Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS DAMPAK KEBERADAAN LAYANAN PESAN ANTAR MAKANAN

ONLINE TERHADAP PERILAKU KONSUMTIF MAHASISWA PPA/PPTI 2020


SELAMA PANDEMI COVID-19

Disusun oleh
Kelompok 3 :
Alex Surya Marcelo 202001020145
Audrey Febriana Kurniawan 202001020146
Fidela Nathania 202001020156
Michael Riodanny 202001020167
Shannon Geraldine Nathanael 202001020180
Veronica 202001020171
Winnie Alicia 202001020185

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Katolik Atma Jaya
Jakarta
ABSTRAK

Makalah ini berjudul “Analisis Dampak Keberadaan Layanan Pesan Antar Makanan
Online Terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa PPA/PPTI 2020 Selama Masa Pandemi
COVID-19.” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pengeluaran dan pengaruh
keberadaan layanan pesan antar makanan online terhadap perilaku konsumtif mahasiswa
PPA/PPTI 2020 selama pandemi COVID-19. Sumber data dalam penelitian ini adalah
mahasiswa PPA/PPTI 2020. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
kuesioner. Dari hasil penelitian diketahui bahwa kehadiran layanan pesan antar makanan online
memengaruhi perilaku konsumtif dan jumlah pengeluaran dari mahasiswa PPA/PPTI 2020
selama masa pandemi COVID-19. Perilaku konsumtif ini dipengaruhi oleh fitur-fitur, seperti
harga, kualitas, fitur aplikasi, dan sarana komunikasi yang terdapat dalam layanan pesan antar
makanan online.

Kata kunci: Layanan pesan antar makanan online, perilaku konsumtif, jumlah pengeluaran

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................1


ABSTRAK.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................5
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................7
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................................7
BAB II KAJIAN LITERATUR...............................................................................................9
2.1 Kajian Teori.................................................................................................................9
2.1.1 Layanan Pesan Antar Makanan Online.........................................................9
2.1.2 Pengeluaran.................................................................................................11
2.1.3 Perilaku Konsumtif.....................................................................................11
2.2 Penelitian Terdahulu yang Sejenis.............................................................................14
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................................16
3.1 Jenis Penelitian...........................................................................................................16
3.2 Sumber Data...............................................................................................................16
.......................................................................................................................................................
3.3 Waktu Penelitian........................................................................................................16
3.4 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................................16
3.5 Teknik Analisis Data..................................................................................................17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................18
A. Karakteristik Data Responden....................................................................................18
B. Hasil dan Pembahasan................................................................................................19
4.1 Jumlah pengeluaran mahasiswa PPA/PPTI 2020 dalam penggunaan......................
layanan pesan antar makanan online selama pandemi COVID-19......................19
4.2 Pengaruh keberadaan layanan pesan antar makanan online terhadap......................
perilaku konsumtif mahasiswa PPA/PPTI 2020 selama pandemi COVID-19....20

3
BAB V PENUTUP...................................................................................................................23
5.1 Simpulan.................................................................................................................23
5.1.1 Jumlah pengeluaran mahasiswa PPA/PPTI 2020 dalam penggunaan layanan
pesan antar makanan online selama pandemi COVID-19..................................23
5.1.2 Pengaruh keberadaan layanan pesan antar makanan online terhadap perilaku
konsumtif mahasiswa PPA/PPTI 2020 selama pandemi COVID-19.................23
5.2 Saran........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................25

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Teknologi telah membawa perubahan ke dalam berbagai bidang kehidupan. Saat ini
hampir seluruh proses kehidupan manusia bergantung pada teknologi. Fenomena ini menuntut
semua industri untuk dapat beradaptasi dengan kemajuan teknologi sehingga mampu bersaing di
dunia global. Kemajuan teknologi ini sendiri telah melahirkan era baru untuk Indonesia yaitu era
digital. Dapat kita amati bahwa saat ini metode konvensional telah digantikan dengan metode
yang berbasis digital. Hal ini berlaku untuk hampir semua sektor dengan berbagai skala. Contoh
nyata adalah UMKM yang sudah melakukan pemanfaatan e-commerce sampai dengan sektor
pemerintahan, seperti pembayaran dan pelaporan pajak online atau adanya e-passport.
Era digital juga berpengaruh terhadap perekonomian di Indonesia. Hal ini disebabkan
oleh masyarakat Indonesia yang sangat aktif dalam penggunaan media sosial dan e-commerce.
Pengguna internet di Indonesia menghabiskan waktu sampai dengan 3,5 jam dalam sehari
dibandingkan dengan pengguna internet di Amerika Serikat yang hanya menghabiskan 1,9 jam
sehari. Selain itu, pembelian online di Indonesia juga lebih tinggi jika dibandingkan dengan
Amerika Serikat. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam bersaing sebuah perusahaan perlu
memiliki kompetensi digital agar mampu bertahan di era ini.
Terdapat enam penanda bahwa Indonesia telah memasuki babak baru dalam kegiatan
ekonomi. Pertama, teknologi telah mengubah peradaban menjadi real time. Peradaban real time
bisa menghasilkan indikator-indikator kekinian (current indicator) ketika kita menghadapinya
sehingga lebih relevan dalam membuat suatu keputusan. Kedua, kini berbisnis tidak hanya harus
memiliki. Artinya, seseorang bisa menjalankan usaha dengan sumber daya yang mereka miliki.
Ketiga, teknologi telah menghemat waktu. Kini kita hidup dalam on demand economy, yaitu
suatu model ekonomi yang didorong oleh teknologi yang memungkinkan bisnis untuk memenuhi
permintaan konsumen dengan segera. Keempat, perkembangan teknologi menghapus sistem
permintaan dan penawaran yang bersifat tunggal. Dunia aplikasi membuat permintaan dan
penawaran dikerjakan secara bersama-sama. Terakhir, kini kompetitor bisnis benar-benar tidak
terlihat karena mereka langsung menargetkan konsumen (Afriyadi, 2016). Melalui poin-poin di

5
atas, pelaku bisnis dapat membuat kemajuan teknologi menjadi peluang baru dalam kegiatan
industri.
Era digital tidak hanya memengaruhi perilaku produsen. Dengan digitalisasi juga terjadi
perubahan perilaku konsumen terhadap barang atau jasa. Revolusi era digital telah mengubah
setiap aspek kehidupan mulai dari bagaimana konsumen mengambil keputusan sampai dengan
customer experience yang ingin dicapai oleh konsumen (Dörner & Edelman, 2015). Konsumen
saat ini semakin terbiasa dengan gaya hidup instan sejak adanya teknologi. Gaya hidup instan
mengakibatkan generasi sekarang ingin segala sesuatunya serba cepat tanpa harus menunggu.
Hal ini mendorong teknologi berkembang pesat sehingga terciptanya aplikasi lifestyle yang
menawarkan berbagai jasa pemenuhan kebutuhan konsumen. Sebagai contoh, dua aplikasi yang
sangat populer untuk saat ini adalah Gojek dan Grab. Aplikasi Gojek bisa dibilang sebagai
pelopor dari aplikasi lifestyle di Indonesia yang tidak hanya menawarkan fitur transportasi, tetapi
juga menawarkan fitur GoFood, GoGlam, GoClean, dan lain-lain. Tidak mau ketinggalan, Grab
sebagai pesaing Gojek ikut serta mengeluarkan fitur GrabFood sebagai pesaing dari fitur
GoFood.
Dari banyak fitur yang ditawarkan sebagaimana yang disebutkan di atas, fitur pemesanan
makanan menjadi fitur yang memiliki nilai yang tinggi bagi perusahaan karena tingginya
permintaan akan layanan pesan antar makanan online yang praktis. Terlebih industri kuliner
sendiri merupakan industri yang memiliki peluang bisnis yang menguntungkan. Industri kuliner
merupakan subsektor Ekonomi Kreatif yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB
Ekonomi Kreatif Indonesia. PDB Ekonomi Kreatif yang tercipta pada tahun 2015 adalah sebesar
852 triliun rupiah dan 41,69% dari nominal tersebut merupakan pendapatan dari subsektor
Industri Kuliner (Triawan, 2017). Hal ini menjadikan hubungan antara perusahaan aplikasi
lifestyle dengan pelaku bisnis kuliner menjadi mutualisme. Perusahaan aplikasi mendapatkan
keuntungan dengan tingginya pesanan makanan yang masuk ke aplikasinya. Semakin banyaknya
bisnis kuliner yang dapat dirangkul, maka nilai yang dapat ditawarkan oleh perusahaan aplikasi
juga semakin tinggi. Di sisi lain, pelaku bisnis kuliner juga turut diuntungkan dengan dapat
memenuhi kebutuhan konsumen pada real time dan dengan jangkauan luas yang diwadahi oleh
fitur aplikasi lifestyle seperti GoFood dan GrabFood.
Gojek dan Grab memang sedang bersaing dengan sengit. Secara fitur, kedua aplikasi ini
memiliki kemiripan meskipun fitur yang ditawarkan Grab belum selengkap Gojek. Saat ini Grab

6
sedang berusaha menyaingi fitur GoFood yang ada di aplikasi Gojek. Hal ini terbukti dengan
Grab yang sedang gencar melakukan promosi besar-besaran dengan memberikan harga spesial
untuk banyak merchant di GrabFood. Bahkan tidak jarang pemesanan makanan di GrabFood
tidak dikenai ongkos kirim. Harga makanan di merchant-merchant yang ada di GrabFood pun
sama dengan harga makanan di merchant apabila konsumen makan di tempat. Keuntungan dan
persaingan yang ketat seperti ini membuat konsumen menjadi pihak yang diuntungkan termasuk
mahasiswa PPA/PPTI 2020 ini.
Sehubungan dengan hal ini, kami melihat adanya hubungan keberadaan layanan pesan
antar makanan online dalam peningkatan perilaku konsumtif sejumlah mahasiswa. Berdasarkan
uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “Analisis Dampak
Keberadaan Layanan Pesan Antar Makanan Online Terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa
PPA/PPTI 2020 Selama Masa Pandemi COVID-19”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Berapakah jumlah pengeluaran mahasiswa PPA/PPTI 2020 dalam penggunaan
layanan pesan antar makanan online selama pandemi COVID-19?
2. Apakah terdapat pengaruh keberadaan layanan pesan antar makanan online
terhadap perilaku konsumtif mahasiswa PPA/PPTI 2020 selama pandemi COVID-
19?

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui jumlah pengeluaran mahasiswa PPA/PPTI 2020 dalam
penggunaan layanan pesan antar makanan online selama pandemi COVID-19.
2. Untuk mengetahui pengaruh keberadaan layanan pesan antar makanan online
terhadap perilaku konsumtif mahasiswa PPA/PPTI 2020 selama pandemi COVID-
19.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
bagi ilmu ekonomi khususnya bidang konsumsi mengenai pengaruh layanan pesan

7
antar makanan online bagi konsumen di masa pandemi. Selain itu, penelitian ini
dapat menjadi referensi atau acuan tambahan dalam menentukan perspektif yang
lebih luas bagi penelitian sejenis lainnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian mengenai dampak keberadaan layanan pesan antar makanan online
terhadap perilaku konsumtif mahasiswa PPA/PPTI BCA angkatan 2020 selama
masa pandemi COVID-19 bermanfaat bagi produsen agar dapat menggunakan hasil
penelitian ini sebagai informasi mengenai perilaku konsumen dalam menggunakan
aplikasi layanan pesan antar makanan online. Selain itu, bagi para akademisi, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi bahan referensi
dalam penelitian sejenis serta dapat dijadikan sebagai acuan pada penelitian
selanjutnya.

8
BAB II
KAJIAN LITERATUR

2.1 Kajian Teori


2.1.1 Layanan Pesan Antar Makanan Online
Menurut Andrews (2009), layanan pesan antar makanan online adalah layanan
pengiriman ke rumah di mana makanan dikirim ke rumah orang yang memesan makanan.
Sedangkan menurut Chon dan Maier (2010) layanan pesan antar makanan online, yaitu di mana
makanan siap saji dibawa ke rumah pelanggan. Selain itu, Baraban dan Durocher (2010)
menyatakan bahwa layanan pengiriman sangat bergantung pada pesanan telepon dengan semakin
banyak restoran yang menerima pesanan pengiriman melalui internet.
Christopher Lovelock dan Jochen Wirtz (2010, p.137) menyatakan bahwa layanan food
delivery merupakan penciptaan situs web yang memberikan informasi, menerima pesanan dan
bahkan berfungsi sebagai saluran penghantaran layanan berbasis informasi. Dengan adanya
layanan pesan antar makanan online, konsumen tidak perlu mengunjungi rumah makan atau
merasa kebingungan dalam memesan makanan karena layanan pesan antar makanan online
menawarkan berbagai jenis makanan yang dapat dipesan melalui aplikasi.
Layanan antar makanan sendiri pertama kali dijumpai di Korea di mana seorang sarjana
pada tahun 1768 memesan naengmyeon untuk makan siang setelah selesai melaksanakan ujian
(Kim, 2016), sedangkan layanan antar makanan online pertama kali dilakukan di Amerika
Serikat melalui restoran Pizza Hut pada tahun 1994 (Huffpost, 2014). Untuk layanan multi
restoran, website waiter.com pada tahun 1995 sebagai pelopor dalam layanan ini dengan
pembayaran melalui uang tunai ataupun kartu kredit (Corcoran, 2000).
Sejak tahun 2015, perkembangan layanan pesan antar makanan online di Indonesia mulai
mendapat perhatian lebih di dunia usaha dengan diluncurkannya GoFood oleh perusahaan asal
Indonesia Gojek. Menurut penelitian Nielsen Singapura melalui Executive Director of
Consumer Insight Nielsen Singapura, Garick Kea (dalam Setyowati dan Yunianto, 2019),
GoFood adalah pelopor dalam layanan pesan antar makanan online di Indonesia. Dalam
penelitian tersebut diketahui juga bahwa layanan pesan antar makanan online telah digunakan
oleh masyarakat sebesar 58% dari 95% masyarakat yang menggemari makanan siap saji.

9
Penelitian Nielsen dilakukan dengan menyurvei 1000 responden yang tersebar di sejumlah kota
besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Balikpapan, dan Medan.
Pesaing terdekat GoFood, yaitu GrabFood yang berdiri setahun setelah GoFood meluncur
di Indonesia melalui Regional Head Kell Jay Lim dalam Setyowati (2019) mengatakan bahwa
nilai penjualan bruto (Gross Merchandise Value) layanan pesan antar makanan di
perusahaannya tumbuh 900% secara tahunan per Juni 2019 dan volume pengiriman tumbuh
tujuh kali lipat. Menurutnya, kontribusi ini sangat signifikan dibandingkan tahun lalu yang
hanya di bawah 5%.
Berdasarkan data ResearchAndMarkets.com dalam Setyowati dan Yunianto (2019), nilai
bisnis layanan pesan antar makanan secara global mencapai US$ 84,6 miliar sepanjang 2018-
2019. Gojek dan Grab dalam laporannya juga mengaku telah berkontribusi dalam
perekonomian Indonesia (Setyowati, 2019). Laporan tersebut telah dianalisis oleh beberapa
institusi di Indonesia. Menurut Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Indonesia (LD FEB UI), kontribusi empat layanan terbesar Gojek, yaitu GoRide, GoCar,
GoFood, dan GoLife sebesar Rp 44,2 triliun dalam 2018. Penelitian Centre for Strategic and
International Studies (CSIS) dan Tenggara Strategics mengatakan bahwa kontribusi Grab
terhadap Gross Domestic Product (GDP) Indonesia mencapai Rp 48,9 triliun.
Fenomena layanan pesan antar makanan online ini berkembang dan menjadi sebuah hal
yang menarik bagi masyarakat. Pengemudi Gojek dan Grab juga terus bertambah yang akan
membuat jasa layanan pesan antar makanan menjadi pilihan banyak orang. Mitra pedagang
merupakan wiraswasta kuliner yang sebagian besar merupakan pengusaha kecil dan menengah.
Dengan hanya membuka fitur GoFood dan GrabFood, pengguna dapat melakukan pemesanan
makanan dari rumah makan, cafe serta restoran yang sudah bekerja sama dengan pihak aplikasi
Gojek atau Grab.
Di awal tampilan dari aplikasi GoFood dan GrabFood, kita akan diberikan rekomendasi
makanan serta dapat memilih makanan dengan beberapa kategori, seperti makanan terbaru,
makanan promo, tempat makan terdekat, penjualan terbaik, makanan sehat serta makanan
favorit dari konsumen GoFood atau GrabFood. Selain dapat memesan secara online, pelanggan
juga dapat mengetahui posisi driver yang mengambil pesanan dengan fasilitas lokasi driver.
Makanan yang sudah dipesan akan diantar langsung oleh driver Gojek.

10
2.1.2 Pengeluaran
Menurut Kamus Glosarium Badan Pusat Statistik (BPS) yang dimaksud pengeluaran
adalah pengeluaran per kapita untuk makanan dan bukan makanan. Pengeluaran untuk makanan
mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau dan sirih.
Pengeluaran bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah, dan
sebagainya.
Terdapat banyak sekali pengelompokan jenis-jenis pengeluaran tergantung konteks dan
sudut pandangnya. Berdasarkan periode waktu terjadinya pengeluaran, berikut adalah jenis-jenis
pengeluaran:
● Pengeluaran bulanan yang dilakukan secara rutin sekali dalam sebulan, seperti cicilan,
tagihan listrik, premi asuransi, dan sebagainya.
● Pengeluaran mingguan yang dilakukan selama seminggu sekali. Umumnya tidak selalu
ada. Contoh dari pengeluaran mingguan adalah pengeluaran rekreasi di akhir pekan,
pengeluaran untuk belanja mingguan, dan sebagainya.
● Pengeluaran harian adalah pengeluaran yang pasti dibebankan setiap hari. Contoh dari
pengeluaran harian adalah pengeluaran untuk uang transportasi, uang makan dan jajan,
biaya parkir dan sejenisnya.

2.1.3 Perilaku Konsumtif


Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dalam
pasal 1 angka (2), konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia
dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Istilah konsumtif biasanya digunakan pada suatu hal yang berkaitan dengan perilaku
konsumen dalam kehidupan manusia. Saat ini, salah satu gaya hidup konsumen yang cenderung
terjadi di dalam masyarakat adalah gaya hidup yang menganggap materi sebagai sesuatu yang
dapat mendatangkan kepuasan bagi diri sendiri. Gaya hidup seperti ini menunjukkan adanya
perilaku konsumtif dalam masyarakat.
Aprilia & Haryoto (2013, p.73) menyatakan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku
individu yang dipengaruhi oleh faktor sosiologis dalam kehidupannya yang ditunjukkan untuk

11
mengonsumsi secara berlebihan ataupun pemborosan yang tidak direncanakan terhadap barang
maupun jasa yang kurang atau bahkan tidak diperlukan. Sumartono (2002) menjelaskan bahwa
perilaku konsumtif adalah tindakan untuk membeli suatu barang dengan mengutamakan faktor
keinginan (want) daripada faktor kebutuhan (need).
Jadi, perilaku konsumtif merupakan perilaku individu yang melakukan konsumsi secara
berlebihan terhadap barang atau jasa yang dianggap tidak rasional dan lebih mengutamakan
keinginan daripada kebutuhan. Perilaku konsumtif ini tentu saja dapat timbul karena
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kotler (1997) menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi
perilaku konsumtif adalah sebagai berikut:
a. Faktor Budaya
1. Peran Budaya
Budaya adalah penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. Seorang anak
mendapatkan kumpulan nilai, persepsi, preferensi dan perilaku dari keluarganya
dan lembaga-lembaga penting lainnya.
2. Kelas Sosial
Pada dasarnya, semua masyarakat memiliki strata sosial. Strata tersebut biasanya
terbentuk melalui sistem kasta di mana anggota kasta yang berbeda dibesarkan
dengan peran tertentu dan tidak dapat mengubah keanggotaan kasta mereka.
Stratifikasi lebih sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial.
b. Faktor Sosial
1. Kelompok Acuan
Individu sangat dipengaruhi oleh kelompok acuan mereka. Kelompok acuan
menghadapkan seseorang pada perilaku dan gaya baru. Mereka juga memengaruhi
perilaku dan konsep pribadi seseorang dan menciptakan tekanan untuk mengetahui
apa yang mungkin memengaruhi pilihan produk dan merek aktual seseorang.
2. Keluarga
Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh.
Keluarga primer terdiri dari orang tua dan saudara kandung. Dari orang tua,
individu mendapatkan orientasi atas agama, politik, ekonomi, ambisi pribadi, harga
diri, dan cinta. Meskipun pembeli tidak berinteraksi secara intensif dengan

12
keluarganya saat konsumsi, pengaruh keluarga terhadap perilaku pembeli tetap
signifikan.

3. Peran dan Status


Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Setiap
peran akan memengaruhi beberapa perilaku pembelian dan memiliki status.
Individu memilih produk yang mengomunikasikan peran dan status mereka dalam
masyarakat.
c. Faktor Pribadi
1. Usia
Orang-orang membeli barang dan jasa yang berbeda sepanjang hidupnya. Tahap
siklus hidup, situasi keuangan dan minat produk berbeda-beda dalam setiap
kelompok usia. Penjual sering memilih kelompok berdasarkan usia dan siklus hidup
sebagai pasar sasaran mereka.
2. Pekerjaan
Pekerjaan seseorang juga memengaruhi pola konsumsinya. Seseorang yang bekerja
akan membeli pakaian kerja. Direktur perusahaan akan membeli pakaian yang
mahal dan perjalanan dengan pesawat udara. Penjual berusaha mengidentifikasikan
kelompok pekerjaan yang memiliki minat di atas rata-rata atas produk dan jasa
mereka. Sebuah perusahaan bahkan mengkhususkan produknya untuk kelompok
pekerjaan tertentu.
3. Keadaan Ekonomi
Pilihan produk juga sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. Keadaan
ekonomi terdiri dari penghasilan yang dapat dibelanjakan (tingkat kestabilan, pola,
dan waktu), tabungan, harta, utang, kemampuan untuk meminjam, serta sikap atas
belanja dan menabung. Penjual yang peka terhadap harga akan terus
memperhatikan tren penghasilan pribadi, tabungan, dan tingkat bunga. Jika
indikator ekonomi menandakan resesi, penjual dapat mengambil tindakan untuk
merancang ulang, melakukan penempatan ulang, dan menetapkan kembali harga
produk sehingga mereka dapat terus menawarkan produk kepada pelanggan.
4. Gaya Hidup

13
Orang-orang yang berasal dari budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama juga
dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup individu merupakan pola
hidup di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opini. Gaya hidup
menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan
lingkungannya.
5. Kepribadian dan Konsep Diri
Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda yang memengaruhi perilaku
pembelian. Kepribadian merupakan karakteristik psikologis yang berbeda dari
seseorang yang menyebabkan tanggapan yang relatif konsisten dan bertahan lama
terhadap lingkungannya. Kepribadian tentu saja dapat menjadi variabel yang
berguna dalam menganalisis perilaku konsumen.
d. Faktor Psikologis
1. Motivasi
Motivasi merupakan kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan
individu bertindak atau berbuat. Setiap orang selalu mempunyai motivasi untuk
memenuhi kebutuhan dan memuaskan keinginannya. Motivasi juga merupakan
dasar dorongan pembelian atau penggunaan terhadap suatu produk.
2. Persepsi
Individu yang termotivasi akan dipengaruhi oleh persepsi mengenai situasi dan
kondisi untuk bertindak. Perbedaan persepsi konsumen akan menciptakan proses
pengamatan dalam melakukan pembelian atau penggunaan barang atau jasa.
3. Pengalaman Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang membawa perubahan dalam kinerja sebagai
akibat dari latihan atau pengalaman sebelumnya. Perilaku konsumen dapat
dipelajari karena sangat dipengaruhi oleh pengalaman dan proses latihan seseorang.

2.2 Penelitian Terdahulu yang Sejenis


Dari penelusuran yang telah dilakukan oleh penulis, maka terdapat beberapa penelitian
terdahulu yang sesuai dengan pembahasan yang dikaji oleh penulis. Adapun penelitian tersebut
berupa jurnal penelitian dan skripsi antara lain:

14
1. Rahmi Rosita (2020) melakukan penelitian yang berjudul “Faktor yang
Memengaruhi Perilaku Generasi Milenial Terhadap Keputusan Menggunakan
Aplikasi GrabFood”. Populasi yang dijadikan subjek penelitian adalah mahasiswa
Politeknik LP3I Kampus Bekasi dengan jumlah sampel sebanyak 100 mahasiswa
untuk mewakili penelitian tersebut. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
berupa User Generated Content (UGC), pemanfaatan teknologi dan informasi, serta
perilaku konsumen. Metode pengolahan data adalah dengan linear regression
analysis. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah variabel UGC
berpengaruh positif namun tidak berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan
generasi milenial dalam menggunakan aplikasi GrabFood. Pemanfaatan teknologi
dan informasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap responden dalam
menggunakan aplikasi GrabFood. Perilaku konsumtif mempunyai pengaruh positif
dan signifikan dalam keputusan generasi milenial menggunakan aplikasi GrabFood.
2. Taufik Hidayat (2020) melakukan penelitian yang berjudul "Analisis Persepsi
Konsumen Terhadap Pembelian Makanan Secara Online Saat Pandemi COVID-
19". Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa di Universitas Sumatra Utara
dengan jumlah sampel sebanyak 153 mahasiswa. Variabel pada penelitian ini
adalah kualitas pelayanan pemesanan, kemudahan penggunaan aplikasi, harga, dan
sikap pengguna konsumen. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini
mencakup uji statistik deskriptif, uji validitas, dan uji reabilitas. Hasil pada
penelitian tersebut mengungkapkan bahwa secara parsial variabel kualitas
pelayanan pemesanan, kemudahan penggunaan aplikasi, dan harga pemesanan
memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap perilaku konsumen pada
pembelian makanan secara online saat pandemi COVID-19.

15
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Berdasarkan sifatnya, penelitian ini merupakan penelitian “deskriptif kualitatif”.
Iqbal Hasan (2008) menyatakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yang berwujud uraian dengan kalimat
tertulis yang memusatkan pada fenomena yang sedang terjadi pada saat penelitian
dilakukan sesuai apa adanya pada waktu itu. Penelitian berpusat pada pandangan yang
mungkin berbeda sesuai keunikan dan kepentingan pada masing-masing orang lain.
Sugiyono (2014) menyatakan bahwa metode kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme yang digunakan untuk hasil penelitian yang
lebih menekankan makna daripada generalisasi.

3.2 Sumber Data


Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan oleh peneliti meliputi data primer.
Data primer adalah data teoretis yang orisinal dan sumber data primer yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data yang didapat dari tempat yang menjadi objek penelitian
guna untuk mendapatkan informasi secara langsung mengenai dampak keberadaan
layanan pesan antar makanan online terhadap perilaku konsumtif mahasiswa PPA/PPTI
2020 selama pandemi COVID-19 yaitu dengan menyebarkan kuesioner.

3.3 Waktu Penelitian


Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Mei 2021 sampai dengan selesai.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan metode kuesioner atau
angket. Menurut Sugiyono (2013: 199), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis
kepada responden untuk dijawab. Dalam penelitian ini angket atau kuesioner diberikan

16
kepada mahasiswa PPA/PPTI 2020 untuk mengetahui dampak keberadaan layanan pesan
antar makanan online terhadap perilaku konsumtif selama pandemi COVID-19.

3.5 Teknik Analisis Data


Sugiyono (2008: 247) menyatakan bahwa analisis data merupakan proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih
mana yang penting dan yang akan dipelajari, serta membuat simpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Pada penelitian kualitatif ini menggunakan
analisis non statistik yang berarti data yang diolah dan diuraikan (deskriptif) disertai
penafsiran dengan mengandalkan daya imajinasi, intuisi, dan daya kreasi peneliti yang
ditafsirkan ke dalam kata-kata kemudian disajikan secara tertulis dalam bentuk laporan
penelitian.

17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Data Responden


Karakteristik responden berdasarkan data layanan food delivery dan tingkat
konsumtif sebagai berikut :
1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa responden berjumlah 65


mahasiswa di mana 17 responden berjenis kelamin laki-laki dengan persentase
26,2% dan 48 responden berjenis kelamin perempuan dengan persentase 73,8%.
2. Karakteristik responden berdasarkan angkatan

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa yang menjadi subjek dalam
penelitian ini adalah sebanyak 39 responden (60%) berasal dari PPA 52, 14 responden

18
(21,5%) berasal dari PPA 53, 6 responden (9,2%) berasal dari PPA 54, 1 responden
(1,5%) berasal dari PPTI 9, dan 5 responden (7,7%) berasal dari PPTI 10. Hal ini berarti
mayoritas responden penelitian merupakan anggota kelas PPA 52.

B. Hasil dan Pembahasan


4.1 Jumlah pengeluaran mahasiswa PPA/PPTI 2020 dalam penggunaan layanan
pesan antar makanan online selama pandemi COVID-19

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah kami sebarkan dengan pertanyaan pertama
yaitu berapa kisaran jumlah pengeluaran yang responden gunakan untuk layanan pesan
antar makanan online dalam sebulan, dengan hasil sebanyak 18 responden 27,7%
mengeluarkan kisaran di bawah Rp100.000,-, selanjutnya sebanyak 44 responden atau
sekitar 67,7% mengeluarkan kisaran Rp100.000,- sampai Rp500.000,-, berikutnya
sebanyak 3 responden atau sekitar 4,6% mengeluarkan kisaran Rp500.000,- sampai
Rp1.000.000,-, dan tidak ada yang memilih pengeluaran kisaran di atas Rp1.000.000,-.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah pengeluaran terbanyak berkisar
antara Rp100.000,- sampai Rp 500.000,- yaitu sekitar 67,7% atau sebanyak 44
responden.

19
4.2 Pengaruh keberadaan layanan pesan antar makanan online terhadap perilaku
konsumtif mahasiswa PPA/PPTI 2020 selama pandemi COVID-19

Berdasarkan hasil kuesioner yang telah kami sebarkan dengan pertanyaan kedua
yaitu seberapa sering responden menggunakan layanan pesan antar makanan online
dalam skala satu sampai lima, di mana satu yaitu sangat jarang dan lima yaitu sangat
sering. Sebanyak 3 responden atau sekitar 4,6% menjawab sangat jarang menggunakan,
selanjutnya sebanyak 12 responden atau sekitar 18,5% menjawab jarang menggunakan,
lalu sebanyak 18 responden atau sekitar 27,7% menjawab biasa saja, sedangkan 21
responden atau sekitar 32,3% menjawab sering menggunakan, dan sebanyak 11
responden atau sekitar 16,9% menjawab sangat sering menggunakan. Dari data
tersebut, dapat disimpulkan bahwa mayoritas dari 65 mahasiswa PPA/PPTI angkatan
2020 memilih opsi paling sering menggunakan layanan pesan antar makanan online
yaitu sebanyak 21 responden atau 32,3%. Dengan melihat hasil kuesioner tersebut,
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh keberadaan layanan pesan antar
makanan online terhadap perilaku konsumtif mahasiswa PPA/PPTI angkatan 2020
selama pandemi COVID-19.
Perilaku konsumtif mahasiswa PPA/PPTI angkatan 2020 ini sangat dipengaruhi
oleh keberadaan layanan pesan antar makanan online, yang dapat dilihat pada diagram
di bawah ini. Diagram ini didasarkan pada hasil kuesioner yang telah kami olah dengan
menggunakan skala akumulasi poin, yaitu jumlah poin yang diisi oleh responden pada

20
pertanyaan ketiga. Adapun dari pertanyaan ketiga, kami memaparkan sejumlah fitur
yang mendukung perilaku konsumtif dalam penggunaan layanan pesan antar makanan
online, di antaranya adalah fitur harga, kualitas pelayanan, fitur aplikasi, dan sebagai
sarana untuk menjalin hubungan baik antar sesama.

Berdasarkan hasil kuesioner, sekitar 1% responden tidak terpengaruh dengan


fitur-fitur tersebut, sekitar 11% responden kurang terpengaruh, sekitar 42% responden

21
terpengaruh, dan sisanya sekitar 46% responden sangat terpengaruh dengan adanya
fitur-fitur tersebut. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
terpengaruh oleh fitur layanan pesan antar makanan online.

Berikutnya, kami menemukan bahwa mayoritas dari responden terpengaruh


paling dominan akibat harga yang ditawarkan pada aplikasi layanan pesan antar
makanan online, disusul oleh sarana komunikasi dan fitur aplikasi serta kualitas
pelayanan.

22
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
5.1.1 Jumlah pengeluaran mahasiswa PPA/PPTI 2020 dalam penggunaan layanan
            pesan antar makanan online selama pandemi COVID-19
Berdasarkan hasil kuesioner dapat disimpulkan bahwa jumlah pengeluaran
mahasiswa PPA/PPTI 2020 dalam penggunaan layanan pesan antar makanan online
selama pandemi COVID-19 adalah sebesar Rp100.000,- sampai dengan Rp500.000,-.
Simpulan tersebut kami ambil berdasarkan data primer yang kami olah dengan
pengeluaran terbanyak yaitu Rp100.000,- sampai dengan Rp500.000,- sebanyak 67,7%
atau sebanyak 44 responden. Alasan lain adalah jumlah 67,7% dianggap sudah mewakili
sebagian besar dari responden sehingga kami mengambil simpulan tersebut.
5.1.2 Pengaruh keberadaan layanan pesan antar makanan online terhadap
perilaku konsumtif mahasiswa PPA/PPTI 2020 selama pandemi COVID-19
Berdasarkan hasil kuesioner dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
keberadaan pesan antar makanan online terhadap perilaku konsumtif mahasiswa
PPA/PPTI 2020 selama pandemi COVID-19. Simpulan ini didasarkan pada lebih dari
50% responden sering menggunakan layanan pesan antar makanan online, di mana 32,3%
responden menyatakan sering menggunakan dan 16,9% sangat sering menggunakannya.
Terdapat 46% responden yang sangat terpengaruh dengan fitur-fitur yang tersedia
sehingga mendorong penggunaan aplikasi layanan pesan antar makanan online. Salah satu
fitur yang paling mendorong penggunaan aplikasi layanan pesan antar makanan online
adalah fitur harga.

5.2 Saran

23
Setelah mengadakan penelitian “Analisis Dampak Keberadaan Layanan Pesan
Antar Makanan Online Terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa PPA/PPTI 2020” (Studi
Kasus: Pengguna Aplikasi GrabFood dan GoFood di PPA/PPTI Angkatan 2020), peneliti
ingin menyampaikan beberapa saran dengan harapan dapat memberikan manfaat dan
masukan dari pihak yang terkait.
Untuk peneliti selanjutnya agar dapat menyempurnakan peneliti sebelumnya
dengan cara memuat data yang lebih lengkap dengan jumlah responden yang lebih
banyak serta meneliti pemahaman responden terhadap keberadaan GoFood dan
GrabFood. Selain itu, diharapkan dapat mengembangkan penelitian terhadap faktor-
faktor lain, tidak hanya pada faktor penggunaan GrabFood dan GoFood saja tetapi juga
bisa membahas tentang berbagai jenis layanan pesan antar makanan online lainnya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Afriyadi, Achmad Dwi. (2016). RI Masuk Era Baru Perekonomian, Kenali Cirinya. Liputan 6,
31 Desember. http://bisnis.liputan6.com/read/2692520/ri-masuk-era-baru-perekonomian-kenali-
cirinya

Andrews, Sudhir. (2009). Food and Beverage Service. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing
Company Limited.

Aprilia & Hartoyo. Analisis Sosiologis Perilaku Konsumtif Mahasiswa. Jurnal Sosiologi,
Universitas Lampung, Vol.15, No. 1: 72-86.

Baraban, Regina S. dan Joseph F. Durocher. (2010). Successful Restaurant Design, 3rd Edition.
New Jersey: Sons Inc.

Chon, Kaye dan Thomas A. Maier. (2010). Welcome to Hospitality: An Introduction, 3rd ed.
New York: Clifton Park.

Corcoran, David. (2000). How to Make Lunch an Adventure.


https://archive.nytimes.com/www.nytimes.com/library/tech/00/12/biztech/technology/13corc.ht
ml

Dorner & Edelman. (2015). What ‘digital’ really means.


https://www.mckinsey.com/industries/high-tech/our-insights/what-digital-really-means

Duarte, Fernando. (2019). Berapa Banyak Waktu Yang Dihabiskan Rakyat Indonesia Di Media
Sosial? BBC News Indonesia, 9 September. https://www.bbc.com/indonesia/majalah-49630216

Hidayat, Taufik. (2020). Analisis Persepsi Konsumen Terhadap Pembelian Makanan Secara
Online Saat Pandemi COVID-19 (Kasus Fitur Go-Food). Skripsi, Universitas Sumatra Utara.

25
Iqbal Hasan, M. (2008). Analysis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (1999). Undang-Undang tentang Perlindungan


Konsumen. https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/1999/8TAHUN~1999UU.htm

Kim, Jung-yeop. (2016). 배 달 음 식 1 호 , 1768 년 7 월 냉 면 .


http://www.seouland.com/arti/culture/culture_general/354.html

Kotler, Philip, Gary Armstrong, (2001). Prinsip-prinsip Pemasaran (Jilid 1). Jakarta: Erlangga.

Lovelock, Christopher, Jochen Wirtz. (2010). Pemasaran Jasa. Jakarta: Erlangga.

Maulana S.M., Heru Susilo, Riyadi. (2015). Implementasi E-Commerce Sebagai Media
Penjualan Online. Jurnal Administrasi Bisnis, Universitas Brawijaya Malang, Vol.29, p.1-9.

Noor.iza. (2017). Kuliner, Kriya dan Fashion, Penyumbang Terbesar Ekonomi Kreatif.
https://www.kominfo.go.id/content/detail/11034/kuliner-kriya-dan-fashion-penyumbang-
terbesar-ekonomi-kreatif/0/berita_satker

Putra, Kadek Aryana Dwi, Fauzan Hidayatullah, dan Nurul Farida. (2020). Mediatisasi Layanan
Pesan Antar Makanan di Indonesia Melalui Aplikasi Go-Food. Jurnal Komunikasi Islam,
Universitas Gadjah Mada, Vol. 5, p.119.

Rosita, Rahmi. (2020). Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Generasi Milenial Terhadap
Keputusan Menggunakan Aplikasi GrabFood. Jurnal Lentera Bisnis, Politeknik LP3I Jakarta,
Vol.9, p.1-12.

Setyowati, Desy. (2019). Grab Optimistis Raup Untung Lewat GrabFood dalam Jangka Panjang.
Katadata, 19 September. https://katadata.co.id/berita/2019/09/16/grab-optimistis-raup-untung-
lewat-GrabFood-dalam-jangkapanjang

26
Setyowati, Desy. (2019). Gojek vs. Grab: Fierce Competition for SuperApp Throne. Katadata,
16 April. https://en.katadata.co.id/in-depth/2019/04/16/gojek-vs-grab-fierce-competition-for-
superapp-throne

Setyowati, Desy dan Yunianto, Tri Kurnia. (2019). Layanan Pesan-Antar Makanan Jadi Tren,
Riset Nielsen: GoFood Pionirnya. Katadata, 16 September.
https://katadata.co.id/berita/2019/09/19/layanan-pesan-antar-makanan-jadi-trenriset-nielsen-
GoFood-pionirnya

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sumadi, Suryabrata. (1998). Metode Penelitian Cet. Ke II. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sumartono. (2002). Terperangkap dalam Iklan. Bandung: Alfabeta.

Thomas, Vincent Fabian. (2019). Nielsen: 58% Masyarakat Pesan Makanan via Aplikasi Pesan-
Antar. Tirto, 19 September. https://tirto.id/nielsen-58-masyarakat-pesan-makanan-via-aplikasi-
pesan-antar-eil7

Tim Redaksi Huffpost. (2014). Pizza Hut Tells Twitter It Made The First Online Sale In 1994.
Huffpost, 9 September. https://www.huffpost.com/entry/pizza-hut_n_3894981

Tokopedia. Pengeluaran. https://kamus.tokopedia.com/p/pengeluaran/

Wahyuni, Sry. (2020). Analisis Dampak Keberadaan GoFood dan GrabFood Terhadap
Peningkatan Penjualan Usaha Kuliner. Skripsi, Universitas Islam Negeri Sumatra Utara.

27

Anda mungkin juga menyukai