Anda di halaman 1dari 40

(CONFERENCE PAPER)

PENERAPAN FINANCIAL TECHNOLOGY (FINTECH) TERHADAP


EFISIENSI BANK DI INDONESIA

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mandiri Mata Kuliah


Manajemen Digital Perbankan

Diampu oleh:
Dr. Ir. Budi Purwanto, M.E

Disusun oleh :

1. Ayu Yulianti(H2501211072)
2. Hieta Octavia (H2501211082)
3. Raden Muhammad Jiddan Aziz (H2501211075)

PROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN


SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanyalah untuk Allah SWT. Yang selalu melimpahkan nikmat dan
karunianya kepada hambanya secara adil dan sempurna. Sholawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Segala rasa
syukur penulis panjatkan karena dengan izinnya dapat menyelesaikan conference paper
manajemen digital perbankan yang berjudul “Penerapan Financial Technology (FINTECH)
Terhadap Efisiensi Bank Di Indonesia”

Penulis berharap proposal penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan dan pembaca mengenai era digital khususnya perbankan saat ini. Penulis
menyadari bahwa proposal penelitian yang tertuang masih belum sempurna. Karena itu
diharapkan masukan kritik maupun saran yang membangun demi sempurnanyaproposal
penelitian ini.

Atas bantuan dari semua pihak yang sudah penulis terima dalam menyelesaikan tugas
manajemen digital perbankan ini terutama bapak Dr. Ir. Budi Purwanto, M.E. yang telah
banyak memberikan pengetahuan baru tentang manajemen keuangan perbankan digital,
semoga Allah SWT membalas dengan pahala yang berlipat ganda AMIN.

Kota Bogor, 15 April 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................................... 6
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................................................... 7
BAB 2 KAJIAN TEORI .......................................................................................................... 8
2.2 Perkembangan Financial Technology (FINTECH)..................................................... 9
2.3 Analisis data envelopment (DEA)............................................................................. 14
2.4 Konsep Efisien .......................................................................................................... 15
2.5 Efisiensi Bank ........................................................................................................... 16
2.6 Pengembangan Hipotesis .......................................................................................... 17
2.7 Kerangka Pemikiran .................................................................................................. 25
BAB 3 METODOLOGI ......................................................................................................... 26
3.2 Penggunaan Data ....................................................................................................... 26
3.3 Variabel Penelitian .................................................................................................... 27
3.4 Metode Analisis Data ................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 35

i
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kemajuan industri perbankan memberikan dampak yang signifikan terhadap


kehidupan sehari-hari masyarakat, adanya revolusi industri 4.0 menandakan kemajuan
teknologi saat ini, Kolaborasi dan juga hubungan pelanggan terhadap sistem yang
disempurnakan akan memastikan sedikit atau tidak ada kesalahan, meningkatkan
jaminan kualitas. Keputusan yang andal dapat dibuat untuk mencapai hasil yang lebih
efektif melalui informasi yang memadai, Teknologi dan konsep yang inovatif
mengurangi keduanya konstruksi dan waktu pengiriman produk. Teknologi juga akan
mengurangi biaya seperti biaya tenaga kerja dan material Revolusi digital industri akan
mendorong lingkungan kerja yang lebih inovatif daripada kondisi konvensional sambil
meningkatkan mitra(Alaloul et al., 2020)

Prediksi bahwa 93,9% variasi dalam keputusan perilaku digital dijelaskan oleh sikap
digital, norma sosial digital, persepsi kontrol perilaku digital, praktik transformasi digital,
dan COVID-19(Srisathan & Naruetharadhol, 2022) Pendekatan deduktif untuk
membangun konsep baru dan mengidentifikasi batas teori tradisional agar sesuai dengan
konteks baru transformasi digital dari perilaku terencana—perilaku yang direncanakan
dan diubah secara digital. (Srisathan & Naruetharadhol, 2022)

Di awal tahun 2020 ini, dunia dikejutkan dengan kejadian infeksi berat dengan
penyebab yang belum diketahui, yang berawal dari laporan dari Cina kepada World
Health Organization (WHO) terdapatnya 44 pasien pneumonia yang berat di suatu
wilayah yaitu Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, tepatnya di hari terakhir tahun 2019
Cina. Dugaan awal hal ini terkait dengan pasar basah yang menjual ikan, hewan laut dan
berbagai hewan lain. Pada 10 Januari 2020 penyebabnya mulai teridentifikasi dan
didapatkan kode genetiknya yaitu virus corona baru. Pada akhir Januari 2020 WHO
menetapkan status Global Emergency pada kasus virus Corona ini dan pada 11 Februari
2020 WHO menamakannya sebagai COVID-19. Menurut Worldometer hingga saat ini
jumlah orang yang positif mencapai 168.000.175 jiwa, kematian 3.487.572 jiwa, dan
sembuh 149.342.494. (Sumber :worldometer)

1
Akibat pandemi COVID-19 mengharuskan masyarakat melakukan aktivitas dirumah
saja baik itu penggunaan virtual dari gadget, melihat informasi, transaksi, berbelanja
secara online, industri perbankan merupakan sektor yang banyak menarik perhatian
masyarakat selama pandemic,baik itu masyarakat pada umumnya maupun masyarakat
yang sebagian besar ada di dunia bisnis. Berbagai macam transaksi keuangan yang
melibatkan pihak perbankan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari transaksi
finansial. Fitur transaksi keuangan yang ada di perbankan menjadikan hal yang menarik
bagi pengguna transaksi keuangan. Fitur transaksi keuangan berbasis digital banyak
dipergunakan oleh nasabah dalam transaksi pembayaran baik itu transfer, pembayaran,
kredit,maupun pembelian produkataupun transaksi keuangan lainnya. Berbagai fitur
transaksi keuangan berbasis digital tersebut tidak terlepas dari bankumum milik
negara yang sebagian besar nasabahnya melakukan transaksi keuanganberbasis digital
tersebut.

Gambar 1 Pengguna Digital


Sumber/Source: BPS, Survei Sosial Ekonomi Nasional/BPS-Statistics
Indonesia, National Socio-Economic Survey

Dari data diatas memperlihatkan bahwa perkembangan indikator TIK yang paling
pesat terlihat pada penggunaan internet dalam rumah tangga yang mencapai angka 78,18
persen di tahun 2020. Pertumbuhan penggunaan internet dalam rumah tangga ini diikuti
pula oleh pertumbuhan penduduk yang menggunakan telepon Seluler pada tahun 2020
mencapai 62,84 persen. Kepemilikan komputer dalam rumah tangga tahun 2020
mengalami kenaikan menjadi 18,83 persen. Penduduk yang menggunakan internet juga
mengalami peningkatan selama kurun waktu 2016—2020, yang ditunjukkan dari
meningkatnya persentase penduduk yang mengakses internet pada tahun 2016 sekitar
25,37 persen menjadi 53,73 persen pada tahun 2020. Sebaliknya kepemilikan telepon

2
tetap kabel dalam rumah tangga mengalami penurunan dari tahun ke tahun, pada tahun
2016 persentase rumah tangga yang memiliki/menguasai telepon kabel sekitar 3,49
persen, turun menjadi 1,65 persen pada tahun 2020.

Data Bank Indonesia (BI) pada Agustus 2021 memperlihatkan bahwa nilai transaksi
keuangan elektronik meningkat sebesar 43,66 persen secara tahunan atau year-on-year
(YoY) menjadi Rp24,8 triliun. Nilai transaksi perbankan digital pada bulan sebelumnya
juga meningkat sebesar 39,39 persen YoY, yaistu mencapai Rp17.901,76 triliun.

Terlepas dari berbagai skenario masa depan yang akan dihadapi industri perbankan,
dengan pesatnya penetrasi penerapan teknologi digital, teori ekonomi menjelaskan
bahwa kemajuan teknologi menyebabkan peningkatan produktivitas dan mendorong
efisiensi perusahaan. Semakin efisien dan produktif suatu perusahaan akan
meningkatkan kapasitasnya untuk bersaing dan menguasai pasar. Temuan empiris
menunjukkan bahwa sebagian besar bank di sektor perbankan Indonesia telah
menjadikan adopsi teknologi perbankan digital sebagai strategi utama yang diterapkan
(Price Waterhouse and Coopers, 2018).

Permasalahan yang ada dalam financial teknologi tak lepas dari beberapa lemahnya
regulasi pemerintah khususnya dalam sektor perbankan, selain peningkatan penggunaan
karena efek pandemi, adapun berikut adalah isu hangatyang di kemukakan ke publik
telah di rangkum oleh penulis :

1. Dalam catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat 1.490 fintech ilegal pada
2021. Jumlah ini menaik dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 1.026
perusahaan.
2. Inovasi yang terus-menerus dipacu membuat berbagai model bisnis di sektor fintech
terus berkembang. Ada yang berupa peer to peer (P2P) lending, marketplace untuk
investasi, transaksi digital bahkan hingga equity crowd-funding.
3. potensi resiko selanjutnya adalah adanya kecurangan data (fraud) dan pelanggaran
penggunaan data (breach)
4. Menurut (Susanti, 2019) dalam penelitiannya menerangkan bahwa tingkat
kepercayaan dan keamanan masyarakat terhadap fintech masih sebesar 31,2%.

Bank adalah suatu organisasi yang memiliki sumber daya (input) yang digunakan
untuk mencapai tujuan (output) tertentu. Tingkat efisiensi suatu bank dapat dilihat dari
kemampuan bank tersebut dalam menggunakan inputnya untuk menghasilkan output

3
yang semaksimal mungkin. DEA membandingkan kemampuan bank untuk
menghasilkan output semaksimal mungkin dengan menggunakan sumber daya yang ada
seperti yang diharapkan oleh masing-masing bank sebagai unit pengambilan keputusan
(decision making unit/DMU). Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran pengukuran
kinerja menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Menurut Kaffash et
al. (2017).

Tabel 1 GAP ANALISIS

Tahun
Hasil Saran Adopsi
Penelitian

Hal yang perlu


diperhatikan dari implikasi
kebijakan ini adalah
dampak negatif dari digital
banking untuk adopsi
Adopsi Teknologi digital banking yang terlalu pengaruh signifikan positif
Perbankan Digital dan agresif terhadap efisiensi dan linier dari dampak
2018
Efisiensi Bank: Bukti di kinerja perbankan. adopsi teknologi
Indonesia Pengaruh negatif adopsi perbankan digital (DBTA)
teknologi perbankan digital
yang agresif terhadap
efisiensi kinerja perbankan
memunculkan isu stabilitas
sektor perbankan
Penelitian ini terbatas pada
Risiko kredit, ukuran bank,
industry perbankan swasta
dan CAR berpengaruh Determinan Efisiensi
nasional, dengan tidak
terhadap efisiensi bank. 2019 Bank: Analisis Bank Di
melakukan pemisahan
Semakin tingg risiko suatu Indonesia
ukuran bank serta modal
bank,
PENERAPAN inti
FINANCIAL implikasi kebijakan yang
Bukti bahwa kehadiran
TECHNOLOGY bertentangan dengan
bank asing menyebabkan
(FINTECH) aspek-aspek tertentu dari
efisiensi yang lebih rendah
TERHADAP kebijaksanaan umum.
dari bank domestik
EFISIENSI Temuan dampak positif
menunjukkan bahwa Globalisasi dan efisiensi
BANK DI pada efisiensi bank di
manfaat dan biaya dari 2020 bank: Efek tuan rumah dan
INDONESIA rumah membenarkan
liberalisasi pasar keuangan negara asal
pentingnya investasi keluar
memerlukan penyelidikan
dari sektor keuangan dan
lebih lanjut, dan respon
strategi globalisasi yang
kebijakan yang sesuai
diadopsi oleh bank
diperlukan dari pemerintah
multinasional besar.
keselarasan antara kedua
jenis bank berhubungan
Mengingat bahwa
positif dengan kedalaman
kesamaan hanya ada di
keuangan negara,
negara-negara tertentu
transparansi, stabilitas
menunjukkan bahwa
ekonomi dan konsentrasi
perilaku mungkin tidak Konvergensi efisiensi di
perbankan. Di tingkat
disebabkan oleh meniru 2020 bank syariah dan
bank, penyelarasan kedua
tetapi faktor-faktor lain konvensional
sistem perbankan tersebut
seperti
terkait dengan diversifikasi
peraturan/perusahaan,
pendapatan, likuiditas,
ekonomi serta karakteristik
profitabilitas, dan
khusus bank.
stabilitas keuangan yang
lebih tinggi.

4
Tahun
Hasil Saran Adopsi
Penelitian

menambahkan bank pada


kelompok
seluruh Bank dalam BUKU 1 hingga 3 dan
Efisiensi Bank dalam
Kelompok BUKU 4 membandingkan tingkat
Kelompok BUKU 4 di
selama periode 2012-2017 efisiensi secara
2018 Indonesia: Pendekatan
dengan menggunakan keseluruhan untuk
Data Envelopment
analisis DEA bernilai memperoleh gambaran
Analysis
positif. utuh tentang tingkat
efisiensi seluruh bank di
Indonesia.
Dalam hal ini bisa dilihat
dari keseluruhan jumlah
fintech di Indonesia yang
terdaftar di OJK hanya ada
dua fintech yang berbasis
Perkembangan Dan
Syariah dari 88 perusahaan
agar mampu bersaing Dampak Financial
fintech. Maka dari itu
dengan fintech yang sudah Technology (Fintech)
lembaga keuangan Syariah 2019
ada lebih dahulu yang Terhadap Industri
perlu adanya inovasi
berbasis konvensional Keuangan Syariah Di Jawa
produk dengan sistem
Tengah
teknologi agar bisa
mengimbangi
perkembangan zaman dan
bekerjasama dengan
fintech lending
Sumber : hasil data diolah tahun 2022

Dari hasil analisa di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa GAP yang terjadi antara
penelitian sebelumnya ialah selanjutnya menganalisa bank secara umum dengan
penggunaan fintech, peran ekonomi makro, serta penggunaan bank buku yang masih
belum menyeluruh sebagai keterwakilan maka dari itu penelitian selanjutnya di harapkan
dapat mengakomodir perihal tersebut.

Teori ekonomi memprediksi bank perlu mempertahankan pangsa pasarnya untuk


bersaing di pasar atau industri oligopolistik. Strategi memperluas atau setidaknya
mempertahankan pangsa pasar mereka agar tetap kompetitif di pasar atau kehilangan
kekuatan pasar mereka. Bagian selanjutnya dari penelitian ini akan mengkaji literatur
teoritis dan empiris dan mengembangkan hipotesis mengapa bank harus mengadopsi
teknologi perbankan digital dan menguraikan indikator efisiensi bank menggunakan
metode data envelopment analysis (DEA). Pada akhirnya mengembangkan model
empiris dan menjelaskan model empiris dan data yang digunakan dalam penelitian ini,
bagian keempat adalah temuan empiris penelitian ini tentang efisiensi bank dan dampak
adopsi teknologi perbankan digital terhadap efisiensi bank di industri perbankan
Indonesia. Bagian terakhir adalah kesimpulan dan implikasi kebijakan bagi regulator
perbankan.

5
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini telah dirumuskan berdasarkan latar belakang
permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah faktor internal penerapan financial teknologi (FINTECH) berpengaruh terhadap


efisiensi bank ?
2. Apakah faktor eksternal penerapan financial teknologi (FINTECH) berpengaruh
terhadap efisiensi bank ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun rumusan masalah dari penelitian ini telah dirumuskan berdasarkan latar belakang
permasalahan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui faktor internal penerapan financial teknologi (FINTECH)


berpengaruh terhadap efisiensi bank.
2. Untuk mengetahui faktor eksternal penerapan financial teknologi (FINTECH)
berpengaruh terhadap efisiensi bank.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memerikan manfaat untuk:

1. Pemerintah & Bank Indonesia

Temuan-temuan dari penelitian ini dapat menginformasikan keuntungan


menggunakan fintech sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi dan
pengurangan biaya. Temuan ini dapat digunakan oleh pemerintah dan Bank
Indonesia serta pembuat kebijakan lainnya yang menetapkan kebijakan dan
regulasi yang mempromosikan penggunaan teknologi keuangan dalam
perbankan di Indonesia dan meningkatkan kinerjanya.

2. Perbankan di Indonesia

Tantangan yang dihadapi oleh bank komersial dalam adaptasi teknologi


keuangan. Ini akan memotivasi lembaga yang masih takut mengadopsi
teknologi setelah mengetahui manfaatnya.

6
1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan penulis dan dapat


memberikan sajian informasi dalam penelitian serta menjadi lebih bermanfaat
untuk penelitian selanjutnya dan bermanfaat untuk para pembaca.

7
BAB 2

KAJIAN TEORI

2.1 Financial Technology (Teknologi Finansial)


Bank Indonesia memberikan definisi mengenai Financial Technology
(Teknologi Finansial). yang diatur dan tertuang pada Pasal 1 Angka 1 Peraturan Bank
Indonesia Nomor 19/12/PBI/2017. Tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial
menyatakan bahwa Teknologi Finansial adalah pengguna teknologi dalam sistem pada
bidang keuangan yang menghasilkan produkproduk layanan, teknologi, dan atau model
bisnis baru serta dapat berdampak pada kondisi stabilitas moneter, stabilitas pada sistem
keuangan, dan atau efisiensi, kelancaran, keamanan serta kehandalan sistem pembayaran.
Sedangkan menurut Financial Stability Board dalam (Nizar, 2017) mendefinisikan
Fintech sebagai suatu bentuk inovasi teknologi dalam layanan keuangan yang dapat
menghasilkan model-model bisnis, aplikasi, proses atau produk-produk dengan efek
material yang terkait dengan penyediaan jasa layanan leuangan. Berdasarkan pengertian
diatas dapat disimpulkan bahwa Financial Technology (Fintech) merupakan suatu
inovasi pada industri jasa keuangan yang memanfaatkan penggunaan teknologi. yang
dapat memfasilitasi masyarakat untuk melakukan proses teransaksi keuangan.

Financial Technology (Fintech) memiliki ragam layanan dan produk yang bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat. Klasifikasi Fintech berdasarkan Bank Indonesia, terbagi
menjadi 4 jenis (Maulida, 2019), yakni: 1. Peer-to-Peer (P2P) Lending dan
Crowdfunding P2P lending dan crowdfunding, Fintech satu ini seperti marketplace
finansial. Platform ini mampu mempertemukan pihak yang memerlukan dana dengan
pihak yang dapat memberi dana sebagai modal ataupun investasi. Peer-to-peer lending
atau P2P lending dapat pula diartikan sebagai layanan peminjaman dana pada
masyarakat. Dana tersebit dapat berasal dari masyarakat itu sendiri maupun dari
perusahaan yang membangun platform tersebut. 2. Manajemen Risiko Investasi Fintech
jenis ini dapat digunakan untuk melakukan pantauan pada kondisi keuangan dan juga
melakukan perencanaan keuangan dengan lebih mudah dan praktis. Jenis manajemen
risiko investasi yang satu ini biasanya hadir dan bisa diakses dengan menggunakan
smartphone, dimana hanya perlu memberikan data-data yang dibutuhkan untuk bisa
mengontrol keuangan. 3. Payment, Clearing, dan Settlement Fintech jenis ini ada
beberapa startup finansial yang memberikan penyedian berupa payment gateaway atau

8
dompet digital Fintech payment gateway menghubungkan bisnis e-commerce dengan
berbagai bank sehingga penjual dan pembeli dapat melakukan transaksi kedua produk
tersebut masih masuk dalam kategori Fintech ini. 4. Market Aggregator Hadirya Fintech
ini mengacu pada portal yang mengumpulkan berbagai jenis informasi terkait sektor
keuangan untuk disajikan kepada penggunanya. Biasanya Fintech jenis ini mempunyai
cakupan informasi terkait keuangan, tips, kartu kredit, dan investasi keuangan lainnya.
Hadirnya Fintech jenis ini, diharapkan dapat menyerap banyak informasi sebelum
melakukan pengambilan keputusan terkait keuangan.

2.2 Perkembangan Financial Technology (FINTECH)

Semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi telah merambah ke


berbagai aspek kehidupan di era digital ini, salah satunya adalah penerapan teknologi
informasi di bidang keuangan yang umumnya disebut sebagai financial technology
(fintech). Berbagai definisi fintech dijelaskan oleh banyak pihak, tetapi secara umum
fintech dapat didefinisikan sebagai inovasi teknologi dalam layanan keuangan. Penyedia
layanan keuangan mengembangkan teknologi yang dapat mendisrupsi pasar keuangan
tradisional dengan mengembangkan aplikasi baru yang dapat digunakan mulai untuk
pembayaran hingga aplikasi yang lebih kompleks untuk artificial intelligence dan big
data. Carney (2016) menyatakan bahwa inovasi dalam sektor keuangan akan mengubah
fondasi bank sentral dan membawa revolusi bagi setiap pengguna jasa keuangan.

McKinsey (2016) mendefisinikanfintech atau keuangan digital sebagai jasa


keuangan yang diantarkan melalui infrastruktur digital–termasuk telepon seluler dan
internet–dengan penggunaan yang minim dari uang tunai dan cabang bank tradisional.
Telepon seluler, komputer, atau kartu yang digunakan lewat pointof-sale (POS) devices
menghubungkan individu dan bisnis ke infrastruktur pembayaran nasional digital
sehingga memungkinkan transaksi tak terbatas antara semua pihak. Definisi tersebut
secara luas mencakup:

1. Semua tipe jasa keuangan, termasuk pembayaran, tabungan, kredit, asuransi, dan
semua produk keuangan;
2. Semua tipe pengguna, termasuk individu pada semua level pendapatan, pelaku usaha
pada semua skala usaha, dan pemerintah; serta

9
3. Semua tipe penyedia jasa keuangan, termasuk bank, penyedia jasa pembayaran,
institusi keuangan lainnya, perusahaan telekomunikasi, fintech start-ups, retailer,
dan usaha lainnya.

Kawai (2016), Sekretaris Jenderal Asosiasi Pengawas Asuransi Internasional,


sebuah organisasi anggota Financial Stability Board (FSB) Dewan Stabilitas Keuangan
mendefinisikan fintech sebagai teknologi yang memungkinkan inovasi dalam jasa
keuangan. Hal itu memunculkan model bisnis, aplikasi, proses, dan produk baru dalam
jasa keuangan yang dapat berdampak material pada pasar keuangan dan institusi serta
penyediaan layanan keuangan.

Mackenzie (2015) menjelaskan bahwa frasa teknologi finansial merepresentasikan


perusahaan yang menggabungkan layanan keuangan dengan teknologi yang modern dan
inovatif. Sebagai contohnya adalah pendatang baru di pasar keuangan menawarkan
produk-produk berbasis internet dan aplikasi. Fintech pada umumnya bertujuan untuk
menarik konsumen dengan produk dan layanan yang lebih user-friendly, efisien,
transparan, dan otomatis jika dibandingkan dengan yang tersedia saat ini.

Dorfleitner et al. (2017) mengklasifikasikan industri fintech menjadi empat segmen


utama sesuai dengan model bisnis mereka. Fintech dapat dibedakan atas dasar
keterlibatan dalam pembiayaan, pengelolaan aset, pembayaran, serta fungsi fintech
lainnya. Gambar berikut memberikan ilustrasi kategori ini dan memberikan gambaran
terperinci mengenai subsegmen industri yang ada.

10
Gambar 2 Klasifikasi Industri Fintech

Sektor pembiayaan (financing) mencakup segmen fintech yang menyediakan


pembiayaan bagi individu dan bisnis. Segmen ini dapat dibagi lagi menjadi fintech yang
penawarannya didasarkan pada partisipassi sejumlah besar contributor (subsektor
crowdfunding) dan mereka yang menawarkan layanan anjak piutang atau kredit tanpa
partisipasi orang banyak (subsektor kredit dan anjak piutang). Segmen manajemen aset
(asset management) mencakup fintech yang menawarkan saran, pengelolaan aset, dan
indikator agregat dari personal wealth. Segmen ini juga dibagi menjadi subsegmen lebih
lanjut. Perdagangan sosial adalah bentuk investasi yang investornya dapat mengamati,
mendiskusikan, dan menyalin strategi investasi atau portofolio dari anggota jaringan
sosial lainnya (Liu et al., 2014; Pentland, 2013).

Subsegmenrobo-advice mengacu pada sistem manajemen portofolio yang


memberikan saran investasi berbasis algoritma dan sebagian besar otomatis, terkadang
juga membuat keputusan investasi. Subsegmen pengelolaan keuangan pribadi mencakup
perusahaan fintech yang menawarkan perencanaan keuangan pribadi, khususnya
administrasi dan penyajian data keuangan yang menggunakan perangkat lunak atau
menggunakan layanan berbasis aplikasi. Segmen pembayaran (payments) adalah istilah
umum yang berlaku untuk fintech yang aplikasi dan layanannya menyangkut transaksi
pembayaran nasional dan internasional. Di bawah payung ini termasuk di dalamnya

11
adalah subsegmenblockchain dan cryptocurrency yang mencakup fintechs yang
menawarkan mata uang virtual (cryptocurrency) sebagai alternatif dari uang fiat biasa,
seperti cara pembayaran legal yang dimungkinkan untuk menyimpan, menggunakan, dan
menukar kripto (BaFin, 2016).

Bank tidak perlu berfungsi sebagai perantara. Salah satu kripto yang paling terkenal
adalah bitcoin. Bitcoin, yang telah mengalami fluktuasi nilai yang besar pada masa lalu,
belum mampu membangun dirinya sebagai pesaing serius dengan mata uang resmi yang
dikeluarkan oleh bank sentral. Ada lebih dari 700 mata uang virtual lain yang belum
mencapai tingkat kapitalisasi pasar Bitcoin (CoinMarketCap 2016). Seperti kebanyakan
sistem pembayaran digital lainnya, blockchain digunakan untuk mengamankan transaksi
bitcoin. Dengan teknologi ini, semua transaksi didaftarkan dan disimpan di berbagai
server. Hal itu membuat sangat sulit untuk memalsukan informasi (Grinberg, 2011;
Bohme et al.2015),

Segmen fintech lainnya menggambarkan bisnis fintech yang tidak dapat


diklasifikasikan oleh tiga fungsi bank tradisional lainnya, yaitu transaksi pembiayaan,
pengelolaan aset, dan pembayaran. Fintech menawarkan asuransi atau memfasilitasi
akuisisi, termasuk dalam subsegmen asuransi. Fintech ini sering juga disebut insur techs
karena menawarkan asuransi peer-to-peer, yaitu sekelompok pemegang polis berkumpul
dan menganggap tanggung jawab kolektif dalam kasus kerusakan. Jika tidak ada
kerugian terjadi di dalam kelompok, ada penggantian sebagian atas premi asuransi
(Wolff-Marting 2014). Selanjutnya, fintech dari mesin pencari dan situs perbandingan
subsegmen yang memungkinkan pencarian berbasis internet dan perbandingan produk
keuangan atau layanan keuangan termasuk di dalam fintech lainnya. Fintech yang
menyediakan solusi teknis untuk penyedia jasa keuangan termasuk dalam subsektor
teknologi, IT dan infrastruktur. Perkembangan industri Fintech yang semakin pesat
secara global direpresentasikan oleh investasi Fintech yang mencapai 17,4 miliar dolar
AS sepanjang tahun 2016.

12
Gambar 3Tingkat Penetrasi Jasa Fintech di Asia

Penyesuaian sektor finansial dengan perkembangan teknologi dalam bentuk fintech


tidak hanya terjadi di negara maju, tetapi juga tumbuh dengan pesat di negara
berkembang seperti Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara. Keberadaan fintech
diharapkan dapat mendatangkan proses transaksi keuangan yang lebih praktis dan aman.
Proses transaksi keuangan itu meliputi pembayaran, peminjaman uang, transfer, ataupun
jual beli saham. Google dan Temasek (2016) melakukan penelitian terhadap enam negara
utama di Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, dan
Vietnam. Mereka menemukan bahwa di Asia Tenggara telah terdapat 260 juta orang
yang terhubung dengan internet dan kawasan ini dijadikan sebagai pangsa pasar internet
terbesar keempat di dunia. Asia Tenggara diperkirakan akan menjadi pasar internet
dengan pertumbuhan terpesat di dunia pada tahun 2020 yang diperkirakanakan mencapai
480 juta orang pengguna internet dan Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan
pengguna internet yang terpesat di antara negara Asia Tenggara lainnya. Selain itu,
Google dan Temasek memperkirakan perekonomian internet di Asia Tenggara akan
mencapai 200 miliar dolar AS pada tahun 2025, yang berarti meningkat sebesar 6,5 kali
dalam 10 tahun terakhir sejak tahun 2015. Pengeluaran online melalui internet ini
didominasi oleh perdagangan online (e-commerce) dan pemesanan tiket online.

Pertumbuhan fintech yang semakin pesat di Indonesia ditandai dengan terbentuknya


Asosiasi Fintech Indonesia yang telah terdaftar secara sah sebagai badan hukum sejak 10
Maret 2016. Keanggotaan Asosiasi Fintech Indonesia terdiri atas perusahaan fintech,
perusahaan keuangan, ataupun kelembagaan lain yang memiliki keahlian dan
ketertarikan di bidang teknologi keuangan. Secara garis besar, para anggota memiliki visi
bersama mewujudkan masa depan pelayanan keuangan yang berorientasi teknologi untuk
masyarakat Indonesia dan oleh perusahaan Indonesia. Sebagaimana yang disampaikan

13
oleh Affandi et al. (2016), perkembangan fintech di Indonesia sejalan dengan
perkembangan teknologi yang ditandai dengan terus berkembangnya penggunaan
telepon seluler (ponsel) dan layanan internet. Berdasarkan laporan We Are Social (2016),
Indonesia merupakan pasar ponsel terbesar keempat di dunia dengan sebanyak 326,3 juta
konektivitas atau penetrasi SIM sebesar 126%. Sebanyak 43% penduduk Indonesia sudah
menggunakan ponsel pintar (smart phone). Lebih jauh, Indonesia berkembassng menjadi
negara mobile pertama (mobile-first) dengan 66,0 juta dari total sebanyak 88,1 juta
pengguna mengakses internet melalui ponsel atau tablet. Hal itu memicu penggunaan
media sosial dengan platform seperti WhatsApp, Facebook, Blackberry, Line, dan Path.
Tren tersebut juga menyebabkan pertumbuhan yang mencengangkan dalam perdagangan
elektronik (e-commerce)

Gambar 4Perkembangan Internet dan Mobile Connections di Indonesia

2.3 Analisis data envelopment (DEA)

Analisis data envelopment (DEA) merupakan pendekatan non-parametrik dalam


analisis frontier (Paradi, 2018). Thanassoulis (1999) membahas aplikasi DEA khusus
untuk industri perbankan. DEA juga diterapkan untuk menganalisis individu bank tidak
hanya di tingkat bank sebagai DMU tetapi juga di tingkat cabang bank sebagai DMU.
Paradi, dan Zhu (2013) mensurvei 80 studi terkait aplikasi DEA untuk menganalisis
efisiensi bank di tingkat cabang. Penelitian terbaru, Kaffash et al. (2017) menganalisis
620 publikasi dalam jurnal yang terindeks di database web science, dari tahun 1985
hingga April 2016, menggunakan metode citations network analysis. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa metode data envelopment analysis (DEA) merupakan

14
metode utama yang biasa digunakan oleh peneliti untuk menganalisis tingkat efisiensi
bank, baik dari sisi bank.

DEA membandingkan kemampuan bank untuk menghasilkan output semaksimal


mungkin dengan menggunakan sumber daya yang ada seperti yang diharapkan oleh
masing-masing bank sebagai unit pengambilan keputusan (decision making unit/DMU).
Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran pengukuran kinerja menggunakan metode Data
Envelopment Analysis (DEA). Menurut Kaffash et al. (2017), DEA adalah program linier
yang diperkenalkan oleh Charnes, Cooper, dan Rhodes pada tahun 1978 yang
dikembangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Farrell,1957). DEA sebagai
metode pengukuran efisiensi banyak digunakan oleh akademisi dan praktisi untuk
mengukur efisiensi bank di tingkat industri perbankan dengan menggunakan bank
sebagai DMU, atau pada tingkat individu bank dengan menggunakan kantor cabang atau
unit usaha bank sebagai DMU. Sebagai alat untuk mengukur dan mengevaluasi efisiensi
DMU, khususnya untuk sektor perbankan, metode DEA cukup populer. Menurut Paradi
dkk. (2018), terdapat lebih dari 15 ribu artikel ilmiah yang menggunakan DEA dan
didominasi oleh analisis di bidang perbankan dan kesehatan.

2.4 Konsep Efisien

Di dalam teori ekonomi, ada dua konsep umum mengenai efisiensi, yakni efisiensi
yang ditinjau dari konsep ekonomi (economic concept) dan efisiensi yang ditinjau dari
konsep produksi (production concept). Efisiensi yang ditinjau dengan konsep ekonomi
mempunyai cakupan lebih luas yang ditinjau dari segi makro, sementara itu efisiensi dari
sudut pandang produksi melihat dari sudut pandang mikro (Suryadi, 2011). Efisiensi
dalam konsep makro, melihat secara luas pada pengalokasian sumber-sumber daya di
dalam suatu perekonomian yang mendatangkan kesejahteraan di dalam masyarakat
(Sukirno, 2008).

Konsep efisiensi yang berasal dari teori ekonomi mikro yakni teori produsen dan
teori konsumen. Teori produsen menyatakan bahwa produsenberusaha memaksimalkan
keuntungan dan meminimalkan biaya. Sedangkan teori konsumen menyatakan bahwa
konsumen berusaha memaksimalkan tingkat kegunaan atau tingkat kepuasannya. Dalam
teori produsen diketahuiadanya garis frontier produksi. Garis ini menggambarkan
hubungan antarainput dan output dalam proses produksi. Garis frontier produksi ini
mewakilitingkat output maksimum dari setiap penggunaan sumber daya input yang

15
mewakili penggunaan teknologi dari suatu perusahaan atau industry (Hudadan
Nasution,2009:10). Efisiensi dalam konsep produksi terbatas pada melihat hubungan
teknis danoperasional dalam suatu proses produksi, yaitu konversi input menjadi output
(Sutawijaya,Adrian dkk, 2009:53).Pengukuran suatu efisiensi dapat dengan beberapa
pendekatan, yaitu :

1. Pendekatan Teknis

Efisiensi teknis merupakan suatu ukuran yang membandingkan antara keluaran


(output) dan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari sejumlah input yang
digunakan (Suseno, Priyonggo, 2008). Efisiensi merupakan perbandingan antara
output dan input yang berhubungan dengan tercapainya output maksimum dengan
sejumlah input tertentu, yang berarti jika rasio output-input semakin besar, maka
efisiensi dikatakan semakin tinggi. (Komaryatin : 2006).

2. Pendekatan Biaya

Efisiensi dengan pendekatan biaya adalah mengukur sejauh mana biaya yang
dikeluarkan oleh suatu unit ekonomi atau perusahaan untuk mendapatkan hasil
(keluaran) tertentu yang diharapkan, sehingga dapat dibuat perbandingan diantara
kedua variable tersebut. Kusnadi, dkk (1999) menuturkan bahwa perusahaan akan
mengalami kondisi yang tidak efisien ketika biaya marjinal untuk menambah hasil
produksi sudah lebih besar dari pendapatan marjinalnya (MC>MR). Sehingga ketika
memproduksi dengan tambahan biaya yang semakin besar akan memperkecil
keuntungan (laba perusahaan).

2.5 Efisiensi Bank

Efisiensi bank, merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisa


performance suatu bank, disamping itu juga sebagai sarana untuk dapat meningkatkan
efektifitas kebijakan moneter. Efisiensi dapat dilihat dari 2 sisi yaitu sisi biaya (Cost
Efficiency) dan sisi keuntungan (Profit Efficiency). Kemudian Profit Efficiency
dibedakan menjadi 2 yakni: Standard Profit Efficiency dan Alternatif Profit Efficiency
(Gumilar dan Komariah, 2011: 101).

16
1. Cost Efficiency, adalah dengan mengukur tingkat biaya operasional suatu bank,
dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya operasional terbaik (best practice
bank’s cost) yang menghasilkan output yang sama dengan teknologi yang sama.
2. Standard Profit Efficiency, adalah mengukur tingkat efisiensi suatu bank didasarkan
pada kemampuan bank untuk menghasilkan profit maksimal pada tingkat harga
output tertentu, dibandingkan dengan tingkat keuntungan bank yang beroperasi
terbaik (best practice bank) dalam sampel. Model ini sering dikaitkan dengan suatu
kondisi pasar persaingan sempurna, dimana harga input dan output ditentukan oleh
pasar.
3. Alternative Profit Efficiency, seringkali dikaitkan dengan suatu kondisi pasar
persaingan tidak sempurna, dimana bank diasumsikan memiliki market power dalam
menentukan harga output, namun tidak pada harga input.

Menurut Muharram dan Pusvitasari (2007) pengukuran efisiensi dilakukan melalui


tiga pendekatan, yakni:

1. Pendekatan Rasio

Pengukuran tingkat efisensi dilakukan dengan caramengitung perbandingan


output dengan input yang digunakan. Hasil perhitungan, akan mencerminkan
efisiensi yang tinggi, apabila output maksimal dengan input yang minimal.

2. Pendekatan Regresi

Dalam cara pendekatan ini, pengukuran efisiensi menggunakan sebuah model


dari tingkat output tertentu, sebagai fungsi dari berbagai tingkat input tertentu.
Persamaan regresi dapat ditulis sebagai berikut:

Dimana :

Y = output X = input

2.6 Pengembangan Hipotesis

Dalam menjalankan fungsinya, bank akan menghadapi persaingan di berbagai pasar


output perbankan, baik dalam penyediaan sistem pembayaran dan layanan likuiditas (funding)

17
maupun layanan pemantauan peminjam (lending). Semua kegiatan operasional bank mengarah
pada layanan perbankan fungsi yang menghasilkan pendapatan berbasis biaya, dan layanan
intermediasi yang menghasilkan pendapatan bunga.

Dalam kaitannya dengan fungsi bank dalam operasionalnya, peran teknologi menjadi
penting untuk mempercepat dan mengefektifkan pelayanan yang diberikan oleh bank. Menurut
Lipton et.al. (2016), aktivitas perbankan sebagian besar bersifat teknologi dan matematis.
Artinya, sebagian besar fungsi operasional di bank dapat ditransformasikan ke dalam bentuk
layanan digital berbasis teknologi. Sistem perbankan dari front end hingga back end prosesnya
dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi dan menggantikan peran tenaga kerja. Oleh
karena itu,peran kemajuan teknologi dan penerapan digital banking menjadi peluang bagi bank
untuk meningkatkan daya saing di industri perbankan melalui peningkatan efisiensi
operasional bank.

Hal tersebut di atas membentuk hipotesa awal bahwa semakin agresif suatu bank dalam
penerapan teknologi digital banking semakin efisien bank tersebut dibandingkan dengan bank
lain. Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah disampaikan, maka dalam hal penerapan
digital banking oleh individu bank di Indonesia, hal ini dapat diduga sebagai strategi bank
untuk mempertahankan dan memperluas pangsa pasarnya. Selanjutnya, transmisi dampak
digital banking terhadap pangsa pasar individu bank adalah melalui peningkatan efisiensi bank
dalam menjalankan kegiatan usaha, baik dalam menghimpun dan mengelola dana masyarakat
(likuiditas dan pendanaan) maupun dalam penyaluran dana (pemberian pinjaman).

Seperti yang disebutkan dalam Berger dan Mester (2003) dan Deyoung et al. (2003),
adopsi teknologi dapat mengurangi biaya unit dan beberapa layanan bank telah berkembang
menjadi bisnis berbiaya rendah dan bervolume tinggi yang didominasi oleh bank berteknologi
tinggi. Investasi pada teknologi digital tidak hanya dapat meningkatkan biaya operasional bank
tetapi juga meningkatkan pendapatan mereka, kesenjangan antara peningkatan total
pendapatan dengan kenaikan total biaya operasional adalah positif. Temuan mereka
menyiratkan efek non-linier dari adopsi teknologi pada efisiensi skala bank

Pengukuran efisiensi dapat menjadi suatu indikator penting untuk melihat kemampuan
bank untuk bertahan di era digital saat ini, sehingga dapat dilihat kemampuan bank dalam
menghadapi ketatnya persaingan pada industry perbankan nasional di Indonesia agar dapat
memperluas pangsa pasarnya. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai
faktor yang mempengaruhi efisiensi perbankan di Indonesia, umumnya menjelaskan bahwa

18
faktor – faktor tersebut terdiri dari faktor eksternal dan internal. Beberapa penelitian yang telah
dilakukan baik mengenai pengaruh faktor internal dan juga eksternal terhadap efisiensi bank
menunjukkan hasil yang bervariasi dari peneliti satu dengan peneliti yang lainnya, faktor yang
digunakan dalam penelitian tersebut diantaranya menggunakan faktor internal seperti ukuran
bank, DPK, Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Peforming Financing (NPF), adapun untuk
faktor eksternal diantaranya Gross Domestic Product (GDP), Inflasi, Interest Rate.

Variabel makroekonomi merupakan variabel kontrol yang dalam studi empiris


determinan efisiensi bank diketahui berpengaruh signifikan. Mengikuti studi empiris
sebelumnya pada penelitan Wirdiyanti, et.al (2018) variabel - variabel tersebut terdiri dari
variabel karakteristik bank dan kondisi eksternal bank yaitu PDB, dan DIG2 olehkarenanya
penelitian ini menggunakan kedua variable tersebut sebagai pengukuran pada penelitian ini.

Sehingga fungsi dari regresi data panel pada penelitian ini adalah :

EBi,t = f (Macrot, DBi, t e,t )

Dimana EB adalah skor efisiensi bank i pada tahun t, dan e merupakan error, Macro merupakan
variable makroekonomi yang berpengaruh terhadap industri perbankan. Dan DB merupakan
variable vector yang digunakan sebagai proksi dari indikator tingkat digitalisasi perbankan.

2.6.1 Ukuran Bank

Size, Bank Size (Ukuran Bank) merupakan besar kecilnya bank yang dicerminkan
melalui total asset dan kepemilikan modal sendiri (Ranjan dan Dahl, 2003). Semakin besarnya
ukuran bank, volume pembiayaan yang diberikan oleh bank juga akan semakin besar. Maka
risiko kredit atau pembiayaan yang dihadapi oleh bank juga akan semakin besar. Ukuran bank
menggunakan total aset bank sebagai indikator.

Penelitian Septiana (2015) menggunakan variable Size, ROA, Ekuitas, NPL, dan Biaya.
Pada penelitian tersebut menunjukka bahwa size (total aset) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Technical Efficiency, Pure Technical Efficiency, Cost Efficiency, dan Allocative
Efficiency dan berpengaruh negative terhadap Technical Efficiency dan Scale Efficiency.

Sufian dan Kamarudin (2016) menyatakan bahwa bank size memiliki hubungan yang
positif dengan efisiensi bank, serta menurut Firdaus dan Hosen (2013) yang menyatakan bahwa

19
aset berpengaruh positif dan signifikan, hal ini sejalan dengan penelitian Widiarti (2015)
dimana penelitian tersebut menggunakan Total Aset sebagai variabel input hasil menunjukan
bahwa ukuran bank berpengaruh positif siginifikan terhadap efisiensi bank karena dengan
jumlah aset yang besar suatu perusahaan dapat lebih leluasa menjalankan kegiatan
operasionalnya dan mencapai optimalisasi sumber daya yang dimilikinya. Tetapi berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Batir dkk (2017) yang menyatakan bahwa Bank Size
berpengaruh negatif signifikan terhadap efisiensi perbankan. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Akhtar (2013) menunjukkan bahwa kondisi ekonomi yang sedang tumbuh membuat bank
semakin efisien. Merujuk pada penelitian Sujarwo (2018), Fitroh et. al (2020) dan beberapa
penelitian sebelumnya, maka penulis menggunakan variable ukuran bank yaitu Total Aset
sebagai variable input pada penelitian ini.

Penentun total aset atau komponen ukuran bank pada penelitian ini berdasarkan Hadad
et al. (2003) yang menyatakan bahwa penentuan input dan output dari suatu bank
menggunakan asset approach (deposito sebagai input). Hal itu dengan pertimbangan bahwa
mempermudah untuk dilakukan penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
efisiensi perbankan, maupun membandingkan hasil penelitian ini dengan penelitian-penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya. Selain itu karena peranan dari bank di Indonesia adalah
sebagai institusi finansial yang mengumpulkan tabungan (yang merupakan surplus unit) dan
mengubahnya menjadi kredit yang merupakan defisit unit. Atau dengan perkataan lain, terkait
dengan fungsi intermediaries dari bank. Jika deposito diperhitungkan sebagai output, deposit
services dikenakan kepada nasabah bank dalam bentuk membayar tingkat bunga di bawah
tingkat bunga pasar (SBI) daripada mengenakannya dengan harga tertentu sebagai fee dari
services.

2.6.2 Dana Pihak Ketiga

DPK, Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi dana yang terpenting bagi proses intermediasi
perbankan karena proses penghimpunan dana berasal dari masyarakat, yaitu berupa giro,
tabungan, dan simpanan berjangka atau deposito. Sehingga DPK menjadi sumber dana terbesar
dan yang paling diandalkan oleh bank, baik itu bank syariah ataupun bank konvensional.

Menurut Kasmir (2002), dana pihak ketiga memiliki kontribusi terbesar dari beberapa
sumber dana lainnya sehingga jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh suatu
bank akan mempengaruhi kemampuannya dalam menyalurkan kredit. Kredit diberikan kepada

20
para debitur yang telah memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam perjanjian yang
dilakukan antara pihak debitur dengan pihak bank.
Dana pihak ketiga merupakan alat bagi investor dan user lainnya untuk melihat kinerja
keuangan suatu bank. Dana pihak ketiga ini menggambarkan seberapa besar kepercayaan
nasabah untuk menyimpan sebagian dana (uang) yang dimilikinya pada suatu perusahaan
perbankan. Semakin tinggi dana pihak ketiga suatu bank, maka semakin besar kepercayaan
nasabah terhadap bank tersebut, sehingga dana yang dialokasikan untuk kegiatan operasional
bank seperti pemberian kredit juga akan meningkat. Hal ini akan berdampak pada peningkatan
pendapatan bank yang nantinya akan mempengaruhi pada peningkatan profitabilitas bank
tersebut.
Penelitian ini menggunakan rasio DPK sebagai variable input berdasarkan penelitian
Widiarti (2015), Sujarwo (2018).

2.6.3 Kredit

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga (LBU :2000). Dalam memberikan kredit, bank harus mempunyai
prinsip kehati-hatian. Kesalahan dalam memberikan kredit akan memberikan resiko yang besar
bagi bank. Resiko tersebut berupa resiko tidak tertagihnya pinjaman, dan terlambatnya
penerimaan pinjaman dari jadwal, sehingga menimbulkan kredit macet.

Kredit merupakan salah satu modal perusahaan, penggunaan modal tersebut


berdasarkan dari persetujuan dan kesepakatan antara kedua belah pihak, dimana debitur
mempunyai kewajiban untuk melunasi pinjamannya dalam jangka waktu yang telah
ditetapkan. Hal ini dapat dipahami sebagai kebijakan kredit yang mengarah kepada kebijakan
bank secara keseluruhan. Menurut Santoso diversifikasi pemberian kredit terutama yang
menyangkut pemberian Kredit Usaha Kecil (KUK), pedagang komersial, investasi dan lain-
lain ada beberapa faktor yaitu :

1. Pembatasan limit bagi masing – masing sektor perdagangan. Posisi mismatch antara
sumber dana masyarakat dengan jangka waktu pemberian kredit, terutama untuk
kredit investasi di sektor property.
2. Kebijakan yang menyangkut fee based income terutama pemungutan provisi kredit
untuk menunjang operasional perbankan.

21
3. Review secara periodik terhadap kebijakan kredit tersebut untuk mengantisipasi setiap
perubahan faktor ekonomi makro

Jadi fungsi dari kredit untuk merangsang kedua belah pihak dengan tujuan pencapaian
kebutuhan dari bidang usaha maupun kehidupan sehari – hari. Adapun tujuan dari pemberian
kredit dari pihak perbankan kepada masyarakat selain mencari keuntungan diharapkan mampu
untuk menggerakkan sektor perekonomian di Indonesia. Menurut kasmir tujuan pemberian
kredit yaitu :

1. Mencari Keuntungan Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit
tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai
balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
2. Membantu Usaha Nasabah Tujuan lainnya adalah untun membantu usaha nasabah
yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja.
3. Membantu Pemerintah

Adapun keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit adalah


sebagai berikut :

1. Penerimaan pajak dari keuntungan yang dieroleh nasabah dan bank.


2. Membuka kesempatan kerja dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha baru atau
perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyedot
tenaga kerja masih menganggur.
3. Meningkatkan jumlah barang dan jasa.
4. Menghemat devisa Negara.
5. Meningkatkan devisa Negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk
keperluan ekspor.

Pada penelitian Afriyeni (2013) memaparkan bahwa semakin meningkat pemberian


kredit oleh bank, maka semakin meningkat laba bank tersebut dilihat dari rasio ROI dan ROE
yang bersifat positif, akan tetapi tidak berpengaruh siginifikan terhadap ROI karena adanya
faktor eksternal bank seperti ketidakstabilan kondisi ekonomi. Hal yang berbeda terjadi pada
rasio ROE karena pemberian kredit berpengaruh signifikan bahkan memiliki hubungan yang
kuat. Menurut Sujarwo et. al (2018) pemberian kredit berpengaruh siginifikan terhadap
efisiensi bank.

22
Berdasarkan pemaparan dan studi empiris di atas, penulis menggunakan rasioa kredit
yang diberikan kepada nasabah sebagai variabel output pada penelitian ini. Hal ini merujuk
penelitian Widiarti (2018) yang menjadikan variabel tersebut sebagai variabel output.

2.6.4 Produk Domestik Bruto (PDB)

PDB, Produk Domestik Bruto riil : PDB adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa
akhir (Final) yang diproduksi dalam sebuah negara pada suatu periode. PDB merupakan salah
satu indikator penting untuk mengukur kesehatan perekonomian negar. Perbankan akn lebih
mudah menjalankan bisnisnya di negara berkembang, daripada beroperasi di negara yang
sedang mengalami resesi perekonomian. Menurut Mankiw (2014), komponen – komponen dari
PDB dapat diuraikan dalam persamaan sebagai berikut :

Y = C + I + G + NX

Dimana : Y = PDB

C = Koncumsi (C)

I = Investasi, Belanja Negara

NX = Ekspor Netto

PDB yang lebih tinggi cenderung menarik Investor untuk mendirikan bank baru, baik
bank local baru atau bank asing baru, dengan demikian persaingan akan semakin tinggi. Bank
yang beroperasi di negara – negara yang memiliki pertumbuhan PDB lebih tinggi cenderung
bersaing dengan bank lain yang menghasilkan margin laba yang lebih kompetitif. Beberapa
penelitian lain yang menggunakan PDB sebagai salah satu variable pengukuran efisiensi
perbankan diantaanya adalah Batir dkk (2017), Pambuko (2016), Marsodang dkk (2019), fitroh
dkk (2020).

Repkova (2013) menjelaskan bahwa pertumbuhan GDP memiliki pengaruh negatif dan
signifikan, GDP yang lebih tinggi cenderung menarik investor untuk mendirikan bank baru,
baik bank lokal baru atau bank asing baru, dengan demikian persaingan akan semakin tinggi.
Bank yang beroperasi di negara-negara yang memiliki pertumbuhan (Produk Domestik Bruto)
PDB lebih tinggi cenderung bersaing dengan bank lain yang akan menghasilkan margin laba
yang lebih kompetitif. Hasil tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Batir dkk (2017) dan Pambuko (2016) yang menjelaskan bahwa adanya pengaruh negatif
antara pertumbuhan GDP dengan efisiensi perbankan. Berdasarkan hal itulah penulis

23
menggunakan variable ini sebagai variable dari faktor eksternal yang mempengaruhi efisiensi
perbankan di Indonesia hal ini mengacu pada penelitian Wirdiyanti (2018), Marsondang
(2019), Meyliana (2017), Sujarwo (2018), Fitroh (2020).

2.6.5 Digital Banking Technology

Layanan Digital Banking telah diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK)
Nomor. 12/POJK.3/2018 tentang Penyelenggaraan Layanan Perbankan Digital Oleh Bank
Umum, yang menyampaikan bahwa persaingan di industri jasa keuangan semakin tinggi,
sehingga mendorong bank untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah dengan
lebih efektif dan efisien serta menciptakan kesinambungan pelayanan kepada nasabah, hal ini
sebagai salah satu upaya peningkatan kapabilitas bank, pemanfaatan perkembangan teknologi
informasi secara lebih optimal untuk mendukung inovasi layanan bank. Dalam hal ini, bank
perlu memberikan kemudahan akses layanan perbankan berbasis teknologi informasi tanpa
batasan tempat dan waktu untuk mendorong pengelolaan keuangan nasabah yang lebih baik.

DIG2, adalah rasio biaya teknologi informasi terhadap total biaya operasional
dikembangkan dari data sekunder yang diperoleh oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Menurut penelitian Nwankpa dan Roumani (2016) mengungkapkan bahwa perusahaan


harus menyadari pentingnya transformasi digital dan bagaimana memanfaatkan pengaruh
kapabilitas TI dalam menciptakan dan mendorong kinerja perusahaan. Seperti pendapat
Kurniawan dkk. (2021) yang memaparkan bahwa transformasi digital adalah proses
sosiokultural dalam mengadaptasi perusahaan dengan bentuk organisasi baru dan keahlian
yang dibutuhkan agar tetap dapat bertahan dan relevan dalam lanskap digital. Berdasarkan
pemaparan di atas penulis tertarik untuk mengetahui penerapan teknologi digital perbankan
terhadap efisiensinya.

Merujuk pada penelitian Wirdiyanti (2018) penelitian ini menggunakan teknologi


digital sebagai salah satu variabel yang memiliki pengaruh terhadap efisiensi perbankan di
Indonesia. Sehingga penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh dari pesatnya perkembangan
teknologi digital apakah memiliki pengaruh terhadap efisiensi perbankan di Indonesia. Karena
beberapa penelitian yang membahas mengenai perkembangan FINTECH beberapa tahun
terakhir ini seperti dalam penelitian Mawarni et. al. (2021), Mutisari (2020) yang menjelaskan
bagaimana pesatnya perkembangan teknologi digital di dunia Perbankan terutama pada masa

24
pandemic covid-19 yang sekaligus menjadi sebuah tantangan, bukan malah menjadi ancaman,
bahkan hambatan.

2.7 Kerangka Pemikiran

Gambar 5 Kerangka Pemikiran


Hasil: data diolah 2022

H1 = Diduga faktor internal penerapan financial teknologi (FINTECH) secara parsial


berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi bank

H2 = Diduga faktor eksternal penerapan financial teknologi (FINTECH) secara parsial


berpengaruh positif dan signifikan terhadap efisiensi bank

H3 = Diduga bahwa faktor internal dan eksternal penerapan financial teknologi (FINTECH)
secara simultan berpengaruh terhadap efisiensi bank

25
BAB 3

METODOLOGI

3.2 Penggunaan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif


adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori yang menggunakan
pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis datanya
dengan menggunakan prosedur statistic (Indriantoro dan Supomo, 2013:12).

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif


adalah penelitian yang menekankan pada pengujian teori-teori yang menggunakan
pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis datanya
dengan menggunakan prosedur statistic (Indriantoro dan Supomo, 2013:12).

Tabel 2 Jumlah Bank Umum Berdasarkan Modal Inti

Desember 2021
Kelompok Bank / Rp. 1 s.d Rp. 10 s.d 50 > Rp. 50
Group of Bank < Rp. 1 Triliun
10 Triliun Triliun Triliun
(BUKU 1)
(BUKU 2) (BUKU 3) (BUKU 4)
Kinerja Bank 1 - 20 51 4
Kinerja Bank 2 - - 5 11
Kinerja Bank 3 - - - 12
Kinerja Bank 4 - - - 4
Total - 20 56 31
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia OJK 2021

Menurut Statistik Perbankan Indonesia Desember 2021, terdapat 115 bank di


Indonesia yang dikategorikan berdasarkan kinerja bank modal inti, terdiri dari BUKU 1
0 Bank (-), BUKU 2 (20 bank), BUKU 3 (56 bank), dan BUKU 4 (31 bank), sedangkan
28 bank sisanya adalah bank syariah. GROUP 4 bank yang merupakan kelompok bank
yang paling sedikit jumlahnya, namun menguasai dan mengelola 50,5 persen dari total
aset yang dikelola oleh industri perbankan Indonesia dengan modal inti > 30 T.

Adapun pengambilan sample yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan


teknik purposive sampling menggunakan data sekunder dari laporan keuangan yang di
akses melalui website resmi Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Badan
Pusat Statistik (BPS) Dengan objek penelitian perusahaan di industry perbankan yaitu
Bank Umum yang terdaftar di Bank Indonesi (BI) dengan kategori Bank BUKU 4 (5

26
Bank) selama periode 3 Tahun yaitu 2019 – 2021. Pemilihan periode ini didasarkan
pesatnya kemajuan adopsi teknologi perbankan digital di industri perbankan Indonesia
yang terjadi selama kurun waktu 3 tahun terakshir. Berikut adalah sampel yang dilihat
dari modal inti 4 teratas yang akan di gunakan sebagai sampel :

Tabel 3 Sampel Bank

No BANK BUKU 2 BANK BUKU 3 BANK BUKU 4


PT Bank Rakyat Indonesia
1 JP. Morgan Chase Bank, N.A Bank OCBC NISP, Tbk
Tbk
The Bangkok Bank Comp.
2 Bank Shinhan Indonesia PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
Ltd
3 Bank BRI Agroniaga, Tbk Bank BTPN, Tbk PT Bank Central Asia Tbk
BPD Kalimantan Timur dan
4 Bank Permata PT Bank Negara Indonesia
Kalimantan Utara
Hasil: data diolah 2022

3.3 Variabel Penelitian

Seperti yang disebutkan dalam Berger dan Mester (2003) dan Deyoung et al. (2003),
adopsi teknologi dapat mengurangi biaya unit dan beberapa layanan bank telah
berkembang menjadi bisnis berbiaya rendah dan bervolume tinggi yang didominasi oleh
bank berteknologi tinggi. Investasi pada teknologi digital tidak hanya dapat
meningkatkan biaya operasional bank tetapi juga meningkatkan pendapatan mereka,
kesenjangan antara peningkatan total pendapatan dengan kenaikan total biaya
operasional adalah positif. Temuan mereka menyiratkan efek non-linier dari adopsi
teknologi pada efisiensi skala bank. Berikut adalah variabel yang digunakan :

A. Variabel independen disebut dengan variabel bebas


Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen yang terikat. Variabel bebas (X)
dalam penelitian ini adalah X1 Faktor internal yaitu rasio teknologi biaya informasi
X2 Faktor Eksternal yaitu produk domestik bruto

27
B. Variabel dependen atau variabel terikat
Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variable bebas. Variable terikat (Y) dalam penelitian ini adalah efisiensi
bank.

3.4 Metode Analisis Data

Gambar 6 Skema analisis data


Hasil: data diolah 2022

Tahapan pertama dalam penelitian ini adalah mengukur efisiensi dengan metode
DEA yaitu membandingkan variabel output terhadap variabel input menggunakan
pendekatan intermediasi, mempertimbangkan bahwa perbankan adalah lembaga
intermediasi yaitu menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk biaya dan FINTECH
guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. DEA yang diestimasi terdiri atas 1
output (O) dan 1 input (I), masing-masing merupakan penjumlahan dari variabel sebagai
berikut :

Tabel 4 Pendekatan Intermediasi

PENDEKATAN INTERMEDIASI
Variabel Definisi Sumber
Jumlah Dari :
Input Dana Pihak Ketiga Neraca
Total Aset Neraca

28
Jumlah Dari :
Pendapatan Operasional Non Bunga L/R
Output
Kredit yang diberikan Neraca
Hasil: data diolah 2022

Tahapan kedua dalam penelitian ini adalah estimasi pengaruh faktor internal dan
eksternal penerapan FINTECH sebagai variabel independen terhadap variabel dependen
yaitu efisiensi (hasil pengukuran DEA) menggunakan regresi data panel.

Selanjutnya tahapan ketiga dalam penelitian ini untuk menjawab pengaruh dari
hipotesis ke 3 secara simultan dari faktor internal dan eksternal penerapan FINTECH
variabel independen terhadap variabel dependen yaitu efisiensi (hasil pengukuran DEA)
menggunakan regresi data panel.

Analisis data envelopment (DEA) merupakan pendekatan non-parametrik dalam


analisis frontier (Paradi, 2018). Thanassoulis (1999) membahas aplikasi DEA khusus
untuk industry perbankan. DEA juga diterapkan untuk menganalisis individu bank tidak
hanya di tingkat bank sebagai DMU tetapi juga di tingkat cabang bank sebagai DMU.
Paradi, dan Zhu (2013) mensurvei 80 studi terkait aplikasi DEA untuk menganalisis
efisiensi bank di tingkat cabang. Penelitian terbaru, Kaffash et al. (2017) menganalisis
620 publikasi dalam jurnal yang terindeks di database web science, dari tahun 1985
hingga April 2016, menggunakan metode citations network analysis. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa metode data envelopment analysis (DEA) merupakan
metode utama yang biasa digunakan oleh peneliti untuk menganalisis tingkat efisiensi
bank, baik dari sisi bank.

Bank adalah suatu organisasi yang memiliki sumber daya (input) yang digunakan
untuk mencapai tujuan (output) tertentu. Tingkat efisiensi suatu bank dapat dilihat dari
kemampuan bank tersebut dalam menggunakan inputnya untuk menghasilkan output
yang semaksimal mungkin. DEA membandingkan kemampuan bank untuk
menghasilkan output semaksimal mungkin dengan menggunakan sumber daya yang ada
seperti yang diharapkan oleh masing-masing bank sebagai unit pengambilan keputusan
(decision making unit/DMU).

29
Metode Pengukuran Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis (DEA)

A. Model Data Envelopment Analysis (DEA)


1. Charnes Cooper Rhodes (1978)
Para peneliti pertama kali menentukan model DEA CCR pada tahun
1978. Menurut Muharam dan Purvitasari (2007) model ini mengasumsikan
adanya Constant Return to Scale (CRS). CRS adalah perubahan proporsi yang
sama pada tingkat input akan menghasilkan proporsi yang sama pada tingkat
output.
2. Bankers Charnes dan Cooper (1984)
Para peneliti mengembangkan model DEA BCC pada tahun 1984.
Menurut Muharam dan Purvitasari (2007) model ini mengasumsikan adanya
Variabel Return to Scale (VRS) adalah semua unit yang diukur
akanmenghasilkan perubahan pada berbagai tingkat output, dan skala produksi
akan mempengaruhi efisiensi. Perbedaan inilah yang membedakan CRS
dengan VRS, pada CRS menyatakan bahwa skala produksi tidak
mempengaruhi efisiensi. Perhitungan DEA dibantu dengan software –
software seperti Banxia Frontier Analysis (BFA), Max DEA, dan Warwick for
Data Envelopment Analysis (WDEA). Software – software tersebut pada
intinya memperoleh hasil yang sama. Penelitian ini akan menggunakan
bantuan software WDEA.

3. Efisiensi menurut Data Envelopment Analysis (DEA)


Analisis DEA awalnya digunakan untuk mengatasi kekurangan
analisis rasio dan regresi berganda, dimana DEA dapat mengukur efisiensi
dengan menggunakan input dan output lebih dari satu. Efisiensi suatu UKE
adalah efisiensi suatu UKE dibandingkan dengan UKE yang lain yang
menggunakan jenis input dan output yang sama. (Sutawijaya dan Lestari,
2009). Efiesiensi dalam DEAadalah rasio dari total output tertimbang dibagi
dengan total input tertimbang atau timbangan untuk setiap input dan output
UKE (Muharram dan Purvitasari, 2007). Setiap UKE bebas menentukan bobot
input dan output asalkan memenuhi dua kondisi yang disyaratkan: (Huridan
Sulistiowati,2004):
a. Bobot tidak boleh negatif

30
b. Bobot harus bersifat universal. Bahwa Unit Kegiatan Ekonomi (UKE)
harus menggunakan bobot yang sama dalam mengevaluasi rasionya,
hasilnya tidak boleh lebih dari 1. Jadi hasilnya < atau = 1. (Muharram
dan Purvitasari, 2007). Artinya suatu UKE dikatakan efisien jika hasil
rasionya sama dengan 1 atau sama dengan nilai efisiensi 100 persen,
sebaliknya jika hasilnya masih kurang dari 1 maka UKE tersebut tidak
efisien atau inefisien.
c. Model Pengukuran Efisiensi
DEA akan menghitung bank yang menggunakan input untuk
menghasilkan output yang berbeda (Miller dan Noulas dalam Sutawijaya
dan Lestari).

Dimana :
Hs = efisiensi bank s
m = output bank
n = input bank s yang diamati
yis = jumlah output I yang di produksi oleh bank s
xis = jumlah input j yang digunakan oleh bank s
ui = bobot output i yang dihasilkanoleh bank s
vj = bobot input j yang diberikan oleh bank s dan I dihitung dari 1
ke m serta j hitung dari 1 ke n
Penggunaan satu variabel input dan satu output ditujukkan dalam
Persamaan di atas rasio efisiensi (hs), kemudian dimaksimumkan
dengankendala sebagai berikut (sutawijaya dan lestari, 2009:27):

∑𝜇𝑖𝑦𝑖𝑠∑𝑣𝑗 𝑥𝑗𝑠≤1untukr=1,…,N
𝑖=1 𝑗=𝑖

Dimana ui dan vj ≥ 0

31
Persamaan di atas menyebutkan bahwa N mewakili jumlah bank dalam Sampel dan
r merupakan jenis bank yang dijadikan sampel dalam penelitian. Pertidaksamaan pertama
menjelaaskan bahwa adanya resiko untuk UKE lain tidak lebih dari 1, sementara
pertidaksamaan kedua berbobot non-negatif (positif). Angka rasio akan bervariasi antara
0sampai dengan 1. Bank dikatakan efisien, apabila memiliki angka rasio mendekati 1
atau 100 persen, sebaliknya apabila mendekati 0 menunjukkan efisiensi bank yang
semakin rendah. Pada DEA, setiap bank dapat menentukan bobot nya masing-masing
dan menjamin bahwa pembobotannya yang dipilih akan menghasilkan ukuran kinerja
yang terbaik (Sutawijaya dan lestari, 2009:57).

Data Envelopment Analysis juga memiliki keunggulan serta kelemahannya, diantaranya


:

a. Keunggulan DEA
1) Bisa menangani banyak input dan output
2) Tidak butuh asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output.
3) Unit kegiatan ekonomi dibandingkan secara langsung dengan sesamanya.
4) Dapat membentuk garisfrontier fungsi efisiensi terbaik atas variabel input-
output dari setiap sampelnya.
5) Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda.

b. Keterbatasan DEA
1) Bersifat simplespecific
2) Merupakan extremepoint technique, kesalahan pengukuran bias berakibat
fatal.
3) Hanya mengukur produktivitas relative dari unit kegiatan ekonomi bukan
produktivitas absolut.

Penelitian ini akan fokus pada efisiensi bank dari perspektif bank sebagai lembaga
intermediasi keuangan, sebagai lembaga yang berorientasi pada keuntungan serta
layanan pembayaran dan alokasi sumber daya dalam perekonomian. Berdasarkan fokus
penelitian ini, DMU berada di level bank sebagai objek penelitian ini, variabel input dan
output yang digunakan dalam analisis DEA dalam penelitian ini untuk masing - masing
kategori efisiensi bank adalah sebagai berikut:

32
1. Variabel Input : Dana Pihak Ketiga, Total Aset
2. Varabel Output : Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Jumlah
kredit yang diberikan.

Dengan menggunakan variabel input dan output seperti yang telah ditentukan,
analisis DEA dalam penelitian ini menggunakan dataset periode 2019 hingga 2021. Hasil
perhitungan skor efisiensi setiap tahun pada periode analisis ini akanmenghasilkan data
panel skor efisiensi, perubahan skor efisiensi tahunan, dan dekomposisi perubahan
efisiensi. Perhitungan skor efisiensi DEA dalam penelitian ini menggunakan asumsi
constant return to scale (CRS). Model CRS DEA digunakan karena dengan menggunakan
asumsi-asumsi tersebut, menjadi lebih mungkin untuk membandingkan antara
perusahaan dengan ukuran yang berbeda (Akhtar, 2010). VRS DEA dihitung untuk
menguraikan skor efisiensi CRS DEA menjadi efisiensi teknis murni dan efisiensi skala.

Pengaruh Adopsi Teknologi Perbankan Digital terhadap Efisiensi Bank: Model


Regresi Data Panel

Penelitian ini mengembangkan model regresi data panel dan menggunakan skor
efisiensi bank dan Indeks Malmquist dari hasil perhitungan analisis DEA sebagai variabel
dependen. Periode waktu 2012-2021dengan sampel cross-section dari semua bank yang
digunakan dalam analisis DEA. Bentuk fungsional umum model regresi data panel
adalah sebagai berikut:

EB = f (BCi,t, Macrot, DBi,te,t)

Dimana EB adalah bank, i adalah skor efisiensi dalam tahun t, ε.adalah istilah
kesalahan, BC adalah vector variabel, terdiri dari karakteristik bank i di tahun t. Makro
merupakan vektor dari variabel kondisi ekonomi makro yang berdampak pada industri
perbankan Indonesia. DB merupakan vector variabel yang digunakan sebagai proxy
untuk indikator tingkat digitalisasi bank.

Variabel karakteristik bank dan variabel makroekonomi merupakan vektor atau


kelompok variabel kontrol yang dalam studi empiris determinan efisiensi bank diketahui
berpengaruh signifikan. Mengikuti studi empiris sebelumnya variabel-variabel tersebut
terdiri dari variabel karakteristik bank dan kondisi eksternal bank (Repkova, 2015;

33
Girardone et.al, 2004; Soteriou dan Yiannos, 1997; Košak dan Zajc, 2006) sebagai
berikut:

1. PDB, Produk Domestik Bruto riil


2. DIG2, adalah rasio biaya teknologi informasi terhadap total biaya operasional
dikembangkan dari data sekunder yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan
(OJK).
Data panel adalah penggabungan antara data cross-section dan data time series.
Adapun persamaan regresi data panel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

EFit = β0 + β1(PDB)it + β2(DIG2)it + µit.

Keterangan :

1. EF = Skor DEA (tingkat efisiensi)


2. PDB = Produk Domestik Bruto
3. DIG2 = rasio biaya teknologi informasi terhadap total biaya operasional

34
DAFTAR PUSTAKA

Alaloul, W. S., Liew, M. S., Zawawi, N. A. W. A., & Kennedy, I. B. (2020). Industrial
Revolution 4.0 in the construction industry: Challenges and opportunities for
stakeholders. Ain Shams Engineering Journal, 11(1), 225–230.
https://doi.org/10.1016/j.asej.2019.08.010
Afriyeni. 2013. Analisis Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Profitabilitas PT. Bank
Pembangunan Daerah (BPD) Sumatera Barat. Vol. 1. No.2. Jurnal KBP.
Berger, A.N. & D.B Humprey. (1997). Efficiency of Financial Institution : Internasional
Survey and Direction for Future Research. Europan Journal of Operational Research.
DeYoung, R. & Hunter., William Curt &Udell, Gregory F., Masa Lalu, Sekarang, dan Masa
Depan yang Mungkin untuk Bank Komunitas. Kertas Kerja FRB Chicago No. 2003-1
Dwiastuti, Ninuk. 2020. Pengaruh Kredit Perbankan Terhadap Pertumbuhan Eonomi dan
Hubungannya Dengan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten / Kota di Provinsi
Kalimantan Barat. Prosiding Seminar Akademik Tahunan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan 2020. ISBN: 978-602-53460-5-7.
F. Sufian and F. Kamarudin, “Determinants of efficiency in the Malaysian banking sector:
Does bank origins matter?,” Intellect. Econ., vol. 10, no. 1, pp. 38–54, 2016.
Fitroh, et. al. 2020. Identifikasi Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Perbankan
Syariah Indonesia. E-ISSN:2721-1223. Digital Economic and Accounting Knowledge
Development.
I. Řepková, “Banking efficiency determinants in the Czech banking sector,” Procedia Econ.
Financ., vol. 23, pp. 191–196, 2015.
Srisathan, W. A., & Naruetharadhol, P. (2022). A COVID-19 disruption: The great acceleration
of digitally planned and transformed behaviors. Technology in Society, 68, 101912.
https://doi.org/10.1016/j.techsoc.2022.101912
Susanti, E. (2019). Inovasi digital perbankan yang ada di indonesia. Universitas Sebelas Maret,
8(5), 55.
Ivan Gumilar., & Siti Komariah. (2011). Pengukuran Efisiensi Kinerja Dengan Metode
Stochastic Frontier Approach Pada Perbankan Syariah. Bisnis &Manajemen .
M. H. Akhtar, “After the financial crisis: a cost efficiency analysis of banks from Saudi
Arabia,” Int. J. Islam. Middle East. Financ. Manag., 2013
Muharam, Harjum.,Pusvitasari, Rizki. (2007). Analisis Perbandingan Efisiensi Bank
Syariah di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis. Fakultas
Ekonomi UNDIP. Vol II, No. 3, Desember 2007.
Meyliana, Mulazaid. 2017. Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Jumlah Bgi Hasil dan
Jumlah Kantor Terhadap Jumlah Deposito Mudharabah Bank Syariah di Indonesia
Periode 2011 - 2015. Vol. 8. No.2. hal. 263 - 284. ISSN : 2085-9325. Economica : Jurnal
Ekonomi Islam.
Mutiasari, Annisa. 2020. Perkembangan Industri Perbankan di Era Digital. Vol. IX. No.2.
Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan.

35
Mawarni, et. al. 2021. Penerpan Digital Banking Syariah Sebagai Upaya Customer Retention
Pada Masa Covid-19. Vol. 9. E-ISSN: 2745-8512. P-ISSN: 2407-6600. AL-IQTSHAD :
Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ekonomi Islam.
Komaryatin, Nurul. “Efisiensi Teknis Industri BPR di Eks Karisidenan Pati dengan Data
Envelopment Analysis “. Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis. Vol 4. 2007.
Kasmir. (2002). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Kasmir. (2002). Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Rajawali Pers.
Sutawijaya, Adrian dan Etty Puji Lestari. (2009). “Efisiensi Teknis Perbankan Indonesia
ascakrisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA”. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Vol. 10 No 1, Fakultas Ekonomi, Universitas Terbuka, Jakarta. 2009.
Huda, Nurul dan Edwin, Nasution Mustafa. “Current Issues Lembaga Keungan Syariah”.
Jakarta. 2009.
Sukirno, Sadono, (2008). Mikro Ekonomi, Teori Pengantar. Edisi ketiga. Divisi Buku
Perguruan Tinggi, PT. RajaGrafindoPersada : Jakarta.
Repkova, I., (2015). Penentu Efisiensi Perbankan di Sektor perbankan Ceko. Procedia
Ekonomi dan Keuangan Volume 23, hal 191-196.
Soteriou, AC dan S. Yiannos, (1997). Model Analisis Envelopment Data Kualitas Layanan
Pelanggan Internal Cabang Bank.Jurnal Internasional Manajemen Operasi & Produksi,
Jilid 17 No 8, hal. 780-789
Sujarwo, et. al. (2018). Analisis Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Efisiensi Perbankan di
Indonesia Periode 2013 - 2017 (Dalam Rangk Persiapan Asean Banking Integration).
Jurnal Ekonomi Bisnis. Vol. 18. No.1. hal. 44-53.
Kosak, M. &Zajc. P. (2006). Penentu perbedaan Efisiensi Bank di Negara Anggota Uni Eropa
yang baru. Laporan Stabilitas Keuangan, Makalah Ahli, Ljubljana, Bank of Slovenia.
Indriantoro, N., &Supomo, B. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi &
Manajemen (Pertama). Yogyakarta: BPFE.
Kaffash, Sepideh, Marra, & Marianna. (2017). Analisis data envelopment dalam
jasa keuangan: analisis jaringan kutipan bank, perusahaan asuransi dan dana
pasar uang.' Sejarah Riset Operasi, 253 (1). 307 - 344. ISSN 0254-533.
M. F. Firdaus and M. N. Hosen, “Efisiensi bank umum syariah menggunakan pendekatan two-
stage data envelopment analysis,” Bull. Monet. Econ. Bank., vol. 16, no. 2, pp. 1– 22,
2013.
Nani, Septiana. 2015. Faktor - Faktor Yng Mempengaruhi Efisiensi Perbankan di Indonesia
Tahun 2010 - 2013 (Study Pada Bank umum Konvensional dan Syariah). Derivative. Vol.
9 No. 2 issn 1078 - 6573.
Paradi JC & H. Zhu (2013). Survei efisiensi dan kinerja cabang Bank yang layak dianalisis
dengan data envelopment. Omega 4, Universitas Kanada, Toronto, hal. 61- 79.h
Thanassoulis, E. (1999). Analisis data envelopment dan penggunaannya dalam perbankan.
Antarmuka, 29(3), 1–13
T. E. Batir, D. A. Volkman, and B. Gungor, “Determinants of bank efficiency in Turkey:

36
Participation banks versus conventional banks,” Borsa Istanbul Rev., vol. 17, no. 2, pp.
86–96, 2017.
Paradi JC & H. Zhu (2013). Survei efisiensi dan kinerja cabang Bank yang layak dianalisis
dengan data envelopment. Omega 4, Universitas Kanada, Toronto, hal. 61- 79.h
Girardone C., Molyneux P., Edward, & Tukang Kebun. (2004). Menganalisis Penentu
Efisiensi Bank: Kasus Bank Italia. Ekonomi Terapan. Jurnal Taylor & Francis, vol. 36(3), hal
215-227.
Z. B. Pambuko, “Determinan Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia: Two Stages
Data Envelopment Analysis,” Cakrawala J. Stud. Islam, vol. 11, no. 2, pp. 178– 194, 2016.

37

Anda mungkin juga menyukai