Halaman
DAFTAR i
ISI...................................................................................................
KATA iii
PENGANTAR ...................................................................................
BAB I 1
PENDAHULUAN.........................................................................
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 9
C. Tujuan dan manfaat penelitian ................................................. 9
Artinya: Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang
meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian." (QS. adz-
Dzariyat/51: 19).5
Artinya: “Apa saja harta rampasan yang diberikan Allah kepada RasulNya yang
berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk
Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-
orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara
orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul
kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
amat keras hukumannya” (QS al Hasyr' ayat 7).13
A. Rumusan Masalah
Permasalahan merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin dicarikan jawabannya. Bertitik tolak
pada keterangan itu, maka yang menjadi pokok permasalahan:
1. Bagaimana konsep distribusi pendapatan perspektif M. Abdul Mannan?
2. Bagaimana relevansi konsep distribusi perspektif M. Abdul Mannan
dengan ekonomi kontemporer?
BAB III
DISTRIBUSI PENDAPATAN DALAM SISTEM EKONOMI ISLAM
A. Distribusi
1. Pengertian Distribusi
dari sesuatu tersebut maka ia butuh atau perlu untuk dialokasikan melalui proses
pertukaran tersebut dilakukan melalui pasar.
Bagi sosiolog, proses yang dikatakan ekonom tersebut terjadi dalam suatu
jaringan hubungan sosial interpersonal. Jadi, distribusi dapat dimengerti sebagai
suatu perangkat hubungan sosial yang melaluinya orang mengalokasikan barang
dan jasa yang dihasilkan. Distribusi juga menunjuk suatu proses alokasi dari
produksi barang dan jasa sampai ketangan konsumen atau proses konsumsi.
Dengan demikian distribusi merupakan proses yang mengantarai produksi barang
dan jasa dengan proses konsumsinya.37
Dalam literatur ekonomi, istilah distribusi memiliki dua konotasi, yaitu;
pertama; distribusi yang dikaitkan dengan produksi (distribusi produksi) atau
kelanjutan dari kegiatan produksi. Kedua; distribusi yang dikaitkan dengan
pemerataan pendapatan (income distribution). Sebagai kelanjutan dari produksi,
distribusi adalah berbagai strategi yang dilakukan (marketing strategy) agar
produk yang dihasilkan dapat sampai ketangan konsumen dengan jumlah, tempat
dan waktu yang tepat. Jadi distribusi produksi adalah kajian menyangkut
penempatan lokasi usaha, lokasi target pasar, bagaimana cara mencapai target
pasar, penempatan gudang dan pengangkutan produk.38
Yusuf Qardhawi menjelaskan distribusi dalam ekonomi kapitalis terfokus
pada pasca produksi, yaitu pada konsekuensi proses produksi bagi setiap proyek
dalam bentuk uang ataupun nilai, lalu hasil tersebut didistribusikan pada
komponen-komponen produksi yang berandil dalam memproduksinya, yaitu
empat komponen berikut:
1. Upah, yaitu upah bagi para pekerja, dan sering kali dalam hal upah, para
pekerja diperalat desakan kebutuhannya dan diberi upah di bawah
standar.
2. Bunga, yaitu bunga sebagai imbalan dari uang modal (interest on
capital) yang diharuskan pada pemilik proyek.
3. Ongkos, yaitu ongkos untuk sewa tanah yang dipakai untuk proyek; dan
4. Keuntungan, yaitu keuntungan (profit) bagi pengelola yang
menjalankan praktek pengelolaan proyek dan manajemen proyek, dan ia
bertanggung jawab sepenuhnya.
2. Jenis Distribusi
Para ahli ekonomi pada umumnya membedakan antara dua ukuran utama
dari distribusi pendapatan baik untuk tujuan analisis maupun kuantitatif yaitu:
a. Distribusi Pendapatan Perseorang
Distribusi Pendapatan perseorangan memberikan gambaran tentang
distribusi pendapatan yang diterima oleh individu/perorangan termasuk
pula rumah tangga. Dalam konsep ini, yang diperhatikan adalah seberapa
banyak pendapatan yang diterima oleh seseorang, tidak dipersoalkan cara
yang dilakukan oleh individu/rumah tangga untuk memperoleh
pendapatannya, banyaknya anggota rumah tangga yang mencari
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga serta apakah
penghasilan tersebut berasal dari bekerja atau sumber lainnya seperti
bunga, hadiah, keuntungan maupun warisan. Demikian pula tempat dan
sektor sumber pendapatan pun turut diabaikan.
b. Distribusi Pendapatan Fungsional
Distribusi Pendapatan Fungsional mencoba menerangkan bagian
dari pendapatan yang diterima oleh tiap faktor produksi.Faktor-faktor
produksi tersebut terdiri dari tanah (SDA), tenaga kerja, dan
modal.Pendapatan didistribusikan sesuai dengan fungsinya, seperti buruh
menerima upah, pemilik tanah menerima sewa, dan pemilik modal
menerima bunga serta laba.Jadi setiap faktor produksi memperoleh
imbalan sesuai dengan distribusinya pada produksi nasional, tidak lebih
dan tidak kurang.
41
Ibid, h. 213
3. Distribusi Dalam Islam
Distribusi merupakan salah satu aktivitas perekonomian manusia, di
samping produksi dan konsumsi. Dorongan al-Qur'an pada sektor distribusi
telahdijelaskan secara eksplisit. Ajaran Islam menuntun kepada manusia untuk
menyebarkan hartanya agar kekayaan tidak menumpuk pada segolongan kecil
masyarakat saja. Pendistribusian harta yang tidak adil dan merata akan membuat
orang yang kaya bertambah kaya dan yang miskin semakin miskin. Sebagai salah
satu aktivitas perekonomian, distribusi menjadi bidang kajian terpenting dalam
perekonomian.
Distribusi menjadi posisi penting dari teori mikro Islam sebab pembahasan
dalam bidang distribusi ini tidak berkaitan aspek sosial dan politik sehingga
menjadi perhatian bagi aliran pemikir ekonomi Islam dan konvensional sampai
saat ini.42
Dalam perspektif Ekonomi Islam distribusi memiliki makna yang luas,
yaitu mencakup pengaturan kepemilikan, unsur-unsur produksi dan sumber-
sumber kekayaan. Oleh karena itu, distribusi merupakan permasalahan utama
dalam Ekonomi Islam, karena distribusi memiliki hubungan erat dengan tingkat
kesejahteraan suatu masyarakat. Adapun kesejahteraan dalam Ekonomi Islam
diukur berdasarkan prinsip pemenuhan kebutuhan setiap individu masyarakat,
bukan atas dasar penawaran dan permintaan, pertumbuhan Ekonomi, cadangan
devisa, nilai mata uang ataupun indeks harga-harga di pasar non-riil, sebagaimana
dialami dalam sistem Ekonomi Kapitalisme. Hal ini juga dipengaruhi oleh
pandangan para Ekonom Kapitalis tentang masalah utama dalam Ekonomi, yaitu
produksi.43
Dalam al-Quran ada beberapa ayat yang mengisyaratkan mengandung
maknadistribusi, diantaranya yaitu:
a. Kata Dawlah
Secara etimologi, kata al-dulah dan al-dawlah adalah lafazh
sinonim, berakar kata dengan huruf-huruf dal-waw-lam. Al-daulah
merupakan suatu isim (kata benda)yang zatnya terus berputar, sedangkan
al-dulah adalah mashdar. Firman Allah SWT“…agar harta itu tidak hanya
berputar (tersirkulasi) di antara orang kaya saja”. Tadawala al-qaum kadza
artinya sekelompok orang mendapatkan sesuatu sesuai dengan gilirannya.
Dawalallahu kadza bainahum artinya Allah menggilirkan hal tersebut di
antara mereka. Firman Allah “Masa (kejayaan dan kehancuran di antara
manusia (agar mereka mendapat pelajaran)”.44
Kata dulat dalam surah al-Hasyar ayat 7 menunjukkan makna
distribusi hartadan terkait dengan petunjuk Allah swt. bagaimana
seharusnya harta kekayaan itu dikelola agar pemerataan terwujud di
masyarakat. Kekayaan itu harus dibagi-bagikan kepada seluruh kelompok
masyarakat dan bahwa harta kekayaan itu “tidak boleh menjadi suatu
komoditas yang peredarannya terbatas di antara orang-orang kaya saja”.45
Kalimat dulatan baina agniya dimaksudkan sebagai milkan
mutadawalanbainahum khassah (harta yang tersirkulasi khusus
dikalangan mereka, maksudnya orang-orang kaya).46 Al-adulah adalah
harta yang berputar di kalangan manusia dan beredar dari tangan ke
tangan.47
44
Ragib al-Asfahaniy, Mu’jam Mufradat al-Fazh al-Quran. (Beirut: Dar al-Fikr, TT), h.
176.
45
Afzalurrahman, Muhammad sebagai Seorang Pedagang. h. 286.
46
Hasanain muhammad Machluf, Kalimat al-Quran. Tafsir wa bayan. (Cairo: Dar al-Fikr,
1956), h.204.
47
Muhammad Husain Thabathaba‟i, Tafsir Mizan. Juz 17. (Dar al-Kutub al-Islamiyah,
1342), h. 334
terhadap orang-orang miskin tidak diterima oleh Islam, akan tetapi
seharusnya dari orang-orang yang kaya mengeluarkan dan mengedarkan
hartanya terhadap sesama manusia serta memberikan haknya kepada
orang-orangg miskin agar terwujud suatu pemerataan dalam menikmati
anugrah Allah swt. kepada seluruh lapisan masyarakat.
b. Kata Nudawiluha
Kata nudawiluha bermakna “Kami pergilirkan”. Allah Swt
berfirman dalam surahAli Imran/3: 140. Al-Quran yang penuh dengan
rekaman sejarah umat manusia terdahulu, memberikan penjelasan kepada
kaum muslimin pada masa awal sejarah Islam, semangat yang tinggi untuk
mempelajari sejarah. Al-Quran melukiskan kehidupan manusia, peradaban
dan jatuh bangunnya bangsa dan Negara dan memberi peringatan kepada
manusia bahwa kehidupan diatas bumi pada suatu ketika akan berakhir dan
manusia kembali kepada Tuhan-Nya. Bangsa-bangsa telah datang dan
pergi, muncul dan lenyap, kecuali Allah yang kekal dan abadi. Menurut
ayat ini hukum Allah akan berlaku bahwa keruntuhan suatu umat terjadi
apabila ia lalai mempelajari fakta sejarah orang-orang terdahulu dan puing-
puing kehancurannya. Ketika mengomentari ayat-ayat ini, Ali mengatakan
bahwa keberhasilan dan kegagalan didunia ini datang silih berganti,dan
kita tidak boleh menggerutu karena kita tidak mengetahui tentang apa
rencana Tuhan.48
a. Kata Tawzi’
Kata ini disebutkan lima kali dalam tiga surah Makkiyah, masing-
masing: surat an-Naml tiga kali, Fushshilat satu kali, dan dalam surah al-
Ahqaf satu kali. Kata at tawzi’ berasal dari huruf waw-zai-a’in.
Dikatakanwaza’tuhu ‘an kadza wa kafaftuhu: Aku menahan dan
48
Abdullah Yusuf Ali, The Glorious Kur’an. Translation and Commentary. (Bairut: Dar al-
Fikr, 1938), h. 158
mencegahnya dari sesuatu. Allah berfirman: wa husyira… sampai dengan
fahum yuuza’un. Maka perkataan Yuza’un mengisyaratkan (menunjukkan)
bahwa pasukan yang besar tersebut tidak terlantar dan tidak bercerai-berai
sebagaimana layaknya pasukan yang besar tetapi tetap tunduk dan patuh
pada perintah komando.
Ada pula yang menafsirkan kata yuza’un dengan yang pertama
diantara mereka ditahan atas yang akhir (dibariskan/dijajarkan) dengan
rapi. Dan firman Allah wa yauma yuhsyaru… sampai dengan fahum
yuza’un. Kata waz‟un disini memiliki makna al-‘uqubah (hukuman)
sebagaimana firman Allah swt “Dan bagi mereka belenggu (yang terbuat)
dari besi”. Dan firman Allah Rabbi awzi’ni ‘an asykura nikkmataka
sebagian ulama berpendapat kata awzi‟ni memiliki pengertian alhimni
(berilah aku ilham) yang dijelmakan dalam kalimat awlini zalika waj’alni
bihatsu‘uzi’a nafsii ‘anil kufran (berilah aku ilham dan jadikanlah aku
sebagaimana dijauhkannya diriku dari kekafiran). 49
b. Kata Taswiq
Kata ini disebutkan empat kali masing-masing dalam surah al-
Furqan dua kali, Shad satu kali dalam periode Makkiyah dan satu kali
terdapat surah al-fath yang diturunkan di Madinah, Madaniyah. Kata
Taswiq50 berasal dari kata suuq terdiri atas huruf sin-waw-qaf, yangberarti
mendorong, menolak, mengiring sesuatu. As-suq juga memiliki pengertian
pasar, karena segala sesuatu digiring menuju ketempat itu dan jamak dari
kata suq adalah aswaq.
Pasar adalah tempat atau keadaan yang mempertemukan antara
permintaan (pembeli) dengan penawaran (penjualan) untuk setiap jenis
barang, jasa, atausumberdaya.51 Pasar adalah suatu mekanisme pertukaran
yang mempertemukan para penjual dan pembeli suatu produk, faktor
49
Wahbah Zuhaili. al-Tafsir al-Mizan fi al-Aqidah wa al-Syariah wa al-Manhaj. Juz. 3. (Beirut:
Dar al-Fikr, 1991)
50
Wahbah Zuhaili. Al-Tafsir al-Mizan, Juz 19, h. 271
51
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islam, (Jakarta:IIIT Indonesia, 2003), h.8
produksi, atau surat berharga.52 Paraekonom umumnya mendefinisikan
sebuah pasar sebagai kelompok produk yang dipandang sebagai substitusi
antara satu dengan yang lainnya oleh para konsumen. Salah satu
bentuknya hal-hal yang dilarang Allah seperti curang dalam menakar,
menimbang atau menipu kualitas harga atau barang.
B. Pendapatan
1. Pengertian Pendapatan
Dalam kamus besar bahasa indonesia pendapatan adalah hasil kerja (usaha
atau sebagainya).53 Sedangkan pendapatan dalam kamus manajemen adalah uang
yang diterima oleh peroragan, perusahaan dan organisasi lain dalam bentuk upah,
gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos dan laba.54
Pendapatan menurut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat
dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan mengharapkan keadaan
yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitik
beratkan pada total kuantitatif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu
periode. Dengan kata lain, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode
ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya
yang dikonsumsi. Defenisi pendapatan menurut ilmu ekonomi menutup
kemungkinan perubahan penilaian yang bukan diakibatkan perubahan modal dan
hutang.55
Pendapatan seseorang juga dapat di defenisikan sebagai banyaknya
penerimaan yang dinilai dengan satuan mata uang yang dapat dihasilkan
seseorang atau suatu bangsa dalam suatu periode tertentu. Reksopriyatno
mendefenisikan pendapatan dapat diartikan sebagai total penerimaan yang
diperoleh pada periode tertentu.56
Rumah tangga adalah pemilik berbagai faktor produksi yang tersedia
dalam perekonomian. Sektor ini menyediakan tenaga kerja dan tenaga usahawan,
selain itu sektor ini memiliki faktor-faktor yang lain yaitu barang-barang modal,
kekayaan alam, dan harta tetap seperti tanah, dan bangunan. Mereka akan
menawarkan faktor-faktor produksi ini kepada sektor perusahaan sebagai balas
jasa terhadap penggunaan berbagai jenis pendapatan kepada sektor rumah tangga.
Tenaga kerja menerima gaji dan upah, dan pemilik keahlian kewirausahaan
menerima keuntungan.
Berbagai jenis pendapatan akan digunakan oleh rumah tangga untuk
tujuan mereka. Diantaranya adalah untuk membeli berbagai barang ataupun jasa
yang diperlukannya. Dalam perekonomian yang relatif masih rendah
perkembangannya, sebagian besar pendapatan yang dibelanjakan tersebut
digunakan untuk membeli makanan dan pakaian, yaitu keperluan sehari-hari yang
paling pokok. Pada tingkat perkembangan ekonomi yang lebih maju pengeluaran
untuk makanan dan pakaian bukan lagi merupakan bagian yang terbesar dari
pengeluaran rumah tangga. Pengeluaran-pengeluaran lain seperti untuk
pendidikan untuk pengangkutan, perumahan dan rekreasi menjadi sangat penting.
Disamping dibelanjakan, pendapatan yang diterima oleh rumah tangga akan
disimpan atau di tabung. Penabungan ini dilakukan untuk memperoleh
keuntungan atau dividen. Tabungan ini juga berfungsi sebagai cadangan dalam
menghadapi berbagai kesusahan dimasa yang akan datang.57
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah sebagai
jumlah penghasilan yang diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka
waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang telah
disumbangkan.
Pendapatan masyarakat adalah penerimaan dari gaji atau balas jasa dari
hasil usaha yang diperoleh individu atau kelompok rumah tangga dalam satu
bulan dan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Sedangkan pendapatan dari
usaha sampingan adalah pendapatan tambahan yang merupakan penerimaan lain
dari luar aktivitas pokok atau pekerjaan pokok. Pendapatan sampingan yang
diperoleh secara langsung dapat digunakan untuk menunjang atau menambah
pendapatan pokok.
Soekartawati menjelaskan pendapatan akan mempengaruhi banyaknya
barang yang dikonsumsikan, bahwa sering kali dijumpai dengan bertambahnya
pendapatan, maka barang yang dikonsumsi bukan saja bertambah, tapi kualitas
barang tersebut ikut jadi perhatian. Misalnya sebelum adanya penambahan
pendapatan beras yang dikonsumsikan adalah kualitas yang kurang baik, akan
tetapi setelah adanya penambahan pendapatan maka konsumsi beras menjadi
kualitas yang lebih baik.58
Tingkat pendapatan merupakan salah satu kriteria maju tidaknya suatu
daerah. Bila pendapatan suatu daerah relatif rendah, dapat dikatakan bahwa
kemajuan dan kesejahteraan tersebut akan rendah pula. Demikian pula halnya bila
pendapatan masyarakat suatu daerah relatif tinggi, maka tingkat kesejahteraan dan
kemajuan daerah tersebut tinggi pula.59
Tinggi rendahnya pengeluaran sangat tergantung kepada kemampuan
keluarga dalam mengelola penerimaan atau pendapatannya. Selain itu,
pengalaman berusaha juga mempengaruhi pendapatan. Semakin baiknya
pengalaman berusaha seseorang maka semakin berpeluang dalam meningkatkan
pendapatan. Karena seseorang atau kelompok memiliki kelebihan keterampilan
dalam meningkatkan aktifitas sehingga pendapatan turit meningkat. Usaha
meningkatkan pendapatan masyarakat dapat dilakukan dengan pemberantasan
kemiskinan yaitu membina kelompok masyarakat dapat dikembangkan dengan
pemenuhan modal kerja, ketepatan dalam penggunaan modal kerja diharapkan
dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan usaha sesuai dengan yang
diharapkan sehingga upaya peningkatan pendapatan masyarakat dapat terwujud
dengan optimal.
2. Sumber Pendapatan
Pemenuhan kebutuhan pokok harus dilakukan lewat upaya-upaya individu
itu sendiri. Penekanan kewajiban personal bagi setiap muslim untuk memperoleh
penghidupannya sendiri dan keluarganya, tanpa terpenuhi kebutuhan ini, seorang
muslim tidak akan dapat mempertahankan kondisi kesehatan badan dan
mentalnya serta efisiensinya yang diperlukan untuk melaksanakan kewajiban
ubudiyahnya.60
Ibnu sina berpendapat bahwa adanya harta milik pribadi pada umumnya
berasal dari dua jalan, yaitu:
a. Harta warisan, yaitu harta yang diterima dari keluarga yang meninggal.
b. Harta usaha, yaitu harta yang diperoleh dari hasil bekerja. Lain halnya
dengan harta warisan, untuk memperoleh harta seseorang harus bekerja
keras untuk memperoleh harta agar dapat terus hidup. Terdapat perbedaan
besar antara pekerja intelektual dan pekerja kasar, pekerja terampil denga
pekerja yang tidak terampil. Akibatnya, tingkat keseimbangan pendapatan
di antara mereka akan berbeda. Perbedaan pendapatan juga bisa timbul
karena perbedaan keuntungan yang bukan berupa uang. Beberapa
pekerjaan lebih menyenangkan dari pekerjaan lainnya. Hal ini disebutkan
dalam surah an-nisa ayat 32. Islam tidak percaya dalam persamaan yang
tetap dalam distribusi kekayaan, karena menghendaki kesempatan bagi
perkembangan bakat masing-masing.61
). م▪سلم: (رواه
َح
م َأ ْن ي▪ْأخ▪َذ لِ▪ َْْل ْج˚)▪ر َصل َعلَْ▪يِ و َن▪َ هى ُس▪ ُو ل
ُ َ َ َع▪ ْن ج▪َاِب▪ر ْب ِن َع▪ْب
. و ِض َأ ُّظ َو ّ اهلل َر ِله ُد ا
َ ْر ُى اهلل
َس▪ل ) م▪سلم: (رواه
Artinya: “Dari Jabir bin Abdullah r.a, ia berkata: “Rasulullah saw. Melarang
pengambilan atau bagian tertentu dari tanah.” (HR: Muslim)
ِع ن ذل
َ ْ َ
memerintahkan kami agar membayar dengan emas atau perak.”(HR:
Abu Daud)
ر
˚ ُجَل: وَقا َل، َمزاب▪َنِ ة َر ُس ُو ل اهلل صلى اهلل عليو وسلم َع ِن اْل ُِم َن▪َ هى
إِن َ َ ُ َحاقَ▪لَ ة
ُ َّ ما يَْ▪ َزر
َواْل: ˚ع َْثلَثة
ب ٍ
َْأ و منِ ُج ˚ل ا ْسَت ْ َِك رى َأ ْر ً ي▪ضازرَف▪ ُه و ور ُ ِم،ر ض َف▪ ه و ي▪ زرع ها
ًضا ب َذ َى ََور عََْأر ما
، َ َُح ُ َ َْ ُ َ َْ َُجَُ ˚ل لَُوَ َأ ن ˚ ْ
َح
b. Upah
Menurut struktur atas legislasi Islam, pendapatan yang berhak diterima,
dapat ditentukan melalui dua metode. Metode pertama adalah ujrah (kompensasi,
imbal jasa, upah), sedangkan yang kedua adalah bagi hasil. Seorang pekerja
berhak meminta sejumlah uang sebagai bentuk kompensasi atas kerja yang
dilakukan. Demikian pula berhak meminta bagian profit atau hasil dengan rasio
bagi hasil tertentu sebagai bentuk kompensasi atas kerja. Sebagaimana dijelaskan
dalam Sunnah.
para tanpa melanggar hak-hak yang sah dari majikan. Dalam perjanjian (tentang
pendapatan) kedua belah pihak diperingatkan untuk bersikap jujur dan adil dalam
semua urusan mereka, sehingga tidak terjadi tindakan aniaya terhadap orang lain
juga tidak merugikan kepentingannya sendiri.
Penganiayaaan terhadap para pekerja berarti bahwa mereka tidak dibayar
secara adil dan bagian yang sah dari hasil kerja sama sebagai jatah dari
pendapatan mereka tidak mereka peroleh, sedangkan yang dimaksud dengan
penganiayaan terhadap majikan yaitu mereka dipaksa oleh kekuatan industri
untuk membayar pendapatan para pekerja melebihi dari kemampuan mereka.
Oleh karena itu al-Quran memerintahkan kepada majikan untuk membayar
pendapatan para pekerja dengan bagian yang seharusnya mereka terima sesuai
kerja mereka, dan pada saat yang sama dia telah menyelamatkan kepentingannya
sendiri. Demikian pula para pekerja akan dianggap penindas jika dengan
memaksa majikan untuk membayar melebihi kemampuannya. Prinsip keadilan
yang sama tercantum dalam surat al-Jaatsiyah ayat 22.
Prinsip dasar ini mengatur kegiatan manusia karena mereka akan diberi
balasan di dunia dan di akhirat. Setiap manusia akan mendapat imbalan dari apa
yang telah dikerjakannya dan masing-masing tidak dirugikan. Ayat ini menjamin
tentang upah yang layak kepada setiap pekerja sesuai dengan apa yang telah
disumbangkan dalam proses produksi, jika ada pengurangan dalam upah mereka
tanpa diikuti oleh berkurangnya sumbangsih mereka, hal itu dianggap
ketidakadilan dan penganiayaan. Ayat ini memperjelas bahwa upah setiap orang
itu harus ditentukan berdasarkan kerjanya dan sumbangsihnya dalam kerja sama
produksi dan untuk itu harus dibayar tidak kurang, juga tidak lebih dari apa yang
telah dikerjakannya.
Meskipun dalam ayat ini terdapat keterangan tentang balasan tehadap
manusia di akhirat kelak, terhadap pekerjaan mereka di dunia, akan tetapi prinsip
keadilan yang disebutkan di sini dapat pula diterapkan kepada manusia dalam
memperoleh imbalannya di dunia ini. Oleh karena itu, setiap orang harus di beri
pendapatan penuh sesuai hasil kerjanya dan tidak seorangpun yang harus
diperlakukan secara tidak adil.Pekerja harus memperoleh upahnya sesuai
sumbangsihnya terhadap produksi. Dengan demikian setiap orang memperoleh
bagiannya dari deviden Negara dan tidak seorangpun yang dirugikan.
Sisi doktrinal (normative) dari teori Islam yang mengikat dan menjelaskan
jenis-jenis perolehan pendapatan yang muncul dari kepemilikan sarana-sarana
produksi, juga untuk menjustifikasi izin serta larangan bagi kedua metode
penetapannya. Norma menyatakan seluruh aturan hukum pada saat penemuannya
atau saat berlakunya adalah perolehan pendapatan (al-Kasb) didasarkan pada kerja
yang dicurahkan dalam aktivitas produksi. Kerja yang tercurah merupakan satu
satunya justifikasi dasar bagi pemberian kompensasi kepada si pekerja dari orang
yang memintanya melakukan pekerjaan itu. Orang yang tidak mencurahkan kerja
tidak beroleh justifikasi untuk menerima pendapatan. Norma ini memiliki
pengertian positif dan negatifnya.
Pada sisi positif, norma ini menggariskan bahwa perolehan pendapatan
atas dasar kerja adalah sah. Sementara pada sisi negatif, norma ini menegaskan
ketidakabsahan pendapatan yang diperoleh tidak atas dasar kerja. Sisi positif
norma ini tercermin dalam aturan aturan tentang pendapatan atau sewa. Aturan-
aturan tersebut mengizinkan pekerja yang jasa kerjanya tercurah pada aktivitas
produksi tertentu untuk menerima upah sebagai kompensasi atas kerja yang
dicurahkan dalam aktivitas produksi itu.
Sisi negatif norma ini menafikan setiap pendapatan yang tidak didasarkan
pada kerja yang tercurah dalam aktivitas produksi. Teks yang termaktub dalam
kitab An-nihayah menyatakan bahwa jika melakukan kerja, maka berhak
memperoleh surplus.Surplus yang diterima itu adalah kompensasi atas kerja.Atas
dasar keterkaitan perolehan pendapatan dengan kerja.
c. Keuntungan
Profit dalam bahasa Arab disebut dengan ar-ribh yang berarti
pertumbuhan dalam perdagangan. Di dalam Almu'jamal-Iqtisadal-Islamiy
disebutkan bahwa Profit merupakan pertambahan penghasilan dalam
perdagangan. Profit kadang dikaitkan dengan barang dagangan itu sendiri. 68 Kata
ini disebut hanya satu kali dalam Al-Quran, yaitu ketika Allah mengecam
tindakan orang-orang munafik: "Mereka itulah orang yang membeli kesesatan
dengan petunjuk, maka tidak lah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah
mereka mendapat petunjuk." (QS. al-Baqarah 2 : 16).
Selain ribh, istilah lain yang terkait dengan keuntungan yaitu al-nama', al-
ghallah, dan al-faidah. Di dalam Tafsir Tematik Konsep Keuntungan dan
implementasinya terhadap penetapan harga dijelaskan bahwa:
1. Nama' yaitu laba dagang (ar-ribh at-tijari) adalah pertambahan pada harta
yang telah dikhususkan untuk perdagangan sebagai hasil dari proses barter
dan perjalanan bisnis. Laba ini dalam kosep akuntansi disebut laba dagang
(ribh tijari)
2. Al-ghalla (laba insidental) yaitu pertambahan yang terdapat pada barang
dagangan sebelum penjualan, seperti wol atau susu dari hewan yang akan
dijual. Pertambahan seperti ini tidak bersumber pada proses dagang dan
tidak pula pada usaha manusia. Pertambahan seperti ini dalam konsep
akuntansi disebut laba yang timbul dengan sendirinya/laba insidental atau
laba minor atau pendapatan marginal atau laba sekunder.
3. Al-faidah (laba yang berasal dari modal pokok) adalah pertambahan pada
barang milik (asal modal pokok) yang ditandai dengan perbedaan antara
harga waktu pembelian dan harga penjualan, yaitu sesuatu yang baru dan
berkembang dari barang-barang milik, seperti susu yang telah diolah yang
berasal dari hewan ternak. Dalam konsep akuntansi disebut laba utama
(primer) atau laba dari pengoperasian modal pokok.69
88
Departemen Agama RI, h.546
89
Ibid, h. 290
90
Ibid, h. 277
2. Prinsip persaudaraan dan kasih sayang
Konsep persaudaraan (ukhuwah) dalam Islam menggambarkan
solidaritas individu dan sosial dalam masyarakat Islam yang tercermin
dalam pola hubungan sesama Muslim. Rasa persaudaraan harus ditanam
dalam hati sanubari umat Islam sehingga tidak terpecah belah oleh
kepentingan duniawi. Distribusi harta kekayaan dalam Islam,
sesungguhnya sangat memperhatikan prinsip ini. Zakat, wakaf, sedekah,
infak, nafkah, waris, dan sebagainya diberikan kepada umat Islam agar
ekonomi mereka semakin baik.91 Prinsip persaudaraan dan kasih sayang ini
digambarkan dalam firman Allah:
97
Ruslan Abdul Ghofur Noor, Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam dan Format Keadilan
Ekonomi di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h. 98.
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(Khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?"
Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui". (Q.S. Al-Baqarah: 30)98
103
Athoilah, Fikih Waris (Metode Pembagian Waris Praktis), (Bandung: Yrama Widya,
2013, ) h. 2.
d. Infak dan sedekah sebagai instrumen distribusi di masyarakat
Instrumen infak dan sedekah sebagai amal kebajikan individu
terhadap masyarakat, akan mendukung terciptanya para profesional yang
dengan ikhlas mau berderma baik harta maupun keahliannya untuk
mengisi tenaga profesional pada lembaga-lembaga yang telah terbentuk
dari hasrat wakaf di atas. Infak dan sedekah akan menciptakan jaminan
sosial yang menyeluruh bagi segenap lapisan masyarakat tanpa
memberatkan masyarakat dengan pajak yang tinggi sebagaimana yang
terjadi pada welfare state (negara kesejahteraan).104
B. Saran-Saran
1. Untuk Pemerintah
Konsep distribusi pendapatan yang di kemukakan oleh Mannan dapat
dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi kesenjangan
yang ada saat ini, dengan menerapkan 12 kebijakan yang ditawarkan
mannan tersebut semoga dapat mengurangi angka kemiskinan, meskipun
tidak dapat dientaskan.
3. Untuk Mahasiswa
Semoga Skirpsi ini dapat dijadikan sebagai satu reverensi yang digunakan
mahasiswa untuk membahas tentang konsep yang sama, atau dapat di
kembangkan lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz , Abdul. Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro, Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2008.
Ali, Abdullah Yusuf . The Glorious Kur’an. Translation and Commentary. Bairut: Dar
al- Fikr, 1938.
Rahman, Abdul dkk. Fiqh Muamalah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010.
Rahman, Afzalur. Doktrin Ekonomi Islam, jil. 2 Yogyakarta: Dana Bakti Wakaf, 1995.
Korten. David C. The Post Corporate World : Life After Capitalism. Terj. A.
Rahman Zainuddin. (Jakarta : Yayasan Obor 1999).
RI. Departemen Agama, Al-Qur‟an dan Terjemahannya Cet. ke-3; Jakarta: Balai
Pustaka 2003.
Machluf, Hasanain muhammad. Kalimat al-Quran. Tafsir wa bayan. Cairo: Dar al-
Fikr, 1956.
Sudarsono, Heri. Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, Yogyakarta: UII, 2004.
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3795632/bps-kemiskinan-
masih-terpusat-di-indonesia-timur.
https://silpiintansuseno7.wordpress.com/2016/05/03/masalah-perekonomian-
distribusi-pendapatan/
https://kandankilmu.org/2017/05/02/economic-analysis-2-ketimpangan-distribusi-
pendapatan-di-indonesia.
Idri, Hadis Ekonomi, Ekonomi dalam Perspektif Hadis Nabi, Jakarta: Kencana,
2015.
Ika Yunia Fauzia, dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqashid al-Syari’ah, Jakarta: Kencana, 2014.
Al-Haritsi, Jaribah Bin Ahmad. Fiqh Ekonomi Umar bin Khattab, Jakarta:
Khalifa, 2010.
Mannan, M. Abdul. Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT. Dana
Bhakti Prima Yasa, 1997, Cet ke 3.
__ , Serikat Wakaf Tunai: Sebuah Inovasi Intrumen Keuangan Islam. Terj.
Tjasmijanto Rozidiyanty Depok: CIBER dan PKKT-UI, 2001 Cet ke I.
Holis, Moh. “Sistem Distribusi Dalam Perspektif Ekonomi Islam”, dalam jurnal
Masharif Al-Syariah, Vol. 1 No. 2, November 2016.
ZA, Moh. Ah. Subhan. “Konsep Distribusi Pendapatan Dalam Islam”, dalam
Jurnal Ekonomi Syariah (JES), Vol 1, No. 1, September 2016.
Thabathaba‟i, Muhammad Husain. Tafsir Mizan. Juz 17. Dar al-Kutub al-
Islamiyah, 1342.
Al-Asfahaniy, Ragib. Mu’jam Mufradat al-Fazh al-Quran. Beirut: Dar al-Fikr, TT.
Noor, Ruslan Abdul Ghofur. Konsep Distribusi dalam Ekonomi Islam dan Format
Keadilan Ekonomi di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013.
Sukirno, Sadono. Mikro Ekonomi (Teori Pengantar), Jakarta: Raja Wali Pers, 2012.
Saparuddin. “Skema Distribusi Dalam Islam”, dalam jurnal Human Falah: Vol.
2. No. 1 Januari – Juni 2015.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan
Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.
Qardhawi, Yusuf. Norma dan Etika Ekonomi Islam Jakarta: Gema Insani Press,
1997.
Arifin, Zainul. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syari'ah, Jakarta: Alvabet, 2003.