Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

GOJEK DALAM SUDUT PANDANG SYARI’AH


Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu dari tugas mata kuliah ‘Akuntansi Bank
Syari’ah”
Dosen Pengampu:
Tito Nur Mustika, S. Pd., M. Mat

Kelompok 04
Disusun Oleh:
1. Muhammad zaidan Farih Fakhruddin (08)
2. Rahmat Setiawan (11)
3. Rifqi Maulana Ishaq (13)
4. Viona Asrifaturrozalina (28)
5. Yuyun Wahyuni (30)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT PESANTREN SUNAN DRAJAT
BANJARWATI PACIRAN LAMONGAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan
kenikmatan berupa tetapnya iman dan islam kepada kita semua sehingga mampu
menyelesaikan salah satu dari tugas yang berupa makalah untuk menempuh mata kuliah
Akuntansi bank syari’ah. Shalawat dan salam semoga selalu dilimpahkan-Nya kepada
Rosulullah Muhammad SAW yang diutus sebagai rahmat dari semesta alam.
Makalah ini penulis susun atas dasar untuk mempermudah peserta dalam berdiskusi
dalam memahami salah satu dari materi mata kuliah Akuntansi Bank Syari’ah yakni
“Gojek dalam sudut pandang syari’ah”. Terselesaikannya penyusunan makalah ini
tidak terlepas dari dukungan orang terdekat penulis, karena itu dengan tulus penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Tito Nur Mustika, S. Pd., M. Mat selaku dosen pembimbing mata kuliah
Akuntansi Bank Syari’ah yang telah mendampingi penulis dalam proses
pemahaman.
2. Para karyawan perpustakaan INSUD Banjarwati Paciran Lamongan yang telah
membantu penulis mencari beberapa referensi.
3. Teman-teman fakultas ekonomi dan bisnis islam Program Studi Ekonomi
Syariah INSUD Banjarwati Paciran Lamongan yang telah memberi penulis
semangat dan motivasi positif untuk menyelesaikan makalah ini. Hanya kepada
Allah kami memohon, harapan penulis semoga penyusunan makalah ini dapat
memberi manfaat dan dapat memperluas pengetahuan para pembaca .

Banjarwati, 17 Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1


1.2 Rumusan masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan masalah...............................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................................5

2.1 Pengertian Gojek...........................................................................................2

2.2 Gojek dalam sudut syari’ah...........................................................................2

2.3 Dalil-dalil yang mendukung/melarang gojek................................................3

BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................11

4.1 Simpulan......................................................................................................11

4.2 Saran............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………..12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era globalisasi saat ini, penguasaan teknologi menjadi prestise dan
indikator kemajuan suatu negara. Negara dikatakan maju jika memiliki
tingkat
penguasaan teknologi tinggi (high technology), sedangkan negara-negara
yang
tidak bisa beradaptasi dengan kemajuan teknologi sering disebut sebagai
negara gagal (failed country).
Kemajuan IT secara tidak langsung merubah pola fikir
seseorang,khususnya masyarakat Islam dalam penggunaan media online.2
Layanan online ini memacu cara baru dalam menjalankan aktifitas sehari-hari,
kehidupan seperti ini dikenal dengan e-life, artinya kebutuhan di dunia ini
sudah di pengaruhi oleh kebutuhan secara elektronik, dan dewasa ini sudah
ramai dengan berbagai huruf yang di awali dengan“e”,seperti e-commerce, e-
library, e-goverment, e-medicine dan masih banyak lagi yang berjenis
elektronika.
Dampak perkembangan teknologi merambah hingga ke Indonesia. Hal
ini
ditandai dengan semakin menjamurnya bisnis e-commerce. E-commerce telah
merevolusi perilaku penjual dan konsumen dalam bertransaksi, dimulai dari
menawarkan barang, memasarkan hingga bertransaksi. Semua dilakukan
tanpa
batas waktu dan jarak dan dilakukan tanpa perlu bertatap muka secara
langsung.
Apalagi saat ini website e-commerce telah banyak ditawarkan, tidak
hanya

1
website berbayar melainkan banyak pula yang nonpremium (gratis) sehingga
menjadi tidak ada alasan bagi pelaku usaha untuk tidak turut serta dalam
berbisnis melalui media e-commerce.
E-commerce dapat dibagi menjadi beberapa jenis yang memiliki
karakteristik
berbeda-beda. Penggolongan e-commerce dibedakan sebagai berikut:
1).Business to Consumer (B2C).
2).Business to business (B2B).
3).Consumer to Consumer (C2C).
4). Peer-to-peer (P2P).
Dan pada makalah kali ini akan menjelaskan apa itu Consumer to
Consumer (C2C) dalam sudut pandang syari’ah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu C2C (Consumen To Consumen)?
2. Bagaimana C2C dalam sudut pandang islam?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu C2C.
2. Agar dapat memahami C2C dalam sudut pandang islam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian C2C (Consumen To Consumen)

Saat ini E-Commerce model C2C berkembang pesat di Indonesia


contohnya Shopee, Tokopedia, Bukalapak, dan lain-lain. E-Commerce
model C2C (Consumer to Consumer) adalah jenis e-commerce yang
memfasilitasi antara konsumen-konsumen dari perusahaan e-commerce
tersebut yaitu konsumen sebagai penjual dan konsumen sebagai pembeli.
Peran e-commerce C2C adalah sebagai pihak perantara antara penjual
(seller) dengan pembeli (buyer). E-Commerce C2C menyediakan fasilitas
berupa fitur-fitur untuk mengelola toko online yang berguna
bagi penjual (seller) kemudian penjual akan dikenakan biaya, misalnya
penjual (seller) di Shopee akan dikenakan biaya layanan dan biaya
administrasi.
Perkembangan e-commerce C2C perlu menjadi perhatian, karena
Indonesia saat ini kekurangan wirausahawan, wirausahawan di Indonesia
hanya 3,1 % dari total jumlah penduduk. Dengan hadirnya e-commerce
C2C maka akan membantu Indonesia meningkatkan wirausahawan baru.
Model bisnis C2C ini adalah jenis model bisnis yang disusun untuk
memberikan konsumen kesempatan berdagang atau membeli barang dari
konsumen lain melalui situs pihak ketiga.

Karakteristik bisnis C2C dapat dilakukan oleh perorangan atau


kelompok kecil. Proses transaksi yang sederhana karena tidak melibatkan
perusahaan dalam proses transaksinya. Konsumen dapat membandingkan
harga dan kualitas dari barang atau jasa yang ditawarkan konsumen

3
lainnya. Jadi dalam konsep bisnis C2C siapapun atau dari kalangan
manapun dapat melakukan bisnis ini.

Dahulu sebelum adanya e-commerce, banyak orang yang takut


berwirausaha karena menganggap bahwa menjadi wirausahawan itu mahal,
hanya orang kaya yang memiliki banyak modal saja yang berani
berwirausaha, misalnya untuk membuka sebuah toko, seseorang harus
memikirkan biaya pembangunan gedung toko, biaya pemeliharaan gedung,
biaya pembuatan brosur iklan, papan nama, papan iklan, yang semua itu
memerlukan modal yang besar. Namun kini dengan adanya e-commerce
C2C semua orang memiliki kesempatan untuk menjadi wirausahawan
dengan membuat toko online, berwirausaha menjadi tidak sesulit
dulu karena modal yang dikeluarkan untuk membangun toko online tidak
semahal modal untuk membangun toko offline, selain itu kegiatan
promosi/iklan menjadi lebih mudah dan murah dengan menggunakan fitur
iklan yang disediakan e-commerce C2C, jangkauan calon pembeli juga
menjadi lebih luas, tidak hanya di daerah sekitar toko saja namun sampai
ke luar kota bahkan ke luar negeri karena penjual dapat memanfaatkan jasa
pengiriman barang yang disediakan e-commerce C2C.
Banyak masyarakat saat ini memilih berwirausaha dengan menjadi seller
die-commerce C2C. Ada beberapa alasan seseorang memilih membuka
toko di situse commerce tertentu misalnya karena traffic pengunjung situs
e-commerce tersebut sangat besar, ada banyak fitur yang memudahkan
dalam mengelola usaha, ada banyak metode pembayaran pada situs e-
commerce tersebut, proses pencairan dana hasil penjualan pada e-
commerce tersebut lebih mudah dan tidak memakan waktu, atau ada
banyak program khusus yang menguntungkan untuk seller, dan lain-lain.
a. Contoh dari pada E-commerce C2C

4
Website e-commerce C2C mengusung model bisnis yang melibatkan
transaksi antar konsumen. Kedua pihak tidak bertemu secara
langsung. Namun, hanya lewat platform online pihak ketiga. Contoh:
tokopedia.com dan bukalapak.com.

2.2Pengertian C2C dalam sudut pandang islam


E-commerce C2C merupakan salah satu bentuk sistem perdagangan baru
yang semakin melengkapi sistem perdagangan yang sudah ada. Kini
sistem
perdagangan tidak hanya dilakukan secara offline seperti perdagangan di
pasar tradisional, namun juga dapat dilakukan secara online seperti
perdagangan di Shopee, Tokopedia, Blibli.com, dan sebagainya. Terkait
masalah mengenai dunia perdagangan baik itu secara offline maupun
online, Islam juga mengatur hal tersebut seperti firman Allah SWT dalam
ayat Al-quran berikut ini:

“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu saling memakan harta


sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka diantara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu;sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu.”(QS.An-Nisa: 29).

“Celakalah bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan


menimbang)!,(Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari
orang lain mereka minta dicukupkan, dan apabila mereka menakar atau
menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi. Tidakkah mereka itu
mengira, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu

5
hari
yang besar, (yaitu) pada hari (ketika) semua orang bangkit menghadap
Tuhan seluruh alam. (QS. Al-Muthaffifīn: 1- 6).

Dari ayat tersebut, Allah memerintahkan umatnya untuk


memperhatikan kualitaspenjual dalam melakukan perdagangan seperti
penjual dilarang menjalankan usaha dengan jalan yang bathil (usaha
illegal), penjual harus melakukan perdagangan atas dasar suka sama suka
(customer service yang baik), dan tidak melakukan kecurangan dalam
berdagang (melakukan penipuan). Ayat tersebut menjelaskan bahwa dalam
Islam terdapat perintah untuk melakukan pengaturan mengenai kualitas
penjual.

Di zaman modern ini, dengan munculnya e-commerce C2C,pengaturan


mengenai kualitas penjual jauh lebih mudah dibanding zaman dahulu yang
hanya mengandalkan sistem perdagangan offline seperti pasar tradisional
dan tidak menggunakan teknologi digital. Dalam e-commerce C2C,
kualitas penjual (seller) dapat dipantau atau dikontrol dengan mudah,
karena pihak e-commerce C2C dapat memperoleh semua data atau
informasi yang berkaitan dengan aktivitas penjual (seller) secara otomatis
dengan menggunakan teknologi digital dan kemudian aktivitas penjual
(seller) tersebut dapat diseleksi dan diberi penilaian. Aktivitas penjual
(seller) yang dinilai disini misalnya seperti kelengkapan berkas, jenis
produk yang dijual, jumlah transaksi berhasil, persentase chat dibalas,
rating dari konsumen, dan sebagainya.
Saat ini dunia perdagangan umat Islam masih belum berkembang,
upaya umat Islam untuk mengatur kualitas penjual atau meningkatkan
wirausahawan baru yang berkualitas masih kurang, karena itulah perlu

6
adanya inovasi baru pada sistem perdagangan umat Islam. Umat Islam
perlu menemukan cara efektif untuk mewujudkan hal tersebut, apalagi di
era modern seperti sekarang ini, sudah banyak bermunculan e-commerce
dengan berbagai jenis model, pendirian e-commerce C2C merupakan salah
satu langkah yang perlu diteladani untuk meningkatkan wirausahawan
(entrepreneur) khususnya wirausahawan dalam bidang bisnis online.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Karakteristik bisnis C2C dapat dilakukan oleh perorangan atau


kelompok kecil. Proses transaksi yang sederhana karena tidak melibatkan
perusahaan dalam proses transaksinya. Konsumen dapat membandingkan
harga dan kualitas dari barang atau jasa yang ditawarkan konsumen
lainnya. Jadi dalam konsep bisnis C2C siapapun atau dari kalangan
manapun dapat melakukan bisnis ini.

Di zaman modern ini, dengan munculnya e-commerce C2C,pengaturan


mengenai kualitas penjual jauh lebih mudah dibanding zaman dahulu yang
hanya mengandalkan sistem perdagangan offline seperti pasar tradisional
dan tidak menggunakan teknologi digital. Dalam e-commerce C2C,
kualitas penjual (seller) dapat dipantau atau dikontrol dengan mudah,
karena pihak e-commerce C2C dapat memperoleh semua data atau
informasi yang berkaitan dengan aktivitas penjual (seller) secara otomatis
dengan menggunakan teknologi digital dan kemudian aktivitas penjual
(seller) tersebut dapat diseleksi dan diberi penilaian. Aktivitas penjual

7
(seller) yang dinilai disini misalnya seperti kelengkapan berkas, jenis
produk yang dijual, jumlah transaksi berhasil, persentase chat dibalas,
rating dari konsumen, dan sebagainya.

3.1 Saran
Demikianlah pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan, besar harapan
kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Diharapkan kritik dan saran
pembaca agardapat memberikan referensi kepada kami guna meningkatkan
pemahaman kita semua.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang membangun sangat di harapkan agar makalah ini dapat disusun menjadi
lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

8
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal. UIN-alauddin.ac.id
Ejournal.staidarussalampung.ac.id
ttps://idr.uin-antasari.ac.id/18001/4/BAB I.pdf

Anda mungkin juga menyukai