Anda di halaman 1dari 21

TANTANGAN PEREKONOMIAN BISNIS DAN PERKEMBANGAN

PERBANKAN SYARIAH TERHADAP PANDEMI COVID-19


DI INDONESIA

NAMA : DANY MASHEHI RESTU PUTRA


NIM : 43119010027
DOSEN : Dr. Sudjono, M.Acc.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat TUHAN YME yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas besar yang 2 (kedua)
yaitu pembuatan makalah. Dengan adanya penyelesaian tugas besar 2 (kedua), penulis dapat
menambah wawasan dan pengalaman, sehingga dapat mempraktikkan ilmu yang telah
Bapak/Ibu Dosen ajarkan sebagai penunjang dalam makalah yang dibuat.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 9 November 2022

Dany Mashehi Restu Putra

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB 1.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Batasan Masalah.............................................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................................4
1.4 Tujuan Penelitian...........................................................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian.........................................................................................................4
BAB 2.........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
2.1 Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory..........................................5
2.2 Penelitian Terdahulu......................................................................................................6
2.3 Hipotesis..........................................................................................................................9
BAB 3.......................................................................................................................................10
PEMBAHASAN.....................................................................................................................10
3.1 Penerapan......................................................................................................................10
3.2 Perbandingan Antara Teori/Penelitian Terdahulu...................................................10
3.3 Pembahasan.............................................................................................................11
3.1.1 Tantangan Perekonomian Bisnis Pandemi Covid-19.........................................11
3.1.2 Tantangan Perbankan Syariah Penyebaran Pandemi Covid-19......................12
BAB 4.......................................................................................................................................15
PENUTUP...............................................................................................................................15
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................15
4.2 Saran..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Data Grafik Covid-19........................................................................................1
Gambar 1.2 Top 10 Negara Dengan Aset Syariah Terbesar..............................................2

DAFTAR TABEL
Tabel 2.0-1 Data Statistik Perbankan Syariah OJK.............................................................6
Tabel 3.1 Penelitian Terdahulu.............................................................................................10

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada penghujung tahun 2019, dunia dikejutkan dengan ditemukannya wabah penyakit
mengerikan yang mengakibatkan kelumpuhan perekonomian dunia. Wabah penyakit tersebut
dikenal dengan virus corona. Ren, dkk (2020) mengungkapkan bahwa virus ini merupakan
salah satu patogen utama yang menyerang sistem pernapasan manusia. Karena wabah ini
terjadi pada tahun 2019, maka sering disebut sebagai penyakit corona virus 19 (Covid-19)
(Ren et al., 2020).

Di Indonesia kasus pertama Covid-19 diumumkan pada tanggal 2 Maret 2020. Setelah
adanya konfirmasi tersebut, maka pada awal Maret 2020 tentu menyebabkan beberapa
kegiatan ekonomi menjadi terhambat khususnya perkembangan perbankan syariah di
Indonesia. Dengan adanya hal tersebut, tentu saja pemerintah Indonesia menyikapi pandemi
Covid-19 dengan sebuah kebijakan penerapan Work From Home (WFH) yaitu berupa
kebijakan yang dilakukan oleh seluruh dunia untuk mengurangi penyebaran Covid-19 dengan
bekerja dari rumah yang bertujuan untuk mengurangi sebuah kerumunan masyarakat atau
physical distancing. Berikut data statistik grafik tingkat pertumbuhan covid-19 pada bulan
November 2022.

Gambar 1.1 Data Grafik Covid-19


Sumber : Data.covid19.co.id

1
Dari gambar di atas merupakan sebuah data grafik pertumbuhan covid-19 di bulan
November 2022 yang terjadi di Indonesia. Dengan adanya sebuah data tersebut ini
menunjukkan bahwa kasus covid-19 di Indonesia sudah melandai namun hal ini harus tetap
diwaspadai dikarenakan sudah sangat banyak sekali mutasi-mutasi virus lainnya.
Dikarenakan adanya kenaikan kasus di bulan November 2022 dan munculnya sebuah varian
baru covid-19 ini tentu saja akan membuat pemerintah harus waspada terhadap kenaikan
covid-19 gelombang berikutnya. Serta selain adanya kenaikan covid-19 di Indonesia tentu
saja ini ada kaitannya dengan kenaikan covid-19 di seluruh dunia serta konflik dan kondisi
perekonomian global yang masih belum memiliki pertumbuhan.

Pertumbuhan kasus covid-19 dan pandemi yang masih berlangsung di Indonesia


bahkan seluruh dunia, tentu saja ini akan menghambat serta menjadi sebuah tantangan bagi
perbankan syariah khususnya di Indonesia. Hal ini dikarenakan perbankan syariah merupakan
salah satu aspek sektor yang dapat memberikan serta sangat menjanjikan untuk Indonesia
untuk perkembangan perbankan saat ini di masa yang akan datang yang akan memberikan
sebuah dampak kontribusi terhadap perekonomian Indonesia sehingga perekonomian
Indonesia dapat melaju sangat pesat dan berkembang setiap tahunnya.

Gambar 1.2 Top 10 Negara Dengan Aset Syariah Terbesar


Sumber : Investor.id

2
Di gambar 1.2 menjelaskan bahwa Indonesia memasuki sebuah negara syariah yang
memiliki nilai aset syariah terbesar dan menduduki peringkat ke-7. Dengan adanya sebuah
data tersebut tentu saja ini merupakan langkah awal dalam kemajuan perkembangan
perbankan syariah dan ini tentu saja bukan menjadi sebuah halangan, melainkan sebuah
tantangan perbankan syariah untuk melakukan sebuah perkembangan yang sangat pesat.
Tetapi hal itu juga penuh dengan risiko yang harus dihadapi di masa yang akan datang.

Perbankan syariah adalah suatu sistem yang dibangun dengan semangat alternatif,
sehingga harus berbeda dari perbankan yang telah ada. Perbedaan sistem tidak sekedar
pemakaian istilah, tetapi juga perlakuan terhadap jaminan rasa aman terhadap nasabah. Oleh
karena itu, pencantuman label syariah, pada hakikatnya mengandung konsekuensi yang
cukup berat, sehingga mekanisme pengawasannya perlu diperketat agar menjaga amanah dan
kepercayaan nasabah terjaga dengan baik (Fauziah, Fakhriyah and Abdurrohman, 2020).

Menurut J.P Morgan Ada tiga risiko yang membayangi industri perbankan dalam masa
pandemi covid-19 yaitu penyaluran kredit/pembiayaan, penurunan kualitas aset dan
pengetatan margin/bunga bersih. Berdasarkan laporan Bank Indonesia (2021), aktivitas
intermediasi perbankan di Indonesia telah mengalami lemahnya kinerja tersebut disebabkan
oleh kontraksi kredit sebesar 2,41 persen (yoy) pada akhir Desember 2020 meskipun Dana
Pihak Ketiga (DPK) justru meningkat sebesar 11,11 persen (yoy). Lemahnya aktivitas
intermediasi perbankan disebabkan oleh rendahnya permintaan kredit dan kehati-hatian
perbankan dalam menyalurkan kredit dengan pertimbangan risiko kredit yang tinggi di masa
pandemi COVID-19 yang ditandai dengan meningkatnya rasio kredit bermasalah. sebesar
2,53 persen pada Desember 2020 dibandingkan Desember 2019 (Bank Indonesia, 2021).

Industri Perbankan Syariah memiliki peran yang strategis dalam pembangunan


ekonomi rakyat, berkontribusi dalam melakukan transformasi perekonomian pada aktivitas
ekonomi produktif, bernilai tambah dan inklusif tetapi di masa Pandemi Covid-19 ini industri
Perbankan Syariah harus bergerak cepat untuk beradaptasi dengan membuat strategi, inovasi
baru serta mitigasi risiko yang tepat dan cermat serta menggunakan strategi kreatif untuk
bertahan dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang membuat kondisi perekonomian tak
menentu. Artinya industri Perbankan Syariah mempunyai tantangan yang cukup signifikan,

3
namun Industri Perbankan Syariah harus melihat permasalahan penyebaran virus ini sebagai
tantangan yang harus dirubah menjadi sebuah kesempatan untuk bisa lebih baik.

Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa pandemi covid-19 ini mempengaruhi


banyak sektor keuangan dan ekonomi. Di antaranya, sektor pariwisata (Correa-Martínez et
al., 2020; Nasution et al., 2020; Uğur & Akbıyık, 2020), sektor UMKM (Abdurrahman
Firdaus Thaha, 2020;Amri, 2020; Bartik et al., 2020; Fabeil et al., 2020; Shafi et al., 2020;
Wijaya, 2020), sektor pasar modal (Ashraf, 2020; Zhang et al., 2020), hingga sektor
Asuransi(Babuna et al., 1978; Wang et al., 2020).

1.2 Batasan Masalah


Pada penelitian ini akan lebih terfokus dan tidak meluas dari pembahasan dimaksudkan,
hal ini dikarenakan untuk memberikan suatu batas ruang lingkup penelitian kepada
tantangan perekonomian dan perkembangan perbankan syariah di pandemi covid-19.

1.3 Rumusan Masalah


Dalam melakukan penelitian ini, rumusan masalah yang dikemukakan adalah seperti
berikut:

1. Bagaimana tantangan atau hambatan yang terjadi pada sektor perbankan syariah?
2. Bagaimana perkembangan perekonomian Indonesia di masa pandemi covid-19?
3. Bagaimana perkembangan bank syariah di masa pandemi covid-19?

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap peluang dan tantangan yang dihadapi
oleh Bank Syariah selama masa Pandemi. Penelitian ini penting untuk dilakukan sebagai
ikhtiar yang ditempuh oleh akademisi untuk mengelaborasi peluang dan tantangan yang
dihadapi oleh Bank Syariah di masa Pandemi sehingga berdampak secara positif terhadap
perkembangan Bank Syariah di Indonesia.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan bagi
mereka yang nantinya membaca makalah ini. Selain itu diharapkan dengan adanya penelitian
yang dilakukan, maka sangat diharapkan penelitian ini akan memudahkan mereka-mereka
yang ingin mengkaji atau meneliti pandangan mengenai tantangan perekonomian dan
perkembangan perbankan syariah di Indonesia.

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory


Dalam menyusun suatu penelitian dengan metode pendekatan kuantitatif, maka
diperlukan pengurutan teori yang akan digunakan secara sistematis mulai dari Grand Theory,
Middle Range Theory, dan Applied Theory.

Grand Theory merupakan sebuah teori yang digunakan untuk mendeskripsikan suatu
kehidupan manusia secara sosial, sejarah ataupun pengalaman kehidupan manusia. Grand
teori dikemukakan pertama kali oleh Charles Wright Mills dalam proses mengkomunikasikan
hubungan internasional dan pengambilan keputusan.

Middle Theory merupakan sebuah teori yang berguna untuk membuat hipotesis
berdasarkan studi empiris yang dilakukan peneliti. Middle teori bertujuan untuk membentuk
kerangka berfikir ilmiah yang dapat menjadikan hasil penelitian berguna dimasa depan serta
kedisiplinan kegiatan perekonomian dan pembangunan.

Applied Theory merupakan sebuah teori dari suatu usaha untuk mewujudkan pelayanan
prima pun memerlukan pemahaman komprehensif menyangkut kualitas layanan. Pada tahun
1988, tiga pakar pelayanan yakni A. Parasuraman, Zeithaml, dan Berry mengemukakan lima
dimensi pokok penting pelayanan prima (dalam Tjiptono, 2008:198).

Grand Theory merupakan dasar lahirnya teori-teori lain dalam berbagai level. Disebut
makro karena teori-teori ini berada pada level makro. Middle Theory merupakan teori yang
berada pada level menengah di mana fokus kajiannya makro dan mikro. Applied Theory
merupakan teori yang berada di level mikro dan siap diaplikasikan dalam konseptualisasi
(Dougherty & Pfaltzgraff, 1990:10-11).

5
2.2 Penelitian Terdahulu
Perbankan syariah mulai diakui eksistensinya pada saat dikeluarkannya UU No.7
Tahun 1992 tentang bank yang menerapkan konsep bagi hasil, meskipun tidak disebutkan
secara jelas terkait prinsip syariahnya. Semenjak itu Bank Muamalat yang merupakan bank
Islam pertama mulai beroperasi di Indonesia. Eksistensi perbankan syariah semakin kuat
ketika disahkannya UU No.10 Tahun 1998 sebagai amandemen dari UU No.7 Tahun 1992.
Dalam undang-undang yang diperbaharui tersebut disebutkan secara jelas bahwa Bank
Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat yang beroperasi secara konvensional dan/atau
berdasarkan prinsip syariah.

Di Indonesia prospek perbankan syariah makin cerah dan menjanjikan. Bank syariah di
negeri ini, diyakini akan terus tumbuh dan berkembang di masa depan. Perbankan syariah
dapat dikategorikan sebagai jenis industri baru yang mempunyai daya tarik cukup tinggi. Hal
ini dapat dilihat dari banyaknya pemain baru yang bermain, tidak hanya dalam bentuk bank
umum dan BPRS, tetapi juga dalam bentuk UUS (Nofinawati, 2015).

Tabel 2.0-1 Data Statistik Perbankan Syariah OJK

Indikator   Periode
  2014 2015 2016 2017 2018 2019
BUS   2.163 1.990 1.869 1.825 1.875 1.919
UUS   320 311 332 344 354 381
BPRS   439 439 453 441 495 617
Asset (Triliun Rp) 279 304 366 435 490 538
DPK (Triliun Rp) 222 236 285 342 380 425
PYO (Triliun Rp) 204 219 255 293 329 365
Jaringan Kantor 2.910 2.747 2.654 2.610 2.556 2.753
Sumber : Ojk.go.id (data diolah)

Pada penelitian terdahulu yang di teliti oleh Annisa Nur Safitri, Muhammad Iqbal
Fasa, Suharto yang ada pada gambar tabel 2.2 menjelaskan bahwa perbankan syariah di
Indonesia mengalami sebuah perkembangan signifikan dari segi peningkatan sebuah aset
perbankan syariah yang terus bertumbuh dari 2014-2019. Lalu juga ditambah adanya
pertumbuhan dari peningkatan pembangunan jaringan kantor yang dibangun di seluruh
Indonesia yang masih mengalami fluktuatif atau pertumbuhan tidak konsisten. Dengan
adanya sebuah data tersebut ini dapat disimpulkan bahwa perkembangan perbankan syariah

6
pada aset bertumbuh tetapi untuk pertumbuhan sebuah jaringan kantor perbankan syariah
yang ada di Indonesia ini belum berkembang sangat pesat.

Selain itu pada tabel 2.1 menjelaskan bahwa pertumbuhan jumlah aset bank syariah dari
tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada pertumbuhan aset
dari tahun 2015 s/d 2019. Aset pada tahun 2014 mengalami pertumbuhan sebesar 279 dari
tahun sebelumnya dan terus meningkat menjadi 538 di tahun 2019. Hal serupa juga terjadi
pada pertumbuhan Dana Pihak Ketiga dan Pembiayaan yang disalurkan terus mengalami
peningkatan dari tahun 2014 s/d 2019. Pada indikator DPK bank syariah terus mengalami
peningkatan, tercatat pada tahun 2014 DPK sebesar 222 mengalami peningkatan sebesar 425
di tahun 2019. Sedangkan pembiayaan (PYO) yang disalurkan tercatat sebesar 204 di tahun
2014 dan mengalami peningkatan sebesar 365 di tahun 2019. Peningkatan ketiga indikator di
atas terjadi sangat signifikan. Hal ini menandakan bahwa perkembangan bank syariah sudah
cukup baik kendati secara aset, DPK dan kredit yang disalurkan masih kalah dengan
perbankan konvensional.

Menurut Hani Tahliani (2020) menjelaskan bahwa tantangan atau hambatan utama
yang dihadapi oleh perbankan syariah di Indonesia yaitu dari sisi pembiayaan, karena Bank
tidak bisa melakukan ekspansi seiring dengan penurunan permintaan. Dengan adanya hal
tersebut perbankan syariah harus selektif dalam menyalurkan kredit di tengah pandemi
sehingga mampu menjaga rasio non performing financing (NPF) dengan mengukur omzet
perusahaan dan memulai revisi target pertumbuhan, memangkas target pembiayaan menjadi
lebih konservatif. Selain itu, peningkatan risiko dan merosotnya kegiatan akibat pandemi,
tidak saja mempengaruhi untuk memberikan pembiayaan namun kenaikan risiko dalam non
performing loan/non performing financing akan menentukan bertahan atau bangkit kembali.

Tantangan atau hambatan di Industri perbankan syariah Pertama menjaga jarak fisik
(Physical Distancing), Industri perbankan syariah dituntut untuk melayani nasabah dari
rumah, bank syariah harus menyesuaikan pola bisnis akibat pandemi Covid-19, perbankan
syariah dituntut melayani nasabah melalui digitalisasi layanan bank, baik layanan digitalisasi
dalam penghimpunan dana maupun pembiayaan. Dengan adanya hal tersebut ini akan
membuat perbankan syariah harus melakukan digitalisasi, yang di mana perbankan syariah
harus meningkatkan teknologi pada sistem perusahaan. Jika perbankan syariah melakukan
Penggunaan teknologi seperti perbankan digital dalam inovasi layanan untuk memenuhi
kebutuhan nasabah dan/atau calon nasabah paling baik dipahami dalam hubungannya dengan

7
penggunaan layanan dan bagaimana mereka merasakan layanan dan mengikuti arus
globalisasi atau perkembangan zaman teknologi dan informasi.

Menurut J.P Morgan dalam riset yang dilakukan mengungkapkan bahwa ada tiga risiko
yang akan dihadapi oleh industri perbankan di masa pandemi covid-19, yaitu (Safitri et al.,
2021):

a. Penyaluran kredit/pembiayaan, di mana baik itu bank syariah maupun bank


konvensional akan menghadapi kondisi serupa. Perlambatan terhadap
pembiayaan akan terjadi.
b. Penurunan kualitas aset. Pada kondisi ini, bank syariah cukup terbantu dengan
adanya POJK No.11/POJK.03/2020. POJK tersebut akan membantu bank
syariah dalam Pengetatan margin bersih Hal tersebut dikarenakan bank syariah
menggunakan sistim bagi hasil seperti yang disampaikan dalam penjelasan di
atas. Dengan sistim bagi hasil maka kondisi neraca bank syariah pada mas
krisis akibat pandemi covid-19 ini akan elastis karena besarnya biaya yang
diperuntukkan buat pembayaran bagi hasil juga akan ikut menurun dengan
penurunan pendapatan yang diperoleh bank syariah.
c. Pengetatan margin bunga bersih. Hal tersebut dikarenakan bank syariah
menggunakan sistim bagi hasil. Dengan sistim bagi hasil maka kondisi neraca
bank syariah pada masa krisis akibat pandemi covid-19 ini akan elastis karena
besarnya biaya yang diperuntukkan buat pembayaran bagi hasil juga akan ikut
menurun dengan penurunan pendapatan yang diperoleh bank syariah.

Sedangkan kondisi kinerja bank syariah setelah munculnya pandemi covid 19 hingga Januari
2021 adalah sebagai berikut:

a. Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 21,80% .


b. Return On Assets (ROA) sebesar 1,79% (untuk Bank Umum Syariah) dan 2,35 %
(untuk Unit Usaha Syariah).
c. Gross Non-Performing Financing (NPF) sebesar 3,20% (untuk Bank Umum Syariah)
dan 3,09% (untuk Unit Usaha Syariah).

Perbankan syariah merupakan sektor keuangan yang terdampak pandemi yang


berkepanjangan ini. Momen ini menjadi peluang bagi perbankan syariah dan lembaga-
lembaga keuangan lainnya untuk berkontribusi dalam membantu ekonomi masyarakat
(Iskandar et al., 2020; Siahaan, 2020). Hal ini dibuktikan dengan diterbitkan Peraturan

8
Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No.11/POJK.03/2020 tentang Relaksasi Kredit/Pembiayaan
bagi masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19 (OJK, 2020). Regulasi ini bertujuan
untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan perbankan, karena kebijakan tersebut
mempunyai dampak terhadap kinerja perbankan (Albanjari & Kurniawan, 2020; Disemadi &
Shaleh, 2020; Wahyudi et al., 2019).

Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa pandemi covid-19 ini mempengaruhi


banyak sektor keuangan dan ekonomi. Di antaranya, sektor pariwisata (Correa-Martínez et
al., 2020; Nasution et al., 2020; Uğur & Akbıyık, 2020), sektor UMKM (Abdurrahman
Firdaus Thaha, 2020;Amri, 2020; Bartik et al., 2020; Fabeil et al., 2020; Shafi et al., 2020;
Wijaya, 2020), sektor pasar modal (Ashraf, 2020; Zhang et al., 2020), hingga sektor
Asuransi(Babuna et al., 1978; Wang et al., 2020).

2.3 Hipotesis
Berdasarkan dari penelitian terdahulu, di dapatkan hipotesis sebagai berikut :
1. Tantangan perbankan syariah berpengaruh terhadap Pandemi Covid-19
2. Perkembangan perbankan syariah berpengaruh terhadap pandemi Covid-19

9
BAB 3

PEMBAHASAN
3.1 Penerapan
Dalam penelitian ini dilakukan sebuah penerapan untuk melihat sebuah tantangan dan
perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Dengan melihat situasi seperti ini, maka
pemerintah harus menerapkan suatu kerja sama dengan perusahaan perbankan syariah di
Indonesia untuk menumbuhkan market share perbankan syariah itu sendiri yang bertujuan
juga untuk meningkatkan sebuah aset, pembiayaan syariah dan peningkatan nasabah syariah.
Selain untuk menumbuhkan market share perbankan syariah, meningkatkan sebuah
aset, pembiayaan syariah dan peningkatan nasabah syariah. Dengan adanya sebuah
perkembangan yang lebih pesat dari tahun sebelumnya, maka perbankan syariah dapat
berkontribusi secara besar bagi perekonomian Indonesia. Maka jika pemerintah dapat bekerja
sama dengan baik bersama perusahaan perbankan syariah ini akan menjadikan perekonomian
Indonesia menjadi lebih kuat dan bertumbuh.

3.2 Perbandingan Antara Teori/Penelitian Terdahulu

Tabel 3.2 Penelitian Terdahulu

Metode
No Peneliti Judul Penelitian dan Hasil
Variable
1 Allselia Analisis Kinerja Metode penelitian : DPK berpengaruh terhadap
Riski Perbankan Desain deskriptif kinerja bank syariah di saat
Azhari1 Syariah di kualitatif pandemi Covid-19,
dan Rofiul Indonesia : Studi Kondisi pandemi Covid-19
Wahyudi, Masa Pandemi Variabel X: tidak mempengaruhi equity
Jurnal Covid-19 Third Party Funds financing secara signifikan
Ekonomi (DPK), Debt and cenderung stabil.
Syariah Equity Financing
Indonesia (Pembiayaan)
Vol. X No.
2, Variabel Y:
Desember Pandemi Covid-19
2020/1441
H : 67-83
2 Kumaidi Peluang dan Metode penelitian : Pandemi covid-19
dan Tantangan Bank metode analisis berpengaruh pada terciptanya
Hardiansya Syariah di Masa deskriptif-kritis sebuah peluang dan
h Padli, Pandemi menciptakan sebuah
Iltizam Covid19 Variabel X: tantangan bagi perbankan
Journal of Peluang dan syariah

10
Shariah tantangan
Economic
Research Variabel Y:
Vol. 5, Pandemi Covid-19
No.2
(2021)
December
2021, 146-
156
3 Mardhiyatu Dampak Metode penelitian : Dampak Pandemi Covid-19
rrositaning Pandemi Covid- Analisis terhadap fungsi intermediasi
sih dan 19 Terhadap Komparatif perbankan syariah,
Muhamma Manajemen Pembiayaan dan DPK, semua
d Syarqim Industri Variabel X: Bank menunjukkan adanya
Mahfudz, Perbankan Penghimpunan gejolak.
POINT Syariah: Dana (DPK)
Vol. 2, No. Analisis
1, Juni Komparatif Variabel Y:
2020 Pandemi Covid-19
4 Hani Tantangan Metode penelitian : Pandemi Covid-19
Tahliani, Perbankan Metode deskriptif berpengaruh dalam
Madani Syariah Dalam kualitatif. percepatan digitalisasi.
Syariah, Menghadapi Pandemi Covid-19,
Vol. 3 Pandemi Covid- Variabel X: berpengaruh dalam
No.2 19 Perekonomian menekan/meminimalisasi
Agustus Indonesia, Non pembayaran Non Performing
2020 Performing Finanacing (NPF).
Finanacing (NPF)

Variabel Y:
Pandemi Covid-19

3.3 Pembahasan
3.1.1 Tantangan Perekonomian Bisnis Pandemi Covid-19
Pertama, dampak bawaan dari China yang terkait langsung dengan perekonomian
Indonesia. China adalah negara tujuan utama ekspor Indonesia sejak tahun 2011 Menurut
data Badan Pusat Statistik, tahun lalu nilai ekspor nonmigas Indonesia ke China mencapai
25,7 miliar dollar AS. Nilai ini jauh lebih besar dibandingkan nilai ekspor nonmigas
Indonesia ke Amerika Serikat dan ke Jepang yang masing-masing berada pada peringkat
kedua dan ketiga. China juga merupakan negara asal utama impor Indonesia. Tahun 2019,
nilai impor Indonesia dari China mencapai 44,5 miliar dollar AS, atau setara dengan tiga dan
lima setengah kali lipat dibandingkan nilai impor Indonesia dari Jepang dan Amerika Serikat.
Lebih dari itu, China merupakan salah satu negara terbesar asal penanaman modal asing di

11
Indonesia dan penyumbang lebih dari dua juta wisatawan asing atau sekitar 12,5 persen dari
total wisatawan asing yang datang ke Indonesia.

Kedua, dampak bawaan dari negara-negara pandemi Covid-19 lainnya yang terkait
langsung dengan perekonomian Indonesia. Misalnya dampak bawaan dari Uni Eropa,
Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Australia. Meskipun tak sebesar dampak bawaan dari
China, dampak bawaan dari negara-negara ini tak dapat diabaikan. Baik dari sisi lalu lintas
ekspor dan impor, penanaman modal asing maupun kunjungan wisata.

Ketiga, dampak ikutan dari perekonomian global secara keseluruhan. Penyebaran


Covid-19 hingga ke 176 negara telah menambah ketidakpastian ekonomi global setelah
sebelumnya terjadi perang dagang antara Amerika Serikat dan China, keluarnya Inggris dari
Uni Eropa (British exit) dan pergeseran-pergeseran geopolitik internasional. Ketidakpastian
tersebut meningkatkan tekanan terhadap perekonomian Indonesia.

3.1.2 Tantangan Perbankan Syariah Penyebaran Pandemi Covid-19


Pertama, turunnya permintaan terhadap produk-produk bisnis syariah. Di tengah
merebaknya Covid-19, tingkat kunjungan wisatawan asing dan wisatawan domestik merosot
drastis. Tingkat okupansi hotel di Indonesia secara umum turun hingga tinggal 10-50 persen,
termasuk tingkat okupansi hotel-hotel syariah. Penjualan paket-paket perjalanan wisata,
termasuk wisata syariah, juga seret. Biro-biro perjalanan umrah bahkan harus menanggung
kerugian cukup besar akibat pelarangan perjalanan umrah ke Mekkah, Saudi Arabia. Kedua
yaitu adanya gangguan rantai pasokan terjadi karena ketergantungan Indonesia yang masih
cukup tinggi pada bahan-bahan baku dan barang-barang modal dari luar negeri, termasuk
bahan-bahan baku dan barang-barang modal yang digunakan untuk memproduksi produk-
produk halal. Ketiga, terhambatnya realisasi penanaman modal. Ketidakpastian yang tinggi di
tengah merebaknya Covid-19 kemungkinan akan memaksa para investor untuk menunda atau
bahkan membatalkan sebagian rencana penanaman modal mereka pada tahun 2020. Tidak
terkecuali, investor yang berencana menanamkan modalnya pada bisnis- bisnis syariah.
Sebagai contoh, tahun lalu santer terdengar rencana investasi untuk pengembangan kawasan
industri halal di berbagai daerah. Dengan merebaknya Covid-19, tampaknya rencana tersebut
akan tertunda, minimal hingga beberapa bulan ke depan. Keempat, peningkatan risiko
lembaga-lembaga keuangan syariah. Peningkatan risiko ini akan terjadi tidak hanya pada
bank umum syariah, tetapi juga pada lembaga-lembaga keuangan syariah lain seperti bank
pembiayaan rakyat syariah, perusahaan pembiayaan syariah dan lembaga keuangan mikro
syariah. Di antaranya dalam bentuk risiko operasional, risiko pembiayaan, risiko pasar dan

12
risiko likuiditas. Di luar itu, lembaga-lembaga keuangan syariah juga akan mengalami
perlambatan laju pertumbuhan aset, minimal hingga berakhirnya masa-masa kritis wabah
Covid-19.

Menurut J.P Morgan dalam riset yang dilakukan mengungkapkan bahwa ada tiga risiko
yang akan dihadapi oleh industri perbankan di masa pandemi covid-19, yaitu (Safitri et al.,
2021):

a. Penyaluran kredit/pembiayaan, di mana baik itu bank syariah maupun bank


konvensional akan menghadapi kondisi serupa. Perlambatan terhadap pembiayaan
akan terjadi.
b. Penurunan kualitas aset. Pada kondisi ini, bank syariah cukup terbantu dengan adanya
POJK No.11/POJK.03/2020. POJK tersebut akan membantu bank syariah dalam
Pengetatan margin bersih Hal tersebut dikarenakan bank syariah menggunakan sistim
bagi hasil seperti yang disampaikan dalam penjelasan di atas. Dengan sistim bagi
hasil maka kondisi neraca bank syariah pada mas krisis akibat pandemi covid-19 ini
akan elastis karena besarnya biaya yang diperuntukkan buat pembayaran bagi hasil
juga akan ikut menurun dengan penurunan pendapatan yang diperoleh bank syariah.
c. Pengetatan margin bunga bersih. Hal tersebut dikarenakan bank syariah menggunakan
sistim bagi hasil. Dengan sistim bagi hasil maka kondisi neraca bank syariah pada
masa krisis akibat pandemi covid-19 ini akan elastis karena besarnya biaya yang
diperuntukkan buat pembayaran bagi hasil juga akan ikut menurun dengan penurunan
pendapatan yang diperoleh bank syariah.

Sedangkan kondisi kinerja bank syariah setelah munculnya pandemi covid 19 hingga Januari
2021 adalah sebagai berikut:

a. Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 21,80% .


b. Return On Assets (ROA) sebesar 1,79% (untuk Bank Umum Syariah) dan 2,35 %
(untuk Unit Usaha Syariah).
c. Gross Non-Performing Financing (NPF) sebesar 3,20% (untuk Bank Umum Syariah)
dan 3,09% (untuk Unit Usaha Syariah).

Berdasarkan dari data di atas diketahui bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR)
mengalami kenaikan sebesar 21,80%. Profitabilitas bank syariah melalui indikator Return On
Assets (ROA) mengalami penurunan dengan ROA sebesar 1,79% di Januari 2021 untuk bank
umum syariah dan 2,35% untuk unit usaha syariah. Sementara Gross Non-Performing

13
Financing (NPF) bank syariah terus membaik dari 3,46% di Januari 2020 menjadi 3,20% di
Januari 2021 untuk bank umum syariah. Sedangkan Gross Non-Performing Financing (NPF)
unit usaha syariah mengalami kenaikan pada Januari 2020 sebesar 3,00% menjadi 3,09%.

Berikut sejumlah tantangan yang dihadapi oleh bank syariah di masa Pandemi Covid 19:

a. Risiko pembiayaan yang ditimbulkan oleh kondisi pasar yang tidak stabil. Salah satu
kondisi pasar hari ini adalah banyaknya perusahaan terdampak oleh pandemi Covid
19. Konsekuensinya tentu pelaku usaha harus berupaya mempertahankan bisnis agar
tetap survive di masa pandemi. Tidak sedikit pula yang harus menghentikan
operasional perusahaan.
b. Risiko operasional. Pemberlakuan PSBB atau PPKM oleh pemerintah melalui
kebijakannya membuat bank syariah untuk berupaya merumuskan strategi yang tepat
dalam memberikan pelayanan terhadap nasabah. Karena tidak semua layanan bias
dibuat dalam bentuk digital. Apalagi kondisi teknologi bank syariah masih belum bias
menyamai teknologi bank konvensional.
c. Untuk meningkatkan infrastruktur teknologi dalam rangka menyaingi fintech yang
tengah menjamur saat ini tentu bank syariah membutuhkan investasi modal yang
besar. Selama ini bank syariah dalam upaya ekspansi atau perluasan pasar terkendala
oleh persoalan modal. Apalagi dalam hal peningkatan teknologi, bank syariah harus
lebih berpikir keras agar persoalan modal untuk peningkatan teknologi dapat
dipenuhi.

14
BAB 4

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Perbankan syariah harus bisa menghadapi dampak dari Covid-19 terhadap perkembangan dan
prospek perbankan syariah ini dalam dampaknya bagi perkembangan perbankan syariah yaitu
Penyaluran kredit (pembiayaan), Penurunan kualitas aset, Pengetatan margin bunga bersih.
Tantangan atau hambatan di Industri perbankan syariah Pertama menjaga jarak fisik
(Physical Distancing), Industri perbankan syariah dituntut untuk melayani nasabah dari
rumah, bank syariah harus menyesuaikan pola bisnis akibat pandemi Covid-19, perbankan
syariah dituntut melayani nasabah melalui digitalisasi layanan bank, baik layanan digitalisasi
dalam penghimpunan dana maupun pembiayaan.

Menurut J.P Morgan dalam riset yang dilakukan mengungkapkan bahwa ada tiga risiko
yang akan dihadapi oleh industri perbankan di masa pandemi covid-19, yaitu (Safitri et al.,
2021):

a. Penyaluran kredit/pembiayaan, di mana baik itu bank syariah maupun bank


konvensional akan menghadapi kondisi serupa. Perlambatan terhadap pembiayaan
akan terjadi.
b. Penurunan kualitas aset. Pada kondisi ini, bank syariah cukup terbantu dengan adanya
POJK No.11/POJK.03/2020. POJK tersebut akan membantu bank syariah dalam
Pengetatan margin bersih Hal tersebut dikarenakan bank syariah menggunakan sistim
bagi hasil seperti yang disampaikan dalam penjelasan di atas. Dengan sistem bagi
hasil maka kondisi neraca bank syariah pada mas krisis akibat pandemi covid-19 ini
akan elastis karena besarnya biaya yang diperuntukkan buat pembayaran bagi hasil
juga akan ikut menurun dengan penurunan pendapatan yang diperoleh bank syariah.
c. Pengetatan margin bunga bersih. Hal tersebut dikarenakan bank syariah menggunakan
sistim bagi hasil. Dengan sistim bagi hasil maka kondisi neraca bank syariah pada
masa krisis akibat pandemi covid-19 ini akan elastis karena besarnya biaya yang
diperuntukkan buat pembayaran bagi hasil juga akan ikut menurun dengan penurunan
pendapatan yang diperoleh bank syariah.

Sedangkan kondisi kinerja bank syariah setelah munculnya pandemi covid 19 hingga Januari
2021 adalah sebagai berikut:

a. Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 21,80% .

15
b. Return On Assets (ROA) sebesar 1,79% (untuk Bank Umum Syariah) dan 2,35 %
(untuk Unit Usaha Syariah).
c. Gross Non-Performing Financing (NPF) sebesar 3,20% (untuk Bank Umum
Syariah) dan 3,09% (untuk Unit Usaha Syariah).

4.2 Saran
Untuk kedepannya industri perbankan syariah dapat meningkatkan layanan melalui teknologi
dan dalam hal penyaluran kredit serta pembagian margin dari perbankan syariah harus terus
diperhatikan dengan seksama dan dengan pengawasan yang maksimal supaya sector industri
ini dapat terus berkembang seiring perkembangan global.

16
DAFTAR PUSTAKA
Tahliani, H. (2020). Tantanganperbankan Syariah Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19.
Madani Syariah, 3(2), 92–113. file:///D:/zinggris literatur/TANTANGAN
PERBANKAN SYARIAH.pdf
Ningsih, M. R., & Mahfudz, M. S. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap
Manajemen Industri Perbankan Syariah: Analisis Komparatif. Point, 2(1), 1–10.
https://doi.org/10.46918/point.v2i1.576
Kumaidi, & Padli, H. (2021). Peluang dan Tantangan Bank Syariah di Masa Pandemi Covid-
19. Iltizam Journal of Shariah Economic Research, 5(2), 146–156.
https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/semnasmp/article/view/10934
Azhari, A. R., & Wahyudi, R. (2020). Analisis Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia :
Studi Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia), 10(2), 96–102.

17

Anda mungkin juga menyukai