Diampu oleh:
Dr. Ir. Budi Purwanto, M.E
Disusun oleh :
1. Ayu Yulianti(H2501211072)
2. Hieta Octavia (H2501211082)
3. Raden Muhammad Jiddan Aziz (H2501211075)
Segala puji dan syukur hanyalah untuk Allah SWT. Yang selalu melimpahkan nikmat dan
karunianya kepada hambanya secara adil dan sempurna. Sholawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Segala rasa
syukur penulis panjatkan karena dengan izinnya dapat menyelesaikan conference paper
manajemen digital perbankan yang berjudul “Penerapan Financial Technology (FINTECH)
Terhadap Efisiensi Bank Di Indonesia”
Penulis berharap proposal penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan serta
pengetahuan dan pembaca mengenai era digital khususnya perbankan saat ini. Penulis
menyadari bahwa proposal penelitian yang tertuang masih belum sempurna. Karena itu
diharapkan masukan kritik maupun saran yang membangun demi sempurnanyaproposal
penelitian ini.
Atas bantuan dari semua pihak yang sudah penulis terima dalam menyelesaikan tugas
manajemen digital perbankan ini terutama bapak Dr. Ir. Budi Purwanto, M.E. yang telah
banyak memberikan pengetahuan baru tentang manajemen keuangan perbankan digital,
semoga Allah SWT membalas dengan pahala yang berlipat ganda AMIN.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. i
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................................... 6
1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................................................... 6
1.4.2 Manfaat Praktis .................................................................................................... 7
BAB 2 KAJIAN TEORI .......................................................................................................... 8
2.2 Perkembangan Financial Technology (FINTECH)..................................................... 9
2.3 Analisis data envelopment (DEA)............................................................................. 14
2.4 Konsep Efisien .......................................................................................................... 15
2.5 Efisiensi Bank ........................................................................................................... 16
2.6 Pengembangan Hipotesis .......................................................................................... 17
2.7 Kerangka Pemikiran .................................................................................................. 25
BAB 3 METODOLOGI ......................................................................................................... 26
3.2 Penggunaan Data ....................................................................................................... 26
3.3 Variabel Penelitian .................................................................................................... 27
3.4 Metode Analisis Data ................................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 35
i
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prediksi bahwa 93,9% variasi dalam keputusan perilaku digital dijelaskan oleh sikap
digital, norma sosial digital, persepsi kontrol perilaku digital, praktik transformasi digital,
dan COVID-19(Srisathan & Naruetharadhol, 2022) Pendekatan deduktif untuk
membangun konsep baru dan mengidentifikasi batas teori tradisional agar sesuai dengan
konteks baru transformasi digital dari perilaku terencana—perilaku yang direncanakan
dan diubah secara digital. (Srisathan & Naruetharadhol, 2022)
Di awal tahun 2020 ini, dunia dikejutkan dengan kejadian infeksi berat dengan
penyebab yang belum diketahui, yang berawal dari laporan dari Cina kepada World
Health Organization (WHO) terdapatnya 44 pasien pneumonia yang berat di suatu
wilayah yaitu Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, tepatnya di hari terakhir tahun 2019
Cina. Dugaan awal hal ini terkait dengan pasar basah yang menjual ikan, hewan laut dan
berbagai hewan lain. Pada 10 Januari 2020 penyebabnya mulai teridentifikasi dan
didapatkan kode genetiknya yaitu virus corona baru. Pada akhir Januari 2020 WHO
menetapkan status Global Emergency pada kasus virus Corona ini dan pada 11 Februari
2020 WHO menamakannya sebagai COVID-19. Menurut Worldometer hingga saat ini
jumlah orang yang positif mencapai 168.000.175 jiwa, kematian 3.487.572 jiwa, dan
sembuh 149.342.494. (Sumber :worldometer)
1
Akibat pandemi COVID-19 mengharuskan masyarakat melakukan aktivitas dirumah
saja baik itu penggunaan virtual dari gadget, melihat informasi, transaksi, berbelanja
secara online, industri perbankan merupakan sektor yang banyak menarik perhatian
masyarakat selama pandemic,baik itu masyarakat pada umumnya maupun masyarakat
yang sebagian besar ada di dunia bisnis. Berbagai macam transaksi keuangan yang
melibatkan pihak perbankan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari transaksi
finansial. Fitur transaksi keuangan yang ada di perbankan menjadikan hal yang menarik
bagi pengguna transaksi keuangan. Fitur transaksi keuangan berbasis digital banyak
dipergunakan oleh nasabah dalam transaksi pembayaran baik itu transfer, pembayaran,
kredit,maupun pembelian produkataupun transaksi keuangan lainnya. Berbagai fitur
transaksi keuangan berbasis digital tersebut tidak terlepas dari bankumum milik
negara yang sebagian besar nasabahnya melakukan transaksi keuanganberbasis digital
tersebut.
Dari data diatas memperlihatkan bahwa perkembangan indikator TIK yang paling
pesat terlihat pada penggunaan internet dalam rumah tangga yang mencapai angka 78,18
persen di tahun 2020. Pertumbuhan penggunaan internet dalam rumah tangga ini diikuti
pula oleh pertumbuhan penduduk yang menggunakan telepon Seluler pada tahun 2020
mencapai 62,84 persen. Kepemilikan komputer dalam rumah tangga tahun 2020
mengalami kenaikan menjadi 18,83 persen. Penduduk yang menggunakan internet juga
mengalami peningkatan selama kurun waktu 2016—2020, yang ditunjukkan dari
meningkatnya persentase penduduk yang mengakses internet pada tahun 2016 sekitar
25,37 persen menjadi 53,73 persen pada tahun 2020. Sebaliknya kepemilikan telepon
2
tetap kabel dalam rumah tangga mengalami penurunan dari tahun ke tahun, pada tahun
2016 persentase rumah tangga yang memiliki/menguasai telepon kabel sekitar 3,49
persen, turun menjadi 1,65 persen pada tahun 2020.
Data Bank Indonesia (BI) pada Agustus 2021 memperlihatkan bahwa nilai transaksi
keuangan elektronik meningkat sebesar 43,66 persen secara tahunan atau year-on-year
(YoY) menjadi Rp24,8 triliun. Nilai transaksi perbankan digital pada bulan sebelumnya
juga meningkat sebesar 39,39 persen YoY, yaistu mencapai Rp17.901,76 triliun.
Terlepas dari berbagai skenario masa depan yang akan dihadapi industri perbankan,
dengan pesatnya penetrasi penerapan teknologi digital, teori ekonomi menjelaskan
bahwa kemajuan teknologi menyebabkan peningkatan produktivitas dan mendorong
efisiensi perusahaan. Semakin efisien dan produktif suatu perusahaan akan
meningkatkan kapasitasnya untuk bersaing dan menguasai pasar. Temuan empiris
menunjukkan bahwa sebagian besar bank di sektor perbankan Indonesia telah
menjadikan adopsi teknologi perbankan digital sebagai strategi utama yang diterapkan
(Price Waterhouse and Coopers, 2018).
Permasalahan yang ada dalam financial teknologi tak lepas dari beberapa lemahnya
regulasi pemerintah khususnya dalam sektor perbankan, selain peningkatan penggunaan
karena efek pandemi, adapun berikut adalah isu hangatyang di kemukakan ke publik
telah di rangkum oleh penulis :
1. Dalam catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), terdapat 1.490 fintech ilegal pada
2021. Jumlah ini menaik dibandingkan tahun sebelumnya sebanyak 1.026
perusahaan.
2. Inovasi yang terus-menerus dipacu membuat berbagai model bisnis di sektor fintech
terus berkembang. Ada yang berupa peer to peer (P2P) lending, marketplace untuk
investasi, transaksi digital bahkan hingga equity crowd-funding.
3. potensi resiko selanjutnya adalah adanya kecurangan data (fraud) dan pelanggaran
penggunaan data (breach)
4. Menurut (Susanti, 2019) dalam penelitiannya menerangkan bahwa tingkat
kepercayaan dan keamanan masyarakat terhadap fintech masih sebesar 31,2%.
Bank adalah suatu organisasi yang memiliki sumber daya (input) yang digunakan
untuk mencapai tujuan (output) tertentu. Tingkat efisiensi suatu bank dapat dilihat dari
kemampuan bank tersebut dalam menggunakan inputnya untuk menghasilkan output
3
yang semaksimal mungkin. DEA membandingkan kemampuan bank untuk
menghasilkan output semaksimal mungkin dengan menggunakan sumber daya yang ada
seperti yang diharapkan oleh masing-masing bank sebagai unit pengambilan keputusan
(decision making unit/DMU). Hal inilah yang menjadi dasar pemikiran pengukuran
kinerja menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Menurut Kaffash et
al. (2017).
Tahun
Hasil Saran Adopsi
Penelitian
4
Tahun
Hasil Saran Adopsi
Penelitian
Dari hasil analisa di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa GAP yang terjadi antara
penelitian sebelumnya ialah selanjutnya menganalisa bank secara umum dengan
penggunaan fintech, peran ekonomi makro, serta penggunaan bank buku yang masih
belum menyeluruh sebagai keterwakilan maka dari itu penelitian selanjutnya di harapkan
dapat mengakomodir perihal tersebut.
5
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini telah dirumuskan berdasarkan latar belakang
permasalahan sebagai berikut :
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini telah dirumuskan berdasarkan latar belakang
permasalahan sebagai berikut :
2. Perbankan di Indonesia
6
1.4.2 Manfaat Praktis
7
BAB 2
KAJIAN TEORI
Financial Technology (Fintech) memiliki ragam layanan dan produk yang bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat. Klasifikasi Fintech berdasarkan Bank Indonesia, terbagi
menjadi 4 jenis (Maulida, 2019), yakni: 1. Peer-to-Peer (P2P) Lending dan
Crowdfunding P2P lending dan crowdfunding, Fintech satu ini seperti marketplace
finansial. Platform ini mampu mempertemukan pihak yang memerlukan dana dengan
pihak yang dapat memberi dana sebagai modal ataupun investasi. Peer-to-peer lending
atau P2P lending dapat pula diartikan sebagai layanan peminjaman dana pada
masyarakat. Dana tersebit dapat berasal dari masyarakat itu sendiri maupun dari
perusahaan yang membangun platform tersebut. 2. Manajemen Risiko Investasi Fintech
jenis ini dapat digunakan untuk melakukan pantauan pada kondisi keuangan dan juga
melakukan perencanaan keuangan dengan lebih mudah dan praktis. Jenis manajemen
risiko investasi yang satu ini biasanya hadir dan bisa diakses dengan menggunakan
smartphone, dimana hanya perlu memberikan data-data yang dibutuhkan untuk bisa
mengontrol keuangan. 3. Payment, Clearing, dan Settlement Fintech jenis ini ada
beberapa startup finansial yang memberikan penyedian berupa payment gateaway atau
8
dompet digital Fintech payment gateway menghubungkan bisnis e-commerce dengan
berbagai bank sehingga penjual dan pembeli dapat melakukan transaksi kedua produk
tersebut masih masuk dalam kategori Fintech ini. 4. Market Aggregator Hadirya Fintech
ini mengacu pada portal yang mengumpulkan berbagai jenis informasi terkait sektor
keuangan untuk disajikan kepada penggunanya. Biasanya Fintech jenis ini mempunyai
cakupan informasi terkait keuangan, tips, kartu kredit, dan investasi keuangan lainnya.
Hadirnya Fintech jenis ini, diharapkan dapat menyerap banyak informasi sebelum
melakukan pengambilan keputusan terkait keuangan.
1. Semua tipe jasa keuangan, termasuk pembayaran, tabungan, kredit, asuransi, dan
semua produk keuangan;
2. Semua tipe pengguna, termasuk individu pada semua level pendapatan, pelaku usaha
pada semua skala usaha, dan pemerintah; serta
9
3. Semua tipe penyedia jasa keuangan, termasuk bank, penyedia jasa pembayaran,
institusi keuangan lainnya, perusahaan telekomunikasi, fintech start-ups, retailer,
dan usaha lainnya.
10
Gambar 2 Klasifikasi Industri Fintech
11
adalah subsegmenblockchain dan cryptocurrency yang mencakup fintechs yang
menawarkan mata uang virtual (cryptocurrency) sebagai alternatif dari uang fiat biasa,
seperti cara pembayaran legal yang dimungkinkan untuk menyimpan, menggunakan, dan
menukar kripto (BaFin, 2016).
Bank tidak perlu berfungsi sebagai perantara. Salah satu kripto yang paling terkenal
adalah bitcoin. Bitcoin, yang telah mengalami fluktuasi nilai yang besar pada masa lalu,
belum mampu membangun dirinya sebagai pesaing serius dengan mata uang resmi yang
dikeluarkan oleh bank sentral. Ada lebih dari 700 mata uang virtual lain yang belum
mencapai tingkat kapitalisasi pasar Bitcoin (CoinMarketCap 2016). Seperti kebanyakan
sistem pembayaran digital lainnya, blockchain digunakan untuk mengamankan transaksi
bitcoin. Dengan teknologi ini, semua transaksi didaftarkan dan disimpan di berbagai
server. Hal itu membuat sangat sulit untuk memalsukan informasi (Grinberg, 2011;
Bohme et al.2015),
12
Gambar 3Tingkat Penetrasi Jasa Fintech di Asia
13
oleh Affandi et al. (2016), perkembangan fintech di Indonesia sejalan dengan
perkembangan teknologi yang ditandai dengan terus berkembangnya penggunaan
telepon seluler (ponsel) dan layanan internet. Berdasarkan laporan We Are Social (2016),
Indonesia merupakan pasar ponsel terbesar keempat di dunia dengan sebanyak 326,3 juta
konektivitas atau penetrasi SIM sebesar 126%. Sebanyak 43% penduduk Indonesia sudah
menggunakan ponsel pintar (smart phone). Lebih jauh, Indonesia berkembassng menjadi
negara mobile pertama (mobile-first) dengan 66,0 juta dari total sebanyak 88,1 juta
pengguna mengakses internet melalui ponsel atau tablet. Hal itu memicu penggunaan
media sosial dengan platform seperti WhatsApp, Facebook, Blackberry, Line, dan Path.
Tren tersebut juga menyebabkan pertumbuhan yang mencengangkan dalam perdagangan
elektronik (e-commerce)
14
metode utama yang biasa digunakan oleh peneliti untuk menganalisis tingkat efisiensi
bank, baik dari sisi bank.
Di dalam teori ekonomi, ada dua konsep umum mengenai efisiensi, yakni efisiensi
yang ditinjau dari konsep ekonomi (economic concept) dan efisiensi yang ditinjau dari
konsep produksi (production concept). Efisiensi yang ditinjau dengan konsep ekonomi
mempunyai cakupan lebih luas yang ditinjau dari segi makro, sementara itu efisiensi dari
sudut pandang produksi melihat dari sudut pandang mikro (Suryadi, 2011). Efisiensi
dalam konsep makro, melihat secara luas pada pengalokasian sumber-sumber daya di
dalam suatu perekonomian yang mendatangkan kesejahteraan di dalam masyarakat
(Sukirno, 2008).
Konsep efisiensi yang berasal dari teori ekonomi mikro yakni teori produsen dan
teori konsumen. Teori produsen menyatakan bahwa produsenberusaha memaksimalkan
keuntungan dan meminimalkan biaya. Sedangkan teori konsumen menyatakan bahwa
konsumen berusaha memaksimalkan tingkat kegunaan atau tingkat kepuasannya. Dalam
teori produsen diketahuiadanya garis frontier produksi. Garis ini menggambarkan
hubungan antarainput dan output dalam proses produksi. Garis frontier produksi ini
mewakilitingkat output maksimum dari setiap penggunaan sumber daya input yang
15
mewakili penggunaan teknologi dari suatu perusahaan atau industry (Hudadan
Nasution,2009:10). Efisiensi dalam konsep produksi terbatas pada melihat hubungan
teknis danoperasional dalam suatu proses produksi, yaitu konversi input menjadi output
(Sutawijaya,Adrian dkk, 2009:53).Pengukuran suatu efisiensi dapat dengan beberapa
pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan Teknis
2. Pendekatan Biaya
Efisiensi dengan pendekatan biaya adalah mengukur sejauh mana biaya yang
dikeluarkan oleh suatu unit ekonomi atau perusahaan untuk mendapatkan hasil
(keluaran) tertentu yang diharapkan, sehingga dapat dibuat perbandingan diantara
kedua variable tersebut. Kusnadi, dkk (1999) menuturkan bahwa perusahaan akan
mengalami kondisi yang tidak efisien ketika biaya marjinal untuk menambah hasil
produksi sudah lebih besar dari pendapatan marjinalnya (MC>MR). Sehingga ketika
memproduksi dengan tambahan biaya yang semakin besar akan memperkecil
keuntungan (laba perusahaan).
16
1. Cost Efficiency, adalah dengan mengukur tingkat biaya operasional suatu bank,
dibandingkan dengan bank yang memiliki biaya operasional terbaik (best practice
bank’s cost) yang menghasilkan output yang sama dengan teknologi yang sama.
2. Standard Profit Efficiency, adalah mengukur tingkat efisiensi suatu bank didasarkan
pada kemampuan bank untuk menghasilkan profit maksimal pada tingkat harga
output tertentu, dibandingkan dengan tingkat keuntungan bank yang beroperasi
terbaik (best practice bank) dalam sampel. Model ini sering dikaitkan dengan suatu
kondisi pasar persaingan sempurna, dimana harga input dan output ditentukan oleh
pasar.
3. Alternative Profit Efficiency, seringkali dikaitkan dengan suatu kondisi pasar
persaingan tidak sempurna, dimana bank diasumsikan memiliki market power dalam
menentukan harga output, namun tidak pada harga input.
1. Pendekatan Rasio
2. Pendekatan Regresi
Dimana :
Y = output X = input
17
maupun layanan pemantauan peminjam (lending). Semua kegiatan operasional bank mengarah
pada layanan perbankan fungsi yang menghasilkan pendapatan berbasis biaya, dan layanan
intermediasi yang menghasilkan pendapatan bunga.
Dalam kaitannya dengan fungsi bank dalam operasionalnya, peran teknologi menjadi
penting untuk mempercepat dan mengefektifkan pelayanan yang diberikan oleh bank. Menurut
Lipton et.al. (2016), aktivitas perbankan sebagian besar bersifat teknologi dan matematis.
Artinya, sebagian besar fungsi operasional di bank dapat ditransformasikan ke dalam bentuk
layanan digital berbasis teknologi. Sistem perbankan dari front end hingga back end prosesnya
dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi dan menggantikan peran tenaga kerja. Oleh
karena itu,peran kemajuan teknologi dan penerapan digital banking menjadi peluang bagi bank
untuk meningkatkan daya saing di industri perbankan melalui peningkatan efisiensi
operasional bank.
Hal tersebut di atas membentuk hipotesa awal bahwa semakin agresif suatu bank dalam
penerapan teknologi digital banking semakin efisien bank tersebut dibandingkan dengan bank
lain. Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah disampaikan, maka dalam hal penerapan
digital banking oleh individu bank di Indonesia, hal ini dapat diduga sebagai strategi bank
untuk mempertahankan dan memperluas pangsa pasarnya. Selanjutnya, transmisi dampak
digital banking terhadap pangsa pasar individu bank adalah melalui peningkatan efisiensi bank
dalam menjalankan kegiatan usaha, baik dalam menghimpun dan mengelola dana masyarakat
(likuiditas dan pendanaan) maupun dalam penyaluran dana (pemberian pinjaman).
Seperti yang disebutkan dalam Berger dan Mester (2003) dan Deyoung et al. (2003),
adopsi teknologi dapat mengurangi biaya unit dan beberapa layanan bank telah berkembang
menjadi bisnis berbiaya rendah dan bervolume tinggi yang didominasi oleh bank berteknologi
tinggi. Investasi pada teknologi digital tidak hanya dapat meningkatkan biaya operasional bank
tetapi juga meningkatkan pendapatan mereka, kesenjangan antara peningkatan total
pendapatan dengan kenaikan total biaya operasional adalah positif. Temuan mereka
menyiratkan efek non-linier dari adopsi teknologi pada efisiensi skala bank
Pengukuran efisiensi dapat menjadi suatu indikator penting untuk melihat kemampuan
bank untuk bertahan di era digital saat ini, sehingga dapat dilihat kemampuan bank dalam
menghadapi ketatnya persaingan pada industry perbankan nasional di Indonesia agar dapat
memperluas pangsa pasarnya. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai
faktor yang mempengaruhi efisiensi perbankan di Indonesia, umumnya menjelaskan bahwa
18
faktor – faktor tersebut terdiri dari faktor eksternal dan internal. Beberapa penelitian yang telah
dilakukan baik mengenai pengaruh faktor internal dan juga eksternal terhadap efisiensi bank
menunjukkan hasil yang bervariasi dari peneliti satu dengan peneliti yang lainnya, faktor yang
digunakan dalam penelitian tersebut diantaranya menggunakan faktor internal seperti ukuran
bank, DPK, Financing to Deposit Ratio (FDR), Non Peforming Financing (NPF), adapun untuk
faktor eksternal diantaranya Gross Domestic Product (GDP), Inflasi, Interest Rate.
Sehingga fungsi dari regresi data panel pada penelitian ini adalah :
Dimana EB adalah skor efisiensi bank i pada tahun t, dan e merupakan error, Macro merupakan
variable makroekonomi yang berpengaruh terhadap industri perbankan. Dan DB merupakan
variable vector yang digunakan sebagai proksi dari indikator tingkat digitalisasi perbankan.
Size, Bank Size (Ukuran Bank) merupakan besar kecilnya bank yang dicerminkan
melalui total asset dan kepemilikan modal sendiri (Ranjan dan Dahl, 2003). Semakin besarnya
ukuran bank, volume pembiayaan yang diberikan oleh bank juga akan semakin besar. Maka
risiko kredit atau pembiayaan yang dihadapi oleh bank juga akan semakin besar. Ukuran bank
menggunakan total aset bank sebagai indikator.
Penelitian Septiana (2015) menggunakan variable Size, ROA, Ekuitas, NPL, dan Biaya.
Pada penelitian tersebut menunjukka bahwa size (total aset) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Technical Efficiency, Pure Technical Efficiency, Cost Efficiency, dan Allocative
Efficiency dan berpengaruh negative terhadap Technical Efficiency dan Scale Efficiency.
Sufian dan Kamarudin (2016) menyatakan bahwa bank size memiliki hubungan yang
positif dengan efisiensi bank, serta menurut Firdaus dan Hosen (2013) yang menyatakan bahwa
19
aset berpengaruh positif dan signifikan, hal ini sejalan dengan penelitian Widiarti (2015)
dimana penelitian tersebut menggunakan Total Aset sebagai variabel input hasil menunjukan
bahwa ukuran bank berpengaruh positif siginifikan terhadap efisiensi bank karena dengan
jumlah aset yang besar suatu perusahaan dapat lebih leluasa menjalankan kegiatan
operasionalnya dan mencapai optimalisasi sumber daya yang dimilikinya. Tetapi berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Batir dkk (2017) yang menyatakan bahwa Bank Size
berpengaruh negatif signifikan terhadap efisiensi perbankan. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Akhtar (2013) menunjukkan bahwa kondisi ekonomi yang sedang tumbuh membuat bank
semakin efisien. Merujuk pada penelitian Sujarwo (2018), Fitroh et. al (2020) dan beberapa
penelitian sebelumnya, maka penulis menggunakan variable ukuran bank yaitu Total Aset
sebagai variable input pada penelitian ini.
Penentun total aset atau komponen ukuran bank pada penelitian ini berdasarkan Hadad
et al. (2003) yang menyatakan bahwa penentuan input dan output dari suatu bank
menggunakan asset approach (deposito sebagai input). Hal itu dengan pertimbangan bahwa
mempermudah untuk dilakukan penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
efisiensi perbankan, maupun membandingkan hasil penelitian ini dengan penelitian-penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya. Selain itu karena peranan dari bank di Indonesia adalah
sebagai institusi finansial yang mengumpulkan tabungan (yang merupakan surplus unit) dan
mengubahnya menjadi kredit yang merupakan defisit unit. Atau dengan perkataan lain, terkait
dengan fungsi intermediaries dari bank. Jika deposito diperhitungkan sebagai output, deposit
services dikenakan kepada nasabah bank dalam bentuk membayar tingkat bunga di bawah
tingkat bunga pasar (SBI) daripada mengenakannya dengan harga tertentu sebagai fee dari
services.
DPK, Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi dana yang terpenting bagi proses intermediasi
perbankan karena proses penghimpunan dana berasal dari masyarakat, yaitu berupa giro,
tabungan, dan simpanan berjangka atau deposito. Sehingga DPK menjadi sumber dana terbesar
dan yang paling diandalkan oleh bank, baik itu bank syariah ataupun bank konvensional.
Menurut Kasmir (2002), dana pihak ketiga memiliki kontribusi terbesar dari beberapa
sumber dana lainnya sehingga jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh suatu
bank akan mempengaruhi kemampuannya dalam menyalurkan kredit. Kredit diberikan kepada
20
para debitur yang telah memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam perjanjian yang
dilakukan antara pihak debitur dengan pihak bank.
Dana pihak ketiga merupakan alat bagi investor dan user lainnya untuk melihat kinerja
keuangan suatu bank. Dana pihak ketiga ini menggambarkan seberapa besar kepercayaan
nasabah untuk menyimpan sebagian dana (uang) yang dimilikinya pada suatu perusahaan
perbankan. Semakin tinggi dana pihak ketiga suatu bank, maka semakin besar kepercayaan
nasabah terhadap bank tersebut, sehingga dana yang dialokasikan untuk kegiatan operasional
bank seperti pemberian kredit juga akan meningkat. Hal ini akan berdampak pada peningkatan
pendapatan bank yang nantinya akan mempengaruhi pada peningkatan profitabilitas bank
tersebut.
Penelitian ini menggunakan rasio DPK sebagai variable input berdasarkan penelitian
Widiarti (2015), Sujarwo (2018).
2.6.3 Kredit
Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu
dengan pemberian bunga (LBU :2000). Dalam memberikan kredit, bank harus mempunyai
prinsip kehati-hatian. Kesalahan dalam memberikan kredit akan memberikan resiko yang besar
bagi bank. Resiko tersebut berupa resiko tidak tertagihnya pinjaman, dan terlambatnya
penerimaan pinjaman dari jadwal, sehingga menimbulkan kredit macet.
1. Pembatasan limit bagi masing – masing sektor perdagangan. Posisi mismatch antara
sumber dana masyarakat dengan jangka waktu pemberian kredit, terutama untuk
kredit investasi di sektor property.
2. Kebijakan yang menyangkut fee based income terutama pemungutan provisi kredit
untuk menunjang operasional perbankan.
21
3. Review secara periodik terhadap kebijakan kredit tersebut untuk mengantisipasi setiap
perubahan faktor ekonomi makro
Jadi fungsi dari kredit untuk merangsang kedua belah pihak dengan tujuan pencapaian
kebutuhan dari bidang usaha maupun kehidupan sehari – hari. Adapun tujuan dari pemberian
kredit dari pihak perbankan kepada masyarakat selain mencari keuntungan diharapkan mampu
untuk menggerakkan sektor perekonomian di Indonesia. Menurut kasmir tujuan pemberian
kredit yaitu :
1. Mencari Keuntungan Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit
tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai
balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
2. Membantu Usaha Nasabah Tujuan lainnya adalah untun membantu usaha nasabah
yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja.
3. Membantu Pemerintah
22
Berdasarkan pemaparan dan studi empiris di atas, penulis menggunakan rasioa kredit
yang diberikan kepada nasabah sebagai variabel output pada penelitian ini. Hal ini merujuk
penelitian Widiarti (2018) yang menjadikan variabel tersebut sebagai variabel output.
PDB, Produk Domestik Bruto riil : PDB adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa
akhir (Final) yang diproduksi dalam sebuah negara pada suatu periode. PDB merupakan salah
satu indikator penting untuk mengukur kesehatan perekonomian negar. Perbankan akn lebih
mudah menjalankan bisnisnya di negara berkembang, daripada beroperasi di negara yang
sedang mengalami resesi perekonomian. Menurut Mankiw (2014), komponen – komponen dari
PDB dapat diuraikan dalam persamaan sebagai berikut :
Y = C + I + G + NX
Dimana : Y = PDB
C = Koncumsi (C)
NX = Ekspor Netto
PDB yang lebih tinggi cenderung menarik Investor untuk mendirikan bank baru, baik
bank local baru atau bank asing baru, dengan demikian persaingan akan semakin tinggi. Bank
yang beroperasi di negara – negara yang memiliki pertumbuhan PDB lebih tinggi cenderung
bersaing dengan bank lain yang menghasilkan margin laba yang lebih kompetitif. Beberapa
penelitian lain yang menggunakan PDB sebagai salah satu variable pengukuran efisiensi
perbankan diantaanya adalah Batir dkk (2017), Pambuko (2016), Marsodang dkk (2019), fitroh
dkk (2020).
Repkova (2013) menjelaskan bahwa pertumbuhan GDP memiliki pengaruh negatif dan
signifikan, GDP yang lebih tinggi cenderung menarik investor untuk mendirikan bank baru,
baik bank lokal baru atau bank asing baru, dengan demikian persaingan akan semakin tinggi.
Bank yang beroperasi di negara-negara yang memiliki pertumbuhan (Produk Domestik Bruto)
PDB lebih tinggi cenderung bersaing dengan bank lain yang akan menghasilkan margin laba
yang lebih kompetitif. Hasil tersebut juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Batir dkk (2017) dan Pambuko (2016) yang menjelaskan bahwa adanya pengaruh negatif
antara pertumbuhan GDP dengan efisiensi perbankan. Berdasarkan hal itulah penulis
23
menggunakan variable ini sebagai variable dari faktor eksternal yang mempengaruhi efisiensi
perbankan di Indonesia hal ini mengacu pada penelitian Wirdiyanti (2018), Marsondang
(2019), Meyliana (2017), Sujarwo (2018), Fitroh (2020).
Layanan Digital Banking telah diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK)
Nomor. 12/POJK.3/2018 tentang Penyelenggaraan Layanan Perbankan Digital Oleh Bank
Umum, yang menyampaikan bahwa persaingan di industri jasa keuangan semakin tinggi,
sehingga mendorong bank untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah dengan
lebih efektif dan efisien serta menciptakan kesinambungan pelayanan kepada nasabah, hal ini
sebagai salah satu upaya peningkatan kapabilitas bank, pemanfaatan perkembangan teknologi
informasi secara lebih optimal untuk mendukung inovasi layanan bank. Dalam hal ini, bank
perlu memberikan kemudahan akses layanan perbankan berbasis teknologi informasi tanpa
batasan tempat dan waktu untuk mendorong pengelolaan keuangan nasabah yang lebih baik.
DIG2, adalah rasio biaya teknologi informasi terhadap total biaya operasional
dikembangkan dari data sekunder yang diperoleh oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
24
pandemic covid-19 yang sekaligus menjadi sebuah tantangan, bukan malah menjadi ancaman,
bahkan hambatan.
H3 = Diduga bahwa faktor internal dan eksternal penerapan financial teknologi (FINTECH)
secara simultan berpengaruh terhadap efisiensi bank
25
BAB 3
METODOLOGI
Desember 2021
Kelompok Bank / Rp. 1 s.d Rp. 10 s.d 50 > Rp. 50
Group of Bank < Rp. 1 Triliun
10 Triliun Triliun Triliun
(BUKU 1)
(BUKU 2) (BUKU 3) (BUKU 4)
Kinerja Bank 1 - 20 51 4
Kinerja Bank 2 - - 5 11
Kinerja Bank 3 - - - 12
Kinerja Bank 4 - - - 4
Total - 20 56 31
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia OJK 2021
26
Bank) selama periode 3 Tahun yaitu 2019 – 2021. Pemilihan periode ini didasarkan
pesatnya kemajuan adopsi teknologi perbankan digital di industri perbankan Indonesia
yang terjadi selama kurun waktu 3 tahun terakshir. Berikut adalah sampel yang dilihat
dari modal inti 4 teratas yang akan di gunakan sebagai sampel :
Seperti yang disebutkan dalam Berger dan Mester (2003) dan Deyoung et al. (2003),
adopsi teknologi dapat mengurangi biaya unit dan beberapa layanan bank telah
berkembang menjadi bisnis berbiaya rendah dan bervolume tinggi yang didominasi oleh
bank berteknologi tinggi. Investasi pada teknologi digital tidak hanya dapat
meningkatkan biaya operasional bank tetapi juga meningkatkan pendapatan mereka,
kesenjangan antara peningkatan total pendapatan dengan kenaikan total biaya
operasional adalah positif. Temuan mereka menyiratkan efek non-linier dari adopsi
teknologi pada efisiensi skala bank. Berikut adalah variabel yang digunakan :
27
B. Variabel dependen atau variabel terikat
Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variable bebas. Variable terikat (Y) dalam penelitian ini adalah efisiensi
bank.
Tahapan pertama dalam penelitian ini adalah mengukur efisiensi dengan metode
DEA yaitu membandingkan variabel output terhadap variabel input menggunakan
pendekatan intermediasi, mempertimbangkan bahwa perbankan adalah lembaga
intermediasi yaitu menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk biaya dan FINTECH
guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. DEA yang diestimasi terdiri atas 1
output (O) dan 1 input (I), masing-masing merupakan penjumlahan dari variabel sebagai
berikut :
PENDEKATAN INTERMEDIASI
Variabel Definisi Sumber
Jumlah Dari :
Input Dana Pihak Ketiga Neraca
Total Aset Neraca
28
Jumlah Dari :
Pendapatan Operasional Non Bunga L/R
Output
Kredit yang diberikan Neraca
Hasil: data diolah 2022
Tahapan kedua dalam penelitian ini adalah estimasi pengaruh faktor internal dan
eksternal penerapan FINTECH sebagai variabel independen terhadap variabel dependen
yaitu efisiensi (hasil pengukuran DEA) menggunakan regresi data panel.
Selanjutnya tahapan ketiga dalam penelitian ini untuk menjawab pengaruh dari
hipotesis ke 3 secara simultan dari faktor internal dan eksternal penerapan FINTECH
variabel independen terhadap variabel dependen yaitu efisiensi (hasil pengukuran DEA)
menggunakan regresi data panel.
Bank adalah suatu organisasi yang memiliki sumber daya (input) yang digunakan
untuk mencapai tujuan (output) tertentu. Tingkat efisiensi suatu bank dapat dilihat dari
kemampuan bank tersebut dalam menggunakan inputnya untuk menghasilkan output
yang semaksimal mungkin. DEA membandingkan kemampuan bank untuk
menghasilkan output semaksimal mungkin dengan menggunakan sumber daya yang ada
seperti yang diharapkan oleh masing-masing bank sebagai unit pengambilan keputusan
(decision making unit/DMU).
29
Metode Pengukuran Efisiensi dengan Data Envelopment Analysis (DEA)
30
b. Bobot harus bersifat universal. Bahwa Unit Kegiatan Ekonomi (UKE)
harus menggunakan bobot yang sama dalam mengevaluasi rasionya,
hasilnya tidak boleh lebih dari 1. Jadi hasilnya < atau = 1. (Muharram
dan Purvitasari, 2007). Artinya suatu UKE dikatakan efisien jika hasil
rasionya sama dengan 1 atau sama dengan nilai efisiensi 100 persen,
sebaliknya jika hasilnya masih kurang dari 1 maka UKE tersebut tidak
efisien atau inefisien.
c. Model Pengukuran Efisiensi
DEA akan menghitung bank yang menggunakan input untuk
menghasilkan output yang berbeda (Miller dan Noulas dalam Sutawijaya
dan Lestari).
Dimana :
Hs = efisiensi bank s
m = output bank
n = input bank s yang diamati
yis = jumlah output I yang di produksi oleh bank s
xis = jumlah input j yang digunakan oleh bank s
ui = bobot output i yang dihasilkanoleh bank s
vj = bobot input j yang diberikan oleh bank s dan I dihitung dari 1
ke m serta j hitung dari 1 ke n
Penggunaan satu variabel input dan satu output ditujukkan dalam
Persamaan di atas rasio efisiensi (hs), kemudian dimaksimumkan
dengankendala sebagai berikut (sutawijaya dan lestari, 2009:27):
∑𝜇𝑖𝑦𝑖𝑠∑𝑣𝑗 𝑥𝑗𝑠≤1untukr=1,…,N
𝑖=1 𝑗=𝑖
Dimana ui dan vj ≥ 0
31
Persamaan di atas menyebutkan bahwa N mewakili jumlah bank dalam Sampel dan
r merupakan jenis bank yang dijadikan sampel dalam penelitian. Pertidaksamaan pertama
menjelaaskan bahwa adanya resiko untuk UKE lain tidak lebih dari 1, sementara
pertidaksamaan kedua berbobot non-negatif (positif). Angka rasio akan bervariasi antara
0sampai dengan 1. Bank dikatakan efisien, apabila memiliki angka rasio mendekati 1
atau 100 persen, sebaliknya apabila mendekati 0 menunjukkan efisiensi bank yang
semakin rendah. Pada DEA, setiap bank dapat menentukan bobot nya masing-masing
dan menjamin bahwa pembobotannya yang dipilih akan menghasilkan ukuran kinerja
yang terbaik (Sutawijaya dan lestari, 2009:57).
a. Keunggulan DEA
1) Bisa menangani banyak input dan output
2) Tidak butuh asumsi hubungan fungsional antara variabel input dan output.
3) Unit kegiatan ekonomi dibandingkan secara langsung dengan sesamanya.
4) Dapat membentuk garisfrontier fungsi efisiensi terbaik atas variabel input-
output dari setiap sampelnya.
5) Input dan output dapat memiliki satuan pengukuran yang berbeda.
b. Keterbatasan DEA
1) Bersifat simplespecific
2) Merupakan extremepoint technique, kesalahan pengukuran bias berakibat
fatal.
3) Hanya mengukur produktivitas relative dari unit kegiatan ekonomi bukan
produktivitas absolut.
Penelitian ini akan fokus pada efisiensi bank dari perspektif bank sebagai lembaga
intermediasi keuangan, sebagai lembaga yang berorientasi pada keuntungan serta
layanan pembayaran dan alokasi sumber daya dalam perekonomian. Berdasarkan fokus
penelitian ini, DMU berada di level bank sebagai objek penelitian ini, variabel input dan
output yang digunakan dalam analisis DEA dalam penelitian ini untuk masing - masing
kategori efisiensi bank adalah sebagai berikut:
32
1. Variabel Input : Dana Pihak Ketiga, Total Aset
2. Varabel Output : Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO), Jumlah
kredit yang diberikan.
Dengan menggunakan variabel input dan output seperti yang telah ditentukan,
analisis DEA dalam penelitian ini menggunakan dataset periode 2019 hingga 2021. Hasil
perhitungan skor efisiensi setiap tahun pada periode analisis ini akanmenghasilkan data
panel skor efisiensi, perubahan skor efisiensi tahunan, dan dekomposisi perubahan
efisiensi. Perhitungan skor efisiensi DEA dalam penelitian ini menggunakan asumsi
constant return to scale (CRS). Model CRS DEA digunakan karena dengan menggunakan
asumsi-asumsi tersebut, menjadi lebih mungkin untuk membandingkan antara
perusahaan dengan ukuran yang berbeda (Akhtar, 2010). VRS DEA dihitung untuk
menguraikan skor efisiensi CRS DEA menjadi efisiensi teknis murni dan efisiensi skala.
Penelitian ini mengembangkan model regresi data panel dan menggunakan skor
efisiensi bank dan Indeks Malmquist dari hasil perhitungan analisis DEA sebagai variabel
dependen. Periode waktu 2012-2021dengan sampel cross-section dari semua bank yang
digunakan dalam analisis DEA. Bentuk fungsional umum model regresi data panel
adalah sebagai berikut:
Dimana EB adalah bank, i adalah skor efisiensi dalam tahun t, ε.adalah istilah
kesalahan, BC adalah vector variabel, terdiri dari karakteristik bank i di tahun t. Makro
merupakan vektor dari variabel kondisi ekonomi makro yang berdampak pada industri
perbankan Indonesia. DB merupakan vector variabel yang digunakan sebagai proxy
untuk indikator tingkat digitalisasi bank.
33
Girardone et.al, 2004; Soteriou dan Yiannos, 1997; Košak dan Zajc, 2006) sebagai
berikut:
Keterangan :
34
DAFTAR PUSTAKA
Alaloul, W. S., Liew, M. S., Zawawi, N. A. W. A., & Kennedy, I. B. (2020). Industrial
Revolution 4.0 in the construction industry: Challenges and opportunities for
stakeholders. Ain Shams Engineering Journal, 11(1), 225–230.
https://doi.org/10.1016/j.asej.2019.08.010
Afriyeni. 2013. Analisis Pengaruh Pemberian Kredit Terhadap Profitabilitas PT. Bank
Pembangunan Daerah (BPD) Sumatera Barat. Vol. 1. No.2. Jurnal KBP.
Berger, A.N. & D.B Humprey. (1997). Efficiency of Financial Institution : Internasional
Survey and Direction for Future Research. Europan Journal of Operational Research.
DeYoung, R. & Hunter., William Curt &Udell, Gregory F., Masa Lalu, Sekarang, dan Masa
Depan yang Mungkin untuk Bank Komunitas. Kertas Kerja FRB Chicago No. 2003-1
Dwiastuti, Ninuk. 2020. Pengaruh Kredit Perbankan Terhadap Pertumbuhan Eonomi dan
Hubungannya Dengan Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten / Kota di Provinsi
Kalimantan Barat. Prosiding Seminar Akademik Tahunan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan 2020. ISBN: 978-602-53460-5-7.
F. Sufian and F. Kamarudin, “Determinants of efficiency in the Malaysian banking sector:
Does bank origins matter?,” Intellect. Econ., vol. 10, no. 1, pp. 38–54, 2016.
Fitroh, et. al. 2020. Identifikasi Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Efisiensi Perbankan
Syariah Indonesia. E-ISSN:2721-1223. Digital Economic and Accounting Knowledge
Development.
I. Řepková, “Banking efficiency determinants in the Czech banking sector,” Procedia Econ.
Financ., vol. 23, pp. 191–196, 2015.
Srisathan, W. A., & Naruetharadhol, P. (2022). A COVID-19 disruption: The great acceleration
of digitally planned and transformed behaviors. Technology in Society, 68, 101912.
https://doi.org/10.1016/j.techsoc.2022.101912
Susanti, E. (2019). Inovasi digital perbankan yang ada di indonesia. Universitas Sebelas Maret,
8(5), 55.
Ivan Gumilar., & Siti Komariah. (2011). Pengukuran Efisiensi Kinerja Dengan Metode
Stochastic Frontier Approach Pada Perbankan Syariah. Bisnis &Manajemen .
M. H. Akhtar, “After the financial crisis: a cost efficiency analysis of banks from Saudi
Arabia,” Int. J. Islam. Middle East. Financ. Manag., 2013
Muharam, Harjum.,Pusvitasari, Rizki. (2007). Analisis Perbandingan Efisiensi Bank
Syariah di Indonesia dengan Metode Data Envelopment Analysis. Fakultas
Ekonomi UNDIP. Vol II, No. 3, Desember 2007.
Meyliana, Mulazaid. 2017. Pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB), Jumlah Bgi Hasil dan
Jumlah Kantor Terhadap Jumlah Deposito Mudharabah Bank Syariah di Indonesia
Periode 2011 - 2015. Vol. 8. No.2. hal. 263 - 284. ISSN : 2085-9325. Economica : Jurnal
Ekonomi Islam.
Mutiasari, Annisa. 2020. Perkembangan Industri Perbankan di Era Digital. Vol. IX. No.2.
Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan.
35
Mawarni, et. al. 2021. Penerpan Digital Banking Syariah Sebagai Upaya Customer Retention
Pada Masa Covid-19. Vol. 9. E-ISSN: 2745-8512. P-ISSN: 2407-6600. AL-IQTSHAD :
Jurnal Pemikiran dan Penelitian Ekonomi Islam.
Komaryatin, Nurul. “Efisiensi Teknis Industri BPR di Eks Karisidenan Pati dengan Data
Envelopment Analysis “. Jurnal Dinamika Ekonomi dan Bisnis. Vol 4. 2007.
Kasmir. (2002). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Kasmir. (2002). Manajemen Perbankan. Jakarta: PT Rajawali Pers.
Sutawijaya, Adrian dan Etty Puji Lestari. (2009). “Efisiensi Teknis Perbankan Indonesia
ascakrisis Ekonomi: Sebuah Studi Empiris Penerapan Model DEA”. Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Vol. 10 No 1, Fakultas Ekonomi, Universitas Terbuka, Jakarta. 2009.
Huda, Nurul dan Edwin, Nasution Mustafa. “Current Issues Lembaga Keungan Syariah”.
Jakarta. 2009.
Sukirno, Sadono, (2008). Mikro Ekonomi, Teori Pengantar. Edisi ketiga. Divisi Buku
Perguruan Tinggi, PT. RajaGrafindoPersada : Jakarta.
Repkova, I., (2015). Penentu Efisiensi Perbankan di Sektor perbankan Ceko. Procedia
Ekonomi dan Keuangan Volume 23, hal 191-196.
Soteriou, AC dan S. Yiannos, (1997). Model Analisis Envelopment Data Kualitas Layanan
Pelanggan Internal Cabang Bank.Jurnal Internasional Manajemen Operasi & Produksi,
Jilid 17 No 8, hal. 780-789
Sujarwo, et. al. (2018). Analisis Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Efisiensi Perbankan di
Indonesia Periode 2013 - 2017 (Dalam Rangk Persiapan Asean Banking Integration).
Jurnal Ekonomi Bisnis. Vol. 18. No.1. hal. 44-53.
Kosak, M. &Zajc. P. (2006). Penentu perbedaan Efisiensi Bank di Negara Anggota Uni Eropa
yang baru. Laporan Stabilitas Keuangan, Makalah Ahli, Ljubljana, Bank of Slovenia.
Indriantoro, N., &Supomo, B. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi &
Manajemen (Pertama). Yogyakarta: BPFE.
Kaffash, Sepideh, Marra, & Marianna. (2017). Analisis data envelopment dalam
jasa keuangan: analisis jaringan kutipan bank, perusahaan asuransi dan dana
pasar uang.' Sejarah Riset Operasi, 253 (1). 307 - 344. ISSN 0254-533.
M. F. Firdaus and M. N. Hosen, “Efisiensi bank umum syariah menggunakan pendekatan two-
stage data envelopment analysis,” Bull. Monet. Econ. Bank., vol. 16, no. 2, pp. 1– 22,
2013.
Nani, Septiana. 2015. Faktor - Faktor Yng Mempengaruhi Efisiensi Perbankan di Indonesia
Tahun 2010 - 2013 (Study Pada Bank umum Konvensional dan Syariah). Derivative. Vol.
9 No. 2 issn 1078 - 6573.
Paradi JC & H. Zhu (2013). Survei efisiensi dan kinerja cabang Bank yang layak dianalisis
dengan data envelopment. Omega 4, Universitas Kanada, Toronto, hal. 61- 79.h
Thanassoulis, E. (1999). Analisis data envelopment dan penggunaannya dalam perbankan.
Antarmuka, 29(3), 1–13
T. E. Batir, D. A. Volkman, and B. Gungor, “Determinants of bank efficiency in Turkey:
36
Participation banks versus conventional banks,” Borsa Istanbul Rev., vol. 17, no. 2, pp.
86–96, 2017.
Paradi JC & H. Zhu (2013). Survei efisiensi dan kinerja cabang Bank yang layak dianalisis
dengan data envelopment. Omega 4, Universitas Kanada, Toronto, hal. 61- 79.h
Girardone C., Molyneux P., Edward, & Tukang Kebun. (2004). Menganalisis Penentu
Efisiensi Bank: Kasus Bank Italia. Ekonomi Terapan. Jurnal Taylor & Francis, vol. 36(3), hal
215-227.
Z. B. Pambuko, “Determinan Tingkat Efisiensi Perbankan Syariah di Indonesia: Two Stages
Data Envelopment Analysis,” Cakrawala J. Stud. Islam, vol. 11, no. 2, pp. 178– 194, 2016.
37