Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MANAJEMEN WAKAF ERA 4.0

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Manajemen Zakat dan Wakaf

Dosen Pengampu : Bahtiar Effendi , M.E

Disusun Oleh :

1. Amrina Rosyada (4219099)


2. Dea Septiana Eno Putri (4219100)
3. Atiqoh (4219106)

PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
TAHUN PELAJARAN 2020

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan petunjuk-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.

Kami sadari makalah yang kami susun belum bisa dikatakan baik dan jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran serta kritik yang
membangun dari pembaca untuk memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik
lagi.

Pekalongan, 21 September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................6
2.1 Srategi dan Konsep Wakaf Era 4.0...........................................................................6
2.2 Digitalisasi Wakaf melalui FinTech.........................................................................8
BAB III PENUTUP.........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wakaf merupakan salah satu instrumen filantropi Islam yang berperan
dalam memberdayakan ekonomi demi kemaslahatan umat. Pernyataan
tersebut di dasarkan pada kisah Rasulullah yang mewakafkan tanah milik
beliau untuk dibangun masjid serta tujuh kebun kurma di Madinah untuk
disedekahkan hasilnya kepada fakir miskin.1
Di Indonesia perubahan paradigma pengembangan wakaf juga terjadi.
perubahan ini diawali dengan reformasi wakaf dari aspek legal-konstitusi
dan kelembagaan. Secara legal-konstitusional, wakaf dipayungi oleh
Undang-undang Nomor 41 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor
42 tahun 20062. Pemerintah juga telah membentuk Badan Wakaf
Indonesia(BWI), sebagai manifestasi dari upaya pengelolaan wakaf yang
lebih struktur dan terorganisir.
Memasuki revolusi industri 4.0 dimana sistem digitalisasi, otomatisasi,
dunia internet dan kecanggihan teknologi mulai merambah luas ke
masyarakat, membuat segala hal dituntut untuk berubah dan sudah
menjalar ke berbagai sektor termasuk salah satunya adalah perwakafan.
Salah satu contohnya adalah adanya platform wakaf online sebagai wadah
bagi masyarakat yang ingin mewakafkan hartanya dengan konsep
crowdfunding yang nantinya harta wakaf tersebut akan dialokasikan
menjadi wakaf produktif dengan cara memberikan modal usaha kepada
masyarakat untuk dapat meningkatkan perekonomian serta taraf hidupnya
tanpa mengurangi jumlah kuantitas harta yang diwakafkan.

1.2 Rumusan Masalah


1) Bagaimana strategi dan konsep wakaf di era 4.0?
1
Strategi Dan Inovasi Pengelolaan Wakaf Uang Di Era Digital, Nugroho Heri Pramono,
Merlina, Astuti. Volume 5 No. 2 Desember 2019
2
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, pasal 28

4
2) Bagaimana Digitalisasi wakaf melalui fintech?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui strategi dan konsep wakaf di Era 4.0.
2) Untuk mengetahui Digitalisasi wakaf melalui fintech.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Srategi dan Konsep Wakaf Era 4.0


Pengelolaan wakaf pada masa mendatang tidak terlepas dari dinamika
yang terjadi di tengah masyarakat pada saat ini, salah satunya adalah
kehadiran revolusi industri 4.0. Era revolusi industri 4.0 dapat dipahami
sebagai suatu era industri yang mengedepankan inovasi, desentralisasi dan
otomasi yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dari
proses produksi.bagi perbaikan sosio-ekonomi masyarakat dan juga
lingkungan hidup. Optimalisasi peran wakaf bagi pembangunan bangsa
haruslah mengacu pada konsep yaitu faith-based impact investing di
tengah iklim era revolusi industri 4.0 saat ini. Kehadiran era revolusi
industri 4.0 dirasakan telah menciptakan disrupsi atau perubahan yang
fundamental pada berbagai sektor, seperti kehadiran Internet of Things
(IoT), Internet of Services (IoS), Big Data, Robotics dan Cloud
Manufacturing hingga Blockchain (Nagy, Ol, & Erdei,2018). Pada sektor
keuangan, kehadiran Blockchain adalah salah satu inovasi era revolusi
industri 4.0 yang mendapatkan sambutan cukup hangat. Blockchain dapat
dipahami sebagai suatu teknologi yang memungkinkan penyimpanan dan
penelusuran data melalui suatu sistem “buku besar” digital yang
terdistribusi (distributed digital ledger system) pada ratusan hingga ribuan
komputer di seluruh dunia (Dinar Standard, 2018). Implikasi dari
kehadiran blockchain adalah, data dari seluruh aktivitas dari suatu
komunitas di dalam blockchain akan tersebar di seluruh komputer
pengguna, sehingga verifikasi suatu aktivitas (misalkan transaksi
keuangan) dapat dilakukan secara spontan oleh anggota komunitas
tersebut. Bahkan transaksi keuangan tersebut dapat dilakukan tanpa perlu
kedua belah pihak mengetahui satu sama lain untuk bertransaksi langsung
secara digital (Tapscott & Tapscott, 2017). Pengelolaan wakaf produktif

6
dengan menggunakan Blockchain memungkinkan peningkatan efisiensi
dan efektivitas pengelolaan wakaf dari dua sisi. Pertama, jika wakif dan
nadzir terhubung pada suatu sistem Blockchain, maka transaksi donasi
wakaf dapat dilakukan dengan tingkat transparansi yang tinggi. Kedua,
apabila wakaf berbasis Blockchain dapat menjangkau nadzir wakaf global,
maka sangat mungkin wakif dari suatu negara untuk berwakaf di negara
lain, utamanya negara yang membutuhkan pendanaan pembangunan.
Sebagai kesimpulan, wakaf sebagai instrument filantropi yang berasal dari
syariat Islam perlu dioptimalkan melalui pengelolaan secara produktif
dengan berorientasi pada dampak positif bagi ekonomi, sosial dan
lingkungan hidup serta berpedoman ada aturan syariah dengan
pemanfaatan teknologi digital 4.0, salah satunya Blockchain. Pemangku
kepentingan di bidang perwakafan, baik regulator, nadzir wakaf hingga
masyarakat luas dan global perlu membangun upaya kolaboratif agar
pengelolaan wakaf di era 4.0 ini dapat diwujudkan.
Optimalisasi peran wakaf bagi pembangunan bangsa mengacu pada
konsep yaitu faith-based impact investing di tengah iklim era revolusi
industri 4.0 saat ini. Apabila wakaf dikelola secara produktif akan
memiliki kesamaan dengan impact investing, yakni investasi yang
diarahkan untuk memiliki dampak positif bagi sosial atau lingkungan
hidup. Selain keuntungan secara ekonomi, kebermanfaatan sosial dan
lingkungan hidup yang ada pun bukanlah sekedar eksternalitas yang tidak
disengaja, namun merupakan tujuan dari investasi tersebut (IICPSD &
IDB, 2017). Namun, wakaf produktif merupakan suatu faith-based impact
investing dikarenakan motif keuntungan finansial dari wakif yang minim
jika tidak dikatakan nihil dan merupakan investasi yang diatur oleh rambu-
rambu moral, dalam hal ini syariat Islam (Ghoul & Karam, 2007),
sehingga diharapkan dampak positif dari pengelolaan wakaf produktif
tidak mengorbankan aspek moralitas yang ada di masyarakat

7
2.2 Digitalisasi Wakaf melalui FinTech
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan sekarang sudah
merambah keberbagai sektor di seluruh dunia. Salah satu pekembangan
teknologi adalah Teknologi Finansial atau Financial Technology
(FinTech). Menurut definisi yang dijabarkan oleh National Digital
Research Centre (NDRC), teknologi finansial adalah istilah yang
digunakan untuk menyebut suatu inovasi di bidang jasa finansial, di mana
istilah tersebut berasal dari kata “financial” dan “technology” (FinTech)
yang mengacu pada inovasi finansial dengan sentuhan teknologi modern.
konsep FinTech tersebut mengadaptasi perkembangan teknologi yang
dipadukan dengan bidang finansial pada lembaga perbankan, sehingga
diharapkan bisa memfasilitasi proses transaksi keuangan yang lebih
praktis, aman, serta modern, meliputi layanan keuangan berbasis digital
yang saat ini berkembang di Indonesia, yaitu payment channel system,
digital banking, online digital insurance, Peer to Peer (P2P) Lending,
serta crowdfunding3

Financial technology (FinTech) merupakan hasil gabungan antara jasa


keuangan dengan teknologi yang akhirnya mengubah model bisnis dari
konvensional menjadi moderat, yang awalnya dalam membayar harus
bertatap-muka dan membawa sejumlah uang kas, kini dapat melakukan
transaksi jarak jauh dengan melakukan pembayaran yang dapat dilakukan
dalam hitungan detik. Dalam Penyelenggaraanya FinTech memiliki dasar
hukum dalam sistem pembayaran indonesia, yaitu:

1. Peraturan Bank Indonesia No. 18/40/PBI/2016 tentang


Penyelenggaraan Pemrosesan Transaksi Pembayaran
2. Surat Edaran Bank Indonesia No. 18/22/DKSP perihal
Penyelenggaraan Layanan Keuangan Digital
3. Peraturan Bank Indonesia No. 18/17/PBI/2016 tentang Uang
Elektronik

3
Istimar : Jurnal Ekonomi Syariah, Vol. 1 Januari 2019, Hal 5

8
Seiring berkembang jaman serta lahirnya Undang-Undang Republik
Indonesia No.14 tahun 2014 tentang wakaf dirahkan untuk
memberdayakan wakaf yang merupakan salah satu instrumen dalam
mmbangun kehidupan sosial ekonomi umat Islam, wakaf sekarang tidak
hanya terbatas pada wakaf benda tidak bergerak seperti tanah, sekarang
lagi trend baru yaitu mngenai wakaf uang. Keberadaan wakaf uang
menjadi sangat strategis disamping sebagai salah satu aspek ajaran Islam
yang berdimensi spiritual, wakaf uang juga merupakan ajaran yang
menekankan pentingnya ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Itu
sebabnya, konsep wakafin.com sebagai wadah untuk pengelolahan harta
wakaf secara digital dan online menjadi suatu gagasan untuk dapat
menggerakkan perekonomian masyarakat.4
Salah satu platform wakaf melalui FinTech adalah Wakafin.Com
merupakan sebuah singkatan dari WAKAF FINtech yaitu platform online
berbasis mobil aplication dengan konsep crowdfunding yang terintegrasi
antar Wakif (Orang yang mewakafkan), Nadzir (Pihak yang menerima dan
mengelola harta wakaf) serta masyarakat dalam upaya meningkatkan
kualitas perkonomian Indonesia.5
FinTech juga banyak diadopsi oleh industri keuangan konvensional
maupun keuangan syariah. Digitalisasi ini juga mulai adopsi oleh kegiatan
filantropi dalam crowdfunding dan financing dengan menyasar dana kecil
yang selama ini tidak efesien dirubah menjadi lebih efesien bahkan sangat
efesien. Sistem FinTech ini juga mulai adopsi oleh aktivitas perwakafan
menjadi e-wakaf.6

Adapun tantangan pasar FinTech Syariah menurut Telkom


Indonesia (2017) dalam (Ryandono, 2018) adalah:

4
Ibid, hal 7
5
Ibid, hal 8
6
Muhamad Nafik Hadi Ryandono : Jurnal Studi Pemuda, Volume 7 nomer 2
tahun 2018, hal.118

9
1) Kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang keuangan syariah,
khususnya FinTech Syariah yang masih kurang.
2) Pertumbuhan ekonomi syariah lambat dan pangsa pasarnya masih
kecil
3) SDM berkualitas di bidang ekonomi syariah masih kurang;Sinergi
antara sesamalembaga keuangan syariah dengan lembaga-lembaga
sosial yang bergerak di bidang ekonomi umat, seperti dengan lembaga
zakat dan wakaf masih lemah

Penggunaan kemajuan tekhnologi khususnya berbasis internet dalam bidang


findrising wakaf merupakan sebuah peluang yang baik. Selain financial
technologi yang bersifat umum, wakaf dapat menjadikan financial technologi
syariah sebagai sarana dalam mengumpulkan asset wakaf khususnya uang dari
masyarakat yang hari ini semakin sering menggunakan gadget. Manfaat dari
penggunaan financial technologi syariah untuk findrising wakaf diantaranya:7

1. Sosialisasi dan mobilisasi aset wakaf berupa uang dapat lebih mudah
didapatkan dari masyarakat.
2. Kemudahan dalam melakukan transaksi wakaf , dari pihak wakif, nadzhir
maupun dapat melibatkan aspek perbankan syariah sebagai LKS-PWU
sebagai lembaga intermediasi
3. Tidak terbatas ruang dan waktu dalam bertransaksi wakaf
Program-program (quick wins) apa saja yang akan dilakukan Badan
Wakaf Indonesia (BWI) dalam kurun waktu 5 tahun ke depan dalam rangka
mendukung perkembangan & kemajuan wakaf di Indonesia, diantaranya:

1. Akselerasi dari Literasi Wakaf


Dimana salah satu program yaitu Wakaf Goes to Campus (WGC).
Acara tersebut merupakan salah satu program dari BWI yang digelar di
beberapa kampus di Indonesia dengan tujuan untuk mengajak civitas
akademika dalam memajukan dunia perwakafan Indonesia
7
Jurnal Ilmu Syariah, Perundang-undangan dan Ekonomi IslamVolume 11 Edisi 1
Tahun 2019

10
2. Inventarisasi Aset Wakaf.
Saat ini sedang bekerjasama dengan Kementerian Agama dan Bank
Indonesia untuk memperbaharui sistem informasi wakaf. Hal ini
menjawab pertanyaan seperti “berapa jumlah aset tanah wakaf?”, “berapa
jumlah wakaf uang yang terkumpul?”. Diakui data-data tersebut lag nya
masih panjang misalnya data yang terbaru lag-nya masih 6 bulan yang lalu
3. Sektor Pengelolaan Aset Wakaf
Di dalam undang-undang, BWI disebutkan dimungkinkan untuk
menjadi pengelola aset wakaf nasional. Dalam hal ini mencoba
mewujudkannya dalam bentuk inovasi produk seperti Cash Waqf Linked
Sukuk (CWLS). CWLS merupakan surat utang syariah atau sukuk yang
berbasis wakaf tunai. Dana wakaf yang terkumpul dari instrumen ini dapat
diinvestasikan pada sukuk negara. Sehingga dapat membantu pembiayaan
fiskal dalam konteks proyek sosial, khususnya di bidang edukasi dan
kesehatan. Selain itu apabila ada aset wakaf yang terbengkalai atau
sengketa tanah wakaf yang belum selesai dapat merusak nilai aset wakaf
atau bahkan menghilangkan aset wakaf tersebut. Sehingga BWI akan
menarik sementara untuk kemudian diserahkan kepada nadzir berikutnya.
4. Pemberdayaan Badan Wakaf Daerah (BWD)
BWI di tingkat daerah ini sangat berperan, baik sebagai corong literasi
wakaf kepada masyarakat di daerah. Kemudian peran mereka dalam
meng-handle sengketa-sengketa wakaf serta perlindungan aset-aset wakaf
di daerah. Badan-badan wakaf di daerah ini tidak memiliki anggaran
walaupun diangkat oleh Pemerintah Daerah.
5. Amandemen Undang-Undang Wakaf
Sehingga salah satu point dalam amandemen undang-undang
tentang wakaf yaitu terkait hal anggaran untuk Badan Wakaf Daerah
(BWD) tersebut. Peningkatan peran Bank Syariah agar dapat menjadi
nadzir wakaf dan tidak hanya sebagai LKSPWU juga menjadi perhatian
yang dapat dituangkan dalam amandemen Undang-Undang wakaf nanti.

11
12
BAB III
PENUTUP
Dari uraian yang dikemukakan pada pembahasan, dapat dikemukakan
beberapa poin penting sebagai kesimpulan, yaitu:
Kehadiran era revolusi industri 4.0 dirasakan telah menciptakan
disrupsi atau perubahan yang fundamental pada berbagai sektor, seperti
kehadiran Internet of Things (IoT), Internet of Services (IoS), Big Data,
Robotics dan Cloud Manufacturing hingga Blockchain (Nagy, Ol, &
Erdei,2018). Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan sekarang sudah
merambah keberbagai sektor di seluruh dunia. Salah satu pekembangan
teknologi adalah Teknologi Finansial atau Financial Technology (FinTech).
Financial technology (FinTech) merupakan hasil gabungan antara jasa
keuangan dengan teknologi yang akhirnya mengubah model bisnis dari
konvensional menjadi moderat, yang awalnya dalam membayar harus
bertatap-muka dan membawa sejumlah uang kas, kini dapat melakukan
transaksi jarak jauh dengan melakukan pembayaran yang dapat dilakukan
dalam hitungan detik. Digitalisasi ini juga mulai adopsi oleh kegiatan
filantropi dalam crowdfunding dan financing dengan menyasar dana kecil
yang selama ini tidak efesien dirubah menjadi lebih efesien bahkan sangat
efesien.

13
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho Heri Pramono, Merlina, Astuti. 2019. Strategi Dan Inovasi
Pengelolaan Wakaf Uang Di Era Digital, Volume 5 No. 2
Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, pasal 28
Istimar. Jurnal Ekonomi Syariah, 2019. Vol.1, Hal 5
Muhamad Nafik Hadi Ryandono. 2018. Jurnal Studi Pemuda, Volume 7 nomer 2,
hal.118
Jurnal Ilmu Syariah, Perundang-undangan dan Ekonomi Islam. 2019. Volume 11
Edisi 1.

14

Anda mungkin juga menyukai