAZNAS PROVINSI DAN BAZNAS KABUPATEN/
KOTA

Bagian Pertama
Jumlah, Unsur, dan Persyaratan Pimpinan

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 119


Pasal2
(1) Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota
terdiri atas ketua dan 4 (empat) orang Wakil ketua.
(2) Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari
unsur masyarakat yang meliputi ulama, tenaga profesional,
dan tokoh masyarakat Islam.
(3) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) bukan berasal dari pejabat negara atau pejabat yang
menduduki jabatan struktural pemerintahan.

Pasal3
(1) Pimpinan BAZNAS provinsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2, diangkat dan diberhentikan oleh gubernur setelah
mendapat pertimbangan dari BAZNAS.
(2) Pimpinan BAZNAS kabupaten/ kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2, diangkat dan diberhentikan oleh bupati/
walikota setelah mendapat pertimbangan dari BAZNAS.
(3) Masa kerja Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS
kabupaten/ kota dijabat selama 5 (lima) tahun dan dapat
dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Pasal4
Untuk dapat diangkat sebagai Pimpinan BAZNAS provinsi
dan BAZNAS kabupaten/ kota paling sedikit harus memenuhi
persyaratan:
a. warga negara Indonesia;
b. beragama Islam;
c. bertakwa kepada Allah SWT;

120 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


d. berakhlak mulia;
e. berusia paling sedikit 40 (em pat puluh) tahun;
f. sehat jasmani dan rohani;
g. tidak menjadi anggota partai politik;
h. memiliki kompetensi di bidang pengelolaan zakat; dan
i. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana
kejahatan yang diancam dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun.

Bagian Kedua
Tim Seleksi

Pasal5
(1) Pimpinan BAZNAS provinsi dipilih oleh tim seleksi yang
dibentuk oleh gubernur.
(2) Pimpinan BAZNAS Kabupatenj kota dipilih oleh tim seleksi
yang dibentuk oleh bupati/Walikota.

Pasal6
Anggota tim seleksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 tidak
dapat dipilih menjadi calon Pimpinan BAZNAS provinsi atau
BAZNAS kabupatenj kota.

Pasal 7
(1) Tim seleksi sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 memilih
calon Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/
kota sebanyak 2 (dua) kali jumlah yang dibutuhkan.

Panduan Organisasi Penge/o/a Zakat 121


(2) Hasil seleksi calon Pimpinan BAZNAS provinsi atau
BAZNAS kabupatenjkota sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dituangkan dalam Berita Acara Hasil Seleksi dan
disampaikan kepada gubernur atau bupatif walikota.

Pasal8
(1) Gubernur memilih 5 (lima) orang calon Pimpinan BAZNAS
provinsi yang diusulkan tim seleksi untuk disampaikan
kepada BAZNAS guna mendapat pertimbangan.
(2) Bupati/Walikota memilih 5 (lima) orang calon Pimpinan
BAZNAS kabupatenjkota yang diusulkan tim seleksi
untuk disampaikan kepada BAZNAS guna mendapat
pertimbangan.

Bagian Ketiga
Pengajuan Pertimbangan

Pasal9
Gubernur a tau bupatif walikota menyampaikan cal on Pimpinan
BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenjkota yang telah
dipilih sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 kepada BAZNAS
untuk mendapatkan pertimbangan dengan melampirkan:
a. Berita Acara Hasil Seleksi; dan
b. susunan Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS
kabupaten/ kota;
c. surat pernyataan kesanggupan sebagai Pimpinan BAZNAS
provinsi a tau BAZNAS kabupaten I kota dan' masing-masing
calon Pimpinan;

122 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat


d. fotokopi kartu tanda penduduk masing-masing calon
Pimpinan;
e. biodata masing-masing calon Pimpinan;
f. surat keterangan sehat dari dokter untuk masing-masing
calon Pimpinan;
g. surat pernyataan tidak menjadi anggota partai politik dari
masing-masing calon Pimpinan; dan
h. surat pemyataan tidak pernah dihukum karena melakukan
tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dari masing-masing
calon Pimpinan.

Pasal10
(1) BAZNAS melakukan verifikasi administratif atas
permohonan pertimbangan pengangkatan Pimpinan
BAZNAS provinsi dari gubernur atau Pimpinan BAZNAS
kabupaten fkota dari bupati/ walikota.
(2) BAZNAS menyampaikan hasil verifikasi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk Surat
Pertimbangan Pengangkatan Pimpinan BAZNAS provinsi
kepada gubernur yang tembusannya disampaikan kepada
kantor wilayah kementerian agama provinsi.
(3) BAZNAS menyampaikan hasil verifikasi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk
Surat Pertimbangan Pengangkatan Pimpinan BAZNAS
kabupatenj kota kepada bupatifwalikota yang
tembusannya disampaikan kepada kantor kementerian
agama kabupaten/ kota.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 123


Pasal11
BAZNAS melakukan penyelesaian pemberian pertimbangan
pengangkatan sebagaimana dimaksud pad a Pasal 10 paling
lama 15 (lima belas) hari kerja.

Bagian Keempat
Pengangkatan Pimpinan

Pasal12
(1) Gubernur mengangkat Pimpinan BAZNAS provms1
selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja, terhitung
sejak Surat Pertimbangan Pengangkatan Pimpinan BAZNAS
Provinsi dari BAZNAS diterima.
(2) Bupatifwalikota mengangkat Pimpinan BAZNAS
kabupaten/ kota selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari
kerja, terhitung sejak Surat Pertimbangan Pengangkatan
Pimpinan BAZNAS Kabupaten/ Kota dari BAZNAS diterima.

BAB III
TATA CARA PEMBERIAN PERTIMBANGAN PEMBERHENTIAN
PIMPINAN BAZNAS PROVINSI DAN BAZNAS KABUPATEN/
KOTA

Bagian Pertama
Kriteria Pemberhentian

Pasal13
Pimpinan BAZNAS provms1 dan BAZNAS kabupatenjkota
diberhentikan apabila:

124 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat


a. meninggal dunia;
b. habis masa jabatan;
c. mengundurkan diri;
d. tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan
secara terus menerus; atau
e. tidak memenuhi syarat lagi sebagai pimpinan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 2.

Bagian Kedua
Pengajuan Pertimbangan

Pasal14
Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota
yang meninggal dunia atau habis masa jabatan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 13 huruf a atau huruf b, secara hukum
berhenti sebagai Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS
kabupaten/ kota.

Pasal15
(1) Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenjkota
yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud pada
Pasal 13 huruf c harus mengajukan permohonan secara
tertulis kepada gubernur atau bupati/ walikota disertai
dengan alasan.
(2) Terhadap permohonan pengunduran diri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), gubernur atau bupatifwalikota
memanggil Pimpinan yang mengajukan permohonan
pengunduran diri untuk memberikan klarifikasi.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 125


(3) Dalam pemberian klarifikasi sebagaimana dimaksud
pada . ayat (2), gubernur atau bupatif walikota dapat
menghadirkan Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS
kabu·patenf kota.
(4) Gubernur atau bupatifwalikota mengajukan pertimbangan
kepada BAZNAS untuk pemberhentian Pimpinan BAZNAS
provinsi a tau BAZNAS kabupaten/ kota yang mengundurkan
diri.

Pasal16
Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten fkota
yang tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan
secara terus menerus sebagaimana dimaksud pada Pasal 13
huruf d dapat diberhentikan, apabila tidak menjalankan tugas
sebagai Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/
kota selama 90 (sembilan puluh) hari secara terus menerus
tanpa alasan yang sah.

Pasal17
(1) Pemberhentian Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS
kabupatenf kota sebagaimana dimaksud pada Pasal 16
dilakukan setelah melalui proses pemberian peringatan
tertulis sebanyak 3 (tiga) kali oleh Ketua BAZNAS provinsi
atau BAZNAS kabupatenf kota.
(2) Peringatan tertulis kesatu diberikan apabila Pimpinan
BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota tidak
menjalankan tugas secara terus menerus tanpa alasan yang
sah selama 30 (tiga puluh) hari.
(3) Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/
kota yang telah mendapatkan peringatan tertulis

126 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


kesatu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetap tidak
menjalankan tugas secara terus menerus tanpa alasan
yang sah selama 30 (tiga puluh) hari, diberikan peringatan
tertulis kedua.
(4) Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/
kota yang telah mendapatkan peringatan tertulis
kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tetap tidak
menjalankan tugas secara terus menerus tanpa alasan
yang sah selama 15 (lima belas) hari, diberikan peringatan
tertulis ketiga.
(5) Apabila dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari sejak
peringatan tertulis ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten/
kota tetap tidak inenjalankan tugas secara terus menerus
tanpa alasan yang sah, Ketua BAZNAS provinsi atau Ketua
BAZNAS kabupaten/ kota mengusulkan pemberhentiannya
kepada gubernur atau bupatif walikota.
(6) Gubernur atau bupatifwalikota mengajukan pertimbangan
kepada BAZNAS untuk pemberhentian Pimpinan BAZNAS
provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota yang terbukti tidak
melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan secara terus
menerus.

Pasal18
Pemberhentian Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS
kabupatenjkota yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai
Pimpinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf e,
dilakukan apabila:
a. menjadi Warga negara asing;
b. berpindah agama;

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 127


c. melakukan perbuatan tercela;
d. menderita sakit jasmani dan/ a tau rohani;
e. menjadi anggota partai politik; atau
f. dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan yang
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima)
tahun.

Pasal19
(1) Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten I
kota yang menjadi warga negara asing, pindah agama, atau
menjadi anggota partai politiksebagaimana dimaksud dalam
Pasal 18 huruf a, huruf b, atau huruf e harus mengajukan
permohonan pengunduran diri sebagai Pimpinan kepada
gubernur atau bupatifwalikota.
(2) Gubernur atau bupatifwalikota mengajukan pertimbangan
kepada BAZNAS untuk pemberhentian Pimpinan BAZNAS
provinsi atau BAZNAS kabupaten I kota yang terbukti tidak
memenuhi syarat lagi.

Pasal20
(1) Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten I kota
yang diduga melakukan perbuatan tercela sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 huruf c, dapat diberhentikan
sebagai Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS
kabupaten/ kota setelah melalui proses pemeriksaan oleh
tim yang dibentuk oleh gubernur atau bupati I walikota.
(2) Gubernur atau bupatifwalikota mengajukan pertimbangan
kepada BAZNAS untuk pemberhentian Pimpinan BAZNAS

128 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota yang terbukti
melakukan perbuatan tercela.

Pasal21
(1) Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenl kota
yang menderita sa.kitjasmani dan/ a tau rohani sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 huruf d, diberhentikan menjadi
Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenl
kota apabila mengalami sakit berkepanjangan selama
90 (sembilan puluh) hari secara terus menerus yang
mengakibatkan tidak dapat melaksanakan tugas sebagai
Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten I kota.
(2) Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenl kota
yang sakit berkepanjangan selama 90 (sembilan puluh) hari
sebagaimana dimaksud pacta ayat (I) diberhentikan apabila
berdasarkan keterangan dokter menderita sakit yang
berakibat tidak dapat menjalankan tugas sebagai Pimpinan
BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenl kota.
(3) Dalam hal Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS
kabupatenl kota menderita sakit berkepanjangan
sebagaimana dimaksud pacta ayat (1), Ketua BAZNAS
provinsi atau Ketua BAZNAS Kabupatenl Kota mengusulkan
pemberhentian sebagai Pimpinan kepada Gubernur atau
bupatijWalikota dengan melampirkan bukti terkait.
(4) Dalam hal Ketua BAZNAS provinsi atau Ketua BAZNAS
kabupatenlkota menderita sakit berkepanjangan
sebagaimana dimaksud pacta ayat (1) dan tidak dapat
menjalankan tugas berdasarkan keterangan dokter
sebagaimana pacta ayat (2), gubernur atau bupatijwalikota
memberhentikan sebagai Ketua BAZNAS provinsi atau
Ketua BAZNAS kabupaten I kota.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 129


(5) Gubernur atau bupatijwalikota mengajukan pertimbangan
kepada BAZNAS untuk pemberhentian Pimpinan
BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenjkota yang
terbukti mengalami sakit jasmani dan/ atau rohani yang
berkepanjangan.

Pasal22
(1) Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupaten I kota
yang diduga telah melakukan tindak pidana kejahatan
yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 huruf
f dan telah ditetapkan sebagai terdakwa, diberhentikan
semen tara sebagai Pimpinan BAZNAS provinsi a tau BAZNAS
kabupaten I kota.
(2) Pemberhentian sementara Pimpinan BAZNAS provinsi atau
BAZNAS kabupaten/ kota sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh gubernur atau bupati I walikota.
(3) Keputusan gubernur atau bupatijwalikota sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dicabut apabila Pimpinan BAZNAS
provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), tidak terbukti melakukan tindak
pidana yang didakwakan.
(4) Gubernur atau bupatijwalikota mengajukan pertimbangan
kepada BAZNAS untuk pemberhentian Pimpinan BAZNAS
provinsi atau BAZNAS kabupaten/ kota yang terbukti
melakukan tindak pidana dan telah memperoleh putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

130 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


Bagian Ketiga
Pemberian Pertimbangan

Pasal23
(1) BAZNAS melakukan verifikasi administratif atas
permohonan pertimbangan pemberhentian Pimpinan
BAZNAS provinsi dari gubernur atau Pimpinan BAZNAS
kabupaten/ kota dari bupatijwalikota.
(2) BAZNAS menyampaikan hasil verifikasi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk Surat
Pertimbangan Pemberhentian Pimpinan BAZNAS Provinsi
kepada gubernur yang tembusannya disampaikan kepada
kantor wilayah kementerian agama provinsi.
(3) BAZNAS menyampaikan hasil verifikasi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk
Surat Pertimbangan Pemberhentian Pimpinan BAZNAS
Kabupaten/ Kota kepada bupatijwalikota yang
tembusannya disampaikan kepada kantor kementerian
agama kabupaten/ kota.

Pasal24
BAZNAS melakukan penyelesaian pemberian pertimbangan
pemberhentian sebagaimana dimaksud pada Pasal 23 paling
lama 10 (sepuluh) hari kerja.

Bagian Keempat
Pemberhentian Pimpinan

Panduan Organisasi Penge/ola Zakat 131


Pasal25
(1) Gubernur memberhentikan Pimpinan BAZNAS provms1
selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari kerja, terhitung
sejak Surat Pertimbangan Pemberhentian Pimpinan
BAZNAS Provinsi dari BAZNAS diterima.
(2) Bupatifwalikota memberhentikan Pimpinan BAZNAS
kabupatenjkota selambat-lambatnya 15 (lima belas] hari
kerja, terhitung sejak Surat Pertimbangan Pemberhentian
Pimpinan BAZNAS Kabupaten/ Kota dari BAZNAS diterima.

Bagian Kelima
Pimpinan Pengganti

Pasal26
(1) Untuk mengisi kekosongan Pimpinan BAZNAS provinsi atau
BAZNAS kabupatenj kota yang diberhentikan karena alas an
selain habis masa jabatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 huruf b, gubernur atau bupatifwalikota dapat
mengangkat Pimpinan BAZNAS Provinsi atau Kabupaten/
Kota pengganti setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.
(2) Masa jabatan Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS
kabupatenj kota pengganti adalah sisa masa jabatan
Pimpinan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenj kota
yang digantikan.

132 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


BAB IV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal27
Peraturan BAZNAS ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal25 Agustus 20 14
KETUAUMUM
BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

ttd

PROF. DR. KH. DIDIN HAFIDHUDDIN, M.SC.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 133


BAZNAS
Badan Ami! Zakat Nasional

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL


NOMOR 02 TAHUN 2014
TENTANG
PEDOMAN TATA CARA PEMBERIAN REKOMENDASI
IZIN PEMBENTUKAN LEMBAGA AMIL ZAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL,

Menimbang : a. bahwa rekomendasi Badan Ami! Zakat


Nasional merupakan salah satu syarat
dan tahapan dalam proses pembentukan
Lembaga Ami! Zakat yang harus
dilaksanakan dengan standar tertentu,
terukur, dan transparan;
b. bahwa untuk pelaksanaan rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu
dibuat pedoman tata cara pemberian
rekomendasi izin pembentukan lembaga
ami! zakat;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan b, perlu ditetapkan peraturan Badan
Ami! Zakat Nasional tentang Pedoman

134 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


Tata Cara Pemberian Rekomendasi Izin
Pembentukan Lembaga Amil Zakat;
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5255);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun
2014 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
38, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5508);
3. Keputusan Presiden Republik Indonesia
Nomor 8 tahun 2001 tentang Badan
Amil Zakat Nasional sebagaimana telah
diperbarui terakhir dengan Keputusan
Presiden RI Nomor 27 Tahun 2008 jo
Keputusan Menteri Agama RI Nomor
10 Tahun 2012 tentang Perpanjangan
Sementara Masa Bakti Keanggotaan
Badan Amil Zakat Nasional Periode Tahun
2008-2011;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional tentang
Pedoman Tata Cara Pemberian Rekomendasi
Izin Pembentukan Lembaga Amil Zakat.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 135


BABI
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan BAZNAS ini, yang dimaksud dengan:
1. Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut
BAZNAS adalah lembaga yang berwenang melaksanakan
tugas pengelolaan zakat secara nasional.
2. BAZNAS provinsi adalah lembaga yang berwenang
melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS pada tingkat
provinsi.
3. BAZNAS kabupaten/ kota adalah lembaga yang berwenang
melaksanakan tugas dan fungsi BAZNAS pada tingkat
kabupaten/ kota.
4. Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya·disebut LAZ adalah
LAZ berskala nasional, LAZ berskala provinsi, dan LAZ
berskala kabupaten/ kota.
5. Pendayagunaan zakat adalah penyaluran zakat untuk usaha
produktif (pemberdayaan) dalam rangka penanganan fakir
miskin dan peningkatan kualitas umat.

BAB II
PERSYARATAN PEMBENTUKAN LAZ

Pasal2
Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat
membentuk LAZ.

136 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat


Pasal3
Pembentukan LAZ sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 wajib
mendapat izin Menteri a tau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri
setelah memenuhi persyaratan:
a. terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang
mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial, atau
lembaga berbadan hukum;
b. mendapat rekomendasi dari BAZNAS;
c. memiliki pengawas syariat;
d. memiliki kemampuan teknis, administratif, dan keuangan
untuk melaksanakan kegiatannya;
e. bersifat nirlaba;
f. memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi
kesejahteraan umat; dan
g. bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.

BAB III
PENGAJUAN REKOMENDASI

Bagian Pertama
LAZ Berskala Nasional

Pasal4
(1) Izin pembentukan LAZ berskala nasional dapat diajukan
oleh organisasi kemasyarakatan Islam berskala nasional,
yayasan berbasis Islam, atau perkumpulan berbasis Islam.
(2) Izin pembentukan LAZ sebagaimana dimaksud pada

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 137


ayat (1) diberikan oleh Menteri Agama setelah mendapat
rekomendasi dari BAZNAS.

PasalS
(1) Rekomendasi BAZNAS sebagaimana dimaksud pada Pasal
4 ayat (2) dilakukan dengan mengajukan permohonan
tertulis.
(2) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib menyebutkan rekomendasi izin pembentukan LAZ
berskala nasional.
(3) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan oleh pimpinan organisasi kemasyarakatan Islam,
yayasan berbasis Islam, atau perkumpulan berbasis Islam
dengan melampirkan:
a. anggaran dasar organisasi;
b. surat keterangan terdaftar dari Kementerian Dalam
Negeri bagi organisasi kemasyarakatan Islam atau
surat keputusan pengesahan sebagai badan hukum
dari KemEmterian Hukum dan HAM bagi yayasan atau
perkumpulan berbasis Islam;
c. susunan pengawas syariat yang sekurang-kurangnya
terdiri atas ketua dan I (satu) anggota;
d. surat pernyataan kesediaan sebagai pengawas syariat di
atas meterai yang ditandatangani oleh masing-masing
pengawas syariat;
e. daftarpegawaiyangmelaksanakan tugas di bidangteknis
(penghimpunan, pendistribusian, dan pendayagunaan),
administratif, dan keuangan;
f. surat pengangkatan pegawai;

138 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


g. surat pernyataan bersedia diaudit syariat dan keuangan
secara berkala di atas meterai dan ditandatangani oleh
pimpinan organisasi terkait; dan
h. ikhtisar program pendayagunaan zakat bagi
kesejahteraan umat yang dimiliki sekurang-kurangnya
di 3 (tiga) provinsi yang mencakup nama program, lokasi
program, jumlah penerima manfaat, jumlah zakat yang
disalurkan, serta keluaran (output), hasil (outcome),
manfaat (benefit), dan dampak (impact) program bagi
penerima manfaat.

Bagian Kedua
LAZ Berskala Provinsi

Pasal 6
(1) Izin pembentukan LAZ berskala provinsi dapat diajukan
oleh organisasi kemasyarakatan Islam berskala nasional,
yayasan berbasis Islam, atau perkumpulan berbasis Islam.
(2) Izin pembentukan LAZ sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diberikan oleh Direktur Jenderal Bimas Islam setelah
mendapat rekomendasi dari BAZNAS.

Pasal 7
(1) Rekomendasi BAZNAS sebagaimana dimaksud pada Pasal
4 ayat (2) dilakukan dengan mengajukan permohonan
tertulis.
(2) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib menyebutkan rekomendasi izin pembentukan LAZ
berskala provinsi.
(3) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat 139


diajukan oleh pimpinan organisasi kemasyarakatan Islam,
yayasan berbasis Islam, atau perkumpulan berbasis Islam
dengan melampirkan:
a. anggaran dasar organisasi;
b. surat keterangan terdaftar dari organisasif satuan kerja
perangkat daerah pemerintah provinsi yang mempunyai
tugas dan fungsi menyelenggarakan urusan pemerintah
provinsi di bidang kesatuan bangsa dan perlindungan
masyarakat bagi organisasi kemasyarakatan Islam atau
surat keputusan pengesahan sebagai badan hukum
dari Kementerian Hukum dan HAM bagi yayasan atau
perkumpulan berbasis Islam;
c. susunan pengawas syariat yang sekurang-kurangnya
terdiri atas ketua dan I (satu) anggota;
d. surat pernyataan kesediaan sebagai pengawas syariat di
atas meterai yang ditandatangani oleh masing-masing
pengawas syariat;
e. daftar pegawai yang melaksanakan tugas di bidang teknis
(penghimpunan, pendistribusian, dan pendayagunaan),
administratif, dan keuangan;
f. surat pengangkatan pegawai;
g. surat pernyataan bersedia diaudit syariat dan keuangan
secara berkala di atas meterai dan ditandatangani oleh
pimpinan organisasi terkait; dan
h. ikhtisar program pendayagunaan zakat bagi
kesejahteraan umat yang dimiliki sekurang-kurangnya
di 3 (tiga) kabupaten/ kota yang yang mencakup nama
program, lokasi program, jumlah penerima manfaat,
jumlah zakat yang disalurkan, serta keluaran (output),

140 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


hasil (outcome), manfaat (benefit), dan dampak (impact)
program bagi penerima manfaat.

Bagian Kedua
LAZ Berskala Kabupaten/ Kota

Pasal8
(1) Izin pembentukan LAZ berskala kabupaten/ kota dapat
diajukan oleh organisasi kemasyarakatan Islam berskala
kabupaten /kota, yayasan berbasis Islam, a tau perkumpulan
berbasis Islam.
(2) Izin pembentukan LAZ sebagaimana dimaksud pad a ayat (1)
diberikan oleh kepala kantor wilayah kementerian agama
provinsi setelah mendapat rekomendasi dari BAZNAS.

Pasal9
(1) Rekomendasi BAZNAS sebagaimana dimaksud pada Pasal
4 ayat (2) dilakukan dengan mengajukan pennohonan
tertulis.
(2) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib menyebutkan rekomendasi izin pembentukan LAZ
berskala kabupaten/ kota.
(3) Permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diajukan oleh pimpinan organisasi kemasyarakatan Islam,
yayasan berbasis Islam, atau perkumpulan berbasis Islam
dengan melampirkan:
a. anggaran dasar organisasi;
b. surat keterangan terdaftar dari organisasi/ satuan
kerja perangkat daerah pemerintah kabupatenjkota

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 141


yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan
urusan pemerintah kabupatenjkota di bidang kesatuan
bangsa dan perlindungan masyarakat bagi organisasi
kemasyarakatan Islam a tau surat keputusan pengesahan
sebagai badan hukum dari Kementerian Hukum dan
HAM bagi yayasan atau perkumpulan berbasis Islam;
c. susunan pengawas syariat yang sekurang-kurangnya
terdiri atas ketua dan 1 (satu) anggota;
d. surat pernyataan kesediaan sebagai pengawas syariat di
atas meterai yang ditandatangani oleh masing-masing
pengawas syariat;
e. daftar pegawaiyang melaksanakan tugas di bidang teknis
(penghimpunan, pendistribusian, dan pendayagunaan),
administratif, dan keuangan;
f. surat pengangkatan pegawai;
g. surat pernyataan bersedia diaudit syariat dan keuangan
secara berkala di atas meterai dan ditandatangani oleh
pimpinan organisasi terkait; dan
h. ikhtisar program pendayagunaan zakat bagi
kesejahteraan umat yang dimiliki di 3 (tiga) kecamatan
atau nama lainnya di kabupatenjkota tersebut yang
mencakup nama program, lokasi program, jumlah
penerima manfaat, jumlah zakat yang disalurkan, serta
keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit),
dan dampak (impact) program bagi penerima manfaat.

142 Panduan Organisasi Pengelo/a Zakat


BAB IV
PEMBERIAN REKOMENDASI

Pasal10
(1) BAZNAS melakukan verifikasi administratif dan faktual atas
pengajuan rekomendasi izin pembentukan LAZ.
(2) Dalam melakukan verifikasi faktual sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) BAZNAS dapat mengikutsertakan BAZNAS
provinsi danjatau BAZNAS kabupatenjkota.

Pasal11
Proses penyelesaian pemberian rekomendasi izin pembentukan
LAZ dilakukan dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas)
hari kerja terhitung sejak dokumen pengajuan diterima dan
dinyatakan lengkap oleh BAZNAS.

Pasal12
BAZNAS mengabulkan pengajuan rekomendasi izin
pembentukan LAZ yang memenuhi ketentuan dengan
mengeluarkan Surat Rekomendasi Izin Pembentukan LAZ.

Pasal13
Dalam hal pengajuan rekomendasi izin pembentukan LAZ tidak
memenuhi ketentuan, BAZNAS menolak pengajuan disertai
dengan alasan.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 143


BABY
KETENTUANPENUTUP

Pasal14
Peraturan BAZNAS ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal25 Agustus 2014
KETUAUMUM
BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

ttd.

PROF. DR. KH. DIDIN HAFIDHUDDIN, M.SC.

144 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


BABVI
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pembenahan OPZ adalah sebuah kebutuhan yang
mendesak, mengingat potensi zakat yang sangat besar.
2. OPZ harus segera membenahi diri untuk bisa
memberdayakan zakat dengan baik dan optimal.
3. Revitalisasi OPZ akan menempatkan zakat sebagai
gerakan alternatif bagi pemberdayaan ekonomi umat,
di mana hal ini berimplikasi pada penguatan ekonomi
bangsa.

B. Saran-Saran
1. Dibutuhkan kebijakan yang menyeluruh untuk
melakukan perubahan dalam diri OPZ.
2. Dibutuhkan keterlibatan semua pihak dalam
pemberdayaan zakat sebagai gerakan pemberdayaan
ekonomi umat.
3. OPZ harus bisa mensinergikan operasionalnya dengan
instansi dan lembaga terkait agar zakat bisa masuk
dalam sistem ketahanan ekonomi bangsa.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 14 7


Lamp iran

PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 23 TAHUN 2011
TENTANG
PENGELOLAAN ZAKAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap


penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu;
b. bahwa menunaikan zakat merupakan kewajiban
bagi umat Islam yang mampu sesuai dengan
syariat Islam;
c. bahwa zakat merupakan pranata keagamaan
yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan
dan kesejahteraan masyarakat;
d. bahwa dalam rangka meningkatkan dayaguna
dan hasil guna, zakat harus dikelola secara
melembaga sesuai dengan syariat Islam;
e. bahwa Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Zakat sudah tidak sesuai
dengan perkembangan kebutuhan hukum
dalam masyarakat, sehingga perlu diganti;

148 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf.b, huruf c, huruf
d, dan huruf e perlu membentuk Undang-
Undang tentang Pengelolaan Zakat;
Mengingat: Pasal 20, Pasal 21, Pasal 29, dan Pasal 34 ayat (1)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA


dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:
Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PENGELOLAAN
ZAKAT.
BABI
KETENTUAN UMUM

Pasal1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian,
dan pendayagunaan zakat.
2. Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang
muslim a tau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya sesuai dengan syariat Islam.
3. Infak adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau
badan usahan di luar zakat untuk kemaslahatan umum.
4. Sedekah adalah harta atau nonharta yang dikeluarkan oleh

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 149


seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk kemaslahatan
umum.
5. Muzaki adalah seorang muslim atau badan usaha yang
berkewajiban menunaikan zakat.
6. Mustahik adalah orang yang berhak menerima zakat.
7. Badan Amil Zakat Nasional yang selanjutnya disebut BAZNAS
adalah lembaga yang melakukan pengelolaan zakat secara
nasional.
8. Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disebut LAZ adalah
Lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas
membantu pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan
zakat.
9. Unit Pengumpul Zakat yang selanjutnya disebut UPZ adalah
satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk
membantu mengumpulkan zakat.
10. Setiap orang adalah orang perseorangan atau badan hukum.
11. Hak Amil adalah bagian tertentu dari zakat yang dapat
dim<;1nfaatkan untuk biaya operasional dalam pengelolaan
zakat sesuai dengan syariat Islam.
12. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang agama.

Pasal2
Pengelolaan zakat berasaskan:
a. syariat Islam;
b. amanah;
c. kemanfaatan;
d. keadilan;
e. kepastian hukum;
f. terintegrasi; dan
g. akuntabilitas.

150 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


Pasal3
Pengelolaan zakat bertujuan:
a. meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat; dan
b. meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

Pasal4
(1) Zakat meliputi zakat mal dan zakat fitrah.
(2) Zakat mal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. emas, perak, dan logam mulia lainnya;
b. uang dan surat berharga lainnya;
c. perniagaan;
d. pertanian, perkebunan dan kehutanan;
e. peternakan dan perikanan;
f. pertambangan;
g. perindustrian;
h. pendapatan dan jasa; dan
i. rikaz.
(3) Zakat mal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan
harta yang dimiliki oleh muzaki perseorangan atau badan
us aha.
(4) Syarat dan tata cara penghitungan zakat mal dan zakat fitrah
dilaksanakan sesuai dengan syariat Islam.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara
penghitungan zakat mal dan zakat fitrah sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) akan diatur dengan Peraturan Menteri.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 151


BAB II
BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

Bagian Kesatu
Urn urn

PasalS
(1) Untuk melaksanakan pengelolaan zakat, Pemerintah
membentuk BAZNAS.
(2) BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkedudukan
di ibu kota negara.
(3) BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat mandiri dan
bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri.

Pasal6
BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas
pengelolaan zakat secara nasional.

Pasal 7
(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6, BAZNAS menyelenggarakan fungsi:
a. perencanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat;
b. pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat;
c. pengendalian pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat;
d. pelaporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan
pengelolaan zakat.
(2) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS dapat

152 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


bekerjasama dengan pihak terkait sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
(3) BAZNAS melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya secara
tertulis kepada Presiden melalui Menteri dan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia paling sedikit 1 (satu)
kali dalam 1 (satu) tahun.

Bagian Kedua
Keanggotaan

Pasal8
(1) BAZNAS terdiri atas 11 (sebelas) orang anggota.
(2) Keanggotaan BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas 8 (delapan) orang dari unsur masyarakat dan 3
(tiga) orang dari unsur pemerintah.
(3) Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri
atas unsur ulama, tenaga profesional, dan tokoh masyarakat
Islam.
(4) Unsur Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
ditunjuk dari kementerianfinstansi yang berkaitan dengan
pengelolaan zakat.
(5) BAZNAS dipimpin oleh seorang ketua dan seorang wakil ketua.

Pasal9
Masa kerja anggota BAZNAS dijabat selama 5 (lima) tahun dan
dapat dipilih kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.

Pasal10
(1) Anggota BAZNAS diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
atas usul Menteri.
(2) Anggota BAZNAS dari unsur masyarakat diangkat oleh

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 153


Presiden atas usul Menteri setelah mendapat pertimbangan
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.
(3) Ketua dan Wakil Ketua BAZNAS dipilih oleh anggota.

Pasalll
Persyaratan untuk dapat diangkat sebagai anggota BAZNAS
sebagaimana dimaksud dalam PasallO paling sedikit harus:
a. warga negara Indonesia;
b. beragama Islam;
c. bertakwa kepada Allah SWT;
d. berakhlak mulia;
e. berusia minimal40 (empat puluh) tahun;
f. sehat jasmani dan rohani;
g. tidak menjadi anggota partai politik;
h. memiliki kompetensi di bidang pengelolaan zakat; dan
i. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana
kejahatan yang dian cam dengan pi dana penjara paling singkat
5 (lima) tahun.

Pasal12
Anggota BAZNAS diberhentikan apabila:
a. meninggal dunia;
b. habis masa jabatan;
c. mengundurkan diri;
d. tidak dapat melaksanakan tugas selama 3 (tiga) bulan secara
terus menerus; atau
e. tidak memenuhi syarat lagi sebagai anggota.

154 Panduan Organisasi Penge/o/a Zakat


Pasal13
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengangkatan dan
pemberhentian anggota BAZNAS sebagaimana dimaksud dalam
Pasal10 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasa114
(1) Dalam melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibantu oleh
sekretariat.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata kerja
sekretariat BAZNAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

Bagian Ketiga
BAZNAS Provinsi Dan BAZNAS KabupatenjKota

Pasal15
(1) Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan zakat pada tingkat
provinsi dan kabupatenjkota dibentuk BAZNAS provinsi dan
BAZNAS kabupatenjkota.
(2) BAZNAS provinsi dibentuk oleh Menteri atas usul gubernur
setelah mendapat pertimbangan BAZNAS.
(3) BAZNAS kabupatenjkota dibentuk oleh Menteri atau pejabat
yang ditunjuk atas usul bupatijwalikota setelah mendapat
pertimbangan BAZNAS.
(4) Dalam hal gubernur a tau bupatijwalikota tidak mengusulkan
pembentukan BAZNAS provinsi atau BAZNAS kabupatenj
kota, Menteri atau pejabat yang ditunjuk dapat membentuk
BAZNAS provinsi atau kabupatenjkota setelah mendapat
pertimbangan BAZNAS.
(5) BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupatenjkota melaksanakan
tugas dan fungsi BAZNAS di provinsi atau kabupatenjkota
masing-masing.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 155


Pasal16
(1) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS, BAZNAS
pro.vinsi, BAZNAS kabupatenfkota dapat membentuk UPZ
pada instansi pemerintah, badan usaha milik negara, badan
usaha milik daerah, perusahaan swasta, dan perwakilan
Republik Indonesia di luar negeri serta dapat membentuk UPZ
pada tingkat kecamatan, kelurahan atau nama lainnya, dan
tempat lainnya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan tata kerja
BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupaten/Kota diatur dengan
Peraturan Pemerintah.

Bagian Keempat
Lembaga Amil Zakat

Pasal17
Untuk membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat, masyarakat dapat
membentuk LAZ.

Pasal18
(1) Pembentukan LAZ wajib mendapat izin Menteri atau pejabat
yang ditunjuk oleh Menteri.
(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan
apabila memenuhi persyaratan paling sedikit:
a. terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang
mengelola bidang pendidikan, dakwah, dan sosial;
b. berbentuk lembaga berbadan hukum;
c. mendapat rekomendasi dari BAZNAS;
d. memiliki pengawas syariat;
e. memiliki kemampuan teknis, administratif dan keuangan
untuk melaksanakan kegiatannya;

156 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


f. bersifat nirlaba;
g. memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi
kesejahteraan umat; dan
h. bersedia diaudit syariah dan diaudit keuangan secara
berkala.

Pasal 19
LAZ wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit
kepada BAZNAS secara berkala.

Pasal20
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan organisasi,
mekanisme perizinan, pembentukan perwakilan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban LAZ diatur dengan Peraturan Pemerintah.

BAB III
PENGUMPULAN, PENDISTRIBUSIAN,
PENDAYAGUNAAN, DAN PELAPORAN

Bagian Kesatu
Pengumpulan

Pasal21
(1) Dalam rangka pengumpulan zakat, muzaki melakukan
penghitungan sendiri atas kewajiban zakatnya.
(2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri kewajiban zakatnya,
muzaki dapat meminta bantuan BAZNAS.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 15 7


Pasal22
Zakat yang dibayarkan oleh muzaki kepada BAZNAS atau LAZ
dikurangkan dari penghasilan kena pajak.

Pasal23
(1) BAZNAS atau LAZ wajib memberikan bukti setoran zakat
kepada setiap muzaki.
(2) Bukti setoran zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan sebagai pengurang penghasilan kena pajak.

Pasal24
Lingkup kewenangan pengumpulan zakat oleh BAZNAS, BAZNAS
provinsi, dan BAZNAS kabupatenjkota diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

Bagian Kedua
Pendistribusian

Pasal25
Zakat wajib didistribusikan kepada mustahik sesuai syariat Islam.

Pasal26
Pendistribusian zakat, sebagaimana dimaksud dalamPasal 25
dilakukan berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan
prinsip pemerataan, keadilan, dan kewilayahan.

158 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


Bagian Ketiga
Pendayagunaan

Pasal27
(1) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam
rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas
urn at.
(2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar
mustahik telah terpenuhi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk
usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri.

Bagian Keempat
Pengelolaan lnfak, Sedekah,
Dan Dana Sosial keagamaan Lainnya

Pasal28
(1) Selain menerima zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima
infak, sedekah, dan dana social keagamaan Iainnya.
(2) Pendistribyusian dan pendayagunaan infak, sedekah, dan
dana sosial keagamaan lainnya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan
sesuai dengan peruntukkan yang diikrarkan oleh pemberi.
(3) Pengelolaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan
lainnya harus dicatat dalam pembeukuan tersendiri.

Bagian Kelima
Pelaporan

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 159


Pasal29
(1) BAZNAS kabupatenjkota wajib menyampaikan pelaksanaan
pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan
lainnya kepada BAZNAS provinsi dan pemerintah daerah
secara berkala.
(2) BAZNAS provinsi wajib menyampaikan laporan pelaksanaan
pengelolaan zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan
lainnya kepada BAZNAS dan pemerintah daerah secara berkala.
(3) LAZ wajib menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan
zakat, infak, sedekah dan dana sosial keagamaan lainnya
kepada BAZNAS dan pemerintah daerah secara berkala.
(4) BAZNAS wajib menyampaikan laporan pelaksanaan
pengelolaan zakat, infak, se<;iekah dan dana sosial keagamaan
lainnya kepada Menteri secara berkala.
(5) Laporan neraca tahunan BAZNAS diumumkan melalui media
cetak atau media elektronik.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan BAZNAS
kabupatenjkota, BAZNAS provinsi, LAZ, dan BAZNAS diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

BAB IV
PEMBIAYAAN

Pasal30
Untuk melaksanakan tugasnya, BAZNAS dibiayai dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan Hak Amil.

Pasal31
(1) Dalam melaksanakan tugasnya, BAZNAS provinsi dan BAZNAS
kabupatenfkota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat
(1), dibiayai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
dan Hak Amil.

160 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


(2) Selain pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupatenjkota dapat dibiayai
dengan Anggaran Pendapatan Belanja Negara.

Pasal32
LAZ dapat menggunakan hak amil untuk membiayai kegiatan
operasional.

Pasal33
(1) Pembiayaan BAZNAS dan penggunaan Hak Amil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 30, Pasal 31 ayat (1), dan Pasal 32
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3)
dan pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 dan
Pasal 31 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

BABV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal34
(1) Menteri melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
BAZNAS, BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupatenjkota, dan LAZ.
(2) Gubernur dan Bupati/Walikota melaksanakan pembinaan dan
pengawasan terhadap BAZNAS provinsi, BAZNAS kabupaten/
kota, dan LAZ sesuai dengan kewenangannya.
(3) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
meliputi fasilitasi, sosialisasi, dan edukasi.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 161


BABVI
PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal35
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam pembinaan dan
pengawasan terhadap BAZNAS dan LAZ.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dalam rangka:
a. meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menunaikan
zakat melalui BAZNAS dan LAZ; dan
b. memberikan saran untuk peningkatan kinerja BAZNAS
dan LAZ.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dalam bentuk :
a. akses terhadap informasi tentang pengelolaan zakat yang
dilakukan oleh BAZNAS dan LAZ; dan
b. penyampaian informasi apabila terjadi penyimpangan
dalam pengelolaan zakat yang dilakukan oleh BAZNAS dan
LAZ.

BAB VII
SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal36
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 19, Pasal 23 ayat (1), Pasal 28 ayat (2) dan ayat
(3), serta Pasal29 ayat (3) dikenai sanksi administratifberupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara dari kegiatan; danfatau
c. pencabutan izin.

162 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administrasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

BAB VIII
LARANGAN

Pasal37
Setiap orang dilarang melakukan tindakan memiliki, menjaminkan,
menghibahkan, menjual, danjatau mengalihkan zakat, infak,
sedekah, danjatau dana sosial keagamaan lainnya yang ada dalam
pengelolaannya.

Pasal38
Setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak selaku ami! zakat
melakukan pengumpulan, pendistribusian, atau pendayagunaan
zakat tanpa izin pejabat yang berwenang.

BAB IX
KETENTUAN PIDANA

Pasal39
Setiap orang yang dengan sengaja melawan hukum tidak
melakukan pendistribusian zakat sesuai dengan ketentuan Pasal
25 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
danjatau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah).

Pasal40
Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal37 dipidana dengan

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 163


pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun danjatau pidana denda
paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal41
Setiap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 38 dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun danjatau pidana
denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

Pasal42
(1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 dan
Pasal 40 merupakan kejahatari.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
merupakan pelanggaran.

BABX
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal43
(1) Badan Amil Zakat Nasional yang telah ada sebelum Undang-
Undang ini berlaku tetap menjalankan tugas dan fungsi sebagai
BAZNAS berdasarkan Undang-Undang ini sampai terbentuknya
BAZNAS yang baru sesuai dengan Undang-Undang ini.
(2) Badan Amil Zakat Daerah provinsi dan Badan Amil Zakat
Daerah kabupatenjkota yang telah ada sebelum Undang-
Undang ini berlaku tetap menjalankan tugas dan fungsi sebagai
BAZNAS provinsi dan BAZNAS kabupatenjkota berdasarkan
Undang-Undang ini sampai terbentuknya kepengurusan baru
berdasarkan Undang-Undang ini.
(3) LAZ yang telah dikukuhkan oleh Menteri sebelum Undang-
Undang ini berlaku dinyatakan sebagai LAZ berdasarkan
Undang-Undang ini.

164 Panduan Organisasi Pengelola Zakat


(4) LAZ sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib menyesuaikan
diri paling lambat 5 (lima) tahun terhitung sejak Undang-
Undang ini diundangkan.

BABXI
KETENTUAN PENUTUP

Pasal44
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua Peraturan
Perundang-undangan tentang Pengelolaan Zakat dan peraturan
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat (Lembaran Negera Republik Indonesia Tahun
1999 Nomor 164; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3885) dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

Pasal45
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 164; Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885) dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal46
Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan
paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini
diundangkan.

Pasal47
Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Panduan Organisasi Pengelola Zakat 165


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal25 November 2011
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal25 November 2011
MENTER! HUKUM DAN HAK ASASI MANUS lA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2011


NOMOR 115

Salinan sesuai dengan aslinya


KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGERA RI
Asisten Deputi Perundang-undangan
Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,

ttd.

Wisnu Setiawan

166 Panduan Organisasi Pengelola Zakat

Anda mungkin juga menyukai