Anda di halaman 1dari 10

PERANAN DAN PENGELOLAAN WAKAF UANG DALAM PEREKONOMIAN DI ERA

DIGITAL

DISUSUN OLEH :

ADILLA SABRINA SARASWATI (20.0201.0066)

FAKULTAS HUKUM

PRODI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

2022/2023
Latar Belakang

Potensi wakaf telah menjadi salah satu potensi terbesar yang dapat menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat bagi pertumbuhan perekonomian di Indonesia jika bisa dimanfaatkan secara
maksimal. Wakaf adalah menahan harta di bawah naungan pemiliknya disertai pemberian
manfaat sebagai sedekah dan merupakan salah satu instrumen keuangan syariah, yang dapat
digunakan untuk menguatkan ekonomi nasional, melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat
menengah ke bawah. Karena esensi wakaf ialah mempertahankan wujud aset (aktiva) untuk
dikembangkan menjadi lebih produktif, sementara hasil pengembangan disalurkan sesuai
keinginan wakif (pewakaf) untuk diberikan kepada mauquf alaihi (penerima wakaf)Inovasi
teknologi telah mendorong fenomena digitalisasi di berbagai bidang, termasuk dalam
perwakafan. Untuk itu, sebagai upaya mempercepat transformasi wakaf produktif, pengelolaan
wakaf harus memanfaatkan teknologi dan platform digital.. Wakaf disini dapat dibedakan
menjadi wakaf benda tidak bergerak seperti tanah serta wakaf benda bergerak seperti uang
ataupun logam mulia. Wakaf sebagai bentuk filantropi islam memiliki potensi produktif yang
belum banyak dikelola. Jumlah tanah wakaf di Indonesia mencapai tiga kali luas negara
Singapura, belum termasuk wakaf berbentuk uang yang jumlahnya terus meningkat dari tahun
ke tahun. Ini dapat kita kelola untuk pembiayaan yang memberi dampak sosial dan
pembangunan perekonomian yang berkelanjutan. Meskipun ulasan pembahasan tentang wakaf
uang dalam hukum positif akan merujuk kepada Undang-Undang No. 41 Tahun 2004 Tentang
Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004. Namun, banyak masyarakat yang masih belum tahu tentang wakaf uang
karena mereka masih berpegangan pada kitab-kitab fiqih kuno atau masih terdoktrin bahwa
wakaf hanya diperbolehkan pada benda-benda yang tidak bergerak semisal tanah dan
bangunan.Disisi lain dengan berkembangnya teknologi sekarang mulai banyak memunculkan
sebuah inovasi baru dalam dunia keuangan yaitu financial technologi (selanjutnya fintech).
Maka dari itu konsep fintech ini dapat dijadikan prinsip konsep dalam pengelolaan wakaf
khususnya uang untuk memudahkan nadzir dalam mengelola harta wakaf. Dalam
perkembangan fintech terdapat istilah crowndfunding yaitu menghimpun dana dari orang
banyak. Dari pemanfaatan tanah serta konsep fintech crowdfunding itu nanti akan dihasilkan
suatu inovasi baru dalam pemanfaatan harta wakaf yaitu dengan cara memberikan sebuah
modal usaha kepada yang terkhusus masyarakat ekonomi menengah kebawah ataupun
pemanfaatan tanah yang hasilnya nanti akan dialokasikan untuk kesejahteraan masyarakat.

Rumusan Masalah

A. Apa peran Wakaf Uang dalam Perekonomian di Era Digital.


B. Bagaimana Pengelolaannya?

Pembahasan

A. Peran Wakaf uang dalam perekonomian di Era Digital Pemerintah mulai memperhatikan
pengelolaan wakaf ditandai dengan adanya peraturan perwakafan yaitu Peraturan Pemerintah
No. 28 tahun 1997. Akan tetapi Peraturan Pemerintah ini hanya mengatur wakaf pertanahan
saja. Artinya, hal ini tidak berbeda dengan jenis wakaf di periode awal, yang identik dengan
wakaf tanah, serta fungsinya yang hanya mencakup kegiatan sosial keagaaman. Kemudian,
seiring dengan adanya Peradilan Agama yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang No. 7
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, dibutuhkan suatu pedoman untuk menyelesaikan
sengketa tentang wakaf yang dirasa oleh hakim Pengadilan Agama masih kurang apabila hanya
mendasarkan ketentuan dari Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1977. Untuk itu
ditetapkanlah Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 Tentang Kompilasi Hukum Islam. Pada tahun
2001, ahli ekonomi Islam yang membawa pengetahuan baru tentang pengelolaan wakaf uang
guna mensejahterakan dan memajukan umat menjadi awal perkembangan dari
keterhambatannya di Indonesia. Konsep yang diusulkan oleh para ahli ekonomi islam, akhirnya
mampu membawa pergerakan dari keterhambatan perkembangan wakaf. Lalu pada tahun
2002, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa yang membolehkan wakaf uang
(waqf alnuqud) dalam rangka menyambut konsep yang di usulkan oleh para ahli ekonomi Islam.
Dengan terbitnya undang-undang khusus yang mengatur wakaf, membawa perkembangan
oengelolaan wakaf di era reformasi. Pada saat ini, dasar hukum pengelolaan wakaf menjadi
lebih tinggi, karena sudah terbentuk menjadi undang-undang. Maka terbentuklah Undang-
Undang No. 41 Tahun 2004 yang membahas tentang wakaf, berfungsi untuk memberikan dasar
hukum yang bersifat pasti, mendapatkan kepercayaan dari publik, serta memberikan
perlindungan terhadap aset wakaf. Pengesahan undang-undang ini menjadi langkah yang baik
dalam meningkatkan kesejahteraan umum, mengembangkan peranan wakaf, dan juga tidak
hanya terpaku pada aspek keagamaan saja, tetapi juga memiliki kekuatan ekonomi yang
berpotensi untuk memajukan kesejahteraan umum. Selain dari pada itu, dengan disahkannya
undang-undang ini, objek wakaf lebih luas cakupannya, tidak hanya sebatas benda tidak
bergerak saja, ketentuan dari PP No. 28 Tahun 1977. Maka dari itum ditetapkanlah Instruksi
Presiden No. 1 Tahun 1991 yang membahas tentang Kompilasi Hukum Islam. Munculnya
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 berperan sebagai titik pangkal dalampengelolaan wakaf
di Indonesia. Harta wakaf bisa dipakai secara lebih produktif karena di dalamwakaf tersebut
mengandung pemahaman dan pola pengaturan pengembangan potensi wakaf yang lebih
modern. Wakaf yang sudah teratur didalam undang-undang, menghasilkan sektor wakaf yang
bisa menjadi solusi dan jalan keluar dalam meningkatan kesejahteraan sosial ekonomi
masyarakat. Dan di dalam undang-undang ini juga, pengelolaan dan pengembangan harta
wakaf bisa dilakukan secara produktif.

Lahirnya Revolusi Industri 4.0, didapati dengan berkembangnya penemuan teknologi di segala
macam bidang, salah satunya dalam bidang industri perbankan. Masyarakat saat ini sudah
mulai meninggalkan cara-cara kuno dalam menyetorkan uang ke bank. Nasabah tidak perlu
susah-susah pergi ke kantor perbankan hanya untuk keperluan administrasi belaka. Peristiwa ini
telah memotivasi digitalisasi di berbagai macam bidang sektor perbankan. Mulai pelayanan
pengajuan pembiayaan oleh nasabah hingga menyentuh level perwakafan. Wakaf yang dulu
kurang diminati, tapi kini menjadi sesuatu yang menarik bagi perbankan untuk membuat
inovasi pelayanan. Misalnya, wakaf tunai atau wakaf uang bisa memanfaatkan layanan e-
banking yang disediakan oleh perbankan. Maka dari itu, sebagai cara mempercepat perubahan
wakaf tunai, pengelolaan wakaf harus memanfaatkan teknologi dan platform digital.Berdasar
perhitungan BWI, potensi wakaf uang di Indonesia mencapai Rp 188 triliun per tahun. Namun
sampai saat ini, pengumpulan wakaf uang baru Rp 831 miliar atau kurang dari 0,5 persen
potensinya. Nilai itu masih sebagian kecil dari potensi aset wakaf per tahun yang bisa mencapai
Rp 2.000 triliun. Karena itu, penyediaan platform digital untuk penyaluran wakaf itu sangat
penting. Karena selain bisa meningkatkan literasi masyarakat tentang wakaf dan juga sebagai
langkah inklusi keuangan syariah bagi mereka. Diharapkan mereka yang belum terjangkau bank
bisa ikut serta di dalamnya. Kemudahan untuk berwakaf dalam jumlah kecil pun akan
menyadarkan masyarakat bahwa berwakaf tidak perlu menunggu kaya.Secara umum, ada tiga
tahap proses transformasi digital yang dilakukan BWI.Pertama, penguatan digitalisasi internal
BWI. Hal ini ditandai dengan tiga indikator utama, yaitu peluncuran platform berkahwakaf.id,
platform media sosial sahabatbwi.com, dan layanan e-services untuk pendaftaran nazhir. Untuk
dua platform awal, telah diluncurkan pada 10 April 2021 lalu, tiga hari menjelang puasa
Ramadan 1442 H. Tujuannya adalah untuk semakin memudahkan masyarakat dalam berwakaf,
khususnya wakaf uang dan wakaf melalui uang, mendorong penguatan kampanye dan edukasi
wakaf masyarakat, serta untuk meningkatkan layanan bagi para nazhir sehingga proses
pendaftaran nazhir dapat dilaksanakan dengan lebih cepat, efisien, namun tetap selaras dengan
ketentuan yang berlaku.Kedua, yang dilakukan adalah memperkuat digitalisasi nazhir dan
integrasi data wakaf. Dalam digitalisasi nazhir, yang menjadi fokus utamanya adalah
memperkuat saluran digital fundraising wakaf uang dan wakaf melalui uang, serta
mengembangkan sistem pelaporan yang akurat dan amanah. Terkait dengan saluran
pengumpulan digital, akan didorong proses integrasi dengan nazhir lain.Sementara pada tahap
ketiga, yang akan dilakukan adalah mengakselerasi penguatan ekosistem digital dan
pengembangan inovasi model pengelolaan wakaf secara digital. Pada tahap ini, seluruh
pemangku kepentingan strategis perwakafan telah terkoneksi dengan baik. Inovasi model
pengelolaan wakaf dapat terus dikembangkan, seperti wakaf saham, wakaf asuransi, wakaf
tanah produktif, wakaf modal produktif, dan lain sebagainya. Semua itu bisa dikelola oleh para
nadir yang produktif dan inovatif.Dengan demikian, diharapkan ekosistem digital wakaf akan
semakin membesar dan menguat, yang nanti akan memberikan dampak multiplier terhadap
perekonomian. Kepercayaan publik diyakini akan semakin meningkat karena digitalisasi yang
tepat akan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas sistem wakaf. Untuk itu, pemanfaatan
teknologi dalam proses transformasi digital ini menjadi sangat penting dan strategis.
Kepercayaan inilah yang akan membuat realisasi penerimaan wakaf nasional akan semakin
meningkat.

B. Pengelolaan Wakaf Perkembangan wakaf sebenarnya membentuk karakter khusus yang


menjadikan hukum Islam berbeda dengan hukum lainnya sejak zaman kenabian Muhammad
Saw. di Madinah. Hukum Islam ini telah berhasil menciptakan lembaga perekonomian dengan
muatan nilai yang sangat unik dan pelestarian yang berkesinambungan serta mendorong
pemberlakuan hukum yang tidak ada bandingannya di kalangan umat-umat yang lain. Realita
ini didorong oleh adanya sebagian penguasa dan orang-orang kaya yang mewakafkan hartanya
untuk disalurkan kepada jalan kebaikan, sebagai upaya untuk melindungi harta tersebut dari
kemungkinan perlakuan buruk yang dilakukan oleh penguasa yang datang setelahnya.Wakaf
menjadi solusi bagi pengembangan harta produktif di tengah-tengah masyarakat dan solusi dari
kerakusan pribadi dan kesewenang-wenangan pemerintah secara bersamaan. Wakaf secara
khusus dapat membantu kegiatan masyarakat umum sebagai bentuk kepedulian terhadap
umat, dan generasi yang akan datang. Kegiatan sosial seperti ini telah dianjurkan dalam syariat
Islam sebagai kebutuhan manusia, bukan saja terbatas pada kaum muslimin, tetapi juga bagi
masyarakat non-muslim. Pandangan Islam terhadap praktik wakaf social seperti ini telah lama
berlangsung sepanjang sejarah Islam, bahkan bentuk dan tujuannya sangat berkembang pesat.
Maka wajar kalau jumlah wakaf Islam banyak sekali dan menyebar di seluruh negara-negara
berpenduduk mayoritas muslim yang dapat memacu angka pertumbuhan ekonomi.Dalam
mengelola wakaf jenis apapun dibutuhkan nazhir yang profesional. Hal ini disebabkan tanggung
jawab dan kewajiban memelihara, menjaga, mengembangkan wakaf, serta menyalurkan hasil
atau manfaat dari wakaf kepada sasaran wakaf berada di tangan para nazhir.

Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, nadzir bertugas: (a)
Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf (b) Mengelola dan mengembangkan harta
benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya (c) Mengawasi dan melindungi
harta benda wakaf

(d) Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia.Paradigma pengelolaan


wakaf secara mandiri, produktif dan tepat guna dalam membangun sebuah peradaban
masyarakat yang sejahtera sesungguhnya telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika
memerintahkan Umar bin Khattab agar mewakafkan sebidang tanahnya di Khaibar. Perintah
Nabi tersebut sangat singkat, yakni: “Tahanlah (wakafkan) pokoknya (tanahnya) dan
sedekahkan hasilnya” 35 Berdasarkan hadits ini, harta wakaf harus diupayakan memberikan
konstribusi yang berkesinambungan bagi umat. Dengan demikian hasilnya benar benar dapat
dipergunakan untuk mewujudkan kesejahteraan umat. Dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan umat, objek wakaf selain tanah maupun bangunan yang merupakan harta tak
bergerak, ada juga jenis wakaf yang sudah dikenal di Indonesia, yaitu wakaf uang. Wakaf jenis
ini berdampak pada sektor ekonomi lebih besar dibandingkan dengan wakaf harta tak bergerak.
Ada beberapa catatan tentang pemanfaatan wakaf uang bagi peningkatan kesejahteraan umat.
Pertama, wakaf uang dapat digunakan untuk mengolah aset-aset wakaf berupa tanah-tanah
kosong, untuk dikelola secara produktif melalui berbagai kegiatan ekonomi, atau dengan
pembangunan gedung. Kedua, wakaf uang dapat dijadikan alternatif pembiayaan bagi lembaga-
lembaga pendidikan Islam seperti pesantren, madrasah dan lainnya. Lembaga pendidikan Islam
dapa lebih mandiri dengan adanya sumber pembiayaan dari wakaf uang ini, tidak lagi
bergantung pada pendanaan pemerintah atau lainnya. Di samping itu, kemandirian sumber
pendaaan juga akan memudahkan lembaga pendidikan dalam mengembangkan perannya
dalam penguatan keilmuan Islam. Ketiga, wakaf uang sangat potensial untuk membantu para
pelaku usaha kecil.

Potensi Wakaf di Indonesia Beberapa penyebab relatif kecilnya peran lembaga wakaf dalam
perekonomian suatu negara antara lain adalah: 1. Berbagai masalah yang berkaitan dengan
pengelolaan lembaga wakaf 2. Masyarakat masih tergiur dengan sistem ekonomi non syari’ah
3. Belum adanya undang-undang wakaf yang komprehensif integral Berbagai masalah yang
berkaitan dengan fikih wakaf Ungkapan Nasution di atas menunjukkan bahwa peran wakaf
sebenarnya dapat ditingkatkan untuk kemaslahatn umat di berbagai bidang. Hanya saja,
permasalahan-permasalahan klasik yang terkadang sulit ditemukan ujung pangkalnya
membutuhkan para pemikir wakaf yang serius merancang dan menyajikan ide baru demi
berkembangnya wakaf di masa depan. Hal ini perlu untuk dievaluasi karena jumlah umat Islam
yang terbesar di dunia terutama di Indonesia merupakan aset terbesar untuk penghimpunan
dan pengembangan wakaf kedepannya. Jika sebelumnya disampaikan mengenai potensi jenis
wakaf yang berupa tanah dan bangunan yang merupakan harta tak bergerak, terdapat juga
dana potensial wakaf uang yang dapat dipergunakan bagi kemaslahatan dan kesejahteraan
umat. potensi wakaf di Indonesia dengan jumlah umat muslim yang dermawan diperkirakan
sebesar 10 juta jiwa dengan rata-rata penghasilan Rp 500.000 hingga Rp 10.000.000, maka
paling tidak akan terkumpul dana sekitar 3 triliun per tahun dari dana wakaf.

Kesimpulan
Aplikasi Pengelolaan Wakaf di Indonesia Pemerintah mulai memperhatikan pengelolaan wakaf
ditandai dengan adanya peraturan perwakafan yaitu Peraturan Pemerintah No. Pada tahun
2001, ahli ekonomi Islam yang membawa pengetahuan baru tentang pengelolaan wakaf uang
guna mensejahterakan dan memajukan umat menjadi awal perkembangan dari
keterhambatannya di Indonesia. Munculnya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 berperan
sebagai titik pangkal dalam pengelolaan wakaf di Indonesia. Pemanfaatan wakaf untuk
keperluan lain masih bisa teratasi walaupun terbatasnya pemahaman hukum memanajemen
wakaf para pengelola wakaf. Sosialisasi pengenalan bentuk wakaf lain yang berupa wakaf tunai,
menjadi peristiwa yang cukup penting. Pengelolaan Wakaf di Era Digital Lahirnya Revolusi
Industri 4.0, didapati dengan berkembangnya penemuan teknologi di segala macam bidang,
salah satunya dalam bidang industri perbankan. Secara umum, ada tiga tahap proses
transformasi digital yang dilakukan BWI. Pertama, penguatan digitalisasi internal BWI. Kedua,
yang dilakukan adalah memperkuat digitalisasi nazhir dan integrasi data wakaf. Sementara pada
tahap ketiga, yang akan dilakukan adalah mengakselerasi penguatan ekosistem digital dan
pengembangan inovasi model pengelolaan wakaf secara digital. Dengan demikian, diharapkan
ekosistem digital wakaf akan semakin membesar dan menguat, yang nanti akan memberikan
dampak multiplier terhadap perekonomian. beberapa penyebab relatif kecilnya peran lembaga
wakaf dalam perekonomian suatu negara antara lain adalah berbagai masalah yang berkaitan
dengan fikih wakaf bahwa peran wakaf sebenarnya dapat ditingkatkan untuk kemaslahatn
umat di berbagai bidang. Peran Waka sebenarnya membentuk karakter khusus yang
menjadikan hukum Islam berbeda dengan hukum lainnya sejak zaman kenabian Muhammad
Saw. Wakaf menjadi solusi bagi pengembangan harta produktif di tengah-tengah masyarakat
dan solusi dari kerakusan pribadi dan kesewenang-wenangan pemerintah secara bersamaan.
Dalam mengelola wakaf jenis apapun dibutuhkan nazhir yang profesional. Paradigma
pengelolaan wakaf secara mandiri, produktif dan tepat guna dalam membangun sebuah
peradaban masyarakat yang sejahtera sesungguhnya telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad
SAW ketika memerintahkan Umar bin Khattab agar mewakafkan sebidang tanahnya di Khaibar.

Anda mungkin juga menyukai